Anda di halaman 1dari 106

OPTIMASI PERENCANAAN PIT LIMIT PENAMBANGAN

BATUBARA PT. INTERNASIONAL PRIMA COAL PIT E03


UTARA BLOK BARAT

SKRIPSI

Nadhif Gahara

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022 M/1444 H
OPTIMASI PERENCANAAN PIT LIMIT PENAMBANGAN
BATUBARA PT. INTERNASIONAL PRIMA COAL PIT E03
UTARA BLOK BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi
Teknik Pertambangan

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Nadhif Gahara

11170980000007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2022 M /1444 H

ii
LEMBAR PERNYATAAN

v
ABSTRAK

Dalam optimasi nilai pit limit berguna untuk menentukan nilai maksimum
profit dan mengoptimalkan cadangan. Semakin besar cadangan yang ditambang
semakin banyak juga profit yang diperoleh dari hasil penjualan. Untuk mencapai
hasil optimal haruslah menggunakan alat angkut yang sesuai dengan kebutuhan,
baik dari kapasitas serta jumlah unit. Penelitian ini dilakukan menggunakan
metode kuantitatif dengan perhitungan menggunakan algoritma Lerchs
Grossmann serta optimasi software pemodelan tambang, yang hasilnya berupa
design pit penambangan. Jumlah unit alat berat yang sudah diperhitungkan dengan
match factor. Setelah melakukan pengolahan dan menganalisa data hasilnya dalam
penggunaan optimasi software pemodelan tambang diperoleh value
$13,724,833.07 pada optimasi 15%. Lalu diperoleh value sebesar $13,192,815.28
dalam perhitungan metode algoritma Lerchs Grossmann. Dan design pit yang
dilakukan memperoleh value yang tidak jauh berbeda dengan hasil optimasi yaitu
$ 12,268,142.86 dimana perbedaan antara optimasi dan design kurang lebih 1.5
juta USD dikarenakan perbedaan pit shell yang terbentuk menyebabkan
overburden yang terambil cukup banyak. Hasil dari design yang dibentuk
diperoleh stripping ratio 18.65 total volume yang terambil sebanyak 210918 BCM
batubara bila diubah ke tonase sebesar 280520.94 dan 5232336 BCM yaitu
overburden. Untuk jumlah unit alat berat diperlukan yaitu 1 unit excavator Hitachi
210 dan dump truck Hino 500 untuk batubara, sedangkan untuk overburden
dibutuhkan 3 unit excavator Doosan 520 dan 12 dump truck Hino 700.

Kata Kunci: Batubara, Lerchs Grossmann, Optimasi, Pit Limit, Profit.

vi
ABSTRACT

In optimizing the value of the pit limit, it is useful to determine the maximum
profit value and optimize reserves greater the reserves that mined, the more profit
obtained from the sale. To achieve optimal results, one must use transportation
equipment that suits the needs, both in terms of capacity and number of units. This
research conducted using quantitative methods by processing data obtained, using
the Lerch Grossmann algorithm with excel and also optimizing mine modeling
software, the result of which is a mining pit design. And also the number of heavy
equipment units that have been calculate with the match factor. After processing
and analyzing the data, the results of mining modeling software optimization
obtained a value of $13,724,833.07 at 15% optimization. Then obtaine a value of
$13,192,815.28 in the calculation of the Lerch Grossmann algorithm method. And
the pit design that was carried out obtained a value that was not much different
from the optimization results, that $ 12,268,142.86 where the difference between
optimization and design was approximately 1.5 million USD due to differences in
the pit shell formed cause quite a lot of overburden to be taken. result of the design
that formed obtained a stripping ratio of 18.65, total volume taken was 210918
BCM of coal when converted to tonnage of 280520.94 and 5232336 BCM of
overburden. The number of heavy equipment units required is 1 Hitachi 210
excavator and a Hino 500 dump truck for coal, while for overburden using 3
Doosan 520 excavators and 12 Hino 700 dump trucks are needed.

Keywords: Coal, Lerchs Grossmann, Optimization, Pit Limit, Profit.

vii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas


berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada peneliti,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Pit
Limit Penambangan Batubara PT. Internasional Prima Coal E03U Blok Barat”.
Sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan serta rintangan yang


peneliti hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak secara moral maupun spiritual.
Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, M.T, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi

2. Bapak Dr. Ambran Hartono, M.Si selaku Kepala Prodi Teknik


Pertambangan

3. Bapak Ahmad Fauzan Haryono, S.T, M.T. selaku Pembimbing I.

4. Bapak A. Silvan Erusani, S.T, M.Sc. selaku pembimbing II.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Teknik Pertambangan.

6. Orang tua dan adik tercinta yang selalu memberi dukungan dan do’a agar
dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Agus Salim selaku pembimbing lapangan dalam pengerjaan Tugas


Akhir di PT. International Prima Coal.

8. Bapak Sigit, Bapak Lulut, dan Bapak Andre yang senantiasa membantu
saya selama pengerjaan Tugas Akhir di PT. International Prima Coal.

viii
9. Karyawan PT. International Prima Coal selaku tempat pengambilan data
untuk Tugas Akhir.

10. Sahabat saya Vigo, Umang, Ekky, Algifar, dan Fiky yang memberikan
ide dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

11. Teman Teknik Pertambangan 2017 yang penulis sayangi dan selalu
memberi support dan dukungan yang diberikan.

12. Teman-teman seperjuangan Teknik Pertambangan UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta yang saya cintai dan banggakan.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan membantu
penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat


bagi semua. Aamiin.

Jakarta, 29 November 2022

Nadhif Gahara

11170980000007

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN........................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR PERSAMAAN........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

1.3. Batasan Masalah................................................................................ 6

1.4. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1. Stratigrafi Regional ........................................................................... 8

2.2. Struktur Geologi .............................................................................. 10

2.3. Pola Persebaran ............................................................................... 11

2.4. Perencanaan Tambang .................................................................... 12

2.5. Perancangan (Design) Tambang ..................................................... 13

x
2.6. Batas Penambangan (Pit Limit)....................................................... 13

2.7. Optimasi Penambangan ................................................................... 15

2.8. Geometri Jenjang ............................................................................ 22

2.9. Sudut Lereng InterRamp dan Overall ............................................. 25

2.10. Geometri Jalan Tambang............................................................. 29

2.11. Produktivitas Alat Gali Muat ...................................................... 32

2.12. Produktivitas Alat Angkut ........................................................... 33

2.13. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat ................................. 33

2.14. Tafsir Ayat Al – Qur’an Terhadap Penelitian ............................. 40

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 42

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 42

3.2. Metode Penelitian............................................................................ 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 44

3.4. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 46

3.5. Analisis Data ................................................................................... 48

3.6. Diagram Alir ................................................................................... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 51

4.1. Hasil Perhitungan ............................................................................ 51

4.1.1. Estimasi Sumberdaya ............................................................... 51

4.1.2. Parameter Optimasi.................................................................. 53

4.1.3. Pemilihan Batas Tambang ....................................................... 55

4.1.4. Optimasi Batas Tambang ......................................................... 57

4.1.5. Parameter Final Pit Design...................................................... 58

4.1.6. Geometri Lereng ...................................................................... 60

xi
4.1.7. Geometri Lebar Jalan ............................................................... 63

4.1.8. Estimasi Cycle Time Alat ......................................................... 65

4.1.9. Perhitungan Produktivitas Alat ................................................ 65

4.1.10. Perhitungan Match Factor ....................................................... 68

4.1.11. Ketersediaan Alat .................................................................... 69

4.1.12. Perhitungan Waktu Kerja ........................................................ 70

4.2. Pembahasan ..................................................................................... 74

4.2.1. Optimasi Batas Tambang ......................................................... 74

4.2.2. Final Pit Design ....................................................................... 75

4.2.3. Analisa Produktivitas Alat ....................................................... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 81

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 81

5.2. Saran ................................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... 86

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Data Semi-Horizontal Bor Pada Eagle 2 .......................................... 11


Gambar 2. 2 Kerangka Metode Algoritma Lerchs Grossmann 2D ....................... 18
Gambar 2. 3 Prosedur Nomenklatur Lerchs Grossmann ...................................... 19
Gambar 2. 4 Penambahan Kolom Bernilai Nol .................................................... 20
Gambar 2. 5 Penjumlahan Kolom 7 ...................................................................... 20
Gambar 2. 6 Penjumlahan Dari Semua Bagian ..................................................... 21
Gambar 2. 7 Pembuatan Bentuk Pit Yang Optimal .............................................. 21
Gambar 2. 8 Bagian - Bagian Jenjang................................................................... 23
Gambar 2. 9 Working Bench dan Safety Bench..................................................... 23
Gambar 2. 10 Catch Bench ................................................................................... 24
Gambar 2. 11 Geometri Jenjang Penangkap ......................................................... 24
Gambar 2. 12 Face Angle...................................................................................... 25
Gambar 2. 13 Overall Slope Angle ....................................................................... 26
Gambar 2. 14 Overall Slope Angle with Ramp ..................................................... 26
Gambar 2. 15 Interramp Slope Angle ................................................................... 27
Gambar 2. 16 Overall Slope with Working Bench ................................................ 27
Gambar 2. 17 Interramp Slope Angle dengan Satu Working Bench ..................... 28
Gambar 2. 18 Overall Slope Angle dengan Working Bench dan Ramp ................ 28
Gambar 2. 19 Interramp Slope Angle dengan Working Bench dan Ramp ............ 29
Gambar 2. 20 Overall Slope Angle dengan dua Working Bench .......................... 29
Gambar 2. 21 Lebar Jalan Minimum .................................................................... 31
Gambar 2. 22 Lebar Jalan Tikungan ..................................................................... 31
Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian PT. International Prima Coal ....................... 43
Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 49
Gambar 3. 3 Diagram Alir Percobaan ................................................................... 50
Gambar 4. 1 Bentuk Persebaran Batubara Eagle 03 Utara Blok Barat ................. 52
Gambar 4. 2 Pit Shell Optimasi 15% .................................................................... 56
Gambar 4. 3 (a) Asumsi Lereng High Wall Penambangan, (b) Asumsi Lereng Low
Wall Penambangan. ............................................................................................... 61

xiii
Gambar 4. 4 (a) Rekomendasi Lereng High Wall Penambangan, (b) Rekomendasi
Lereng Low Wall Penambangan. .......................................................................... 63
Gambar 4. 5 (a) Hasil Pit Design Optimasi 15% Tampak Atas, (b) Hasil Pit Design
Optimasi 15% Tampak Barat Daya....................................................................... 76

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu ....................................................... 3


Tabel 2. 1 Stratigrafi Regional Daerah Samarinda dan Sekitarnya ...................... 10
Tabel 2. 2 Perhitungan Kumulatif Kolom 6 .......................................................... 19
Tabel 2. 3 Swell Factor ......................................................................................... 38
Tabel 2. 4 Rata - Rata Fill Factor Berdasarkan Kapasitas .................................... 39
Tabel 2. 5 Faktor Efisiensi .................................................................................... 39
Tabel 3. 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 42
Tabel 4. 1 Karakteristik Batubara Blok Barat Hasil Eksplorasi Perusahaan ........ 52
Tabel 4. 2 Parameter yang Diperlukan .................................................................. 54
Tabel 4. 3 Hasil Optimasi ..................................................................................... 55
Tabel 4. 4 Blok Ekonomi Awal ............................................................................ 57
Tabel 4. 5 Blok Ekonomi ...................................................................................... 57
Tabel 4. 6 Blok Ekonomi Akhir ............................................................................ 58
Tabel 4. 7 Parameter Final Pit Design (Acuan Perusahaan) ................................. 58
Tabel 4. 8 Karakteristik Material .......................................................................... 61
Tabel 4. 9 Hasil Report Pit Design ....................................................................... 76
Tabel 4. 10 Perbandingan Hasil Report dan Optimasi .......................................... 77
Tabel 4. 11 Produksi Excavator ............................................................................ 79
Tabel 4. 12 Produksi Dump Truck ........................................................................ 79

xv
DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 1 Break Even Stripping Ratio .......................................................15


Persamaan 2 Stripping Ratio ...........................................................................15
Persamaan 3 Lerchs Grossmann .....................................................................17
Persamaan 4 Lerchs Grossmann .....................................................................17
Persamaan 5 Lerchs Grossmann .....................................................................17
Persamaan 6 Lerchs Grossmann .....................................................................19
Persamaan 7 Lerchs Grossmann .....................................................................20
Persamaan 8 Lerchs Grossmann .....................................................................20
Persamaan 9 Lebar Jalan Lurus.......................................................................30
Persamaan 10 Lebar Jalan Tikungan...............................................................32
Persamaan 11 Jarak Alat Angkut ....................................................................32
Persamaan 12 Produktivitas Alat Gali Muat ...................................................32
Persamaan 13 Produktivitas Alat Angkut .......................................................33
Persamaan 14 Mechanical Availability ...........................................................35
Persamaan 15 Physical Availability ................................................................35
Persamaan 16 Utilization Of Availability........................................................35
Persamaan 17 Effective Utilization ................................................................ 36
Persamaan 18 Cycle Alat Gali Muat ...............................................................36
Persamaan 19 Cycle Alat Angkut ...................................................................37
Persamaan 20 Match Factor ...........................................................................40

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. International Prima Coal merupakan perusahaan tambang dengan


komoditas batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik dengan luas
IUP 3,238 Ha. Kegiatan tambang ini dilakukan dengan sistem penambangan
open pit yang terletak di Bantuas, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda,
Provinsi Kalimantan Timur. Tambang IPC terdiri dari tiga lokasi
penambangan yaitu Eagle01, Eagle02, dan Eagle03. Lokasi Eagle03
sementara dikerjakan oleh kontraktor Coalindo Adhi Perkasa (CAP).
Kualitas batubara seluruh lokasi mencukupi untuk konsumsi pembangkit
listrik dengan kualitas beragam dari 4000 – 5200 kkal/kg (sub-bituminous).

Perencanaan tambang merupakan kegiatan awal sebelum dimulai


suatu penambangan, dimana menentukan berbagai aspek dari segi teknis
sampai dengan operasional. Kegiatan tersebut diperlukan untuk menilai
suatu tambang layak dijalankan atau tidak. Saat ini di PT International Prima
Coal pada pemodelan geologi menggunakan perangkat lunak dan untuk
penentuan batas pit dilakukan secara manual. Pendekatan manual selama ini
yang dilakukan dengan cara trial and error sehingga kurang optimal dan
melelahkan jika harus membuatkan variasi SR (stripping ratio) yaitu
perbandingan dari batubara dengan tanah penutupnya. Penentuan SR
dilakukan berdasarkan perhitungan matematis BESR (break even stripping
ratio) dari besaran profit dan balance untuk menentukan titik impas.
Perubahan parameter seperti harga jual batubara dan biaya-biaya tambang
sering terjadi dengan signifikan. Optimalisasi juga dilihat dari parameter
ekonomi yang ada (Hustrulid, 2013). Hal tersebut membuat kebingungan
dan tidak mudah untuk melakukan evaluasi batas tambang. Target produksi
penambangan akan tercapai dengan perencanaan tambang yang tepat, dari
perancangan pit (Design Pit) dalam jangka waktu yang ditentukan.

1
Tentunya dalam perencanaan ada satu tahapan penting untuk
menentukan kelangsungan usaha tambang tersebut yakni optimasi nilai pit
limit (Waterman, 2018), fungsinya untuk mencegah pengambilan
overburden yang berlebih guna mendapatkan batas maksimum nilai SR agar
tidak terlalu besar. Penentuan dan pemilihan pit potensial merupakan
langkah awal dalam melakukan evaluasi cadangan batubara. Dengan tujuan
untuk menentukan batas penambangan (pit limit) dengan mengoptimasi
cadangan, jumlah produksi dan umur serta ekonomis suatu tambang. Untuk
menentukan batas optimal dari pit tersebut penulis menggunakan metode
algoritma Lerchs Grossmann dengan cara menentukan kelayakan tambang
dengan cukup cepat dan tidak memakan waktu dikarenakan metode ini
menggunakan gabungan dengan metode statistik jadi lebih mudah dalam
menentukan keuntungan bersih yang diperoleh. Dan juga dapat
mempertimbangkan nilai ekonomis tiap ton sumberdaya yang akan
ditambang, dari hasil perhitungan tersebut akan terbentuk pit yang
memudahkan untuk menghitung keekonomisan tambang tersebut.
Gambaran yang terbentuk bertujuan untuk tidak mengambil terlalu banyak
overburden sehingga mendapatkan SR lebih optimal untuk ditambang.

Pengolahan data tersebut menggunakan software permodelan untuk


merancang bentuk dari pit yang akan dilakukan penambangan dan motode
algoritma Lerchs Grossmann untuk optimasi tambang. Dan juga menentukan
kebutuhan jumlah alat gali – muat dan angkut pada tambang yang telah
direncanakan sebelumnya. Kelebihan penelitian saya ialah menggunakan
design pit yang diperoleh dari hasil pemodelan software tambang dan juga
metode algoritma Lerchs Grosmann yang optimal dan memberikan
rekomendasi jumlah dan jenis alat yang digunakan untuk penambangan yang
dilakukan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan opsi untuk
melakukan penambangan pada lokasi tersebut dengan memberikan batas
penambangan yang ekonomis dan menguntungkan.

Dalam penelitian ini sebelumnya sudah dilakukan oleh peneliti


terdahulu, yang telah diringkas pada tabel 1.1 berikut :

2
Tabel 1. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Perbandingan

1. Rai Nizan S. Perencanaan Menentukan Menggunakan Pembuatan final Perbedaan bahan


(2021) Ultimate Pit Design final pit metode pit design yang galian antara nikel
Pada Perusahaan design yang algoritma optimal dengan dan batubara dan
Tambang Nikel Pt X optimal untuk Lerchs acuan dari faktor – faktor
penambangan Grossmann software pendukung lainnya
nikel pemodelan
dengan beberapa
hasil optimasi

2. Akhmad Optimasi Pit Menentukan Menggunakan Terbentuknya Perbedaan metode


Rifandy, Tambang Terbuka batas tambang metode batas tambang optimasi yang
Syamsidar Batubara dengan yang optimal Incremental optimal dengan digunakan untuk
Sutan M.P Pendekatan untuk Pit beberapa opsi menentukan batas
(2018) Incremental Pit penambangan Expansion, dari trial and tambang
Expansion, BESR BESR dan error
dan Profit Margin Profit Margin

3. Fitratul Optimalisasi Pit Menentukan Menggunakan Design pit Perbedaan bahan


Rahmi, Dedi Limit Penambangan design pit metode terbentuk dengan galian dan
Yulhendra Mineral Nikel Laterit mineral nikel algoritma nilai laba dan penggunaan
(2019) PT ANTAM Tbk. dengan kadar terbaik

3
Unit Bisnis mencari nilai Lerchs software untuk
Penambangan Nikel laba yang Grossmann optimasi
Di Site Pomalaa tinggi
Sulawesi Tenggara
Di Front X

4. YA. Yulanda, Optimasi Stripping Menentukan Menggunakan Mendapatkan Tidak ada


MT. Toha, F. Ratio Dengan nilai stripping metode nilai NPV yang pembuatan design
Sjarkowi Metode Discounted ratio pada Discounted diperoleh dan pit dan perbedaan
(2020) Cash Flow Pada tambang Cashe mengikut batas metode yang
Project PLTU Mulut batubara tambang yang digunakan
Tamban terbentuk

5. W. Sasongko Pemodelan Optimasi Menentukan Menggunakan Memperoleh Perbedaan metode


(2009) Pit Tambang model bukaan metode nilai terbesar optimasi dalam
Terbuka Batubara: tambang dari Incremental dengan menentukan nilai
Pendekatan nilai tertinggi Pit Expansion perbandingan optimal
Incremental Pit yang dan Model nilai NPV tiap
Expansion dan diperoleh Cash Flow model yag
Model Cash Flow dibentuk

6. Hidayatullah Penentuan Pit Limit Menentukan Menggunakan Memperoleh Perbedaan


Sidiq, Idra Penambangan pit limit metode batas tambang penentuan batas
Pusvito Batubara Dengan penambangan algoritma dengan hasil tambang tidak
(2016) Metode Lerchs- batubara yang diberikan menggunakan

4
Grossmann Lerchs dari metode yang software
Menggunakan Grossmann digunakan pemodelan
3DMine Software

7. Arik Rizkia Perancangan Menentukan Menggunakan Membentuk Perbedaan metode


Prinandi (Design) Pit Elf bentuk design metode design pit dengan dalam optimasi
(2014) Tambang Batubara Pt penambangan perhitungan hasil nilai yang penambangan dan
Milargo Indonesia dengan nilai stripping diperoleh dari penentuan bentuk
Mining Desa Sungai SR dan BESR ratio dan perhitungan SR bukaan
Merdeka, Kecamatan yang break even dan BESR
Samboja, Kabupaten ekonomis stripping
Kutai, Kartanegara ratio
Provinsi Kalimantan
Timur

5
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penambangan yang optimal dan ekonomis pada E03 Utara


blok barat yang diperoleh menggunakan metode algoritma Lerchs
Grossmann?
2. Bagaimana menentukan dan merencanakan pit deisgn yang sesuai
dengan pit limit dan yang didapat dari metode algoritma Lerchs
Grossmann?
3. Bagaimana rekomendasi alat gali muat dan alat angkut untuk
penambangan pada E03 Utara blok barat yang optimal?

1.3. Batasan Masalah

Dari dilakukannya penelitian untuk Tugas Akhir ini, adapun batasan


masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Penelitian ini dilakukan di Pit Eagle 03 Utara blok barat PT International


Prima Coal.
 Perhitungan biaya hanya sebatas kegiatan dalam kegiatan gali-muat dan
angkut batubara, tidak memperhitungkan biaya alat support lainnya
dalam kegiatan coal getting.
 Perhitungan faktor keamanan lereng, gradien jalan ramp dan Hauling,
dan biaya – biaya penambangan merupakan data sekunder dari
perusahaan.
 Menghitung nilai produktivitas alat gali, alat muat dan alat angkut
(BCM/Jam) secara teoritis.
 Tidak membahas sequence, pola aliran, dan catchment area.
 Menggunakan alat berat yang ada.
 Harga batubara menggunakan rata – rata HBA tahun 2021.
 Menggunakan nilai USD pada tanggal 23 Desember 2021.

6
 Perhitungan optimasi pit menggunakan metode algoritma Lerchs
Grossmann.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penulisan Tugas Akhir yang dilakukan adalah sebagai


berikut:

1. Menentukan pit limit yang optimal sesuai ekonomi perusahaan


menggunakan pendekatan optimasi software pemodelan tambang dan
metode algoritma Lerchs Grossmann.

2. Menentukan design pit dari hasil optimasi yang dilakukan.

3. Memperhitungkan produktivitas alat gali muat dan alat angkut untuk


E03U blok Barat dan jumlah alat untuk tiap fleet.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan


rekomendasi untuk perancangan dan perencanaan penambangan pada bagian
E03U blok barat, mulai dari design pit sampai dengan kebutuhan alat yang
diperlukan. Beserta dengan perhitungan ekonomi dan optimasi Lerchs
Grossmann yang sudah diperhitungkan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stratigrafi Regional

Pada peta geologi lembar Samarinda skala 1 : 250.000 (S.Supriatna,


Sukardi dan E.Rustandi, 1995), stratigrafi daerah penelitian (Tabel 2.1)
termasuk ke dalam Formasi Balikpapan sebagai formasi pembawa batubara
(coal bearing formation). Berdasarkan kesamaan ciri litologi dan
dominasinya secara horizontal maupun vertikal, pada daerah penelitian
terdapat 3 (tiga) satuan batuan, yaitu :

a. Satuan Batu Lempung Balikpapan


Pola sebaran satuan batuan ini membentuk pola lengkung di bagian
selatan satuan batu lanau Balikpapan dan lateral di bagian utara satuan
batu pasir Balikpapan. Secara morfologi, satuan ini menempati bentuk
lahan perbukitan antiklin menunjam berlereng landai - curam. Ciri
litologi satuan ini adalah batu lempung dengan sisipan batu pasir, batu
lanau dan batubara, yang dapat disebandingkan dengan Formasi
Balikpapan (S.Supriatna dan E.Rustandi, 1995). Batu lempung,
berwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman, masif, umumnya
mengandung karbon dan yang berada di dekat batubara mempunyai
struktur menyerpih dan mengandung pita – pita batubara (coal strings).
Batu pasir: warna coklat keputihan, masif dan ukuran butir pasir halus
– kasar. Batubara : warna hitam, mengkilap, banded, brittle serta roof
dan floor pada beberapa tempat berupa serpih karbonan.

b. Satuan Batu Lanau Balikpapan


Satuan batuan ini terdapat pada bagian selatan satuan batu pasir
Balikpapan dan menempati bentuk lahan perbukitan antiklin menunjam
berlereng landai - curam. Singkapan segar terutama dijumpai pada

8
alur - alur sungai, lereng bukit dan beberapa bagian jalan sepanjang
daerah penelitian. Ciri litologi satuan ini adalah batu lanau dengan
sisipan batu pasir, batu lempung dan batubara, yang dapat
disebandingkan dengan Formasi Balikpapan (S.Supriatna dan
E.Rustandi, 1995). Batu lanau: berwarna abu – abu hingga abu – abu
kehitaman, masif, bagian di dekat batubara mengandung nodul oksida
besi. Batu pasir: warna putih kecoklatan (lapuk), masif, ukuran butir
pasir halus - sedang, subrounded – rounded, kekompakan sedang,
setempat mengandung nodul oksida besi dan dibeberapa tempat
mengandung pita – pita batubara (coal strings).

c. Satuan Batu Pasir Balikpapan


Pola sebaran satuan ini membentuk pola melengkung yang berada di
bagian selatan satuan batu lempung Balikpapan dan bagian utara dari
satuan batu lanau Balikpapan. Satuan ini secara morfologi menempati
bentuk lahan dataran dan perbukitan antiklin menunjam berlereng
landai - curam. Singkapan segar terutama dijumpai pada alur - alur
sungai, lereng bukit dan beberapa bagian jalan sepanjang daerah telitian.
Pola sebaran vertikal satuan ini dicirikan oleh litologi : batu pasir
kuarsa dengan sisipan batu lanau, batu lempung dan batubara yang
dapat disebandingkan dengan Formasi Balikpapan bagian bawah
(S.Supriatna dan E.Rustandi, 1995). Batu pasir, warna putih kecoklatan
(lapuk: coklat kemerahan), ukuran butir pasir halus – kerikil, matrik
kuarsa, semen silika, struktur masif, perlapisan, graded bedding dan
silang-siur serta di beberapa tempat mengandung oksida besi dengan
sisipan batubara (kilap kusam). Batubara : warna hitam, kilap kusam,
pecahan uneven, brittle, setempat mengandung resin serta roof dan floor
pada beberapa tempat berupa lanau karbonan.

9
Tabel 2. 1 Stratigrafi Regional Daerah Samarinda dan Sekitarnya

(S.Supriatna dan E.Rustandi, 1995)

2.2. Struktur Geologi

Kondisi struktur geologi daerah penelitian merupakan daerah lipatan


kompleks yang terjadi pada Cekungan Kutai disebabkan oleh adanya proses
gelinciran akibat gaya gravitasi (gravity sliding) pada batuan dasar yang
mempunyai pastisitasi tinggi akibat adanya pengangkatan Tinggian Kuching
selama jaman Tersier. Struktur geologi yang berkembang di dalam
Cekungan Kutai adalah lipatan dan sesar. Batuan tua seperti Formasi
Pamaluan, Formasi Pulau Balang, dan Formasi Bebuluh umumnya terlipat
cukup kuat dengan kemiringan yang cukup terjal. Sedangkan batuan yang
berumur lebih muda seperti Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung
Baru pada umumnya terlipat lemah, namun di beberapa tempat dekat zona
sesar ada yang terlipat kuat (S.Supriatna dan E.Rustandi, 1995). Dari hal
tersebut batubara yang ada menjadi agak tegak.

10
2.3. Pola Persebaran

Struktur geologi yang berada di lokasi penelitian memiliki antiklin dan


sesar yang mempengaruhi lapisan batubara. Secara umum lapisan batubara
pada pit Eagle 3 memiliki arah strike berkisar antara N 150° E – N 220° E
dengan kemiringan (dip) antara 60° - 85°. Sedangkan pada pit Eagle 1 dan
Eagle 2 lapisan batubara secara umum memiliki strike antara N 10° E – N
45° E dengan kemiringan antara 50° - 88°. Dengan ketebalan batubara yang
mineable pada Eagle 1 berkisar antara 1.5 – 30 m, pada Eagle 2 berkisar
anatara 1.5 – 12 m, dan pada Eagle 3 berkisar antara 1.5 – 7 m. Pola ini
didapat dari hasil pengeboran yang dilakukan PT. Internasional Prima Coal,
hingga saat ini pihak perusahaan terus melakukan eksplorasi lanjutan guna
menambah cadangan yang dimiliki agar umur tambang terus bertambah.
Berikut contoh data pemboran pada Eagle 2 PT. Internasional Prima Coal
yang digambarkan pada Gambar 2.1 :

Sumber: departemen eksplorasi PT. Internasional Prima Coal


Gambar 2. 1 Data Semi-horizontal bor pada Eagle 2

11
2.4. Perencanaan Tambang

Perencanaan Tambang merupakan suatu proses penetapan desain


tambang dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam
menentukan kelayakan rancangan tambang dan tahapan pelaksanaan operasi
penambangan guna mencapai hasil yang telah ditentukan. Suatu
perencanaan yang baik harus ditunjang dengan berbagai unsur yang saling
terkait. Salah satu perencanaan yang sangat menentukan adalah sumber daya
manusia (perencana) yang mampu memperkirakan kemungkinan dan cara
mengantisipasi masalah baik dari aspek geoteknik, keekonomian,
keselamatan dan kesehatan kerja, konservasi dan lingkungan (PPSDM,
2017). Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan tambang adalah
desain bukaan tambang dimana tahapan ini dilakukan setelah tahap
eksplorasi dan studi konseptual diadakan. Faktor teknis merupakan hal yang
harus diperhatikan dalam proses perencanaan agar suatu rencana dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dapat
disimpulkan bahwa faktor tersebut berkaitan dengan batas akhir
penambangan (ultimate pit limit), geometri jalan, dan dimensi jenjang, serta
striping ratio (SR).

Perencanaan ini guna menyusun strategi dan juga teknis dalam


penambangan yang akan dilaksanakan kelak. Dan juga persiapan bila yang
direncanakan tidak sesuai dengan realita yang berada di lapangan, dapat
disebabkan oleh faktor cuaca maupun faktor dari alat dan pekerja yang
sedang bertugas. Maka dari itu disusunlah perencanaan jangka pendek dan
jangka panjang.

Tiga aspek penting dalam perencanaan tambang adalah penentuan


batas penambangan, tahapan penambangan, dan penjadwalan produksi.
Hasil yang diperoleh adalah jumlah cadangan serta distribusi ton mineral
yang akan direncanakan, besar produksi dan tahapan penambangannya.
Tingkat produksi yang direncanakan akan menentukan jumlah peralatan dan
tenaga kerja yang dibutuhkan (Hustrulid, 2013).

12
2.5. Perancangan (Design) Tambang

Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan


kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sarana
kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan tambang yang akan dilaksanakan.
Perancangan juga dikenal sebagai rancangan tambang (mine design) yang
mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada perencanaan
tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah terperinci. Pada
umumnya ada dua tingkat rancangan, yaitu rancangan konsep (conceptual
design) dan rancangan rekayasa atau rekacipta (engineering design).
(Maryanto 2013)

Perancangan tambang merupakan bagian dari perencanaan tambang


yang berkaitan dengan masalah geometrik, termasuk juga dalam
perancangan urutan (sequence) penambangan. Proses perencanaan yang
tidak berkaitan dengan masalah geometrik meliputi penjadwalan produksi,
kebutuhan alat dan tenaga kerja, perkiraan biaya kapital dan biaya operasi.
(Hustrulid, 2013). Parameter yang perlu diperhitungkan dalam pembuatan
rancangan suatu tambang yang akan dibentuk antara lain pit limit, geometri
jenjang lereng dan jalan angkut, nilai stripping ratio dan kondisi hidrologi
dan hidrogeologi.

2.6. Batas Penambangan (Pit Limit)

Batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang masih
diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman. Metode untuk
merancang sebuah batas tambang terbuka (ultimate open pit) dapat
dibedakan oleh beberapa hal yaitu ukuran deposit, kuantitas dan kualitas
data, kemampuan analisis, dan asumsi dari seorang engineer tersebut
(Rifandy, dkk, 2018).
Menurut Rahmi dan Dedi (2019) perencanaan tambang diawali dari
didapatkannya data utama sebagai masukan seperti data geologi, kualitas
bijih, geoteknik, infrastruktur, metalurgi, dan pemasaran. Berikutnya dengan
petunjuk dan batasan dari bagian manajemen perusahaan tambang

13
dikembangkan desain penambangan kemudian rancangan penambangan
(geometri bukaan tambang) dimana didalamnya terdapat produksi alat dan
penjadwalan produksi.
Langkah pertama untuk perencanaan jangka panjang atau pendek
adalah menentukan batas dari tambang (baik terbuka maupun bawah tanah).
Batas ini menunjukkan jumlah batubara yang dapat ditambang, dan jumlah
material buangan (overburden) yang harus dipindahkan selama operasi
penambangan berlangsung. Ukuran, geometri, dan lokasi dari tambang
utama sangat penting dalam perencanaan tempat penimbunan tanah penutup
(overburden), jalan masuk, stockpile, dan semua fasilitas lain pada tambang
tersebut. Pengetahuan tambahan dari rancangan batas tambang juga berguna
dalam membantu pekerjaan eksplorasi mendatang (Waterman, 2018).
Perancangan pit merupakan proses pemodelan bentuk akhir tambang dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan penyebaran endapan sampai dengan pit
limit. Batas akhir penambangan (pit limit) merupakan batas wilayah layak
tambang dari cadangan. Pit limit penambangan menentukan seberapa besar
cadangan batuan yang akan ditambang. Penentuan batas akhir dari pit
penambangan sudah termasuk dalam memperhitungkan waktu dan biaya. Pit
limit adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang
berdasarkan pertimbangan geoteknik masih diperbolehkan dengan
kemiringan dan sudut lereng tertentu.
Seperti yang dijelaskan mengenai keuntungan dapat dihitung dengan
perhitungan SR (Stripping Ratio). Stripping Ratio sendiri merupakan
perbandingan banyaknya batubara dan jumlah lapisan penutup yang harus
dipindahkan untuk memperoleh per-ton coal sesuai dengan metode
penambangan. Perhitungan SR ini kemudian dihitung dengan pendekatan
BESR (Break Even Stripping Ratio), geometri lereng penambangan, kondisi
topografi dan geologi. Ukuran dan bentuk pit itu sendiri tergantung pada
faktor ekonomi dan desain atau kendala produksi. Dengan kenaikan harga
material galian, lubang bukaan tambang akan membesar dengan asumsi
semua faktor lainnya tetap konstan (Hustrulid, 2013).

14
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙/𝑡𝑜𝑛 −𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛/𝑡𝑜𝑛
𝐵𝐸𝑆𝑅 = .............. Persamaan 1
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑝𝑠𝑎𝑛 𝑂𝐵

𝐵𝐴𝐿𝐴𝑁𝐶𝐸 −𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑆𝑅 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑝𝑠𝑎𝑛 𝑂𝐵 ................................. Persamaan 2

Dasar pit atau bench paling bawah pada pit limit disebut juga pit
bottom. Kedalaman pit bottom berpengaruh pada kemantapan lereng.
Semakin kedalam pit bottom, maka semakin riskan juga keadaan lerengnya.
Lebar dari pit bottom disesuaikan dengan alat gali muat dan alat angkut yang
digunakan. Tujuannya untuk memberikan ruang bagi alat agar dapat
beroperasi secara maksimal. Tidak ada persamaan atau ketentuan baku
dalam menentukan kedalaman dan lebar pit bottom. Lebar pit bottom juga
dapat dipengaruhi oleh bentuk dari endapan batuan. Pit limit juga dapat
dipengaruhi oleh perubahan stripping ratio, naiknya biaya produksi dan
pengangkutan, nilai mineral yang ditambang, ukuran deposit serta target
produksi (Waterman, 2018).

2.7. Optimasi Penambangan

Dalam penentuan batas akhir dari suatu proses kegiatan penambangan


sangatlah diperlukan. Istilah dari perancangan tambang biasanya dimaksud
dengan bagian dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan
geometeri, perancangan batas akhir, kemajuan tambang, urutan
penambangan bulanan ataupun tahunan, dan penjadwalan produksi.
Sedangkan aspek perencanaan tambang tidak berkaitan dengan masalah
tersebut, seperti perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja, perkiraan
biaya kapital dan biaya operasi. Penentuan batas akhir sendiri diperlukan
untuk memaksimalkan nilai bersih dari total cadangan yang berada ditempat
tersebut. Metode yang sering digunakan dalam penentuan tersebut antara
lain metode kerucut mengambang (Floating Cone) dan metode Lerchs
Grossmann (Waterman, 2018).

15
Optimasi pit didefinisikan sebagai suatu istilah yang sering digunakan
dalam artian untuk menentukan batas bukaan yang paling optimal untuk
memperoleh bahan galian yang dibatasi oleh kondisi tambang dan ekonomi
(Bristol, 2006). Optimasi pit sendiri bertujuan untuk menentukan bentuk pit
yang paling memungkin memperoleh total nilai terbesar yang tertuju pada
kebutuhan akan kondisi lereng. Optimasi pit ini bekerja pada model blok
bijih atau deposit yang akan ditambang dan material disekitarnya. Model
blok yang dipilih hanya sebagian blok yang benar-benar yang berisikan
material dengan kualitas yang cukup baik untuk membuat mereka berharga
untuk ditambang. Untuk mencerminkan informasi ini setiap blok harus
diberi nilai. Dimana nilai ini harus bernilai positif untuk setiap blok bijih
yang dapat ditambang dan dapat dihitung sebagai harga jual dengan
dikurangi biaya penambangan dan biaya penggalian. Untuk blok limbah dan
blok udara, nilai ini akan menjadi nol atau nilai negatif yang mewakili biaya
penambangan blok itu sendiri. (Bristol, 2006).

Lerchs dan Grossmann menulis sebuah jurnal mengenai “Optimasi


Desain Tambang Terbuka” pada tahun 1965, dengan metode numerik 2D
dan 3D. Pada dasarnya penentuan batas penambangan yang optimum
menggunakan penampang 2D yang cukup mudah dilakukan. Asumsi dasar
nilai ekonomi tiap blok diketahui atau dapat dihitung, sudut lereng
keseluruhan diberikan sebagai masukan. Tujuannya untuk memaksimalkan
keuntungan total (nilai material yang ditambang dikurangin dengan ongkos
penambangan). Bila ukuran blok dalam model sudah dapat dipastikan,
tentukanlah jumlah blok ke atas dan ke bawah untuk setiap blok pada
penampang yang paling mendekati sudut lereng. Jika ukuran blok dapat
diatur maka pilihlah rupa sehingga geometri ukuran blok sesuai dengan
sudut lereng (Waterman, 2018), dengan algoritma sebagai berikut:

a. Hitung nilai ekonomik tiap blok yaitu pendapatan nilai jual dikurangi dengan
ongkos penambangan blok tersebut, ongkos pengolahan dan ongkos G&A
(general & administrative cost = overhead). Nilai ekonomik ini kita sebut
dengan nilai pertama dari blok atau mij. Pada penampang blok (i,j) terletak
pada baris i dan kolom j.

16
b. Hitung jumlah nilai ekonomik dari tiap blok yang berada satu kolom dengan
blok (i,j). kita definisikan sebagai nilai kedua dari blok atau Mij.
𝑖
Mij = ∑ 𝑚𝑘𝑗 ............................................................... Persamaan 3
𝑘=1

c. Pada penampang kita tambahkan baris 0, lalu hitung nilai ketiga blok atau
Pij sebagai berikut
P0j = 0

Kemudian untuk setiap kolomnya:

Pij = Mij + max (Pi+kj-1) untuk K = -1,0,1 ...................... Persamaan 4

Pi−1 , j − 1
Atau Pij = Mij + max { Pi , j − 1 ........................................ Persamaan 5
Pi+1 , j − 1

d. Beri tanda panah untuk menandai nilai maksimum dari blok (i,j) ke blok
(i+k,j-1). Tanda panah tersebut harus memiliki arah dari kanan ke kiri.
i. Untuk kolom pertama (j=1), buatlah Pij = Mij
ii. Pij mewakili nilai terbesar yang diperoleh daru penambangan blok
(i,j) dan semua blok diatasnya, serta blok – blok disebelah kirinya
yang telah ditandai oleh tanda panah.

e. Pilihlah jalur optimal yang akan menandai kontur permukaan tambang atau
batas penambangan dengan mencari kolom j yang memiliki nilai Pij positif
terbesar dipermukaan (baris pertama).
i. Kontur batas penambangan akan diperoleh dengan mengikuti arah
anak panak dari kanan ke kiri, mulai dari blok ini.
ii. Nilai nilai Pij dipermukaan (baris 1) semua negatif, berarti tidak ada
blok yang ekonomik untuk ditambang pada penambang yang
bersangkutan.

17
Studi kasus perancangan batas penambangan dengan metode Lerchs-
Grossmann

Diketahui:

NSR (net smelter return) dari

Blok waste = - $ 4.000

Blok coal = $ 16.000 - $ 4.000

= $ 12.000

Gambar 2. 2 kerangka metode metode algoritma Lerchs Grossmann 2D


Pada gambar 2.4 menunjukan kondisi penampakan dari gambaran
lapisan cadangan yang diimplimentasikan kedalam bentuk 2D, untuk
menunjukan mana blok yang mengandung cadangan dan yang mengandung
limbah. Untuk penomoran blok itu sendiri menggunakan i, j yang dimana
sesuai dengan nomenklatur yang digunakan oleh Lerchs dan Grossmann.
Lambang i mengacu pada baris dan untuk lambang j mengacu pada kolom.
Pergerakan blok dimulai dari atas ke bawah (Hustrulid, 2013). Yang
ditunjukan pada table 2.5 berikut.

18
Gambar 2. 3 prosedur Nomenklatur Lerchs Grossmann
Langkah 1 : hitung keuntungan kumulatif setiap kolomnya dari atas
kebawah. Setiap kolom independen terhadap kolom lainnya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan j = 6

Tabel 2. 2 Perhitungan kumulatif kolom 6

Rumus yang digunakan adalah :

Mij = ∑ik=1 Mk.j ............................................................... Persamaan 6

19
Langkah 2 : Tambahkan kolom i = 0 bernilai nol

Gambar 2. 4 Penambahan kolom bernilai nol


P06 , 0
Langkah 3 : P1,7 = M1,7 + max { 16 , 20 ........................................ Persamaan 7
P
P26 , 32

 Isi nilai – nilai dari kiri ke kanan


 Kemudian berilah tanda panah dari kanan ke kiri (menunjuk nilai terbesar)

Gambar 2. 5 Penjumlahan kolom 7

P06 , 0
P1,7 = M1,7 + max { 16 , 20 ................................................. Persamaan 8
P
P26 , 32

P15= 12 + 32 = 44

P16 = 12 + 8 = 20

P15 = 8 + 0 =8

20
Langkah 4 : Pilih jalur optimal dibaris perama Pi,j positif terbesar

Gambar 2. 6 Penjumlahan dari semua bagian

Dari gambar 2.8 menunjukan dari hasil ketika proses penjumlahan


yang telah selesai. Pit yang optimal adalah yang memiliki nilai kumulatif
paling maksimum. Untuk menentukan nilai tersebut yakni dengan cara
berpindah dari kanan ke kiri sepanjang baris pertama sampai dengan nilai
yang terbesar telah ditemukan. Lalu panah diikuti di sekitarnya untuk
memberikan kerangka pit yang optimal pada bagian tersebut.

Langkah 5 : Dari gambar 2.8 didapatkan nilai paling besar dibaris pertama
sebesar 108, nilai tersebut dipilih dari nilai profit yang terbesar.
Serta blok tersebut menjadi batas pit yang optimal dengan
dilapiskan pada model blok. Bentuk pit dengan batas tersebut.

Gambar 2. 7 Pembuatan bentuk pit yang optimal

21
Langkah 6 : Melakukan perhitungan untuk menentukan profit yang diperoleh
dari model blok yang dibuat pada gambar 2.9

Diketahui :

Net value = 108 x $ 1.000 = $ 108.000

Misal 1 blok = 10.000 ton/blok

Total ton = 36 blok x 10.000 ton/blok = 360.000 ton

Ton coal = 20 blok x 10.000 ton/blok = 200.000 ton

Ton waste = 16 blok x 10.000 ton/blok = 160.000 ton


160.000 ton
𝑆𝑅 = 200.000 ton = 0,8

$ 108.000
Profitabilitas rata – rata per ton = 360.000 ton = $ 0,30/ton

2.8. Geometri Jenjang

Dalam pembuatan lereng dibutuhkan geometri jenjang untuk


menunjang penambangan agar tetap aman. Geometri jenjang terdiri dari
tinggi jenjang, sudut lereng, jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang
penangkap. Geometri jenjang dibuat berdasarkan geoteknik dengan faktor
keamanan yang memumpuni. Dari jenjang tersebut selain aman haruslah
memenuhi kebutuhan lebar dan panjang alat yang beroperasi dan saling
menyesuaikan. Komponen dasar pada tambang terbuka adalah jenjang
(Waterman, 2018).

a. Crest dan Toe


Hal ini merupakan dasar dalam pembuatan jenjang, dimana
membutuhkan 2 komponen yaitu pucuk jenjang atau crest dan juga kaki dari
jenjang yaitu toe, seperti gambar 2.8 berikut.

22
Gambar 2. 8 Bagian - Bagian Jenjang

b. Jenjang Kerja (Working Bench)


Jenjang kerja merupakan bagian jenjang untuk tempat alat akan
beroperasi pada kegiatan penambangan berlangsung. Dari keterangan yang
ada digambar 2.9 yaitu ada safety bench (SB) dan juga working bench (WB),
dan terdapat blok hitam yang dimaksud adalah galian yang diambil (cut).

Gambar 2. 9 Working Bench dan Safety Bench

c. Jenjang Penangkap (Catch Bench)


Jenjang penangkap berada diantara jenjang utama yang dibuat untuk
menangkap material yang jatuh atau pun runtuh dari jenjang yang berada
diatasnya. Dari keterangan gambar 2.10 dibutuhkan CB (catch bench) yang

23
bertujuan menangkap material dan cut merupakan material yang lepas dan
dapat menyebabkan longsor.

Gambar 2. 10 Catch Bench

d. Geometri Jenjang Penangkap


Jenjang penangkap bertujuan untuk menangkap bila jenjang diatasnya
terjadi longsoran untuk menghindari longsor lanjutan yang nantinya akan
mengganggu proses penambangan. Dari gambar 2.11 ada keterangan yaitu
angle of repose (α), berm yang bertujuan untuk penangkap, WB (berm
height) yaitu tinggi penangkap, BH (bench height) tinggi dari jenjang, Wm
yaitu minimum lebar jenjang, dan Z (impact zone) area yang terkena dampak
dari material lepas.

Gambar 2. 11 Geometri jenjang penangkap

24
e. Pit Slope Geometry
Pit slope geometry disebut juga geometri kemiringan dari front
penambangan. Face angle adalah sudut lereng jenjang tunggal. Dari gambar
2.12 keterangannya adalah α untuk sudut kemiringan, C (crest), dan T (toe).

Gambar 2. 12 Face Angle

2.9. Sudut Lereng InterRamp dan Overall

Sudut lereng antar jalan (inter-ramp slope angle) merupakan sudut


lereng gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut, hasil inilah
yang ditemukan oleh beberapa ahli geoteknik sewaktu menetapkan sudut
lereng jenjang tunggal dan lebar janjang penangkap. Sudut lereng
keseluruhan (overall slope angle) adalah sudut yang sebenarnya dari dinding
pit keseluruhan, dengan memperhitungkan jalan angkut, jenjang penangkap
dan pit wall (Hustrulid, 2013).

a. Overall Slope Angle

Merupakan sudut kemiringan keseluruhan jenjang yang dibuat pada


front penambangan, kemiringan yang diukur dari crest paling atas sampai
dengan toe paling akhir dari front.

25
Gambar 2. 13 Overall Slope Angle

b. Overall Slope Angle with Ramp


Merupakan sudut kemiringan keseluruhan jenjang yang dihitung bila
ada ramp pada lereng tersebut.

Gambar 2. 14 Overall Slope Angle with Ramp

c. Interramp Slope Angle


Merupakan sudut yang berada diantara ramp yang diukur dari crest
sampai dengan toe pada ramp.

26
Gambar 2. 15 Interramp Slope Angle

d. Overall Slope Angle With Working Bench


Pada jenjang kerja dan beberapa jenjang lain diukur dari crest sampai
toe.

Gambar 2. 16 Overall Slope with Working Bench

e. Interramp Slope Angle dengan Satu Working Bench


Merupakan sudut yang berada diantara working bench yang diukur
dari crest sampai dengan toe pada working bench.

27
Gambar 2. 17 Interramp Slope Angle dengan Satu Working Bench

f. Overall Slope Angle dengan Working Bench dan Ramp


Kemiringan berikut terhitung apabila ada working bench dan ramp
pada suatu jenjang.

Gambar 2. 18 Overall Slope Angle dengan Working Bench dan Ramp

g. Interramp Slope Angle dengan Working Bench dan Ramp


Sudut yang terhitung antara working bench dan juga ramp yang ada
pada suatu jenjang.

28
Gambar 2. 19 Interramp Slope Angle dengan Working Bench dan Ramp

h. Overall Slope Angle dengan Dua Working Bench


Lereng ini terhitung bila terdapat 2 bench yang dimana sedang adanya
pengerjaan. Pada keterangan ditulis θ overall dengan 2 WB, WB yaitu
working bench 1 dan 2, dan Sh shovel ground 1 dan 2.

Gambar 2. 20 Overall Slope Angle dengan dua Working Bench

2.10. Geometri Jalan Tambang

Keadaan jalan, jarak, kemiringan jalan, dan daya dukung jalan akan
sangat mempengaruhi produksi dari alat berat, terutama kemampuan dari
produksi alat angkut yang akan beroperasi. Sehingga sebelum dilaksanakan
suatu pekerjaan penggalian tanah atau pekerjaan yang menggunakan alat

29
berat diperlukan untuk mengetahui keadaan area kerja yang akan
dilaksanakan. Yang kaitannya antara lain dengan topografi dan struktur
geologi daerah tersebut, karena hal tersebut yang sangat berkaitan dengan
penentuan kemiringan jalan dan daya dukung jalan.

Dalam perhitungan untuk geometri jalan tambang ada beberapa aspek


yang diperhitungkan, guna memaksimalkan waktu untuk mendapatkan
produksi yang optimal dalam. Dengan adanya rancangan teknis untuk jalan
tambang yang sesuai dengan karakteristik alat, maka dapat diharapkan
fungsi dan umur jalan dapat maksimum. Selain kapasitas yang
diperhitungkan, kecepatan alat juga memiliki pengaruh dalam perancangan
teknis jalan tambang yaitu pada tikungan dan jarak pandang. Ada beberapa
geometri yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk menunjang kelancaran
dalam operasi pengangkutan antara lain (Indonesianto, 2015):

a. Lebar Jalan Tambang


 Lebar Jalan Lurus
Penentuan lebar jalan minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
Rule of Thumb yang dikemukakan Aasho Manual Rural High-way Design:
Lmin = n . Wt + (n + 1)(0,5 . Wt) ................................... Persamaan 9

Dengan:

Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m)

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar alat angkut total (m)

Perumusan diatas digunakan untuk lebar jalan dua jalur, nilai 0.5
diartikan sebagai lebar terbesar dari alat angkut yang digunakan dari ukuran
aman masing – masing kendaraan di tepi kiri – kanan jalan. Untuk jelasnya
bisa dilihat pada gambar 2.21 berikut.

30
Sumber: Awang Suwandhi, (2004)

Gambar 2. 21 Lebar Jalan Minimum

 Lebar Jalan pada Tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar
jalan lurus yang digambarkan pada gambar 2.24 berikut ini. Untuk jalur
ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada:
- Lebar jejak ban alat angkut.
- Lebar juntai alat angkut bagian depan dan belakang saat membelok
- Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan
- Jarak alat angkut dengan tepi jalan

Sumber: Awang Suwandhi, (2004)

Gambar 2. 22 Lebar Jalan Tikungan

31
Lebar jalan angkut pada tikungan dihitung dengan rumus:

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ....................................... Persamaan 10
1
C = Z = 2 (U + Fa + Fb ) .............................................. Persamaan 11

Dengan:

W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)

n = Jumlah jalur

U = Jarak jejak roda kendaraan (m)

Fa = Lebar juntai depan (m)

Fb = Lebar juntai belakang (m)

C = Jarak antara dua alat angkut yang akan bersimpangan (m)

Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)

2.11. Produktivitas Alat Gali Muat

Produktivitas alat gali-muat adalah kemampuan alat gali-muat dalam


melakukan kegiatan produksi (dinyatakan dalam satuan volume atau berat
per satuan waktu) secara efektif dan efisien dengan sistem yang ditetapkan.
Produksi alat gali-muat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu
edar (cycle time), kapasitas bucket, kondisi front penambangan, dan jenis
material yang digali. Produksi alat gali-muat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Komatsu, 2013).
3600
𝑄 = 𝑞𝐿 𝑥 𝑘 𝑥 𝑆𝐹 𝑥 𝐸𝐾 ........................................... Persamaan 12
𝐶𝑡

Keterangan:

Q : Produksi alat gali-muat (bcm/jam)

qL : Kapasitas bucket (m3)

k : Fill factor (%)

Ct : Cycle time alat gali-muat (detik)

32
SF : Swell factor

EK : Efisiensi kerja (%)

2.12. Produktivitas Alat Angkut

Produktivitas alat angkut adalah kemampuan alat tersebut melakukan


kegiatan produksi (dinyatakan dalam satuan volume atau berat per satuan
waktu) secara efektif dan efisien dengan sistem yang ditetapkan. Produksi
alat angkut dipengaruhi oleh kondisi jalan angkut yang dilintasi, spesifikasi
alat angkut, spesifikasi alat gali-muat yang mengisi materialnya, dan
efisiensi kerja. Produksi alat gali-muat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut (Komatsu, 2013).
60
𝑄 = 𝑛 𝑥 𝑞𝐿 𝑥 𝑘 𝑥 𝑆𝐹 𝑥 𝐸𝐾 ........................................ Persamaan 13
𝐶𝑡

Keterangan:

Q : Produksi alat angkut (bcm/jam)

n : Jumlah curah isian alat gali-muat

qL : Kapasitas bucket (m3)

k : Fill factor (%)

Ct : Cycle time alat angkut (menit)

SF : Swell factor

EK : Efisiensi kerja (%)

2.13. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat

Faktor yang memengaruhi produksi alat gali-muat dan alat angkut


ialah segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kinerja alat. Berikut
merupakan faktor yang dapat memengaruhi produksi alat gali-muat dan alat
angkut (Indonesianto, 2005).

33
a. Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja akan berpengaruh terhadap penggunaan alat
mekanis, seperti alat gali-muat dan alat angkut yang bisa menghambat untuk
melakukan kegiatan produksi. Maka dari itu perlu dilakukan kegiatan
perawatan dan pengontrolan area harus dilakukan secara rutin dan berkala
agar tidak menghambat kegiatan produksi.

b. Faktor Ketersediaan Penggunaan Alat


Ada beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan peralatan
sesungguhnya dan efektifitas pengoperasiannya dengan memperhatikan
beberapa komponen seperti hours worked (waktu kerja efektif alat), repair
hours (waktu untuk perbaikan alat), standby hours (waktu saat alat sedang
tidak beroperasi).
Hours worked (waktu kerja efektif alat) dimulai saat jam operasi dan
alat tersebut berada dalam operable (siap dipakai untuk beroperasi).
Besarnya hours worked ini termasuk delay time. Adapun komponen yang
terdapat dalam delay time menurut Indonesianto, 2005, meliputi antara lain:
1) Kehilangan waktu saat dari tempat kerja maupun menuju tempat
kerja
2) Moving time.
3) Waktu untuk lubrikasi, pengisian bensin dan pemeliharaan alat
4) Kehilangan waktu dikarenakan kondisi cuaca.
5) Waktu-waktu untuk safety meeting.
6) Dan lain sebagainya.
Delay time dimasukkan pada worked hours, sebab delay time
merupakan suatu kesatuan dari operasi itu sendiri. Dalam hal-hal
tertentu, delay time yang terjadi relatif singkat dan alat siap dipekerjakan.
Berikut merupakan yang menunjukkan performa keadaan peralatan
sesungguhnya dan efektifitas pengoperasiannya (Indonesianto, 2005).
a. Mechanical Availability (MA)
Mechanical availability adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi
peralatan yang sesungguhnya dari alat yang dipergunakan akibat waktu yang

34
hilang dikarenakan kerusakan alat. Besarnya MA dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝑊
𝑀𝐴 = 𝑥 100% ....................................................... Persamaan 14
𝑊+ 𝑅

Keterangan:

MA : Mechanical Availability (%)

W : Hours Worked (jam)

R : Repair Hours (jam)

b. Physical Availability (PA)


Physical availability adalah catatan ketersediaan mengenai keadaan
fisik dari alat yang sedang dipergunakan. Besarnya PA dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝑊+𝑆
𝑃𝐴 = 𝑥 100% ..................................................... Persamaan 15
𝑊+𝑆+𝑅

Keterangan:

PA : Physical Availability (%)

W : Hours Worked (jam)

S : Standby Hours (jam)

R : Repair Hours (jam)

c. Utilization of Availability (UA)


Use of availability merupakan besarnya persentase dari waktu yang
sebenarnya dari alat tersebut bekerja. Dari used of availability dapat
diketahui apakah suatu pekerjaan operasi berjalan dengan efisien atau tidak
dan apakah pengelolaan alat berjalan dengan baik atau tidak. Besarnya UA
dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝑊
𝑈𝐴 = 𝑊+𝑆
𝑥 100% ........................................................ Persamaan 16

35
Keterangan:

UA : Utilization of Availability (%)

W : Hours Worked (jam)

S : Standby Hours (jam)

d. Effective Utilization (EU)


Effective utilization merupakan cara untuk menunjukkan berapa persen
dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk efektif
bekerja. Besarnya EU dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut.
𝑊
𝐸𝑈 = 𝑥 100% .................................................... Persamaan 17
𝑊+𝑆+𝑅

Keterangan:

UA : Utilization of Availability (%)

W : Hours Worked (jam)

S : Standby Hours (jam)

R : Repair Hours (jam)

c. Cycle Time

Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang ditempuh oleh alat
untuk melakukan satu kali pekerjaan, dimana waktu edar alat muat dimulai
dari saat menggali pada posisi mulai menggali kembali. Sedangkan waktu
edar alat angkut diawali dengan proses pemuatan (loading) oleh alat muat
sampai pada saat posisi dimuat kembali (Irfan, 2021).

Berikut merupakan rumus untuk menghitung waktu edar alat:

a. Waktu edar alat muat

CT = dinging t. + swing time f. + dumping t. + swing time e.


.................................................................................................. Persamaan 18

36
b. Waktu edar alat angkut

CT = loading t. + hauling time f. + dumping t. + hauling time e.


.................................................................................................. Persamaan 19

d. Swell Factor

Pengembangan volume atau suatu material yang telah digali dari


tempatnya, material diperoleh dalam keadaan padat dan terkonsolidasi
dengan baik. Sehingga sedikit bagian – bagian kosong (void) yang terisi
udara di antara butir – butirnya. Bila material digali dari tempat aslinya maka
terjadi pengembangan volume (swell) untuk menyatakannya dikenal dengan
istilah faktor pengembangan (Swell factor) dan persen pengembangan
(Percent swell) (Hustrulid, 2013).

Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, dikarenakan


untuk perhitungan pada penggalian selalu didasarkan pada kondisi material
sebelum digali, yang dinyatakan dengan:

a. Keadaan asli (Bank condition), dimana keadaan tersebut masih asli


atau belum tersentuh oleh apapun yang menyatu dengan alam.

b. Keadaan gembur (Loose condition), yaitu tanah yang telah diambil


dan mengalami pengembangan, besar dari pengembangan tersebut
tergantung dari faktor kembang tanah dan jenis tanah tersebut.

c. Keadaan padat (compact), merupakan keadaan tanah setelah


ditimbun kembali dan dipadatkan, volume tanah tersebut bisa lebih besar
maupun lebih kecil tergantung dari usaha pemadatannya.

Pada tabel 2.3 dapat dilihat untuk beberapa material untuk menentukan
perbandingan swell factor.

37
Tabel 2. 3 Swell Factor

Spesific Weight density Percent


Fill Disabilit
Rock gravity Swell swell
Ibs/bcy Ibs/lcy ability y
(bank) (5%)
Asbestos ore 1.90 3200 2885 1.40 0.71 0.85 M
Basalt 2.95 50000 3125 1.60 0.62 0.80 H
Bauxite 1.90 3200 2370 1.35 0.74 0.90 M
Chalk 1.85 3100 2384 1.30 0.76 0.90 M
Clay (dry) 1.40 2400 1920 1.25 0.80 0.85 M
Clay (light) 1.65 2800 2153 1.30 0.76 0.85 M
Clay (heavy) 2.10 3600 2666 1.35 0.74 0.80 M-H
Clay and gravel (dry) 1.50 2500 1923 1.30 0.76 0.85 M
Clay and gravel (wet) 1.80 3000 2222 1.35 0.74 0.80 M-H
Coal (anthracite) 1.60 2700 2000 1.35 0.74 0.90 M
Coal (bituminous) 1.25 2100 1555 1.35 0.74 0.90 M
Coal (lignite) 1.00 1700 1307 1.30 0.76 0.90 M
Copper ore (low-grade) 2.55 4300 2866 1.50 0.66 0.85 M-H
Copper ores (high-grade) 3.20 5400 3375 1.30 0.62 0.80 H
Earth (dry) 1.65 2800 2153 1.30 0.76 0.95 E
Earth (wet) 2.00 3400 2615 1.55 0.76 0.90 M
Granite 2.41 4000 2580 1.25 0.64 0.80 H
Gravel (dry) 1.80 3000 2400 1.25 0.80 1.00 E
Gravel (wet) 2.10 3600 2880 1.50 0.80 1.00 E
Gypsum 2.80 4700 3133 1.40 0.66 0.85 M-H
Limenite 3.20 5400 3857 1.40 0.71 0.85 M
Iron ore 40% Fe 2.65 4500 3214 1.45 0.71 0.80 M-H
Iron ore -40% Fe 2.95 5000 3448 1.55 0.68 0.80 M-H
Iron ore -60% Fe 3.85 6500 4193 1.65 0.64 0.75 H
Iron ore (taconite) 4.75 8000 4848 1.60 0.60 0.75 H
Limestone (hard) 2.60 4400 2750 1.50 0.62 0.80 M-H
Limestone (soft) 2.20 3700 2466 1.45 0.66 0.85 M-H
Manganese ore 3.10 5200 3386 1.50 0.68 0.85 M-H
Phosphate rock 2.00 3400 2266 1.15 0.66 0.55 M-H
Sand (dry) 2.00 2900 2521 1.15 0.86 1.00 E
Sand (wet)) 2.00 3400 2956 1.15 0.86 1.00 E
Sand and Gravel (dry) 1.95 3800 3304 1.15 0.86 1.00 E
Sandstone (pourous) 2.50 4200 2625 1.60 0.62 0.80 M
Sandstone (cemented) 2.65 4500 2821 1.60 0.62 0.80 M-H
Shales 2.35 4000 2758 1.45 0.68 0.80 M-H

Sumber : Hustrulid, 2013

e. Fill Factor

Faktor pengisian mangkuk diartikan dengan perbandingan antara


volume material yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap bucket

38
teoritis dan dinyatakan dalam persenan (Komatsu, 2013). Untuk lebih lanjut
dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2. 4 Rata - rata fill factor berdasarkan kapasitas

Fill Factor Range (Percent of


Material
heaped bucket capaciry)
Moist Loam or Sand Clay A = 100 - 110%
Sand and Gravel B = 95 - 110%
Hard, Tough Clay C = 80 - 90%
Rock - Well Blasted 60 - 75%
Rock - Poorly Blasted 40 - 50%

f. Faktor Efisiensi

Faktor efisiensi merupakan faktor koreksi untuk kerja alat dengan


melihat kondisi lapangan yang ada. Faktor efisiensi dapat dilihat dari faktor
kerja alat, faktor efisiensi waktu edar, faktor efisiensi operator, dan banyak
faktor lainnya (Tanrianjeng, 1987). Untuk faktor efisiensi tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Faktor Efisiensi

Kondisi Operasi Efisiensi Kerja

Baik 0,83
Normal 0,75
Kurang Baik 0,67
Buruk 0,58
Sumber: Tanriadjeng, 1987

g. Match Factor (Faktor Keserasian Kerja)

Match factor dihitung untuk mengetahui jumlah dari alat muat dan alat
angkut apakah cocok atau tidak. Secara perhitungan teoritis, produktivitas
dari alat gali muat haruslah sama dengan produktivitas alat angkutnya,

39
sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali muat memiliki nilai
satu (Indonesianto, 2008) yaitu:

n x nH x cL
MF = ............................................................... Persamaan 20
nL x cH

Keterangan:

MF : Match Factor

n : Banyak pengisian

nH : Jumlah alat angkut

cL : Waktu edar alat muat

nL : Jumlah alat muat

cH : Waktu edar alat angkut

Dengan ketentuan MF=1 (serasi antara alat gali muat 100% atau
mendekati 100%), MF >1 (alat muat bekerja penuh, alat angkut mempunyai
waktu tunggu), dan MF <1 (alat angkut bekerja penuh, alat muat mempunyai
waktu tunggu).

2.14. Tafsir Ayat Al – Qur’an Terhadap Penelitian

Al – Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat muslim, dan ayat


yang dijadikan dasar untuk penelitian ini adalah ayat yang membahas
mengenai perencanaan yang tiap manusia harus lakukan untuk kehidupan
kedepannya. Ayat yang digunakan yaitu:

Surat Al-Hashr ayat 18

‫َي َونقمَٰ ََ يَُمَٰ َ ن يَْذَّي ََهييَا يٰٓي‬ ‫ف يْ ذظ ي ذَ م‬


‫ت ذل ه‬ َ ‫د نُي ٌي ذس‬
‫( ي ي ِغت ْيتن يُ ذ‬١٨) َْٰ‫َونقم ي‬
‫َي‬‫َي ََّ نيا ه‬‫و ي ذن يبلم ذٰاي ََّمي يبي يٌ يري َذل ه‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

40
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa alangkah baiknya manusia


memiliki suatu rencana untuk kedepannya (kehidupan) yang matang karena
segala macam perbuatan yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan
dikemudian hari, hal buruk maupun baik dan disengaja maupun tidak. Pada
penelitian ini memiliki acuan terhadap Surat Al-Hashr ayat 18 dimana
melakukan perencanaan tambang yang memperhatikan segala macam aspek
mulai dari rencana yang disusun dari parameter ekonomi yang dipergunakan
dan juga parameter pembuatan pit design. Sampai dengan managemen
tambang yang kelak akan dilaksanakan pada perencanaan batas tambang
dilakukan.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan di PT. International Prima Coal


pada bulan November 2021 s.d. Desember 2021 yang mana dilaksanakan
selama 8 minggu, dengan rincian waktu atau timeline rencana kegaiatan
sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Minggu Ke-
+ Jenis Kegiatan
November Desember

1 Observasi Lapangan

2 Pengambilan Data

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Laporan

5 Pengumpulan Laporan

PT. International Prima Coal terletak di Kelurahan Bantuas dan


Kelurahan Handil bakti, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan
Timur, sekitar 32 km diselatan Kota Samarinda yang digambarkan pada
Gambar 2.2. Secara geografis di batasi oleh garis koordinat 0038’20” –
0043’00” LS dan 11707’50” – 11711’30” BT, dengan luas keseluruhan
pada 3 blok yaitu 3.238 Ha. Penelitian ini berfokus pada Eagle 03 Utara blok
barat.

42
Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian PT. International Prima Coal
43
3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian


kuantitatif dengan cara mengumpulkan dan mengolah data primer yang
didapat di lapangan dan data sekunder yang diberikan oleh PT International
Prima Coal yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan memberikan
gambaran mengenai penelitian ini. Hasil akhir diperoleh bentuk design
penambangan yang ekonomis yang ditentukan dengan metode algoritma
Lerchs Grossmann serta kebutuhan alat yang guna diperlukan di lokasi
penelitian.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara pengumpulan data, yaitu


studi literatur dan juga observasi lapangan. Berikut penjelasannya:

1. Studi Literatur

Dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari literatur


terkait pada referensi pustaka yang menunjang penelitian ini. Studi literatur
ini nantinya akan dijadikan sebagai landasan dalam pemecahan masalah
penelitian ini yang didapat dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal,
dokumen dan laporan perusahaan yang berkaitan dengan subjek
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian.

2. Observasi Lapangan

Data yang dikumpulkan pada peneltian ini berupa data primer dan
sekunder. Dilakukan dengan pengamatan di lapangan secara langsung dan
juga memperoleh data yang terdapat pada perusahaan yang diperoleh dari
pembimbing lapangan.

a. Pengamatan Lapangan

Observasi lapangan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan langsung


mengenai kegiatan penambangan di lokasi penelitian yang berguna untuk
mengetahui secara lengkap mekanisme kegiatan penambangan yang

44
dilakukan oleh perusahaan yang meliputi metode penambangan yang
digunakan, proses dalam kegiatan gali-muat dan angkut batubara, dan
peralatan yang digunakan dalam kegiatan dalam kegiatan gali-muat dan
angkut batubara, serta pengamatan terhadap hambatan-hambatan dalam
kegitatan gali-muat dan angkut batubara. Bentuk dari bukaan
penambangan yang nantinya akan menjadi referensi untuk penulis dalam
perancangan bentuk tambang. Cara memperoleh hal tersebut dengan
pengamatan secara seksama saat dilakukan kegiatan penambangan dan
dilakukan pada saat orientasi lapangan.

b. Data Perusahaan

Data perusahaan yang dipergunakan dalam penelitian ada beberapa


macam, dimana data tersebut berguna untuk membantu peneliti
menyelesaikan dan memperoleh hasil yang diinginkan dalam penelitian
ini. Dalam pengambilannya menggunakan perangkat laptop dan flashdisk
untuk menerima data yang sudah dari perusahaan. Data yang dibutuhkan
antara lain:

- Primer
1) Persebaran batubara yang berada di area Eagle 03 Utara. Untuk
menentukan arah dan luas persebaran digunakan bor untuk
mengetahui sususan tanah yang ada, koordinat pemboran, dan peta
untuk ploting area tersebut.
2) Harga beli atau biaya sewa yang dipergunakan oleh perusahaan.
Dalam penentuan harga dilakukan pemindahan beberapa data yang
diperlukan dari data perusahaan yang nantinya untuk
memperhitungkan ekonomi tambang yang dibentuk.
3) Waktu kerja dan ketersediaan alat gali-muat dan alat angkut
batubara. Data tersebut diperoleh dari perhitungan yang dilakukan
kontraktor secara berkala setiap harinya, data tersebut diperoleh
menggunakan stopwatch atau dengan patokan jam kerja.

45
4) Data jam hujan. Data jam hujan yang perusahaan peroleh diambil
dengan cara menghitung jam hujan harian dengan patokan waktu
atau bisa menggunakan stopwatch.

- Sekunder
1) Peta lokasi dan peta topografi area penambangan batubara yang
dilakukan perusahaan. Untuk peta diperoleh dari pengambilan
gambar dari internet dan diatur sesuai dengan area pengerjaan.
2) Titik koordinat IUP perusahaan. Koordinat diperoleh dari
pengambilan titik menggunakan total station yang dikerjaan oleh
divisi survey.
3) Target produksi batubara dan overburden. Untuk target produksi
batubara maupun tanah penutup diperoleh dari hasil laporan yang
sudah dibuat tiap tahunnya dengan sistem penambangan yang
sudah berjalan.

3.4. Teknik Pengolahan Data

Tahap ini dilakukan setelah semua data baik data primer dari lapangan
maupun data sekunder terkumpul lengkap kemudian dilakukan pengolahan
terhadap data yang telah diperoleh menggunakan perangkat laptop yang
tersedia. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan antara lain sebagai
berikut.

a. Perhitungan Faktor Biaya


Data tersebut diperoleh dari perusahaan dan juga internet yang kelak
dibutuhkan untuk menentukan dari pit limit yang akan terbentuk
menggunakan metode algortima Lerchs Grossmann yang menjadi dasar
dari pembuatan pit deisgn.
b. Analisis Pit Limit
Melakukan analisis tersebut untuk menentukan pit limit optimal. Data
yang dibutuhkan untuk membuat dan memilih pit design yang paling

46
optimal dari harga jual batubara. Menggunakan bantuan dari software
pemodelan tambang dan juga excel untuk algoritma Lerchs Grossmann.
c. Perhitungan Nilai (Value)
Perhitungan yang diperoleh dari hasil penentuan pit limit sebelumnya.
Data yang dibutuhkan untuk mengetahui keuntungan dari suatu bukaan
tambang yang ditentukan dengan harga jual batubara yang dikurangi
dengan total harga penambangan dengan persamaan yang digunakan
persamaan 3 sampai persamaan 8.
d. Parameter Design Pit
Parameter desain yang dilakukan yaitu geometri jalan dan juga geometri
lereng rekomendasi dari perusahaan, yaitu tinggi, lebar, dan kemiringan
jenjang dan juga lebar jalan lurus dan tikungan. Untuk geometri jalan
dihitung menggunakan persamaan 9 sampai persamaan 11.
e. Pembuatan Design Pit
Pembuatan design dengan bantuan software pemodelan tambang untuk
mengetahui jumlah cadangan batubara yang ditambang, profit yang
diperoleh, dan juga volume batubara dan juga tanah penutup untuk
menentukan umur tambang dan juga alat yang digunakan beserta
jumlahnya.
f. Perhitungan Produktivitas Alat
Perhitungan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut untuk pit limit
yang sudah ditentukan. Data yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai
produktivitas unit berupa data primer seperti jumlah ritase setiap unit,
waktu efisiensi kerja dan waktu edar (cycle time) unit gali, muat dan
angkut, dan juga menentukan banyaknya jumlah unit yang digunakan
(match factor). Perhitungan ini menggunakan persamaan 12 dan 13 untuk
produktivitas, persamaan 18 dan 19 untuk waktu edar dan persamaan 20
untuk keserasian alat.
g. Perencanaan Produksi
Perencanaan yang dilakukan dari pit yang sudah dibentuk. Data yang
dibutuhkan berupa laporan perusahaan yang berupa Physical availability
(PA), Used of Availability (UA), Effective Utilization (EU). Dan

47
menentukan Effective Working Hours (EWH), Total hari kerja, dan
rencana produksi yang dilakukan. Dengan perhitungan yang
menggunakan persamaan 14 sampai persamaan 17.

3.5. Analisis Data

Data yang telah diolah dengan software pemodelan dan juga metode
algortima Lerchs Grossmann kemudian membuat design pit yang mengacu
dari hasil optimasi. Lalu hasil dari design yang dibentuk guna mengetahui
jumlah dari coal dan overburden yang diperoleh dari block model yang
diolah menggunakan software pemodelan tambang. Dari hal tersebut
ditentukan umur tambang yang diambil dari lama waktu excavator
overburden yang dikerjakan karena untuk waktu penambangan coal dapat
dikatakan terlalu cepat dan juga produktivitas alat dari parameter –
parameter alat dan juga kondisi yang ada di lapangan. Tidak lupa
menentukan kebutuhan alat dan fleet tambang yang akan digunakan dengan
match factor.

48
3.6. Diagram Alir

a. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian

49
b. Diagram Alir Percobaan

Gambar 3. 3 Diagram Alir Percobaan

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Perhitungan

Perencanaan tambang pada Eagle 03 utara blok barat yang dikerjakan


oleh PT. International Prima Coal berupa lahan yang masih belum tersentuh
(green field). Dengan penentuan pit limit menggunakan metode algoritma
Lerchs Grossmann menggunakan excel dan juga software pemodelan
tambang yang menjadi acuan dalam pembuatan pit design yang dibuat.
Tidak lupa dengan kebutuhan alat berat yang akan berkerja pada area
tersebut telah ditentukan dengan parameter yang tersedia, yaitu ekonomi dan
juga design yang akan dibuat. Dalam pembuatan design pit dan juga
kebutuhan alat mengacu pada kondisi aktual yang berjalan pada Eagle 01
dan juga Eagle 02 yang bahkan hampir selesai pada proses penambangan
yang sedang berlangsung.
4.1.1. Estimasi Sumberdaya

Struktur geologi pada PT International Prima Coal memiliki


antiklin dan sesar yang berarti adanya patahan dan adanya lapisan yang
bertabrakan yang mempengaruhi geologi tersebut . Dimana hal itu yang
sangat mempengaruhi lapisan dari Batubara yang terdapat didalamnya.
Pada daerah penelitian pit Eagle 03 memiliki arah jurus (strike) sekitar N
190⁰ E – N 215⁰ E dan dengan kemiringan (dip) antara 60⁰ - 85⁰. Pola
tersebut didapatkan dari eksplorasi yang dilakukan PT International
Prima Coal dan sedang melakukan eksplorasi lebih lanjut untuk
menambah cadangan untuk ditambang. Data ini haruslah disiapkan guna
untuk pembuatan optimasi pit yang menentukan batas akhir dari
penambangan yang akan terbentuk.

51
Gambar 4. 1 Bentuk Persebaran Batubara Eagle 03 Utara Blok Barat
Data dari gambar 4.1 diatas merupakan persebaran batubara yang
diberikan perusahaan, data tersebut berbentuk lapisan yang didapatkan
dengan survey menggunakan trenching dengan karakteristik yang dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4. 1 Karakteristik Batubara Blok Barat Hasil Eksplorasi Perusahaan


Calorific value Cal/gr Sulphur ash carbon IM TM volatile
seam
ADB AR (%) (adb) (adb) (adb) (ar) (adb)
q050 5828 5305 0.26 1.95 42.10 16.81 24.27 39.14
q070 5690 5480 0.15 1.21 41.13 18.87 21.86 38.79
q080 5769 5627 0.28 1.71 41.09 17.95 19.97 39.25
q100 6242 6044 1.34 2.37 42.08 13.56 16.3 41.99
rata2 5822 5523 0.37 1.69 41.56 17.33 21.58 39.41

Pada tabel 4.1 ada beberapa istilah yaitu ADB, AR, IM dan TM
maksud dari hal tersebut akan dijelaskan. ADB atau Air-Dried Basis yaitu
analisis batubara yang dilakukan dalam keadaan kelembapan udara

52
sekitarnya yang biasanya dilakukan saat eksplorasi. Lalu AR atau As
Recived adalah analisa contoh batubara yang langsung dilakukan ketika
contoh tersebut diterima di laboratorium sehingga kandungan moisture
saat pengambilan contoh batubara sangat berpengaruh terhadap nilai
kualitas. Untuk IM dan TM masing – masing yaitu Inherent Moisture dan
Total Moisture, IM adalah analisa contoh batubara yang langsung
dilakukan ketika contoh tersebut diterima di laboratorium sehingga
kandungan moisture saat pengambilan contoh batubara sangat
berpengaruh terhadap nilai kualitas, sedangkan TM yaitu moisture yang
terkandung dalam contoh batubara yang diterima di laboratorium, yang
mana menggambarkan kandungan moisture sumber batubara yang
diambil contohnya tersebut. Untuk cadangan batubara yang ada yaitu
seperti gambar 4.1 terdapat 4 seam batubara dengan kualitas high. Total
sumberdaya yang ditemukan sebesar 369.534 Ton batubara. Dan pada
tabel 4.1 dari hasil perolehan rata – rata tersebut diperoleh dari hasil
perbandingan dengan menggunakan volume batubara tiap seam yang
diperoleh GAR sebesar 5523 Kcal/gr. Dengan kandungan sulphur 0.37%,
ash 1.69, karbon 41.56, IM dan TM dan masing – masing 17.33 dan
21.58, dan sebesar 39.41 untuk volatile.

4.1.2. Parameter Optimasi

Untuk memulai suatu optimasi ada pentingnya menentukan


parameter untuk memutuskan batas penambangan yang akan dilakukan.
Pembatasan ini dilakukan dilihat dari segi ekonomi atau finansial dari
perusahaan. Dapat dilihat tabel 4.2 dibawah ini untuk rincian biaya.

53
Tabel 4. 2 Parameter yang Diperlukan

Keterangan Harga dalam Rp. Satuan Harga dalam USD

OB Removal Rp 24,085.18 /bcm $ 1.70


Getting Rp 6,000.00 /ton $ 0.42
Hauling Rp 24,368.53 /ton $ 1.71
Crushing Rp 20,995.00 /ton $ 1.48
FOB Rp 73,152.22 /ton $ 5.14
Lingkungan Rp 1,096.64 /ton $ 0.08
K3 Rp 809.38 /ton $ 0.06
CSR Rp 748.66 /ton $ 0.05
Royalti (5%) Rp 75,117.31 /ton $ 5.28
Lain-Lain Rp 14,158.70 /ton $ 1.00
Mining Cost Rp 239,875.27 $ 16.86
Coal Sale Price RP 1,503,546.28 /Ton $ 106.12
Tax (25%) Rp 312,336.01 /Ton $ 22.07

(Sumber: RKAB Perusahaan)

Biaya – biaya pada tabel 4.2 ditulis berdasarkan laporan RKAB


(Rencana Keuangan Anggaran Biaya) di tahun 2021 milik PT
International Prima Coal. Dimana rincian anggaran tersebut dapat
memudahkan untuk mengoptimalkan pit penambangan. Biaya FOB (fee
on board) merupakan gabungan biaya jetty, surveyor, dan transhipment.
Untuk Kurs Dollar yang digunakan kurang lebih sebesar Rp. 14,167.75
yang mengacu pada bulan Desember tahun 2021, dengan harga jual
batubara mengacu pada HBA (Harga Batubara Acuan) sebesar $106.12
atau setara dengan Rp. 1,503,546.28 dalam harga untuk batubara dengan
kalori 5523 Kcal/Kg GAR. HBA sendiri merupakan acuan untuk
menetapkan harga jual batubara, pada rata – rata tahun 2021 didapatkan
harga jual batubara sebesar $121.47 untuk batubara dengan kalori 6332
K/Cal GAR dan jika untuk IPC pada Eagle 03 memiliki kalori rata – rata
kadar 5523 K/Cal GAR, jadi untuk harga jual batubara IPC sendiri
sebesar $106.12. Dalam tabel 4.2 untuk parameter nilai atau biaya OB

54
removal, Harga Pokok Produksi yang mencangkup jetty, transhipment,
dan crushing, Coal getting dan coal hauling, tax, royalty, marketing
merupakan data yang digunakan oleh perusahaan. Untuk coal getting,
coal hauling, dan ob removal adalah biaya yang diberikan oleh kontraktor
Coalindo Adi Perkasa yang sepenuhnya mengurus penambangan.

4.1.3. Pemilihan Batas Tambang

Untuk pemilihan batas tambang yang dipilih merupakan batas


tambang yang paling optimal dimana memiliki value terbesar diantara
design lainnya. Dan juga melihat model rancangan pit yang telah dibentuk
untuk menentukan arah penambangan yang efisien. Berikut merupakan
ringkasan untuk menentukan batas tambang atau pit limit dari software
pemodelan tambang yang optimal pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Hasil Optimasi

Coal Overburden
OPT SR Margin
BCM Tonase BCM

0 232564 309310.12 5632319 18.21 $ 13,701,866.03


5 231884 308405.72 5573883 18.07 $ 13,715,311.36
10 230806 306971.98 5490509 17.89 $ 13,724,814.25
15 229411 305116.63 5392248 17.67 $ 13,724,833.07
20 227970 303200.1 5296731 17.47 $ 13,717,222.73
25 225613 300065.29 5151544 17.17 $ 13,690,689.45
30 222916 296478.28 4999253 16.86 $ 13,642,683.50
35 216402 287814.66 4660110 16.19 $ 13,490,166.52
40 210387 279814.71 4373439 15.63 $ 13,315,555.42
45 202321 269086.93 4031320 14.98 $ 13,027,471.08
50 190258 253043.14 3567294 14.10 $ 12,535,907.75
55 180289 239784.37 3230228 13.47 $ 12,070,501.04
60 164927 219352.91 2788436 12.71 $ 11,254,355.82

55
Dari hasil yang telah diperoleh akan dijadikan dasar dalam
pembuatan pit design untuk penambangan yang akan dilakukan dengan
bentuk seperti berikut.

Gambar 4. 2 Pit Shell Optimasi 15%

Pada gambar 4.2 merupakan bentuk pit shell penambangan dimana


untuk membatasi batas penambangan yang akan dilakukan yang dibentuk
berdasarkan bentuk dari sumberdaya batubara yang berdada dilokasi
penelitian. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan metode
algoritma Lerchs Grossmannn yang dihasilkan menggunakan software
pemodelan dengan cara Lerchs Grossmann 3D dimana pembuatan
sayatan arah utara – selatan dan juga arah timur – barat yang
diakumulasikan dari blok – blok dari model blok pada software.

56
4.1.4. Optimasi Batas Tambang

Dalam optimasi ini menggunakan hasil pit shell sebelumnya


sebagai acuan dalam penentuan batas tambang. Berikut langkah –
langkah dalam menentukan batas tambang atau pit limit dalam metode
Lerchs Grossmannn sebagai berikut:

1) Buat blok – blok sesuai data geologi dan bahan galian setelah itu
memasukan nilai – nilai sesuai dengan material yang terdapat
didalamnya yang nantinya akan menjadi 2 macam blok, yaitu blok
overburden dan blok coal. Lalu memasukan model blok ekonomi yang
telah dibentuk kedalam blok – blok yang telah dibuat Untuk lebih rinci
dapat dilihat pada tabel 4.4 untuk ekonomi per ton untuk coal dan per
bcm untuk overburden.

Tabel 4. 4 Blok Ekonomi Awal


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 $ (44.67) $ (29.49) $ (11.84) $ (23.11) $ (3.78) $ 41.04 $ 44.61 $ (56.61) $ (14.23) $ (4.38)
2 $ (134.11) $ (129.64) $ (39.38) $ (154.09) $ 3.61 $ 260.78 $ 399.19 $ (155.86) $ (85.91) $ (72.30)
3 $ (401.79) $ (400.84) $ (17.12) $ (304.98) $ (28.45) $ 604.68 $ 994.40 $ (290.72) $ (315.58) $ (290.29)
4 $ (403.65) $ (403.90) $ (115.33) $ (156.28) $ (6.16) $ 696.29 $ 1,361.64 $ (98.52) $ (323.41) $ (298.89)
5 $ (403.65) $ (403.90) $ (337.33) $ 67.66 $ (98.82) $ 589.17 $ 1,379.54 $ 109.20 $ (323.41) $ (298.89)
6 $ (403.65) $ (403.90) $ (403.80) $ 132.81 $ (400.78) $ 622.32 $ 1,392.24 $ 354.82 $ (323.41) $ (298.89)
7 $ (403.65) $ (403.90) $ (403.80) $ 132.73 $ (403.87) $ 307.57 $ 1,423.53 $ 623.81 $ (323.41) $ (298.89)

2) Jumlahkan blok - blok ekonomi yang telah dibuat sebelumnya secara


vertikal, dengan kata lain mengakumulasikan blok ekonomi dari atas
ke bawah. Penjumlahan blok ekonomi tersebut dilakukan dengan
(Persamaan 6) yang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4. 5 Blok Ekonomi


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 $ (44.67) $ (29.49) $ (11.84) $ (23.11) $ (3.78) $ 41.04 $ 44.61 $ (56.61) $ (14.23) $ (4.38)
2 $ (178.78) $ (159.13) $ (51.22) $ (177.21) $ (0.18) $ 301.81 $ 443.80 $ (212.47) $ (100.15) $ (76.68)
3 $ (580.57) $ (559.96) $ (68.34) $ (482.18) $ (28.62) $ 906.49 $ 1,438.20 $ (503.19) $ (415.72) $ (366.97)
4 $ (984.22) $ (963.87) $ (183.67) $ (638.46) $ (34.78) $ 1,602.78 $ 2,799.84 $ (601.71) $ (739.13) $ (665.87)
5 $ (1,387.86) $ (1,367.77) $ (520.99) $ (570.80) $ (133.60) $ 2,191.95 $ 4,179.38 $ (492.51) $ (1,062.54) $ (964.76)
6 $ (1,791.51) $ (1,771.67) $ (924.80) $ (437.99) $ (534.39) $ 2,814.27 $ 5,571.62 $ (137.69) $ (1,385.95) $ (1,263.66)
7 $ (2,195.16) $ (2,175.58) $ (1,328.60) $ (305.26) $ (938.25) $ 3,121.84 $ 6,995.15 $ 486.12 $ (1,709.35) $ (1,562.55)

57
3) Jumlahkan blok ekonomi dengan nilai tertinggi pada 3 blok yang
terdapat dikolom sebelumnya. Langkah ini bertujuan untuk
menentukan batas dari penambangan yang akan dilakukan karena pada
langkah ini akan mengetahui nilai tertinggi pada tiap baris dan kolom
yang telah digunakan (Persamaan 7) dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut :

Tabel 4. 6 Blok Ekonomi Akhir


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 -$44.67 -$29.49 -$11.84 -$23.11 -$3.78 $41.04 $342.64 $1,270.38 $2,596.60 $3,786.40
2 -$178.78 -$203.79 -$80.70 -$189.04 -$23.29 $298.03 $1,327.00 $2,610.84 $3,790.78 $4,855.34
3 -$580.57 -$738.74 -$272.13 -$562.89 -$217.67 $883.20 $2,823.31 $3,890.93 $4,932.02 $5,743.07
4 -$984.22 -$1,544.44 -$922.41 -$910.60 -$597.67 $1,385.11 $4,394.12 $5,347.74 $6,110.04 $6,899.12
5 -$1,387.86 -$2,351.99 -$2,065.43 -$1,493.21 -$1,044.20 $1,594.28 $5,949.45 $6,849.17 $7,564.99 $6,900.63
6 -$1,791.51 -$3,159.54 -$3,276.78 -$2,503.42 -$2,027.60 $1,770.07 $7,341.68 $8,627.53 $7,865.39 $6,601.74
7 -$2,195.16 -$3,967.09 -$4,488.13 -$3,582.04 -$3,441.67 $1,094.24 $8,765.22 $9,251.34 $7,541.98 $6,302.84

4.1.5. Parameter Final Pit Design

Dalam pembuatan design ini menggunakan acuan dari yang telah


diperoleh dari optimasi yang menggunakan software pemodelan dan juga
perhitungan metode Lerchs Grossmann dari excel. Pembuatan final pit
design dibantu menggunakan software pemodelan tambang dengan
parameter yang dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4. 7 Parameter Final Pit Design (Acuan Perusahaan)

Parameter Satuan

Slope high wall 70⁰

Overall slope high wall 56,4⁰

Overall slope high wall dengan ramp 53,5⁰

Slope low wall 60⁰

Overall slope low wall 48,7⁰

Overall slope low wall dengan ramp 45,4⁰

Tinggi bench 10 meter

58
Lebar berm 3 meter

Lebar ramp 12 meter

Working space minimal 15.5 meter

Parameter design yang terdapat pada tabel 4.7 merupakan


parameter acuan yang diperoleh dari perushaan, dimana ada beberapa
parameter dalam pembuatan bukaan tambang yang harus diperhatikan,
dalam faktor geologi teknik yaitu dari kemiringan lereng, untuk high wall
menggunakan kemiringan 70⁰ tiap jenjang dan membutuhkan 56.4⁰ untuk
keseluruhan. Sedangkan untuk low wall menggunakan 60⁰ dan diperlukan
48.7⁰ untuk keseluruhan. Dan bila terdapat jalan pada lereng tersebut
maka kemiringan yang digunakan adalah 53.5⁰ untuk high wall dan 45.4⁰
untuk low wall. Dengan ketinggian tiap bench 10 meter dan lebar berm 3
meter. Parameter geoteknik tersebut merupakan rekomendasi perusahaan
dan setelah diasumsikan nilai faktor keamanan kedua lereng tersebut
dapat dinyatakan tidak aman.

Lalu kedua dibutuhkan juga perhitungan lebar area kerja (working


space) untuk menentukan lebar minimum yang dibutuhkan, perhitungan
ini diambil dengan kebutuhan terbesar dari alat yang akan bekerja diarea
tersebut. Alat terbesar yaitu dump truck Hino 700 yang berpasangan
dengan excavator Doosan 520 untuk material overburden. Untuk
perhitungan tersebut menggunakan rumus turning radius dari alat angkut
ditambahkan dengan 2 kali lebar alat muat bila dihitung didapatkan hasil
sebesar 15.5 meter.

Dan terakhir perhitungan untuk lebar jalan yang dibutuhkan baik


jalan lurus maupun tikungan. Perhitungan yang dilakukan sebelumnya
untuk menentukan lebar minimum yang seharusnya digunakan untuk
lebar jalan lurus minimal diperlukan 8.89 meter dan PT. IPC
menggunakan lebar 10 meter untuk jalan lurusnya. Sedangkan jalan pada
tikungan lebar minimal diperlukan 14.56 meter dan perusahaan

59
menggunakan lebar 15 meter. Hal ini untuk jalan tidak adanya masalah
pada lebar jalan yang digunakan.

4.1.6. Geometri Lereng

Pada geometri lereng yang digunakan pada penambangan baik high


wall maupun low wall merupakan rekomendasi yang diberikan
perusahaan. Pada high wall menggunakan single slope sebesar 70⁰ dengan
lebar berm dan tinggi bench masing – masing 3 meter dan 10 meter.
Sedangkan untuk low wall menggunakan single slope 60⁰ dengan lebar
berm dan tinggi bench yang sama dengan high wall. Dengan asumsi
bentuk lereng dan lapisan sebagai berikut:

a. Lereng High wall

60
b. Lereng Low Wall

Gambar 4. 3 (a) Asumsi Lereng High Wall Penambangan, (b) Asumsi


Lereng Low Wall Penambangan.
Dari gambar 4.3 diperoleh hasil kestabilan lereng dimana lereng high
wall maupun low wall memiliki nilai faktor keamanan yang baik, dengan
nilai FK 0,907 untuk lereng high wall dan 1,120 untuk FK lereng low wall
dengan karakteristik material yang digunakan juga data yang diperoleh
dari perusahaan sebagai berikut:

Tabel 4. 8 Karakteristik Material

61
Dimana nilai kedua FK tersebut dapat dikatakan kurang aman sesuai
dengan Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 bila diterapkan pada
design pit yang terbentuk dan alangkah baik dilakukan pembuatan lereng
ulang untuk penambangan. Dengan jenis longsoran busur, asumsi
longsoran busur dikarenakan tidak adanya data sesar dan kekar yang
diketahui pada daerah penelitian.

Karena asumsi lereng yang dibentuk kurang aman, maka dibuatlah


asumsi untuk rekomendasi geoteknik dimana nilai FK menyatakan aman
untuk dibentuk final maupun lereng penambangan, dengan hasil seperti
berikut:

a. Rekomendasi Lereng High wall

62
b. Rekomendasi Lereng Low wall

Gambar 4. 4 (a) Rekomendasi Lereng High Wall Penambangan, (b)


Rekomendasi Lereng Low Wall Penambangan.
Dari hasil asumsi untuk rekomendasi lereng diperoleh FK yang aman
dimana untuk lereng high wall bernilai FK 1.203 dan untuk nilai low wall
sebesar 1.487 maka dari itu hasil kedua lereng tersebut dapat dinyatakan
aman. Upaya yang dilakukan berupa perubahan geomteri lereng dengan
menambah jarak berm dari 3 meter menjadi 5 meter, dan mengubah slope
pada high wall menjadi 65⁰.

4.1.7. Geometri Lebar Jalan

Untuk jalan tambang yang digunakan merupakan rekomendasi dari


perusahaan juga. Untuk jalan lurus menggunakan lebar 10 meter dan jalan
pada tikungan selebar 15 meter. Lebar jalan tersebut melebihi batas

63
minimal yang telah diperhitungkan, untuk kendaraan terbesar yang
melintasi jalan tersebut adalah DT Hino 700 dengan perhitungan
(Persamaan 9) sebagai berikut:

L2 arah = 2 . 2.54 + (2 + 1)(0,5 . 2.54)

L2 arah = 8.89

Diketahui:

n : lebar jalan 2 arah

Wt : 2.54 m

Dan untuk jalan pada tikungan untuk DT Hini 700 untuk


perhitungannya (Persamaan 10 dan 11) sebagai berikut:

1
C=Z= (1.97 + 1.4 + 0.79 )
2

C = Z = 2.08

W = 2 (1.97 + 1.4 + 0.79 + 2.08) + 2.08

W = 14.56

Diketahui:

n : 2 arah

U : 1.97 m

Fa : 1.4 m

Fb : 0.79 m

Untuk lebar jalan lurus minimal diperlukan 8.89 meter dan PT. IPC
menggunakan lebar 10 meter untuk jalan lurusnya. Sedangkan jalan pada
tikungan lebar minimal diperlukan 14.56 meter dan perusahaan
mengguanakan lebar 15 meter. Hal ini untuk jalan tidak adanya masalah
pada lebar jalan yang digunakan.

64
4.1.8. Estimasi Cycle Time Alat

Berikut merupakan perhitungan masing – masing cycle time dari


alat berat yang digunakan:

a. Excavator

Data waktu edar alat gali muat (Persamaan 20) 1 unit excavator
yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan dilapangan. Unit yang
digunakan berjenis Hitachi 210 untuk coal getting. Waktu edar rata – rata
yang telah diperoleh sebesar 22.5 detik untuk satu kali cycle. Sedangkan
unit untuk waste removal yang digunakan berjenis Doosan 520. Waktu
edar rata – rata yang telah diperoleh sebesar 21.6 detik untuk satu kali
cycle.

b. Dump Truck

Data waktu edar alat angkut (Persamaan 21) 1 unit dump truck yang
diperoleh dari pengamatan yang dilakukan dilapangan dan dibandingkan
dengan jarak dari daerah penelitian. Unit yang digunakan yaitu Hino 500
untuk coal getting. Waktu edar rata – rata yang telah diperoleh sebesar
76.23 menit detik untuk satu kali cycle. Dan unit untuk waste removal
yang digunakan yaitu Hino 700. Waktu edar rata – rata yang telah
diperoleh sebesar 12.19 menit untuk satu kali cycle.

4.1.9. Perhitungan Produktivitas Alat

Untuk perhitungan produktivitas tiap alat dapat dilihat pada


perhitungan berikut baik alat gali muat maupun alat angkut.

a. Excavator Coal

Perhitungan produktivitas alat berikut dihitung secara teoritis,


untuk excavator coal menggunakan alat Hitachi 210 dengan
perhitungannya (Persamaan 20) sebagai berikut:

3600
𝑄 = 0.91 𝑥 90 𝑥 0.74 𝑥 0.67 𝑥 1.3
22.5

65
𝑄 = 84.46 Ton/jam

Kapasitas bucket : 0.91 m3

Fill factor : 90%

Cycle time alat : 22.5 detik

Swell factor : 0.74

Efisiensi kerja : 0.67

Densitas : 1.3

b. Excavator Overburden

Perhitungan produktivitas alat berikut dihitung secara teoritis,


untuk excavator overburden menggunakan alat Doosan 520 dengan
perhitungannya (Persamaan 20) sebagai berikut:

3600
𝑄 = 3.6 𝑥 110 𝑥 0.85 𝑥 0.67
21.6

𝑄 = 375.87 BCM/jam

Kapasitas bucket : 3.6 m3

Fill factor : 110%

Cycle time alat : 21.6 detik

Swell factor : 0.85

Efisiensi kerja : 0.67

c. Dump Truck Coal

Perhitungan produktivitas alat berikut dihitung secara teoritis,


untuk dump truck coal menggunakan alat Hino 500 dengan
perhitungannya (Persamaan 21) sebagai berikut:

66
60
𝑄 = 12 𝑥 11.2 𝑥 90 𝑥 0.74 𝑥 0.67 𝑥 1.3
76.23

𝑄 = 61.36 Ton/jam

Jumlah curah isian : 12 kali

Kapasitas bucket : 11.2 m3

Fill factor : 90%

Cycle time alat angkut : 76.23 menit

Swell factor : 0.74

Efisiensi kerja : 0.67

Densitas : 1.3

d. Dump Truck Overburden

Perhitungan produktivitas alat berikut dihitung secara teoritis,


untuk dump truck overburden menggunakan alat Hino 700 dengan
perhitungannya (Persamaan 21) sebagai berikut:

60
𝑄 = 8 𝑥 18 𝑥 90 𝑥 0.85 𝑥 0.67
12.19

𝑄 = 444.01 BCM/jam

Jumlah curah isian : 8 kali

Kapasitas bucket : 18 m3

Fill factor : 110%

Cycle time alat angkut : 12.19 menit

Swell factor : 0.85

Efisiensi kerja : 0.67

67
4.1.10. Perhitungan Match Factor

Faktor keserasian adalah nilai keserasian kerja antara alat angkut dan
alat muat yang digunakan, terdapat dua material yang berbeda yaitu OB dan
coal. Berikut perhitungan match factor (Persamaan 22) tiap material:

a. Match Factor Coal

Pada material sumberdaya yaitu batubara dengan perhitungannya


sebagai berikut:

12 x 17 x 0.37
MF =
1 x 76.23

MF = 0.99

Banyak pengisian : 12 kali

Jumlah alat angkut : 17 unit

Waktu edar alat muat : 0.37 menit

Jumlah alat muat : 1 unit

Waktu edar alat angkut : 76.23 menit

b. Match Factor Coal

Pada material pengotor dengan perhitungannya sebagai berikut:

8 x 4 x 0.36
MF =
1 x 12.19

MF = 0.94

Banyak pengisian : 8 kali

Jumlah alat angkut : 4 unit

Waktu edar alat muat : 0.36 menit

Jumlah alat muat : 1 unit

Waktu edar alat angkut : 12.19 menit

68
4.1.11. Ketersediaan Alat

Ketersediaan unit dari alat gali, muat dan angkut berdasarkan data
yang diperoleh dari PT CAP pada bulan November 2021. Nilai
Ketersediaan unit gali, muat dan angkut terdiri dari Physical Availability
(PA), Use of Availability (UA) dan Effective Utilization (EU). Adapun
pengelompokan nilai untuk menentukan ketersediaan alat dari mulai baik,
sedang, kurang baik, sampai buruk. Nilai 83% - 92% masuk ke kategori
baik, 75% - 83% dikatakan kategori sedang, lalu rentang nilai 67% - 75%
adalah kondisi kurang dan jika nilai kurang dari 67% maka dikatakan ke
kategori buruk (Partanto,1993). Dari memperhitungkan ketersediaan unit
secara aktual diperoleh nilai – nilai sebagai berikut:

a. Physical Availability (PA)

Nilai ketersediaan fisik unit menjelaskan mengenai keadaan fisik


unit yang beroperasi dipergunakan dan dikurangi waktu diluar waktu
repair. Dengan perhitungan jam operasi alat dan jam standby alat dibagi
dengan jam kerja. Untuk unit excavator Doosan 520 nilai PA yang
ditunjukan sebesar 95.2% dan untuk Hitachi 210 menunjukan nilai PA
sebesar 94.3%. Sedangkan untuk dump truck Hino 500 menunjukan nilai
PA 97.4% dan untuk Hino 700 memiliki nilai 89.3%. Dari data tersebut
nilai untuk ketersediaan dari masing – masing alat termasuk kategori baik,
dikarenakan kehilangan waktu terbanyak hanya 10.7% dari waktu efektif.

b. Use of Availability (UA)

Nilai ketersediaan pemakaian unit menunjukan berapa nilai


penggunaan suatu unit yang tersedia atau standby. Dengan perhitungan
dengan jam operasi dibagi dengan jumlah jam operasi dan standby alat.
Perhitungan Untuk unit excavator Doosan 520 nilai PA yang ditunjukan
sebesar 67.4% dan untuk Hitachi 210 menunjukan nilai PA sebesar 67%.
Sedangkan untuk dump truck Hino 500 menunjukan nilai PA sebesar
43.5% dan untuk Hino 700 memiliki nilai 58.6%. Dari data tersebut nilai

69
untuk ketersediaan dari masing – masing alat termasuk kategori sedang
dan buruk. Hal ini dikarenakan cuaca penghujan yang sering terjadi
menjelang akhir tahun yang cukup menghambat produksi harian.

c. Effective Utilization (EU)

Nilai penggunaan efektif unit menjelaskan mengenai jumlah dari


waktu efektif dipergunakan dari total waktu kerja yang tersedia.
Perhitungan dengan cara jam operasi dibagi dengan jam kerja alat. Untuk
unit excavator Doosan 520 nilai PA yang ditunjukan sebesar 64.1% dan
untuk Hitachi 210 menunjukan nilai PA sebesar 60.0%. Sedangkan untuk
dump truck Hino 500 menunjukan nilai PA 38.8% dan untuk Hino 700
memiliki nilai 57%. Dari data tersebut nilai untuk ketersediaan dari
masing – masing alat termasuk kategori buruk. Penggunaan unit dapat
diartikan belum efektif, dikarenakan jumlah waktu hambatan yang
menyebabkan kehilangan waktu kerja efektif cukup besar.

4.1.12. Perhitungan Waktu Kerja

Perhitungan waktu kerja dibagi menjadi 2 jenis yaitu untuk hari


kerja dan jam kerja tersedia.

a. Hari Kerja

Total hari kerja yang diterapkan oleh PT. International Prima Coal
berjumlah 357 hari per tahunnya. Dikarenakan ada 8 tanggal merah yang
diterapkan yaitu hari besar untuk Agama dan juga tanggal merah untuk
hari Nasional. Dan juga untuk dihari minggu hanya menjalankan 1 shift
yang dimana hari lainnya menjalankan 2 shift. Bila dihitung perbulannya
maka diperoleh 27.5 hari

b. Jam Kerja

PT. IPC menjalankan 2 shift kerja dimana tiap shift ditetapkan


dengan 12 jam kerja. Dalam tiap shift kerja terdapat waktu penghambat

70
yang menjadi kendala dalam produksi. Faktor kendala antara lain faktor
cuaca, jam istirahat, pergantian shift, dan beberapa hal lainnya. Dari
beberapa faktor penghambat produksi tersebut mengakibatkan jam kerja
menjadi tidak full dan mengurangi waktu efektif saat bekerja. Berikut
penjelasan jam kerja yang ada di PT. IPC.

a. Jam Kerja Tersedia (Working Hours)

Jam kerja yang diterapkan PT. International Prima Coal selama 24


jam perhari yang terbagi menjadi 2 shift. Bila dihitung perbulan diperoleh
sebagai berikut:

Jam Kerja Tersedia = 27.5 Hari x 24 jam

= 660 Jam

b. Waktu Tunggu (Delay Times)

- Slippery
Waktu tunggu yang disebabkan cuaca yang tidak dapat dihindari
adalah karena hujan, karena menyebabkan jalan tambang menjadi licin
dan tidak aman saat beroperasi. Pada bulan november 2021 data curah
hujan sebesar 83.6 jam dan adanya waktu tunggu setelah hujan yang
digunakan selama 1 jam untuk memulai beroperasi kembali. Bila
menggunakan perhitungan jam slippery yang diperoleh sebagai berikut:

𝑆𝑙𝑖𝑝𝑝𝑒𝑟𝑦 = 83.6 Jam + ( 27.5 Hari x 1 jam )

= 111.13 Jam

- Delay

Waktu delay terbagi menjadi beberapa hal, yaitu waktu istirahat,


waktu pergantian shift dimana adanya persiapan sebelum dan sesudah
shift selesai, lalu ibadah dihari jumat, safety talk, dan repair loading point
disetiap shift, berikut penjabarannya.

71
o Waktu Istirahat

Waktu yang dipergunakan untuk jam istirahat untuk makan siang


ataupun malam selama 1 jam 30 menit per harinya. Dan untuk tiap
bulannya ditotal selama 27.5 jam yang dalam perhitungannya sebagai
berikut :

Waktu Istirahat = 27.5 Hari x 1.5 jam

= 41.5 Jam

o Pergantian Shift

Untuk waktu pergantian shift perharinya digunakan selama 20


menit setiap pergantian yang bila dihitung per harinya menggunakan 40
menit perhari. Dimana perbulannya digunakan 18.3 jam.

Waktu Pergantian = 27.5 Hari x 40 Menit

= 18.3 Jam

o Ibadah Jumat

Pada hari jumat tidak bisa dihindarkan untuk sholat jumat di masjid
terdekat dikarenakan mayoritas orang di lokasi beragama muslim. Durasi
waktu yang digunakan per hari diperlukan 1 jam dan hari jumat pada tiap
bulan ada 4 – 5 hari, bila dibuat perhitungan maka sebagai berikut:

Waktu Ibadah = 4.5 Hari x 1 Jam

= 4.5 Jam

- Safety Talk

Setiap shift baik pagi maupun malam melakukan safety talk yang
hanya memakan waktu 15 menit. Hal ini penting untuk menghindari
adanya kecelakaan saat bekerja. Untuk perharinya memakan waktu 30
menit, untuk perhitungannya sebagai berikut:

𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑇𝑎𝑙𝑘 = 27.5 Hari x 30 Menit

= 13.75 Jam

72
- Repair Loading Point

Perbaikan loading point adalah salah satu hal yang harus dilakukan,
guna memudahkan alat muat dan angkut dalam beroperasi. Untuk
perbaikan memakan waktu 1 jam tiap shift jadi memakan waktu 2 jam per
hari. Untuk perhitungannya sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 = 27.5 Hari x 2 Jam

= 55 Jam

- Total Delay Time

Untuk total waktu tunggu untuk produksi bila dijumlahkan dalam


sebulan diperoleh 244.18 jam perbulannya, perhitungannya dapat dilihat
sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒 = 111.13 + 27.5 + 18.3 + 4.5 + 13.75 + 55

= 244.18 Jam

c. Jam Kerja Efektif (Effective Working Hours)

Jam kerja efektif yang yang diperoleh merupakan hasil dari jam
kerja tersedia yang sudah dikurangi dengan total delay time. Untuk
perhitungan tersebut melihat pada total effective utilization yang
diperoleh dari data perusahaan. Perhitungannya sebagai berikut:

𝐸𝑊𝐻 = 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒

= 660 jam/bulan − 244.18 jam/bulan

= 415.82 jam/bulan

𝐸𝑊𝐻
𝐸𝑊𝐻𝑑𝑎𝑦 =
Jam Kerja 1 bulan

= 484.82 jam / 27.5 hari

= 15.12 jam/hari

73
Didapatkan dari perhitungan diatas bahwa 1 hari kerja memiliki
waktu kerja efektif selama 15.12 jam dalam sehari bila dihitung per shift
diperoleh 7,5 jam tiap shift.

4.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh hasil setelah dilakukannya pembuatan


pit design dengan acuan penambangan aktual yang dilakukan dan bentuk pit
shell yang diperoleh dari hasil excel algoritma Lerchs Grossmann dan
software pemodelan, dan juga kebutuhan alat yang diperlukan pada design
pit yang telah dibentuk. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan pit yang
optimal untuk ditambang dan memperoleh profit terbesar.
4.2.1. Optimasi Batas Tambang

Dalam optimasi untuk penentuan batas tambang menggunakan


bentuk pit limit yang direkomendasikan dari software pemodelan
tambang yang dapat terlihat pada tabel 4.3 yaitu Eagle 03 utara blok barat
diperoleh diskon terbesar pada optimasi 15% yang memperoleh nilai
(value) terbesar diantara diskon lainnya. Diperoleh nilai sebesar
$13,724,833.07 dan SR 17.67 pada optimasi tersebut. Dari hasil yang
telah diperoleh akan dijadikan dasar dalam pembuatan pit design untuk
penambangan yang akan dilakukan. Dengan bentuk yang dapat dilihat
pada gambar 4.2 dengan bentuk pit shell yang memberikan profit
terbesar.

Setelah itu dilakukan berdasarkan design pit shell yang terbentuk


pada software pemodelan tambang sebelumnya, yang memperhitungkan
menggunakan metode algoritma Lerchs Grossmann. Untuk mengetahui
lebih detail tiap bloknya maka digunakan Lerchs Grossmann yang
diperhitungkan menggunakan excel dengan rumus ada. Perhitungan
metode algortima Lerchs Grossmann pada intinya yaitu penjumlahan
antara biaya dan pendapatan secara kumulatif didalam pit limit. Semua
parameter yang diperlukan dikonfersi terlebih dahulu kedalam bentuk
finansial (USD/ton) lalu biaya untuk pengeluaran atau penambangan

74
overburden akan dibuat nilai negatif dan untuk pemasukan atau
penambangan coal akan dibuat nilai positif. Yang dapat dilihat dari tabel
4.4 sampai dengan tabel 4.6 yang dapat digambarkan bentuk perancangan
atau design pit outline. Berdasarkan penambangan nilai yang positif dan
jumlah batubara yang telah ditetapkan pada tabel 4.6 yang berjumlah
$14,384,804.47 kemudian menentukan blok dengan nilai net value pada
jumlah kolom pada bagian kanan dari pit limit yang telah ditentukan dari
optimasi.

4.2.2. Final Pit Design

Pembuatan final pit design dapat dilihat pada tabel 4.7 merupakan
parameter – parameter dalam pembuatan desain penambangan. Dan
dalam pembuatan desain berikut mengacu pada bentuk tambang aktual
yang dilakukan perusahaan dan dari hasil optimasi yang telah dilakukan
menggunakan software pemodelan dan hasil algoritma Lerchs
Grossmann. Dengan hasil sebagai berikut:

a. Tampak Atas

75
b. Tampak Barat Daya

Gambar 4. 5 (a) Hasil Pit Design Optimasi 15% Tampak Atas, (b)
Hasil Pit Design Optimasi 15% Tampak Barat Daya
Pada gambar 4.5 bagian (a) menunjukan bentuk pit penambangan
tampak dari atas, sedangkan untuk bagian (b) tampak bagian dari arah
selatan. Gambar tersebut menunjukan beberapa parameter yang
sebelumnya dijelaskan pada tabel 4.7 sebelumnya. Dilihat dari daerah
penelitian dengan peta topografi yang ada pada gambar merupakan
daerah yang didominasi oleh perbukitan dan juga dataran yang dapat
dilihat pada lampiran. Dari hasil report pit penambangan tersebut
diperoleh pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4. 9 Hasil Report Pit Design

Coal Tonase Overburden SR Margin Value

210918 280520.94 5232336 18.65 $ 12,268,142.86

76
Pada tabel 4.9 dapat diperhatikan perolehan volume hasil report
dari pit design berdasarkan algortima Lerchs Grossmann. Dari tabel dapat
dilihat total coal yang diperoleh sebesar 210918 bcm yang diubah ke
tonase menjadi 280520.94 dan untuk volume overburden diperoleh
sebesar 5232336 bcm. Dari hasil tersebut diperoleh stipping ratio 1 :
18,65 dan value sebesar 12,268,142.86 USD.

Lalu dilakukan analisa perbandingan ini untuk mengetahui


informasi yang diperoleh dari hasil optimasi dan pit design yang telah
dibuat, hasil yang diperoleh menguntungkan atau tidak bila dilakukan
penambangan, maka dilakukan perbandingan dengan optimasi yang
sebelumnya dilakukan menggunakan metode algoritma Lerchs
Grossmann. Hasil tersebut berupa value yang diperoleh dari kedua hasil
tersebut dan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4. 10 Perbandingan Hasil Report dan Optimasi


Optimiasi 15% Lerchs Grossmann Pit Design

Margin Value $ 13,724,833.07 $ 14,384,804.47 $ 12,268,142.86

Hasil report pit design dan optimasi menggunakan metode


algortima Lerchs Grossmann memiliki perbedaan value dari tabel 4.10
tersebut. Hasil yang diperoleh optimasi 15% sebesar $13,724,833.07
sedangkan untuk Lerchs Grossmann diperoleh $ 14,384,804.47 dan untuk
pit design yang dibuat memperoleh sebesar $12,268,142.86. Dari ketiga
metode terdapat perbedaan margin value, hal ini terjadi karena dalam
pembuatan pit design menggunakan parameter yang telah ditentukan
sebelumnya. Perbedaan nilai value tersebut terjadi karena perbedaan pit
outline yang terbentuk berbeda dengan hasil optimasi yang sebelumnya
dilakukan, karena adanya ramp yang terbentuk dan juga base dari pit
yang dibentuk menyesuaikan bentuk dari hasil optimasi pit yang
terbentuk sebelumnya.

77
4.2.3. Analisa Produktivitas Alat

Pada hasil produktivitas alat yang diperoleh dari perhitungan


sebelumnya untuk satu unit excavator Hitachi 210 dengan kapasitas 0.91
m3 berdasarkan pengambilan data sebesar 84.46 Ton/jam. Sedangkan
untuk satu unit excavator Doosan 520 dengan kapasitas 3.6 m3
berdasarkan pengambilan data sebesar 375.87 BCM/jam. Dimana Hitachi
210 bertugas untuk pengambilan batubara dan Doosan 520 untuk
pengambilan tanah penutup. Lalu untuk produktivitas satu unit dump
truck Hino 500 dengan kapasitas 11.2 m3 berdasarkan pengambilan data
sebesar 61.36 Ton/jam. Dan satu unit dump truck Hino 700 dengan
kapasitas 18 m3 berdasarkan pengambilan data sebesar 444.01 BCM/jam.
Untuk Hino 500 bertugas dalam coal hauling dan Hino 700 untuk
kegiatan OB removal.

a. Analisa Keserasian Alat

Pada material sumberdaya yaitu batubara alat yang digunakan


adalah excavator Hitachi 210 yang dipasangkan dengan dump truck Hino
500, dengan jarak tempuh sekitar 15 KM yang langsung ditempatkan ke
jetty. Dari perhitungan diperoleh nilai MF<1 dimana alat angkut bekerja
penuh sedangkan alat muat mempunyai waktu tunggu, dimana dari
percobaan angka ini yang paling mendekati 1. Alat yang digunakan ialah
1 unit Hitachi 210 yang membutuhkan pasangan Hino 500 sebanyak 17
unit. Hal ini terjadi karena jarak tempuh yang diperlukan cukup jauh dan
kondisi jalan yang kurang memadai.

Dan untuk material pengotor, alat yang digunakan adalah excavator


Doosan 520 yang dipasangkan dengan dump truck Hino 700, dengan
jarak tempuh sekitar 2.3 KM yang ditempatkan ke area disposal. Dari
perhitungan diperoleh nilai MF<1 dimana alat angkut bekerja penuh
sedangkan alat muat mempunyai waktu tunggu, dimana dari percobaan
angka ini yang paling mendekati 1. Alat berat yang dipergunakan ada 1
unit Doosan 520 yang dipasangkan dengan 4 unit Hino 700. Unit Hauler

78
yang diperlukan sedikit karena jarak antara front penambangan dengan
disposal yang tidak terlalu jauh berbeda dengan jetty yang jaraknya cukup
jauh.

b. Perencanaan Penambangan

Pada rencana produksi oleh PT. International Prima Coal pada pit
penambangan yang terletak pada Eagle 03 Utara bagian barat yang
menggunakan excavator Hitachi 210 untuk coal dan excavator Doosan
520 untuk overburden, sedangkan untuk alat angkut menggunakan dump
truck Hino 500 untuk coal dan dumpt truck Hino 700 untuk overburden
dari hasil perhitungan yang sebelumnya dilakukan dalam penentuan
ketersediaan alat lalu jam dan hari kerja yang dapat dilihat pada hasil
penelitian. Dan untuk desain penambangan yang telah dibuat sebelumnya
(dapat dilihat pada gambar 4.5). Berikut adalah rencana produksi untuk
setiap alat yang dapat dilihat pada tabel 4.11 untuk penjelasan alat gali-
muat dan tabel 4.12 untuk penjelasan alat angkut berikut:

Tabel 4. 11 Produksi Excavator


Jam Jumlah
Unit Material Produktivitas Produksi/hari
Kerja/Hari Unit
Excavator
Coal 84.46 15.12 1 1277.043 Ton
HITACHI 210
Excavator
overburden 321.60 15.12 3 14587.776 BCM
DOOSAN 520

Tabel 4. 12 Produksi Dump Truck


Jam Jumlah
Unit Material Produktivitas Produksi/hari
Kerja/Hari Unit
DT HINO 500 Coal 61.36 15.12 17 15773.123 Ton

DT HINO 700 overburden 379.90 15.12 12 68929.934 BCM

79
Pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 menunjukan untuk pemakaian
jumlah unit untuk coal menggunakan 1 fleet dimana membutuhkan 1 unit
excavator Hitachi 210 dan dipasangkan dengan 17 unit dump truck Hino
500. Sedangkan untuk kebutuhan alat pada material overburden
memerlukan 3 unit excavator Doosan 520 dengan 12 unit dump truck
Hino 700 dimana tiap 1 excavator dipasangkan dengan 4 unit dump truck.
Untuk produksi alat gali muat perharinya pada material coal
memproduksi sebanyak 1277,043 Ton perhari dan untuk material
overburden sebesar 14587,776 BCM. Sedangkan produksi untuk alat
angkut pada material coal memproduksi sebanyak 15773,123 Ton perhari
dan material overburden memproduksi dalam sehari sebesar 68929,934
BCM. Bila mengikuti volume dari material overburden maka umur
tambang yang dikerjakan selama 1.08 tahun atau setara dengan 12,96
bulan penambangan.

80
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis dan perhitungan dari data yang telah diperoleh maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Diperoleh pada optimasi 15%, dimana hasil yang diperoleh dengan


software dibentuk pada excel untuk mencari perhitungan net value.
Margin value yang diperoleh pada software sebesar 13,724,833.07
USD yang sedikit berbeda dengan perhitungan Lerchs Grossmann
yang dilakukan pada excel yaitu 14,384,804.47 USD dengan selisih
659,971.4 USD, perbedaan tersebut terjadi karena perhitungan pada
excel merupakan perhitungan keseluruhan atau overall pit yang
terbentuk, sedangkan pada software pemodelan memiliki beberapa
pillar untuk mengurangi jumlah pengambilan overburden yang
berlebih.

2. Pembuatan desain ini berdasarkan bentuk dari optimasi 15% pada


software dan parameter – parameter yang digunakan diperusahaan,
dan dari hasil tersebut diperoleh tonase coal sebesar 280520.94 Ton
dan overburden sebesar 5232336 BCM dengan perolehan stripping
ratio 18,65 dan value yang didapat 12,268,142.86 USD, dari hasil
value tersebut mendapatkan perbedaan yang cukup jauh dengan
optimasi dari software maupun excel Lerchs Grossmann dikarenakan
desain optimasi yang tebentuk sangat sulit bila diterapkan pada
penambangan aktual dimana final pit design yang dibentuk
menyesuaikan dengan parameter yang ada diperusahaan dan lebih
banyak overburden dalam bentuk design pit yang terbentuk.

81
3. Produktivitas tiap alat gali muat sebesar 84.46 Ton/jam untuk Hitachi
210 dan Doosan 520 sebesar 321.6 BCM/jam. Sedangkan untuk alat
angkut Hino 500 sebesar 61.36 Ton/jam dan 379.90 BCM/jam untuk
Hino 700. Dari perhitungan produktivitas diperoleh match factor
sebesar 0.99 untuk coal dimana 1 excavator dipasangkan dengan 17
dumptruck yang disebabkan karena jarak yang cukup jauh dari area
penambangan ke pelabuhan yang disebabkan stockpile yang kurang
dipergunakan dan menggunakan 1 fleet pada penambangan. Dan untuk
overburden diperoleh match factor sebesar 0.94 dengan 1 excavator
yang dipasangkan dengan 4 dumptruck dan membutuhkan 3 fleet pada
penambangan. Dengan waktu penambangan selama 1.08 tahun atau
setara dengan 12,96 bulan.

5.2. Saran

Untuk saran yang diberikan dari penelitian yang telah dilakukan


sebagai berikut:

1. Mengkaji kembali geoteknik perusahaan guna memperoleh


keuntungan yang lebih bagi ekonomi perusahaan dan FK lereng yang
kurang aman. Karena kajian geoteknik sementara yang ada pada
perusahaan hanya dapat mencapai elevasi -20 dan dari asumsi geotek
yang dibuat dikatakan kurang aman lalu banyak juga batubara yang
tidak terambil dibawah elevasi tersebut.
2. Menggunakan perhitungan metode algoritma Lerchs Grossmann
dalam penentuan pit limit penambangan, Cara ini cukup mudah dan
tidak memakan waktu yang lama bila dibandingkan dengan cara
incremental pit expansion atau yang dikenal dengan trial and error.
Metode Lerchs Grossmann dapat menjadi referensi untuk menentukan
optimasi penambangan.

82
DAFTAR PUSTAKA

Alpiana, 2011. Rancangan Desain Tambang Batubara di PT Bumi Bara


Kencana di Desa Mahasa Kec Kapuas Hulu Kab Kapuas Kalimantan
Tengah. Media Bina Ilmiah.

Bristol, R. (2006). Pit Optimiser in Surpac Vision. Perth, Western Australia.

Hustrulid, W., Kuctha, M., Martin, R. 2013. Open Pit Mine Planning and
Design Volume 1 Fundamental Third Edition. Leiden. Balkema.

Indonesianto, Y. 2008. Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: UPN


“Veteran” Yogyakarta
Irfan, Andri. 2021. Data Mining & Decision Support System, Optimasi
Pekerjaan Tanah Konstruksi Jalan Tol. ISBN 978-623-6385-92-0.
Kennedy, B.A. 1990. Surface mining. Edisi 2, Society for mining
metallurgy, and Exploration. Inc .USA.
Komatsu. 2006. Komatsu Specification and Application Handbook Edition
27. Tokyo: Komatsu Ltd.

Maryanto. 2013. Evaluasi dan Optimasi Cadangan Batubara. Universitas


Islam Bandung. Bandung.

Menteri ESDM. 2018. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Minerel
Republik Indonesia Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik.

Prinandi, A.R. 2014. Perancangan (Design) Pit Ef Pada Penambangan


Batubara di PT. Milagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka,
Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur. Prodi Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Islam Bandung.

Putri, Fairus R. R., Kriswandy, Edward. 2020. Analisa Working Space


Excavator Dan Off Highway Dump Truck Berdasarkan Spesifikasi
Unit Dengan Menghitung Luas Aktual Kerja Excavator Sebagai

83
Acuan Desain Pit Weekly Di Area Sm –A3 Pt. Sims Jaya Kaltim Site
Pt. KidecoJaya Agung kalimantan Timur. Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Rifandy, Akhmad dan P, Syamsidar S.M. 2018. Optimasi Pit Tambang


Terbuka Batubara dengan Pendekatan Incremental Pit Expansion,
BESR dan Profit Margin. Jurnal Geologi Pertambangan.

S. Supriana, Sukardi, E. Rustandi. 1995. Peta Geologi Lembar Samarinda,


Kalimantan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Sabillah, Rai N. 2021. Perencanaan Ultimate Pit Design Pada Perusahaan


Tambang Nikel Pt X. Jakarta. Jurusan Teknik Pertambangan UIN
Syarif Hidayatullah.

Sasongko, W. 2009. Pemodelan Optimasi Pit Tambang Terbuka Batubara :


Pendekatan Incremental Pit Expansion dan Model Cash Flow.
Yogyakarta.

Sidiq, Hidayatullah dan Pusvito, Idra. 2016. Penentuan Pit Limit


Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann
Menggunakan 3DMine Software. Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

PT. International Prima Coal. 2021. Data sekunder yang diberikan


perusahaan. Samarinda.

Tenriajeng, A. T. 2003. Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta: Gunadarma.

Thompson, R.J. 2005. Surface Strip Coal Mining Handbook. Johannesburg.


South African Colliery Manager Association.

Waterman, S. 2010. Perencanaan Tambang. Yogyakarta. Jurusan Teknik


Pertambangan UPN Veteran.

Yulanda, Y.A., Toha, M.T., Sjarkowi, F.. 2020. Optimasi Stripping Ratio
Dengan Metode Discounted Cash Flow Pada Project Pltu Mulut
Tambang. Jurnal Pertambangan. Palembang.

84
LAMPIRAN

85
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.

Hasil report software pemodelan

a. Report overburden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-20.0 -> -10.0 237440 237590 237530 237450 237570 233240 219250 204720 190240 175820
-10.0 -> 0.0 237440 237590 237530 237450 237570 233240 219250 204720 190240 175820
0.0 -> 10.0 237440 237590 237530 237450 237570 233240 219250 204720 190240 175820
10.0 -> 20.0 237440 237590 237530 237450 237570 233240 219250 204720 190240 175820
20.0 -> 30.0 236347 235787 235307 235202 235277 231015 216315 200518 185633 170761
30.0 -> 40.0 78890 76259 77723 90643 104921 104976 110061 91683 50536 42528
40.0 -> 50.0 22961 16692 6864 13564 27940 28976 33673 33059 8373 2578
50.0 -> 60.0 3313 653 99 32 3430 3879 3203 243 0 0

86
b. Report coal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-20.0 -> -10.0 0 0 0 6084 0 7986 20374 11023 0 0
-10.0 -> 0.0 0 0 0 6085 35 11556 20019 7972 0 0
0.0 -> 10.0 0 0 754 5346 3460 11180 19875 5186 0 0
10.0 -> 20.0 0 0 3272 2806 4511 12395 19672 2830 0 0
20.0 -> 30.0 0 0 4343 1076 4214 11313 15450 569 0 0
30.0 -> 40.0 0 0 1052 0 2064 4982 6650 0 0 0
40.0 -> 50.0 0 0 0 0 562 1038 1126 0 0 0
50.0 -> 60.0 0 0 0 0 0 61 91 0 0 0

87
Lampiran B

Peta Topografi

88
Lampiran C.

Peta IUP

89
Lampiran D.

Harga Batubara

Harga Batubara Acuan (HBA) Tahun 2021 (6322 K/Cal)


Bulan HBA ($/Ton)
Jan 75.84
Feb 87.79
Mar 84.47
Apr 86.68
May 89.74
Jun 100.33
Jul 115.35
Aug 130.99
Sep 150.03
Oct 161.63
Nov 215.01
Dec 159.79
rata2 121.47

5.523 − 6322
𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 = $ 121.47 x (1 + )
6322

𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 = $ 121.47 x (0.873)

𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 = $ 106.12

90
Lampiran E.

Spesifikasi Alat

1. Excavator Hitachi 210

Jenis : Hydraulic Excavator

Brand : Hitachi

Kapasitas bucket : 0.91 BCM

Jangkauan max : 9.9 meter

Kecepatan swing : 13.5 rpm

2. Excavator Doosan 520

Jenis : Hydraulic Excavator

Brand : Doosan

Kapasitas bucket : 3.6 BCM

Jangkauan max : 15 meter

Kecepatan swing : 9.2 rpm

3. Dump Truck Hino 500

Jenis : Dump Truck

Brand ; Hino

Kapasitas vessel : 11.2 BCM

Kecepatan max travel : 94 km/jam

4. Dump Truck Hino 700

Jenis : Dump Truck

91
Brand : Hino

Kapasitas vessel : 18 BCM

Kecepatan max travel : 99 km/jam

92

Anda mungkin juga menyukai