TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Diploma III (Ahli Madya)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang
Oleh:
Disusun Oleh:
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan Oleh :
Ketua Jurusan
Teknik Mesin
Tugas Akhir Ini Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Tugas Akhir Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang
Pada Tanggal: 07 Oktober 2017
Tim Penguji :
Ketua/Penguji I Sekretaris/Penguji II
(a) Tempat/Tgl Lahir: Lumban Dolok/02 Januari 1996 (b) Nama Orang
Tua: Kasmir dan Siti Aisah (c) Jurusan: Teknik Mesin (d) Program Studi:
DIII Teknik Mesin, Konsentrasi: Perawatan dan Perbaikan (e) No. BP:
1401011013 (f) Tanggal Lulus: 7 Oktober 2017 (g) Predikat Lulus: Sangat
Memuaskan (h) IPK: 3.33 (i) Lama Studi: 3 Tahun 1 bulan (j) Alamat
Orang Tua: Lumban Dolok Kayu Laut, Kec. Panyabungan Selatan, Kab.
Mandailing Natal, Sumatra Utara
PENGUJIAN KELAYAKAN MESIN BUBUT MAXIMAT V13 DI POLITEKNIK
NEGERI PADANG
ABSTRAK
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan operasional suatu mesin perkakas
melalui pengujian ketelitian geometrik berdasarkan standarisasi yang telah ditentukan,
dengan mengambil batasan masalah pada mesin bubut Maximat V13 milik bengkel Teknik
Mesin Politeknik Negeri Padang. Pengujian meliputi Pengukuran Rotasi, Kelurusan sumbu
head stock terhadap sumbu tail stock, kesejajaran sumbu utama terhadap gerak carriage,
kesejajaran sumbu peluncur luar kepala lepas terhadap gerak eretan, penyelarasan alas
mesin serta ketelitian lead screw karena keming pada bantalan tekan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa beberapa nilai penyimpangan dari mesin bubut Maximat V13
melebihi batas dari nilai penyimpangan yang diizinkan, sehingga mesin bubut Maximat
V13 sudah tidak layak digunakan menurut hasil pengujian yang telah dilakukan.
Tugas Akhir ini telah dipertahankan didepan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal :
07 Oktober 2017
Abstrak telah disetujui oleh penguji :
Tanda tangan
Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknik Mesin : DR. Junaidi, ST., MT.
Nip. 19660621 1992 1 005 Tanda Tangan
Alumnus telah mendaftar ke Politeknik Negeri Padang dan mendapatakan nomor alumnus :
Petugas Politeknik
Nomor Alumni Jurusan Nama Tanda Tangan
Nomor Alumni Politeknik Nama Tanda Tangan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
Pembuatan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Ijazah Diploma III (tiga) di Politeknik Negeri Padang. Adapun judul tugas akhir tersebut
adalah “PENGUJIAN KELAYAKAN MESIN BUBUT MAXIMAT V13 DI PIKLITEKNIK
NEGERI PADANG”
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada ALLAH SWT karena tanpa izin-Nya penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas
akhir ini. Juga kepada orang tua, adik dan keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis, dan penulis mengucakan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
i
Penulis meyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dan
keterbatasan bahan yang diperoleh. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun sebagai bahan masukan untuk penulis pada masa yang akan datang
agar menjadi lebih baik.
Penulis,
Ganti Sari
BP.1401011013
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN UTAMA
LEMBARAN ASISTENSI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Tujuan..........................................................................................................................2
iii
3.4 Metoda Pengujian...................................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................23
BAB V PENUTUP.............................................................................................................41
5.1 Kesimpulan............................................................................................................41
5.2 Saran......................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................43
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 (a) dial indikator, (b) sprit level, (c) mistar.....................................................24
Gambar 4.7 Posisi Dial Indikator Untuk Pengukuran Kesejajaran Gerak Pindah
Gambar 4.8 Grafik Hasil Pengukuran Kesejajaran Gerak Pindah Kepala Lepas
Gambar 4.9 Posisi Dial Indikator Untuk Pengukuran Penyelarasan Alas Mesin dan
Eretan.................................................................................................................................31
Gambar 4.11 Grafik Hasil Pengukuran Penyelarasan Alas Mesin dan Eretan.................33
Gambar 4.14 Posisi Dial Indikator Pada Pengukuran Lead Screw Karena
v
Keming Pada Bantalan Tekan.......................................................................................38
Gambar 4.15 Grafik Hasil Pengukuran Lead Screw Karena Keming Pada
Bantalan Tekan..............................................................................................................39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Kesejajaran Gerak Pindah Kepala Lepas Relatif
Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Penyelarasan Terhadap Alas Mesin dan Eretan....................32
Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Kesejajaran Sumbu Peluncur Luar Kepala Lepas
Tabel 1.5 Hasil Pengukuran Ketelitian Lead Screw Karena Keming Pada
Bantalan Tekan...................................................................................................................38
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah:
A. Tujuan umum
Tulisan ini secara umum untuk mengetahui layak pakai mesin bubut Maximat
V13 yang ada di bengkel mesin Politeknik Negeri Padang.
B. Tujuan khusus
1. Dapat melakukan persiapan untuk pengujian mesin bubut Maximat V13.
2. Dapat melakukan prosedur pengujian dengan cara yang telah ditentukan.
3. Mengambil data pengujian untuk mengetahui kelayakan mesin bubut
Maximat V13.
4. Dapat melakukan analisa pada hasil pengujian yang didapatkan.
5. Dapat menyatakan pengujian mesin bubut Maximat V13 masih layak
pakai atau tidak.
2
b. Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi
dengan membaca dan memahami buku-buku referensi yang berkaitan
dengan judul yang dibahas.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan Uji Kelayakan Mesin Bubut Type
Maximat V13 Menggunakan Metoda Pengujian Ketelitian Geometrik.
3
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari Pengujian Ketelitian
Geometric Mesin Bubut Type Maximat V13.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Ketelitian benda kerja yang dihasilkan oleh proses pemotongan tersebut tidak
semata-mata dipengaruhi oleh ketelitian geometrik mesin bubut saja, tetapi masih ada
pengeruh beberapa faktor lain, diantaranya:
1. Keadaan proses pemotongan.
2. Temperatur lingkungan.
3. Keadaan pahat.
4. Pemasangan benda kerja pada pencekam.
5. Gaya-gaya pemotongan.
Ketelitian geometrik mesin perkakas yang langsung mempengaruhi kualitas
benda kerja adalah:
1. Ketelitian permukaan referensi.
2. Ketelitian gerak linier.
3. Ketelitian putaran spindel.
4. Ketelitian gerak pindah (displacement accuracy).
Konsep ketelitian geometrik mesin perkakas sebenarnya telah lama
dikembangkan dan pemakaian istilah geometrik sebenarnya sudah tidak tepat lagi
digunakan karena pengujian ketelitian meliputi pula aspek kinematik.
Secara global terlihat bahwa ketelitian geometrik mesin perkakas dipengaruhi
oleh rancangan mesin perkakas tersebut yakni kekakuannya baik yang statik maupun
dinamik, ketelitian geometrik masing-masing komponen mesin perkakas dan
deformasi karena gaya pemotongan maupun temperatur lingkungan. rancangan mesin
perkakas memberikan pengaruh terhadap kefungsiannya, sedang kekakuannya akan
mempengaruhi defleksi yang terjadi baik karena berat sendiri maupun defleksi
pemcekam (chunk) karena berat benda kerja. Deformasi karena gaya-gaya
pemotongan bisa menimbulkan keadaan getaran paksa dan kesalahan dinamik pada
kontruksi sistem tersebut. Untuk lebih jelas bagaimana mesin bubut dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
6
Gambar 2.1 Mesin Bubut
7
Gambar 2.2 Mesin Bubut Ringan
8
c. Mesin Bubut Standar (standard lathe)
Mesin bubut standar memiliki ukuran yang besar dan lebih berat. Jenis
mesin bubut ini merupakan standar dalam pembuatan mesin bubut pada
umumnya. Dengan komponen seperti pada mesin bubut ringan dan sedang
serta dilengkapi dengan keran pendingin, lampu kerja, bak pemanpung bram,
dan rem. Mesin bubut standar paling banyak digunakan di home indisty.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.4.
9
Gambar 2.5 Mesin Bubut Centre Lathe
10
Gambar 2.6 Mesin Bubut Vertical Turning
11
suku cadang dapat diproduksi sebelum persettingan dilakukan atau diperlukan
kembali.
i. Mesin Bubut Turret Jenis Sadel
Mempunyai turret yang dipasangkan langsung pada sadel yang
bergerak maju mundur dengan turret.
12
2.2.1 Bagian-bagian Utama Mesin Bubut
a. Kepala Tetap (head stock)
Kepala tetap terletak disebelah kiri mesin bubut. Pada bagian inilah
yang bertugas memutar benda kerja dimana didalamnya terdapat transmisi
roda gigi. Kepala tetap merupakan pusat dari penempatan peralatan penting
dari mesin bubut, didalamnya terdapat plat mesin, engkol pengatur pasangan
roda gigi, cakra bertingkat, dan motor penggerak mesin.
Selain itu terdapat cekam (chunk) atau penjepit, yaitu alat pemegang
benda kerja sehingga aman saat dikerjakan. Cekam dibedakan menjadi dua,
yaitu cekam rahang tiga dan cekam rahang empat. Pergerakan rahang penjepit
pada cekam rahang tiga saat kita menggerakkan kunci penggeraknya adalah
serentak, sedangkan cekam rahang empat akan bergerak satu per satu. Untuk
mengetahui bagaimana kepala tetap dapat dilihat pada gambar 2.8.
13
Komponen yang ada di kepala lepas antara lain center putar yangn berfungsi
untuk menopang benda kerja agar tidak terjadi gesekan, hand will, pengunci
poros, dan pengunci alas. Kepala lepas dapat dilihat pada gambar 2.9.
14
d. Eretan
Eretan digunakan untuk melakukan proses pemakanan pada benda
kerja dengan cara menggerakkan kekiri dan ke kanan sepanjang meja. Eretan
terbagi atas tiga bagian, yaitu eretan memanjang atau eretan alas, eretan
melintang (cross carriage/cross slide), dan eretan atas atau eretan kombinasi
(top carriage/compound slide).
Eretan memanjang berfungsi untuk melakukan pemakanan dengan
arah memanjang mendekati atau menjauhi mesin spindel. Penggerakkan ini
dapat dilakukan dengan manual atau otomatis sepanjang meja atau alas mesin.
Eretan atas atau kombinasi berfungsi untuk melakukan pemakanan
secara manual ke arah sudut yang diinginkan. Jika dilihat dari kontruksinya,
eretan memanjang menumpu eretan melintang, dan eretan melintang
menumpu eretan atas. Dengan demikian jika eretan memanjang digerakkan,
maka eretan melintang dan eretan atas juga ikut bergerak atau bergeser. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.11.
15
permukaan benda kerja tersebut. Penyimpangan ketelitian dapat mengakibatkan
benda kerja menjadi tidak sempurna, hal itu dapat diketahui dari ukuran dan
kehalusan pada benda kerja menjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Penyimpangan ketelitian benda kerja berhubungan erat dengan penyimpangan
ketelitian pada mesin perkakas, karena mesin perkakas yang memotong atau
menyayat benda kerja tersebut.
Penyimpangan ketelitian pada mesin perkakas dapat diketahui melalui suatu
pengujian mesin perkakas yang benar dan tepat. Pada pembahasan ini menguraikan
hal-hal yang bekaitan dalam proses pengujian ketelitian geometrik mesin perkakas
yang konvensional. Seperti diketahui para pengguna mesin perkakas secara luas,
konsep ketelitian geometrik mesin perkakas sesungguhnya telah lama berkembang.
Untuk mengetahui ketelitian geometrik suatu mesin perkakas maka perlu dilakukan
pengujian menurut prosedur yang telah baku. Pengembangan prosedur pengujian
sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1901 oleh Schlesinger dalam usahanya
membuat suatu standar kelayakan untuk mesin perkakas.
Setelah beberapa lama berbagai prosedur pengujian mesin perkakas telah diakui
oleh seluruh pengguna dan pembuat mesin perkakas dan Organisasi Standar
International (ISO) merangkum berbagai prosedur tersebut menjadi petunjuk baku.
Pengujian keteletian geometrik mesin perkakas yang dimaksud, adalah:
1. Tes kelayakan
Pengujian ini dilakukan di tempat mesin itu dibuat. Hasil pengujian harus
berada dalam batas-batas penyimpangan yang diijinkan sesuai dengan kualitas
mesin tersebut dan data ini dituliskan dalam lembar uji yang disertakan pada
mesin yang bersangkutan. Dengan demikian kemungkinan konsumen dirugikan
karena ketidak beresan pada mesin yang mereka beli dapat ditekan seminimal
mungkin.
16
3. Evaluasi hasil rekondisi mesin perkakas
Data hasil pengujian karaktreristik geometri dapat dijadikan acuan
keberhasilan usaha rehabilitasi dan dapat dijadikan pula sebagai pedoman bagi
usaha rehabilitasi tersebut dan data yang diperoleh menunjukkan tindakan-
tindakan yang dicapai untuk memperbaiki kualitas mesin. Garis maupun bidang
permukaan yang terdapat pada suatu mesin perkakas bila ditinjau dari bentuk,
posisi atau gerakkan pindahnya terlihat memiliki suatu ciri tertentu yang dapat
diungkapkan dalam bentuk:
1. Kelurusan
Secara garis besar pengertian kelurusan mencakup kelurusan suatu garis atau
bidang, kelurusan komponen dan kelurusan suatu gerakkan lurus. Pengertian
kelurusan suatu garis atau bidang dan kelurusan komponen adalah kelurusan bila
jarak antara setiap titik pada garis tersebut terdapat dua budang saling tegak lurus dan
paralel terhadap garis itu lebih kecil dari suatu harga batas yang tertentu. Sedangkan
kelurusan gerak lurus yaitu sebagai kesejajaran lintasan suatu titik pada komponen
yang bergerak lurus relatif terhadap suatu garis lurus referensi yang searah dengan
arah gerak komponen. Pada mesin bubut pengukuran kelurusan adalah pada
kelurusan gerak “carriage”.
2. Kerataan
Suatu bidang permukaan dinyatakan rata bila perubahan jarak tegak lurus dan
titik-titik pada permukaan itu terhadap bidang geometrik yang sejajardengan
permukaan yang diuji adalah lebih kecil dari suatu harga batas yang tertentu.
Dalam pengujian ketelitian geometrik mesin perkakas, maka bidang geometrik
yang dimaksud adalah bidang referensi.
3. Kesejajaran
Dalam mesin perkakas terdapat bidang, bagian permukaan, garis ataupun
perkakas komponen yang dalam interaksinya harus sejajar satu dengan yang lain
sedemikian rupa sehingga ketelitian bentuk maupun geometrik benda kerja yang
dihasilkan masih berada dalam batas toleransi yang direncanakan. Suatu garis
17
dinyatakan sejajar terhadap suatu bidang apabila perbedaan maksimum antara jarak
setiap titik pada garis itu relatif terhadap bidang tersebut tidak melebihi suatu harga
batas yang tertentu. Sedangkan dua buah garis dinyatakan sejajar apabila salah satu
garis-garis itu sejajar terhadap dua bidang yang melalui garis yang lainnya. Dalam
praktek biasanya permukaan yang dijadikan bidang referensi adalah :
a. Permukaan meja rata
Pelaksanaan pengujiannya adalah terlebih dahulu mengoleskan suatu zat
pewarna pada permukaan meja rata tersebut. Permukaan dengan lapisan
warna itu digesekkan pada permukaan mesin bubut yang di tes kerataannya.
Dengan memperhatikan bekas-bekas warna yang melekat pada bidang yang di
tes maka bisa diketahui kerataannya.
b. Bidang referensi yang berasal dari sekumpulan garis-garis lurus yang
dibentuk oleh batang sisi lurus
Dasar pemikirannya adalah suatu bidang referensi selalu bisa dibentuk oleh
tiga buah titik yang terletak pada bidang ukur dan ketiganya terletak pada
suatu garis lurus. Antara dua titik pada bidang referensi tersebut secara fisik
bisa dinyatakan oleh suatu sisi batang sisi lurus yang ditumpukan pada kedua
titik tersebut.
4. Ketegaklurusan
Ketegaklurusan pada mesin perkakas, pada umumnya mencakup garis, sumbuh
maupun bidang dan gerak komponen. Suatu garis lurus atau bidang dinyatakan
tegak lurus terhadap suatu bidang/garis lurusnya apabila kesalahan kesejajaran relatif
terhadap suatu referensi ketegaklurusan tidak melebihi suatu harga batas yang
tertentu.
5. Rotasi
Umumnya dalam mesin perkakas, mesin bubut,mesin frais, mesin gurdi, dan
mesin gerinda terdapat komponen rotasi yaitu poros spindel dan poros ulir.
18
Kesalahan gerak komponen rotasi mencakup simpangan putar, slip aksial
periodik dan keming.
Untuk menghindari hal itu maka mesin bubut terlebih dahulu diselaraskan
(levelling). Penyelarasan mesin bubut dikerjakan dengan mempergunakan
water-pas yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan bidang
referensi pada mesin bubut yang bersangkutan. Setiap water-pas yang
dipergunakan baik dalam proses penyelarasan maupun dalam pengujian
ketelitian sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu pada meja rata.
19
Tujuan pengkondisian ini adalah supaya temperatur beberapa
komponen mesin bubut yang diuji itu mendekati keadaan normal
pemakainnya sehari-hari. Keadaan ini terjadi misalnya pada kepala diam
(head-stock) tempat dirakitnya spindel utama (main-spindle) dan bantalannya,
serta tempat berbagai roda gigi reduksi. Dalam pemakainnya maka temperatur
komponen-komponen mesin bubut tersebut relatif lebih tinggi dari komponen
lainnya dan mengalami pemuaian yang memungkinkan perubahan bentuk
maupun pergesaran posisi komponen tersebut.
Pengkondisian temperatur tersebut dikerjakan dengan dengan
menjalankan mesin bubut itu dalam keadaan tanpa beban (idle-running).
Kecepatan putar spindel utama dipilih yang termasuk kelompok putaran yang
tinggi dan untuk selang waktu tertentu sehingga dicapai keadaan temperatur
yang mapan (steady-state). Lama pemutaran tanpa beban biasanya 60 menit
dan temperatur rata-rata kepala diam adalah 56 derajat celcius.
20
c. Proses pengukuran.
4. Penyimpangan yang diijinkan dan spesifikasi penyimpangan pada masing-
masing jenis pengujian.
5. Data kuantitatif hasil pengujian ketelitian geometrik yang dilakukan oleh
pabrik yang bersangkutan (atau pihak ketiga yang bisa merupakan suatu
institusi pengujian).
6. Tanggal dilakukan pengujian tersebut.
7. Nama penanggung jawab pengujian ketelitian geometrik.
Apabila no.3 tidak tercantum pada lembar uji maka informasi pelengkap bisa
dicari pada dokumen standar yang dipergunakan atau dokumen ISO.
21
BAB III
METODA PENGUJIAN
mulai
Tahap persiapan
Prosedur
pengujian
kesimpulan
selesai
22
3.2 Waktu dan Tempat Pengujian
Waktu pelaksanaan pengujian ini dimulai setelah kepala konsentrasi
menyetujui proposal Tugas Akhir sampai dengan selesai. Dan tempat pelaksanaan
pengujian ini dilakukan di Bengkel Mekanik Politeknik Negeri Padang.
Cara pengambilan data pengujian ini yaitu, dengan cara mengambil data
ke lapangan langsung. Pengambilan data ke lapangan langsung dilakukan
untuk melakukan pengukuran pada mesin bubut dan membandingkan hasil
pengukuran dengan standar yang diizinkan.mengetahui keadaan dari mesin
bubut.
23
3.4.2 Cara Mengolah Data
Cara yang dilakukan untuk mengolah data yaitu, dengan menggunakan
Microsoft Exel dan membandingkan data hasil pengukuran langsung dengan data
spesifikasi dari mesin bubut.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk pengujian pada Mesin Bubut Maximat
V13 diantaranya adalah:
Gambar 4.1 (a) dial indikator (b) spirit level (c) mistar
2) Persiapkan juga spidol untuk menandai pada setiap jarak-jarak yang akan
diukur ketelitiannya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.2 di bawah ini.
25
Gambar 4.2 Spidol
3) Persiapkan majun atau kain lap untuk membersihkan mesin/meja kerja dari
kotoran (baik oli maupun coolant) seperti yang diperlihatkan pada Gambar
4.3 di bawah ini.
4) Persiapkan mesin bubut yang akan digunakan untuk pengujian. Lihat Gambar
4.4
26
Gambar 4.4 Mesin Bubut
5) Persiapkan kamera untuk mengambil foto hasil pengujian.
6) Persiapkan buku untuk mencatat data hasil pengujian.
Penyimpangan pada bagian ini benda kerja menjadi lonjong atau oval.
Penyebab utamanya adalah bearing yang sudah aus. Penyimpangan rotasi
(ketelitian spindle utama) menurut referensi yang diizinkan yaitu 0,01 mm.
c. Letakkan dial indikator di atas bed mesin dan ujung sensor dial
ditempelkan di luar permukaan spindle. Lihat gambar 4.5
d. Sentuhkan ujung sensor (peraba), dan atur posisi skala dial indikator di
nol.
27
e. Putar spindle secara manual sebanyak satu putaran.
28
Diagram Hasil Pengukuran Rotasi
posisi 1
0.1
posisi 10 0.08 posisi2
0.06
0.04
posisi 9 posisi 3
0.02
0 mm
posisi 8 posisi 4
posisi 7 posisi 5
posisi 6
Dari gambar 4.6 dapat dilakukan analisa yaitu data-data hasil yang
didapatkan dari pengukuran yang dilakukan pada rotasi (spindle utama)
memiliki hasil pengukuran yang sudah sampai pada batas penyimpangan
yang diizinkan/referensi yaitu 0,01mm. Artinya rotasi pada spindle utama
sudah tidak bagus lagi yang disebabkan oleh bearing yang sudah rusak.
Dengan demikian berikut ini nilai rata-rata semua pengujian.
29
d. Pasang dial indikator dengan dudukannya pada bidang kaku. Lihat
gambar 4.7
e. Tempelkan stillus pada ujung silinder referensi.
f. Lakukan pengukuran sesuai standarisasi, dan catat hasil pengukuran.
Gambar 4.7 Pengukuran Kelurusan Sumbu Head Stock Terhadap Sumbu Tail Stock
Tabel 1.2 Hasil pengukuran kelurusan sumbu head stock terhadap sumbu tail stock
Pengukuran Hasil pengukuran (X) Rata-rata
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3
ke. N
1 0,01 0,01 0,01 0,01
2 0,01 0,01 0,01 0,01
3 0,012 0,012 0,012 0,012
4 0,015 0,014 0,014 0,014
5 0,017 0,018 0,017 0,017
6 0,02 0,019 0,02 0,019
7 0,02 0,02 0,02 0,02
8 0,021 0,02 0,02 0,02
9 0,021 0,022 0,021 0,021
10 0,023 0,023 0,023 0,023
30
grafik kelurusan head stock terhadap
sumbu tail stock
0.025
0.02
hasil pengukuran
0.015
0.01 mm
0.005
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengukuran ke (N)
Gambar 4.8 Grafik Hasil Pengukuran Kelurusan Sumbu Head Stock Terhadap Sumbu
Tail Stock
Dari gambar 4.8 dapat dilakukan analisa yaitu data-data hasil yang didapatkan
dari pengukuran yang dilakukan pada kelurusan sumbu head stock terhadap sumbu
tail stock memiliki hasil pengukuran yang sudah sampai atau melebihi batas
penyimpangan yang diizinkan/referensi yaitu 0,02 mm. Akibat dari penyimpangan ini
yaitu mengakibatkan benda kerja/poros yang dibubut menjadi tirus, dimana ukuran
diameter kedua ujung poros tidak sama. Kelurusan sumbu head stock dengan tail
stock perlu di kalibrasi, yaitu dengan menyetel batu-baut penyetel pada tail stock.
31
Cara melakukan pengukuran
a. Persiapkan peralatan yang akan digunakan seperti madrel tes dan
dial indikator.
b. Pasangkan madrel tes pada spindle utama.
c. Kemudian bersihkan madrel tes yang sudah dipasangkan tadi.
d. Pasangkan dial indikator dengan dudukannya pada bagian mesin
yang kaku. Lihat gambar 4.9
e. Sentuhkan stillus jam ukur pada madrel tes.
f. Pengukuran dilakukan dengan menggerakkan carriage dari head
stock menuju tail stock.
g. Catat hasil pengukuran.
Gambar 4.9 Pengukuran Kesejajaran sumbu Spindle Utama Terhadap Gerak Carriage
32
Tabel 1.3 Hasil pengukuran kesejajaran sumbu spindle utamaterhadap gerak
carriage
Pengukuran Hasil pengukuran (X) Rata-rata
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3
ke. N
1 0,01 0,01 0,01 0,01
2 0,012 0,012 0,012 0,012
3 0,012 0,012 0,012 0,012
4 0,015 0,014 0,014 0,014
5 0,017 0,018 0,017 0,017
6 0,02 0,019 0,02 0,019
7 0,02 0,02 0,02 0,02
8 0,023 0,023 0,023 0,023
9 0,025 0,024 0,025 0,024
10 0,03 0,03 0,03 0,023
0.025
hasil pengukuran
0.02
0.015
mm
0.01
0.005
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengukuran ke (N)
Gambar 4.10 Grafik Kesejajaran Sumbu Spindle Utama Terhadap Gerak Carriage
33
Dari gambar 4.10 dapat dilakukan analisa yaitu data-data hasil yang di
dapatkan dari pengukuran yang dilakukan pada kesejajaran sumbu spindle utama
terhadap gerak carriage memiliki hasil pengukuran yang sudah melewati batas
penyimpangan yang diizinkan/referensi yaitu 0,015 mm. Penyimpangan ini
mengakibatkan benda kerja/poros menjadi tirus memanjang.
34
Gambar 4.11 Posisi Dial Indikator Untuk Pengukuran Kesejajaran Gerak
Pindah Kepala Lepas Relatif Terhadap Gerak Pindah Eretan.
Tabel 1.4 Hasil pengukuran kesejajaran gerak pindah kepala lepas relatif gerak
eretan
35
Grafik Hasil Pengukuran Kesejajaran Gerak Pindah
Kepala Lepas Relatif Terhadap Gerak Pindah Eretan
0.025
0.02
Hasil pengukuran
0.015
0.01 mm
0.005
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah pengukuran (N)
Gambar 4.12 grafik hasil pengukuran kesejajaran gerak pindah kepala lepas relatif
terhadap gerak pindah eretan.
Dari gambar 4.12 dapat dilakukan analisa yaitu data-data yang didapat dari
hasil pengukuran kesejajaran gerak pindah kepala lepas relatif terhadap gerak pindah
eretan memiliki beberapa hasil yang sudah melewati batas penyimpangan yang
diizinkan/referensi yaitu 0,02. Penyebabnya yaitu baut-baut penyetel yang sudah
longgar, sebagian ada yang sudah hilang. Berikut nilai rata-rata dari semua
pengukuran.
36
Cara melakukan pengukuran
37
Tabel 1.5 Hasil pengukuran kesejajaran sumbu peluncur luar kepala lepas
terhadap gerak eretan.
0.05
Hasil Pengukuran
0.04
0.03
mm
0.02
0.01
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Pengukuran (N)
38
Dari gambar 4.14 dapat dilakukan analisa yaitu data-data yang didapatkan dari
pengukuran yang dilakukan pada kesejajaran sumbu peluncur luar kepala lepas
terhadap gerak eretan sudah melewati batas penyimpangan yang diizinkan, yaitu
0,015. Penyebabnya yaitu alas mesin yang sudah tidak rata lagi. Berikut adalah hasil
rata-rata dari semua pengukuran.
a. Persiapkan peralatan yang akan digunakan seperti water pass dan majun.
b. Bersihkan alas mesin dari kotoran debu.
c. Letakkan water pass pada lintasan luncur. Lihat gambar 4.15
d. Periksa kedudukan water pass.
e. Analisa gelembung udara pada water pass.
39
dari pengukuran kerataan bagian tengah alas mesin kurang baik, karena gelembung
udara pada water pass tidak berada di tengah melainkan sudah naik sedikit ke arah
kanan.
Gambar 4.16 Posisi dial indikator pada pengukuran ketelitian lead crew
karena keming pada bantalan tekan.
40
Tabel 1.6 Hasil pengukuran ketelitian lead screw karena keming pada
bantalan tekan
0.2
Hasil Pengukuran
0.15
0.1
mm
0.05
-0.05
1 2 3 4 5
Jumlah Pengukuran (N)
Dari gambar 4.17 dapat dilakukan analisa yaitu data-data yang didapatkan
dari hasil pengukuran yang dilakukan berada diatas penyimpangan yang diizinkan,
bahkan sudah sampai pada -0,02. Penyebabnya yaitu longgarnya baut setel lead
screw. Penyimpangan ini terjadi karena getaran mesin, dan geseran eretan yang sering
41
berulang. Penyimpangan ini menyebabkan getaran mesin lebih kasar, selain gerakan
tunda yang terjadi pada proses bubut memanjang atau pada pembuatan ulir.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Lampiran 1