Disusun oleh:
KELOMPOK 3 D
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN TUGAS BESAR
PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN
Dosen Pengampu : Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng.
Disusun oleh:
KELOMPOK 3 D
ALWI AKBAR RAFSANJANI 5200811027
SATRIYO NUGROHO 5200811033
DWI ANGGA KUSUMA WICAKSONO 5200811035
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN
Laporan Tugas Besar ini telah diterima salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
Kelompok 3 D
Alwi Akbar Rafsanjani 5200811027
Satriyo Nugroho 5200811033
Dwi Angga Kusuma Wicaksono 5200811035
Laporan Tugas Besar Perancangan Struktur Jembatan ini telah diperiksa dan
disetujui oleh :
Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng. Yoseph Satrio Resky A.P., S.T.
Tanggal:................................................. Tanggal:.....................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Besar Perancangan Struktur Jembatan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun guna memenuhi
persyaratan tugas besar jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Teknologi Yogyakarta dari mata kuliah Analisis Struktur Jembatan.
Dalam menyusun laporan ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
2. Ibu Ratna Septi Hendrasari, S.T., M.T.. selaku dosen wali.
3. Bapak Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu
mata kuliah Perancangan Struktur Jembatan.
4. Saudara/i - selaku asisten tugas besar Analisis Struktur Jembatan
5. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Teknologi Yogyakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan laporan ini.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki,
laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan untuk peningkatan
berikutnya.
Semoga laporan tugas besar Perancangan Analisis Jembatan ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penyusun
iii
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
iv
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
LEMBAR ASISTENSI.....................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi Jembatam..................................................2
1.2.1 Jenis Jembatan dari Segi Kegunaanya.......................................2
1.2.2 Jenis Jembatan dari Segi Strukturnya........................................4
1.2.3 Jenis Jembatan dari Segi Bahan Banguna..................................8
1.2.4 Jembatan menurut kelasnya.....................................................11
1.3 Jembatan Ternama.............................................................................11
BAB 2 PROSES PERENCANAAN JEMBATAN........................................15
2.1 Umum.................................................................................................15
2.2 Dasar Pemilihan Tipe Jembatan.........................................................16
2.2.1 Keadaan Struktur Tanah Pondasi.............................................16
2.2.2 Faktor Peralatan dan Tenaga Teknis........................................16
2.2.3 Faktor Bahan dan Lokasi.........................................................16
2.2.4 Faktor Lingkungan...................................................................17
2.3 Bagian Struktur Jembatan..................................................................18
2.3.1 Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structur)....19
2.3.2 Struktur Bangunan Bawah Jembatan ( Sub Structure)............19
2.4 Rangka Baja.......................................................................................19
2.4.1 Sistem Struktur.........................................................................20
2.4.2 Metode Perskitan Jembatan.....................................................20
2.4.3 Struktur Baja............................................................................21
vi
2.4.4 Alat Sambung...........................................................................21
2.4.5 Profil Baja................................................................................21
BAB 3 BAGAN ALIR PERENCANAAN......................................................24
3.1 Bagan Alir Perencanaan Jembatan Truss...........................................24
BAB 4 PERMODELAN..................................................................................25
4.1 Pemodelan dan Analisis Struktur Pada SAP 200...............................25
4.2 Output SAP 2000...............................................................................42
BAB 5 PERHITUNGAN PEMBEBANAN...................................................43
5.1 Data Umum Jembatan........................................................................43
5.2 Pembebanan.......................................................................................45
5.3 Kombinasi Pembebanan.....................................................................54
BAB 6 ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMBEBANAN......................56
6.1 Data Analisis .....................................................................................56
6.2 Perhitungan Baut Pada Jembatan.....................................................101
BAB 7 PENUTUP..........................................................................................114
7.1 Kesimpulan......................................................................................114
7.2 Saran.................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mengingat beberapa keunggulan dari material baja dibandingkan dengan
material yang lain, maka material jembatan yang akan dibuat, menggunakan
bahan baja.
Tipe rangka jembatan yang digunakan menggunakan jembatan tipe Through
howe Truss. Pemilihan tipe imi karena dengan menggunakan tipe jembatan rangka
Truss lebih mudah dalam pengerjaan di lapangan dan juga untuk mencari bahan
lebih mudah dan sudah teruji dalam pembebanannya. Jembatan Truss sangat
ekonomis ntuk membangun karena pengunaan bahan yang efisien.
2
b. Jembatan Penyeberangan (foot bridge)
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari jembatan
ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan
penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor
kecelakaan bagi penyeberang jalan.
d. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
3
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan
baru dapat berfungsi.
4
b. Jembatan Gelagar (beam bridge)
Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat
dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan
menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang
merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang
bentang 5 – 40 meter.
c. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai
lalu lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan
cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang
terpasang diatas pilar-pilar jembatan ditengah bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah
posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan
resiko gempa dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.
5
d. Jembatan Gantung (suspension bridge)
Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable)
yang memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatan
biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan
gelagar terletak pada kabel. Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi
jembatan dapat ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah
sulitnya mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi. Pemasangan gelagar
jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dan kabel
sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan ini
umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1400 meter.
6
Gambar 1.9 Jembatan Beton Prategang (prestressed concrete bridge)
(Sumber : Google, 08-04-2022)
7
tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya
rongga ditengah penampang.
Box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk
trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di tengah box
memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar penampang beton. Jenis
gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang
kemudian disatukan dengan sistem prategang post tensioning. Analisa full
prestressing suatu desain dimana pada penampang tidak diperkenankan adanya
gaya tarik, menjamin kontinuitas dari gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan
ini digunakan untuk variasi panjang bentang 20 – 40 meter.
8
Gambar 1.12 Jembatan Kayu
(Sumber : Google, 08-04-2022)
9
Gambar 1.14 Jembatan Beton Bertulang
(Sumber : Google, 08-04-2022)
d. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang
yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
e. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama
atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing-masing
bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang
lebih efisien. Jembatan ini digunakan guna memanfaatkan kelebihan mekanika
setiap bahan-bahan yang digunakan. Sehingga menghasilkan jembatan yang kuat
dan efisien.
10
Gambar 1.16 Jembatan Komposit
(Sumber : Google, 08-04-2022)
11
Barat Amerika Serikat. Meski sudah mulai dibuka pada tahun 1937, namun ia
mampu menjadi tujuan paling menarik di San Fransisco, Amerika Serikat.
Apalagi ditambah dengan pemandangan teluk yang ada di sekitarnya. Tentu
menambah alasan bagi para pengunjung untuk mendatanginya.
12
dari Pantai Utara ke pusat bisnis kota, begitupun sebaliknya. Ia jadi simbol bagi
Sydney. Keindahan kota ini makin kentara saja dengan pemandangan di sekitar
pelabuhan, serta dari bentuk Sydney Opera House-nya yang popular. Membuat
langit kota makin semarak saja.
13
sekitarnya. Dahulu, para pedagang daging yang memiliki toko-toko itu. Namun
kini berubah. Para pemiliknya mayoritas merupakan pedagang souvenir, berlian
dan juga barang kesenian. Meski demikian, “Ponte Vecchio” jadi salah-satu spot
menarik di Florence, Italia.
14
BAB 2
PROSES PERENCANAAN
JEMBATAN
BAB 2
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN
2.1. UMUM
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang
dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus
akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan
tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan terputus
maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa
jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas
darat dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan
struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus
akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar,
minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan
kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana
pemeliharaan jembatan yang baik.
Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatif besar, jembatan yang
dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume
lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan
pelebaran perlu disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga memungkinkan
pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya
yang murah dan konstruksi menjadi mudah.
15
Padasaat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan
pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi
persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan
efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah ditentukan.
16
yang bermutu tinggi. Di sana mungkin akan sangat ekonomis bila jembatan di
buat dari beton bertulang, pondasi dari pasangan batu koral dan sebagainya.
Di daerah pantai laut, dimana udara sekeliling mengandung garam, maka perlu
dipertimbangkan pemakaian konstruksi baja apakah masih sesuai mengingat
faktor perkaratan.
2.2.4.Faktor Lingkungan
Sebaiknya bentuk jembatan harmonis dengan sekitarnya, agar indah
dipandang. Ketentraman bathin menentukan dalam ruang gerak kehidupan
manusia. Bentuk dan warna alam sekitar mempengaruhi ketentraman jiwa.
Selain faktor di atas, maka perlu dipertimbangkan prinsip pemilihan
konstruksi jembatan, sebagai berikut:
1. Konstruksi Sederhana (bisa dikerjakan masyarakat)
2. Harga Murah (manfaatkan material lokal)
3. Kuat & Tahan Lama (mampu menerima beban lalin)
4. Perawatan Mudah & Murah (bisa dilakukan masyarakat)
5. Stabil & Mampu Menahan Gerusan Air
6. Bentang yang direncanakan adalah yang terpendek
7. Perencanaan abutment yang dihindari terlalu tinggi.
Tipe jembatan umumnya ditentukan oleh faktor seperti beban yang
direncanakan, kondisi geografi sekitar, jalur lintasan dan lebarnya, panjang dan
bentang jembatan, estetika, persyaratan ruang di bawah jembatan, transportasi
material konstruksi, prosedur pendirian, biaya dan masa pembangunan. Tabel 2.1
berikut menunjukkan aplikasi panjang bentang beberapa tipe jembatan.
17
Tabel 2.1 Tipe Jembatan dan Aplikasi Panjang Jembatan
Panjang
Contoh jembatan dan
No Tipe Jembatan Bentang
Panjangnya
(m)
1 Gelagar Beton Precast 10-300 Stolmasundet, Norwegia, 301 m
2 Gelagar Baja I/Kotak 15-376 Jembatan Stalassa, Itali, 376 m
3 Rangka Baja 40-550 Quebec, Canada, 549 m
4 Baja Lengkung 50-550 Shanghai Lupu, China, 550 m
Wan Xian, China, 425 m (pipa
5 Baja Lengkung 40-425
baja berisi beton)
6 Kabel Tarik 110-1100 Sutong, China, 1088 m
7 Gantung 150-2000 Akaski-Kaikyo, Jepang, 1991 m
Sumber : Perencanaan Teknik Jembatan Kementrisn Pekerjaan Umum
18
2.3.1. Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structure)
Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structure) adalah bagian
dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban yang ditimbulkan
oleh lalu lintas orang, kenderaan dan lain-lain, untuk selanjutnya disalurkan
kepada bangunan bawah jembatan bagian-bagian pada struktur bangunan atas
jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan,dan
perlengkapan lainnya seperti bangunan pengaman jembatan. Struktur utama
bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung,
jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.
19
memiliki desain sederhana yang dapat dengan mudah dianalisis oleh para
enggineer. Jembatan truss sangat ekonomis untuk membangun karena
penggunaan bahan yang efisien.
Sifat truss memungkinkan analisis struktur menggunakan beberapa asumsi
dan penerapan hukum Newton tentang gerak sesuai dengan cabang fisika yang
dikenal sebagai statika. Untuk keperluan analisis gulungan di asumsikan pin
bersendi dimana komponen lurus bertemu. Asumsi ini bahwa anggota truss
(chords, vertikal dan diagonal) akan bertindak hanya dalam ketegangan atau
kompresi. Sebuah analisa lebih kompleks diperlukan di mana sendi kaku
memaksakan beban lentur signifikan terhadap usur-unsur, seperti dalam truss
vierendeel.
20
3. Pemasangan dengan cara perlincuran, dibagi menjadi bentang
4. Tulangan dan bentang lebih dari satu
5. Kombinasi dari ketiga cara diatas.
1. Kekuatan (strength)
2. Kekakuan (stiffness)
3. Ekonomis
Macam-macam alat sambung yaitu:
1. Baut(bolt)
2. Paku keling (rivet)
3. Las (welding)
4. Paku pin
21
a. Wide Flange (WF) biasanya digunakan untuk tiang pancang, top dan
bottom chord, column, kantilever kanopi. Besi ini memiliki panjang 12
meter dengan berat yang beragam dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing.
b. UNP atau kanal U yang kurang lebih mirip dengan penggunaan wide
flange namun tidak untuk pembuatan column karena cenderung mudah
mengalami pelengkungan dengan pilihan panjang 6 dan 12 meter dan berat
yang bisa Anda pilih sesuai penggunaan.
c. H-beam digunakan untuk kolom, balok, tiang pancang, composite beam,
kantilever kanopi. Ada juga orang yang menyebutkan sebagai WF
sehingga Anda perlu memperhatikannya dengan baik.
d. Besi siku yang biasa digunakan untuk rak lemari atau sandaran buku
memiliki ukuran yang beragam mulai dari 50 mm sampai 250 mm.
e. T-beam memiliki bentuk penampang T dengan bagian atas yang berfungsi
sebagai flange untuk melawan tegangan tekan, sedangkan bagian
bawahnya berfungsi untuk melawan tegangan tarik serta menyediakan
pemisahan tekanan dari kekuatan tekuk. Biasanya baja ini diaplikasikan
pada balok lantai dan balik kantilever kanopi.
f. Lipped Channel (CNP) diaplikasikan pada balok dudukan penutup atap,
girts atau elemen yang memegang penutup dinding seperti metal sheet,
member pada truss dan rangka dalam komponen arsitektural. Baja ini juga
dikenal dengan istilah C-channel, profil-C atau kanal-C.
g. Plat hitam memiliki beragam ukuran dan tingkatan yang bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan Anda yang tentunya sudah melalui protokol
kontrol kualitas yang sangat ketat. Sehingga dapat dipastikan jika sudah
masuk ke pasaran maka kualitasnya tidak perlu diragukan lagi.
Pada permodelan jembatan kali ini menggunakan pratt truss dimana kali
menggunakan beberapa profil baja diantaranya:
a. Gelagar Memanjang Atas (GP_A) = IWF 400.400.45.70
b. Gelagar Memanjang Bawah (GP_B) = IWF 400.400.45.70
c. Gelagar Melintang (GM) = IWF 708.302.15.28
d. Gelagar Memanjang Tengah (GPT) = IWF 450.300.11.18
22
e. Batang Diagonal Miring (BD_M) = IWF 400.400.45.70
f. Batang Diagonal Tegak (BD_T) = IWF 400.400.45.70
g. Bracing atas (BA) = IWF 400.300.10.16
h. Ikatan Angin Atas (L_A) = L 200.200.20
i. Ikatan Angin Bawah (L_B) = L 200.200.20
23
BAB 3
BAGAN ALIR
PERENCANAAN
BAB 3
BAGAN ALIR PERENCANAAN
Survey Data
Desain Awal:
Penentuan:
Type struktur
Bahan struktur
Data Umum Jembatan
Data Teknis Jembatan
Hitungan awal
Penentuan Desain
Penentuan:
Desain Struktur
Penentuan Profil
Perhitungan Beban
Modifikasi
Tidak
Analisis SAP 2000
OK
Desain Akhir:
Penentuan:
Modifikasi akhir
Model struktur akhir
Hitungan akhir
Gambar
24
BAB 4
PERMODELAN
BAB 4
PEMODELAN
25
2. klik kanan pada mouse lalu pilih Edit Grid Data Modify/Show System.
Kemudian pada X Grid Data isikan sesuai bentang truss persegmen
panjangnya pada kolom Ordinate. Untuk Z Grid Data diisi sesuai data
ketinggian truss tersebut pada kolom Ordinate. Sedangkan untuk Ordinate
pada Y Grid Data diisi sesuai dengan data lebar jembatan (sesuai gambar).
Kemudian pilih OK dan OK lagi.
Pilih Add New Material untuk memasukkan material yang akan dipakai
26
Gambar 4.5 Kotak dialog Define Materials
Mengisi format sesuai dengan material yang dipilih pada gambar OK
27
Gambar 4.8 Kotak dialog Add Frame Section Property
Setelah itu, mengisi section name beserta dimensi sesuai dengan profil
baja yang dipakai, lalu OK.
Gambar 4.9 Kotak dialog Frame Properties dan I/Wide Flange Section
5. Menginput data slab jembatan yang digunakan yaitu:
Pilih Define Area Sections
28
Mengisi Section Name, Type, Material dan Thickness, lalu OK.
6. Mulai menggambar model struktur jembatan truss pada grid yang telah dibuat
dengan cara pilih Draw Frame/Cable Element. Penggambaran dilakukan
sesuai denah rangka yang telah dibuat sebelumnya. Metode penggambaran
yaitu terputus tiap segmennya pada tiap – tiap joint sambungan sesuai dengan
penempatan masing – masing nama batangnya.
29
Gambar 4.13 Tampak atas
Klik kiri kemudian pilih menu xz untuk menggambar tampak samping.
Pilih Draw Frame/Cable Element lalu pilih Section sesuai dengan profil
yang dipakai.
30
8. Setelah itu dipasangi tumpuan pada masing – masing ujung dari struktur
truasnya, yaitu berupa tumpuan sendi dan rol
Klik terlebih dahulu titik yang akan dipasangi tumpuan sendi (ujung kiri
truss)
Kemudian pilih Assign Joint Restraints
31
Gambar 4.18 Kotak dialog Display Options For Active Window
32
Akan muncul nilai periode seperti gambar dibawah ini: nilai periode harus
berkisar antara 0,3 - 0,8 jika tidak lakukan modify pada material
11. Untuk memperoleh nilai berat sendiri jembatan, maka pilih Display Show
Tables. Kemudian pada Other Defenitions pilih Table ; Group 3 – masses
and weight OK. Setelah itu klik lock/unlock model untuk membatalkan
proses Running guna
Pilih Menu Load Patterns. Isikan nama beban pada Load Pattern
Name misal : LIVE, Pilih LIVE pada type untuk mendefinisikan beban
hidup. Selanjutnya Klik tombol Add New Load Pattern lalu klik OK
33
Gambar 4.23 Input tipe pembebanan
34
Gambar 4.25 Kotak dialog Area Uniform Loads
15. Memasukan beban lajur akibat beban kendaraan lalu lintas rencana pada
gelagar memanjang.
a. Beban lajur merata (Q) pada gelagar memanjang
Gelagar memanjang jembatan terlebih dahulu di blok.
Kemudian Assign Frame Load Distributed
Masukan nilai beban hidup (Live) merata = 13,1 kN/m2 OK
35
Gambar 4.27 Kotak dialog Joint Force
36
Pada kolom Force Global X masukan nilai beban hidup (Live) terpusat =
6,25 kN OK
16. Beban terpusat horisontal akibat beban angin pada joint truss jembatan
(bidang samping)
Klik joint pada truss yang akan diberikan beban horisontal akibat gaya
tekan dan hisap
Kemudian Assign Joint Loads Forces
37
Gambar 4.32 Tampak distribusi beban angin hisap dan tekan
17. Memasukan beban gempa statik ekivalen pada pusat massa (diafraghma) slab
lantai jembatan
Terlebih dahulu membuat diafraghma pada lantai jembatan dengan cara
blok seluruh gelagar dan lantai jembatan kemudian Assign Joint
Constraints
38
Gambar 4.35 Kotak dialog Assign/Define Constrains
Ulangi cara yang sama untuk EQy, Pada kolom FY di isikan nilai beban
gempa lateral arah Y sebesar 5449,2698 kN lalu OK.
18. Memasukan beban ultimit kombinasi dari semua beban yang bekerja secara
besaramaan dengan kombunasi sebagai berikut:
Comb 1 : 1,4DL
Comb 2 : 1,2DL + 1,6LL
Comb 3 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 4 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 5 : 1,2DL + 1LL – 1EQX + 0,3EQY
Comb 6 : 1,2DL + 1LL – 1EQX – 0,3EQY
Comb 7 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY
Comb 8 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX - 1EQY
Pilih Define Combinations Add New Combo
39
Masukan kombinasi beban tersebut satu persatu sesuai kode kombinasinya
lalu OK
40
Pilih Select Select Properties Frame Sections kemudian pilih
GP OK. Maka semua batang Gelagar Memanjang (GP) IWF
800.300.16.30 akan terblok secara otomatis.
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output
41
Gambar 4.41 Kotak dialog Element Forces-Frame
Kemudian di Ms. Excel data tersebut diolah untuk memproleh nilai
Momen M3 (Mu+ dan Mu-), Gaya Geser V2 (Vu+ dan Vu-), serta Gaya
Aksial P (Pu+ dan Pu-).
22. Mencari nilai lendutan (displacement) di tengah bentang (1/2 L) maupun di
seperempat bentang kiri dan kanan jembatan.
Klok joint pada gelagar ditengah bentang untuk mendapatkan nilai
lendutan ½ L
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output
Displacement OK
42
4.2 OUTPUT SAP 2000
43
BAB 5
PERHITUNGAN
PEMBEBANAN
BAB 5
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
43
Tabel 5.1 penampang profil baja IWF 400.400.45.70
44
Tabel 5.5 penampang profil baja IWF 200.200.20
5.2 PEMBEBANAN
Perhitungan pembebanan berdasarkan SNI 1725 : 2016 “Pembebanan Untuk
Jembatan”, sedangkan untuk beban gempa berdasarkan SNI 2833 : 2016
“Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa”.
1. Beban Mati Tambahan (DL)
Beban mati adalah beban yang terdiri dari berat masing – masing bagian
struktural dan elemen – elemen non-struktural,beban mati yang berasal dari
bagian jembatan yang sifatnya tetap disebut beban mati berat sendiri, sedangkan
beban mati yang berasal dari bagian jembatan yang sifatnya bisa dihilangkan atau
sementara disebut beban mati tambahan.
Pada program SAP 2000, berat sendiri struktur sudah diperhitungkan secara
otomatis, sehingga tidak perlu melakukan input beban ke SAP. Beban mati
tambahan, nilainya ditentukan tergantung dari jenis material yang digunakan dan
beban mati tambahan harus diinput secara manual ke dalam program SAP 2000.
Perhitungan beban mati tambahan jembatan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:
Tabel 5.8 Perhitungan Beban Mati Tambahan
No Jenis Beban Mati Tebal Bj W
Tambahan (m) (kN/m³) (kN/m²)
1 Lap. Aspal & overlay 0,05 22 1,10
2 Railing, light, dll 0,1 0,10
3 Air Hujan 0,05 10 0,50
Q DL pada lantai jembatan 1,70
4 Trotoar 0,2 22 4,4
Q DL pada lantai trotoar 4,4
45
(Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan Untuk Jembatan.)
46
= 6,750 x 1,4 = 9,45 kN/m
P TD = (1 + DLA) p . s
= (1 + 0,4) 49 x 1,4 = 94,325 kN
b. Beban kendaraan
Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban pejalan kaki dan beban
bergerak (kendaraan). Beban kendaraan yang diperhitungkan adalah truk Sesuai
SNI 1725-2016 pasal 8.4.1 seperti ditunjukan pada gambar 5.3.
47
c. Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam
arah memanjang, dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m di atas lantai jembatan.
Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan:
H TB = 250 untuk L ≤ 80 m
H TB = 250 + 2,5 (L – 80) untuk 80 m < L < 180 m
H TB = 500 untuk L ≥ 180 m
48
Untuk A > 100 m2 q =2 kPa
Panjang bentang, L = 60 m
Lebar trotoar, bt =1 m
Luas bidang trotoar, A = bt x L = 1 x 60 = 60 m²
Beban pada trotoar, Qp = 5 – 0,033 x (A - 10 )
= 5 – 0,033 x (60 - 10)
= 3,350 kN/m2
3. Beban Angin (EW)
Tekanan angin yang diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan
kecepatan dasar (VB) sebesar 90 hingga 126 km/jam. Beban angin harus
diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan yang terekspos oleh
angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua komponen,
termasuk sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus terhadap arah angin.
Arah ini harus divariasikan untuk mendapatkan pengaruh yang paling berbahaya
terhadap struktur jembatan atau komponen-komponennya. (Sumber : SNI 1725-
2016 Pasal 9.6 Hal 55).
Perencanaan dapat menggunakan kecepatan rencana dasar yang berbeda
untuk kombinasi pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang
bekerja pada kendaraan. Arah angin rencana harus diasumsikan horizontal.
Tekanan angin rencana dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
V
( )
2
P D=P DZ
V
B
B
Dengan,
PB = tekanan angin dasar
Tabel 5.8 Tekanan angin dasar
Komponen bangunan
Angin tekan (Mpa) Angin Hisap (Mpa)
atas
Rangka, kolom, dan
0,0024 0,0012
pelengkung
Balok 0,0024 N/A
Premukaan datar 0,0019 N/A
(Sumber : SNI 1725-2016 Pasal 9.6 Hal 56).
Tabel 5.9 Nilai Vo dan Zo untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Kondisi Lahan Sub Urban Kota
49
Terbuka
Vo
(km/jam 13,2 17,6 19,3
)
Zo (mm) 70 1000 2500
(Sumber : SNI 1725-2016 Pasal 9.6 Hal 56).
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
VDZ
=2,5 V V L Z
V
O
Z ( ) 10
B
n
Vo = 13,2 km/jam
Zo = 70 mm
=163,74 km/jam
(V )
2
Vdz
Bx
PD = B
( )
2
163,74
0,0024 x
= 90
= 0,008 kN/mm
= 8 kN/m > 4,4 kN/m
2) Angin Hisap
( )
2
VDZ
PD = PB
VB
= 0,0012 (
90 )
2
167,74
50
= 0,004 kN/mm
51
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respons
Wt : Berat total struktur (kN)
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan jembatan
terhadap beban gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa secara statik
ekivalen.
Lokasi = Tarakan
Jenis Tanah = Tanah Lunak (SE)
a. Menentukan parameter percepatan gempa
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
PGA = 0,2 g 1,2 – 1,5
Respon spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar (Ss)
Ss = 0,3 g >3
Respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar (S1)
S1 = 0,1 g 1,5 – 2,0
b. Menentukan faktor situs
Fakor amplifikasi untuk PGA dan periode 0,2 detik
Tabel 5.10 Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0,2 detik (FPGA/Fa)
PGA ≤ PGA = PGA = PGA = PGA >
Kelas Situs 0,1 Ss ≤ 0,2 Ss = 0,3 Ss 0,4 Ss = 0,5 Ss ≥
0,25 0,5 = 0,75 1,0 1,25
Batuan Keras (SA) 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Batuan (SB) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Tanah Keras (SC) 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
Tanah Sedang (SD) 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
Tanah Lunak (SE) 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS
Catatan : Untuk nilai-nilai antara dapat dilakukan interpolasi linier
(Sumber : SNI 2833-2016 tetang perancangan jembatan terhadap beban gempa)
Tabel 5.11 Besarnya nilai faktor amplifikasi untuk periode 1 detik (Fv)
S1 ≥
Kelas Situs S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4
0,5
52
Batuan Keras (SA) 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Batuan (SB) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Tanah Keras (SC) 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
Tanah Sedang (SD) 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
Tanah Lunak (SE) 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS
Catatan : Untuk nilai-nilai antara dapat dilakukan interpolasi linier
(Sumber : SNI 2833-2016 tetang perancangan jembatan terhadap beban gempa)
FPGA = 1,7
Fa = 1,7
Fakor amplifikasi untuk periode 1 detik
Fv = 3,5
c. Gempa statik ekivalen
As = FPGA x PGA = 1,7 x 0,2 = 0,34 g
SDS = Fa x Ss = 1,7 x 0,3 = 0,5338 g
SD1 = Fv x S1 = 3,5 x 0,1 = 0,3605 g
Waktu getar alami struktur (T)
Ts = SD1/ SDS = 0,3605 / 0,5338 = 0,675347 s
T0 = 0,2 Ts = 0,2 x 0,675347 = 0,135069 s
Periode alami dari SAP 2000 (T) = 0,28727s (To ≤ T ≤ Ts)
Ketentuan:
Jika T < To , maka Csm = (SDS – As) (T/To) + As
To ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS
Jika T > TS, maka Csm = SD1/T
Koefisien respon gempa elastik (Csm)
Karena To = 0,13507 s ≤ T = 0,77136 s ≤ Ts = 0,675347 s
maka:
Csm = SDs = 1,254916977 g
Berat struktur (Wt)
Wt = c kN
Tabel 5.12 Faktor modifikasi respon (R) untuk bangunan bawah
Kategori Kepentingan
Bangunan Bawah
Sangat Penting Penting Lainnya
Pilar tipe dinding 1,5 1,5 2
53
Tiang/kolom beton
bertulang
Tiang vertikal 1,5 2,0 3,0
Tiang miring 1,5 1,5 2,0
Kolom Tunggal 1,5 2,0 3,0
Tiang baja dan komposit
Tiang vertikal 1,5 3,5 5,0
Tiang miring 1,5 2,0 3,0
Kolom majemuk 1,5 3,5 5,0
(Sumber : SNI-1726-2012 tentang Faktor modifikasi respons (R))
Faktor modifikasi respon (R)
R = 1,5
Beban gempa statik ekivalen pada sruktur (EQ)
EQ = (Csm/R) Wt
= (1,254916977 / 1,5) 7906,33
= 6614,525162 kN
3 1,2DL + 1LL + Beban mati berat sendiri (DL) + Beban Hidup (LL)
1EQX + 0,3EQY + Beban gempa arah sumbu-x (EQX) + Beban
gempa arah sumbu-y (EQY)
4 1,2DL + 1LL + Beban mati berat sendiri (DL) + Beban Hidup (LL)
1EQX + 0,3EQY + Beban gempa arah sumbu-x (EQX) + Beban
gempa arah sumbu-y (EQY)
5 1,2DL + 1LL – Beban mati berat sendiri (DL) + Beban Hidup (LL)
- Beban gempa arah sumbu-x (EQX) + Beban
54
1EQX + 0,3EQY gempa arah sumbu-y (EQY)
6 1,2DL + 1LL – Beban mati berat sendiri (DL) + Beban Hidup (LL)
1EQX – 0,3EQY - Beban gempa arah sumbu-x (EQX) - Beban
gempa arah sumbu-y (EQY)
7 1,2DL + 1LL + Beban mati berat sendiri (DL) + Beban Hidup (LL)
0,3EQX + 1EQY + Beban gempa arah sumbu-x (EQX) + Beban
gempa arah sumbu-y (EQY)
8 1,2DL + 1LL + Beban mati berat sendiri (DL) + Beban Hidup (LL)
0,3EQX - 1EQY + Beban gempa arah sumbu-x (EQX) - Beban
gempa arah sumbu-y (EQY)
55
BAB 6
ANALISIS PERHITUNGAN
DAN PEMBAHASAN
BAB 6
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Sumbu x (λx) = KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 5024,9378
= ¿ ¿
197
Sumbu y (λx) = KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 5024,9378
=
111
= 35,13513514 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
57
400 665
λw= ≤ λr =
45 √ 37 0
8,888889 ≤ 34,57170379 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1 3
J = xbf . tf
3
= 7953500 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 377600000000E+13mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 1832,594271 Mpa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 5,6910E-05 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 8479500 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 3137415000 Nmm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 4542,027741 mm
fl = Fy – Fr
= 300 Mpa
58
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 1,2639E+03 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
G. Menentukan Kuat Lentur Plastis Mp
12,5 Mmax
Cb =
2,5 M max +¿ 3 Ma+ 4 Mb+3 Mc ¿
Mr = Sx x (fy-fr)
= 360000000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= -3,0791E+09 Nmm ≤ 3137415000
∅ Mn = 2.82375+09 Nmm
h
tw
≤2.24
E
fy√
8.888889 ≤ 52.07894216 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 18000 mm2
Vn = 3996000 N
∅ Vn = 3596400 N
Vu ≤ ∅ Mn
59
29,026 ≤ 3596,4 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,481280033
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,119336646
1,6−0,67 λc
Maka ω = 0,289538088
= 9841,08,8698 N
Nu ≤ ∅ Nn
= 256443,3 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
60
Karena nilai b/h > = 0,9
Tn = 261988,02
Pu < Tn
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 5000
= 197
= 14.3707483 < 200
Sumbu y (λx)
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 5000
=
111
= 61,58892128 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
62
5,392857 ≤ 12,99688112 “KOMPAK”
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
498 665
λw= ≤ λr =
45 √ 240
5,392857 > 34,57170379 “TAK KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1 3
J = xb t
3
= 750412 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 1,61658E+13 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 19003,25496 MPa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 6.2436E-03 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 4155940 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 1537697800 Nmm
63
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 2807,054982 mm
fl = Fy – Fr
= 300 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 2,1608E+04 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
Mr = Sx x (fy-fr)
= 2010000000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 767408913,7 ≤ 1537697800 Nmm
∅ Mn = 1,3839E+09 Nmm
h
tw
≤2.24
E
fy√
1362,649 ≤ 1383,92802 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
64
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 10620 mm2
Vn = 2357640 N
∅ Vn = 2121876 N
Vu ≤ ∅ Mn
686,154 ≤ 2121,876 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,843643207
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,381964234
1,6−0,67 λc
Maka ω = 0,889667325
= 113786352,7 N
Nu ≤ ∅ Nn
0 ≤ 102407717,4 “AMAN”
65
Batas leleh ∅ Tn = ∅ ag fy
= 91108800 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 93078720
Pu < Tn
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 14,37075
= 197
= 14,3707483 < 200
Sumbu y (λx)
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 61,58892
=
111
= 61,58892128 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
67
D. Cek Kekompakan Batang
Flens
bf 250
λf = ≤ λr =
2 tf √ fy
432 250
λf = ≤ λr =
2 x 70 √ 240
5,392857 ≤ 12,99688112 “KOMPAK”
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
394 665
λw= ≤ λr =
45 √ 240
47,2 ≤ 34,57170379 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1
J = xb t 3
3
= 750412 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 1,61658E+13 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 19003,25496 MPa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 6,2436E-03 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 4155940 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 1537697800 Nmm
68
F. Menentukan Kuat Nominal Penampang Dengan Pengaruh Tekuk
Lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau panjang
L = 6500 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
=2807,054982 mm
fl = Fy – Fr
= 300 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 2,1508e+04 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
Mr = Sx x (fy-fr)
= 2010000000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 767408913,7 ≤ 1537697800 Nmm
∅ Mn = 1,3839E+09 Nmm
69
Ketebalan minimum web
h
tw
≤2.24
E
√
fy
47,2 ≤ 52,77642799 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 10620 mm2
Vn = 3227040 N
∅ Vn = 2121876 N
Vu ≤ ∅ Mn
686,154 ≤ 2121,876 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,843643207
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,381964234
1,6−0,67 λc
Maka ω = 0,889667325
70
= 437381,7195 N
Nu ≤ ∅ Nn
0 ≤ 102407717,4 “AMAN”
= 91108800 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 93078720
Pu < Tn
71
Kuat tarik baja (Fu) = 420 Mpa
Elastisitas baja = 200000 Mpa
Angka Poison = 0,3
h = 450 mm
bf = 300 mm
tw = 11 mm
tf = 18 mm
A = 881,5 x 10 ^ 2
= 157400 mm2
G = 80000 Mpa
d = h – (tf x 2)
= 336 – (12 x 2)
= 312
W = 124 kg/m
lx = 56100000 cm4
ly = 8110000 cm4
rx = 189 mm
ry = 71,8 mm
L = 6000 mm
Sx = 2550000 mm3
Sy = 54100 mm3
L jembatan = 35000 mm
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 5000
= 145
= 20,63492063 < 200
Sumbu y (λx)
72
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 5000
=
59,2
= 54,31754875 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
336 665
λw= ≤ λr =
8 √ 240
40,90909091 ≤ 87,33904114 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1 3
J = xb t
3
= 194478 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 4,11E+12 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 19279,34565 MPa
73
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 5,4398E-03 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 1861461 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 688740570 Nmm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 2937,996323 mm
fl = Fy – Fr
= 300 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 22200,50 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “MENENGAH”
Mr = Sx x (fy-fr)
= 7650000000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
74
=1,6476E+08 ≤ 688740570 Nmm
∅ Mn = 1,6476E+08 Nmm
h
tw
≤2.24
E
fy√
40,90909 ≤ 52,07894216 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 4950 mm2
Vn = 1098900 N
∅ Vn = 989010 N
Vu ≤ ∅ Mn
7,857 ≤ 989,01 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,744040162
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
75
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,29823783
1,6−0,67 λc
Maka ω = 1,29823783
= 44859268,98 N
Nu ≤ ∅ Nn
0 ≤ 40373342,08 “AMAN”
= 52414200 N
Tu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 253547480
Pu < Tn
76
Pu max = 485,429
Vu min = 28,741
Vu max = 28,738
Mu min = 106,8151
Mu max = 104,1212
77
Sumbu x (λx)
= KL
rx ( ) ≤ 200
0,65 x 9434
= 197
= 31,12741117 < 200
Sumbu y (λx)
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 9434
=
111
= 55,24414414 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
498 665
λw= ≤ λr =
45 √ 240
11,066 ≤ 42,92556542 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
78
1 3
J = xb t
3
= 49392000 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 5,85289E+13 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 45668,36757 MPa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 2,2873E-06 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 2,2873E-06 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 3452295600 Nmm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 5639,557429 mm
fl = Fy – Fr
= 170 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 42512 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
G. Menentukan Kuat Lentur Plastis Mp
12,5 Mmax
Cb =
2,5 M max +¿ 3 Ma+ 4 Mb+3 Mc ¿
79
0,987733426 ≤ 2,3 “AMAN”
Mr = Sx x (fy-fr)
= 2040000000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 2970680224 ≤ 3452295600 Nmm
∅ Mn = 3107066040 Nmm
h
tw
≤2.24
E
fy√
11,0667 ≤ 64,663 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 22410 mm2
Vn = 3227040 N
∅ Vn = 2904336 N
Vu ≤ ∅ Mn
0,613 ≤ 2904,336 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
80
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,609462831
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,200006811
1,6−0,67 λc
Maka ω = 0,464306178
= 39806491,65 N
Nu ≤ ∅ Nn
= 16634160 N
Tu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 23079897
Pu < Tn
81
6.1.6 Batang Diagonal Tegak (BD_T)
A. Output Gaya dalam sap 2000
Profil IWF 498.432.45.70
Pu min = 82,11
Pu max = 3748,129
Vu min =0
Vu max =0
Mu min =0
Mu max =0
82
Sx = 120000000 mm3
Sy = 437000 mm3
L jembatan = 60000 mm
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 8000
= 197
= 26,39593909 < 200
Sumbu y (λx)
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 8000
=
111
= 46,84684685 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
83
250 665
λw= ≤ λr =
35 √ 240
11,066667 ≤ 42,925 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1 3
J = xb t
3
= 49392000 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 5,85289E+13 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 45668,36757 MPa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 2,2873E-06 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 14384565 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 3452295600 Nmm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 5639,557429 mm
fl = Fy – Fr
= 170 Mpa
84
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 42512 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
G. Menentukan Kuat Lentur Plastis Mp
12,5 Mmax
Cb =
2,5 M max +¿ 3 Ma+ 4 Mb+3 Mc ¿
0 ≤ 2,3 “AMAN”
Mr = Sx x (fy-fr)
= 204000000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 0 Nmm
∅ Mn = 3107066040 Nmm
h
tw
≤2.24
E
√
fy
11,0667 ≤ 64,6632 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 22410 mm2
Vn = 3227040 N
∅ Vn = 2904336 N
85
Vu ≤ ∅ Mn
0,613 ≤ 2904,336 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,516822413
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,140597385
1,6−0,67 λc
Maka ω = 0,333881759
= 55356123,87 N
Nu ≤ ∅ Nn
= 16634160 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
86
Karena nilai b/h > = 0,9
Tn = 23079897
Pu < Tn
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 9000
= 131
= 44,65648855 < 200
Sumbu y (λx)
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 9000
=
75,1
= 77,89613848 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1 3
J = xb t
3
= 337500 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 1,51875E+12 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 13137,75793 MPa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 2,2835E-04 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 1464750 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 351540000 Nmm
89
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 3815,592459 mm
fl = Fy – Fr
= 170 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 11249 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
G. Menentukan Kuat Lentur Plastis Mp
12,5 Mmax
Cb =
2,5 M max +¿ 3 Ma+ 4 Mb+3 Mc ¿
Mr = Sx x (fy-fr)
= 231200000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 1958196467 ≤ 351540000 Nmm
∅ Mn = 316386000 Nmm
h
tw
≤2.24
√
E
fy
30 ≤ 64,6632 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
90
Aw = tw x h
= 3000 mm2
Vn = 432000 N
∅ Vn = 388800 N
Vu ≤ ∅ Mn
0,613 ≤ 388,8 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 0,8593635
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 1,396175615
1,6−0,67 λc
Maka ω = 0,923132032
= 3114614,052 N
Nu ≤ ∅ Nn
91
= 2587680 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 3590406
Pu < Tn
92
A = 417,4 x 10^ 2
= 4174 mm2
G = 80000 Mpa
d = h – (tf x 2)
= 150 – (15 x 2)
= 120
W = 33,6 kg/m
lx = 1410000 cm4
ly = 365000 cm4
rx = 57,5 mm
ry = 29,2 mm
L = 6730 mm
Sx = 82600 mm3
Sy = 82600 mm3
L jembatan = 60000 mm
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 6730
= 57,5
= 76,07826087 < 200
Sumbu y (λx)
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 6730
=
29,2
= 149,8116438 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
93
D. Cek Kekompakan Batang
Flens
bf 250
λf = ≤ λr =
2 tf √ fy
150 250
λf = ≤ λr =
2 x 15 √ 240
5 ≤ 16,1374 “KOMPAK”
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
150 665
λw= ≤ λr =
15 √ 240
10 ≤ 42,925 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1 3
J = xb t
3
= 168750 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 20531250000 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 90284,44486 MPa
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 8,4232E-07 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 357750 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
94
= 85860000 Nmm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1483,559252 mm
fl = Fy – Fr
= 170 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 21997 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
G. Menentukan Kuat Lentur Plastis Mp
12,5 Mmax
Cb =
2,5 M max +¿ 3 Ma+ 4 Mb+3 Mc ¿
Mr = Sx x (fy-fr)
= 14042000
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 4`523916 ≤ 85860000 Nmm
∅ Mn = 77274000 Nmm
h
tw
≤2.24
E
√
fy
10 ≤ 64,6632 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 2250 mm2
Vn = 324000 N
∅ Vn = 291600 N
Vu ≤ ∅ Mn
0,613 ≤ 291,6 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 1,652747635
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 2,902615713
1,6−0,67 λc
Maka ω = 3,414468431
= 293386,8098 N
96
Nu ≤ ∅ Nn
= 901584 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 1250947,8
Pu < Tn
97
Elastisitas baja = 200000 Mpa
Angka Poison = 0,3
h = 250 mm
bf = 250 mm
tw = 35 mm
tf = 35 mm
A = 162,6 x 10^ 2
= 16260 mm2
G = 80000 Mpa
d = h – (tf x 2)
= 250 – (35 x 2)
= 180
W = 126 kg/m
lx = 14400000 cm4
ly = 3790000 cm4
rx = 94,2 mm
ry = 48,3 mm
L = 10300 mm
Sx = 519000 mm3
Sy = 519000 mm3
L jembatan = 60000 mm
= KL
rx( ) ≤ 200
0,65 x 10300
= 94,2
= 71,07218684 < 200
Sumbu y (λx)
98
= KL
ry( ) ≤ 200
0,65 x 10300
=
48,3
= 138,6128364 < 200
(λy)>(λx), Maka perhitungan di lakukan pada sumbu Y
Web
h 665
λw= ≤ λr =
tw √ fy
250 665
λw= ≤ λr =
35 √ 240
7,1428 ≤ 42,925 “KOMPAK”
E. Kontrol Lentur
Menentukan batasan momen plastik (MP)
1
J = xb t 3
3
= 3572916,667 mm4
1 2
Lw = xiy h
4
= 5,92188E+11 mm6
X1 =
π
sx √ EGJA
2
= 130496,6078 MPa
99
( ) x IwIy
2
Sx
X2 =4x
GJ
= 2,0606E-07 mm2 / N
1 2
Zx = btf ( d−tf ) + tw ( d−2 tf )
4
= 2164750 mm3
Mn = Mp = Fy x Zx
= 519540000 Nmm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 2453,9695 mm
fl = Fy – Fr
= 170 Mpa
Lr = ry ( XfI1 ) √ 1+ √1+2 xf I 2
= 52473 mm
Jadi, Lp<L<Lr, termasuk bentang menengah “TIDAK MENENGAH”
Mr = Sx x (fy-fr)
= 88230000
100
Mn [
=cb Mp−( Mp−Mr ) ( Lr−Lp
L−Lp
)] ≤ Mp
= 92846388 ≤ 519540000 Nmm
∅ Mn = 467586000 Nmm
h
tw
≤2.24
E
√
fy
7,14286 ≤ 64,6632 “AMAN”
Maka kuat geser nominal
= 0,6 fyAw
Aw = tw x h
= 8750 mm2
Vn = 1260000 N
∅ Vn = 1134000 N
Vu ≤ ∅ Mn
0,613 ≤ 1134 “AMAN”
I. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
λcy=
√
LK fy
πry E
= 1,52920048
Untuk λc ≤ 0,25 = 1
101
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 = = 2,485073576
1,6−0,67 λc
Maka ω = 2,923067633
= 1335035,822 N
Nu ≤ ∅ Nn
0 ≤ 1201532,24 “AMAN”
= 3512160 N
Pu < ∅ Tn
Batas Putus Tn = ∅ An U Fu
Tn = 4873122
Pu < Tn
Penampang Pu Vu Mu
102
Max Min Max Min Max Min
Joint 1 458,429 5694,354 28,738 28,741 104,1212 106,8151
Joint 2 485,429 5694,354 28,738 28,741 104,1212 106,8151
Joint 3 485,429 5694,354 28,738 28,741 104,1212 106,8151
3748,12
Joint 4 82,11 0 0 0 0
9
3748,12
Joint 5 82,11 0 0 0 0
9
3748,12
Joint 6 82,11 0 0 0 0
9
103
Faktor reduksi kekuatan geser baut ff = 0,75
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 2
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= 491,0714286 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 406607,1429 N
Tahanan geser 1 baut = fr x Vn
= 304955,3571 N
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 22 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 290400 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 0,75 x 316800
= 217800 N
D. JUMLAH BAUT
Jumlah baut n = Pu / Vd
= 19
N/100 = 19 Baut
Jumlah baris = 2 Baut
104
Jadi
6,6 ≤ S ≤ 15 cm
3,3 ≤ S1 ≤ 14 cm
2,75 ≤ S2 ≤ 12 cm
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 2
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= ¼ x 3,14 x 22²
105
= 491,07142 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 406607,1429 N
Tahanan geser 1 baut = fr x Vn
= 304955,2571 N
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 25 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 330000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 247500 N
D. JUMLAH BAUT
Jumlah baut n = Pu / Vd
=0
=2
Jumlah baris = 2 Baut
106
Momen akibat beban terfaktor Mu = 106815 mm
Gaya geser akibat beban terfaktor Vu = 28738 N
Gaya aksial akbat beban terfaktor Pu = 5694354 N
Eksentrisitas sambungan e = 110 mm
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 3
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= 491,0714286
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 609910,7143 N
Tahanan geser 1 baut = fr x Vn
= 457433,0357 N
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 25 mm
107
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 330000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 247500 N
D. JUMLAH BAUT
Jumlah baut n = Pu / Vd
= 12
= 13 Baut
Jumlah baris = 2 Baut
108
Lebar plat sambungan pada sayap lp = 220 mm
Tebal plat sambungan pada sayap tpf = 10 mm
Faktor reduksi kekuatan tarik atau lentur plat f = 0,9
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 3
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= 491,0714286 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 609910,7143 N
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 25 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 330000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 0,75 x 330000
= 247500 N
D. JUMLAH BAUT
109
Jumlah baut n = Pu / Vd
= 12 Baut
Jumlah baris = 2 Baut
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 4
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= 491,0714286 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 813214,2857 N
Tahanan geser 1 baut = fr x Vn
= 609910,7143 N
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 25 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 330000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 0,75 x 330000
= 247500 N
D. JUMLAH BAUT
Jumlah baut n = Pu / Vd
= 6,1453
= 7 Baut
Jumlah baris = 2 Baut
111
= (7600 – 2 x 24,2) x 10
= 7050
Kuat Rencana ɸ Rn = ɸ x 0,6 x fu x Anv
= 17444875 N
Karena 2 siku maka : 2ɸ Rn ≥ pu
3489750 ≥ 1,263E-12 “AMAN”
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 5
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
112
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= 491,0714286 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 1016517,857 N
Tahanan geser 1 baut = fr x Vn
= 762388,3929 N
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 25 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 330000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 0,75 x 290400
= 247500 N
D. JUMLAH BAUT
Jumlah baut n = Pu / Vd
=7
N/100 = 8 Baut
Jumlah baris = 2 Baut
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan (SNI 1729:2015)
Tabel J3.4M hal 128
Jarak Antar AS Baut 3d ≤ S ≤ 15 tp
1,5d ≤ S1 ≤ (4tp + 100) atau 200mm
1,25d ≤ S2 ≤ 12 tp atau 150 mm
Jadi
7,5 ≤ S ≤ 15 cm
3,75 ≤ S1 ≤ 14 cm
3,125 ≤ S2 ≤ 12 cm
113
6.2.6 Joint 6 (BD_M GP_A BD_T)
A. SAMBUNGAN PADA BATANG DIAGONAL
BEBAN PADA SAMBUNGAN BEBAN SAMBUNGAN
Momen akibat beban terfaktor Mu =0 mm
Gaya geser akibat beban terfaktor Vu =0 N
Gaya aksial akbat beban terfaktor Pu = 3748129 N
Eksentrisitas sambungan e = 110 mm
B. TERHADAP GESER
Kondisi sambungan baut geser ganda, maka nilai m = 5
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= 491,0714286 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 1016517,857 N
Tahanan geser 1 baut = fr x Vn
= 762388,3929N
114
C. TERHADAP TUMPU
Diameter baut d = 25 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 330000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 0,75 x 330000
= 247500 N
D. JUMLAH BAUT
Jumlah baut n = Pu / Vd
= 4,916298615
=5
Jumlah baris = 2 Baut
115
BAB 7
PENUTUP
BAB 7
PENUTUP
g.1 KESIMPULAN
1. Pada tugas besar Analisis Struktur Jembatan, melaksanakan perencanaan
jembatan rangka baja atau biasa disebut dengan jembatan Warren Truss.
2. Perencanaan jembatan rangka baja diawali dengan mendesain atau
menggambar jembatan yang akan direncanakan. Setelah itu melaksanakan
perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
a. Penentuan rangka baja sesuai berdasarkan tabel profil baja.
b. Perhitungan pembebanan pada jembatan:
1. Beban mati pada jembatan.
2. Beban hidup pada jembatan.
3. Beban angina pada jembatan.
4. Beban gempa pada jembatan.
c. Perhitungan kelangsingan dan kekompakan batang.
d. Perhitungan kontrol lentur dankontrol kuat geser.
e. Perhitungan parameter kelangsingan.
f. Perhitungan tahanan nominal tekan dan tahanan nominal tarik.
g. Perhitungan baut tiap joint
3. Dari analisis perhitungan tersebut dilakukan rekapitulasi data-data pada
jembatan sebagai berikut:
A. Spesifikasi jembatan
1. Jenis jembatan : Throught Baltimore Truss
2. Panjang total jembatan : 60 m
3. Lebar jembatan :9 m
4. Lebar lantai jembatan :7 m
5. Lebar lantai trotoar :1 m
6. Lebar segmen :5 m
7. Tinggi segmen :8 m
8. Tebal plat lantai : 0.2 m
114
B. Mutu bahan Baja
1. Berat jenis : BJ 37
2. Kuat leleh baja (fy) : 240 MPa
3. Kuat Tarik baja (fu) : 370 MPa
C. Jenis Profil Baja yang digunakan :
a. Gelagar Memanjang Atas (GP_A) = IWF 498.432.45.70
b. Gelagar Memanjang Bawah (GP_B) = IWF 498.432.45.70
c. Gelagar Melintang (GM) = IWF 498.432.45.70
d. Gelagar Memanjang Tengah (GPT) = IWF 336.249.08.12
e. Batang Diagonal Miring (BD_M) = IWF 498.432.45.70
f. Batang Diagonal Tegak (BD_T) = IWF 498.432.45.70
g. Bracing atas (BA) = IWF 300.300.10.15
h. Ikatan Angin Atas (L_A) = L 150.150.15
i. Ikatan Angin Bawah (L_B) = L 250.250.35
115
Berat struktur (Wt) = 7906,33 kN
E. Hasil Output Gaya Dalam SAP 2000
FRAME GAYA AKSIAL (Pu) GAYA GESER (Vu) MOMEN (Mu)
NO.
NAMA PROFIL Pu + Pu - Vu + Vu - Mu + Mu -
a. Gelagar Memanjang Atas (GP_A) IWF 498.432.45.70 2244,41 9271,55 0,00 0,00 0,00 0
b. Gelagar Memanjang Bawah (GP_B) IWF 498.432.45.70 0 0 0,00 0,00 0,00 0
c. Gelagar Melintang (GM) IWF 498.432.45.70 0 0 409,042 409,422 1371,5 23,532
d. Gelagar Memanjang Tengah (GPT) IWF 336.249.08.12 0 0 43,058 43,074 33,374 46,472
e. Batang Diagonal Miring (BD_M) IWF 498.432.45.70 485,429 5694,35 28,738 28,741 104,12 106,82
f. Batang Diagonal Tegak (BD_T) IWF 498.432.45.70 3748,13 82,11 0 0 0 0
g. Bracing atas (BA) IWF 300.300.10.15 15,1 15,2 8,042 8,041 20,419 15,842
h. Ikatan Angin Atas (L_A) L 150.150.15 13,991 16,077 1,885 1,885 2,546 2,3584
i. Ikatan Angin Bawah (L_B) L 250.250.35 0 0 47,658 47,662 38,531 46,019
Pu Vu Mu
Penampang
Max Min Max Min Max Min
Joint 1 458,429 5694,354 28,738 28,741 104,1212 106,8151
Joint 2 485,429 5694,354 28,738 28,741 104,1212 106,8151
Joint 3 485,429 5694,354 28,738 28,741 104,1212 106,8151
3748,12
Joint 4 82,11 0 0 0 0
9
3748,12
Joint 5 82,11 0 0 0 0
9
3748,12
Joint 6 82,11 0 0 0 0
9
G. Jumlah Baut
1. Joint 1 Gelagar Memanjang : 19 baut pada tiap sisi
2. Joint 2 Batang Diagonal : 13 baut pada tiap sisi
3. Joint 3 Batang Diagonal : 21 baut pada tiap sisi
4. Joint 4 Batang Diagonal : 16 baut pada tiap sisi
5. Joint 5 Batang Diagonal : 8 baut pada tiap sisi
6. Joint 6Batang Diagonal : 13 baut pada tiap sisi
116
g.2 SARAN
1. Proses pengerjaan perencanaan jembatan harus dilakukan secara teliti dan
hati-hati baik dalam mendesain, menentukan jenis rangka baja yang
digunakan, dan juga dalam perhitungannya.
2. Apabila setelah dengan teliti dan hati-hati dalam pengerjaan, namun masih
didapat bagian yang tidak aman. Maka dianjurkan untuk mengkaji ulang agar
didapatkan jembatan yang aman.
3. Penyusunnan laporan harus memperhatikan kaidah penulisan laporan serta
EYD, agar pembaca tidak kesulitan memahami.
117
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Putri Febrianty, Dwi. 2021. Tugas Besar Analisis Struktur Jembatan. Yogyakarta:
Universitas Teknologi Yogyakarta
LAMPIRAN