Anda di halaman 1dari 223

SKRIPSI

RANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BEBAN KERJA


PENGELASAN PADA PERAKITAN BLOK LAMBUNG KAPAL
Studi Kasus Kapal Ferry Ro Ro

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


pada Departemen Teknik Perkapalan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

OLEH:

EDITYA ANGGAWIJAYA

D031181010

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

i
RANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BEBAN KERJA
PENGELASAN PADA PERAKITAN BLOK LAMBUNG KAPAL
Studi Kasus Kapal Ferry Ro Ro

Editya Anggawijaya, Farianto Fachruddin L. & Moh. Rizal Firmansyah


Departemen Teknik Perkapalan
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa
Jl. Poros Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92119

ABSTRAK

Dalam proses produksi bangunan kapal, salah satu kegiatan dominan adalah
pengelasan untuk penyambungan dan perakitan komponen menjadi sub-blok atau
sub-blok menjadi blok. Kegiatan pengelasan menggunakan material isi yaitu
elektroda las yang kebutuhannya harus direncanakan secara baik agar efisiensi
produksi bisa tercapai. Perecanaan kebutuhan elektroda diawali degan perhitungan
besarnya beban kerja pengelasan untuk mempermudah, mempersingkat waktu serta
memperbesar akurasi nilai perhitungan diperlukan rancangan program aplikasi
perhitungan beban kerja pengelasan. Visual Basic for Application (VBA)
digunakan sebagai dasar penyusun rancangan program aplikasi untuk implementasi
perhitungan beban kerja pengelasan. Studi kasus penelitian ini adalah menghitung
besarnya beban kerja pengelasan digunakan blok parallel midle body dari kapal
ferry Ro-Ro 300 GT. Hasil perhitungan menggunakan program aplikasi
menunjukkan bahwa panjang objek pengelasan sebesar 1048 meter, berat logam las
sebesar 83 kg, dan total berat konstruksi sebesar 19313 kg. Selain hasil tersebut,
dilakukan simulasi variasi ukuran blok berdasarkan perubahan lebar kapal akibat
penambahan lajur kendaraan. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan
menunjukkan nilai beban kerja pengelasan di setiap pertambahan volume blok
sebesar 1m3 (panjang dan tinggi blok konstan) berimplikasi terhadap besar panjang
pengelasan, berat logam las dan berat konstruksi masing-masing mengalami
pertambahan sebesar 4.26%, 5.95% dan 6.61%.
Kata kunci : Beban kerja pengelasan, ferry ro-ro, visual basic for application

ii
DESIGN PROGRAM APPLICATION OF WELDING WORKLOAD
CALCULATION ON HULL BLOCK ASSEMBLY
Ferry Ro Ro Case Study

Editya Anggawijaya, Farianto Fachruddin L. & Moh. Rizal Firmansyah


Naval Engineering Department
Faculty of Engineering, Hasanuddin University, Gowa
Jl. Poros Malino, Gowa Regency, South Sulawesi 92119

ABSTRACT

In the process of production of ship buildings, one of the dominant activities is


welding for splicing and assembly of components into sub-blocks or sub-blocks
into blocks. Welding activities use fill materials, namely welding electrodes whose
needs must be planned properly so that production efficiency can be achieved. The
calculation of electrode needs begins with the calculation of the size of the welding
workload to facilitate, shorten the time and increase the accuracy of the calculation
value, it is necessary to design a welding workload calculation application program.
Visual Basic for Application (VBA) is used as the compiler basis for the design of
application programs for the implementation of welding workload calculations. The
case study of this study is to calculate the magnitude of the welding workload used
parallel midle body block from the Ro-Ro 300 GT ferry. The results of calculations
using the application program showed that the length of the welding object was
1048 meters, the weight of the weld metal is 83 kg, and the total construction weight
is 19313 kg. In addition to these results, a simulation of block size variations was
carried out based on changes in ship width due to the addition of vehicle lanes.
Based on the results of simulations that have been carried out, it shows that the
value of welding workload in each block volume increase of 1m3 (constant block
length and height) has implications for the size of welding length, welding metal
weight and construction weight experienced an increase of 4.26%, 5.95% and
6.61%, respectively.
Keywords : Welding workload, ro-ro ferry, visual basic for application

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmattulahi wa barakatuh

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir
penelitian ini. Berdasarkan hasil seminar proposal, judul penelitian yang dikaji
adalah

“RANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BEBAN KERJA


PENGELASAN PADA PERAKITAN BLOK LAMBUNG KAPAL
Studi Kasus Kapal Ferry Ro Ro”
Pengerjaan tugas akhir ini merupakan persyaratan bagi setiap mahasiswa untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada departemen Teknik Perkapalan Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas akhir
ini adalah suatu kebanggaan tersendiri, karena tantangan dan hambatan yang
menghadang selama mengerjakan tugas akhir ini dapat terlewati dengan usaha dan
upaya yang sungguh-sungguh. Dalam penyusanan laporan penulis tidak mungkin
melakukan sendiri tanpa adanya bantuan dari orang-orang disekitar. Melalui lembar
ini penulis menucapkan banyak terimah kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Suriyadi dan Ibunda Nurhayani, atas
segala dukungan, kesabaran pengorbanan, semangat, materi dan doanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Bapak Farianto Fachruddin L., ST., MT. selaku pembimbing I dan Bapak
Moh. Rizal Firmansyah, ST.,MT., M.Eng. selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Bapak Dr.Eng. Suandar Baso, ST., MT selaku ketua Departemen Teknik
Perkapalan Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Wahyuddin ST., MT. selaku Kepala Labo Rancang Bangun Kapal.

iv
5. Bapak Ir. Lukman Bochary, MT. selaku Penasehat Akademik yang selalu
membimbing dan memberikan arahan dalam perencanaan mata kuliah.
6. Bapak Dr. Ir. Syamsul Asri, MT. dan Bapak Wahyuddin ST., MT. selaku
penguji dalam tugas akhir ini.
7. Ibu Uti, Pak Afif, Kak Ani dan Kak Jeje selaku staf departemen perkapalan
Fakultas teknik Universitas Hasanuddin atas segala kebaikan dan
kesabarannya selama penulis mengurus segala administrasi di kampus.
8. Seluruh Dosen Departemen Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin atas segala kebaikan dan kemurahan hatinya.
9. Kepada partner saya Armiaty Octavia, sosok yang selalu sabar menghadapi
keluh kesah dan menjadi sosok solutif dalam penyelasaian Tugas Akhir ini.
10. Kepada teman-teman penghuni Rumah Bahagia, terima kasih telah
membersamai dimulai sejak merangkak hingga bisa berlari di Fakultas
TEKNIK.
11. Kepada teman-teman THRUZTER 2018, terima kasih telah memberi
pengalaman tentang persahabatan selama penulis menuntut ilmu di Jurusan
Perkapalan.
12. Kepada teman-teman seperjuangan Labo Produksi 2018.
13. Penulis menyadari bahwa didalam tugas akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan meminta kritikan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya
penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
peneliti sendiri maupun bagi semua pihak yang berkenan untuk membaca
dan mempelajarinya.

Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wabarakatuh


Gowa, 5 October 2022

PENULIS

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iiii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR NOTASI ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah .......................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6

2.1 Karakteristik Kapal Ferry ............................................................................ 6

2.1.1 Komponen Konstruksi Kapal Ferry Ro-Ro ................................................. 8

2.2 Teknologi Produksi Kapal ........................................................................... 9

2.2.1 Conventional Hull Construction and Outfitting .......................................... 9

2.2.2 Hull Block Construction Method (HBCM) and Pre-Outfitting ................ 10

2.2.3 Dengan menerapkan teknologi HBCM and pre-Outfitting, ...................... 10

vi
2.2.4 Process-lane Hull Construction and Zone Outfitting ............................... 11

2.2.5 Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP) ................ 11

2.3 Konsep Product Work Breakdown Structure (PWBS) ............................. 12

2.4 Pengelasan ................................................................................................. 29

2.4.1 Pengelasan pada Konstruksi Kapal ........................................................... 29

2.4.2 Alur Proses pembangunan Kapal .............................................................. 35

2.5 Kualifikasi Pengelasan .............................................................................. 36

2.6 Welding Procedure Spesification (WPS) .................................................. 37

2.6.1 Langkah-langkah pembuatan Welding Procedure Spesification (WPS)... 38

2.6.2 Faktor Utama Welding Procedure Spesification (WPS) ........................... 38

2.6.3 Kualifikasi Welding Procedure Spesification (WPS) ............................... 39

2.7 Sambungan Las ......................................................................................... 39

2.7.1 Uji Pengelasan Pada Sambungan Las (BKI Vol. 6 Rules for Welding
2022) 40

2.8 Elektroda Las ............................................................................................. 42

2.8.1 Komposisi Kimia Elektroda ...................................................................... 44

2.8.2 Deposit Rate Elektroda ............................................................................. 45

2.8.3 Berat Satu Batang Elektroda ..................................................................... 57

2.9 Perhitungan Berat Logam Las ................................................................... 57

2.10 Algoritma Pemrograman dan Flow chart.................................................. 70

2.10.1 Karakteristik Algoritma............................................................................. 71

2.10.2 Notasi Algoritma ....................................................................................... 71

2.10.3 Aturan Penulisan Teks Algoritma ............................................................. 75

2.11 Visual Basic............................................................................................... 76

vii
2.11.1 Visual Basic Editor.................................................................................... 76

2.11.2 Visual basic application ............................................................................ 76

2.11.3 Menampilkan Userfrom VBA pada Excel ................................................ 82

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 85

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian..................................................................... 85

3.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 85

3.3 Pengolahan Data ........................................................................................ 85

3.3.1 Perancangan Model Base .......................................................................... 86

3.3.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 86

3.3.3 Perancangan Modelbase dalam Mengidentifikasi Jumlah Komponen


Konstruksi .................................................................................................................
................................................................................................................... 86

3.3.4 Perancangan Program Aplikasi Perhitungan Beban Kerja Pengelasan ..... 86

3.3.5 Simulasi Perhitungan Beban Kerja Pengelasan......................................... 87

3.4 Kerangka Pikir........................................................................................... 87

BAB IV DESAIN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BEBAN KERJA


PENGELASAN .................................................................................................... 89

4.1 Tampilan Desain Sistem Informasi Menggunakan VBA Excel ................ 89

4.1.1 Menu Login ............................................................................................... 89

4.1.2 Menu Daftar Akun .................................................................................... 92

4.1.3 Menu Utama .............................................................................................. 93

4.1.4 Menu Input Data Kapal ............................................................................. 96

4.1.5 Menu Input Komponen ............................................................................. 99

4.1.6 Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi ..................................................... 102

4.1.7 Menu Detail Konstruksi .......................................................................... 107

viii
4.1.8 Menu Hasil Input ..................................................................................... 112

4.1.9 Menu Edit ................................................................................................ 115

4.1.10 Menu Scantling Construction .................................................................. 118

4.1.11 Menu Data Berat ..................................................................................... 120

4.1.12 Menu Penyimpanan Data ........................................................................ 122

4.1.13 Menu Graphic Preview............................................................................ 126

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 128

5.1 Data Ukuran Kapal Ferry Ro-Ro 300 GT ............................................... 128

5.2 Perhitungan Konstruksi ........................................................................... 128

5.2.1 Perkiraan Beban ...................................................................................... 129

5.2.1 Perhitungan Modulus .............................................................................. 131

5.3 Penentuan Ukuran Utama Kapal Ferry Ro-Ro pada Proses Simulasi ...........
................................................................................................................. 134

5.3.1 Deck Plan ................................................................................................ 134

5.4 Breakdown Kapal dengan Pendekatan PWBS ........................................ 139

5.5 Urutan Perakitan Blok Kapal .................................................................. 139

5.6 Perencanaan Standar Teknik Pengelasan ................................................ 142

5.7 Panjang Objek Las .................................................................................. 144

5.8 Perhitungan Beban Kerja Pengelasan ..................................................... 144

5.8.1 Feature Input ........................................................................................... 145

5.8.2 Feature Pemilihan Dimensi Konstruksi................................................... 146

5.8.3 Feature Penginputan Data Konstruksi ..................................................... 148

5.8.4 Feature Hasil Input Konstruksi ............................................................... 150

5.8.5 Feature menu Edit ................................................................................... 150

ix
5.8.6 Feature menu dimensi konstruksi ............................................................ 151

5.8.7 Feature Penyimpanan Data...................................................................... 153

5.8.8 Feature Grafik ......................................................................................... 153

5.9 Pembahasan/Diskusi................................................................................ 156

5.9.1 Simulasi Berat Konstruksi ....................................................................... 186

5.9.2 Simulasi Panjang Pengelasan .................................................................. 187

5.9.3 Simulasi Berat Logam Las ...................................................................... 188

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 193

6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 193

6.2 Saran ........................................................................................................ 193

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 194

x
DAFTAR NOTASI

Notasi Nama Satuan


a0 Jarak gading normal m
B Breadht m
Bb Lebar Blok m
C0 Wave coeffitien
CB Block Coeffitien
CL Length coeffitien
CM Midship Coeffitien
CRW Service range coeffitien
e Jarak antar web frame m
f Probability Factor
H Height m
Hb Tinggi Blok m
Hdb Tinggi Double Bottom m
k Material Factor
l Jarak panjang tak ditumpu m
Lb Panjang blok m
LBP Length Between Perpendicular m
LWL Length Water Line m
nc Reduction Coefficient
P0 Beban dinamis eksternal KN/m2
PB Beban alas kapal KN/m2
Pdeck Beban geladak kapal KN/m2
Pi Beban alas dalam kapal KN/m2
Plas Panjang objek pengelasan m
Ps Beban sisi kapal KN/m2
Ps1 Beban sisi diatas garis air KN/m2
Ps2 Beban sisi dibawah garis air KN/m2

xi
Notasi Nama Satuan
Reh minimum nominal upper yield N/mm2
strength
T Sarat kapal m
v Kecepatan kapal Knot
W Modulus cm3
z Titik pusat pembebanan m

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kapal Ro-Ro Ferry .............................................................................. 7


Gambar 2.2 Sejarah Perkembangan Metode Pembangunan Kapal ......................... 9
Gambar 2.3 Komponen-komponen Teknologi PWBS ......................................... 13
Gambar 2.4 Tahapan pembangunan kapal berdasarkan HBCM ........................... 16
Gambar 2.5 Aspek produksi HBCM ..................................................................... 17
Gambar 2.6 Part fabrication yang tidak dapat dibagi lagi (HBCM) ..................... 19
Gambar 2.7 Part Assembly yang berada di luar aliran kerja utama ...................... 19
Gambar 2.8 Sub‐block Assembly berdasarkan tingkat kesulitan.......................... 20
Gambar 2.9 Semi-block dan block Assembly pada block tengah dasar ganda
dalam ruang muat .................................................................................................. 23
Gambar 2.10 Block Assembly dan Grand-Block Joining, pada tangki sayap atas 23
Gambar 2.11 Block Assembly dan Grand-Block Joining, pada tangki sayap atas 24
Gambar 2.12 Block Assembly dan Grand-Block Joining, sekat bergelombang
melintang ............................................................................................................... 24
Gambar 2.13 Block Assembly dan Grand-Block Joining, block buritan .............. 25
Gambar 2.14 Block Assembly, geladak katas dan block datar ruang mesin ........ 25
Gambar 2.15 Semi-block dan Block Assembly, bulbous bow.............................. 26
Gambar 2.16 Semi-block dan Block Assembly, gelada katas kimbul .................. 26
Gambar 2.17 Grand-block joining, geladak kimbul ............................................. 27
Gambar 2.18 Block Assembly dan Grand-block joining, dasar/alas kamar mesin27
Gambar 2.19 Block Assembly, kulit kamar mesin ............................................... 28
Gambar 2.20 Proses Las SMAW .......................................................................... 31
Gambar 2.21 Proses las OAW .............................................................................. 32
Gambar 2.22 Proses Las GTAW.......................................................................... 33
Gambar 2.23 Proses Las MIG/GMAW ................................................................ 34
Gambar 2.24 Proses Las FCAW ........................................................................... 35
Gambar 2.25 Tahapan Proses Pembangunan Kapal ............................................. 36
Gambar 2.26 Sambungan Las ............................................................................... 40
Gambar 2.27 Macam-Macam Las ......................................................................... 40

xiii
Gambar 2.28 Pengujian Sambungan pada tipe las tumpul (butt joint) ................. 41
Gambar 2.29 Pengujian Las Tipe Fillet ................................................................ 42
Gambar 2.30 Efficiency Electroda dan Stub Loss ................................................ 45
Gambar 2.31 Ukuran Las Sudut ............................................................................ 58
Gambar 2.32 Contoh objek perhitungan berat logam las ...................................... 59
Gambar 2.33 Stub Loss pada electrode ................................................................. 61
Gambar 2.34 Berat Logam Las Pada Sambung Fillet dan Bevel .......................... 69
Gambar 2.35 Contoh Flow chart ........................................................................... 74
Gambar 2.36 Tampilan Visual Basic For Applications ........................................ 78
Gambar 2.37 Tampilan Menu Excel Options ....................................................... 79
Gambar 2.38 Tampilan MenuDevelover............................................................... 79
Gambar 2.39 Tampilan MenuDevelover............................................................... 80
Gambar 2.40 Tampilan JendelaAssign Macro ...................................................... 80
Gambar 2.41 Tampilan JendelaKerja .................................................................... 81
Gambar 2.42 Tampilan JendelaKode .................................................................... 82
Gambar 2.43 Tampilan Kotak Input ..................................................................... 82
Gambar 2.44 Tampilan hasil proses program ....................................................... 82
Gambar 2.45 Tampilan Ms. Excel ........................................................................ 83
Gambar 2.46 Tampilan Ms.Visual Basic .............................................................. 83
Gambar 2.47 Tampilan Input data ........................................................................ 84
Gambar 3.1 Kerangka Alur Penelitian ................................................................. 88
Gambar 4.1 Tampilan Menu LogIn ...................................................................... 90
Gambar 4.2 Algoritma Menu Login...................................................................... 91
Gambar 4.3 Menu Daftar Akun ............................................................................ 92
Gambar 4.4 Algoritma Menu Daftar Akun ........................................................... 93
Gambar 4.5 Tampilan Menu Utama...................................................................... 94
Gambar 4.6 Algoritma Menu Utama .................................................................... 95
Gambar 4.7 Tampilan Menu Input Data Kapal ..................................................... 98
Gambar 4.8 Algoritma Menu Input Ukuran Utama .............................................. 98
Gambar 4.9 Tampilan Menu Input Komponen ................................................... 100
Gambar 4.10 Algoritma Menu Input Komponen ................................................ 101

xiv
Gambar 4.11 (a) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi ..................... 104
Gambar 4.11 (b) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi ..................... 104
Gambar 4.11 (c) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi ..................... 105
Gambar 4.11 (d) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi .................... 105
Gambar 4.12 Algoritma Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi .......................... 106
Gambar 4.13 Tampilan Menu Detail Pekerjaan .................................................. 110
Gambar 4.14 Algoritma Menu Detail Pekerjaan................................................. 111
Gambar 4.15 Tampilan Hasil Input .................................................................... 113
Gambar 4.16 Algoritma Menu Hasil Input ......................................................... 114
Gambar 4.17 Tampilan Menu Edit...................................................................... 116
Gambar 4.18 Algoritma Menu Edit .................................................................... 117
Gambar 4.19 Tampilan Menu Scantling Construction ....................................... 119
Gambar 4.20 Algoritma Menu Scantling Construction ..................................... 119
Gambar 4.21 Tampilan Menu Data Berat ........................................................... 121
Gambar 4.22 Algoritma Menu Data Berat .......................................................... 122
Gambar 4.23 Tampilan Menu Penyimapanan Data ............................................ 124
Gambar 4.24 Algortma Penyimpanan Data ........................................................ 125
Gambar 4.25 Tampilan Menu Graphic Preview ................................................. 126
Gambar 4.26 Algoritma Graphic Preview .......................................................... 127
Gambar 5.1 Dimensi Kendaraan ......................................................................... 135
Gambar 5.2 Deck Plan Lebar 9 Meter ................................................................ 136
Gambar 5.3 Deck Plan Lebar 11.70 Meter ......................................................... 136
Gambar 5.4 Deck Plan Lebar 14.4 Meter .......................................................... 137
Gambar 5.5 Deck Plan Lebar 17.70 Meter ......................................................... 137
Gambar 5.6 Deck Plan Lebar 19.80 Meter ......................................................... 138
Gambar 5.8 Tahapan Perakitan Blok .................................................................. 141
Gambar 5.9 WPS (Sambungan Single Vee Butt) ............................................... 143
Gambar 5.10 Joint Komponen Bottom Plate ~ Bottom Plate ............................. 144
Gambar 5.11 (a) Fitur Menu Input ...................................................................... 145
Gambar 5.12 (b) Fitur Menu Input ...................................................................... 146
Gambar 5.13 (a) Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi ...................................... 147

xv
Gambar 5.13 (b) Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi ..................................... 147
Gambar 5.14 (a) Menu Input data konstruksi (Pemilihan Tahapan Pekerjaan) .. 148
Gambar 5.14 (b) Menu Input data konstruksi (Penginputan Data) ..................... 149
Gambar 5.14 (c) Menu Input data konstruksi (Data Berhasil diinput) .............. 149
Gambar 5.15 Menu Hasil Input ........................................................................... 150
Gambar 5.16 Menu Edit Data Konstruksi ........................................................... 151
Gambar 5.17 (a) Tampilan data dimensi konstruksi ........................................... 152
Gambar 5.17 (b) Tampilan data dimensi konstruksi ........................................... 152
Gambar 5.18 Tampilan penyimpanan data ......................................................... 153
Gambar 5.19 Tampilan grafik panjang pengelasan ; berat logam las ................. 154
Gambar 5.20 Tampilan grafik berat konstruksi ; panjang pengelasan ................ 154
Gambar 5.21 Tampilan grafik rasio berat konstruksi terhadap panjang pengelasan
............................................................................................................................. 155
Gambar 5.22 Tampilan grafik panjang pengelasan ; berat logam las ................. 155
Gambar 5.23 Tampilan grafik berat konstruksi ; panjang pengelasan ................ 156
Gambar 5.24 Tampilan grafik panjang pengelasan ; berat logam las ................. 156
Gambar 5.25 Grafik panjang pengelasan ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan panel.................................................................................................... 158
Gambar 5.26 Grafik berat konstruksi ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan panel.................................................................................................... 159
Gambar 5.27 Grafik rasio berat konstruksi terhadap panjang pengelasan (Kg/m)
(Ferry ro-ro 300 GT) pekerjaan panel ................................................................. 159
Gambar 5.28 Grafik panjang pengelasan ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan subblok................................................................................................ 160
Gambar 5.29 Grafik berat konstruksi ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan subblok................................................................................................ 161
Gambar 5.30 Grafik rasio berat konstruksi terhadap panjang pengelasan (Kg/m)
(Ferry ro-ro 300 GT) pekerjaan subblok ............................................................. 161
Gambar 5.31 Kurva Berat Konstruksi ................................................................ 186
Gambar 5.32 Kurva Panjang Pengelasan ............................................................ 188
Gambar 5.33 Kurva Berat logam las ................................................................... 190

xvi
Gambar 5.34 Kurva Rasio Berat Kontruksi Terhadap Panjang Pengelasan ....... 192

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen-komponen konstruksi pada kamar mesin ............................. 8


Tabel 2.2 Komponen-komponen konstruksi pada bagian tangki ............................ 8
Tabel 2.3 Pengujian Butt Welding, posisi pengelasan dan diameter elektroda .... 41
Tabel 2.4 Kode Electroda menurut klasifikasi American Welding Society ......... 43
Tabel 2.5 Sifat Mekanik Elektroda E6010 ............................................................ 46
Tabel 2.6 Komposisi kimia elektroda E6010 ........................................................ 46
Tabel 2.7 Deposit Rate Eleketroda E6010 ............................................................ 46
Tabel 2.8 Sifat mekanik dari elektroda E7010 ...................................................... 47
Tabel 2.9 Komposisi kimia elektroda E7010 ........................................................ 47
Tabel 2.10 Deposit Rate Elektroda E7010 ............................................................ 48
Tabel 2.11 Sifat mekanik dari elektroda E8010 .................................................... 48
Tabel 2.12 Komposisi kimia elektroda E8010 ...................................................... 48
Tabel 2.13 Deposit Rate Elektroda E8010 ............................................................ 49
Tabel 2.14 Sifat mekanik Elektroda E6011 .......................................................... 49
Tabel 2.15 Komposisi kimia elektroda E6011 ...................................................... 49
Tabel 2.16 Deposit Rate Elektroda ....................................................................... 50
Tabel 2.17 Sifat mekanik Elektroda E6012 .......................................................... 50
Tabel 2.18. Komposisi kimia elektroda E6012 ..................................................... 50
Tabel 2.19. Deposit Rate elektroda E6012............................................................ 51
Tabel 2.20. Sifat mekanik elektroda E6013 .......................................................... 51
Tabel 2.21. Komposisi kimia elektroda E6013 ..................................................... 51
Tabel 2.22. Deposit Rate elektroda E6013............................................................ 52
Tabel 2.23 Sifat mekanik elektroda E7014 .......................................................... 52
Tabel 2.24 Komposisi kimia elektroda E7014 ...................................................... 52
Tabel 2.25. Deposit Rate Elektroda E7014 ........................................................... 53
Tabel 2.26 Sifat mekanik dari elektroda E7016 .................................................... 53
Tabel 2.27. Komposisi kimia elektroda E7016 ..................................................... 53
Tabel 2.28 Deposit Rate Electrode E7016 ............................................................ 54
Tabel 2.29 Sifat mekanik elektroda E7018 ........................................................... 54

xviii
Tabel 2.30 Komposisi kimia elektroda E7018 ...................................................... 55
Tabel 2.31 Deposit Rate Electrode E7018 ........................................................... 55
Tabel 2.32 Sifat mekanik elektroda E7024 .......................................................... 56
Tabel 2.33 Komposisi kimia elektroda E7024 ...................................................... 56
Tabel 2.34 Deposit Rate Electrode E7024 ............................................................ 56
Tabel 2.35 Berat Rata-Rata Elektroda .................................................................. 57
Tabel 2.36 Ukuran Minimum Las Sudut............................................................... 58
Tabel 2.37 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 61
Tabel 2.38 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 62
Tabel 2.39 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 62
Tabel 2.40 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 62
Tabel 2.41 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 63
Tabel 2.42 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 63
Tabel 2.43.Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW .................................. 64
Tabel 2.44 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan FCAW ................................... 65
Tabel 2.45 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan MCAW .................................. 66
Tabel 2.46 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan GMAW .................................. 67
Tabel 2.47 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan SAW ...................................... 67
Tabel 2.48 Simbol – simbol flow chart ................................................................. 72
Tabel 2.49 Perbandingan penulisan Algoritma notasi deskriptif dengan pseudo-
code ....................................................................................................................... 74
Tabel 5.1 Ukuran Utama Kapal Ferry Ro-Ro 300 GT ........................................ 128
Tabel 5.2 Ukuran Blok ........................................................................................ 128
Tabel 5.3 Model Base Beban Alas Kapal ........................................................... 129
Tabel 5.4 Model Base Beban Sisi Kapal ............................................................. 130
Tabel 5.5 Model Base Beban Alas Dalam Kapal ............................................... 130
Tabel 5.6 Model Base Beban Geladak Kendaraan.............................................. 131
Tabel 5.7 Model Base Web Frame ...................................................................... 131
Tabel 5.8 Model Base Main Frame ..................................................................... 132
Tabel 5.9 Model Base Deck Beam ...................................................................... 132
Tabel 5.10 Model Base Strong Beam ................................................................. 133

xix
Tabel 5.11 Model Base Modulus Bottom Frame ................................................ 133
Tabel 5.12 Model Base Modulus Reverse Frame ............................................... 134
Tabel 5.13 Standar Pelayanan Minimum (SPM) menurut PM 62 Tahun 2019 . 135
Tabel 5.14 Data Ukuran Utama Kapal dan Kapasitas Pemuatan pada Percobaan
Simulasi ............................................................................................................... 138
Tabel 5.15 Data Panjang Dan Berat Logam Las Produk Panel .......................... 157
Tabel 5.16 Data Panjang Dan Berat Logam Las Produk Sub-Blok .................... 157
Tabel 5.17 Data Dimensi Komponen Konstruksi ............................................... 162
Tabel 5.18 Data Berat Konstruksi ....................................................................... 186
Tabel 5.19 Data Panjang Objek Pengelasan ....................................................... 187
Tabel 5.20 Data Berat logam las ......................................................................... 189
Tabel 5.21 Data Panjang Objek Las dan Berat Konstruksi ................................ 190

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendekatan tradisional yang telah tergantikan dengan pendekatan modern


dalam pembangunan kapal dapat lebih produktif dengan pembangunan konstruksi
lambung yang terintegrasi antara outfitting dan pengecatan atau disebut dengan
metode IHOP (Integrated Hull construction, Outfitting and Painting) dan didukung
dengan metode PWBS (Product Work Breakdown Structure).
(pal, 2019) menjelaskan konsep Product Work Breakdown Structure
(PWBS) berorientasi pada sistem konvensional dan dikembangkan untuk
mendukung efektifitas proses pembuatan kapal. Konsep ini menerapkan prinsip
Group Technology (GT) dan Family Manufacturing (FM). Dimana semua bagian
konstruksi kapal diklasifikasikan ke dalam kelompok produk berdasarkan
kesamaan proses kerja dan bentuk produk dalam proses atau tahapan produksi.
Secara logika PWBS pertama-tama membagi proses pembuatan kapal menjadi tiga
jenis pekerjaan dasar, yaitu konstruksi lambung, perlengkapan
dan pengecatan, karena masing-masing membebankan masalah yang
berbeda. Selanjutnya, masing-masing dengan mudah dibagi pada setiap jenis
pekerjaan fabrikasi dan perakitan. (Okayama Y. , 1980)
(Okayama Y. , 1980) menjelaskan terkait Product Work Breakdown
Structure (PWBS), dimana prinsip pendetailan struktur pekerjaan pembangunan
kapal berbasis produk terbagi menjadi beberapa tahapan atau bagian kelompok
pekerjaan, yaitu Hull Block Construction Methode (HBCM), Zone Outfitting
Methode (ZOFM), dan Zone Painting Methode (ZPTM).
Hull Block Construction Methode (HBCM) adalah metode pembangunan
kapal dimana bagian lambung, sub-block dan block diproduksi sesuai dengan
prinsip-prinsip Group Technolgy (GT) pada alur produksi yang terorganisir, alur
produksi yang dimaksudkan adalah pembangunan kapal yang didukung dengan
metode PWBS (Product Work Breakdown Structure) dimana pembangunan kapal

1
dibagi dalam beberapa block yang akan dibreakdown menjadi sub-block, panel, dan
komponen dasar (Okayama Y. , 1980)
Pembangunan kapal dengan sistem block sendiri pada saat ini menjadi cita-
cita dari pihak galangan karena dengan metode seperti ini dapat mempersingkat
siklus serta mengurangi biaya dalam pembuatan kapal, untuk pembuatan block
kapal sendiri, siklus perencanaan dipengaruhi oleh ukuran pada setiap block dan
setiap block diklasifikasikan sesuai dengan struktur dan fungsinya yang berbeda
(Qu & Jiang, 2012)
Efisiensi kegiatan produksi lambung kapal sangat bergantung pada
perencanaan produksi, perencanaan produksi lambung kapal terdiri dari pembagian
blok. Keputusan dalam pembagian block (Grand Block Division) tergantung pada
banyak faktor seperti fasilitas produksi, peralatan dan perlengkapan struktur kapal
(Karottu, Hamada, Takezawa, & Kitamura 2009)
Perencanaan produksi lambung kapal sangat penting dikarenakan pada
tahap ini merupakan tahap awal suatu produk dihasilkan, perencanaan estimasi
beban kerja pengelasan sangat patut diperhitungkan dikarenakan berat pengelasan
juga menjadi faktor dalam penentuan biaya pembangunan kapal. (Gordo & Manuel,
2017)
Permasalahan yang saat ini bermunculan adalah masih minimnya inovasi
dalam era digitalisasi, sebagai contoh dalam penentuan berat block, panjang lajur
pengelasan, dan berat logam las, cenderung pada tahap perencanaan produksinya
masih bersifat analog (manual).
Untuk menjawab tantangan tersebut algoritma perhitungan secara otomatis
dapat diimplementasikan dengan program Visual Basic for Apllication (VBA),
Microsoft Excel adalah satu produk Microsft Office yang dapat digunakan sebagai
program otomatisasai, artinya program ini adalah aplikasi yag digunakan untuk
melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang atau pekerjaan yang banyak
cukup digunakan sekali saja. Pada Microsoft Excel sendiri pada dasarnya bentuk
pekerjaan dibuat dengan suatu prosedur dalam mengotomatisasi langkah-langkah
pekerjaan yang dikelola dalam Worksheets (Aamani & Valaramathi, 2018)

2
Berdasarkan uraian di atas, penting untuk diusulkan penelitian terkait
otomatisasi perhitungan beban kerja pengelasan berbasis program aplikasi Visual
Basic for Application (VBA) Microsoft Excel. Studi kasus pada penelitian yang
diusulkan menggunakan block daerah parllael midle body lambung kapal Ferry Ro
Ro. Usul penelitian dituangkan dengan Judul:
“RANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BEBAN KERJA
PENGELASAN PADA PERAKITAN BLOK LAMBUNG KAPAL
Studi Kasus Kapal Ferry Ro Ro”

1.2 Rumusan Masalah

Melihat uraian pada latar belakang dalam penelitian ini terdapat beberapa
masalah kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapa beban kerja pengelasan pada pekerjaan kapal Ferry 300 GT area
block parallel midle body menggunakan program aplikasi?
2. Bagaimana pengaruh atau korelasi penambahan lajur dan baris kendaraan
terhadap beban kerja pengelasan dan berat logam las serta berat konstruksi
lambung?
3. Bagaimana integrasi ukuran blok dalam menentukan beban kerja
pengelasan dan berat logam las serta berat konstruksi lambung?

1.3 Tujuan Penelitian

Melihat uraian pada rumusan masalah dalam penelitian ini terdapat


beberapa tujuan untuk menjawab masalah kemudian dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui beban kerja las pada pekerjaan kapal Ferry 300 GT pada
area block parallel midle body.
2. Untuk mengetahui korelasi antara penambahan lajur dan baris kendaraan
terhadap beban kerja pengelasan dan berat logam las serta berat konstruksi
lambung.
3. Untuk mengetahui integrasi ukuran blok dalam menentukan beban kerja
pengelasan dan kebutuhan elektroda serta berat konstruksi lambung.

3
1.4 Batasan Masalah

Untuk Pembahasan yang lebih terarah maka batasan masalah dalam


penelitian ini yaitu:

1. Perhitungan beban kerja pengelasan hanya dilakukan pada block parallel


midle body.
2. beban kerja pengelasan yang ditinjau adalah panjang pengelasan, dan berat
logam las.
3. Perhitungan beban kerja pengelasan hanya dilakukan pada konstruksi
lambung.
4. Pengelasan yang ditinjau adalah pengelasan SMAW.
5. Perhitungan dan perancangan aplikasi bersifat general dengan rentang
ukuran yang menjadi standar adalah lebar kapal.
6. Perhitungan dan perancangan aplikasi dilakukan dengan variasi lebar dari 9
meter hingga 18.96 meter.
7. Otomatisasi perhitungan berat block dan kebutuhan elektroda berbasis
program aplikasi Visual Basic for Application (VBA) Microsoft Excel.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Hasil dari penelitian ini menjadi inovasi digital dalam perhitungan beban
kerja pengelasan.
2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam tahap perencanaan
produksi kapal di galangan utamanya dalam perhitungan beban kerja
pengelasan dan kebutuhan elektroda.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang

4
mendasari dilakukannya penelitian ini, selain itu juga terdapat rumusan
masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori teori dasar yang mendukung
permasalahan dan digunakan dalam pembahasan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode yang akan digunakan dalam penelitian berupa
waktu dan tempat pelaksanaan, pengumpulan data, pengolahan data dan
kerangka alur penelitian.
BAB IV DESAIN PROGRAM APLIKASI
Bab ini berisikan tentang informasi terkait algortima, serta
penjelasan tentang fitur-fitur yang terdapat pada aplikasi.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan
berupa output perhitungan beban kerja pengelasan yang dilakukan
menggunakan Visual basic for Aplication (VBA).
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpilan atau hasil akhir dari penulisan tugas akhir
serta masukan berupa saran saran yang akan menyempurnakan tugas akhir
selanjutnya.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Karakteristik Kapal Ferry

Kapal Ferry adalah kapal yang dibangun untuk penyebrangan barang dan
penumpang dengan rute pelayaran yang jaraknya pendek dan melewati perairan
sungai atau pantai dari satu pulau ke pulau lainnya. Dalam perencanaannya, kapal
ferry memiliki kriteria tersendiri dalam perencanannya, seperti stabilitas kapal,
kebutuhan luas geladak, dan kemampuan manuver. (Trian, 2017) menyebutkan ciri-
ciri umum dari kapal ferry adalah:
1. Geladak disyaratkan dengan lebar relatif cukup besar untuk pengangkutan
kendaraan agar arus keluar-masuknya kendaraan menjadi cepat;
2. Penempatan kendaraan sedemikian rupa sehingga terlindungi dari hempasan
air laut;
3. Memiliki ramp door dengan penempatan baik di depan, di belakang, maupun
di samping.
Untuk karakteristik yang lebih spesifik dari kapal ferry adalah proses
bongkar muat dilakukan secara horizontal menggunakan roda melaluI rampdoor.
Menurut Hadisuwarno dalam Trian (2017). Secara umum bentuk muatan yang
diangkut dengan kapal ferry adalah sebagai berikut:
1. Bisa digerak sendiri, misalnya mobil
2. Barang – barang di atas truk dan penumpang dalam bus
3. Barang – barang di atas roll palte
4. Container di atas chasiss
5. Penumpang yang bergerak sendiri.
Dalam proses pemuatan, juga terdapat peraturan pemuatan pada kapal ferry yaitu:
1. Ruang untuk kendaraan, tinggi ruang kendaraan mobil kecil/sedang minimal
2,5 m, kendaraan truk 3,8 m dan trailer 4,75 m.
2. Jarak minimal kendaraan sisi kiri dan kanan 60 cm dan jarak antara muka dan
belakang 30 cm.

6
3. Jarak antara dinding kapal dengan kendaraan 60 cm.
4. Antara pintu ramp haluan dengan sekat tubrukan dan pintu ramp buritan
dengan sekat buritan tidak boleh dimuati kendaraan. ‘

Kapal ferry juga memiliki sarat yang rendah, dikarenakanpada pemilihan


perairan atau lokasi pelabuhan penyeberangan tidak mempertimbangkan pasar
surut air laut. Serta kapal ferry juga harus memiliki kemampuan ber-manuver
dengan cepat, terutama saat memasuki area pelabuhan. Maka dari itu kapal ferry
biasanya memiliki dua baling-baling agar dapat bermanuver dengan baik.

Gambar 2.1 Kapal Ro-Ro Ferry


Sumber: www.google.com

7
2.1.1 Komponen Konstruksi Kapal Ferry Ro-Ro
Berikut komponen-komponen konstruksi kapal ferry ro-ro secara umum
yang terdapat pada hull structure.

Tabel 2.1 Komponen-komponen konstruksi pada kamar mesin


No Komponen Konstruksi No Komponen Konstruksi
1 Side shell plate 18 Bracket
2 Hull side stringer 19 Side deck girder
3 Ordinary frame 20 Center deck girder
4 Chine upper round bar 21 Engine bed
5 Chine plate 22 Engine girder bracket
6 Chine lower round bar 23 Bulwark plate
7 Bottom plate 24 Bulwark top plate
8 Outside engine girder 25 Bulwark stay
9 Inside engine girder 26 Bulwark stiffener
10 Center keel/center bottom girder 27 Freeing port
11 Keel plate 28 Wall plate
12 Scallop 29 Wall web stiffener
13 Wrang 30 Wall ordinary stiffener
14 Web frame 31 Wall side stringer
15 Web deck beam 32 Wall horizontal web stiffener
16 Side deck girder beam 33 Main deck plate
17 Ordinary deck beam

Tabel 2.2 Komponen-komponen konstruksi pada bagian tangki


No Komponen Konstruksi
1 Side shell plate
2 Ordinary frame
3 Chine upper round bar
4 Chine plate
5 Chine lover round bar
6 Bottom plate
7 Center keel/center bottom girder
8 Keel plate
9 Scallop
10 Wrang
11 Side deck girder
12 Bracket
13 Transversal bulkhead ordinarystiffener
14 Longitudinal bulkhead ordinary stiffener
15 Longitudinal bulkhead ordinary stiffener
16 Center deck girder
17 Transversal bukhead plate

8
2.2 Teknologi Produksi Kapal

Menurut (Okayama Y. , 1983) perkembangan teknologi produksi bangunan


kapal dapat dibagi ke dalam empat jenis tahapan sesuai dengan teknologi proses
produksinya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2

Integrated Hull Construction Outftting & Painting (IHOP)


Modern Shipbuilding

Integration with Outfitting Integration with Hull


& Painting Construction

Process Lane Zone Outfitting


Construction On Unit, On Block, & On
Group Technology Board
Preoutfitting
Hull Block
Construction On Block & On Board
Traditional

Introduction of Welding Conventional


Outfitting
Conventional Hull
Construction

Gambar 2.2 Sejarah Perkembangan Metode Pembangunan Kapal


Sumber (Okayama Y. , 1983)

Seperti terlihat pada gambar di atas, tahapan perkembangan teknologi


produksi kapal sebagaimana penjelasan sub bab berikut.

2.2.1 Conventional Hull Construction and Outfitting


Tahapan ini merupakan tahapan penerapan teknologi produksi kapal
berorientasi pada sistem atau fungsi di kapal dan pekerjaan pembangunan kapal
terpusat di building berth. Proses pekerjaan diawali dengan peletakan lunas,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan gading, kulit dan setrusnya sampai ke
bangunan atas dan diakhiri pada pekerjaan outfitting (OF), pekerjaan tersebut
dilakukan berdasarkan system per system. Tahap ini merupakan penerapan
teknologi paling konvensional dengan tingkat produktivitas yang sangat rendah.
Hal ini dikarenakan semua lingkup pekerjaan dilakukan secara berurutan dan
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi antara satu pekerjaan dengan

9
pekerjaan lainnya. Sehingga memberikan konsekuensi dalam penggunaan waktu
yang cukup lama dan mutu pekerjaan yang dihasilkan sangat rendah. Hal ini
dikarenakan, hampir semua pekerjaan dilakukan secara manual pada building berth,
di mana kondisi lingkungan kerja sangat tidak mendukung dari segi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan kerja. Selanjutnya gambaran tentang proses pada
tahap ini adalah pertama-tama lunas diletakkan kemudian komponen-komponen
konstruksi kapal seperti gading-gading, penegar-penegar, wrang dan kulit dipasang
beruruta. Bila lambung kapal telah selesai, barulah pekerjaan outfitting dimulai.
Pekerjaan outfitting direncanakan dan dikerjakan sistem demi sistem, seperti
pemasangan ventilasi, sistem pipa, listrik dan mesin. Pengorganisasian pekerjaan
sistem demi sistem ini merupakan halangan untuk mencapai produktivitas yang
tinggi. Mengatur dan mengawasi pekerjaan pembuatan kapal dengan menggunakan
ratusan pekerja adalah sangat sukar. Kegagalan seorang pekerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan yang dibutuhkan oleh pekerja lain sering
mengakibatkan overtime untuk pekerja tersebut dan idleness bagi pekerja yang lain.
Selain itu, hamper semua 9 aktivitas produksi dikerjakan di building berth pada
posisi yang relatif sulit. Dengan demikian semua keaadaan tersebut pada prinsipnya
akan menghalangi usaha-usaha meningkatkan produktivitas.

2.2.2 Hull Block Construction Method (HBCM) and Pre-Outfitting


Tahapan ini merupakan tahapan merupakan panpenera teknologi
pembangunan kapal yang diawali sejak dikenal dan dikembangkannya teknologi
pengelasan pada proses pembangunan kapal, dimana metode pembangunan ini
menerapkan kapal telah dibuat dalam bentuk seksi-seksi dan block-block yang
kemudian disambung satu sama lain melalui pengelasan dan menjadi badan kapal
pada building berth. Selain itu, beberapa pekerjaan outfitting sudah mulai dilakukan
pada block atau badan kapal yang sudah jadi.

2.2.3 Dengan menerapkan teknologi HBCM and pre-Outfitting,


Keluaran (output) dalam satuan ton-steel/year mengalami peningkatan dan
mutu pekerjaan yang dihasilkan menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan oleh
volume pekerjaan pada building berth berkurang dan pekerjaan pengelasan lebih

10
banyak dilakukan pada bengkel-bengkel dengan kondisi lingkungan kerja yang
lebih nyaman, aman dan mudah. Pekerjaan pengelasan juga sudah dapat dilakukan
dengan menggunakan mesin las semi-otomatis dengan posisi down-hand.

2.2.4 Process-lane Hull Construction and Zone Outfitting


Merupakan teknologi produksi bangunan kapal yang sudah dapat
dikategorikan sebagai teknologi modern. Pada teknologi ini sudah mulai
diperkenalkan dan diterapkan tentang konsep Group Technology dalam proses
pembangunan badan kapal (Hull) dan pekerjaan outfitting (Storch, 1995). Definisi
dari Group Technology sebagai pengaturan dan pentahapan yang berdasarkan
logika dalam seluruh aspek pelaksanaan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
dari produksi massal (mass-product) yang memiliki keragaman jenis dan kuantitas
produk. Penggunaan Group Technology dalam proses pembangunan kapal
dikarenakan rendahnya produktivitas (high cost) yang dicapai dalam pembangunan
kapal (Storch, 1995) utamanya dalam kurun waktu tahun 1970 sampai dengan tahun
1980.

2.2.5 Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP)


merupakan tahapan berikutnya yang ditandai dengan suatu kondisi dimana
pekerjaan pembuatan badan kapal, Outfitting dan pengecatan sudah diintegrasikan.
Keadaan ini digunakan untuk menggambarkan teknologi yang paling advance di
industri galangan kapal, yang hanya dapat dicapai oleh Ishikawajiwa harima Heavy
Industry Co.Ltd. (IHI). Pada tahap ini proses pengecatan dilakukan sebagai bagian
dari proses pembuatan kapal yang terjadi di setiap stage. Selain itu, karakteristik
utama dari tahap ini adalah digunakannya teknik-teknik manajemen yang besifat
analitis, khususnya analisa statistik untuk mengontrol proses produksi atau dikenal
sebagai Accuracy Control System. Selain itu metode produksi ini akan dapat
mengurangi waktu penyelesaian pembangunan kapal secara drastis. Metode ini juga
memberikan keluwesan yang dibutuhkan dalam memproduksi beragam block yang
berbeda dengan melengkapi outfitting terlebih dahulu sebelum tahap erection.
Metode ini akan membawa dampak positif pada proses perencanaan dan koordinasi
antara semua bagian organisasi yang terkait di galangan.

11
Dalam pembangunan suatu kapal dipengaruhi oleh fasilitas galangan dalam
mempermudah proses pembangunan, dan diharapkan dengan adanya fasilitas
galangan yang memumpuni mampu menciptakan mutu pekerjaan yang baik.
Menurut (Storch, 1995), fitur-fitur penting yang harus dimiliki galangan
antara lain:
1. Lokasi Daratan dan Perairan
2. Dermaga
3. Bengkel / stasiun kerja
4. Peralatan penanganan bahan (Material Handling Equpment)
5. Gudang, pemanduan dan area kerja luar gedung (blue sky)
6. Kantor, kantin, dan klinik.

2.3 Konsep Product Work Breakdown Structure (PWBS)

Melalui konsep Group Technologi seperti yang telah dijelaskan di atas,


(Okayama Y. , 1980) mengemukakan bahwa proses produksi bangunan kapal telah
diarahkan pada sistem yang berorientasikan produk yang dikenal dengan sebutan
“Product Oriented Work Breakdown Sructure (PWBS)”. Adapun komponen atau
lingkup pekerjaan dari sistem PWBS dikelompokkan dalam empat metode yaitu:

• Hull Block Construction Method (HBCM).

• Zone Outfitting Method (ZOFM).

• Zone Painting Method (ZPTM).

• Pipe Piece Family Manufacturing (PPFM).


Selanjutnya untuk lebih memperjelas tentang komponen Product-oriented
Work Breakdown Structure (PWBS), skema komponen PWBS diperlihatkan pada
Gambar 2.3

12
Gambar 2.3 Komponen-komponen Teknologi PWBS
Sumber ( (Okayama Y. , 1980)

Konsep PWBS adalah membagi pekerjaan dengan paket pekerjaan yang


didalamnya terdiri dari berbagai sumberdaya yang menangani pekerjaan pada tiap
zona atau sistem. Dengan demikian sumber daya ditentukan oleh zona atau sistem
sebagai estimasi dalam pengadaan bahan (material) (Okayama Y. , 1980)

Penggunaan Group Technology (GT) dimaksudkan sebagai manajemen


proses industri dalam mengembangkan sistem yang sangat efisien yang dimulai
dengan pengklasifikasian dan tata kode. Penggunaan dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah penomoran dari komponen-komponen yang berbeda, begitu
juga jumlah operasi, ukuran beban/volume kerja. Sehingga tujuan utama GT yaitu
untuk mengurangi proses pekerjaan penyimpangan/pergudangan sejauh yang
diinginkan. Logikanya PWBS membagi proses produksi kapal menjadi tiga jenis
pekerjaan yaitu (Wahyudin, 2011)
1. Klasifikasi pertama adalah hull construction, outfitting dan painting. Dari ketiga
jenis pekerjaan tersebut masing-masing mempunyai masalah dan sifat yang
berbeda dari yang lain. Selanjutnya masing-masing pekerjaan kemudian dibagi
kedalam tahap fabrikasi dan assembly. Subdivisi assembly inilah yang terkait
dengan zona dan yang merupakan dominasi dasar bagi zona di siklus
manajemen pembangunan kapal. Zona yang berorientasi produk, yaitu Hull

13
Block Construction Method (HBCM) dan sudah diterapkan untuk konstruksi
lambung oleh sebagian besar galangan kapal.
2. Klasifikasi kedua adalah mengklasifikasikan produk berdasarkan produk antara
(interim product) sesuai dengan sumber daya yang dibutuhkan, misalnya
produk antara di bengkel fabrication, assembly dan bengkel erection. Sumber
daya tersebut meliputi:
a. Bahan (material), yang digunakan untuk proses produksi, baik langsung
maupun tidak langsung, misalnya pelat baja, mesin, kabel, minyak, dan lain-
lain.
b. Tenaga kerja (manpower), yang dikenakan untuk biaya produksi, baik
langsung atau tidak langsung, misalnya tenaga pengelasan, outfitting dan
lain-lain.
c. Fasilitas (facilities), yang digunakan untuk proses produksi, baik langsung
maupun tidak langsung, misalnya, gedung, dermaga, mesin, perlengkapan,
peralatan dan lain-lain
d. Beban (Expenses), yang dikenakan untuk biaya produksi, baik langsung
maupun tidak langsung, misalnya, desain, transportasi, percobaan laut (sea
trial), upacara, dll
3. Klasifikasi ketiga adalah klasifikasi berdasarkan empat aspek produksi, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengendalian proses produksi. Aspek
pertama dan kedua adalah system dan zone, merupakan sarana untuk membagi
desain kapal ke masing-masing bidang perencanaan untuk diproduksi. Dua
aspek produksi lainnya yaitu area dan stage merupakan sarana untuk membagi
proses kerja mulai dari pengadaan material untuk pembangunan kapal sampai
pada saat kapal diserahkan kepada owner.
4. Definisi dari keempat aspek produksi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistem adalah sebuah fungsi struktural atau fungsi operasional produksi,
misalnya sekat longitudinal, sekat transversal, sistem tambat, bahan bakar
minyak, sistem pelayanan, sistem pencahayaan, dan lain-lain
b. Zona adalah suatu tujuan proses produksi dalam pembagian lokasi suatu
produk, misalnya, ruang muat, superstructure, kamar mesin, dan lain-lain

14
c. Area adalah pembagian proses produksi menurut keutamaan proses
produksi ataupun masalah pekerjaan yang berdasarkan pada:
- Bentuk (misalnya melengkung dengan block datar, baja dengan struktur
aluminium, diameter kecil dengan diameter besar pipa, dan lain-lain)
- Kuantitas (misalnya pekerjaan dengan jalur aliran, volume on-block
perlengkapan untuk ruang mesin dengan volume on-block
perlengkapan selain untuk ruang mesin dan lain-lain)
- Kualitas (misalnya kelas pekerja yang dibutuhkan, dengan kelas
fasilitas yang dibutuhkan dan lain-lain)
- Jenis pekerjaan (misalnya, penandaan (marking), pemotongan
(cutting), pembengkokan (bending), pengelasan (welding), pengecatan
(painting), pengujian (testing), dan lain-lain)
- hal lain yang berkaitan dalam pekerjaan
d. Stage adalah pembagian proses produksi sesuai dengan urutan pekerjaan,
misalnya sub-pembuatan (sub-steps of fabrication), sub-perakitan (sub
assembly), perakitan (assembly), pemasangan (erection), perlengkapan on-
unit (outfitting on-unit), perlengkapan on-block (outfitting on-block), dan
perlengkapan on-board (outfitting on-board).

Tahapan-tahapan pokok dalam pembuatan kapal berdasarkan Hull Block


Construction Methode ditunjukkan pada Gambar 2.4 dimana terilihat aliran
pekerjaan dari row material yang telah mengalami pekerjaan fabrikasi (part
fabrication) yang selanjutnya mengalami proses produk assembly (part assembly),
juga terdapat juga produk fabrikasi (part fabrication) yang secara langsung
digabung menjadi produk sub block assembly yang selanjutnya digabung
membentuk block (block assembly). Dalam Gambar 2.4 juga menunjukkan terdapat
produk fabrikasi yang secara langsung digabung ke dalam block assembly. Antara
block assembly digabung membentuk block besar (grand block) dan selanjutnya
memebentuk badan kapal (hull construction). Tahapan-tahapan pokok untuk
pembuatan kapal berdasarkan Hull Block Construction Methode dapat
diperlihatkan pada Gambar 2.5

15
Gambar 2.4 Tahapan pembangunan kapal berdasarkan HBCM
Sumber ( (Okayama Y. , 1980)

16
Gambar 2.5 Aspek produksi HBCM
Sumber ( (Okayama Y. , 1980)

Kombinasi arah horizontal menunjukkan karakteristik perbedaan type paket


kerja berdasarkan aspek produksi. Sedangkan kombinasi dari arah vertical dari
masing – masing jenis aspek produksi menunjukkan urutan proses kerja
pembentukan badan kapal yang saling berkaitan dengan urutan dari bawah ke atas
menunjukkan tingkat pekerjaan sedangkan dalam proses perencanaan dilakukan
dengan urutan dari atas ke bawah berdasarkan aspak – aspek produksi dari gambar
– gambar tersebut yang paling diperhatikan adalah aspek produksi berdasarkan
problem area, dimana badan kapal dibagi menjadi beberapa bagian:

17
• Fore Hull (bagian depan)
• Cargo Hold (bagian ruang muat)
• Engine Room (bagian kamar mesin)
• After Hull (bagian depan)
• Superstructure (bagian bangunan atas)
Menurut (Okayama Y. , 1980) pekerjaan badan kapal berdasarkan HBCM dapat
dibagi menjadi beberapa bagian seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Part Fabrication

Part Fabrication adalah tingkat pengerjaan yang pertama harus dilakukan.


Pada tahapan ini dihasilkan daerah – daerah (zones) untuk badan kapal yang
tidak dapat dibagi-bagi lagi (subdivisi). Tipe paket pekerjaan adalah
pengelompokan berdasarkan daerah dan tingkat kesulitan
• area merupakan perbedaan dari material dasar (raw material), proses akhir
bentuk, proses fabrikasi dan pemisahan fasilitas produksi untuk:
- Parallel parts from plate (bentuk pararel dari pelat)
- Non parallel part from plate ( bentuk non pararel dari pelat)
- Internal part from plate (bentuk internal dari pelat)
- Part from rolled shape (bentuk dari material roll)
- Others part (bentuk-bentuk yang lain) missal pipa dan lain-lain
• Stage pekerjaan dilakukan berdasarkan kesamaan dalam jenis, dan ukuran
sbeagai berikut:
- Plate Joining (penyambungan pelat)
- Mariking and cutting (Penandaan dan Pemotongan)
- Bending (Pembengkokan)
Tipikal pengelompokan paket-paket pekerjaan diperlihatkan pada Gambar 2.6

18
Gambar 2.6 Part fabrication yang tidak dapat dibagi lagi (HBCM)
Sumber (Okayama Y. , 1980)

2. Part Assembly

Part Assembly adalah tingkat pengerjaan yang kedua yang berada di luar
aliran utama pengerjaan (main work flow) berdasarkan tingkat kesulitan:
• Bulit-up parts (bentuk komponen asli)
• Sub-block parts

Gambar 2.7 Part Assembly yang berada di luar aliran kerja utama
Sumber (Okayama Y. , 1980)

19
3. Sub-Block Assembly

Tingkat pengerjaan ketiga. Pembentukan daerah (zone) pada umumnya


terdiri dari sejumlah fabrikasi atau hasil bentuk assembly. Tipe paket
pengelompokan kerja berdasarkan tingkat kesulitan area:
• Similar size in large quatity (kesamaan ukuran dalam jumlah besar)
misalkan balok-balok, floor dan lain-lain
• Similar size in small quantity (kesamaan ukuran dalam jumlah kecil)
Stage diklasifikasikan sebagai berikut:
• Perakitan
• Back assembly atau nil.
Setelah selesai back assembly komponen-komponen dan rakitan komponen
dapat dipasang dari kedua sisi. Back assembly juga ditambahkan setelah
pemutaran rakitan. Sebagai contoh diperlihatkan pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Sub‐block Assembly berdasarkan tingkat kesulitan


Sumber (Okayama Y. , 1980)

Semy block Assembly dan Grand-Block Joining Merupakan tingkat


pengerjaan selanjutnya dengan urutan sesuai dengan urutan di atas. Dari
ketiganyan hanya block-assembly yang termasuk dalam aliran utama
pekerjaan.Untuk tingkat semi block pembagian berdasarkan tingkat kesulitan
sama dengan untuk tingkat sub-block, demikian juga dengan urutan
pengerjaannya.
Block merupakan kunci zona untuk perakitan badan kapal yang
terindikasi seperti terlihat pada Gambar 2.9 dan 2.10. Block direncanakan dalam
tiga

20
level perakitan, yaitu:
• Semi-block assembly (perakitan semi block)
• Block assembly (perakitan block)
• Grand-block joining (penggabungan block).
Hanya perakitan block yang menjadi aliran utama pekerjaan, level-level lain
dianjurkan digunakan sebagai alternatif perencanaan. Semua perencanaan
didasarkan atas konsep pengelompokan paket-paket pekerjaan dalam problem area
dan stage. Semi block dirakit sebagai zona terpisah dari zona kunci (block),
semiblock kemudian dirakit ke dalam block menjadi block induk sehingga proses
ini kembali masuk ke dalam aliran utama pekerjaan.
Penggabungan block-block (kombinasi beberapa block-block menjadi block
besar disisi dekat landasan pembangunan) mengurangi waktu kerja yang
dibutuhkan untuk penegakan block (erection) di landasan pembangunan. Dalam
penggabungan block-block sedapat mungkin harus stabil, membutuh area dan
volume yang besar, sehingga harus difasilitasi untuk pekerjaan out-fitting on block
dan pengecatan. Zona semi-block, perakitan block dan penggabungan block besar
(grand block) menjadi rentang perubahan dari block menjadi kapal.
Problem area pada level semi-block pembagiannya sama dengan level sub
block. Kebanyakan semi-semi block ukurannya kecil dan berbentuk dua dimensi,
dapat dihasilkan menggunakan fasilitas perakitan sub-block. Dalam perencanaan
kerja, yang menjadi inilah yang menjadi poin pembeda dalam memisahkan
perakitan semi-block dari perakitan block. Pengelompokan stage semi-block sama
saja dengan sub-sub block seperti diperlihatkan pada Gambar 2.9 level perakitan
block terbagi dalam problem area menggunakan fitur pembeda dari panel yang
dibutuhkan sebagai dasar untuk penambahan komponen, rakitan komponen, dan
atau sub-block, serta untuk keseragaman terhadap waktu kerja yang diperlukan.
Karakteristik ini menentukan apakah platens atau jig pin yang diperlukan, atau
block yang mana harus dimulai dirakit dan selesai pekerjaannya bersamaan. Karena
keunikannya, block bangunan atas ditangani secara terpisah. Untuk membagi
problem area, definisi yang diperlukan adalah:
• Flat (datar)

21
• Special flat (datar khusus)
• Curve (kurva atau lengkung)
• Curve (kurva khusu)
• Superstructure (bangunan atas)
Karena variasi waktu kerja dan atau jig yang diperlukan, khusus block datar dan
kurva khusus tidak dirakit di fasilitas yang dirancang dalam alur kerja yang awal
dan penyelesaian pekerjaannya serempak. Dengan demikian membutuhkan
pendekatan pekerjaan yang diistilahkan job-shop (pekerjaan temporer). Jika jumlah
block-block yang dihasikan sedikit, diklasifikasikan paling kurang ada limaproblem
area yang harus dipertimbangkan. Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.9,
fase problem area level perakitan block terbagi atas:
• Penggabungan pelat.
• Pemasangan gading-gading.
• Perakitan.
• Back assembly
Stage level perakitan block adalah mengkombinasikan panel dengan komponen,
rakitan komponen, dan atau sub-block, dan kadang-kadang dengan semi block.
Dengan pertimbangan normal pada level penggabungan block-block (grandblock),
klasifikasi problem area hanya dibagi tiga, yaitu:
• Panel datar.
• Panel kurva.
• Bangunan atas.
Stagepada level ini dibagi menjadi:
• Penggabungan atau nil.
• Penegakan block awal atau nil.
• Back pre-erection atau nil.
Untuk kapal-kapal kecil, tahapan penegakan block awal dianjurkan Pada
penggabungan grand-blockcs, yang berguna untuk mengkreasikan
grandgrandblocks.

22
Gambar 2.9 Semi-block dan block Assembly pada block tengah dasar ganda
dalam ruang muat
Sumber (Okayama Y. , 1980)

Gambar 2.10 Block Assembly dan Grand-Block Joining, pada tangki sayap atas
Sumber
Sumber (Okayama Y. , 1980)

23
Gambar 2.11 Block Assembly dan Grand-Block Joining, pada tangki sayap atas
Sumber (Okayama Y. , 1980)

Gambar 2.12 Block Assembly dan Grand-Block Joining, sekat bergelombang


melintang
Sumber (Okayama Y. , 1980)

24
Gambar 2.13 Block Assembly dan Grand-Block Joining, block buritan
Sumber (Okayama Y. , 1980)

Gambar 2.14 Block Assembly, geladak katas dan block datar ruang mesin
(Sumber (Okayama Y. , 1980)

25
Gambar 2.15 Semi-block dan Block Assembly, bulbous bow
Sumber (Okayama Y. , 1980)

Gambar 2.16 Semi-block dan Block Assembly, gelada katas kimbul


Sumber (Okayama Y. , 1980)

26
Gambar 2.17 Grand-block joining, geladak kimbul
Sumber (Okayama Y. , 1980)

Gambar 2.18 Block Assembly dan Grand-block joining, dasar/alas kamar mesin
Sumber (Okayama Y. , 1980)

27
Gambar 2.19 Block Assembly, kulit kamar mesin
Sumber (Okayama Y. , 1980)

4. Hull Erection
Penegakan block-block (erection) adalah level terakhir dari pembangunan kapal
yang menggunakan pendekatan zona. Problem area pada level ini adalah:
• Haluan atau bagian depan badan kapal (fore hull).
• Ruang muatan (cargo hold).
• Ruangan mesin (engine room).
• Buritan atau bagian belakang badan kapal (aft hull).
• Bangunan atas.
Stage secara sederhana terbagi atas:
• Erection.
• Pengujian dan percobaan kapal (test).
Pengujian pada tingkat ini seperti tes tangki, sangat penting ketika sebuah produk
antara (interim Product) selesai.Ini diperlukan untuk pemeriksaan danpengujian
yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi paket.Hasilnya dicatat dan dianalisis
untuk dilakukan perbaikan lebih lanjut.

28
2.4 Pengelasan

Pengelasan adalah metode umum manufaktur produk-produk dengan cara


penyambungan atau perakitan material. Peran utama dari pengelasan telah berubah
seiring perkembangan teknologi dari waktu ke waktu. Pengelasan dahulu
digunakan untuk fabrikasi produk sederhanam atau bentuk yang kompleks
menggunakan satu tipe material dengan menekankan faktor keselamatan.
Bagaimanapun juga, dengan meningkatnya keragaman penggunaan produk-
produk, material kompon (campuran) yang berisi bermacam-macam kandungan
makin banyak digunakan, sehingga keuntungan dan kerugian pengelasan untuk
penyambungannya harus lebih dimengerti/dipahami (Sunaryo, 2008)

2.4.1 Pengelasan pada Konstruksi Kapal

Penerapan teknologi las dalam konstruksi bangunan kapal selalu melibatkan


pihak Klasifikasi, dimana semua hal yang berkaitan dengan gambar-gambar,
ukuran las, material induk dan meterial pengisi serta juru las yang digunakan untuk
pembangunan kapal diatur dalam peraturan Klasifikasi. Perusahaan pembangun
kapal dan Klasifikasi yang ditunjuk dalam pengawasan pembangunan kapal
bertanggung jawab pula terhadap seleksi juru las, latihan dan pengujian juru las
yang akan melakukan pengelasan pada konstruksi utama kapal. pengujian terhadap
juru las harus mengikuti standar yang diakui dan disepakati bersama.
Pekerjaan pengelasan dalam pembangunan kapal berpengaruh terhadap
perubahan ukuran dan bentuk dari bagian konstruksi yang terpasang, hal ini
diakibatkan karena pengaruh perlakuan panas yang timbul karena kegiatan
pengelasan yang kurang memperhatikan prosedur pengelasan . Karena masalah ini
tidak mungkin dihindari, untuk itu diperlukan perencanaan dan persiapan
pengelasan yang tepat terhadap metode dan prosedur pengelasan serta penyiapan
juru lasnya harus kompeten sehingga diharapkan pengaruh panas yang terjadi dapat
diperkecil dan penyusutan melintang, memanjang, sudut dapat dihindari (Sunaryo,
2008)

29
1. Las SMAW (Shield Metal Arc Welding)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual
Metal Arc Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu
proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan
yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan
tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses las elektroda
terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas. Panas inilah yang
mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat. Busur
listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las. Elektroda yang dipakai berupa
kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan
ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda
dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah
logam lasan (weldment) dan terak (slag) (Marwanto:2007).

Kelebihan SMAW ialah sebagai berikut:


Dapat dipakai dimana saja, diluar, dibengkel & didalam air

Dapat mengelas berbagai macam tipe dari material

Set-up yang cepat dan sangat mudah untuk diatur

Dapat dipakai mengelas semua posisi

Elektroda mudah didapat dalam banyak ukuran dan diameter

Perlatan yang digunakan sederhana, murah dan mudah dibawa kemanamana.

Kebisingan rendah (rectifier)

Tidak terlalu sensitif terhadap korosi, oli & gemuk

(Marwanto:2007).
Kekurangan SMAW ialah sebagai berikut:
Pengelasan terbatas hanya sampai sepanjang elektoda dan harus

melakukan penyambungan.

30
Setiap akan melakukan pengelasan berikutnya slag harus dibersihkan.

Tidak dapat digunakan untuk pengelasan bahan baja non- ferrous.

Mudah terjadi oksidasi akibat pelindung logam cair hanya busur las dari
fluks.

Diameter elektroda tergantung dari tebal pelat dan posisi pengelasan.


(Marwanto, 2007)

Gambar 2.20 Proses Las SMAW


Sumber (www.google.com)

2. Las OAW (Oxy Acutelene Welding)


Pengelasan OAW adalah Pengelasan yang dilakukan dengan
membakar gas asetilen dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api
dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.
Bahan dasar yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu kemudian
diberi bahan tambah yang sejenis dengan logam induknya, atau tanpa
bahan tambah, sedangkan pada las kuningan (brassing) hanya bahan
tambahnya (kuningan) saja yang mencair (Nursalim, 2016).

Dalam pengelasan OAW perlu penggunaan peralatan, peralatan


tersebut meliputi alat utama (tabung gas, katup tabung, regulator, selang
gas, torch pembakar/ brander las, pematik api, dan bahan tambah); alat
keselamatan kerja (apron/ jaket las, sarung tangan las, sepatu kerja,
kacamata pelindung las nomor 5-6, dan masker); dan alat bantu (hammer,

31
tang, sikat baja, pengores, mistar baja, kikir, gergaji, ragum dan pembersih
brander (Nursalim, 2016).

Gambar 2.21 Proses las OAW


Sumber (www.google.com)

3. Las TIG/GTAW (Tungsten Inert Gas/Gas Tungsten Arc Welding)

Las TIG atau TIG welding, yaitu las busur gas dengan elektroda tungsten
(wolfram). Panas diperoleh dari busur api listrik yang berada diantara elektroda
tungsten dengan benda kerja yang

dilindungi oleh gas pelindung. Las TIG memerlukan listrik, bahan tambah, gas
pelindung, dan air Pendingin (Nursalim, 2016).
Dalam pengelasan TIG/GTAW perlu penggunaan peralatan, peralatan
tersebut meliputi alat utama (mesin las AC/ DC, tabung gas pelindung, regulator
gas pelindung, flowmeter untuk gas, selang gas dan perlengkapannya, stang las
(welding torch), elektroda tungsten, kabel las, selang air, kawat las (filler metal),
dan benda kerja); alat keselamatan kerja (topeng las dengan kaca hitam nomor 5-6,
sarung tangan, apron, sepatu las/ safety shoes, dan masker); dan alat bantu (sikat
baja, smittang, gerinda portable, kikir, penggores dan mistar baja) (Nursalim,
2016).

32
Gambar 2.22 Proses Las GTAW
Sumber (www.google.com)

4. Las MIG/GMAW (Metal Inert Gas/Gas Metal Arc Welding)

Las MIG/GMAW adalah las yang menggunakan elektroda terumpan


dengan gas pelindung. Gas pelindung yang digunakan ialah Argon (Ar) dan
Karbon dioksida (Co2). Gas pelindung berfungsi sebagai pelindung logam las
saat proses pengelasan berlangsung agar tidak terkontaminasi dari udara
lingkungan sekitar logam lasan. Proses pengelasan MIG biasanya digunakan
untuk mengelas material yang terbuat dari alumunium atau baja tahan karat
dengan proses pengelasan secara semi-otomatis atau otomatis (Nursalim, 2016).
Dalam pengelasan MIG perlu penggunaan peralatan, peralatan tersebut
meliputi alat utama yaitu (mesin las DC, gas argon, kawat penambah dan unit
pengontrol kawat elektroda (wire feeder), torch pembakar/ welding gun, kabel
massa, gas, arus, dan air); peralatan bantu dan keselamatan kerja las MIG sama
dengan perlatan las SMAW, OAW, dan TIG, yang membedakan hanya pada
penggunaan topeng lasnya saja. Dalam pengelasan MIG digunakan topeng las
dengan kaca hitam nomor 7-8 (Nursalim, 2016).

33
Gambar 2.23 Proses Las MIG/GMAW
Sumber (www.google.com)

5. Las FCAW (Flux Cored ARC Welding)


FCAW (Fluks Cored Arc Welding) yaitu menggunakan elektroda
solid dan tubular yang diumpankan secara kontinyu dari sebuah gulungan.
FCAW menggunakan elektroda dimana terdapat serbuk flux di dalam
batangnya. Butiran-butiran dalam inti kawat ini menghasilkan sebagian atau
semua shielding gas yang diperlukan. Mutu hasil las FCAW bergantung
pada jenis elektroda yang digunakan, metode pengelasan yang digunakan,
kondisi bahan bakar dan desain sambungan las (Supomo, 2012).
Ketika beroperasi logam yang telah dilas akan mengalami korosi
dalam waktu yang cepat atau lambat tergantung dari lingkungan
pengoperasiannya. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena
mengurangi umur pakai barang. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau
elektrokimia dengan lingkungan (Supomo, 2012).

34
Gambar 2.24 Proses Las FCAW
Sumber (www.google.com)

2.4.2 Alur Proses pembangunan Kapal

Dalam pembangunan kapal baja dikenal alur proses yang bertahap dimana
tahap satu dengan yang berikutnya selalu ada kaitannya, untuk itu proses demi
proses harus dilakukan dengan teliti agar pada tahap proses berikutnya tidak
mengalami kesukaran akibat kesalahan dalam penyetelan (fitting) maupun
kesalahan dalam pengelasan (welding). Kombinasi antara penyetelan dan
pengelasan dari tahap ke tahap mempunyai sifat dan karakteristik pekerjaan dan
jenis pengelasan maupun proses pengelasannya yang berbeda, untuk itu perlu
mengikuti tahapan pembuatan konstruksi dan tahapan pembangunan bagian kapal
yang lebih besar ( seksi dan block ). Proses pembuatan kapal secara umum
diperlihatkan pada gambar 2.5.
Dari setiap proses yang dilakukan penggabungannya menggunkan proses
pengelasan SAW, SMAW, FCAW / GMAW dengan posisi pengelasan yang
bervariatif mulai dari 1G, 2G, 3G dan 4G tergantung keberadaan dan posisi
komponen kapal yang dikerjakan (Sunaryo, 2008)

35
Gambar 2.25 Tahapan Proses Pembangunan Kapal
Sumber (Sunaryo, 2008)

2.5 Kualifikasi Pengelasan

Menurut (Sunaryo, 2008) Perusahaan pembuat kapal bertanggungjawab


terhadap pengelasan yang terjadi dan suatu pengelasan konstruksi kapal tidak
diperbolehkan dilakukan pengelasan sebelum prosedur pengelasan (welding
Procedure) dan weldernya dikualifikasi sesuai suatu kode yang diakui oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan suatu produk.
Ada 2 hal kualifikasi pengelasan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Kualifikasi prosedur las (Welding Procedure Spesification) atau biasa disingkat
dengan WPS.
2. Kualifikasi juru las / operator las ( Welder / Welding Operator Spesification)
kualifikasi tersebut meliputi proses las, posisi las, material dan batas jangkauan
tebal pelat atau diameter material yang dilas. Standar yang dipakai untuk uji
kualifikasi juru dan operator las biasa mengikuti standar ASME.

36
2.6 Welding Procedure Spesification (WPS)

WPS adalah dokumen resmi yang menjelaskan prosedur pengelasan yang


harus dilakukan dalam suatu proses produksi/ proyek. AWS (American Welding
Society) menyatakan bahwa WPS menyediakan informasi detail tentang variabel
pengelasan sehingga dapat dipastikan pekerjaan pengelasan tersebut dapat
dilakukan oleh seorang welder.
Ada empat tahap dalam kualifikasi welding prosedur menurut (Wiryosumarto,
2000), yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan dari Prosedur Kualifikasi benda uji.
b. Pengujian Procedure Qualification dari sambungan las.
c. Evaluasi hasil pengujian.
d. Pengesahan dari Qualification Test dan Procedures Specifications.
Prosedur Pengelasan (WPS) adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan
pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi pengelasan yang sesuai dengan
rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan
harus mempunyai pengetahuan dalam hal pengetahuan bahan dan teknologi
pengelasan itu sendiri serta dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk
effesiensi dari suatu aktivitas produksi.
Di dalam pembuatan prosedure pengelasan (WPS) code atau Standard yang
lazim dipakai dinegara kita adalah American Standard (ASME, AWS dan API).
Selain American Standard design dan fabrikasi yang sering kita jumpai adalah
British Standard (BS), Germany Standard (DIN), Japanese Standard (JIS) dan
International Standard of Organization (ISO). Akan tetapi, hingga saat ini standar
yang paling sering dijadikan acuan untuk pembuatan prosedur pengelasan ASME
Code Sect IX (Boiler, Pressure Vessel, Heat Exchanger, Storage Tank), API Std
1104 (Pipeline) dan AWS (Structure & Plat Form).
Welding Procedure Specification (WPS) adalah Prosedur yang digunakan
sebagai acuan untuk melaksanakan Proses pengelasan yang meliputi rancangan
rinci dari teknik pengelasan yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dalam

37
hal ini prosedur pengelasan merupakan langkah-langkah pelaksanaan pengelasan
untuk mendapatkan mutu pengelasan yang memenuhi syarat.
Dalam Welding Procedure Spesification (WPS) harus ditampilkan variabel-
variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pengelasan. Variabel-variabel itu dapat
digolongkan menjadi 3 (Tiga) kelompok:
a. Essential Variabel. Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh pada
mechanical properties hasil pengelasan.
b. Supplement Essential Variabel. Suatu variabel yang bila diubah akan
berpengaruh pada Nilai Impact hasil pengelasan.
c. Non Essential Variabel. Suatu variabel bila diubah tidak akan mempengaruhi
nilai impact dan mechanical properties hasil pengelasan

2.6.1 Langkah-langkah pembuatan Welding Procedure Spesification (WPS)


Pada umumnya langkah pertama dalam pembuatan WPS adalah dengan
menyusun draft / prelimenary prosedure pengelasan yang terdiri dari aktivitas:
a. Melakukan pengelasan pada test coupon sesuai dengan parameter-parameter
pengelasan yang telah tertulis dalam draft prosedur tersebut.
b. Membuat test specimen dan melakukan uji specimen dengan Destructive Test.
c. Mengevaluasi hasil Destructive Test dengan Standard / code yang digunakan.
d. Mencatat dan mensertifikasi hasil uji tersebut pada lembar i (PQR).

2.6.2 Faktor Utama Welding Procedure Spesification (WPS)


Berikut ini adalah faktor utama dalam menyusun WPS yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Apakah jenis material induknya (Base Metal).
b. Jenis proses welding yang digunakan.
c. Jenis kawat las yang dipakai.
d. Kondisi pemakaian alat yang akan di las.
Faktor tambahan yang diperhatikan dalam penyusunan WPS selain pada
persyaratan utama diatas antara lain:
a. Compability antara kawat las dan material induk (Base Metal).

38
b. Sifat-sifat metallurgy dari material tersebut khususnya kemampuan material
untuk dapat di las (weldability).
c. Proses pemanasan (Preheat, Post Heat, Interpass Temperatur dan PWHT).
d. Design sambungan dan beban.
e. Mechanical properties yang diinginkan.
f. Lingkungan kerja (enviroment work) pada equipment tersebut.
g. Kemampuan welder.
h. Safety.

2.6.3 Kualifikasi Welding Procedure Spesification (WPS)

Langkah – langkah dalam melakukan kualifiaksi prosedur pengelasan, yaitu


sebagai berikut:
a. Membuat Test Coupon.
b. Melakukan pengelasan pada test coupon dengan parameter-parameter sesuai
yang tercantum dalam draft Prosedure pengelasan (WPS). Hal-hal yang
dianjurkan adalah mencatat semua variabel essential, non essential maupun
Supplementary essential.
c. Memotong test coupon untuk dijadikan specimen test DT (Destructive Test).
d. Jika hasil test DT dinyatakan accepted harus di record pada Prosedure
Kualifikasi Pengelasan (PQR).

2.7 Sambungan Las

Pembuatan struktur las meliputi proses pemotongan material sesuai ukuran,


melengkungkannya, dan menyambungnya satu sama lain. Tiaptiap daerah yang
disambung disebut "sambungan" (Sunaryo, 2008).
Terdapat beberapa variasi sambungan las sebagai pilihan berdasarkan
ketebalan dan kualitas material, metode pengelasan, bentuk struktur dsb.
Berdasarkan bentuknya, sambungan las diklasifikasikan antara lain sambungan
tumpul, sambungan dengan penguat tunggal, sambungan dengan penguat ganda,
sambungan tumpang, sambungan T, sambungan sudut, sambungan tepi, sambungan
kampuh melebar dan sambungan bentuk silang seperti ditunjukkan pada Gambar

39
2.26 dan sambungan kampuh las dapat juga diklasifikasikan berdasarkan metode
pengelasan, antara lain las tumpul, las sudut, las tepi, las lubang, dan las buildup,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.27

Gambar 2.26 Sambungan Las


Sumber: (Sunaryo, 2008)

Gambar 2.27 Macam-Macam Las


Sumber: (Sunaryo, 2008)

2.7.1 Uji Pengelasan Pada Sambungan Las (BKI Vol. 6 Rules for Welding 2022)

Pengujian pada sambungan las umumnya dilakukan pada benda uji dengan
tipe sambungan butt joint sesuai dengan Gambar 2.28 dan Tabel 5.5. Bila batang
elektroda harus disetujui hanya untuk pengelasan sudut/fillet (misalnya untuk
pengelasan vetical), benda uji las fillet seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.29
sebagai pengganti benda uji las tipe sambungan las tumpul (butt joint) harus dilas
dan dilakasanakan pengujian. Dalam kasus khusus, BKI dapat meminta benda uji
yang dilas fillet dan dilas butt, mis. untuk pengelasan vertikal ke bawah.

40
ket: satuan dinyatakan dalam mm
Gambar 2.28 Pengujian Sambungan pada tipe las tumpul (butt joint)
Sumber: (BKI VOL VI RULES FOR WELDING, 2022)

Tabel 2.3 Pengujian Butt Welding, posisi pengelasan dan diameter elektroda
position(s) Butt-weld test pieces required
applied for
approval in positions with electrode diameter(s)
Root
No Position Fill and Cover Passes Back Pass
Pass
all positition 1 PA (d) 4 5 to 8 4
incl. verticals- 1 PF (v-u) 3.25 4 or 5 4
down 1 PE (o) 3.25 4 or 5 4
PFG (v-
1 acc. To manufacture's instruction
d)

41
all positition 1 PA (d) 4 5 to 8 4
except 1 PF (v-u) 3.25 4 or 5 4
verticals-
down 1 PE (o) 3.25 4 or 5 4
Down hand 1 PA (d) 4 5 to 8 4
positions and
vertical-up 1 PF (v-u) 3.25 4 or 5 4
Down hand 1 PA (d) 4 5 to 8 4
positions only 1 PA (d) 4 5 to 8 4
Horizontal-
vertical (2G 1 PC (h-v) 4 or 5 5 4
positions only
other
individual 1 (X) as specified above
positions
Sumber: (BKI VOL VI RULES FOR WELDING, 2022)

Gambar 2.29 Pengujian Las Tipe Fillet


Sumber: (BKI VOL VI RULES FOR WELDING, 2022)

2.8 Elektroda Las

Bagian penting dalam pengelasan adalah elektroda las. Selama proses


pengelasan akan mengalami pencairan bersama-sama dengan logam induk
yang menjadi bagian kampuh las. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las
akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk
(Wiryosumarto, 2000). Penggunaan jenis elektroda akan sangat menentukan hasil
pengelasan, sehingga sangat penting untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat masing-
masing elektroda sebagai dasar pemilihan elektroda.

42
Macam dan jenis elektroda sangat banyak. Berdasarkan selaput pelindungnya
dibedakan menjadi dua macam, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput.
Elektroda berselaput terdiri dari bagian inti dan zat pelindung atau fluks.
Berdasarkan klasifikasi American Welding Society (AWS) (The Procedure
Handbook of Arc Welding, 1973), kode elektroda dinyatakan dengan huruf E dan
diikuti dengan empat atau lima digit angka sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
2.4

Tabel 2.4 Kode Electroda menurut klasifikasi American Welding Society


Awalan E menunjukkan Elektroda pengelasan
Elektroda, dua atau tiga digit pertama: menunjukkan nilai kekuatan tarik minimum
E60XX 60000 psi Minimum Tensile Strength
E70XX 70000 psi Minimum Tensile Strength
E110XX 110000 psi Minimum Tensile Strength
Digit sebelum akhir menunjukkan posisi pengelasan
EXX1X Semua Posisi
EXX2X Posisi datar dan Horizontal
Akhiran (contoh EXXXX-A1) menunjukkan kandungan pada elektroda
A1 0.5% Mo
B1 0.5% Cr, 0.5% Mo
B2 1.25% Cr, 0.5% Mo
B3 2.25% Cr, 1% Mo
B4 2% Cr, 0.5% Mo
B5 0.5% Cr, 1% Mo
C1 2.5% Ni
C2 3.25% Ni
C3 1% Ni, 0.35% Mo, 0.15% Cr
D1 dan D2 0.25 - 0.45% Mo, 1.75% Mn
0.5% min. Ni, 0.3% min. Cr, 0.2% min. Mo, 0.1% min. V, 1% min.
G Mn

Dalam (Esab Welding & Cutting Products, 2022) E = Elektroda, dua atau tiga digit
pertama: menunjukkan nilai kekuatan tarik minimum x 1000 psi pada hasil
pengelasan yang diperkenankan.
Digit ketiga atau empat: menunjukkan tentang posisi pengelasan yang artinya
sebagai berikut:

43
1 = Elektroda dapat digunakan untuk semua posisi (E xx1x).
2 = Elektroda dapat digunakan untuk posisi di bawah tangan (E xx2x).
3 = Hanya untuk posisi di bawah tangan saja (E xx3x).
4 = Untuk semua posisi kecuali arah turun (E xx4x).
Digit terakhir (keempat atau kelima) menunjukkan jenis arus dan tipe salutan. Digit
tersebut mulai dari 0 sampai 8 yang menunjukkan tipe arus dan polaritas yang
digunakan, dimana ada empat pengelompokan yang dapat menunjukkan tipe arus
untuk tiap tipe elektroda, yaitu:
1. Elektroda dengan digit terakhirnya 0 dan 5 dapat digunakan hanya untuk tipe
arus searah polaritas terbalik (DCRP).
2. Elektroda dengan digit terakhirnya 2 dan 7 dapat digunakan untuk arus bolak
balik (AC) atau arus searah polaritas lurus (DCSP).
3. Elektroda dengan digit terakhirnya 3 dan 4 dapat digunakan untuk arus bolak
balik (AC) atau arus searah polaritas terbalik dan lurus ( DCRP dan DCSP ).
4. Elektroda dengan digit terakhirnya 1, 6 dan 8 dapat digunakan untuk arus bolak
balik (AC) atau arus searah polaritas terbalik (DCRP).
Khusus untuk tipe salutan fluks elektroda, secara umum adalah sebagai berikut: 1,0
dan 1 = tipe salutannya adalah: celluloce (E xxx0 atau E xxx1).
2, 3 dan 4 = tipe salutannya adalah: rutile (E xxx2, E xxx3 atau E xxx4).
5, 6 dan 8 = tipe salutannya adalah: basic (E xxx5, E xxx6).
7 = tipe salutannya adalah: oksida besi (E xxx7).

2.8.1 Komposisi Kimia Elektroda


Dalam (Esab Welding & Cutting Products, 2022) menjelaskan komposisi
atau kandungan kimia yang terdapat pada setiap elektroda yang diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Klasifikasi E6010, E6011, E 6012, E6013, E6020, E6022 dan E6027 tidak
memiliki persyaratan
b. Klasifikasi E7018 dan E7027 tidak boleh mengandung lebih dari 1,60%
Mangan, 0,75% Silicon, 0,30% Nikel, 0,20% Chromium, 0,30% Molibdenum,
dan 0,08% Vanadium.

44
c. Klasifikasi E7014, E7015, E7016, E7024, E7028 dan E7048 harus memiliki
tidak lebih dari 1,25% Mangan, 0,90% Silikon, 0,30% Nikel, 0,20% Kromium,
0,30% Molibdenum, dan 0,08% Vanadium.
2.8.2 Deposit Rate Elektroda

Deposit Rate elektroda tentu mempengaruhi biaya total pengelasan secara


substansial. Deposit rate adalah berat logam las yang diendapkan dalam satuan
waktu. Deposit rate meningkat dengan meningkatnya arus pengelasan.
Terlihat seperti pada Gambar 2.30, eletktroda E7024 berdiameter 5/32”
dapat menyimpan logam las lebih dari dua kali lebih banyak dari elektroda E6010
dengan diameter yang sama, sehubungan dengan hal ini biaya tenaga kerja untuk
pengelasan overhead dapat hemat jika penggunaan elektroda dengan deposit yang
lebih tinggi (Esab Welding & Cutting Products, 2022)

Gambar 2.30 Efficiency Electroda dan Stub Loss


Sumber (Esab Welding & Cutting Products, 2022)

Gambar 2.21 mengilustrasikan bagaimana panjang stub loss mempengaruhi


efisiensi. Elektroda 6010 memiliki efisiensi rata-rata aktual 71,5%. Stub loss
dengan panjang 2” menghasilkan efisiensi turun menjadi 63,8%, untuk stub loss
dengan panjang 6" , 100 pon elektroda hanya akan menghasilkan 42,6 pon logam
las.

45
Dalam (Esab Welding & Cutting Products, 2022) menjelaskan setiap
elektroda memiliki karakteristik, sifat mekanik, komposisi kimia, dan deposit rate
yang berbeda untuk setiap jenis elektroda, dijelaskan sebagai berikut:

a. Elektroda E6010
Elektroda ini diperuntukkan untuk semua posisi pengelasan serta dapat
digunakan untuk keperluan pengelasan dan bersifat umum. Elektroda ini
menghasilkan penetrasi yang baik dan konsisten. Sifat mekanik, komposisi
kimia, dan deposit elektroda ini, masing – masing ditunjukkan pada Tabel 2.5,
Tabel 2.6 dan Tabel 2.7

Tabel 2.5 Sifat Mekanik Elektroda E6010

Sifat Mekanik Elektroda E6010

Yield Strength (Psi) 67100

Tensile Strength (Psi) 79800

Elongation (2” Gauge) 29%


Charpy V-Notch Impact Resistance 27 ft - lbs

Tabel 2.6 Komposisi kimia elektroda E6010


Komposisi Kimia Elektroda E6010
Carbon 0.12%
Manganese 0.28%
Silicon 0.18%
Phophorus 0.009%
Sulfur 0.017%

Tabel 2.7 Deposit Rate Eleketroda E6010


Deposit rate elektroda E6010
Efisiensi Deposit
Diameter Elektroda (") Ampere
(%) (Lbs/Hr)
70 72 1.5
3/32"
100 65 1.7
100 76.34 2.12
1/8"
130 68.81 2.31

46
Deposit rate elektroda E6010
Efisiensi Deposit
Diameter Elektroda (") Ampere
(%) (Lbs/Hr)
140 73.57 2.8
5/32"
170 64.14 2.93
160 74.9 3.3
3/16"
190 69.7 3.52

b. Electroda E7010
Elektroda ini diperuntukkan untuk semua posisi pengelasan pada objek
seperti pipa. Elektroda ini menghasilkan penetrasi yang baik dan konsisten.
Elektroda ini juga dapat digunakan untuk mengelas root pass pada pipa
dengan grade yang lebih tinggi dalam beberapa keadaan. Sifat mekanik,
komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing – masing ditunjukkan
pada Tabel 2.8, Tabel 2.9 dan Tabel 2.10

Tabel 2.8 Sifat mekanik dari elektroda E7010


Sifat Mekanik Elektroda E7010
Yield Strength (Psi) 69800
Tensile Strength (Psi) 81200
Elongation (2” Gauge) 22%
Charpy V-Notch Impact Resistance 29 ft - lbs

Tabel 2.9 Komposisi kimia elektroda E7010

Komposisi Kimia Elektroda E7010


Carbon 0.10%

Manganese 0.31%

Silicon 0.18%

Phophorus 0.008%

Sulfur 0.016%

Nicke 0.53%

Molybdenum 0.24%

47
Tabel 2.10 Deposit Rate Elektroda E7010
Deposit rate elektroda E7010
Efisiensi Deposit
Diameter Elektroda (") Ampere
(%) (Lbs/Hr)
70 72 1.5
3/32"
100 65 1.7
100 76.34 2.12
1/8"
130 68.81 2.31
140 73.57 2.8
5/32"
170 64.14 2.93
160 74.9 3.3
3/16"
190 69.7 3.52

c. Electrode E8010
Elektroda ini diperuntukkan untuk semua posisi pengelasan pada objek
seperti pipa. Elektroda ini menghasilkan penetrasi yang baik dan konsisten.
Direkomendasikan untuk pipa grade X60, X65, dan X70. Sifat mekanik,
komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing – masing ditunjukkan
pada Tabel 2.11, Tabel 2.12, dan Tabel 2.13

Tabel 2.11 Sifat mekanik dari elektroda E8010


Sifat Mekanik Elektroda E8010
Yield Strength (Psi) 72700
Tensile Strength (Psi) 88300
Elongation (2” Gauge) 24%
Charpy V-Notch Impact Resistance 31 ft - lbs

Tabel 2.12 Komposisi kimia elektroda E8010


Komposisi Kimia Elektroda E8010
Carbon 0.10%
Manganese 0.48%
Silicon 0.28%
Phophorus 0.008%
Sulfur 0.014%
Nicke 0.98%
Molybdenum 0.11%

48
Tabel 2.13 Deposit Rate Elektroda E8010
Deposit rate elektroda E8010
Efisiensi Deposit
Diameter Elektroda (") Ampere
(%) (Lbs/Hr)
70 72 1.5
3/32"
100 65 1.7
100 76.34 2.12
1/8"
130 68.81 2.31
140 73.57 2.8
5/32"
170 64.14 2.93
160 74.9 3.3
3/16"
190 69.7 3.52

d. Electrode E6011
Pengaplikasian untuk elektroda yang umum, termasuk pengelasan
jembatan dan bangunan, perpipaan, konstruksi kapal, bejana tekan dan
tangki. Sifat mekanik, komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing –
masing ditunjukkan pada Tabel 2.14, Tabel 2.15, dan Tabel 2.16

Tabel 2.14 Sifat mekanik Elektroda E6011


Sifat Mekanik Elektroda E6011

Yield Strength (Psi) 68800


Tensile Strength (Psi) 76100
Elongation (2” Gauge) 22%
Charpy V-Notch Impact Resistance 31 ft - lbs

Tabel 2.15 Komposisi kimia elektroda E6011


Komposisi Kimia Elektroda E6011
Carbon 0.10%

Manganese 0.36%

Silicon 0.15%

Phophorus 0.012%

Sulfur 0.016%

49
Tabel 2.16 Deposit Rate Elektroda
Deposit rate elektroda E6011
Efisiensi Deposit
Diameter Elektroda (") Ampere
(%) (Lbs/Hr)
70 72 1.5
3/32"
100 65 1.7
100 76.34 2.12
1/8"
130 68.81 2.31
140 73.57 2.8
5/32"
170 64.14 2.93
160 74.9 3.3
3/16"
190 69.7 3.52

e. Electrode E6012
Ini adalah elektroda serba guna yang berguna untuk pengelasan dengan
kondisi fit up yang buruk. Elektroda ini menyimpan manik las cembung
yang memiliki kekuatan terhadap retak meski dengan ampere tinggi dari
proses pengelasan. Deposit las memiliki sifat mekanik yang sangat.
Elektroda ini banyak digunakan untuk mengelas badan truk, trailer, tangki,
mesin pertanian, dan suku cadang mobil. Sifat mekanik, komposisi kimia,
dan deposit elektroda ini, masing – masing ditunjukkan pada Tabel 2.17,
Tabel 2.18, dan Tabel 2.19

Tabel 2.17 Sifat mekanik Elektroda E6012

Sifat Mekanik Elektroda E6012


Yield Strength (Psi) 62300
Tensile Strength (Psi) 69400
Elongation (2” Gauge) 21%
Reduction of Area 54%

Tabel 2.18. Komposisi kimia elektroda E6012


Komposisi Kimia Elektroda E6012
Carbon 0.05%
Manganese 0.31%
Silicon 0.12%

50
Komposisi Kimia Elektroda E6012
Phophorus 0.008%
Sulfur 0.016%

Tabel 2.19. Deposit Rate elektroda E6012


Deposit rate elektroda E6012
Efisiensi Deposit
Diameter Elektroda (") Ampere
(%) (Lbs/Hr)
1/8" 130 81.8 2.9
165 78.8 3.2
5/32"
200 69 3.4
220 77 4
3/16"
250 74.5 4.2
7/32" 320 69.8 5.6
320 70 5.6
1/4" 360 67.7 6.6
380 66 7.1

f. Elektroda E6013
Elektroda ini dapat digunakan dengan arus pengelasan dan kecepatan
proses pengelasan relatif tinggi tanpa mengalami deffect weld underceut.
Sifat mekanik, komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing – masing
ditunjukkan pada Tabel 2.20, Tabel 2.21, dan Tabel 2.22

Tabel 2.20. Sifat mekanik elektroda E6013


Sifat Mekanik Elektroda E6013
Yield Strength (Psi) 62300
Tensile Strength (Psi) 69400
Elongation (2” Gauge) 21%
Reduction of Area 49%

Tabel 2.21. Komposisi kimia elektroda E6013


Komposisi Kimia Elektroda E6013
Carbon 0.06%
Manganese 0.32%
Silicon 0.23%
Phophorus 0.012%
Sulfur 0.013%

51
Tabel 2.22. Deposit Rate elektroda E6013
Deposit rate elektroda E6013
Efisiensi
Diameter Elektroda (") Ampere Deposit (Lbs/Hr)
(%)
140 75.6 2.6
5/32" 160 74.1 3.02
180 71.2 3.48
180 73.9 3.2
3/16" 200 71.1 3.8
220 72.9 4.09
250 71.3 5.3
7/32" 270 73 5.7
290 72.7 6.08
290 75 6.2
1/4" 310 73.5 6.5
330 72.1 7.1

g. Elektroda E7014
Elektroda ini memiliki serbuk besi yang ditambahkan kedalam lapisan
elektroda sehingga dibutuhkan penggunaan arus pengelasan yang lebih
tinggi. Sifat mekanik, komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing –
masing ditunjukkan pada Tabel 2.23, Tabel 2.24, dan Tabel 2.25

Tabel 2.23 Sifat mekanik elektroda E7014


Sifat Mekanik Elektroda E7014

Yield Strength (Psi) 61000


Tensile Strength (Psi) 71300
Elongation (2” Gauge) 28%

Tabel 2.24 Komposisi kimia elektroda E7014

Komposisi Kimia Elektroda E7014


Carbon 0.04%
Manganese 0.31%
Silicon 0.14%
Phophorus 0.015%
Sulfur 0.019%

52
Tabel 2.25. Deposit Rate Elektroda E7014
Deposit rate elektroda E7014
Diameter Elektroda (") Ampere Efisiensi (%) Deposit (Lbs/Hr)
120 63.9 2.45
1/8"
150 61.1 3.1
160 71.9 3.04
5/32"
200 67 3.69
230 70.9 4.5
3/16"
270 73.2 5.5
290 67.2 5.82
7/32"
330 70.3 7.12
350 68.7 7.08
1/4"
400 69.9 8.7

h. Electrode E7016
Dapat digunakan dengan arus tinggi dengan tingkat deposit tinggi dan
sesuai sehingga lebih ekonomis daripada elektroda konvensional untuk
pekerjaan berat. Elektroda harus tetap kering, dan pengelasan harus
dilakukan menggunakan busur sependek mungkin. Sifat mekanik,
komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing – masing ditunjukkan
pada Tabel 2.26, Tabel 2.27, dan Tabel 2.28

Tabel 2.26 Sifat mekanik dari elektroda E7016

Sifat Mekanik Elektroda E7016


Yield Strength (Psi) 69500
Tensile Strength (Psi) 79000
Elongation (2” Gauge) 28%
Reduction of Area 0.5%

Tabel 2.27. Komposisi kimia elektroda E7016

Komposisi Kimia Elektroda E7016


Carbon 0.04%
Manganese 0.31%
Silicon 0.14%

53
Komposisi Kimia Elektroda E7016
Phophorus 0.015%
Sulfur 0.019%

Tabel 2.28 Deposit Rate Electrode E7016


Deposit rate elektroda E7016
Diameter
Elektroda (") Ampere Efisiensi (%) Deposit (Lbs/Hr)
140 70.5 3.01
5/32" 160 69.1 3.24
190 66 3.61
175 71 3.79
200 71 4.23
3/16"
225 71 4.4
250 65.8 4.77
250 74.5 5.93
275 74.1 6.42
1/4"
300 73.2 6.78
350 71.5 7.58

i. Elektroda E7018
Elektroda dengan kandungan hidrogen dan serbuk besi yang rendah.
Ekonomis dan sifat mekanik pada elektroda ini dapat dicapai ketika
elektroda E7018 digunakan untuk mengelas baja karbon, baja belerang
tinggi, dan baja enamel. Selain itu, elektroda E7018 saat ini diproduksi
dengan lapisan tahan lembab. Sifat mekanik, komposisi kimia, dan deposit
elektroda ini, masing – masing ditunjukkan pada Tabel Tabel 2.29, Tabel
2.30, dan Tabel 2.31.

Tabel 2.29 Sifat mekanik elektroda E7018


Sifat Mekanik Elektroda E7018
Yield Strength (Psi) 68000
Tensile Strength (Psi) 78000
Elongation (2” Gauge) 30%
Reduction of Area 75.50%
Charpy V-Notch Impact Resistance 125 ft - lbs

54
Tabel 2.30 Komposisi kimia elektroda E7018
Komposisi Kimia Elektroda E7018
Carbon 0.045%
Manganese 1.10%
Silicon 0.40%
Phophorus 0.015%
Sulfur 0.014%

Tabel 2.31 Deposit Rate Electrode E7018


Deposit rate elektroda E7018
Diameter
Elektroda (") Ampere Efisiensi (%) Deposit (Lbs/Hr)
120 71.6 2.58
1/8" 140 70.9 2.74
160 68.1 2.99
140 75 3.11
5/32" 170 73.5 3.78
200 73 4.31
200 76.4 4.85
3/16" 250 74.6 5.36
300 70.3 5.61
250 75 6.5
7/32"
300 74 7.2
350 73 7.4
300 78 7.72
1/4" 350 77 8.67
400 74 9.04

j. Elektroda E7024
Elektroda ini adalah elektroda dengan kecepatan tinggi yang
menggunakan tingkat konsentrasi serbuk besi yang tinggi pada lapisan.
Digunakan dengan arus pengelasan yang tinggi dan menghasilkan tingkat
deposit yang tinggi pada posisi las horizontal dan posisi down hand. Sifat
mekanik, komposisi kimia, dan deposit elektroda ini, masing – masing
ditunjukkan pada Tabel 2.32, Tabel 2.33, dan Tabel 2.34

55
Tabel 2.32 Sifat mekanik elektroda E7024

Sifat Mekanik Elektroda E7024

Yield Strength (Psi) 71000


Tensile Strength (Psi) 81000
Elongation (2” Gauge) 26%
Reduction of Area 63.00%
Charpy V-Notch Impact Resistance 25 ft - lbs

Tabel 2.33 Komposisi kimia elektroda E7024

Komposisi Kimia Elektroda E7024

Carbon 0.060%

Manganese 0.80%

Silicon 0.27%

Phophorus 0.010%

Sulfur 0.018%

Tabel 2.34 Deposit Rate Electrode E7024


Deposit rate elektroda E7024
Diameter
Ampere Efisiensi (%) Deposit (Lbs/Hr)
Elektroda (")
1/8" 140 69 3.57
180 66 5.1
5/32" 180 67 4.48
200 70 5.23
240 67 6.67
3/16" 250 69 7.34
290 68 9.15
7/32" 320 69 9.43
1/4" 400 70 12.58

56
2.8.3 Berat Satu Batang Elektroda

Menurut penelitian (Kristiyanto, 2011) dalam (Idris, 2012) diperoleh berat


satu batang elektroda dima dari satu dos elektroda berdiameter 4 mm dengan berat
5 Kg diambil 12 batang elektroda sebagai sampel, ditunjukkan pada Tabel 2.35

Tabel 2.35 Berat Rata-Rata Elektroda

No Berat Sampel + Berat Berat


Sampel Berat Wadah Wadah Sampel
(Gram) (Gram) (Gram)
I II III IV = II-III
1 102.41 47.4 55.01
2 102.31 47.4 54.91
3 102.35 47.4 54.95
4 101.97 47.4 54.57
5 102.06 47.4 54.66
6 102.35 47.4 54.95
7 101.98 47.4 54.58
8 102.64 47.4 55.24
9 102.34 47.4 54.94
10 102.34 47.4 54.94
11 102.25 47.4 54.85
12 102.07 47.4 54.67
BERAT
TOTAL 658.27

Untuk berat satu batang elektroda diambil dari berat rata-rata dari sampel
yaitu: Berat rata-rata = Berat Total / Jumlah Sampel
= 658,22 gr / 12
= 54.85583333 gr
= 0.054855833 kg
Jadi berat satu batang elektroda yaitu seberat 0.054855833 kg

2.9 Perhitungan Berat Logam Las

Untuk mempermudah dalam proses pengelasan, perlu adanya kampuh agar


filler dapat mengisi logam induk yang akan disambung. Kampuh akan diperlukan

57
jika ketebalan material yang akan dilas lebih dari 6 mm (ASME section IX)
(Nurfitriana, 2016)
Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang nantinya akan diisi oleh
logam las (weld metal). Kampuh las awalnya adalah berupa gabungan las (weld
pool) yang kemudian diisi dengan logam las. Kampuh las yang selanjutnya menjadi
logam las menjadi acuan dalam perhitungan berat logam las.

2.9.1 Pembatasan Ukuran Las Sudut


Menurut (Darmayadi, 2009) ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki
(size leg length) serta panjang kaki harus ditentukan sebagai panjang a1 dan a2,
detail las sudut diperlihatkan pada Gambar 2.31

Gambar 2.31 Ukuran Las Sudut

Ukuran minimum las sudut dipengaruhi oleh dimensi tebal suatu konstruksi
yang ingin dilas, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.36

Tabel 2.36 Ukuran Minimum Las Sudut


Tebal Plat (t, mm) paling tebal Ukuran minimum las sudut a, (mm)
T≤7 3
7 < t ≤ 10 4
10 < t ≤ 15 5
15 ≤ t 6

Menurut (Darmayadi, 2009) Untuk menghitung berat logam las per satuan
panjang (Meter) yang perlu diketahui adalah:
1. Luas area (A)
2. Panjang las (L)

58
3. Tebal logam las (T)
Berikut adalah tata cara perhitungan volume kampuh las sudut (fillet weld)

Gambar 2.32 Contoh objek perhitungan berat logam las


Sumber (Darmayadi, 2009)

Untuk kasus pada Gambar 2.22, kita dapat menghitung:

1 (2.1)
Luas Permukaan = 𝑥𝑎𝑥𝑇
2
1
= x 8 x 8 mm = 32 mm2
2

(2.2)
Volume Las ( V ) = 𝐴𝑥𝐿
= 32 mm2 x 1000 mm = 32.000 mm3 = 32 cm3
Berat Jenis Mild Steel = 7,85 gr/cm3

(2.3)
berat Logam (GL) = 𝑉 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
= 32 x 7,85 = 251,2 gram = 0,251Kg/Mtr.
Cara hitung ini berlaku untuk bentuk – bentuk sambungan seperti: U type, Double
V type atau butt joint tanpa groove.
Hitungan diatas berlaku untuk sambungan tanpa Reinforcement. Jika terdapat
reinforcement maka jumlah kawat las ditambah sekitar 3%. Selanjutnya untuk

59
menghitung jumlah elektroda yang diperlukan, digunakan rumus sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan (2.4)

G (Jumlah Elektroda) =
𝐺𝐿 𝑥 𝑃 (2.4)
𝐷𝐸

GL = Berat Logam Las per Satuan Panjang ( Meter )


P = Jumlah Panjang Sambungan Las
DE = Deposit Efficiency

(Esab Welding & Cutting Products, 2022) Deposit Efficiency adalah hubungan
antara berat logam las yang diendapkan dengan berat logam las yang digunakan
dalam pembuatan las. Hal ini dapat ditentukan secara akurat hanya dengan
membuat las uji waktunya, dan dengan hati-hati menimbang las dan elektroda atau
kawat , sebelum dan sesudah pengelasan. Efisiensi kemudian dapat dihitung dengan
rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑠 (2.5)


DE = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

Atau

𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑒 (𝑙𝑏𝑠/ℎ𝑟) (2.6)


DE = 𝐵𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑓𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 (𝑙𝑏𝑠/ℎ𝑟)

Deposit efisiensi pada lapisan elektroda menurut AWS, tidak


mempertingkan hilangnya stub elektroda yang tidak terpakai, hal ini dikarenakan
jumlah stub elektroda yang tebuang bervariasi tergantung pada welder. Untuk
pengelasan secara menurus stub pengelasan yang terbuang hasilnya cenderung
lebih pendek dibandingkan pengelasan intermiten. Gambar 2.32 memperlihatkan
stub terbuang yang mempengaruhi efisiensi elektroda.

Menurut (BKI , 2022) perhitungan las sudut dapat ditentukan dengan


melihat tebal leher pengelasan (throat thickness) dan (size leg length), besar throat
thickness (amin) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑡1+𝑡2
amin =√ (mm) dimana amin ≥ 3,0 mm (2.7)
3

60
keterangan:

t1 = tebal konstruksi 1

t2 = tebal konstruksi 2

untuk nilai size leg length menurut (BKI , 2022) tidak kurang dari 1.4 kali
nilai throat thickness (amin).

Gambar 2.33 Stub Loss pada electrode


Sumber (Esab Welding & Cutting Products, 2022)

Menurut (Esab Welding & Cutting Products, 2022) Deposit rate dan efisiensi
elektroda pada setiap jenis pengelasan adalah sebagai berikut:

1. Shield Metal Arc Welding

Tabel 2.37 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW


E6010
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
3/32" 75 1.5 72%
100 2.1 76.3%
1/8"
130 2.3 68.8%
140 2.8 73.6%
5/32"
170 2.9 64.1%
160 3.3 74.9%
3/16"
190 3.5 69.7%
190 4.5 76.9%
7/32"
230 5.1 73.1%

61
Tabel 2.38 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW
E6011
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
3/32" 75 1.3 61.00%
1/8" 120 2.3 70.70%
5/32" 150 3.7 77.00%
3/16" 180 4.1 73.40%
7/32" 210 5 74.20%
1/4" 250 5.6 71.90%

Tabel 2.39 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW


E6012
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
1/8" 130 2.9 81.80%
165 3.2 78.80%
5/32"
200 3.4 69%
220 4 77%
3/16"
250 4.2 74.50%
7/32" 320 5.6 69.80%

Tabel 2.40 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW


E6013

Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)

1/8" 85 1.6 73.00%


125 2.1 73.00%
140 2.6 76%
5/32"
160 3 74.10%
180 3.5 71.20%
180 3.2 74%
3/16"
200 3.8 71.10%

62
E6013

Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)

220 4.1 72.90%


250 5.3 71.30%
7/32" 270 5.7 73%
290 6.1 72.70%

Tabel 2.41 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW


E7014

Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)

120 2.4 63.9%


1/8"
150 3.1 61.1%
160 3 71.9%
5/32"
200 3.7 67.0%
230 4.5 70.9%
3/16"
270 5.5 73.2%
290 5.8 67.2%
7/32"
330 7.1 70.3%
350 7.1 68.7%
1/4"
400 8.7 69.9%

Tabel 2.42 Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW


E7016
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)

1/8" 100 1.7 63.9%


130 2.3 65.8%
140 3 70.5%

63
E7016
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
5/32" 160 3.2 69.1%
190 3.6 66.0%
175 3.8 71.0%
200 4.2 71.0%
3/16" 225 4.4 70.0%
250 4.8 65.8%
250 5.9 74.5%
275 6.4 74.1%
1/4" 300 6.8 73.2%
350 7.6 71.5%

Tabel 2.43.Deposit Rate dan efisiensi Pengelasan SMAW


E7024
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
1/8" 140 4.2 71.8%
180 5.1 70.7%
180 5.3 71.3%
5/32" 210 6.3 72.5%
240 7.2 69.4%
245 7.5 69.2%
3/16" 270 8.3 70.5%
290 9.1 68.0%
7/32" 320 9.4 72.4%
360 11.6 69.1%
1/4" 400 12.6 71.7%

2. Flux Cored Arc Welding/Metal Cored Arc Welding

64
Tabel 2.44 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan FCAW

FCAW GAS SHIELD TYPES E70T-1, E71T-1, E70T-


2, E707-5, & ALL LOW ALLOY TYPES

Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
130 3.2 82%
140 3.6 82%
160 4.2 83%
0.035
180 5.6 83%
200 6.5 84%
220 7.5 85%
160 4 83%
180 4.9 87%
200 6.5 90%
0.045
220 6.8 84%
240 7.3 84%
280 10.5 89%
170 3.9 84%
190 5.3 87%
210 5.5 86%
0.052
240 6.7 85%
270 8.1 85%
300 10.3 87%
180 4.2 87%
200 4.7 86%
220 5.6 86%
1/16" 250 7.7 86%
275 8.5 86%
300 9.3 86%
350 11.7 86%
250 6.4 85%
5/64" 350 10.5 85%
450 14.8 85%
400 12.7 85%
3/32" 450 15 86%
500 18.5 86%

65
Tabel 2.45 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan MCAW

MCAW E70T-1, E71T-1, & ALL LOW ALLOY


TYPES
Deposit
Diameter
Ampere Rate Efisiensi (%)
Elektroda
(lbs/hr)
150 4.4 93.0%
200 6.5 93.0%
250 9.4 93.0%
0.035
250 8 91.0%
275 11.4 93.0%
300 11.6 95.0%
275 8 90.0%
0.052 300 9.6 93.0%
325 10.1 93.0%
300 8.6 89.0%
350 11.9 94.0%
1/16"
400 14.6 93.0%
450 16.2 96.0%
350 11.6 94.0%
400 13.2 95.0%
5/64"
450 15.8 97.0%
500 20.4 97.0%
400 11.5 95.0%
450 14.5 97.0%
3/32"
500 16.5 97.0%
550 21 98.0%
CATATAN: DATA DIATAS ADALAH PENGGUNAAN 75% ARGON
25% CO2. TINGKAT DEPOSIT DAN EFISIENSI AKAN MENINGKAT
DENGAN PENGGUNAAN CAMPURAN ARGON YANG LEBIH
TINGGI.

66
3. Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Tabel 2.46 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan GMAW

Deposit Rate (lbs/hr)


Diameter
Ampere 98%
Elektroda A/2%O25%A/25%CO2StraightCO2
98% 96% 93%
75 2 1.9 1.8
100 2.6 2.6 2.5
0.03
150 4.1 4 3.9
200 6.8 6.7 6.5
80 2.2 2.1 2
100 2.7 2.7 2.6
0.035 150 4.2 4.1 4
200 6.2 6 5.9
250 9 8.8 8.6
100 2.1 2 1.9
125 2.8 2.8 2.7
150 3.6 3.5 3.4
0.045 200 5.6 5.5 5.3
250 7.8 7.6 7.4
300 10.2 10 9.7
350 13.2 12.9 12.5
250 6.5 6.4 6.2
275 7.7 7.6 7.3
300 9 8.8 8.5
1/16"
350 11.3 11 10.7
400 14 13.7 13.3
450 17.4 17.1 16.5
4. Submerged Arc Welding (SAW)

Tabel 2.47 Deposit Rate dan efisiensi pengelasan SAW


SUBMERGED ARC WIRES (1" STICKOUT)
DEPOST
ELECTRODE EFFICINECY
AMPERE RATE
DIAMETER (%)
(lbs/hr)
300 7
5/64" 400 10.2
500 15
ASSUME 99%
400 9.4
EFFICIENCY
3/32" 500 13
600 17.2
1/8" 400 8.5

67
SUBMERGED ARC WIRES (1" STICKOUT)
DEPOST
ELECTRODE EFFICINECY
AMPERE RATE
DIAMETER (%)
(lbs/hr)
500 11.5
600 15
700 19
500 11.3
600 14.6
5/32" 700 18.4
800 22
900 26.1
600 13.9
700 17.5
800 21
3/16"
900 25
1000 29.2
1100 34

Dalam (Esab Welding & Cutting Products, 2022) berat logam las pada
sambungan tipe fillet join dan Butt joint (lbs/ft), terlihat pada Gambar 2.24

68
Gambar 2.34 Berat Logam Las Pada Sambung Fillet dan Bevel
Sumber (Esab Welding & Cutting Products, 2022)

69
2.10 Algoritma Pemrograman dan Flow chart

Kata Algoritma berasal dari nama seorang ilmuan asal Persia, Abu Ja’far
Mohammed Ibn Musa Al – Khowarizmi yang menulis kitab “Al Jabr Wal –
Muqabala” (Rules of Restoration and Reduction), 825 M. Abu Ja’far Mohammed
mengartikan algoritma sebagai seperangkat instruksi yang berurutan dari awal
sampai selesai.
Pengertian algoritma lainnya menurut (Sindar, 2018) adalah sebuah alur
pemikiran dalam memecahkan suatu pekerjaan yang dituangkan secara tertulis.
Algoritma dapat berupa kalimat, gambar, atau tabel tertentu. Algoritma merupakan
sebuah pemikiran, artinya dimungkinkan adanya algoritma yang berbeda dari setiap
orang.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa algoritma adalah
seperangkat alur instruksi dari awal sampai selesai yang bertujuan untuk
memecahkan sesuatu, dapat berupa kalimat, gambar, ataupun tabel tertentu dan
bersifat logis (bernilai salah atau benar). Komponen teks algoritma dalam
pemrograman procedural dapat berupa:
▪ Instruksi dasar seperti input/output, assignment
▪ Sequence (runtutan)
▪ Analisa kasus
▪ Perulangan
Contoh dari algoritma sederhana yaitu proses mengirim surat yang dimulai
dari: i/ Mulai menulis surat, ii/ Memasukan surat dalam amplop, iii/ Menempelkan
perangko pada amplop, iv/ Menuliskan alamat tujuan dan pengirim surat, v/ Pergi
ke kantor pos dengan membawa surat, vi/Masukan surat pada bis surat, vii/ Selesai
Manusia berkomunikasi dengan komputer dengan cara memberikan
seperangkat perintah kepada komputer berupa instruksi – instruksi dalam bentuk
pembuatan program. Agar komputer mengerti instruksi – instruksi tersebut,
diperlukan sebuah bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman yang diinput oleh
manusia ke komputer adalah salah satu contoh dari algoritma. Algoritma yang baik
apabila manusia dapat menginput bahasa pemrograman dari awal sampai selesai ke

70
komputer sehingga perintah tersebut dapat dijalankan dengan benar (output).
Bahasa pemrograman sangat bermacam – macam, seperti C, C++, Pascal, Java,
C#, Basic, Perl, PHP, ASP, JSP, J#, J++, Visual Basic, Visual Basic for
Application dan masih banyak bahasa lainnya. Dari berbagai bahasa pemrograman
cara memberikan instruksinya berbeda – beda namun bertujuan menghasilkan
output yang sama.
2.10.1 Karakteristik Algoritma

Algoritma komputer memiliki beberapa karakteristik yang harus dipenuhi


agar menjadi algoritma yang baik. Karakteristik itu antara lain:
▪ Presisi
Langkah – langkah penyelesaian masalah dalam algoritma haruslah
secara presisi (tepat) dinyatakan, tidak mengandung ambiguitas.
▪ Keunikan
Hasil pertengahan dalam tiap langkah eksekusi suatu algoritma
didefinisikan secara khas dan merupakan pengolahan dari hasil eksekusi
langkah sebelumnya.
▪ Keterbatasan
Algoritma harus terbatas dan berhenti pada suatu titik setelah semua
eksekusi dilaksanakan.
▪ Input
Algoritma menerima input.
▪ Output
Algoritma menghasilkan output.
▪ General
Algoritma berlaku untuk suatu kumpulan input tertentu.

2.10.2 Notasi Algoritma

Dalam suatu penulisan algoritma terkadang sulit untuk menulis, mengerti


dan memahami maksud dari algoritma tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut
dapat dilakukan notasi – notasi algoritma. Notasi algoritma merupakan rancangan

71
penyelesaian masalah (algoritma) yang dituliskan ke dalam notasi (cara penulisan
khusus). Notasi algoritma yang sering digunakan ada 3 macam, yaitu:
1. Notasi deskriptif, yaitu dengan cara menuliskan langkah – langkah
penyelesaian masalah dengan kalimat – kalimat yang jelas dan deskriptif
disertai dengan urutan (nomor urut) yang jelas. Notasi ini cocok untuk
algoritma yang pendek, namun untuk masalah yang algoritmanya besar,
notasi ini jelas tidak efektif. Selain itu, pengkonversian notasi algoritma
ke notasi bahasa pemrograman cenderung relatif sukar.
2. Notasi bagian alir (Flow chart), yaitu algoritma menggunakan bagan alir
dengan memanfaatkan bentuk–bentuk geometri seperti persegi panjang,
jajaran genjang, lingkaran, dan sebagainya. Sama halnya dengan notasi
deskriptif, notasi ini cocok untuk algoritma yang pendek, namun untuk
masalah yang algoritmanya besar, notasi ini jelas tidak efektif. Selain
itu, pengkonversian notasi algoritma ke notasi bahasa pemrograman
cenderung relatif sukar. Adapun simbol–simbol yang digunakan dalam
penyusunan flow chart adalah:

Tabel 2.48 Simbol – simbol flow chart


Keterangan Simbol

Mulai/selesai (terminator)

Aliran data

Input/Output

Proses

Percabangan (Decision)

Pemberian nilai awal suatu

variabel (Preparation)

72
Keterangan Simbol

Memanggil

prosedur/fungsi (Call)

Connector (di halaman

yang sama)

Connector (di halaman

yang sama)

Sequence Process

Perulangan

73
Gambar 2.35 Contoh Flow chart

3. Notasi Pseudo-code, yaitu notasi algoritma yang praktis dan mirip


dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Pascal. Banyak
notasi pseudo-code yang digunakan oleh para ahli komputer dan
berbeda – beda sehingga tidak ada aturan baku dalam penulisan pseudo-
code ini, tetapi yang paling banyak digunakan dalam algoritma
pemrograman adalah yang mendekati bahasa pascal. Keuntungan
menggunakan notasi pseudo–code adalah kemudahan mengkonversinya
lebih tepat yang disebut mentranslasi ke notasi bahasa pemrograman,
karena terdapat korespondensi antara setiap pseudo code dengan notasi
bahasa pemrograman.

Tabel 2.49 Perbandingan penulisan Algoritma notasi deskriptif


dengan pseudo-code
Algoritma Pseudo-codE
Nilai A ditambah dengan 5 A ← A+5
cetak nilai A bila lebih besar dari 10 IF A > 10 THEN PRINT A
dari dua bilangan A dan B, cari IF A > B THEN PRINT A LESE
bilangan yang terbesar PRINT B

74
2.10.3 Aturan Penulisan Teks Algoritma

Teks algoritma berisi deskripsi langkah – langkah penyelesaian masalah.


Deskripsi tersebut dapat ditulis dalam bentuk notasi apapun, asalkan mudah dibaca
dan dimengerti. Tiap orang dapat membuat aturan penulisan dan algoritma sendiri.
Namun, agar notasi algoritma dapat dengan mudah ditranslasi ke alam notasi
bahasa pemrograman, sebaiknya notasi algoritma itu berkoresponden dengan notasi
bahasa pemrograman secara umum. Pada dasarnya, teks algoritma disusun atas tiga
bagian (block) yaitu bagian judul (header) algoritma, bagian deklarasi, dan bagian
deskripsi.
1. Judul Algoritma

Merupakan bagian yang terdiri atas nama algoritma dan penjelasan


(spesifikasi) tentang algoritma tersebut. Nama algoritma sebaiknya
singkat, namun cukup menggambarkan apa yang akan dilakukan oleh
algoritma tersebut. Di bawah nama algoritma sering dinamakan juga
spesifikasi algoritma. Algoritma harus ditulis sesuai dengan spesifikasi
yang didefinisikan.
2. Deklarasi

Didalam algoritma, deklarasi nama adalah bagian untuk mendefinisikan


semua nama yang dipakai didalam algoritma. Nama tersebut dapat
berupa nama tetapan, nama peubah, nama tipe, nama prosedur dan nama
fungsi.
3. Deskripsi
Merupakan bagian terpenting dari struktur algoritma. Bagian ini berisi
uraian langkah – langkah penyelesaian masalah. Langkah – langkah ini
dituliskan dengan notasi yang lazim dalam penulisan algoritma. Setiap
langkah algoritma dibaca dari langkah paling atas hingga langkah paling
bawah. Urutan penulisan menepntukan urutan pelaksanaan perintah.

75
2.11 Visual Basic

Visual Basic adalah sebuah bahasa pemrograman kuno yang merupakan


awal dari bahasa – bahasa tingkat tinggi lainnya. Visual Basic merupakan
pengembangan dari bahasa Basic yang diciptakan oleh Professor John Kemeny dan
Thomas Eugene Kurtz dari Perguruan Tinggi Dartmouth pada pertengahan tahun
1960. Bahasa tersebut tersusun seperti bahasa Inggris yang biasa digunakan oleh
programan untuk menulis program – program komputer sederhana yang berfungsi
sebagai pembelajaran bagi konsep dasar pemrograman (Fatimah, 2020)

2.11.1 Visual Basic Editor


Visual Basic Editor adalah program yang digunakan untuk membuat dan
mengedit kode Macro dengan menggunakan bahasa Visual Basic. Visual Basic
Editor dapat digunakan untuk mengedit Macro, menyalin Macro dari satu modul
ke modul lainnya, menyalin Macro, atau mengganti Macro.
Halaman Visual Basic Editor dapat diaktifkan dengan membuka tab
Developer dan memilih tombol Visual Basic. Fungsi yang dijalankan dalam Visual
Basic Editor tidak berbeda dengan Visual Basic.

2.11.2 Visual basic application


Aplikasi Visual Basic For Excel adalah bahasa pemrograman yang
memberikan perintah yang diperlukan dalam Microsoft Excel untuk mempercepat
operasi secara otomatis. Sesuai dengan (Winarno, 2014) yang menyatakan bahwa
VBA (Visual Basic Aplication) atau makro adalah fungsi dan perintah program di
MS. Office (termasuk Excel) yang disimpan di Visual Basic lama, atau Visual Basic
sebelum versi .NET framework hadir. Dengan VBA, pekerjaan di Office dapat
dioptimalkan.
Visual Basic Apllication (VBA), Microsoft Excel adalah satu produk MIcrosft
Office yang dapat digunakan sebagai program otomatisasai, artinya program ini
adalah aplikasi yag digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sama secara
berulang-ulang atau pekerjaan yang banyak cukup digunakan sekali saja. Pada
Microsoft Excel sendiri pada dasarnya bentuk pekerjaan dibuat dengan suatu

76
prosedur dalam mengotomatisasi langkah-langkah pekerjaan yang dikelola dalam
Worksheets (Kadam, 2015)
Microsoft Excel umumnya digunakan oleh kebanyakan orang dalam
pemrosesan numerik karena banyaknya fungsi matematika yang dapat dikaitkan
dengan Statistik, Ekonomi, Teknik dan banyak lagi. (Chotimah, Bernard, &
Wulandari, 2018)
Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga
pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun oleh
orang yang baru belajar membuat program (Basuki, 2006). Hal ini lebih mudah
lagi setelah hadirnya Microsoft Visual Basic, yang dibangun dari ide untuk
membuat bahasa yang sederhana dan mudah dalam pembuatan scriptnya (simple
scripting language) untuk graphic user interface yang dikembangkan dalam sistem
operasi Microsoft Windows.
Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang sangat mudah dipelajari,
dengan teknik pemrograman visual yang memungkinkan penggunanya untuk
berkreasi lebih baik dalam menghasilkan suatu program aplikasi. Ini terlihat dari
dasar pembuatan dalam visual basic adalah FORM, dimana pengguna dapat
mengatur tampilan form kemudian dijalankan dalam script yang sangat mudah.
Ledakan pemakaian Visual Basic ditandai dengan kemampuan Visual Basic untuk
dapat berinteraksi dengan aplikasi lain di dalam sistem operasi Windows dengan
komponen Active X Control.
Dengan komponen ini memungkinkan pengguna untuk memanggil dan
menggunakan semua model data yang ada di dalam sistem operasi windows. Hal
ini juga ditunjang dengan teknik pemrograman di dalam Visual Basic yang
mengadopsi dua macam jenis pemrograman yaitu pemrograman Visual dan Object
Oriented Programming (OOP). Visual Basic yang disematkan dalam sebuah
aplikasi biasa disebut Visual Basic for Application (VBA) dimana aplikasi yang
menggunakan VBA disebut Host application. Macro atau yang biasa dikenal
dengan istilah Visual Basic for Application (VBA) merupakan rangkaian perintah-
perintah dan fungsi yang tersimpan dalam modul Microsoft Visual Basic Editor dan
dapat dijalankan sewaktu-waktu (Lestari, Sabri, & Yuwono, 2014)

77
Penggunakan VBA di MS-excel sendiri menyediakan banyak fungsi
inbuilt.MS-Excel hanya menyediakan fungsi inbuilt dasar yang mungkin tidak
cukup untuk melakukan perhitungan yang rumit. Dalam keadaan seperti itu VBA
menjadi solusi yang paling jelas.
Dalam excel terdapat dua macam function yang bisa dipergunakan dalam
sebuah sheet. Fungsi pertama yaitu builtin function yaitu fungsi yang telah
disediakan olehh excel. Fungsi yang kedua yaitu userdefined function yang
merupakan rumus atau fungsi buatan sendiri sebagai pengguna excel.
Visual basic for application adalah program yang digunakan untuk membuat
dan mengedit kode macro dengan menggunakan bahasa VB. Dengan visual basic
application, anda dapat mengedit macro dan menyalin macro dari satu modul ke
modul lain, meyalin macro antara workbook yang berbeda, menggaganti modul
yang menyimpan macro atau mengganti macro. Untuk mengaktifkan VBA bisa
digunakan dengan shortcut alt+f11.

Gambar 2.36 Tampilan Visual Basic For Applications


(Sumber:MS. Excel,2013)

Visual Basic pada Microsoft Excel tidak ditampilkan secara default, dalam
menampilkannya harus secara manual, seperti berikut ini:
1. Buka Microsoft Excel, Pilih Menu “File” selanjutnya Klik “Options” pilih
“Customize the Ribbon” dan centang pada kolom “Develover” untuk
menampilkannya.

78
Gambar 2.37 Tampilan Menu Excel Options
(Sumber:MS. Excel,2013)

2. Langkah selanjutnya yaitu membuka menu “Developer” pada Microsoft Excel


dan pilih “Visual Basic”.

Gambar 2.38 Tampilan MenuDevelover


(Sumber:MS. Excel,2013)

Berikut ini langkah-langkah kerja pada VBA;

• Buat buku kerja yang baru, disimpan dalam format worksheet excel macro
enabled * .xlsm
• Selanjutnya klik pada Menu “DEVELOPER”, pilih INSERT secara drop
down box di bawah control ribbon bar, seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

79
Gambar 2.39 Tampilan MenuDevelover
(Sumber:MS. Excel,2013)

• Gambarlah tombol perintah dimanapun pada worksheet, akan mendapatkan


jendela dialog dan mengganti nama makro menjadi
“btnHelloWorld_Click” seperti pada gambar berikut ini;

Gambar 2.40 Tampilan JendelaAssign Macro


(Sumber:MS. Excel,2013)

80
• Setelah itu akan muncul jendela kode seperti berikut;

Gambar 2.41 Tampilan JendelaKerja


(Sumber:MS.VBA,2013)

Masukkan kode instruksi berikut


Dim nama As String
Name = InputBox ("Masukkan nama Anda")
MsgBox "Halo" + nama
SINI,
• "Dim name as String" menciptakan sebuah variabel bernama name.
Variabel akan menerima teks, numerik dan karakter lainnya
mendefinisikannya sebagai string
• "Name = InputBox (" Enter your name ")" memanggil fungsi InputBox
yang ada yang menampilkan jendela dengan judul masukkan nama. Nama
yang dimasukkan kemudian disimpan dalam nama variabel.
• " MsgBox" Hello "+ name" memanggil MsgBox fungsi bawaan yang
menampilkan Hello dan nama yang dimasukkan.
Jendela kode lengkap sekarang harus terlihat seperti berikut

81
Gambar 2.42 Tampilan JendelaKode
(Sumber:MS.VBA,2013)

• Setelah menutup jendela kode , Klik kanan pada tombol 1 dan pilih edit teks
, Masukkan “say hello” yang nantinya akan mendapatkan kotak input.

Gambar 2.43 Tampilan Kotak Input


(Sumber:MS.VBA,2013)

• Masukkan nama yaitu ” Rahmah” untuk membuat program VBA pada Ms-
excel

Gambar 2.44 Tampilan hasil proses program


(Sumber:MS.VBA,2013)

2.11.3 Menampilkan Userfrom VBA pada Excel

Userform yaitu merupakan interface atau tampilan yang dibuat oleh


programer untuk mempermudah user dalam menggunakan aplikasi excel. Atau

82
untuk lebih mudah dipahami Userform merupkan sebuah jendela tampilan aplikasi
yang bisa dibuat pada excel dengan dikombinasikan coding sehingga aplikasi
excelyang kita buat lebih bagus dan lebih userfrendly. Berikut ini cara menampilkan
Userform dan cara membuatnya.

• Pertama buka Ms Excel, Kemudian klik dari Tab Menu


“Developer”pilih“Visual Basic”.

Gambar 2.45 Tampilan Ms. Excel


(Sumber:MS.Excel,2013)

• Kemudian akan muncul tampilan Microsoft Visual Basic seperti gambar


dibawah, dan tambahkan userform dengan cara klik “Insert“ pilih
“Userform”.

Gambar 2.46 Tampilan Ms.Visual Basic


(Sumber:MS.Excel,2013)

83
Pada tampilan tersebut terdapat bagian-bagian utama diantaranya;
• Userform: Tempat untuk membuat interface/tampilannya
• ToolBox: Tool-tool yang bisa ditambahakan atau letakan pada userform
terdiri dari label, textbox, radio button, checkbox, combobox,
commandbutton dan lain-lain.
• Properties: Digunakan untuk mengatur nama, caption, warna, font dari
userform, tool-toll dan lain-lain sesuai keinginan.
Selanjutnya tambahkan userform1 yang dibuat dengan beberapa tool seperti pada
Gambar dibawah ini;

Gambar 2.47 Tampilan Input data


(Sumber:MS. VB,2013)

84
BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus


dengan objek kapal Ferry Ro Ro block parallel midle body, dimana studi yang
dimaksudkan mempelajari tentang pembagian struktur kerja dalam penentuan
beban kerja pengelasan serta perancangan sebuah sistem aplikasi (VBA) untuk
sebuah identifikasi dalam pengelompokan beban kerja pengelasan pada kapal Ferry
Ro Ro berdasarkan pada proses fabrikasinya.

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Kapal Departemen


Teknik Perkapalan Fakuktas Teknik Universitas Hasanuddin. Penelitian ini
akan dilakukan dari bulan Juni 2022.

3.2 Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data kapal Ferry Ro-Ro 300
GT.

3.3 Pengolahan Data

Untuk menjawab rumusan masalah sesuai dengan tujuan penelitian,


dilakukan proses penelitian sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah tersusun
untuk dilaksanakan. Prosedur tersebut dimulai dengan studi literatur, untuk
mendapatkan acuan dalam menjawab permasalahan, selanjutnya juga dilakukan
prosedur analisis dan penggunaan software hingga mendapatkan kesimpulan dalam
penelitian ini.

Berikut adalah hal-hal sebagai pentahapan kegiatan untuk menjawab


rumusan masalah penelitian yaitu:

85
3.3.1 Perancangan Model Base

Pada tahap ini dilakukan perancangan modelbase berupa otomatisasi


perubahan beban dan modulus konstruksi akibat perubahan ukuran kapal.
Perhitungan pada modelbase ini berdasarkan BKI VOL II Rules For Hull tahun
2022.

3.3.2 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan data awal kapal Ferry Ro Ro 300 GT sebagai standarisasi dalam
mengidentifikasi jumlah komponen konstruksi, selanjutnya dilakukan
pengumpulan data perubahan ukuran utama kapal akibat penambah lajur kendaraan
dengan menggunakan metode space for capacity design approach. Perubahan
ukuran utama kapal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

3.3.3 Perancangan Modelbase dalam Mengidentifikasi Jumlah Komponen


Konstruksi

Pada tahap ini dilakukan perancangan modelbase berupa otomatisasi


perubahan jumlah komponen konstruksi akibat perubahan ukuran kapal,
identifikasi komponen konstruksi dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan Product Work Breakdown Structure.

3.3.4 Perancangan Program Aplikasi Perhitungan Beban Kerja Pengelasan

Perancangan otomatisasi perhitungan beban kerja pengelasan dibuat


menggunakan VBA for Excel, perancangan modelbase dalam perhitungan beban
kerja pengelasan, panjang objek pengelasan diindentifikasi berdasarkan welding
sequence yang telah dirancang. Peran aplikasi ini sebagai media informasi dalam
mengidentifikasi berat konstruksi, panjang objek pengelasan dan berat logam las
pada tiap komponen konstruksi dengan berbasis komputer dengan bahasa
pemrograman visual basic.
Pada perancangan aplikasi ini hal yang menjadi dasar adalah perancangan
modelbase pada workbook excel, sehingga setiap Primary Key yang menjadi data

86
input seacara otomatis dapat menampilkan hasil yang berbeda-beda untuk setiap
foreign key yang berbeda.

3.3.5 Simulasi Perhitungan Beban Kerja Pengelasan

Pada tahap ini dilakukan proses penginputan data-data kapal yang telah
didapatkan untuk mendapatkan besar beban kerja pengelasan, meliputi panjang
objek pengelasan, berat logam las, dan total berat konstruksi.

Selanjutnya dilakukan proses analisis hasil simulasi untuk mengetahui


inetgrasi akibat perubahan ukuran blok LBH1/3 terhadap beban kerja pengelasan,
yang berujung pada kesimpulan.

3.4 Kerangka Pikir

Untuk mempermudah proses pelaksanaan penelitian dalam Tugas Akhir ini,


disusunlah alur penelitian sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.1

87
Gambar 3.1 Kerangka Alur Penelitian

88
BAB IV
DESAIN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BEBAN
KERJA PENGELASAN

Desain Program Aplikasi Perhitungan Beban Kerja Pengelasan merupakan


tahapan dalam merancang atau mendesain suatu program aplikasi Visual Basic for
Aplication (VBA) yakni model perhitungan beban kerja pengelasan pada perakitan
lambung kapal Ferry RO-RO 300 GT. Pada bab ini berisi tentang algoritma masing-
masing tampilan menu dan penjelasan item dalam setiap tampilan menu dari
aplikasi yang telah dirancang.

4.1 Tampilan Desain Sistem Informasi Menggunakan VBA Excel

4.1.1 Menu Login

A. Tampilan Menu Login


Menu login adalah tampilan awal dalam aplikasi perhitungan beban kerja
pengelasan kapal ferry RO-RO 300 GT dimana pengguna applikasi ini harus
memasukkan username serta password yang telah terdaftar. Sehingga hanya
pengguna yang telah mengetahui username dan password yang dapat
mengoperasikan aplikasi perhitungan beban kerja pengelasan kapal ferry RO RO
300 GT ini. Adapun tampilan menu login pada perancangan aplikasi perhitungan
beban kerja pengelasan pada kapal ferry RO-RO 300 GT dapat dilihat pada
Gambar 4.1
Tampilan Menu login pada gambar 4.1 terdiri dari beberapa toolbox antara lain:
1. ComboBox “Username”
Untuk mengisi nama pengguna
2. TextBox “Password”
Untuk mengisi kata sandi
3. ChecktBox “Show Password”
Menampilkan kata sandi yang tersembunyi
4. CommandButton “Login”
Menampilkan form menu utama

89
5. CommandButton “Creat Account”
Menampilkan TextBox Passadmin
6. CommandButton “Exit”
Menutup aplikasi VBA dan Microsoft exel
7. TextBox “Passadmin”
Untuk mengisi kata sandi admin
8. CommandButton “Ok”
Menampilkan form daftar

Gambar 4.1 Tampilan Menu LogIn

90
B. Algoritma Menu Login

Gambar 4.2 Algoritma Menu Login

Adapun alur dari algoritma form login adalah;


1. Aplikasi dijalankan.
2. Form login tampil.
3. Pengguna akan memasukkan username dan password yang telah terdaftar.
4. Pengguna menekan tombol login untuk masuk dan membuka menu utama.
5. Untuk pengguna baru yang belum terdaftar dalapat menekan tombol create
account.
6. Setelah menekan tombol create account pengguna harus memasukkan
password yang hanya diketahui oleh admin untuk membuka form daftar.

91
4.1.2 Menu Daftar Akun

A. Tampilan Menu Daftar Akun

Menu daftar merupakan menu untuk membuat akun oleh admin aplikasi
untuk digunakan oleh pengguna dalam mengoprasikan aplikasi ini.

Tampilan Menu Daftar akun pada gambar 4.3 terdiri dari beberapa toolbox
antara lain:
1. TextBox “Username”
Untuk mengisi nama pengguna.
2. TextBox “Password”
Untuk mengisi kata sandi.
3. TextBox “Verify”
Untuk mengisi kata memferifikasi kata sandi.
4. CommandButton “Add”
Untuk menambah nama dan kata sandi ke database.
5. CommandButton “Delete”
Untuk menghapus nama dan kata sandi ke database.
6. CommandButton “Reset”
Untuk membersikan TextBox nama, kata sandi, dan Verify.
7. ListBox “Tabel User”
Untuk menampilkan list nama dan kata sandi dalam database.

Gambar 4.3 Menu Daftar Akun

92
B. Algoritma Menu Daftar

Gambar 4.4 Algoritma Menu Daftar Akun

Adapun alur dari algoritma form daftar adalah:


1. Form daftar terbuka, silahkan masukkan data nama.
2. Pengguna mengisi password yang diinginkan
3. Pengguna memasukkan kembali password yang sama pada verfiy
password.
4. Pengguna menekan tombol Add untun mendaftarkan akun yang telah
dibuat.
5. Pengguna berhasil terdaftar jika data pengguna telah tampil pada listbox.

4.1.3 Menu Utama

A. Tampilan Menu Utama


Menu utama merupakan tampilan awal saat pengguna aplikasi berhasil
masuk (login) dan berfungsi sebagai pusat informasi yang terdiri dari

93
beberapa toolbox dengan fungsinya masing-masing. Adapun tampilan menu
utama dalam perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.5
Tampilan Menu Utama pada gambar 4.5 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:
1. Label “Input Data”
Tombol ini berfungsi untuk membuka menu input data kapal.
2. Label “Input Data Konstruksi”
Tombol ini berfungsi untuk membuka menu Input Data konstruksi.
3. Label “Input Dimensi Konstruksi”
Tombol ini berfungsi untuk membuka input Dimensi konstruksi.
4. Label “Penyimpanan Data”
Tombol ini berfungsi untuk membuka menu penyimpanan data.
5. Label “Tampilkan Excel”
Tombol ini berfungsi untuk membuka lembar kerja excel.
6. Label “Exit”
Tombol ini berfungsi untuk Menutup Aplikasi (userform) dan
workbook Excel.

Gambar 4.5 Tampilan Menu Utama

94
B. Algoritma Menu Utama

Gambar 4.6 Algoritma Menu Utama

95
Adapun alur dari algoritma form menu utama adalah:

1. Form menu utama terbuka, pengguna dapat mengkases menu-menu utam


yang tersedia.
2. Tombol input data kapal untuk membuka form input data kapal.
3. Tombol input data konstruksi untuk membuka form input datakonstruksi.
4. Tombol dimensi konstruksi untuk membuka form men dimensi konstruksi.
5. Tombol riwayat penyimpanan untuk membuka form penyimpanan data.
6. Tombol tampilkan excel untuk membuka workbook excel.
7. Tombol exit untuk menutup aplikasi.

4.1.4 Menu Input Data Kapal

A. Tampilan Menu Input Ukuran Utama


Menu Inputt Data Kapal merupakan tampilan awal saat pengguna aplikasi
berhasil masuk (login) dan berfungsi sebagai pusat informasi yang terdiri dari
beberapa toolbox dengan fungsinya masing-masing. Adapun tampilan menu
input ukuran utama dalam perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.7
Tampilan Menu Input Data Kapal pada Gambar 4.7 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:
1. Textbox “Nama Kapal”
Textbox Nama Kapal merupakan Textbox penginputan nama kapal
2. Textbox “LWL”
Textbox LWL merupakan Textbox penginputan ukuran panjang garis air
kapal (LWL)
3. Textbox “LBP”
Textbox LWL merupakan Textbox penginputan ukuran panjang antar
garis tegak kapal (LBP)
4. Textbox “B”
Textbox B merupakan Textbox penginputan ukuran lebar kapal (B)
5. Textbox “H”
Textbox H merupakan Textbox penginputan ukuran Tinggi kapal (H)
6. Textbox “T”

96
Textbox T merupakan Textbox penginputan ukuran Sarat kapal (T)
7. Textbox “CM”
Textbox CM merupakan Textbox penginputan koefisien midship kapal
(CM)
8. Textbox “CB”
Textbox CB merupakan Textbox penginputan koefisien bentuk kapal
(CB)
9. Textbox “v”
Textbox v merupakan Textbox penginputan kecepatan kapal (v)
10. Listbox “Ukuran Utama”
Listbox Ukuran Utama merupakan tools yang menampilkan data ukuran
utama yang telah terinput pada database
11. Command Button “ Tambah Ukuran Utama”
Command Button Ukuran Utama merupakan tombol untuk menginput
data ke Database
12. Command Button “ Hapus”
Command Button Hapus merupakan tombol untuk menghapus data
ukuran utama pada listbox dan menghpaus data pada database
13. Command Button “ Kembali”
Command Button merupakan tombol untuk kembali ke Halaman Utama
14. Command Button “Simpan”
Command Button Simpan merupakan tombol untuk menginput data
terpilih pada listbox dan selanjutnya menutup form input data dan
membuka form pemilihan dimensi konstruksi.

97
Gambar 4.7 Tampilan Menu Input Data Kapal

B. Algoritma Menu Input Ukuran Utama

DATA LENGKAP

Gambar 4.8 Algoritma Menu Input Ukuran Utama

98
Adapun alur dari algotima menu input ukuran utama
1. Menu input ukutan utama terbuka.
2. Pengguna dapat memasukkan data kapal secara lengkap.
3. Selanjutnya pengguna dapat menyimpan data kapal ke database dengan
menekan tombol simpan data kapal, sehingga dapat diakses dikemudian
hari.
4. Untuk data yang telah tersimpan, data dapat diolah dengan menekan data
terpilih pada listbox dan selanjutnya menekan tombol input.
5. Setalah melakukan pengisian data kapal, pengguna dapat mengolah data
secara langsung tanpa perlu menyimpan data terlebih dahulu sehingga,
dengan menekan tombol input.
6. Setelah menu input ditekan secara otomatis akan mengalihkan pengguna
ke form selanjutnya.
7. Tombol kembali untuk kembali ke menu utama.

4.1.5 Menu Input Komponen

A. Tampilan Menu Input Komponen


Menu input komponen merupakan tampilan yang menampilkan
informasi jumlah framing construction, stiffener bulkhead, beam, dan floor,
dengan web frame space menjadi kata kunci untuk pengolahan data pada
model base. Adapun tampilan menu input komponen dalam perancangan
aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.9
Tampilan Menu Input Kompoenen pada Gambar 4.9 terdiri dari
beberapa toolbox antara lain:
1. Combobox “ID-Kapal”
Combobox ID-Kapal, adalah toolbox yang menampilkan data ID kapal
yang sedang dikerjakan.
2. Combobox “Nama Kapal”
Combobox Nama Kapal adalah toolbox yang menampilkan nama kapal
yang sedang dikerjakan.
3. Combobox “NO. Blok”

99
Combobox No. Blok adalah toolbox untuk memilih nomor blok yang
sedang dikerjakan.
4. Combobox “Web Frame Space”
Combobox web frame space merupakan toolbox untuk memilih jarak
antara gading besar yang berpengaruh terhadap jumlah web frame, dan
nilai beban dalam menentukan modulus.
5. Commandbutton “Input Data”
Commandbutton input data untuk menginput data terpilih ke model
base dan secara otomatis menampilkan data komponen.

Gambar 4.9 Tampilan Menu Input Komponen

100
A. Algoritma Menu Input Komponen

Gambar 4.10 Algoritma Menu Input Komponen

Adapun algoritma dari menu input komponen adalah


1. Menu input komponen aktif
2. Combobox id kapal, nama kapal, dan data ukuran blok secara otomatis akan
terisi sesuai objek kapal yang dipilih untuk diolah.
3. Pengguna menginput nomor blok.
4. Pengguna dapat memilih aturan pengelasan (aturan BKI atau Umum).
5. Pengguna memasukkan jarak antara web frame (web frame space), ini dapat
menjadi kata kunci untuk menentukan komponen-komponen konstruksi
yang digunakan pada blok kapal.
6. Pengguna memilih data komponen khusus seperti penggunaan pilar dan
sekat melintang, ini dapat menjadi kata kunci untuk menentukan komponen-
komponen konstruksi yang digunakan pada blok kapal.
7. Tombol ok untuk memvalidasi data yang telah diinput dan membuka form
selanjutnya.

101
4.1.6 Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi
A. Tampilan Menu Dimensi Konstruksi
Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi merupakan tampilan yang berisi data
modulus yang telah diolah pada database serta menu pemilihan dimensi
konstruksi berbasis modulus. Adapun tampilan menu Pemilihan Dimensi
Konstruksi dalam perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.11
Tampilan Menu Dimensi Konstruksi pada gambar 4.11 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:
1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.
2. Listbox “Data Modulus setiap konstruksi”
Listbox Ukuran Utama merupakan tools yang menampilkan data modulus
yang telah terhitung otomatis, serta sebagai media informasi dalam
pemilihan dimensi kontruksi berbasis modulus.
3. Listbox “Daftar Spesifikasi Produksi T-Beam”
Listbox Daftar Spesifikasi Produk T-Beam merupakan tools yang
menampilkan data dimensi profil sesuai modulus.
4. Listbox “Daftar Spesifikasi Produksi Angle Bar”
Listbox Daftar Spesifikasi Produk Angle Bar merupakan tools yang
menampilkan data dimensi profil sesuai modulus.
5. Listbox “Daftar Spesifikasi Produksi Pipa”
Listbox Daftar Spesifikasi Produk Pipa merupakan tools yang menampilkan
data dimensi profil pipa sesuai Luas Penampang pillar.
6. Textbox “ PL & FP Web Frame”
Textbox PL dan FP Web Frame merupakan textbox penginputan dimensi
web frame sesuai data yang dipilih pada listbox
7. Textbox “Dimensi Main Frame”
Textbox Dimensi Main Frame merupakan textbox penginputan dimensi
Main frame sesuai data yang dipilih pada listbox

102
8. Textbox “Dimensi Deck Beam”
Textbox Dimensi Deck Beam merupakan textbox penginputan dimensi
Deck Beam sesuai data yang dipilih pada listbox
9. Textbox “ PL & FP Strong Beam”
Textbox PL dan FP Strong Beam merupakan textbox penginputan dimensi
Strong Beam sesuai data yang dipilih pada listbox.
10. Textbox “Dimensi Bottom Frame”
Textbox Dimensi Bottom Frame merupakan textbox penginputan dimensi
Bottom frame sesuai data yang dipilih pada listbox
11. Textbox “Dimensi Reverse Frame”
Textbox Dimensi Reverse Frame merupakan textbox penginputan dimensi
Reverse frame sesuai data yang dipilih pada listbox
12. Command Button “Web Frame”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Web Frame.
13. Command Button “Main Frame”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Main Frame.
14. Command Button “Deck Beam”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Deck Beam.
15. Command Button “Strong Beam”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Strong Beam.
16. Command Button “Bottom Frame”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Bottom Frame.
17. Command Button “Reverse Frame”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Reverse Frame.
18. Command Button “Pillar”
Command Button memunculkan Data dimensi ke Textbox Pillar.
19. Command Button “Input Dimensi Konstruksi terpilih”
Command button input dimensi konstruksi terpilih untuk menginput data ke
database.
20. Listbox “Data Material”
Listbox data material sebagai daftar material beserta dimensi

103
21. Command Button “Tampilkan Data”
Command button Tampilkan Data memunculkan daftar material beserta
dimensi konstruksi yang digunakan ke dalam listbox data material.
22. Command Button “Kembali”
Command Button Kembali untuk menutup Form Input Dimensi Konstruksi
Dan Membuka Form Input Data Ukuran Utama.
23. Command Button “Selanjutnya”

Command Button Kembali untuk menutup Form Input Dimensi Konstruksi


Dan Membuka Form Detail Konstruksi.

Gambar 4.11 (a) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

Gambar 4.11 (b) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

104
Gambar 4.11 (c) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

Gambar 4.11 (d) Tampilan Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

105
B. Algoritma Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

Gambar 4.12 Algoritma Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

Adapun alur dari algoritma menu pemilihan dimensi konstruksi adalah


1. Menu pemilihan dimensi konstruksi aktif.
2. Tampil data modulus untuk setiap komponen konsruksi.
3. Pemilihan dimensi konstruksi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu T-beam, Profil
L dan Pipa.
4. Textbox komponen konstruksi web frame untuk memasukkan dimensi
konstruksi web frame, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat
memilih dimensi konstruksi dengan menekan tombol T-Beam.
5. Textbox komponen konstruksi Strong Beam untuk memasukkan dimensi
konstruksi Strong Beam, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat
memilih dimensi konstruksi dengan menekan tombol T-Beam.

106
6. Textbox komponen konstruksi Main Frame untuk memasukkan dimensi
konstruksi Main Frame, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat
memilih dimensi konstruksi dengan menekan tombol Profil L.
7. Textbox komponen konstruksi Deck Beam untuk memasukkan dimensi
konstruksi Deck Beam, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat
memilih dimensi konstruksi dengan menekan tombol Profil L.
8. Textbox komponen konstruksi Bottom Frame untuk memasukkan dimensi
konstruksi Bottom Frame, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat
memilih dimensi konstruksi dengan menekan tombol Profil L.
9. Textbox komponen konstruksi Reverse Frame untuk memasukkan dimensi
konstruksi Reverse Frame, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat
memilih dimensi konstruksi dengan menekan tombol Profil L.
10. Textbox komponen konstruksi Pillar untuk memasukkan dimensi
konstruksi Pillar, jika data dimensi konstruksi belum ada, dapat memilih
dimensi konstruksi dengan menekan tombol Profil L.
11. Pengguna menekan tombol input data konstruksi terpilih, selanjutnya diolah
oleh model base.
12. Pengguna menekan tombol data material untuk menampilkan data dimensi
konstruksi yang telah diolah pada model base.
13. Pengguna menekan tombol selanjutnya untuk ke tahapan selanjutnya.

4.1.7 Menu Detail Konstruksi


A. Tampilan Menu Detail Konstruksi
Menu Pemilihan detail konstruksi merupakan menu yang berisi data tahapan
pekerjaan sesuai produk pekerjaan serta memungkinkan penggunanya untuk
mengedit data dan menyimpan data tersebut. Adapun tampilan menu detail
pekerjaan dalam perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Tampilan Menu Detail Konstruksi pada gambar 4.13 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:
1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.

107
2. Combobox “Input Data”
Combobox Input Data sebagai optional pemilihan daftar pekerjaan yang
selanjutnya detail pekerjaan akan tampil ke listbox daftar pekerjaan.
3. Option Button “1500” dan “1800”
Option button 1500 merupakan opsional dalam pemilihan ukuran plat yaitu plat
berukuran 1500 mm atau 1800 mm.
4. Command Button “Ukuran Plat”
Comman button ukuran menginput data dimensi plat berdasarkan option button
1500/1800 (mm) yang dipilih.
5. Listbox “Daftar Pekerjaan”
Listbox Daftar Pekerjaan merupakan daftar data detail pekerjaan sesuai produk
pekerjaan.
6. Textbox “Kode Konstruksi 1, 2 dan 3”
Textbox Kode Konstruksi berisi data komponen konstruksi yang akan
dikerjakan sesuai data terpilih pada listbox detail pekerjaan.
7. Textbox “Panjang Pengelasan”
Textbox Panjang Pengelasan berisi data panjang pengelasan pada komponen
yang dikerjakan.
8. Textbox “Luas Kampuh”
Textbox Luas Kampuh berisi data luas kampuh pada komponen yang
dikerjakan.
9. Textbox “Volume Kampuh”
Textbox Volume Kampuh berisi data volume kampuh pada komponen yang
dikerjakan.
10. Textbox “Berat Isi Las”
Textbox Berat Isi Las berisi data berat logam las pada komponen yang
dikerjakan.
11. Combobox “Jenis Pengelasan”
Combobox jenis pengelasan berisi jenis pengelasan yang akan digunakan pada
pekerjaan pengelasan.

108
12. Combobox “Posisi Pengelasan”
Combobox Posisi Pengelasan berisi Posisi Pengelasan yang terjadi pada
pekerjaan pengelasan.
13. Combobox “ Hasil Input”
Combobox produk pekerjaan menampilkan produk pekerjaan yang sedang
dioolah/diinput.
14. Textbox “No.Data”
Textbox No.Data menampilkan urutan data terpilih yang telah diinput.
15. Command Button “Folder Penyimpanan”
Command Button Pilih Folder merupakan tombol untuk memilih folder
penyimpanan foto .
16. Textbox “Path Folder”
Textbox Path folder menampilkan lokasi penyimpanan foto pekerjaan.
17. Image “Prewiew Input Gambar”
Image Prewiew Input Gambar Memperlihatkan gambar pekerjaan pekerjaan.
18. Command Button “Add Picture”
Command Button Add Picture memasukkan gambar pekerjaan.
19. Label “Panel”
Label Panel merupakan tombol penginputan data pekerjaan pada produk
pekerjaan panel.
20. Label “Sub Blok”
Label Sub Blok merupakan tombol penginputan data pekerjaan pada produk
pekerjaan sub blok.
21. Command Button “Kembali”
Command button Kembali untuk menutup form detail pekerjaan dan membuka
form input dimensi kontruksi
22. Command Button “Selanjutnya”
Command button Selanjutnya untuk menutup form detail pekerjaan dan
membuka form Penyimpanan data.

109
Gambar 4.13 Tampilan Menu Detail Pekerjaan

110
B. Algoritma Menu Detail Konstruksi

Gambar 4.14 Algoritma Menu Detail Pekerjaan

111
Alur dari algoritma menu detail konstruksi adalah
1. Menu Detail Konstruksi aktif.
2. Pengguna memilih ukuran plat, selanjutnya menekan tombol ukuran plat.
3. Pengguna memilih tahapan pekerjaan untuk mengaktifkan combobox input
data.
4. Pengguna memilih data hasil olahan model base yang ingin diinput pada
combobox input data.
5. Data hasil pengolahan model base dalam bentuk welding schedule akan tampil
pada listbox.
6. Detail konstruksi dari data yang dipilih akan tampil pada textbox dan
combobox
7. Pengguna dapat mengisi jenis pengelasan dan posisi pengelasan.
8. Pengguna dapat menginput gambar pekerjaan dengan terlebih dahulu mengatur
folder penyimpanan gambar pada tombol folder penyimpanan.
9. Selanjutnya menekan tombol simpan gambar untuk memasukkan gambar.
10. Selanjutnya pengguna menekan tombol panel apabila data yang diolah adalah
tahap pekerjaan panel untuk menyimpan data ke database.
11. Selanjutnya pengguna menekan tombol subblok apabila data yang diolah
adalah tahap pekerjaan subblok untuk menyimpan data ke database.
12. Data telah diinput.

4.1.8 Menu Hasil Input


A. Tampilan Menu Hasil Input
Menu hasil input merupakan menu yang berisi data yang telah diinput dari
menu detail pekerjaan ke database. Adapun tampilan menu hasil input dalam
perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.15

Tampilan Menu Hasil Input pada gambar 4.15 terdiri dari beberapa toolbox
antara lain:
1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.

112
2. Combobox “Hasil Input”
Combobox hasil input berisi daftar-daftar proses pekerjaan disetiap
tahapan pekerjaan yang akan tampil pada listbox
3. Command Button “Edit Data”
Command Button Edit Data merupakan tombol untuk mengubah data
pekerjaan yang terpilih.
4. Combobox “Cari”
Combobox cari berisi daftar-daftar tahapan pekerjaan untuk menampilkan
daftar komponen konstruksi sesuai tahapan pekerjaan pada listbox.
5. Command Button “Print”
Command button Print untuk menutup form hasil input dan print
preview.
6. Command Button “Kembali”
Command button Kembali untuk menutup form hasil input dan membuka
form input dimensi kontruksi
7. Command Button “Selanjutnya”
Command button Selanjutnya untuk menutup hasil input pekerjaan dan
membuka form Penyimpanan data.

Gambar 4.15 Tampilan Hasil Input

113
B. Algoritma Hasil Input

Gambar 4.16 Algoritma Menu Hasil Input

Adapun alur dari algoritma meu hasil input adalah


1. Menu hasil input aktif.
2. Pengguna dapat menampilkan hasil input dengan memilih data tahapan
pekerjaan pada hasil input.
3. Hasil input akan tampil pada listbox.
4. Pengguna dapat memeriksa kembali apakah terdapat yang ganda,
sehinnga pengguna dapat mengahapus salah satu data tersebut.
5. Pengguna juga dapat memperbarui salah satu data dengan menekan
tombol edit, untuk membuka form edit.
6. Untuk seluruh data yang telah diperiksa, pengguna dapat meng-export
data tersbut ke dalam bentuk dokumen pdf, dengan menekan tombol save
pdf.

114
4.1.9 Menu Edit
A. Tampilan Menu Edit
Menu Edit merupakan menu dengan fasilitas untuk mengubah taau
memperbaharui data yang terpilih pada form hasil input. Secara umum Menu
Edit merupakan bagian dari menu hasil input, selanjutnya hasil dari menu ini
akan secara otomatis mengupdate data pada databse. Adapun tampilan menu
edit dalam perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.17

1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.
2. Textbox “Kode Konstruksi 1, 2 dan 3”
Textbox Kode Konstruksi berisi data komponen konstruksi yang telah
dipilih untuk diedit.
3. Textbox “Panjang Pengelasan”
Textbox Panjang Pengelasan berisi data panjang pengelasan yang telah
dipilih untuk diedit.
4. Textbox “Luas Kampuh”
Textbox Luas Kampuh berisi data luas kampuh yang telah dipilih untuk
diedit.
5. Textbox “Volume Kampuh”
Textbox Volume Kampuh berisi data volume kampuh yang telah dipilih
untuk diedit.
6. Textbox “Berat Isi Las”
Textbox Berat Isi Las berisi data berat logam las yang telah dipilih untuk
diedit..
7. Combobox “Jenis Pengelasan”
Combobox jenis pengelasan berisi jenis pengelasan yang telah dipilih
untuk diedit.
8. Combobox “Posisi Pengelasan”
Combobox Posisi Pengelasan berisi Posisi Pengelasan yang telah dipilih
untuk diedit.

115
9. Textbox “Path Folder”
Textbox Path folder menampilkan lokasi penyimpanan foto pekerjaan
10. Image “Prewiew Input Gambar”
Image Prewiew Input Gambar Memperlihatkan gambar pekerjaan
pekerjaan.
11. Command Button “Add Picture”
Command Button Add Picture memperbarui gambar pekerjaan.
12. Command Button “Kembali”
Command button Kembali untuk menutup form menu edit dan membuka
form input dimensi kontruksi.
13. Command Button “Selanjutnya”
Command button Selanjutnya untuk menutup form menu edit dan
membuka form Penyimpanan data.

Gambar 4.17 Tampilan Menu Edit

116
B. Algoritma Menu Edit

Gambar 4.18 Algoritma Menu Edit

Adapun alur dari algoritma menu edit adalah


1. Menu edit aktif.
2. Pengguna dapat mengganti detail pekerjaan yang diinginkan.
3. Pengguna dapat mengganti folder penyimpanan gambar.
4. Pengguna dapat mengganti gambar pekerjaan.

117
5. Pengguna menekan tombol simpan untuk menyimpan pembaharuan data.
6. Pengguna menekan tombol kembali untuk menutup form edit dan membuka
form hasil input.

4.1.10 Menu Scantling Construction


A. Tampilan Menu Scantling Construction
Menu Scantling Construction adalah menu yang mampu menampilkan data
berupa dimensi komponen konstruksi pada yang telah diolah pada database, dan
data yang ditampilkan dapat disimpan dalam bentuk workbook baru. Adapun
tampilan menu Scantling Construction dilihat pada Gambar 4.19
Tampilan Menu Scantling Contruction pada gambar 4.19 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:
1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.
2. Combobox “Data Konstruksi”
Combobox hasil input berisi data dimensi konstruksi disetiap tahapan
pekerjaan yang akan tampil pada listbox.
3. Command Button “Simpan Data”
Command Button simpan data merupakan tombol untuk menginput data
yang dipilih pada combobox data konstruksi, selanjutnya disimpan di
database.
4. Command Button “Lihat Komponen Berat”
Command button lihat Kompnen berat untuk menutup form construction
scantling dan membuka form Data Berat.
5. Command Button “Kembali”
Command button Kembali untuk menutup form menu edit dan membuka
form input dimensi kontruksi.
6. Command Button “Selanjutnya”
Command button Selanjutnya untuk menutup form menu edit dan membuka
form Penyimpanan data.

118
Gambar 4.19 Tampilan Menu Scantling Construction

B. Algoritma Menu Scanlting Construction

Gambar 4.20 Algoritma Menu Scantling Construction


119
Alur dari program menu scantling construction adalah:
1. Menu scantling construction aktif.
2. Pengguna dapat menampilkan data konstruksi dengan memilih data
konstruksi pada combobox data konstruksi.
3. Pengguna menyimpan data dengan menekan tombol simpan untuk
menginput data, selanjutnya dilakukan pengolahan data pada model base.
4. Pengguna dapat melihat komponen berat dengan menekan tombol lihat
komponen berat, dan membuka form data berat.
5. Pengguna menekan tombol selanjutnya untuk ke tahap selanjutnya.

4.1.11 Menu Data Berat

A. Tampilan Menu Data Berat


Menu Data Berat adalah menu yang menampilkan data berupa total berat
konstruksi pada setiap tahapan pekerjaan. Adapun tampilan menu Scantling
Construction dilihat pada Gambar 4.22
Tampilan Menu Data Berat pada gambar 4.22 terdiri dari beberapa toolbox
antara lain:
1. Textbox “Panel Inner Bottom”
Menampilkan data total berat konstruksi panel inner botom.
2. Textbox “Panel Wrang”
Menampilkan data total berat konstruksi panel wrang.
3. Textbox “Panel Bottom”
Menampilkan data total berat konstruksi panel botom.
4. Textbox “Panel Sisi Portside”
Menampilkan data total berat konstruksi panel sisi portside.
5. Textbox “Panel Sisi Starboard”
Menampilkan data total berat konstruksi panel sisi starboard.
6. Textbox “Panel Long. Bulkhead Portside”
Menampilkan data total berat konstruksi panel longitudinal bulkhead
portside.

120
7. Textbox “Panel Long. Bulkhead Starboard”
Menampilkan data total berat konstruksi panel longitudinal bulkhead
starboard.
8. Textbox “Panel Geladak”
Menampilkan data total berat konstruksi panel geladak.
9. Textbox “Blok Double Bottom”
Menampilkan data total berat konstruksi sub blok double bottom.
10. Textbox “Sub Blok Side Portside”
Menampilkan data total berat konstruksi sub blok side portside.
11. Textbox “Sub Blok Starboard”
Menampilkan data total berat konstruksi sub blok side starboard.
12. Textbox “Sub Blok Long. Bulkhead Portside”
Menampilkan data total berat konstruksi sub blok longitudinal bulkhead
portside.
13. Textbox “Sub Blok Long. Bulkhead Starboard”
Menampilkan data total berat konstruksi sub blok longitudinal bulkhead
starboard.
14. Textbox “Sub Blok Deck”
Menampilkan data total berat konstruksi sub blok deck.

Gambar 4.21 Tampilan Menu Data Berat

121
B. Algoritma Menu Data Berat

Gambar 4.22 Algoritma Menu Data Berat

Alur dari algoritma menu data berat adalah


1. Menu data berat aktif.
2. Menampilkan data berat.
3. Pengguna menekan tombol “OK” untuk menginput data tersebut ke
model base.

4.1.12 Menu Penyimpanan Data


A. Tampilan Menu Penyimpanan Data
Menu Penyimpanan data merupakan menu untuk menyimpan data sebuah
objek pekerjaan blok, serta sebagai riwayat penyimpanan data untuk
mengakses data tersebut dikemudian hari. Adapun tampilan menu
penyimpanan data dalam perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.23
Tampilan Menu Penyimpanan Data pada gambar 4.23 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:

122
1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.
2. Listbox “Data Sheet”
Listbox Data Sheet berisi daftar Worksheet beban kerja pengelasan.
3. Textbox “Input Nama Sheet”
Textbox Input Nama Sheet berisi data Nama Sheet yang akan digunakan
untuk menyimpan produk pekerjaan.
4. Command Button “Tambah Sheet Beban Kerja Panel”
Command Button Tambah Sheet Beban Kerja Panel untuk menyimpan data
beban kerja panel dalam bentuk new worksheet.
5. Command Button “Tambah Sheet Beban Kerja Sub Blok”
Command Button Tambah Sheet Beban Kerja Sub Blok untuk menyimpan
data beban kerja Sub Blok dalam bentuk new worksheet.
6. Command Button “Hapus Sheet”
Command Button Hapus Sheet merupakan tombol untuk menghapus sheet
terpilih pada listbox Data Sheet.
7. Listbox “Daftar Pekerjaan”
Listbox Daftar Pekerjaan Pengelasan Berisi Daftar Pekerjaan Pengelasan
sesuai daftar sheet yang dipilih pada listbox data sheet.
8. Listbox “Data Beban Kerja Pengelasan”
Listbox Data Beban Kerja Pengelasan Berisi Data Beban Kerja pengelasan
berdasarkan produk sesuai daftar sheet yang dipilih pada listbox data sheet.
9. Image “Preview Grafik Beban Kerja Pengelasan”
Image Preview Grafik Beban Kerja Pengelasan menampilkan grafik beban
kerja pengelasan.
10. Textbox “Detail Konstruksi”
Textbox detail Konstruksi berisi detail konstruksi pekerjaan yang terpilih
pada listbox Daftar Pekerjaan.
11. Image “Preview Detail Konstruksi”
Image preview Detail Konstruksi menampilkan detail pekerjaan dalam
bentuk gambar.

123
12. Command Button “Save PDF”
Untuk menyimpan hasil olahan data (welding schedule) dalam bentuk pdf.
13. Command Button “Kembali”
Command Button Kembali Menutup form penyimpanan data dan mebuka
form detail pekerjaan.
14. Comand Button “Menu Utama”
Command Button Menu Utama menutup form penyimpanan data dan
mebuka form Halaman Utama.

Gambar 4.23 Tampilan Menu Penyimapanan Data

124
B. Algoritma Menu Penyimpanan Data

Gambar 4.24 Algortma Penyimpanan Data

Adapun alur dari algoritma menu penyimpanan data


1. Menu penyimpanan data aktif.
2. Untuk data yang telah diolah terbagi kedalam 3 data yang menjadi output
pada aplikasi ini.
3. Pengguna dapat menyimpan data panel dengan memasukkan kata kunci
panel pada textbox, dan selanjutnya menekan tombol simpan data panel.
4. Pengguna dapat menyimpan data subblok dengan memasukkan kata kunci
subblok pada texbox, dan selanjutnya menekan tombol simpan data
subblok.
5. Pengguna dapat menyimpan data berat konstruksi dengan memasukkan kata
kunci berat pada texbox, dan selanjutnya menekan tombol simpan data
berat.
6. Pengguna juga dapat melakukan penghapusan data, dengan memilih data
yang akan dihapus, selanjutnya menekan tombol hapus data.
7. Pengguna juga mampu menyimpan data ke dalam bentuk dokumen pdf.

125
4.1.13 Menu Graphic Preview
A. Tampilan Menu Graphic Preview
Menu Graphic Preview merupakan menu yang menampilkan data
panjang pengelasan di setiap tahapan pekerjaan dengan penyajian data
dalam bentuk grafik. Adapun tampilan Graphic preview dalam
perancangan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.25
Tampilan Menu Graphic Preview pada gambar 4.25 terdiri dari beberapa
toolbox antara lain:
1. Label “Info”
Label info berisi informasi terkait form yang dijalankan.
2. Listbox “Data Sheet”
Listbox Data Sheet berisi daftar Worksheet beban kerja pengelasan.
3. Multi Page “Grafik”
Menampilkan data beban kerja pengelasan di setiap tahapan pekerjaan
dengan penyajian data dalam bentuk grafik.
4. Comand Button “Kembali”
Command Button Kembali menutup form Graphic Preview dan
membuka form Penyimpanan Data.

Gambar 4.25 Tampilan Menu Graphic Preview

126
B. Algoritma Menu Graphic Preview

Gambar 4.26 Algoritma Graphic Preview

Adapun alur dari algoritma graphic preview adalah


1. Menu graphic preview aktif.
2. Pengguna memilih data beban kerja.
3. Aplikasi menampilkan grafik beban kerja pengelasan.

127
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penulisan bab ini dijelaskan tentang sub bab terdiri dari: Ukuran
Utama Kapal Ferry, Perhitungan Konstruksi Kapal Ferry Rancangan Deck Plan,
PWBS Komponen Konstruksi Lambung Kapal, Perhitungan Panjang Jalur
Pengelasan, dan simulasi perhitungan panjang jalur pengelasan terhadap
penambahan lajur kendaraan dan baris kendaraan.

5.1 Data Ukuran Kapal Ferry Ro-Ro 300 GT

Objek penelitian ialah Kapal Ferry Ro-Ro 300 GT pada blok parallel midle
body dengan rincian ukuran utama kapal sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.1
dan dimensi blok ditunjukkan pada Tabel 5.2

Tabel 5.1 Ukuran Utama Kapal Ferry Ro-Ro 300 GT


Ukuran Nilai
Length Over All 37,78 m
Length of Waterline 36,39 m
Length Between Perpendicular 35,00 m
Breadth 9,00 m
Depth 2,70 m
Draught 1,80 m
Coefisien Block 0,61
Displacement 370,17 Ton

Tabel 5.2 Ukuran Blok


Ukuran Nilai
Panjang 6,00 m
Lebar 9,00 m
Tinggi 2,7 m

5.2 Perhitungan Konstruksi

Perhitungan konstruksi sangat penting dilakukan dalam perancangan model


base sebagai program otomatisasi perubahan nilai beban dan modulus akibat
perubahan dimensi kapal, dalam perhitungan konstruksi dihitung dengan
menggunakan BKI Vol.2 Rules For Hull

128
5.2.1 Perkiraan Beban

a. Beban Alas Kapal

Tabel 5.3 Model Base Beban Alas Kapal


Beban Alas Kapal

PB = 10 x T + po x cf

Po = 2,1 × (𝐶𝑏 + 0,7) × 𝑐0 × 𝑐𝐿 × 𝑓


c0 =

Crw = 1
c01 = 5.5 for L<90m
c02 = 6.44 for 90<L<300m
c0 = 5.5
f = 1
cL1 = 0.62361 for L<90m
cL2 = 1 for L>90m
cL = 0.62361
cf = 1
P0 = 9.435525 kN/m2
PB = 27.43552 kN/m2

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase beban alas kapal


dimana nilai L dan T menjadi primary key dalam perhitungan beban
alas kapal untuk setiap ukuran kapal yang diinput.

129
b. Beban Sisi Kapal

Tabel 5.4 Model Base Beban Sisi Kapal


Beban Sisi Kapal

z= 1.8725 m
Pusat berada di bawah garis air

Ps1 = 𝑍2
10 × (𝑇 − 𝑍2) + 𝑃0 × 𝐶𝑓(1 + )
𝑇
Ps1 = 18.52609 kN/m2
Pusat berada di atas garis air

Ps2 = 20
𝑃0 × 𝐶𝑓 ×
(10 + 𝑍 − 𝑇)
Ps2 = 18.73522 kN/m2
PS = 18.73522 kN/m2
Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase dimana nilai Z dan
T menjadi primary key dalam perhitungan beban sisi untuk setiap
ukuran kapal yang diinput.

c. Beban Alas Dalam Kapal

Tabel 5.5 Model Base Beban Alas Dalam Kapal


Beban Alas Dalam

pi = 10. Hdb

pi = 7.55 KN/m2
Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase dalam perhitungan
beban alas dalam kapal dimana nilai Hdb menjadi primary key dalam
perhitungan beban alas dalam untuk setiap ukuran kapal yang diinput.

130
d. Beban Geladak Kendaraan

Tabel 5.6 Model Base Beban Geladak Kendaraan


Beban Geladak Kendaraan
Jika dalam perhitungan beban geladakan
kendaraan tidak terdapat data yang
tersedia maka beban geladak kendaraan
adalah
Pdeck = 25 kN/m2
Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan beban
geladak kendaraan.

5.2.1 Perhitungan Modulus

a. Modulus Konstruksi Web Frame

Tabel 5.7 Model Base Web Frame


Web Frame

W = 0.55 x e x l2 x nc x k

e= 1.65
l= 1.945

k=

Reh = 235 untuk sruktur konstruksi normal


k= 1
nc = 1
W= 64.31978914 Cm3

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan modulus


konstruksi Web Frame dimana nilai e (web frame space) dan nilai beban
menjadi primary key dalam penentuan modulus konstruksi Web Frame.

131
b. Modulus Konstruksi Main Frame

Tabel 5.8 Model Base Main Frame


Main Frame

Wr = n x c a x l2 x p x cr x k

n1 = 0.9 - 0.0035 x L for L < 100 m


0.7775
n2 = 0.55 for L > 100 m
n = 0.7775
c = 0.6
l = 1.945
cr = 0.75
Wr = 13.63871892

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan


modulus konstruksi Main Frame dimana nilai a (main frame space), L
(panjang kapal) dan nilai beban menjadi primary key dalam penentuan
modulus konstruksi Main Frame.

c. Modulus Konstruksi Deck Beam

Tabel 5.9 Model Base Deck Beam


Deck Beam

Wd = c x a x l2 x P x k

c = 0.6
l= 1.125
Wd = 10.44141

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan


modulus konstruksi Deck Beam dimana nilai a (Main frame space) dan nilai
beban menjadi primary key dalam penentuan modulus konstruksi Deck
Beam.

132
d. Modulus Konstruksi Girder Transverse Deck Beam

Tabel 5.10 Model Base Girder Transverse Deck Beam


Girder Transverse Deck Beam

W = c x e x l2 x P x k

c= 0.75
l= 1.125
W= 39.15527

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan


modulus konstruksi Strong Beam dimana nilai e (web frame space) dan nilai
beban menjadi primary key dalam penentuan modulus konstruksi Strong
Beam.

e. Modulus Konstruksi Bottom Frame

Tabel 5.11 Model Base Modulus Bottom Frame


bottom frame

w= n x c x a x l2 x P x k

c= 0.6
n= 0.7 p=pB
l= 1.22925 m
w= 9.576475

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan


modulus konstruksi Bottom Frame dimana nilai a (main frame space) dan
nilai beban menjadi primary key dalam penentuan modulus konstruksu
Bottom Frame.

133
f. Modulus Konstruksi Reverse Frame

Tabel 5.12 Model Base Modulus Reverse Frame


Reverse frame

w= n x c x a x l2 x P x k

c= 0.6
n= 0.44 p=p2
p= p1 atau p2

10.45
l= 1.22925 m
w= 2.292785

Tabel diatas merupakan bentuk tampilan modelbase perhitungan


modulus konstruksi Web Frame dimana nilai a (main frame space) dan nilai
beban menjadi primary key dalam penentuan modulus konstruksi Web
Frame.

Setelah seluruh data modulus didapatkan, selanjutnya data modulus


menjadi primary key dalam pemilihan dimensi konstruksi.

5.3 Penentuan Ukuran Utama Kapal Ferry Ro-Ro pada Proses Simulasi
Proses simulasi yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada ukuran
utama kapal Ferry-Ro-Ro 300 GT sebagai bentuk standarisasi dalam penambahan
lajur dan baris kendaraan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada
PM 62 Tahun 2019

5.3.1 Deck Plan

Deck Plan, perencanaan peletakan kendaraan menjadi acuan dalam


penambahan lajur dan baris kendaraan, serta mejadi acuan dalam perubahan ukuran
utama kapal.
Perencanaan peletakan kendaraan, pertama dilakukan dengan penambahan
1 lajur kendaraan. Pada penelitian ini dilakukakan simulasi penambahan lajur
kendaraan hingga 5 kendaraan dengan spesifikasi dimensi kendaraan menurut

134
(KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT) serta
standar pelayanan minimum (SPM) menurut PM 62 Tahun 2019 masing-masing
ditunjukkan pada Gambar 5.18 dan Tabel 5.13

Gambar 5.1 Dimensi Kendaraan


Sumber: (KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT)

Keterangan
Gambar Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
a = jarak gandar d = lebar L = panjang total
b = depan tergantung h = tinggi total
c= belakang tergantung B = lebar total

Tabel 5.13 Standar Pelayanan Minimum (SPM) menurut PM 62 Tahun 2019


Jenis Uraian Indikator Tolak Ukur keterangan
Pelayanan
2. SPM
PEMUATAN
KENDARAAN
c. lantai Geladak lantai ruang ketersedia i. dapat dilihat dengan warna cat
untuk an jelas lantai
kendaraan ii. jarak antara salah deladak
dilengkapi satu kendaraan hijau dengan
dengan sekurang-kurangnya lajur
grais lajur 60 cm kendaraan
kendaraan iii. jarak anatara muka kuning
dan belakang
masing-masing
kendaraan adalah 30
cm
iv. untuk kendaraan
yang sisi sampingnya
bersebelahan dengan
dinding kapal,
berajarak 60 cm

135
dihitung dari lapisan
dinding dalam atau
sisi luar gading-
gading (frame)

Berdasarkan uraian diatas maka dibuat rancangan pemuatan kendaraan (deck


plan) dengan penambahan 1 lajur kendaraan.
a. Deck Plan Lebar 9 Meter dengan 2 lajur kendaraan

Ket : satuan ukuran (mm)


Gambar 5.2 Deck Plan Lebar 9 Meter
Sumber: Olahan Data (2022)
b. Deck Plan Lebar 11.70 Meter dengan 3 lajur kendaraan

Ket : satuan ukuran (mm)


Gambar 5.3 Deck Plan Lebar 11.70 Meter
Sumber: Olahan Data (2022)

136
c. Deck Plan Lebar 14.40 Meter dengan 4 lajur kendaraan

Ket : satuan ukuran (mm)


Gambar 5.4 Deck Plan Lebar 14.4 Meter
Sumber: Olahan Data (2022)
d. Deck Plan Lebar 17.70 Meter dengan 5 lajur kendaraan

Ket : satuan ukuran (mm)


Gambar 5.5 Deck Plan Lebar 17.70 Meter
Sumber: Olahan Data (2022)

137
e. Deck Plan Lebar 19.80 Meter dengan 6 lajur kendaraan

Ket : satuan ukuran (mm)


Gambar 5.6 Deck Plan Lebar 19.80 Meter
Sumber: Olahan Data (2022)
Berdasarkan perencanaan pemuatan pada geladak kendaraan untuk
mendapatkan kapasitas muatan akibat perubahan baris dan lajur kendaraan
selanjutnya didapatkan kapasitas pemuatan (Load Capacity) terlihat pada Tabel
5.14

Tabel 5.14 Data Ukuran Utama Kapal dan Kapasitas Pemuatan pada Percobaan
Simulasi
SERI LEBAR
KODE B2 B3 B4 B5 B6
SERI PANJANG B (m) 9 11.7 14.4 17.1 19.8
H (M) 2.7 3.51 4.12 5.08 6.61
T (M) 1.8 2.34 2.68 3.37 4.63
cb 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
KODE LBP(m)
Kapasitas Pemuatan
L1 29.11 10
L2 35 12 18
L3 40.89 14 21
L4 46.78 16 24 32
L5 52.67 18 27 36 45
L6 58.56 20 30 40 50
L7 64.44 22 33 44 55 66
L8 70.33 36 48 60 72
Sumber: (Syamsul Asri, 2015)

138
5.4 Breakdown Kapal dengan Pendekatan PWBS
Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada breakdown pembuatan kapal
berdasarkan pendekatan PWBS dengan tipe Hull Blok Construction Method
(HBCM), dalam breakdown pembangunan blok kapal. HBCM atau Pembagian
berdasarkan pekerjaan lambung merupakan proses pembangunan kapal dengan
menerapkan sistem blok, dimulai dari part fabrication, sub-panel assembly, panel
assembly, sub-blok assembly hingga blok assembly, kemudian menjadi sebuah
kapal yang utuh. seperti terlihat pada Gambar 5.7

Gambar 5.7 Perakitan blok


Sumber: Olahan Data (2022)

5.5 Urutan Perakitan Blok Kapal

Pembangunan kapal Ferry 300 GT ini menggunakan sistem blok, dimana


konstruksi masing-masing blok dibangun dalam waktu bersamaan dan dilakukan di
tempat terpisah serta baru digabung setelah masing-masing blok selesai dibangun.
Urutan perakitan lambung kapal penting diketahui untuk menginformasikan posisi
pengelasan dari downhand, horizontal, vertical dan overhead tergantung

139
keberadaan dan posisi komponen kapal dan proses pengelasan setiap pengerjaan.
Selain itu juga memberikan informasi pada juru las tentang bagian – bagian kapal
yang akan dilas.
Perakitatan lambung kapal dimulai dengan proses perakitan blok kecil atau
disebut dengan proses Sub-Assembly dan selanjutnya dilakukan penggabungan
blok –blok kecil menjadi blok lebih besar dinamakan proses Assembly. Adapun
urutan perakitan blok kapal dapat dilihat pada Gambar 5.8
URUTAN PERAKITAN BLOK
SUB ASSEMBLY (SUB BLOCK BOTTOM)

SUB ASSEMBLY (SUB BLOCK SISI)

FIT UP MAIN & WEB


FIT UP SIDE PLATE FRAME

SUBBLOK SIDE

140
SUB ASSEMBLY (SUB BLOCK SEKAT MEMANJANG)

FIT UP BULKHEAD FIT UP STIFFENER & WEB STIFFENER


PLATE

SUBBLOK LONG. BULKHEAD

SUB ASSEMBLY (SUB BLOCK DECK)

FIT UP DECK FIT UP LONG. DECK FIT UP DECK & STRONG


PLATE BEAM BEAM

SUBBLOK DECK

BLOCK ASSEMBLY

SUB BLOK SIDE SUB BLOK


SUB BLOK (PORTSIDE DAN BULKHEAD

SUB BLOK

FINISH

Gambar 5.8 Tahapan Perakitan Blok

141
Keterangan perakitan blok:
1. Sub Assembly 1 (Sub Block Bottom)
Tahap perakitan Sub Assembly 1, menggabungkan 5 lembar pelat menjadi
panel inner bottom. Komponen center girder diletakkan tepat pada bagian
tengah panel inner bottom. Panel wrang dipasang berurutan sesuai jarak
frame sepanjang blok. Komponen Side girder dipasang secara membujur
pada setiap jarak panel wrang. Keel plate disambung plat alas bottom
menjadi panel bottom, panel bottom dihubungkan dengan panel-panel yang
telah dirakit menjadi sub blok bottom.
2. Sub Assembly 2 (Sub Blok Side)
Web frame hadap web frame bilah disambung, web frame disambung side
shell, main frame disambung side shell sesuai jarak frame. Web frame dan
main frame dihubugnkan pada side sheel sesuai jarak frame menjadi sub
blok side.
3. Sub Assembly 3 (Sub Longitudanal Bulkhead)
Web frame hadap web frame bilah disambung, web frame disambung
bulkhead plate, main frame disambung bulkhead plate sesuai jarak frame.
Web frame dan main frame dihubungkan pada bulkhead plate sesuai jarak
frame menjadi sub longitudinal bulkhead.
4. Sub Assembly 4 (Sub Block Deck)
Tahap perakitan Sub Assembly 4, menyambung 5 lembar plat menjadi plat
deck, longitudinal deck girder hadap disambung longitudinal deck girder
bilah, longitudinal deck girder dipasang tepat pada bagian tengah plat deck,
girder and transverse deck beam bilah disambung girder and transverse
deck beam hadap, girder and transverse deck beam dihubungkan terhadap
plat deck, transverse deck beam disambung plat deck.

5.6 Perencanaan Standar Teknik Pengelasan

Sebelum melakukan pengelasan, WPS (Welding Procedure Spesification)


salah satu contoh sambungan yang digunakan pada perakitan blok (lihat
Gambar 5.9) adalah hal penting dalam peneletian ini yang harus diperhatikan

142
untuk dilakukan pengidentifikasian. Format WPS terdapat jenis sambungan
lasan yang digunakan sehingga mampu menentukan panjang pengelasan.

Gambar 5.9 WPS (Sambungan Single Vee Butt)

Gambar 4.3 menunjukkan tipe sambungan pengelasan single V butt dengan detail,
groove angle 60º, root opening 2 mm, root face 3 mm. Sambungan tipe ini
digunakan pada material < 15 mm, plat dengan ketebalan > 15 mm menggunakan
double V butt, proses pembangunan blok kapal ini banyak menggunakan tipe
sambungan single V butt antar semua sambungan plat dengan plat krena semua
material plat mamiliki ketebalan < 15 mm antara lain, sambungan keel plate dengan
bottom plate (kp – bg), bottom plate dengan bottom plate (bp – bp), bottom
platedengan bilge plate (bg – bg), bilge plate dengan side plate (bg –ps), deck plate
dengan deck plate (pd – pd), inner bottom plate dengan inner bottom plate (pib –
pib).

143
Adapun tipe sambungan pengelasan Fillet Tee dengan detail; gap 2 mm.
Sambungan tipe ini digunakan pada material plat < 15 mm, apabila tebal plat > 15
mm maka ujung sambungan harus ditiruskan. Semua sambungan atau join
pengelasan pada pembangunan ini seperti keel plate dengan center girder (kp – cg),
bottom plate dengan side girder (bp – sg), inner bottom dengan centre girder (pib
– cg), inner bottom dengan side girder (pib – sg), main frame dengan side plate (mf
– ps), web frame dengan side plate (wf – ps), tranverse deck beam dengan deck
plate (tdb – pd), long deck girder dengan deck plate (ldg – pd), dst. Menggunakan
tipe sambungan fillet tee karena tebal komponen < 15 mm.

5.7 Panjang Objek Las

Melalui proses pengidentifikasian terhadap gambar 3 dimensi disesuaikan


dengan WPS yang telah dibuat maka dapat ditentukan panjang objek las. Berikut
salah satu contoh menentukan panjang objek las, joint antara Bottom Plate ~ Bottom
Plate. 𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 ~𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒=6000 𝑚𝑚
Sketsa dan detail sambungan antara Bottom plate ~ Bottom plate dapat
dilihat pada gambar 5.10.

Gambar 5.10 Joint Komponen Bottom Plate ~ Bottom Plate

5.8 Perhitungan Beban Kerja Pengelasan

Perhitungan beban kerja pengelasan berbasis pada ukuran utama kapal yang
selanjutnya akan disesuaikan dengan penggunaan dimensi konstruksi dalam
melakukan perhitungan panjang objek pengelasan dan berat logam las, seperti yang

144
telah tertera pada Gambar 5.11 (a) dimana data ukuran utama kapal menjadi
primary key pada menu tersebut akan menjadi foreign key pada menu selanjutnya.
5.8.1 Feature Input

Fiture input berfungsi untuk memasukkan sebuah informasi ke dalam database


yang selanjutnya diolah oleh model base untuk menampilkan hasil perhitungan
modulus sebagai acuan dalam pemilihan dimensi konstruksi.
Feature input berisi penginputan data ukuran utama kapal dan web frame
space. Feature input sendiri Pada saat melakukan input data, data penginputan ukuran
utama kapal tidak boleh ada yang kosong.

Gambar 5.11 (a) Fitur Menu Input

145
Gambar 5.12 (b) Fitur Menu Input

5.8.2 Feature Pemilihan Dimensi Konstruksi

Menu pemilihan dimensi konstruksi merupakan menu untuk pemilihan


dimensi konstruksi berdasarkan data modulus yang diperoleh dari pengolahan data
ukuran utama yang selanjutnya diolah pada database dan menghasilkan modulus
penampang konstruksi yang akan digunakan pada suatu kapal.

146
Gambar 5.13 (a) Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

Gambar 5.13 (b) Menu Pemilihan Dimensi Konstruksi

Memilih produk dimensi konstruksi berbasis modulus yang selanjutnya


diinput ke dalam textbox melalui tombol perintah sesuai komponen konstruksi dan
secara otomatis menginput dimensi konstruksi terpilih yang selanjutnya akan diolah
ke dalam database.

Tombol data material akan secara otomatis memunculkan data dimensi


konstruksi terpilih yang telah diolah pada database.

147
5.8.3 Feature Penginputan Data Konstruksi

Menu penginputan data konstruksi pada combobox input data akan


memunculkan spesifikasi komponen-komponen konstruksi sekaligus welding
schedule dalam perakitan blok parallel midle body yang dikategorikan berdasarkan
tahapan pekerjaan panel dan subblok.

Data yang telah terinput kedalam database dapat ditampilkan dengan


memilih produk pekerjaan pada combobox hasil input, selanjutnya dapat
ditambahkan keterangan berupa gambar untuk memperjelas produk pekerjaan,
dikarenakan informasi yang disampaikan berupa kode konstruksi, serta
penyimpanan gambar produk konstruksi dapat diatur untuk mempermudah proses
pencarian data.

Gambar 5.14 (a) Menu Input data konstruksi (Pemilihan Tahapan


Pekerjaan)

148
Gambar 5.14 (b) Menu Input data konstruksi (Penginputan Data)

Gambar 5.14 (c) Menu Input data konstruksi (Data Berhasil diinput)

149
5.8.4 Feature Hasil Input Konstruksi

Menu ini merupakan menu untuk menampilkan data-data yang telah diinput
pada form sebelumnya, untuk data yang telah diinput dapat dievaluasi kembali pada
menu ini jika didalamnya terdapat kesalahan penginputan, tombol perintah yang
dapat digunakan adlaah tombol hapus data atau edit data.

Gambar 5.15 Menu Hasil Input

5.8.5 Feature menu Edit

Menu edit merupakan tampilan form apabila kita menekan tombol edit pada
form hasil input, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa menu edit digunakan
untuk memperbarui atau mengubah data yang telah dipilih pada form sebelumnya.

150
Gambar 5.16 Menu Edit Data Konstruksi

5.8.6 Feature menu dimensi konstruksi

Pada fitur menu dimensi konstruksi bertujuan untuk menampilkan ship


scantling contruction yang digunakan pada proses pembangunan blok kapal pada
combobox input data berisi informasi mengenai produk konstruksi beserta
dimensinya yang selanjutnya data tersebut bisa kita simpan ke dalam database.
Setelah keseluruhan data telah tersimpan di database data tersebut selanjutnya bisa
disimpan ke sebuah lembar kerja baru dengan nama file yang diinginkan.

151
Gambar 5.17 (a) Tampilan data dimensi konstruksi

Gambar 5.17 (b) Tampilan data dimensi konstruksi

152
5.8.7 Feature Penyimpanan Data

Pada fitur penyimpanan data ini merupakan sebuah form untuk menyimpan
data yang telah diolah pada database ke worksheet baru. Pada menu ini juga dapat
memperlihatkan segala detail konstruksi seperti panjang jalur pengelasan, volume
kampuh pengelasan, berat logam las, jenis pengelesan, posisi pengelasan, serta
gambar konstruksi.

Gambar 5.18 Tampilan penyimpanan data

5.8.8 Feature Grafik

Pada menu fitur grafik akan memunculkan kalkulasi perhitungan dalam


bentuk grafik pada setiap tahapan pekerjaan (Panel atau Subblok) yang telah
melalui tahap penyimpanan data pada form sebelumnya. Ptoduk grafik yang
dihasilkan berupa:
1. Grafik Panjang Pengelasan ; Berat logam las
2. Grafik Berat Konstruksi ; Panjang Pengelasan
3. Grafik Ratio Berat Konstruksi terhadap Panjang Pengelasan (Kg/m)

153
Gambar 5.19 Tampilan grafik panjang pengelasan ; berat logam las

Gambar 5.20 Tampilan grafik berat konstruksi ; panjang pengelasan

154
Gambar 5.21 Tampilan grafik rasio berat konstruksi terhadap
panjang pengelasan

Gambar 5.22 Tampilan grafik panjang pengelasan ; berat logam las

155
Gambar 5.23 Tampilan grafik berat konstruksi ; panjang pengelasan

Gambar 5.24 Tampilan grafik panjang pengelasan ; berat logam las

5.9 Pembahasan/Diskusi

Berdasarkan hasil simulasi untuk kapal ferry ro-ro 300 GT didapatkan Hasil
perhitungan panjang pengelasan dimulai proses tahap awal (panel ) hingga Sub
Assembly . Data hasil panjang pengelasan dihitung untuk menentukan berat logam
las. Hasil perhitungan panjang pengelasan seluruh produk pekerjaan dapat dilihat
pada Tabel 5.15 dan Tabel 5.16. Total panjang seluruh pengelasan mulai dari
tahapan pekerjaan panel sampai dengan proses sub assembly yaitu 1047.67 m.

156
Tabel 5.15 Data Panjang Dan Berat Logam Las Produk Panel
BERAT BERAT PENGELASAN BERAT KONSTRUKSI
PANJANG BERAT
PANEL LOGAM TERHADAP PANJANG TERHADAP PANJANG
LAS (m) KONSTRUKSI
LAS (kg) PENGELASAN (KG/M) PENGELASAN (KG/M)
Panel Inner
30.00 3.57 0.12 95.45 2863.44
Bottom

Panel Wrang 62.76 3.11 0.05 75.64 4746.75


Panel Bottom 36.00 8.65 0.24 99.49 3581.57
Panel Sisi
41.18 2.03 0.05 16.55 681.58
Portside
Panel Sisi
41.18 2.03 0.05 16.55 681.58
Starboard
Panel Long.
Bulkhead 0.07 29.49 621.43
Portside 21.07 1.57
Panel Long.
Bulkhead 0.07 29.49 621.43
Starboard 21.07 1.57
Panel Geladak 94.50 17.59 0.19 58.35 5514.23
TOTAL 347.75 40.10 19312.02
Sumber: Olahan Data (2022)

Tabel 5.16 Data Panjang Dan Berat Logam Las Produk Sub-Blok
BERAT BERAT PENGELASAN BERAT KONSTRUKSI
PANJANG BERAT
SUBBLOK LOGAM TERHADAP PANJANG TERHADAP PANJANG
LAS (m) KONSTRUKSI
LAS (kg) PENGELASAN (KG/M) PENGELASAN (KG/M)
SUB BLOK
DOUBLE 561.59 29.92 0.05 19.93 11191.8
BOTTOM
SUB BLOK SISI
17.89 3.23 0.18 38.09 681.6
PORTSIDE
SUB BLOK SISI
17.89 3.23 0.18 38.09 681.6
STARBOARD
SUB BLOK
LONG.
15.69 0.82 0.05 39.60 621.4
BULKHEAD
PORTSIDE
SUB BLOK
LONG.
15.69 0.82 0.05 39.60 621.4
BULKHEAD
STARBOARD
SUB BLOK
71.16 4.40 0.06 77.49 5514.2
DECK

TOTAL 699.92 42.43 19312.0


Sumber: Olahan Data (2022)

157
PANJANG PENGELASAN ; BERAT LAS

TOTAL 40.10
347.75
Panel Geladak 17.59
94.50
Panel Long. Bulkhead Starboard 1.57
21.07
Panel Long. Bulkhead Portside 1.57
21.07
Panel Transversal Bulkhead(Stiffener) 0.00
0.00
Panel Transversal Bulkhead (Plat) 0.00
0.00
Panel Sisi Starboard 2.03
41.18
Panel Sisi Portside 2.03 41.18

Panel Bottom 8.65


36.00
Panel Wrang 3.11
62.76
Panel Inner Bottom 3.57
30.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Panel
Panel Panel Panel
Panel Transversa
Panel Panel Panel Sisi Panel Sisi Transversa Long. Long. Panel
Inner l TOTAL
Wrang Bottom Portside Starboard l Bulkhead Bulkhead Bulkhead Geladak
Bottom Bulkhead(S
(Plat) Portside Starboard
tiffener)
BERAT LAS (kg) 3.57 3.11 8.65 2.03 2.03 0.00 0.00 1.57 1.57 17.59 40.10
PANJANG LAS (m) 30.00 62.76 36.00 41.18 41.18 0.00 0.00 21.07 21.07 94.50 347.75

Gambar 5.25 Grafik panjang pengelasan ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan panel
Sumber: Olahan Data (2022)

Pada grafik diatas menjelaskan besar panjang pengelasan dipengaruhi oleh


jumlah komponen konstruksi diperlihatkan pada grafik diatas bahwa panel geladak
memiliki nilai panjang pengelasan terbesar, serta berat logam las terbesar.
nilai berat logam las dipengaruhi oleh besar komponen konstruksi yang di
kerjakan dan jumlah komponen konstruksi, ditunjukkan pada pekerjaan panel
bottom dengan panjang pengelasan sebesar 36 m namun memiliki nilai berat logam
las lebih besar dibandingkan pekerjaan panel wrang dengan panjang pengelasan
62.76 m dan berat logam las sebesar 3.11 kg karena pada tahap tersebut pekerjaan
yang dilakukan adalah perakitan plat yang dihubungkan menggunakan variabel
jenis kampuh Single V Butt, dimana variabel-variabel tersebut merupakan
pengaplikasian terbanyak diantara tahap panel.

158
BERAT KONSTRUKSI ; PANJANG PENGELASAN
30000.00
28500.00
27000.00
25500.00
24000.00
22500.00
21000.00
19500.00
18000.00
16500.00
15000.00
13500.00
12000.00
10500.00
9000.00
7500.00
6000.00
4500.00
3000.00
1500.00
0.00
Panel
Panel Panel
Transvers Panel
Panel Panel Sisi Transvers Long.
Panel Panel Panel Sisi al Long. Panel
Inner Starboar al Bulkhead TOTAL
Wrang Bottom Portside Bulkhead Bulkhead Geladak
Bottom d Bulkhead Starboar
(Stiffener Portside
(Plat) d
)
PANJANG LAS (m) 30.00 62.76 36.00 41.18 41.18 0.00 0.00 21.07 21.07 94.50 347.75
BERAT KONSTRUKSI 2863.44 4746.75 3581.57 681.58 681.58 0.00 0.00 621.43 621.43 5514.23 19312.02

Gambar 5.26 Grafik berat konstruksi ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan panel
Sumber: Olahan Data (2022)

RATIO BERAT KONSTRUKSI TERHADAP PANJANG


PENGELASAN (KG/M)

58.35 Panel Inner Bottom


95.45 Panel Wrang
29.49 Panel Bottom
Panel Sisi Portside
Panel Sisi Starboard
29.49 Panel Transversal Bulkhead (Plat)
0.00 Panel Transversal Bulkhead(Stiffener)
16.55
75.64 Panel Long. Bulkhead Portside
16.55
Panel Long. Bulkhead Starboard
99.49

Gambar 5.27 Grafik rasio berat konstruksi terhadap panjang pengelasan (Kg/m)
(Ferry ro-ro 300 GT) pekerjaan panel
Sumber: Olahan Data (2022)

159
Grafik di atas menjelaskan bahwa pengaruh berat konstruksi terhadap
panjang pengelasan tiap panel paling besar nilainya berada pada tahap panel Bottom
dibanding tahap panel lainnya. Tahap panel Bottom memiliki panjang pengelasan
36 m dengan berat konstruksi 3581.57 kg. Rasio di tahap panel Bottom menjadi
paling besar nilainya dibanding tahap panel lainnya yaitu sebesar 99.49 kg/m,
karena pada tahap tersebut plat yang dihubungkan menggunakan variabel panjang
lajur pengelasan.

PANJANG PENGELASAN ; BERAT LOGAM LAS

TOTAL 42.43
699.92

SUB BLOK DECK 4.40


71.16

SUB BLOK LONG. BULKHEAD STARBOARD 0.82


15.69

SUB BLOK LONG. BULKHEAD PORTSIDE 0.82


15.69

SUB BLOK SISI STARBOARD 3.23


17.89

SUB BLOK SISI PORTSIDE 3.23


17.89

SUB BLOK TRANSV. BULKHEAD 0.00


0.00

SUB BLOK DOUBLE BOTTOM 29.92


561.59
0 100 200 300 400 500 600 700 800
SUB BLOK SUB BLOK
SUB BLOK SUB BLOK SUB BLOK SUB BLOK
LONG. LONG. SUB BLOK
DOUBLE TRANSV. SISI SISI TOTAL
BULKHEAD BULKHEAD DECK
BOTTOM BULKHEAD PORTSIDE STARBOARD
PORTSIDE STARBOARD
BERAT LAS (kg) 29.92 0.00 3.23 3.23 0.82 0.82 4.40 42.43
PANJANG LAS (m) 561.59 0.00 17.89 17.89 15.69 15.69 71.16 699.92

Gambar 5.28 Grafik panjang pengelasan ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan subblok
Sumber: Olahan Data (2022)

Pada grafik diatas menjelaskan nilai berat logam las dipengaruhi oleh besar
komponen konstruksi yang dikerjakan dan jumlah komponen konstruksi,
ditunjukkan pada pekerjaan subblok double bottom dengan panjang pengelasan
sebesar 561.59 m dan memiliki nilai berat logam las sebesar 29.92 kg karena pada
tahap tersebut pekerjaan yang dilakukan adalah perakitan dari beberapa panel yaitu
panel inner bottom, panel wrang dan panel bottom sekaligus menjadi tahapan

160
pekerjaan subblok dengan komponen terbanyak dibandingkan tahapan pekerjaan
subblok lainnya.

BERAT KONSTRUKSI ; PANJANG PENGELASAN


30000.0
28500.0
27000.0
25500.0
24000.0
22500.0
21000.0
19500.0
18000.0
16500.0
15000.0
13500.0
12000.0
10500.0
9000.0
7500.0
6000.0
4500.0
3000.0
1500.0
0.0
SUB BLOK
SUB BLOK SUB BLOK
SUB BLOK SUB BLOK SUB BLOK LONG.
SISI LONG. SUB BLOK
DOUBLE TRANSV. SISI BULKHEAD TOTAL
STARBOAR BULKHEAD DECK
BOTTOM BULKHEAD PORTSIDE STARBOAR
D PORTSIDE
D
BERAT KONSTRUKSI 11191.8 0.0 681.6 681.6 621.4 621.4 5514.2 19312.0
PANJANG LAS (m) 561.59 0.00 17.89 17.89 15.69 15.69 71.16 699.92

Gambar 5.29 Grafik berat konstruksi ; berat logam las (Ferry ro-ro 300 GT)
pekerjaan subblok
Sumber: Olahan Data (2022)

RATIO BERAT KONSTRUKSI TERHADAP PANJANG


PENGELASAN (KG/M)
19.93
0.00
SUB BLOK DOUBLE BOTTOM
77.49 38.09 SUB BLOK TRANSV. BULKHEAD

SUB BLOK SISI PORTSIDE

SUB BLOK SISI STARBOARD

SUB BLOK LONG. BULKHEAD PORTSIDE


38.09
SUB BLOK LONG. BULKHEAD STARBOARD

39.60 SUB BLOK DECK

39.60

Gambar 5.30 Grafik rasio berat konstruksi terhadap panjang pengelasan (Kg/m)
(Ferry ro-ro 300 GT) pekerjaan subblok
Sumber: Olahan Data (2022)

161
Rasio berat logam las terhadap panjang pengelasan tiap Sub Assembly
paling besar nilainya berada pada tahap (Sub Block Deck) dibanding Sub Assembly
lainnya. Tahap Sub Block Deck memiliki panjang pengelasan 71.16 m dengan berat
konstruksi 5514.2 kg. Rasio tahap Sub Block Deck nilainya paling besar dibanding
Sub Assembly lainnya, karena pada tahap tersebut bobot konstruksi yang tergolong
relatif besar namun memiliki panjang pengelasan yang lebih rendah dibanding sub
blok double bottom yang merupakan bobot pekerjaan terbesar yaitu 11198.8 kg
dengan panjang pengelasan sepanjang 561.59 m, hal ini dikarenakan komponen
pekerjaan pada subblok deck jauh lebih sedikit dibandingkan dengan subblok
double bottom yang tentunya mempengaruhi panjang pengelasan.

Dimensi konstruksi mempengaruhi beban kerja pengelasan pada proses


perakitan. Maka program aplikasi ini juga mampu menampilkan data dimensi
konstruksi. Informasi tentang detail komponen-komponen pada perakitan blok
yang menjadi objek penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.17

Tabel 5.17 Data Dimensi Komponen Konstruksi


P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
0.00 508.6 PLAT INNER
1 PIB-F-002-4-1 6 1.8 10.8 0.0648
6 8 BOTTOM
0.00 508.6 PLAT INNER
2 PIB-F-002-4-2 6 1.8 10.8 0.0648
6 8 BOTTOM
0.00 508.6 PLAT INNER
3 PIB-F-002-4-3 6 1.8 10.8 0.0648
6 8 BOTTOM
0.00 508.6 PLAT INNER
4 PIB-F-002-4-4 6 1.8 10.8 0.0648
6 8 BOTTOM
0.00 508.6 PLAT INNER
5 PIB-F-002-4-5 6 1.8 10.8 0.0648
6 8 BOTTOM
0.7 0.00 320.0 CENTRE
6 CG-F-002-4-1 6 4.53 0.04077
55 9 445 GIRDER
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
7 0.836918
PS-1 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 BRACKET
8 0.836918
PS-2 85 55 8 5 842 FLOOR

162
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
9 0.836918
PS-3 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
10 0.836918
PS-4 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
11 0.836918
PS-5 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
12 0.836918
PS-6 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
13 0.836918
PS-7 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
14 0.836918
PS-8 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
15 0.836918
PS-9 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
16 0.836918
PS-10 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
17 0.836918
PS-1 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
18 0.836918
PS-2 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER

163
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
19 0.836918
PS-3 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
20 0.836918
PS-4 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
21 0.836918
PS-5 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
22 0.836918
PS-6 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
23 0.836918
PS-7 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
24 0.836918
PS-8 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
25 0.836918
PS-9 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
26 0.836918
PS-10 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
27 0.427519 0.00342
PS-1 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
28 0.427519 0.00342
PS-2 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 BRACKET
29 0.427519 0.00342
PS-3 625 55 8 818 FLOOR

164
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
30 0.427519 0.00342
PS-4 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
31 0.427519 0.00342
PS-5 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
32 0.427519 0.00342
PS-6 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
33 0.427519 0.00342
PS-7 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
34 0.427519 0.00342
PS-8 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
35 0.427519 0.00342
PS-9 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
36 0.427519 0.00342
PS-10 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
37 0.427519 0.00342
PS-11 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
38 0.427519 0.00342
PS-12 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
39 0.427519 0.00342
PS-13 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER

165
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
40 0.427519 0.00342
PS-14 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
SF-F-002-4- 0.7 0.00 71.12
41 1.5 1.1325 0.00906 SOLID FLOOR
1PS-1 55 8 1
SF-F-002-4- 0.7 0.00 71.12
42 1.5 1.1325 0.00906 SOLID FLOOR
1PS-2 55 8 1
SF-F-002-4- 0.7 0.00 71.12
43 1.5 1.1325 0.00906 SOLID FLOOR
1PS-3 55 8 1
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
44 0.14751
PS-1 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
45 0.14751
PS-2 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
46 0.14751
PS-3 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
47 0.14751
PS-4 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
48 0.14751
PS-5 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
49 0.14751
PS-6 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
50 0.14751
PS-7 925 2 6 5 721 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
51 0.1 0.122925
PS-1 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
52 0.1 0.122925
PS-2 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
53 0.1 0.122925
PS-3 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
54 0.1 0.122925
PS-4 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
55 0.1 0.122925
PS-5 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
56 0.1 0.122925
PS-6 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
57 0.1 0.122925
PS-7 925 5 5 806 FRAME
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
58 0.06795 STIFFENER
PS-1 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
59 0.06795 STIFFENER
PS-2 625 2 6 8 445

166
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
60 0.06795 STIFFENER
PS-3 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
61 0.06795 STIFFENER
PS-4 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
62 0.06795 STIFFENER
PS-5 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
63 0.06795 STIFFENER
PS-6 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
64 0.06795 STIFFENER
PS-7 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
65 0.06795 STIFFENER
PS-8 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
66 0.06795 STIFFENER
PS-9 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
67 0.06795 STIFFENER
PS-10 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
68 0.06795 STIFFENER
PS-11 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
69 0.06795 STIFFENER
PS-12 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
70 0.06795 STIFFENER
PS-13 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
71 0.06795 STIFFENER
PS-14 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
72 0.06795 STIFFENER
PS-15 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
73 0.06795 STIFFENER
PS-16 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
74 0.06795 STIFFENER
PS-17 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
75 0.06795 STIFFENER
PS-18 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
76 0.06795 STIFFENER
PS-19 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
77 0.06795 STIFFENER
PS-20 625 2 6 8 445
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
78 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-1 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
79 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-2 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
80 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-3 8 STIFFENER

167
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
81 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-4 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
82 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-5 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
83 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-6 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
84 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-7 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
85 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-8 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
86 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-9 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
87 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-10 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
88 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-11 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
89 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-12 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
90 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-13 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
91 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-14 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
92 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-1 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
93 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-2 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
94 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-3 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
95 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-4 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
96 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-5 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
97 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-6 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
98 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-7 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
99 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-8 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
100 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-9 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
101 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-10 8 STIFFENER

168
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
102 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-11 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
103 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-12 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
104 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-13 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
105 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
PS-14 8 STIFFENER
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
106 0.836918
SS-1 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
107 0.836918
SS-2 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
108 0.836918
SS-3 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
109 0.836918
SS-4 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
110 0.836918
SS-5 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
111 0.836918
SS-6 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
112 0.836918
SS-7 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
113 0.836918
SS-8 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 BRACKET
114 0.836918
SS-9 85 55 8 5 842 FLOOR

169
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFb-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
115 0.836918
SS-10 85 55 8 5 842 BAGIAN
BILGA
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
116 0.836918
SS-1 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
117 0.836918
SS-2 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
118 0.836918
SS-3 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
119 0.836918
SS-4 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
120 0.836918
SS-5 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
121 0.836918
SS-6 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
122 0.836918
SS-7 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
123 0.836918
SS-8 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
124 0.836918
SS-9 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER

170
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BRACKET
BFs-F-002-4- 1.10 0.7 0.00 0.00669 52.55 FLOOR
125 0.836918
SS-10 85 55 8 5 842 BAGIAN SIDE
GIRDER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
126 0.427519 0.00342
SS-1 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
127 0.427519 0.00342
SS-2 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
128 0.427519 0.00342
SS-3 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
129 0.427519 0.00342
SS-4 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
130 0.427519 0.00342
SS-5 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
131 0.427519 0.00342
SS-6 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
132 0.427519 0.00342
SS-7 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
133 0.427519 0.00342
SS-8 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
134 0.427519 0.00342
SS-9 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 BRACKET
135 0.427519 0.00342
SS-10 625 55 8 818 FLOOR

171
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
136 0.427519 0.00342
SS-11 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
137 0.427519 0.00342
SS-12 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
138 0.427519 0.00342
SS-13 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
BRACKET
BFc-F-002-4- 0.56 0.7 0.00 26.84 FLOOR
139 0.427519 0.00342
SS-14 625 55 8 818 BAGIAN
CENTER
SF-F-002-4- 0.7 0.00 71.12
140 1.5 1.1325 0.00906 SOLID FLOOR
1SS-1 55 8 1
SF-F-002-4- 0.7 0.00 71.12
141 1.5 1.1325 0.00906 SOLID FLOOR
1SS-2 55 8 1
SF-F-002-4- 0.7 0.00 71.12
142 1.5 1.1325 0.00906 SOLID FLOOR
1SS-3 55 8 1
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
143 0.14751
SS-1 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
144 0.14751
SS-2 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
145 0.14751
SS-3 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
146 0.14751
SS-4 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
147 0.14751
SS-5 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
148 0.14751
SS-6 925 2 6 5 721 FRAME
BFR-F-002-4- 1.22 0.1 0.00 0.00088 6.947 BOTTOM
149 0.14751
SS-7 925 2 6 5 721 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
150 0.1 0.122925
SS-1 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
151 0.1 0.122925
SS-2 925 5 5 806 FRAME

172
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
152 0.1 0.122925
SS-3 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
153 0.1 0.122925
SS-4 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
154 0.1 0.122925
SS-5 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
155 0.1 0.122925
SS-6 925 5 5 806 FRAME
RFR-F-002-4- 1.22 0.00 0.00061 4.824 REVERSE
156 0.1 0.122925
SS-7 925 5 5 806 FRAME
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
157 0.06795 STIFFENER
SS-1 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
158 0.06795 STIFFENER
SS-2 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
159 0.06795 STIFFENER
SS-3 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
160 0.06795 STIFFENER
SS-4 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
161 0.06795 STIFFENER
SS-5 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
162 0.06795 STIFFENER
SS-6 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
163 0.06795 STIFFENER
SS-7 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
164 0.06795 STIFFENER
SS-8 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
165 0.06795 STIFFENER
SS-9 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
166 0.06795 STIFFENER
SS-10 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
167 0.06795 STIFFENER
SS-11 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
168 0.06795 STIFFENER
SS-12 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
169 0.06795 STIFFENER
SS-13 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
170 0.06795 STIFFENER
SS-14 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
171 0.06795 STIFFENER
SS-15 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
172 0.06795 STIFFENER
SS-16 625 2 6 8 445

173
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
173 0.06795 STIFFENER
SS-17 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
174 0.06795 STIFFENER
SS-18 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
175 0.06795 STIFFENER
SS-19 625 2 6 8 445
STF-F-002-4- 0.56 0.1 0.00 0.00040 3.200
176 0.06795 STIFFENER
SS-20 625 2 6 8 445
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
177 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-1 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
178 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-2 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
179 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-3 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
180 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-4 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
181 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-5 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
182 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-6 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
183 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-7 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
184 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-8 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
185 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-9 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
186 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-10 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
187 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-11 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
188 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-12 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
189 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-13 8 STIFFENER
BSTFb-F-002-4- 0.00 BRACKET
190 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-14 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
191 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-1 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
192 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-2 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
193 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-3 8 STIFFENER

174
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
194 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-4 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
195 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-5 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
196 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-6 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
197 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-7 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
198 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-8 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
199 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-9 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
200 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-10 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
201 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-11 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
202 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-12 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
203 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-13 8 STIFFENER
BSTFt-F-002-4- 0.00 BRACKET
204 0.1 0.1 0.01 0.00008 0.628
SS-14 8 STIFFENER
SG-F-002-4-PS- 0.7 0.00 284.4
205 6 4.53 0.03624 SIDE GIRDER
1 55 8 84
SG-F-002-4-PS- 0.7 0.00 284.4
206 6 4.53 0.03624 SIDE GIRDER
2 55 8 84
SG-F-002-4-SS- 0.7 0.00 284.4
207 6 4.53 0.03624 SIDE GIRDER
1 55 8 84
SG-F-002-4-SS- 0.7 0.00 284.4
208 6 4.53 0.03624 SIDE GIRDER
2 55 8 84
0.9 0.00 321.4
209 BG-F-002-4-1 6 5.85 0.04095 BILGA PLATE
75 7 575
0.9 0.00 321.4
210 BG-F-002-4-2 6 5.85 0.04095 BILGA PLATE
75 7 575
1.5
0.00 584.4 BOTTOM
211 PB-F-002-4-1 6 510 9.306291 0.07445
8 35 PLATE
48
0.00 678.2 BOTTOM
212 PB-F-002-4-2 6 1.8 10.8 0.0864
8 4 PLATE
0.9 0.00 413.3
213 KP-F-002-4 6 5.85 0.05265 KEEL PLATE
75 9 025

175
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
0.00 678.2 BOTTOM
214 PB-F-002-4-3 6 1.8 10.8 0.0864
8 4 PLATE
1.5
0.00 584.4 BOTTOM
215 PB-F-002-4-4 6 510 9.306291 0.07445
8 35 PLATE
48
PLAT SIDE
PSS-F-002-4- 0.00 508.6
216 6 1.8 10.8 0.0648 SHELL
PS-1 6 8
PORTSIDE
WFb-F-002-4- 1.12 0.1 0.01 0.00184 14.47 WEB FRAME
217 0.167625
1PS-1 5 49 1 4 442 PL PORTSIDE
WFb-F-002-4- 1.12 0.1 0.01 0.00184 14.47 WEB FRAME
218 0.167625
1PS-2 5 49 1 4 442 PL PORTSIDE
WFb-F-002-4- 1.12 0.1 0.01 0.00184 14.47 WEB FRAME
219 0.167625
1PS-3 5 49 1 4 442 PL PORTSIDE
WFh-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 0.00087 6.848 WEB FRAME
220 0.158625
1PS-1 5 41 55 2 634 FP PORTSIDE
WFh-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 0.00087 6.848 WEB FRAME
221 0.158625
1PS-2 5 41 55 2 634 FP PORTSIDE
WFh-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 0.00087 6.848 WEB FRAME
222 0.158625
1PS-3 5 41 55 2 634 FP PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.0 0.00 0.00095 7.481 MAIN FRAME
223 0.13615
1PS-1 5 7 7 3 443 PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
224 0.2723
1PS-2 5 4 7 6 289 PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
225 0.2723
1PS-3 5 4 7 6 289 PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
226 0.2723
1PS-4 5 4 7 6 289 PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
227 0.2723
1PS-5 5 4 7 6 289 PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
228 0.2723
1PS-6 5 4 7 6 289 PORTSIDE
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
229 0.2723
1PS-7 5 4 7 6 289 PORTSIDE
WF-F-002-4-
230 WEB FRAME
1PS-1
WF-F-002-4-
231 WEB FRAME
1PS-2
WF-F-002-4-
232 WEB FRAME
1PS-3

176
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
BRACKET WEB
BCWh-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
233 0.021009 FRAME
1PS-1 9 41 1 1 127
PORTSDIE
BRACKET WEB
BCWh-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
234 0.021009 FRAME
1PS-2 9 41 1 1 127
PORTSDIE
BRACKET WEB
BCWh-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
235 0.021009 FRAME
1PS-3 9 41 1 1 127
PORTSDIE
BRACKET WEB
BCWb-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
236 0.021009 FRAME
1PS-1 9 41 1 1 127
PORTSDIE
BRACKET WEB
BCWb-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
237 0.021009 FRAME
1PS-2 9 41 1 1 127
PORTSDIE
BRACKET WEB
BCWb-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
238 0.021009 FRAME
1PS-3 9 41 1 1 127
PORTSDIE
PLAT SIDE
PSS-F-002-4- 0.00 508.6
239 6 1.8 10.8 0.0648 SHELL
SS-1 6 8
STARBOARD
WEB FRAME
WFb-F-002-4- 1.12 0.1 0.01 0.00184 14.47
240 0.167625 PL
1SS-1 5 49 1 4 442
STARBOARD
WEB FRAME
WFb-F-002-4- 1.12 0.1 0.01 0.00184 14.47
241 0.167625 PL
1SS-2 5 49 1 4 442
STARBOARD
WEB FRAME
WFb-F-002-4- 1.12 0.1 0.01 0.00184 14.47
242 0.167625 PL
1SS-3 5 49 1 4 442
STARBOARD
WEB FRAME
WFh-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 0.00087 6.848
243 0.158625 FP
1SS-1 5 41 55 2 634
STARBOARD
WEB FRAME
WFh-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 0.00087 6.848
244 0.158625 FP
1SS-2 5 41 55 2 634
STARBOARD
WEB FRAME
WFh-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 0.00087 6.848
245 0.158625 FP
1SS-3 5 41 55 2 634
STARBOARD
MF-F-002-4- 1.94 0.0 0.00 0.00095 7.481 MAIN FRAME
246 0.13615
1SS-1 5 7 7 3 443 STARBOARD

177
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
247 0.2723
1SS-2 5 4 7 6 289 STARBOARD
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
248 0.2723
1SS-3 5 4 7 6 289 STARBOARD
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
249 0.2723
1SS-4 5 4 7 6 289 STARBOARD
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
250 0.2723
1SS-5 5 4 7 6 289 STARBOARD
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
251 0.2723
1SS-6 5 4 7 6 289 STARBOARD
MF-F-002-4- 1.94 0.1 0.00 0.00190 14.96 MAIN FRAME
252 0.2723
1SS-7 5 4 7 6 289 STARBOARD
WF-F-002-4-
253 WEB FRAME
1SS-1
WF-F-002-4-
254 WEB FRAME
1SS-2
WF-F-002-4-
255 WEB FRAME
1SS-3
BRACKET WEB
BCWh-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
256 0.021009 FRAME
1SS-1 9 41 1 1 127
STARBOARD
BRACKET WEB
BCWh-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
257 0.021009 FRAME
1SS-2 9 41 1 1 127
STARBOARD
BRACKET WEB
BCWh-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
258 0.021009 FRAME
1SS-3 9 41 1 1 127
STARBOARD
BRACKET WEB
BCWb-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
259 0.021009 FRAME
1SS-1 9 41 1 1 127
STARBOARD
BRACKET WEB
BCWb-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
260 0.021009 FRAME
1SS-2 9 41 1 1 127
STARBOARD
BRACKET WEB
BCWb-F-002-4- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814
261 0.021009 FRAME
1SS-3 9 41 1 1 127
STARBOARD
PLAT
PBH-F-002-4- 0.00 508.6
262 6 1.8 10.8 0.0648 BULKHEAD
PS-1 6 8
PORTSIDE
PLAT
PBH-F-002-4- 0.1 0.00 40.97
263 6 0.87 0.00522 BULKHEAD
PS-2 45 6 7
PORTSIDE

178
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
STFWb-F-002- 1.12 0.0 0.01 0.00086 6.800 STIFFENER L
264 0.07875
4-2PS-1 5 7 1 6 063 PORTSIDE
STFWb-F-002- 1.12 0.0 0.01 0.00086 6.800 STIFFENER L
265 0.07875
4-2PS-2 5 7 1 6 063 PORTSIDE
STFWb-F-002- 1.12 0.0 0.01 0.00086 6.800 STIFFENER L
266 0.07875
4-2PS-3 5 7 1 6 063 PORTSIDE
STFWh-F-002- 1.12 0.0 0.00 0.00043 3.400 STIFFENER L
267 0.07875
4-2PS-1 5 7 55 3 031 PORTSIDE
STFWh-F-002- 1.12 0.0 0.00 0.00043 3.400 STIFFENER L
268 0.07875
4-2PS-2 5 7 55 3 031 PORTSIDE
STFWh-F-002- 1.12 0.0 0.00 0.00043 3.400 STIFFENER L
269 0.07875
4-2PS-3 5 7 55 3 031 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
270 0.07875
2PS-1 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
271 0.07875
2PS-2 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
272 0.07875
2PS-3 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
273 0.07875
2PS-4 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
274 0.07875
2PS-5 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
275 0.07875
SPS-6 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
276 0.07875
2PS-7 5 7 7 1 313 PORTSIDE
STFW-F-002-4- 1.12 0.0 STIFFENER L
277
2PS-1 5 7 PORTSIDE
STFW-F-002-4- 1.12 0.0 STIFFENER L
278
2PS-2 5 7 PORTSIDE
STFW-F-002-4- 1.12 0.0 STIFFENER L
279
2PS-3 5 7 PORTSIDE
BRACKET
BCSWh-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
280 0.021009
4-2PS-1 9 41 1 1 127 WEB
PORTSIDE
BRACKET
BCSWh-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
281 0.021009
4-2PS-2 9 41 1 1 127 WEB
PORTSIDE
BCSWh-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 BRACKET
282 0.021009
4-2PS-3 9 41 1 1 127 STIFFENER

179
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
WEB
PORTSIDE
BRACKET
BCSWb-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
283 0.021009
4-2PS-1 9 41 1 1 127 WEB
PORTSIDE
BRACKET
BCSWb-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
284 0.021009
4-2PS-2 9 41 1 1 127 WEB
PORTSIDE
BRACKET
BCSWb-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
285 0.021009
4-2PS-3 9 41 1 1 127 WEB
PORTSIDE
PLAT
PBH-F-002-4- 0.00 508.6
286 6 1.8 10.8 0.0648 BULKHEAD
SS-1 6 8
STARBOARD
PLAT
PBH-F-002-4- 0.1 0.00 40.97
287 6 0.87 0.00522 BULKHEAD
SS-2 45 6 7
STARBOARD
STFWb-F-002- 1.12 0.0 0.01 0.00086 6.800 STIFFENER L
288 0.07875
4-2SS-1 5 7 1 6 063 STARBOARD
STFWb-F-002- 1.12 0.0 0.01 0.00086 6.800 STIFFENER L
289 0.07875
4-2SS-2 5 7 1 6 063 STARBOARD
STFWb-F-002- 1.12 0.0 0.01 0.00086 6.800 STIFFENER L
290 0.07875
4-2SS-3 5 7 1 6 063 STARBOARD
STFWh-F-002- 1.12 0.0 0.00 0.00043 3.400 STIFFENER L
291 0.07875
4-2SS-1 5 7 55 3 031 STARBOARD
STFWh-F-002- 1.12 0.0 0.00 0.00043 3.400 STIFFENER L
292 0.07875
4-2SS-2 5 7 55 3 031 STARBOARD
STFWh-F-002- 1.12 0.0 0.00 0.00043 3.400 STIFFENER L
293 0.07875
4-2SS-3 5 7 55 3 031 STARBOARD
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
294 0.07875
2SS-1 5 7 7 1 313 STARBOARD
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
295 0.07875
2SS-2 5 7 7 1 313 STARBOARD
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
296 0.07875
2SS-3 5 7 7 1 313 STARBOARD
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
297 0.07875
2SS-4 5 7 7 1 313 STARBOARD
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
298 0.07875
2SS-5 5 7 7 1 313 STARBOARD

180
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
299 0.07875
2SS-6 5 7 7 1 313 STARBOARD
STFL-F-002-4- 1.12 0.0 0.00 0.00055 4.327 STIFFENER L
300 0.07875
2SS-7 5 7 7 1 313 STARBOARD
STIFFENER
STFW-F-002-4- 1.12 0.0
301 WEB FP
2SS-1 5 7
STARBOARD
STIFFENER
STFW-F-002-4- 1.12 0.0
302 WEB FP
2SS-2 5 7
STARBOARD
STIFFENER
STFW-F-002-4- 1.12 0.0
303 WEB FP
2SS-3 5 7
STARBOARD
BRACKET
BCSWh-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
304 0.021009
4-2SS-1 9 41 1 1 127 WEB
STARBOARD
BRACKET
BCSWh-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
305 0.021009
4-2SS-2 9 41 1 1 127 WEB
STARBOARD
BRACKET
BCSWh-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
306 0.021009
4-2SS-3 9 41 1 1 127 WEB
STARBOARD
BRACKET
BCSWb-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
307 0.021009
4-2SS-1 9 41 1 1 127 WEB
STARBOARD
BRACKET
BCSWb-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
308 0.021009
4-2SS-2 9 41 1 1 127 WEB
STARBOARD
BRACKET
BCSWb-F-002- 0.14 0.1 0.01 0.00023 1.814 STIFFENER
309 0.021009
4-2SS-3 9 41 1 1 127 WEB
STARBOARD
0.01 1017. PLAT
310 PD-F-002-4-1 6 1.8 10.8 0.1296
2 36 GELADAK
0.01 1017. PLAT
311 PD-F-002-4-2 6 1.8 10.8 0.1296
2 36 GELADAK

181
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
0.01 1017. PLAT
312 PD-F-002-4-3 6 1.8 10.8 0.1296
2 36 GELADAK
0.01 1017. PLAT
313 PD-F-002-4-4 6 1.8 10.8 0.1296
2 36 GELADAK
0.01 1017. PLAT
314 PD-F-002-4-5 6 1.8 10.8 0.1296
2 36 GELADAK
0.1 0.00 29.20 LONG. DECK
315 LDGh-F-002-4 6 0.744 0.00372
24 5 2 GIRDER
0.1 0.00 27.31 LONG. DECK
316 LDGb-F-002-4 6 0.696 0.00348
16 5 8 GIRDER
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
317 0.1305 STRONG BEAM
4-1SS-1 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
318 0.1305 STRONG BEAM
4-1SS-2 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
319 0.1305 STRONG BEAM
4-1SS-3 5 16 5 3 125
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
320 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-1SS-1 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
321 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-1SS-2 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
322 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-1SS-3 5 24 5 075
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
323 0.1305 STRONG BEAM
4-2SS-1 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
324 0.1305 STRONG BEAM
4-2SS-2 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
325 0.1305 STRONG BEAM
4-2SS-3 5 16 5 3 125
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
326 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-2SS-1 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
327 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-2SS-2 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
328 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-2SS-3 5 24 5 075
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
329 0.1305 STRONG BEAM
4-1PS-1 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
330 0.1305 STRONG BEAM
4-1PS-2 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
331 0.1305 STRONG BEAM
4-1PS-3 5 16 5 3 125
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
332 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-1PS-1 5 24 5 075

182
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
333 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-1PS-2 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
334 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-1PS-3 5 24 5 075
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
335 0.1305 STRONG BEAM
4-2PS-1 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
336 0.1305 STRONG BEAM
4-2PS-2 5 16 5 3 125
GTDBb-F-002- 1.12 0.1 0.00 0.00065 5.122
337 0.1305 STRONG BEAM
4-2PS-3 5 16 5 3 125
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
338 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-2PS-1 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
339 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-2PS-2 5 24 5 075
GTDBh-F-002- 1.12 0.1 0.00139 10.95
340 0.01 0.1395 STRONG BEAM
4-2PS-3 5 24 5 075
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
341 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-1 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
342 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-2 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
343 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-3 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
344 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-4 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
345 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-5 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
346 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-6 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
347 0.135 0.00081 DECK BEAM
1SS-7 5 2 6 5
GIRDER
GTDB-F-002-4-
348 TRANSVERSE
1SS-1
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
349 TRANSVERSE
1SS-2
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
350 TRANSVERSE
1SS-3
DECK BEAM
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
351 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-1 5 2 6 5

183
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
352 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-2 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
353 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-3 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
354 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-4 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
355 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-5 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
356 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-6 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
357 0.135 0.00081 DECK BEAM
1PS-7 5 2 6 5
GIRDER
GTDB-F-002-4-
358 TRANSVERSE
1PS-1
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
359 TRANSVERSE
1PS-2
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
360 TRANSVERSE
1PS-3
DECK BEAM
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
361 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-1 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
362 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-2 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
363 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-3 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
364 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-4 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
365 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-5 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 1.12 0.1 0.00 6.358
366 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-6 5 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
367 0.135 0.00081 DECK BEAM
2SS-7 2 6 5
GIRDER
GTDB-F-002-4-
368 TRANSVERSE
2SS-1
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
369 TRANSVERSE
2SS-2
DECK BEAM

184
P L T LUAS Volume Berat
NO MATERIAL KETERANGAN
(m) (m) (m) (m2) (m3) (KG)
GIRDER
GTDB-F-002-4-
370 TRANSVERSE
2SS-3
DECK BEAM
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
371 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-1 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
372 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-2 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
373 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-3 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
374 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-4 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
375 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-5 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
376 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-6 2 6 5
TDB-F-002-4- 0.1 0.00 6.358
377 0.135 0.00081 DECK BEAM
2PS-7 2 6 5
GIRDER
GTDB-F-002-4-
378 TRANSVERSE
2PS-1
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
379 TRANSVERSE
2PS-2
DECK BEAM
GIRDER
GTDB-F-002-4-
380 TRANSVERSE
2PS-3
DECK BEAM
Sumber: Olahan Data (2022)

Berdasarkan hasil perhitungan tentang panjang pengelasan pada proses


perakitan blok dengan pengidentifikasian panjang pengelasan melalui gambar 3D,
serta simulasi yang telah dilakukan menggunakan program aplikasi maka
didapatkan panjang pengelasan dan berat logam las dan selanjutnya dibuat tabulasi
hubungan antara berat konstruksi terhadap volume Blok (LbBbHb1/3), panjang
pengelasan terhadap volume Blok (LbBbHb1/3), dan Berat logam las terhadap
volume Blok LbBbHb1/3.

185
5.9.1 Simulasi Berat Konstruksi

Dari simulasi yang telah dilakukan berdasarkan sampel yang telah


dilakukan terhadap volume Blok (LbBbHb1/3) maka diperoleh rangkuman data,
terlihat pada Tabel 5.18
Tabel 5.18 Data Berat Konstruksi
SERI LEBAR
KODE B2 B3 B4 B5 B6
SERI PANJANG B (m) 9 11.7 14.4 17.1 19.8
H (M) 2.7 3.51 4.12 5.08 6.61
T (M) 1.8 2.34 2.68 3.37 4.63
cb 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
KODE LBP(m)
Berat Kontruksi (Kg)
L1 29.11 19256.05
L2 35 19312.02 27162.38
L3 40.89 20158.73 28310.23
L4 46.78 20309.06 28454.92 39487.19
L5 52.67 20324.31 29129.67 39644.21 53726.75
L6 58.56 20287.76 29215.10 40001.70 53903.64
L7 64.44 20989.22 29453.75 40021.65 54353.91 77000.54
L8 70.33 30206.61 42066.80 55661.65 78178.60
Sumber: Olahan Data (2022)
Pada proses simulasi yang telah dilakukan berat konstruksi dipengaruhi oleh jumlah
komponen konstruksi, secara garis besar komponen-komponen konstruksi
bergantung pada ukuran kapal. Kurva berat konstruksi akibat perubahan volume
blok (LbBbHb1/3) diperlihatkan pada Gambar 5.31

KURVA BERAT KONSTRUKSI


100000
BERAT KONSTRUKSI (Kg)

80000 y = 1900x2 - 11511x + 29388


R² = 0.9972
60000
40000
20000
0
3 4 5 6 7 8 9 10
LbBbHb1/3

Gambar 5.31 Kurva Berat Konstruksi


Sumber: Olahan Data (2022)

186
Grafik tersebut menjelaskan bagaimana pengaruh variabel dalam
merepresentasikan volume blok yaitu panjang blok (Lb), lebar blok (Bb), dan Tinggi
Blok (Hb) terhadap berat konstruksi. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan
pada penelitian ini memperlihatkan korelasi antara variabel (LbBbHb1/3) dengan
berat konstruksi sangat tinggi. Artinya untuk setiap perubahan volume akibat
penambahan lebar blok (Lb) dan selanjutnya merepresentasikan besar LbBbHb1/3
berimplikasi terhadap penambahan berat konstruksi sebesar 6.61% untuk setiap
penambahan Lb sebesar 1m3.

5.9.2 Simulasi Panjang Pengelasan

Dari simulasi perhitungan panjang pengelasan berdasarkan sampel yang


telah dilakukan terhadap volume Blok (LbBbHb 1/3) maka diperoleh rangkuman data
panjang pengelasan, terlihat pada Tabel 5.19

Tabel 5.19 Data Panjang Objek Pengelasan


SERI LEBAR
KODE B2 B3 B4 B5 B6
SERI PANJANG B (m) 9 11.7 14.4 17.1 19.8
H (M) 2.7 3.51 4.12 5.08 6.61
T (M) 1.8 2.34 2.68 3.37 4.63
cb 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
KODE LBP(m)
Panjang Objek Pengelasan (m)
L1 29.11 1058.59
L2 35 1047.68 1323.97
L3 40.89 1047.70 1335.71
L4 46.78 1048.32 1337.40 1548.78
L5 52.67 1050.08 1337.52 1548.86 1794.60
L6 58.56 1052.36 1337.26 1548.39 1800.09
L7 64.44 1052.11 1337.34 1553.24 1809.69 2040.77
L8 70.33 1338.58 1569.01 1807.68 2040.86
Sumber: Olahan Data (2022)

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, hasil perhitungan panjang objek


pengelasan untuk sampel kapal dengan lebar yang sama memperlihatkan panjang
pengelasan dipengaruhi oleh dimensi konstruksi kapal. Penggunaan dimensi
konstruksi yang berbeda akan mempengaruhi berat konstruksi, serta panjang

187
pengelasan, maka untuk nilai LbBbHb1/3 dengan nilai yang sama, semakin besar nilai
berat konstruksi maka akan semakin pendek panjang pengelasan. Kurva panjang
objek pengelasan akibat perubahan volume blok (LbBbHb1/3) diperlihatkan pada
Gambar 5.32

KURVA PANJANG PENGELASAN


2250
2100 y = -13.169x2 + 445.71x - 876.12
PANJANG PENGELASAN (m)

1950 R² = 0.9994
1800
1650
1500
1350
1200
1050
900
750
600
450
300
150
0
3 4 5 6 7 8 9 10
LbBbHb1/3

Gambar 5.32 Kurva Panjang Pengelasan


Sumber: Olahan Data (2022)

Grafik di atas menjelaskan bagaimana pengaruh variabel dalam


merepresentasikan volume blok yaitu panjang blok (Lb), lebar blok (Bb), dan Tinggi
Blok (Hb) terhadap panjang pengelasan pada perakitan blok. Berdasarkan simulasi
yang telah dilakukan pada penelitian ini memperlihatkan korelasi antara variabel
(LbBbHb1/3) dengan panjang pengelasan sangat tinggi. Artinya untuk setiap
perubahan volume akibat penambahan lebar blok (Lb) dan selanjutnya
merepresentasikan besar LbBbHb1/3 berimplikasi terhadap penambahan panjang
objek las sebesar 4.26% untuk setiap penambahan Lb sebesar 1m3.

5.9.3 Simulasi Berat Logam Las

Dari simulasi perhitungan berat logam las berdasarkan sampel yang telah
dilakukan terhadap volume Blok (LbBbHb1/3) maka diperoleh rangkuman data berat
logam las, terlihat pada Tabel 5.20

188
Tabel 5.20 Data Berat logam las
SERI LEBAR
KODE B2 B3 B4 B5 B6
SERI PANJANG B (m) 9 11.7 14.4 17.1 19.8
H (M) 2.7 3.51 4.12 5.08 6.61
T (M) 1.8 2.34 2.68 3.37 4.63
cb 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
KODE LBP(m)
Berat Logam Las (Kg)
L1 29.11 83.84
L2 35 82.53 111.95
L3 40.89 86.68 116.74
L4 46.78 86.99 117.03 151.98
L5 52.67 87.08 124.96 152.61 197.35
L6 58.56 87.42 125.32 153.05 198.79
L7 64.44 94.21 125.46 153.24 200.02 257.31
L8 70.33 128.42 165.63 204.19 261.48
Sumber: Olahan Data (2022)

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, hasil perhitungan berat logam


las dipengaruhi oleh jenis sambungan pengelasan pada suatu konstruksi, serta
dimensi konstruksi yaitu nilai tebal (t), untuk berat logam las sendiri berbanding
lurus dengan panjang pengelasan, semakin besar panjang pengelasan maka akan
semakin besar nilai berat logam las. Penggunaan dimensi konstruksi yang berbeda
akan mempengaruhi berat konstruksi serta luas penampang logam las yang menjadi
metode dalam menentukan panjang pengelasan, maka untuk nilai LbBbHb1/3 dengan
nilai yang sama, semakin besar nilai berat konstruksi maka nilai berat logam las
akan semakin besar. Kurva berat logam las akibat perubahan volume blok
(LbBbHb1/3) diperlihatkan pada Gambar 5.33

189
KURVA BERAT LOGAM LAS
275
250 y = 3.1118x2 + 1.8431x - 3.0721
225 R² = 0.9927
BERAT LOGAM LAS (Kg)

200
175
150
125
100
75
50
25
0
3 4 5 6 7 8 9 10
LbBbHb1/3

Gambar 5.33 Kurva Berat logam las


Sumber: Olahan Data (2022)

Grafik di atas menjelaskan bagaimana pengaruh dimensi blok dalam


merepresentasikan volume blok terhadap berat logam las pada perakitan blok.
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan pada penelitian ini memperlihatkan
korelasi antara variabel (LbBbHb1/3) dengan berat logam las sangat tinggi. Artinya
untuk setiap perubahan volume akibat penambahan lebar blok (Lb) dan selanjutnya
merepresentasikan besar LbBbHb1/3 berimplikasi terhadap penambahan berat logam
las sebesar 5.95% untuk setiap penambahan Lb sebesar 1m3.
Berdasarkan persamaan yang telah diperoleh pada pengolahan data simulasi
maka dibuat sebuah grafik hubungan antara berat konstruksi terhadap panjang
pengelasan diperlihatkan dengan data yang diperlihatkan pada Tabel 5.21 dan
grafik ditunjukkan pada Gambar 5.34

Tabel 5.21 Data Panjang Objek Las dan Berat Konstruksi


BERAT PANJANG
SAMPEL
KONSTRUKSI PENGELASAN
SAMPEL 1 19.25605 1058.591
SAMPEL 2 19.31202 1047.679
SAMPEL 4 20.15873 1047.704

190
BERAT PANJANG
SAMPEL
KONSTRUKSI PENGELASAN
SAMPEL 6 20.30906 1048.316
SAMPEL 9 20.32431 1050.085
SAMPEL 13 20.28776 1052.357
SAMPEL 17 20.98922 1052.105
SAMPEL 3 27.16238 1323.969
SAMPEL 5 28.31023 1335.709
SAMPEL 7 28.45492 1337.397
SAMPEL 10 29.12967 1337.522
SAMPEL 14 29.2151 1337.26
SAMPEL 18 29.45375 1337.338
SAMPEL 22 30.20661 1338.578
SAMPEL 8 39.48719 1548.777
SAMPEL 11 39.64421 1548.865
SAMPEL 15 40.0017 1548.393
SAMPEL 19 40.02165 1553.241
SAMPEL 23 42.0668 1569.01
SAMPEL 12 53.72675 1794.597
SAMPEL 16 53.90364 1800.085
SAMPEL 20 54.35391 1809.694
SAMPEL 24 55.66165 1807.682
SAMPEL 21 77.00054 2040.768
SAMPEL 25 78.1786 2040.856

191
KURVA HUBUNGAN BERAT KONSTRUKSI DAN PANJANG
OBJEK PENGELASAN
2200 y = 734.04ln(x) - 1144.1
PANJANG OBJEK PENGELASAN (m)

2000 R² = 0.9959
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
BERAT KONSTRUKSI (Kg)

Gambar 5.34 Kurva Rasio Berat Kontruksi Terhadap Panjang Pengelasan


Sumber: Olahan Data (2022)

Berat konstruksi memiliki korelasi yang tinggi dengan panjang pengelasan


berdasarkan hasil analisis regresi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.34,
panjang pengelasan (m) dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan

Plas = 734.04 ln(𝑥) − 1144.1 (m)

192
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Beban kerja pengelasan pada perakitan lambung kapal ferry Ro Ro 300


GT area parallel middle body didapatkan:
a. Total panjang objek pengelasan 1048 meter
b. Total berat logam las 83 kg
c. Total berat konstruksi 19313 kg
2. Perubahan volume berdasarkan penambahan baris dan lajur kendaraan,
mengakibatkan panjang pengelasan mengalami kenaikan nilai yang
signifikan, besar panjang pengelasan dan berat logam las dipengaruhi oleh
berat konstruksi. Semakin besar nilai berat konstruksi maka akan semakin
pendek panjang pengelasan, namun berat logam las akan semakin besar.
3. Dari proses simulasi yang telah dilakukan disimpulkan bahwa integrasi
perubahan ukuran blok terhadap beban kerja pengelasan adalah:
a. Ukuran blok memiliki korelasi yang tinggi dengan panjang
pengelasan, untuk setiap kenaikan volume blok sebesar 1m3
berimplikasi terhadap nilai panjang pengelasan mengalami
pertambahan sebesar 4.26%.
b. Ukuran blok memiliki korelasi yang tinggi dengan berat logam las,
untuk setiap kenaikan volume blok sebesar 1m3 berimplikasi terhadap
nilai berat logam las mengalami pertambahan sebesar 5.95%.
c. Ukuran blok memiliki korelasi yang tinggi dengan berat konstruksi,
untuk setiap kenaikan volume blok sebesar 1m3 berimplikasi terhadap
nilai berat konstruksi mengalami pertambahan sebesar 6.61%.
6.2 Saran
1. Penulisan ini dapat dilanjutkan dengan membuat rancangan aplikasi
perhitungan biaya pengelasan dan biaya kebutuhan elektroda
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menghitung beban kerja
pengelasan pada bangunan atas.

193
DAFTAR PUSTAKA

Aamani, P., & Valaramathi, T. N. (2018). ARPN Journal of Engineering and


Applied Sciences. Comparative Study on Automation of Gear Modelling
Using Catia V5 (KBE) - VBA Approach, 3994.
Asri, S. (2016). MODEL DESAIN KAPAL PENYEBERANGAN BERDASARKAN
PEMERINTAH JASA ANGKUTAN DAN FASILITAS PELABUHAN.
MAKASSAR: UNIVERSITAS HASANUDDIN.
Basuki, A. (2006). Algoritma Pemrograman 2. Surabaya: Politeknik Elekronika
Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya .
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA. (2022). BKI VOL VI RULES FOR
WELDING. WWW.BKI.CO.ID.
BKI . (2022). VOL II RULES FOR HULL. www.bki.co.id.
Cary, H. B., & Helzer, S. C. (1998). Modern Welding Technology Sixth Edition.
Ohio: Pearson Prentice Hall.
Chotimah, S., Bernard, M., & Wulandari, S. M. (2018). Contextual approach
using VBA learning media to improve students’ mathematical
displacement and disposition ability. Journal of Physics: Conference
Series, 3.
Darmayadi. (2009). Cara Menghitung Kebutuhan Kawat Las. Migas Indonesia
(pp. 1-3). Jakarta: Adhireksa Inticor.
Darwis, A. R. (2019). desain sistem identifikasi proses pabrikasi komponen
konstruksi kapal ferry RO-RO 750 GT. Makassar: Teknik Perkapalan
Universitas Hasanuddin.
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
DARAT. (1996). KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN DARAT. Jakarta: DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT.
Djamaris, A. (2012). Algoritma and Flowchart. Jakarta: Universitas Bakrie.
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_10.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_23.htm

194
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_22.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_21.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_20.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_19.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_17.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_24.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_25.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_26.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_29.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 5 19). Covered Electrodes for Welding
Mild Steels. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson3_27.htm
Esab Welding & Cutting Products. (2022, 05 19). Estimating & Comparing Weld
Metal Costs. Retrieved from Esabna.com:
https://www.esabna.com/euweb/awtc/lesson9_6.htm
Fatimah, S. (2020). Model Pemilihan Supplier Komponen Konstruksi Kapal untuk
Galangan Kapal Kecil dalam Negeri. Makassar: Departemen Teknik
Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

195
Gordo, M. L., & Manuel, J. (2017). Hull's Manufacturing Cost Structure.
Brodogradnja, 1-2.
Idris, H. (2012). Perencanaan Kebutuhan Material Elektroda pada Pembangunan
Kapal Tug Boat Harmony VIII dengan Penerapan Konsep IHOP.
Jaya, U. P. (n.d.). Sambungan Las (Perancangan Struktur Baja). Banten:
Universitas Pembangunan Jaya.
Kadam, A. V. (2015). Automatic Assembly Modeling for Product Variants using
Parametric Modeling Concept. International Journal of Engineering
Research & Technology (IJERT), 79.
Karottu, K. V., Hamada, K., Takezawa, A., & Kitamura, M. (2009). Optimization
of Block Division Using Nodal Cut Set. Ship technology Reasearch, 142-
143.
Lestari, E. S., Sabri, L. M., & Yuwono, B. D. (2014). Pembuatan Program
Perataan Parameter Jaring Poligon Dengan Menggunakan Visual Basic
For Application (VBA) Microsoft Excel. Jurnal Geodesi Undip, 339.
Marwanto, A. (2007). Shield Metal Arc Welding. Yogyakarta: Universitas
Yogyakarta.
Misliah, S. A. (2015). Model Design of Inter-ISland Ships Base on Transport
Demand and Port Facility. International Journal of Engineering Research
& Technology (IJERT), 644.
Nurfitriana, M. A. (2016). Analisa Pengaruh Pengelasan SMAW dan FCAW-SS
pada Material Low Carbon Steel Grade S355J2+N Terhadap Perubahan
Distorsi dengan Menggunakan Metode Eksperimen dan Metode Numerik.
Surabaya: Jurusan Teknologi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh November.
Nursalim, W. (2016). Relevansi Kompetensi Mata Pelajaran Produktif
Pengelasan di SMKN 1 Sedayu Dengan Kompetensi Las di Industri
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Okayama, Y. (1980). The National Shipbuilding Research Program Product Work
Breakdown Structure. Los Angeles: U:S Departement of Transportation
with Todd Pacific Shipyards Corporation.
Okayama, Y. (1983). The National Shipbuilding Research Program: Integrated
Hull outfitting and painting. U:S Departement of Transportation with Todd
Pacific Shipyards Corporation.

196
pal, M. (2019). A Review of Work Breakdown and Man-Hours Estimation
Methode Used in Shipbuilding Production. International Journal of
Mechanical Engineering and Technology (IJMET), 1141-1142.
Qu, S., & Jiang, Z. (2012). The two phased method of hull block assembly
sequence planning. Advanced Materials Research Vol 421, 235-236.
Santhiarsa, I. G., & Budiarsa, I. N. (2008). Pengaruh Posisi Pengelasan dan
Gerakan Elektroda terhadap Kekerasan Hasil LasBaja SSC 41. Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 2, 108.
Sindar, A. (2018). Struktur Data dan Algoritma dengan c,c++. Serang: CV. AA.
Rizky.
Storch, R. L. (1995). Ship Production. Variland: Manufacture in the United States
of America.
Sunaryo, H. (2008). Teknik Pengelasan Kapal Jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Sunaryo, H. (2008). Teknik Pengelasan Kapal Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Supomo, T. P. (2012). Analisa Pengaruh Variasi Elektroda Pada Pengelasan
FCAW Material BKI Grade A Terhadap Laju Korosi. Surabaya: Fakultas
Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November.
The Procedure Handbook of Arc Welding. (1973). A Project of Volunteers in
Asia. Cleveland: The Lincoln Electric Company.
Wahyudin. (2011). Teknik Produksi Kapal. Makassar: Lembaga Kajian dan
Pengembangan Pendidikan.
Winarno, E. (2014). Pemrograman VBA untuk Excel All Version. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Wiryosumarto, H. (2000). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya
Paramita.

197
LAMPIRAN

198
- Lampiran 1 gambar Lines Plan

199
- Lampiran 2 gambar Profil Construction

200
201
- Lampiran 3 gambar Shell Expansion

202
- Lampiran 5 gambar Midship Section

203

Anda mungkin juga menyukai