DI SUSUN OLEH:
ADI SUCIPTO 13.01.012.001
DI SUSUN OLEH:
ADI SUCIPTO 13.01.012.001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Mesin
iv
LEMBAR PENGESAHAN
ADI SUCIPTO
NIM 13.01.012.001
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 13.01.012.001
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, kecuali kutipan atau ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan
sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi
ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Adi Sucipto
vi
ABSTRAK
Analisa penggunaan bahan bakar Bensin jenis Premium dan Pertamax pada mesin
bertorsi besar ( Honda CBR FI 150R Tahun 2016), Skripsi, Teknik Mesin, Fakultas
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui perbedaan performa motor yang
menggunakan bahan bakar bensin premium88, bahan bakar pertamax 92 dan bahan
bakar campuran 1:1. Variasi rpm dilakukan untuk mengetahui perbedaan Putaran
mesin, efisisensi konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang di hasilkan motor
perlakuan variasi putaran mesin mulai dari 3000 rpm, 5000 rpm dan 6000 rpm.
menggunakan metode deskriptif. Efek dari variasi putaran mesin serta penggunaan
efisisensi konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang, menunjukkan perbedaan
yang signifikan, gas CO, HC, dan . Nilai oktan bahan bakar dan variasi putaran
Kata kunci : bahan bakar premium88, bahan bakar pertamax 92, efisisensi konsumsi
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan lancar. Penulisan laporan tugas akhir ini bertujuan untuk
PERTAMAX PADA SEPEDA MOTOR HONDA CBR 150R TAHUN 2016, yang
kemudian menjadi syarat untuk menyelesaikan Strata 1 (S1) pada Program Studi
Sumbawa.
Laporan tugas akhir ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis
peroleh dari beberapa referensi yang berkaitan dengan jenis penelitian yang akan
penulis lakukan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan
penelitan tersebut.
banyak bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin
2. Orang tua, yang telah mendidik dan membesarkan sampai saat ini serta
viii
3. Bapak Emsal Yanuar, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknologi
Sumbawa.
Sumbawa Barat
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
mengharapkan dukungan dan partisipasi aktif berupa kritik dan saran yang bersifat
korektif dan membangun dari pembaca yang budiman, demi perbaikan dan
penyempurnaannya.
apabila dalam penulisan proposal ini terdapat kesalahan atau kekhilafan dan kepada
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...............................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................3
x
BAB II TINJAUANPUSTAKA
xi
4.2.2 Pengujian Pertama Emisi Gas Buang..............................................38
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................42
5.2 Saran...............................................................................................43
xii
Daftar Tabel
Kondisi Stasioner...........................................................................37
(Pengujian Pertama).......................................................................38
(Pengujian Kedua)..........................................................................39
(Pengujian Ketiga).........................................................................40
xiii
Daftar Gambar
..........................................................................................................8
xiv
Lampiran
1. Struktur Organisasi.....................................................................xviii
8. Bukti Pengujian............................................................................xxv
9. Alat Penelitian.............................................................................xxvi
xv
DAFTAR PUSTAKA
Agung Nugroho. (2012). Pengaruh Saat Pengapian Terhadap Daya Dan Emisi Gas
malang.
Keputusan Direktur Jendral minyak dan Gas Bumi No. 3674 K/24/DJM/2006 17
Engineering, Malang.
Moh. Wildan Habibi (2016). Analisa Bahan Bakar Bensin Berjenis Pertalite dan
Pertamax Pada Mesin Bertorsi Besar (HONDA BEAT FI 110 CC). Jurusan
Muhammad Heryanto,(2009) Motor 2 Tak 4 Tak dan Motor Diesel, Fakultas MIPA
Muamar Ilham, (2010). Pengaruh Bahan Bakar pertalite dan Premium Terhadap
Peforma Mesin Motor Yamaha Jupiter Z-Cw Tahun 2010, Teknik Mesin
xvi
Nizar Bayu Wibowo, (2016). Analisa Variasi Bahan Bakar Terhadap peforma
Muhammadiyah Surakarta.
Peraturan Mentri ESDM No. 32 Tahun 2003 Standar Mutu Bahan Bakar Premium
Team Toyota, (1996), Electronic Fuel Injection Training Manual Step 2 Vol 5,
xvii
LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi
xviii
2. Alur Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB)
xix
3. Pengujian Emisi gas buang Bahan Bakar
xx
4. Buku Petunjuk/Panduan Pengujian Kendaraan
xxi
5. Staf Penguji Kendaraan Bermotor
xxii
6. Tempat Pengujian Kendaraan Bermotor
xxiii
7. Foto Bersama Staf Penguji Kendaraan bermotor
xxiv
8. Bukti Pengujian
xxv
9. Lampiran Alat Penelitian
Gas Analyze
Merk : TECNNOTES
Buatan : ITALI
TAHUN : 1994
Stopwatch
xxvi
10. Spesifikas Cbr150r
DIMENSI
RANGKA
MESIN
xxvii
Volume Langkah 149.5 cc
Torsi maksimum
KELISTRIKAN
Tipe busi
xxviii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan bakar adalah cairan campuran yang berasal dari minyak bumi dan
sebagian besar tersusun dari hidrokarbon serta digunakan dalam mesin pembakaran
dalam sebagai bahan bakar. Umumnya kendaraan saat ini menggunakan beberapa
pilihan jenis bahan bakar Pertamina untuk motor bensin antara lain Premium dan
Pertamax. Masing-masing jenis bahan bakar tersebut memiliki angka oktan yang
berbeda. Angka oktan menunjukan berapa besar tekanan maksimum yang dapat
diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara spontan. Pada tekanan
tertentu bahan bakar akan menyala seiring adanya tekanan pada piston yang
pengapian busi. Oleh sebab itu dengan penggunaan bahan bakar yang sesuai dengan
perbandingan kompresi yang tepat untuk mesin yang digunakan, diharapkan akan
mengoptimalkan kinerja mesin, mengurangi kerusakan dan yang lebih penting lagi
prestasi kerja motor yang berdampak langsung terhadap prestasi kerja motor dan
emisi gas buang, maka penelitian yang berkaitan dengan sistem bahan bakar sepeda
motor bensin khususnya berkaitan dengan injektor pada kendaraan yang dilengkapi
dengan sistem EFI (Electronic Fuel Injection), memegang peranan penting bagi
1
penyemprotan yang tepat serta bentuk pengabutan bahan bakar yang sempurna,
karena dengan adanya tekanan pembukaan dan pengabutan yang tepat / sempurna
akan dapat menghasilkan pembakaran yang optimal didalam silinder motor, yang
meningkatkan prestasi kerja motor dan menurunkan kadar emisi gas buang dan
Salah satu kerja motor sangat bergantung pada bahan bakar yang di
gunakan. Kualitas bahan bakarnya maupun nilai oktannya. Terdapat 2 jenis yang di
teliti untuk penggunaan bahan bakar bensin. Yaitu premium88 dan pertamax92
kedua bahan bakar tersebut memiliki harga dan oktan yang berbeda. Masyarakat
selama ini menimbukan efek negatif terhadap kualitas udara. Gas buang kendaraan
bermotor mengandung zat-zat yang berbahaya antara lain, karbon monoksida (CO),
hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), merupakan jenis bahan bakar cair yang
digunakan dalam proses pembakaran pada motor bakar. Bensin yang dijual di
proses. Salah satu sifat yang harus dimiliki dari bensin adalah Octane Number dari
bahan bakar tersebut. Angka oktan adalah angka yang menunjukan berapa besar
tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar
secara spontan. Di dalam mesin, campuran bensin dan udara (berbentuk gas) bisa
terbakar spontan sebelum terkena percikan api dari busi, jadi semakin tinggi angka
2
oktannya maka semakin cepat bensin itu terbakar spontan. Bahan bakar harus
mempunyai Octane Number yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh motor.
Motor dengan perbandingan kompresi yang lebih tinggi memerlukan angka oktan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Berapa efisiensi Konsumsi bahan bakar bensin, pertamax dan campuran
besnsin, pertamax dan berapa emisi gas buang Sepeda Motor CBR 150R ?
1.3 Tujuan
2) Untuk mengetahui kadar emisi gas buang yang dihasilkan pada bahan
1.4 Manfaat
3
2) Memberikan wawasan secara luas kepada peneliti dan pemerhati maupun
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut. Sehingga
Adapun batasan yang di gunakan dalam penelitan ini adalah hanya pada
obyek utama yaitu Sepeda Motor CBR 150R. Sedangkan asumsi yang di gunakan
pada penelitian ini adalah pola kerja motor tidak mengalami perubahan selama
penelitian berlangsung.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan di jelaskan mengenai hal-hal yang menjadi dasar dari
penelitan tugas akhir ini, meliputi latar belakang penelitian tugas akhir,
permasalahan, tujuan, manfaat, ruang lingkup penelitian yang akan di lakukan, dan
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan di jelaskan mengenai beberapa teori dan refrensi yang
mendukung penelitian ini. Adapun teori dan refrensi tersebut di antaranya: Bahan
bakar Premium, Pertamax, Motor Bensin, Spesifikasi Sepeda Motor CBR 150R.
Pada Bab ini akan di jelaskan tentang semua metode beserta langkah-
langkah yang akan di lakukan pada penelitian Tugas Akhir ini sebagai acuan supaya
kebenarannya untuk itu dalam penyusunan tugas akhir ini ada dua metode yang
digunakan yaitu:
a. Data primer
b. Data Sekunder
hal-hal yang berkaitan dengan mesin bensin dan sistem bahan bakarnya
5
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini peneliti membahas tentang hasil penelitian dan analisis hasil
penelitian.
Pada Bab ini peneliti membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan bakar premium adalah bensin bernilai oktan 88 bahan bakar minyak
jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Bensin premium mempunyai sifat
anti ketukan yang baik dan dapat dipakai pada mesin dengan batas kompresi hingga
9,0 : 1 pada semua jenis dan kondisi, namun tidak baik jika digunakan pada motor
Peraturan Mentri ESDM No. 32 Tahun 2003 tentang standar mutu Bahan
(S) 0,05%, timbal (Pb) 0,013% (jenis tanpa timbal) dan Pb 0,3% (jenis dengan
timbal), oksigen (O) 2,72%, pewarna 0,13 gr/100 L, tekanan uap 62 kPa, titik didih
215 ºC, serta massa jenis (suhu 15ºC) 715 ÷ 780 kg/m3.(Pertamina.2003)
Pertamax merupakan jenis bahan bakar dengan angka oktan 92. Bensin
mempunyai perbandingan kompresi tinggi (9,1 : 1 sampai 10,0 : 1). Pada bahan
timbunan deposit pada fuel injector dan ruang pembakaran. Bahan bakar pertamax
sudah tidak menggunakan campuran timbal sehingga dapat mengurangi racun gas
7
berwarna kebiruan dan memiliki kandungan maksimum sulfur (S) 0,1%, timbal
(Pb) 0,013% (jenis tanpa timbal) dan Pb 0,3% (jenis dengan timbal), oksigen (O)
2,72%, pewarna 0,13 gr/100 L, tekanan uap 45 ÷ 60 kPa, titik didih 205ºC, serta
A B C
Gambar 2.1 Premium(A) , Pertamax (𝐵) dan Campuran Premium +
Pertamax(1: 1)(𝐶)
hitam mg/l
8
2.2 MOTOR BENSIN
Motor bensin merupakan salah satu jenis mesin konversi energi sebagai
penggerak mula yang menggunakan energi kimia (bensin) sebagai bahan bakar.
Kemudian dari pembakaran diperoleh energi panas untuk melakukan kerja mekanis
(bensin) dan oksigen (udara) di dalam ruang bakar, sehingga menghasilkan panas,
akibatnya fluida di dalam silinder akan memuai. Namun karena fluida tersebut
dibatasi oleh dinding silinder maka tekanan dan temperatur naik yang akan
sehingga dari gerakan translasi (bolak-balik) dapat diubah menjadi gerakan rotasi
(putar). Kemudian dari gerakan rotasi inilah motor bensin dapat digunakan sebagai
penggerak kendaraan bermotor atau penggerak generator listrik dan lain sebagainya
(Arismunandar.2002)
Di dalam ruang bakar menghasilkan satu siklus kerjanya maka torak harus
melakukan empat kali langkah, berarti poros engkol harus berputar dua kali untuk
mendapatkan terjadinya satu kali usaha, di mana empat langkah torak tersebut
9
a. Langkah Hisap
Torak bergerak dari TMA (titik mati atas) menuju ke TMB (titik mati
bawah) sehingga akan terjadi penurunan tekanan di dalam silinder bagian atas
akibatnya ruangan di atas torak menjadi lebih luas. Bersamaan dengan bergeraknya
torak ini, nok poros cam menaikkan tuas katup hisap sehingga katup hisap terbuka
maka mengalirlah campuran bahan bakar (bensin) dan oksigen (udara) dari injektor
melalui saluran masuk (manifol) ke dalam silinder. Proses ini berlangsung sampai
torak mencapai TMB dan katup hisap akan tertutup sehingga campuran bahan bakar
menuju TMA. Campuran bahan bakar dan udara yang dihisap pada langkah hisap
tadi, dikompresi maka terjadi penyempitan ruangan diatas torak. Dengan demikian
tekanan dan temperatur naik, karena campuran bahan bakar dan udara didalam
ruang bakar termampatkan. Pada saat ini poros engkol dari motor akan mulai
namun sebenarnya sebelum langkah kompresi ini selesai, telah disusul langkah
10
memerciknya bunga api listrik dari busi, sehingga baru menginjak langkah
usaha.(Heryanto.2009)
TMA, busi memercikan bunga api listrik untuk membakar campuran bahan bakar
dan udara yang telah dikompresikan di dalam ruang bakar. Dengan adanya proses
pembakaran, maka temperatur dan tekanan di dalam bahan bakar akan naik lebih
tinggi sehingga mampu mendorong torak bergerak dari TMA ke TMB yang
11
d. Langkah buang.
Pada saat ini katup hisap dalam keadaan tertutup dan katup buang
membuka, akibat dari berputarnya poros cam. Pada langkah ini torak bergerak dari
TMB menuju TMA sehingga ruangan di atas torak menjadi semakin sempit dan
berulang kali sehingga terjadilah siklus kerja yang kontinu. Dan dari keempat
langkah kerja motor hanya ada satu langkah yang menghasilkan kerja/usaha yang
menjadi momen putar pada poros engkol. Sedangkan ketiga langkah kerja yang lain
membutuhkan energi. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada motor bakar
dipasang suatu roda gila / fly wheel yang terletak pada bagian ujung poros engkol,
- Sebagai penyimpan energi putar sehingga dengan adanya roda gila / fly wheel
ini tiga langkah kerja yang lain dapat berjalan sebagaimana mestinya.
dapat diperkecil.
12
- Sebagai dudukan penggerak motor Starter yang berfungsi untuk menghidupkan
pembakaran campuran bahan bakar dan udara, untuk memperoleh campuran udara
dan bensin dengan kondisi kerja suatu mesin digunakan injector untuk motor
Di dalam motor bensin selalu kita harapkan bahan bakar dan udara itu sudah
bercampur dengan baik sebelum dinyalakan oleh busi. Banyak cara untuk
memperoleh campuran yang baik, dalam hal ini hanya dibicarakan proses
bagaimana pengaliran bahan bakar dari tangki tsb. hingga masuk ke dalam silinder
Pompa bahan bakar mengalirkan bahan bakar dari tangki ke injector, udara
mengalir melalui injector yang masuk ke dalam silinder akibat proses penghisapan
keadaan beban dan putaran motor. Penyempurnaan pencampuran bahan bakar dan
sebelum campuran tersebut terbakar. Campuran itu haruslah serba sama serta
untuk membakar habis 1kg bensin. Sedangkan untuk mengatakan apakah campuran
itu ideal, kaya atau miskin. Digunakan istilah FAKTOR LAMBDA (λ). Faktor
13
Lambda merupakan perbandingan antara jumlah udara nyata yang dibutuhkan yang
masuk ke dalam silinder dibagi dengan udara secara teoritis yang diperlukan untuk
14,7 14,7
𝐿𝑎𝑚𝑑𝑎(𝜆) = = = 1 (2.1)
14,7 14,7
Bila nilai Lambda (λ) kurang dari 1, maka dikatakan bahwa campuran
tersebut kaya. (lebih banyak bensin dari pada udara) = boros, dan sebaliknya bila
Lambda (λ) lebih besar dari 1 maka campuran tersebut dikatakan kurus (lebih
banyak udara dari pada bensin) = irit/hemat. Agar suatu campuran dapat terbakar
sempurna maka nilai Lambda (λ) itu harus terletak pada daerah tertentu, yaitu
diantara 1,5–2,0 Campuran yang kaya pada keadaan kerja normal akan
Pembakaran yang tidak sempurna selain memboroskan bahan bakar, gas buang
akan mengandung banyak monoksida karbon yang berwarna hitam atau abu.
petunjuk akan kesempurnaan pembakaran. Semua unsur karbon dan hidrogen yang
terkandung dalam bahan bakar harus terbakar sempurna agar dapat menghasilkan
pemasukan jumlah bahan bakar dan udara yang dimasukkan ke dalam silinder
14
Gambar.2.6 Injector
(Sumber. Catalog Cbr 150R 2016)
2.4 Sistem Pengapian
Pada motor bakar untuk menghasilkan suatu pembakaran yang efektif dan
dalam ruang bakar dalam tujuan untuk proses pembakaran campuran bahan bakar
dan udara yang ada di dalam silinder atau ruang bakar. Campuran bahan bakar dan
bunga api listrik untuk membakarnya sampai habis yang mana saatnya
percikan/loncatan bunga api yang timbul pada kedua elektroda busi juga harus
tepat. Hal ini merupakan fungsi sistem pengapian. Biasanya pada motor banyak
konvensional di kenal juga dengan sistem pengapian platina. Di lihat dari sumber
arusnya dibedakan menjadi dua, yaitu sistem pengapian magnet dan sistem
pengapian baterai. Keduanya memiliki prinsip kerja yang sama yaitu memakai arus
meloncatnya bunga api listrik diantara kedua elektroda busi. Untuk mempersempit
15
pembahasan yang sesuai dengan tugas akhir ini maka hanya akan dibahas Sistem
Apabila kunci kontak dihubungkan “ON” arus listrik akan mengalir dari
batterai menuju kumparan primer, maka inti besi pada koil akan menjadi magnet.
Pada saat platina membuka, arus yang mengalir pada kumparan primer akan
terputus dan kemagnetan akan segera hilang. Hilangnya kemagnetan ini akan
kumparan sekunder lebih banyak dari kumparan primer, maka tegangan yang keluar
pada kumparan sekunder ini jauh lebih tinggi. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya
akan disalurkan ke rotor distributor untuk dibagi – bagikan ke busi yang berada di
kepala silinder motor dan dihasilkan percikan bunga api listrik guna melengkapi
penggerak,dan adanya induksi diri pada rangkaian primer, maka mudah sekali aus
dan terbakar. Karena itu pada periode tertentu celah platina harus diperbaiki dan
16
2.4.1 Saat Pengapian.
Yang dimaksud dengan saat pengapian adalah saat busi meloncatkan bunga
api untuk memulai terjadinya pembakaran campuran bahan bakar dan udara
didalam silinder atau ruang bakar. Sedangkan untuk dapat menghasilkan daya
motor yang optimal/efektif maka saat pengapian juga harus tepat saatnya, karena
(ms).
Dalam sistem kerja motor CBR 150cc terdapat proses yang terus menerus
menjadi tenaga mekanis/gerak dan seterusnya. Proses inilah yang disebut siklus
1. Saat Pengapian
17
2. Tekanan Pembakaran Maksimum
3. Akhir pembakaran
Keterangan :
menjadi panas, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada torak, pena torak, ring
maksimum jauh sesudah TMA, Daya motor berkurang dan pemakaian bahan bakar
menjadi boros.
- Sifat pembentukan campuran yang baik (mudah mendidih, tetapi tidak pada
temperatur ruangan).
- Tahan terhadap temperatur penyalaan diri (mempunyai titik nyala relatif tinggi).
- Nilai kalor tinggi (susunan kimianya hanya terdiri dari unsur – unsur bahan bakar).
b. Susunan bensin/pertamax
18
2.4.2 Emisi Gas Buang
buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan terbuang
dan bensin (AFR=Air-to-Fuel-Ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain ruang
bakar mesin saat ini yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja sebagian dari
bensin seolah-olah tetap dapat bersembunyi dari api saat terjadi proses pembakaran
Untuk motor yang tidak dilengkapi dengan Catalytic Converter (CC), emisi
HC yang dapat ditolerir adalah 500 ppm dan untuk mobil yang dilengkapi dengan
Emisi HC ini dapat ditekan dengan cara memberikan tambahan panas dan
oksigen diluar ruang bakar untuk menuntaskan proses pembakaran. Proses injeksi
oksigen tepat setelah exhaust port akan dapat menekan emisi HC secara drastis.
Saat ini, beberapa mesin mobil dan motor sudah dilengkapi dengan electronic air
injection reaction pump yang langsung bekerja saat cold-start untuk menurunkan
Apabila CC bekerja dengan normal tapi HC tetap tinggi, maka hal ini
menunjukkan gejala bahwa AFR yang tidak tepat. AFR yang terlalu kaya akan
menyebabkan emisi HC menjadi tinggi. Ini bias disebabkan antara lain kebocoran
19
fuel pressure regulator, injector yang kotor, filter udara yang tersumbat, sensor
temperature mesin yang tidak normal dan sebagainya yang dapat membuat AFR
terlalu kaya. Injector yang kotor atau fuel pressure yang terlalu rendah dapat
membuat butiran bensin menjadi terlalu besar untuk terbakar dengan sempurna dan
ini juga akan membuat emisi HC menjadi tinggi. Apapun alasannya, AFR yang
terlalu kaya juga akan membuat emisi CO menjadi tinggi dan bahkan menyebabkan
outlet dari CC mengalami overheat, tetapi CO dan HC yang tinggi juga bisa
disebabkan oleh rembasnya pelumas ke ruang bakar. Untuk mobil dan motor yang
dilengkapi dengan sistem EFI dan CC, gejala misfire ini harus segera diatasi karena
apabila didiamkan, ECU akan terus menerus berusaha membuat AFR menjadi kaya
karena membaca bahwa masih ada oksigen yang tidak terbakar ini. Akibatnya CC
` Gas karbonmonoksida adalah gas yang relative tidak stabil dan cenderung
bereaksi dengan unsur lain. Karbon monoksida, dapat diubah dengan mudah
menjadi CO2 dengan bantuan sedikit oksigen dan panas. Saat mesin bekerja dengan
AFR yang tepat, emisi CO pada ujung knalpot berkisar 0.5% sampai 1% untuk
mesin yang dilengkapi dengan sistem injeksi atau sekitar 2.5% untuk mesin yang
masih menggunakan karburator. Dengan bantuan air injection system atau CC,
Apabila AFR sedikit saja lebih kaya dari angka idealnya (AFR ideal = lambda =
1.5) maka emisi CO akan naik secara drastis. Jadi tingginya angka CO
menunjukkan bahwa AFR terlalu kaya dan ini bisa disebabkan antara lain karena
20
masalah di fuel injection system seperti fuel pressure yang terlalu tinggi, sensor
suhu mesin yang tidak normal, air filter yang kotor, injector yang kotor atau
di ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka ideal,
emisi 𝐶𝑂2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau terlalu
kaya, maka emisi 𝐶𝑂2 akan turun secara drastis. Apabila 𝐶𝑂2 berada dibawah 12%,
maka kita harus melihat emisi lainnya yang menunjukkan apakah AFR terlalu kaya
3. Oksigen (𝑂2 )
maka kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap
molekul hidrokarbon.
Dalam ruang bakar, campuran udara dan bensin dapat terbakar dengan
sempurna apabila bentuk dari ruang bakar tersebut melengkung secara sempurna.
Kondisi ini memungkinkan molekul bensin dan molekul udara dapat dengan mudah
sayangnya, ruang bakar tidak dapat sempurna melengkung dan halus sehingga
21
Untuk mengurangi emisi HC, maka dibutuhkan sedikit tambahan udara atau
oksigen untuk memastikan bahwa semua molekul bensin dapat bertemu dengan
molekul oksigen untuk bereaksi dengan sempurna. Ini berarti AFR 14,7:1.5
menyebabkan oksigen dalam gas buang akan berkisar antara 0.5% sampai 1%. Pada
mesin yang dilengkapi dengan CC, kondisi ini akan baik karena membantu fungsi
Mesin tetap dapat bekerja dengan baik walaupun AFR terlalu kurus bahkan
hingga AFR mencapai 10:1.5 Tapi dalam kondisi seperti ini akan timbul efek lain
seperti mesin cenderung knocking, suhu mesin bertambah dan emisi senyawa NOx
diagnose terhadap mesin. Senyawa NOx adalah ikatan kimia antara unsur nitrogen
dan oksigen. Dalam kondisi normal atmosphere, nitrogen adalah gas inert yang
amat stabil yang tidak akan berikatan dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu
tinggi dan tekanan tinggi dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan
a. Emisi CO tinggi
menunjukkan kondisi dimana AFR terlalu kaya (lambda < 1.5). Secara umum CO
22
dan sempurna. Hal-hal yang menyebabkan AFR terlalu kaya antara lain : - Idle
speed terlalu rendah. - Setelan pelampung karburator yang tidak tepat menyebabkan
bensin terlalu banyak. - Air filter yang kotor. - Pelumas mesin yang terlalu kotor
atau terkontaminasi berat. - Charcoal Canister yang jenuh. - PCV valve yang tidak
bekerja. - Kinerja fuel delivery system yang tidak normal. - Air intake temperature
sensor yang tidak normal. - Coolant temperature sensor yang tidak normal. -
b. Normal CO.
Apabila AFR berada dekat atau tepat pada titik ideal (AFR 14,7 atau lambda = 1.5)
maka emisi CO tidak akan lebih dari 1% pada mesin dengan sistem injeksi atau
c. CO terlalu rendah.
Sebenarnya tidak ada batasan dimana CO dikatakan terlalu rendah. Konsentrasi CO
terkadang masih terlihat normal walaupun mesin sudah bekerja dengan campuran
d. Emisi HC tinggi.
Umumnya kondisi ini menunjukkan adanya kelebihan bensin yang tidak terbakar
yang disebabkan karena kegagalan sistem pengapian atau pembakaran yang tidak
sempurna. Konsentrasi HC diukur dalam satuan ppm (part per million). Penyebab
23
– Kompresi mesin yang rendah.
– Kebocoran pada intake.
– Kesalahan pembacaan data oleh ECU sehingga menyebabkan AFR terlalu kaya.
e. Kosentrasi Oksigen.
Menunjukkan jumlah udara yang masuk ke ruang bakar berbanding dengan jumlah
bensin. Angka ideal untuk oksigen pada emisi gas buang adalah berkisar antara 1%
hingga 2%.
lain :
– AFR yang tidak tepat. – Kebocoran pada saluran intake – Kegagalan pada
Kondisi ini menunjukkan bahwa AFR berada dekat atau tepat pada kondisi ideal.
Kondisi ini menunjukkan bahwa AFR terlalu kurus atau terlalu kaya dan kebocoran
Senyawa NOx termasuk nitrit oksida (NO) atau nitrat oksida (NO2) akan terbentuk
bila suhu ruang bakar mencapai lebih dari 2500 derajat Farenheit (1350 °C).
Senyawa ini juga dapat terbentuk apabila mesin mendapat beban berat.
24
k. Konsentrasi NOx tinggi.
Kondisi ini menunjukkan :
menyebabkan fatal/kematian.
b. Hidrocarbon (HC)
- Pada konsentrasi yang tinggi menyebabkan gangguan pada selaput lendir, mata,
- Logam berat Pb merupakan bahan tambahan anti knoking. Bahan ini suli bereaksi
25
2.5 Pengukuran dan perhitungan
Perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik ini digunakan untuk mengetahui jumlah
bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya dalam waktu tertentu. Jika
daya dalam satuan kW dan laju aliran massa bahan bakar dalam satuan kg/jam maka
𝑚𝑓
SFC= (kg/Kwh) (Nugroho,2012. 2.2)
𝑝
P = daya (kW)
Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan
daya.
𝐾𝐵𝐵
KBBS=. /ρ∙60
10 −6
(wibowo,2016 2.3)
𝑃∙0,745
Dimana :
P : daya
26
2.7 Penelitian Terdahulu
berbagai jenis bahan bakar (Premium, Pertamax dan Pertamax Plus) terhadap unjuk
penggunaan berbagai jenis bahan bakar (Premium, Pertamax dan Pertamax Plus)
tidak memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap torsi dan daya efektif yang
dihasilkan oleh motor bensin 4 langkah. dimana unjuk kerja yang dihasilkan dari
ketiga jenis varian bahan bakar tersebut cenderung memberikan hasil yang sama.
premium, pertamax dan pertamax plus terhadap unjuk kerja motor bakar bensin.
dimana melakukan pengujian pada motor Honda jenis Supra X 100 cc tahun 2001
dengan alat dynotest. Hasil pengujian menunjukkan torsi maksimum dan daya
konsumsi bahan bakar spesifik minimal dimiliki pertamax plus. Pada motor bensin
menggunakan campuran bahan bakar dan udara di dalam mesin, sehingga motor
Engine).
Terhadap Daya Dan Emisi Gas Buang Pada Motor Toyota 4K 4 Silinder 1300 CC,
Hasil pengujian menunjukan daya maksimum yang dicapai pada saat pengapian dan
menghasilkan gas buang cukup baik dimana dengan melakukan proses dan
27
perawatan rutin. Bertujuan untuk memberikan penjelasan secara sistematis tentang
prinsip kerja pengapian dam emisi gas buang motor toyota 4k.
Sedangkan pada penelitian ini di lakukan Analisis Emisi Gas Buang dan
pertamax pada Sepeda Motor Honda CBR150R. Hal tersebut dilakukan agar dapat
diketahui efisiensi dari emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar sepeda motor
Honda Cbr 150R dan faktor yang mempengaruhi kinerja motor sehingga perbaikan
penelitian terdahulu dari Lukman Hakim (2004), Tri Hartono (2011), Agung
Nugroho (2012) sebagai dasar acuan untuk menganalisa efisiensi emisi gas buang
CBR 150cc terhadap penggunaan bahan bakar. Hasil dari Penelitian ini di harapkan
28
Agung Pengaruh Saat Pengapian 2012 Efisiensi TOYOTA 4K
Nugroho Terhadap Daya Dan Emisi 4Silinder
Gas Buang Pada Motor 1300cc
Toyota 4K 4 Silinder 1300
CC
Moh Analisa penggunaan 2016 Fuel HONDA BEAT
Wildan Bahan Bakar Bensin Jenis Consumtio FI 110cc
Habibi pertlite dan pertamax pada n
mesin bertorsi
besar(HONDA BEAT FI
110cc)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang akan diteliti. Pada tahapan ini dilakukan beberapa tahapan di antaranya.
2. Studi literatur
Pada tahap ini di jelaskan beberapa teori yang relevan, serta dapat di
Motor CBR 150R, bahan bakar Premium pertamax dan hasil emisi gas
buang.
3. Penyusunan proposal
Metode penelitian yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah dengan
berupa dokumen maupun dalam bentuk lainnya yang berhubungan dengan judul
30
penelitian, dianalisis kemudian diinterpretasikan guna mendapatkan penyelesaian
2. Waktu Penelitian
seperti kondisi pola pengambilan data pada alat yang di gunakan dan
menyeluruh.
2. Pemeriksaan Menyeluruh
Setelah ditemukan pengambilan data, selanjutnya di lakukan
yang di gunakan dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang di gunakan
31
3. Pengambilan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
pendahuluan.
meliputi:
1. Putaran motor dalam satuan Rpm, yang merupakan putaran motor yang
satuan kg/jam. Dapat diukur melalui alat ukur tabung yang terpasang pada
3. Emisi gas buang dalam satuan persen (%) dan PPM (part per milion) dapat
Objek yang dilakukan pengujian kinerja dalam penelitian ini adalah motor
32
1. Tachometer
Merupakan alat yang diguanakan untuk mengukur putaran motor, besaran
satuan yang digunakan RPM ( Rotation Per Minute ) pengukuran putaran motor
1. Putaran motor diukur langsung pada poros out put motor yang dirangkai
2. Putaran motor diukur langsung pada sinyal tegangan tinggi kabel busi
unsur partikel yang ada dalam gas buang, putaran motor, temperatur, serta
Alat ini menampilkan hasil pengujian secara Digital yang dapat terbaca langsung
Parameter yang diukur : Carbon Monoxid (Co) , Hidrocarbon (HC) , Oxigen (O2),
Carbon Dioxid (Co2), perbandingan pemakaian udara dan bahan bakar (Lambada),
bakar dalam satuan kg bahan bakar per jamnya. Data pemakaian bahan bakar dapat
diukur langsung melalui tabung kaca/plastik dan waktu yang diperlukan langsung
33
Display digital merupakan suatu alat untuk mengukur konsumsi bahan
4. Stopwacth
Stopwach merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur waktu pada
34
Dari paparan metodologi seperti yang telah di sampaikan di atas di tunjukan
MULAI
-Studi Literatur
IDENTIFIKASI
AWAL -Penyusunan Proposal
-Studi Lapangan
PENELITIAN -Pengambilan Data
PEROLEHAN
DATA -Hasil dari emisi gas buang
PENYUSUNAN
LAPORAN
AKHIR
SELESAI
35
3.7 Jadwal Penelitian
Penyusunan jadwal penelitian digunakan sebagai sarana
3 Penelitian
(Pengumpulan
data primer +
sekunder)
4 Analisis data
5 Rekomendasi
perbaikan
6 Penyusunan
laporan TA
36
BAB IV
PENGUJIAN DAN HASIL
RPM
0,146 0,144
0,144 0,142
0,141
0,142 0,139
KBB(KG/KW.H
0,14 0,138
0,137 0,137
0,138 0,135
0,136 0,133
0,134
0,132
0,13
0,128
0,126
3000 5000 6000
pertamax 0,137 0,142 0,144
Premium 0,133 0,137 0,138
Campuran 0,135 0,139 0,141
stasioner dapat diketahui dengan mudah ketika melihat grafik batang bahwa pada
putaran torsi stasioner yang di ukur dari 3000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm di dapatkan
37
4.2.2 Pengujian Pertama Emisi Gas Buang
14
13,08
12
10 10,12
9,2 9,43
8
6 5,8
4,7
4
2
0 0,44
0,2
0,02
CO % CO2 % O2 %
premium 0,44 4,7 13,08
Campuran 0,2 5,8 9,43
Pertamax 0,02 9,2 10,12
Berdasrkan Gambar 4.2, Grafik pengujian pertama saat awal mesin menyala
premium yang memiliki kadar oktan Ron 88 didapatkan hasil dari pembakaran
emisi gas buang beracun dengan kadar Hidro Karbon (HC) 475 ppm dan Karbon
Monoksida (CO) 0,44% , sedangkan pada bahan bakar Pertamax yang memiliki
kadar oktan tertinggi Ron 92 menghasilkan sisa pembakaran emisi gas buang
beracun Hidro Karbon (HC) 0 ppm dan Karbon Monoksida 0,20%, dan pada bahan
bakar campuran premium dan pertamax didapatkan hasil sisa pembakaran emisi gas
buang beracun Hidro Karbon (HC) 41 ppm dan Karbon Monoksida 0,02%.
38
4.2.3 Pengujian Kedua Emisi Gas Buang
18
16 15,9
14 13,65
12 12,6
10
8
6
5,2
4,7
4
3,1
2
0 0,69
0,09
0
CO % CO2 % O2 %
premium 0,69 4,7 13,65
Pertamax 0 3,1 15,9
Campuran 0,09 5,2 12,6
Gambar 4.3 Grafik Gas Buang Hasil Pembakaran (Pengujian 2/5 Menit)
Gambar 4.3 Grafik pengujian kedua saat mesin menyala dalam waktu 5 menit
memperlihatkan spesifikasi efisiensi pada bahan bakar premium dengan oktan Ron
88 didapatkan hasil dari pembakaran emisi gas buang kadar beracun Hidro Karbon
(HC) 109 ppm dan Karbon Monoksida (CO) 0,69 %, pada bahan bakar Pertamax
dengan oktan Ron 92 hasil yang didapatkan dari sisa pembakaran emisi gas buang
beracun Hidro Karbon (HC) 0 ppm dan Karbon Monoksida (CO) 0%, sedangkan
pada bahan bakar Campuran premium dan pertamax di dapatkan hasil emisi gas
buang kendaraan beracun Karbon Monoksida (HC) 0,04 ppm dan Karbo
pertamax dengan oktan lebih tinggi 92 Ron mampu menekan hasil emisi gas buang
pembakaran karena memiliki titik didih lebih tinggi 205°C di dalam ruang silinder
39
lebih baik hasil dari emisi gas buang, bahan bakar Campuran premium dan
pertamax memiliki selisih gas buang beracun tidak terlalu jauh dengan dikarenakan
terjadinya reaksi kimia bahan bakar premium oktan Ron 88 dicampur dengan bahan
bakar pertamax oktan Ron 92. di bandingkan bahan bakar premium yang
menghasilkan gas beracun lebih tinggi walaupun terjadinya penurunan gas beracun
Gambar 4.4 Grafik Gas Buang Hasil Pembakaran (Pengujian 3/10 Menit)
Dilihat pada Gambar 4.4 Grafik pengujian ketiga saat mesin menyala dalam
dengan oktan Ron 88 didapatkan hasil dari pembakaran emisi gas buang beracun
sisa pembakaran Hidro Karbon (HC) 116 ppm dan Karbon Monoksida (CO) 1,13
%, bahan bakar pertamax dengan oktan Ron 92 lebih tinggi dari pada bahan bakar
premium oktan Ron 88 di dapatkan hasil sisa pembakaran emisi gas buang beracun
sisa pembakaran Hidro Karbon (HC) 0 ppm dan Karbon Monoksida 0 ppm,
sedangkan bahan bakar Campuran premium dan pertamax menghasilkan emisi gas
40
buang sisa pembakaran kendaraan Hidro Karbon (HC) 0 ppm dan Karbon
Pada Gambar 4.2.4. Dapat disimpulkan bahan bakar pertamax dengan oktan
Ron 92 menghasilkan sisa pembakaran emisi gas buang beracun Hidro Karbon
lebih baik dari pada bahan bakar premium dan bahan bakar campuran premium dan
pertamax, dikarenakan bahan bakar pertamax memliki oktan Ron 92 yang lebih
Hasil emisi gas buang Hidro Karbon (HC) pada Sepeda Motor Cbr 150R
tahun 2016 pada masing-masing bahan bakar yang di lakukan pengujian dapat
dilihat pada tabel 4,1 di dapatkan hasil pada pengujian 1, 2 dan 3 bahan bakar
pertamax dapat menekan emisi gas buang beracun HC lebih baik di bandingkan
bahan bakar premium dan campuran di karenakan bahan bakar pertamax lebih cepat
memuai/terbakar pada suhu yang lebih rendah yaitu dengan titik didih 205°C.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beardasarkan hasil dari penelitian dan hasil perhitungan, dapat di simpulkan
dari grafik bahwa kinerja mesin Honda CBR 150r dengan analisa perbandingan
1. Pengujian putaran torsi 3000 rpm 5000 rpm dan 6000 rpm. Konsumsi Bahan
Bakar (KBB) terendah dihasilkan bahan bakar premium lebih rendah dari
bahan bakar pertamax dan campuran yang mengalami pemuaian lebih cepat
2. Kinerja kerja mesin dari sebuah kendaraan akan semakin baik hasil dari sisa
pembakaran dalam ruang bakar yang menghasilkan emisi gas buang beracun
pengujian 3000, 5000 dan 6000 di karenakan pertamax memiliki oktan lebih
42
5.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan variable yang lebih banyak dan
panjang seperti efisiensi termal waktu pemamanasan mesin yang lebih lama
2. Menggunakan lebih dari satu kendaraan dengan bahan bakar yang sama agar
dapat membandingkan hasil efisiensi bahan bakar yang digunakan.
43
ANALISA EMISI GAS BUANG DAN EFISIENSI KONSUMSI BAHAN BAKAR
PADA PREMIUM PERTAMAX DAN CAMPURAN PREMIUM PERTAMAX PADA
SEPEDA MOTOR HONDA CBR 150R TAHUN 2016
Adisucipto, Muhamadhidayat, Mietraanggara
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Teknologi Sumbawa
Abstrak
Analisa penggunaan bahan bakar Bensin jenis Premium dan Pertamax pada mesin bertorsi
besar ( Honda CBR FI 150R Tahun 2016), Skripsi, Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui perbedaan performa motor yang
menggunakan bahan bakar bensin premium88, bahan bakar pertamax 92 dan bahan bakar
campuran 1:1. Variasi rpm dilakukan untuk mengetahui perbedaan Putaran mesin, efisisensi
konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang di hasilkan motor berbahan bakar bensin
premium 88 dan pertamax 92. Kemudian diberikan perlakuan variasi putaran mesin mulai dari
3000 rpm, 5000 rpm dan 6000 rpm. Pengujian efisisensi bahan bakar menggunakan tabung
ukur 500mg sedangkan pengujian emisi gas buang menggunakan gas analyzer.
metode deskriptif. Efek dari variasi putaran mesin serta penggunaan bahan bakar yang nilai
oktannya berbeda akan mempengaruhi karakteristik efisisensi konsumsi bahan bakar dan emisi
gas buang, menunjukkan perbedaan yang signifikan, gas CO, HC, dan . Nilai oktan bahan bakar
dan variasi putaran mesin berpengaruh signifikan terhadap karakterisitik Konsumsi Bahan
Kata kunci : bahan bakar premium88, bahan bakar pertamax 92, efisisensi konsumsi bahan
1
I. PENDAHULUAN penting lagi akan dapat mengefisiensikan
2
Salah satu kerja motor sangat Number dari bahan bakar tersebut. Angka
bergantung pada bahan bakar yang di oktan adalah angka yang menunjukan
gunakan. Kualitas bahan bakarnya maupun berapa besar tekanan maksimum yang bisa
nilai oktannya. Terdapat 2 jenis yang di diberikan di dalam mesin sebelum bensin
teliti untuk penggunaan bahan bakar terbakar secara spontan. Di dalam mesin,
bensin. Yaitu premium88 dan pertamax92 campuran bensin dan udara (berbentuk gas)
kedua bahan bakar tersebut memiliki harga bisa terbakar spontan sebelum terkena
dan oktan yang berbeda. Masyarakat hanya percikan api dari busi, jadi semakin tinggi
nitrogen oksida (NOx), merupakan jenis rumusan masalah dalam penelitian ini
bahan bakar cair yang digunakan dalam adalah: Berapa efisiensi Konsumsi bahan
proses pembakaran pada motor bakar. bakar bensin, pertamax dan campuran
Bensin yang dijual di pasaran merupakan besnsin, pertamax dan berapa emisi gas
campuran sejumlah produk yang dihasilkan buang Sepeda Motor CBR 150R ?
3
C. Tujuan bahan bakar premium dan pertamax
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai terhadap emisi gas buang.
Manfaat yang bisa diambil dari hasil Bensin premium mempunyai sifat anti
penelitian ini diantaranya : ketukan yang baik dan dapat dipakai pada
emisi gas buang dan analisa pada semua jenis dan kondisi, namun tidak
campuran bahan bakar premium dan baik jika digunakan pada motor bensin
menyebabkan knocking.
2) Memberikan wawasan secara luas
4
timbal) dan Pb 0,3% (jenis dengan timbal), serta massa jenis (suhu 15ºC) 715 ÷ 780
sampai 10,0 : 1). Pada bahan bakar Motor bensin merupakan salah satu
timbunan deposit pada fuel injector dan kimia (bensin) sebagai bahan bakar.
sudah tidak menggunakan campuran timbal energi panas untuk melakukan kerja
5
tersebut dihubungkan ke poros engkol Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi
dengan perantara batang penggerak yang setiap HC yang didapat di gas buang
dari gerakan translasi (bolak-balik) dapat yang tidak terbakar dan terbuang bersama
diubah menjadi gerakan rotasi (putar). sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa
Kemudian dari gerakan rotasi inilah motor hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi
bensin dapat digunakan sebagai penggerak dengan oksigen) maka hasil reaksi
generator listrik dan lain sebagainya setelah karbondioksida (CO2) dan air(H¬2O).
mengalami beberapa jenis transmisi, sesuai Walaupun rasio perbandingan antara udara
satu siklus kerjanya maka torak harus Emisi Karbon Monoksida (CO)
poros engkol harus berputar dua kali untuk yang relative tidak stabil dan cenderung
mendapatkan terjadinya satu kali usaha, bereaksi dengan unsur lain. Karbon
2.4 Emisi Gas Buang untuk mesin yang dilengkapi dengan sistem
1. Emisi Senyawa Hidrokarbon (HC) injeksi atau sekitar 2.5% untuk mesin yang
6
bantuan air injection system atau CC, maka apabila bentuk dari ruang bakar tersebut
mendapatkan proses pembakaran yang kondisi yang sedikit kurus. Inilah yang
sempurna, maka kadar oksigen yang masuk menyebabkan oksigen dalam gas buang
ke ruang bakar harus mencukupi untuk akan berkisar antara 0.5% sampai 1%. Pada
Dalam ruang bakar, campuran udara ini akan baik karena membantu fungsi CC
dan bensin dapat terbakar dengan sempurna untuk mengubah CO dan HC menjadi 𝐶𝑂2 .
7
Mesin tetap dapat bekerja dengan pembakaran di ruang bakar. Tingginya
baik walaupun AFR terlalu kurus bahkan emisi CO disebabkan karena kurangnya
hingga AFR mencapai 10:1.5 Tapi dalam oksigen untuk menghasilkan pembakaran
kondisi seperti ini akan timbul efek lain yang tuntas dan sempurna. Hal-hal yang
seperti mesin cenderung knocking, suhu menyebabkan AFR terlalu kaya antara lain
mesin bertambah dan emisi senyawa NOx : - Idle speed terlalu rendah. - Setelan
Untuk memudahkan menganalisa titik ideal (AFR 14,7 atau lambda = 1.5)
kondisi mesin, dapat di jelaskan sebagai maka emisi CO tidak akan lebih dari 1%
alat bantu Menurut Nugroho (2012) : pada mesin dengan sistem injeksi atau 2.5%
8
terkadang masih terlihat normal walaupun bensin. Angka ideal untuk oksigen pada
mesin sudah bekerja dengan campuran emisi gas buang adalah berkisar antara 1%
kelebihan bensin yang tidak terbakar yang kurus. Kondisi yang menyebabkan antara
satuan ppm (part per million). Penyebab – Kegagalan pada sistem pengapian yang
– Timing pengapian yang terlalu mundur. berada dekat atau tepat pada kondisi ideal.
ruang bakar berbanding dengan jumlah suhu ruang bakar mencapai lebih dari 2500
9
derajat Farenheit (1350 °C). Senyawa ini c. Senyawa Timah Hitam
10
Konsumsi bahan bakar spesifik dapat diketahui dengan mudah ketika
merupakan jumlah bahan bakar yang melihat grafik batang bahwa pada putaran
dibutuhkan untuk melekukan pembakaran torsi stasioner yang di ukur dari 3000 rpm,
persatuan waktu (jam) untuk menghasilkan 5000 rpm, 6000 rpm di dapatkan pada
kg/kw.h.
𝐾𝐵𝐵
KBBS =. /ρ ∙ 60
10 −6
𝑃 ∙ 0,745 3.2.2 Pengujian Pertama Emisi Gas
Dimana :
Buang
kbbs : konsumsi bahan bakar spesifik
14 13,08
12
(kg/kw.h) 10 9,2 10,12
9,43
8
6 5,8
4 4,7
kbb : konsumsi baan bakar (ml/min) 2
0 0,44
0,2
0,02
CO % CO2 % O2 %
ρ : masa jenis bahan bakar (kg/m3) premium 0,44 4,7 13,08
Campuran 0,2 5,8 9,43
P : daya Pertamax 0,02 9,2 10,12
11
Monoksida (CO) 0,44% , sedangkan pada didapatkan hasil dari pembakaran emisi gas
bahan bakar Pertamax yang memiliki kadar buang kadar beracun Hidro Karbon (HC)
oktan tertinggi Ron 92 menghasilkan sisa 109 ppm dan Karbon Monoksida (CO) 0,69
pembakaran emisi gas buang beracun %, pada bahan bakar Pertamax dengan
Hidro Karbon (HC) 0 ppm dan Karbon oktan Ron 92 hasil yang didapatkan dari
Monoksida 0,20%, dan pada bahan bakar sisa pembakaran emisi gas buang beracun
campuran premium dan pertamax Hidro Karbon (HC) 0 ppm dan Karbon
didapatkan hasil sisa pembakaran emisi gas Monoksida (CO) 0%, sedangkan pada
buang beracun Hidro Karbon (HC) 41 ppm bahan bakar Campuran premium dan
dan Karbon Monoksida 0,02%. pertamax di dapatkan hasil emisi gas buang
20 0,9%.
15 15,9
13,65
12,6
10
5 5,2
4,7 Dapat di simpulkan bahwa pada
3,1
0 0,69
0,09
0
CO % CO2 % O2 %
premium 0,69 4,7 13,65
Gambar 3.2.3 hasil dari pembakaran
Pertamax 0 3,1 15,9
Campuran 0,09 5,2 12,6 pertamax dengan oktan lebih tinggi 92 Ron
Gambar 3.3 Grafik Gas Buang Hasil mampu menekan hasil emisi gas buang
Pembakaran (Pengujian 2 per 5 Menit)
pembakaran karena memiliki titik didih
Gambar 3.3 Grafik pengujian kedua
lebih tinggi 205°C di dalam ruang silinder
saat mesin menyala dalam waktu 5 menit
lebih baik hasil dari emisi gas buang, bahan
memperlihatkan spesifikasi efisiensi pada
bakar Campuran premium dan pertamax
bahan bakar premium dengan oktan Ron 88
memiliki selisih gas buang beracun tidak
12
terlalu jauh dengan dikarenakan terjadinya lebih tinggi dari pada bahan bakar premium
reaksi kimia bahan bakar premium oktan oktan Ron 88 di dapatkan hasil sisa
0,16%.
3.2.4 Pengujian Ketiga Emisi Gas
Buang
Pada Gambar 3.2.4. Dapat
20
15 15,75
15,59
15,22
10 disimpulkan bahan bakar pertamax dengan
5 1,13
0,92 4,1
3
0 0
CO2
CO % O2 %
% oktan Ron 92 menghasilkan sisa
premium 1,13 3 15,59
Pertamax 0 4,1 15,22 pembakaran emisi gas buang beracun Hidro
Campuran 0,92 3 15,75
Karbon lebih baik dari pada bahan bakar
Gambar 3.4 Grafik Gas Buang Hasil
premium dan bahan bakar campuran
Pembakaran (Pengujian 3 per 10 Menit)
premium dan pertamax, dikarenakan bahan
Dilihat pada Gambar 3.4 Grafik
bakar pertamax memliki oktan Ron 92 yang
pengujian ketiga saat mesin menyala dalam
lebih cepat memuai ketika terjadinya
waktu 10 menit memperlihatkan spesifikasi
pembakaran di dalam ruang silinder di
efisiensi pada bahan bakar premium dengan
bandingkan bahan bakar premium dengan
oktan Ron 88 didapatkan hasil dari
oktan lebih rendah Ron 88.
pembakaran emisi gas buang beracun sisa
13
Hasil emisi gas buang Hidro Karbon (HC) bahan bakar dapat di ambil kesimpulan
dari grafik bahwa kinerja mesin Honda memiliki oktan lebih rendah di
14
dengan oktan Ron 88 lebih rendah 2. Dinas Perhubungan Taliwang Beserta
dan memiliki titik didih (215°C). Staf Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB)
2. Menggunakan lebih dari satu MARET 2006 tentang standar mutu Bahan
bakar Pertamax
kendaraan dengan bahan bakar yang
sama agar dapat membandingkan (5)Lukman Hakim. (2004). Pengaruh
hasil efisiensi bahan bakar yang Penggunaan Berbagai Jenis Bahan Bakar
digunakan. (Premium, Pertamax, Pertamax Plus)
Terhadap Unjuk Kerja Motor Bensin 4
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Langkah (4-tak). Undergraduate Theses
Penulis menyampaikan terima kasih from JIPTUMMPP, Engineering, Malang.
kepada.
(6) Moh. Wildan Habibi (2016). Analisa
1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Bahan Bakar Bensin Berjenis Pertalite dan
Pertamax Pada Mesin Bertorsi Besar
Teknologi Sumbawa.
15
(HONDA BEAT FI 110 CC). Jurusan (14) Sugeng Mulyono, Gunawan, Budha
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Maryanti (2013) Program Studi Teknik
PGRI Kediri. Mesin Fakultas Teknologi Industri
Universitas Balik papan.
(7) Muhammad Heryanto,(2009) Motor 2
Tak 4 Tak dan Motor Diesel, Fakultas (15)Team Toyota, (1996), Electronic Fuel
MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Injection Training Manual Step 2 Vol 5,
Jakarta, Toyota Astra Motor.
(8)Muamar Ilham, (2010). Pengaruh
Bahan Bakar pertalite dan Premium (16)Tri Hartono, Subroto, dan Nur
Terhadap Peforma Mesin Motor Yamaha Aklis,(2011). Penelitian Pengaruh
Jupiter Z-Cw Tahun 2010, Teknik Mesin Penggunaan Bahan Bakar Premium,
Fakultas Teknik Universitas Pertamax dan Pertamax Plus Terhadap
Muhammadiyah Pontianak. Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin. Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
(9) Nizar Bayu Wibowo, (2016). Analisa
Muhammadiyah Surakarta.
Variasi Bahan Bakar Terhadap peforma
Motor Bensin 4 Langkah. Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
16