Oleh:
ABDURRAHMAN
NIM.1907035211
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelah Ahli Madya Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Riau
Oleh:
ABDURRAHMAN
NIM.1907035211
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada tanggal 20
Agustus 2022
Menyetujui,
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Mesin D3
Fakultas Teknik Universitas Riau
Dengan ini menyatakan bawa Laporan Proyek Akhir dengan judul: Pembuatan dan
Perakitan Airframe (Fuslage, Sayap, dan Ekor) Wahana Terbang SSU01 Tipe
Vertical Take-Off and Landing (VTOL) Fixed Wing tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
(Abdurrahman)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Proyek Akhir dengan
baik, sehingga selesai pada waktunya dengan judul ”Pembuatan dan Perakitan
Airframe (Fuslage, Sayap, dan Ekor) Wahana Terbang SSU01 Tipe Vertical Take-
Off and Landing (VTOL) Fixed Wing”. Laporan Proyek Akhir ini dibuat sebagai
syarat untuk menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan Gelar Ahli Madya (A.Md)
di prodi DIII Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Riau, yang bertujuan
untuk membuat wahan terbang tanpa awak yang dapat melakukan jasa misi
pemetaan, fotografi, videografi.
Dalam pembuatan dan penyusunan laporan Proyek Akhir ini, penulis
menyadari masih banyak terdapat kesalahan maupun kesulitan yang dihadapi, namun
berkat tekad yang kuat dari hati penulis, serta motivasi dan masukan-masukan
maupun bantuan dari semua pihak, baik berupa moril maupun materil akhirnya
semuanya dapat dihadapi dan diatasi dengan baik, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta dan keluarga yang senantiasa mendorong secara
moril maupun materil dan mendoakan agar penulis mendapatkan
rahmat, dan kesehatan.
2. Bapak Kaspul Anuar, S.Pd., M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama
dan Bapak Dedi Rosa Putra Cupu, S.T., M.Eng. Selaku Pembimbing
Kedua yang mana telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
seluruh rangkaian proses pengerjaan Proyek Akhir ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
3. Bapak Feblil Huda, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin Universitas Riau.
4. Bapak Muftil Badri, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi DIII
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Riau.
5. Bapak Dedi Rosa Putra Cupu, S.T., M.Eng. selaku koordinator Proyek
Akhir Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Riau.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Riau.
7. Patzil Al Amin angkatan 2017 selaku pembuat desain Wahana
Terbang Tanpa Awak Dengan Kemampuan Vertical Take-Off Landing
(VTOL) Tipe Quadplane.
8. Rekan-rekan Serindit Aero yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya membantu penulis dalam pembuatan Proyek Akhir ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan khususnya angkatan 2019 Teknik Mesin
Universitas Riau.
Penulis
PEMBUATAN DAN PERAKITAN AIRFRAME (FUSLAGE, SAYAP, DAN
EKOR) WAHANA TERBANG SSU01 TIPE VERTICAL TAKE-OFF AND
LANDING (VTOL) FIXED WING
Abdurrahman., Ridho Dwi Atmojo
Laborotorium Konstruksi Mesin, Jurusan Teknik Mesin
Program Studi Diploma Tiga Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Abstrak
Untuk meningkatkan performa wahana terbang fixed wing, pada tahun 2021 robot
terbang Teknik Mesin Universitas Riau kembali merancang ulang wahana terbang
SSU01 tipe VTOL Quadplane. Proses rancang bangun wahana VTOL Quadplane
telah selesai pada tahap desain. Tahap kedua dari rancang bangun wahana VTOL
Quadplane adalah pembuatan dan perakitan wahana terbang SSU01 VTOL
Quadplane berdasarkan desain yang ditentukan. Pada penelitian ini wahana VTOL
Quadplane dibuat menggunakan material komposit fiberglass pada bagian badan
(fuselage), sedangkan pada bagian ekor dan sayap dibuat menggunakan material
komposit foam core. Penelitian ini diawali dengan pencetakan kedua bagian fuselage
menggunakan lem epoxy. Selanjutnya dilakukan pembuatan sayap dan ekor
menggunakan material foam core composite. Setelah semua bagian airframe selesai
dibuat, dilanjutkan dengan proses penyambungan dari seluruh bagian airframe.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, bagian fuselage, sayap, ekor vertical,
dan ekor horizontal memiliki massa masing-masing sebesar 485 gr, 446 gr, 26 gr, 82
gr. Hal ini menunjukkan bahwa massa masing-masing airframe wahana terbang
VTOL Quadplane memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan
pengukuran dimensi fuselage, bagian lebar memiliki error yaitu 6,9% (titik 4)
sedangkan lebar memiliki error terbesar yaitu 6,5% (titik 19). Berdasarkan
pengukuran dimensi sayap, bagian lebar memiliki error terbesar yaitu 3,09% (titik
17 bagian kanan). Sedangkan ekor vertikal, bagian lebar memiliki error terbesar
yaitu 1,64% (titik 1). Pada ekor horizontal, bagian lebar memiliki error terbesar
yaitu 1,73% (titik 5 bagian kanan). Hal ini menunjukkan bahwa error masing-masing
bagian airframe wahana terbang SSU01 VTOL Quadplane memenuhi kriteria yang
telah ditentukan yaitu dibawah 10% sehingga tidak berpengaruh besar terhadap
performa wahana.
Kata kunci : SSU01 VTOL Quadplane, fixed wing, airframe, fuselage.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai proyek akhir ini adalah:
1) Menghasilkan fuselage wahana terbang SSU01 VTOL tipe Quadplane
menggunakan material komposit fiberglass-fibercarbon dengan massa di
bawah 485 gr.
2) Menghasilkan sayap wahana terbang SSU01 VTOL tipe Quadplane berbahan
material komposit foam core composite dengan bentang sayap sepanjang
1500 mm dengan massa dibawah 600 gr.
3) Menghasilkan ekor wahana terbang SSU01 VTOL tipe Quadplane berbahan
berbahan foam core composite dengan massa di bawah 300 gr.
4) Menghasilkan satu buah airframe wahana SSU01 VTOL tipe Quadplane
yang telah dirakit dengan massa total ≤ 4.000 gr.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari hasil pembuatan dan perakitan wahana adalah sebagai
berikut:
1) Dapat dipakai sebagai pesawat terbang tanpa awak untuk misi pemantauan
dari udara.
2) Dapat diikutkan lomba KRTI tahun 2021.
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan Proyek Akhir, manfaat, batasan
masalah dan sistematika penulisan laporan ini.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan tentang teori dasar yang mendasari pembuatan dan perakitan
airframe (fuselage, sayap dan ekor) wahana terbang VTOL tipe Quadplane.
Bab III Metodologi
Bab ini berisikan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan pada langkah-langkah
kerja pembuatan dan perakitan airframe (fuselage, sayap dan ekor) wahana
terbang VTOL tipe Quadplane.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisikan pembahasan tentang hasil dari pembuatan fuselage, sayap dan
ekor pada wahana terbang VTOL tipe Quadplane.
Bab V Penutup
Bab ini berisikan simpulan dan saran yang didapat setelah proses pembuatan dan
perakitan airframe (fuselage, sayap dan ekor) wahana terbang VTOL tipe
Quadplane.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Komposit
Komposit adalah suatu material yang terdiri dari kombinasi dua atau lebih
material baik secara mikro atau makro, dimana sifat material tersebut berbeda bentuk
dan komposisi kimia dari zat asalnya (Smith, 1996). Komposit merupakan perpaduan
dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing material
penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang unik. Pendapat lain
mengatakan bahwa komposit adalah sebuah kombinasi material yang berfasa padat
yang terdiri dari dua atau lebih baik dari material pembentuknya (Firmansyah, 2018).
Dari sekian banyak jenis material pembentuk komposit, semuanya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu matriks, material penguat (reinforcement)
dan material pengisi (filter).
Keterangan:
ms = Massa total fiberglass yang dibutuhkan (gr)
ρ = Rasio massa fiberglass terhadap luas (gr/m2)
Keterangan :
mh= massa hardener resin epoxy (gr)
ms = massa total fiberglass yang dibutuhkan (gr)
2.4 Resin
Resin adalah material non metalik dan untuk membentuknya dapat dicetak, dicor
dan dapat digunakan sebagai isolasi. Resin merupakan bahan pelapis, perekat yang
dipadukan dengan serat karbon dan fiberglass. Resin berwujud cairan kental seperti
lem, berkelir hitam atau bening, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental. Ada
banyak jenis resin, diantaranya adalah: Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose,
Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon, Vinyl,
Cellulosic, dan lain-lain (Kartika, 2014).
Resin merupakan zat organik yang komposisinya terdiri dari kombinasi
hidrogen, karbon, oksigen, nitrogen dimana bahan mineralnya adalah coal
(batubara), petroleum dan bahan-bahan lainya.
Keterangan:
1) Handel pemindah putaran
2) Tuas spindle utama
3) Poros potong bubut
4) Chuck
5) Handel kunci mur
6) Toolpost
7) Eretan atas
8) Senter kepala lepas
9) Eretan melintang
10) Alas mesin (landasan eretan)
11) Kepala lepas
12) Roda tangan kepala lepas
13) Tuas pengatur jumlah putaran poros utama
14) Tuas poros utama
15) Roda tangan pemindah support
16) Lemari kunci
17) Tuas catu awal
18) Poros utama
z= A x v=f x a x Vc [ ]
mm3
min
……………………………………………….(2.14)
3) Meja (table)
Table adalah dudukan untuk menempatkan benda kerja. Table terpasang pada
column sehingga ketinggian table dapat disesuaikan dengan head. Table memiliki
alur T (T-slot) untuk menempatkan baut pengunci posisi ragum.
4) Head
Head adalah kepala mesin drilling yang terletak di bagian atas mesin. Head berisi
komponen penggerak spindle lengkap dengan dudukan motor penggerak. Head
menjadi tempat pada motor untuk mendistribusikan tenaga ke pulley, kemudian
pulley meneruskan ke poros spindle, sehingga spindle dapat memutarkan mata
potong.
Tabel 2.3 menampilkan karakteristik kerja Mesin Drilling yang ada di Labor
Teknologi Produksi Teknik Mesin UNRI.
Tabel 2.3 Tabel Data Material, Kecepatan Potong, Sudut Mata Bor HSS, Cairan
Pendingin Pada Mesin Drilling
Sumber : David, Fallah, 2022
2.7 Metode Pembuatan Komposit
Material komposit merupakan material nonlogam yang saat ini semakin banyak
digunakan. Hal ini cukup beralasan mengingat adanya kebutuhan material di samping
memprioritaskan sifat mekanik, juga dibutuhkan sifat lain yang lebih baik, misalnya
ringan, tahan korosi, dan ramah lingkungan. Selain itu, sifat teknologi merupakan
salah satu sifat yang harus dimiliki oleh material komposit tersebut. Dimana sifat
teknologi adalah kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Proses
pembuatan atau proses produksi dari komposit tersebut merupakan hal yang sangat
penting dalam menghasilkan material komposit. Terdapat beberapa metode yang bisa
digunakan digunakan untuk menghasilkan material komposit yang diinginkan.
1) Hand lay up
Hand lay up adalah metode pembuatan komposit paling sederhana. Aplikasi
metode ini dilakukan dengan cara menuangkan resin pada serat yang berbentuk
anyaman, rajuan, atau kain. Selanjutnya, resin ditekan dan diratakan dengan
menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang hingga
ketebalan yang diinginkan tercapai. Pada proses ini resin langsung berkontakan
dengan udara dan biasanya proses pencetakan dilakukan pada temperatur kamar
(Mawardi & Lubis, 2019). Proses hand lay up dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Berdasarkan perhitungan di atas, massa serat fiberlass 130 gr/m2, massa resin
epoxy dan massa hardener yang dibutuhkan dalam proses mencetak fuselage masing-
masing sebesar 208 gr, 138,67 gr dan 69,33.
Vf =f x n ( menit
mm
)
Vf =0,3 x 1.000=300 ( menit
mm
)
c. Kedalaman pemakanan
do−dm
a= ( mm )
2
22−10
a= ( mm )
2
a=6 ( mm )
d. Waktu pemesinan bubut rata (roughing)
L=( Jarak start pahat ) la + ( Panjang pembubutan rata ) l
L=2 mm+50 mm
L=52 mm
Panjang pembubutan rata ( L ) ( mm )
tm=
Kecepatan pemakanan ( Vf ) (
mm
menit )
52 mm
tm=
300 mm /menit
tm=0,17 mm
e. Waktu pemesinan bubut muka (facing)
L=( Jarak start pahat ) la + ( Jari− jari benda kerja ) r
L = 2 mm+5 mm
L=7 mm
Panjang pembubutan rata ( L ) ( mm )
tm=
Kecepatan pemakanan ( Vf ) (
mm
menit )
7 mm
tm=
300 mm /menit
tm=0,023 menit
f. Kecepatan penghasilan geram
3
mm
z=f x a x Vc
menit
mm3
z=0,3 x 6 x 70
menit
3
mm
z=126
menit
2) Dudukan motor diameter 19mm
a. Kecepatan putaran mesin
1.000 x Vc
n=
πxd
1.000 x 70
n= =1.013,3rpm ≈ 1.000 rpm
3,14 x 22
Jadi putaran yang digunakan adalah 1.000 rpm
b. Kecepatan pemakanan (F)
Vf =f x n( menit
mm
)
Vf =0,3 x 1.000 (
menit )
mm
Vf =300 (
menit )
mm
70 x 1.000
n= (rpm)
3,14 x 3
7.000
n= (rpm )
9,42
n=7.430 ( rpm )
b. Kedalaman makan (a)
d
a= ( mm )
2
3
a= ( mm )
2
a=1,5 ( mm )
c. Waktu pemakanan (tc)
tc = ¿ (min)
2 fn
5
tc= (min)
2 x 0,02 x 7.430
tc=0,016
d. Kecepatan pembentukan beram (Z)
( )
3
πd 2 fn cm
z=
4 1.000 min
( )
3
3,14 x 3 2 x 0,02 x 7.430 cm
z=
4 1.000 min
( )
3
cm
z=2,355 x 0,297
min
cm3
z=0,7 ( )
min
2) Dudukan motor diameter 19mm
a. Kecepatan putaran mesin (n)
Vc x 1.000
n= (rpm)
π xd
70 x 1.000
n= (rpm)
3,14 x 10
n=2.229(rpm)
b. Kedalaman makan (a)
d
a= (mm)
2
10
a= ( mm)
2
a=5(mm)
c. Waktu pemakanan (tc)
tc = ¿ (min)
2 fn
5
tc= ( min)
2 x 0,16 x 2.229
tc=0,007(min)
d. Kecepatan pembentukan beram (Z)
( )
3
πd 2 fn cm
z=
4 1.000 min
( )
3
3,14 x 10 2 x 0,16 x 2.229 cm
z=
4 1.000 min
( )
3
cm
z=7,85 x 0,71
min
z=5,57 (
min )
3
cm
2) Mesin Drilling
Mesin Drillng digunakan untuk melubangi dudukan motor.
3) Gerinda tangan
Gerinda tangan digunakan untuk pemotongan alumunium dan memotong mal.
4) Jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk proses pengukuran setiap Langkah pembuatan
dudukan motor.
5) Pompa vakum
Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan udara dalam plalstik pada saat
vakum.
6) Kompresor
Kompresor digunakan pada proses pengecatan.
8) Glue gun
Glue gun digunakan untuk menyatukan beberapa komponen sayap.
9) Kuas
Kuas digunakan untuk mengoleskan campuran resin dan hardener.
12) Hotwire
Hotwire digunakan untuk membuat sayap dan ekor VTOL Quadplane.
Gambar 3.13 Hotwire
3.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan Proyek Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1) Alumunium
Alumunium adalah bahan utama pembuatan dudukan motor.
4) Polyester
Polyester digunakan untuk melapisi pola fuselage yang tidak rata.
5) Amplas
Amplas digunakan untuk meratakan hasil pendempulan.
6) Cat Epoxy
Cat Epoxy digunakan pada proses finishing pengecatan.
Gambar 3.19 Cat Epoxy
7) Resin Epoxy
Resin Epoxy digunakan pada pembuatan fuselage mounting motor dan dudukan
motor.
8) Cat Clear
Cat clear digunakan pada proses finishing pengecatan.
9) Hardener resin
Hardener resin adalah campuran resin.
Gambar 3.22 Hardener Resin
13) Fibercarbon
Fibercarbon digunakan sebagai tulang pada pembuatan fuselage, mounting
motor, sayap, ekor dan dudukan motor.
15) Styrofoam
Styrofoam digunakan untuk membuat sayap dan ekor.
16) Triplek
Triplek digunakan untuk membuat mal sayap dan ekor.
5) Setelah kering, bagian sisi fuselage yang berlebih di potong agar proses
penyatuan kedua bagian fuselage dapat dilakukan dengan mudah. Gambar
3.34 berikut menampilkan proses pemotongan kelebihan sisi fuselage.
Gambar 3.34 Proses Pemotongan Sisi Fuselage
4) Seluruh bagian sayap disambung dan seluruh bagian tepi sayap ditempel
serta fiberglass 1 lapis seperti yang dilihat pada gambar 3.41 berikut.
6) Kemudian mylar dicat dengan warna dan motif sesuai dengan desain sayap
wahana. Pengecatan dilakukan sebanyak 3 lapis hingga mendapat hasil
pengecatan yang merata. Gambar 3.43 berikut menampilkan proses
pengecatan.
9) Kedua sisi mylar yang telah diberi serat fiberglass dan resin epoxy,
ditempelkan pada sisi atas dan bawah permukaan sayap seperti yang
terlihat pada Gambar 3.46.
6) Kemudain mylar dicat dengan warna dan motif sesuai dengan desain ekor
horizontal dan vertical wahan. Pengecekan dilakukan sebanyak 3 lapis
hingga mendapatkan hasil pengecatan yang merata. Gambar 3.54 berikut
menampilkan proses pengecatan.
Gambar 3.54 Proses Pengecatan Mylar
10) Agar serat membentuk alur airfoil, maka dilakukan proses vakum. Proses
vakum dilakukan selama 2 jam seperti pada Gambar 3.58.
11) Serat proses vakum selesai, komposit sayap dikeringkan dengan temperatur
lingkungan selema 1 hari. Selanjutnya plastik mylar dibuka secara perlahan
dan dilakukan finishing dengan membersihkan resin berlebih pada sisi-sis
ekor horizontal dan vertical. Gambar 3.59 menunjukkan hasil dari ekor
horizontal.
Gambar 3.59 Hasil Ekor Horizontal