SKRIPSI
Oleh
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
DETERMINATION OF HYDROCARBON PROSPECT ZONES
AND PETROPHICAL PARAMETERS AT MA03 AND MA06
WELLS MA FIELD WITH LOG DATA ANALYSIS
FINAL ASSESMENT
By
TRISAKTI UNIVERSITY
2022
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Disususn Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
(Prof. Ir. Asri Nugrahanti, MS, Ph.D, IPU) (Puri Wijayanti, S.T, M,T.)
2027/USAKTI 3198 /USAKTI
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
i
LEMBAR PERSETUJUAN
KOMISI PENGUJI.
Mengetahui,
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
iv
KATA PENGANTAR
v
ABSTRAK
Penentuan Zona Prospek Hidrokarbon dan Parameter Petrofisik
Pada Sumur MA03 dan MA06 Lapangan MA Dengan Analisa
Data Log
Muhammad Khalis Khawaritzy Achmad
Nim: 071001700102
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
Analisis petrofisika dengan metode well logging adalah salah satu metode dalam penilaian formasi
yang dipakai untuk mendapatkan informasi serta gambaran tentang suatu reservoir. Metode ini
merupakan salah satu yang digunakan dalam menentukan keberhasilan pada lapangan migas, yang
dilakukan adalah menghitung nilai-nilai petrofisika seperti porositas, saturasi air, dan permeabilitas.
Nilai tersebut yang kemudian digunakan untuk mendapatkan besaran cadangan minyak awal
(OOIP) dan Cadangan Awal Gas (GIIP) pada lapangan MA. Sehingga, menjadi acuan dalam
pengembangan lapangan migas selanjutnya. sehingga, perlu dilakukan Analisis pada lapangan MA.
Pada penelitian ini analisis dilakukan pada lapangan MA yakni pada 2 sumur, sumur MA-03 dan
MA-06 dengan melakukan metode analisis petrofisika secara kualitatif maupun kuantitatif yang
hanya berdasarkan pada data log karena tidak tersedianya data core. analisis secara kualitatif
dilakukan untuk mengetahui kedalaman zona prospek beserta jenis fluida yang terkandung di
formasi. Sedangkan, secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai petrofisika seperti
volume shale, porositas, saturasi air maupun permeabilitas batuan. Pertama, dari data log lapangan
MA dilakukan analisis dengan interpretasi data log pada triple combo dengan kriteria, Track 1 zona
permeabel ditandai dengan nilai GR log yang rendah, Track 2 terindikasi mengandung hidrokarbon
apabilai memiliki nilai Rt yang tinggi dan pada Track 3 adanya separasi antara nilai log density dan
log neutron sehingga dapat mengetahui jenis fluida yang terkandung. Berdasarkan hal tersebut bisa
ditentukan zona yang terindikasi mengandung hidrokarbon pada sumur MA-03 dan MA-06. Selanjutnya
dari zona hidrokarbon yang ditentukan, dilakukan analisis lanjutan untuk menghitung nilai
petrofisika dengan berbagai metode seperti pada perhitungan volumeshale dihitung dari GR log,
Resistivitas air formasi yang dengan Metode Picket Plot, porositas dari log density dan neutron
porosity, saturasi air dengan metode Simandoux, dan penentuan permeabilitas yang menggunakan
metode wyllie and rose. Sehingga hasil dari analisis yang dilakukan, disimpulkan bahwa pada kedua
sumur tersebut memiliki 4 zona hidrokarbon yaitu zona 1 dikedalaman 3750-3810 feet dan zona 2
dikedalaman 4235-4260 pada sumur MA-03, dan zona 1 dikedalaman 3045-3084 feet dan zona 2
dikedalaman 4246-4266 pada sumur MA-06. Volume Shale yang didapatkan Sumur MA-03 yaitu
sebesar 43.2% pada zona 1 dan 46.8% pada zona 2 , pada sumur MA-06 didapatkan sebesar 36.3%
pada zona 1 dan 45.1% pada zona 2. Nilai porositas yang didapatkan pada sumur MA-03 adalah
16% di zona satu dan 13.9% pada zona 2. Adapun pada sumur MA-06 memiliki nilai porositas
sebesar 18.1% pada zona satu dan 20% pada zona dua. Nilai Sw yang didapatkan sebesar 44.04%
pada zona 1 dan 38.4% pada zona 2 , pada sumur MA-06 didapatkan nilai Sw sebesar 38.9% pada
zona 1 dan 52.7% pada zona 2. Dan nilai permeabilitas yang didapatkan adalah pada sumur MA-03
yaitu sebesar 12.46 mD pada zona 1 dan 148.43 mD pada zona 2 , pada sumur MA-06 didapatkan
nilai permeabilitas sebesar 35.37 mD pada zona 1 dan 25.89 mD pada zona 2. Berdasarkan analisis
yang dilakukan, diketahui bahwa ketebalan lapisan net sand pada sumur MA-03 adalah 106 feet
sedangkan pada sumur MA-06 ketebalan lapisan hidrokarbon atau net sand-nya adalah 62 feet.
Adapun ketebalan lapisan hidrokarbon atau net pay pada sumur MA-03 adalah 106 feet sedangkan
pada sumur MA-06 ketebalan lapisan hidrokarbon atau net paynya adalah 62 feet.
vi
ABSTRACT
Determination of Hydrocarbon Prospect Zones and Petrophysical
Parameters at MA03 and MA06 Wells in MA Field with Log Data
Analysis
Petrophysical analysis with the well logging method is one of the methods in formation assessment
that is used to obtain information and descriptions of a reservoir. This method is one of the methods
used to determine success in oil and gas fields, which is carried out by calculating petrophysical
values such as porosity, water saturation, and permeability. This value is then used to obtain the
initial oil reserves (OOIP) and initial gas reserves (GIIP) in the MA field. Thus, it becomes a
reference in the development of further oil and gas fields. Thus, it is necessary to do an analysis in
the MA field. In this study, the analysis was carried out in the MA field, namely in 2 wells, MA-03
and MA-06 wells by conducting qualitative and quantitative petrophysical analysis methods based
only on log data due to the unavailability of core data. Qualitative analysis was carried out to
determine the depth of the prospect zone and the type of fluid contained in the formation.
Meanwhile, quantitatively it is carried out to obtain petrophysical values such as shale volume,
porosity, water saturation and rock permeability. First, from the MA field log data, an analysis was
carried out by interpreting the log data on the triple combo with the criteria, Track 1 permeable
zone is characterized by a low GR log value, Track 2 is indicated to contain hydrocarbons if it has a
high Rt value and in Track 3 there is a separation between the values density log and neutron log so
that it can find out the type of fluid contained. Based on this, it can be determined which zones are
indicated to contain hydrocarbons in the MA-03 and MA-06 wells. Furthermore, from the
determined hydrocarbon zone, further analysis was carried out to calculate the petrophysical value
using various methods such as volumeshale calculations calculated from the GR log, formation
water resistivity using the Picket Plot method, porosity from density logs and neutron porosity,
water saturation using the Simandoux method, and determination of permeability using the wyllie
and rose method. So that the results of the analysis carried out, it was concluded that the two wells
had 4 hydrocarbon zones, namely zone 1 at a depth of 3750-3810 feet and zone 2 at a depth of 4235-
4260 in the MA-03 well, and zone 1 at a depth of 3045-3084 feet and zone 2 at a depth of 4246-4266
on well MA-06. The shale volume obtained by the MA-03 well is 43.2% in zone 1 and 46.8% in zone
2, the MA-06 well is 36.3% in zone 1 and 45.1% in zone 2. The porosity value obtained in the MA-
03 well is 16% in zone one and 13.9% in zone 2. Meanwhile, the MA-06 well has a porosity value of
18.1% in zone one and 20% in zone two. The Sw value obtained is 44.04% in zone 1 and 38.4% in
zone 2, in the MA-06 well the Sw value is 38.9% in zone 1 and 52.7% in zone 2. And the
permeability value obtained is in the MA-03 well, namely of 12.46 mD in zone 1 and 148.43 mD in
zone 2, the MA-06 well obtained a permeability value of 35.37 mD in zone 1 and 25.89 mD in zone
2. Based on the analysis carried out, it is known that the thickness of the net sand layer in the MA-
03 well is 106 feet, while in the MA-06 well the thickness of the hydrocarbon layer or net sand is 62
feet. The thickness of the hydrocarbon layer or net pay in the MA-03 well is 106 feet, while in the
MA-06 well the thickness of the hydrocarbon layer or net pay is 62 feet.
i
DAFTAR ISI
ii
D.Porositas Log Densitas (ØD log) .......................................................... 11
E.Perositas Berdasarkan Log Neutron (ØN log) ....................................... 11
F.Porositas Efektif (Øeff) ........................................................................... 11
G.Suhu Formasi ........................................................................................ 12
H.Resistivitas Mud Filtrate ....................................................................... 12
I.Resistivitas Water ................................................................................... 12
J.Saturasi Air ............................................................................................. 13
K.Permeabilitas (k) ................................................................................... 15
L. Cut Off .................................................................................................. 16
2.3 Jenis – Jenis Log .......................................................................................... 17
2.3.1 Log Untuk Menentukan Zona Pemeabel ............................................ 17
A.Log Spontaneous Potential .................................................................... 17
B.Gamma Ray Log .................................................................................... 19
2.3.2 Calliper Log ........................................................................................ 21
2.3.3 jenis- jenis log resistivity .................................................................... 22
A.Induction Log ........................................................................................ 23
B.Lateral Log ............................................................................................ 24
C.Log Shallow Resistivity (MSFL dan SFL) ............................................ 25
2.3.4 Log Untuk Menentukan Porositas ...................................................... 25
A.Log Density ........................................................................................... 25
B.Log Neutron ........................................................................................... 26
C.Log Sonic ............................................................................................... 28
2.4 Zona Batuan Reservoir ................................................................................. 29
A.Zona Permeable .................................................................................... 29
B.Zona Non Permeable ............................................................................. 29
2.5 Litologi Batuan ............................................................................................. 30
A.Sand ....................................................................................................... 30
B.Shale ...................................................................................................... 30
C.Limestone............................................................................................... 31
iii
D.Coal ....................................................................................................... 31
2.6 Interactive Petrophysics (IP) ........................................................................ 32
LAMPIRAN A ............................................................................................................ 62
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Contoh Hasil Triple Combo Pada Gamma Ray ...................................... 7
GAMBAR III.1 Flowchart Pentuan Zona Prospek Sumur MA-03 Dan MA-06 ......... 35
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
viii
BAB I PENDAHULUAN
Penilaian formasi adalah salah satu kegiatan penting yang dilakukan dalam
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Penilaian formasi merupakan
metode untuk mengetahui karakteristik formasi di dalam sumur. Dengan penilaian
formasi pada tahap eksplorasi, dengan penilaian formasi ini kita dapat mengetahui
zona yang prospek akan hidrokarbon, serta menentukan ukuran seberapa besar
cadangan minyak yang dapat di eksploitasi.
Pada jenis formasi lenses, akan terjadi penurunan produksi yang sangat
cepat. Hal ini mengakibatkan usia produksi pada lapisan yang memiliki formasi
lensa menjadi lebih pendek. Maka karena itu perlu dilakukan upaya yang dapat
menjaga agar sumur-sumur tersebut tetap menghasilkan minyak. Pengerjaan ulang
adalah solusi terbaik dalam kasus ini untuk menjaga tingkat produksi. Dalam hal
ini penilaian formasi dapat memberikan informasi terkait keberhasilan pekerjaan.
Salah satu metode penilaian formasi adalah dengan menginterpretasikan data log.
Metode ini dilakukan dengan cara menurunkan peralatan ke dalam lubang sumur
untuk merekam kondisi dan karakteristik batuan. Dengan cara
menginterprestasikan data log tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan nilai
nilai parameter petrofisika. Nilai-nilai tersebut yang nantinya dapat membantu
1
dalam menentukan karakteristik batuan seperti porositas, lithology, saturasi, dan
besar cadangan minyak.
Penelitian ini fokus kepada kajian yaitu pada penentuan zona prospek
hidrokarbon dan menghitung parameter petrofisik dengan mengalisis data log dari
kedua sumur. Batasan dalam penelitian ini yaitu, bahwa penelitian ini hanya
difokuskan pada penentuan dan pemilihan zona prospek hidrokarbon serta
2
parameter petrofisik, dengan kata lain penelitian ini tidak melakukan perhitungan
cadangan hidrokarbon pada zona prospek tersebut dan dengan keterbatasan data
seperti tidak tersedianya data core.
3
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI WELL LOGGING
Pada bab ini dijelaskan mengenai teori dasar yang menjadi landasan
penelitian. Sebagai pemahaman dasar tentang penelitian yang dilakukan, maka
diperlukan adanya teori dasar. Teori dasar yang terdapat pada bab ini yaitu berupa
teori tentang intepretasi logging, peralatan Logging, analisis kualitatif, analisis
kuantitatif, dan metode yang digunakan.
II.1 Well Logging
Ada beberapa cara untuk melakukan evaluasi formasi salah satunya adalah
logging faktor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan melakukan
penilaian formasi , Well logging merupakan suatu teknik untuk memperoleh data
dari bawah permukaan dengan menggunakan alat logging yang dimasukkan
kedalam lubang sumur untuk dilakukan evaluasi formasi serta identifikasi sifat-
sifat fisik batuan dibawah permukaan. Sehingga yang dimaksud dengan
ilmu/keahlian penilaian formasi adalah ilmu atau keahlian untuk dapat “melihat”
atau meneliti keadaan didalam bumi baik unutuk keperluan pengeboran, produksi,
penelitian reservoir ataupun geologi produksi (Nugrahanti, 2015).
5
ditentukan zona mana saja yang prospek untuk di produksi, sehingga keuntungan
dapat diperoleh. Adapun parameter yang dibutuhkan untuk menentukan zona
produktif, antara lain berupa karakteristik batuan seperti litologi batuan,
resistivitas batuan, porositas, permeabilitas, saturasi air dan kemampuan bergerak
dari hidrokarbon tersebut, tipe hidrokarbon, kemiringan juga struktur formasi.
Selain itu, data yang diperlukan untuk membuktikan ada atau tidaknya potensi
hidrokarbon pada suatu area yaitu data permukaan (peta geologi dan measured
stratigrafi / stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging,
coring dan cutting) (Sitaresmi, 2015)
Hasil akhir gamma ray log adalah gambar yang biasa disebut dengan
triple combo yang berisi informasi tentang indikasi zona permeable pada sumur
yang sedang di teliti. Gambar triple combo dapat dilihat pada Gambar II.1.
Gambar II. 2 Contoh Hasil Triple Combo Pada Log Gamma Ray (IP, 2022)
II.2.2 Analisis Kuantitatif
7
fluida reservoir, adapun tujuan utamanya adalah menghitung faktor volume
formasi minyak/gas awal (Hendrysman, 2019).
GRindex = (II.1)
Keterangan : .
Dalam melakukan interpretasi nilai Grmax dan Grmin dapat dilihat seperti
contoh pada gambar II.14.
8
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pembacaan nilai Grmax
ditunjukkan oleh garis yang berwarna merah dengan nilai 150 adapun nilai Grmin
ditunjukkan oleh garis berwarna ungu dengan nilai 18.
GRindex = (II.1)
C. Porositas (Ø)
9
bebatuan namun fluida tersebut tidak dapat melalui porositas yang tidak
terhubung. Perbandingan antara volume total ruang pori (baik itu terhubung
maupun tidak) dan volume total batuan diartikan sebagai porositas absolut,
adapun perbandingan antara ruang pori yang saling berhubungan terhadap volume
total batuan diartikan sebagai porositas efektif (Koesomadinata, 1980). Persamaan
porositas absolut dan porositas efektif masing-masing dapat dilihat pada
persamaan II.2 dan II.3.
Ø Efektif = II.3
10
butiran batuannya baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan besar.
Pemilahan yang jelek akan menyebabkan butiran kecil dapat menempati rongga
diantara butiran yang besar mengakibatkan porositas batuan rendah. Komposisi
mineral, apabila penyusun batuan terdiri atas mineral-mineral yang mudah larut
seperti golongan karbonat maka porositasnya akan besar karena rongga-rongga
akibat dari proses pelarutan dari batuan tersebut. Sementasi, material semen pada
dasarnya akan mengurangi nilai porositas. Material yang berwujud semen antara
lain silika, oksida besi dan mineral lempung. Kompaksi, adanya kompaksi dan
pemampatan akan menyebabkan nilai porositas rendah.
Ø D log = (II.4)
Keterangan:
( ) ( )
Ø Eff = (II.7)
Keterangan :
Ø Eff = Porositas efisien batuan (g/cc)
Keterangan :
TF = Suhu Formasi (Co)
BHT = Suhu Lubang Bor (Co)
TS = Suhu Di Permukaan Lubang Bor (Co)
D = Kedalaman Yang Diinginkan (m)
TD = Kedalaman Lubang Bor (m)
Rmf= (II.9)
Keterangan :
Rmf = Resistivitas Mud Filtrat (Ohm-m)
TF = Suhu Formasi (Co)
TS = Suhu Dipermukaan Lubang Bor (Co)
I. Resistivitas Water
Diperlukan nilai resistivitas air (Rw) pada tiap formasi sebelum melakukan
perhitungan saturasi air (Sw). Ada beberapa cara untuk menghitung nilai
resistivitas air, antara lain: Metode sample water analysis, Metode Pickett Plot
Zona yang berisi air yaitu yang memiliki angka resistivitas paling rendah
dibandingkan dengan minyak dan gas. Zona reservoir juga dapat diidentifikasi
dengan melihat adanya persilangan (crossover) pada composite log yaitu
persilangan antara grafik NPHI dan grafik RHOB, dimana grafik NPHI memiliki
defleksi yang lebih rendah dibandingkan grafik RHOB (posisi NPHI di sebelah
kiri RHOB). Semakin lebar persilangan antara grafik NPHI dan grafik RHOB
12
maka dapat diidentifikasikan bahwa zona tersebut berisi gas, namun apabila
separasi tersebut lebih sempit, maka dapat diidentifikasikan bahwa zona tersebut
adalah zona air. Adapun persamaan untuk menghitung nilai resistivitas air dapat
menggunakan persamaan II.10 (Ramadhan, 2019):
Rw = (II.10)
Keterangan :
J. Saturasi Air
Saturasi air atau kejenuhan air adalah jumlah dari volume pori dalam
sebuah batuan yang terisi air. Saturasi air dapat diperoleh dari pengukuran tidak
langsung dari well logging. yaitu melalui pengukuran resistivitas dan porositas,
saturasi adalah persentase bagian dari suatu pori yang terisi fluida. Karena saturasi
merupakan perbandingan maka secara matematis saturasi adalah dimensionless
atau tidak memiliki satuan. Saturasi disimbolkan dengan Sw untuk air, So untuk
minyak, dan Sg untuk gas. Sw +So +Sg = 1, Karena tidak mungkin ada pori-pori
yang vakum atau tidak terisi oleh fluida. Ada 2 cara untuk menentukan saturasi
antara lain dengan analisis laboratorium atas sampel core dari reservoir, maupun
dengan menggunakan log.
Clean formation
Clean formation merupakan suatu formasi yang terbentuk oleh satu jeni
batuan saja, misalkan hanya terbentuk dari batu pasir saja, atau hanyak terbentuk
dari batu gamping saja tanpa adanya kandungan shale (Crain, 2012). Analisis
saturasi air dari jenis formasi ini lebih mudah dilakukan disbanding pada formasi
yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh clean formation yang tidak terpengaruhi
oleh kandungan shale yang dapat menyebabkan perubahan resistivitas, porositas
13
efektif, maupun permeabilitas (Dwiyono & Winardi, 2014). Maka pada formasi
ini digunakan persamaan Archie seperti pada persamaan II.11
Sw Archie = ( )( )
(II.11)
Dimana:
Sw = Saturasi air
Rt = Resistivitas batuan
Rw = resistivitas air formasi
= porositas
a = faktor turtoisitas
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi
Shally Formation
Shally formation merupakan suatu jenis formasi batuan yang terdiri dari
satu jenis batuan seperti batu gamping yang merujuk pada formasi yang
terpengaruh oleh adanya shale (Crain, 2012) maka dari itu, pengukuran saturasi
pada jenis formasi ini lebih sulit dilakukan akibat adanya kandungan shale pada
formasi yang dapat merubah porositas, permeabilitas, dan resistivitas (Dwiyono &
Winardi, 2014). Untuk menentukan nilai saturasi air pada formasi Shally dapat
menggunakan persamaan simandoux seperti yang pada persamaan II.12 :
Sw simandoux = *√ ( ) + (II.12)
Keterangan :
14
m = factor sementasi
Untuk menentukan nilai a dan n dapat dilihat dari tabel II.2 kelakuan
batuan dibawah ini:
Tabel II. 1 Kelatuan Batuan (Crain, 1999)
Batuan a m n C
Sandstone 0.62 2.15 2 0.4
Carbonate 1 2 2 0.45
M. Permeabilitas (K)
15
Permeabilitas Efektif, adalah permeabilitas yang apabila fluida yang
mengalir lebih dari satu macam. Contohnya, apabila yang mengalir pada
batuan reservoir yaitu minyak, gas dan air.
Permeabilitas Relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dan
permeabilitas absolut.
K=( ) (II.13)
Keterangan:
K = Permeabilitas (mili darcy)
Øeff = Porositas Efektif (fraksi)
Swirr = Irreducible water
K=( ) (II.14)
Keterangan:
K = Permeabilitas (mili darcy)
Øeff = Porositas Efektif (fraksi)
Swirr = Irreducible water
N. Cut off
Cut off merupakan suatu acuan yang dapat digunakan dalam memangkas
lapisan yang dianggap tidak produktif. Nilai dari cut off ditentukan dari data log,
data core, data produksi maupun pengalaman lapangan (Sitaresmi, 2015)
16
Cut off juga digunakan untuk menentukan ketebalan dari suatu zona
produktif dari suatu reservoir.
Total pay, yaitu ketebalan yang dihitung tanpa dilakukan cut off.
Net Sand, yaitu ketebalan yang dihitung tanpa menggunakan harga
cut off porositas dan volume shale.
Net Pay, yaitu ketebalan yang dihitung dengan menggunakan
harga cut off porositas dan volume shale.
Well logging merupakan suatu teknik untuk memperoleh data dari bawah
permukaan dengan menggunakan alat logging yang dimasukkan kedalam lubang
sumur untuk dilakukan evaluasi formasi serta identifikasi sifat-sifat fisik batuan
dibawah permukaan. Adapun jenis-jenis alat logging yang digunakan adalah
sebagai berikut.
17
A. Log Spontaneous Potential
Log SP, juga dikenal sebagai log spontaneous potential, adalah salah satu
jenis logging tertua. Perlu diketahui bahwa ini adalah log listrik, perbedaan
potensial antara elektroda yang dipasang di permukaan tanah dan elektroda yang
berjalan di lubang sumur dicatat dalam log spontaneous potential.
Batuan yang terjadi merupakan fungsi perbedaan salinitas. Komponen
yang digunakan dari potensial listrik ini adalah potensi elektrokimia karena dapat
menyebabkan defleksi yang signifikan terhadapat zona permeable (Sitaresmi,
2015). Prosedur pengambilan data log spontaneous potential menggunakan
lumpur untuk memastikan bahwa daya ditransmisikan dari formasi ke alat log. SP
log dapat digunakan untuk menghitung nilai resistivitas air formasi,
mengidentifikasi lapisan permeabel, mendeteksi batas lapisan permeabel dan
korelasi antar sumur berdasarkan lapisan batas dengan menggunakan prinsip.
Adapun sistem kerja dari log spontaneous potential yaitu Artinya, elektroda
diturunkan ke dalam lubang sumur, dan potensial listrik dicatat di berbagai titik
dengan referensi potensial elektroda di tujuh permukaan tanah. Defleksi pada
kurva spontaneous potential terbagi 2 jenis garis, yaitu garis lurus yang disebut
garis dasar serpih (shale base line) jika pada formasi permeable kurva
spontaneous potential menyimpang dari garis dasar serpih dan mencapai garis
konstan pada lapisan permeable yang cukup tebal, yaitu garis pasir (Nugrahanti,
2015). Pengukuran log SP dilakukan dengan cara memasang sebuah alat / tool ke
dalam lubang dan di permukaan, tool SP beroperasi berdasarkan arus listrik
mengalir dan lubang sumur harus berisi lumpur asin/tawar konduktif arus listrik
dapat mengalir. Defleksi positif dan negatif terjadi karena adanya perbedaan
salinitas diantara lumpur dan kandungan dalam formasi.
20
Interpretasi kurva gamma ray dilakukan dengan cara menentukan garis
gamma ray yang mempunyai nilai maksimum dan minimum pada suatu
penampang log maka kurva log gamma ray yang jatuh diantara kedua garis
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shale, defleksi kurva log gamma ray
ke arah kanan mengindikasikan adanya zona permeable sedangkan defleksi kurva
ke arah kiri menunjukkan zona non permeable (Hendrysman, 2019).
Log calliper ada alat logging sumur yang memberikan informasi lanjutan
mengenai pengukuran dari ukuran dan bentuk lubang bor dan dapat digunakan
untuk eksplorasi hidrokarbon saat pengeboran sumur berlagsung.
21
zona permeabel. Skema kerja dari calliper log dapat dilihatpada gambar II.5
berikut ini:
22
gas relatif nonkonduktif jika dibandingkan dengan air. Ohm Meter digunakan
untuk mengukur besarnya resistivitas batuan, yang biasanya diukur pada skala
logaritmik dengan nilai berkisar antara 0.2 hingga 2000 Ohm Meter. Metode
resistivity logging ini dilakukan karena secara harfiah batuan, fluida dan
hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu (Nugrahanti, 2015).
A. Induction Log
23
Gambar II. 8 Induction Log (Rider, 2008)
B. Lateral Log
Log lateral adalah alat log yang didesain untuk mengukur resistivitas
batuan yang dibor dengan menggunakan salt water mud yang digunakan untuk
mendeteksi zona-zona yang mengandung hidrokarbon. Selain dengan
menggunakan salt water mud, log Lateral akan bekerja secara sempurna pada
resistivitas formasi yang > 200 ohmm dengan Rmf / Rw < 2.0, dimana besarnya
lubang bor >12 inchi, pada ketebalan lapisan kurang dari 10 feet dan deep
invasion ( > 40 inchi ).
Prinsip kerja dari Log lateral ini yaitu terdapatnya sound pada alat
resistivity yang memiliki elektroda penyangga (bucking electrode) yang berfungsi
untuk memfokuskan arus survey dan mengalir dengan arah yang tegak lurus
terhadap sound tersebut. Arus yang terfokuskan ini yang membuat pengukuran
dilakukan pada batuan dengan arah yang lebih jelas. Hal ini tercapai karena arus
yang terpacar merupakan arus bulak-balik dengan frekuensi yang berbeda.
24
Kelebihan dari Log latera ini adalah dapat membedakan lapisan perlapisan
dengan baik dan tidak bergantung pada resistivitas formasi disekitarnya.
Pada log shallow resistivity pada umumnya yang digunakan adalah jenis
log MSFL, yang berfungsi untuk mengukur resistivitas pada lapisan yang terinvasi
mud filtrate dengan rentang berkisar antara 1 – 6 feet, log ini berfungsi untuk
mencari resistivitas dengan menggunakan metode resistivity logging. Prinsip
kerjanya yaitu dengan melakukan pengukuran pada resistivitas kerak-lumpur dan
formasi yang berada sedikit dibelakang kerak lumpur. ini dilakukan karena pada
dasarnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi mempunyai nilai
resistivitas tertentu.
A. Log Density
Prinsip kerja dari log density yaitu dengan menggunakan sumber radioaktif
yang memancarkan sinar gamma dengan intensitas tertentu yang dapat menembus
formasi, sinar gamma akan berinteraksi dengan elektron batuan (Compton
Scattering) kemudian membentuk awan gamma ray disekitar source, apabila
banyak elektron batuan maka akan semakin sedikit gamma ray yang sampai ke
detektor. Berikut ini adalah skema kerja dari density log pada gambar II.7
dibawah:
26
Gambar II. 9 Prinsip Kerja Density Log (Sclumberger, 2020)
B. Log Neutron
27
sistem satu detektor. Skema kerja neutron log dapat dilihat pada gambar II.8
dibawah ini:
C. Log Sonic
Log Sonic atau Log Akuistik merupakan peralatan log yang berfungsi
untuk mengukur perjalanan waktu elastis gelombang melalui formasi. Informasi
yang didapatkan ini juga digunakan untuk mendapatkan kecepatan elastis
gelombang melalui formasi. Adapun fungsi utamanya adalah dapat memberikan
data yang mendukung mengkalibrasi data seismik juga untuk mendapatkan data
porositas dari suatu formasi. Log sonic juga merupakan log yang bekerja untuk
mengukur cepat rambat dari suatu gelombang elastik dalam batuan dengan
pengukuran waktu tempuh dari gelombang bunyi pada suatu jarak tertentu
didalam suatu lapisan batuan. Log sonic mempunyai satuan mikro second per feet,
28
yang mana hasil tersebut adalah berasal dari kecepatan gelombang bunyi yang
mencapai receiver didalam suatu formasi. Waktu tempuh interval tergantung pada
jenis litologi juga porositasnya, sehingga jika lithologinya sudah diketahui, maka
tergantung pada porositasnya. Pada batuan yang porous, nilai kerapatannya lebih
kecil sehingga kurva log sonic akan mempunyai nilai yang besar seperti pada jenis
batuan serpih organik ataupun lignit juga sebaliknya. Log sonic juga berfungsi
untuk mengikat antara data seismik dengan data sumur. Kelebihan dari log sonic
untuk penentuan porositas adalah hasil perekaman tidak terpengaruhi oleh variasi
lubang bor.
Sistem kerja dari log sonic adalah dengan mengukur kecepatan suara
(sonic) didalam formasi, sebuah transmitter memancarkan pulsa dengan frekuensi
tertentu, yang kemudian pulsa tersebut menghasilkan gelombang-gelombang,
gelombang tersebut dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan daerah
rambatnya, sehingga dari detektor gelombang merambat ke formasi kemudian
kembali ke detektor, lalu dipancarkan lagi pulsa kedua dengan prinsip yang sama
dengan pulsa pertama, kemudian dicatat selisih waktu yang didapatkan dari kedua
pulsa tersebut (Nugrahanti, 2015). Adapun gambaran dari prinsip kerja sonic log
dapat dilihat pada gambar II.9. dibawah ini:
29
Gambar II. 11 Prinsip Kerja Sonic Log (Krygowsky, 2004)
30
kurva gamma ray yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat radiasi lapisan
serpih lebih tinggi di zona ini, unsur radioaktif cenderung mengendap pada lapisan
serpih.
A. Sand
Pembacaan defleksi kurva peralatan logging pada batuan pasir dapat
diketahui dengan ciri-ciri, yaitu memiliki nilai gamma ray log yang rendah,
terdapat mud cake karena diameter lubang bor yang kecil. Batu pasir terbentuk
dengan dua tahap. Pertama, beberapa perlapisan terakumulasi setelah
terjadinya sedimentasi, baik oleh air maupun udara. Secara umum Sedimentasi
terjadi apabila pasir terlepas dari suspensi dimana pasir tersebut akan bergerak di
sepanjang dasar aliran atau di bagian bawah tubuh air ( juga di padang pasir).
Kemudian, ketika telah berakumulasi pasir tersebut akan berubah menjadi batu
pasir pada saat dikompaksi oleh tekanan juga endapan diatasnya dan disementasi
oleh presipitasi mineral-mineral yang ada di dalam pori-pori antar butirannya
(Hendrysman, 2019). Simbol dari batu pasir dapat dilihat pada gambar II.10
dibawah
31
B. Shale
Pembacaan kurva peralatan logging pada jenis batuan shale dapat ditandai
dengan pembacaan defleksi kurva log gamma ray yang rendah dan nilai
resistivitas yang tinggi. Simbol batuan shale dapat dilihat pada gambar II.11
dibawah.
C. Limestone
Pembacaan kurva pada limestone dapat ditandai dengan defleksi kurva log
gamma ray yang cenderung rendah, resitivitas yang tinggi, harga porositas
neutron dan porositas densitas cenderung tinggi. Simbol batuan limestone dapat
dilihat pada gambar II.12 berikut.
32
Gambar II. 14 Simbol Batuan Limestone (De Witt, 1991)
D. Coal
Pembacaan kurva pada batuan coal dapat ditandai dengan defleksi kurva log
gamma ray yang rendah dan nilai resistivitas yang tinggi, dengan nilai porositas
neutron tinggi dan harga porositas densitas cenderung lebih rendah. Simbol coal
dapat dilihat pada gambar II.12 berikut.
Input data sumur adalah proses memasukan data sumur yang akan kita
lakukan interpretasi. Pilih input/output kemudian masukan tipe file yang sesuai
dengan data sumur yang kita miliki, seperti data ASCII, LAS / LBS, LAS3.
Penulis memilih LAS/LBS load dikarenakan data sumur yang diberikan berupa
data LAS, kemudian memasukkan data sumur yang telah didapat pada proses
logging berlangsung dilapangan (Sitaresmi, 2015).
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metodologi
Data pada penelitian ini adalah berupa data Log ASCII Standard atau data
LAS, yakni data yang berisi informasi perekaman sumur. Data ini juga memiliki
data kepala sumur yang berupa informasi spesifik seperti kedalaman. Temperatur
,hingga alat-alat log yang digunakan. Data tersebut merupakan data sekunder yang
disediakan oleh Lboraturium Penilaian Formasi Universitas Trisakti untuk
dianalisis lebih lanjut dengan metode kualitatif maupun kuantitatif
34
III.3 Flowchart
Dalam pengerjaan tugas akhir ini, haruslah berdasarkan prosedur yang
sesuai dengan kaidah ilmiah guna mendapatkan hasil yang baik, untuk itu secara
singkat alur kerja dari penelitian ini dapat terlihat pada flowchart di gambar III.1:
Gambar III. 1 Flowchart Penentuan zona prospek sumur MA-03 dan MA-06
35
a. Header log
b. Data kedalaman sumur
c. Gamma ray log
d. Sonic log
e. Caliper log
f. Resistivity log
g. Neutron log
h. Density log
i. Data core
2. Memeriksa kelengkapan data:
a. Header Log
b. Data LAS
c. Well marker
3. Analisis kualititatif, pada prosedur ini dilakukan dengan menganalisa triple
combo dengan bantuan software interactive petrophysics untuk menentukan
zona terindikasi prospek hidrokarbon serta kedalaman zona tersebut.
4. Analisis Kuantitatif:
a. Penentuan nilai a, m, dan n yang terlebih dahulu dilakukan penentuan jenis
lithologi batuannya sehingga didapatkan nilai dari a, m, dan C dari tabel.
b. Penentuan temperature formasi dengan menggunakan nilai pada header log
serta kedalaman dari setiap zona.
c. Penentuan resistivitas air formasi dengan menggunakan metode picket
plot.
d. Penentuan volume shale dari pembacaan Gamma Ray Log (GR)
e. Penentuan porositas densitas dan neutron yang kemudian dikoreksi
terhadap volume shale. Lalu menghitung porositas efektif
f. Penentuan saturasi air formasi dengan menggunakan metode simandoux
g. Penentuan permeabilitas dengan menggunakan persamaan Wyllie and
Rose.
h. Penentuan cutoff terhadap nilai petrofisik yang didapatkan.
36
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ke-empat dari penelitian ini, peneliti akan memaparkan serta
menjelaskan mengenai hasil dari penelitian ini untuk mencapai tujuan dari
penelitian yaitu menentukan zona prospek hidrokarbon dari setiap sumur yang
dijadikan objek penelitian yang berdasarkan data log yang tersedia. Sebelumnya,
dilakukan persiapan kelengkapan data demi mendapatkan hasil interpretasi yang
lebih akurat. Apabila seiring dengan berjalannya penelitian ini peneliti mendapati
kendala kekurangan data, peneliti akan melakukan kembali melakukan korelasi
atau analisis menggunakan data yang tersedia.
Kemudian kelengkapan dari data LAS pada setiap sumur dapat dilihat di
tabel IV.2 .
Tabel IV. 2 Kelengkapan Data LAS
Wells Depth GR CAL SP Resistivity Density Neutron TVD
MA-03 √ √ √ √ √ √ √ √
MA-06 √ √ √ √ √ √ √ √
37
MA-03. Gambar IV.1 merupakan triplecombo yang menunjukkan interval zona
prospek hidrokarbon yang ada pada sumur MA-03.
II 4235-4260
38
terlihat. Berdasarkan tabel IV.3 terdapat dua zona interval prospek pada sumur
MA-03.
39
feet.
IV.5.
40
Penentuan interval zona prospek berdasarkan informasi yang di dapatkan
pada triplecombo yang bersarakan kriteria tertentu seperti zona yang permeable
maupun nilai resistivitas yang relatif tinggi, kemudian didukung dengan deviasi
grafik log NPHI dan log RHOB yang bersilangan atau dapat disebut dengan
crossover yang menunjukan kemungkinan adanya gas berdasarkan ukuran
separasi yang terbaca, Berdasarkan tabel IV.4 terdapat dua interval zona prospek
hidrokarbon pada sumur MA-06. Pada gambar dibawah ini menunjukan dua
interval zona prospek hidrokarbon yang terbaca pada triplecombo yaitu zona 1 dan
zona 2 sumur MA-06. Secara jelas indikasi zona prospek I yang berada pada
kedalaman 3045-3084 feet dapat dilihat pada Gambar IV.6.
41
feet Secara jelas dapat dilihat pada Gambar IV.7
Berdasarkan analisis grafik crossplot antara NPHI dan RHOB dapat kita
simpulkan bahwa pada sumur MA-03 zona 1 memiliki formasi yang tersusun
dengan jenis batuan dolomite, sehingga nilai a, m dan n berdasarkan tabel yaitu
nilai a atau faktor turtuositas adalah 0.81, nilai m atau faktor sementasi adalah 2,
adapun nilai n atau faktor saturasi yaitu 2.
42
Kemudian dilakukan kembali crossplot antara NPHI dan RHOB pada
chart, sehingga hasil crossplot antara log neutron dan log densitas sumur MA-03
zona 2 ditunjukkan pada gambar IV.9.
Berdasarkan analisis grafik crossplot antara NPHI dan RHOB dapat kita
simpulkan bahwa pada sumur MA-03 zona 2 memiliki formasi yang tersusun
dengan jenis batuan dolomite, sehingga nilai a, m dan n berdasarkan tabel yaitu
nilai a atau faktor turtuositas adalah 0.81, nilai m atau faktor sementasi adalah 2,
adapun nilai n atau faktor saturasi yaitu 2.
43
IV.2.2 Penentuan Jenis Batuan Pada sumur MA-06
Penentuan jenis batuan pada setiap zona ini memiliki tujuan adalah untuk
menentuan nilai a (faktor tortuosity), m (faktor sementasi), dan n (faktor saturasi)
yang dilakukan dengan analisis grafik crossplot neutron porosity (NPHI) dengan
log densitas (RHOB), yang setiap jenis batuan memiliki nilai a, m, dan n yang
berbeda.
Hasil dari crossplot untuk sumur MA-06 zona I dapat dilihat pada Gambar
44
Hasil crossplot antara NPHI dan RHOB sumur MA-06 zona II ditunjukkan
45
kemudian dilakukan perhitungan nilai petrofisika antara lain volume shale,
porositas, saturasi air dan permeabilitas.
46
Sedangkan pada sumur MA-06 setelah dilakukan perhitungan volume
shale secara manual menggunakan persamaan II.1, maka didapatkan hasil dari
nilai Volume shale untuk setiap zona prospek pada sumur MA-06. Seperti pada
tabel IV.6 dibawah ini menunjukkan nilai volume shale disetiap kedalaman pada
sumur MA-06 zona 2.
1 MA-03 1 0.432
2 2 0.428
3 MA-06 1 0.356
4 2 0.377
47
IV.3.2 Penentuan Temperature Formasi
Setelah menentukan kedua zona prospek pada sumur MA-03, maka tahap
selanjutnya adalah menentukan temperature, dalam penentuan temperatur formasi
dilakukan dengan menggunakan persamaan II.8. perhitungan ini membutuhkan
data seperti Borehole Temperature, Surface Temperature, True Vertical Depth
serta Nilai Measured Depth, yang mana Data tersebut telah tersedia dalam header
log di masing-masing sumur.
( )
TF = ( )
( )
TF = ( )
TF = ˚F
Berdasarkan parameter-parameter dari data log juga dapat uraikan bahwa pada
kedalaman 4235 feet di Zona Prospek 2 sumur XA-03 memiliki perhitungan
temperatur formasi seperti berikut :
( )
TF = ( )
( )
TF = ( )
TF = ˚F
48
Tabel IV. 8 Temperature formasi pada zona prospek 1 sumur MA-03
Kedalaman
TF (˚F)
(ft)
3750 148.45
3755 148.54
3765 148.71
3770 148.79
3775 148.87
3780 148.96
3785 149.04
3790 149.13
3800 149.30
3805 149.38
3810 149.47
1 MA-03 1 148.96
2 2 157.04
3 MA-06 1 135.49
4 2 154.01
49
IV.3.3 Penentuan Porositas
Ø D log=
= 0,305
Ø Dcorr = Ø D log-(Ø Dshale x Vshale)
= 0,305 – (0,340 x 0,733)
= 0,055
ØNcorr = ØN - (ØNshale x Vshale)
= 0,397 – (0,465 x 0,733)
= 0,056
( )
Øeff = ( )
( )
=( )
= 0,055
Selain itu, perhitungan porositas zona prospek 2 di kedalaman 4235 pada
sumur MA-03 secara manual dapat diuraikan dengan rumus-rumus yang tertera
pada bab II.2 sebagai berikut:
Ø D log=
50
= 0,287
Ø Dcorr = Ø D log-(Ø Dshale x Vshale)
= 0,287 – (0,340 x 0,80)
= 0,014
ØNcorr = ØN - (ØNshale x Vshale)
= 0,396 – (0,465 x 0,0.80)
= 0,024
( )
Øeff = ( )
( )
=( )
= 0,019
Dalam penentuan nilai porositas di setiap zona pada sumur MA-03 dan
sumur MA-06 maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus yang
sama pada langkah perhitungan yang sudah dijabarkan diatas.
51
Sebelum penentuan saturasi air, diperlukan nilai dari resistivitas air yang
dapat ditentukan salah satunya dengan menggunakan metode Picket Plot, metode
ini merupakan hasil plot antara nilai dari porositas efektif dan resistivitas batuan .
Salah satu hal penting yang diperlukan dalam menggunakan metode picket plot
adalah dilakukan pada zona air pada setiap sumur. Hal ini diperlukan untuk
mendapatkan nilai Rw yang lebih akurat dan tidak terpengaruh oleh jenis fluida
yang lain seperti gas dan minyak.
Pada gambar IV.12 diatas menunjukkan grafik picket plot dari sumur MA-
03 dan diperoleh nilai resistivitas pada saat porositas 1 adalah sebesar 0.015
ohmm dan pada saat porositas bernilai 0.1, nilai resistivitas airnya adalah 4.5
ohmm. Yang kemudian didapatkan nilai resistivitas pada sumur MA-03 adalah
0.0185 ohmm.
52
Gambar IV.13 Picket Plot Sumur MA-06
Sedangkan pada gambar IV.13 menunjukkan grafik picket plot dari sumur
MA-06 yang mana diperoleh nilai resistivitas pada saat porositas 1 adalah sebesar
0.017 ohmm dan pada saat porositas bernilai 0.1, nilai resistivitas airnya adalah
3.4 ohmm. Yang kemudian didapatkan nilai resistivitas pada sumur MA-03 adalah
0.0209 ohmm.
Penentuan saturasi air pada suatu formasi adalah berdasarkan nilai dari
volume shale yang telah di tentukan sebelumnya pada formasi tersebut. Pada
sumur MA-03 ini saturasi air dihitung dengan menggunakan metode simandoux
dikarenakan kandungan shale yang relative tinggi pada formasi tersebut begitupun
yang dilakukan pada sumur MA-06.
53
pada sumur MA-03 kedalaman 3755 feet dengan rumus seperti pada persamaan
II. 11. saturasi air yang didapatkan adalah :
Sw simandoux = * √( ) +
Sw = *√( ) +
Sw = 0.462
Selain itu pada kedalaman 3775 feet pada sumur MA-03 didapatkan nilai
saturasi air sebesar:
Sw simandoux = * √( ) +
Sw = * √( ) +
Sw= 0.394
Tabel IV.11 Nilai Saturasi Air pada sumur MA-03 dan MA-06
NO Sumur Zona Prospek Sw (%)
1 1 0.440
MA-03
2 2 0.411
3 1 0.377
MA-06
4 2 0.546
54
digunakan ialah porositas efektif disetiap lapizan zona yang prospek juga nilai
saturasi air Irreducible (Swirr). Adapun nilai dari saturasi air Irreducible (Swirr)
adalah sama dengan nilai dari Sw pada setiap kedalam di lapisan prospek. Hasil
dari perhitungan permeabilitas dengan metode Wyllie and Rose dengan
menggunakan persamaan 11.12 pada kedalaman 3755 feet pada zona prospek 1
sumur MA-03 sebagai berikut:
K=( )
K=( )
K = 16.67 mD
Selain itu pada kedalaman 3760 feet pada sumur MA-03 didapatkan nilai
permeabilitas adalah sebesar:
K=( )
K=( )
K = 37.14 mD
Kemudian untuk mengukur kemampuan batuan dalam mengalirkan fluida
pada setiap zona dilakukan perhitungan permeabilitas dengan metode Wyllie and
Rose dengan persamaan II.12 seperti pada pehitungan diatas. Adapun hasil
analisis permeabilitas pada setiap zona dapat dilihat pada tabel IV.13.
Tabel IV. 12 Nilai Permeabilitas (K) pada sumur MA-03 dan MA-06
NO Sumur Zona Prospek K (mD)
1 1 12.46
MA-03
2 2 79.01
3 1 35.94
MA-06
4 2 30.36
55
IV.3.7 Cut Off
No Parameter Nilai
1 Vsh ≤ 0.5
2 Porositas ≥ 0.08
3 Sw ≤ 0.65
Pada lapangan ini dilakukan dua tahapan cut off , yang pertama-tama nilai
petrofisika di cut off dengan menggunakan nilai volume shale juga porositas
sehingga menghasilkan net sand yang mana lapisan tersebut merupakan lapisan
yang permeable. Kemudian dengan menggunakan cut off saturasi air dan di
dapatkanlah lapisan net pay, artinya lapisan tersebut merupakan lapisan yang
56
permeable dan mengandung fluida hidrokarbon.
Dari gambar IV.14, yakni grafik porositas efektif vs volume shale yang
menggambarkan persebaran dari lapisan-lapisan yang telah di cut off terhadap
Batasan cut off lithologi yang pada grafik ini adalah volume shale. Maka dari itu,
didapatkan nilai dari ne sand pada zona hidrokarbon yang tersebar pada kuadran
empat.
Setelah didapatkan nilai dari net sand, nilai net sand dilanjutkan dengan
melakukan cut off saturasi, yakni untuk mendapatkan nilai dari net pay dengan
menggunakan data nilai saturasi air. Sehingga melalui gambar IV.10 yaitu grafik
porositas efektif vs saturasi air, diketahui bahwa titik-titik yang berada pada
kuadran empat merupakan lapisan net pay atau ketebalan bersih pada zona
prospek atau dengan kata lain yang dianggap sebagai lapisan produktif, sehingga
nilai dari net pay tersebut dapat digunakan dalam mencari cadangan awal
hidrokarbon.
57
Pada tabel IV.14 yaitu data yang menunjukkan nilai petrofisika di sumur MA-03
dan MA-06 pada lapisan net pay atau ketebalan bersih. Melalui data tersebut
dapat kita ketahui bahwa porositas rata-rata dari empat zona yang diteliti adalah
0.178, saturasi air sebesar 0.43, volume shale sebesar 0.31, dan permeabilitas
rata-rata sebesar 36.97 mD.
Ketebalan (feet)
Zona K
NO Sumur Net Net Øeff Vsh Sw
Prospek Gross (mD)
Sand Pay
1 1 60 50 50 0.17 0.38 0.40 15.94
MA03
2 2 45 20 20 0.24 0.21 0.35 118.51
3 1 45 42 42 0.18 0.37 0.46 34.95
MA06
4 2 40 20 20 0.18 0.27 0.50 27.46
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan
pada Sumur MA-03 dan Sumur MA-06 untuk dapat menentukan nilai petrofisika
pada zona prospek hidrokarbon dan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
57
sebesar 12.46 mD pada zona 1 dan 148.43 mD pada zona 2 , pada
sumur MA-06 didapatkan nilai permeabilitas sebesar 35.37 mD
pada zona 1 dan 25.89 mD pada zona 2.
4. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa ketebalan
lapisan net sand pada sumur MA-03 adalah 106 feet sedangkan
pada sumur MA-06 ketebalan lapisan hidrokarbon atau net sand-
nya adalah 62 feet. Adapun ketebalan lapisan hidrokarbon atau net
pay pada sumur MA-03 adalah 106 feet sedangkan pada sumur
MA-06 ketebalan lapisan hidrokarbon atau net paynya adalah 62
feet.
V.II Saran
58
DAFTAR PUSTAKA
59
Puri Wijayanti, R. S. (2020). Evaluation Calculation Of the Water Saturation With
Simandoux And Indonesia Method In P Layer R Field. Jurnal Ilmiah
Teknik Perminyakan, 142-146.
Puslitbang tekMIRA. (2011). PEMBANGUNAN APLIKASI PEMANTAUAN
PRODUKSI TAMBANG BATUBARA DIBAWAH TANAH. Final
Draft, 63.
Ramadhan, N. (2019). ANALISIS PEMILIHAN ZONA PROSPEK
BERDASARKAN DATA LOG DAN PARAMETER PETROFISIKA.
JAKARTA: USAKTI.
Rider. (2008).
Schlumberger. (1997). Log Interpretation Chart. Houston Taxas: Schlumberger.
Sclumberger. (2020). Compensated Density Log . oilfield glossary, 8.
Serra. (1984).
Serra, O. (1988). Fundamentals Of Well Log Interpretation. Amsterdam: Elsevier
Science Publishing Company.
Sitaresmi, R. (2015). ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN
PERHITUNGAN CADANGAN. Jakarta: Universitas Trisakti.
Almani, S. (2011). Spontaneous Potential Log. Doha: Unknown.
Crain, E. R. (1999). Crain Petrophisicals Handbooks. New York: Client List.
De Witt, M. (1991). Petroleum Geology Of The Appalachian Basin. New York:
USA Geological Survey.
Hendrysman, A. (2019). Penilaian Formasi. Jakarta: Unknown.
J, S. (2015). Basic Well Logging And Formation Evaluation. London: BookBoon.
Koesomadinata. (1980). Geologi Minyak Dan Gas Bumi. Bandung : Insitut
Teknologi Bandung.
Krygowsky, G. A. (2004). Basic Well Log Analysis. Tulsa Oklahoma: AAPG.
MACHUDOR YUSMAN. (2015). PENGEMBANGAN APLIKASI ENKRIPSI
DAN DESKRIPSI. DIPA BLU YUNIOR, 4.
Nugrahanti, A. (2015). Penilaian Formasi I. Jakarta: Universitas Trisakti.
Puri Wijayanti, R. S. (2020). Evaluation Calculation Of the Water Saturation With
Simandoux And Indonesia Method In P Layer R Field. Jurnal Ilmiah
Teknik Perminyakan, 142-146.
Puslitbang tekMIRA. (2011). PEMBANGUNAN APLIKASI PEMANTAUAN
PRODUKSI TAMBANG BATUBARA DIBAWAH TANAH. Final
Draft, 63.
60
Ramadhan, N. (2019). ANALISIS PEMILIHAN ZONA PROSPEK
BERDASARKAN DATA LOG DAN PARAMETER PETROFISIKA.
JAKARTA: USAKTI.
Rider. (2008).
Schlumberger. (1997). Log Interpretation Chart. Houston Taxas: Schlumberger.
Sclumberger. (2020). Compensated Density Log . oilfield glossary, 8.
Serra. (1984).
Serra, O. (1988). Fundamentals Of Well Log Interpretation. Amsterdam: Elsevier
Science Publishing Company.
Sitaresmi, R. (2015). ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN
PERHITUNGAN CADANGAN. Jakarta: Universitas Trisakti.
61
LAMPIRAN A
A.1 HEADER LOG SUMUR X-04
62
63