Anda di halaman 1dari 69

EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN

7” PADA SUMUR RZ

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana


Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Muhammad Reza Afriansyah
071.12.155

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2018
EVALUATION CASING CEMENTING ON 13⅜” , 9⅝” AND 7”
WELL “RZ”

FINAL ASSESMENT

Submitted as a requirement to obtain Undergraduate in study program of


Petroleum Engineering Faculty of Earth Technology and Energy

By
Muhammad Reza Afriansyah
071.12.155

PETROLEUM ENGINEERING DEPARTMENT


FACULTY OF EARTH AND ENERGY
UNIVERSITAS TRISAKTI
2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN


7” PADA SUMUR RZ

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana


Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Muhammad Reza Afriansyah
071.12.155

Foto

2x3

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Ir, Lestari Said, MT) (Cahaya Rosyidan, M. Sc)


NIK: 398 /Usakti NIK: 3102/Usakti

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Perminyakan


(Ir, Abdul Hamid, MT)
NIK: 1894/Usakti

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” ,


9⅝” DAN 7” PADA SUMUR RZ”, telah dipertahankan di depan tim penguji

pada hari …............. tanggal …...................…...

TIM PENGUJI
1. (Nama Ketua Penguji) Ketua Penguji (............................)

2. (Ir, Lestari Said, MT) Pembimbing Akademik (............................)

3. (Ir, Lestari Said, MT) Pembimbing Utama (............................)

4. (Cahaya Rosyidan, M. Sc) Pembimbing Pendamping (............................)

5. (Nama dosen Penguji 1) Anggota Penguji (............................)

6. (Nama dosen Penguji 2) Anggota Penguji (............................)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Perminyakan

(Ir, Abdul Hamid, MT)


NIK: 1894/Usakti

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Reza Afriansyah


Nim : 071.12.155
Program studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Trisakti Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-exclusive-Royalty-Free-
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN 7” PADA
SUMUR RZ”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
ekslusif ini Universitas Trisakti berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan menyebarkan
skripsi saya sesuai aturan, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, (27 November 2018)


Yang membuat pernyataan

Rp 6000-,
M. Reza Afriansyah

v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya Mahasiswa Program Studi Sarjana Perminyakan, Fakultas Teknologi

Kebumian dan Energi, Usakti yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Reza Afriansyah

Nim : 071.12.155

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul :

EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN 7”


PADA SUMUR RZ

Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan
terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk
sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam skripsi
ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jakarta, (27 November 2018)

Yang membuat pernyataan

M. Reza Afriansyah

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan nikmat berupa pikiran,
kesehatan lahiriah dan jasmaniah sehingga penulisan tugas akhir ini dapat
diselesaikan penulis. Tidak lupa pula shalawat dan salam kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW. Syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI
PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN 7” PADA SUMUR RZ”.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, tentunya penulis mendapat banyak


kesulitan dan hambatan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas akhir ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Papa dan Mama yang selama ini sudah banyak memberikan bantuan moral
dan materil, serta doa dan kasih sayang kepada penulis. Serta kepada Kakak
beserta Adik-Adik dan Keluarga Besar yang telah mendoakan dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir, Lestari Said, MT, Selaku Pembimbing utama dan Pembimbing
Akademik penulis yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan bantuan disaat penulis mendapat beberapa kendala dalam menulis
tugas akhir ini.
3. Bapak Cahaya Rosyidan,M.Sc, sebagai pembimbing II yang sudah
membimbing penulis dalam menyusun tugas akhir ini.
4. Bapak Dr. Ir. Afiat Anugrahadi, MS selaku Dekan Fakultas Kebumian dan
Energi, Universitas Trisakti, Jakarta yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan tugas akhir ini.
5. Bapak Ir. Abdul Hamid, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Perminyakan Universitas Trisakti

vii
6. Ibu Ir.Onnie Ridaliani Prapansya,MT., selaku koordinator Tugas Akhir
Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti
7. Seluruh dosen beserta staff Program Studi Teknik Perminyakan yang
telah membantu dan memberikan dukungan penulis menyelesaikan tugas akhir
ini.
8. Bapak Beni Jaffilius Ibradi, selaku Director Operations & Production
Pertamina Hulu Energi yang telah menerima dengan baik dan memberikan
penulis kesempatan yang terbaik serta memberi arahan kepada penulis.
9. Bapak Mukhlis Taufik, selaku Cementing Engineer Pertamina Hulu Energi
ONWJ dan Pembimbing lapangan yang sudah meluangkan banyak waktu,
tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis selama melakukan penelitian
dilapangan.
10. Bapak Ade Ruhya, selaku Mud Lab Engineer MI-Swaco yang telah
memberikan pengalaman dan ilmu yang bermanfaat serta membimbing
penulis.
11. Mila Kamelia, sahabat untuk selamanya yang tak pernah patah arang untuk
meyemangati penulis dimanapun kapanpun serta selalu sabar menghadapi
banyak masalah. Mendukung secara rohani jasmani maupun materil.
12. Teuku Revi Zuldiyan, sebagai sahabat yang selalu membimbing penulis
hingga mengerti ilmu-ilmu cementing
13. Sahabat Bisik-Bisik Tetangga, Ahmad Shidqy,Amar Razeda,Husein
Alaydrus yang sudah menghiasi hari-hari diperkuliahan sedih maupun senang
serta mendengar keluh kesah penulis dan mendukung serta mendoakan penulis
dalam penyusunan tugas akhir ini.
14. Sahabat Petroengas, Louis Raymond, Guruh Bramantya, Ardiyan Hadi,
Ignatius Ryan Hadi, Miko Napitupulu, M Junifan yang terus mendoakan dan
memberi semangat kepada penulis.
15. Dicky Faturochman, selaku sahabat yang tak pernah lelah dan membagi
fikiran untuk memecahkan masalah dan memotivasi penulis.
16. Sahabat PHE ONWJ, Annisa Rachmadani, William Sihombing, Hasbi
Albani,Amarullah Iqbal,Rannisa Nurul,Fadli Khairullah yang selalu
mendukung dan membimbing saat dilapangan.

viii
17. Sahabat Kosan Pink, Kharisma Agusta, Fadli Khairullah, Fadlan Zuwan, Kak
Lusi, Ahmad Zacky Ricardy,Vicky Ardiantama yang selalu menyemangati
penulis.
18. Abang Septian Dwi Putra dan Zicko , sebagai abang yang mengajarkan
banyak hal tentang ilmu softskill maupun politik yang bermanfaat sampai
penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
19. Iky Lesar, sebagai ketua angkatan tercinta yang selalu mendorong dan
memotivasi penulis hingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
20. Teman–teman 2012 5+, yang selalu mendukung secara moral maupun materil
khususnya Hakama Faza,Rizaldi,Rangga Kurniadi, Jakadhi Dwanu,Hasbi
Albani,Wong Yansen, dan Fajar Adi Putra Nugraha.
21. Teman-teman 2012 Teknik Perminyakan Trisakti, yang selalu hadir
dimanapun kapanpun sedih maupun senang. Menemani tiada akhir.

Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam


penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Penulis
sangat sadar jika tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga penulisan
tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua rekan–rekan mahasiswa
Program Studi Teknik Perminyakan khususnya dan bagi dunia perminyakan pada
umum nya.

ix
ABSTRAK

EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN


7” PADA SUMUR RZ

Muhammad Reza Afriansyah

Nim:071.12.155

Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan,Fakultas Teknologi


Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Evaluasi penyemenan Primary Cementing pada trayek 13⅜”, 9⅝” dan 7”


dengan target perforasi pada kedalaman 3262 ft-3272 ft dan 4112 ft-4160 ft.
Pengumpulan data yang dilakukan mencakup beberapa indikator seperti Thickening
Time, API Fluid Loss, Compressive strength dan aditif. Total Spacer dengan
densitas 10.5 ppg yang digunakan pada trayek 13⅜”, 9⅝”, 7” berturut-turut adalah
100 bbls, 60 bbls dan 40 bbls. Total Lead Cement dengan densitas 13.5 ppg pada
trayek 13⅜”, 9⅝” sejumlah 383.84 bbls dan 83.49 bbls. Total Tail Cement dengan
densitas 15.8 ppg pada trayek 13⅜”, 9⅝” sejumlah 104.9 bbls dan 47.79 bbls. Total
Single Cement dengan densitas 14.5 ppg pada trayek 7” sejumlah 64.36 bbls. Total
Displacement Volume pada trayek 13⅜”, 9⅝”, 7” berturut-turut adalah 230.20 bbls,
207.34 bbls, 48.24 bbls. Selanjutnya evaluasi berdasarkan hasil defleksi CBL
(Cement Bond Logging). Hasil CBL pada target perforasi 3262 ft sampai 3272 ft
dengan range 12 mV hingga 22 mV. Hasil CBL pada target perforasi 4112 ft hingga
4160 ft dengan range 9 mV hingga 42 mV. Dengan hasil defleksi CBL yang tinggi
pada kedua target perforasi maka perlu dilakukannya secondary cementing untuk
mendapatkan hasil CBL yang lebih baik.

Kata kunci: Primary Cementing, Cement Bond Logging, Casing, Lead Cement

x
ABSTRACT

DESIGN CEMENTING CASING 13⅜” , 9⅝” , 7” ON FIELD


“RZ”

Muhammad Reza Afriansyah

Nim:071.12.155
Study Program Of Petroleum Enginering, Faculty Of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Evaluation of cementing Primary Cement on routes 13⅜ ", 9⅝" and 7 "with
the target perforation at a depth of 3262 ft-3272 ft and 4112 ft-4160 ft. Data
collection includes several indicators such as Thickening Time, API Fluid Loss,
Compressive strength and additives. Total Spacers with a density of 10.5 ppg used
on routes 13⅜ ", 9⅝", 7 "were 100 bbls, 60 bbls and 40 bbls respectively. Total
Lead Cement with a density of 13.5 ppg on route 13⅜ ", 9⅝" totaling 383.84 bbls
and 83.49 bbls. Total Cement Tail with a density of 15.8 ppg on routes 13⅜ ", 9⅝"
totaling 104.9 bbls and 47.79 bbls. Total Single Cement with a density of 14.5 ppg
on route 7 "totaling 64.36 bbls. Total Displacement Volume on routes 13⅜ ", 9⅝",
7 "were 230.20 bbls, 207.34 bbls, 48.24 bbls respectively. Furthermore evaluation
is based on the result of deflection of CBL (Cement Bond Logging). CBL results on
perforated targets 3262 ft to 3272 ft with a range of 12 mV to 22 mV. CBL results
on perforated targets 4112 ft to 4160 ft with a range of 9 mV to 42 mV. With the
result of high CBL deflection on both perforated targets it is necessary to do
secondary cementing to get better CBL results.

Keywords: Primary Cementing, Cement Bond Logging, Casing, Lead Cement

xi
DAFTAR ISI

EVALUASI PENYEMENAN PADA CASING 13⅜” , 9⅝” DAN 7” PADA


SUMUR RZ ............................................................................................................. i

EVALUATION CASING CEMENTING ON 13⅜” , 9⅝” AND 7” WELL “RZ” ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... v

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

ABSTRACT ........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG..................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

I.1 LATAR BELAKANG DAN DESKRIPSI PERMASALAHAN................................... 1


I.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
I.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN ............................................................. 2
I.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN DAN BATASAN MASALAH ............................ 2
I.5 MANFAAT PENELITIAN ................................................................................. 3

BAB IITEORI DASAR .......................................................................................... 4

II.1 PETROLEUM SYSTEM................................................................................ 4

xii
II.2 CEMENTING.............................................................................................. 5
II.3 JENIS CEMENTING .................................................................................... 5
II.3.1 Primary Cementing ............................................................................. 5
II.3.2 Secondary Cementing ......................................................................... 6
II.4 KOMPOSISI SEMEN ................................................................................... 6
II.5 SIFAT-SIFAT SEMEN ................................................................................. 7
II.5.1 Water Cement Ratio (WCR) ............................................................... 8
II.5.2 Strength ............................................................................................... 8
II.5.3 Densitas Semen ................................................................................... 9
II.5.4 Thickening Time & Viskositas ........................................................... 9
II.5.5 Filtration Loss ................................................................................... 11
II.5.6 Waiting of Cement (WOC) ............................................................... 11
II.6 ADITIF .................................................................................................... 11
II.6.1 Accelerator ........................................................................................ 12
II.6.2 Extenders ........................................................................................... 12
II.6.3 Foam Preventer ................................................................................. 12
II.6.4 Lost Circulation Material (LCM) ...................................................... 13
II.6.5 Weighting Material ........................................................................... 13
II.6.6 Retarders ........................................................................................... 13
II.6.7 Dispersants ........................................................................................ 13
II.6.8 Fluid Loss Control Agent .................................................................. 14
II.7 PERALATAN TEKNIK PENYEMENAN ....................................................... 14
II.7.1 Peralatan Permukaan ......................................................................... 14
II.7.2 Peralatan Bawah Permukaan ............................................................. 16
II.8 PROSEDUR PENEMPATAN SEMEN ........................................................... 20
II.9 TEKNIK PRIMARY CEMENTING ............................................................... 21
II.10 PENILAIAN KUALITAS PENYEMENAN ..................................................... 22
Cement Bond Logging .................................................................................. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 24

III.1 DIAGRAM ALIR ...................................................................................... 24


III.2 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 25
III.3 PROSEDUR PERHITUNGAN ...................................................................... 25

xiii
Volume Total ................................................................................................ 25
III.4 RUMUS DALAM PERHITUNGAN .............................................................. 26
III.5 PROSEDUR PENGERJAAN PRIMARY CEMENTING .................................... 26
III.6 TAHAPAN PEKERJAAN PRIMARY CEMENTING ........................................ 26
III.6.1 Tahapan Pekerjaan Trayek 13⅜ .................................................... 26
III.6.2 Tahapan Pekerjaan Sumur Trayek 9⅝ .......................................... 27
III.6.3 Tahapan Pekerjaan Sumur Trayek 7 ............................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 29

IV.1 DATA SUMUR ......................................................................................... 29


IV.2 KOMPOSISI BUBUR SEMEN (SLURRY) .................................................... 32
Slurry Design ................................................................................................ 32
IV.3 PERHITUNGAN CEMENT SLURRY ............................................................ 38
Perhitungan Cement Slurry ........................................................................... 39
IV.4 HASIL RUNNING CBL ............................................................................ 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 42

V.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 42


V.2 SARAN.................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

LAMPIRAN .......................................................................................................... 44

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Data Sumur Trayek 13⅜ yang akan dilakukan analisa dan kegiatan
primary cementing ................................................................................................ 29
Tabel IV.2 Data sumur trayek 9⅝ yang akan dilakukan analisa dan kegiatan primary
cementing .............................................................................................................. 30
Tabel IV.3 Data sumur trayek 7” yang akan dilakukan analisa kegiatan primary
cementing .............................................................................................................. 31
Tabel IV.4 Cement Slurry Concentration Trayek 13⅜” ....................................... 32
Tabel IV.5 Cement Slurry Material Requirement Trayek 13⅜” ........................... 33
Tabel IV.6 Cement Slurry Concentration Trayek 9⅝” ......................................... 34
Tabel IV.7 Cement Slurry Material Requirement Trayek 9⅝” ............................. 34
Tabel IV.8 Cement Slurry Concentration Trayek 7” ............................................ 35
Tabel IV.9 Cement Slurry Material Requirement Trayek 7” ................................ 35
Tabel IV.10 Cement Slurry Density,Yield,Mixing Total Fluid ............................ 36
Tabel IV.11 Cement Slurry Thickening Time,API Fluid Loss,UCA pada trayek
13⅜” dan 9⅝” ....................................................................................................... 37
Tabel IV.12 Cement Slurry Thickening Time,API Fluid Loss,UCA trayek 7” .... 38

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Proses Primary cementing (Cement E-School BJ Services.2018) ..... 6


Gambar II.2 Tabel API 10 (ANSI/API SPESIFICATION 10A, 2010) .................. 7
Gambar II.3 Waktu Pemompaan vs Suhu (Hussein Rabbia,2018) ....................... 10
Gambar II.4 Cementing Head (www.jereh-oilfield.com,2010) ............................ 15
Gambar II.5 Cementing Pump (zjboral.en.made-in-china.com,2008) .................. 15
Gambar II.6 Mud Pump (www.indiamart.com,2006) ........................................... 16
Gambar II.7 Cement Batch Mixer (www.nov.com,2017) .................................... 16
Gambar II.8 Guide Shoe (www.knowenergysolutions.com,2012) ....................... 17
Gambar II.9 Float Collar (www.drillingformulas.com,2016) ............................... 18
Gambar II.10 Shoetrack (www.glossary.oilfield.slb.com,2018) .......................... 18
Gambar II.11 Centralizer (www.pvisoftware.com,2015) ..................................... 19
Gambar II.12 Scratcher (www.gauravassociate.com,2018).................................. 19
Gambar II.13 Top Plug & Bottom Plug (www.glossary.oilfield,2018) ................ 20
Gambar II.14 Cementing Through Casing (Rubi Rubiandini,2010) .................... 22
Gambar II.15 Konsep CBL/VDL pada Pengukuran Kualitas Semen (Rubi
Rubiandini,2010)................................................................................................... 23
Gambar II.16 Gelombang yang Ditangkap CBL (Rubi Rubiandini,2010) ........... 23
Gambar IV.117Hasil Running CBL Kedalaman 3262-3272 (PHE ONWJ,2018) 40
Gambar IV.218Hasil Running CBL Kedalaman 4112-4160 (PHE ONWJ,2018) 41

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penampang Sumur .................................................................... 45


Lampiran 2 Perhitungan Volume Semen ...................................................... 49

xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman

CBL Cement Bond Logging 2


BOP Blow Out Preventer 14
API American PetroleumInstitute 16
WCR Water Cement Ratio 18
WOC Waiting on Cement 18
UC Unit of Consistency 20
HPHT High Pressure High Temperature 21
LCM Lost Circullation Material 25
OD Outside Diameter 39
OH Open Hole 42
UCA Ultrasonic Cement Analyzer 42
BHST Bottom Hole Static Temperature 43
BHCT Bottom Hole Circulating Temperature 43
ID Inside Diameter 43
WBM Water Base Mud 44
MD Measured Depth 43
PV Plastic Viscosity 47
YP Yield Point 47
BPM Barrel Per Minute 48
POOH Pull Out of Hole 49

xviii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang dan Deskripsi Permasalahan


Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada
dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu
operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida formasi yang
bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di
belakang casing. Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua,
yaitu Primary Cementing (Penyemenan Utama) dan Secondary atau Remedial
Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan). Primary Cementing
adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah casing diturunkan ke
dalam sumur. Sedangkan secondary cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak
(Rudi Rubiandini,2012).
Lokasi sumur yang akan dilakukan evaluasi penyemenan berlokasi disebelah
barat dari laut jawa yang berdekatan dengan kepulauan seribu. Formasi yang akan
akan dijadikan sebagai target perforasi yaitu formasi main-massive. Berdasarkan
data formasi yang didapat, litologi batuan pada formasi main-massive terdiri dari
batu pasir dengan perselingan claystone dan limestone. Formasi ini mempunyai
penyebaran yang sangat luas dan merupakan reservoir utama pada lapangan ini.
Dikarenakan target perforasi yang berada pada zona batu pasir, maka diperlukan
adanya penyemenan primary cementing. Setelah dilakukannya penyemenan pada
sumur RZ, maka didapatkan hasil CBL pada kedua target perforasi. Permasalahan
yang terdeteksi adalah pembacaan mV yang cukup tinggi pada target perforasi
kedua yaitu pada kedalaman 4112ft hingga 4160ft sehingga menimbulkan keraguan
untuk dilakukan perforasi pada zona tersebut.
• Menurut (Rudi Rubiandini, 2010), formasi dan casing terikat baik apabila
harga amplitudo rendah.
• Menurut (Rudi Rubiandini, 2012), penyebab buruknya hasil penyemenan
berdasarkan hasil data CBL dikarenakan lumpur yang tidak terangkat
sepenuhnya pada target penyemenan. Faktor-faktornya antara lain adalah
casing yang tidak centralized, densitas semen yang terlalu rendah

1
berbanding dengan lumpur pemboran dan rendahnya viskositas bubur
semen yang dipompakan.
• Menurut (Hussein Rabia, 2000) Primary Cementing merupakan tahapan
pencegahan terjadinya migrasi gas pada annular, dikarenakan remedial
cementing yang sering dilakukan untuk mencegah migrasi gas sangat kecil
kemungkinan berhasil. Maka dari itu diperlukan pengerjaan primary
cementing yang efektif.
Berdasarkan poin-poin diatas maka penyemenan dengan hasil mV yang cukup
tinggi dapat menyebabkan berbagai macam dampak bagi sumur dan casing itu
sendiri. Maka dari itu perlu dilakukan evaluasi penyemenan dan penentuan
dilakukannya remedial cementing untuk menghindari terjadinya chanelling
maupun migrasi gas.

I.2 Rumusan Masalah


Dalam melakukan evaluasi penyemenan pada sumur RZ ada beberapa hal
yang akan dibahas antara lain sebagai berikut:
1. Berapa volume bubur semen pada casing?
2. Apa saja aditif yang ditambahkan pada bubur semen?
3. Bagaimana hasil dari penyemenan?

I.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian


Maksud dan tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi dan menganalisa masalah kegiatan primary cementing
2. Menentukan jumlah semen pada masing-masing trayek
3. Menentukan hasil semen pada zona perforasi dengan CBL

I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah


Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
data dan parameter dari sumur “RZ” . Penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil
test lab dan data lapangan dari sumur “RZ”. Tahapan selanjutnya adalah analisa
data dari volume bubur semen kelas G, thickening time, compressive strength,

2
temperature, pemilihan aditif hingga pengetesan dengan CBL serta faktor-faktor
yang berpengaruh dalam primary cementing.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui tahapan dan hasil penyemenan
berdasarkan data lab test dan lapangan. Mengetahui faktor-faktor seperti thickening
time, volume bubur semen, dan compressive strength sangat mempengaruhi hasil
perhitungan dan pengerjaan dari primary cementing yang dapatkan dijadikan acuan
lebih lanjut untuk melakukan penyemenan lebih lanjut ataupun untuk melakukan
penyemenan pada sumur yang lain dengan karakterisitk yang sama. Manfaat lain
bagi penelitian ini adalah untuk melihat kesalahan dalam perhitungan maupun
pembacaan hasil CBL.

3
BAB II TEORI DASAR

Dalam industri perminyakan penyemenan adalah tahapan awal yang dilakukan


sebelum dilakukannya pengeboran maupun produksi lebih lanjut. Penyemenan
merupakan kegiatan untuk menopang casing agar tidak runtuh dan mengisolasi
zona-zona yang berbeda. Keberhasilan hasil penyemenan menentukan jalannya
pengeboran dan produksi. Dalam operasi pengeboran banyak hal yang harus
dilakukan dan diperhatikan dikarenakan faktor resiko yang tinggi jika gagal.

II.1 Petroleum System


Ketersediaan sumber hydrokarbon tersimpan dalam beberapa sub cekungan
yang berlokasi di wilayah pulau jawa hingga wilayah offshore Barat Laut Jawa.
Berikut adalah parameter yang perlu diperhatikan pada petroleum system sebagai
berikut.

1. Batuan Induk (Source Rock)


Terdapat 3 tipe batuan induk utama yaitu: lacustrine shales (sebagai sumber
penghasil minyak), fluvio-deltaic coals and shales (sebagai sumber penghasil
minyak dan gas), dan marine claystones (sebagai sumber penghasil bacterial gas).

2. Migrasi
Jalur migrasi terjadi secara lateral dan atau vertikal keluar dari batuan induk.
Jalur utama pada migrasi adalah(channel) batuan pasir pada formasi Talang Akar.

3. Batuan Reservoir
Sub cekungan Arjduna membentuk akumulasi penyimpanan hydrokarbon yang
sangat baik. Batu pasir berkualitas tinggi sebagai batuan reservoir terdapat pada
periode pengendapan oligocene dan miocene.

4. Jebakan (Trap)
Struktur jebakan utama merupakan kubah antiklin yang lebar dan perangkap
pembelokan (tilted fault block traps) yang terletak paling atas.

4
5. Batuan Penutup (Cap Rock)
Formasi Cibulakan (Main – Massive) diperkirakan berperan sebagai batuan
penyekat (seal rock), sedangkan formasi Cisubuh berperan sebagai batuan penutup
(cap rock).

II.2 Cementing
Cementing atau penyemenan adalah proses pendorongan sejumlah bubur
semen (slurry) yang mengalir dari casing shoe hingga naik ke annulus di antara
casing dan formasi, yang kemudian membutuhkan selang waktu untuk mengeras
sehingga mengikat antara casing dengan dinding lubang bor atau dengan casing.
Alasan mengapa suatu pemboran memerlukan penyemenan casing berdasarkan
(Rudi Rubiandini, 2010) sebagai berikut:
1. Melindungi casing / liner dari tekanan yang datang dari bagian luar
casing yang dapat menimbulkan collapse.
2. Melindungi pipa selubung dari fluida formasi yang bersifat korosi
seperti air formasi ataupun kcl dalam lumpur pemboran.
3. Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu formasi
ke formasi lain.
4. Menutup zona lost circulation
5. Mencegah blow-outs dengan membentuk segel terhadap formasi dan
casing
6. Melindungi casing shoe dari tumpuan beban ketika pengeboran
7. Mencegah pergerakan fluida antar zona

II.3 Jenis Cementing


Berdasarkan tujuannya proses penyemenan dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
1. Primary cementing
2. Secondary atau Remedial Cementing
II.3.1 Primary Cementing
Primary cementing adalah penyemenan awal yang dilakukan setelah casing
diturunkan ke dalam sumur untuk menghindari formasi runtuh dan migrasi gas yang

5
akan menghambat jalannya pemboran (Rudi Rubiandini, 2012). Pada Primary
Cementing berbagai peralatan dan metode-metode yang digunakan tergantung
dengan kondisi sumur yang berbeda-beda. Pada gambar II.1 akan dijelaskan
bagaimana skema Primary Cementing secara yang akan dilakukan.

Gambar II.1 Proses Primary cementing (Cement E-School BJ Services.2018)

Proses Primary Cementing yang dilakukan berdasarkan Single Stage Method


dengan memanfaatkan Top Plug dan Bottom Plug sebagai media pendorong semen.

II.3.2 Secondary Cementing


Secondary cementing secara umum diartikan sebagai proses pekerjaan
penyemenan yang kedua atau penyemenan ulang, dengan tujuan untuk perbaikan
penyemenan yang pertama. Kegunaan dari secondary cementing berdasarkan (Rudi
Rubiandini, 2012) sebagai berikut:
− Memperbaiki kegagalan primary cementing
− Memperbaiki casing bocor
− Menutup lubang perforasi yang salah
− Menutup lubang yang sudah tidak produktif

II.4 Komposisi Semen


Klasifikasi dan komposisi semen disesuaikan berdasarkan dengan kondisi
sumur pada lapangan yang akan dilakukan penyemenan. Klasifikasi ini
menggunakan standarisasi API 10 dengan 9 kelas semen, penulis menggunakan

6
standard semen kelas G sebagai acuan dasar perhitungan bubur semen pada evaluasi
pekerjaan penyemenan. Berikut adalah keterangan semen kelas G dan standard API
masing-masing semen.

1. Semen Kelas G
Semen kelas G dapat digunakan sebagai semen pemboran dasar untuk
kedalaman 2440 meter (8000 ft), atau dapat digunakan dengan akselerator dan
retarder untuk memperoleh batas jangkauan kedalaman sumur dan suhu yang lebih
luas. Semen kelas G memiliki densitas sebesar 15.8 ppg. Semen kelas G paling
sering digunakan dalam operasi pemboran internasional (Rudi Rubiandini,2012).
Berikut adalah tabel API 10 berdasarkan temperature dan compressive strength
pada gambar II.2

Gambar II. 2 Tabel API 10 (ANSI/API SPESIFICATION 10A, 2010)

II.5 Sifat-sifat Semen


Semen mempunyai beberapa sifat yang berpengaruh dalam proses
penyemenan dan harus disesuaikan dengan kondisi sumur. Beberapa sifat semen
yaitu :
• Water Cemen Ratio (WCR)

7
• Compressive Strength & Shear Strength
• Densitas
• Thickening Time & Viskositas
• Filtration Loss
• Permeabilitas
• Waiting on Cement (WOC)

II.5.1 Water Cement Ratio (WCR)


Water Cement Ratio (WCR) ialah perbandingan antara jumlah air dan
semen yang dicampurkan untuk mendapatkan komposisi bubur semen yang pas dan
sesuai dengan kebutuhan sumur. Water Cement Ratio tersebut dipengaruhi oleh
surface area cement, yaitu dimana luas permukaan dari semua butir yang ada dalam
cm²/gram semen yang dipergunakan.

II.5.2 Strength
Strength pada semen terbagi dua, yakni compressive strength dan shear
strength. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing, sedangkan
shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan berat casing.
Jadi compressive strength menahan tekanan-tekanan dalam arah horizontal dan
shear strength semen menahan tekanan- tekanan dari arah vertikal. Dalam
mengukur strength semen, seringkali yang diukur adalah compressive strength dari
pada shear strength. Umumnya compressive strength mempunyai harga 8 - 10 kali
lebih dari harga shear strength. Pengujian compressive strength di laboratorium
dilakukan dengan menggunakan alat Curing Chamber dan Hydraulic Mortar.
Curing Chamber dapat mensimulasikan kondisi lingkungan semen untuk
temperatur dan tekanan tinggi sesuai dengan temperatur dan tekanan formasi.
Hydraulic Mortar merupakan mesin pemecah semen yang sudah mengeras dalam
Curing Chamber. Strength minimum yang direkomendasikan oleh API untuk dapat
melanjutkan operasi pemboran adalah 6, 7 MPa (1.000 psi). Berdasarkan (Rudi
Rubiandini, 2012) sebagai berikut:
• Melindungi dan menyokong casing

8
• Menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa terjadinya perekahan
• Menahan goncangan selama operasi pemboran dan perforasi
• Menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif
• Menyekat antar lapisan yang permeabel

II.5.3 Densitas Semen


Densitas erat kaitannya dengan tekanan hidrostatis pada sumur yang akan
di semen. Densitas pada semen tidak jauh halnya sama dengan densitas lumpur.
Apabila dalam kondisi normal maka densitas semen dan densitas lumpur dapat
dianggap sama atau bisa lebih besar densitas semen sedikit dibandingkan densitas
lumpur. Jika sumur tersebut memiliki tekanan yang rendah atau zone lost
circulation, maka densitas bubur semen harus disesuaikan dengan kondisi sumur
tersebut. Karena apabila tidak sesuai maka dapat membuat bubur semen hilang ke
dalam formasi. Sebaliknya, pada sumur yang memiliki tekanan besar maka bubur
semen harus cukup besar untuk mengimbangi tekanan formasi agar tidak terjadi
blow out pada saat penyemenan (Rudi Rubiandini,2012).

II.5.4 Thickening Time & Viskositas


Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan suspensi
semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of Consistency).
Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi suspensi semen masih dapat
dipompa lagi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi
adalah viskositas, cuma dalam pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip.
Sehingga penggunaan konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan viskositas
pada operasi penyemenan dengan viskositas pada operasi pemboran (lumpur
pemboran). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi thickening time
berdasarkan (Rudi Rubiandini,2012) sebagai berikut:
• Temperatur sumur yang tinggi akan mempercepat reaksi hydrasi, jadi
mengurangi thickening time bubur semen.
• Tekanan yang tinggi juga dapat mengurangi thickening time.
• Semakin tinggi filtration loss akan mempercepat thickening time.

9
• Penghentian sementara pada waktu pemompaan semen akan
mengurangi thickening time.

Thickening time suspensi semen ini sangatlah penting. Waktu pemompaan


harus lebih kecil dari thickening time, karena bila tidak, akan menyebabkan
suspensi semen akan mengeras lebih dahulu sebelum seluruh suspensi semen
mencapai target yang diinginkan. Dan bila mengeras di dalam casing merupakan
kejadian yang sangat fatal dalam operasi pemboran selanjutnya.

Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolom penyemenan yang


panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus
diperpanjang. Untuk memperpanjang atau memperlambat thickening time perlu
ditambahkan retarder ke dalam suspensi semen, seperti kalsium lignosulfonat,
carboxymethyl, hydroxyethyl, cellulose dan senyawa-senyawa asam organik.
Berikut contoh kurva waktu pemompaan terhadap suhu pada gambar II.3.

Gambar II.3 Waktu Pemompaan vs Suhu (Hussein Rabbia,2018)


Perencanaan besarnya thickening time bergantung kepada kedalaman sumur
dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen. Di laboratorium,
pengukuran thickening time menggunakan alat High Pressure High Temperature
Consistometer (HPHT), disimulasikan pada kondisi temperatur dan tekanan
sirkulasi. Thickening time suspensi semen dibaca bila pada alat diatas telah
menunjukkan 100 Bc untuk standar API namun ada perusahaan lain yang
menggunakan angka 70 Bc dengan pertimbangan faktor keselamatan, kemudian
diekstrapolasi ke 100 UC (Bourgoyne Jr, Adam T et.all 1986).

10
II.5.5 Filtration Loss
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen ke
dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan filtrat.
Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena akan menyebabkan suspensi
semen kekurangan air. Kejadian ini disebut dengan flash set. Bila suspensi semen
mengalami flash set maka akan mengakibatkan friksi di annulus dan juga dapat
mengakibatkan pecahnya formasi. Pengujian filtration loss di laboratorium
menggunakan alat filter press pada kondisi temperatur sirkulasi dengan tekanan
1.000 psi. Namun filter loss mempunyai kelemahan yaitu temperatur maksimum
yang bisa digunakan hanya sampai 82°C (180°F). Filtration loss diketahui dari
volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung atau gelas ukur selama 30
menit. Pada primary cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 150-250 cc
yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh
dan pada tekanan 1.000 psi. Sedangkan pada squeeze cementing, filtration loss
diijinkan sekitar 55 - 65 cc selama 30 menit (W,Thorne 1995).

II.5.6 Waiting of Cement (WOC)


Waiting on cement atau waktu menunggu pengerasan semen adalah waktu
yang dihitung saat menunggu pengerasan suspensi semen setelah semen selesai
ditempatkan. WOC ditentukan oleh faktor-faktor seperti tekanan dan temperatur
sumur, WCR, compressive strength dan additives-additives yang dicampurkan ke
dalam suspensi semen (seperti accelerator atau retarder). WOC berdasarkan API
adalah jika compressive strength mencapai 1000 psi (7 Mpa) (W,Thorne 1995).

II.6 Aditif
Dalam pembuatan semen, ada faktor - faktor lain yang turut mempengaruhi
bubur semen yaitu waktu pengerasan dan harga semen dari segi keekonomisan.
Selain itu, pembuatan bubur semen harus memperhatikan juga sifat dari bubur
semen tersebut. Kondisi sumur juga dapat mempengaruhi dalam pemilihan jenis
semen namun sangat jarang memilih bubuk semen hanya tergantung dari kondisi
sumur saja. Oleh karena itu, agar dicapai hasil penyemenan yang diinginkan perlu
ditambahkan suatu zat - zat kimia ke dalam bubur semen. Terdapat 8 kategori dalam
penentuan jenis kimia, adalah:

11
• Accelerator
• Extenders
• Foam Preventer
• Lost Circulation Material (LCM)
• Weighting Material
• Retarders
• Dispersants
• Fluid Loss Control Agent

II.6.1 Accelerator
Accelerator adalah additives yang digunakan untuk mempercepat
pengerasan bubur semen. Penggunaan additives ini terutama untuk penyemenan
pada temperatur dan tekanan rendah (sumur yang dibor masih dangkal) yang
umumnya juga karena jarak untuk mencapai target tidak terlalu panjang. Selain itu
juga mempercepat naiknya strength semen dan mengimbangi additives lain (seperti
dispersants dan fluid loss control agent), agar tidak tertunda proses pengerasan
suspensi semennya. Contoh-contoh additives yang berlaku sebagai accelerator
yang umum digunakan adalah Calcium Chloride, Sodium Chloride, Gypsum,
Sodium Silicate dan Sea Water (W,Thorne 1995).

II.6.2 Extenders
Extenders merupakan additives yang digunakan untuk membuat volume
bubur semen menjadi lebih banyak dari setiap sak semenya, karena diperlukan
penambahan air. Dengan demikian extenders berfungsi sebagai additives yang
dapat mengurangi atau menurunkan density bubur semen. yang termasuk extenders
adalah : Bentonite-Attapulgite, Gilsonite, Diatomaceous Earth, Perlite dan
Pozzolans (W,Thorne 1995).

II.6.3 Foam Preventer


Foam preventer berfungsi mencegah atau mengurangi kecenderungan
berbusa semen saat dicampur. Hal ini diperlukan karena sifat slurries semen dan

12
set cement tergantung pada rasio air / semen. Campuran yang paling banyak diisi
menentukan rasio dengan mengukur kerapatan lumpur, sehingga udara yang masuk
menyebabkan bubur dicampur dengan rasio yang tidak sesuai. Beberapa bahan bisa
digunakan sebagai agen antifoam, tapi bukan defoamers. Bahan lainnya bertindak
baik sebagai penghilang busa atau penghambat busa (W,Thorne 1995).

II.6.4 Lost Circulation Material (LCM)


Loss of Circulation seperti halnya dengan sirkulasi lumpur pemboran pada
sirkulasi bubur semen pada penyemenan bisa juga terjadi kehilangan bubur semen.
Sehingga di sini perlu ditambahkan additives untuk menghindari hal tersebut.
Gilsonite dianggap material yang paling baik untuk itu, selain itu juga dapat
berfungsi sebagai extenders. Lost Circulation Materials lainnya : Walnut Hulls,
Cellophane Flakes dan Nylon Fibers (W,Thorne. 1995).

II.6.5 Weighting Material


Weighting Material merupakan additives yang digunakan untuk
memperbesar density bubur semen dan biasanya digunakan pada formasi yang
bertekanan tinggi yang berguna mengurangi kemungkinan terjadinya blow out.
yang termasuk dalam additives ini adalah : Hematite, Limenite, Barite dan pasir
(Rudi Rubiandini, 2012).

II.6.6 Retarders
Retarders adalah additives yang digunakan untuk memperpanjang waktu
pengerasan. Hal ini biasanya dilakukan pada penyemenan sumur yang dalam,
dimana temperaturnya tinggi. Additives yang berfungsi sebagai retarders antara
lain : Lignosulfonate, Organic Acids, Modified Lignosulfonate, Carboxy Methyl
Hydroxy Ethyl Cellulose (Rudi Rubiandini, 2012).

II.6.7 Dispersants
Dispersants adalah additives yang berfungsi untuk mengurangi viskositas
suspensi semen. Pengurangan viskositas atau friksi terjadi karena dispersants
mempunyai kelakuan sebagai thinner (pengencer). Hal ini menyebabkan suspensi
semen menjadi encer, sehingga dapat mengalir dengan aliran turbulensi walaupun

13
dipompa dengan laju pemompaan yang rendah. Additives yang dapat digunakan
adalah Organic Acids, Lignosulfonate, Plymers dan Sodium Chloride (W,Thorne.
1995).

II.6.8 Fluid Loss Control Agent


Bila bubur semen ditempatkan di atas formasi permeabel di bawah tekanan
proses filtrasi terjadi. Fasa berair dari bubur lolos ke formasi sehingga
meninggalkan partikel semen di belakangnya. Proses seperti ini umumnya dikenal
sebagai cairan yang hilang.Jika kehilangan cairan tidak terkontrol, beberapa
konsekuensi serius dapat terjadi yang dapat menyebabkan kegagalan kerja. Karena
fase volume cairan bubur menurun, kerapatan lumpur meningkat. Akibatnya,
kinerja bubur menyimpang dari desain semula.Tingkat kehilangan cairan API dari
bubur semen yang rapi biasanya melebihi 1500 ml / 30min (W,Thorne 1995).

II.7 Peralatan Teknik Penyemenan


Peralatan penyemenan terdapat di atas permukaan dan di bawah permukaan,
peralatan tersebut meliputi surface dan subsurface yaitu sebagai berikut:

II.7.1 Peralatan Permukaan


Peralatan penyemenan terdapat di atas permukaan meliputi Cementing unit,
Flowline, dan Cementing head.Cementing unit adalah merupakan suatu unit pompa
yang mempunyai fungsi untuk memompakan bubur semen (slurry) dan lumpur
pendorong dalam proses penyemenan.
Surface Cementing Unit terdiri dari :
• Cementing Head
• Pompa Semen
• Pompa Lumpur
• Mixer

II.7.1.1 Cementing Head


Cementing head adalah peralatan penyemenan yang dipasang
diujung casing teratas. Cementing head yang modern sekarang adalah plug

14
container dimana didalam plug container bisa dipasang langsung bottom
plug dan top plug, masing – masing plug akan ditahan oleh pin penahan.
Berikut merupakan contoh Cementing Head pada gambar II.4.

Gambar II.4 Cementing Head (Gillmore, Todd 2003)


II.7.1.2 Pompa Semen
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah dibuat dan
memompakan bubur semen ke cementing head melalui cementing line.
Pompa semen dipakai untuk pemompaan bubur semen ke dalam sumur.
Pompa yang biasa dipakai adalah pompa duplex double acting piston atau
single acting triplex pluner pump. Sehingga bubur semen dapat mengisi
lubang perforasi atau menutup sumur.Berikut merupakan contoh Cementing
Pump pada gambar II.5.

Gambar II.5 Cementing Pump (Gillmore, Todd 2003)


II.7.1.3 Pompa Lumpur
Mud Pump merupakan pompa untuk mensirkulasi fluida pengeboran
dengan bertekanan tinggi (hingga 7500 psi) menuruni drillstring hingga

15
keluar dari bit menuju annulus . Mekanisme pemompaan adalah dengan
gerakan piston secara resiprokal. Mud Pump digunakan juga untuk
mendisplace sumur ataupun mendorong top plug agar semen terdesak
menuju bottom plug. Berikut gambar II.6 merupakan contoh Mud Pump
yang biasa digunakan dalam aktifitas pemboran mau cementing

Gambar II.6 Mud Pump (Gillmore, Todd 2003)

II.7.1.4 Mixer
Prinsipnya adalah mempertemukan cement slurry dan air dengan
kecepatan yang sangat tinggi (sistem jet) melalui suatu venturi sehingga
timbul aliran turbulensi yang menjadikan proses pencampuran menjadi
sempurna. Berikut contoh Cement Batch Mixer pada gambar II.7.

Gambar II.7 Cement Batch Mixer (Gillmore, Todd 2003)


II.7.2 Peralatan Bawah Permukaan
Casing akan dipasang di berbagai kedalaman saat pengeboran. Hal ini
dilakukan dan ditopang oleh semen, yang juga menyediakan isolasi zona. Peralatan
bawah permukaan seperti Centralizer digunakan untuk memastikan isolasi zona

16
secara maksimal. Float Collars dan Guide Shoe mencegah arus balik setelah semen
dipompa ke tempatnya serta sebagai petunjuk saat pemasangan casing.
Subsurface Cementing Unit terdiri dari:
• Guide Shoe
• Float Collar
• Shoetrack
• Centralizer
• Scratcher
• Bottom Plug & Top Plug

II.7.2.1 Guide Shoe


Guide shoe adalah peralatan yang dipasang pada ujung bawah
rangkaian casing. Guide shoe berbentuk lonjong atau tabung dengan bahan
dasar yang tidak terlalu keras dan padat. Kegunaannya adalah untuk
menuntun rangkaian casing agar tidak tersangkut disaat menurunkan ke
dasar lubang. Berikut adalah contoh guide shoe pada gambar II.8.

Gambar II.8 Guide Shoe (Gillmore, Todd 2003)


II.7.2.2 Float Collar
Float collar adalah perangkat pendek yang terpasang setelah satu,
dua, hingga tiga joints terhadap casing dari float shoe. Float collar
mempunyai check vavle yang memungkinkan untuk mengalirkan fluida satu

17
arah. Aliran seperti ini memungkinkan cairan mengalir ke bawah melalui
casing. Berikut contoh float collar pada gambar II.9.

Gambar II.9 Float Collar (Gillmore, Todd 2003)

II.7.2.3 Shoetrack
Shoetrack adalah jarak antara guide shoe dan float collar. Tujuan
dari adanya shoetrack adalah untuk menjaga semen pada jalurnya yang bisa
terkontaminasi oleh fluida pemboran saat pemompaan kedalam pipa.
Panjang shoetrack tergantung dari ketinggian semen di annulus, karena
ketinggian semen di annulus akan menentukan. Berikut contoh shoetrack
pada gambar II.10.

Gambar II.10 Shoetrack (Gillmore, Todd 2003)


II.7.2.3 Centralizer
Centralizer ditempatkan pada bagian luar casing string untuk
memberikan jarak antara sumur bor dan pipa dalam upaya untuk membantu
dalam mencapai kepadatan semen dalam pipa. Beberapa jenis centralizer

18
yang ada salah satunya seperti the bow string type yang paling umum
digunakan. Berikut contoh centralizer pada gambar II.11.

Gambar II.11 Centralizer (Gillmore, Todd 2003)


Frekuensi, penempatan, dan pemilihan centralizer yang tepat
penting dalam lubang lurus dan bahkan lebih signifikan pada sumur terarah

II.7.2.4 Scratcher
Scratcher adalah perangkat eksternal yang dirancang untuk
menghilangkan lumpu yang terjebak (immobile) pada lubang sumur dan
mudcake pada dinding sumur bor. Untuk mencegah menumpuknya padatan
atau mudcake, scratcher harus diberi jarak untuk memastikan area tumpang
tindih yang berdampingan dengan scratcher. Berikut contoh Scratcher pada
Gambar II.12.

Gambar II.12 Scratcher (Gillmore, Todd 2003)


II.7.2.5 Bottom Plug & Top Plug
Bottom Plug berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi antara
lumpur dengan bubur semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang berada
didalam casing dan memisahkan casing dari semen dan juga membersihkan

19
mud film didalam dinding casing, pada bottom plug terdapat membran yang
pada tekanan tertentu dapat pecah, sehingga semen akan mengalir keluar
dan terdorong ke annulus sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom
plug dibuat dari bahan karet dan bahan dalamnya dibuat dari alluminium.
Adapun untuk top plug berfungsi untuk mendorong bubur semen,
memisahkan semen dari lumpur pendorong agar tidak terjadi kontaminasi,
membersihkan semen dari sisa-sisa semen didalam casing. Berikut adalah
contoh top plug dan bottom plug pada gambar II.13.

Gambar II.13 Top Plug & Bottom Plug (Gillmore, Todd 2003)

II.8 Prosedur Penempatan Semen


Prinsip operasi penyemenan ini adalah menempatkan adonan semen
(cement slurry) ke dalam annulus antara selubung dan lubang sumur, dengan cara
mensirkulasikan adonan semen tersebut melalui selubung kemudian melalui casing
shoe dengan menggunakan dua buah plug (top dan bottom plug). Oleh karena itu
primary cementing ini disebut juga casing cementing. Agar diperoleh hasil yang
maksimal dalam primary cementing maka beberapa prosedur dibawah ini sebaiknya
dilakukan yaitu :
1. Mengkondisikan lubang sumur, antara lain dengan reaming yaitu
pemboran kecil pada lubang yang telah ada untuk memperlebar sedikit
lubang atau meratakan dinding lubang pemboran.
2. Mengkondisikan lumpur dengan cara mengalirkan lumpur pada
saringan agar terlepas semua cuttingnya. Selain itu viskositas dan gel
strength dijaga supaya rendah, juga water lossnya harus rendah.

20
3. Memasang guide shoe dan float collar. loat collar sebaiknya dipasang
30 ft diatas guide shoe untuk mencegah pendorongan yang berlebihan
(over displacement) pada cement slurry dan agar diperoleh cement
slurry yang baik disekitar casing shoe.
4. Memasang scratcher terutama untuk zona-zona permeabel guna
menghilangkan mud cake.
5. Memasang centralizer agar casing terletak ditengah-tengah lubang.
Lokasi pemasangan ditentukan dengan log dan spacingnya diatur sekitar
60-90 ft.
6. Memakai adonan semen dengan densitas sedikit lebih besar dari densitas
lumpur mula-mula. Hal ini untuk mencega blow-out, lost circulation dan
over displacement. Semen yang dipilih harus sesuai dengan tekanan dan
temperature formasi.
7. Memakai caliper log untuk mengukur diameter lubang pemboran agar
volume cement slurry bias dihitung dengan tepat, lalu ditambahkan
sekitar 15%-25% volume untuk keamanan. Bila dalam penentuan
diameter lubang tidak dipakai caliper log, maka untuk safety biasanya
lebih besar yaitu sekitar 50%-100%.

II.9 Teknik Primary Cementing


Ada beberapa macam teknik penempatan adonan semen ke dalam annulus
di belakang casing pada primary cementing. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan Teknik Cementing Through Casing.

Cementing Through Casing


Cementing through casing disebut juga penyemenan normal, yang biasa
dilakukan pada conductor, surface, intermediate dan production casing.
Penyemenan ini dilakukan dengan metode satu tingkat (single stage method)
dengan memompakan adonan semen melalui casing shoe dan memakai top dan
bottom plugs. Hal yang dilakukan pertama dengan menurunkan bottom plug dan
dilanjutkan dengan pemompaan bubur semen dan dilanjutkan dengan pendorongan
top plug. Ketika top plug mencapai bottom plug terlihat kenaikan tekanan pompa

21
yang tiba-tiba di permukaan. Berikut contoh cementing through casing pada
gambar II.14.

Gambar II.14 Cementing Through Casing (Rubi Rubiandini,2010)


Kenaikan tekanan yang tiba-tiba ini bisa dipakai sebagai indikator bahwa
pendesakan adonan semen telah selesai.

II.10 Penilaian Kualitas Penyemenan


Evaluasi penyemenan adalah pengujian tujuan dari penyemenan telah
tercapai setelah operasi penyemenan dilaksanakan. Evaluasi penyemenan tidak
akan efisien bila tujuan dari penyemenan tidak jelas, apakah primary cementing,
remedial cementing atau plugging cementing. Untuk pengetesan pada pengerjaan
primary cementing ini penulis menggunakan metode gelombang accoustic. Metode
gelombang accoustic sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
• Cement Bond Logging
• Cement Evaluation Tool
Metode yang penulis gunakan dalam evaluasi ini adalah Cement Bond Logging.

Cement Bond Logging


Cement Bond Logging atau CBL merupakan metode yang sudah
dikembangkan sejak 30 tahun yang lalu dan merupakan metode yang masih sering
digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan penyemenan. Metode Cement Bond
Logging digunakan dengan memanfaatkan defleksi dari gelombang suara/accoustic
yang dipantulkan pada formasi dan diterima oleh receiver. Semakin panjang
gelombang yang diterima oleh receiver berdasarkan waktu transit maka dapat

22
disimpulkan terjadi bond cement yang kurang rapat. Maka sebaliknya bila hasil
defleksi yang didapatkan kecil dan rapat maka hasil bond cement dapat dikatakan
baik. Berikut contoh konsep CBL/VDL pada gambar II.15.

Gambar II.15 Konsep CBL/VDL pada Pengukuran Kualitas Semen (Rubi


Rubiandini,2010)
Peralatan CBL juga dilengkapi dengan sejumlah centralizer yang berfungsi
agar transmitter dan receiver tetap terpusat di dalam pipa. Prinsip pengukuran CBL
adalah merekam harga transit time dan amplitudo/attenuation dari gelombang
acoustic 20 kHz yang dipancarkan oleh transmitter setelah merambat melalui
dinding casing dan fluida lubang bor. Berikut adalah contoh gelombang yang
ditangkap CBL pada gambar II.16.

Gambar II.16 Gelombang yang Ditangkap CBL (Rubi Rubiandini,2010)

23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan
untuk penelitian ilmiah. Bab ini akan membahas metodologi penelitian yang
digunakan, dan prosedur perhitungan yang digunakan.

III.1 Diagram Alir

No

Yes

24
III.2 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini yang berjudul “ Evaluasi Penyemenan pada Casing
13⅜” , 9⅝” dan 7” pada Sumur RZ” berdasarkan analisis dan jenis data adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses serta hasil
saat dilakukannya aktivitas penyemenan. Aktivitas penyemenan yang dimaksud
adalah primary cementing. Sementara itu, dalam penelitian ini, penulis memperoleh
data bersumber dari data lapangan dan laboratorium.

III.3 Prosedur Perhitungan


Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah semen
yang digunakan serta hasil dari penyemenan itu sendiri dengan menggunakan CBL
(Cement Bond Logging). Analisis ini membutuhkan nilai kedalaman casing, nilai
OD dan ID casing, dan material yang akan digunakan dalam campuran bubur
semen. Jika perhitungan kedalaman masing-masing casing shoe berdasarkan data
sumur didapat maka perhitungan bubur semen dapat dilakukan. Setelah
dilakukannya perhitungan bubur semen yang diperlukan pada masing-masing
trayek casing maka akan dilakukan evaluasi semen casing menggunakan CBL
(Cement Bond Logging).

Adapun untuk analisis dan perhitungan dalam penelitian ini, diperlukan


parameter pendukung untuk perhitungan sebagai berikut:
1. Kedalaman casing
2. OD (Outside Diameter) Casing
3. ID (Inside Diameter) Casing
4. Kedalaman OH (Open Hole)

Volume Total
Dalam menentukan volume total dapat ditentukan berdasarkan parameter berikut:
1. Volume Spacer
2. Volume Semen Lead
3. Volume Semen Tail
4. Volume Shoetrack
5. Volume Displace

25
III.4 Rumus Dalam Perhitungan
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒𝑟
a. Panjang Spacer : (𝑂𝐻2 −𝑂𝐷2 )
1029,4

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒𝑟
b. Contact Time : 𝑏𝑝𝑚

𝐼𝐷2 −𝑂𝐷2
c. Semen dalam casing : 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑥 ( )
1029,4

d. Open hole excess : 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 (% 𝐸𝑥𝑐𝑒𝑠𝑠)


𝐼𝐷2
e. Shoetrack Volume : 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑆ℎ𝑜𝑒𝑡𝑟𝑎𝑐𝑘 𝑥 (1029,4)
𝐼𝐷2
f. Displacement Volume: 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑥 (1029,4)

III.5 Prosedur Pengerjaan Primary Cementing


Prosedur pengerjaan penyemenan pada trayek pertama yaitu 13⅜” akan
dilakukan mulai dari kedalaman 450ft (conductor shoe) hingga 1593ft (float shoe)
Selanjutnya dilanjutkan dengan penyemenan pada trayek 9⅝” dari kedalaman
1593ft (surface shoe) hingga 2868ft (OH TD) hingga pada trayek terakhir yaitu
trayek 7” dari kedalaman 2916ft hingga 4574ft dengan menggunakan metode yang
sama. Penjelasan tahapan saat dilakukannya pengerjaan penyemenan terlampir
pada lampiran 5.

III.6 Tahapan Pekerjaan Primary Cementing


Pekerjaan primary cementing dilakukan pada 25 October 2017. Tujuan dari
dilakukannya primary cementing pada sumur RZ ini adalah untuk menguatkan
casing pada target yang akan dilakukan perforasi agar tidak terjadi adanya
channeling dan kebocoran gas serta membatasi zona zona pada pemboran dan
mencegah terjadinya blow-outs. Sehingga operasi pemboran dapat berjalan lancar.

III.6.1 Tahapan Pekerjaan Trayek 13⅜


Tahapan pengerjaan penyemenan pada trayek 13⅜ sumur RZ yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Mixing 10.5 ppg Tuned Spacer sebanyak 100 bbls.
2. Isi cementing line dengan sea water dan lakukan pressure test pada tekanan
300 hingga 3000 psi.

26
3. Pompakan Tuned Spacer dengan rig pump.
4. Drop bottom plug.
5. Pompakan 13.5 ppg Lead Cement sebanyak 420 bbls dengan kecepatan 6
bpm dengan rentang tekanan dari 400 hingga 500 psi.
6. Pompakan 15.8 ppg Tail Cement sebanyak128 bbls dengan kecepatan 5
bpm dengan rentang tekanan dari 300 hingga 500 psi.
7. Drop top plug.
8. Displace sumur dengan lumpur 9.3 ppg sebanyak 232 bbls dengan
kecepatan 10 bpm dengan rentang tekanan dari 60 hingga 600 psi.
9. Bump plug pada tekanan 1500 psi.
10. Uji casing pada tekanan 2000 psi dengan rig pump.
11. Bleed off dan selesai.

III.6.2 Tahapan Pekerjaan Sumur Trayek 9⅝


Tahapan pengerjaan penyemenan pada Trayek 9⅝ sumur RZ yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Mixing 10.5 ppg Tuned Spacer sebanyak 70 bbls.
2. Pompakan Tuned Spacer dengan rig pump.
3. Flush line dengan sea water sebanyak 5 bbls.
4. Drop bottom plug.
5. Pompakan 13.5 ppg Lead Cement sebanyak 82 bbls dengan kecepatan 5
bpm dengan rentang tekanan dari 330 hingga 350 psi.
6. Pompakan 15.8 ppg Tail Cement sebanyak 71 bbls dengan kecepatan 5 bpm
dengan rentang tekanan dari 425 hingga 450 psi.
7. Flush line dengan sea water 8.5 ppg sebanyak 2.5 bbls dengan kecepatan 2
bpm dengan rentang tekanan dari120 hingga 280 psi.
8. Drop top plug.
9. Displace sumur dengan lumpur 9.3 ppg sebanyak 208 bbls dengan
kecepatan 8 hingga 10 bpm dengan rentang tekanan dari 60 hingga 600 psi.
10. Bump plug pada tekanan 1000 psi.
11. Uji casing pada tekanan 3000 psi dengan cementing unit pump.
12. Bleed off dan selesai.

27
III.6.3 Tahapan Pekerjaan Sumur Trayek 7
Tahapan pengerjaan penyemenan pada Trayek 7 sumur RZ yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Mixing 10.5 ppg Tuned Spacer sebanyak 50 bbls.
2. Mix semen slurry dengan retarder pada batch mixer.
3. Pressure test line dari 250 hingga 5000 psi.
4. Pompa Tuned Spacer dengan rig pump.
5. Persiapan cementing unit.
6. Drop bottom plug.
7. Pompakan 14.5 ppg semen slurry sebanyak 78 bbls dengan kecepatan 4 bpm
dengan rentang tekanan dari 250 hingga 280 psi.
8. Drop top plug
9. Displace sumur dengan lumpur 9.6 ppg sebanyak 110 bbls dengan
kecepatan 2 hingga 5 bpm dan rentang tekanan 180 hingga 600 psi.
10. Bump plug pada tekanan 1185 psi.
11. Bleed off.
12. Pressure test packer pada tekanan 1000 psi selama 10 menit.
13. Bleed off.

Tahapan-tahapan pekerjaan cementing yang dilakukan pada sumur RZ merupakan


aktivitas yang dilakukan berdasarkan data sumur dan laboratorium dengan
diadakannya penyesuaian dengan kondisi pada masing-masing trayek pekerjaan
cementing.

28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan sebelum dilakukannya penyemenan adalah dengan menganalisa


parameter kebutuhan semen masing-masing trayek. Data sumur yang didapat dapat
dilihat sebagai berikut.

IV.1 Data Sumur


Sumur RZ merupakan sumur yang belum berproduksi maka pada sumur ini
akan dilakukan primary cementing sabagai tahap awal sebelum dilakukan tahap
selanjutnya. Berikut adalah data sumur trayek 13⅜ pada tabel IV.1 yang akan
dilakukan evaluasi kegiatan primary cementing. Gambar penampang sumur
terlampir.

Tabel IV.1 Data Sumur Trayek 13⅜”

FORMATION DATA

Pore Pressure 8.5 ppg

Frac. Grad 450 ft MD 10.5 ppg

Frac. Grad 1590 ft MD 12.8 ppg

WELL DATA

Hole Size 17.5 in

Max. Deviaton Angle 42. deg inclination

Open Hole Excess Lead 50%

Open Hole Excess Tail 50%

BHST 120 degF

BHCT 100 degF

CASING/LINER

OD 13⅜ in

ID 12.515 in

29
Tabel IV.1 Data Sumur Trayek 13⅜” (lanjutan)
Weight, Grade, Type 61 ppf, K-55, Geoconn
PREVIOUS CASING/LINER
OD 30.0 in
ID 28.0 in
Weight, Grade, Type 309.72 ppf, X-52
DRILLING FLUIDS
Density 9.5 ppg
Type WBM

Data sumur yang akan digunakan selanjutnya adalah pada trayek 9⅝.
Berikut adalah data sumur pada trayek 9⅝ pada tabel IV.2 yang akan dilakukan
analisa dan kegiatan primary cementing. Gambar penampang sumur terlampir.

Tabel IV.2 Data sumur trayek 9⅝”

FORMATION DATA
Pore Pressure 8.5 ppg
Frac. Grad 1593 ft MD 12.8 ppg
Frac. Grad 2868 ft MD 13.5 ppg
WELL DATA
Hole Size 12.25 in
Max. Deviaton Angle 45. deg inclination
Open Hole Excess Lead 50%
Open Hole Excess Tail 50%

BHST 164 degF

BHCT 125 degF

CASING/LINER

OD 9⅝ in

30
Tabel IV.2 Data sumur trayek 9⅝” (lanjutan)
ID 8.75 in
Weight, Grade, Type 47 ppf, L-80, NSCC
PREVIOUS CASING/LINER
OD 13⅜ in
ID 12.515 in
Weight, Grade, Type 61 ppf, K-55, Geoconn
DRILLING FLUIDS
Density 9.5 ppg
Type WBM

Data sumur yang akan digunakan selanjutnya adalah pada trayek 7”. Berikut adalah
data sumur pada trayek 7” pada tabel IV.3 yang akan dilakukan analisa kegiatan
primary cementing. Gambar penampang sumur terlampir.

Tabel IV.3 Data sumur trayek 7”

FORMATION DATA
Pore Pressure 8.5 ppg
Frac. Grad 2916 ft MD 13.5 ppg
Frac. Grad 4574 ft MD 13.9 ppg
WELL DATA
Hole Size 8.5 in
Max. Deviaton Angle 45. deg inclination

Open Hole Excess 50%

BHST 170 degF

BHCT 170 degF

CASING/LINER
OD 7 in

ID 6.276 in
Weight, Grade, Type 26 ppf, L-80, NSCC

31
Tabel IV.3 Data Sumur Trayek 7” (lanjutan)
PREVIOUS CASING/LINER
OD 9⅝ in

ID 8.681 in
Weight, Grade, Type 47 ppf, L-80, NSCC
DRILL PIPE
OD 5 in

ID 4.276 in
Weight, Grade, Type 19.5 ppf
DRILLING FLUID
Density 9.6 ppg

IV.2 Komposisi Bubur Semen (Slurry)


Sebelum melakukan penyemenan dibutuhkan data Laboratory Test yang
berisi komposisi slurry yang akan digunakan, thickening time, dan compressive
strength yang akan didapat. Slurry test yang dilakukan dilaboratorium ditest pada
suhu dan temperatur bawah tanah yang diperoleh dari data open hole logging. Lab
test digunakan sebagai salah satu panduan dalam mencampur cement additive untuk
mendapatkan slurry semen untuk di implementasikan di sumur RZ.

Slurry Design
Sebelum dilakukan penyemenan di sumur RZ, dilakukan pengujian di lab untuk
menentukan thickening time dan compressive strength. Adapun hasil dari lab test
didapatkan data dan komposisi slurry pada masing-masing trayek. Berikut data
konsentrasi bubur semen pada trayek 13⅜” pada tabel IV.4.

Tabel IV.4 Cement Slurry Concentration Trayek 13⅜”

Material Concentration
Unit Lead Tail
IFACTS ID 2398784/4 2398786/2
Class G Cement lb/sk 94.00 94.00

32
Tabel IV.4 Cement Slurry Concentration Trayek 13⅜” (lanjutan)
D-Air2 gal/sk 0.01 0.01
CFR-3L gal/sk 0.05 0.12
Econolite Liquid gal/sk 0.30 -
Halad-344L gal/sk 0.40 0.30
Silicate Liquid gal/sk 0.50 0.50
HR-14LM gal/sk 0.18 0.08

Berikut adalah data kebutuhan additive pada trayek 13⅜” pada tabel IV.5.

Tabel IV.5 Cement Slurry Material Requirement Trayek 13⅜”

Material Material Requirement


Unit Lead Tail Total
Class G Cement sacks 1,212 492 1,704
D-Air2 Lbs 14 6 20
CFR-3L Gals 69 68 137
Econolite Liquid Gals 415 - 415

Halad-344L Gals 553 171 724

Silicate Liquid Gals 692 285 977

HR-14LM Gals 249 46 295

Dari hasil data kebutuhan material yang diperlukan pada trayek 13⅜
menggunakan D-Air2 (anti foam agent) dan CFR-3L sebagai dispersant additive.
Adapun penggunaan Econolite Liquid untuk menambahkan volume dan
menurunkan densitas semen pada trayek 13⅜. Untuk Silicate Liquid digunakan
sebagai peringan (lightweight) dan HR-14LM berperan sebagai retarder agar
meningkatkan waktu thickening time saat pemompaan semen. Selanjutnya adalah
data konsentrasi bubur semen pada trayek 9⅝”.Berikut data konsentrasi bubur
semen yang akan digunakan pada trayek 9⅝” pada tabel IV.6.

33
Tabel IV.6 Cement Slurry Concentration Trayek 9⅝”

Material Concentration
Unit Lead Tail
IFACTS ID 2403631/3 2400071/3
Class G Cement lb/sk 94.00 94.00
D-Air2 gal/sk 0.01 0.01
CFR-3L gal/sk 0.05 0.12
Econolite Liquid gal/sk 0.30 -
Halad-344L gal/sk 0.40 0.30
Silicate Liquid gal/sk 0.50 0.50
HR-14LM gal/sk 0.26 0.135

Berikut adalah data kebutuhan additive yang akan digunakan pada trayek 9⅝” pada
tabel IV.7.

Tabel IV.7 Cement Slurry Material Requirement Trayek 9⅝”

Material Material Requirement

Unit Lead Tail Total

Class G Cement sacks 263 224 487

D-Air2 lbs 5 3 8
CFR-3L Gals 21 36 57
Econolite Liquid Gals 130 - 130
Halad-344L Gals 174 90 264
Silicate Liquid Gals 217 151 368
HR-14LM Gals 113 41 154

Kebutuhan material yang diperlukan pada trayek 9⅝” menggunakan


material yang tidak berbeda dengan trayek 13⅜” tetapi mengalami sedikit
perubahan pada konsentrasi HR-14LM yang digunakan dikarenakan kedalaman
trayek 9⅝ semakin dalam maka diperlukan konsentrasi retarder yang lebih banyak.
Perubahan konsentrasi dari 0.18 gal/sk hingga 0.26 gal/sk pada Lead bubur semen

34
dan 0.08 gal/sk hingga 0.135 gal/sk pada Tail bubur semen. Selain sebagai retarder
penggunaan HR-14LM juga sangat effective pada suhu antara 220°F sampai 340°F
(104°C dan 171°C) pada saat sirkulasi dan 365°F (185°C) pada saat statik.
Selanjutnya adalah data konsentrasi bubur semen pada trayek 7”. Berikut data
konsentrasi bubur semen yang akan digunakan pada trayek 7” pada tabel IV.8.

Tabel IV.8 Cement Slurry Concentration Trayek 7”

Material Concentration
Unit Single
IFACTS ID 2442559/1
Class G Cement lb/sk 94.00
D-Air2 gal/sk 0.01

CFR-3L gal/sk 0.06

Halad-344L gal/sk 0.40

Silicate Liquid gal/sk 1.80

Berikut adalah data kebutuhan additive yang akan digunakan pada trayek 7” pada
tabel IV.9.

Tabel IV.9 Cement Slurry Material Requirement Trayek 7”

Material Material Requirement

Unit Single Total

Class G Cement sacks 233 233

D-Air2 lbs 3 3

CFR-3L gals 15 15

Halad-344L gals 103 103

Silicate Liquid gals 467 467

HR-14LM gals 41 41

35
Kebutuhan material pada trayek 7” menggunakan material yang tidak
berbeda dengan trayek 13⅜” dan 9⅝” namun konsentrasi yang berbeda pada CFR-
3L dengan kosentrasi sebesar 0.06 gal/sk, Halad-344L sebanyak 0.40 gal/sk,
Silicate Liquid sebanyak 1.80 gal/sk dan HR-14LM sebanyak 0.16 gal/sk. Selain
konsentrasi yang berbeda, pada trayek 7” juga tidak menggunakan Econolite Liquid
sebagai additive. Selanjutnya adalah dengan melihat hasil data densitas, yield, dan
total mixing fluid yang akan digunakan nanti pada saat penyemenan. Berikut adalah
data densitas, yield dan total mixing fluid pada tabel IV.10.

Tabel IV.10 Cement Slurry Density,Yield,Mixing Total Fluid

Material Concentration

Unit 13⅜ 9⅝ 7

Lead Tail Lead Tail Single


Density ppg 13.50 15.80 13.50 15.80 14.50
Yield cuft/sk 1.778 1.199 1.779 1.200 1.549
Sea Water gal/sk 8.295 4.394 8.227 4.366 5.593
Requirement
Mixing Fluid gal/sk 9.735 5.404 9.747 5.411 8.023

Dari hasil data lab test masing-masing trayek yang didapat pada trayek
13⅜” dan 9⅝” tidak jauh berbeda dari hasil densitas dan yield pada trayek tersebut,
tetapi mengalami perbedaan yang signifikan pada trayek 7” dikarenakan jumlah
bubur semen yang digunakan lebih sedikit dan mempengaruhi densitas dan yield.
Kegunaan hasil data densitas dan yield pada penyemenan sendiri sangat diperlukan
dikarenakan sebagai acuan dalam memompakan semen. Data selanjutnya yang
dibutuhkan adalah data thickening time,API Fluid Loss, dan UCA pada masing-
masing trayek. Berikut adalah data thickening time, API Fluid Loss, dan UCA pada
tabel IV.11.

36
Tabel IV.11 Cement Slurry Thickening Time,API Fluid Loss,UCA pada
trayek 13⅜” dan 9⅝”

Material Concentration
Unit 13⅜ 9⅝
Lead Tail Lead Tail
Thickening Time hh:mm 4:30 3:45 4:36 4:02
API Fluid Loss cc/30min 48 47 50 48
Time to Reach 500 psi hh:mm 7:32 5:37 7:51 6:48
UCA Compressive Psi 904 1,998 904 1,998
Strength 12 hrs

UCA Compressive Psi 1,619 2,739 1,274 3,269


Strength 24 hrs

Hasil dari thickening time pada trayek 13⅜” dan 9⅝” tidak terlalu berbeda
pada Lead semen yaitu 4 jam 30 menit dan 4 jam 36 menit. Data thickening time
pada Tail terlihat perbedaan sebanyak 17 menit dikarenakan volume bubur semen
yang digunakan pada trayek 13⅜” lebih banyak sehingga waktu thickening menjadi
lebih kecil. Data lab selanjutnya yang bisa dijadikan perbandingan adalah data API
Fluid Loss. Batasan API Fluid Loss yang diizinkan pada primary cementing adalah
150cc hingga 250cc selama 30 menit (Dr.-Ing.Ir.Rudi Rubiandini R.S). Dari data
hasil test lab menunjukkan bahwa API Fluid Loss yang didapat sudah dalam batas
aman. Pada pembacaan UCA juga terlihat tekanan minimum pada trayek 13⅜” dan
9⅝” adalah 904 psi pada Lead semen dan 1,998 psi pada Tail semen, strength
minimum yang direkomendasikan oleh API adalah sebesar 6,7 Mpa (1,000 psi).
Strength yang belum mencapai batas minimum dapat dipengaruhi waktu
pengetesan lab selama 12 jam, dikarenakan 12 jam merupakan batas waktu
maksimal penyemenan. Data selanjutnya yang dibutuhkan adalah data thickening
time,API Fluid Loss, dan UCA pada trayek 7”. Berikut adalah data thickening time,
API Fluid Loss, dan UCA pada tabel IV.12.

37
Tabel IV.12 Cement Slurry Thickening Time,API Fluid Loss,UCA trayek 7”

Material Concentration
Unit 7
Single
Thickening Time 40 Bc hh:mm 4:05
Thickening Time 70 Bc hh:mm 4:15
Thickening Time 100 Bc hh:mm 4:19
API Fluid Loss cc/30min 46
Time to Reach 500 psi hh:mm 8:17
UCA Compressive Psi 2,923
Strength 12 hrs
UCA Compressive Psi 3,324
Strength 24 hrs

Hasil dari data thickening time pada trayek 7” selama 4 jam 15 menit untuk
mencapai 70 Bc. Untuk batasan thickening time sendiri berdasarkan standard API
adalah 100 Bc sebagai pertimbangan faktor keselamatan tetapi untuk nilai 70 Bc
dapat dijadikan acuan dikarenakan ketika lebih dari 70 Bc semen sudah sulit
untukdipompakan. Pada hasil test API Fluid Loss mendapatkan 46 cc selama 30
menit dan sudah masuk batas aman. Pada pembacaan UCA terlihat tekanan
minimum yang didapat selama 12 jam adalah 2,923 psi dan sudah memasuki batas
aman standard API.

IV.3 Perhitungan Cement Slurry


Dengan data yang sudah dilakukan test dilaboratorium maka tahapan
selanjutnya adalah perhitungan jumlah cement slurry pada masing-masing trayek
mulai dari surface casing 13⅜, intermediate casing 9⅝ dan liner casing 7”.
Sehingga tidak akan terjadinya overdisplace maupun underdisplace pada cement
yang akan kita lakukan pemompaan nanti.

38
Perhitungan Cement Slurry
Perhitungan volume bubur semen yang diperlukan untuk melakukan primary
cementing pada trayek 13⅜”,9⅝”,dan 7” adalah perhitungan volume semen dan
displacement pada masing-masing trayek tersebut. Berikut adalah hasil perhitungan
pada trayek 13⅜” :

• Perhitungan Spacer 10.5 ppg dengan menggunakan rumus-rumus sebagai


berikut:

Volume Spacer = 100 bbls


100
Panjang Spacer di OH = (17.52 −13⅜²
= 808.28 ft
1029,4

100
Contact Time = = 10 min
10

• Perhitungan Lead Cement 13.5 ppg dengan menggunakan rumus-rumus


sebagai berikut:
282 −13.3752
Volume antara 13⅜” dan 30” = 450 × [ ] = 264.51 bbls
1029,4

17.52 −13.375²
Volume antara 13⅜” dan 17.5”= 643 × [ ]= 79.55 bbls
1029,4

Open hole excess = 79.55 × 50% = 39.78 bbls


• Perhitungan Tail Cement 15.8 ppg dengan menggunakan rumus-rumus
sebagai berikut:
17.52 −13.375²
Volume antara 13⅜” dan 17,5”= 500 × [ ]= 61.8 bbls
1029,4

Open hole excess = 61.86 × 50% = 30.93 bbls


12.515²
Shoetrack volume = 80 × [ 1029,4 ] = 12.17 bbls

• Perhitungan Volume Displacement dengan menggunakan rumus-rumus


sebagai berikut:
12.515²
13⅜” casing volume = 1,513 × [ 1029,4 ] = 230.20 bbls

• Total lead = 383.84 × 5.61458337 = 2155 cuft


• Total tail = 104.96 × 5.61458337 = 589.32 cuft
• Total displacement = 230.20 bbls

Perhitungan semen pada ketiga trayek terlampir pada lampiran

39
IV.4 Hasil Running CBL
Setelah dilakukannya WOC (Waiting on Cement) maka tahapan selanjutnya
adalah mengevaluasi hasil penyemenan menggunakan accoustic log / Cement Bond
Logging. Berikut adalah data running CBL pada kedalaman target yang akan
diperforasi pada gambar IV.1.

Gambar IV.117Hasil Running CBL Kedalaman 3262-3272 (PHE ONWJ,2018)


Dengan melihat hasil running CBL dari kedalaman 3262 ft hingga 3272 ft
terlihat hasil accoustic log pada 3262 ft sebesar 22 mV lalu pada kedalaman 3264
ft terjadi penurunan menjadi 18 mV hingga kedalaman 3266 ft terjadi penurunan
hingga 12 mV. Pada kedalaman 3268 ft terlihat kenaikan pada pembacaan accoustic
log yaitu sebesar 18 mV hingga kedalaman 3270 ft sebesar 22 mV dan adanya
penurunan kembali pada kedalaman 3272 ft dan hasi pembacaan CBL sebesar 18
mV. Hasil penyemenan pada target perforasi 3262 ft hingga 3272 ft terdapat dua
titik kedalaman yang menunjukkan hasil mV yang melebihi batas yang ditentukan.
Dari 6 titik kedalaman, test pada kedalaman 3262 ft dan 3270 ft yang menunjukkan
pembacaan hingga 22 mV. Maka dengan melihat hasil CBL seperti pembacaan
diatas untuk hasil penyemenan pada target perforasi tersebut cukup baik dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembacaan oleh CBL
itu sendiri.

40
Dari hasil running CBL pada kedalaman target perforasi kedua terlihat rentang log
yang sangat besar. Pada kedalaman 4112 ft pembacaan CBL sebesar 15 mV
kemudian terjadi kenaikan pada 4114 ft sebesar 30 mV hingga penurunan pada
kedalaman 4116 ft sebesar 25 mV dan 4118 ft sebesar 21 mV dan naik kembali
pada kedalaman 4120 ft sebesar 25 mV.Selanjutnya adalah hasil running CBL pada
target perforasi pada gambar IV.2.

Gambar IV.218Hasil Running CBL Kedalaman 4112-4160 (PHE ONWJ,2018)


Pembacaan CBL terlihat lebih baik pada kedalaman 4122 ft yaitu sebesar
15 mV, 4124 ft sebesar 9 mV, 4126 ft sebesar 9 mV dan naik kembali pada 4128 ft
sebesar 10 mV hingga 4130 ft sebesar 15 mV. Pada kedalaman 4132 ft dan 4134 ft
CBL menunjukkan hasil sebesar 15 mV dan 20 mV. Hasil pembacaan selanjutnya
adalah dari kedalaman 4136 ft hingga target akhir yaitu 4160 ft, hasil yang didapat
yaitu dari 28 mV dan terus mengalami kenaikan hingga 4138 ft sebesar 42 mV.
Dari kedalaman 4140 ft hingga 4160 ft pembacaan mV tidak ada yang lebih kecil
dari 20 mV. Standard maksimal amplitudo yang diperbolehkan sebesar 20 mV
maka dapat diketahui bahwa diperlukan adanya secondary cementing untuk
melakukan perforasi lebih lanjut dan menghindari adanya channeling pada cement
bond.

41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Metode penyemenan yang digunakan pada trayek 13⅜”,9⅝”, dan 7” adalah
single stage method cementing.
2. Spacer dengan densitas 10.5 ppg yang digunakan pada trayek 13⅜”, 9⅝”,
7” berturut-turut adalah 100 bbls, 60 bbls dan 40 bbls.
3. Volume Lead Cement dengan densitas 13.5 ppg pada trayek 13⅜”, 9⅝”
sejumlah 383.84 bbls dan 83.49 bbls serta Volume Tail Cement dengan
densitas 15.8 ppg pada trayek 13⅜”, 9⅝” sejumlah 104.9 bbls dan 47.79
bbls.
4. Volume Single Cement dengan densitas 14.5 ppg pada trayek 7” sejumlah
64.36 bbls.
5. Hasil defleksi CBL pada target perforasi 3262 ft sampai 3272 ft dengan
range 12 mV hingga 22 mV.
6. Hasil defleksi CBL pada target perforasi 4112 ft hingga 4160 ft dengan
range 9 mV hingga 42 mV.

V.2 Saran
1. Hasil defleksi CBL pada kedua target diperlukan adanya secondary
cementing untuk dilakukannya proses perforasi lebih lanjut.
2. Batasan maksimal amplitudo CBL yang diperbolehkan dari range 10 mV
hingga 20 mV.

42
DAFTAR PUSTAKA

Bourgoyne Jr, Adam T et.all. (1986). “Applied Drilling Engineering”.United States


of America:Society of Petroleum Engineers.

Adams, Neal J. (1985). Drilling Engineering A Complete Well Planning


Approach.Tulsa,Oklahoma:Penn Well Publishing Company.

W,Thorne. (1995). Drilling Engineering Workbook A Distributed Learning


Course.United States of America,Houston:Baker Hughes INTEQ Training &
Development.

Rabia H. (2000). “Drilling Optimisation” Report on North Drilling Practices to


various companies.

Rabia H. (1985). “Oil Well Drilling Engineering Principles and Practices”.


University of New Castle Upon Tyne, Graham Trotman, Newcastle.

Rabia H. (1997). “Risk assessment in cost estimation” various internal reports for
BG International.

Schreuder J and Sharpe P. (1999). “Drilling the limit -a key to reduce well costs”.

Rabia H. (2001). “Drilling cost estimation” Entrac Seminars.

Rubiandini, Rudi. et. all. (1992). “Evaluasi Hasil Horizontal Drilling di Beberapa
KPS”.Bandung:LP-ITB.

Rubiandini, Rudi. (2010). “Teknik Penyemenan”. Departemen Teknik


Perminyakan ITB Bandung.

Rubiandini, Rudi. (2012). ”Teknik Operasi Pemboran”. Departemen Teknik


Perminyakan ITB Bandung.

Gillmore, Todd. (2003). “Applied Technology Cement E-Book”.

43
LAMPIRAN

44
Lampiran 1 Penampang Sumur
a. Well Diagram

Casing Conductor Shoe 30" 450 ft

Top of Tail Slurry 13⅜" 1093 ft

Top of Tail Slurry 9⅝" 1293 ft

Casing Surface Shoe 13 3/8" 1593 ft

Top of 7" Liner 2916 ft

Casing Intermediate Shoe 9⅝" 2916 ft

Target Perforasi 3262ft - 3272ft

Taregt Perforasi 4112ft - 4160ft

Casing Liner 7" 4574 ft

45
b. Trayek 13⅜”

46
c. Trayek 9⅝”

47
d. Trayek 7”

48
Lampiran 2 Perhitungan Volume Semen
a. Trayek 13⅜”
1. Spacer 10.5 ppg
Volume Spacer = 100 bbls
100
Panjang Spacer di OH = (17.52 −13⅜²
= 808.28 ft
1029,4

100
Contact Time = = 10 min
10
2. Lead Cement 13.5 ppg
282 −13.3752
Volume antara 13⅜” dan 30” = 450 × [ ] = 264.51 bbls
1029,4

17.52 −13.375²
Volume antara 13⅜” dan 17.5” = 643 × [ ] = 79.55 bbls
1029,4

Open hole excess = 79.55 × 50% = 39.78 bbls


3. Tail Cement 15.8 ppg
17.52 −13.375²
Volume antara 13⅜” dan 17,5” = 500 × [ ] = 61.8 bbls
1029,4

Open hole excess = 61.86 × 50% = 30.93 bbls


12.515²
Shoetrack volume = 80 × [ 1029,4 ] = 12.17 bbls

4. Displacement
12.515²
13⅜” casing volume = 1,513 × [ 1029,4 ] = 230.20 bbls

5. Total lead = 383.84 × 5.61458337 = 2155 cuft


6. Total tail = 104.96 × 5.61458337 = 589.32 cuft
7. Total displacement = 230.20 bbls

49
b. Trayek 9⅝”
1. Spacer 10.5 ppg
Volume Spacer = 60 bbls
60
Panjang Spacer Annulus = (12.5152 −9.625²
= 965.41 ft
1029,4

60
Contact Time = = 60 min
10
2. Lead Cement 13.5 ppg
12.5152 −9.6252
Volume antara 9⅝” dan 13⅜” = 300 × [ ] = 18.65 bbls
1029,4

12.252 −9.625²
Volume antara 9⅝” dan 12.25” = 775 × [ ] = 43.23 bbls
1029,4

Open hole excess = 43.23 × 50% = 21.61 bbls


3. Tail Cement 15.8 ppg
12.252 −9.625²
Volume antara 9⅝” dan 12.25” = 500 × [ ] = 27.89 bbls
1029,4

Open hole excess = 27.89 × 50% = 13.95 bbls


8.75²
Shoetrack volume = 80 × [1029,4] = 5.95 bbls

4. Displacement
8.75²
9⅝” casing volume = 2,788 × [1029,4] = 207.34 bbls

5. Total lead = 83.49 × 5.61458337 = 2155 cuft


6. Total tail = 47.78 × 5.61458337 = 589.32 cuft
7. Total displacement = 207.34 bbls

50
c. Trayek 7”
1. Spacer 10.5 ppg
Volume Spacer = 40 bbls
40
Panjang Spacer Annulus = (8.6812 −5²
= 817.66 ft
1029,4

40
Contact Time = = 8 min
5
2. Single Cement 14.5 ppg
8.52 −72
Volume antara 7” dan 8.5” = 1,658 × [ 1029,4 ] = 37.45 bbls
8.6812 −7²
Liner Lap Volume = 200 × [ ] = 5.12 bbls
1029,4

Open hole excess = 37.45 × 50% = 18.73 bbls


6.276²
Shoetrack volume = 80 × [1029,4] = 3.06 bbls

3. Displacement
4.276²
5” DP volume = 2,716 × [1029,4] = 48.24 bbls
6.276²
7” Liner volume = 1,778 × [1029,4] = 68.03 bbls

4. Total Cement Volume = 64.36 × 5.61458337 = 361.38 cuft


5. Total displacement = 116.26 bbls

51

Anda mungkin juga menyukai