SKRIPSI
Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin S1
Oleh
Triaji Joko Susilo
NIM.5212413022
TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
i
ii
ii
PENGARUH KOMPOSISI EVAPORATION BOATS,
GRAFIT, DAN KAOLIN TERHADAP KEKERASAN
VICKERS DAN KEKUATAN BENDING BAHAN KOWI
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nim : 521241022
Bahan Kowi
Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
Semarang.
Semarang,
Dosen Pembimbing
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Pengaruh Komposisi Evaporation Boats, Grafit, dan Kaolin
Terhadap Kekerasan Vickers dan Kekuatan Bending Bahan Kowi telah
dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang pada tanggal
Oleh
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Semarang,
Yang membuat pernyataan,
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk:
1. Kedua orang tua saya yang telah mendidik saya dari kecil.
2. Citra Kusuma Dewi, S.S.
3. Didik Dwi Pratiknyo, S.T.
4. Yeni Lusiana, A.Md.Keb.
5. Keluarga Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang
vii
ABSTRAK
Triaji Joko Susilo. 2021. Pengaruh Komposisi Evaporation Boats, Grafit, dan
Kaolin Terhadap Kekerasan Vickers dan Kekuatan Bending Bahan Kowi. Skripsi.
Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Univesitas Negeri Semarang.
limbah dengan cara yang benar akan menambah nilai ekonomis dan nilai fungsi.
masih sedikit. Oleh karena ini, dalam penelitian ini evaporation boats akan
ini adalah komposisi berat evaporation boats, grafit dan kaolin. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah nilai kekerasan Vickers dan \kekuatan Bending.
viii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
Kekerasan Vickers dan Kekuatan Bending Bahan Kowi guna memenuhi salah satu
Semarang. Penulis menyadari bahwaskripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
Semarang
Semarang.
4. Samsudin Anis, S.T., M.T, Ph.D. Dosen Pembimbing skripsi yang telah
6. Dr. Ir. Rahmat Doni W, S.T., M.T., IPP. Penguji 2 yang berkenan
ix
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan S1 Teknik Mesin
disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada peneliti.
penulis, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Semarang,
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
PRAKATA ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ xviii
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................. 7
2.1. Kajian Pustaka ........................................................................................ 7
2.2. Landasan Teori ..................................................................................... 10
2.2.1. Crusible/kowi/cawan lebur ...............................................................10
2.2.2. Refraktori ..........................................................................................14
2.2.3. Bahan pembuatan kowi....................................................................19
2.2.4. Sintering .............................................................................................25
2.2.5. Pengujian kekerasan Vickers ...........................................................26
2.2.6. Kekuatan Bending .............................................................................28
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 31
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 31
3.1.1. Waktu Penelitian ..............................................................................31
3.1.2. Tempat Penelitian .............................................................................31
3.2. Desain Penelitian ................................................................................... 31
3.2.1. Metode Penelitian .............................................................................31
xi
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR TABEL
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan kapasitas yang semakin meningkat. Oleh karena itu, sekarang banyak
industri yang memanfaatkan limbah menjadi suatu bahan yang memiliki nilai
ekonomis dan nilai fungsi yang lebih tinggi. Pengolahan limbah ini juga bertujuan
memiliki karakteristik tahan terhadap abrasi atau korosi dan temperatur tinggi
baik padat, cair maupun gas dapat digolongkan menjadi refraktori (Maulana et al,
2011: 44). Menurut Suharno (2008), jenis refraktori dibedakan menjadi empat
yaitu Acid, Basic, Neutral, dan Special dimana evaporation boats termasuk
kedalam jenis refraktori special karena memiliki unsur boron nitride (BN) dan
dibedakan menjadi tiga yaitu biasa (1580-1770 oC), tinggi (1780-2000 oC), dan
Super (> 2000 oC). Sedangkan menurut metode pembentukannya refraktori terdiri
dari hand mold, cetak tuang, dan tekanan tinggi. Refraktori memiliki life time
yang terbatas akibat penggunaan secara terus menerus untuk menahan temperatur
1
2
kuantitas yang relatif tinggi untuk kepentingan produksi. Sifat refraktori yang
Ceper, Klaten adalah salah satu home industry pengecoran logam yang
kowi. Kowi diambil dari bentuk benda yang krus (diameter bagian bawah lebih
kecil dibanding dengan bagian atas) (Laman, 2014). Pembuatan kowi di daerah
Ceper banyak menggunakan bahan semen tahan api dan serbuk batu bata api
dengan komposisi 40 % semen tahan api dan 60 % serbuk batu bata serta diberi
campuran air untuk bisa menjadi adonan. Biasanya kowi tersebut mampu
diguanakan sampai 160 kali, untuk dapat digunakan kembali harus diperbaiki
tersebut dapat melebur alumunium dengan waktu kurang lebih 2 jam sesuai
dengan jumlah alumunium yang dilebur. Selain dengan bahan tersebut, ada juga
yang menggunakan bahan grafit atau disebut kowi grafit yang dicampur dengan
lempung sebagai bahan perekatnya. Grafit bahan penambah yang sangat baik,
kadar grafit antara 0,5-1,8%, grafit kandungan tinggi dengan kadar 3-5%. Kowi
dengan bahan grafit sangat baik digunakan karena memiliki ketahanan suhu yang
tinggi dan tidak terjadi reaksi antara cairan yang dilebur dengan bahan kowi
3
tersebut. Takaran untuk dua bahan tersebut lebih banyak penggunaan grafitnya.
Akan tetapi kowi dengan bahan grafit akan cepat retak maupun bocor apabila
perawatannya kurang. Misalnya, kowi pada keadaan panas diletakan pada alas
yang dingin akan menyebabkan alas cawan pecah, selain itu apabila cawan panas
yang bersisi cairan diangkat dari dalam tanur dan diletakan di atas alas pasir,
maka akan terjadi reaksi antara pasir dengan grafit sehingga tepian kowi panas
meleleh. Oleh karena itu perlu diperhatikan cara atau prosedur dalam menjaga
dengan sedikit kandungan besi dan umumnya berwarna putih dan agak keputihan.
keramik bahan obat, pelapis kertas, cat bangunan, sebagai aditif pada makanan,
dan pada pasta gigi (Siagian, 2012). Menurut Obada, (2016) menggunakan kaolin-
karakteristik permukaan seragam dengan pori-pori, stabilitas termal dan tidak ada
80% kaolin dapat digunakan untuk produksi keramik dengan porositas setinggi
dan tanah liat (clay) dari limbah genteng mentah Sokka sebagai refraktori.
Menurut Maulana et al, pengaruh komposisi abu batu bara dan pasir inti cor bekas
pada bahan dasar tanah liat dengan variasi komposisi abu silika (5:45, 10:40,
15:35, 20:30, dan 25:25) dengan tanah liat 50% ukuran serbuk mesh 50, 100, dan
200. Diperoleh bahwa limbah abu batu bara dan pasir inti cor bekas mampu
meningkatkan sifat fisis dan mekanis dari tanah liat sehingga dapat dijadikan
boats dan grafit dengan bahan pengikat kaolin untuk dijadikan sebagai bahan
refraktori pembuatan kowi. Serta mengetahui sifat mekanik kowi tersebut. Selain
sesuai.
5
memperbaiki kowi yang sudah ada karena ketahanan kowi yang tidak bisa
maksimal.
4. Kowi perlu ditingkatkan kekuatannya sepaya tidak mudah retak dan pecah
pengecoran logam Ceper, Klaten dan kaolin yang di beli dari toko kimia
Indrasari Semarang.
5. Temperatur firing 900o dengan laju pemanasan 5oC/menit dan holding time
30 menit
pembuatan kowi.
“Studi Pembuatan Keramik Berpori Berbasis Clay dan Kaolin Alam dengan Aditif
Abu Sekam Padi”. Variasi campuran komposisi abu sekam padi berpengaruh
abu sekam padi dari 0%, 5%, 10% dan 15% mengakibatkan meningkatnya
porositas dan sifat mekanik keramik, sedangkan densitas dan susut bakar
memvariasikan pengaruh komposisi abu batu bara dan pasir inti cor bekas pada
bahan dasar tanah liat (clay) dengan variasi komposisi abu-silika (%) 5:45, 10:40,
15:35, 20:30, 25:25, dan tanah liat 50% ukuran serbuk mesh 50, 100 dan 200 telah
dengan masing-masing sebesar 22,36 W/mK dan 125 °C/W , sedangkan nilai kuat
tekan (s) maksimum (terbaik) ada pada variabel mesh 100, komposisi AB 15%, Si
35%, TL 50% sebesar 8,81 MPa (N/mm²). Hasil dari analisa data yang diperoleh
menunjukan bahwa limbah abu batu bara dan pasir inti cor bekas mampu
7
8
meningkatkan sifat fisis dan mekanis dari tanah liat sehingga dapat dijadikan
alumina silikat dengan komposisi SiO2 (diambil dari kaolin Belitung) 96,46%,
Alumina (Al2 3,86% dan Magnesium oksida (MgO) 10,50% menghasilkan data
nilai porositas sebesar 11,36%, densitas sebesar 2,34 kg/m3, penyerapan air
4,85%, dan kekuatan mekanik sebesar 129,072 kg/cm2 sehingga dapat digunakan
“Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit dan Arang Kayu pada Pembuatan Keramik
Filter” menetapkan ukuran partikel yang digunakan adalah 10, 30, 50, 80, 100,
dan 200 mesh dengan variasi komposisi campuran bentonit dan arang kayu yaitu
menjelaskan bahwa semakin tinggi kandungan kaolin yang ada dalam monolit
penyusutan tinggi maka secara otomatis akan terjadi penyusutan volume blok
pemanasan dari keadaan awal sampai diperoleh produk keramik yang kuat adalah
9
adanya perubahan bentuk dan ukuran pori. Kaitannya dengan akan digunakan
menentukan ukuran monolit. Dari basil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
komposisi clay mulai dari 2,5 % sampai 10 %) maka karakteristik monolit yang
diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan ditinjau dari sifat serap
10%, 15% dan 20% berat. Pencetakan dilakukan dengan dengan tekanan
Dilanjutkan proses sintering pada temperatur 1100, 1150 dan 1200 oC yang
keramik fly ash/kaolin adalah 1150oC. Kekuatan komposit keramik fly ash/kaolin
paling tinggi yaitu pada komposisi 95% fly ash dan 15% kaolin sebesar 16,20
MPa
Resin BQTN 157 berpenguat partikel genting lalu diuji sifat mekaniknya dengan
uji tarik dan pengujian lentur. Fraksi volume partikel genting yang akan diteliti
yaitu sebesar 30%, 40%, dan 50%. Pada penelitian ini ukuran butiran partikel
yang digunakan yaitu mesh 40-60, mesh 60-80 dan mesh 80-100. Dari hasil
fraksi 30% memiliki nilai paling baik juga menghasilkan ikatan matrik terhadap
partikel lebih kuat. Pada komposit dengan partikel 80-100 mesh memiliki
tegangan bending dan tarik yang lebih tinggi. Penelitian ini relevan karena
tertinggi.
timah hitam, dan paduan ringan lainnya biasanya dilebur dengan menggunakan
dapur peleburan jenis krusibel, sedangkan untuk besi cor menggunakan dapur
induksi frekuensi rendah atau kupola. Dapur induksi frekuensi tinggi biasanya
digunakan untuk melebur baja dan material tahan temperatur tinggi. Jenis dapur
yang paling banyak digunakan dalam pengecoran logam ada lima jenis yaitu;
Dapur jenis kupola, dapur pengapian langsung, dapur krusibel, dapur busur listrik,
dan dapur induksi. Dalam memproduksi besi cor dapur yang paling banyak
11
2009:17).
umumnya terdapat cawan atau tungku di dalamnya yang disebut dengan kowi.
Kowi ataupun krusibel adalah tempat yang berbentuk menyerupai pot atau
mangkuk digunakan untuk peleburan bahan bukan logam. Nama krusibel diambil
dari bentuk benda tersebut yang krus (diameter bagian bawah lebih kecil
dibanding dengan bagian atas). Pembuatan kowi dapat berasal dari bahan-bahan
yang berbeda, ada yang terbuat dari grafit, tanah liat, silikon karbid, ataupun
dengan besi tuang atau baja. Tungku tersebut banyak dipakai dalam industri
Kowi atau crucible merupakan alah satu jenis refractory yang digunakan
pada pengecoran logam sebagai wadah atau tempat leburnya logam pada suhu
tinggi. Pada umumnya peleburan logam, khususnya logam non ferro yang tidak
mengandung unsur besi (Fe) seperti alumunium menggunakan kowi yang yang
tidak memerlukan suhu yang terlalu tinggi. Kowi tersebut biasanya terbuat dari
bahan grafit dan tanah liat, ada juga yang menguunakan bata tahan api (Sari, et al.
2017:53). Selain harus memiliki sifat tahan panas yang tinggi, kowi juga harus
memiliki sifat mekanik yang baik dan memiliki stabilitas sifat kimia dan fisika
yang baik. Kowi harus lah kuat untuk menerima beban logam panas yang mencair
dan tidak bereaksi pada logam cair tersebut. Sehingga komposisi bahan pembuat
kowi sangat berpengaruh pada kualitas kowi tersebut. Kowi digunakan untuk
12
wadah atau tempat leburnya logam sehingga titik lebur kowi lebih tinggi dari titik
Krusibel atau kowi dengan bahan grafit merupakan cawan kowi yang
paling baik karena dengan peggunaan bahan tersebut memiliki ketahanan suhu
yang tinggi dan tidak terjadi reaksi antara cairan yang dilebur dengan bahan
cawan tersebut. Cawan kowi dengan bahan grafit lebih sering digunakan untuk
peleburan tembaga dan kuningan yang memiliki titik lebur mulai dari 950 sampai
dengan 1050 oC. Dalam proses penggunaannya, setelah kowi dipasang dalam
tungku dengan pemakaian yang terus menerus akan mengalami penipisan dan
panasnya pun menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan warnanya. Kowi
yang baru berwarna hitam kelabu, semakin lama pemakaian warna menjadi
semakin muda kemudian menguning dan akhirnya coklat kemerahan. Kowi ini
harus selalu kering dan disimpan di tempat yang hangat dan tidak lembab. Kowi
grafit yang lembab akan kehilangan lapisan gelasnya saat digunakan, sehingga
Dapur kowi adalah dapur tertua yang digunakan untuk melebur baja,
kowi terbuat dari grafit dan tanah liat. Kowi mudah pecah dalam keadaan bisa,
tetapi mempunyai kekuatan yang cukup kuat dalam keadaan panas. Kowi dapat
dipanaskan dengan kokas, minyak tanah, atau gas alam. Kapasitas kowi bervariasi
Cawan kowi dengan bahan silikon karbid memiliki ketahanan suhu lebih
kalinya). Selain itu kowi ini memiliki daya hantar panas lebih baik sehingga
bahan silikon karbid harus dilakukan secepat mungkin. Kekurangan dari kowi ini
adalah sangat peka terhadap bahan peleburan yang mengandung kryolith dan
(pembersih cairan) (Polman, 2012:18). Jadi, kowi dapat dibuat dengan campuran
14
grafit dan lempung yang dalam hal ini penelitian kami dengan menggunakan
Lapisan bahan tahan panas yang biasanya terbuat dari bahan refractory
dan berfungsi sebagai penahan panas dalam tungku agar tidak keluar. Refractory
yang digunakan sebagai bahan tahan panas (lining) pada tungku induksi biasanya
menggunakan refractory yang bersifat asam, basa atau netral dan berbentuk bata
tahan api, monolitik atau sebagai crucible (kowi). Penentuan jenis material pelapis
sangat penting dalam proses peleburan logam pada tungku induksi. Pemilihan
Penggunaan refractory yang tepat dengan mengetahui sifat kimia, mekanis dan
logam sudah seharusnya mengetahui sifat fisis, mekanik dan kimia dari refractory
yang digunakan.
2.2.2. Refraktori
bahan isolator sebagai pelapis dari material tungku agar suhu tidak keluar. Isolator
berfungsi menahan panas dari dalam tungku. Bahan yang digunakan sebagai
tinggi. Selain itu refractory juga berfungsi menahan panas agar suhu tidak keluar
15
dari tungku yang akan menyebabkan kehilangan suhu panas untuk meleburkan
logam dan juga menahan suhu panas yang dapat membahayakan operator.
menahan temperatur tinggi secara terus menerus. Maka dunia industri pengecoran
kepentingan produksi. Sifat refractory yang tidak tahan lama menyebabkan dunia
industri pengecoran logam mengeluarkan biaya perawatan intensif yang cukup tinggi.
Refractory tidak hanya digunakan pada tungku induksi namun dalam dunia industri
lainnya khususnya untuk pelapisan komponen yang beroperasi dengan suhu tinggi.
kandungan senyawa logam dan non logam. Selain itu material refractory juga
oksida yang sangat tahan terhadap temperature yang tinggi dan bahan pengikat
(binder). Refractory yang baik tidak memeiliki pori-pori sehingga komposisi fasa
dan porositas merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan produk
dan ketahanan refractory dari korosi serta akan memiliki sifat mekanis dan fisis
yang baik. Berdasarkan bentuknya refractory dibagi menjadi tiga macam bentuk
yakni:
menggunakan silika, tanah liat (clay), magnesite dan lainnya. Proses peleburan
16
logam pada tungku listrik memerlukan refractory yang memiliki sifat fisis dan
mekanis yang baik. Maka sifat-sifat dari refractory yang akan digunakan sebagai
suhu.
3. Tidak hancur di bawah pengaruh tekanan yang tinggi ketika digunakan pada
suhu tinggi.
a) Refractory asam
pada 1600 oC. Komposisi bahan refractory asam yakni silica dan kandungan
bahan tambahan lain harus lebih sedikit dari bahan utama. Refractory ini
biasanya digunakan sebagai pelapis tungku besi cor, atap tungku busur dan
keramik.
b) Refractory basa
Refractory basa memiliki ketahanan pada suhu tunggi yang kuat dan sifat
mekanik yang kuat. Refractory basa biasnya digunakan pada tungku induksi,
c) Refractory netral
17
memiliki kandungan alumina di atas 47,5% hal ini sesuai menurut standar
ASTM dan digunakan temperatur operasi mencapai 2000 oC. Refraktori jenis
ini memiliki ketahanan pembebanan yang tinggi dan ketahanan yang baik
tungku peleburan baja, besi cor, keramik, kaca, dan lain sebagainya.
tinggi. Refraktori jenis asam seperti refraktori silika biasa digunakan pada
lingkungan operasi yang bersifat asam. Refraktori jenis basa terdiri dari
magnesia paling sering digunakan pada terak di dalam tungku dan refraktori
akan bersifat netral ketika tidak bereaksi di lingkungan asam atau basa. Sifat
ikatan kimia dari refraktori tersebut. Kebanyakan material terdiri dari bahan-
bahan yang kasar diantaranya butiran kasar dan butiran halus, dimana
pemadatan meliputi bentuk fasa hal itu akan mempengaruhi kekuatan dari
refraktori.
18
struktur mikro, tekstur, sifat termal, dan sifat kimia. Parameter lain yang
cukup penting dan saling berkaitan satu sama lain, yaitu: porositas, densitas,
aplikasinya. Selain itu untuk mengetahui kekuatan dari refraktori Ampka, dkk
(2017:17) telah melakukan riset tentang sifat mekanik refraktori dengan uji
Cold Crushing Strength (CCS). CCS merupakan pengujian kuat tekan pada
sifat ini sangat penting untuk mendapatkan refraktori dengan kualitas yang
terperangkap serta penyebaran fasa cair yang meleleh tidak merata saat
sintering. Semakin tinggi densitas dan porositas yang rendah akan sangat baik
yang sangat mudah ditentukan. Hal ini dapat digunakan sebagai indikator
Refraktori akan memiliki nilai fisik yang berbeda tergantung dari cara
memiliki karakteristik tahan terhadap abrasi atau korosi dan temperatur tinggi
baik padat, cair maupun gas dapat digolongan menjadi refraktori (Maulana et al,
2011: 44). Menurut Suharno (2008), jenis refraktori dibedakan menjadi empat
yaitu Acid, Basic, Neutral, dan Special dimana evaporation boats termasuk
kedalam jenis refraktori special karena memiliki unsur boron nitride (BN) dan
dibedakan menjadi tiga yaitu biasa (1580-1770 oC), tinggi (1780-2000 oC), dan
Super (> 2000 oC). Sedangkan menurut metode pembentukannya refraktori terdiri
dari hand mold, cetak tuang, dan tekanan tinggi. Refraktori memiliki life time
yang terbatas akibat penggunaan secara terus menerus untuk menahan temperatur
20
tinggi. Salah satu penggunaan refraktori pada temperatur tinggi terdapat pada
kuantitas yang relatif tinggi untuk kepentingan produksi. Sifat refraktori yang
2.2.3.2 Grafit
kekerasan yang rendah. Grafit tidak terbakar dan larut dengan mudah dalam
lelehan logam. Grafit terbentuk pada metamorfosa tingkat tinggi dari batuan yang
mengandung zat organik dapat terjadi pula karena proses magmatisme. Grafit
21
memiliki koefisen gesek yang rendah, material ini dapat digunakan sebagi solid
lubrication atau pelumas padat. Grafit adalah bentuk kristal karbon lunak dan
2,2kg/mm3 kira-kira 1, kekuatan tarik (Surdia, 1986). Grafit adalah bentuk alotrop
karbon, karena kedua senyawa ini mirip namun struktur atomnya mempengaruhi
sifat kimiawi dan fisikanya. Grafit terdiri atas lapisan atom karbon, yang dapat
menggelincir dengan mudah. Artinya, grafit sangat lembut, dan dapat digunakan
sebagai minyak pelumas untuk membuat peralatan mekanis bekerja lebih lancar.
Pada umumnya digunakan sebagai "timbal" pada pensil. Grafit berwarna kelabu
konduktor listrik. Grafit juga disebut sebagai timbal hitam, mineral grafit dapat di
temukan di batuan metamorf yaitu sabak, filit, sekis, gneiss. Saat ini telah dibuat
berbagai bentuk karbon berupa grafit sintetis dan intan sintetis, karbon adsorban,
kokas, karbon hitam, serat grafit dan karbon, karbon gelas, karbon serupa intan
yang akan digunakan dalam berbagai aplikasi seperti kontak elektrik dan
elektroda, pelumas, pemoles sepatu, batu permata, pisau potong, penyerap gas,
dan lain-lain (Sengupta, dkk, 2011). Grafit pada komposit berfungsi sebagai
penguat dan memperkecil gesekan serta meningkatkan ketahanan aus. Grafit juga
pada kadar menengah grafit berkisar antara 0,5 - 1,8%. Grafit berkandungan
dimana setiap molekulnya terikat dengan ikatan Van der Waals. Pada grafit,
tegak lurus dengan bidang dasar akan memiliki lebih rendah dibandingkan yang
paralel dengan bidang dasar. Hal ini juga menyebabkan adanya sifat anisotropik
pada konduktivitas termal (Wissler, 2006). Selain bahan grafit, dalam pembuatan
kowi juga diperlukan bahan perekat yaitu lempung. Pada hal ini kami
2.2.3.3. Kaolin
kecil dari 2 µm dan dapat ditemukan dekat permukaan bumi. Karakteristik umum
dari lempung mencakup komposisi kimia, struktur lapisan kristal dan ukurannya.
hidrat dengan ukuran butir kurang dari 2 mikron. Lempung akan menjadi sangat
keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.
Tanah liat atau lempung mempunyai sifat permeabilitas sangat rendah dan bersifat
plastis pada kadar air sedang. Contoh mineral lempung adalah mineral kaolinit
dan mineral haloysit (Nuryanto, 1999). Pada umumnya ada 2 jenis lempung,
yaitu:
1. Ball clay, ini digunakan pada keramik putih karena memiliki plastisitas tinggi
dengan tegangan patah tinggi serta tidak pernah digunakan sendiri. Tanah jenis
ini disebut tanah liat sedimen, memiliki butir halus dan berwarna abu abu. Titik
23
2. Fire clay, jenis tanah ini biasanya berwarna terang ke abu-abu gelap menuju
hitam. Fire clay diperoleh di alam dalam bentuk bongkahan yang menggumpal
dan padat. Tanah jenis ini tahan dibakar pada suhu tinggi tanpa mengubah
bentuknya. Ada 3 jenis fire clay, yaitu flin fire clay yang memiliki struktur
kuat, plastic fire clay yang memiliki kemampuan kerja yang baik serta high
alumina clay yang sering digunakan sebagai refraktori dan bahan tahan api.
dengan kandungan besi yang rendah, dan umurnnya berwarna putih dan agak
dalam pembuatan keramik, bahan obat, pelapis kertas, cat bangunan, sebagai
adiktif pada makanan dan pada pasta gigi (Saintika, 2012). Kaolin adalah jenis
pelapukan. Kaolin merupakan jenis tanah liat primer digunakan sebagai bahan
utama dalam pembuatan keramik putih, dan mengandung mineral kaolinit sebagai
bagian yang terbesar, sehingga kaolin biasanya disebut sebagai lempung putih.
24
porositas: 28,63% -67,13% untuk semua sampel diselidiki. Sampel dengan high
kecil setelah cincin, tapi dipamerkan tingkat porositas tertinggi sementara sampel
stabilitas termal dan tidak ada retak permukaan terlihat. Dapat disimpulkan bahwa
formulasi yang mengandung 80% kaolin dapat digunakan untuk produksi keramik
dengan porositas setinggi 67% jika pembentuk pori yang tepat digunakan.
Menurut Das (1985), lempung (clay) adalah bagian dari tanah yang sebagian besar
terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan
minerals), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Paduan dari beberapa
bahan kowi pelebur seperti arang sekam padi, grafit, dan kaolin nantinya akan
diuji ketahanan thermalnya. Pengaruh panas mendadak atau thermal shock pada
25
saat penggunaan kowi pelebur sangat diperhitungkan. Hal itu karena kowi dari
bahan sebelumnya yaitu grafit dapat retak dalam waktu tertentu. Pada saat suhu
yang diterima saat peleburan dan suhu pada saat kowi pelebur dalam keadaan
2.2.4. Sintering
terjadi transfer massa pada permukaan serbuk sehingga terbentuk ikatan bersama
tinggi (Widayana, et al., 2014:440). Tujuan dari proses sintering yakni untuk
pengurangan porositas, peningkatan densitas (massa jenis) dan sifat mekanik dari
bahan keramik. Proses pembuatan bahan keramik akan diawali dengan pembuatan
(Ramlan, et al,. 2007:11). Temperatur yang diberikan pada bahan uji saat proses
sintering harus diberikan dibawah suhu titik lebur atau titik cair bahan tersebut
sehingga fasa cair tidak terbentuk. Setiap material memiliki titik lebur yang
jenis material bahan, komposisi material dan ukuran butir. Alur proses sintering
piramid yang saling berhadapan adalah 136°. Sudut ini dipilih karena nilai
diameter lekukan dan diameter lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji
sering dinamakan uji kekerasan piramida intan. Angka kekerasan piramida intan
(DPH) atau angka kekerasan Vickers (VHN), didifinisikan sebagai beban dibagi
luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran
berikut.
(2.1)
yang relatif kecil yang sulit dideteksi oleh metode pengujian makro Vickers.
permukaan benda uji sehingga pembebanan yang dibutuhkan juga relatif kecil
yaitu berkisar antara 10-1000 gf (Dieter, 1988: 334). Alasan penulis menggunakan
metode uji kekerasan ini karena dengan indentor yang berbentuk piramid, sama
baik digunakan pada bahan keras maupun lunak, nilai kekerasan suatu spesimen
uji dapat diketahui dari penentuan angka kekerasan pada spesimen uji yang kecil
Lekukan yang benar yang dibuat oleh penumbuk intan harus berbentuk
bujur sangkar, akan tetapi penyimpangan lekukan bisa terjadi seperti lekukan
yang datar. Keadaan demikian terdapat pada logam yang dilunakkan dan
Pada Gambar 2.7, Gambar a merupakan salah satu tipe lekukan piramid yang
berbentuk tong yang disebabkan karena benda kerja mengalami proses pengerjaan
dingin.
yang merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan pada
15 spesimen uji. Uji Bending diberikan pada bahan yang digunakan sebagai
proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari
bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan akan
mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat
bentuk (deformasi) secara bertahap dari elastis menjadi plastis hingga akhirnya
yang bekerja secara bersamaan dengan jarak tertentu serta arah yang berlawanan,
maka Momen lengkung (Mb) itu akan bekerja dan ditahan oleh sumbu batang
tersebut atau sebagai momen tahanan lengkung (Wb). Proses pengujian lengkung
seberapa jauh bahan uji ini dapat dibengkok atau dibentuk tanpa pemanasan. Oleh
Bending adalah cara pengujian dengan menggunakan dua tumpuan dan dua
Gambar 2.7 Spesimen Uji Bending dengan (L) Panjang Span/jarak antara
titik tumpuan, (Lo) Panjang spesimen, (b) Lebar spesimen dan (d) Tebal spesimen
(sumber: Dewa, 2021)
(2.2)
30
METODELOGI PENELITIAN
dilaksanakan terjadwal dengan rapi dan dapat selesai dalam waktu yang telah
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2012: 72).
evaporation boats, grafit, kaolin dan hasil yang didapatkan berupa tingkat nilai
31
32
Mulai
Studi
Persiapan
Pengayakan
Mesh
Mixing Variasi
Komposisi
Evaporation
Pembuatan Spesimen
Boats: Grafit :
Kaolin
50%: 5%: 45%
Sintering 900
55%: 5%: 40%
60%: 5%: 35%
Pengujian Kekerasan 65%: 5%: 30%
dan Drop Test
Analisis
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1. Desain Penelitian
33
a. Studi Literatur
Studi literatur adalah proses pencarian data atau refrensi. Berfungsi untuk
hitam dari serbuk baterai berasal dari tempat pengecoran logam Ceper Kabupaten
Klaten dengan ukuran 325 mesh, dan lempung kaolin asli Belitung yang diperoleh
dari toko kimia Indrasari, Stadion Diponegoro Kota Semarang dengan ukuran 325
mesh.
c. Proses. Mixing
bahan untuk membuat kowi pelebur dengan mesin mixing. Dengan perbandingan
silinder dengan diameter 20mm dan tinggi 15mm. Proses pengerjaan pembuatan
Semarang dengan acuan studi literatur yang sudah dilakukan sintering Spesimen
dengan suhu 900 0C selama kurang lebih 2 jam dengan holding time 1 jam.
e. Pengujian Vickers
berhasil. Fungsinya sebagai tolak ukur apakah spesimen uji untuk membuat kowi
f. Pengujian Bending
berhasil. Fungsinya sebagai tolak ukur apakah spesimen uji untuk kowi pelebur
g. Kesimpulan
sesuia dengan kebutuhan dan spesifikasi yang telah ditentukan. Berikut ini adalah
antara lain: limbah evaporation Boats, grafit hitam, kaolin powder putih, air, kain
sebagai data penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 38), variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya parameter bebas.
Parameter terikat pada penelitian ini adalah kekerasan dan drop test.
secara sistematis tentang objek yang akan diteliti, kapan dan di mana tempat
Data penelitian pengujian impak dan kekerasan dicatat pada tabel instrumen 3.1
55%:5%:40%
60%:5%:35%
65%:5%:30%
39
55%:5%:40%
60%:5%:35%
65%:5%:30%
Negeri Semarang.
material menerima beban. Cara kalibrasi mesin uji kekerasan sebagai berikut:
a Master blok diletakan pada landasan dengan posisi tegak lurus terhadap
indentor.
f Nilai kekerasan yang muncul pada mesin uji kemudian dilihat apakah
sudah sesuai dengan nilai kekerasan master blok yang digunakan, apabila
g Master blok dilepas dari mesin uji dan bersihkan mesin uji.
perubahan yang terjadi setelah dilakukan perlakuan tertentu dengan variabel bebas
terhadap variabel terikat. Data yang diperoleh dari reaksi yang ditimbulkan
bentuk grafik yang kemudian akan dideskripsikan menjadi kalimat yang mudah
evaporation boats terhadap variabel terikat berupa kekuatan vickers dan bending.
setelah diberikan tekanan oleh indentor. Alat uji yang digunakan untuk
25 gf = 0,24516625 N
1 N = 1 Kgm/s2 = 101,9716213 gf
= = = 0,349999 gf / µm2
41
42
bending (σb).
Diketahui:
Pmax : Tekanan maksimal = 232N
L : Jarak 2 support span = 80 mm
b : Lebar spesimen uji = 8 mm
d : Tebal spesimen uji = 6 mm
Masukkan ke dalam Persamaan 2.2 :
specimen yang lainnya. Sehingga akan didapat hasil kekuatan Bending seperti
Kekuatan Rata-
Variasi Force L b d d2
Spesimen Bending rata
Komposisi (N) (mm) (mm) (mm) (mm2)
(MPa) (MPa)
1 232 80 8 6 36 60,42
50%:5%:45% 62,08
2 306 80 8 6 36 63,75
1 170 80 8 6 36 44,27
55%:5%:40% 62,34
2 386 80 8 6 36 80,42
1 256 80 8 6 36 66,67
60%:5%:35% 59,79
2 254 80 8 6 36 52,92
1 172 80 8 6 36 44,79
65%:5%:30% 43,85
2 206 80 8 6 36 42,92
43
Data pengujian Vickers yang diperoleh dari Tabel 4.1 diubah kedalam
10
6
HVN
0
50%: 5%: 45% 55%: 5%: 40% 60%: 5%: 35% 65%: 5%: 30%
Variasi Komposisi
rata nilai kekuatan Vickers terkecil yaitu 4,5 HVN. Variasi komposisi
Data pengujian Vickers yang diperoleh dari Tabel 4.1 diubah kedalam
rata nilai kekuatan Bending terkecil yaitu 43,85 MPa. Variasi komposisi
4.3 Pembahasan
boats, grafit dan kaolin dalam pembuatan kowi terhadap uji kekerasan Vickers dan
Bending. Variasi komposisi terbaik dalam uji Vickers adalah 65%: 5%: 30%
dengan nilai rata-rata 9,1 HVN. Variasi komposisi terbaik dalam uji Bending
komposisi evaporation boats, maka didapat nilai kekerasan yang berbeda juga.
kimia TiB2. Titanium diboride digunakan sebagai bahan keramik karena memiliki
nilai titik leleh, kekerasan, rasio kekuatan terhadap kepadatan, dan ketahanan aus
komposisi kaolin, maka didapat nilai Bending yang berbeda juga. Variasi
bending yang terus meningkat. Kandungan silika pada kaolin menambah kekuatan
bending komposit fly ash dan kaolin dan mencapai nilai maksimum pada
penambahan 15% kaolin. Hal ini menunjukkan porositas pada spesimen 100% fly
ash lebih besar dibandingkan dengan spesimen 15% kaolin dan menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kandungan silika pada spesimen 15% kaolin sebesar
53,34% sedangkan pada spesimen 100% fly ash hanya sebesar 46,78% (Rahmat
90
80
70
60
50 East
40
West
30
20 North
10
0
1st 2nd 3rd 4th
Qtr Qtr Qtr Qtr
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
evaporation boats, grafit dan kaolin terhadap kekuatan Vickers dan kekuatan
boats, grafit dan kaolin 65%: 5%: 30%. Semakin banyak komposisi
5.2 Saran
47
48
Daftar Pustaka