Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENETAPAN KADAR Ca DAN Mg PADA BEBERAPA


SAMPEL TANAH DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI
PERTANIAN, YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Nama : Leonita Putri Arta Ardhana


No. Induk : 17383
Kelas : XIII
Jurusan : Kimia Analisis

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 DEPOK


SLEMAN YOGYAKARTA

i
2022

HALAMAN PENGESAHAN

1. Praktik kerja lapangan telah dilakukan pada Laboratorium Tanah Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
2. Waktu dari tanggal : 02 Agustus 2021 sampai dengan 31 Mei 2022
3. Penyusunan telah sesuai dengan pola dan sistematika yang ditentukan.
4. Materi / isi laporan telah benar dan memenuhi syarat.

Laporan ini disusun sebagai Tugas dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan


Praktik Kerja Lapangan Tahun Pelajaran 2021/2022

Sleman, 31 Mei 2022


Direktur / Pimpinan
Laboratorium BPTP Yogyakarta

Widada, A.Md
NIP. 19680712 199903 1 001

Pembimbing Sekolah Pembimbing Industri

Dwi Wuryani, S.Pd Niken Pawestri, A.Md


NIP. 19700406 199403 2 001 NIP. 19830512 201101 2 017

Mengetahui :
Kepala Sekolah

ii
Drs. Agus Waluyo, M.Eng
NIP. 19651227 1994412 1 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Praktik
Kerja Lapangan yang berjudul “Penetapan Kadar Ca Dan Mg Pada Beberapa
Sampel Tanah Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta”
Dalam penyusunan laporan, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT
2. Kedua orang tua, dan semua keluarga yang selalu memberikan doa, dan
dukungan baik secara materiil maupun non materiil.
3. Bapak Widada, A.Md. selaku Kepala Laboratorium BPTP Yogyakarta.
4. Bapak Sri Widodo, Bapak Gunawan Ari Kuncoro, A.Md., Ibu Niken
Pawestri, A.Md., Ibu Ardian Prihastuti, A.Md. selaku analis dan
pembimbing di Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta.
5. Bapak Drs. Agus Waluyo, M.Eng. selaku kepala SMK Negeri 2 Depok.
6. Ibu Indayatmi, S.Pd., M.Sc. selaku Kepala Jurusan Kimia Analisis SMK N
2 Depok.
7. Ibu Dra. Noor Rochmaningsih selaku guru pembimbing dari SMK N 2
Depok.
8. Ibu Dwi Wuryani, S.Pd selaku pembimbing pengganti dari SMK N 2
Depok.
9. Zaroh Utami, Adib Falih Armadani Setiawan dan teman-teman lainnya
yang telah membersamai melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan. Maka dengan ini, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan dalam
penyusunan.
Sleman, 26 Mei 2022

iii
` Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................
iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................................................
1
B. Pengertian Praktik Kerja Lapangan (PKL) ...................................................
1
C. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ........................................................
2
BAB II GAMBARAN UMUM BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI
PERTANIAN YOGYAKARTA ..............................................................................
3
A. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ........................
3
B. Struktur Organisasi Laboratorium Tanah dan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta ...................................................................................
4
C. Kondisi Wilayah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta .........
5
D. Visi dan Misi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ...............
6
BAB III. PENETAPAN KADAR Ca DAN Mg PADA BEBERAPA SAMPEL
TANAH DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN,
YOGYAKARTA ......................................................................................................
8
A. Tujuan ...........................................................................................................
8
B. Dasar Teori ...................................................................................................
8

iv
BAB IV. METODE PENELITIAN ..........................................................................
17
A. Persiapan Sampel Tanah ..............................................................................
17
B. Perhitungan Faktor Koreksi .........................................................................
17
C. Penetapan Kadar Ca dan Mg ........................................................................
20
BAB V. HASIL PRAKTIKUM ...............................................................................
22
A. Kandungan Unsur Ca Dalam Tanah ...........................................................
22
B. Kandungan Unsur Mg Dalam Tanah ...........................................................
25
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
28
A. Kesimpulan ...................................................................................................
28
B. Saran .............................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
30
LAMPIRAN .............................................................................................................
31

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya Pendidikan dalam Sistim Ganda (PSG) adalah suatu
bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang merupakan
kesepakatan antara pihak sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan
Dunia Usaha / Industri, mulai dari perencanaan progam pendidikan dan
pelatihan, penyelenggaraannya (di SMK dan atau di Dunia Usaha /
Industri), evaluasi keberhasilan siswa sampai dengan pemasaran tamatan.

v
Progam pendidikan dan pelatihan PSG membuat aspek-aspek pendidikan
meliputi:
1. Komponen Normatif, meliputi mata pelajaran: PPKN ; Pendidikan
Agama ; Bahasa dan Sastra Indonesia ; Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan ; Sejarah Nasional dan Sejarah Umum.
2. Komponen Adaptif, yaitu meliputi mata pelajaran: Matematika ;
Bahasa Inggris ; Biologi ; Fisika dan Kimia.
3. Komponen Teori Kejuruan, yaitu mata pelajaran teori-teori kejuruan
dalam lingkup suatu program studi tertentu.
4. Komponen Praktik Dasar Kejuruan, yang meliputi praktik penunjang
dalam melakukan beberapa jenis pekerjaan yang relevan di Dunia
Usaha / Industri, yang berada dalam lingkup profil tamatan dari
program studi tertentu.
5. Komponen Praktik Kerja Lapangan, yang meliputi Praktik kerja
langsung di lini produkai pada Industri dan Dunia Kerja.
Dari berbagai pengalaman SMK menyelanggarakan PSG, komponen
normatif dan adaptif dilaksanakan di sekolah. Komponen teori kejuruan
dilaksanakan di sekolah, komponen praktik dasar kejuruan dapat
dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian di industri, sedang
komponen praktik industri sepenuhnya dilaksanakan di industri.

B. PENGERTIAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah praktik keahlian produktif
yang dilaksanakan di industry, berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan
produksi atau jasa (pekerjaan yang sesungguhnya) di Industri atau
Perusahaan.

C. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu upaya
mencapai tujuan penyelenggaraan PSG, yaitu:

vi
1. Menghasilkan tenaga kerja yang meliputi keahlian profesional, yaitu
tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
2. Memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara
sekolah dan dunia kerja.
3. Meningkatkan efisiensi proses Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
yang berkualitas professional.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian dari proses Pendidikan.
5. Mengimplementasikan materi yang selama ini didapatkan di sekolah.
6. Membentuk pola pikir yang konstruktif pola pikir bagi siswa-siswi
prakerin.
7. Melatih siswa untuk berkomunikasi/berinteraksi secara profesional
didunia kerja yang sebenarnya.
8. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar yang
dimiliki oleh siswa-siswi prakerin sesuai bidang masing-masing.
9. Menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar dapat
dikembangkan dan di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
GAMBARAN UMUM BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
YOGYAKARTA

Keadaan Umum Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta


A. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta pada awalnya
dinamakan Proyek Informasi Pertanian yang berdiri pada tahun 1985.
Kemudian pada tahun 1992 resmi sebagai Balai Informasi Pertanian yang

vii
berfungsi sebagai tempat penyuluhan tingkat DIY di bawah badan diklat
pertanian. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian
No.96/Kpts.403/2/11994 tentang organisasi dan tata cara kerja, terdapat
perubahan organisasi antara lain Balai Informasi Pertanian, masuk
kedalam Organisasi Badan Litbang Pertanian.
Masuknya Balai Informasi Pertanian kemudian digabungkan
dengan unit kerja penelitian Tanah dan Agroklimat serta Laboratorium
Holtikultura Yogyakarta menjadi Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IPPTP) adalah unit pelaksana teknis Badan
Penelitian Sosial Ekonomi (PSE). Pada 14 Juni 2001 dikeluarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No.350/kpt/OT.210/6/2001 tentang
perubahan nama Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta
dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal
14 Juni 2001. Selanjutnya, seiring dengan penyempurnaan organisasi dan
tata kerja Balai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta
adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, dan dalam pelaksanaan sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP).
Pembentukan BPTP bertujuan untuk menghasilkan teknologi
spesifik lokasi, memperpendek rantai informasi, mempercepat dan
memperlancar diseminasi hasil penelitian (alih teknologi) kepada petani
dan pengguna teknologi lainnya. Sampai dengan tahun 2001 unit kerja ini
masih merupakan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
(IPPTP) Yogyakarta, lembaga non struktural yang merupakan instalasi
dari BPTP Jawa Tengah.

viii
IPPTP merupakan penggabungan unit kerja di bawah Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Badan Pendidikan dan
Latihan Pegawai Pertanian yaitu Laboratorium Hortikultura, Stasiun Tanah
dan Balai Informasi Pertanian Yogyakarta. Dewasa ini BPTP Yogyakarta
menempati 3 lokasi kantor yang terdiri dari:
1. Kantor Utama berlokasi di Karangsari meliputi Adminisrasi,
Kelompok Pengkaji Budidaya, Sosial Ekonomi, Sumberdaya dan
Pasca Panen.
2. Laboratorium Tanah, Peternakan dan Pasca Panen yang berlokasi di
Karangsari, + 500 meter sebelah barat kantor utama bersebelahan
dengan Stadion Maguwoharjo Yogyakarta.
3. Gedung yang berlokasi di Jl. Demangan Baru No. 28 Yogyakarta
dimanfaatkan untuk mess/penginapan.

B. Struktur Organisasi Laboratorium Tanah dan Balai Pengkajian


Teknologi Pertanian Yogyakarta
Sesuai peraturan Menteri Pertanian No.
16/Pementan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, susunan
organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian terdiri atas 2 unsur
yaitu struktural dan fungsional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta dipimpin oleh seorang Kepala Balai dengan jabatan eselon
III A yang didukung oleh sub bagian Tata Usaha dan seksi Kerjasama
dan Pelayanan Pengkajian dengan tingkat jabatan eselon IV A dan
masing-masing dipimpin oleh seorag Kepala sub bagian Tata Usaha dan
Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian.
Struktur pengurus organisasi mempunyai fungsi utama sebaagai
pengelola administrasi pelayanan umum dan rutin. Tanggung jawab ini
meliputi kegiatan perencanaan program, kegiatan ketatausahaan,
pengelolaan sarana prasarana, penataan kepegawaian dan pengkajian,
monitoring dan evaluasi kinerja kegiatan serta pengelolaan organisasi.

ix
Jenjang jabatan struktural diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Kelompok fungsional terdiri atas fungsional peneliti, penyuluh dan
sejumlah fungsional lainnya. Kelompok fungsional sesuai dengan
bidang keahliannya ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dann
Pengembangan Pertanian dengan tugas pokok dan fungsi utama untuk
menjalankan mandat balai dalam menjalankan dan mencapai visi dan
misi balai. Masing-masing kelompok fungsional dikoordinir oleh
seorang tenaga fungsional senior yang dipilih secara demokrasi oleh
seluruh staff dan diusulkan oleh kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta untuk ditunjukkan dan disahkan melalui surat
keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Jenis dan jenjang
fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pembagian tugas di Laboratorium Tanah Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta tercantum dalam struktur organisasi
yang dipimpin oleh Widada, A.Md yang membawahi 4 analis dan 1
penerima sampel.

C. Kondisi Wilayah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ini berlokasi di :
Desa : Karangsari
Kelurahan : Wedomartani
Kecamatan : Ngemplak
Kabupaten : Sleman
Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
Sarana pendukung Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta adalah sebagai berikut.

a. Tanah

x
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta terletak di
Karangsari Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. sedangkan
Laboratorium Pasca Panen dan Laboratorium Tanah bertempat di Jalan
Kepuhsari No.005, Karangsari, Maguwoharjo, Kec. Depok, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta ini menempati tanah seluas ± 1800 m 2

.
b. Bangunan
Bangunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta memiliki
banyak bangunan. Bangunan tersebut terdiri dari bangunan
Laboratorium Pasca Panen dan Alsintan, Laboratorium Tanah dan
Pupuk, Laboratorium Peternakan, ruang pegawai, perpustakaan, dan
penginapan. Masing-masing bangunan menempati lokasi yang berbeda.

D. Visi dan Misi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta


Visi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta yaitu
Menjaga institusi penghasil teknologi pertanian spesifik lokasi menuju
pertanian industrial unggul berkelanjutan berstandar internasional untuk
meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan
masyarakat pertanian. Misi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan dan mengembangkan inovasi-inovasi pertanian spesifik
lokasi yang diperlukan dan dimanfaatkan oleh petani, stakeholder dan
sesuai permintaan pasar guna mendukung pembangunan sektor
pertanian wilayah.
b. Meningkatkan percepatan diseminasi teknologi pertanian inovatif dan
spesifik lokasi.
c. Meningkatkan jaringan kerjasama dengan lembaga penelitian pertanian
internasional, nasional, maupun pihak swasta.
d. Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam rangka
meningkatkan pelayanan prima.

xi
BAB III
PENETAPAN KADAR Ca DAN Mg PADA BEBERAPA SAMPEL TANAH
DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN, YOGYAKARTA

A. TUJUAN
 Menentukan kadar Ca dalam sampel tanah kode TH 21.365 – TH
21.369 menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dengan
panjang gelombang 422,7 nm.
 Menentukan kadar Mg dalam sampel tanah kode TH 21.365 – TH
21.369 menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dengan
panjang gelombang 285,3 nm.

B. DASAR TEORI
1. Tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat di permukaan kulit bumi
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan,
dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan
hewan, yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan
sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-
faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukan (Yuliprianto, 2010).
Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa
perbaikan pereedaran air, udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah,
tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan
mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam. Tanah yang
berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Struktur tanah dapat
dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang pori-pori
yang baik, yaitu terdapat ruang pori-pori di dalam dan di antara agregat

xii
yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agregat
tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari
luar, seperti pukulan butiran air hujan yang mengakibatkan erosi sehingga
pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel tanah halus,
sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah yang
jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan di atas. Dan kegiatan yang
berupa pengolahan tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran
dan pupuk organik lebih berhubungan dengan aspek struktur daripada
aspek tekstur tanah (Sarief, 1986).
2. Unsur Hara (Ca dan Mg)
Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan.
Menurut Hanafiah (2007), unsur kimiawi yang dianggap esensial sebagai
unsur hara tanaman adalah jika memenuhi tiga kriteria adalah sebagai
berikut.
a. Unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang
dibutuhkan tanaman.
b. Unsur ini tersedia agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya.
c. Jika tanaman mengalami defesiensi hanya dapat diperbaiki dengan
unsur tersebut.
Unsur hara makro esensial jika dibutuhkan dalam jumlah besar,
biasanya di atas 500 ppm dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
biasanya kurang dari 50 ppm disebut mikro esensial. Unsur hara yang
tergolong ke dalam unsur hara makro yaitu nitrogen, hidrogen, oksigen,
fosfor, kalium, belerang, kalsium, dan magnesium. Unsur hara mikro
antara lain boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibdenum, dan khlorin.
Menurut Sutedjo, (1991) jumlah besar yang dibutuhkan tanaman unsur
hara tanaman dibedakan menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur
makro terdiri atas C, H, O, N, P, K, Ca, dan Mg. Dalam hal ini akan
dijelaskan tentang unsur Ca dan Mg.
a) Kalsium (Ca)
Kalsium diserap dalam bentuk Ca++, sebagian besar terdapat dalam
daun berbentuk kalsium pektat yaitu bagian lamella pada dinding sel.

xiii
Selain itu terdapat juga pada batang, berpengaruh baik dalam pertumbuhan
ujung dan bulu-bulu akar. Kalsium terdapat pada tanaman yang banyak
mengandung protein. Beberapa fungsi kalsium adalah sebagai berikut.
a. Kalsium dapat menetralkan asam asam organik yang dihasilkan
pada metabolisme.
b. Kalsium penting bagi pertumbuhan akar.
c. Kalsium dapat menetralkan tanah asam, dapat menguraikan bahan
organik, tersedianya pH dalam tanah tergantung pada kalsium.
Defisiensi unsur Ca menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem
perakaran. Gejala yang tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain
berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya
klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara
tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati.
Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mati. Defisiensi unsur Ca
menyebabkan pertumbuhan tanaman demikian lemah. Karena pengaruh
terkumpulnya zat-zat lain yang banyak pada sebagian dari jaringan-
jaringannya, dan menyebabkan distribusi zat-zat yang penting bagi
pertumbuhan bagian yang lain terhambat (tidak lancar).
Menurut Marschner (1986) indikator defisiensi hara Ca pertama kali
terlihat pada daun yang masih muda, sedangkan untuk tanaman yang
defisiensi hara N, K, dan Mg akan tampak pada daun yang telah dewasa.
Hal itulah yang menyebabkan panjang dan lebar daun pada tanaman
defisiensi hara Ca lebih kecil-kecil karena sejak daun masih muda sudah
menampakan gejala terhambat pertumbuhannya. Hal itu sekaligus akan
menghambat perkembangan tanaman selanjutnya yang ditunjukkan oleh
bobot kering tanaman yang sangat kecil.
b) Magnesium (Mg)
Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi
beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan
keberadaannya di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi
kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses
fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan

xiv
klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein. Magnesium
merupakan bagian dari klorofil, pektih dan fitin. Magnesium adalah unsur
mobil dan sebagian besar larut dalam cairan sel. Magnesium diserap
dalam bentuk Mg++, merupakan bagian dari klorofil. Mg ini termasuk
unsur yang tidak mobil dalam tanah. Kadar Mg di dalam bagian-bagian
vegetatif dapat dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam
bagian-bagian generatif malah sebaliknya. Mg banyak terdapat dalam
buah dan juga dalam tanah. Ada beberapa faktor seperti temperatur,
kelembaban pH, dan beberapa faktor lainnya dapat mempengaruhi
tersedianya magnesium di dalam tanah. Manfaat magnesium terhadap
tanaman dan tanah adalah sebagai berikut
a. Menghasilkan klorofil dengan sempurna.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
c. Meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah akibat
pemberian pupuk kimia.
d. Dapat mengurangi (menetralisir) racun akibat kandungan Al dan Fe
dalam tanah yang tinggi.
Defisiensi Mg menimbulkan gejala-gejala yang tampak pada bagian
daun, terutama daun-daun tua. Klorosis tampak di antara tulang-tulang
daun, sedangkan tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.
Bagian diantara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi
kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan. Daun-daun ini mudah
terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin,
karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan
mengkerut. Defisiensi Mg menimbulkan pada pengaruh pertumbuhan biji.
3. Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi adalah metode statistik yang digunakan untuk
mengetahui perbandingan pengaruh kadar analit dengan respon alat
(instrument). Presisi dalah variabilitas dari beberapa kali
pengukuran/pengujian yang menggambarkan kecermatan data dan
berkaitan dengan kesalahan random (acak). Sedangkan akurasi adalah
kedekatan hasil analisis dengan nilai sebenarnya yang menggambarkan

xv
ketepatan data dan berkaitan dengan kesalahan sistematik atau bias
(Kantasubrata, 2008).
Kurva kalibrasi ditetapkan dengan pengukuran serapan melalui
berbagai pengenceran larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
dengan tepat. Langkah selanjutnya adalah dengan membuat grafik antara
konsentrasi dan absorbansi yang merupakan garis lurus yang melewati titik
nol. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutaan
sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan
ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan
program regresi linear pada kurva kalibrasi akan diperoleh persamaan y =
bx + a dengan y = absorbansi, b = slope, x = konsentrasi analit, dan a =
intersep. Dari kurva kalibrasi akan diketahui koefisien determinasi (R 2),
nilai R2 menunjukkan kedekatan garis regresi linear dengan titik data
sebenarnya. Nilai R2 yang mendekati 1 maka menunjukkan respon alat
pada konsentrasi analit telah memenuhi syarat. Menurut SNI, nilai
koefisien kurva kalibrasi untuk melakukan analisis atau pengujian harus ≥
0,995.
4. AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metoda analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
penyerapan (absorbsi) radiasi oleh atom bebas unsur
tersebut. Perkembangan yang sudah dicapai hingga kini meliputi
instrument, sumber radiasi resonans, nyala yang lebih stabil, suhu
pengatoman yang lebih tinggi, efisiensi pengatoman lebih tinggi, dan
sebagainya serta usaha untuk dapat menentukan lebih banyak unsur dari
sistem periodik.
Spektroskopi Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS) sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Pada
metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi
dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur sumber.
Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi
eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan. Metode serapan atom sangatlah

xvi
spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat
dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar
(Khopkar, 2008).
a) Prinsip Kerja Atomic Absorption Spectroscopy
Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara
radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom
merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada
konsentrasi rendah (Khopkar, 1990). Teknik ini adalah teknik yang
paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik-teknik ini didasarkan
pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada
metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang
dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. (Anonim, 2003).
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas
penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di
dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda
(Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang
gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995).
b) Bagian-Bagian AAS
a. Lampu Katoda
Merupakan sumber cahaya pada AAS, memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti
lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Lampu Katoda Monologam: Digunakan untuk mengukur 1 unsur
b) Lampu Katoda Multilogam: Digunakan untuk pengukuran
beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat
lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Lampu katoda berfungsi

xvii
sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam
yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar
tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan
keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam
dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar. Cara
pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan
ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lama waktu
pemakaian dicatat.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ±
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N 2O yang lebih panas
dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada
tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang
akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer
pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada
di dalam tabung.
c. Ducting
Merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh
AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting,
agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya. Ducting berfungsi untuk
menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan
mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan
ducting.
d. Kompresor
Merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh

xviii
AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi
untuk menyaring udara dari luar, agar bersih. Posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.
e. Burner
Berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquades,
agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara
baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquades selama ± 15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Logam yang
akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan
terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam
yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi
rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka
menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru,
merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas.
f. Buangan pada AAS

xix
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan
terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang
dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak
naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga
kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan
(drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu
indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS
atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang
berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan
tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
g. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari
sekian banyak spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow
cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
h. Detektor
Dikenal dua macam detektor, yaitu detektor foton dan detektor
panas. Detektor panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah
termasuk thermocouple dan bolometer. Detektor berfungsi untuk
mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi
energi listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan
penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan
pengamat angka. Ada dua macam detektor sebagai berikut:
a) Detektor Cahaya atau Detector Foton
Bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam hal ini setiap foton akan
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang
sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As,
Cs/Na.
b) Detektor Infra Merah dan Detector Panas

xx
Detektor infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek
termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur
berbeda disambung jadi satu.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Persiapan Sampel Tanah


Tahapan dalam pembuatan sampel tanah adalah sebagai berikut.
1. Pelabelan
Tanah yang dianalisis terlebih dahulu dilakukan registrasi data.
Setelah data didapat kemudian tanah diberi label pada tiap sampel
tanah. Pelabelan dilakukan dengan tujuan agar masing-masing sampel
tanah tidak tertukar dan agar data yang diperoleh akurat.
2. Pengeringan
Sampel yang sudah diberi label akan dikeringkan dalam suatu
ruangan. Tujuan pengeringan yang dilakukan di dalam ruangan adalah

xxi
untuk mencegah kontaminasi akibat pengaruh cahaya matahari secara
langsung. Pengeringan juga dilakukan dengan memberi alas berupa
kertas dan diletakkan diatas pengayak kayu.
3. Penumbukan dan Pengayakan
Sampel yang telah kering kemudian ditumbuk dengan
menggunakan mortar dan cawan porselen. Penumbuhan dilakukan
dengan tujuan untuk memperkecil partikel tanah. Setelah sampel
halus, sampel diayak dengan menggunakan ayakan dengan ukuran 2
mm. Sampel kemudian dimasukkan lagi ke dalam plastik yang telah
diberi label. Sampel telah siap untuk dianalisis.

B. Perhitungan Faktor Koreksi


Sampel tanah yang dianalis yaitu sampel tanah dengan kode TH 21.365
sampai TH 21.369 dengan perhitungan faktor koreksi sebagai berikut.
BK
KA = x 100
BB
100
FK =
(100−KA)
Keterangan :
FK = Faktor Koreksi BB = Berat Basah
KA = Kadar Air BK = Berat Kering
BC = Berat Cawan
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut.
No Kode BC BB BK
.
1. TH 21.365 3,31 gram 5,00 gram 8,00 gram
2. TH 21.366 3,60 gram 5,00 gram 8,37 gram
3. TH 21.367 3,40 gram 5,00 gram 8,07 gram
4. TH 21.368 3,34 gram 5,00 gram 8,10 gram
5. TH 21.369 3,61 gram 5,00 gram 8,28 gram

Kemudian dari data tersebut dilakukan perhitungan faktor koreksi


sebagai berikut.

xxii
1. Sampel TH 21.365
BK
KA = x 100
BB
4 ,69
= x 100=93 , 8 %
5
100
FK =
(100−KA)
100
=
(100−93 , 8 %)
100
= =1,009
(100−0,938)
2. Sampel TH 21.366
BK
KA = x 100
BB
4 ,77
= x 100=95 , 4 %
5
100
FK =
(100−KA)
1 00
=
(100−95 , 4 %)
100
= =1,009
(100−0,954)
3. Sampel TH 21.367
BK
KA = x 100
BB
4 ,67
= x 100=93 , 4 %
5
100
FK =
(100−KA)
100
=
(100−93 , 4 %)
100
= =1,009
(100−0,934)
4. Sampel TH 21.368
BK
KA = x 100
BB

xxiii
4 ,76
= x 100=95 , 2%
5
100
FK =
(100−KA)
100
=
(100−95 , 2 %)
100
= =1,009
(100−0,952)
5. Sampel TH 21.369
BK
KA = x 100
BB
4 ,59
= x 100=91 ,8 %
5
100
FK =
(100−KA)
100
=
(100−91 , 8 %)
100
= =1,009
(100−0,918)

Melalui perhitungan tersebut dapat dituliskan kembali nilai faktor


koreksi dari setiap sampel melalui tabel sebagai berikut.

No Kode Faktor Koreksi


.
1. TH 21.365 1,009
2. TH 21.366 1,009
3. TH 21.367 1,009
4. TH 21.368 1,009
5. TH 21.369 1,009

xxiv
C. Penetapan Kadar Ca dan Mg
a. Alat dan Bahan
Kegiatan analisis kadar Ca dan Mg memerlukan beberapa beberapa
alat dan bahan. Bahan yang dibutuhkan adalah sampel tanah, larutan
asam nitrat (HNO₃), larutan asam perklorat (HClO4), larutan standar
Ca dan Mg, aquades, dan larutan LaCl3 0,25%. Sementara alat yang
dibutuhkan adalah mortar, cawan porselen, pengayak, neraca analitik,
cawan penimbangan, spatula, labu destruksi, labu takar 50 mL, pipet
ukur, vortex, pipet dispenser, AAS, tabung reaksi, dan rak tabung
reaksi.
b. Langkah Kerja
Sampel tanah yang telah dipreparasi ditimbang sebanyak 0,5 gram
menggunakan neraca analitik. Kemudian dimasukkan ke dalam labu
destruksi dan diberi label pada masing-masing sampel. Tambahkan
0,5 mL asam perklorat (HClO4) dan 4 mL asam nitrat (HNO₃)
menggunakan pipet ukur pada setiap sampel. Kemudian sampel
didestruksi pada suhu 150o C sampai uap coklat dan uap putih hilang.
Setelah proses destruksi selesai, sampel ditera menggunakan
aquades dalam labu takar 50 mL. Larutan ekstrak sampel diambil
sebanyak 1 mL dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Larutan ekstrak sampel yang telah dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan larutan LaCl 3
0,25% sebanyak 9 mL (pengenceran 10x). Setelah itu dihomogenkan
dengan menggunakan vortex. Setelah semua prosedur dilakukan
sampel tersebut akan dibaca absorbansinya menggunakan AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometre).
a) Analisis unsur Kalsium (Ca)
Larutan deret standar 0 ; 2,5 ; 5 ; 10 ; 15; 20 ; 25 ppm dan larutan
ekstrak sampel yang sudah homogen kemudian dianalisis dengan
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometre) pada panjang
gelombang 422,7 nm.

xxv
No Konsentra Absorban
. si si
1 0 ppm -0,0004
2 2,5 ppm 0,0771
3 5 ppm 0,1515
4 10 ppm 0,2740
5 15 ppm 0,3846
6 20 ppm 0,4735
7 25 ppm 0,5795

b) Analisis unsur Magnesium (Mg)


Larutan deret standar Mg 0 ; 1 ; 2 ; 3 ; 4 ; 5 ppm dan larutan
ekstrak sampel yang sudah homogen kemudian dianalisis dengan
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometre) pada panjang
gelombang 285,3 nm.
No. Konsentrasi Absorbansi
1 0 ppm 0,0018
2 1 ppm 0,1475
3 2 ppm 0,2751
4 3 ppm 0,4192
5 4 ppm 0,4819
6 5 ppm 0,6224

xxvi
BAB V
HASIL PRAKTIKUM

A. Kandungan unsur Kalsium (Ca) dalam tanah

Grafik Standar Ca
0.7000
0.6000
0.5000 f(x) = 0.022821228668942 x + 0.0244506825938567
R² = 0.993177902892059
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
-0.1000 0 5 10 15 20 25 30

Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara absorbansi dan


konsentrasi larutan standar Ca. Grafik tersebut memiliki linieritas yang
sangat baik ditunjukkan dengan nilai R2 mendekati 1 yaitu sebesar 0,9932.
Sementara persamaan garis yang didapatkan dari grafik tersebut yaitu y =
0,0228x + 0,0245. Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung
kandungan kalsium (Ca) dalam sampel tanah.

No Absorbans
. Kode Sampel i
1 TH 21.365 0,4395
2 TH 21.366 0,8911
3 TH 21.367 0,3275
4 TH 21.368 0,1109
5 TH 21.369 0,6805
6 Blanko PN 0,0034

xxvii
1. TH 21.365

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,4361 )−0,0245
= = 18,0526
0,0228

mL ekstrak 1000
Kadar Ca = ppmkurva x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 18,0526 x x 10 x 1,009
1000 mL 0 , 5 gr

¿ 18215 mg/kg

2. TH 21.366

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,8877 )−0,0245
= = 37,8596
0,0228

mL ekstrak 1000
Kadar Ca = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 37,8596 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 ,5 gr

= 38200 mg/kg

3. TH 21.367

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,3241 )−0,0245
= = 13,1403
0,0228

xxviii
mL ekstrak 1000
Kadar Ca = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 13,1403 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 ,5 gr

= 13258 mg/kg

4. TH 21.368

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,1075 )−0,0245
= = 3,6403
0,0228

mL ekstrak 1000
Kadar Ca = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 3,6403 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 ,5 gr

= 3673 mg/kg

5. TH 21.369

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,6771 )−0,0245
= = 28,6228
0,0228

mL ekstrak 1000
Kadar Ca = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 28,6228 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 ,5 gr

= 28880 mg/kg

No. Kode Sampel Kadar Ca


1 TH 21.365 18215
2 TH 21.366 38200
3 TH 21.367 13258
xxix
4 TH 21.368 3673
5 TH 21.369 28880
Hasil perhitungan analisis kadar Kalsium (Ca) di atas menunjukkan
bahwa sampel dengan kode TH 21.366 memiliki kandungan Ca tertinggi
sedangkan sampel tanah TH 21.368 memiliki kandungan Ca terendah.
Menurut kriteria sifat kimia tanah, kandungan Ca dalam semua sampel
tanah yang dianalisis termasuk tinggi.

Perbedaan kandungan kalsium pada setiap sampel tanah dapat


disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya dari segi pH tanah yang
rendah (pH<6), bahan organik rendah dan tekstur tanah pasir. Apabila
kandungan kalsium (Ca) dalam tanah rendah, maka daun muda mengalami
klorosis (gagalnya pembentukan klorofil), kuncup-kuncup muda akan mati
karena perakarannya kurang sempurna dan kalaupun ada daun yang
tumbuh warnanya akan berubah dan jaringan dalam daun akan mati.
Sehingga, untuk meningkatkan kebutuhan unsur hara di dalam tanah,
terutama kalsium yang merupakan unsur hara makro yang penting bagi
tanaman, dapat diatasi dengan melakukan pengapuran.

B. Kandungan unsur Magnesium (Mg) dalam tanah

Grafik Standar Mg
0.7
0.6 f(x) = 0.121437142857143 x + 0.0210571428571428
0.5 R² = 0.991091766023935
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6

xxx
Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi larutan standar Mg. Grafik tersebut memiliki linieritas yang
sangat baik ditunjukkan dengan nilai R2 yang mendekati 1 yaitu sebesar
0,9911. Sementara persamaan garis yang didapatkan dari grafik tersebut
yaitu y = 0,1214x + 0,0211. Persamaan garis tersebut digunakan untuk
menghitung kandungan Magnesium (Mg) dalam sampel tanah.

No. Kode Sampel Absorbansi


1 TH 21.365 0,5749
2 TH 21.366 0,3979
3 TH 21.367 0,5386
4 TH 21.368 0,4464
5 TH 21.369 0,4561
6 Blanko PN 0,0041
1. TH 21.365

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,5708 )−0,0211
= = 4,5280
0,1214

mL ekstrak 1000
Kadar Mg = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 4,5280 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 , 5 gr

= 4568 mg/kg

2. TH 21.366

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,3938 )−0,0211
= = 3,0700
0,1214

mL ekstrak 1000
Kadar Mg = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

xxxi
50 mL 1000
= 3,0700 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 ,5 gr

= 3097 mg/kg

3. TH 21.367

(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,5345 )−0,0211
= = 4,2289
0,1214

mL ekstrak 1000
Kadar Mg = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 4,2289 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 , 5 gr

= 4266 mg/kg

4. TH 21.368
(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,4423 )−0,0211
= = 3,4695
0,1214

mL ekstrak 1000
Kadar Mg = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 3,4695 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 ,5 gr

= 3500 mg/kg

5. TH 21.369
(|sampel|−|blanko|)−intersep
Ppm kurva =
slope

( 0,4520 )−0,0211
= = 3,5494
0,1214

xxxii
mL ekstrak 1000
Kadar Mg = ppmkurva x x x fp x fk
1000 mL gram contoh

50 mL 1000
= 3,5494 x x x 10 x 1,009
1000 mL 0 , 5 gr

= 3581 mg/kg

No. Kode Sampel Kadar Mg


1 TH 21.365 4568
2 TH 21.366 3097
3 TH 21.367 4266
4 TH 21.368 3500
5 TH 21.369 3581

Hasil analisis kadar Magnesium (Mg) dalam sampel tanah di atas


menunjukkan bahwa sampel tanah dengan kode TH 21.365 memiliki
kandungan Mg tertinggi, sedangkan sampel TH 21.366 memiliki
kandungan Mg terendah.

Sumber magnesium berasal dari mineral-mineral yang lapuk.


Mineral yang mengandung Mg adalah biotit, kholorit, dolomit, serpentin,
dan olivine. Kerak bumi mengandung magnesium total sekitar 1,93%. Bila
berasal dari bahan induk yang mengandung Mg, maka tanah pasir humida
memiliki kadar Mg yang lebih tinggi daripada tanah halus arida. Kadar Mg
yang relatif bahkan sangat rendah sering terjadi di daerah humida yang
bertekstur kasar. Pada tanah tersebut, kadar Mg rendah, apalagi jika
dilakukan pemupukan kation dalam jumlah yang banyak. Mg akan terusir
dan mudah lepas dari kompleks jerapan. Pemupukan garam Cl atau sulfat
akan mempercepat pencucian Mg (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

xxxiii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan di
laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
a. Penetapan kadar Ca dan Mg dilakukan dengan menggunakan metode
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) yaitu dengan persiapan sampel
tanah, perhitungan faktor koreksi, serta penetapan kadar Ca dan Mg.
b. Sampel dengan kode TH 21.366 memiliki kandungan Ca tertinggi
sedangkan sampel tanah TH 21.368 memiliki kandungan Ca terendah.
c. Perbedaan kandungan kalsium pada setiap sampel tanah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya dari segi pH tanah yang rendah (pH<6),
bahan organik rendah dan tekstur tanah pasir.
d. Sampel dengan kode TH 21.365 memiliki kandungan Mg tertinggi,
sedangkan sampel TH 21.366 memiliki kandungan Mg terendah.
e. Apabila tanah memiliki tingkat keasaman tinggi (pH<6), maka unsur
magnesium, kalsium dan fosfor akan terikat secara kimiawi sehingga
tidak dapat diserap oleh tanaman.

B. SARAN
Setelah melakukan praktik kerja lapangan selama 10 bulan di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, peserta didik mempunyai
beberapa saran yaitu:
a. Saran untuk sekolah

xxxiv
 Selama masa Praktik Kerja Lapangan (PKL), SMK N 2 Depok
diharapkan dapat lebih menjaga komunikasi dengan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta untuk memantau peserta didik.
 Untuk kedepannya diharapkan SMK N 2 Depok dapat terus menjalin
kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
b. Saran untuk instansi
 Sebaiknya diadakan penambahan alat-alat yang diperlukan di
laboratorium untuk menghindari perebutan alat.
 Hubungan antara pembimbing dan siswa harus dijaga, dipertahankan,
dan jika perlu ditingkatkan.

xxxv
DAFTAR PUSTAKA

Darwinah. (1999). Simulasi Pengaruh Pengapuran Dalam Mengurangi


Keracunan Besi Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Kering
Yang Baru Disawahkan. IPB, Bogor : skripsi .

Hanafiah, K. A. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Hasibuan, B. E. (2000). Tanggap Histosol, Oksisol, dan Inceptisol Terhadap


Fosfat Alam dan Pengaruhya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung .
Makalah.

Kealey, D. d. (2002). Analytical Chemistry. London: BIOS Scientific Publishers


Ltd.

Marshner, H. (1986). Mineraal Nutrition of Higher Plants. London: Academic


Press London .

Rosmarkam, A. d. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius .

Sarief, E. S. (1986). Imu Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana.

Sudrajat, R. (1992). Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Bogor: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kehutanan .

Supriyanto, C. S. (2007). Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, Dan Cd Pada
Ikan Air Tawar Dengan Metode Spektrofotometri Nyala Serapan Atom
(SSA). Yogyakarta: Prosding 3rd Seminar Nasional.

xxxvi
LAMPIRAN

Sampel diayak Sampel dioven untuk


Sampel ditumbuk menentukan FK
Sampel ditimbang

Neraca Analitik
Lalu sampel dimasukkan
kedalam labu destruksi

Sampel ditambah HClO4 Sampel di destruksi Sampel ditera dalam labu

xxxvii
dan HNO3 takar 50 mL
1

Sampel di pipet 1 mL ke mL ekstrak sampel Sampel yang sudah


dalam tabung reaksi ditambah 9 mL LaCl3 diencerkan divortex
0,25%
Menyiapkan larutan Menganalisis kadar Ca

standar dan Mg dengan AAS

xxxviii

Anda mungkin juga menyukai