Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil
Oleh
Berahkly Violadea Ibrahim
NIM.5113415037
Semarang, 03 01 2020
Dosen Pembimbing
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Evaluasi Pekerasan Pada Ruas Jalan Singamerta – Pejawaran
Kabupaten Banjarnegara Menggunakan Uji Dynamic Cone Penetrometer Untuk
Perencanaan Perkerasan Lentur” telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia
Ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
pada tanggal 03 01 2020.
Oleh:
Panitia:
Ketua Sekretaris
Aris Widodo, S.Pd., M.T. Dr. Rini Kusumawardani, S.T, M.T, M.Sc.
NIP. 197102071999031001 NIP. 197809212005012001
Hanggoro Tri Cahyo A., S.T, M.T. Drs. Henry Apriyantno, M.T. Mego Purnomo, S.T., M.T.
NIP. 197306182005011001 NIP. 195904091987021001 NIP.195904091987021001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNNES
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Semarang, 03 01 2020
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’
(HR.Turmudzi)
"Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik (untuk
memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong)."
(HR. Muslim)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Qs. Asy Syarh ayat 5)
PERSEMBAHAN
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat
guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Sipil
penyusunan skripsi ini tidak sedikit bantuan, petunjuk, saran maupun arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
1. Bapak Dr. Nur Qudus, S.Pd., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang
2. Bapak Aris Widodo, S.Pd., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
3. Bapak Mego Purnomo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing dan selaku dosen
4. Hanggoro Tri Cahyo A., S.T, M.T selaku dosen penguji 1 yang telah
vii
5. Drs. Henry Apriyantno, M.T selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan
8. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk Skripsi ini yang tidak
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang
dihasilkannya. Penyusunan skripsi ini pun masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
Semarang, 03 01 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ix
1.6.3 Bagian Akhir ..............................................................................................10
x
2.5.1 Daya Dukung Tanah Dasar ........................................................................39
xi
4.2 Evaluasi Kondisi Eksisting Perkerasan Jalan .............................................80
xii
BAB V PENUTUP ..............................................................................................113
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Secara Umum Menurut Kelas, Fungsi, Dimensi
Tabel 2.5 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain .............27
Tabel 2.7 Pembagian Tipe Alinyemen, VR, sesuai Klasifikasi Fungsi dan
Tabel 2.10 Kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan (Fvo) Sesuai Kondisi
Tabel 2.11 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas
(FVw) ..................................................................................................32
Tabel 2.14 Faktor Penyesuian akibat kelas fungsional jalan dan guna jalan (FFVRC)
Tabel 2.16 Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) ............................36
xiv
Tabel 2.17 Faktor Penyesuaian Kapasitas Pemisah Arah (FCsp) ..........................37
jalan ........................................................................................................................39
Tabel 2.24 Lebar Lajur, dan Bahu Berdasarkan Kelas Jalan .................................57
Tabel 2.28 Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Permukaan pada Perkerasan ....61
Jalan.....................................................................................................76
xv
Tabel 4.6 Nilai CBR 90% Lapangan Jalan Singamerta - Pejawaran ...................91
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai 90% CBR Lapangan Dengan CBR DCPT Jalan
Singamerta - Pejawaran..........................................................................................94
Tabel 4.9 Hubungan Daya Dukung Tanah Dengan Nilai CBR ...........................95
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Korelasi Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dengan Nilai CBR .......63
Gambar 2.6 Nomogram IPt = 2,0 dan Ipo = 3,9 – 3,5 ...........................................64
Gambar 4.6 Nomogram IPt = 2,0 Dan Ip0 = 3,9 – 3,5 ........................................105
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang di bangun dan di
tersebut, beserta dengan bangunan dan fasilitas pendukung untuk para pengguna
jalan. Jalan bertujuan untuk menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang
berada di tempat, jalan juga memiliki fungsi seabagi pemerata kondisi ekonomi
masyarakat, dimana jika kondisi jalan bagus dan memadai akan mempercepat
sudah bukan merupakan barang mewah, melaikan sebuah kebutuhan primer untuk
pelayanan jalan, kurangnya fasilitas yang memadai, serta hilangnya fungsi dari
jalan itu sendiri. Hal tersebut harus di atasi dengan menambah jaringan jalan baru,
memperbaiki fasilitas yang sudah rusak, ataupun meningkatkan fungsi jalan agar
dapat lebih memberi kenyamanan pada pengguna jalan tersebut seperti pelebaran
1
2
jalan, penambahan rambu dan lampu, pembuatan drainase, penambahan talud atau
gorong gorong.
memiliki jarak +28,446 km dan rata - rata lebar ruas jalan kurang dari 6 m. Jika
Banjarnegara kurang baik melihat volume lalu lintas harian dan beban kendaraan
katakana rendah. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan di cari tingkat kelayakan
baik untuk masa sekarang ataupun untuk masa yang akan datang, serta
Lokasi pekerjaan jalan ini terdapat pada ruas Jalan Singamerta – Pejawaran
Tengah. Jalan ini berawal dari pertigaan pasar Singamerta (STA 14+000) s.d.
b. Batasan Analisis
1. Sajian data berupa analisis kondisi jalan eksisting ruas Jalan Singamerta
lintas harian rata rata lokasi, data CBR menggunakan dynamic cone
penetrometer (DCP).
6. Analisis dan prediksi lalu lintas harian rata rata untuk jalur yang akan di
7. Aspek perkerasan meliputi unsur beban lalu lintas, unsur tanah dasar, dan
11. Tidak membahas sengketa pembebasan lahan pada wilayah studi dan
berikut :
Indonesia 1997.
Banjarnegara.
4.Analisis nilai rencana anggaran biaya (RAB) dan gambar rencana untuk
1997.
setelah perencanaan.
a. Sebagai salah satu karya ilmiah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
yang sama.
9
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi literatur atau rujukan
Kabupaten Banjarnegara.
Penyusunan skripsi disusun dalam suatu sistem yang terurut dari awal
Bagian awal dari skripsi ini meliputi : judul, abstrak, lembar pengesahan,
BAB I PENDAHULUAN
dengan evaluasi perkerasan jalan existing dan perencanaan jalan baru, serta
panduan studi lalu lintas yang akan digunakan untuk perencanaan ruas jalan
10
pelengkap jalan.
Berisi penjelasan umum dari bagan alir evaluasi perkerasan jalan existing
data.
jalan baru serta data yang diperlukan seperti, data tanah, data lalu
Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari perencanaan ini dan saran yang
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
kriteria yang digunakan disini adalah : sistem jaringan jalan, klasifikasi jalan,
(status jalan), berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
038/T/BM/1997.
rencana jalan yang ditentukan dari standar desain ditentukan oleh klasifikasi jalan
11
12
dikelompokkan atas :
1.Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
Catatan:
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya
dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
13
Tabel 2.1. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas, Fungsi, Dan Muatan Sumbu
Terberat ( MST )
Dimensi Kendaraan
Maksimum
Muatan Sumbu
I 18 2,5 >10
II Arteri 18 2,5 10
IIIA 18 2,5 8
IIIA 18 2,5 8
Kolektor
IIIB 12 2,5 8
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut (Bina
Marga, 1997).
Kemiringan
NO Jenis Medan Notasi
Medan(%)
1 Datar D <3
2 Berbukit B 3-25
3 Pegunungan G >25
1.Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
2.Jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
3.Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
15
sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
4.Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
5.Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
2006 tentang jalan bahwa dalam sistem jaringan jalan harus memperhatikan
perencanaan tata ruang wilayah jalan tersebut dan memperhatikan fungsi wilayah
1. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
2. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang
Menurut PP No. 26 Tahun 1985, sistim jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan
menjadi :
16
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
Tahun 2006). “Jaringan Jalan Primer yaitu jaringan jalan yang menghubungkan
secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan
lokal, dan pusat kegiatan di bawahnya sampai ke persil dalam satu satuan wilayah
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang
4. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
5. Lalu lintas tidak boleh terganggu oleh lalu lintas balik, lalu lintas lokal
jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah atau
3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas
rata-rata.
persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil atau pusat kegiatan lokal
dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan di
adalah sistem jaringan jalan yang disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan
sekunder kedua.
3. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
4. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terhambat
3. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter ini sebagai penentu
geometrik jalan.
4.Golongan 4: Pick-up, micro truck dan mobil hantaran atau pick-up box.
3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
tempat duduk 16-26 buah seperti kopaja, metromini, elf dengan bagian
tempat duduk 30-56 buah seperti bus malam, Bus Kota, Bus Antar Kota
sumbu terberat 8-10 ton (MST 8-10, STRG) pada sumbu belakang dengan
tata letaknya STRT (Sumbu Tunggal Roda Tunggal) dan SGRG (Sumbu
10. Golongan 7b: Truck gandengan. Kendaraan nomor 6 atau 7 yang diberi
11. Golongan 7c: Truck semi trailler Atau disebut truck tempelan, adalah
kendaraan yang terdiri dari kepala truck dengan 2-3 sumbu yang
dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda
(meliputi sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem
Jika arus lalu lintas sebuah jalan sudah diketahui, maka kemudian tipe-tipe
ekivalensi mobil penumpang (emp) masing – masing tipe kendaraan seperti yang
Menurut Dirjen Bina Marga 1997, kendaraan rencana adalah yang dimensi
dan radius putarnya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan.
mempengaruhi lebar lajur jalan yang dibutuhkan. Dan juga radius berputarnya
– 3 m.
2. Kendaraan sedang (MV), diwakili oleh truk 3 as tandem atau bus besar 2
3. Kendaraan besar (HV), diwakili oleh truk semi trailer dan bus besar
tiga.
hambatan samping.
Dimensi kendaraan rencana menurut Bina Marga 1997, ditetapkan seperti pada
Tabel 2.3.
23
terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam arus lalu lintas. untuk mobil
penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya mirip, emp = 1,0 (Manual
Bermotor) nilai Empnya tidak ada karena termasuk hambatan samping (kendaraan
Emp
Arus Lalu
Tipe Jalan MC
Lintas Total
Tak
Dua Arah HV Lebar Lalu Lintas (m)
Terbagi
(kend/jam)
≤6 ≥6
Dua 0 1,3 0,50 0,40
jalur,tak
terbagi ≥1800 1,2 0,35 0,25
(2/2 UD)
24
kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu.
ditetapkan memiliki satu smp. Atau satuan arus lalu lintas dimana Arus Dari
Marga 1997, smp adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan,
kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan
bermotor yang melewati sebuah jalan dalam waktu 24 jam. LHR dinyatakan
sebagai berikut :
dimana :
j = Jenis Kendaraan
UR = Umur Rencana
Keterangan :
N = Tahun ke-n
Tabel 2.5. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain
2011-2020 >2021-2030
volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas yang
lalu lintas per jam yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan dinyatakan
k
VJR = VLHR x
F
k = Adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk (%), jika tidak ada
dalam jam sibuk, jika tidak ada data boleh digunakan F = 0,8 .
lalu lintas lainnya yang diperlukan. Faktor k dan F untuk jalan kota biasanya
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu
lintas lengang, dan hambatan samping yang tidak berarti. Dalam Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga Tahun 1997, kecepatan
rencana sesuai dengan klasifikasi fungsi dan medan jalan, ditetapkan seperti pada
Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Pembagian Tipe Alinyemen, VR, Sesuai Klasifikasi Fungsi Dan
dari aktivitas samping segmen jalan. Hambatan samping yang umumnya sangat
mempengaruhi kapasitas jalan adalah pejalan kaki, angkutan umum, dan kendaraan
lain berhenti, kendaraan tak bermotor, kendaraan masuk dan keluar dari fungsi tata
guna lahan di samping jalan. Kelas hambatan samping menurut Manual Kapasitas
arus lalu-lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan. Dinyatakan dalam kecepatan,
Analisa kecepatan arus bebas dilakukan pada jalan tak terbagi maupun
terbagi. Analisa kecepatan arus bebas pada jalan tak terbagi dilakukan pada kedua
arah serta analisa untuk jalan terbagi dilakukan pada masing-masing arah yang
seolah-olah dianggap masing-masing arah adalah jalan satu arah yang terpisah.
Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Rumus penentuan kecepatan arus
dimana:
31
lapangan (km/jam).
Nilai kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan menurut MKJI 1997
Tabel 2.10. Kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan (Fvo) Sesuai
Dua-lajur tak
terbagi 68 60 73 58 55
-datar SDC: A 65 57 69 55 54
-datar SDC: B 61 54 54 52 53
-datar SDC: C 61 52 52 49 53
-bukit 55 42 42 38 51
-gunung
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
3. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FVw)
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas dapat
Tabel 2.11. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu
Lintas (FVw)
11 3 3 2
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota menurut MKJI
Tabel 2.14 Faktor Penyesuian akibat kelas fungsional jalan dan guna jalan
Empat-lajur terbagi
-Arteri 1,00 0,99 0,98 0,96 0,95
-Kolektor 0,99 0,98 0,97 0,95 0,94
-Lokal 0,98 0,97 0,96 0,94 0,93
persatuan jam yang melewati suatu titik dijalan dalam kondisi yang ada. Menurut
X FCRC
36
dimana:
C = kapasitas (smp/jam)
C0 = kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = faktor penyesuaian akibat lebar lajur lalu lintas
FCSP= faktor penyesuaian akibat pemisah arah
FCSF= faktor penyesuaian akibat hambaran samping
Tabel 2.15.
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Catatan
(smp/jam)
dinyatakan dalam smp/jam, dimana hasilnya harus kurang dari 0,75 agar tidak
menunjukan pelayanan jalan yang semakin buruk yang artinya terjadi kemacetan.
digunakan rumus :
Q
DS =
C
Dimana :
Tabel 2.19. Pembagian Tipe Alinyemen, VR, sesuai Klasifikasi Fungsi dan
Klasifikasi medan Jalan
Banjarnegara yang baru, langkah pertama kali yang dilakukan adalah mengevaluasi
fisik jalan, tebal perkerasan, kondisi tata guna lahan disekitar jalan existing, dan
dengan peralatan yang digunakan untuk menentukan nilai CBR tersebut adalah
DCP (Dynamic Cone Penetrometer, Sudarno (2018). Dalam penelitian ini data
Test)
a. Dasar
Pengujian DCPT dalam penelitian ini mengacu pada Surat Edaran Menteri
b. Tujuan
kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic
Cone Penetrometer. Pengujian ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian
dan penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan
c. Peralatan
- Bagian atas :
- Bagian tengah :
kedalaman.
- Bagian bawah :
º;Cincin pengaku.
d. Langkah pengujian
batang atas dengan landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah
3. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
42
4. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar
yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman;
7. Catat jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir DCP, setiap 5 kali
tumbukan;
tumbukan;
10. Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas
permukaan tanah;
13. Jarak antara titik uji dalam penelitian ini adalah 100 m.
e. Langkah pencatatan
terdiri dari sumbu tegak dan sumbu datar, pada bagian tegak
jumlah tumbukan.
antara perpotongan garis-garis yang dibuat pada grafik dalam satuan mm.
7.Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan selisih tumbukan.
formula hubungan nilai DCP dengan CBR dengan cara menarik nilai
garis tebal untuk sudut konus 60º atau garis putus-putus untuk sudut konus
30º.
9.Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga nilai CBR dapat
diketahui.
44
f. Langkah Perhitungan
Menentukan nilai CBR yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang
dilaporkan.
Menentukan harga CBR yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang
2.Tentukan berapa banyak harga dari masing-masing nilai CBR yang sama
4.Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
5. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.
45
Direktorat Bina Teknik, (1995), Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional
dan Jalan Propinsi, Jilid I Metode Survai, dan Jilid II Metode Perbaikan Standar,
1. Retak (cracking)
Kondisi fisik jalan harus dievaluasi terlebih dahulu untuk melihat seberapa
besar kerusakan yang terjadi pada badan jalan sebelum dilakukan perencanaan
ulang jalan. Langkah pengevaluasian kondisi fisik jalan antara lain menentukan
jenis kerusakan, tingkat kerusakan, dan jumlah kerusakan yang ada pada jalan.
2.5.3.Ketebalan Perkerasan
dan layak untuk melayani beban yang bekerja. Besarnya beban yang dilimpahkan
tersebut tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang kontak
Kekuatan struktur jalan adalah perbandingan antara daya dukung perkerasan dan
Banjarnegara didominasi oleh kebun dan ada beberapa bagian yang berbatasan
langsung dengan rumah warga, walaupun kondisi tata guna lahan seperti itu
dilakukan. Hal ini berkaitan dengan proses pelebaran jalan. Saat kepadatan jalan
sudah melewati batas rata-rata, maka hal yang terjadi adalah munculnya kemacetan
karena jalan tersebut sudah tidak layak untuk menampung jumlah kendaraan yang
paling efektif untuk mengurangi kepadatan sebuah jalan adalah dengan melebarkan
jalan tersebut.
Struktur perkerasan jalan adalah bagian dari kontruksi jalan yang diperkeras
kekakuan serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas
agregat yang dipadatkan dengan atau tanpa lapisan pengikat diatas lapisan tanah
dibedakan atas :
lapisan padat dari lapisan perata, lapisan pondasi atau lapis campuran aspal yang
terdiri dari aggregate dan bahan aspal yang dicampur, serta penghamparan dan
lebih sering.
menjelaskan bahwa struktur perkerasan lentur terdiri atas lapis pondasi bawah
(subbase course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface
course).
D1 Lapis Permukaan
D2 Lapis Pondasi
Tanah Dasar
(subgrade). Susunan struktur lapisan perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke
bawah, perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal dan agregat ditebar dijalan
pada suhu tinggi (sekitar 100ᵒ C). (Surandono dan Rinaldi, 2015).
Perkerasan lentur umumnya didesain untuk jalan yang melayani beban lalu
lintas ringan sampai dengan sedang, seperti jalan perkotaan. Menurut Pt T-01-
2002-B struktur perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan – lapisan yang
49
semakin ke atas memiliki daya dukung yang semakin besar, dan ketebalan yang
agregat dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan
biasanya terletak di atas lapis pondasi (Tenriajeng, 2002). Fungsi lapis permukaan
antara lain :
2.Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan
bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap
kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat sebesar-
Menurut Suprapto (2000), lapisan ini terletak di antara lapis permukaan dan
lapis pondasi bawah.Lapis pondasi atas akan langsung diletakkan di atas permukaan
menjelaskan bahwa lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan
lentur yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi. Lapisan pondasi bawah
distabilisasi ataupun tidak, atau lapisan tanah yang distabilisasi. Lapis pondasi
4. Untuk sesegera mungkin melapisi tanah dasar dari faktor cuaca maupun
pada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. berdasarkan elevasi muka tanah, lapis
1. Lapis tanah dasar asli adalah tanah dasar yang merupakan muka tanah
Perkerasan kaku merupakan pelat beton yang dicor diatas suatu lapisan
pondasi (base course) atau langsung diatas tanah dasar. Sebagai bahan pengikatnya
perkerasan lentur, dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku maupun
Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen 1987 . Aspek - aspek yang
kendaraan) dengan roda ganda ditentukan menurut tabel pada Lampiran Sementara
golongan beban gandar sumbu (setiap kendaraan) dengan roda ganda ditentukan
2. Umur Rencana
karakteristik pelayanan selama umur rencana, karena umur rencana ini dihitung
mulai jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukannya
perbaikan yang bersifat struktural maupun non struktural, menurut Abdul (2014).
UR
Jenis Perkerasan Elemen Perkerasan
(tahun)
lapisan aspal dan lapisan berbutir
20
dan CTB
pondasi jalan
semua lapisan perkerasan untuk
Perkerasan Lentur area yang tidak diijinkan sering
ditinggikan akibat pelapisan
ulang, misal : jalan perkotaan,
underpass, jembatan, terowongan 40
merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya, yang menampung
lalu-lintas terbesar. Koefisien distribusi kendaraan ringan dan berat yang lewat pada
*) Berat total < 5 ton, misalnya mobil penumpang pick up dan mobil hantaran
**) Berat total > 5 ton, misalnya bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
1. Lajur rencana
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan
Umumnya lajur rencana adalah salah satu lajur dari jalan raya dua lajur atau tepi
dari jalan raya yang berlajur banyak. Persentase kendaraan pada jalur rencana
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, jumlah lajur ditentukan dari lebar
perkerasan sesuai Tabel 2.21 dan RSNI T-14-2004 menetapkan lebar lajur,dan
L < 4,50m 1
4,50m ≤ L ≤ 8,00m 2
8,00m ≤ L ≤ 11,25m 3
11,25m ≤ L ≤ 15,00m 4
15,00m ≤ L ≤ 18,75m 5
18,75m ≤ L ≤ 22,50m 6
IP = 1,5 : Tingkat pelayanan jalan terendah yang masih mungkin (jalan tidak
terputus).
IP = 1,0 : Jalan rusak berat, tidak layak pakai sehingga sangat mengganggu
lalu-lintas.
faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER)
LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (𝐼𝑃0 ) perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan perkerasan pada awal umur rencana, seperti
IRI(indeks ketidakrataan)
Jenis Lapis Perkerasan 𝐼𝑃0
(m/km)
LASTON ≥4 ≤ 1,0
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
Aspal
0,26 - - 340 - - macadam
Lapen
0,25 - - - - - (mekanis)
Lapen
0,20 - - - - - (manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
Lapen
- 0,23 - - - - (mekanis)
Lapen
- 0,19 - - - - (manual)
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah
dengan semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah
dengan kapur
- 0,13 - - 18 -
Batu pecah
- 0,14 - - - 100 (kelas A)
Batu pecah
- 0,13 - - - 80 (kelas B)
Batu pecah
- 0,12 - - - 60 (kelas C)
Sirtu/pitrun
- - 0,13 - - 70 (kelas A)
Sirtu/pitrun
- - 0,12 - - 50 (kelas B)
Sirtu/pitrun
- - 0,11 - - 30 (kelas C)
Tanah/lempun
- - 0,10 - - 20 g kepasiran
59
a. Lapis Permukaan:
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah tebal minimum adalah 10 cm.
1. Komponen Perkerasan
dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah
dasar dan perkerasan. Faktor Regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyemen
(kelandaian dan tikungan), persentase berat kendaraan dan yang berhenti serta iklim
(curah hujan).
61
Curah
Kelandaian I < Kelandaian II Kelandaian III
hujan
6% (6-10%) >10%
% Kendaraan % Kendaraan
% Kendaraan Berat
Berat Berat
Iklim
1 1,0 – 1,5 –
0,5 1,0 1,5 2,0 – 2,5
< 900 1,5 2,0
mm/th
Iklim
II 2,0 – 2,5 –
1,5 2,0 2,5 3,0 – 3,5
> 900 2,5 3,0
mm/th
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan
Gambar 2.5 Korelasi Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dengan Nilai CBR
62
mempergunakan nilai nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama
umur rencana, nilai DDT, dan FR yang diperoleh. Berikut adalah grafik nomogram
berikut :
ITP : 𝑎1 𝐷1 + 𝑎2 𝐷2 + 𝑎3 𝐷3
Dimana :
1 = lapis permukaan
komponen departeman pekerjaan umum tahun 1987, kondisi perkerasan jalan yang
lama (existing) dinilai sesuai dengan tabel nilai kondisi perkerasan jalan berikut:
Keterangan :
Keterangan:
Penerangan jalan raya mempunyai dua fungsi pokok yaitu fungsi keamanan
dan fungsi ekonomi. Keamanan pengguna jalan berkaitan dengan kuat penerangan
sesuai dengan kepadatan kendaraan, serta kerataan penerangan pada bidang jalan.
Kebutuhan daya (kW) penerangan pada suatu ruas jalan sangat bervariasi
tergantung pada geometri permukaan jalan, lampu yang digunakan dan faktor
Penerangan jalan pada saat malam hari adalah unsur terpenting dalam
pengguna jalan. penerangan jalan umum (PJU) adalah lampu yang digunakan untuk
melihat dengan lebih jelas. Hal ini dapat meningkatkan tingkat keselamatan lalu
lintas dan keamanan para pengguna jalan dari kejadian yang tidak diinginkan.
sebagai berikut:
1. Persimpangan
3. Tempat parkir
Besaran kriteria penempatan lampu penerangan jalan terdapat pada Tabel 2.32.
66
Uraian Besaran
Tinggi tiang lampu (H)
- Lampu Standar 10-15m
1. Tinggi Tiang rata-rata digunakan 13m
- Lampu Menara 20-50m
Tinggi Tiang rata-rata digunakan 30m
Jarak interval antar lampu(e)
- Jalan Arteri 3.0H-3.5H
2. - Jalan Kolektor 3.5H-4.0H
- Jalan Lokal 5.0H-6.0H
- minimum jarak interval tiang 30m
3. Jarak tiang lampu ke tepi perkerasan(s1) Minimum 0.7m
Jarak dari tepi perkerasan ke titik
4. Minimum lebar jalan 12m
penerangan terjauh (s2)
5. Sudut inklinasi (i) 20° − 30°
Sumber : Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan No. 12/S/BNKT/1991,
Bina Marga.
bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau
bagi Pengguna Jalan. Rambu lalu lintas umumnya diletakan disebelah kiri jalur lalu
lintas dengan penempatan yang tidak mengganggu pejalan kaki dan pengguna lalu
lintas serta mudah dilihat oleh pengemudi kendaraan.rambu lalu ada beberapa jenis
yaitu:
67
a. Rambu peringatan
b. Rambu Petunjuk
untuk memandu Pengguna Jalan saat melakukan perjalanan atau untuk memberikan
informasi lain kepada Pengguna Jalan. contoh rambu petunjuk adalah rambu
c. Rambu perintah
untuk menunjukan hal yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan pada ruas jalan
d. Rambu Sementara
100m dari bagian jalan yang dimaksud dan dapat diulang dengan interval 150m.
e. Rambu Larangan
untuk menunjukan hal yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan di ruas jalan
forbidden, dll.
68
2. Marka Jalan
perhubungan no 13 tentang rambu lalu lintas (2014) dan no 34 tentang marka jalan
(2014), serta Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan No.
Marka jalan adalah suatu tanda yang diletakkan di permukaan jalan yang
sepanjang jalan. Menurut PM No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan menjelaskan
bahwa Marka jalan berupa marka membujur, marka melintang, marka serong,
marka lambang, dan marka kotak kuning. Macam macam marka jalan adalah
sebagai berikut :
adalah marka yang digambar memotong jalan atau dalam kata lain tegak lurus arah
jalan.Marka jalan melintang biasa digunakan untuk menunjukan batas berhenti dari
kendaraan.
adalah marka yang mengikuti panjang jalan.Marka jalan berwarna kuning baik
Marka putih menerus berfungsi sebagai garis sumbu dan pemisah,serta bisa
digunakan sebagai pengganti median dimana jika ada marka menerus artinya
kendaraan tidak boleh keluar dari jalur yang dibatasi oleh marka tersebut
69
Marka jalan berwarna putih putus –putus juga berfungsi sebagai garis
sumbu dan pemisah, dimana jika ada marka putus-putus artinya kendaraan di lajur
kiri boleh menggunakan lajur kanan untuk mendahului kendaraan lainya maupun
Contoh marka jalan lainya adalah zebra cross, marka pengarah jalur yaitu
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan Evaluasi Perkerasan Jalan Singamerta -
2. Dibawah ini adalah nilai FV, C, dan DS existing dan setelah perencanaan
- DS existing : 0,1283
- DS rencana : 0,1089
108
109
perencanaan ulang :
5.2. Saran
Dari hasil uraian kesimpulan diatas, ada beberapa yang perlu diperhatikan,
yaitu:
metode lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Teknik. 1995. Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional
dan Jalan Propinsi, Jilid I Metode Survai. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Marga .
Direktorat Bina Teknik. 1995. Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional
dan Jalan Propinsi, Jilid II Metode Perbaikan Standar. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Marga .
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
Februari 1997. Jakarta: Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
Kholiq, A. (2014). Prencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Aantara Bina
Marga dan AASHTO’93 (Studi Kasus: Jalan Lingkar Utara
Panyingkaran-Baribis Majalengka). Jurnal J-ENSITEC, 01.
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2010. Surat Edaran Menteri
Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010 Tentang Pemberlakukan
Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic
Cone Penetrometer (DCP) . Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.
Suprapto . 2000. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: Biro Penerbit Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada.
Surandono, A., & Rinaldi, R. (2015). Analisis Perkerasan Lentur (Lapen s/d
Laston) Pada Kegiatan Peningkatan Jalan Ruas Jalan Nyampir -
Donomulyo (R.063) Kecamatan Bumi Agung Kabupaten
Lampiung Timur. TAPAK, 71-77.
Tenriajeng, A. T. . 2002. Rekayasa Jalan Raya-2. Jakarta: Gunadarma.
Waruwu, Aazokhi;. (2013). Korelasi Nilai Kuat Tekan dan CBR Tanah Lempung
Yang Distabilisasi Dengan Abu Batu dan Semen. Jurnal Rancang
Sipil, 99-108.
Widodo, A. (2016). Kajian Manajemen Optimalisasi Penerangan Jalan Umum
Kota Semarang. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 87-96.