Anda di halaman 1dari 167

TUGAS MATA KULIAH

PENULISAN KARYA ILMIAH

Disusun Oleh :
Nama : Septian Wijaya
No / Kelas : 16 / MS - 4A
NIM : 4.21.19.0.21

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2022 / 2023
SKRIPSI

RANCANG BANGUN MESIN GERINDA TUNGSTEN CARBIDE


TIPPED CIRCULAR SAW DALAM UPAYA MENGURANGI
WAKTU PROSES PENGGERINDAAN DAN BIAYA
MAINTENANCE DI UPT INDUSTRI KAYU
DAN PRODUK KAYU PASURUAN

Disusun oleh:
DANANG BAGUS DAMAYANTO
( 4.21.18.1.09 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN
PERAWATAN JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2022
RANCANG BANGUN MESIN GERINDA TUNGSTEN CARBIDE
TIPPED CIRCULAR SAW DALAM UPAYA MENGURANGI
WAKTU PROSES PENGGERINDAAN DAN BIAYA
MAINTENANCE DI UPT INDUSTRI KAYU
DAN PRODUK KAYU PASURUAN

DESIGN AND CONSTRUCTION OF TUNGSTEN CARBIDE TIPPED CIRCULAR SAW MACHINE IN


AN EFFORT TO REDUCE THE GRINDING PROCESS TIME AND MAINTENANCE COSTS AT UPT
INDUSTRY OF WOOD AND WOOD PRODUCTS PASURUAN

RANCANG BANGUN MESIN TUNGSTEN CARBIDE TIPPED CIRCULAR SAW DALAM UPAYA
MENGURANGI WAKTU PROSES GRINDING DAN BIAYA PERAWATAN DI UPT INDUSTRI KAYU
DAN HASIL KAYU PASURUAN

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi


Sarjana Terapan

Disusun oleh:
DANANG BAGUS DAMAYANTO
( 4.21.18.1.09 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN

i
PERAWATAN JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Rancang


Bangun Mesin Gerinda Tungsten Carbide Tipped Circular Saw Dalam Upaya
Mengurangi Waktu Proses Penggerindaan dan Biaya Maintenance di UPT
Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan” yang dibuat untuk melengkapi
sebagian persyaratan menjadi Sarjana Terapan pada Program Studi Sarjana
Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Semarang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar S.Tr/ Sarjana Terapan di lingkungan Politeknik Negeri
Semarang maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang
bersumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Semarang, 22 Agustus 2022

Danang Bagus Damayanto


NIM 4.21.18.1.09

ii
i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Mesin Gerinda Tungsten Carbide Tipped
Circular Saw Dalam Upaya Mengurangi Waktu Proses Penggerindaan dan Biaya
Maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan” dibuat untuk
melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Terapan Teknik Mesin
Produksi dan Perawatan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang dan
disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian skripsi.

Semarang, 22 Agustus 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Aryo Satito, S.T., M.Eng. Wahyu Isti Nugroho, S.Pd., M.T.


NIP. 19590408.198903.1.002 NIP. 19890914.201903.1.013

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Dr. Ampala Khoryanton, S.T.,M.T.


NIP. 19661228.199003.1.001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Mesin Gerinda Tungsten Carbide Tipped
Circular Saw Dalam Upaya Mengurangi Waktu Proses Penggerindaan dan Biaya
Maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan” telah
dipertahankan dalam ujian skripsi dan diterima sebagai syarat untuk menjadi
Sarjana Terapan pada Program Studi Teknik Mesin Produksi dan Perawatan,
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang pada tanggal 22 Agustus 2022.

Tim Penguji
Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Dr. Drs. Anwar Sukito Ardjo, M.Kom. Sri Harmanto, S.T., M.T. Ir. Riles Melvy Wattimena, M.T.
NIP.19580423.198703.1.002 NIP.19620418.198903.1.001 NIP.19670903.199403.1.001

Ketua, Sekretaris,

Aryo Satito, S.T., M.Eng.


Wahyu Isti Nugroho, S.Pd., M.T.
NIP. 19590408.198903.1.002 NIP. 19890914.201903.1.013

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T.


NIP. 19700505.199903.1.002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas ridho dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Mesin Gerinda
Tungsten Carbide Tipped Circular Saw Dalam Upaya Mengurangi Waktu Proses
Penggerindaan dan Biaya Maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu
Pasuruan”. Selama penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan rasa hormat
dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Pihak-pihak yang terkait tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Bapak Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang.
2. Bapak Dr. Ampala Khoryanton, S.T.,M.T. selaku Kaprodi Sarjana Terapan
Teknik Mesin Produksi dan Perawatan.
3. Bapak Aryo Satito, S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Wahyu Isti Nugroho, S.Pd., M.T. selaku Dosen Pembimbing II.
5. UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan sebagai tempat penelitian
skripsi.
6. Bapak Reza Alif Arfiansyah S.Tr.T selaku Pembimbing Lapangan di UPT
Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.
7. Kedua orang tua dan keluarga saya yang telah mendukung dan mendoakan
yang terbaik.
8. Teman-teman satu angkatan 2018 untuk dukungan dan semangatnya.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekuranngan dalam penyusunan skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan semoga dapat bermanfaat bagi Industri, Pihak Akademik, serta
semua pihak maupun pembaca.
Semarang, 22 Agustus 2022

Danang Bagus Damayanto


NIM 4.21.18.1.09

v
ABSTRAK

Proses pemotongan kayu menggunakan mesin Table Saw dan Radial Arm Saw
memerlukan mata potong yaitu TCT circular saw. Seringnya penggunaan mesin
tersebut membuat TCT circular saw memerlukan proses penggerindaan mata
potong. Karena tidak adanya mesin gerinda TCT circular saw mengakibatkan
proses penggerindaan harus dilakukan di bengkel penjasaan. Metode penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Root Cause Analysis (RCA).
Solusi yang diberikan adalah dengan merancang bangun mesin gerinda TCT
circular saw untuk mengurangi waktu dan biaya penggerindaan yang diakibatkan
oleh proses penggerindaan di bengkel penjasaan. Hasil rancang bangun berupa
mesin gerinda TCT circular saw dengan penggerak pegas torsi helik dan kapasitas
kerja penggerindaan circular saw ø8 sampai ø12 inch dengan waktu
penggerindaan 821,8 detik. Berdasarkan hasil percobaan waktu penggerindaan
dan perhitungan biaya penggerindaan, dilakukan perbandingan dengan proses
penggerindaan yang dilakukan di bengkel penjasaan. Terjadi penurunan waktu
penggerindaan sebesar 191,5 detik atau 18,9% dan penurunan biaya
penggerindaan untuk satu TCT circular saw sebesar Rp.17.975,37/proses atau
Rp.395.458,14/bulan.

Kata kunci : Mesin Gerinda, TCT Circular Saw, Pegas Torsi Helik, Waktu, Biaya

vi
ABSTRACT

The process of cutting wood using Table Saw and Radial Arm Saw machines
requires cutting blades, namely TCT circular saws. The frequent use of these
machines makes the TCT circular saw require a cutting blade grinding process.
Because there is no TCT circular saw grinding machine, the grinding process
must be carried out in a service workshop. The research method used in this study
is the Root Cause Analysis (RCA) method. The solution given is to design a TCT
circular saw grinding machine to reduce grinding time and costs caused by the
grinding process in service workshops. The design results are in the form of a
circular saw TCT grinding machine with a helical torsion spring drive and a
circular saw grinding working capacity of ø8 to ø12 inches with a grinding time
of 821.8 seconds. Based on the results of the grinding time experiment and
grinding cost calculation, a comparison was made with the grinding process
carried out in service workshops. There was a decrease in grinding time by 191,5
seconds or 18,9% and a decrease in grinding costs for one TCT circular saw by
Rp. 17,975,37/process or Rp. 395,458,14/month.
Keyword : Grinding Machine, TCT Circular Saw, Helical Torsion Spring, Time,
Cost

vii
DAFTAR ISI

halaman
COVER
SKRIPSI i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR LAMBANG xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan 3
1.5. Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Roadmap Penelitian 4
2.2. Tungsten Carbide Tipped (TCT) Circular Saw 7
2.2.1. Spesifikasi TCT Circular Saw 7
2.2.2. Tungsten Carbide 8
2.3. Diamond Grinding Wheel 9
2.4. Penggerindaan 10
2.4.1. Parameter Penggerindaan 11
2.4.2. Perhitungan Penggerindaan 11
2.5. Helical Torsion Spring 14
2.5.1. Stainless Steel Wire 15
2.5.2. Perhitungan Pegas Torsi Helik 15

2.6. Linear Ball Bearing 18


viii
2.7. Pengelasan SMAW 19
2.8. American Standard Testing and Material A36 (ASTM A36) 19
2.9. Baut 20
2.9.1. Material Baut 20
2.9.2. Perhitungan Baut 21
2.10.Vibrasi (Getaran) 23
2.10.1. Proses Balancing 23
2.10.1.1. Perhitungan Proses Balancing 25
2.10.2. Material Peredam Getaran 26
2.10.3. Perhitungan Getaran 27
2.11.Motor Listrik 30
2.12.Perawatan (Maintenance) 30
2.12.1. Jenis Perawatan Alat 30
2.12.1.1. Perawatan reaktif (kerusakan) 31
2.10.1.2. Perawatan preventif 31
2.10.1.3. Perawatan prediktif 32
2.13.Analisis Statistik Metode Paired Sample T-Test 33
2.14.Analisis Ekonomi 33
2.14.1. Break Even Point 33
2.14.2. Perhitungan Break Even Point 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
3.1. Tempat Penelitian 35
3.2. Metode Penelitian 35
3.2.1. Identifikasi masalah (Identify the Problem) 36
3.2.1.1. Studi Lapangan 36
3.2.1.2. Wawancara 36
3.2.2. Menentukan Masalah (Define the Problem) 36
3.2.3. Pemahaman Masalah (Understand the Problem) 36
3.2.4. Identifikasi Akar Masalah (Identify the Root Cause) 37
3.2.5. Tindakan Korektif (Corrective Action) 39
3.2.5.1. Studi Pustaka 39
3.2.5.2. Perancangan 39
3.2.6. Pemantauan Sistem (monitoring System) 59

3.2.6.1. Pengujian 59
3.2.6.2. Evaluasi 60
ix
3.2.6.3. Analisis dan Laporan 61
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 62
4.1. Proses Penggerindaan TCT Circular Saw Sebelum Improvement 62
4.2. Aliran Proses Penggunaan Mesin Gerinda TCT Circular Saw 63
4.2.1. Proses Setting Gerakan TCT Circular Saw 63
4.2.2. Proses Setting Sudut Dudukan TCT Circular Saw 64
4.2.3. Proses Setting Posisi Diamond Grinding Wheel 65
4.2.4. Proses Penggerindaan TCT Circular Saw 65
4.2.5. Waktu Keseluruhan Proses Mesin Gerinda TCT Circular Saw 66
4.3. Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Improvement 67
4.4. Data Analisis Ekonomi 68
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 70
5.1. Analisis Data Waktu Penggerindaan TCT Circular Saw 70
5.1.1. Pengujian Waktu Penggerindaan TCT Circular Saw 70
5.1.2. Penurunan Waktu Penggerindaan TCT Circular Saw 73
5.2. Analisis Ekonomi Mesin Gerinda TCT Circular Saw 74
5.2.1. Break Even Point (BEP) 77
5.2.2.Waktu Pengembalian Modal 78
5.2.3.Penurunan Biaya Penggerindaan TCT Circular Saw 78
5.2.4.Hasil dan Spesifikasi 80
BAB VI PENUTUP 81
6.1. Kesimpulan 81
6.2. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85

x
DAFTAR GAMBAR

halaman
Gambar 1. 1 Mata Potong TCT Circular Saw 2
Gambar 2. 1 Roadmap Penelitian 6
Gambar 2. 2 Spesifikasi TCT Circular Saw 8
Gambar 2. 3 Type 4ET9 10
Gambar 2. 4 Diagram Alir Perhitungan Penggerindaan 12
Gambar 2. 5 Skema Penggerindaan TCT Circular Saw 13
Gambar 2. 6 Contoh Pegas Torsi Helik Dengan Berbagai Perlakuan 14
Gambar 2. 7 Pegas Torsi Helik 15
Gambar 2. 8 Diagram Alir Perhitungan Pegas Torsi Helik 16
Gambar 2. 9 Skema Pegas Torsi Helik Mesin Gerinda TCT Circular Saw 16
Gambar 2. 10 Linear Ball Bearing 18
Gambar 2. 11 Diagram Alir Perhitungan Baut 21
Gambar 2. 12 Skema Baut Mesin Gerinda TCT Circular Saw 22
Gambar 2. 13 Ketidakseimbangan massa rotor 24
Gambar 2. 14 Efek Ketidakseimbangan 24
Gambar 2. 15 Diagram Alir Perhitungan Ketidakseimbangan 26
Gambar 2. 16 Diagram Alir Perhitungan Getaran 27
Gambar 2. 17 Penampang Persegi Panjang 28
Gambar 2. 18 Diagram Benda Bebas dan Analisis Model 28
Gambar 2. 19 Skema Vibrasi Mesin Gerinda TCT Circular Saw 28
Gambar 2. 20 Motor Listrik 30
Gambar 3. 1 Root Cause Analysis 35
Gambar 3. 2 Fishbone Diagram 37
Gambar 3. 3 Diagram Alir Perancangan Model Shigley’s 40
Gambar 3. 4 Alternatif Desain I Mesin Gerinda TCT Circular Saw 42
Gambar 3. 5 Alternatif Desain II Mesin Gerinda TCT Circular Saw 43
Gambar 4. 1 Aliran Proses Penggerindaan Mesin Gerinda TCT Circular Saw 63
Gambar 5. 1 Grafik Perbandingan Waktu Penggerindaan 70
Gambar 5. 2 Histogram Penurunan Waktu Penggerindaan 73
Gambar 5. 3 Hasil Mesin Gerinda TCT Circular Saw 80

xi
DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 2. 1 Pengaruh komposisi WC dan Co 9
Tabel 2. 2 Spesifikasi stainless-steel wire untuk pegas 15
Tabel 2. 3 Mechanical Properties Baja ASTM A36 19
Tabel 2. 4 Baja Karbon untuk konstruksi mesin menurut JIS 20
Tabel 2. 5 Tingkat Kualitas Keseimbangan Rotor 24
Tabel 2. 6 Sifat dinamis material dalam kondisi standar 27
Tabel 3. 1 Kelebihan dan Kekurangan Tiap Alternatif Desain 43
Tabel 3. 2 Matriks Penyaringan Alternatif Desain 44
Tabel 3. 3 Penilaian Alternatif Desain 45
Tabel 4. 1 Pengujian waktu penggerindaan sebelum improvement 62
Tabel 4. 2 Pengujian Waktu Setting Gerakan TCT Circular Saw 64
Tabel 4. 3 Pengujian Waktu Setting Sudut Dudukan TCT Circular Saw 64
Tabel 4. 4 Pengujian Waktu Setting Posisi Diamond Grinding Wheel 65
Tabel 4. 5 Pengujian Waktu Penggerindaan Mesin Gerinda TCT Circular Saw 66
Tabel 4. 6 Waktu Keseluruhan Proses Mesin Gerinda TCT Circular Saw 66
Tabel 4. 7 Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Improvement 67
Tabel 4. 8 Daftar Komponen dan Material Mesin Gerinda TCT Circular Saw 68
Tabel 4. 9 Data Tambahan di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan 69
Tabel 5. 1 Uji Normalitas Data 71
Tabel 5. 2 Output 1 Paired Sample T-Test 72
Tabel 5. 3 Output 2 Paired Sample T-Test 72
Tabel 5. 4 Output 3 Paired Sample T-Test 72
Tabel 5. 5 Biaya Pembuatan Mesin Gerinda TCT Circular Saw 74

xii
DAFTAR LAMPIRAN

halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Industri 86
Lampiran 2. Dokumentasi Sidang Skripsi 87
Lampiran 3. Dokumentasi Pengerjaan dan Pengujian Mesin 88
Lampiran 4. Katalog circular saw 90
Lampiran 5. Katalog diamond grinding wheel 91
Lampiran 6. Linear bearing and shaft spesification 92
Lampiran 7. NBR (Nitrile Butadiene Rubber) Anti-Vibration Pad 93
Lampiran 8. Energi Spesifik penggerindaan Tungsten Carbide 94
Lampiran 9. Spesifikasi Stainless Steel Wire 95
Lampiran 10. Spesifikasi ASTM A36 96
Lampiran 11. Spesifikasi S30C 97
Lampiran 12 Tingkat Kualitas Keseimbangan Rotor 98
Lampiran 13. Gambar Kerja Mesin Gerinda TCT Circular Saw 100

xiii
DAFTAR LAMBANG

𝑎1, 𝑎2 = Panjang lengan pegas [mm]


𝑏 = Lebar penampang persegi panjang [mm]
𝐵𝐸𝑃 (𝑋) = Break even point [unit atau proses]
𝐵𝐸𝑃 (𝑝. 𝑋) = Break even point [Rp]
𝑐 = Cost [Rp/Unit]
C = Indeks pegas
𝐶 = koefisien redaman aktual [N.s/mm]
𝐶𝑐𝑟 = koefisien redaman kritis [N.s/mm]
d = Diameter kawat [mm]
𝑑 = diameter baut [mm]
D = Diameter grinding wheel [mm]
D = Diameter lilitan / pegas [mm]
doc = kedalaman penggerindaan [mm]
𝐸 = Modulus elastisitas material [N/mm2]
𝐸𝑡 = Eksentrisitas massa [μ]
𝑓𝑠 = faktor keamanan
Fc = Gaya penggerindaan [N]
𝐹𝐶 = Fixed Cost [Rp]
𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = gaya yang bekerja pada baut [N]
𝑔 = percepatan gravitasi [9,81 m/s2]
𝐺 = Tingkat kualitas keseimbangan [mm/s]
ℎ = Kedalaman penampang persegi panjang [mm]
𝐼 = Momen inersia penampang persegi panjang [mm4]
𝐼 = Momen Inersia [mm4]
𝑘 = Koefisien Kekakuan [N/mm]
K = Faktor Wahl
𝐾𝑎 = Konstanta pegas [N/mm]
𝐿 = panjang penampang [mm]
𝑚 = Total massa motor [kg]

xiv
𝑚 = massa [kg]
𝑀 = massa rotor [kg]
M = Momen lentur [Nm atau Nmm]
𝑀𝑇𝑇𝐹 = Mean Time To Failure [cycle]
𝑛 = jumlah baut
𝑁 = kecepatan putaran mesin [rpm]
N = Jumlah lilitan
𝑝 = Price [Rp/Unit]
𝑆𝑠𝑦 = yield strength pada baut [N/mm²]
𝑆𝑦𝑡 = tensile strength pada baut [N/mm²]
T = Torsi penggerindaan [Nm atau Nmm]
u = energi spesifik material benda kerja [J/mm3]
𝑈 = ketidakseimbangan [kg.m]
v = laju pemakanan [mm/min]
w = lebar penggerindaan [mm]
𝑋 = Volume produksi [unit]
𝜃 = Siklus pegas [cycle]
𝛽 = Tingkat kegagalan
Γ = Fungsi Gamma
𝜉 = Rasio Redaman
𝜏 = tegangan maksimal pada baut [N/mm²]
𝜔 = kecepatan rotasi [rad/min]
𝜔 = Natural frequency [rad/s]
𝜔 = Forced frequency [rad/s]
̅

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


UPT Pelayanan Teknis Kayu berdiri pada tahun 1985 di Desa Bukir, Kecamatan
Gadingrejo, Kota Pasuruan melalui bantuan peralatan dan mesin-mesin dari Bank
Dunia, didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas produk industri kecil kayu khususnya di Kota Pasuruan
dan umumnya di Jawa Timur melalui alih teknologi dan pelayanan kepada
industri kecil kayu. Seiring dengan perkembangannya, di era Otonomi Daerah
Tahun 2000 pengelolaan UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan
diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sejak tahun 2008
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur 133 Tahun 2008 nomenklaturnya
menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.

UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan merupakan instansi pemerintah
yang bergerak dibidang pelayanan masyarakat industri kayu di Kota Pasuruan.
UPT Industri Kayu dan Produk Kayu melakukan pendampingan teknis industri
kayu dan produk kayu, alih teknologi, penyediaan fasilitas sarana usaha industri,
ketatausahaan dan pelayanan masyarakat. UPT memiliki beberapa mesin yang
digunakan untuk proses pelayanannya, salah satunya adalah 2 mesin Radial Arm
Saw dan 2 mesin Table Saw. Kedua jenis mesin tersebut merupakan mesin yang
menggunakan Tungsten Carbide Tipped (TCT) circular saw sebagai mata
potongnya.

Tungsten Carbide Tipped (TCT) circular saw merupakan alat potong yang sering
digunakan dalam proses pemotongan kayu sehingga memerlukan perawatan yang
baik dan teratur. Perawatan yang dilakukan adalah penggerindaaan mata potong
pada TCT circular saw agar dapat menghasilkan hasil pemotongan kayu yang
baik. Namun karena tidak adanya mesin penggerinda TCT circular saw yang
memadai, membuat penggerindaan TCT circular saw dilakukan di bengkel luar
UPT dan jarang dilakukan. Proses penggerindaan TCT circular saw di bengkel
penjasaan memerlukan waktu 1-2 jam tergantung dari banyaknya antrian di
bengkel tersebut.
1
2

Rata-rata proses penggerindaan TCT circular saw dilakukan sekali tiap harinya,
dengan memerlukan biaya penggerindaan Rp.20.000 dan perkiraan biaya
transportasi Rp.2.000 untuk satu kali perjalanan. Hal ini dinilai tidak efisien
karena memerlukan waktu pengasahan yang lumayan lama dan biaya tambahan
dalam proses penggerindaannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dibuatlah suatu solusi dalam rangka


pemecahan masalah (improvement) yaitu rancang bangun mesin gerinda TCT
circular saw untuk memenuhi kebutuhan perawatan TCT circular saw,
mengurangi waktu serta biaya proses penggerindaan TCT circular saw.

Gambar 1. 1 Mata Potong TCT Circular Saw


(Dokumen Pribadi)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka
dapat diketahui rumusan masalah yaitu :
a. Bagaimana cara merancang rancang bangun mesin gerinda TCT circular
saw guna mengurangi waktu proses penggerindaan TCT circular saw dan
biaya maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan?
b. Bagaimana manfaat yang dihasilkan mesin gerinda TCT circular saw
terhadap waktu proses penggerindaan TCT circular saw dan biaya
maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan?
3

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini meliputi pemecahan masalah untuk
mengurangi waktu dan biaya pada proses penggerindaan TCT circular saw,
penggunaan Software Solidwork sebagai alat desain, perhitungan mekanik,
pengujian kinerja mesin meliputi pengujian waktu, analisis waktu, dan analisis
ekonomi.

1.4. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Merancang rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw guna
mengurangi waktu proses penggerindaan TCT circular saw dan biaya
maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.
b. Menganalisis manfaat yang dihasilkan mesin gerinda TCT circular saw
terhadap waktu proses penggerindaan TCT circular saw dan biaya
maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.

1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Mampu merancang rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw guna
mengurangi waktu proses penggerindaan TCT circular saw dan biaya
maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.
b. Mengetahui manfaat yang dihasilkan dari mesin gerinda TCT circular saw
terhadap waktu proses penggerindaan TCT circular saw dan biaya
maintenance di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Roadmap Penelitian


Berdasarkan jurnal-jurnal terkait dengan kasus yang diangkat dalam penelitian ini
dan telah diteliti sebelumnya, beberapa analisis kasus serupa telah dilakukan
sebelumnya, diantaranya :

Mashuri, et al. (2021), dalam penelitiannya yang berjudul “Rancang Bangun


Mesin Electrochemical Grinding Dengan Proses Silindris”. Penelitian tersebut
membahas tentang perhitungan analisis dan pembuatan mesin gerinda
electrochemical. Pengujian yang dilakukan adalah dengan membandingkan
Material Removal Rate (MRR) antara penggerindaan konvensional dan
electrochemical grinding. Hasil yang diperoleh yaitu proses electrochemical
grinding memiliki MRR lebih besar daripada proses penggerindaan konvensional
dengan selisih MRR sebesar 191,43 mm3/min. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa proses electrochemical grinding memiliki waktu pengerjaan
yang lebih cepat daripada penggerindaan konvensional. Relevansi dengan
penelitian ini adalah pada perhitungan gaya penggerindaan, perhitungan struktur
rangka dan perhitungan MRR.

Kadivar, et al. (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Study of specific energy
in grinding of tungsten carbide”. Penelitian tersebut membahas tentang percobaan
untuk menentukan energi spesifik yang dihasilkan untuk menggerinda tungsten
carbide. Pada penelitian lain dihasilkan energi spesifik tungsten carbide sebesar
50 J/mm3, tetapi pada penelitian ini energi spesifik yang dihasilkan hanya sebesar
33 J/mm3. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena sifat material benda kerja yang
bergantung pada ukuran butiran tungsten carbide (WC) dan kandungan kobalt
yang terdapat pada benda kerja. Pengujian dilakukan dengan memvariasikan
ketebalan penggerindaan, laju pemakanan dan kecepatan pemotongan. Hasil yang
diperoleh yaitu peningkatan ketebalan chip dan kecepatan potong akan
mengurangi energi spesifik penggerindaan yang dihasilkan, meningkatnya suhu
permukaan kerja. Energi spesifik penggerindaan yang lebih rendah pada
penggerindaan kecepatan

4
5

tinggi menunjukkan proses yang lebih efisien yang dapat disebabkan oleh
pengurangan gesekan dan deformasi plastis selama pembentukan chip.
Penggerindaan tungsten karbida dengan kedalaman pemotongan yang tinggi tidak
menunjukkan keuntungan apapun dibandingkan penggerindaan dangkal
(kedalaman pemotongan lebih rendah), hal ini karena suhu yang meningkat pada
permukaan benda kerja. Relevansi dengan penelitian ini adalah penentuan energi
spesifik penggerindaan pada tungsten carbide yang merupakan bahan dari mata
potong circular saw.

Lee, et al. (2005), dalam penelitiannya yang berjudul “Study on Reliability


Assessment Procedures for Torsion Spring of Vehicle Door Latch”. Penelitian
tersebut membahas tentang metode dan prosedur untuk uji keandalan dan
penilaian pegas. Metode yang pengujian yang digunakan antara lain Failure Mode
& Mechanism Analysis (FMMA), Critical Matrix Analysis (CMA) dan Quality
Function Deployment (QFD). Pengujian yang dilakukan yaitu estimasi kinerja,
durasi lingkungan dan penilaian umur pegas. Hasil yang diperoleh yaitu uji
keandalan dan prosedur penilaian memverifikasi dan melanjutkan untuk pegas kait
yang memiliki 348.000 siklus dengan tingkat kepercayaan 95% pada kondisi
pengoperasian. Relevansi dengan penelitian ini adalah perhitungan uji performa
dari pegas torsi dan perhitungan lama waktu umur pegas torsi.

Yanti, et al. (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Estimasi Waktu


Perawatan Preventive Mesin Produksi Pada PTPN V Sei Tapung”. Penelitian
tersebut membahas tentang perhitungan peluang terjadinya kerusakan pada mesin
pompa. Terdapat 3 jenis kerusakan yang dihitung berdasarkan frekuensi
kerusakan, harga komponen yang rusak, dan lama perbaikan. Hasil yang diperoleh
yaitu peluang mesin akan rusak untuk mesin beroperasi selama 8 jam sebesar 14,8
% untuk jenis kerusakan A, 8,5 % untuk jenis kerusakan B dan 6,2 % untuk jenis
kerusakan C. Relevansi dengan penelitian ini adalah pada perhitungan untuk
menentukan waktu perawatan dan peluang terjadinya kerusakan pada mesin
gerinda circular saw.
6

Visualisasi Roadmap Penelitian

Gambar 2. 1 Roadmap Penelitian


(Dokumen Pribadi)
7

2.2. Tungsten Carbide Tipped (TCT) Circular Saw


Circular Saw adalah gergaji yang menggunakan cakram atau bilah bergigi/abrasif
untuk memotong bahan yang berbeda menggunakan gerakan putar yang berputar
di sekitar arbor. Circular saw adalah alat untuk memotong banyak bahan seperti
kayu, batu, plastik, atau logam dan dapat dipegang tangan atau dipasang ke mesin.
Dalam pekerjaan kayu istilah "circular saw" mengacu secara khusus pada jenis
genggam dan meja gergaji, dan chop saw adalah bentuk umum lainnya dari
circular saw. Pisau circular saw dirancang khusus untuk setiap bahan tertentu
yang dimaksudkan untuk dipotong dan dalam memotong kayu dirancang khusus
untuk membuat rip-cuts, potongan silang, atau kombinasi keduanya
(Wikipedia.com, 2022). TCT circular saw mengacu pada bilah gergaji yang dapat
diasah kembali. Gigi TCT circular saw dirancang dengan bahan tungsten carbide
yang memungkinkan untuk memotong logam dengan cepat dan mempertajam
kembali ketika akan menjadi tumpul untuk penggunaan waktu yang lama.
Menurut Singhania & Law (2020), Proses penggergajian circular saw melibatkan
pengumpanan gergaji yang berputar ke dalam benda kerja untuk memotongnya
menjadi beberapa bagian dengan panjang dan/atau lebar yang dibutuhkan. Proses
ini umum di industri pengerjaan kayu dan pemotongan logam. Untuk
meminimalkan kerugian garitan, gergaji biasanya tipis. Ketipisannya membuat
mereka fleksibel dan rentan terhadap ketidakstabilan terkait kecepatan kritis yang
disebabkan oleh getaran, dan ketidakstabilan regeneratif.

2.2.1. Spesifikasi TCT Circular Saw


TCT Circular Saw memiliki banyak tipe sesuai dengan fungsi, kegunaan dan
bahan yang akan dipotong. Tipe WZ digunakan untuk membuat potongan yang
tepat pada kayu lunak, keras, kayu pres dan kayu laminasi, serta chipboard, inti
kayu plywood dan papan MDF. Mata potong yang terbuat dari tungsten karbida
berkualitas tinggi menjamin hasil pemotongan yang mengesankan dan baik.

Spesifikasi TCT circular saw yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.2
Bosch Catalogue. Tipe WZ memiliki ketebalan mata potong yang beragam
tergantung dari jumlah mata potong pada circular saw.
8

Gambar 2. 2 Spesifikasi TCT Circular Saw


(Bosch Catalogue)

2.2.2. Tungsten Carbide


Penggunaan tungsten carbide merupakan pengaplikasian material tungsten yang
banyak dilakukan di industri. Komponen utama dalam material komposit ini
adalah tungsten carbide (Wolfram Carbon/WC), yang memiliki kekerasan
mendekati berlian. Karbida logam transisi lainnya seperti TiC, TaC, Cr3C2
dan/atau Mo2C sering ditambahkan ke logam keras untuk aplikasi industri
tertentu. Tungsten carbide memiliki kekerasan tinggi dan ketangguhan sedang,
sehingga memberikan solusi optimal sebagai alat dan komponen untuk
pemotongan logam, pengeboran batu dan aplikasi ketahanan aus, yang banyak
digunakan di sektor manufaktur, pertambangan, konstruksi, gas dan minyak.
Tungsten carbide mengandung 40-95% tungsten (Shemi et al., 2018). Tungsten
carbide (Wolfram Carbon/WC) banyak diaplikasikan pada ujung banyak seperti
pahat bubut, mata bor, pahat router, dan ujung pisau gergaji (Holland et al.,
2021).
9

Tabel 2. 1 Pengaruh komposisi WC dan Co (Kurlov & Gusev, 2013)


Properties Composition of hardmetals (wt.%)
97WC- 94WC- 94WC- 94WC- 90WC- 90WC-
3Co 6Co 6Co 6Co 10Co 10Co
Grain size (µm) 1.0-2.0 0.5-1.0 1.0-2.0 2.0-5.0 0.5-1.0 2.0-5.0
Rockwell 92.5-93.2 92.5-93.1 91.7-92.2 90.5-91.5 90.7-91.3 87.4-88.2
hardness (HRA)
Density (g.cm-3) 15.3 15.0 15.0 15.0 14.6 14.5
Bending strength 1590 1790 2000 2210 3100 2760
(Mpa)
Compression 5860 5930 5450 5170 5170 4000
strength (Mpa)
Young modulus 641 614 648 641 620 552
of elasticity (Gpa)
Relative wear 100 100 58 25 22 7
resistance

Tungsten carbide berada pada tingkat 9 sampai 9,5 pada skala Mohl dengan
jumlah Vickers sekitar 2600 sehingga dapat dikatakan sangat keras. Tungsten
carbide memiliki ultimate tensile strength 344 Mpa, young modulus sekitar 530-
700 GPa, bulk modulus 630-655 Gpa, shear modulus 274 Gpa, ultimate
compression strength sekitar 2,7 GPa dan poisson ratio 0,31 (Wikipedia.com,
2022).

2.3. Diamond Grinding Wheel


Grinding Wheel adalah roda yang digunakan untuk menggerinda yang terdiri dari
senyawa abrasif dan digunakan untuk berbagai operasi penggerindaan
(pemotongan abrasif) dan permesinan abrasif. Diamond grinding wheel
merupakan roda gerinda yang memiliki kekerasan tinggi dan ketahanan aus yang
baik sehingga cocok digunakan untuk penggerindaan pada material tungsten
carbide yang memiliki kekerasan alami yang tinggi (Wikipedia.com, 2022).
Diamond Grinding Wheel telah banyak digunakan dalam pembuatan presisi. Telah
diketahui dengan baik bahwa kinerja diamond grinding wheel bergantung pada
tepi tajam aktif dari butiran abrasif pada permukaan roda yang dibentuk oleh
teknik pembalutan roda yang tepat menggunakan alat pembalut yang dirancang
dengan tepat. Untuk mencapai kinerja penggerindaan yang optimal, dan
karenanya kualitas permukaan yang memuaskan dari komponen dasar, persiapan
diamond grinding wheel telah menarik perhatian penelitian yang ekstensif (Ding
et al., 2017).
10

Proses penggerindaan tungsten carbide pada TCT circular saw menggunakan


diamond grinding wheel dengan bentuk standar type 4ET9. Type 4ET9 memiliki
bentuk yang lancip sehingga memungkinkan dilakukannya penggerindaan TCT
circular saw yang memiliki jarak antar mata potong relatif kecil.

Gambar 2. 3 Type 4ET9


(K&W Diamond /CBN Grinding Wheel and Disc Catalog)
2.4. Penggerindaan
Proses penggerindaan merupakan proses utama dalam produksi mata potong untuk
mendapatkan geometri mata potong yang dibutuhkan. Selama penggerindaan,
material dihilangkan dengan tepi potong yang tidak terdefinisi secara geometris.
Selain geometri, keutuhan dan kondisi permukaan setelah penggerindaan juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas mata potong dan kinerja
pemotongan alat potong. Proses penggerindaan menyebabkan perubahan pada
permukaan oleh deformasi, retak mikro dan tegangan sisa. Proses penggerindaan
tergantung pada grinding wheel yang dipakai, kondisi penggerindaan dan strategi
penggerindaan. Diamond wheel biasanya digunakan untuk menggerinda bahan
karbida (Baksa et al., 2018).

Menurut Kundrak, et al. (2019) Menggerinda dengan diamond wheel adalah cara
paling efisien untuk memproses komponen dari berbagai bahan. Persoalan ini
terkait dengan meningkatnya efisiensi pemrosesan diamond abrasive, karena
relevansinya, meningkatkan minat bagi produsen dan konsumen peralatan
diamond abrasive. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas penggerindaan
adalah
11

pembuatan dan penggunaan alat yang sangat berpori, karena peningkatan


porositas grinding wheel menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan untuk
pemotongan bahan secara intensif dengan pengurangan cacat kualitas permukaan
bagian-bagian mesin. Proses penggerindaan tungsten carbide digunakan diamond
grinding wheel untuk mengatasi kekerasan alaminya. Penggerindaan material
yang sulit dipotong tersebut merupakan permintaan penting dalam industri dan
diikuti oleh gaya gerinda dan energi spesifik yang tinggi, meningkatnya keausan
grinding wheel, serta berkurangnya material removal rate yang dapat dicapai.
Menurut Kadivar, et al. (2018), pengaruh parameter penggerindaan dan struktur
grinding wheel pada energi spesifik penggerindaan dan suhu pada permukaan
benda kerja diselidiki. Energi spesifik minimum 33 J/mm3 diidentifikasi untuk
penggerindaan tungsten carbide.

2.4.1. Parameter Penggerindaan


Efisiensi dan kualitas penggerindaan dipengaruhi oleh parameter penggerindaan,
seperti kecepatan putar batu gerinda dan kecepatan penggerindaan. Dengan
peningkatan kecepatan rotasi, volume keausan dan kekerasan permukaan benda
akan meningkat, dan kekasaran permukaan menurun. Namun, dengan peningkatan
kecepatan penggerindaan, kekasaran permukaan meningkat, dan kedalaman
lapisan pengerasan permukaan berkurang (Zhou et al., 2019).

Pemilihan parameter grinding wheel yang tepat seperti ukuran butir dan
konsentrasi bergantung pada operasi penggerindaan tertentu dan kualitas yang
diperlukan. Selain parameter grinding wheel, persiapan grinding wheel juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi material removal rate, gaya
penggerindaan, dan kualitas permukaan mata potong (Baksa et al., 2018).

2.4.2. Perhitungan Penggerindaan


Perhitungan penggerindaan dilakukan untuk mengetahui daya motor yang
digunakan dan gaya penggerindaan yang terjadi. Perhitungan penggerindaan
dipengaruhi oleh besarnya material removal rate, batu gerinda, kecepatan putaran
motor dan energi spesifik penggerindaan. Diagram alir perhitungan penggerindaan
ditampilkan pada Gambar 2.4 sebagai berikut:
12

Gambar 2. 4 Diagram Alir Perhitungan Penggerindaan


(Dokumen Pribadi)

Proses penggerindaan terjadi antara diamond grinding wheel dan TCT circular
saw yang menghasilkan material removal rate (MRR), daya penggerindaan, gaya
penggerindaan dan torsi penggerindaan yang terjadi. Berikut merupakan skema
proses penggerindaan dan persamaan yang digunakan dalam proses
penggerindaan:
13

Gambar 2. 5 Skema Penggerindaan TCT Circular Saw


(Dokumen Pribadi)

Momen gaya/torsi dapat didefinisikan sebagai produk gaya dan jarak tegak lurus
garis aksinya dari titik atau sumbu yang diberikan (Khurmi & Gupta, 2005).

 Material Removal Rate (MRR)


𝑀𝑅𝑅 = 𝑑𝑜𝑐 × 𝑤 × 𝑣 (2.1)
(Kalpakjian & Schmid, 2009)
Dengan :
doc = kedalaman penggerindaan [mm]
w = lebar penggerindaan [mm]
v = laju pemakanan [mm/min]

 Daya motor
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝑢 × 𝑀𝑅𝑅 (2.2)
(Kalpakjian & Schmid, 2009)
Dengan :
u = energi spesifik material benda kerja [J/mm3]

 Gaya penggerindaan
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝑇 × 𝜔 (2.3)
𝑇 = 𝐹𝑐 × 𝐷/2 (2.4)
𝜔 = 2𝜋𝑁 (2.5)
(Kalpakjian & Schmid, 2009)
14

Dengan :
T = Torsi penggerindaan [Nm atau Nmm]
Fc = Gaya penggerindaan [N]
D = Diameter grinding wheel [mm]
𝜔 = kecepatan rotasi [rad/min]
𝑁 = kecepatan putaran mesin [rpm]

2.5. Helical Torsion Spring


Helical torsion spring digunakan untuk sistem penggerak dari TCT circular saw
yang terpasang pada komponen penggerak yaitu part setting circular saw.

Menurut Mott, et al. (2018) Pegas adalah elemen fleksibel yang digunakan untuk
mengerahkan gaya atau torsi dan pada saat yang sama menyimpan energi. Gaya
bisa berupa dorongan atau tarikan linier, atau bisa juga radial, bertindak mirip
dengan karet gelang di sekeliling gulungan gambar. Banyak elemen mesin
memerlukan pegas yang menghasilkan momen rotasi, atau torsi, alih-alih gaya
dorong atau tarik. Pegas torsi heliks dirancang untuk memenuhi persyaratan ini.
Pegas memiliki tampilan umum yang sama baik sebagai pegas kompresi heliks
atau pegas ekstensi, dengan kawat bundar yang dibungkus menjadi bentuk
silinder. Biasanya kumparan saling berdekatan tetapi dengan jarak bebas yang
kecil, sehingga tidak ada tegangan awal pada pegas seperti pada pegas ekstensi.

Gambar 2. 6 Contoh Pegas Torsi Helik Dengan Berbagai Perlakuan


(Mott et al., 2018)
15

Gambar 2. 7 Pegas Torsi Helik


(Khurmi & Gupta., 2005)

2.5.1. Stainless Steel Wire


Bahan pegas harus memiliki kekuatan kelelahan yang tinggi, keuletan tinggi,
ketahanan tinggi dan harus tahan creep (Khurmi & Gupta, 2005). Stainless steel
dicirikan terutama oleh ketahanan korosi, kekuatan tinggi dan keuletan, dan
kandungan kromium yang tinggi. Disebut stainless karena, di hadapan oksigen
(udara), stainless mengembangkan lapisan kromium oksida yang tipis, keras, dan
melekat yang melindungi logam dari korosi (Kalpakjian & Schmid, 2009).
Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, karakteristik stainless steel memenuhi
syarat untuk menjadi bahan pembuatan pegas. Stainless steel wire memiliki
spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 2. 2 Spesifikasi stainless-steel wire untuk pegas (Khurmi & Gupta, 2005)

Allowable shear stress (𝜏) MPa Modulus of


Modulus of
elasticity
Material Severe Average Light rigidity (G)
(E)
service service service kN/m2
kN/mm2

Stainless- 280 350 437.5 70 196


steel wire

2.5.2. Perhitungan Pegas Torsi Helik


Pada pegas torsi heliks dapat dilakukan perhitungan tegangan lentur berdasarkan
momen yang diterapkan, dan sudut defleksi berdasarkan jumlah lilitan dan
modulus elastisitas dari material yang digunakan.
16

Gambar 2. 8 Diagram Alir Perhitungan Pegas Torsi Helik


(Dokumen Pribadi)

Gambar 2. 9 Skema Pegas Torsi Helik Mesin Gerinda TCT Circular Saw
(Dokumen Pribadi)
17

 Indeks pegas
𝐷
𝐶= (2.6)
𝑑

(Khurmi & Gupta, 2005)


Dengan :
D = Diameter lilitan / pegas [mm]
d = Diameter kawat [mm]

 Wahl’s stress factor


4𝐶2−𝐶−1 (2.7)
𝐾= 4𝐶2−4𝐶

(Khurmi & Gupta, 2005)


Dengan :
K = Faktor Wahl
C = Indeks pegas

 Tegangan lentur

𝜎𝑏
=𝐾 (2.8)
32 𝑀×
𝜋 𝑑3
(Khurmi & Gupta, 2005)
Dengan :
M = Momen lentur [Nm atau Nmm]

 Sudut defleksi
64 𝑀
𝜃𝑁
𝐷 = (2.9)
𝐸 𝑑4
(Khurmi & Gupta, 2005)
Dengan :
N = Jumlah lilitan
𝐸 = Modulus elastisitas material [N/mm2]
 Konstanta pegas
𝐾𝑎 4
𝜋𝐸𝑑
1
(2.10)
=64[𝜋𝐷𝑁+ 𝑎1+𝑎2 ])
(
3

(Lee et al., 2005)


Dengan :
𝐾𝑎 = Konstanta pegas [N/mm]
18

𝐸 = Modulus elastisitas material [N/mm2]


𝑑 = Diameter kawat [mm]
𝐷 = Diameter lilitan / pegas [mm]
𝑁 = Jumlah lilitan
𝑎1, 𝑎2 = Panjang lengan pegas [mm]
 Waktu rata-rata menuju kegagalan
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 𝜃Γ(1 + ) (2.11)
𝛽

(Lee et al., 2005)



Fungsi gamma Γ(𝑛) ∫ 𝑥𝑛−1𝑒−𝑥𝑑𝑥 (2.12)
0
=
(Eziokwu, 2020)

Dengan :
𝑀𝑇𝑇𝐹 = Mean Time To Failure [cycle]
𝜃 = Siklus pegas [cycle]
𝛽 = Tingkat kegagalan
Γ = Fungsi Gamma

2.6. Linear Ball Bearing


Linear ball bearing merupakan jenis bearing atau bantalan yang menggunakan
bola-bola logam sebagai titik kontak dan memberikan gerakan bebas satu arah.
Dikarenakan linear ball bearing menggunakan sistem gerak linear / lurus, maka
linear ball bearing memiliki beberapa keunggulan dibandingkan jenis bearing
lainnya. Mulai dari daya gesekan yang lebih rendah, stabilitas lebih tinggi, tingkat
kebisingan rendah, serta menawarkan akurasi baik dalam beban ringan ataupun
beban berat.

Gambar 2. 10 Linear Ball Bearing


(sumber : Google.com)
19

2.7. Pengelasan SMAW


Pengelasan busur elektroda terbungkus (Shielded Metal Arc Welding/SMAW)
adalah proses pengelasan yang perpaduan logam-logamnya dihasilkan melalui
panas dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda terbungkus dan
permukaan logam yang dilas (Talabi et al., 2014). Prinsip kerja pengelasan
SMAW yaitu panas yang timbul pada busur yang diperoleh dengan menyentuhkan
elektroda sesaat pada benda kerja, mencairkan ujung elektroda dan benda kerja
pada bagian yang akan mengalami proses pengelasan. Logam dari elektroda yang
mencair dipindahkan melewati busur ke permukaan benda kerja dan membentuk
logam lasan, yang kemudian tertutup oleh slag yang berasal dari penguraian
lapisan elektroda (Haryadi, 2007).

2.8. American Standard Testing and Material A36 (ASTM A36)


Plat baja ASTM A36 adalah baja karbon rendah yang memiliki kekuatan yang
baik dan juga ditambah dengan sifat baja yang bisa dirubah bentuk menggunakan
mesin dan juga dilakukan pengelasan. Plat baja ASTM A36 juga dapat dilakukan
pelapisan galvanis maupun coating untuk memberikan ketahanan terhadap korosi.
Plat baja ASTM A36 dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi, tergantung
pada ketebalan plat dan juga tingkat ketahanan korosinya. Beberapa produk yang
menggunakan plat baja jenis ini seperti konstruksi bangunan, tanki, maupun pipa.
Sifat mekanik baja ASTM A36 dapat dilihat pada tabel 4.2 :

Tabel 2. 3 Mechanical Properties Baja ASTM A36 (Sastry et al., 2019)


Attributes Units
Density 7.845 kg/m3
Tensile strength: ultimate 590 MPa
Tensile strength: yield 374 MPa
Modulus elasticity 200 GPa
Ratio: Poisson’s 0,29
Heat capacity (nature: specific at 100˚C) 0,486 kJ/kg.K
Thermal conductivity (at 100 ˚C) 50,7 W/mK
Melting point 1.521 ˚C
20

2.9. Baut
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting. Guna mencegah
kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat harus dilakukan secara seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai.
Faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan ukuran baut dan mur adalah
sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitiaan,
dll. (Sularso & Suga, 2004). Pemilihan baut sebagai alat pengikat harus dilakukan
dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Berbagai faktor
diperhatikan dalam penentuan baut, seperti sifat gaya yang bekerja pada baut,
kekuatan bahan, dan ketelitian (Bhandari, 2010). Penentuan diameter baut dapat
dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya adalah gaya terjadi pada baut. Gaya
dorong merupakan gaya yang digunakan untuk proses penggerindaan dengan
mesin gerinda TCT circular saw yang dibuat. Gaya dorong atau gaya tarik
maksimum manusia untuk mendorong atau menarik beban adalah 200 N (pria)
dan 150 N (wanita).

2.9.1. Material Baut


Baut yang digunakan untuk mesin gerinda TCT circular saw menggunakan
material S30C yang memiliki kekuatan tarik sebagai berikut :

Tabel 2. 4 Baja Karbon untuk konstruksi mesin menurut JIS (Pambudi et al., 2022)

Kekuatan Tarik Kekuatan Tarik


Standar dan Macam Lambang
(kg/mm2) (MPa)
S30C 48 480
S35C 52 520
Baja karbon
S40C 55 550
konstruksi mesin
S45C 58 580
(JIS G4501)
S50C 61 620
S55C 66 660

Berdasarkan Tabel 2.4 baja S30C memiliki kekuatan tarik sebesar 480 MPa atau
480 N/mm2. Kekuatan tarik tersebut digunakan untuk menentukan diameter baut
yang akan digunakan pada mesin gerinda TCT circular saw.
21

2.9.2. Perhitungan Baut


Perhitungan baut dapat dilakukan untuk menentukan diameter baut yang aman
digunakan dalam konstruksi mesin gerinda TCT circular saw. Perhitungan
tersebut berdasarkan tegangan tarik dari material baut, gaya yang dibebankan, dan
jumah baut yang digunakan. Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menentukan
baut pada mesin gerinda TCT circular saw dapat menggunakan diagram alir
perhitungan baut seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. 11 Diagram Alir Perhitungan Baut


(Dokumen Pribadi)

Sambungan baut yang digunakan pada mesin gerinda TCT circular saw umumnya
menggunakan baut tap yang jepitannya diketatkan dengan ulir yang ditap pada
salah satu bagian.
22

Gambar 2. 12 Skema Baut Mesin Gerinda TCT Circular Saw


(Bhandari, 2010)

Gaya yang bekerja pada baut dihitung menggunakan persamaan:

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 𝜋.𝑑 2
=𝑛[ ]𝜏 (2.13)
4

(Bhandari, 2010)

Jika persamaan tegangan dan kekuatan pada material sebagai


berikut:
(2.14)
𝑆𝑠𝑦
𝜏= 𝑓𝑠

𝑆𝑠𝑦 = 0,5 𝑆𝑦𝑡 (2.15)


0,5 𝑆𝑦𝑡
𝜏= 𝑓𝑠 (2.16)

(Bhandari, 2010)

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔 (2.17)

Maka, berdasarkan persamaan (2.10) maka diameter baut yang digunakan dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :

𝑑= √
4.𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 (2.18)
𝜋.𝑛.𝜏

Berdasarkan persamaan (2.13) dan (2.15) maka persamaan untuk menentukan


diameter baut yang digunakan menjadi sebagai berikut :

4 .𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡
𝑑= (2.19)
√𝜋.𝑛0,5 𝑆𝑦𝑡
𝑓𝑠
23

Dengan :
𝑑 = diameter baut [mm]
𝜏 = tegangan maksimal pada baut [N/mm²]
𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = gaya yang bekerja pada baut [N]
𝑓𝑠 = factor keamanan
𝑛 = jumlah baut
𝑆𝑠𝑦 = yield strength pada baut [N/mm²]
𝑆𝑦𝑡 = tensile strength pada baut [N/mm²]
𝑚 = massa [kg]
𝑔 = percepatan gravitasi [9,81 m/s2]

2.10. Vibrasi (Getaran)


Vibrasi / Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu.
Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan
dengan gerak tersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas
mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa (engineering)
mengalami getaran sampai derajat tertentu dan rancangannya biasanya
memerlukan pertimbangan sifat osilasinya (Wati, 2020).

Getaran yang terjadi pada suatu sistem umumnya menimbulkan efek yang tidak
dikehendaki, seperti ketidaknyamanan, ketidaktepatan dalam pengukuran atau
rusaknya komponen-komponen pada sistem tersebut (Firman et al., 2018). Apabila
getaran yang terjadi pada proses penggerindaan mesin gerinda TCT circular saw
berlebihan, dapat mengakibatkan bergesernya meja gerinda. Untuk meminimalisir
terjadinya pergeseran yang terjadi, maka diperlukan proses balancing dalam
pemasangan batu gerinda atau memberi material peredam getaran yang dipasang
pada kaki-kaki meja gerinda.

2.10.1. Proses Balancing


Salah satu penyebab terjadinya getaran pada mesin adalah ketidakseimbangan
massa pada rotor. Ketidakseimbangan dapat disebabkan oleh kecacatan material,
keausan rotor, perubahan suhu selama operasi, ataupun kesalahan pemasangannya
(Li et al., 2021). Ketidakseimbangan tersebut terjadi apabila pemasangan batu
gerinda tidak sesumbu dengan rotor ataupun dengan sumbu geometrisnya.
24

Kecepatan putaran yang tinggi akan menyebabkan gaya ketidakeimbangan


sentrifugal yang besar, oleh karena itu diperlukan kontrol getaran yang terjadi
dengan cara melakukan balancing (Kalmegh & Bhaskar, 2012).

Gambar 2. 13 Ketidakseimbangan massa rotor


(Li et al., 2021)

Gambar 2. 14 Efek Ketidakseimbangan


(Kalmegh & Bhaskar, 2012)

Balancing didefinisikan sebagai proses penambahan atau penghilangan massa


pada bidang rotor untuk memindahkan pusat gravitasi ke arah sumbu rotasi.
Proses balancing perlu diketahui jumlah ketidakseimbangan bersamaan dengan
toleransi yang dapat diterima. Berikut tabel tingkat kualitas kesetimbangan untuk
beberapa tipe rotor:

Tabel 2. 5 Tingkat Kualitas Keseimbangan Rotor (Kalmegh & Bhaskar, 2012)

Balancing
Rotor Types
Grades
G 4000 Crankshaft drives of rigidly mounted slow marine diesel engines
with uneven number of cylinders.
G 1600 Crankshaft drives of rigidly mounted large two-cycle engines
G 630 Crankshaft drives of rigidly mounted large four-cycle engines.
25

Crankshaft drives of elastically mounted marine diesel engines.


G 250 Crankshaft drives of rigidly mounted fast four-cylinder diesel
engines.
G 100 Crankshaft drives of fast diesel engines with six or more cylinders.
Complete engines (gas or diesel) for cars, trucks and locomotives.
G 40 Car wheels, wheel rims, wheel sets, drive shafts. Crankshaft drives
or elastically mounted fast four-cycle engines (gas or diesel) with
six or more cylinders. Crankshaft drives for engines of cars,
trucks or locomotives.
G 16 Drive shafts (propeller shafts, cardan shafts) with special
requirements. Parts of crushing machinery. Parts of agricultural
machinery. Individual components of engines (gas or diesel) for
cars, trucks and locomotives. Crankshaft drives of engines with six
or more cylinders under special requirements. Slurry or dredge
pump impeller.
G 6.3 Parts or process plant machines. Marine main turbine gears
(merchant service). Centrifuge drums. Fans. Assembled aircraft
gas turbine rotors. Fly wheels. Pump impellers. Machine tool and
general machinery parts. Normal electrical armatures. Individual
components of engines under special requirements
G 2.5 Gas & steam turbines, including marine main turbines (merchant
service). Rigid turbo-generator rotors. Rotors. Turbo-compressors.
Machine tool drives. Medium and large electrical armatures with
special requirements. Small electrical armatures.
Turbine driven pumps.
G1 Tape recorder and phonograph drives. Grinding machine drives.
Small electrical armatures with special requirements
G 0.4 Spindles, disks and armatures of precision grinders. Gyro

2.10.1.1. Perhitungan Proses Balancing


Berdasarkan data-data yang ada dapat dilakukan perhitungan jumlah
ketidakseimbangan dengan alur perhitungan sebagai berikut :
26

Gambar 2. 15 Diagram Alir Perhitungan Ketidakseimbangan


(Dokumen Pribadi)

 Ketidakseimbangan
𝐸𝑡 = (9.550/𝑁). 𝐺 (2.20)
𝑈 = 𝐸𝑡. 𝑀 (2.21)
Dengan,
𝐸𝑡 = Eksentrisitas massa [μ]
𝑀 = massa rotor [kg]
𝐺 = Tingkat kualitas keseimbangan [mm/s]
𝑁 = Kecepatan putaran mesin [rpm]
𝑈 = Ketidakseimbangan [kg.m]

2.10.2. Material Peredam Getaran


Berbagai cara dapat dilakukan untuk meredam getaran yang terjadi pada suatu
mesin salah satunya adalah dengan cara memberi material peredam getaran.
Beberapa material memiliki sifat untuk meredam getaran yang diukur berdasarkan
ratio redamnya. Rasio redaman untuk beberapa material peredam ditunjukkan
pada tabel 2.6 sebagai berikut:
27

Tabel 2. 6 Sifat dinamis material dalam kondisi standar (Orban, 2011)

Representative Damping Ratios


System Viscous Damping Ratio 𝜉
Metals (in elastic range) < 0.01
Continous Metal Structure 0.02 to 0.04
Metal Structure with Joints 0.03 to 0.07
Aluminium / Steel Transmissin Lines ≈ 0.0004
Small Diameter Piping Systems 0.01 to 0.02
Large Diameter Piping Systems 0.02 to 0.03
Auto Shock Absorbers ≈ 0.3
Rubber ≈ 0.05
Large Buildings during Earthquakes 0.01 to 0.05

2.10.3. Perhitungan Getaran


Perhitungan getaran memiliki beberapa alur untuk mengetahui besar getaran yang
terjadi dan peredam yang digunakan untuk meredam getaran tersebut. Alur
perhitungan getaran pada mesin gerinda TCT circular saw dapat dilihat pada
gambar sebaai berikut:

Gambar 2. 16 Diagram Alir Perhitungan Getaran

(Dokumen Pribadi)
28

Perhitungan momen inertia diperlukan sebelum menghitung getaran yang terjadi


pada mesin gerinda TCT circular saw. Penampang dudukan motor gerinda
berbentuk persegi panjang, sehingga momen inersia (I) dapat dihitung
menggunakan persamaaan sebagai berikut:

Gambar 2. 17 Penampang Persegi Panjang


(Khurmi & Gupta, 2005)

1
𝐼= 𝑏ℎ3 (2.22)
12

(Paz & Kim, 2019)

Dengan:
𝐼 = Momen inersia penampang persegi panjang [mm4]
𝑏 = Lebar penampang persegi panjang [mm]
ℎ = Kedalaman penampang persegi panjang [mm]

Gambar 2. 18 Diagram Benda Bebas dan Analisis Model


(Paz & Kim, 2019)

Gambar 2. 19 Skema Vibrasi Mesin Gerinda TCT Circular Saw


(Dokumen Pribadi)
29

Getaran yang terjadi pada mesin gerinda TCT circular saw dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

 Koefisien kekakuan
48𝐸𝐼
𝑘= 𝐿3 (2.23)

 Natural Frequency
𝑘 − 𝜔 2𝑚 = 0 (2.24)

Berdasarkan persamaan 2.20, maka Natural frequency dapat dicari


menggunakan persamaan:
𝑘
𝜔=√ (2.25)
𝑚

 Forced frequency

𝜔
2𝜋𝑁
(2.26)
̅=
60

 Koefisien redaman kritis

𝐶𝑐𝑟 = 2√𝑘 𝑚 (2.27)

 Damping ratio / rasio redaman


𝐶
𝜉=
𝐶𝑐𝑟 (2.28)

(Paz & Kim, 2019)


Dengan:

𝑘 = Koefisien Kekakuan [N/mm]


𝐸 = Modulus Elastisitas [N/mm2]
𝐼 = Momen Inersia [mm4]
𝐿 = panjang penampang [mm]
𝜔 = Natural frequency [rad/s]
𝜔
̅ = Forced frequency [rad/s]
𝑚 = Total massa motor [kg]
𝑁 = Kecepatan putaran mesin [rpm]
𝜉 = Rasio Redaman
𝐶 = koefisien redaman aktual [N.s/mm]
𝐶𝑐𝑟 = koefisien redaman kritis [N.s/mm]
30

2.11. Motor Listrik


Motor listrik berfungsi sebagai sumber daya utama untuk menggerakkan diamond
grinding wheel pada mesin gerinda TCT circular saw. Motor listrik dapat
ditenagai oleh sumber arus searah (DC), seperti dari baterai, atau penyearah, atau
oleh sumber arus bolak-balik (AC), seperti jaringan listrik, inverter atau generator
listrik (Wikipedia, 2022). Motor listrik yang akan digunakan dalam perancangan
mesin ini adalah motor listrik arus bolak-balik.

Gambar 2. 20 Motor Listrik


(Sumber : Google.com)

2.12. Perawatan (Maintenance)


Perawatan (maintenance) didefinisikan sebagai aktivitas agar komponen/sistem
yang rusak akan dikembalikan/diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada
periode tertentu (Eliyus et al., 2014). Menurut Kadim (2017) Pendekatan yang
berbeda telah dikembangkan untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan dapat
dilakukan untuk memastikan peralatan mencapai atau melampaui masa pakai
rancangannya. Kegiatan perawatan mempunyai peranan yang sangat penting,
karena selain sebagai pendukung beroperasinya sistem agar lancar sesuai yang
dikehendaki, kegiatan perawatan juga dapat meminimalkan biaya atau kerugian –
kerugian yang ditimbulkan karena adanya kerusakan mesin.

2.12.1. Jenis Perawatan Alat


Menurut Kadim (2017), komponen tertentu memerlukan penggantian untuk
memastikan peralatan utama bertahan untuk masa perancangannya. Pendekatan
yang berbeda telah dikembangkan untuk mengetahui bagaimana perawatan dapat
dilakukan untuk memastikan peralatan mencapai atau melampaui masa pakai
31

rancangannya. Perawatan alat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu perawatan


reaktif, perawatan preventif dan perawatan prediktif.

2.12.1.1. Perawatan reaktif (kerusakan)


Perawatan reaktif (kerusakan) pada dasarnya adalah mode perawatan “jalankan
sampai rusak”. Tidak ada tindakan atau upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan peralatan sejak awal dirancang untuk memastikan umur desain
tercapai. Perawatan reaktif memiliki keuntungan dan kekurangan yaitu : (Kadim,
2017)

Keuntungan:
1. Investasi biaya untuk perawatan rendah
2. Staf yang dibutuhkan relatif lebih sedikit

Kekurangan:
1. Meningkatkan biaya akibat downtime peralatan yang tidak terencana.
2. Meningkatkan biaya tenaga kerja, terutama jika lembur dibutuhkan.
3. Biaya terkait perbaikan atau penggantian peralatan.
4. Kemungkinan peralatan sekunder atau kerusakan proses akibat kegagalan
peralatan.
5. Penggunaan sumber daya staf yang tidak efisien.

2.10.1.2. Perawatan preventif


Pemeliharaan preventif didefinisikan sebagai perawatan yang dilakukan pada
jadwal waktu atau jadwal berbasis mesin yang mendeteksi, menghalangi, atau
mengurangi degradasi komponen atau sistem dengan tujuan mempertahankan atau
memperpanjang masa manfaatnya melalui pengendalian degradasi ke tingkat yang
dapat diterima. Pemeliharaan preventif digunakan untuk meningkatkan keandalan
peralatan karena hanya mengeluarkan sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan pemeliharaan terkait peningkatan peralatan, umur peralatan
diperpanjang dan keandalan. Studi menunjukkan bahwa penghematan ini dapat
mencapai rata-rata 12% sampai 18% (Kadim, 2017).

Keuntungan:
1. Hemat biaya dalam banyak proses padat modal.
2. Fleksibilitas memungkinkan penyesuaian periodisitas perawatan.
32

3. Peningkatan siklus hidup komponen.


4. Hemat energi.
5. Mengurangi peralatan atau kegagalan proses.

Kekurangan:
1. Kegagalan bencana masih mungkin terjadi.
2. Tenaga kerja intensif.
3. Kinerja perawatan yang tidak dibutuhkan.
4. Potensi kerusakan insidentil pada komponen dalam melakukan perawatan yang
tidak dibutuhkan.

2.10.1.3. Perawatan prediktif


Pemeliharaan prediktif didefinisikan sebagai “Pengukuran untuk mendeteksi
mekanisme degradasi, sehingga memungkinkan penyebab tekanan dapat
dihilangkan atau dikendalikan sebelum terjadi kemunduran signifikan dalam
komponen keadaan fisik. Kondisi ini menunjukkan kemampuan fungsional saat
ini dan masa depan”. Perawatan prediktif berbeda dengan perawatan preventif
berdasarkan kebutuhan perawatan pada kondisi sebenarnya dari mesin dan bukan
pada beberapa jadwal yang telah ditentukan. Perawatan prediktif digunakan untuk
menentukan tugas pemeliharaan yang diperlukan berdasarkan kondisi
material/peralatan terukur (Kadim, 2017).

Keuntungan:
1. Meningkatnya umur operasional komponen/ketersediaan.
2. Memungkinkan tindakan perbaikan pre-emptive.
3. Munurunkan peralatan atau proses downtime.
4. Penurunan biaya untuk suku cadang dan tenaga kerja.
5. Kualitas produk yang lebih baik.
6. Peningkatan pekerja dan keamanan lingkungan.
7. Peningkatan moral pekerja.
8. Hemat energi.
9. Diperkirakan penghematan biaya 8% sampai 12% dari program perawatan
preventif.
33

Kekurangan:
1. Meningkatnya investasi pada peralatan diagnostik
2. Meningkatnya investasi pelatihan staf
3. Potensi tabungan tidak mudaah dilihat oleh manajemen

2.13. Analisis Statistik Metode Paired Sample T-Test


Analisis Statistik Metode Paired Sample T-Test menggunakan dua data, yang
pertama sebagai persyaratan melakukan analisis uji paired sample T-Test dan
yang kedua untuk menguji hipotesis penelitian. Persyaratan analisis uji paired
sample T- Test berupa uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov. Analisis data untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan teknik
statistik uji paired sample t-test dengan program SPSS 19. for Windows. Uji
asumsi parametric dilakukan pada nilai signifikansi 5% (Tarumasely, 2020).
Analisis statistik dengan metode paired sample t-test bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan antara hasil waktu proses penggerindaan TCT circular saw
sebelum improvement dan waktu proses penggerindaan TCT circular saw sesudah
improvement.

2.14. Analisis Ekonomi


Proses menentukan keuntungan dari pembuatan rancang bangun mesin gerinda
TCT circular saw adalah dengan melakukan analisis ekonomi. Analisis ekonomi
diperlukan untuk mendukung proses pembuatan alat dan mengukur seberapa cepat
investasi akan kembali serta menghitung kelayakan dari alat yang dibuat. Analisis
ekonomi tersebut dapat menggunakan analisis Break Even Point (BEP).

2.14.1. Break Even Point


Analisis Break Even Point (BEP) adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
tingkat keseimbangan antara biaya, volume, dan penjualan agar perusahaan tidak
mengalami untung maupun rugi (Wijana et al., 2016). Analisis BEP dengan
perencanaan laba mempunyai hubungan kuat sebab analisa BEP dan perencanaan
laba sama-sama berbicara dalam hal anggaran atau di dalamnya mencakup
anggaran yang meliputi biaya, harga produk, dan volume penjualan, yang
seluruhnya mengarah ke perolehan laba. Selain itu analisa BEP dapat dijadikan
tolak ukur untuk menaikkan laba atau untuk mengetahui penurunan laba yang
tidak mengakibatkan kerugian pada industri (Ananda & Hamidi, 2019).
34

2.14.2. Perhitungan Break Even Point


Break even point (BEP) dapat dihitung melalui dua pendekatan, yakni pendekatan
BEP dalam unit dan BEP dalam rupiah. Berikut persamaan untuk menentukan
Break Even Point dalam unit atau proses (Wijana et al., 2016):

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑋) =
𝑝− 𝑐 (2.29)

Sedangkan untuk menentukan BEP dalam rupiah dapat menggunakan persamaan


(Wijana, et al., 2016):

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑝. 𝑋) =
1− (2.30)
𝑝�

Dengan:
𝐵𝐸𝑃 (𝑋) = Break even point [unit atau proses]
𝐵𝐸𝑃 (𝑝. 𝑋) = Break even point [Rp]
𝐹𝐶 = Fixed Cost [Rp]
𝑝 = Price [Rp/Unit]
𝑐 = Cost [Rp/Unit]
𝑋 = Volume produksi [unit]
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian


Tempat serta waktu pelaksanaan penelitian dan pengujian bahan skripsi adalah :
a) Tempat pengumpulan data : UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan
Jl. Gatot Subroto No 01, Ds. Bukir, Kec.
Gadingrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. 67315
b) Waktu Pelaksanaan : 29 November 2021 s.d. 4 Februari 2022

3.2. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
ditemukan pada penelitian ini adalah metode Root Cause Analysis (RCA). Root
Cause Analysis (RCA) adalah metode yang digunakan untuk mengatasi masalah
atau ketidaksesuaian, untuk mendapatkan “akar penyebab” dari masalah tersebut
(Vorley, 2008). Tujuan dari penggunaan RCA adalah untuk mengetahui penyebab
masalah atau kejadian untuk mengidentifikasi akar-akar penyebab masalah
tersebut. Jika akar penyebab dari suatu masalah tidak teridentifikasi, maka hanya
akan 16 mengetahui gejalanya saja dan salah itu sendiri (Vorley, 2008). RCA
menjelaskan berbagai pendekatan dan alat yang diambil dari berbagai bidang
termasuk faktor manusia dan ilmu keselamatan yang digunakan untuk menetapkan
bagaimana dan mengapa sebuah insiden terjadi dalam upaya untuk
mengidentifikasi bagaimana hal itu, dan masalah serupa, dapat dicegah agar tidak
terjadi lagi (Peerally et al., 2016). Tahap pada Root Cause Analysis ditunjukkan
pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Root Cause Analysis


(Vorley, 2008)

35
36

3.2.1. Identifikasi masalah (Identify the Problem)


Tahap identifikasi masalah adalah tahap untuk mencari informasi mengenai
penyebab-penyebab dari suatu masalah dan akibat apabila masalah tersebut tidak
teratasi, kemudian merencanakan solusi dari permasalahan tersebut. Identifikasi
masalah menyajikan tentang data-data yang didapatkan dari hasil identifikasi
masalah yang telah dilakukan pada proses perawatan TCT circular saw yang
dinilai kurang efisien. Proses identifikasi masalah dapat dilakukan dengan studi
lapangan dan wawancara.

3.2.1.1. Studi Lapangan


Studi lapangan merupakan kegiatan identifikasi masalah yang pertama. Kegiatan
studi lapangan ini terdiri dari kegiatan pemahaman kasus yang terjadi di lapangan,
diantaranya adalah observasi penggunaan TCT circular saw dan pengambilan
data- data yang tersedia di lapangan.

3.2.1.2. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan studi lapangan yang dilaksanakan apabila data-
data yang didapatkan dari hasil studi lapangan masih belum lengkap. Objek
wawancara yaitu operator, bendahara pembantu, pengelola produksi, dan kepala
seksi yang dimaksudkan untuk mendapatkan data-data tambahan yang
berhubungan dengan perawatan TCT circular saw.

3.2.2. Menentukan Masalah (Define the Problem)


Berdasarkan hasil identifikasi masalah, kemudian dianalisis untuk menentukan
masalah. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui, mendefinisikan,
mempertimbangkan, dan menentukan masalah yang akan diambil sebagai topik
penelitian. Untuk mendukung dan memperoleh data pendukung dalam proses
penentuan masalah dapat dilakukan wawancara kepada pihak terkait. Penentuan
masalah dapat dilakukan berdasarkan permintaan operator dengan
mempertimbangkan fungsi jangka pendek maupun fungsi jangka panjang.

3.2.3. Pemahaman Masalah (Understand the Problem)


Pemahaman masalah berupa memeriksa ulang data yang didapatkan,
mencocokkan data hasil studi lapangan dan wawancara, serta mencari tau
penyebab dan efek yang
37

ditimbulkan dengan mempelajari literatur yang telah didapat. Pada tahap


pemahaman masalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan proses penggerindaan TCT circular saw.

3.2.4. Identifikasi Akar Masalah (Identify the Root Cause)


Identifikasi akar masalah dianalisis menggunakan metode fishbone diagram.
Metode fishbone diagram digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab dan
akibat dari suatu masalah yang terjadi atau yang mungkin akan terjadi. Fishbone
diagram memberikan gambaran visual dari semua kemungkinan yang menjadi
penyebab masalah untuk mengetahui dan menganalisis akar penyebabnya.
Fishbone diagram dapat dijabarkan berdasarkan machine, man, material, money,
method, dan environment atau biasa disebut dengan 5M + 1E.

Man Material Method

Penjasaan
Tingkat kekerasan gerinda
TCT circular sawTCT circular
yang tinggi saw memerlukan waktu yang lama
Operator kurang paham cara penggerindaan

Rancang Bangun Mesin gerinda Tungsten Carbide Tipped (TCT) Circular Saw

Penggerindaan TCT
circular saw

Memerlukan biaya
Tidak adanya mesin gerinda untuk penggerindaan TCT tambahan untuk proses penggerindaan
circular saw Banyaknya debu kayu di workshop

Machine Money Environment

Gambar 3. 2 Fishbone Diagram

1. Man
Sebab akibat dari faktor man yaitu permasalah yang disebabkan oleh
pekerja/operator. Akibat Operator yang kurang memahami cara penggerindaan
TCT circular saw akan mengakibatkan tidak dapat dilakukannya proses
penggerindaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka memerlukan mesin
gerinda TCT circular saw yang mudah dioperasikan dan dilakukannya pelatihan
tentang cara penggerindaan TCT circular saw menggunakan mesin gerinda yang
telah dibuat.
38

2. Material
Permasalahan dari faktor material yaitu tingkat kekerasan TCT circular saw yang
tinggi sehingga tidak dapat menggunakan batu gerinda dengan kekerasan
dibawahnya. Proses penggerindaan memerlukan diamond grinding wheel untuk
mengatasi kekerasan dari TCT circular saw (Kundrak, et al., 2019).
3. Method
Tidak adanya mesin gerinda TCT circular saw mengakibatkan proses
penggerindaan TCT circular saw harus dilakukan di bengkel penjasaan. Hal ini
terkadang memerlukan waktu yang lama karena banyaknya antrian di bengkel
penjasaan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan merancang mesin gerinda
TCT circular saw yang mudah penggunaannya dan tidak memakan waktu yang
lama untuk proses penggerindaannya.
4. Machine
Permasalahan dari faktor machine yaitu tidak adanya mesin gerinda yang dapat
digunakan untuk menggerinda TCT circular saw. Hal ini dikarenakan
penggerindaan TCT circular saw memiliki sudut gerinda tertentu untuk
mendapatkan hasil pemotongan yang baik. Permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan merancang rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw yang dapat
mengatur sudut penggerindaannya.
5. Money
Proses penggerindaan yang dilakukan di bengkel penjasaan akan memerlukan
biaya tambahan. Biaya tersebut seperti biaya penggerindaan dan biaya transportasi
untuk setiap satu kali proses penggerindaan.
6. Environment
Kondisi lingkungan di workshop secara tidak langsung akan mempengaruhi
kondisi suatu mesin. Banyaknya debu kayu yang beterbangan di workshop akan
mempengaruhi proses perawatan mesin terutama dalam hal kebersihan mesin.
Bentuk dan desain suatu mesin yang rumit akan membuat proses pembersihan
mesin tersebut akan sulit dilakukan. Berdasarkan permasalahan tersebut,
diperlukan desain mesin gerinda TCT circular saw yang sederhana dan mudah
dalam proses pembersihannya.
39

3.2.5. Tindakan Korektif (Corrective Action)


Tindakan korektif berfungsi untuk memberikan solusi dari permasalahan yang
telah ditemukan dan diidentifikasi. Tindakan korektif dapat berupa realisasi
konsep desain yang dibuat untuk mengatasi masalah yang ditemukan yaitu dengan
perancangan mesin gerinda TCT circular saw yang dibuat dengan beberapa
alternatif desain. Alternatif desain berfungsi untuk memudahkan dalam mencari
solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3.2.5.1. Studi Pustaka


Studi pustaka berkaitan dengan kajian teoritis dan beberapa referensi yang tidak
akan lepas dari literatur-literatur ilmiah. Adapun langkah-langkah penelitian
kepustakaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi : menyiapkan alat
perlengkapan, menyusun bibliografi kerja, mengatur waktu, membaca dan
membuat catatan penelitian. Sumber data diperoleh dari literatur-literatur yang
relevan seperti buku, jurnal atau artikel ilmiah yang terkait dengan topik yang
dipilih (Putri, 2019).

3.2.5.1.1. Dasar Teori


Dasar teori merupakan materi – materi dasar yang berkaitan dengan pembuatan
mesin gerinda TCT circular saw. Dasar teori didapatkan dari jurnal – jurnal
penelitian, buku, dan literatur lain yang berhubungan dengan kasus terkait seperti
teori mengenai TCT circular saw, penggerindaan, diamond grinding wheel,
helical torsion spring, dan pengelasan SMAW.

3.2.5.1.2. Dasar Perhitungan


Dasar Perhitungan diperlukan untuk menentukan ukuran dan komponen yang
digunakan. Dasar perhitungan rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw
meliputi perhitungan penggerindaan, helical torsion spring, dan baut, .

3.2.5.2. Perancangan
Perancangan digunakan untuk menganalisis proses pembuatan mesin gerinda TCT
circular saw yang dimulai dari membuat konsep desain hingga pemilihan
komponen dan material yang digunakan. Berikut merupakan langkah-langkah
pembuatan produk dari proses perancangan menurut (Budynas & Nisbett, 2015).
40

Gambar 3. 3 Diagram Alir Perancangan Model Shigley’s


(Budynas & Nisbett, 2015)
3.2.5.2.1. Identification of Need
Perancangan dimulai dengan diidentifikasinya suatu kebutuhan akan suatu produk
oleh seseorang, yang menyadari adanya suatu problem yang akan terpecahkan jika
diciptakan produk baru atau modifikasi produk yang telah ada. Identifikasi berisi
kegiatan untuk menganalisis permasalahan yang terjadi. Hasil identifikasi
kebutuhan pada proses penggerindaan TCT circular saw adalah diperlukannya
pembuatan mesin gerinda TCT circular saw guna mengurangi waktu dan biaya
penggerindaan.

3.2.5.2.2. Definition of Problem


Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merumuskan permasalahan yang
ada pada produk. Definisi masalah mencakup spesifikasi rancang bangun mesin
gerinda TCT circular saw. Spesifikasi yang dibutuhkan dalam merancang mesin
tersebut mencakup dimensi alat, dan spesifikasi komponen yang digunakan.

3.2.5.2.3. Synthesis
Tahap sintesis merupakan skema yang menghubungkan dengan elemen sistem
yang mungkin terjadi atau disebut penemuan desain atau konsep desain. Berbagai
skema harus diusulkan, diselidiki, dan dikuantifikasi dalam bentuk metrik yang
telah ditetapkan. Tahap sintesis mencakup proses mencari referensi yang sejenis
dengan desain penelitian yang dibuat.
41

a. Konsep Desain
Konsep desain adalah garis besar bentuk rencana desain yang akan dibuat. Konsep
desain ini disesuaikan dengan komponen yang akan dipilih sesuai spesifikasi yang
ada di pasar. Konsep desain dan komponen yang telah dipilih selanjutnya
dilakukan proses desain alat secara tiga dimensi (3D) menggunakan aplikasi
Solidwork.

b. Desain 3D
Konsep desain yang telah ditentukan, selanjutnya direalisasikan dengan bentuk
desain visual secara tiga dimensi (3D). Desain dilakukan menggunakan aplikasi
Solidwork. Dimensi material disesuaikan dengan ketersediaan material dan
komponen yang sudah ada di industri serta dirancang sesuai kondisi lapangan di
workshop, sedangkan dimensi komponen mengikuti dimensi standar yang ada di
pasaran.

c. Pembuatan Alternatif Desain


Penilaian konsep desain dapat dilakukan dengan cara pembuatan alternatif desain.
Alternatif desain berfungsi untuk memberikan variasi pemilihan desain dan
memudahkan dalam mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang
ditemukan.

1) Alternatif Desain I
Alternatif desain I menggunakan merek VEVOR type circular blade sharpener
sebagai referensi mesin gerinda TCT circular saw yang ada di pasaran. Prinsip
kerja mesin ini yaitu diamond grinding wheel dipasang langsung pada motor
listrik yang sebagai penggeraknya. Kelebihan dari alternatif desain ini adalah
konstruksinya yang sederhana sehingga memudahkan proses maintenance,
mudahnya proses setting pada mesin, dan dapat dilakukan setting sudut dudukan
circular saw maupun sudut diamond grinding wheel. Kekurangan dari alternatif
desain ini adalah kurangnya keamanan operator karena harus memegang circular
saw secara langsung. Operator harus memutar circular saw secara manual karena
tidak adanya komponen untuk memutar circular saw secara otomatis.
42

Gambar 3. 4 Alternatif Desain I Mesin Gerinda TCT Circular Saw


(Sumber: Google.com)

2) Alternatif Desain II
Alternatif desain II merupakan penggabungan antara alternatif desain I dengan ide
penulis. Prinsip kerja mesin gerinda TCT circular saw alternatif desain yang
kedua yaitu diamond grinding wheel langsung dipasang pada motor listrik, dan
adanya pegas oneway sebagai pemutar circular saw. Pada proses penggerindaan
menggunakan alternatif desain II, operator tidak memegang circular saw secara
langsung dan hanya perlu memajukan dan memundurkan handle circular saw.
Saat handle dimundurkan, circular saw akan berputar sesuai dengan jumlah gigi
yang diatur karena adanya pegas oneway sebagai pemutarnya. Posisi motor listrik
dapat diatur bebas sesuai dengan rail yang dibuat sehingga dapat melakukan
penggerindaan berbagai sudut. Kelebihan alternatif desain ini adalah dapat
digunakan untuk menggerinda dengan sudut tertentu karena motor listrik yang
dapat diatur bebas dan perawatan lebih sedikit karena tidak terdapat transmisi.
Kekurangan dari alternatif desain ini adalah kecepatan putar grinding wheel tidak
dapat diatur karena langsung terpasang pada motor listrik.
43

Gambar 3. 5 Alternatif Desain II Mesin Gerinda TCT Circular Saw


(Dokumen Pribadi)
3) Perbandingan Alternatif Desain
Pemilihan alternatif desain dapat berdasarkan kelebihan dan kekurangan tiap
desainnya yang akan ditampilkan pada tabel 3.2.

Tabel 3. 1 Kelebihan dan Kekurangan Tiap Alternatif Desain

Alternatif Desain Kelebihan Kekurangan


Desain I  Konstruksinya yang  Kurangnya keamanan
sederhana memudahkan operator
proses maintenance pada  Operator harus memutar
mesin circular saw secara
 Mudahnya proses setting manual
sudut pada mesin
 Dapat dilakukan setting
sudut dudukan circular saw
maupun sudut diamond
grinding wheel
44

Desain II  Dapat menggerinda dengan  Kecepatan putar grinding


sudut tertentu karena motor wheel tidak dapat diatur
listrik yang dapat diatur karena langsung terpasang
bebas pada motor listrik
 Perawatan lebih sedikit
karena tidak terdapat
transmisi.
 Keamanan operator lebih
terjamin
 Circular saw dapat
berputar secara otomatis

d. Pertimbangan Alternatif Desain


Altenatif desain yang telah dibuat perbandingan berdasarkan beberapa kriteria
penilaian yang menyesuaikan kebutuhan akan permasalahan fungsi, kemudahan
penggunaan, biaya pembuatan, perawatan, dan konstruksi. Dalam proses
perbandingan konsep atau desain dapat menggunaan matriks penyaringan konsep
(Ulrich & Eppinger, 2018):

Tabel 3. 2 Matriks Penyaringan Alternatif Desain (Ulrich & Eppinger, 2018)

Desain I
Desain II
Kriteria (VEVOR type
(Mesin Gerinda TCT
circular blade
Circular Saw)
sharpener)
Fungsional 0 0
Keamanan Penggunaan - +
Biaya Terjangkau 0 0
Perawatan Mudah + -
Konstruksi Sederhana 0 0
Jumlah + 1 1
Jumlah 0 3 3
45

Jumlah - 1 1
Nilai 0 0
Ranking Sama

Pemeringkatan kriteria dilakukan dengan membandingkan antar


kriteria: Nilai + = Kriteria desain lebih baik dibandingkan desain
lainnya.
Nilai 0 = Kriteria desain sama baiknya dibandingkan desain
lainnya. Nilai - = Kriteria desain kurang baik dibandingkan desain
lainnya.

e. Penilaian Alternatif Desain


Penilaian alternatif desain berfungsi untuk melihat nilai alternatif desain di setiap
kriterianya. Jadi, nilai yang dihasilkan dapat menjadi pertimbangan pemilihan
desain yang akan digunakan. Dalam memberikan penilaian pada setiap alternatif
desain diperlukan bobot tiap kriteria. Bobot dihasilkan dari tingkat kepentingan
dari kriteria yang digunakan. Untuk menentukan berapa nilai dari setiap kriteria
yang ada pada alternatif desain tersebut dilakukan perkalian skor dan bobot
kriteria, kemudian nilai tiap kriteria dijumlahkan untuk mengetahui nilai
keseluruhan alternatif desain. Tabel 3.4 akan menjelaskan penilaian masing-
masing alternatif desain (Ulrich & Eppinger, 2018):

Tabel 3. 3 Penilaian Alternatif Desain (Ulrich & Eppinger, 2018)

Alternatif I Alternatif II
Kriteria Bobot
Skor Nilai Skor Nilai

Fungsional 25 % 9 2,25 9 2,25

Keamanan Penggunaan 30 % 7 2,1 9 2,7

Biaya Terjangkau 10 % 8 0,8 8 0,8

Perawatan Mudah 20 % 9 1,8 7 1,4

Konstruksi Sederhana 15 % 8 1,2 8 1,2

Jumlah 41 8,15 42 8,35


46

Keterangan :
Nilai = Bobot x Skor
Berdasarkan penilaian yang dilakukan terhadap masing-masing alternatif desain,
maka alternatif desain II dipilih karena memiliki nilai paling tinggi daripada
alternatif desain yang lain yaitu sebesar 8,35.

3.2.5.2.4. Analysis and Optimization


Desain mesin gerinda TCT circular saw yang terpilih dapat dilakukan analisis
melalui perhitungan matematik dan dioptimalisasikan lebih lanjut. Analisis
dilakukan untuk menilai seberapa baik kinerja dari desain yang dibuat.
a. Perhitungan Gaya Penggerindaan
1) Material Removal Rate (MRR)
Berdasarkan persamaan 2.1 dilakukan perhitungan untuk material removal
rate (MRR) dengan persamaan :

𝑀𝑅𝑅 = 𝑑𝑜𝑐 × 𝑤 × 𝑣

Menentukan Material Removal Rate (MRR) penggerindaan menggunakan


diamond grinding wheel dengan kedalaman pemotongan doc = 0,05 mm,
dengan lebar penggerindaan w = 5 mm, dan jika laju pemakanan yang
digunakan adalah v = 2.000 mm/min, maka:

𝑀𝑅𝑅 = 0,05 𝑚𝑚 × 5 𝑚𝑚 × 2.000 𝑚𝑚/𝑚𝑖𝑛


𝑀𝑅𝑅 = 500 𝑚𝑚 3 /𝑚𝑖𝑛

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui Material Removal Rate


(MRR) pada diamond grinding wheel sebesar 500 𝑚𝑚 3 /𝑚𝑖𝑛.

2) Daya Penggerindaan
Berdasarkan persamaan 2.2 dilakukan perhitungan daya yang diperlukan
untuk proses penggerindaan menggunakan persamaan :

𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝑢 × 𝑀𝑅𝑅

Berdasarkan Lampiran 8 dapat diketahui energi spesifik (u) penggerindaan


tungsten carbide adalah 33 J/mm3 atau 33 W.s/mm3, maka dapat dilakukan
perhitungan daya penggerindaan
47

𝑊.𝑠
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 33
1 𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑚 3
𝑚𝑚3 ( 60 𝑠 ) × 500 𝑚𝑖𝑛

𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 275 𝑤𝑎𝑡𝑡

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui daya motor yang digunakan


untuk proses penggerindaan minimal sebesar 275 watt.

3) Gaya penggerindaan
Berdasarkan perhitungan daya penggerindaan telah menggunakan persamaan
2.2 diketahui daya penggerindaan sebesar 275 watt.

Jika, 1 watt = 1 Nm/s = 60 Nm/min, maka

𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 275 𝑤𝑎𝑡𝑡 × 60 𝑁𝑚/ min = 16.500 𝑁𝑚/𝑚𝑖𝑛

Berdasarkan persamaan 2.3, 2.4 dan 2.5 dapat dilakukan perhitungan gaya
penggerindaan (Fc) dengan persamaan :

𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝑇 × 𝜔 , Jika 𝑇 = 𝐹𝑐 × 𝐷/2 dan 𝜔 = 2𝜋𝑁, maka


𝐷
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝐹𝑐 × × 2𝜋𝑁
2
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 × 2
𝐹𝑐 =
𝐷 × 2𝜋𝑁

Jika diameter diamond grinding wheel adalah D = 5 inch atau 127 mm, dan
kecepatan putaran mesin yang digunakan adalah N = 2.975 rpm, maka:

16.500 𝑁𝑚/𝑚𝑖𝑛 × 2
𝐹𝑐 = 0,001 𝑚
127 𝑚𝑚 ( ) × 2𝜋 2.975 𝑟𝑝𝑚
1 𝑚𝑚
𝐹𝑐 = 13,9 𝑁

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui gaya penggerindaan yang


dihasilkan sebesar 13,9 N.

4) Torsi penggerindaan
Berdasarkan persamaan 2.4 dilakukan perhitungan untuk torsi penggerindaan
dengan persamaan :

𝑇 = 𝐹𝑐 × 𝐷/2
𝑇 = 13,9 𝑁 × 127 𝑚𝑚/2
𝑇 = 882,65 𝑁𝑚𝑚
48

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui torsi penggerindaan yang


dihasilkan mesin sebesar 882,65 Nmm.

b. Perhitungan Helical Torsion Spring


Diketahui diameter lilitan D = 12 mm dengan diameter kawat d = 1 mm.
1) Indeks pegas
Berdasarkan persamaan 2.6 dilakukan perhitungan untuk indeks pegas
dengan persamaan :
𝐷 12
𝐶= = = 12
𝑑 1
2) Wahl’s stress factor
Berdasarkan persamaan 2.7 dilakukan perhitungan untuk Wahl’s stress factor
dengan persamaan :
4𝐶2 − 𝐶 − 1 4 × 122 − 12 − 1 576 − 13 563
𝐾= = = = = 1,06
4𝐶 − 4𝐶
2
4 × 12 − 4 × 12
2
576 − 48 528

3) Tegangan lentur
Berdasarkan persamaan 2.8 dilakukan perhitungan untuk tegangan lentur
pegas torsi helik dengan persamaan :
32 𝑀
𝜎𝑏 = 𝐾 ×
𝜋 𝑑3
Jika momen yang diterapkan pada pegas torsi sebesar M = 0,03 Nm atau 30
Nmm, maka

32 × 30
𝜎𝑏 = 1,06 × 𝑁𝑚𝑚
𝜋 (1 𝑚𝑚)3
𝜎𝑏 = 323,9 N/mm2

Berdasarkan perhitungan tersebut dihasilkan torsi pada pegas sebesar 323,9


N/mm2

4) Sudut defleksi
Berdasarkan persamaan 2.9 dilakukan perhitungan untuk sudut defleksi
pegas torsi helik dengan persamaan :

64 𝑀
𝜃= 𝐷𝑁
𝐸 𝑑4
49

Jika jumlah lilitan N = 4 lilitan dan berdasarkan Lampiran 9 dapat diketahui


modulus elastisitas stainless-steel E = 196 KN/mm2, maka
64 × 30 𝑁𝑚𝑚 × 12 𝑚𝑚 × 4
𝜃= = 0,47 𝑟𝑎𝑑
(196 × 103) 𝑁/𝑚𝑚2 × (1 𝑚𝑚)4
180
𝜃 = 0,47 𝑟𝑎𝑑 = 26,93°
𝜋
5) Konstanta pegas
Berdasarkan persamaan 2.10 dilakukan perhitungan untuk menentukan
konstanta pegas dengan persamaan :

𝜋𝐸𝑑4
𝐾𝑎 =
1
64[𝜋𝐷𝑁 + (𝑎 + 𝑎 )]
3 1 2

Jika panjang lengan pegas 𝑎1= 15 mm dan 𝑎2= 6,5 mm, jumlah lilitan N = 4
lilitan, dan berdasarkan Lampiran 9 dapat diketahui modulus elastisitas
stainless-steel E = 196 KN/mm2, maka

𝜋 × (196 × 103) 𝑁/𝑚𝑚2 × (1 𝑚𝑚)4


𝐾𝑎 =
1
64[𝜋 × 12 𝑚𝑚 × 4 + (15 + 6,5)𝑚𝑚]
3
𝐾𝑎 = 60,9 Nmm

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui konstanta pegas sebesar 60,9


Nmm.

6) Waktu rata-rata pegas menuju kegagalan


Berdasarkan persamaan 2.11 dilakukan perhitungan untuk waktu rata-rata
pegas menuju kegagalan/kerusakan.
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 𝜃Γ(1 + )
𝛽
Jika dilakukan siklus (𝜃) sebanyak 100.000 cycle dengan tingkat kegagalan
(𝛽) = 2,07 maka
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = 100.000 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 Γ(1 + )
2,07
50


Jika berdasarkan persamaan 2.12 Fungsi gamma Γ(𝑛) = ∫ 𝑥𝑛−1𝑒−𝑥𝑑𝑥,
0
maka dihasilkan
100
Γ (1 + 1 ) = ∫ 𝑥 𝑛−1 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥
2,07 0
100
Γ(1,4831) = ∫ 𝑥1,4831−1𝑒−𝑥𝑑𝑥
0
100
Γ(1,4831) = ∫ 𝑥0,4831𝑒 −𝑥 𝑑𝑥
0

Γ(1,4831) = 0,8858
Dari fungsi gamma yang dihasilkan diatas maka didapat MTTF sebesar:

𝑀𝑇𝑇𝐹 = 100.000 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 × 0,8858


𝑀𝑇𝑇𝐹 = 88.580 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui dengan siklus (𝜃) 100.000
cycle menghasilkan MTTF sebesar 88.580 cycle.

c. Perhitungan Baut
1) Baut landasan dudukan circular saw
Mur dan baut ini digunakan untuk menahan landasan dudukan circular saw pada
rangka meja. Pemilihan mur dan baut yang digunakan pada landasan dudukan ini
dihitung berdasarkan :

a. Massa pada mesin gerinda TCT circular saw


 Massa landasan dudukan = 1.915,72 gram
 Massa dudukan circular saw = 905,63 gram
 Massa slide dudukan circular saw = 1.137,29 gram
 Massa pengunci circular saw = 178,13 gram
 Massa handle circular saw = 87,45 gram
 Massa linear bearing x 2 = 2 x 110 gram = 220 gram
 Massa as linear bearing x 2 = 2 x 122,52 gram = 245,04 gram
 Massa penahan circular = 42,55 gram
 Massa part setting 1 = 39,05 gram
 Massa part setting 2 = 76,34 gram
Jumlah = 4.847,2 gram = 4,8472 kg
51

b. Gaya dorong/tarik maksimal manusia = 200 N


c. Material baut S30C Syt = 480 N/mm2
d. Factor safety (fs) =5
e. Jumlah baut (n) = 4 buah

Berdasarkan persamaan (2.17) dan (2.19) maka diameter baut yang aman
digunakan adalah sebagai berikut :

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔
𝑚
= 4,8472 𝑘𝑔 × 9,81
𝑠2
= 47,551 𝑁
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 47,551 + 200 𝑁
= 247,551 𝑁
4 𝑥 247,551 𝑁
𝑑 = 𝑁
√ 0,5 𝑥480
4𝜋 𝑥
5
𝑚𝑚2

= 1,281 𝑚𝑚
Diameter baut yang akan digunakan adalah M10 x 1,5 (𝑑 = 9,5 𝑚𝑚), maka
baut yang direncanakan aman untuk digunakan.

2) Baut slide dudukan circular saw


Mur dan baut ini digunakan untuk menyambungkan dan menahan slide dudukan
circular saw dengan landasan dudukan circular saw. Pemilihan mur dan baut
yang digunakan pada dudukan ini dihitung berdasarkan :

a. Massa pada mesin gerinda TCT circular saw


 Massa dudukan circular saw = 905,63 gram
 Massa slide dudukan circular saw = 1.137,29 gram
 Massa pengunci circular saw = 178,13 gram
 Massa handle circular saw = 87,45 gram
 Massa linear bearing x 2 = 2 x 110 gram = 220 gram
 Massa as linear bearing x 2 = 2 x 122,52 gram = 245,04 gram
 Massa penahan circular = 42,55 gram
52

 Massa part setting 1 = 39,05 gram


 Massa part setting 2 = 76,34 gram
Jumlah = 2.931,48 gram = 2,93148 kg
b. Gaya dorong maksimal manusia = 200 N
c. Material baut S30C Syt = 480 N/mm2
d. Factor safety (fs) =5
e. Jumlah baut (n) = 2 buah

Berdasarkan persamaan (2.17) dan (2.19) maka diameter baut yang aman
digunakan adalah sebagai berikut :

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔
𝑚
= 2,93148 𝐾𝑔 × 9,81
𝑠2
= 28,758 𝑁
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 28,758 + 200 𝑁
= 228,758 𝑁
4 𝑥 228,758 𝑁
𝑑 = 𝑁
√ 0,5 𝑥480
2𝜋 𝑥
5
𝑚𝑚2

= 1,742 𝑚𝑚
Diameter baut yang akan digunakan adalah M10 x 1,5 (𝑑 = 9,5 𝑚𝑚), maka
baut yang direncanakan aman untuk digunakan.

3) Baut motor gerinda


Mur dan baut ini digunakan untuk menahan motor gerinda pada dudukan motor
gerinda. Pemilihan mur dan baut yang digunakan pada motor gerinda ini dihitung
berdasarkan :
a. Massa pada mesin gerinda TCT circular saw
 Massa motor gerinda = 6 kg
b. Material baut S30C Syt = 480 N/mm2
c. Factor safety (fs) =5
d. Jumlah baut (n) = 4 buah
53

Berdasarkan persamaan (2.17) dan (2.19) maka diameter baut yang aman
digunakan adalah sebagai berikut :

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔
𝑚
= 6 𝐾𝑔 × 9,81
𝑠2
= 58,86 𝑁
4 𝑥 58,86 𝑁
𝑑 = 𝑁
√ 0,5 𝑥480
4𝜋 𝑥
5
𝑚𝑚2

= 0,62 𝑚𝑚

Diameter baut yang akan digunakan adalah M10 x 1,5 (𝑑 = 9,5 𝑚𝑚), maka
baut yang direncanakan aman untuk digunakan.

4) Baut dudukan motor gerinda


Mur dan baut ini digunakan untuk menahan dan mengatur motor gerinda dan
dudukan motor gerinda pada slide dudukan motor gerinda. Pemilihan mur dan
baut yang digunakan pada motor gerinda ini dihitung berdasarkan :

a. Massa pada mesin gerinda TCT circular saw


 Massa motor gerinda = 6 kg
 Massa dudukan motor gerinda = 1.158,22 gram
Jumlah = 7,15822 kg
b. Material baut S30C Syt = 480 N/mm2
c. Factor safety (fs) =5
d. Jumlah baut (n) = 1 buah

Berdasarkan persamaan (2.17) dan (2.19) maka diameter baut yang aman
digunakan adalah sebagai berikut :
𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔
𝑚
= 7,15822 𝐾𝑔 × 9,81
𝑠2
= 70,222 𝑁
54

𝑑 = 4 𝑥 70,222 𝑁
√ 𝑁
0,5 𝑥480
𝜋𝑥
5
𝑚𝑚2

= 1,365 𝑚𝑚

Diameter baut yang akan digunakan adalah M10 x 1,5 (𝑑 = 9,5 𝑚𝑚), maka
baut yang direncanakan aman untuk digunakan.

5) Baut slide dudukan motor gerinda


Mur dan baut ini digunakan untuk menahan motor gerinda, dudukan motor
gerinda dan slide dudukan motor gerinda pada rail motor gerinda. Pemilihan mur
dan baut yang digunakan pada motor gerinda ini dihitung berdasarkan :

a. Massa pada mesin gerinda TCT circular saw


 Massa motor gerinda = 6 kg
 Massa dudukan motor gerinda = 1.158,22 gram
 Massa slide dudukan motor gerinda = 1.148,77 gram
Jumlah = 8,307 kg
b. Material baut S30C Syt = 480 N/mm2
c. Factor safety (fs) =5
d. Jumlah baut (n) = 6 buah

Berdasarkan persamaan (2.17) dan (2.19) maka diameter baut yang aman
digunakan adalah sebagai berikut :

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔
𝑚
= 8,307 𝐾𝑔 × 9,81
𝑠2
= 81,49 𝑁
4 𝑥 81,49 𝑁
𝑑 = 𝑁
√ 0,5 𝑥480
6𝜋 𝑥
𝑚𝑚2
5
= 0,600 𝑚𝑚

Diameter baut yang akan digunakan adalah M6 x 1,5 (𝑑 = 5,5 𝑚𝑚), maka
baut yang direncanakan aman untuk digunakan.
55

6) Baut rail motor gerinda


Mur dan baut ini digunakan untuk menahan motor gerinda, dudukan motor
gerinda, slide dudukan motor gerinda dan rail motor gerinda pada rangka meja.
Pemilihan mur dan baut yang digunakan pada motor gerinda ini dihitung
berdasarkan :

a. Massa pada mesin gerinda TCT circular saw


 Massa motor gerinda = 6 kg
 Massa dudukan motor gerinda = 1.158,22 gram
 Massa slide dudukan motor gerinda = 1.148,77 gram
 Massa rail motor gerinda x 2 = 2 x 739,39 gram = 1478,78 gram
Jumlah = 9,786 kg
b. Material baut S30C Syt = 480 N/mm2
c. Factor safety (fs) =5
d. Jumlah baut (n) = 12 buah

Berdasarkan persamaan (2.17) dan (2.19) maka diameter baut yang aman
digunakan adalah sebagai berikut :

𝐹𝑏𝑜𝑙𝑡 = 𝑚 . 𝑔
𝑚
= 9,786 𝐾𝑔 × 9,81
𝑠2
= 96 𝑁

𝑑= √ 4 𝑥 96
𝑁 𝑁
0,5 𝑥480
12𝜋 𝑥 𝑚𝑚2
5
= 0,46 𝑚𝑚

Diameter baut yang akan digunakan adalah M6 x 1,5 (𝑑 = 5,5 𝑚𝑚), maka
baut yang direncanakan aman untuk digunakan.

d. Perhitungan Balancing
Data perhitungan proses balancing berdasarkan spesifikasi motor yang digunakan
dan tingkat kualitas keimbangan rotor standar. Diketahui bahwa motor yang
digunakan memiliki kecepatan putaran mesin N sebesar 2.975 rpm dengan berat
rotor 2,5 kg. Berdasarkan Lampiran 12 dapat diketahui bahwa tingkat kualitas
56

keseimbangan rotor untuk gerinda adalah G 0,4. Eksentrisitas massa yang terjadi
dapat dihitung sebagai berikut:

𝐸𝑡 = (9.550/𝑁). 𝐺

𝐸𝑡 = (9.550/2.975 𝑟𝑝𝑚).0,4 𝑚𝑚/𝑠

𝐸𝑡 = 1,284 𝜇

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung ketidakseimbangan yang terjadi


menggunakan persamaan (2.21) sebagai berikut:

𝑈 = 𝐸𝑡. 𝑀
0,001 𝑚𝑚 1.000 𝑔𝑟
𝑈 = 1,284 𝜇 × 2,5 𝑘𝑔 1 𝑘𝑔
1𝜇
𝑈 = 3,21 𝑔𝑟. 𝑚𝑚

e. Perhitungan Vibrasi / Getaran


Data perhitungan getaran berdasarkan spesifikasi motor gerinda dan material yang
digunakan pada dudukan motor. Motor gerinda yang dipakai memiliki putaran
maksimum sebesar 2.975 rpm. Massa dari motor gerinda adalah 6 kg. Berdasarkan
Lampiran 10, material ASTM A36 memiliki modulus elastisitas (E) 200 Gpa atau
2 x 105 N/mm2. Dimensi penampang dudukan motor listrik adalah 180 x 4 mm
dengan panjang dudukan 220 mm.

Berdasarkan persamaan 2.22 dan dimensi penampang dudukan motor listrik,


maka dapat dilakukan perhitungan momen inersia penampang sebagai berikut:

1
𝐼 = 𝑏ℎ3
12
1
𝐼 = 180 × 43
12

𝐼 = 960 𝑚𝑚4

Setelah dilakukan perhitungan momen inersia penampang pada dudukan motor


listrik, maka dapat dilakukan perhitungan koefisien kekakuan sesuai dengan
persamaan 2.23.

48𝐸𝐼
𝑘=
𝐿3
57

48 × 2 × 105[𝑁/𝑚𝑚2] × 960[𝑚𝑚4]
𝑘=
2203[𝑚𝑚3]
𝑘 = 865,515 𝑁/𝑚𝑚

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan koefisien kekakuan (𝑘) = 865,515


N/mm, sehingga berdasarkan persamaan 2.25 dapat dilakukan perhitungan natural
frequency.

𝑘
𝜔=√
𝑚
𝑁
865,515 [ ]
√ 𝑚𝑚
𝜔=
6 [𝑘𝑔]
𝜔 = 12,01 𝑟𝑎𝑑/𝑠

Berdasarkan persamaan 2.26 dapat dilakukan perhitungan forced frequency ̅


sebagai berikut:

2𝜋𝑁
̅ =
60
2𝜋 × 2.975 [𝑟𝑝𝑚]
̅ =
60
𝜔̅ = 311,54 𝑟𝑎𝑑/𝑠

Berdasarkan persamaan 2.27 dapat dilakukan perhitungan koefisien redaman kritis


𝐶𝑐𝑟 sebagai berikut:

𝐶𝑐𝑟 = 2 √𝑘 𝑚
𝑁
𝐶𝑐𝑟 = 2 × √865,515 [ ] × 6 [𝑘𝑔]
𝑚𝑚

𝐶𝑐𝑟 = 144,126 𝑁𝑠/𝑚𝑚

Jika menggunakan rasio kekakuan dengan koefisien redaman (k/c) = 100, maka
koefisien redamannya sebagai berikut:
𝑘
= 100
𝑐
𝑘
𝑐=
100
58

865,515
𝑐=
100

𝑐 = 8,655 𝑁𝑠/𝑚𝑚

Setelah diketahui koefisien redaman aktual dan dan kritis, dapat dilakukan
perhitungan rasio redaman menggunakan persamaan 2.28:

𝐶
𝜉=
𝐶𝑐𝑟

8,655
𝜉=
144,126

𝜉= 0,06

Berdasarkan sifat dinamis material dibawah kondisi standar pada tabel 2.5 dan
perhitungan rasio redaman, dapat diketahui bahwa material rubber dapat
digunakan sebagai peredam getaran untuk mengurangi getaran yang terjadi pada
mesin gerinda TCT circular saw karena material rubber memiliki damping ratio
(𝜉 rubber) yang mendekati yaitu sebesar 0,05. Berdasarkan Lampiran 7,
spesifikasi NBR (Nitrile Butadiene Rubber) Vibration Pad, material NBR
memiliki nilai damping ratio sebesar 0,09 – 0,1, sehingga dapat dikatakan getaran
yang terjadi dapat diredam menggunakan material tersebut.

3.2.5.2.5. Evaluation
Hasil dari langkah sintesis dan analisis dievaluasi terhadap spesifikasi yang telah
ditentukan. Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan desain terbaik yang mampu
bekerja dengan baik sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

a. Pemilihan Komponen dan Material


Pemilihan komponen pembuatan mesin gerinda TCT circular saw disesuaikan
dengan spesifikasi yang telah dihitung dan berdasarkan komponen yang tersedia di
pasaran. Pemilihan komponen ini bertujuan untuk perhitungan biaya pengadaan
bahan dan penentuan kebutuhan untuk menunjang kinerja desain mesin gerinda
TCT circular saw.

b. Fabrikasi dan Pembuatan Alat


Proses pembuatan mesin gerinda TCT circular saw dilakukan dalam beberapa
tahapan diantaranya:
59

a. Pengadaan Material dan Fabrikasi


Pengadaan material dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam pembuatan
mesin gerinda TCT circular saw seperti angle beam ASTM A36, plat ASTM
A36, linear bearing, plat alumunium, baut dan mur.
Proses fabrikasi mesin gerinda TCT circular saw sesuai dengan gambar
perancangan yang telah didesain. Proses fabrikasi dilakukan dengan berbagai
proses seperti proses pemotongan, proses permesinan, proses pengelasan, dan
proses pengecatan.
b. Perakitan (Assembly)
Setelah proses pembuatan tiap komponennya, selanjutnya komponen tersebut
dirakit sesuai dengan gambar desain yang dibuat. Proses perakitan mesin
gerinda TCT circular saw banyak menggunakan sambungan baut.
c. Trial and Error
Trial and error berfungsi untuk mengetahui mekanisme mesin gerinda TCT
circular saw sesuai dengan mekanisme proses yang diharapkan dan untuk
mengecek agar tidak terdapat kesalahan dalam proses pembuatan.

3.2.5.2.6. Presentation
Presentasi berfungsi untuk mengkomunikasikan hasil pengujian dari alat yang
dibuat dan membuktikan bahwa solusi yang diberikan lebih baik. Presentasi
meliputi mempersiapkan gambar detail rancangan desain, daftar komponen yang
dibutuhkan, dan pemberian informasi proses pembuatan rancang bangun mesin
gerinda TCT circular saw.

3.2.6. Pemantauan Sistem (monitoring System)


Pemantauan sistem berfungsi sebagai pendekatan keberhasilan solusi yang
dilakukan dan sebagai sistem kontrol agar dapat mengatasi masalah yang akan
terjadi.
3.2.6.1. Pengujian
Tahap pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan pada mesin gerinda
TCT circular saw ini yaitu pengujian waktu proses.
60

1. Pengujian Waktu Proses


Pengujian waktu proses bertujuan untuk mengetahui lama proses penggerindaan
TCT circular saw dengan mesin gerinda yang dibuat. Pengujian waktu proses
penggerindaan dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, dan menghitung
waktu yang diperlukan untuk proses penggerindaan TCT circular saw dengan
menggunakan mesin gerinda TCT circular saw menggunakan alat ukur stopwatch.
Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali untuk tiap prosesnya, yang kemudian
dirata- rata dan dijumlahkan secara keseluruhan sehingga menghasilkan waktu
keseluruhan proses. Proses yang diuji adalah proses setting sudut, setting motor
gerinda, pengasahan, dan setting gerakan TCT circular saw. Dari hasil waktu
keseluruhan proses dilakukan perbandingan waktu sebelum penggunaan mesin
dan sesudah penggunaan mesin. Analisis ini menggunakan metode paired sample
t-tes. Hasil yang diharapkan dari pengujian waktu proses adalah penurunan waktu
secara signifikan pada proses penggerindaan TCT circular saw.

2. Pengujian Biaya
Pengujian biaya bertujuan untuk mengetahui biaya pembuatan mesin gerinda TCT
circular saw dan berapa titik impas dari pembuatan tersebut. Biaya pembuatan
terdiri dari harga material, harga komponen dan harga jasa pembuatan mesin
gerinda TCT circular saw. Pengujian menggunakan metode Break Even Point
(BEP) yang diharapkan dapat diketahuinya titik impas pembuatan mesin dan
adanya penurunan biaya pada proses penggerindaan TCT circular saw.

3.2.6.2. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap untuk mengetahui apakah solusi yang dibuat dan hasil
pengujian yang dilakukan telah berhasil menyelesaikan permasalahan yang
ditemukan. Hasil pengujian pada mesin gerinda TCT circular saw dibandingkan
dengan sebelum menggunakan mesin tersebut. Apabila hasil evaluasi telah
berhasil mengatasi permasalahan yang ditemukan, maka dilanjutkan ke tahap
analisis dan laporan. Namun jika belum berhasil harus kembali ke tahap
perancangan dan pembuatan mesin untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
61

3.2.6.3. Analisis dan Laporan


Pada tahap ini dilakukan proses analisis-analisis terkait dengan mesin yang dibuat
yang kemudian disusun menjadi skripsi sebagai laporan kegiatan penelitian yang
dilakukan.
BAB IV
DATA DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Proses Penggerindaan TCT Circular Saw Sebelum Improvement


Pengujian dilakukan di bengkel penjasaan penggerindaan TCT circular saw, data
yang dihasilkan merupakan data penggerindaan dari beberapa pelanggan yang
melakukan penggerindaan TCT circular saw ditambah dengan waktu perjalanan
menuju ke bengkel penjasaan. Tabel 4.1 adalah data waktu proses penggerindaan
TCT circular saw sebelum dilakukannya improvement.

Tabel 4. 1 Pengujian waktu penggerindaan sebelum improvement

Pengujian Waktu yang dibutuhkan

1 15 menit 7 detik
(907 s)
2 12 menit 55 detik
(775 s)
3 15 menit 42 detik
(942 s)
4 20 menit 29 detik
(1.229 s)
5 17 menit 45 detik
(1.065 s)
6 16 menit 58 detik
(1.018 s)
7 22 menit 43 detik
(1.363 s)
8 19 menit 38 detik
(1.178 s)
9 13 menit 9 detik
(789 s)
10 14 menit 27 detik
(867 s)

62
63

4.2. Aliran Proses Penggunaan Mesin Gerinda TCT Circular Saw


Penggunaan mesin gerinda TCT circular saw terdapat beberapa urutan proses
yang harus dilakukan secara berurutan. Urutan proses penggunaan akan
ditampilkan pada Gambar 4.1 sebagai berikut:

Setting gerakan TCT circular saw

Setting sudut dudukan TCT circular saw


sisi pertama

Setting posisi diamond grinding wheel


sisi pertama

Penggerindaan TCT circular saw sisi


pertama

Setting sudut dudukan TCT circular saw


sisi kedua

Setting posisi diamond grinding wheel


sisi kedua

Penggerindaan TCT circular saw sisi


kedua
Gambar 4. 1 Aliran Proses Penggerindaan Mesin Gerinda TCT Circular Saw

4.2.1. Proses Setting Gerakan TCT Circular Saw


Mesin gerinda TCT circular saw memiliki penggerak yang berfungsi untuk
menggerakkan circular saw secara otomatis apabila handle dimundurkan. TCT
circular saw diatur berputar tiap 2 mata potong setiap gerakan mundur handle.
Dilakukan pengaturan pada 3 komponen yaitu pin penahan, penahan oneway, dan
part setting oneway untuk mendapatkan gerakan TCT circular saw yang sesuai.
Tabel 4.2 adalah data waktu setting gerakan TCT circular saw.
64

Tabel 4. 2 Pengujian Waktu Setting Gerakan TCT Circular Saw

Pengujian Waktu yang dibutuhkan

1 5 menit 7 detik (307 s)


2 4 menit 49 detik (289 s)
3 3 menit 19 detik (199 s)
4 3 menit 33 detik (213 s)
5 4 menit 2 detik (242 s)
6 3 menit 54 detik (234 s)
7 3 menit 48 detik (228 s)
8 4 menit 37 detik (277 s)
9 4 menit 21 detik (261 s)
10 3 menit 59 detik (239 s)

4.2.2. Proses Setting Sudut Dudukan TCT Circular Saw


Pada proses ini, dudukan TCT circular saw dimiringkan berdasarkan gambar 2.2
Bosch Catalogue yaitu kemiringan sudut 15˚ dan dilakukan dua kali proses
setting. Pada proses setting sudut dudukan hanya perlu mengatur baut pengatur
yang terdapat pada dudukan circular saw. Tabel 4.3 adalah data waktu setting
sudut dudukan TCT circular saw.

Tabel 4. 3 Pengujian Waktu Setting Sudut Dudukan TCT Circular Saw

Waktu yang dibutuhkan


Pengujian
Sisi Pertama Sisi Kedua
1 10 s 9s
2 13 s 11 s
3 9s 11 s
4 11 s 10 s
5 10 s 8s
6 9s 9s
7 11 s 11 s
8 8s 8s
65

(lanjutan)
9 7s 10 s
10 9s 9s

4.2.3. Proses Setting Posisi Diamond Grinding Wheel


Proses setting posisi diamond grinding wheel dilakukan agar hasil penggerindaan
pada TCT circular saw dapat sesuai dengan kemiringan sudut berdasarkan gambar
2.2 Bosch Catalogue. Kemiringan yang digunakan adalah 15˚. Proses setting ini
dilakukan dengan mengatur diamond grinding wheel yang terpasang pada motor
listrik, yang kemudian dikencangkan dengan baut pada dudukan motor listrik.
Dilakukan dua kali setelah melakukan proses setting sudut dudukan. Tabel 4.4
adalah data waktu setting posisi diamond grinding wheel.

Tabel 4. 4 Pengujian Waktu Setting Posisi Diamond Grinding Wheel

Waktu yang dibutuhkan


Pengujian
Sisi Pertama Sisi Kedua
1 1 menit 30 detik (90 s) 2 menit 2 detik (122 s)
2 1 menit 42 detik (102 s) 1 menit 44 detik (104 s)
3 1 menit 19 detik (79 s) 1 menit 47 detik (107 s)
4 1 menit 24 detik (84 s) 1 menit 55 detik (115 s)
5 2 menit 11 detik (131 s) 2 menit 12 detik (132 s)
6 2 menit 3 detik (123 s) 2 menit 4 detik (124 s)
7 1 menit 55 detik (115 s) 1 menit 54 detik (114 s)
8 2 menit 10 detik (130 s) 1 menit 49 detik (109 s)
9 1 menit 57 detik (117 s) 2 menit 1 detik (121 s)
10 2 menit 22 detik (142 s) 1 menit 42 detik (102 s)

4.2.4. Proses Penggerindaan TCT Circular Saw


TCT circular saw yang digerinda memiliki mata potong sebanyak 48 gigi, yang
dibagi menjadi dua proses penggerindaan pada sisi yang berbeda. Jadi untuk tiap
sisinya terdapat 24 mata potong yang digerinda. Tabel 4.5 adalah data waktu
proses penggerindaan TCT circular saw.
66

Tabel 4. 5 Pengujian Waktu Penggerindaan Mesin Gerinda TCT Circular Saw


Waktu yang dibutuhkan
Pengujian
Sisi Pertama Sisi Kedua
1 2 menit 12 detik (132 s) 3 menit 10 detik (190 s)
2 2 menit 23 detik (143 s) 2 menit 47 detik (167 s)
3 2 menit 9 detik (129 s) 3 menit 4 detik (184 s)
4 2 menit 33 detik (153 s) 2 menit 31 detik (151 s)
5 2 menit 14 detik (134 s) 2 menit 18 detik (138 s)
6 3 menit 2 detik (182 s) 2 menit 44 detik (164 s)
7 2 menit 51 detik (171 s) 2 menit 22 detik (142 s)
8 3 menit 11 detik (191 s) 2 menit 56 detik (176 s)
9 2 menit 47 detik (167 s) 3 menit 12 detik (192 s)
10 3 menit 16 detik (196 s) 2 menit 51 detik (171 s)

4.2.5. Waktu Keseluruhan Proses Mesin Gerinda TCT Circular Saw


Tabel 4.6 adalah data waktu keseluruhan proses penggunaan mesin gerinda TCT
circular saw :

Tabel 4. 6 Waktu Keseluruhan Proses Mesin Gerinda TCT Circular Saw

Waktu yang dibutuhkan (detik)


Pengujian
A B C D E F G Total

1 307 10 90 132 9 122 190 860

2 289 13 102 143 11 104 167 829

3 199 9 79 129 11 107 184 718

4 213 11 84 153 10 115 151 737

5 242 10 131 134 8 132 138 795

6 234 9 123 182 9 124 164 845

7 228 11 115 171 11 114 142 792


67

(lanjutan)

8 277 8 130 191 8 109 176 899

9 261 7 117 167 10 121 192 875

10 239 9 142 196 9 102 171 868

Keterangan :

 A = Proses Setting gerakan TCT circular saw


 B = Proses Setting sudut dudukan TCT circular saw sisi pertama
 C = Proses Setting posisi diamond grinding wheel sisi pertama
 D = Proses Penggerindaan TCT circular saw sisi pertama
 E = Proses Setting sudut dudukan TCT circular saw sisi kedua
 F = Proses Setting posisi diamond grinding wheel sisi kedua
 G = Proses Penggerindaan TCT circular saw sisi kedua

4.3. Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Improvement


Tabel 4.7 adalah perbandingan waktu sebelum dan sesudah menggunakan mesin
gerinda TCT circular saw.

Tabel 4. 7 Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Improvement


Waktu yang dibutuhkan (detik)
Pengujian
Sebelum Improvement Sesudah Improvement
1 907 860
2 775 829
3 942 718
4 1.229 737
5 1.065 795
6 1.018 845
7 1.363 792
8 1.178 899
9 789 875
10 867 868
68

4.4. Data Analisis Ekonomi


Analisis ekonomi diperlukan sebagai analisis proses pembuatan alat, menghitung
penurunan biaya yang terjadi, dan mengukur seberapa cepat investasi akan
kembali. Data yang digunakan pada proses analisis ekonomi adalah daftar
komponen dan material pembuatan mesin gerinda TCT circular saw dan data
tambahan yang terdapat di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan.

Tabel 4.8 adalah daftar komponen dan material yang digunakan dalam proses
pembuatan mesin gerinda TCT circular saw.

Tabel 4. 8 Daftar Komponen dan Material Mesin Gerinda TCT Circular Saw

No Nama Bahan Material Ukuran Jumlah

1 Motor listrik - 1 HP, 2975 rpm 1

2 Diamond Grinding - Dish Wheel Ø 6 1


Wheel inch
3 Pelat ASTM A36 ASTM A36 4 mm dan 8 mm 12,5 kg

4 Angle Beam L ASTM A36 50x50x5 2

5 Besi As Stainless steel ø10x200 mm 2

6 Linear Bearing Aluminium SC10UU 2

7 Countersink Bolt S30C M6 x 40 mm 12

8 Countersink Bolt S30C M5 x 30 mm 8

9 Hex Bolt S30C M10 x 40 mm 6

10 Hex Bolt S30C M10 x 35 mm 4

11 Cap Bolt S30C M10 x 25 mm 2

12 Cap Bolt S30C M6 x 15 mm 6

13 Ring Plat SAE 1065 1/4 inch 14

14 Ring Per SAE 1065 1/2 inch 8


69

(lanjutan)

15 Saklar dan tempatnya PVC - 1

16 Kabel Nyyhy Cosmic - 2x1.5x3 m 1

17 Steker Broco Plastik - 1

18 Cat Pylox - 300cc/kaleng 3

Tabel 4.9 adalah data tambahan yang terdapat di UPT Industri Kayu dan Produk
Kayu Pasuruan yag sebelumnya dilakukan survei. Data tersebut digunakan dalam
perhitungan analisis ekonomi proses penggerindaan TCT circular saw.

Tabel 4. 9 Data Tambahan di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan

Data Keterangan

Jam Kerja UPT 8 jam/hari, 5 hari kerja/minggu

UMR Kota Pasuruan tahun 2021 Rp.4.290.000 / bulan

Biaya jasa proses penggerindaan(*) Rp.300 / gigi mata potong

Biaya penggerindaan di bengkel penjasaan Rp.20.000 / circular saw


mitra UPT
Biaya transportasi umum ke bengkel Rp.2.000 / perjalanan
penjasaan mitra UPT
Biaya listrik Golongan I-3/TM tahun 2022 Rp.1.114,74 / kWh

(*) Penentuan biaya jasa proses penggerindaan ditentukan sesuai dengan peraturan
UPT Industri Kayu dan Produk Kayu
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Data Waktu Penggerindaan TCT Circular Saw


Analisis yang dilakukan adalah pembahasan mengenai data waktu penggerindaan
dan biaya maintenance TCT circular saw. Berdasarkan data-data tersebut akan
dilakukan perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan mesin gerinda TCT
circular saw.

5.1.1. Pengujian Waktu Penggerindaan TCT Circular Saw


Berdasarkan data-data pada Tabel 4.7 dapat dibuat grafik perbandingan waktu
penggerindaan sebelum dan sesudah menggunakan mesin gerinda TCT circular
saw yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 sebagai berikut:

WA KT U P E N GGE R I N D A A N T C T C I R C U L A R SA W
1600
1.363
1400
1200 1.229 1.178
1000 1.065 1.018
800 942
600 907 875 868
829
400
WAKTU

200 845 899 867


0 860 775 789
718 737 795 792

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PENGUJIAN KE-
Sebelum Improvement Sesudah Improvement

Gambar 5. 1 Grafik Perbandingan Waktu Penggerindaan

Pengambilan data dilakukan sebelum menggunakan mesin gerinda TCT circular


saw dan sesudah menggunakan mesin gerinda TCT circular saw. Untuk setiap
sampel tersebut dilakukan sepuluh kali pengujian, yang kemudian dilakukan
perbandingan kedua sampel tersebut. Pengujian dapat dikatakan berhasil apabila
terjadi penurunan waktu penggerindaan. Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat
bahwa waktu penggerindaan sesudah dilakukannya improvement lebih rendah
daripada waktu penggerindaan sebelum improvement.

70
71

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dibuat data statistik menggunakan software SPSS
dengan metode paired sample t-test untuk mengetahui perbedaan rata-rata waktu
dari kedua sampel. Sebelum melakukan analisa data dengan metode paired sample
t-test terlebih dahulu data–data tersebut dilakukan uji normalitas, hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa data – data tersebut terdistribusi secara normal.
Rinciannya sebagai berikut:

Merumuskan Hipotesis:

Ho : μ1 = μ2 : Rata-rata waktu penggerindaan TCT circular saw sebelum dan


sesudah dilakukan improvement memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh atau
hampir sama.

Ha : μ1 ≠ μ2 : Rata-rata waktu penggerindaan TCT circular saw sebelum dan


sesudah dilakukan improvement memiliki perbedaan yang signifikan.

Tabel 5. 1 Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 10
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 56,87465815
Most Extreme Differences Absolute .189
Positive .189
Negative -.161
Test Statistic .189
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan uji normalitas Tabel 5.1 didapatkan bahwa nilai Sig.(2-tailed)


𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 > 0,05 yang berarti Ho diterima dan data terdistribusi normal. Selanjutnya
dilakukan analisis menggunakan metode paired sample t-test.
72

Tabel 5. 2 Output 1 Paired Sample T-Test

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation
Mean
Pair 1 Sebelum Improvement 1013,3 10 195,36919 61,78116
Sesudah Improvement 821,8 10 60,13466 19,01625

Tabel 5. 3 Output 2 Paired Sample T-Test


Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum Improvement & Sesudah
10 -.325 .360
Improvement

Tabel 5. 4 Output 3 Paired Sample T-Test


Paired Samples Test
Paired Difference
95% Confidence Interval
Std. Std. Error Sig.(2-
Mean of the Difference t df
Deviation Mean tailed)
Lower Upper

Pair Sebelum 191,5 222,29872 70,29703 32,47707 350,52293 2,724 9 .023


1 Improvement
– Setelah
Improvement

Pedoman pengambilan keputusan dalam uji paired sample t-test :

1. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka
terdapat nilai perbedaan yang signifikan antara kedua sampel.
2. Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Maka
tidak terdapat nilai perbedaan yang signifikan antara kedua sampel.

Berdasarkan output paired sample t-test diatas dapat diketahui bahwa nilai Sig.(2-
tailed) yang dihasilkan sebesar 0,000, dimana nilai tersebut < 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sampel
yaitu data waktu sebelum improvement dan setelah improvement.
73

5.1.2. Penurunan Waktu Penggerindaan TCT Circular Saw


Analisis statistik menggunakan metode paired T-test pada data waktu
penggerindaan TCT circular saw bertujuan untuk membandingkan data sebelum
dan setelah menggunakan mesin gerinda TCT circular saw, yang kemudian
penurunan waktu yang terjadi pada proses tersebut. Berdasarkan Tabel 5.2
diketahui waktu rata-rata penggerindaan sebelum improvement sebesar 1.013,3
detik dan waktu rata-rata penggerindaan setelah improvement sebesar 821,8 detik.

1.200

1.013,3
1.000
821,8
800

600
Waktu

400

200

Sebelum Improvement Sesudah Improvement

Gambar 5. 2 Histogram Penurunan Waktu Penggerindaan

Berdasarkan data tersebut dapat dihitung penurunan waktu sebagai berikut :

𝑃𝑊 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) = 1.013,3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 − 821,8 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑃𝑊 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) = 191,5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Dapat dilakukan perhitungan presentase penurunan waktu yang terjadi sebagai


berikut :

(1.013,3 − 821,8 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)


𝑃𝑊% = × 100%
1.013,3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑃𝑊% = 18,9%
74

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, terjadi penurunan waktu


penggerindaan TCT circular saw sebesar 191,5 detik dengan presentase
penurunan waktu sebesar 18,9 %.

5.2. Analisis Ekonomi Mesin Gerinda TCT Circular Saw


Analisis ekonomi digunakan untuk menghitung penurunan biaya yang terjadi, dan
mengukur seberapa cepat investasi akan kembali pada rancang bangun mesin
gerinda TCT circular saw berdasarkan tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5. 5 Biaya Pembuatan Mesin Gerinda TCT Circular Saw

No Nama Bahan Jumlah Harga Total

1 Motor 1 HP, 2975 rpm 1 Rp.1.160.000 Rp.1.160.000


Diamond Grinding Wheel
2 1 Rp.230.000 Rp.230.000
6 inch
Pelat ASTM A36 tebal 4
3 12,5 kg Rp.15.000/kg Rp.187.500
mm dan 8 mm
Angle Beam L
4 2 Rp.165.000 Rp.330.000
50x50x6000 mm
5 Besi As ø10 stainless 1 Rp50.000 Rp.50.000

6 Linear Bearing SC10UU 2 Rp34.000 Rp.68.000


Countersink Bolt M6 x 40
7 12 Rp.600 Rp.7.200
mm
Countersink Bolt M5 x 30
8 8 Rp.350 Rp.2.800
mm
9 Hex Bolt M10 x 40 mm 6 Rp.1.500 Rp.9.000

10 Hex Bolt M10 x 35 mm 4 Rp.1.250 Rp.5.000

11 Cap Bolt M10 x 25 mm 2 Rp.2.500 Rp.5.000

12 Cap Bolt M6 x 15 mm 6 Rp.1.000 Rp.6.000

13 Ring Plat 1/2 “ 14 Rp.1.000 Rp.14.000

14 Ring Per 1/4 “ 8 Rp.100 Rp.800


15 Saklar dan tempatnya 1 Rp15.000 Rp.15.000
75

(lanjutan)
Kabel Nyyhy Cosmic
16 3 meter - Rp.33.400
2x1.5
17 Steker Broco 1 Rp.11.000 Rp.11.000

18 Cat Pylox 300cc/kaleng 3 Rp.27.000 Rp. 81.000

19 Jasa Pembuatan - Rp.450.000 Rp.450.000

Total Biaya Rp.2.665.700

(Sumber : Toko S3 Baut dan Handtools, Pasuruan)

Harga-harga yang tercantum merupakan estimasi biaya yang diambil dari tempat
pembelian, website dan perkiraan berdasarkan harga pasaran. Dalam proses
pembuatan mesin gerinda TCT circular saw menggunakan jasa pembuatan di
bengkel penjasaan.

Sebelum menganalisis proses penggerindaan TCT circular saw, dilakukan


perhitungan seperti biaya pengeluaran untuk sekali penggerindaan dan biaya
penjasaan sekali proses penggerindaan di UPT.

a. Biaya pengeluaran / cost (c) sekali penggerindaan dihitung dari beberapa


perhitungan sebagai berikut:
 Biaya Tenaga Kerja
Upah UMR Kota Pasuruan tahun 2021 sebesar Rp. 4.290.000/ bulan.Upah
per jam diatur dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi
Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 sebagai berikut:
1
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 = × 𝑢𝑝𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
173
1
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 = × 𝑅𝑝. 4.290.000
173
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 = 𝑅𝑝. 24.798

Berdasarkan perhitungan upah per jam diatas maka diubah menjadi upah
pekerja per proses penggerindaan TCT circular saw.

𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 3600


𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 = 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 ×
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
76

821,8 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 = 𝑅𝑝. 24.798 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 = 𝑅𝑝. 5.660

Jadi upah pekerja per proses penggerindaan TCT circular saw adalah
Rp.5.660.

 Biaya Overhead
Biaya overhead adalah pengeluaran tambahan yang tidak berkaitan
langsung dengan proses produksi yang dilakukan. Biaya overhead pada
mesin gerinda TCT circular saw adalah sebagai berikut:
1. Biaya Penggunaan Listrik
Motor listrik yang digunakan menggunakan daya 1 HP = 746 Watt atau
0,746 kW. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016, tentang Tarif
Tenaga Listrik yang disediakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero), harga listrik untuk golongan industri I-3/TM adalah
Rp.1.114,74 per kWh. Biaya listrik untuk satu kali proses
penggerindaan dapat dihitung sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 × 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 × 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑊ℎ

821,8 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 0,746 𝑘𝑊 × × 𝑅𝑝. 1.114,74 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑊ℎ
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝑅𝑝. 189,83/𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠

2. Biaya Penggunaan Alat


Diketahui harga diamond grinding wheel adalah Rp. 230.000, waktu
penggerindaan 821,8 detik atau 0,228 jam, diasumsikan masa pakai
penggunaan grinding wheel selama 300 jam. Menurut Rochim (2007),
ongkos pemakaian pahat dapat dihitung menggunakan persamaan:

𝑡𝑐
𝐶𝑐 = 𝐶 ×
𝑇
0,228 𝑗𝑎𝑚/𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠
𝐶𝑐 = 𝑅𝑝. 230.000 ×
300 𝑗𝑎𝑚

𝐶𝑐 = 𝑅𝑝. 174,8/𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠
77

Total biaya overhead mesin gerinda TCT circular saw dapat dihitung
sebagai berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 + 𝐶𝑐

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 = 𝑅𝑝. 189,83/𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 + 𝑅𝑝. 174,8/𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 = 𝑅𝑝. 364,63/𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠

Berdasarkan hasil perhitungan biaya tenaga kerja dan biaya overhead, maka
dapat dihitung biaya pengeluaran (cost) yang diperlukan untuk melakukan satu
kali penggerindaan :

𝐶𝑜𝑠𝑡 (𝑐 ) = 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 + 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑

𝐶𝑜𝑠𝑡 (𝑐 ) = 𝑅𝑝. 5.660 + 𝑅𝑝. 364,63

𝐶𝑜𝑠𝑡 (𝑐) = 𝑅𝑝. 6.024,63

Jadi biaya pengeluaran (c) untuk satu kali proses penggerindaan adalah sebesar
Rp.6.024,63.

b. Harga jual (p) proses penggerindaan


Berdasarkan peraturan yang diterapkan UPT Industri Kayu dan Produk Kayu,
harga penggerindaan TCT circular saw di UPT Industri Kayu dan Produk
Kayu Pasuruan adalah Rp. 300 / gigi mata potong. TCT circular saw yang
banyak dilakukan penggerindaan memiliki 48 gigi mata potong, maka harga
proses penggerindaan satu circular saw tersebut adalah Rp.300 x 48 =
Rp.14.400.

5.2.1. Break Even Point (BEP)


Berdasarkan persamaan (2.29) dan (2.30) serta hasil perhitungan yang telah
dilakukan, dapat dilakukan perhitungan titik impas (BEP) untuk mesin gerinda
TCT circular saw sebagai berikut:

Break Even Point (BEP) dalam rupiah :


𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑝. 𝑋) = 𝑐
1 𝑝
𝑅𝑝. 2.665.700
𝐵𝐸𝑃 (𝑝. 𝑋) =
𝑅𝑝. 6.024,63
1 𝑅𝑝. 14.400
78

𝐵𝐸𝑃 (𝑝. 𝑋) = 𝑅𝑝. 4.583.210 ≈ 𝑅𝑝. 4.583.200

Sedangkan untuk menentukan BEP dalam unit/proses dapat menggunakan


persamaan :

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑋)
= 𝑝−𝑐
𝑅𝑝. 2.665.700
𝐵𝐸𝑃 (𝑋)
=
𝑅𝑝. 14.400 − 𝑅𝑝. 6.024,63
𝐵𝐸𝑃 (𝑋) = 318,29 ≈ 318 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠

Berdasarkan perhitungan BEP tersebut dapat disimpulkan bahwa titik impas dari
mesin gerinda TCT circular saw adalah Rp.4.583.200 atau 318 proses
penggerindaan, keadaan ini UPT tidak mendapatkan laba maupun rugi.

5.2.2. Waktu Pengembalian Modal


UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan merupakan instansi pemerintah
yang bergerak pada proses penjasaan, maka jumlah proses penggerindaan TCT
circular saw yang dilakukan setiap hari tidak stabil. Oleh karena itu, jumlah
penggerindaan TCT circular saw diasumsikan rata-rata 6 kali proses
penggerindaan tiap harinya. Berdasarkan perhitungan BEP dalam unit/proses
diatas dapat dicari lama waktu pengembalian modal sebagai berikut:
𝐵𝐸𝑃(𝑋)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 =
𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖318 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 =
6 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = 53 ℎ𝑎𝑟𝑖

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan waktu yang dibutuhkan


untuk mencapai titik impas adalah 53 hari kerja, apabila sudah melewati waktu
tersebut maka sudah memperoleh keuntungan.

5.2.3. Penurunan Biaya Penggerindaan TCT Circular Saw


Dilakukan perbandingan biaya penggerindaan sebelum dan sesudah dilakukannya
improvement. Berdasarkan Tabel 4.9 dan perhitungan yang ada dapat dicari
penurunan biaya pada proses penggerindaan TCT circular saw sebagai berikut:
79

 Biaya sebelum improvement


Biaya sebelum improvement terdiri dari biaya penggerindaan TCT circular saw
di bengkel penjasaan mitra UPT dan biaya transportasi penggerindaan.

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛 + 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖


𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝑅𝑝. 20.000 + (𝑅𝑝. 2.000 × 2)
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝑅𝑝. 24.000

 Biaya sesudah improvement


Biaya sesudah improvement merupakan biaya pengeluaran untuk satu kali
proses penggerindaan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
diketahui biaya pengeluaran sebesar Rp. 6.024,63.

Penurunan biaya proses penggerindaan TCT circular saw per proses dapat
dihitung berdasarkan biaya sebelum improvement dan biaya sesudah improvement
sebagai berikut:

𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑟𝑜𝑣𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡

𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 = 𝑅𝑝. 24.000 − 𝑅𝑝. 6.024,63


𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 = 𝑅𝑝. 17.975,37

Apabila sebelum improvement, UPT melakukan penggerindaan TCT circular saw


dilakukan 1 (satu) kali setiap harinya. Berdasarkan perhitungan diatas dapat
dilakukan perhitungan penurunan biaya per bulan sebagai berikut:

𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 × 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛


× ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑅𝑝. 17.975,37 × 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 × 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑅𝑝. 395.458,14

Terdapat 4 (empat) buah circular saw di UPT Industri Kayu dan Produk Kayu
Pasuruan sehingga penurunan biaya menjadi:

𝑃𝐵 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑃𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 × 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑐𝑖𝑟𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑤

𝑃𝐵 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑅𝑝. 395.458,14 × 4 𝑏𝑢𝑎ℎ

𝑃𝐵 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑅𝑝. 1.581.832,56 ≈ 𝑅𝑝. 1.581.800


80

Jadi penurunan biaya total per bulan proses penggerindaan TCT circular saw
sebesar Rp.1.581.800.

5.2.4. Hasil dan Spesifikasi


Berdasarkan hasil analisis perancangan dan proses pengerjaan yang dilakukan,
dihasilkan mesin gerinda TCT circular saw yang mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:

Gambar 5. 3 Hasil Mesin Gerinda TCT Circular Saw

Spesifikasi Komponen :
 Dimensi Keseluruhan Mesin : 600 mm x 500 mm x 1000 mm
Gerinda (LxWxH)
 Material Rangka Meja : Angle beam ASTM A36
 Material Kontruksi Mesin : Steel Plate ASTM A36
Gerinda
 Batu Gerinda : Diamond Grinding Wheel 6”
 Motor Listrik : 1 HP (746 watt); 2975 rpm
 Kapasitas Kerja Mesin : Diameter circular saw tipe WZ dari ø8 inch ke
ø12 inch
 Waktu Proses : 821,8 detik (48 gigi mata potong)
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw adalah sebagai
berikut:
a. Rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw telah diimplementasikan di
UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan. Rancang Bangun mesin
gerinda TCT circular saw dirancang menggunakan bahan ASTM A36 dengan
penggerak pegas torsi helik yang terbuat dari kawat stainless steel. Rancang
bangun mesin gerinda TCT circular saw memiliki dimensi panjang 600
(mm), lebar 500 (mm), dan tinggi 1.000 (mm). Rancang bangun mesin
gerinda TCT circular saw memiliki kapasitas penggerindaan untuk circular
saw tipe WZ dari ø8 inch ke ø12 inch dengan lama penggerindaan rata-rata
821,8 (detik) untuk 48 gigi mata potong. Rancang bangun mesin gerinda TCT
circular saw memiliki penggerak pegas torsi helik yang berfungsi untuk
memutar TCT circular saw.
b. Rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw berpengaruh terhadap
waktu proses penggerindaan TCT circular saw sebesar 191,5 (detik) atau 18,9
% perproses, yang diperoleh berdasarkan pengurangan rata-rata waktu
sebelum improvement 1.013,3 (detik) dan sesudah improvement 821,8 (detik).
Rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw juga berpengaruh terhadap
biaya maintenance TCT circular saw sebesar Rp.17.975,37/proses atau
Rp.395.458,14 tiap bulan, yang dihasilkan berdasarkan pengurangan biaya
penggerindaan sebelum improvement yaitu Rp.24.000 dan biaya
penggerindaan sesudah improvement yaitu Rp.6.024,63.

6.2. Saran
Saran rancang bangun mesin gerinda TCT circular saw adalah sebagai berikut:
Perawatan komponen mesin gerinda TCT circular saw terutama pegas torsi helik
harus dilakukan secara berkala karena komponen tersebut merupakan sistem
penggerak yang paling rentan terjadi kerusakan.

81
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, G., & Hamidi. (2019). Analisis Break Even Point Sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017.
Measurement, 13(1), 1–10. https://doi.org/10.33373/mja.v13i1.1789
Baksa, T., Schornik, V., Adamek, P., Hronek, O., & Zetek, M. (2018). Effects of
grinding conditions and strategy on the quality of the cutting edge.
Manufacturing Technology, 18(1), 3–7.
https://doi.org/10.21062/ujep/43.2018/a/1213-2489/MT/18/1/3
Bhandari, V. B. (2010). Design of Machine Elements. In Design of Machine
Elements: Vol. Third edit.
Budynas, R. G., & Nisbett, J. K. (2015). Mechanical Engineering Design
(TENTH EDIT). McGraw-Hill Education.
Ding, W., Li, H., Zhang, L., Xu, J., Fu, Y., & Su, H. (2017). Diamond wheel
dressing: A comprehensive review. Journal of Manufacturing Science and
Engineering, 139(12). https://doi.org/10.1115/1.4037991
Eliyus, A. R., Alhilman, J., & Sutrisno. (2014). Estimasi Biaya Maintenance
Dengan Metode Markov Chain Dan Penentuan Umur Mesin Serta Jumlah
Maintenance Crew Yang Optimal Dengan Metode Life Cycle Cost (Studi
Kasus: PT Toa Galva). Jurnal Rekayasa Sistem Dan Industri, 1(02), 48–54.
https://www.neliti.com/publications/226934/
Eziokwu, C. E. (2020). On Analytical Review of the Gamma Functions. Asian
Research Journal of Current Science, 2(1), 28–33.
Firman, L. O. M., Lesmana, I. G. E., & Heru, D. (2018). Analisis Sistem Getaran
Paksa Satu Derajat Kebebasan Pada Alat Pengering Tipe Rak. Seminar
Nasional Teknik Mesin, 174–181.
http://semnas.mesin.pnj.ac.id/prosiding/2018_pdf/A020.pdf
Haryadi, G. D. (2007). Analisa Kerusakan Hasil Pengelasan Bawah Air Pada
Lambung Kapal Dengan Bahan Elektroda Rb 26 Terseloti. Analisa
Kerusakan Hasil Pengelasan Bawah Air Pada Lambung Kapal Dengan
Bahan Elektroda Rb 26 Terseloti, 9(1), 31–41.
Holland, H. E., Khadka, R., Marble, L., & Tutor, K. (2021). Tungsten: The
Strongest Natural Metal on Earth (Issue December).
Kadim, A. (2017). Penerapan Manajemen Produksi dan Operasi Di Industri
Manufaktur. In Jakarta: Mitra Wacana Media.
Kadivar, M., Azarhoushang, B., & Daneshi, A. (2018). Study of specific energy in
grinding of tungsten carbide. June.
Kalmegh, A., & Bhaskar, S. (2012). Dynamic Balancing of Centrifugal Pump
Impeller. International Journal of Emerging Technology and Advanced

82
83

Engineering, 2(6), 1–5.


http://www.ijetae.com/files/Volume2Issue6/IJETAE_0612_73.pdf
Kalpakjian, S., & Schmid, S. R. (2009). Manufacturing engineering and
technology, SI 6th Edition. In Pearson.
Kundrak, J., Fedorenko, D. O., Fedorovich, V. A., Fedorenko, E. Y., & Ostroverkh,
E. V. (2019). Porous Diamond Grinding Wheels on Ceramic Binders: Design
and Manufacturing. Manufacturing Technology, 19(3), 446–454.
https://doi.org/10.21062/ujep/311.2019/a/1213-2489/MT/19/3/446
Kurlov, A. S., & Gusev, A. I. (2013). Tungsten Carbide Structure, Properties and
Application in Hardmetal. In Springer Series in Materials Science.
https://doi.org/10.1007/978-1-349-00015-9_54
Lee, G. H., Kim, H. G., & Kim, D. S. (2005). Study on Reliability Assessment
Procedures for Torsion Spring of Vehicle Door Latch. Key Engineering
Materials, 297–300, 1790–1796.
https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/kem.297-300.1790
Li, L., Cao, S., Li, J., Nie, R., & Hou, L. (2021). Review of rotor balancing methods.
Machines, 9(5), 1–16. https://doi.org/10.3390/machines9050089
Mashuri, Satmoko, N. A., Winarto, Arifin, S., & Sampurno, B. (2021). Rancang
Bangun Mesin Electromechanical Grinding dengan Proses Silindris. Jurnal
Nasional Aplikasi Mekatronika, Otomasi Dan Robot Industri (AMORI), 2(1).
https://doi.org/10.12962/j27213560.v2i1.9127
Mott, R. L., Vavrek, E. M., & Wang, J. (2018). Machine Elements in Mechanical
Design 6th Edition. In Pearson Education, Inc.
Orban, F. (2011). Damping of materials and members in structures. Journal of
Physics: Conference Series, 268(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/268/1/012022
Pambudi, A. A., Marno, & Santosa, A. (2022). Analisa dan Perhitungan Baut dan
Mur Pada Sambungan Kopling Flens. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan,
8(3), 178–183. https://doi.org/10.5281/zenodo.5892468
Paz, M., & Kim, Y. H. (2019). Structural Dynamics, Theory and Computation. In
Springer (Vol. 41, Issue 9). https://doi.org/10.1007/978-3-319-94743-3
Peerally, M. F., Carr, S., Waring, J., & Dixon-Woods, M. (2016). The problem
with root cause analysis. BMJ Quality and Safety, 26(5), 417–422.
https://doi.org/10.1136/bmjqs-2016-005511
Putri, A. E. (2019). Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling: Sebuah Studi
Pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 4(2), 39.
https://doi.org/10.26737/jbki.v4i2.890
R.S. Khurmi & J.K. Gupta. (2005). A textbook of MACHINE DESIGN (S.I. UNITS)
(Issue I).
Rochim, T. (2007). Optimisasi Proses Pemesinan Ongkos Operasi. ITB PRESS.
84

Sastry, C. C., Hariharan, P., Kumar, M. P., & Manickam, M. A. M. (2019).


Experimental investigation on boring of HSLA ASTM A36 steel under dry,
wet, and cryogenic environments. Materials and Manufacturing Processes,
34(12), 1352–1379. https://doi.org/10.1080/10426914.2019.1643477
Shemi, A., Magumise, A., Ndlovu, S., & Sacks, N. (2018). Recycling of tungsten
carbide scrap metal: A review of recycling methods and future prospects.
Minerals Engineering, 122(March), 195–205.
https://doi.org/10.1016/j.mineng.2018.03.036
Singhania, S., & Law, M. (2020). Regenerative instabilities of spring-guided
circular saws. Procedia CIRP, 101, 142–145.
https://doi.org/10.1016/j.procir.2021.02.017
Sularso, & Suga, K. (2004). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Talabi, S. I., Owolabi, O. B., Adebisi, J. A., & Yahaya, T. (2014). Effect of
welding variables on mechanical properties of low carbon steel welded joint.
Advances in Production Engineering and Management, 9(4), 181–186.
https://doi.org/10.14743/apem2014.4.186
Tarumasely, Y. (2020). Perbedaan Hasil Belajar Pemahaman Konsep Melalui
Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Self Regulated Learning. Jurnal
Pendidikan Dan Kewirausahaan, 8(1), 54–65.
https://doi.org/10.47668/pkwu.v8i1.67
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2018). Product Design and Development. In
McGraw-Hill Education (Sixth Edit).
https://doi.org/10.4337/9781784718152.00017
Vorley, G. (2008). Mini Guide to Root Cause Analysis. In Mini Guide To Root
Cause Analysis (pp. 1–15).
Wati, E. K. (2020). Rekayasa vibrasi Sistem Peredam Getaran (H. Hadi (ed.)).
LP_UNAS.
Wijana, M., Triadi, A. A. A., & Anwar, L. S. (2016). STUDI KELAYAKAN
PENGGUNAAN MESIN DIESEL DENGAN METODE BREAK EVEN
POINT (BEP) DAN ANALISIS SENSITIVITAS PADA PLTD (Studi
Kasus :
PT PLN Persero Sektor Pembangkitan Lombok PLTD Ampenan). Dinamika
Teknik Mesin, 6(1), 60–69. https://doi.org/10.29303/d.v6i1.26
Yanti, S., Idris, I., Hermawan, I., & Ibrahim. (2018). Estimasi Waktu Perawatan
Preventive Mesin Prod. Teknovasi, 05, 54–65.
Zhou, K., Ding, H. H., Wang, W. J., Wang, R. X., Guo, J., & Liu, Q. Y. (2019).
Influence of grinding pressure on removal behaviours of rail material.
Tribology International, 134(February), 417–426.
https://doi.org/10.1016/j.triboint.2019.02.004
LAMPIRAN

85
86

Lampiran 1. Surat Keterangan Industri


87

Lampiran 2. Dokumentasi Sidang Skripsi


Sidang skripsi dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin / 22 Agustus 2022
Waktu : 12.30 WIB s/d selesai
Tempat : Gedung Sekolah A I-08
Judul Skripsi : Rancang Bangun Mesin Gerinda Tungsten Carbide
Tipped Circular Saw Dalam Upaya Mengurangi
Waktu Proses Penggerindaan dan Biaya Maintenance
di UPT
Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan
Dari kiri ke kanan, Bapak Ir. Riles Melvy Wattimena, M.T., selaku Penguji III,
Bapak Wahyu Isti Nugroho, S.Pd., M.T., selaku Sekretaris Sidang dan
Pembimbing II, Danang Bagus Damayanto, S.Tr.T. (Mahasiswa Sidang Skripsi),
Bapak Aryo Satito, S.T., M.Eng., selaku Ketua Sidang dan Pembimbing I, Bapak
Dr. Drs. Anwar Sukito Ardjo, M. Kom., selaku Penguji I, Bapak Sri Harmanto,
S.T., M.T., selaku Penguji II.
88

Lampiran 3. Dokumentasi Pengerjaan dan Pengujian Mesin


Proses pemotongan material

Proses pembuatan rangka meja

Proses pembuatan komponen


89

Proses assembly komponen

Proses pengujian mesin


90

Lampiran 4. Katalog circular saw

(Terlampir)
Bosch Accessories for Power Tools 09/10 Circular Saw Blades | Overview | 537

Optiline Wood:
Top performance in wood.

When it comes to service life, cutting speed and precision, the Optiline Wood is hard
to beat. It is ideal for precise quality cuts in all standard woodworking applications, both
in interior working and on the construction site. Use it to make precise cuts in soft, hard,
pressed and laminated wood, as well as chipboard, wood core plywood and MDF boards.
Alternate offset teeth made of high-quality tungsten carbide guarantee these impressive
cutting results. Optiline Wood circular saw blades are available for hand-held circular
saws, mitre saws and for bench circular saws.
538 | Circular saw blades | Optiline Wood Bosch Accessories for Power Tools 09/10

Scope of range
diameter 130 to 450 mm

Very coarse cut


Base blade
Ideal for fast rip cuts and cross cuts in
Dimensionally stable SK5 steel,
soft- wood, hardwood, raw chipboard
hardened (>40 HRC).
and casing boards.

Coarse cut
Tungsten carbide teeth
Ideal for rip cuts and cross cuts in
WZ: alternate offset teeth
softwood, hardwood, raw
with positive hook angle.
chipboards, casing boards and
WZ/N: alternate offset teeth
plywood.
with negative hook angle (-5°)
for safe cuts on mitre saws.

Fine cut
Ideal for cross cuts in softwood, hardwood
and plywood. Also wood core plywood,
chip- boards laminated on one side and
parquet. TKS: Pitch circle
Body and expansion slots
They lower vibration,
NL: Pin hole
dampen noise and reduce
Very fine cut heat development.
Ideal for cross cuts in softwood, hardwood,
plywood and wood core plywood. Also parquet,
chipboards laminated on one and two sides, fibre
materials and MDF.

Optiline Wood for handheld circular saws


► The precise blade for quality cuts in all types of wood.

WZ b1: width of cut


b2: base blade thickness

Ordering information

..
Product properties

130 20 16.0 2.4/1.4 12


.... WZ - 2 608 641
167
C1a 1 1 373494

..
130 20 16.0 2.4/1.4 20 WZ - 2 608 640 C1a 1 1 193764
582

..
130 20 16.0 2.4/1.4 30 WZ - 2 608 640 C1a 1 1 193771

..
583
140 20 12.7 2.4/1.4 12 WZ - 2 608 641 C1a 1 1 373500
168

..
140 20 12.7 2.4/1.4 20 WZ - 2 608 640 C1a 1 1 193801
586

..
140 20 12.7 2.4/1.4 30 WZ - 2 608 640 C1a 1 1 193818

..
587
150 20 16.0 2.4/1.4 12 WZ 7/42 2 608 641 C1a 1 1 373517
169
150 20 16.0 2.4/1.4 24 WZ 7/42 2 608 640 C1a 1 1 193863
592
..
...
150 20 16.0 2.4/1.4 36 WZ 7/42 2 608 640 C1a 1 1 193870

.
593
160 20 16.0 1.8/1.2 12 WZ 6/32 2 608 641 C1a 1 1 373524
170*
160 20 16.0 1.8/1.2 24 WZ 6/32 2 608 641 C1a 1 1 373531
171*
160 20 16.0 1.8/1.2 48 WZ 6/32 2 608 641 C1a 1 1 373548
172*

* For an extra-thin cut with little effort. Also especially suitable for cordless circular saws.

To order a quantity of items, the number of items =sales package quantity x dispatch package
quantity. Order in multiples of numbers in dispatch packages (e.g. 5 -> 10 -> 15).
91

Lampiran 5. Katalog diamond grinding wheel

(Terlampir)
Diamond / CBN Grinding Wheels
and Discs

Catalogue ES09/2020

1929

1
Survey of Grinding
Wheels
Type 1A1 Page 14 Type 14A1 Page 14

Type 3A1 Page 15 Type 1V1 Page 17

Type 14V1 Page 17 Type 1FF1 Page 19

Type 1F1 Page 19 Type 1L1 Page 21

T ype 14EE1 Page 21 Type 4BT9 Page 23

Type 4ET9 Page 23 Type 11V9 Page 24


Survey of Grinding
Wheels
10
Survey of Grinding
Wheels
Type 12V9 Page 25 Type 6A9 Page
26

Type 6AA9 Page 26 Type 6A2 Page 27

Type 11A2/70° Page 27 Type 12A2/45° Page


28

Type 12A2/20° Page 28 Type 4A2 Page 29

T ype 4A2S Page 29 Type 12C9 Page 30

Type 12V2 Page 30 Type 12V4 Page


31
Survey of Grinding
Wheels

11
Survey of Grinding
Wheels
Type 12V5 Page 31 Type 9A3 Page
33

Type 1U1 Page 33

Survey of Cutting Discs

Type 1A1R0 Page 35 Type 1A1R C2 Page


35

Type 1A1R0K Page 36 Type 1A1R0G Page 36

Type 1A1R0GDS Page 37


Survey of Grinding
Wheels
12
Grinding Wheel Type 4BT9

Ø Laye Layer Thickness Bore


D rW X H
75
100
6 1 Please quote!
125
10 2
150

Grinding Wheel Type 4ET9

Ø Belagbreite Layer Thickness Bore


D W X H
50
75 1
5
2
100
6
125 Please quote!
10 1
6 2
150 3
10

23
92

Lampiran 6. Linear bearing and shaft spesification

(Terlampir)
SC ALUMINUM CASE UNIT

4—S X I
K +0.2

4— 2 D+0.02
O

SC20UUN - QA N SQ

Blank
UU
U
ONew type(0 [X|0[E['zf)

Blank
N
o@

*1) SC08 SC25% 7

138 | SAMICK
SC ALUMINUM CASE UNIT

Linear
f\ é *2
L/B h D W H G A J E K L

SC08UU LM08UU 11 17 34 22 18 6 24 5 M4x8 03.4

SC10UU LM10UU M5x12 21 35

SC12UU LM12UU 15 22 M5x12 04.3 410 590

fC12UUN LM12UU 15 7.4 30.5 5.75 M5x12

1C13UU LM13UU 15 22 44 24.5 5.5 M5^12 B4.3

SC16UU LM16UU 19 38.5 M5x12 1170 ®

fC20UU LM20UU 21 27 54 35 11 M6x12 g5.2 40

SC25UU LM25UU 51.5 41 11 M8x18 1560

1C30UU LM30UU 30 M8x18 $6.8

SC35UU LM35UU 10 M8x18 3130

1C50UU LMSOUU 52 122 102 80 100 M10x25 88.6 110 3350

SAMICK | 139
SFLM Shaft

L
#

SF Cg630 - 1000L

LMl[’+ a x
5-100mm

100-

262 UAMICK
93

Lampiran 7. NBR (Nitrile Butadiene Rubber) Anti-Vibration Pad


94

Lampiran 8. Energi Spesifik penggerindaan Tungsten Carbide (Kadivar, et al.,


2018)
95

Lampiran 9. Spesifikasi Stainless Steel Wire (Khurmi & Gupta, 2005)


96

Lampiran 10. Spesifikasi ASTM A36 (Sastry, et a., 2019)


97

Lampiran 11. Spesifikasi S30C (Pambudi, et al., 2022)


98

Lampiran 12 Tingkat Kualitas Keseimbangan Rotor

Balancing
Rotor Types
Grades
G 4000 Crankshaft drives of rigidly mounted slow marine diesel engines
with uneven number of cylinders.
G 1600 Crankshaft drives of rigidly mounted large two-cycle engines
G 630 Crankshaft drives of rigidly mounted large four-cycle engines.
Crankshaft drives of elastically mounted marine diesel engines.
G 250 Crankshaft drives of rigidly mounted fast four-cylinder diesel
engines.
G 100 Crankshaft drives of fast diesel engines with six or more cylinders.
Complete engines (gas or diesel) for cars, trucks and locomotives.
G 40 Car wheels, wheel rims, wheel sets, drive shafts. Crankshaft drives
or elastically mounted fast four-cycle engines (gas or diesel) with
six or more cylinders. Crankshaft drives for engines of cars,
trucks or locomotives.
G 16 Drive shafts (propeller shafts, cardan shafts) with special
requirements. Parts of crushing machinery. Parts of agricultural
machinery. Individual components of engines (gas or diesel) for
cars, trucks and locomotives. Crankshaft drives of engines with six
or more cylinders under special requirements. Slurry or dredge
pump impeller.
G 6.3 Parts or process plant machines. Marine main turbine gears
(merchant service). Centrifuge drums. Fans. Assembled aircraft
gas turbine rotors. Fly wheels. Pump impellers. Machine tool and
general machinery parts. Normal electrical armatures. Individual
components of engines under special requirements
G 2.5 Gas & steam turbines, including marine main turbines (merchant
service). Rigid turbo-generator rotors. Rotors. Turbo-compressors.
Machine tool drives. Medium and large electrical armatures with
special requirements. Small electrical armatures.
Turbine driven pumps.
99

G1 Tape recorder and phonograph drives. Grinding machine drives.


Small electrical armatures with special requirements
G 0.4 Spindles, disks and armatures of precision grinders. Gyro
100

Lampiran 13. Gambar Kerja Rancang Bangun Mesin Gerinda TCT Circular Saw

(Terlampir)
3

1 Assembly Motor Gerinda 3 ASTM A36 189x250x280 20/31


1 Assembly Blade Holder 2 ASTM A36 184x270x370 7/31
1 Assembly Meja Gerinda 1 ASTM A36 500x600x810 2/31
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


MESIN GERINDA TCT CIRCULAR SAW 1:5 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.1/31


1.2

1.1

1.3

4 Vibration Pad 1.3 NBR 10x80x80 -


1 Alas Meja 1.2 Wood 10x500x600 -
1 Rangka Meja 1.1 ASTM A36 500x600x800 -
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MEJA GERINDA 1:10 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.2/31


1.1 , Tol. 1

6
A A

500 250

ISOMETRIC VIEW

1
Rangka Meja 1.1 ASTM A36 500x600x800 -
Jumlah
Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan
2

ASSEMBLY MEJA GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


SECTION A-A 1:10
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.3/31


5
G

5 5 5
G G G

5
5 5 5

3 5
5
G

5 5
G G

1 Rangka Meja 1.1 ASTM A36 500x600x800 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MEJA GERINDA 1 : 10 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.04/31


digergaji
1.2 N12 N8
dibor

, , Tol. 1

240 120

M N OP

ISOMETRIC VIEW
1

I J K L

E F G H
5

C D
3

A B
KOORDINAT LUBANG
A B C D E F G H I J K L M N O P
X 200 270 200 270 200 230 370 400 200 230 370 400 200 230 370 400
Y 70 70 230 230 285 285 285 285 370 370 370 370 455 455 455 455
Ukuran 10 THRU 6 THRU
TOLERANSI 0,1

III II I Perubahan
1

1 Alas Meja 1.2 Wood 10x500x600 -

6 Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan


ASSEMBLY MEJA GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang
1:5
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.5/31


digergaji
N12
1.3 , Tol. 1

80

81

4 Vibration Pad 1.3 NBR 10x80x80 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MEJA GERINDA 1:1 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.6/31


2.19 2.17 2.10 2.4 2.20 2.5

2.6

2.21 1 Baut 2 Penahan Circular 2.21 S30C M6x1x10 Standard


1 Baut 1 Penahan Circular 2.20 S30C M6x1x15 Standard
2 Baut 2 Part Setting 2.19 S30C M6x1x10 Standard
2.12 3 Baut 1 Part Setting 2.18 S30C M6x1x10 Standard
8 Baut Linear Bearing 2.17 S30C M5x1x30 Standard
2.11 2 Baut Slide Dudukan 2.16 S30C M10x1,25x25 Standard
2.9 4 Baut Landasan Dudukan 2.15 S30C M10x1,25x40 Standard
2 Linear Bearing Block 2.14 Aluminium 26x35x40 Standard
2.14 2 Linear Bearing Shaft 2.13 Stainless 10x200 -
2.8
1 Pin Dudukan Circular 2.12 Stainless 10x16 -
2 Pegas Torsi Helik 2.11 Stainless 12x12x17,5 -
2.13 1 Handle Circular 2.10 Stainless 25x95 -
2.7
2 Part Setting 3 2.9 ASTM A36 4x15,5x40,5 -
2 Part Setting 2 2.8 ASTM A36 16x20x40 -
1 Part Setting 1 2.7 ASTM A36 4x20x80 -
2.18
1 Penahan Circular 2 2.6 ASTM A36 4x20x50 -
1 Penahan Circular 1 2.5 ASTM A36 16x20x31 -
2.16 2.15 2.1 2.2 2.3 1 Pengunci Circular 2.4 ASTM A36 60x10 -
1 Dudukan Circular 2.3 ASTM A36 18x100x247 -
1 Slide Dudukan Circular 2.2 ASTM A36 60x180x220 -
1 Landasan Dudukan Circular 2.1 ASTM A36 90x100x200 -
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.7/31


digerinda
2.1 N12 N8
dibor

, , Tol. 0,1

digerinda
N1
2

ISOMETRIC VIEW
Scale 1:3

7
1

1
25 150

200

2 x M10 x 1,25 8 8
digerinda digerinda
N12 N12

8
8

7
4

8
3

50
5

1 Landasan Dudukan Circular 2.1 ASTM A36 90x100x200 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.8/31
digerinda
2.2 N12 N8
dibor

, , Tol 0,1
M6 x 1

3
2
115 6 THRU
20 100,00
digerin

70 digerinda 200 -0,004


N12 3x 10 -0,019
digerinda
N

N12
1

4
8
1

3
3
N12
8 6 digerinda
-0,004 8
3x -0,019 digerinda 8
10 N12
20
140

1 Slide Dudukan Circular 2.2 ASTM A36 60x180x220 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.9/31


2. N12
digerinda

Tol 0,1
3 digerinda
N12
0
32 -0,1

digerinda
N12

1
3

1
B B
75

75 25

137

232

8x 5 THRU
10x90
M10 x 100
1,25

8
1

1
4

30
247
SECTION B-B 1 Dudukan Circular 2.3 ASTM A36 8x100x247 -
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II Perubahan
I

ASSEMBLY BLADE HOLDER 1 bar


:
2
Skala Digam Diperiks
a Aryo

9/8/'22 Danang

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.10/31


dibubut
2.4 N8
Tol. 0,05

60

C C

12 THRU

+0,2
32 +0,1
SECTION C-C
3
1

1 Pengunci Circular 2.4 ASTM A36 60X10 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY BLADE HOLDER 1:1 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.11/31


digerinda

2.5 N12
Tol. 0,1

ISOMETRIC VIEW
Scale 1:1
6 THRU
10 x 90

15

31
1
4

1 Penahan Circular 1 2.5 ASTM A36 16x20x31 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY BLADE HOLDER 2:1 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.12/31


2. N12
digerinda
N8
dibor
6 , ,Tol. 0,1

ISOMETRIC VIEW
2
0

D D
2 1
dib
N
4

6
50
SECTION D-D

1 Penahan Circular 2.6 ASTM A36 4x20x50 -


Jumlah 2 Nama No Bahan Ukuran Keterangan
Bagian
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:1
Diperiksa Aryo
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.13/31
digerinda
2.7 N12
Tol. 0,1

ISOMETRIC
VIEW
Scale 1:2
2
0

E E
4 1
4

M6 x 1
80
SECTION E-E

1 Part Setting 1 2.7 ASTM A36 4x20x80 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.14/31


digerinda
2.8 N12
Tol. 0,1

ISOMETRIC VIEW

3
15
3
1
2

F
F 10 20
40

10
8
M6 x 1
1
4

M6 1
SECTION F-F

2
Part Setting 2 2.8 ASTM A36 15x20x40 -
Jumlah
Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.15/31


digerinda dibor
N12 N8
2.9 , ,Tol. 0,1

ISOMETRIC VIEW
34,5 Scale 1:1

1,5

15
dib
N

8
41

2 Part Setting 3 2.9 ASTM A36 4x15,5x41 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


2:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.16/31


digerinda
N12
2.10 ,Tol. 0,1

25
digerinda
N12

1
8
15
4
2

M10 x 1,25

1 Handle Circular 2.10 ASTM A36 25x95 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.17/31


2.11 , , Tol. 1

2,4 ISOMETRIC VIEW


1

R1
1
7

2,4
G
5

1
1

G
SECTION G-G
1 Height 11
2 Revolution 4,25 Note
3 Start Angle 0 1. All corner fillet 0,8 mm
2. wire diameter is 1 mm
4 Pitch 1,3
2 Pegas Torsi Helik 2.11 Stainless 12x12x17,5 -
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY BLADE HOLDER Skala Digambar 9/8/'22 Danang


2:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.18/31


digerinda
2.12 N12
, , Tol. 1

1
16

digerinda
2.13 N12
, , Tol. 1

1
200

2 Linear Bearing Shaft 2.13 Stainless 10 x 200 -


1 Pin Dudukan Circular 2.12 Stainless 10 x 16 -
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY BLADE HOLDER 2:1 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.19/31


3.15

3.7
3.9

3.8
3.5

3.16
3.6

1 Diamond Grinding Wheel 3.16 - 6 inch Standard


1 Motor Listrik 3.15 - Standard Standard
3.14 3.12 3.11
4 Sekrup Penutup 3.14 S30C M6x1x5 Standard
3 Baut Penutup 3.13 S30C M6x1x8 Standard
6 Baut Slide Dudukan Motor 3.12 S30C M6x1x8 Standard
1 2 Baut Rail Motor 3.11 S30C M6x1x40 Standard
3.13 1 Baut Dudukan Motor 3.10 S30C M6x1x30 Standard
4 Baut Motor 3.9 S30C M10x1,25x40 Standard
1 Penutup Grinding Wheel 2 3.8 Stainless 1,5x170x185 -
1 Penutup Grinding Wheel 1 3.7 Stainless 50x170x185 -
1 Dudukan Motor 2 3.6 ASTM 8x127x150 -
A36
3.1 1 Dudukan Motor 1 3.5 ASTM 4x180x220 -
A36
3.10 1 Baut Pengatur Motor 2 3.4 ASTM 7x26x40 -
A36
3.2
1 Baut Pengatur Motor 1 3.3 ASTM 20x38x70 -
A36
2 Rail Dudukan Motor 2 3.2 ASTM 6x20x180 -
3.4 3.3 A36
2 Rail Dudukan Motor 1 3.1 ASTM 12x50x200 -
A36
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Diperiksa Aryo
1:3

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.20/31


3.1 difrais
N8
Tol. 0,05
30
10 6 x 6 THRU ALL
13,5 X 90°

1
8
2

difrais
N8
8

difrais
N8

10
difrais
N8
4
4

52

2 Rail Dudukan Motor 3.1 ASTM A36 12x50x200 -


Jumlah 1 Nama No Bahan Ukuran Keterangan
Bagian
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.21/31


3.2 difrais
N8
Tol. 0,05

3 x M6 x 1

2
7

difrais
1

N8
7

difrais
N8

10

10 difrais
N8
6

20

2 Rail Dudukan Motor 2 3.2 ASTM A36 6x20x180 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.22/31


3.3 N12
digerinda

Tol. 0,1

H H
2
50

M10x1,25

3
2
8

12

70

SECTION H-H

1 Baut Pengatur Motor 1 3.3 ASTM A36 20x38x70 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.23/31


3.4 digerinda dibor
N12 N8
, , Tol. 0,1

ISOMETRIC VIEW

2
4
dib
N

7
4

10,5

1 Baut Pengatur Motor 3.4 ASTM A36 7x26x40 -


Jumlah 2 Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:1
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.24/31


3.5 N12
digerinda

Tol. 0,1

t= 4

6x 6 THRU ALL
13,5 X 90°

C F

2
B E
1

A D

5 11
220

KOORDINAT LUBANG
A B C D E F
X 25 25 25 195 195 195
Y 20 90 160 20 90 160
TOLERANSI 0,05

1 Dudukan Motor 3.5 ASTM A36 4x180x220 -


Jumlah 1 Nama No Bahan Ukuran Keterangan
Bagian
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:3
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.25/31


digerinda dibor
N12 N8
3.6 , , Tol. 0,1

13,5 100
1 4x 10 THRU

I I

1
10 THRU ALL
120,

dib 16 X 90°
dib

N
N
8

12
SECTION I-I

1 Dudukan Motor 2 3.6 ASTM A36 8x127x150 -


Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.26/31


3.7 dibor
N8
, Tol. 0,1

ISOMETRIC VIEW
G G

Nama
Jumlah 1 Penutup BagianWheel 1.3 3.7.3
Grinding No Bahan
Stainless Ukuran
1,5x40x147 Keterangan
30/31
1 Perubahan
Penutup Grinding Wheel 1.2 3.7.2 Stainless 1,5x50x495 29/31
G III II
I 1 Penutup Grinding Wheel 1.1 3.7.1 Stainless 1,5x170x185 28/31

PENUTUP GRINDING WHEEL 1 Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.27/31


N12
3.7.1 Tol. 1

t = 1,5

PC 5 3x 6 THRU

1
65
100

1 Penutup Grinding Wheel 3.7.1 Stainless 1,5x170x185 -


1.1
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MOTOR GERINDA 1:2 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.28/31


N12
3.7.2 ,Tol. 1

t = 1,5
ISOMETRIC VIEW
Scale 1:5

61

497

1 Penutup Grinding Wheel 3.7.2 Stainless 1,5x50x497 -


1.2
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MOTOR GERINDA 1:2 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.29/31


N12
3.7.3 Tol. 1

t = 1,5

2x 6 THRU

147
4

1 Penutup Grinding Wheel 3.7.3 Stainless 1,5x40x145 -


1.3
Jumlah Nama Bagian No Bahan Ukuran Keterangan
III II I Perubahan

Skala Digambar 9/8/'22 Danang


ASSEMBLY MOTOR GERINDA 1:2 Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.30/31


3.8 N12
Tol. 1

t = 1,5

4x 6 THRU
ISOMETRIC VIEW
1

PCD

65

100

1 Penutup Grinding Wheel 3.8 Stainless 1,5x170x185 -


Jumlah 2
No Bahan Ukuran Keterangan
Nama Bagian
III II I Perubahan

ASSEMBLY MOTOR GERINDA Skala Digambar 9/8/'22 Danang


1:2
Diperiksa Aryo

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.MS.RB.2022.31/31

Anda mungkin juga menyukai