GAGANG SAPU
Oleh:
18 641 033
SKRIPSI
OLEH :
WAHYU KURNIAWAN PAMUNGKAS
18 641 033
ii
2022
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun Oleh :
Menyutujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Koordinator Prodi. Teknik
Mesin Produksi Dan Perawatan
Skripsi ini adalah proyek akhir dalam merancang dan membuat mesin dowel penyerut
kayu dari persegi empat menjadi silinder. Pembuatan alat ini berfungsi untuk
mengefisienkan waktu dan tenaga agar mempermudah pengrajin kayu untuk menyerut
kayu menjadi silinder. Dalam merancang dan membuat mesin dowel ada beberapa
tahapan yang harus dipenuhi, tahapan itu meliputi perancangan gambar, perhitungan
diameter poros, perhitungan rantai, perhiungan bantalan, perhitungan pengelasan, dan
perhitungan kerangka. Tahapan- tahapan bisa diselesaikan dengan beberapa metode
pengambilan data, pertama metode literatur atau pengumpulan literatur-literatur yang
berhubungan dengan pembuatan mesin dowel, dan kedua metode interview untuk
mendapatkan informasi dari semua pihak yang dapat membantu dalam perancangan dan
pembuatan mesin dowel. Hasil perancangan dan pembuatan mesin dowel ini memiliki
spesifikasi kayu untuk diserut dengan diameter 20 mm dengan Panjang maksimal 150
cm. Menggunakan penggerak motor bensin, rangka yang digunakan menggunakan
material besi profil L yang bisa menahan semua beban denga aman, dan menghasilkan
sebuah material yang dapat digunakan menjadi gagang sapu, pagar kayu, dan beberapa
karya untuk pengrajin kayu lain-lainnya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan
baik, sehingga Proposal Skripsi yang berjudul “RANCANG BANGUN MESIN
DOWEL UNTUK PEMBUATAN GAGANG SAPU“ ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung memberikan dukungan dan bantuannya hingga terselesaikannya
Proposal skripsi ini. Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada:
v
8. Suwarto,ST.,MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan petunjuk dalam menyelesaikan Proposal skripsi ini.
9. Ibu tercinta atas semua doa, dukungan, materi dan kasih sayangnya selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Proposal skripsi ini dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
2.5.1 Poros................................................................................................................12
2.5.2 Sabuk...............................................................................................................14
vii
2.5.3 Puli..................................................................................................................18
2.5.4 Rantai..............................................................................................................19
2.5.5 Bantalan (Bearing)..........................................................................................24
2.5.6 Analisa Perhitungan Pengelasan.....................................................................25
2.5.7 Perhitungan Pengelasan..................................................................................30
BAB III METODE PERANCANGAN...........................................................................31
3.1 Tempat dan Waktu Perancangan..........................................................................31
viii
4.3.3 Beban Rantai...................................................................................................39
4.4 Perhitungan Bantalan............................................................................................40
BAB V PENUTUP..........................................................................................................46
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................46
5.2 Saran.....................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan perhitungan untuk menentukan komponen yang akan dipergunakan. Hasil
perancangan Mesin dowel ini memiliki spesifikasi Kayu untuk diserut 20 mm dengan
panjang maksimal 150 cm. Menggunakan penggerak motor bensin. Alat. Poros yang di
gunakan mengunakan bahan ST 30
Penelitian saat ini lebih memfokuskan pada merencanakan dan membuat suatu alat
mesin Dowel kayu berdiameter 20 mm dengan penambahan sistem penghalusan
permukaan gagang sapu. Pada umumnya metode penghalusan pada mesin dowel
dilakukan secara manual. Dari Permasalahan tersebut maka penulis memiliki sebuah
gagasan untuk membuat mesin dowel dengan sistem penghalusan otomatis berbasis
mesin motor bensin . Yang dimana penulis mengajukan Sebuah Judul yaitu
“RANCANG BANGUN MESIN DOWEL GAGANG SAPU”. Pembuatan alat ini
diusahakan sesederhana mungkin agar harganya dapat terjangkau oleh masyarakat
namun tetap dapat berfungsi dengan baik.
Bagaimana cara merancang bangun mesin dowel gagang sapu dengan sistem
penghalusan otomatis
2
6. Perhitungan kapasitas produksi yang dihasilkan
a. Bagi mahasiswa
a.
b. Bagi penulis
Sebagai pengembangan inovasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan
bagi masyarakat.
c. Bagi masyarakat
Untuk memenuhi kebutuhan memudahkan suatu pembuatan gagang sapu, dan
lain-lain.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan meninjau kembali literatur-literatur yang terkait dengan penelitian
ini, serta memberikan penjelasan mengenai konsep dan teori-teori yang digunakan
untuk merencanakan dalam pembuatan alat.
Pada bab ini di uraikan tentang tempat dan waktu perencanaan, jadwal perencanaan,
alat dan bahan yang digunakan, rencana anggaran biaya (RAB), perencanaan,
pembuatan dan pengoperasian alat, diagram alir (flow chart).
Pada bab ini berisi tentang data-data penelitian, analisa, dan pembahasan penelitian
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi tentang beberapa data-data refrensi yang digunakan dalam proses
penelitian dan tinjauan pustaka.
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam merupakan bahan mentah yang
mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu
memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-
pohon di hutan yang merupakan bagian dari pohon tersebut. Setelah diperhitungkan
bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan.
Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar
5
Gambar 2.2 Mesin Dowel Gagang Sapu
(Sumber gambar : www.Unikarta.com )
6
loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga api listrik tersebut membakar udara dan
bahan bakar yang telah dimampatkan dalam ruang bakar.
Gas bertekanan tinggi yang dimampatkan dalam ruang bakar kemudian berakspansi
melawan mekanisme mekanik mesin. Ekspansi ini diubah oleh mekanisme link putaran
crankshaft, yang merupakan output dari mesin tersebut. Crankshaft selanjutnya
dihubungkan kesistem transmisi oleh sebuah poros untuk mentransmisikan daya atau
energi putaran mekanis yang selanjutnya energi ini dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan.
7
2.4.2 Besi Profil L
Profil L atau besi siku memiliki bentuk yang siku memanjang dengan tipe 2 jenis
tipe, yaitu siku sama kaki dan siku tidak sama kaki. Besi siku ini biasanya dijual dalam
bentuk lonjoran sepanjang 6 meter. Profil ini tersedia dalam berbagai macam ukuran
dari lebar 3 hingga 15 cm. Besi siku cocok diaplikasikan dalam konstruksi teknik dan
penggunaannya seperti untuk pembuatan rangka mesin, konstruksi tangga, tower dan
membuat rak. Kelemahan dari besi bentuk ini adalah pada kekuatannya dalam menahan
beban yang besar karena rawan mengalami tekukan, sehingga kurang tepat untuk
menahan konstruksi dengan beban yang berat. Jenis besi siku yang ada di pasaran
biasanya profil L dengan kode JIS SS400 (ASTM A283). Berikut akan dijelaskan pada
Tabel 2.1. mengenai spesifikasi dari profil L.
Tabel 2.1 Spesifikasi ASTM A283 Steel, Grade D
2.5.1 Poros
Poros adalah elemen mesin yang digunakan sebagai alat mentransmisikan daya dari
satu tempat ke tempat lainnya.Poros juga merupakan suatu bagian stasioner yang
berputar.Poros biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti
roda gigi (gear), pulley, flywheel, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
8
(Sumber Solidwoks)
Poros biasanya menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban
puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang lainnya.
Berikut adalah sifat-sifat poros dan perhitungan poros :
9
Golongan Kadar C (%)
(Sularso, 1987)
b) Perhitungan Poros
1. Menentukan Daya Rencana (Pd)
Dimana :
Pd = fc.p (Kw)…………………………………………(1)
Keterangan :
Pd = Daya Rencana
P = Daya penggerak (Kw)
Fc = Faktor Koreksi
(Sumber : Sularso, 2004)
2. Diameter poros
Dimana : D s =¿)]1/3 (2)
Ds = Diameter Poros
m = Besarnya momen lentur (kg.mm)
t = Momen Rencana (kg)
Cb = Faktor koreksi puntiran
Ct = Faktor koreksi lenturan
(Sumber : Sularso, 2004)
2.5.2 Sabuk
Sabuk berfungsi untuk menghubungkan dua buah poros yang letaknya
berjauhan, dimana memungkinkan untuk menggunakan transmisi langsung seperti roda
gigi, salah satu persyaratan utama dari sabuk adalah koefisien gesek yang tinggi dimana
10
di tentukan oleh bahan sabuk (belt) dan bahan pully. Sabuk dibuat dari bahan kuat,
fleksibel, dan tahan lama.
Transmisi dengan elemen yang luwes dapat di golongkan atas, transmisi sabuk,
transmisi rantai, transmisi kabel, atau tali. Untuk trasnmisi sabuk yang biasa digunakan
berbentuk macam-macam, tergantung cara penggunaannya. Adapun macam-macam
sabuk adalah :
1. Sabuk V
2. Sabuk rata
3. Sabuk gigi
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penempang tapesium. Tenunan tetoran atau
semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar.
Biasanya untuk sabuk V dengan penampang melintang paling banyak digunakan karena
mudah penanganannya dan harganya murah. Dibanding dengan transmisi roda gigi atau
rantai, sabuk V bekerja halus dan tidak bersuara. Untuk mempertinggi daya yang
transmisikan, dapat di pakai beberapa sabuk V yang di pasang sebelah menyebelah.
(Sumber: Sularso)
11
Dimana :
V = Kecepatan sabuk-V (m/s)
dp = Diameter puly penggerak (mm)
n1 = Putaran motor penggerak (rpm)
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Elemen Mesin….. Hal 166)
π 1
L = 2C + ¿+ D P)+ (D P + d p
2 4C
Dimana :
C=b+ √b 2−8 ¿ ¿ ¿
b=2 L−3,14( D p+ d p)
Dimana ;
C = Jarak sumbu sebenarnya (mm)
D p = Diameter puly yang digerakkan (mm)
d p = Diameter puly penggerak (mm)
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Elemen Mesin….. Hal 17)
12
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Elemen Mesin….. Hal 170)
57( D p−d p )
θ = 1800 −
C
Dimana :
θ = Sudut kontak sabuk (o)
d p = Diameter Puly penggerak (mm)
D P = Diameter puly yang digerakkan (mm)
C=¿Jarak sumbu poros (mm)
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Elemen Mesin….. Hal 173)
Pd
N=
P0. Kθ
13
Dimana :
N = Jumlah sabuk
Pd = Daya rencana (kW)
P0 = Daya yang ditransmisikan dari satu sabuk (kW)
K θ=¿Faktor koreksi
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Elemen Mesin….. Hal 173)
2.5.3 Puli
Pulley merupakan tempat sabuk untuk pemindah daya. Jika pemindah daya
dengan perbandingan transmisi tidak terlalu besar bisa digunakan tanpa pulley
pemegang. Jika pemindah daya dengan perbandingan transmisi besar dan jarak poros
dekat, maka perlu pully pemegang.
Penampang A B C D E
Diameter minimal yang diizinkan 65 115 175 300 450
Diameter minimal yang
95 145 225 350 550
dianjurkan
b. Menentuka Diameter lingkaran jarak bagi pully (d P, D P), Diameter luar pulley (
d K , D K ), dan Diameter naf (d B, DB )
d P = d min ...................................................................................... (2.3)
D P = d P . I......................................................................................(2.4)
d k = d P + 2 . K...............................................................................(2.5)
D k = D P - 2 . K...............................................................................(2.6)
14
5
dB ≥ . d + 10.........................................................................(2.7)
3 s1
5
DB ≥ . d + 10.........................................................................(2.8)
3 s2
Dimana :
d min = Diameter minimum pulley yang diizinkan (mm)
d P, D P = Diameter lingkaran jarak bagi pully (mm)
i = Perbandingan putaran
Dimana :
n1 = Putaran pully pengerak (rpm)
n2 = Putaran pully yang digerakkan (rpm)
(sumber : sularso 1987 dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin...
hal 166)
2.5.4 Rantai
Rantai dibuat dari sejumlah mata rantai yang disambung bersama-sama dengan
sambunganengsel sehingga memberikan fleksibilitas untuk membelit lingkaran roda
(sprocket). Sprocketdi sini mempunyai gigi dengan bentuk khusus dan terpasang pas ke
15
dalam sambungan rantaiseperti ditunjukkan pada Gambar 2.24. Sprocket dan rantai
dipaksa untuk bergerak bersama-sama tanpa slip dan rasio kecepatan dijamin sempurna.
Rantai lebih banyak digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke
poros lain ketika jarak pusat antara poros adalah pendek seperti pada sepeda,
sepeda motor, mesin pertanian (tracktor), konveyor, rolling mills, dan lain-lain.
Rantai bisa juga digunakan untuk jarak pusat yang panjang hingga 8 meter. Rantai
digunakan untuk kecepatan hingga 25 m/s dan untuk daya sampai 110 kW. Dalam
beberapa kasus, transmisi daya yang lebih tinggi juga memungkinkan menggunakan
rantai.
1. Pitch of chain (kisar dari rantai) Itu adalah jarak antara pusat engsel pada rantai
sepertipada Gambar 2.3. Kisar biasa dinotasikan p.
16
( sumber gambar : Ade Putra Romadaon, 2016 )
2. Diameter lingkar kisar dari sprocket rantai Ini adalah diameter lingkaran dimana
pusatengsel dari rantai diletakkan, ketika rantai dibelitkan melingkar ke sebuah
sprocket seperti pada Gambar 2.36. Titik A, B, C dan D adalah pusat engsel dari
rantai danmembentuk lingkaran melalui pusat tersebut dinamakan lingkaran kisar
(pitch circle)dan diameternya dinamakan sebagai diameter lingkar kisar.
Jenis-jenis Rantai
Jenis rantai yang digunakan untuk mentransmisikan daya ada tiga tipe, yaitu :
17
Gambar 2.11 Bush Roller Chain
WB
Faktor keamanan (n) = (2.10)
W
Kekuatan patah rantai dapat diperoleh dari hubungan empiris sebagai berikut:
W B= 106 p2(dalam Newton) untuk rantai roll
W B= 106p (dalam Newton) per mm lebar untuk rantai sunyi (silent chain).
Dimana : p = pitch dalam mm.
Beban total (atau tarikan total) pada sisi penggerak rantai adalah jumlah gaya
penggerak tangensial ( F T ), tarikan sentrifugal dalam rantai ( F C) dan tarikan dalam
rantai akibat pengendoran ( F S).
Dasar Dasar Perhitungan Faktor Keamanan Rantai
a. Beban Rantai
Daya Motor
W= (2.11)
Kecepatan LInear Pitch( v)
b. Kecepatan Linear Pitch
π d 1 n1
v= (2.12)
60
c. Diameter Lingkar Pitch pada Pinion
180
d 1 = p cosec ⌊ ⌋ (2.13)
T1
18
d. Kecepatan rantai (V, m/s)
p.n.z
V= (m/s) (2.14)
60 x 1000
Keterangan:
n = putaran sprocket penggerak (rpm)
z = jumlah gigi sprocket penggerak
p = pitch (mm)
e. Beban yang ditimbulkan sprocket terhadap rantai:
102 x d
F= kg (2.15)
v
19
2.5.5 Bantalan (Bearing)
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat secara lurus, aman dan tahan lama. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka seluruh sistem akan menurun atau
tidak dapat bekerja secara seperti semsetinya.
Perhitungan Bantalan
Dimana:
d = Diameter dalam bantalan (mm)
Db = Jari-jari bantalan dalam (mm)
20
fa = Beban aksial yang dibawah bantalan (kg)
21
bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam yang
menggunakan energi panas.
Dalam pengertian lain, las adalah penyambungan dua buah logam sejenis
maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencairkan) logam tersebut di
bawah atau di atas titik leburnya, disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai
atau tidak disertai logam pengisi.Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan
diklasifikasikan menjadi tiga kelas utama yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan,
dan pematrian.
1. Pengelasan cair adalah metode pengelasan dimana bagian yang akan
disambung dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
ataupun busur gas.
2. Pengelasan tekan adalah metode pangalasan dimana bagian yang akan
disambung dipanaskan sampai lumer (tidak sampai mencair), kemudian
ditekan hingga menjadi satu tanpa bahan tambahan.
3. Pematrian adalah cara pengelasan dimana bagian yang akan disambung diikat
dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair
yang rendah.
Klasifikasi las berdasarkan sambungan dan bentuk alurnya antara lain:
1. Sambungan Las Dasar
Sambungan las pada konstruksi baja pada dasarnya dibagi menjadi
sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang.
Sebagai perkembangan sambungan dasar di atas terjadi sambungan silang,
sambungan dengan penguat dan sambungan sisi yang ditunjukan pada gambar
2.17 dibawah ini:
22
Gambar 2.12 Jenis-jenis Sambungan Dasar
23
Gambar 2.13 Macam-macam Sambungan T.
24
dilakukan pada ujung plat tanpa ada alur. Sambungan las ujung hasilnya
kurang memuaskan, kecuiali jika dilakukan pada posisi datar dengan aliran
listrik yang tinggi. Oleh karena itu, maka pengelasan jenis ini hanya
dipakai untuk pengelasan tambahan atau pengelasan sementara pada
pengelasan plat-plat yang tebal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan las, oleh karena itu
penyambungan dalam proses pengelasan harus memenuhi beberapa syarat, antara
lain:
25
a) Benda yang dilas tersebut harus dapat cair atau lebur oleh panas
b) Bahwa antara benda-benda padat yang disambungkan tersebut terdapat
kesesuain sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau meninggalkan
sambungan tersebut.
c) Cara-cara penyambungan harus sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan
dari penyambungannya.
Dimana:
s = lebar lasan (mm)
(Sumber : (Khurmi & Gupta, 2005) A Text Book of machine Design Eurasia,
Hal :349)
b. Menentukan luas penampang (A)
A=t.ℓ (2.26)
Dimana:
t = Tebal las (mm)
ℓ = Panjang benda yang dilas (mm)
(Sumber : R.S khurmi & J.K Gupta, 2005, A Text of machine Design, Hal : 349)
P=ơ.A (2.27)
Dimana:
Ơ = Tegangan Tarik bahan kawat las
A = Luas penampang (mm)
(Sumber : R.S khurmi & J.K Gupta, 2005, A Text of machine Design, Hal : 349)
26
BAB III
METODE PERANCANGAN
III.1 Tempat dan Waktu Perancangan
Bulan/Minggu
NO KEGIATAN
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 Observasi
2 Pengajuan judul
3 Penyusunan Skripsi
4 Seminar Skripsi
5 Perencanaan Alat
6 Pembuatan Alat
7 Perakitan
8 Pengujian
9 Pembuatan Laporan
27
III.2 Alat dan Bahan yang Digunakan
Tabel 3.2 Alat dan Bahan
No Alat Bahan
1 Mesin Las Listrik kayu
2 Mesin Bor Motor Bensin
3 Mesin Gerinda Besi profil L
4 Meteran Poros
5 Kunci Pas Ring Pisau
6 Mesin Bubut bearing
7 Topeng Las Emergency Stop
8 Sarung Tangan Las Roda Trolly
9 Kaca Mata Safety Plat besi
10 Palu Rantai
11 Elektroda Sprocket
12 Mistar Baja
III.3 Teknik pengambilan Data
Dalam penyusunan proposal skripsi ini metode-metode pengumpulan data yang
diperlukan antara lain.
1. Metode Literatur
Melakukan pengumpulan literature-literatur yang berhubungan dengan
pembuatan proposal skripsi.
2. Metode Interview
Melakukan Interview pada semua pihak yang dapat membantu penyususan
proposal skripsi.
III.4 Perancangan, Pembuatan, dan Pengoprasian Alat
Dalam perancangan, pembuatan dan Pengoprasian mesin Dowel ini ada beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut :
28
a. Pembuatan sketsa gambar kerja mesin Dowel
b. Menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam
pembuatan mesin Dowel
3.4.2 Tahap Pembuatan
Pada tahap ini terdapat beberapa tahapan yaitu :
a. Melakukan pembuatan rangka pada mesin dowel
b. Melakukan perakitan poros, bantalan,roda gigi pada mesin dowel
c. Melakukan pemasangan poros, bantalan,roda gigi pada mesin dowel
d. Melakukan pengujian mesin dowel
e. Tahap terakir finising mengecat alat
3.4.3 Tahap Pengoprasian Alat
Berikut merupakan tahapan proses pengoprasian cara kerja alat mesin
dowel sebagai berikut :
a. Tahap pertama dalam pengoperasian alat ini ialah mencampur bahan bakar
seperti bensin dan oli
b. Langkah selanjutnya menyalakan mesin bensin
c. Setelah mesin dinyalakan, kemudian dinaikan RPM mesin sehingga
mencapai putaran yang di inginkan
d. Setelah itu dorong kayu menuju input kayu
e. Kemudian Tarik kayu yang sudah menjadi bulat 20 mm
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
P = 6.5 HP x 0.746 Kw /1 HP
30
= 4.847 Kw
= 4.847 x 1
= 4.847 Kw
Jadi daya mesin yang dibutuhkan adalah 4,847 Kw sehingga motor bensin yang
bisa digunakan adalah motor bensin 6,5 HP.
Pd
Torsi (T) = 9.74 x 105 x
n
4.847
= 974000 x
3600
= 1314,9 Kg/mm (Torsi Pada Mesin)
Pd
Torsi (T) = 9.74 x 105 x
n
4.847
= 974000 x
90
31
Ta = Tb / Sf1×Sf2
= 48 / 6 ×1,3
= 6,15 Kg/mm2
Ds = [5.1/Ta x Kt x Cb x T ]1/3
5
= x ds+10
3
5
= x 14 +10
3
Jadi nilai yang mendekati adalah diameter 14 mm, sedangkan diameter poros yang
digunakan adalah 31 mm, maka poros aman untuk digunakan motor bensin.
Ds = [5.1/Ta x Kt x Cb x T ]1/3
5
= x ds+10
3
5
= x 19+10
3
32
Jadi nilai yang mendekati adalah diameter 19 mm, sedangkan diameter poros yang
digunakan adalah 19 mm, maka poros aman untuk digunakan pada Reducer.
33
3.14 1
L=2 x 740+ + ( 76,2+76,2 )− ( 76,2−76,2 ) 2
2 4 x 740
= 1480 + 1.57 x 152,4 + 0
= 1.719,26 mm 1727 mm (A.68)
Jadi hasil panjang sabuk yang didapat adalah 1.719 sehingga yang
mendekati dengan hasil tersebut adalah tipe sabuk A.68 dengan panjang 1.727
mm sesuai pemilihan nomor sabuk.
34
4.2.4 Jarak Sumbu Poros Yang Sebenarnya
Dihitung berdasarkan Jarak sumbu poros dari motor ke dowel yang sebenarnya
adalah sebagai berikut :
h = 2975,46 mm
h = 2.975,46 mm
C=b+ √b 2−8 . ¿ ¿ ¿
C = 2.975+ √ 2.9752−8 . ¿ ¿ ¿
C = 743,73 mm
180
dp 1 = 15,87 / sin ⌊ ⌋
15
dp 1 = 76,354 mm
180
dp2 = p / sin ⌊ ⌋
Z2
180
dp 1 = 15 / sin ⌊ ⌋
15
dp 1 = 76,354 mm
35
4.3.2 Kecepatan Linear Pitch
p . z 1. n 2
v=
60 x 1000
15,875 x 15 x 90
v1 =
60 x 1000
v = 0,357 m/s
102 x 4,84
F= = 1382 kg
0,357
36
Fr = T/Db
= 1314,9/16
= 82,18149
P = 0,56 × 1 × 82,18149
P = 46,02 kg
Fn = ( 33,3/3600 )1 /3
Fn = 0,209
Fh = Fn × C / P
Fh = 9,491
Lh = 500 × 9,4913
Lh = 427470,27 jam
37
Maka didapatkan umur bantalan dowel dimana pemakaian mesin 4 jam x 30 hari
= 120 jam/bulan. Sehingga 427470,27 : 120 = 3562,25 hari atau sama dengan 9
tahun 7 bulan.
= 5245¿ 10
= 524,5
P = 0,56 × 1 × 524,5
P = 293,7 kg
Fn = ( 33,3/90 )1 /3
Fn = 0,717
38
Fh = 2,441
Lh = 500 × 2,4413
Lh = 7272,32 jam
Maka didapatkan umur bantalan (Ass Roll) dimana pemakaian mesin 4 jam x 30
hari = 120 jam/bulan. Sehingga 7272,32 : 120 = 60,602 bulan atau sama dengan 5
tahun 1 bulan.
4.5. Perhitungan pengelasan
Sambungan las yang digunakan yaitu jenis sabungan las ujung dengan
ujung segi empat. Perhitungan pengelasan pada rangka ini ditinjau dari
sambungan antara rangka utama dengan dengan rangka penguat, karena pada
bagian ini mendapat tegangan yan paling kritis. Penghitungan las pada sambungan
ini, beban yang diterima rangka adalah 26 kg didapat dari asumsi beban
komponen - komponen.
Tebal las 2 mm
39
Berdasarkan perhitungan dari persamaan (2.5.3)
BD =t/√2
= 2 / √2
= 1,41
lbersih = 8796,4
A = BD ×lbersih
= 1,41 ×8796,4
= 12402,92 mm2
= 42 ×12402,92
= 520922,8 kg/mm2
τg = F / √ 2× 2×lbersih
= 520922,8 / √ 2× 2× 8796,4
= 20,938 N/mm2
40
= 20,938 N/mm2 ×0,10197
= 2,135 kg/mm
Jadi, tegangan geser yang terjadi pada las yaitu 20,937 N/mm2. Dari tergangan
geser yang diijinkan untuk bahan jenis besi hollow yang memiliki 185 N/mm2,
dengan angka keamanan (sf) untuk beban kajut yaitu 5.
41
4.6. Perhitungan Yang dihasilkan
S : 72 gagang sapu 150cm
T : 60 menit
Rumus kecepatan
V : S/T
1000 x Cs
3600=
3,14 x 20 mm
Keterangan :
d : Diameter ( mm)
: 20 mm = 0,02 Meter
42
BAB V
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan pembuatan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat ini dirancang dan dibuat untuk masyarakat yang dimana akan
membantu proses pembuatan gagang sapu yang di buat secara manual,
dengan adanya mesin ini masyarakat bisa membuat gagang sapu dengan
cara massal/banyak.
2. Produk yang dihasilkan dari mesin dowel gagang sapu ini memiliki
ukuran yang beragam dengan ukuran maksimal 150cm dengan diameter
20mm dan memiliki ukuran silinder sama panjang sehingga menghasilkan
kualitas yang baik.
3. Adapun alat ini dirancang dengan mudah dan sesedarhana mungkin agar
masyarakat atau Industri Kecil Menengah (UKM) dapat mengoperasikan
dengan mudah dan benar sesuai langkah – langkah pengerjaan.
4. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Daya Motor Alat : 6,5 HP (4847 Watt)
b. Putaran Motor Alat (n₁) : 3600 rpm
c. Bahan poros : S30-C
d. Besar poros : panjang 76,2mm , diameter 20mm
43
6.2. Saran
1. Dalam pembuatan alat hendaknya diusahakan desain yang tidak terlalu
rumit agar mudah dalam pembuatannya.
2. Dalam pembuatan mesin hendaknya komponen yang akan digunakan
mudah di cari.
3. Dalam pengoprasiannya hendaknya memperhatikan terlebih dahulu
kondisi komponen – komponen pada mesin dowel gagang sapu
4. Perhatikan cara pengoprasiannya dan pemeliharanya agar memperpnjang
umur mesin.
5. Sekiranya alat dowel gagang sapu ini dapat di tambahkan sistem
pengamplasan agar gagang sapu yang di buat bias lebih halus lagi
44
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/47730081/ELEMEN-MESIN-RANTAI, 28
Februari 2021
Daryanto ,1984. Dasar dasar teknik mesin. Bina aksara, Teknologi Pengelasan
Logam. Jakarta: Pradnya Paramitha.
Sularso, & Suga, K. (2002). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta: Pradya Paramitha.
Stolk, J. dan C. Kross., 1981 Elemen Mesin : Elemen kontruksi dan bangunan
mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.