SKRIPSI
Skripsi
Oleh
11180980000007
JAKARTA
2022M/1443 H
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D Dr. Ambran Hartono, M.Si
NIP. 197106082005011005 NIP. 197104082002121001
PERNYATAAN
Jakarta,
Materai
6000
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyusun Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Grade Resistance Dan Rolling
Resistance Terhadap Produktivitas Dan Konsumsi Bahan Bakar Hauler Di PT
Antareja Mahada Makmur”. Sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
(S1) pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun dapat terselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Maka dari itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua yang selalu memberi dukungan dan doa agar dapat
menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.
2. Bapak Nasrul Hakiem S.Si., M.T., Ph.D. Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ambran Hartono, M.Si, Ketua Prodi Teknik Pertambangan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ahmad Fauzan Haryono, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Ibu Nurmaya Arofah, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing II.
6. Bapak Ari Wibowo ST Selaku Pembimbing Lapangan I di PT Antareja
Mahada Makmur Jobsite MHU.
7. Bapak Ali Kusumah Singawilastra ST Selaku Pembimbing Lapangan II di
PT Antareja Mahada Makmur Jobsite MHU.
8. Mas Felix Sihotang ST Selaku Pembimbing dari Divisi Mine Road
Engineering di PT Antareja Mahada Makmur Jobsite MHU.
9. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Teknik Pertambangan.
10. Nadila Guspani Putri, teman yang sama-sama berjuang menyelesaikan
Tugas Akhir di PT Antareja Mahada Makmur.
i
11. Teman-teman dan para sahabat seperjuangan Teknik Pertambangan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya sayangi.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Penulis,
NIM. 11180980000007
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
v
2.7. Daya Dukung Tanah ............................................................................... 19
vi
4.1.3. Superelevasi .................................................................................... 41
LAMPIRAN .......................................................................................................... 77
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran CC Waktu Pengaruh Simpangan ........................................................ 148
Lampiran DD Hasil Uji Laboratorium ................................................................ 149
Lampiran EE SP Road Engineering AMM ......................................................... 150
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
PT Antareja Mahada Makmur merupakan salah satu perusahaan kontraktor
pertambangan batubara terbesar di Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Loa
Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Metode
penambangan batubara yang dilakukan adalah menggunakan metode
penambangan terbuka. Salah satu, kegiatan pada penambangan terbuka yaitu
pengangkutan lapisan penutup. Sistem pengangkutan harus dirancang seefisien
mungkin, untuk meminimalkan biaya pengangkutan, meningkatkan
probabilitas dan meningkatkan nilai total tambang (Soofastaei et al., 2016).
Penentu keberhasilan metode penambangan terbuka adalah seberapa besar
produktivitas peralatan mekanis dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien
mungkin agar hasil yang diperoleh maksimal sesuai dengan target perusahaan
(Himawan et al., 2020). Meningkatkan efisiensi sistem pengangkutan
merupakan salah satu tantangan besar dalam teknik pertambangan dan
merupakan subyek dari banyak proyek penelitian yang dilakukan baik dalam
studi maupun industri (Soofastaei et al., 2016).
Geometri jalan merupakan faktor utama yang berkaitan langsung dengan
produktivitas dari alat angkut, apabila geometri jalan tidak sesuai dengan
standar dan kondisi jalan yang kurang baik, maka akan berpengaruh pada cycle
time yang lebih lama, sehingga menurunkan produktivitas dan meningkatkan
penggunaan bahan bakar (Anaperta & Ikmal, 2018). Terdapat beberapa faktor
hambatan yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu Rolling Resistance (RR) dan
Grade Resistance (GR). Itulah mengapa perbaikan geometri dan struktur jalan
sangat penting karena akan mengarah pada peningkatan efektivitas truk,
peningkatan produktivitas, dan pengurangan biaya perawatan (Nurić & Nurić,
2019). Keadaan aktual dilapangan, pada beberapa segmen jalan angkut masih
terdapat grade yang belum sesuai dengan standar perusahaan dan kondisi jalan
yang kurang baik yaitu terdapat banyak amblasan pada badan jalan angkut. Hal
1
ini tentu dapat memberikan dampak pada produktivitas (Saputra et al., 2019).
Truk yang digunakan dalam operasi pengangkutan pada tambang terbuka ini
juga mengkonsumsi bahan bakar dalam jumlah besar, salah satu faktornya
adalah kondisi jalan angkut, maka hal ini mendorong produsen truk dan
perusahaan pertambangan besar untuk melakukan penelitian tentang konsumsi
bahan bakar hauler (Soofastaei et al., 2016).
Jalan angkut yang baik tentunya akan dapat mendukung kinerja alat angkut
yang melaluinya, maka dari itu dalam rangka meningkatkan produktivitas dan
menurunkan konsumsi bahan bakar alat angkut pada PT Antareja Mahada
Makmur, maka dilakukan analisis pengaruh Rolling Resistance (RR) dan Grade
Resistance (GR) terhadap produktivitas dan konsumsi bahan bakar alat angkut.
Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, yaitu geometri jalan, kedalaman
amblasan, dan cycle time alat angkut. Faktor-faktor tersebut dapat dipenuhi
dengan melakukan penyelidikan di lapangan serta dokumentasi-dokumentasi
yang diambil di lokasi penelitian. Dalam tugas akhir ini perhitungan
produktivitas alat angkut dihitung dengan mengetahui berapa lama siklus dari
alat angkut tersebut, waktu siklus didapat dengan menjumlahkan seluruh
elemen gerakan dari dimuati, berjalan, dumping dan balik ke posisi dimuati
(Sokop et al., 2018), sedangkan perhitungan konsumsi bahan bakar dilakukan
menggunakan parameter load factor dengan pendekatan Rimpull. Pada
pengolahan geometri jalan dan pembuatan design jalan dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak, sedangkan untuk simulasi waktu per
segment dan kecepatan alat angkut dilakukan menggunakan software TALPAC,
sehingga akan dihasilkan perbaikan produktivitas serta konsumsi bahan bakar
yang lebih optimal pada PT Antareja Mahada Makmur.
Menurut (Desandra, 2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa untuk
meningkatkan produktivitas alat angkut dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki nilai rolling resistance. Namun pada kajiannya tidak dilakukan
pengujian perkerasan jalan dengan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) untuk mengevaluasi propertis dari lapisan perkerasan maupun lapisan
permukaan soils. Selanjutnya menurut (Nurrochman, 2019) grade resistance
dan rolling resistance berpengaruh terhadap produktivitas dan konsumsi bahan
2
bakar hauler. Namun pada penelitiannya, perhitungan konsumsi bahan bakar
dilakukan dengan menggunakan RPM (Revolution Per Menit) dan Rimpul,
sedangkan pada penelitian ini perhitungan konsumsi bahan bakar hanya
dilakukan menggunakan Rimpul dengan faktor hambatan grade resistance dan
rolling resistance, sama seperti penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini tidak
dilakukan perhitungan menggunakan RPM karena pengukuran RPM memiliki
kelemahan yaitu belum mendapatkan rata-rata penggunaan RPM yang
senyatanya dilapangan 100%, sehingga dalam mengetahui perubahan
percepatan yang dihasilkan kurang representatif.
Dengan demikian kegiatan Tugas Akhir Saya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Geometri Dan Kondisi Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dan
Konsumsi Bahan Bakar Hauler Di PT Antareja Mahada Makmur” dapat
membantu mendapatkan geometri serta kondisi jalan angkut yang diinginkan
dalam meningkatkan produktivitas dan mengurangi konsumsi bahan bakar alat
angkut.
1.2.Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan Skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana geometri dan kondisi jalan angkut pada PT Antareja Mahada
Makmur?
2. Apakah produktivitas dan konsumsi bahan bakar alat angkut pada PT
Antareja Mahada Makmur sudah optimal?
3. Bagaimana pengaruh antara Grade Resistance dan Rolling Resistance
dengan produktivitas dan konsumsi bahan bakar alat angkut?
1.3.Batasan Masalah
Agar penulisan ini dapat dilaksanakan secara terstruktur dan sesuai tujuan
penelitian, maka batasan – batasan masalah yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
3
1. Alat angkut yang digunakan dalam penentuan geometri jalan ideal adalah
HD Komatsu 785.
2. Faktor yang mempengaruhi geometri jalan angkut terhadap produktivitas
dan konsumsi bahan bakar adalah grade dan lebar jalan angkut.
3. Faktor yang mempengaruhi kondisi jalan angkut terhadap produktivitas dan
konsumsi bahan bakar adalah rolling resistance.
4. Penentuan grade jalan maksimum disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku di PT Antareja Mahada Makmur.
5. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung konsumsi bahan bakar
adalah dengan menggunakan Rimpul.
6. Tidak ada perhitungan biaya perbaikan jalan pada penelitian ini.
1.4.Tujuan Penelitian
1. Memperbaiki geometri dan kondisi jalan angkut pada PT Antareja Mahada
Makmur.
2. Mengoptimasi produktivitas dan konsumsi bahan bakar alat angkut yang
digunakan pada PT Antareja Mahada Makmur.
3. Mengetahui pengaruh geometri dan kondisi jalan angkut terhadap
produktivitas dan konsumsi bahan bakar alat angkut pada PT Antareja
Mahada Makmur
1.5.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peserta Tugas Akhir
Dengan adanya Tugas Akhir ini sangat besar manfaatnya bagi
mahasiswa yaitu bertambahnya Ilmu Pengetahuan serta wawasan,
mengaplikasikan ilmu-ilmu pertambangan yang diperoleh di kelas terhadap
masalah atau kasus nyata di lapangan, serta membangun pengalaman teknis
kerja di proyek penambangan sehingga dapat meningkatkan keahlian
profesi bagi mahasiswa.
4
2. Bagi Pembaca
Dari hasil kegiatan Tugas Akhir yang Saya lakukan, diharapkan
dapat menambah pengetahuan sehingga bisa meningkatkan wawasan Saya
sendiri dan pembaca nantinya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2. Lokasi Perusahaan
Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
yaitu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan
bebadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan
batubara, PT Multi Harapan Utama terletak 60 km kearah barat daya dari ibukota
provinsi di Samarinda. Wilayah tersebut dilewati Sungai Mahakam, sungai
terbesar di Kalimantan Timur, yang bermuara di Selat Makassar, sungai terbesar
di Kalimantan Timur, yang bermuara di Selat Makassar. Daerah
pertambangannya berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai
Kartanegara, dengan Batasan administratif :
1. Utara : Kota Samarinda
2. Timur : Kecematan Muara Jawa
3. Selatan : Kecamatan Samboja dan Kota Balikpapan
4. Barat : Kecamatan Loa Janan
7
Gambar 2. 1 Peta Lokasi Penelitian
8
Perincian masing – masing formasi dari tertua sampai ke formasi termuda
adalah :
9
dilakukan oleh Owner yaitu PT. Multi Harapan Utama, dimana curah hujan
terendah terdapat pada bulan September yaitu sebesar 32 mm/bulan, curah hujan
tertinggi terdapat pada bulan April yaitu sebesar 191 mm/bulan, sedangkan
curah hujan rata-rata dari tahun 2011-2020 adalah 107 mm/bulan.
2.3.Penelitian Terdahulu
10
2.4.Pemindahan Lapisan Penutup (Overburden Removal)
11
2.5.1. Kondisi Front Kerja
Kondisi front sangat penting untuk efisiensi waktu edar alat berat,
tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian sasaran
produksi namun juga harus aman bagi penempatan alat angkut dan mobilitas
pekerja. Front yang kecil akan memperbesar cycle time karena kegiatan
manuver akan terhambat. Maka dari itu front kerja alat harus memenuhi kriteria
dimensi yang mempertimbangkan kondisi alat untuk bekerja.
2.5.2. Geometri jalan angkut
Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Perancangan geometri
jalan harus di rancang sedemikian rupa agar dapat menunjang alat berat yang
melintas dengan baik.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalulintas pengangkutan
lancar dan aman. Namun, karena keterbatasan dilapangan makan lebar jalan
angkut harus diperhitungkan dengan cermat. Dimana lebar jalan angkut
lurus dan jalan angkut tikungan.
2. Lebar pada jalan lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut AASHTO Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan
setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (AASHTO,
2001). Rumus penentuan lebar jalan angkut lurus adalah sebagai berikut :
Dimana :
12
Gambar 2. 2 Lebar Jalan Lurus
(Suwandhi, 2004)
Nilai lebar bagian tepi jalan (Z) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.
3).
𝑈+𝐹𝑎+𝐹𝑏 (2. 3)
Z= 2
Dimana :
13
U = lebar jejak roda (center to center tires), m
14
𝑊 (2. 4)
R = 𝑆𝑖𝑛 𝛽
Dimana :
R = jari-jari belokan jalan angkut, m
W = jarak poros roda depan dan belakang, m
𝛽 = sudut penyimpangan roda depan, °
b. Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan yang melintang pada tikungan jalan.
Superelevasi berhubungan erat dengan jari-jari belokan, kecepatan
kendaraan dan perubahan kecepatan (0.40 m/det3). Untuk menghitungkan
superelevasi dapat dilihat pada Persamaan (2. 5) (Maulana et al., 2019) :
𝑉2 (2. 5)
e + f = 127 .𝑅
Dimana :
e = Superelevasi, mm/m
f = friction factor
15
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari – jari tikungan, (m)
Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam, maka :
f = 1 – 0,00065 v +0,192
Untuk kecepatan rencana > 80 km/jam, maka :
f = 1 – 0,00125 v + 0,24
∆ℎ ∆ℎ (2. 6)
Grade (𝛼) = ∆ 𝑥 ∆ 𝑥 x 100%
Dimana :
∆ℎ = Beda tinggi antara dua titik yang diukur.
∆𝑥 = Jarak datar antara dua titik yang diukur.
Yang telah diatur oleh KEPMEN ESDM 1827 kemiringan jalan angkut
maksimum adalah 12%, namun untuk efisiensi dan keamanan, pada
perusahaan diatur kemiringan jalan angkut maksimum adalah 8%.
16
6. Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Cross Slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pembuatan Cross Slope ditujukan agar saat
hujan akir akan mengalir ke sisi kanan dan kiri jalan, sehingga air akan
segera masuk kedalam parit dan mengurangi genangan pada badan jalan.
Karena genangan yang berada pada badan jalan akan membuat kualitas jalan
menurun (Suwandhi, 2004).
2.5.3. Konstruksi Jalan Pengangkutan
Konstruksi jalan adalah suatu lapisan penyusun jalan yang tersusun
oleh lapisan perkerasan dan diletakkan di atas tanah dasar atau “sub grade”.
Secara umum perkerasan jalan dilakukan untuk memenuhi syarat dibawah ini
(Indonesianto, 2005):
1. Harus mampu untuk menahan berat atau beban kendaraan maksimum yang
ada diatas jalan hauling. Karena jika jalan tidak mampu menahan beban
maksimum yang ada diatasnya maka permukaan jalan akan mengalami
penurunan atau pergeseran, dimana selanjutnya jalan akan bergelombang
dan banyak cekungan.
2. Permukaan jalan juga harus mampu untuk menahan gesekan yang terjadi
antara roda dengan permukaan jalan yang diakibatkan oleh air dan hujan.
Karena jika tidak terpenuhi maka jalan akan mengalami kerusakan berupa
jalan berlubang.
Tujuan utama dalam konstruksi perkerasan jalan angkut adalah membangun
dasar jalan yang memungkinkan untuk menunjang seluruh beban yang terdapat
diatas jalan hauling.
2.5.4. Kegiatan Perawatan Jalan
Kegiatan perawatan jalan angkut adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga
kondisi jalan angkut layak digunakan. Kegiatan perawatan ini tidak hanya
dilakukan satu kali, melainkan secara berkala. Hal ini sangat penting dilakukan,
karena pada proses pengangkutan selain geometri jalan, faktor yang berpengaruh
adalah kondisi jalan untuk menunjang speed yang ingin di capai. Road
Maintenance yang dilakukan adalah :
17
1. Pengurangan Debu
Pada operasi penambangan, lingkungan sangat berpengaruh dan menjadi
prioritas utama. Pada saat musim kemarau, hal yang paling berngaruh
adalah debu, karen dapat mengganggu penglihatan dan mengurangi jarak
pandang. Solusi dalam hal ini adalah dengan melalukan penyiraman secara
berkala pada jalan hauling.
2. Perataan Jalan
Perataan jalan merupakan hal yang sangat penting pada kegiatan perawatan
jalan. Namun pada kegiatan ini, closs slope harus tetap dijaga agar saat
hujan air tidak menggenang pada badan jalan, namun langsung mengalir ke
paritan pada sisi jalan.
3. Pemadatan Jalan (Compacting)
Pemadatan jalan perlu dilakukan untuk meningkatan perkerasan jalan
hauling, hal tersebut guna mengurangi kerusakan jalan yang menyebabkan
jalan bergelombang. Dan untuk mengurangi tyre penetration pada jalan.
4. Pengeringan Jalan
Pengeringan jalan penting dilakukan pada musim hujan. Slippery dilakukan
setelah hujan menggunakan grader dan dozer dengan cara penggemburan
dan perataan jalan hauling, agar air yang menggenang ikut terdorong dan
permukaan jalan yang basah dapat terangkat sehingga mengurangi jalan
licin dan menambah nilai traction pada roda alat angkut. Kondisi jalan
angkut yang kering mengurangi slip pada roda alat angkut.
18
kekuatan dan sifat penting lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan
lapisan dibawahnya. Maksudnya adalah untuk memilih kombinasi material dan
tebal lapisan yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya yang murah dan
waktu pakai jalan yang panjang (Indonesianto, 2005).
Perkerasan jalan angkut tambang harus cukup kuat untuk menahan beban
yang ada diatasnya, dan permukaan jalan harus dapat menahan gesekan roda
kendaraan, pengaruh air akibat hujan.
Dari hasil pengujian DCP maka didapatkan hasil yang terdiri dari
jumlah pukulan dan kedalaman penetrasi (Indonesianto, 2005). Secara
umum nilai DCP dapat dihitung menggunakan Persamaan (2. 7).
∆𝐷𝑝 (2. 7)
PI = ∆Bc
Keterangan :
19
PI = Nilai DCP (Penetration Index)
Untuk mengetahui nilai daya dukung tanah dari hasil pengujian DCP
diperlukan nilai CBR (California Bearing Ratio). Hubungan nilai DCP dan
CBR menurut Wabster (1994) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.
9).
292 (2. 9)
CBR = 𝑃𝐼1.12
Keterangan :
CBR = Nilai California Bearing Ratio (%)
PI = Nilai DCP (mm/blow)
20
Rimpull adalah suatu gaya tarik maksimum yang dapat disediakan oleh
mesin untuk menggerakan roda-roda kendaraan (Indonesianto, 2005). Rimpull
yang dapat dipakai kendaraan pada setiap gear nya berbeda. Pada gear rendah
Rimpull yang tersedia besar, sedangkan pada gear tinggi, Rimpull yang
dugunakan rendah.
Rimpull dinyatakan dalam pounds (lbs), Rimpull dapat dihitung
menggunakan Persamaan (2. 10).
Keterangan :
HP : Daya Mesin (HP)
Speed : Kecepatan (mph)
Eff : Effisiensi Mesin,
𝐹𝑔 (2. 11)
a= 𝑊
Dimana :
a : Percepatan (ft/det2)
F : gaya percepatan
g : Percepatan gravitasi (32.2 ft/det2)
21
W : Berat Kendaraan
2.8.4. Torque
Torque mesin (engiene torque) adalah gaya (lbf) yang diperlukan untuk
memutar engkol mesin dengan jarak 1 ft. Torque bisanya terdapat pada
spesifikasi alat angkut, namun jika belum diketahui, torque dapat dihitung
menggunakan Persamaan (2. 12) :
Pada persamaan (2. 12) 1 HP (Horse Power) setara dengan 550 lb.ft/detik atau
33.000 lb.ft/menit
Dimana :
HP : Horse Power
RPM : Penggunaan mesin
22
Rolling Resistance adalah tahanan yang berusaha menahan putaran roda.
Tahanan gelinding atau tahanan gulir yang terdapat pada roda yang sedang
bergerak akibat adanya gaya gesek antara roda dengan permukaan tanah yang
arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak kendaraan. (Indonesianto, 2005).
Diasumsikan sebuah truk bergerak dengan kecepatan konstan di atas
permukaan horizontal. Dalam hal ini percepatan sama dengan nol, dan gaya
penggerak adalah tractive force yang diberikan oleh truk. Tractive force sama
besarnya dan berlawanan arah dengan gaya penahan. Kekuatan menahan
tergantung pada sejumlah faktor, yaitu kondisi jalan atau tingkat penetrasi dan
gesekan pada bearing (Hustrulid et al., 2013).
Bagian kendaraan yang mengalami Rolling Resistance (RR) adalah ban
bagian luar kendaraan, yang mengakibatkan tyre penetration pada jalan
(Prodjosumarto, 1996). Faktor yang berpengaruh pada Rolling Resistance
adalah:
a. Keadaan jalan, yaitu kekerasan maupun kemulusan permukaan jalan),
semakin keras dan rata permukaan jalan maka nilai Rolling Resistance (RR)
akan semakin kecil.
b. Keadaan ban yang bersangkutan dengan permukaan jalan. Jika ban yang
digunakan adalah ban karet, maka yang berpengaruh adalah ukuran,
tekanan, dan permukaan dari ban alat berat yang digunakan. Jika yang
digunakan adalah crawler yang berpengaruh adalah kondisi jalan.
23
total pada satu kendaraan, hal tersebut dapat dihitung menggunakan Persamaan
(2. 14).
𝑊 𝑥𝑎 (2. 14)
W total = 𝑟
Keterangan :
a : Amblasan (inch)
24
Perhitungan Grade Resistance dapat dihitung menggunakan Persamaan (2. 16).
Besarnya grade resistance adalah 20 lbs/ton %, artinya setiap persen tanjakan
diperlukan Rimpull sebesar 20 lbs setiap ton berat kendaraan.
Keterangan :
Grade (%) : Kemiringan jalan angkut dalam persen
W : Berat kendaraan (ton)
Dimana :
Fuel Consumption (gal/h) = Konsumsi bahan bakar hauler
Weight of fuel used = Berat bahan bakar yang digunakan oleh hauler
Brake HP = Daya mesin, kW
Load Factor = Berat Kerja alat
Weight of fuel/gallon = Densitas bahan bakar (solar)
25
Effesiensi kerja alat ini dapat menentukan kemampuan alat mekanis,
faktor yang mempengaruhi effesiensi kerja ini adalah faktor manusia, cuaca,
mesin dan kondisi kerja. Perhitungan effesiensi kerja dapat dihitung
menggunakan Persamaan (2. 18).
𝑊𝑒 (2. 18)
Effesiensi Kerja (%) = 𝑊𝑓 x 100%
Dimana :
We = Waktu Efektif (menit)
Wf = Waktu Kerja Tersedia (menit)
26
(A) 1.00 1.11 0.99
Sand Tanah Berpasir (B) 0.90 1.00 0.80
(C) 1.05 1.17 1.00
(A) 1.00 1.25 0.90
Sand Clay / Tanah Biasa (B) 0.80 1.00 0.72
(C) 1.11 1.39 1.00
(A) 1.00 1.25 0.90
Clay / Tanah Liat (B) 0.70 1.00 0.63
(C) 1.11 1.59 1.00
(A) 1.00 1.18 1.08
Gravelly Soil / Tanah
(B) 0.85 1.00 0.91
Berkerikil
(C) 0.93 1.09 1.00
(A) 1.00 1.13 1.29
Gravels / Kerikil (B) 0.88 1.00 0.91
(C) 0.97 1.10 1.00
(A) 1.00 1.42 1.03
Kerikil Besar dan Padat (B) 0.70 1.00 0.91
(C) 0.77 1.10 1.00
Pecahan Batu Kapur, (A) 1.00 1.65 1.22
Batu Pasir, Cadas Lunak, (B) 0.61 1.00 0.74
Sirtu (C) 0.82 1.35 1.00
(A) 1.00 1.70 1.31
Pecahan Granit, Basalt,
(B) 0.59 1.00 0.77
Cadas Keras, dan lainnya
(C) 0.76 1.30 1.00
(A) 1.00 1.75 1.40
Pecahan Cadas, Broken
(B) 0.57 1.00 0.80
Rock
(C) 0.71 1.24 1.00
(A) 1.00 1.80 1.30
Ledakan Batu Cadas,
(B) 0.56 1.00 0.72
Kapur Keras
(C) 0.77 1.38 1.00
(Sumber : Rocmanhadi, 2003)
27
kapasitas heaped lebih besar, karena kemungkinan untuk material yang jatuh
lebih sedikit.
Kapasitas berat akan membatasi volume material yang akan dimuat pada
truck, khususnya heavy material. Namun apabila yang diangkut adalah light
material maka untuk memenuhi kapasitas berat yang mampu diangkut bisa
dilakukan heaped capacity atau ditambahkan sideboard pada vessel.
Biasanya apabila muatan yang diisikan pada truck dipenuhi secara
maksimum, akan menyebabkan biaya operasi per jam lebih tinggi, konsumsi
bahan bakar lebih besar, biaya maintenance lebih tinggi dan memperpendek
umur ban (Indonesianto, 2005).
2.10.4. Waktu Edar (Cycle Time)
Dalam pemindahan material, siklus kerja merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah
menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan dan kembali ke
kegiatan awal. Seluruh kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh
beberapa alat.
Setiap alat berat yang bekerja akan mempunyai kemampuan
memindahkan material per siklus. Siklus kerja adalah proses gerakan dari suatu
alat dari gerakan mulanya sampai kembali lagi pada gerakan mula tersebut.
Keterangan :
28
KV = Kapasitas Vessel (BCM)
ضلُّ ۡوا كَث ۡي ًرا َ قُ ۡل ٰٰۤيـا َ ۡه َل ۡالـك ٰتب َۡل ت َۡغلُ ۡوا ف ۡى د ۡيـن ُك ۡم غ َۡي َر ۡال َحـق َو َۡل ت َتبعُ ٰۡۤوا ا َ ۡه َوآ َء قَ ۡوم قَ ۡد
َ َ ضلُّ ۡوا م ۡن قَ ۡب ُل َوا
س َوآء السب ۡيل َ ع ۡنَ ض ُّل ۡواَ و
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Mulai
Pengambilan Data
Lapangan.
Pengolahan Data:
Evaluasi geometri jalan, nilai CBR, Rolling Resistance, Grade
Resistance, Produktivitas, Rimpull, Load Factor, Fuel Consumption,
Speed.
Analisis Data:
Perhitungan geometri jalan dan design jalan menggunakan bantuan
perangkat lunak, simulasi speed menggunakan software TALPAC dan
pengolahan data produktivitas dan fuel consumption menggunakan
Microsoft Excel
Optimasi
Produktivitas dan
konsumsi bahan
Geometri dan
bakar optimal ? Tidak kondisi jalan
Ya
Selesai
32
uji setiap sepuluh pukulan, sampai kedalaman penetrasi sedalam 200 mm,
atau setara dengan 20 cm. Dimana nantinya data tersebut akan diolah untuk
mendapatkan nilai CBR menggunakan Persamaan (2. 9), menggunakan
bantuan Microsoft Excel.
4. Data Amblasan Jalan Angkut.
Data Ambalasan diambil bersamaan dengan pengambilan data DCP
dilapangan. Kedalaman amblasan diukur menggunakan penggaris, lalu
dicatat pada lembar data uji, kemudian selanjutnya akan dihitung Rolling
Resistance.
5. Pengujian Laboratorium
Dilakukan pengambilan sampel material dari setiap front di lokasi
penelitian, lalu selanjutnya sampel direndam dengan air, untuk mengetahui
material mana yang kuat jika terkena air, lalu sampel batuan yang tidak
hancur selanjutnya didata oleh perusahaan untuk selajutnya dilakukan
pengujian lanjutan di laboratorium. Perusahaan menggunakan sistem
klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials Classification) dalam pemilihan material yaitu
berguna untuk menentukan kualitas tanah untuk perencanaan timbunan
jalan, subbase dan subgrade (Hardiyatmo, 2002). Dalam klasifikasi ini
pengujian yang digunakan adalah analisis saringan dan batas-batas
Atterberg.
B. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada, serta data yang diperoleh dari perusahaan. Data sekunder
yang didapatkan pada saat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Data curah hujan sepuluh tahun terakhir.
2. Spesifikasi alat angkut Komatsu HD 785.
3. Jam Kerja aktual alat angkut Komatsu HD 785 bulan April 2022.
4. Speed aktual alat angkut Komatsu HD 785 bulan April 2022.
6. Berat bahan bakar yang masuk kedalam mesin alat angkut.
7. Densitas solar.
33
8. Kapasitas Vessel alat angkut Komatsu HD 785.
9. Swell Factor.
10. Harga solar industri pada bulan April 2022.
11. Pengolahan Data.
34
Dilakukan Perhitungan
standar minimum lebar jalan
angkut menggunakan Diambil data koordinat jalan
Persamaan (2.1) untuk lebar angkut menggunakan GPS
jalan lurus dan Persamaan Geodetic.
(2.2) untuk lebar jalan
angkut tikungan.
Dilakukan perhitungan
Dibuat geometri jalan angkut
geometri jalan angkut yang
menggunakan perangkat
telah dibuat, lalu dibagi
lunak, berdasarkan data
dengan beberapa segmen
kordinat yang sudah diambil.
jalan angkut.
Dilakukan perhitungan
produktivitas menggunakan
Persamaan (2.19) dan
konsumsi bahan bakar
menggunakan Persamaan
(2.17).
35
BAB IV
36
Gambar 4. 1 Peta Jalan Angkut Penelitian
37
4.1.1. Lebar Jalan Angkut
Lebar jalan angkut terdiri dari lebar jalan angkut tikungan dan lebar jalan
angkut lurus pada turunan maupun tanjakan. Pada KEPMEN ESDM 1827 telah
diatur bahwa lebar jalan lurus adalah 3.5 kali lebar hauler terbesar. Pada kasus
ini hauler terbesar yang ada di PT Antareja Mahada Makmur adalah Komatsu
HD 785. Dari rumus tersebut dilakukan perhitungan lebar jalan angkut pada
LAMPIRAN D, sehingga diketahui bahwa standar lebar jalan lurus untuk dua
jalur HD 785 adalah 24 meter dan standar lebar jalan tikungan untuk dua jalur
HD 785 adalah 27 meter, namun dengan pertimbangan pembuatan tanggul,
paritan maupun median pada jalan, maka untuk jalan yang akan dilalui HD
ditetapkan oleh perusahaan sebesar 30 meter.
Pada kondisi aktual di lapangan masih banyak lebar jalan yang belum
memenuhi standar perusahaan. Dari hasil pengamatan hal ini dikarenakan
banyaknya spoil yang ada pada sisi jalan, akibat dari kurangnya road
maintenance, sehingga jalan angkut mengalami penyempitan. Total panjang
jalan penyempitan yang terdapat pada satu rute jalan dari loading point menuju
disposal adalah 1348.19 meter. Sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan pada
beberapa segmen agar hauler dapat leluasa dalam berkendara pada saat proses
pengangkutan.
Lebar jalan angkut aktual dapat dilihat pada Tabel 4.1, data lebar jalan
disajikan dengan beberapa segmen, terdapat dua jenis segmen jalan yaitu
segmen jalan lurus yang memiliki kode SL dan segmen jalan tikungan dengan
kode ST. Lebar jalan yang belum memenuhi standar adalah pada segmen jalan
lurus 1 – 11, lalu segmen jalan lurus 16 – 20 dan segmen jalan tikungan 1.
38
Tabel 4. 1 Lebar Jalan Angkut
39
9.9%, 9.27% dan 8.9%. Total jalan overgrade pada satu rute jalan angkut
tersebut adalah 413 meter.
Pada jalan sempurna, kondisi jalan cenderung menurun, sedangkan pada
jalan Integritas, kondisi jalan cenderung menanjak pada HD bermuatan. Grade
yang bertanda negatif adalah segmen dengan kondisi menurun, dan grade yang
bertanda positif adalah segmen dengan kondisi menanjak. Maka dari itu dampak
pada jalan Integritas lebih besar dibandingkan pada jalan Sempurna. Hal ini
menjadi alasan mengapa lokasi jalan yang diperbaiki hanya pada jalan integritas
saja, yaitu dengan pembuatan jalan integritas baru. Kemiringan (grade) jalan
angkut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
40
4.1.3. Superelevasi
Menurut American Association of State Highway and Transport Officials
(AASTHO), maksimum superelevasi secara umum pada tikungan adalah 8%
dari lebar jalan yang ada, sedangkan perusahaan menetapkan standar
superelevasi maksimum adalah 5%. Pada aktualnya superelevasi yang terdapat
pada jalan angkut dari loading point ke disposal kurang dari 2%. Nilai
superelevasi yang terdapat pada jalan angkut dapat dilihat pada Tabel 4.3.
41
4.2. Hambatan Pada Jalan Angkut
Hambatan yang terdapat pada jalan angkut pada penelitian ini ada dua, yaitu
Rolling Resistance (RR) dan Grade Resistance (GR). Gaya yang diperlukan
untuk mendorong truk dalam situasi yang berbeda disebut tractive effort. Jika
nilai ini dibandingkan dengan rimpul yang tersedia, kecepatan yang dapat
dipertahankan sebagai laju percepatan dan perlambatan dapat ditentukan
(Hustrulid et al., 2013). Sehingga hambatan ini dapat menyebabkan banyaknya
energi yang hilang, karena semakin tinggi nilai Rolling Resistance dan Grade
Resistance energi yang dibutuhkan akan semakin tinggi, dan beban kerja alat
akan semakin besar (Nurrochman, 2019). Maka dari itu nilai RR dan juga GR
perlu diperhitungkan berdasarkan kondisi aktual yang ada dilapangan sehingga
hasilnya dapat merepresentasikan keadaan sesungguhnya.
4.2.1. Perhitungan Rolling Resistance (RR)
Tahanan gelinding adalah daya hambat yang terjadi antara roda dan
permukaan jalan (Indonesianto, 2005), dimana pada hauler dengan suatu berat
tertentu akan menghasilkan tyre penetration yang menyebabkan terjadinya
amblasan pada badan jalan. Hal tersebut dikarenakan kendaraan yang memiliki
beban tertentu akan menekan permukaan jalan yang memiliki elastisitas tertentu,
maka dari itu terjadi gaya penggerak dan gaya penahan pada truk sehingga
menimbulkan tyre penetration dalam bentuk amblasan (Hustrulid et al., 2013).
Gaya total yang bekerja pada massa menghasilkan percepatan atau perlambatan
truk. Jika truk dibiarkan jalan tanpa adanya perlambatan maupun pengereman
maka truk akan melambat karena adanya rolling resistance, hal ini yang dapat
mengurangi speed sehingga membuat cycle time menjadi lebih besar. Namun
semakin tinggi nilai perkerasan jalan angkut maka tyre penetration yang
dihasilkan semakin kecil, sehingga nilai rolling resistance dapat berkurang
(Indonesianto, 2005).
Besar Rolling Resistance yang pada jalan angkut dari loading point
menuju disposal dapat mengurangi Rimpul yang terpakai pada mesin setiap
gearnya. Rolling Resistance yang harus diperhitungkan, hanyalah untuk alat
berat yang memiliki roda ban (Hustrulid et al., 2013). Besaran RR dapat
dinyatakan dengan % atau dapat pula dinyatakan dalam lbs/ton. RR yang
42
dihitung adalah Rolling Resistance yang tidak konstan yaitu yang disebabkan
oleh tyre penetration, karena keadaan aktualnya dilapangan tidak setiap segment
mempunyai kedalaman amblasan yang sama. Maka dari itu dihitung nilai
Rolling Resistance pada setiap segmen nya, nilai RR dapat dilihat pada Tabel
4.4.
43
tanjakan, tenaga mesin pada roda ditambah oleh adanya Grade Resistance ini.
Maka dari itu dalam hal ini tractive effort dibutuhkan untuk mendorong truk
menanjak dengan kecepatan konstan (Hustrulid et al., 2013). Truk yang
bermuatan akan membutuhkan gaya yang lebih besar untuk dapat melewati suatu
tanjakan. Dalam hal ini besar kemiringan jalan angkut dan juga berat kendaraan
sangat berpengaruh pada besarnya Grade Resistance. Semakin besar nilai GR
akan memperlambat speed suatu kendaraan maka dari itu cycle time alat angkut
akan semakin besar, selain itu nilai GR juga akan menambah penggunaan
rimpul, sehingga hal tersebut berpengaruh pada penggunaan bahan bakar alat
angkut.
Besarnya Grade Resistance adalah 20 lbs/ton %. Artinya setiap persen
tanjakan diperlukan Rimpull sebesar 20 lbs setiap ton berat kendaraan.
Perhitungan Grade Resistance dapat dilihat pada tabel 4.5.
44
Ket : : Tidak Sesuai
SL : Segmen Jalan Lurus
ST : Segmen Jalan Tikungan
No Hambatan Waktu
1 Waktu Tunggu 1806.08 detik
2 Buang Air 350 detik
3 Berhenti karena papasan 30 detik
4 Ambil makanan 90 detik
5 Persiapan Excavator 270 detik
2546.08 detik
Total 42.43 menit
0.71 jam
Waktu Bekerja 7 jam
Effesiensi Kerja 0.90
Dari Table 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai efisiensi kerja hauler pada
penelitian ini adalah 0.90 atau 90% . Maka berdasarkan hasil efisiensi kerja
hauler tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan hauler adalah baik.
4.3.2. Swell Factor (Faktor Pengembangan)
Faktor pengembangan (Swell Factor) adalah pengembangan atau
pemuaian volume material yang disebabkan saat material digali dari keadaan
aslinya, hal tersebut dikarenakan terisinya udara pada bagian material yang
kosong. Akan tetapi perhitungan volume pada saat pengangkutan adalah
menggunakan volume setelah di gali, hal tersebut dikarenakan material telah
45
mengalami pengembangan. Sehingga volume material yang sudah digali jadi
bertambah besar.
Sehingga dilakukan perhitungan menggunakan perbandingan antara
berat Overburden loose dengan berat Overburden bank (Indonesianto, 2005)
oleh PT Antareja Mahada Makmur. Material penutup yang terdapat pada lokasi
penelitian adalah batu lempung. Menurut data dari perusahaan PT. Antareja
Mahada Makmur, saat dilakukan sampling swell factor yang ditetapkan adalah
0.85, nilai ini ditetapkan oleh perusahaan sebagai acuan untuk kapasitas vessel
dari alat angkut. Perhitungan Swell Factor dapat dilihat pada Lampiran Z.
4.3.3. Waktu Edar Alat Angkut (Cycle Time)
Waktu edar alat angkut adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat angkut
untuk menyelesaikan satu ritase mulai dari pengisian lapisan penutup,
pengangkutan dan penimbunan lapisan penutup pada disposal hingga kembali
ke loading point (Nurrochman, 2019).
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian lama waktu edar kaitannya
dengan jumlah produksi, dimana semakin lama waktu edar maka produktivitas
alat akan semakin kecil. Salah satu komponen pada waktu edar alat angkut
adalah travel time. Travel time berkaitan langsung dengan speed alat angkut, hal
ini yang mempunyai hubungan langsung dengan geometri maupun kondisi jalan.
Ketika geometri maupun kondisi jalan tidak ideal maka speed alat angkut akan
berkurang dari standar minimum yang telah diatur oleh perusahaan, dalam kasus
ini yang dapat dilihat pada Lampiran EE bahwa pada Standar Parameter yang
telah diatur oleh perusahaan standar minimum speed pada jalan hauling minimal
adala 22 km/jam. Jika speed kendaraan menurun maka travel time akan semakin
bertambah. Dari hasil pengamatan pada Lampiran L bahwa diketahui aktualnya
rata-rata speed hauler tidak mencapai standar minimum yang telah ditentukan,
yaitu hanya sebesar 21.05 km/jam.
Dengan speed tersebut berdasarkan pengamatan dilapangan yang dapat
dilihat pada Lampiran C didapatkan waktu travel alat angkut, yaitu pada keadaan
aktual waktu yang dibutuhkan hauler untuk travel dari front menuju disposal
dan dari disposal menuju front adalah 15.52 menit. Waktu travel ini yang akan
46
menjadi nilai acuan saat dilakukan perbaikan, apakah setelah dilakukan
perbaikan hasil waktu travel akan menurun atau tidak.
4.3.4. Produktivitas Alat Angkut
Pada lokasi penelitian, satu fleet yang di gunakan pada pit selatan seam
90 blok 46 terdiri dari satu alat muat Excavator Komatsu PC2000 dan lima alat
angkut Komatsu HD 785. Berdasarkan data dari perusahaan PT. Antareja
Mahada Makmur kapasitas vessel HD 785 adalah 43 BCM.
Produktivitas diperhitungkan dengan acuan cycle time yang didapat pada
saat melakukan pengamatan di lapangan, cycle time alat angkut yang didapat
terdiri dari waktu loading, travelling muatan, spot at dump, dumping, travelling
kosongan dan spot at load. Perhitungan produktivitas dilakukan menggunakan
persamaan (2. 19) dan dapat dilihat pada Lampiran L, berdasarkan parameter
pada keadaan aktual saat dilakukan pengamatan langsung dilapangan, diketahui
bahwa produktivitas hauler sebesar 102.32 BCM/jam. Nilai produktivitas
tersebut belum optimal karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
speed hauler masih dibawah standar minimum perusahaan yang mengakibatkan
travel time bertambah sehingga mempengaruhi hasil produktivitas alat. Maka
selanjutnya akan dilakukan perbaikan untuk meningkatkan speed hauler agar
produktivitas alat lebih optimal.
47
(Lampiran J). Hasil perhitungan load factor menggunakan rimpul dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
48
Pada Tabel 4.8 di atas disajikan data hambatan pada setiap segmen jalan angkut,
yaitu Grade Resistance (GR) dan Rolling Resistance (RR) yang dapat
mempengaruhi nilai load factor pada setiap segmen nya.
49
Tabel 4. 8 Konsumsi Bahan Bakar Alat Angkut
Load Factor Fuel Consumption
Jarak
Muatan Kosongan Muatan Kosongan Idle
78.83 61.78 50
2.3 km 0.82 0.64 L/jam L/jam L/jam
50
4.5. Analisis Pengaruh Rolling Resistance dan Grade Resistance Dengan
Konsumsi Bahan Bakar
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara rolling
resistance dan grade resistance pada jalan angkut PT Antareja Mahada
Makmur.
70.00 62.37
59.10
55.84
60.00
50.00
40.00
y = 1.5727x + 55.843
30.00 R² = 1
20.00
10.00
0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00
Rolling Resistance (%)
51
ketika nilai rolling resistance kecil maka konsumsi bahan bakar juga akan
rendah (Gambar 4.3).
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
100.00 90.76
84.85
Fuel Consumption (L/jam)
78.93
80.00 73.02
67.11
61.19
55.28
60.00 49.37
43.45 y = 5.9135x + 19.798
37.54
40.00 31.63 R² = 1
25.71
20.00
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14
Grade (%)
52
Gambar 4. 4 Grafik Analisis Hubungan antara Grade Resistance dengan Fuel
Consumption
Dari Gambar 4.4 diketahui bahwa setiap penambahan grade maka Fuel
Consumption juga akan bertambah. Dari perhitungan hubungan Grade
Resistance dengan Fuel Consumption yang dapat dilihat pada Lampiran BB
setiap penambahan grade 1% akan menambah konsumsi bahan bakar sebesar
5.9 liter/jam. Maka dari itu dari analisis ini diketahui bahwasannya pengaruh
grade resistance lebih besar daripada rolling resistance. Pengaruh grade
resistance terhadap fuel consumption juga dapat diketahui dengan menggunakan
grafik trend (Gambar 4.5) dimana grade pada jalan angkut tinggi maka konsumsi
bahan bakar akan semakin besar, dan begitupun sebaliknya ketika grade jalan
angkut rendah maka konsumsi bahan bakar akan semakin kecil.
120
JUMLAH GR DAN FUEL
100
80
60
40
20
0
SL SL2 SL SL SL SL SL SL ST SL SL SL SL SL SL ST SL SL SL SL SL SL
1 3 4 5 6 7 8 1 9 10 11 12 13 14 2 15 16 17 18 19 20
53
Design struktural jalan mengacu pada penentuan ketebalan berbagai lapisan
jalan angkut, kombinasi khusus bahan struktural dan konfigurasi beban. Design
geometrik jalan angkut mengacu pada dimensi fisik, seperti lebar dan
kemiringan jalan (Nurić & Nurić, 2019). Sehingga dilakukanlah pembuatan
jalan integritas baru dengan grade yang lebih landai dan lebar jalan yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Design jalan Integritas
baru dapat dilihat pada Gambar 4.6, pembuatan design jalan Integritas Baru
menggunakan bantuan perangkat lunak, sesuai dengan geometri yang telah
diperbaiki, dapat dilihat pada Tabel 4.11, yaitu dengan lebar jalan 30 meter dan
grade jalan angkut yang lebih landai. Pada pembuatan jalan tersebut dilakukan
penimbunan (fill). Pada saat pembuatan design jalan Integritas Baru didapatkan
perhitungan volume fill, yaitu sebesar 4.95 ton.
54
SL 9 100 30 8.4 0.83
ST 2 100 30 8.9 0.41
SL 10 100 30 6 0.41
SL 11 100 30 6 0.41
SEGMENT
ST 3 102 30 6.1 0.41
JALAN
SL 12 101 30 6.1 0.41
KREATIF
SL 13 100 30 6 0.41
ST 4 100 30 5.8 0.41
ST 5 100 30 1.7 4.15
SL 14 100 30 0.5 5.18
SL 15 SEGMENT 98 30 1.2 3.94
SL 16 JALAN 101 30 1.3 4.15
SL 17 WATERFILL 100 30 3.1 2.07
SL 18 100 30 4.5 4.15
SL 19 64 30 4.5 4.15
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus
ST : Segmen Jalan Tikungan
Pada Tabel 4.11, bagian yang ditandai garis berwarna kuning adalah
geometri perbaikan untuk pembuatan jalan Integritas baru. Namun saat
dilakukan pengamatan di lokasi penelitian pada jalan Integritas baru terdapat
blindspot yang disebabkan oleh adanya dinding floor yang menghalangi jalan
angkut, dinding floor tersebut tidak dapat di cut karena akan menambah cost,
dan juga jalan tidak dapat digeser kearah utara karena terdapat front
penambangan dibawahnya, sehingga dari segi safety tidak memungkinkan untuk
dijadikan dua jalur muatan dan kosongan. Maka dari itu, pengangkutan lapisan
penutup dari loading point menuju diposal hauler bermuatan akan melewati
jalan Integritas baru sedangkan pada saat kosongan yaitu dari diposal menuju
laoding point hauler akan melewati jalan Integritas yang lama.
Pada rute jalan perbaikan ini terdapat beberapa jalan yang berpengaruh
terhadap traffic jalan dari loading point menuju disposal, yaitu jalan hauling
menuju pit 70 dan simpangan pada jalan kreatif untuk menuju ke pit 100 yang
berada di pit utara. Maka dari itu terjadi perlambatan pada alat angkut yaitu
sebesar 4.5 detik akibat dari dumptruck coal hauling yang akan melintas dari pit
70 menuju stockpile maupun dari arah stockpile menuju pit 70, lalu traffic
berikutnya yaitu terjadi perlambatan pada alat angkut sebesar 25.5 detik akibat
dari simpangan pada jalan Kreatif yaitu dimana HD bermuatan akan melintas
55
dari pit 70 utara ke diposal dan sebaliknya. Peta jalan angkut perbaikan dapat
dlihat pada Gambar 4.7.
56
Gambar 4. 7 Peta Jalan Angkut Perbaikan
57
Jalan angkut seringkali tidak beraspal dan dibangun dari bahan dengan kualitas
beragam, karena jalan ini tidak hanya mengacu pada volume lalu lintas yang
bervariasi, tetapi juga digunakan oleh jenis kendaraan yang mencakup berbagai
karakteristik dan muatan yang berbeda (Heyns et al., 2012).
Maka dari itu, sebelum pembuatan jalan Integritas baru ini dilakukan
pencarian sampel material yang baik untuk digunakan dalam pembuatan lapisan
permukaan jalan angkut. Sampel yang didapatkan dari setiap front kemudian di
rendam dengan air, untuk mengetahui material mana yang kuat jika terkena air,
lalu sampel batuan yang tidak hancur selanjutnya didata oleh perusahaan untuk
selajutnya dilakukan pengujian lanjutan di laboratorium. Perusahaan
menggunakan sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials Classification) dalam pemilihan material
yaitu berguna untuk menentukan kualitas tanah untuk perencanaan timbunan
jalan, subbase dan subgrade (Hardiyatmo, 2002). Dalam klasifikasi ini
pengujian yang digunakan adalah analisis saringan dan batas-batas Atterberg.
Standar pengujian yang ditetapkan oleh perusahaan mengenai material yang baik
untuk lapisan permukaan adalah material yang memiliki nilai Index Kelompok
≤ 4, hal ini berguna untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam
kelompoknya, dapat dilihat pada Tabel 4. 11 Group Indexbahwa nilai Group
Index yang dapat direkomendasikan adalah 0 – 4, sedangkan nilai GI 5 – 20
dikatakan buruk atau tidak direkomendasikan. Dimana bila nilai GI semakin
tinggi maka semakin berkurang ketepatan dalam penggunaan tanahnya.
Tabel 4. 11 Group Index
Nilai
Kelas Indeks
Subgrade Group
Sangat Baik 0
Baik 0-1
Sedang 2-4
Buruk 5-9
Sangat Buruk 10 - 20
Selanjutnya yaitu Nilai batas cair < 40%, dimana batas cair yaitu kadar air
tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, maka semakin tinggi
58
nilai batas cair (LL) maka keadaan material akan semakin cair dan biasanya
mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu daya dukungnya rendah serta sulit
untuk dipadatkan (Soedarmo, 2013). Maka dari itu standar yang ditentukan oleh
perusahaan tidak lebih dari 40% karena dalam bukunya (Soedarmo, 2013)
mengatakan bahwa nilai batas cair dikatakan rendah jika nilainya < 50 %
Syarat selanjutnya yaitu Index Plastisitas (PI) > 10%, merupakan interval
kadar air dimana tanah masih bersifat plastis (Hardiyatmo, 2002). Seperti yang
diketahui berdasarkan pengamatan bahwa material yang memiliki sifat
plastisitas yang tinggi diperlukan untuk lapisan penyusun jalan hauling, karena
jika PI rendah, berakibat tanah menjadi kering sehingga jika dilalui oleh
kendaraan dengan beban yang besar yang mengakibatkan tractive effort,
material akan patah atau akan terjadi retakan pada jalan hauling. Seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 4. 12 Nilai Indeks Plastisitas (PI)bahwa nilai PI >10
memiliki sifat kohesif dimana material dapat melekat terutama jika dipadatkan.
Tabel 4. 12 Nilai Indeks Plastisitas (PI)
PI Sifat Kohesi
0 Non plastis Non Kohesif
Plastisitas Kohesif
<7 Rendah sebagian
7 - 17 Plastisitas sedang Kohesif
> 17 Plastisitas tinggi Kohesif
Lalu berat jenis 2.6 yaitu berat jenis tanah pada umumnya, dan uji
pemadatan kondisi kering sebesar 1.2 kg/cm3. Jika seluruh syarat pengujian
terpenuhi, maka material tersebut termasuk dalam kelompok material Excellent
to Good sebagai material subgrade dalam klasifikasi AASHTO. Sedangkan
material yang tidak direkomendasikan untuk dijadikan pembentukkan lapisan
permukaan adalah jika hasil pengujiannya menunjukkan hanya ada dua syarat
yang terpenuhi.
59
Tabel 4. 13 Hasil Klasifikasi AASHTO
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.8, pada lokasi penelitian ini
material yang memenuhi syarat uji di Laboratorium (Lampiran DD) adalah
batupasir pada front seam 90 Blok 69, yaitu termasuk pada klasifikasi grup A-2-
6 yang dapat dilihat pada Tabel 4. 13 Hasil Klasifikasi AASHTObahwa pada
kelompok tersebut adalah termasuk tipe material Silty or Clayey Gravel Sand
dengan peringkat Excellent to Good. Sedangkan contoh material yang tidak
direkomendasikan yang ditemukan di lapangan adalah material lapuk seperti
batu lempung, dimana material tersebut akan cepat hancur dan akan lebih lunak
jika terkena air sehingga pada saat musim hujan jalan akan cepat rusak dan akan
terjadi undulating. Pemcarian material ini dilakukan agar dapat digunakan
sebagai pembentukan lapisan permukaan yang dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Sehingga jalan angkut memiliki kekerasan jalan yang baik, guna untuk
meminimalisir besarnya nilai rolling resistance dan memiliki daya dukung yang
maksimal agar dapat menahan beban kendaraan yang melintas diatasnya dengan
maksimal.
60
Gambar 4. 8 Pencarian Material untuk Pembuatan Jalan Integritas Baru
61
Dari pengujian ini data yang didapatkan adalah kedalaman penetrasi dari
alat DCP, pembacaan keadalaman penetrasi dilakukan setiap 10 kali pukulan
sampai kedalaman penetrasi kurang lebih 200 mm, karena pada penelitian ini
diinginkan untuk menganalisis perkerasan pada surface course dari jalan angkut.
Hasil pengujian DCP ini dapat dilihat pada Lampiran S. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui nilai CBR.
Hitungan daya dukung California Bearing Rasio (CBR) yang telah
ditetapkan pada perusahaan untuk Hauling Road yang diperlukan untuk Heavy
Dumptruck (HD) kelas Komatsu HD 785 dengan muatan penuh dengan
konfigurasi beban seperti disampaikan dalam Handbook Komatsu tahun 2016
type HD 785 adalah 36%.
Hal tersebut menjadi standar nilai perkerasan jalan pada setiap jalan
angkut pada PT Antareja Mahada Makmur, sehingga pada pembuatan jalan
integritas baru, sebelum jalan angkut digunakan dilakukan perhitungan nilai
CBR untuk mengetahui apakah jalan tersebut sudah sesuai standar uji perkerasan
jalan atau belum. Karena sebelumnya pengujian ini belum pernah dilakukan
pada jalan integritas lama. Hasil nilai CBR pada jalan integritas baru dapat
dilihat pada Tabel 4.14.
62
Tabel 4. 14 Nilai CBR Jalan Integritas Baru
Dari Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai CBR pada jalan Integritas
baru sudah memenuhi standar. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa jalan
Integritas baru sudah memenuhi standar perkerasan jalan. Pengujian ini sangat
perlu dilakukan sebelum jalan hauling digunakan, untuk memastikan apakah
jalan siap untuk menopang beban kendaraan yang akan melintas dengan
maksimal atau tidak. Agar saat jalan hauling digunakan, jalan tidak
bergelombang dan tidak ada amblasan akibat tyre penetration sehingga nilai
rolling resistance pada jalan hauling rendah. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel
4.15 dan Tabel 4.16, dimana terjadi penurunan nilai rolling resistance pada saat
sebelum perbaikan dan setelah perbaikan. Pada sebelum perbaikan nilai RR jalan
Integritas lebih dari 2% namun pada jalan Integritas baru nilai RR kurang dari
2%.
63
SL 7 100 21.719 8.98 2.84
SL 8 SEGMENT 100 18.712 8.023 4.15
ST 1 JALAN 123.43 21.192 3.752 1.45
SL 9 INTEGRITAS 100 18.238 4.567 3.73
SL 10 100 19.476 5.677 2.07
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus
: Segmen Jalan
ST Tikungan
64
maupun sebaliknya yaitu dari disposal menuju loading point melalui jalan
Integritas baru, sedangkan simulasi ketiga yaitu disimulasikan saat hauler
malakukan pengangkutan lapisan penutup dari loading point menuju disposal
melalui jalan Integritas baru sedangkan saat kembali dari disposal menuju
loading point melalui jalan Integritas lama.
Pada Gambar 4.11 adalah bentuk jalan sebelum perbaikan yaitu HD yang
bermuatan maupun yang kosongan melewati jalan Integritas sebelum perbaikan,
disimulasikan menggunakan geometri jalan yang diambil dari lokasi penelitian.
Dari simulasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.17 diketahui bahwa speed rata-rata
yang digunakan oleh hauler adalah 21.05 km/jam dan total travel time sebesar
15.52 menit.
65
Gambar 4. 12 Bentuk Jalan Rencana 1
Tabel 4. 18 Hasil Simulasi Rencana 1
Pada Gambar 4.12 adalah bentuk jalan pada simulasi perbaikan rencana 1,
dimana HD yang bermuatan maupun yang kosongan akan melewati jalan
Integritas baru. Dari simulasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.18 didapatkan hasil
speed rata-rata sebesar 22.33 km/jam dan total travel time sebesar 13.66 menit.
66
Tabel 4. 19 Hasil Simulasi Rencana 2
Pada Gambar 4.13 adalah bentuk jalan perbaikan rencana 2, dimana pada
jalur berwarna biru yaitu jalan Integritas baru yang akan dilalui oleh HD
bermuatan sedangkan pada jalur yang berwarna merah yaitu jalan Integritas lama
akan dilalui oleh HD kosongan. Pemilihan jalur bermuatan berada di jalan
Integritas baru karena, berdasarkan simulasi yang dilakukan menggunakan
software TALPAC yang dapat dilihat pada LAMPIRAN BB SIMULASI HD
BERMUATAN MELALUI JALAN INTEGRITAS LAMA, jika HD
bermuatan melewati jalan Integritas lama travel time alat angkut bermuatan lebih
lama yaitu sebesar 8.08 menit, sehingga total travel time alat angkut menjadi
14.11 menit. Sedangkan dari simulasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.19
didapatkan hasil speed rata-rata sebesar 22.24 km/jam dan total travel time 13.98
menit.
22.50
22.00
Speed km/jam
21.50
22.33 22.24
21.00
20.50 21.05
20.00
Sebelum Rencana Rencana
Perbaikan Perbaikan 1 Perbaikan 2
Speed (km/jam) 21.05 22.33 22.24
67
16.00
15.50
14.50
14.00 15.62
13.50
13.98
13.00 13.66
12.50
Sebelum Rencana Rencana
Perbaikan Perbaikan 1 Perbaikan 2
Travel Time (menit) 15.62 13.66 13.98
Produktivitas
No. Keterangan Persentase
(BCM/jam)
1 Sebelum Perbaikan 102.33
2 Rencana Perbaikan 1 113.25 ↑10.7%
68
3 Rencana Perbaikan 2 111.20 ↑8.7%
116.00
114.00
112.00
110.00
Produktivitas (BCM/jam) 108.00
106.00
104.00 113.25
111.20
102.00
100.00
102.33
98.00
96.00
Sebelum Rencana Rencana
Perbaikan Perbaikan 1 Perbaikan 2
Produktivitas
102.33 113.25 111.20
(BCM/jam)
Fuel Consumption
No. Keterengan Fuel Muatan Fuel Kosongan
(L/jam) (L/jam)
1 Sebelum Perbaikan 78.8 61.8
2 Rencana Perbaikan 1 71.5 48.8
3 Rencana Perbaikan 2 72.4 56.6
69
100.0
70
72.0
70.0
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini jalan angkut yang dilakukan penelitian ada pada Pit
Selatan Seam 90 Blok 46, satu rute jalan angkut dari loading point sampai
disposal sepanjang 2.300 m. Terdapat overgrade pada jalan Sempurna
sebesar 8.2% dan pada jalan Integritas sebesar 9.9%, 9.27% dan 8.9%,
sehingga total panjang overgrade adalah 413 meter. Penyempitan yang
terjadi pada satu rute jalan angkut dari loading point menuju disposal adalah
sepanjang 1348.19 meter. Sedangkan kondisi jalan angkut pada lokasi
penelitian adalah terdapat amblasan yang lebih dari 1 inch pada beberapa
segmen jalan angkut.
2. Grade dan rolling resistance yang tinggi pada jalan angkut menyebabkan
berkurangnya kemampuan speed alat angkut, sehingga travel time alat
angkut menjadi lebih lama, maka dari itu cycle time alat angkut bertambah.
Hal tersebut yang menyebabkan produktivitas alat menjadi rendah. Selain itu
semakin tinggi nilai grade resistance dan rolling resistance juga
menyebabkan penggunaan rimpul pada alat angkut semakin besar, maka dari
itu load factor alat angkut menjadi lebih besar. Hal tersebut yang
menyebabkan fuel consumption alat angkut semakin meningkat.
3. Simulasi perbaikan dilakukan dengan menggunakan software TALPAC, dari
simulasi perbaikan terdapat peningkatan produktivitas sebesar 8.7%, yaitu
102.33 BCM/jam menjadi 111.2 BCM/jam. Dengan adanya perbaikan pada
penelitian ini, maka konsumsi bahan bakar menurun sebesar 15.44%, yaitu
dari 70.26 liter/jam menjadi 59.40 liter/jam. Sehingga cost yang dibutuhkan
untuk fuel juga ikut menurun, sebelum perbaikan cost fuel sebesar Rp.
1,052,633.94 dan setelah perbaikan cost fuel menjadi Rp. 890,050.23,
mengalami penurunan sebesar Rp. 162,612.18/jam. Hal ini juga
membuktikan bahwasannya terdapat hubungan pengaruh grade resistance
dan rolling resistance terhadap produktivitas maupun konsumsi bahan bakar
hauler.
72
5.2. Saran
1. Dengan adanya pengaruh yang besar dari grade resistance dan rolling
resistance terhadap produktivitas dan fuel consumption hauler, maka
disarankan kepada perusahaan untuk dilakukan perubahan geometri jalan
integritas dengan grade < 8 %, lebar jalan selebar 30 meter, serta dilakukan
pemadatan dengan compactor dan dilakukan uji kepadatan dengan pengujian
CBR pada jalan tersebut sebelum digunakan. Agar saat jalan digunakan,
jalan dapat menopang berat hauler terbesar dengan optimal, sehingga tidak
menyebabkan amblasan.
2. Selain itu sebaiknya dilakukan pemantauan dan evaluasi rolling resistance
secara rutin agar kondisi jalan tetap dalam keadaan baik. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan adanya standarisasi nilai rolling resistance yaitu kurang
dari 2% atau amblasan tidak lebih dari 1 inch.
3. Perlu dilakukan analisis rutin pada PT Antareja Mahada Makmur mengenai
speed dengan menggunakan perhitungan travel time agar dapat diketahui
permasalahan setiap segmen nya pada setiap jalan angkut, sehingga
produktivitas dan fuel consumption unit hauler tetap ter-control.
73
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO T-193. (2007). Standard Method of Test for The California Bearing
Ratio. 99, 580–585.
Anaperta, Y. M., & Ikmal, M. (2018). Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut
Overburden Terhadap Produksi OHT Caterpillar 777D Dari Pit 1 Utara
Loading Point CE 7139 Menuju IPD 1 N, PT. Adimitra Baratama Nusantara,
Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi
Informasi Dan Pendidikan, 11(2), 1–9.
Barnas, E., & Karopeboka, B. (2015). Penelitian Kekuatan Tanah Metode CBR
(California Bearing Ratio) di SPBG Bogor 1 Bubulak JL KH R Abdullah bin
Nuh. E-Journal Universitas Borobudur, 91–112.
Helmi, Aprianto, & Bachtiar, V. (2017). Kolerasi Nilai California Bearing Ratio
(CBR) Lapangan Dengan Menggunakan Alat Dynamic Cone Penetrometer
(DPC) dan California Bearing Ratio (CBR) Mekanis. Jurnal, 1–12.
Heyns, T., Heyns, P. S., & De Villiers, J. P. (2012). A method for real-time
condition monitoring of haul roads based on Bayesian parameter estimation.
Journal of Terramechanics, 49(2), 103–113.
74
Hustrulid, W., Kuchta, M., & Martin, R. (2013). Open Pit Mine Planning & Design
3rd Edition. Taylor and Francis Group.
Kaufman, W. W., & Ault, J. C. (1977). Design of Surface Mine Haulage Roads - a
Manual. US Bur Mines Inf Circ, 8758, 1–50.
Maulana, B. S., sumarya, & Gusman, M. (2019). Evaluasi Kondisi Jalan Angkut
dari Front Penambangan Menuju ROM Stockpile untuk Mencapai Target
Produksi 15 . 000 Ton Batubara Perbulan PT . Prima Dito Nusantara Jobsite
KBB Kabupaten Sarolangun , Provinsi Jambi. Bina Tambang, 3(3), 1174–
1184.
Nurić, A., & Nurić, S. (2019). Numerical modeling of transport roads in open pit
mines. Journal of Sustainable Mining, 18(1), 25–30.
Oggeri, C., Fenoglio, T. M., Godio, A., & Vinai, R. (2019). Overburden
management in open pits: options and limits in large limestone quarries.
International Journal of Mining Science and Technology, 29(2), 217–228.
Rocmanhadi. (2003). Alat Berat dan Penggunaannya. Alat Berat Dan Pengunaanya.
Saputra, A. W., Saismana, U., Hakim, R. N., & Londong, C. (2019). Evaluasi Jalan
75
Angkut Tambang Berdasarkan Geometri Dan Daya Dukung Pada Lapisan
Tanah Dasar. 5(1), 13–17.
Soedarmo, D. (2013). Mekanika Tanah, Jilid 1. Penerbit Kanisius (Vol. 53, Issue
9).
Soofastaei, A., Aminossadati, S. M., Kizil, M. S., & Knights, P. (2016). A discrete-
event model to simulate the effect of truck bunching due to payload variance
on cycle time, hauled mine materials and fuel consumption. International
Journal of Mining Science and Technology, 26(5), 745–752.
Wedhanto, S. (2009). Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah
Untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil). Universitas Negeri Malang (UM).
76
LAMPIRAN
77
Tabel A. 2 Jadwal Waktu Kerja PT Antareja Mahada Makmur
78
LAMPIRAN B SPESIFIKASI ALAT ANGKUT
Alat angkut yang digunakan pada penelitian ini adalah Komatsu kelas HD 785,
spesifikasi hauler tersebut terdapat pada handbook Komatsu. Berikut adalah
Spesifikasi hauler menurut Handbook.
79
80
LAMPIRAN C CYCLE TIME HAULER AKTUAL DAN RASIO WAKTU
Data waktu edar alat angkut diambil dengan cara memperhatikan pola gerak
dari alat angkut selama melakukan kegiatan. Waktu edar alat angkut
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
81
Tabel C. 1 Waktu Edar Alat Angkut Aktual
82
Rasio waktu alat angkut setiap 1 jam, kondisi waktu alat angkut saat beroperasi
dibagi menjadi tiga, yaitu saat bermuatan, kosongan dan idle.
= 629.34 detik
= 354.5 + 30.35
= 384.85 detik
= 143.16 + 78.81
= 221.97 detik
60,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
Ritase = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
60,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= 19.29 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 3 ritase/jam
629.34 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu muatan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 31.46 menit/jam
384.85 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu kosongan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 19.24 menit/jam
221.97 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu idle = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 11 menit/jam
83
LAMPIRAN D PERHITUNGAN LEBAR JALAN ANGKUT
Terdapat dua perhitungan lebar jalan angkut, yaitu lebar jalan angkut lurus dan
Diketahui :
= 24 m
Wmin = 2(U + Fa + Fb + Z) + C
= 1,410 m.
84
C = Z = (½ (U + Fa + Fb) m
= 3,84 m.
W = (2(U +Fa + Fb + Z) + C) m
= 26,87 m
= 27 m.
85
LAMPIRAN E GEOMETRI JALAN AKTUAL
Tabel D. 1 Geometri Jalan Aktual
86
LAMPIRAN F PERHITUNGAN ROLLING RESISTANCE
Diketahui :
a : 0.5 inch
r : 53.18 inch
20lb/ton = 1 %RR
Ditanya :
RR = ?
Jawab :
361073 (𝑙𝑏)
W= 6
W = 60178.8 lb
Berat yang ditanggung oleh setiap ban HD adalah 60178.8 lb, sehingga RR pada
satu ban dapat dihitung menggunakan rumus dibawah.
𝑊𝑥𝑎
F= 𝑟
60178.8 𝑥 0.5
F= 53.18
30089.4
F= 53.18
F = 565.8 lb/ban
87
Setelah mengetahui RR pada satu ban, selanjutnya adalah menghitung W total
atau rolling resistance pada seluruh ban.
W total = F x jumlah ban
W total = 565.8 lb/ban x 6
W total = 3394.8 lb
Rolling resistance total telah diketahui yaitu 3394.8 lb, sehingga nilai rolling
resistance yang dihasilkan dalam satu ton dapat diketahui.
𝑊 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
RR =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 (𝑡𝑜𝑛)
3394.8 𝑙𝑏
RR = 163.78 𝑡𝑜𝑛
RR = 20.72 lb/ton ~ 1%
Pada kedalaman amblasan 0.5 inch pada badan jalan dan dengan berat HD
163.78 ton, diketahui bahwa nilai rolling resistance adalah 20.71 lb/ton atau
setara dengan 1%.
88
Tabel F. 1 Nilai Rolling Resistance Setiap Segmen
89
LAMPIRAN G PERHITUNGAN GRADE RESISTANCE ALAT ANGKUT
90
Tabel G. 1 Nilai Grade Resistance Setiap Semgen Jalan
91
LAMPIRAN H PERHITUNGAN RIMPUL KOMATSU HD 785
Rimpull adalah suatu gaya tarik maksimum yang dapat disediakan oleh
mesin untuk menggerakan roda-roda kendaraan (Indonesianto, 2005). Rimpull
yang dapat dipakai kendaraan pada setiap gear nya berbeda. Pada gear rendah
Rimpull yang tersedia besar, sedangkan pada gear tinggi, Rimpull yang
dugunakan rendah.
Rimpull dinyatakan dalam pounds (lbs), Rimpull dapat dihitung
menggunakan rumus :
375 𝑥 𝐻𝑃 𝑥 𝑒𝑓𝑓
Rimpull = 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑 (𝑚𝑝ℎ)
Keterangan :
HP : Daya Mesin (HP)
Speed : Kecepatan (mph)
Eff : Effisiensi Mesin,
92
Gigi 3 : 12.276 Mph
Gigi 4 : 16.43 Mph
Gigi 5 : 22.01 Mph
Gigi 6 : 28.644 Mph
Gigi 7 : 40.61 Mph
Perhitungan Rimpul
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 1 = 6.51
= 57678.57 lb/ton
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 2 = 9.176
= 40920.6 lb/ton
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 3 = 12.276
= 30587.12 lb/ton
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 4 = 16.43
= 22853.77 lb/ton
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 5 = 22.01
= 17059.86 lb/ton
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 6 = 28.644
= 13108.76 lb/ton
375 𝑥 1178 𝑥 0.85
Rimpull gear 7 = 40.61
= 9246.18 lb/ton
Kecepatan Rimpull
No. Gear HP
Mph Kph (lb/ton)
1 1 1178 6.51 10.5 57678.57143
2 2 1178 9.176 14.8 40920.60811
3 3 1178 12.276 19.8 30587.12121
4 4 1178 16.43 26.5 22853.77358
5 5 1178 22.01 35.5 17059.85915
6 6 1178 28.644 46.2 13108.76623
7 7 1178 40.61 65.5 9246.183206
93
Tabel H. 2 Rimpull HD Muatan dan Kosongan
94
LAMPIRAN I PERHITUNGAN BRAKE HORSEPOWER
Horse power yang digunakan untuk menghitung konsumsi bahan bakar adalah
horse power mesin yang dihitung dari torque. Perhitungan brake horsepower
dapat dilihat sebagai berikut :
Diketahui :
Maximum Torque : 3746.7 lb/ft
Bore x stroke : 0.46 ft x 0.54 ft
Jari-jari roda engkol : 0.54
𝜋 : 3.14 ft
RPM : 1900
Maka selanjutnya dapat dihitung keliling roda engkol :
Keliling roda engkol =2x𝜋xr
= 2 x 3.14 ft x 0.54
= 3.39
Setelah diketahui keliling roda engkol yaitu sebesar 3.39 maka selanjutnya dapat
dihitung Brake Horsepower HD 785
𝑇𝑜𝑟𝑞𝑢𝑒 𝑥 𝑅𝑃𝑀 𝑥 3.4
Brake Horsepower = 33000
3746.7 𝑥 1900 𝑥 3.4
= 33000
= 733.44 HP
= 546.42 kW
95
LAMPIRAN J PERHITUNGAN LOAD FACTOR ALAT ANGKUT
Load Factor alat angkut dapat diketahui dari perhitungan pemakaian Rimpull.
Untuk menghitung load factor menggunakan Rimpull ini harus diketahui berapa
besar Rimpull yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance, grade
resistance (Tabel G. 2), dan rimpul untuk percepatan.
96
Tabel J. 1 Load Factor Alat Angkut Muatan
Berat Berat Speed TRUK MUATAN Rimpull Sisa Sisa Rimpull Rimpull Sisa Rimpull
Rimpull Load
No. HD HD Load Rimpull Rimpull Rimpull Gear yang Rimpull Rimpull percepatan percepatan setelah Percepatan
Terpakai Factor
Kosong Muatan (km/h) untuk untuk untuk digunakan (lb) (lb/ton) (mph/s) (lb/ton) (lb/ton)
1 73 178 12.5 3689.57 -29192 -25502 1 57678.57 83181.00 467.31 286.67 400 67.31 45697.57 0.79
2 73 178 19.6 14536.9 -15757 -1219.7 2 57678.57 58898.22 330.89 202.98 300 30.89 52180.35 0.90
3 73 178 19 737.914 -4346.8 -3608.8 2 57678.57 61287.42 344.31 211.21 300 44.31 49791.15 0.86
4 73 178 14.7 7231.56 12894.3 20125.9 1 57678.57 37552.69 210.97 129.42 100 110.97 37925.88 0.66
5 73 178 13.3 7231.56 26069.9 33301.4 1 57678.57 24377.13 136.95 84.01 100 36.95 51101.44 0.89
6 73 178 9.7 11585.3 33008.3 44593.6 1 57678.57 13085.00 73.51 45.09 50 23.51 53493.57 0.93
7 73 178 9.5 10109.4 31968.8 42078.2 1 57678.57 15600.35 87.64 53.76 50 37.64 50978.22 0.88
8 73 178 9.4 14758.3 28561.9 43320.2 1 57678.57 14358.41 80.67 49.48 50 30.67 52220.16 0.91
9 73 178 18.3 5165.4 13357.1 18522.5 2 57678.57 39156.05 219.98 134.94 200 19.98 54122.52 0.94
10 73 178 15.6 13282.5 16258.5 29541 2 57678.57 28137.60 158.08 96.97 100 58.08 47340.97 0.82
11 73 178 15.3 7379.14 20210.1 27589.3 2 57678.57 30089.31 169.04 103.70 100 69.04 45389.26 0.79
12 73 178 16.2 1453.69 25806.4 27260.1 1 57678.57 30418.44 170.89 104.83 100 70.89 45060.13 0.78
13 73 178 18.1 1453.69 21018.2 22471.9 2 57678.57 35206.64 197.79 121.33 100 97.79 40271.93 0.70
14 73 178 19.4 1453.69 19722.4 21176.1 1 57678.57 36502.48 205.07 125.80 100 105.07 38976.09 0.68
15 73 178 18.7 1453.69 21708.9 23162.6 1 57678.57 34516.00 193.91 118.95 100 93.91 40962.57 0.71
16 73 178 13.5 14758.3 19580 34338.3 1 57678.57 23340.29 131.13 80.44 100 31.13 52138.28 0.90
17 73 178 18 18447.9 2848 21295.9 2 57678.57 36382.72 204.40 125.39 100 104.40 39095.85 0.68
18 73 178 20 14020.4 -267 13753.4 2 57678.57 43925.20 246.77 151.38 200 46.77 49353.37 0.86
19 73 178 20 14758.3 2602.36 17360.6 2 57678.57 40317.93 226.51 138.95 200 26.51 52960.64 0.92
20 73 178 20 7379.14 6286.96 13666.1 2 57678.57 44012.47 247.26 151.68 200 47.26 49266.10 0.85
21 73 178 16 14758.3 14211.5 28969.8 2 57678.57 28708.77 161.29 98.94 100 61.29 46769.80 0.81
22 73 178 10.9 14758.3 16376 31134.3 2 57678.57 26544.29 149.13 91.48 100 49.13 48934.28 0.85
97
Tabel J. 2 Load Factor Alat Angkut Kosongan
Berat Berat Speed TRUK MUATAN Rimpull Sisa Sisa Rimpull Rimpull Sisa Rimpull
Rimpull Load
No. HD HD Load Rimpull Rimpull Rimpull Gear yang Rimpull Rimpull percepatan percepatan setelah Percepatan
Terpakai Factor
Kosong Muatan (km/h) untuk untuk untuk digunakan (lb) (lb/ton) (mph/s) (lb/ton) (lb/ton)
1 73 178 24.00 1513.14 -11972 -10459 3 30587.12 41045.98 562.27 344.92 500 62.27 19502.40 0.64
2 73 178 26.79 5961.77 -6462 -500.19 4 40920.61 41420.80 567.41 348.07 500 67.41 28921.94 0.71
3 73 178 23.11 302.628 -1782.7 -1480 3 40920.61 42400.64 580.83 356.30 500 80.83 26532.75 0.65
4 73 178 23.15 2965.75 5288.12 8253.87 3 40920.61 32666.74 447.49 274.51 400 47.49 32467.47 0.79
5 73 178 20.27 2965.75 10691.6 13657.3 3 40920.61 27263.28 373.47 229.10 300 73.47 27843.03 0.68
6 73 178 18.52 4751.25 13537.1 18288.4 2 40920.61 22632.23 310.03 190.18 200 110.03 21335.16 0.52
7 73 178 28.57 4146 13110.8 17256.8 4 40920.61 23663.81 324.16 198.85 300 24.16 36619.81 0.89
8 73 178 23.29 6052.55 11713.6 17766.1 3 40920.61 23154.47 317.18 194.57 200 117.18 20061.75 0.49
9 73 178 20.52 2118.39 5477.92 7596.31 3 40920.61 33324.29 456.50 280.03 400 56.50 30864.11 0.75
10 73 178 23.81 5447.3 6667.82 12115.1 3 40920.61 28805.49 394.60 242.06 300 94.60 24082.57 0.59
11 73 178 28.30 3026.28 8288.42 11314.7 4 40920.61 29605.91 405.56 248.79 300 105.56 22130.85 0.54
12 73 178 42.02 596.177 10583.5 11179.7 5 40920.61 29740.89 407.41 249.92 300 107.41 21801.72 0.53
13 73 178 28.57 596.177 8619.84 9216.02 4 40920.61 31704.59 434.31 266.42 300 134.31 17013.52 0.42
14 73 178 27.57 596.177 8088.4 8684.58 4 57678.57 48993.99 671.15 411.71 600 71.15 45013.76 0.78
15 73 178 20.27 596.177 8903.08 9499.26 3 40920.61 31421.35 430.43 264.04 300 130.43 17704.16 0.43
16 73 178 33.04 6052.55 8030 14082.6 4 40920.61 26838.05 367.64 225.53 300 67.64 28879.87 0.71
17 73 178 27.78 7565.69 1168 8733.69 4 40920.61 32186.92 440.92 270.48 400 40.92 33637.44 0.82
18 73 178 26.83 5749.93 -109.5 5640.43 4 40920.61 35280.18 483.29 296.47 400 83.29 26094.96 0.64
19 73 178 26.88 6052.55 1067.26 7119.81 4 40920.61 33800.79 463.02 284.04 400 63.02 29702.23 0.73
20 73 178 28.68 3026.28 2578.36 5604.64 4 40920.61 35315.97 483.78 296.77 400 83.78 26007.69 0.64
21 73 178 26.98 6052.55 5828.32 11880.9 4 40920.61 29039.73 397.80 244.03 300 97.80 23511.39 0.57
22 73 178 29.13 6052.55 6716 12768.6 4 40920.61 28152.05 385.64 236.57 300 85.64 25675.87 0.63
98
LAMPIRAN K PERHITUNGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ALAT
ANGKUT AKTUAL BERDASARKAN RIMPULL
Konsumsi bahan bakar dihitung berdasarkan Rimpull yang telah diketahui. Besar
kecilnya konsumsi bahan bakar alat angkut tergantung dari load factor alat
angkut tersebut. Dimana semakin kecil load factor maka konsumsi bahan
bakarnya akan semakin sedikit. Rumus perhitungan konsumsi bahan bakar
adalah sebagai berikut :
99
Tabel K. 1 Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan Pemakaian Rimpul
Segmen Panjang Lebar Load Factor Weight Of Fuel Fuel Con. Fuel Con.
No. GR (ton) RR total Fuel Used Brake HP Fuel Average
Jalan Jalan Jalan Muatan Kosongan Per Gallon Muatan Kosongan
SL 1 SL 1 101.516 29.332 13.42996 20.73 1.28 546.42 0.79 0.64 7.3 75.91 61.09 68.50
SL2 SL2 99.147 24.381 7.248903 81.67 1.28 546.42 0.90 0.71 7.3 86.68 67.72 77.20
SL 3 SL 3 73.229 26.403 1.999754 4.15 1.28 546.42 0.86 0.65 7.3 82.71 62.12 72.42
SL 4 SL 4 90.294 26.049 5.932112 40.63 1.28 546.42 0.66 0.79 7.3 63.00 76.02 69.51
SL 5 SL 5 101.707 20.115 11.99361 40.63 1.28 546.42 0.89 0.68 7.3 84.88 65.19 75.04
SL 6 SL 6 104.446 21.699 15.18568 65.09 1.28 546.42 0.93 0.52 7.3 88.86 49.95 69.41
SL 7 SL 7 106.358 21.719 14.70744 56.79 1.28 546.42 0.88 0.89 7.3 84.68 85.74 85.21
SL 8 SL 8 112.385 18.712 13.14007 82.91 1.28 546.42 0.91 0.49 7.3 86.74 46.97 66.86
ST 1 ST 1 103.429 21.192 6.145026 29.02 1.28 546.42 0.94 0.75 7.3 89.90 72.26 81.08
SL 9 SL 9 102.911 18.238 7.479833 74.62 1.28 546.42 0.82 0.59 7.3 78.64 56.39 67.51
SL 10 SL 10 86.871 19.476 9.297791 41.46 1.28 546.42 0.79 0.54 7.3 75.40 51.82 63.61
SL 11 SL 11 151.178 25.641 11.87241 8.17 1.28 546.42 0.78 0.53 7.3 74.85 51.05 62.95
SL 12 SL 12 103.671 36.83 9.669571 8.17 1.28 546.42 0.70 0.42 7.3 66.90 39.83 53.37
SL 13 SL 13 102.08 42.644 9.073412 8.17 1.28 546.42 0.68 0.82 7.3 64.74 78.48 71.61
SL 14 SL 14 104.938 44.147 9.987304 8.17 1.28 546.42 0.71 0.43 7.3 68.04 41.45 54.75
ST 2 ST 2 133.292 45.199 9.0079 82.91 1.28 546.42 0.90 0.71 7.3 86.61 67.62 77.11
SL 15 SL 15 102.736 31.621 1.31024 103.64 1.28 546.42 0.68 0.82 7.3 64.94 78.76 71.85
SL 16 SL 16 105.271 28.569 0.122835 78.77 1.28 546.42 0.86 0.64 7.3 81.98 61.10 71.54
SL 17 SL 17 102.122 25.537 1.197232 82.91 1.28 546.42 0.92 0.73 7.3 87.97 69.54 78.76
SL 18 SL 18 99.132 19.9 2.892355 41.46 1.28 546.42 0.85 0.64 7.3 81.84 60.89 71.36
SL 19 SL 19 102.124 19.531 6.538098 82.91 1.28 546.42 0.81 0.57 7.3 77.69 55.05 66.37
SL 20 SL 20 102.826 21.184 7.53388 82.91 1.28 546.42 0.85 0.63 7.3 81.28 60.12 70.70
Ket : : Tidak Sesuai 78.83 61.78 70.30
SL : Segmen Jalan Lurus
ST : Segmen Jalan Tikungan
100
Konsumsi bahan bakar saat bermuatan = 78.83 liter/jam
Waktu total dalam 1 jam yang diperoleh dari Lampiran C, terdiri dari :
629.34 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu muatan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 31.46 menit/jam
384.85 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu kosongan = x 3 rit/jam = 19.24 menit/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
221.97 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu idle = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 11 menit/jam
Maka dari itu perhitungan konsumsi bahan bakar dalam satu jam dapat
diperhitungkan,
31.46 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= x 78.83 liter/jam = 41.33 liter/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
19.27 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= x 61.78 liter/jam = 19.84 liter/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
11 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 50 liter/jam = 9.1 liter/jam
101
LAMPIRAN L PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT
AKTUAL
Eff : 90%
Rumus Produktivitas :
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
𝑗𝑎𝑚
Pdty = 𝑥 𝐸𝑓𝑓 𝑥 𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙
𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒𝑡𝑖𝑚𝑒,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
𝑗𝑎𝑚
= 𝑥 0.9 𝑥 0.85 𝑥 43
19.29
= 102.33 BCM/jam
102
Tabel L. 1 Produktivitas Alat Angkut Aktual
Produktivitas
Speed Hauler
Speed
No. Type Loader No. Hauler Total Cycle Total Cycle Load Empty
Productivity
Time Time (mnt) (km/h) (km/h)
1 2025 549 1211.14 20.19 14.56 24.00 97.78
2 2025 549 1200.10 20.00 14.35 26.79 98.68
3 2025 549 1227.50 20.46 14.37 23.11 96.47
4 2025 209 1260.45 21.01 13.12 23.15 93.95
5 2025 209 1395.00 23.25 13.04 20.27 84.89
6 2025 209 1381.40 23.02 14.26 18.52 85.73
7 2007 226 1075.00 17.92 17.65 28.57 110.16
8 2007 212 1257.80 20.96 13.64 23.29 94.15
9 2007 233 1423.40 23.72 11.81 20.52 83.20
10 2007 236 1217.80 20.30 14.48 23.81 97.24
11 2007 580 1046.60 17.44 17.46 28.30 113.15
12 2007 558 808.80 13.48 23.96 42.02 146.42
13 2007 571 1033.60 17.23 17.63 28.57 114.57
14 2007 226 1106.60 18.44 16.27 27.57 107.01
15 2007 212 1423.40 23.72 12.19 20.27 83.20
16 2007 233 975.20 16.25 19.76 33.04 121.43
17 2007 236 1084.00 18.07 16.41 27.78 109.25
18 2007 580 1106.60 18.44 15.84 26.83 107.01
19 2007 558 1150.60 19.18 15.87 26.88 102.92
20 2007 233 1077.60 17.96 17.69 28.68 109.89
21 2007 212 1103.60 18.39 15.92 26.98 107.31
22 2007 571 1025.60 17.09 17.96 29.13 115.47
23 2007 226 1124.60 18.74 16.27 27.57 105.30
24 2007 212 1392.60 23.21 12.19 20.79 85.04
25 2007 233 1162.40 19.37 19.76 19.57 101.88
26 2007 236 1094.60 18.24 16.36 26.87 108.19
27 2007 580 1110.00 18.50 15.79 26.79 106.69
28 2007 558 1154.80 19.25 15.52 26.88 102.55
29 2007 233 1059.00 17.65 17.65 28.13 111.82
30 2007 212 1030.80 17.18 17.51 28.85 114.88
Rata - Rata 1157.35 19.29 15.98 26.12 102.32
103
LAMPIRAN M GEOMETRI JALAN ANGKUT PERBAIKAN RENCANA 1
Table M. 1 Geometri Jalan Angkut Perbaikan Rencana 1
104
LAMPIRAN N GEOMETRI JALAN ANGKUT PERBAIKAN RENCANA 2
Tabel N. 1 Geometri Jalan Angkut Muatan Perbaikan Rencana 2
Grade
No. Segmen Jalan Keterangan Panjang Lebar Jalan Grade (%) RR % Curve Angle Superelevasi
Resistance (ton)
1 SL 1 126 30 -8.2 2.07 -13.43
2 SL 2 SEMPURNA 73 30 -1.4 2.07 -2.29
3 ST 1 104 30 3.2 0.21 -56 1.8 5.24
4 SL 3 100 30 6.6 0.83 10.81
5 SL 4 100 30 4.5 1.66 7.37
6 SL 5 100 30 4.7 0.83 7.70
7 SL 6 100 30 5.2 0.41 8.52
8 SL 7 INTEGRITAS 100 30 6.7 0.62 10.97
9 SL 8 100 30 8.7 0.21 14.25
10 ST 2 100 30 8.3 0.83 47 1.8 13.59
11 ST 3 100 30 7.4 0.41 22 1.8 12.12
12 ST 4 100 30 6.3 0.52 17 1.8 10.32
13 SL 9 106 30 6 0.41 9.83
14 SL 10 104 30 5.6 0.41 9.17
15 SL 11 KREATIF 100 30 5.7 0.41 9.34
16 SL 12 100 30 6.8 0.41 11.14
17 SL 13 100 30 6.8 0.41 11.14
18 ST 5 168 30 3.7 2.07 70 1.8 6.06
19 SL 14 101 30 1.3 2.07 2.13
20 SL 15 WATERFILL 100 30 3.1 2.07 5.08
21 SL 16 100 30 4.5 2.07 7.37
22 SL 17 100 30 4.5 2.07 7.37
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus
ST : Segmen Jalan Tikungan
105
Tabel N. 2 Geometri Jalan Angkut Kosongan Perbaikan Rencana 2
Grade
No. Segmen Jalan Keterangan Panjang Lebar Jalan Grade (%) RR (%) Curve Angle Superelevasi
Resistance (ton)
1 SL 15 100 21 -4.5 2.07 -7.37
2 SL 14 100 20 -4.5 2.07 -7.37
3 SL 13 WATERFILL 100 20 -3.1 2.07 -5.08
4 SL 12 101 26 -1.3 2.07 -2.13
5 ST 6 168 29 -3.6 2.07 -70 1.8 -5.90
6 SL 11 100 32 -6.8 0.41 -11.14
7 SL 10 100 45 -6.8 0.41 -11.14
8 SL 9 KREATIF 100 44 -5.7 0.41 -9.34
9 SL 8 104 43 -5.6 0.41 -9.17
10 SL 7 106 37 -6 0.41 -9.83
11 ST 5 73 26 -8.9 1.04 -78 1.8 -14.58
12 SL 6 100 19 -7.1 1.04 -11.63
13 SL 5 100 18 -4.5 1.04 -7.37
14 SL 4 100 21 -3.9 1.04 -6.39
INTEGRITAS
15 ST 4 121 19 -7.1 1.04 18 1.8 -11.63
16 SL 3 117 22 -8.8 1.04 -14.41
17 ST 3 103 22 -9.5 1.04 -10 1.8 -15.56
18 ST 2 100 20 -6.6 1.04 -35 1.8 -10.81
19 ST 1 104 26 -3.2 0.21 75 1.8 -5.24
20 SL 2 SEMPURNA 73 24 1.4 2.07 2.29
21 SL 1 126 29 8.2 2.07 13.43
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus
ST : Segmen Jalan Tikungan
106
LAMPIRAN O CYCLE TIME ALAT ANGKUT PERBAIKAN RENCANA 1
107
Rasio waktu alat angkut setiap 1 jam, kondisi waktu alat angkut saat beroperasi
dibagi menjadi tiga, yaitu saat bermuatan, kosongan dan idle.
= 532.32 detik
= 339.6 + 30.35
= 369.95 detik
= 143.16 + 78.81
= 221.97 detik
60,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
Ritase = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
60,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= 19.29 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 3 ritase/jam
532.32 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu muatan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 26.616 menit/jam
369.95 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu kosongan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 18.4975 menit/jam
221.81 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu idle = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 11 menit/jam
108
LAMPIRAN P CYCLE TIME ALAT ANGKUT PERBAIKAN RENCANA 2
Tabel P. 1 Travel Time Alat Angkut Muatan Perbaikan Rencana 2
109
Tabel P. 2 Travel Time Alat Angkut Kosongan Perbaikan Rencana 2
110
Rasio waktu alat angkut setiap 1 jam, kondisi waktu alat angkut saat beroperasi
dibagi menjadi tiga, yaitu saat bermuatan, kosongan dan idle.
= 517.32 detik
= 374 + 30.35
= 404.15 detik
= 143.16 + 78.81
= 221.97 detik
60,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
Ritase = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
60,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= 19.29 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 3 ritase/jam
517.32 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu muatan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 25.866 menit/jam
404.15 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu kosongan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 20.207 menit/jam
221.81 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu idle = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 11 menit/jam
111
LAMPIRAN Q ROLLING RESISTANCE PERBAIKAN RENCANA 1
Tabel Q. 1 Rolling Resistance Perbaikan Rencana 1
112
LAMPIRAN R ROLLING RESISTANCE PERBAIKAN RENCANA 2
Tabel R. 1 Rolling Resistance Jalan Angkut Muatan Perbaikan Rencana 2
113
Tabel R. 2 Rolling Resistance Jalan Angkut Kosongan Perbaikan Rencana 2
114
LAMPIRAN S HASIL PENGUJIAN PERKERASAN JALAN INTEGRITAS
BARU
115
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 50
116
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 85
117
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 65
118
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 60
119
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 35
120
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
121
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
122
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
123
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
124
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
125
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 70
126
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 60
127
PROJECT SUPERVISION AND IMPLEMENTATION OF
HAULING ROAD MANAGEMENT SYSTEM
DYNAMIC CONE PENETROMETER INTERPRETATION FOR
CALIFORNIA BEARING RATIO
Soils Description: 50
128
LAMPIRAN T RIMPUL PERBAIKAN RENCANA 1 DAN 2
Tabel T. 1 Rimpul Perbaikan Rencana 1
129
Tabel T. 2 Rimpull Muatan Perbaikan Rencana 2
TRUK MUATAN
Berat HD Berat HD Faktor
No. RR Grade Jalan Rimpull untuk Rimpull untuk Rimpull untuk
Kosong Muatan Pengali GR
RR GR TR
1 73 178 41.46 20 -8.2 7379.14 -29192.00 -21812.86
2 73 178 41.46 20 -1.4 7379.14 -4984.00 2395.14
3 73 178 4.15 20 3.2 737.91 11392.00 12129.91
4 73 178 16.58 20 6.6 2951.66 23496.00 26447.66
5 73 178 33.16 20 4.5 5903.31 16020.00 21923.31
6 73 178 16.58 20 4.7 2951.66 16732.00 19683.66
7 73 178 8.29 20 5.2 1475.83 18512.00 19987.83
8 73 178 12.44 20 6.7 2213.74 23852.00 26065.74
9 73 178 4.15 20 8.7 737.91 30972.00 31709.91
10 73 178 16.58 20 8.3 2951.66 29548.00 32499.66
11 73 178 8.29 20 7.4 1475.83 26344.00 27819.83
12 73 178 10.36 20 6.3 1844.79 22428.00 24272.79
13 73 178 8.29 20 6 1475.83 21360.00 22835.83
14 73 178 8.29 20 5.6 1475.83 19936.00 21411.83
15 73 178 8.29 20 5.7 1475.83 20292.00 21767.83
16 73 178 8.29 20 6.8 1475.83 24208.00 25683.83
17 73 178 8.29 20 6.8 1475.83 24208.00 25683.83
18 73 178 41.46 20 3.7 7379.14 13172.00 20551.14
19 73 178 41.46 20 1.3 7379.14 4628.00 12007.14
20 73 178 41.46 20 3.1 7379.14 11036.00 18415.14
21 73 178 41.46 20 4.5 7379.14 16020.00 23399.14
22 73 178 41.46 20 4.5 7379.14 16020.00 23399.14
130
Tabel T. 3 Rimpull Kosongan Perbaikan Rencana 2
TRUK KOSONGAN
Faktor
Berat HD Berat HD
No. RR Pengali Grade Jalan
Kosong Muatan Rimpull Rimpull Rimpull
GR
untuk RR untuk GR untuk TR
1 73 178 41.46 20 -4.5 3026.28 -6570.00 -3543.72
2 73 178 41.46 20 -4.5 3026.28 -6570.00 -3543.72
3 73 178 41.46 20 -3.1 3026.28 -4526.00 -1499.72
4 73 178 41.46 20 -1.3 3026.28 -1898.00 1128.28
5 73 178 41.46 20 -3.6 3026.28 -5256.00 -2229.72
6 73 178 8.29 20 -6.8 605.26 -9928.00 -9322.74
7 73 178 8.29 20 -6.8 605.26 -9928.00 -9322.74
8 73 178 8.29 20 -5.7 605.26 -8322.00 -7716.74
9 73 178 8.29 20 -5.6 605.26 -8176.00 -7570.74
10 73 178 8.29 20 -6 605.26 -8760.00 -8154.74
11 73 178 20.73 20 -8.9 1513.14 -12994.00 -11480.86
12 73 178 20.73 20 -7.1 1513.14 -10366.00 -8852.86
13 73 178 20.73 20 -4.5 1513.14 -6570.00 -5056.86
14 73 178 20.73 20 -3.9 1513.14 -5694.00 -4180.86
15 73 178 20.73 20 -7.1 1513.14 -10366.00 -8852.86
16 73 178 20.73 20 -8.8 1513.14 -12848.00 -11334.86
17 73 178 20.73 20 -9.5 1513.14 -13870.00 -12356.86
18 73 178 20.73 20 -6.6 1513.14 -9636.00 -8122.86
19 73 178 4.15 20 -3.2 302.63 -4672.00 -4369.37
20 73 178 41.46 20 1.4 3026.28 2044.00 5070.28
21 73 178 41.46 20 8.2 3026.28 11972.00 14998.28
131
LAMPIRAN U LOAD FACTOR PERBAIKAN RENCANA 1 DAN 2
Tabel U. 1 Load Factor Muatan Perbaikan Rencana 1
132
Tabel U. 2 Load Factor Kosongan Perbaikan Rencana 1
133
Tabel U. 3 Load Factor Muatan Perbaikan Rencana 2
134
Tabel U. 4 Load Factor Kosongan Perbaikan Rencana 2
135
LAMPIRAN V KONSUMSI BAHAN BAKAR PERBAIKAN RENCANA 1
Tabel U. 1 Konsumsi Bahan Bakar Perbaikan Rencana 1
Segmen Panjang Load Factor Weight Of Fuel Fuel Con. Fuel Con.
No. Lebar Jalan Grade RR total Fuel Used Brake HP Fuel Average
Jalan Jalan Muatan Kosongan Per Gallon Muatan Kosongan
1 SL 1 102 30 8.2 1.04 1.28 546.42 0.79 0.59 7.3 75.91 56.37 66.14
2 SL 2 100 30 3.9 4.08 1.28 546.42 0.63 0.15 7.3 60.22 14.17 37.20
3 ST 1 101.44 30 1.8 0.21 1.28 546.42 0.83 0.65 7.3 79.28 62.29 70.79
4 SL 3 101.7 30 4.7 0.83 1.28 546.42 0.65 0.20 7.3 62.26 19.33 40.80
5 SL 4 96.47 30 5 1.66 1.28 546.42 0.72 0.38 7.3 68.94 36.19 52.56
6 SL 5 100.42 30 5 0.83 1.28 546.42 0.67 0.25 7.3 64.04 23.81 43.92
7 SL 6 100 30 4.9 0.41 1.28 546.42 0.64 0.76 7.3 61.00 73.19 67.09
8 SL 7 100 30 5 0.62 1.28 546.42 0.66 0.79 7.3 62.81 75.76 69.28
9 SL 8 99.7 30 7.8 0.21 1.28 546.42 0.80 0.56 7.3 76.92 53.96 65.44
10 SL 9 100 30 8.4 0.83 1.28 546.42 0.88 0.67 7.3 84.14 64.15 74.15
11 ST 2 100 30 8.9 0.41 1.28 546.42 0.88 0.68 7.3 84.65 64.86 74.75
12 SL 10 100 30 6 0.41 1.28 546.42 0.70 0.42 7.3 67.50 40.69 54.09
13 SL 11 100 30 6 0.41 1.28 546.42 0.70 0.42 7.3 67.50 40.69 54.09
14 ST 3 102 30 6.1 0.41 1.28 546.42 0.71 0.43 7.3 68.09 41.52 54.81
15 SL 12 101 30 6.1 0.41 1.28 546.42 0.71 0.43 7.3 68.09 41.52 54.81
16 SL 13 100 30 6 0.41 1.28 546.42 0.70 0.42 7.3 67.50 40.69 54.09
17 ST 4 100 30 5.8 0.41 1.28 546.42 0.69 0.41 7.3 66.32 39.02 52.67
18 ST 5 100 30 1.7 4.15 1.28 546.42 0.67 0.25 7.3 64.14 24.06 44.10
19 SL 14 100 30 0.5 5.18 1.28 546.42 0.66 0.23 7.3 63.17 21.62 42.39
20 SL 15 98.7 30 1.2 3.94 1.28 546.42 0.93 0.75 7.3 89.52 71.73 80.62
21 SL 16 101 30 1.3 4.15 1.28 546.42 0.64 0.78 7.3 61.77 74.29 68.03
22 SL 17 100 30 3.1 2.07 1.28 546.42 0.94 0.75 7.3 89.72 72.01 80.87
23 SL 18 100 30 4.5 4.15 1.28 546.42 0.84 0.62 7.3 80.69 59.28 69.99
24 SL 19 64 30 4.5 4.15 1.28 546.42 0.84 0.64 7.3 80.69 61.16 70.92
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus 0.745784 0.509837 71.45 48.85 60.15
ST : Segmen Jalan Tikungan
136
Konsumsi bahan bakar saat bermuatan = 71.45 liter/jam
Waktu total dalam 1 jam yang diperoleh dari Lampiran C, terdiri dari :
532.32 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu muatan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 26.616 menit/jam
369.95 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu kosongan = x 3 rit/jam = 18.4975 menit/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
221.81 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu idle = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 11 menit/jam
Maka dari itu perhitungan konsumsi bahan bakar dalam satu jam dapat
diperhitungkan,
26.616 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= x 71.5 liter/jam = 31.70 liter/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
18.49 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= x 48.8 liter/jam = 15.06 liter/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
11 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 50 liter/jam = 9.1 liter/jam
137
LAMPIRAN W KONSUMSI BAHAN BAKAR PERBAIKAN RENCANA 2
Tabel W. 1 Konsumsi Bahan Bakar Muatan Perbaikan Rencana 2
138
Tabel W. 2 Konsumsi Bahan Bakar Kosongan Perbaikan Rencana 2
Weight
Segmen Panjang Lebar Load Factor Of Fuel Fuel Con.
No. GR (ton) RR total Fuel Used Brake HP Aaverage
Jalan Jalan Jalan Kosongan Per Muatan
1 SL 15 100 30 -7.37 41.46 1.28 546.42 0.61 7.3 58.15 45.21
2 SL 14 100 30 -7.37 41.46 1.28 546.42 0.61 7.3 58.15 73.55
3 SL 13 100 30 -5.08 41.46 1.28 546.42 0.65 7.3 62.01 70.65
4 SL 12 101 30 -2.13 41.46 1.28 546.42 0.77 7.3 73.73 74.08
5 ST 6 168 30 -5.90 41.46 1.28 546.42 0.63 7.3 60.13 61.98
6 SL 11 100 30 -11.14 8.29 1.28 546.42 0.62 7.3 59.02 68.70
7 SL 10 100 30 -11.14 8.29 1.28 546.42 0.62 7.3 59.02 69.18
8 SL 9 100 30 -9.34 8.29 1.28 546.42 0.71 7.3 68.19 75.03
9 SL 8 104 30 -9.17 8.29 1.28 546.42 0.72 7.3 69.03 75.63
10 SL 7 106 30 -9.83 8.29 1.28 546.42 0.69 7.3 65.69 74.62
11 ST 5 73 30 -14.58 20.73 1.28 546.42 0.55 7.3 52.23 64.93
12 SL 6 100 30 -11.63 20.73 1.28 546.42 0.64 7.3 61.71 65.52
13 SL 5 100 30 -7.37 20.73 1.28 546.42 0.49 7.3 46.59 56.28
14 SL 4 100 30 -6.39 20.73 1.28 546.42 0.56 7.3 53.28 57.96
15 ST 4 121 30 -11.63 20.73 1.28 546.42 0.64 7.3 61.71 67.73
16 SL 3 117 30 -14.41 20.73 1.28 546.42 0.50 7.3 47.54 58.00
17 ST 3 103 30 -15.56 20.73 1.28 546.42 0.44 7.3 41.70 55.09
18 ST 2 100 30 -10.81 20.73 1.28 546.42 0.69 7.3 65.83 67.39
19 ST 1 104 30 -5.24 4.15 1.28 546.42 0.54 7.3 51.47 58.48
20 SL 2 73 30 2.29 41.46 1.28 546.42 0.60 7.3 57.84 66.13
21 SL 1 126 30 13.43 41.46 1.28 546.42 0.76 7.3 72.85 75.86
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus 0.59107683 56.63 64.54
ST : Segmen Jalan Tikungan
139
Konsumsi bahan bakar saat bermuatan = 72.45 liter/jam
Waktu total dalam 1 jam yang diperoleh dari Lampiran C, terdiri dari :
517.32 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu muatan = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 25.866 menit/jam
404.15 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu kosongan = x 3 rit/jam = 20.207 menit/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
221.81 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu idle = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 3 rit/jam = 11 menit/jam
Maka dari itu perhitungan konsumsi bahan bakar dalam satu jam dapat
diperhitungkan,
25.866 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= x 72.45 liter/jam = 31.23 liter/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
20.207 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= x 56.6 liter/jam = 19.07 liter/jam
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
11 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
= 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 50 liter/jam = 9.1 liter/jam
140
LAMPIRAN X PRODUKTIVITAS SETELAH PERBAIKAN
Eff : 90%
Rumus Produktivitas :
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
𝑗𝑎𝑚
Pdty = 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒𝑡𝑖𝑚𝑒,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐸𝑓𝑓 𝑥 𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
𝑗𝑎𝑚
= 𝑥 0.9 𝑥 0.85 𝑥 43
17.43
= 113.25 BCM/jam
Eff : 90%
Rumus Produktivitas :
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
𝑗𝑎𝑚
Pdty = 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒𝑡𝑖𝑚𝑒,𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐸𝑓𝑓 𝑥 𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
𝑗𝑎𝑚
= 𝑥 0.9 𝑥 0.85 𝑥 43
17.75
= 111.20 BCM/jam
141
LAMPIRAN Y PERHITUNGAN SWELL FACTOR
𝐵𝑎𝑛𝑘 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Swell Factor = 𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 100%
Diketahui :
Bank Volume : 44.23 BCM
Loose Volume : 52.20 LCM
44.23 𝐵𝐶𝑀
Swell Factor = 𝑥 100%
52.20 𝐿𝐶𝑀
142
LAMPIRAN Z HASIL PERHITUNGAN HUBUNGAN ROLLING RESISTANCE DENGAN FUEL CONSUMPTION
143
LAMPIRAN AA HASIL PERHITUNGAN HUBUNGAN GRADE RESISTANCE DENGAN FUEL CONSUMPTION
144
LAMPIRAN BB SIMULASI HD BERMUATAN MELALUI JALAN INTEGRITAS LAMA
PANJANG LEBAR CT LOAD SPEED
No. SEGMENT RR (%) GRADE (%)
JALAN JALAN SEGMENT MUATAN
1 SL 15 100 30 2.00 -8.2 29.4 15.50
2 SL 14 100 30 2.00 -1.4 14.4 18.50
3 SL 13 100 30 0.20 3.2 31.8 11.90
4 SL 12 101 30 1.00 6.6 25.2 14.30
5 ST 6 168 30 1.00 9.5 30 12.30
6 SL 11 100 30 1.00 8.8 32.4 13.00
7 SL 10 100 30 1.00 7.1 30 14.60
8 SL 9 100 30 1.00 3.9 18 20.30
9 SL 8 104 30 1.00 4.5 15.6 23.50
10 SL 7 106 30 1.00 7.1 21.6 16.70
11 ST 5 73 30 1.00 8.9 28.2 9.30
12 SL 6 100 30 0.40 6 23.4 16.50
13 SL 5 100 30 0.40 5.6 19.8 19.10
14 SL 4 100 30 0.40 5.7 18 19.80
15 ST 4 121 30 0.40 6.8 20.4 17.80
16 SL 3 117 30 0.40 6.8 20.4 17.50
17 ST 3 103 30 2.00 3.6 32.4 18.70
18 ST 2 100 30 2.00 1.3 15 24.40
19 ST 1 104 30 2.00 3.1 13.8 26.30
20 SL 2 73 30 2.00 4.5 16.8 21.70
21 SL 1 126 30 2.00 4.5 28.2 12.60
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus 484.8 16.56
ST : Segmen Jalan Tikungan 8.08
145
PANJANG LEBAR CT LOAD SPEED AVERAGE
No. SEGMENT RR (%) GRADE (%)
JALAN JALAN SEGMENT KOSONGAN SPEED
1 SL 1 102 30 2.00 -4.5 22.2 16.4 15.95
2 SL 2 100 30 2.00 -4.5 12 30 24.25
3 ST 1 101.44 30 2.10 -3.1 12 30 20.95
4 SL 3 101.7 30 2.00 -1.3 13.8 26.9 20.60
5 SL 4 96.47 30 2.00 -3.7 32.4 18.7 15.50
6 SL 5 100.42 30 0.40 -6.8 13.2 26.8 19.90
7 SL 6 100 30 0.40 -6.8 12 30 22.30
8 SL 7 100 30 0.40 -5.7 12 30 25.15
9 SL 8 99.7 30 0.40 -5.6 12.6 30 26.75
10 ST 2 100 30 0.40 -6 14.4 26.3 21.50
11 ST 3 100 30 0.50 -6.3 21 17.3 13.30
12 ST 4 100 30 0.40 -7.4 19.8 18.2 17.35
13 SL 9 100 30 0.80 -8.3 17.4 20.7 19.90
14 SL 10 102 30 0.20 -8.7 13.2 27.8 23.80
15 SL 11 101 30 0.60 -6.7 12 30 23.90
16 SL 12 100 30 0.40 -5.2 12 30 23.75
17 SL 13 100 30 0.80 -4.7 12 30 24.35
18 ST 5 100 30 1.60 -4.5 12 30 27.20
19 SL 14 100 30 0.80 -6.6 15.6 22.9 24.60
20 SL 15 98.7 30 0.20 -3.2 32.4 11.6 16.65
21 SL 16 101 30 2.00 1.4 12.6 21 16.80
22 SL 17 100 30 2 8.2 25.2 17.8 17.80
Ket : SL : Segmen Jalan Lurus 361.8 23.85 21.01
ST : Segmen Jalan Tikungan 6.03
146
Kesimpulan hasil simulasi :
dimana jalur yang berwarna biru adalah jalur untuk HD kosongan dan jalur yang
Hasil Simulasi
Speed Muatan 17.35 km/jam
Speed Kosongan 24.65 km/jam
Average Speed 21.01 km/jam
Travel Time Load 8.08 menit
Travel Time Empty 6 menit
Total Travel Time 14.11 menit
Berdasarkan dari tabel hasil simulasi diatas diketahui bahwa total travel time alat
angkut adalah 14.11 menit yaitu lebih besar jika dibandingkan dengan simulasi
147
LAMPIRAN CC WAKTU PENGARUH SIMPANGAN
1 2025 549 0 30
2 2025 549 0 30.5
3 2025 549 0 14.6
4 2025 209 5 20
5 2025 209 7 10.5
6 2025 209 0 40
7 2007 226 8 20.4
8 2007 212 10 30
9 2007 233 0 25.8
10 2007 236 5.3 26.7
11 2007 580 0 30.5
12 2007 558 6 40.2
13 2007 571 5 35
14 2007 226 7.5 20.5
15 2007 212 5 26.7
16 2007 233 5.5 34.5
17 2007 236 0 23.6
18 2007 580 6 22
19 2007 558 6 20.4
20 2007 233 6.8 30
21 2007 212 0 30.9
22 2007 571 7.8 33.2
23 2007 226 10 15.4
24 2007 212 9.8 16
25 2007 233 5 15.3
26 2007 236 6.7 20.4
27 2007 580 6.8 21.3
28 2007 558 5.7 35
29 2007 233 0 20.3
30 2007 212 0 24.3
Rata - Rata 4.5 25.5
Total Time 30.0
Dari tabel di atas diketahui bahwa waktu yang di pengaruhi oleh adanya
simpangan pada jalan pit 90 dan simpangan yang ditimbulkan pada jalan Kreatif
adalah sebesar 30 detik.
148
LAMPIRAN DD HASIL UJI LABORATORIUM
149
LAMPIRAN EE SP ROAD ENGINEERING AMM
150