Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS OPTIMALISASI PENJADWALAN PADA PROYEK

DENGAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT

Studi Kasus Proyek Proyek Pembangunan Gedung


Student Center Politeknik Negeri Indramayu

TUGAS AKHIR

TITUS PATRIK WANANDI


5160811205

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISIS OPTIMALISASI PENJADWALAN PADA PROYEK DENGAN


MICROSOFT PROJECT
Studi Kasus Proyek Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik
Negeri Indramayu

Disusun oleh:
TITUS PATRIK WANANDI
5160811205
Telah dipertahankan di depan Dewan
Penguji pada 7 Mei 2021
Nama Jabatan Tanda Tanggal
tangan

Ir. Adwitya Bhaskara, S.T., M.T. Pembimbing


.................... ................

Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng. Penguji


.................... ................

Cahyo Dita Saputro, S.T., M.T. Penguji


.................... ................

Yogyakarta, ........................
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng.

NIK 110116081

ii
`

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Titus Patrik Wanandi

NIM : 5160811205

Program Studi : Teknik Sipil


Fakultas : Sains dan Teknologi

Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir dengan judul Analisis Optimalisasi Penjadwalan
Pada Proyek Dengan Program Microsoft Project Studi Kasus Proyek Proyek Pembangunan
Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu adalah hasil karya saya sendiri, tidak
mengandung plagiat dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang benar. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelanggaran seperti yang dinyatakan di atas, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, Mei 2021


Penulis

Titus Patrik Wanandi


5160811205

iii
`

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan
laporan tugas akhir ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat pencapaian
gelar Sarjana Teknik Sipil pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa, banyak bantuan dan bimbingan telah diterima
dari berbaagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bambang Moertono Setiawan, M.M., Akt.CA.,, selaku Rektor
Universitas Teknologi Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Endy Marlina, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta.
3. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil Universitas Teknologi Ygyakarta.
4. Bapak Ir. Danny Setiawan, S.T., M.Sc., selaku Dosen Wali Program Studi
Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.
5. Bapak Ir. Adwitya Bhaskara, S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir.
6. Bapak Cahyo Dita Saputro, S.T., M.T dan Bapak Algazt Aryad Masagala,
S.T., M. Eng, selaku dosen penguji Tugas Akhir.

7. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan moral, materi, semangat,


dan doa sehingga penyusunan tugas akhir ini berjalan dengan lancar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenang membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini
membawa manfaat bagi pengembang ilmu.
Yogyakarta, Agustus 2020

iv
Titus Patrik Wanandi
5160811205

v
`

ABSTRAK

Pelaksanaan proyek konstruksi sekarang banyak memanfaatkan teknologi baru, sumber daya
manusia dan material yang semakin banyak serta dana yang semakin besar. Pelaksanaan suatu
proyek konstruksi, membutuhkan suatu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian yang baik.
Perencanaan pengendalian biaya dan waktu merupakan bagian dari manajemen proyek konstruksi
secara keseluruhan. Pada penelitian ini penulis meninjau lokasi di kabupaten Indramayu yaitu pada
Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu.
Penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir dengan cara
mengambil data sekunder berupa laporan mingguan atau time schedule rencana dan time schedule
realisasi pelaksanaan. Selanjutnya metode perhitungan yang digunakan pada penelitian ini
perhitungan jumlah tenaga kerja pada setiap pekerjaan selanjutnya hasil perhitungan jumlah tenaga
tersebut digunakan untuk menghitung durasi proyek. Disini penulis melakukan perhitungan untuk
mengetahui durasi optimal pada proyek konstruksi tersebut dan nantinya dilakukan penjadwalan
dengan menggunakan metode Precedence Diagram Method (PDM) dengan bantuan software
Microsoft Project untuk mengetahui total durasi optimal proyek dan jumlah pekerjaan yang berada
pada jalur kritis pada setiap durasinya.
Hasil dari penelitian pada Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri
Indramayu menunjukan bahwa waktu rencana pada proyek tersebut untuk pekerjaan struktur
adalah 273 hari kalender. Tetapi setelah dilakukan evaluasi dengan menggunakan Analisis
Optimalisasi Penjadwalan Pada proyek Menggunakan Microsoft Project didapat durasi optimal
yaitu selama 303 hari kalender. Pada saat penjadwalan dengan software Microsoft Project didapat
jumlah jalur kritis untuk durasi optimal adalah 303 hari didapat 401 buah jalur kritis.

Kata kunci: durasi optimal, microsoft project, penjadwalan ulang, precedence diagram method
(PDM)

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3
1.3 TUJUAN PENELITIAN...............................................................................4
1.4 BATASAN MASALAH................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 PENELITIAN TERDAHULU.......................................................................5
2.1.1 Penelitian Mulyadi (2016)......................................................................5
2.1.2 Penelitian Aryo Andri Nugroho (2007).................................................6
2.1.3 Penelitian Elfira Safitri (2009)................................................................8
2.1.4 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu................................................8
BAB 3 LANDASAN TEORI............................................................................... .12
3.1 MANAJAMEN PROYEK.......................................................................... .12
3.2 METODE PENJADWALAN PROYEK.................................................... .13
3.2.1 Diagram Batang (Barchart)...................................................................13
3.2.2 Kurva S................................................................................................ .14
3.2.3 Metode Jalur Kritis (Critical Path Method)..........................................14
3.2.4 Presedence Diagram Method (PDM)....................................................16
3.3. PENGERTIAN PRODUKTIVITAS...............................................................17
3.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS........ .17
3.5 PENENTUAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA................................ .21
3.6 PENENTUAN INDEKS TENAGA KERJA.................................................. .21
3.7 PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA..............................................22
3.8 PROGRAM MICROSOFT PROJECT.........................................................23
BAB 4 METODE PENELITIAN......................................................................... .29
4.1 TINJAUAN UMUM................................................................................... .29
4.2 JENIS PENELITIAN.................................................................................. .29
4.3 SUBJEK DAN OBYEK PENELITIAN..................................................... .30
4.4 DATA PENELITIAN................................................................................. .31
4.4.1 Data Sekunder...................................................................................... .31
4.5 INSTRUMEN PENELITIAN..................................................................... .32
4.6 TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN.................................................... .33
4.6.1 Identifikasi Maslah............................................................................... .33
4.6.2 Pengumpulan Data............................................................................... .33
4.6.3 Kerangka Output Penelitian...................................................................35
4.6.4 Flow Chart Tahapan Penelitian.............................................................36
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN......................................................... .38
5.1 ANALISIS DATA PENELITIAN.............................................................. .38
5.1.1 Time Schedule.......................................................................................39
5.2 ANALISIS DATA...................................................................................... .39
5.2.1 Informasi Data Awal..............................................................................39
5.2.2 Menghitung Jumlah Tenaga Kerja.........................................................40
5.2.3 Menghitung Durasi Optimal..................................................................41
5.2.4 Hubungan Ketergantungan Antar Pekerja.............................................42
5.2.5 Penentuan Jalur Kritis............................................................................47
5.3 PEMBAHASAN......................................................................................... .81
5.3.1 Analisis Waktu Pekerjaan Normal dan Penjadwalan Ulang..................81
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ .83
6.1 KESIMPULAN........................................................................................... .83
6.2 SARAN....................................................................................................... .83
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. .85
`

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Satu Kegiatan Terhubung Pada Banyak Kegiatan.................................17


Gambar 3.2 Tampilan Layar Gantt Chart View.........................................................25
Gambar 3.3 FS (Finish to Start)................................................................................26
Gambar 3.4 FF (Finish to Finish)..............................................................................27
Gambar 3.5 SS (Start to Start)...................................................................................27
Gambar 3.6 SF (Start to Finish)................................................................................27
Gambar 4.1 Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri
Indramayu.............................................................................................31
Gambar 4.2 Kerangka Output Penelitian...................................................................35

Gambar 4.3 Flowchart Tahapan Penelitian...............................................................36

Gambar 5.1 Mengatur Project Information...............................................................44

Gambar 5.2 Mengatur Change Working Time...........................................................44

Gambar 5.3 Mengatur Hari Kerja dan Hari Libur.....................................................45

Gambar 5.4 Mengatur Project Options......................................................................45

Gambar 5.5 Memasukkan Durasi Pekerjaan..............................................................46

Gambar 5.6 Membuat Hubungan Antar Pekerjaan....................................................46

Gambar 5.7 Menampilkan Bagian Kritis Pekerjaan..................................................47

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu......................................................9

Tabel 5.1 Data Umum Proyek......................................................................................38

Tabel 5.3 Pekerjaan yang Berada Pada Jalur Kritis 303 Hari.......................................47
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data

Lampiran 2 Timeschedule Rencana Awal Proyek

Lampiran 3 Timeschedule Pelaksanaan Final Proyek

Lampiran 4 Rekap Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja

Lampiran 5 Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik

Indonesia (PERMEN NO.7 TAHUN 2016)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelaksanaan proyek konstruksi memiliki rangkaian kegiatan atau pekerjaan
yang rumit dan saling bergantung satu sama lain. Semakin besar suatu proyek,
maka akan semakin kompleks mekanismenya, sehingga semakin banyak masalah
yang dihadapi. Mulai dari perencanaan (pengaturan sumber daya tenaga kerja,
biaya, bahan, waktu dan sebagainya) sampai pada pelaksanaan bagaimana
penjadwalan, mengendalikan dan mengontrol proyek dengan baik. Dalam
mengatur, mengontrol dan mengendalikan arah jalannya suatu proyek konstruksi
agar sesuai dengan sasaran dan tujuan yang dimaksud, maka proyek tersebut harus
melalui tahap perencanaan, pelaksanaan maupun sampai tahap pengawasan.
Kegiatan proyek konstruksi yang berlangsung dalam kurun waktu yang terbatas
dengan sumber daya tertentu selalu berupaya untuk mendapatkan hasil konstruksi
dengan standar kualitas yang baik. Dalam usaha untuk mendapatkan hasil kerja
konstruksi yang baik dibutuhkan berbagai makam elemen pendukung dalam
pelaksanaannya. Saat ini, perkembangan pekerjaan konstruksi menjadi semakin
kompleks dan canggih. Pelaksanaan proyek konstruksi sekarang banyak
memanfaatkan teknologi baru, sumber daya manusia dan material yang semakin
banyak serta dana yang semakin besar. Oleh karena itu pelaksanaan proyek
konstruksi membutuhkan metode-metode khusus yang dapat mengkomodasi
pengaturan berbagai elemen yang ada dalam proyek konstruksi. Pembuatan
rencana kerja merupakan salah satu langkah awal perencanaan. Dalam suatu
pelaksanaan proyek konstruksi umumnya pelaksana menginginkan pengeluaran
biaya yang seminimal mungkin, tanpa mengurangi kualitas dan mutu yang sudah
ditetapkan.
Dengan didapatnya biaya yang minimum, maka pelaksanaan proyek dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Di sisi lain dengan cepatnya waktu
pelaksanaan proyek juga dapat meningkatkan citra yang baik untuk pelaksana
proyek tersebut.

1
Manajemen konstruksi yang terencana dengan sistematis sangat diperlukan
untuk memastikan waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati atau bahkan lebih cepat sehingga bisa memberikan keuntungan karena
meminimalkan penggunaan anggaran biaya dan juga menghindari adanya denda
akibat keterlambatan dalam menyelesaikan proyek konstruksi. Manajemen
konstruksi sangat diperlukan untuk mengatur durasi, mutu serta biaya pelaksanaan
proyek tersebut. Tolak ukur keberhasilan proyek biasanya dilihat dari waktu
penyelesaian yang singkat dengan biaya yang minimal tanpa meninggalkan mutu
hasil pekerjaan.
Pelaksanaan suatu proyek konstruksi, membutuhkan suatu perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian yang baik. Perencanaan pengendalian biaya dan
waktu merupakan bagian dari manajemen proyek konstruksi secara keseluruhan.
Selain penilaian dari segi kualitas atau mutu yang telah digunakan dalam
penyelesaian suatu proyek konstruksi harus diukur secara berkala.
Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang perkembangannya cukup pesat
karena Kabupaten Indramayu dilalui oleh Jalur Pantura yang mana merupakan
jalur utama yang ada di Pulau jawa. Kabupaten Indramayu memiliki beberapa
Universitas dan beberapa perguruan Tinggi, salah satunya adalah Politeknik
negeri Indramayu atau yang sering disebut dengan POLINDIRA. Perkembangan
akademik dan sumber daya manusia (mahasiswa, dosen pengajar, dan karyawan)
harus didukung oleh keadaan ruang pembelajaran dan fasilitas pendukung lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan ruang kelas, fasilitas pembelajaran dan ruang
akademik, pihak kampus Politeknik Negeri Indramayu melalui kemenristek
DIKTI melakukan pengadaan pekerjaan konstruksi Pembangunan Gedung Student
Center Indramayu. Proyek dengan nilai kontrak sebesar Rp. 50.008.348.137,00
(Lima puluh milyar delapan juta tiga ratus empat puluh delapan ribu seratus tiga
puluh tujuh) ini digagas oleh PT. Arkindo dengan menggunakan dana APBN
2020, dengan PT. Yodya Karya sebagai konsultan pengawas dan PT. Cahaya
Semesta sebagai konsultan perencana. Proyek tersebut dimulai tanggal 08 Januari
2020 dengan waktu pelaksanaan rencana yaitu 350 hari kalender.
Pengaplikasian analisis penjadwalan menggunakan program Microsoft Project
pada penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Student Center

2
Politeknik Negeri Indramayu, gedung tersebut akan dibangun di Jl. Lohbener
Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pengaplikasian ini dilakukan dengan cara mengevaluasi serta melakukan
penjadwalan ulang pelaksanaan waktu pelaksanaan proyek tersebut dengan
membuat jalur kritis menggunakan software Microsoft Project yang nantinya
dilakukan untuk mengetahui durasi yang paling optimal menurut penjadwalan
dengan menggunakan metode Presedence Diagram Method (PDM) dengan
penambahan jumlah tenaga kerja sesuai dengan koefisien tenaga kerja yang
tercantum pada PERMEN PU No.28 Tahun 2016 sehingga nantinya akan
diperoleh waktu pelaksanaan proyek yang efektif dan efisien. Untuk penambahan
beberapa skenario tersebut tetap harus mengedepankan produktivitas para tenaga
kerja, karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dilakukan jalur
kritis karena akan mempengaruhi durasi proyek sehingga dapat terjadi
keterlambatan pada seluruh durasi pekerjaan, bisa juga dilakukan overlap pada
beberapa pekerjaan agar pekerjaan tersebut dapat dikejar penyelesaiannya tetapi
pelaksanaan tersebut tanpa mengesampingkan produktivitas para tenaga kerja
pada pekerjaan tersebut.
Penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai jumlah pada pekerjaan-
pekerjaan yang dianggap kritis dan menganalisa estimasi waktu penyelesaian
proyek yang optimal, merumuskan solusi yang dilakukan kontraktor sehubung
dengan adanya penyimpangan atau keterlambatan pada saat pelaksanaan proyek
konstruksi tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
a. Berapakah durasi waktu pekerjaan struktur yang optimal sesuai dengan
PERMEN PU No.28 Tahun 2016 setelah menggunakan software Microsoft
Project 2016 jika dibandingkan dengan durasi waktu pekerjaan struktur
berdasarkan perencanaan pada proyek ?
b. Berapakah jumlah jalur kritis pada durasi optimal setelah dilakukan analisis
dengan metode Presedence Diagram Method (PDM) menggunakan software
Microsoft Project ?

3
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui durasi waktu pekerjaan struktur yang optimal sesuai
dengan PERMEN PU No.28 Tahun 2016 setelah menggunakan software
Microsoft Project 2016 jika dibandingkan dengan durasi waktu pekerjaan
struktur berdasarkan perencanaan pada proyek.
b. Untuk mengetahui jumlah jalur kritis pada durasi optimal setelah dilakukan
analisis dengan dengan metode Presedence Diagram Method (PDM)
menggunakan software Microsoft Project.

1.4 BATASAN MASALAH


Penelitian ini memberikan batasan mengenai pokok masalah dan tujuan yang
akan diteliti agar penelitian dapat terfokus, terarah serta tidak terlalu luas atau
tidak menyimpang dari rumusan masalah, antara lain sebagai berikut:
a. Penelitian ini dilkakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Student Center
Politeknik Negeri Indramayu.
b. Menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk perhitungan jumlah tenaga
kerja berdasarkan PERMEN PU No.28 Tahun 2016.
c. Menggunakan aplikasi Microsoft Project 2016 untuk menganalisis
penjadwalan dari lintasan kritis proyek. Penelitian ini hanya menggunakan
PDM (Precedence Diagram Method) dalam pembuatan jadwal pelaksanaan
proyek.
d. Penelitian ini menggunakan data proyek konstruksi berupa data Time
Schedule.
e. Penelitian ini hanya meninjau pada durasi pekerjaan struktur pada proyek.
f. Perhitungan hanya dilakukan untuk membandingkan penambahan waktu yang
paling optimal menurut PERMEN PU No.28 Tahun 2016.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENELITIAN TERDAHULU


Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dalam melakukan sebuah
penelitian, sehingga dapat dijadikan salah satu sumber teori untuk
memperkaya teori yang akan digunakan dalam mengkaji penelitian yang
sedang dilakukan. Dari penelitian terdahulu tidak ditemukan penelitian
dengan judul yang sama seperti judul penelitian yang sedang dilakukan ini.
Namun penelitian saat ini sedang mengangkat beberapa pokok dari penelitian
terdahulu, sehingga dapat dijadikan refrensi dalam memperkaya bahan kajian
pada penelitian yang sekarang.

2.1.1. Penelitian Muliyadi (2016).


Melakukan penelitian tentang Penjadwalan Ulang Proyek Konstruksi
dengan Preseden Diagram Method (PDM). Seiring dengan berjalannya waktu
pembuatan penjadwalan ini mulai menggunakan perangkat lunak (software)
mulai dari microsoft excel, microsoft project dan lain-lainnya. Pada tugas
akhir ini penulis menggunakan perangkat lunak (software) microsoft project
sebagai penunjang tugas akhir ini. Microsoft project ini dapat digunakan
dalam pembuatan penjadwalan suatu proyek dan hasil dari penginputan data
yang dihasilkan dari software ini berupa network planning. Perangkat lunak
(software) ini dibuat untuk memudahkan dalam pembuatan penjadwalan,
karena kegiatan penjadwalan pada suatu proyek harus sangat diperhatikan,
agar proyek berjalan pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Pada
software diinput data yang dibutuhkan, dan hasilnya ditampilkan berupa
barchart dan arrow networking atau network planning. Adapun proyek yang
menjadi tinjauan penulis adalah proyek pembangunan USB TK Pembina yang
berada di Jln. Ujong Beurasok Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat. Proyek ini dijadwalkan selesai selama 180 hari dengan anggaran Rp
1.484.768.000,00 (Satu Milyar Empat Ratus Delapan Puluh Empat Juta Tujuh

5
Ratus Enam Puluh Delapan Ribu Rupiah), dan dibangun oleh CV. Putra
Bangsawan selaku pihak kontraktor pelaksana.
Metode dari penelitian ini menggunakan studi literatur dan studi
lapangan. Kedua studi ini saling berkaitan satu sama lainnya. Dari studi
literatur didapatkan landasan teori yang kemudian diaplikasikan dalam proses
membuat jadwal PDM pada proyek, dengan melakukan studi lapangan dapat
diketahui hal-hal yang terjadi pada proyek. Metode pengumpulan data yang
penulis lakukan adalah dengan cara studi literatur yang dilakukan pada proyek
Pembangunan Unit Sarana Bangunan (USB) TK Binaan Aceh Barat dan data
yang diperoleh dari studi literatur ini, yaitu berupa Data Sekunder. Data yang
akan digunakan pada tahap pengumpulan data ini ada dua yaitu Kurva S dan
Barchart.
Dari hasil analisis tentang Penjadwalan Ulang Proyek Pembangunan USB
TK Pembina Kabupaten Aceh Barat, dapat ditarik kesimpulan. Setelah
melakukan rescheduling pada durasi kegiatan normal proyek, maka dapat
diketahui durasi kegiatan normal baru menjadi 172 hari dari 180 hari rencana.
Sebelum dilakukan rescheduling, pekerjaan yang berada pada lintasan kritis
sebanyak 33 pekerjaan. Setelah dilakukan rescheduling hanya tersisa satu
pekerjaan yang berada pada lintasan kritis. Pekerjaan awal berjalan dengan
membutuhkan waktu 20.635 jam setelah direscheduling proyek berjalan
18.339 jam.

2.1.2. Penelitian Aryo Andri Nugroho (2007)


Melakukan penelitian tentang Opimalisasi Penjadwalan Proyek Pada
Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1
Tanjung Mas Semarang. Bagian terpenting dalam keberhasilan
pengembangan penerapan riset operasi adalah kemajuan yang terjadi dalam
bidang teknologi, khususnya teknologi komputer. Dengan teknologi komputer
dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan
matematika supaya menjadi lebih mudah penyelesaiannya. Dalam
mengestimasi waktu dan biaya dalam sebuah proyek maka diperlukan
optimalisasi yang biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan sumber daya

6
yang ada serta meminimalkan kendala namun tetap mendapatkan hasil yang
optimal.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan
lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek gedung stasiun
karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode
PERT-CPM dan bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum
pada penjadwalan proyek dengan program Excel. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui cara menentukan lintasan kritis dengan menggunakan
metode PERT-CPM pada penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun
karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dan untuk mengetahui
penggunaan program Excel dalam menentukan lintasan kritis.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data time schedule dari PT
MUNICA PRATAMA GROUP yang menangani pembangunan gedung
khusus (laboratorium) dan sarana prasarana lingkungan gedung stasiun
karantina kelas 1 Tanjung Mas Semarang. Dari data tersebut dapat dihitung
lintasan kritisnya dengan menggunakan metode PERT-CPM tahap-tahap
penyelesaiannya yaitu menyusun rencana kegiatan, menyusun network,
menentukan perhitungan maju dan mundur, menentukan perhitungan
kelonggaran waktu pada program Excel tahap-tahap penyelesaiannya yaitu
menyusun rencana kegiatan, menyusun network, menyusun model matematika
dan mengaplikasikan model matematika tersebut ke dalam program Excel.
Hasil perhitungan penjadwalan proyek pembangunan stasiun karantina
ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode PERT-CPM dan Excel
membutuhkan waktu 144 hari dengan biaya Rp. 603.360.753,00 sedangkan
perhitungan yang dilakukan PT. MUNICA PRATAMA GROUP
membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp. 616.634.000,00 sehingga
dapat menghemat waktu 6 hari dan biaya sebesar Rp. 10.273.247,00.
Saran untuk PT. MUNICA PRATAMA GROUP adalah agar
mempertimbangkan untuk menggunakan Metode PERT-CPM dan Excel
dalam membuat penjadwalan proyek agar lebih menghemat waktu dan biaya
dan untuk peneliti lain disarankan agar sejelas mungkin dalam membuat
daftar rencana kegiatan, network, model matematika dan mengaplikasikannya

7
dalam Excel.
2.1.3. Penelitian Elfira Safitri (2009).
Penelitian ini menjelaskan tentang optimasi penjadwalan proyek
menggunakan CPM dan PDM dengan studi kasus pembangunan gedung balai
nikah dan manasik haji KUA Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir.
Tujuan optimalisasi ini adalah untuk mengetahui waktu dan biaya pada
penjadwalan proyek pembangunan gedung menggunakan metode CPM dan
PDM. Biaya dan waktu dapat dioptimalkan menggunakan penjadwalan yang
tepat. Metode yang biasa digunakan untuk penjadwalan adalah Critichal Path
Method (CPM) dan Precedence Diagram Method (PDM). CPM dan PDM
memiliki persamaan dalam proses penyelesaiannya dimana kedua metode ini
akan menganalisa hubungan kegiatan sesuai kebutuhan metode selanjutnya
membuat diagram kerja kemudian melakukan perhitungan maju dan mundur,
menghitung float, dan membuat jalur kritis. Adapun permasalahan yang
dibahas adalah optimasi waktu dan biaya pada penjadwalan proyek
pembangunan menggunakan metode CPM dan PDM. Berdasarkan hasil
penelitian menggunakan CPM diperoleh durasi pengerjaan selama 109 hari
dengan upah pekerja sebesar Rp. 287.760.000,00. Sedangkan perhitungan
PDM diperoleh durasi pengerjaan selama 70 hari dengan upah pekerja sebesar
Rp. 185.600.000,00. Perbandingan hasil perhitungan CPM, PDM dan
perhitungan awal perusahaan menunjukkan perhitungan PDM paling optimal.

2.1.4. PERBEDAAN DENGAN PENELITIAN TERDAHULU


Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui durasi waktu pekerjaan struktur yang optimal
sesuai dengan PERMEN PU No.28 Tahun 2016 setelah menggunakan
software Microsoft Project 2016. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui jumlah jalur kritis pada durasi optimal setelah dilakukan analisis
dengan dengan metode Presedence Diagram Method (PDM) menggunakan
software Microsoft Project 2016. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1

8
Tabel 2.1 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
No Penelitian Terdahulu Tujuan Penelitian Perbedaan

1 Muliyadi (2016), 1. Mengetahui hasil perhitungan penjadwalan waktu 1. Lokasi penelitian


Penjadwalan Ulang Proyek dengan metode PDM berbasis Microsoft Project.
2. Objek penelitian
Konstruksi dengan Preseden 2. Mengetahui/menganalisis jalur kritis dari jaringan
3. Metode yang digunakan pada
Diagram Method (PDM) Presden Diagram Method (PDM), dan mengetahui
penelitian ini adalah dengan cara
kegiatan-kegiatan yang mempunyai waktu
studi literatur dan studi di lapangan
tenggang (float) pada pembangunan proyek USB
TK Pembina Aceh Barat Kecamatan Johan
Pahlawan.

No Penelitian Terdahulu Tujuan Penelitian Perbedaan

9
2 Aryo Andri Nugroho Mengetahui cara menentukan lintasan kritis dengan 1. Lokasi penelitian
(2007), Optimalisasi menggunakan metode PERT-CPM pada penjadwalan 2. Objek penelitian
Penjadwalan Proyek Pada proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan
3. Metode penjadwalan yang
Pembangunan Gedung kelas 1 Tanjung Mas Semarang dan untu kmengetahui
digunakan pada penelitian ini
Khusus (Laboratorium) penggunaan program Excel dalam menentukan
adalah metode PERT dan CPM
Stasiun Karantina Ikan lintasan kritis.
4. Penentuan lintasan kritis
Kelas 1 Tanjung Mas
menggunakan program Excel
Semarang.

10
No Penelitian Terdahulu Tujuan Penelitian Perbedaan

3 Elfira Safitri (2019), Mengetahui waktu dan biaya pada penjadwalan 1. Lokasi penelitian
Optimalisasi Penjadwalan proyek pembangunan gedung menggunakan metode
2. Objek penelitian
Proyek Menggunakan CPM CPM dan PDM.
3. Metode yang digunakan adalah
dan PDM (Studi Kasus :
CPM dan PDM
Pembangunan Gedung Balai
Nikah Dan Manasik Haji 4. Tidak melakukan penjadwalan
KUA Kecamatan Kateman dengan menggunakan Microsoft
kabupaten Indragiri Hilir) Project

11
12
BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1 MANAJEMEN PROYEK


Menurut Santoso (2003), manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber
daya tertentu. Sementara itu, menurut Efrianto (2005) semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi dari suatu proyek sejak awal (ide atau
gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara
tepat waktu, tepat biaya, tepat mutu. Lebih lanjut, Husen (2009) menyatakan
bahwa manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, cara teknis yang terbaik serta dengan sumber daya yang terbatas,
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapat hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya,
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas sementara yang dilakukan menggunakan
berbagai sumber daya terbatas seperti manusia, material, peralatan, modal, jangka
waktu terbatas, dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan agar hasil
produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan konsumen dan stakholders.
Konsep menajemen proyek pada dasarnya didasari oleh beberapa hal, seperti
menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, kegiatan yang
dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara spesifik
dan memakai pendekatan sistem (sistem approach to management).
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu
penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting
dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar
bagi perencanaan yang lain, yaitu :
a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber
daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.

13
b. Proses pengendalian (controlling).
Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu :
a. Perencanaan. Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek,
dan organisasi tim-nya.
b. Penjadwalan. Fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan untuk kegiatan
khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang
lainnya.
c. Pengendalian. Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan
anggaran. Perusahaan juga merevisi dan mengubah rencana dan menggeser
atau mengelola kembali sumber daya agar dpat memenuhi kebutuhan waktu
dan biaya.
Handoko (1999) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah sebagai
berikut :
a. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu
sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti
penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.
b. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan.
c. Tepat spesifikasi (on spesification) dimana proyek harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Dengan mengalokasikan sumber daya yang tersedia sesuai dengan kebutuhan
seperti yang di tetapkan dalam rencana maka akan dihasilkan suatu jadwal yang
berisi serangkaian perkiraan tanggal mulai bagi setiap operasi yang terdapat
dalam proyek. Sehingga dalam pelaksanaan suatu proyek penggunaan sumber
daya dilakukan secara efektif dan efisien.

3.2 METODE PENJADWALAN PROYEK


Menurut Rani (2016), ada beberapa metode penjadwalan proyek yang sering
digunakan dalam penjadwalan proyek, yaitu terdiri sebagai berikut ini :

3.2.1. Diagram Batang (Bar Chart)


Diagram batang (Bar Chart) sering juga disebut Gant Chart sesuai dengan

14
nama orang yang pertama kali mengembangkannya Henry L. Gant, adalah
suatu diagram yang terdiri dari sekumpulan garis-garis yang menunjukan saat
mulai dan saat selesai yang direncanakan untuk item-item pekerjaan dalam
proyek. Sebelum pelaksanaan pekerjaan biasanya owner/pemilik pekerjaan
mengharuskan kontraktor untuk menyerahkan jadwal induk rencana
pelaksanaan yang memperlihatkan saat mulai dan selesai nya proyek.

3.2.2. Kurva S
Kurva S merupakan suatu alat yang dipakai oleh pihak kontraktor sebagai
salah satu sarana untuk mengendalikan pekerjaan. Penjadwalan waktu suatu
proyek yang menggunakan Bar Chart dapat dihubungkan dengan kurva S dan
menjadi suatu acuan dari kegiatan yang dilaksanakan. Kombinasi metode ini
sering digunakan pada proyek-proyek yang dilaksanakan pada institusi
pemerintah. Kegunaannya antara lain dapat digunakan untuk mengetahui apakah
waktu yang sudah berjalan sesuai dengan rencana. Menurut Hannum (penemu
kurva S) aturan yang harus dipenuhi daalam membuat kurva S adalah sebagai
berikut ini :
a. Pada seperempat waktu pertama, grafiknya naik landai sampai mencapai
performa proyek 10%.
b. Pada setengah waktu, grafiknya naik terjal samai mencapai performasi proyek
45%.
c. Pada saat tiga per empat waktu terakhir, grafiknya naik terjal sampai mencapai
performasi proyek 82%.
d. Waktu terakhirnya, grafik naik landai hingga mencapai performasi proyek
100% dan dapat dinyatakan proyek selesai dikerjakan.

3.2.3. Metode jalur kritis (Critical Path Method)


Critical Path Method (CPM) merupakan suatu bentuk penjadwalan yang dapat
memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan dan
dapat menentukan prioritas kegiatan yang harus diperhatikan oleh pelaksana
proyek agar kegiatan tersebut dapat diselesaikan sesuai rencana. Metode ini lebih
dikenal dengan lintasan kritis karena dengan metode ini akan membentuk suatu

15
jalur atau lintasan yang memerlukan perhatian khusus. Tujuan dari lintasan kritis
adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan yang tingkat kepekaan
tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan suatu kegiatan dalam proyek sehingga
kegiatan yang mempengaruhi keterlambatan selesainya suatu kegiatan dapat
dikontrol. Dengan menggunakan metode jalur kritis (critical path method),
kegiatan-kegiatan disusun secara logis dengan hubungan Finish to Start serta dpat
memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang dilalui kegiatan kritis. Ali (1995)
menjelaskan bahwa pada penjadwalan metode jaringan kerja ini dikenal adanya
beberapa istilah sebagai berikut :
a. Peristiwa kritis
Peristiwa kritis adalah kejadian yang tidak mempunyai tenggang waktu atu ES
(waktu awal kejadian paling cepat) – nya sama dengan LF (waktu selesai
kejadian paling lambat) – nya. Jadi untuk kegiatan kritis, LF (waktu kejadian
paling lambat) dikurangi ES (waktu awal kejadian paling cepat) sama dengan
nol.
b. Kegiatan kritis
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan,
sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedang kegiatan-
kegiatan lainnya tidak terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan
selama satu hari. Sifat kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus
diawali pada satu saat (tidak ada waktu awal tercepat dan tidak ada waktu awal
paling lambat) dan harus selesai pada waktu saat (tidak ada waktu selesai
paling cepat dan tidak ada waktu selesai paling lambat).
c. Lintasan kritis
Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis,
kejadian-kejadian kritis dan dummy. Dummy hanya ada dalam lintasan kritis
bila diperlukan. Lintasan kritis ini dinilai dari kejadian awal network diagram.
Mungkin saja terdapat lebih dari sebuah lintasan kritis, dan bahkan mungkin
saja semua lintasan yang ada dalam sebuah network diagram kritis semua.
Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian yang tingkat kepekaannya paling
tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat

16
ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggaraan proyek, yaitu
terhadap kegiatan-kegiatan kritis dan hampir kritis.

3.2.4. Presedence Diagram Method (PDM)


PDM adalah bentuk penjadwalan berupa jaringan kerja (Activity on Node) dari
kegiatan-kegiatan yang disusun secara logis dengan hubungan finish to start,
finish to finish, start to start, dan start to finish. Lintasan kritis pada PDM
merupakan lintasan pada suatu jaringan kerja yang melintas aktifitas-aktifitas
sedemikian rupa sehingga durasinya merupakan yang terpanjang.
Kegiatan dan peristiwa pada Preseden Diagram Method (PDM) ditulis dalam
node segi empat. Dalam Preseden Diagram Method (PDM) kotak tersebut
menandai suatu kegiatan, dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan
dan kurun waktunya. Adapun peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap
node mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam
node dibagi menjadi kompartemen-kompartemen kecil yang berisi keterangan
spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut.
Beberapa atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu
kegiatan (D), identifikasi kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya
kegiatan (ES, LS, EF, LF dan lain-lain). Jalur dan kegiatan kritis Preseden
Diagram Method (PDM) mempunyai sifat yang sama seperti berikut ini:
1. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS).
2. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF).
3. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling
akhir dengan waktu mulai paling awal (LF – ES = D).
4. Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara utuh
dianggap kritis.
Pada PDM dicantumkan anak panah yang menghubungkan dua kegiatan.
Terkadang dijumpai satu kegiatan yang memiliki hubungan konstrain dengan
lebih dari satu kegiatan atau multikonstrain yaitu dua kegiatan dihubungkan oleh
lebih dari satu konstrain.

17
Kegiatan I Kegiatan II

Kegiatan III

Gambar 3.1 Satu Kegiatan Terhubung Pada Banyak Kegiatan


(Sumber: Soeharto, 1995)

3.3 PENGERTIAN PRODUKTIVITAS


Menurut Ervianto (2015), produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara
output dengan input, atau rasio antara hasi produksi dengan total sumber daya
yang digunakan. Adapun definisi produktivitas menurut beberapa ahli lain adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Simajuntak (1985), produktivitas adalah perbandingan antara hasil
yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan
persatuan waktu.
2. Menurut Saksono (1998), produktivitas adalah suatu sikap mental yang
berpandangan bahwa kualitas hidup hari ini harus harus lebih baik dari
kualitas hari yang lalu, hari esok harus lebih baik dari hari ini.
3. Menurut Muchdarsyah (1995), produktivitas adalah perbandingan ukuran
harga bagi masukan dan hasil, dan juga sebagai perbandingan antara jumlah
pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.
4. Menurut Sinungan (1992), produktivitas diartikan sebagai tingkat efisiensi
dalam memproduksi barang-barang dan jasa.
5. Menurut pilcher (1992), produktivitas adalah perbandingan antara kegiatan
atau output dan masukan input.

18
3.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS
Menurut Ervianto (2005), factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
proyek diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu :
1. Metode dan teknologi, terdiri atas faktor : disain rekayasa, metode konstruksi,
urutan kerja, pengukuran kerja.
2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor : perencanaan dan penjadwalan, tata
letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen
peralatan, manajemen tenaga kerja.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor : keselamatan kerja, lingkungan fisik,
kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.
4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian
keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja atarsejawat,
kemangkiran.
Sedangkan menurut Sinungan (1992), produktivitas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat keahlian,
2. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan,
3. Kemampuan dan sikap,
4. Kondisi kerja fisik,
5. Sistem intensif,
6. Gaya kepemimpinan.
Menurut Pramuji (2008), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas pekerjaan antara lain :
1. Tingkat upah
Dengan pemberian upah kerja yang setimpal akan mendorong pekerja untuk
bekerja dengan lebih giat karena mereka merasa partisipasinya dalam proses
produksi di proyek dihargai oleh pihak perusahaan (kontraktor).
2. Pengalaman dan keterampilan para pekerja
Pengalaman dan keterampilan kerja akan semakin bertambah apabila pekerja
tersebut semakin sering melakukan pekerjaan yang sama dan dilakukan secara

19
berulang-ulang sehingga produktivitas pekerjaan tersebut dapat meningkat dalam
melakukan pekerjaan yang sama.
3. Pendidikan keahlian
Para pekerja yang pernah mengikuti dasar pelatihan khusus (training) atau
pernah mengikuti suatu pendidikan khusus (STM) akan mempunyai kemampuan
yang dapat dipakai secara langsung sehingga dapat bekerja lebih efektif bila
dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengikuti pendidikan khusus.
4. Usia pekerja
Para pekerja yang usianya lebih muda relatif mempunyai produktivitas yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang usia lebih tua (lanjut) karena
pekerja yang usia lebih muda mempunyai tenaga yang lebih besar yang sangat
diperlukan dalam pekerjaan konstruksi.
5. Pengadaan barang
Pada saat barang material datang ke lokasi maka pekerjaan para pekerja akan
terhenti sesaat karena harus mengangkut dan memindahkan barang material
tersebut ke tempat yang sudah disediakan (seperti gudang).
6. Cuaca
Pada musim kemarau suhu udara akan meningkat (lebih panas) yang
menyebabkan produktivitas akan menurun, sedangkan pada musim hujan
pekerjaan yang menyangkut pondasi dan galian tanah akan terhambat karena
kondisi tanah sehingga tidak dapat dilakukan pengecoran pada saat kondisi hujan
karena akan menyebabkan mutu beton hasil pengecoran berkurang.
7. Jarak material
Adanya jarak material yang jauh akan mengurangi produktivitas pekerjaan,
karena dengan jarak yang jauh antara material dan tempat dilakukan pekerjaan
memerlukan tenaga ekstra (tambahan) untuk mengangkut material.
8. Hubungan kerja sama antar pekerja
Adanya hubungan yang baik dan selaras antara sesama pekerja dan mandor
akan memudahkan komunikasi kerja sehingga tujuan yang diinginkan akan
mudah dicapai.
9. Faktor managerial

20
Faktor manajerial berpengaruh pada semangat dan gairah para pekerja melalui
gaya kepimpinan, bijaksana, dan peraturan perusahaan (kontraktor).

10. Efektivitas jam kerja


Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghasilkan produktivitas yang
optimal juga sehingga perlu diperhatikan efektivitas jam kerja, seperti ketetapan
jam mulai dan akhir kerja serta jam istrahat yang tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja menurut
Simanjuntak (Ade Suherman, 2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah :
1. Kualitas dan Kemampuan Fisik Karyawan
Kualitas dan kemampuan fisik karyawan dipengaruhi juga oleh tingkat
pendidikan, latihan, motivasi kerja, mental, dan kemampuan fisik karyawan yang
bersangkutan.
2. Sarana Pendukung
Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas karyawan digolongkan
menjadi :
a) Menyangkut lingkungan kerja termasuk sarana dan peralatan yang digunakan,
teknologi dan cara produksi, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja serta
suasana lingkungan kerja itu sendiri.
b) Menyangkut kesehatan karyawan yang tercermin dalam system pengupahan
dan jaminan sosial serta jaminan keselamatan kerja.
Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan
dapat dikelompokkan menjadi berikut, (Soeharto,1995) :
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu,
2. Supervise, perencanaan, dan koordinasi,
3. Komposisi kelompok kerja,
4. Kerja lembur,
5. Ukuran besar proyek,
6. Kurva pengalaman (learning curve),
7. Kepadatan tenaga kerja.

21
Karena sumber daya manusia merupakan elemen yang paling penting dalam
organisasi, maka dengan demikian peningkatan produktivitas hanya dapat
dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002).
Berikut ini terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen
tenaga kerja menurut Handoko (1984) :
1. Memadukan karyawan dan pekerjaan.
2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja.
3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja.
4. Menjamin supervise yang baik.
5. Merumuskan secara jelas tanggung jawab karyawan.

3.5 PENENTUAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA


“Produktivitas tenaga kerja kontruksi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk,
misalnya jumlah unit yang diselesaikan dibagi sumber daya (jam-orang) yang
digunakan” (Iman Soeharto, 1995 ;294). “ Produktivitas adalah suatu pendekatan
interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi
penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara
efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi” Muchdarsyah, 1992 :17-
18).
Menurut Sukanto Reksohadiprodjo (2003) dalam Oktavian (2020), secara
umum produktivitas dapat diukur dengan menghitung rasio keluaran terhadap
masukan. Untuk menghitung produktivitas adalah sebagaimana ditunjukkan pada
persamaan berikut.
Volume yang dihasilkan
Produktivitas = .............................................(3.1)
Waktu / jumlah tenaga

3.6 PENENTUAN INDEKS TENAGA KERJA


Dari penelitian Agung Pranata (Studi Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan
Pada Proyek Gedung Dengan Metode Bow, Sni, dan Lapangan, 2015) Analisis
time factor, koefisien man hour dan koefisien man day ditentukan sebagai berikut:
1. Menentukan time factor untuk setiap pekerja

22
Time factor ditentuan untuk mengetahui besarnya indeks waktu produktif
tenaga kerja. Besarnya time factor dihitung dengan rumus berikut ini :
Waktu produktif
Time Factor = ......................................(3.2)
Total waktu yang disediakan

2. Menentukan besarnya koefisien tenaga pekerja


Koefisien tenaga kerja ditentukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu item pekerjaan dengan
volume tertentu. Dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

Jumlah Tenaga Kerja x Durasi Pekerjaan


Koefisien Man Hour = ...........
(3.3)
Volume Pekerjaan

Dikarenakan upah tenaga kerja yang dibayarkan tidak hanya untuk waktu
produktifnya saja tetapi juga untuk waktu nonproduktifnya, maka time factor
pekerjaan perlu untuk diperhitungkan untuk waktu produktifitasnya saja.
Sehingga :
Koefisien Man Hour
Koefisien Tenaga Kerja =
.......................(3.4)
Time Factor
Waktu 45 menit merujuk pada waktu efektif yang dinyatakan oleh G.D
Oberlender dan R.L Peurifoy dalam buku Estimate Construction Costs.
Penentuan indeks tenaga kerja pada buku pedoman AHSP PU 2012. Indeks
tenaga kerja pada AHSP PU 2012 ditentukan berdasarkan hasil penelitian
BALITBANG PU dengan cara pengukuran produktivitas tenaga kerja dalam
gugus kerja tertentu (kelompok tenaga kerja utama). Produktivitas dinyatakan
sebagai orang hari (OH) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu satuan
pekerjaan tersebut. Pengukuran produktivitas menggunakan metode “Time and
Motion Study” dengan mengamati gerak para pekerja pada satuan waktu tertentu

23
Dilanjutkan dengan mencatat waktu riil yang dibutuhkan pekerjan sebagai
Waktu Dasar Individu (WDI), kemudian setelah dipertimbangkan terhadap
keterampilan, cuaca dan kondisi kerja (normal-tidak normal) dicatat sebagai
Waktu Normal Rata-Rata (WNR). Jadi WNR adalah waktu efektif rata-rata yang
dibutuhkan seseorang pada umumnya untuk menyelesaikan suatu satuan
Jenis pekerjaan tertentu. Dengan asumsi bahwa Pekerja tidak mungkin
melakukan kegiatan secara terus menerus tanpa jeda maka dimasukan aspek
Kelonggaran Waktu (KW), kelonggran waktu dibutuhkan untuk urusan pribadi ke
toilet, beribadah, mereganggkan tubuh dan karena faktor kesulitan pekerjaan.

3.7 PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA


Menurut Astrid (2018), Tenaga kerja konstruksi adalah tenaga kerja yang
bekerja dalam suatu perusahaan atau proyek yang ditugaskan menjalankan
kegiatan dalam suatu proyek konstruksi.
Dari penelitian Agung Pranata (Studi Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan
Pada Proyek Gedung Dengan Metode Bow, Sni, dan Lapangan, 2015), dikatakan
bahwa penelitian Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan
menggunanakan rumus :

∑ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisen analisa tenaga kerja (3.6)

3.8 PROGRAM MICROSOFT PROJECT


Microsoft Project 2016 adalah aplikasi untuk mengelola suatu proyek.
Microsoft Project merupakan sistem yang dapat membantu dalam menyusun
penjadwalan (schedulling) suatu proyek atau rangkaian pekerjaan. Microsoft
Project juga dapat membantu pencatatan dan pemantauan terhadap penggunaan
sumber daya alat dan manusia. Yang dapat dikerjakan oleh Microsoft Project
antara lain: mencatat jam kerja tenaga kerja, jam lembur dan menghitung biaya
upah pekerja, memasukkan biaya, mencatat kebutuhan tenaga kerja pada setiap
sektor menghitung total kebutuhan biaya proyek, serta membantu mengontrol
penggunaan tenaga kerja pada beberapa pekerjaan untuk menghindari
overallocation (kelebihan beban pada penggunaan tenaga kerja) (Zunan Ahsan

24
Algony & M. Hamzah Hasyim, 2012). Program Microsoft Project Professional
2016 suatu solusi dalam dunia manajemen konstruksi yang semakin berkembang
dan penuh kompleksitas dalam membangun sebuah proyek konstruksi. Dalam
pelaksanaannya sebuah proyek konstruksi mengalam fluktuasi, baik dalam
pelaksanaan rencana kerja maupun sumber daya penyokong kehidupan konstruksi.
Microsoft project merupakan software yang dapat digunakan untuk membuat
rancangan proyek serta melakukan manajemen dalam proyek tersebut.
kelengkapan fasilitas dan kemampuannya yang luar biasa dalam pengolah data-
data proyek menjadikan software ini paling banyak dipakai oleh operator
komputer ini karena keberadaannya benar-benar mampu membantu dan
memudahkan pemakai dalam menyelesaikan pekerjaan, terutama pekerjaan yang
berhubungan dengan data data proyek. (Setiawan, 2009).
Microsoft project juga membantu melakukan pencatatan dan pemantauan
terhadap pengguna sumber daya (resource), baik yang berupa sumber daya
manusia maupun yang berupa peralatan. Tujuan penjadwalan dalam Microsoft
Project adalah:
a. mengetahui durasi kerja proyek,
b. membuat durasi optimum,
c. mengendalikan jadwal yang dibuat,
d. mengalokasikan sumber daya (resources) yang digunakan.
Komponen yang dibutuhkan pada jadwal adalah:
a. kegiatan (rincian tugas, tugas utama),
b. durasi kerja untuk tiap kegiatan,
c. hubungan kerja tiap kegiatan,
d. resources (tenaga kerja pekerja dan
bahan).
Yang dikerjakan oleh Microsoft Project antara
lain:
1. mencatat kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor,
2. mencatat jam kerja para pegawai, jam lembur,
3. menghitung pengeluaran sehubungan dengan ongkos tenaga kerja,
memasukkan biaya tetap, menghitung total biaya proyek,

25
4. membantu mengontrol pengguna tenaga kerja pada beberapa pekerjaan
untuk menghindari overallocation (kelebihan beban pada penggunaan
tenaga kerja).
Kelebihan-kelebihan dari fasilitas yang diberikan Microsoft Project antara
lain:
a. Fasilitas pembuatan jadwal baru yang sangat mudah, untuk menghasilkan
daftar tugas, durasi waktu, pengorganisasian dan lain-lain hanya membutuhkan
waktu yang singkat. Sumber kegagalan utama manajemen proyek ada pada saat
proses identifikasi kebutuhan maupun identifikasi potensi. Fase-fase dalam
manajemen proyek:
• Perencanaan dan penyusunan jadwal.
Perencanaan dan penyusunan jadwal merupakan fase paling penting karena
didalamnya terdapat proses penentuan tugas, durasi serta penentuan
hubunganantara satu tugas dengan tugas lainnya. Fase-fase lainnya akan
sangat tergantung pada data-data yang ada dalam fase ini.
• Pengelolaan perubahan
Selama melaksanakan proyek sering kali diperlukan penyesuaian antara
rencana dengan kenyataan yang ada
• Publikasi informasi proyek
Seluruh bagian yang terlibat dalam proyek mutlak membutuhkan informasi
tentang perkembangan pelaksanaan proyek.
• Penyusunan berbagai laporan
Laporan yang dibuat dapat diubah formatnya sesuai dengan kebutuhan
sehingga memudahkan untuk melakukan pengontrolan
b. Fasilitas pemeriksaan informasi global proyek hanya dengan melakukan suatu
perintah zoorning maka akan didapatkan seluruh informasi global proyek.
Ada beberapa tahapan-tahapan dalam penggunaan aplikasi Microsoft project
antara lain:
a. Menyusun jadwal
b. Memasukkan personil dan peralatan
c. Menetapkan jadwal
d. Publikasi informasi projek

26
e. Pengontrolan kemajuan proyek
Program Microsoft project memiliki beberapa macam tampilan layar, namun
sebagai default atau setiap kali membuka file baru, yang akan ditampilkan adalah
Gantt Chart View. Tampilan Gantt Chart View dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Tampilan layar Gantt Chart View


(Sumber : Data Pribadi, 2021)
Selain tampilan layar utama atau lembar kerja ada juga beberapa istilah
yang ada didalam program Microsoft Project, beberapa istilah tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tugas (Task)
Task adalah salah satu bentuk lembar kerja dalam Microsoft Project yang
berisi rincian pekerjaan sebuah proyek.
2. Durasi (Duration)
Duration merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan.
3. Mulai (Start)
Start merupakan nilai tanggal dimulainya suatu pekerjaan.
4. Selesai (Finish)
Dalam Microsoft Project tanggal akhir pekerjaan disebut finish, yang akan
diisi secara otomatis dari perhitungan tanggal mulai (start) ditambah lama
pekerjaan (duration).
5. Pendahulu (Predecessor)
Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu pekerjaan

27
dengan pekerjaan lain. Microsoft Project mengenal 4 macam hubungan
antar pekerjaan, yaitu:
a. FS (Finish to Start)
Suatu pekerjaan baru boleh dimulai jika pekerjaan yang lain atau pekerjaan
sebelumnya telah selesai dikerjakan, sebagai contohnya pada pekerjaan
pemasangan bekisting kolom, pekerjaan tersebut baru bisa dilaksanakan
apabila pekerjaan pembesian kolom telah selesai. Gambar yang
menggambarkan contoh finish to start (FS) dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 FS (Finish to Start).


b. FF (Finish to Finish)
Suatu pekerjaan harus selesai bersamaan dengan selesainya pekerjaan lain,
sebagai contohnya yaitu pada proses pekerjaan penyelesaian taman atau
normalisasi lingkungan sekitar yang selesai bersamaan dengan selesainya
proses pekerjaan pengerjaan pagar. Gambar yang menggambarkan contoh
finish to finish (FF) dapat dilihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 FF (Finish to Finish)


c. SS (Start to Start)
Suatu pekerjaan harus dimulai bersamaan dengan pekerjaan lain, sebagai
contohnya dapat diambil contoh pada pekerjaan pengecatan pagar yang
dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan pengecatan dinding yang nantinya
pekerjaan tersebut dapat dimulai secara bersamaan. Gambar yang
menggambarkan contoh start to start (SS) dapat dilihat pada Gambar 3.5

28
Gambar 3.5 SS (Start to Start).
d. SF (Start to Finish)
Suatu pekerjaan baru boleh diakhiri jika pekerjaan lain dimulai, sebagai
contohnya yaitu pada pekerjaan pembuatan atap rumah sekaligus melakukan
pengawasan dalam hal ini pengatapan bisa dimulai tetapi supervisor perlu
muncul untuk melakukan pengawasan dibeberapa titik sebelum akhir dari
pengatapan berikut. Gambar yang menggambarkan contoh start to finish (SF)
dapat dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 SF (Start to Finish)

6. Sumber Daya (Resources)


Sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material dalam Microsoft
Project disebut dengan resources.
7. Baseline
Baseline adalah suatu rencana baik jadwal maupun biaya yang telah disetujui
dan ditetapkan.
8. Gantt Chart
Gantt Chart merupakan salah satu bentuk tampilan dari Microsoft Project yang
berupa batang-batang horisontal yang menggambarkan masing- masing
pekerjaan beserta durasinya.
9. Pelacakan (Tracking)

29
Tracking adalah mengisikan data yang terdapat di lapangan pada perencanaan
yang telah dibuat.

30
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 TINJAUAN UMUM


Pada dasarnya, suatu penelitian digunakan untuk mencari kebenaran atau
memecahkan suatu masalah dari apa yang diteliti. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan suatu metode yang tepat dan relevan dengan penelitian yang
dilakukan.
Definisi metode penelitian itu sendiri ada berbagai macam. Menurut
Sugiyono (2014:2), mengatakan bahwasanya metode penelitian diartikan secara
ilmiah utnuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan
menurut Darmadi (2013:153), metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Dari pemaparan definisi
diatas, metode penelitian adalah suatu tahapan atau strategi penelitian yang
digunakan untuk membantu dari perencanaan sampai penelitian mendapatkan
jawaban dari tujuan dan rumusan masalah suatu peneltian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi waktu pekerjaan struktur
yang optimal sesuai dengan PERMEN PU No.28 Tahun 2016 setelah
menggunakan software Microsoft Project 2016. Penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui jumlah jalur kritis pada durasi optimal setelah dilakukan
analisis dengan dengan metode Presedence Diagram Method (PDM)
menggunakan software Microsoft Project 2016. Selain itu, dari hasil analis juga
akan mendapatkan pekerjaan-pekerjaan yang berada pada jalur kritis. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu selesai yang optimal berdasarkan
hasil dari penjadwalan pada Microsoft Project 2016.

4.2 JENIS PENELITIAN


Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian dengan
jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Kasiram (2008)
adalah metod penelitian dengan yang menggunakan proses data-data yang berupa
angka sebagai alat menganalisis dan melakukan kajian penelitian, terutama

31
mengenai apa yang sudah di teliti. Definisi lain mengatakan, definisi penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang didasari pada asumsi, kemudian ditentukan
variabel, dan selanjutnya dianalis dengan menggunakan metode-metode penelitian
yang valid, terutama dalam penelitian kuantitatif (Nana Sudjana dan Ibrahim,
2001). Selain itu, menurut Suriasumantri (2005), Arti penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang dilakukan dengan kajian pemikiran yang sifatnya ilmiah.Kajian
ini menggunakan proses logico-hypothetico-verifikatif pada langkah-langkah
penelitian yang dilakukan.

4.3 SUBJEK DAN OBYEK PENELITIAN


Pengamatan variable penelitian dan metode yang digunakan adalah suatu
kesatuan dari subjek dan objek dari sebuah penelitian sehingga mempunyai peran
yang sangat penting dalam penyusunan dan pengolahan untuk menjadikan tujuan
dari penelitian ini tercapai. Subjek penelitan merupakan data yang didaptkan dari
analisis metode yang akan digunakan terhadap suatu objek penelitian yang akan
diamati.
Menurut Sugiyono (2013:32), pengertian subjek penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, sedangkan pengertian dari objek penelitian
dalah suatu objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang
ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Sehingga, berdasarkan
pengertian ini, subjek peneltian berhubungna dengan judul penelitian dan data
yang diperlukan. Sedangkan objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Apabila objek penelitian tidak dapat memberikan
infromasi untuk menjawab judul dan data dari penelitian maka akan
mempengaruhi hasil akhir dari penelitian ini.
Adapun subjek dari penelitian ini adalah data-data yang didapatkan dari
penelitian yang dilakukan. Peneltian ini adalah penjadwalan ulang (reschedule)
dengan menggunakan metode Presedence Diagram Method (PDM) menggunakan
software Microsoft Project 2016.
Objek penelitian ini dilakukan pada adalah Proyek Pembangunan Gedung
Student Center Politeknik Negeri Indramayu. Lokasi Proyek Pembangunan
Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu berada di Jl. Lohbener Lama

32
No.08, Legok, Kec. Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dapat dilihat
pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Lokasi Proyek Proyek Pembangunan Gedung Student Center


Politeknik Negeri Indramayu
(Sumber: google maps diakses jam 19.12 WIB tanggal 12 Januari 2021)

Adapun alasan dalam pemilihan lokasi ini karena proyek memiliki


keterlambatan dari time schedule yang telah ditentukan yang menjadikan
pekerjaan menjadi tidak optimal. Oleh karenanya, kejadian ini dapat dijadikan
sebuah analisis untuk mengevaluasi keterlamabatan tersebut. Selain itu, proyek ini
juga merupakan proyek yang bersedia untuk dilakasanakan penelitian ini.

4.4 DATA PENELITIAN


Data penelitian adalah rangkaian informasi yang didapatkan dari objek
penelitian yang dilakukan. Adapaun data-data yang dimaksud adalah, data berupa
jadwal (schedule) proyek sebelumnya, kurva S dan volume pekerjaan proyek yang
akan dilakukan reschedule. Data-data tersebut akan dibandinkan dengan data dari
hasil analisis penjadwalan ulang (reschedule).

4.4.1 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan untuk
melengkapi data primer yang telah didapatkan. Data sekunder pada penelitian ini

33
berupa data berbentuk soft file dan hard file yang diperoleh secara langsung dari
pihak PT. Arkindo. Adapun data-data tersebut berupa:
a. Time Schedule
b. Kurva S
c. Data Volume Pekerjaan
d. Data-data penunjang lainnya

4.5 INSTRUMEN PENELITIAN


Menurut Bungin (2005) instrument penelitian merupakan perangkat lunak
dari seluruh rangkaian proses pengumpulan data penelitian. Seperti yang diketahui
sebelumnya, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriftif dimana
instrument penelitian kuantitatif ini memiliki fungsi sebagai substansi dan
suplemen penelitian. Maksud dari substansi dan suplemen penelitian adalah
instrument penelitian tersebut sebagai pengganti atau pelengkap dari sekian
banyak alat-alat bantu penelitian yang diperlukan sehingga instrument penelitian
diharuskan benar-benar reabilitas dan validitas.
Instrument penelitian dianggap valid apabila alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data valid atau instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen penelitian dianggap realibel
apabila alat ukur akan menghasilkan data yang sama ketika digunakan untuk
mengukur objek yang sama beberapa kali (Sugiyono,2016). Oleh karena itu,
peneliti harus mampu menyusun instrumen penelitian yang sesuai untuk
digunakan dalam penelitian.
Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua macam instrument
penelitian yang digunakan. Instrumen-instrumen yang digunakan sebagai berikut:
1. Program Microsoft Project 2016 digunakan sebagai media unruk menentukan
jalur kritis yang mungkin akan terjadi pada pelaksanaan penyelesaian
pekerjaan proyek yang disesuaikan dengan time schedule.
2. Program Microsoft Excel 2013 digunakan sebagai media yang memudahkan
dalam analisis perhitungan untuk menghasilkan output yang diharapkan dari
penelitian yang dilakukan.

34
4.6 TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN
Proses penelitian kuantitatif menurut Bryman (2004: 63) adalah dimulai dari
teori, hipotesis, research design, memilih research site(s), memilih
subjek/responden riset, mengumpulkan data dan menuliskan kesimpulan untuk
kemudian kembali menjadi awal dari segalanya, teori.

4.6.1 Identifikasi Masalah


Tahapan identifikasi masalah memiliki tujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan dari objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini mendapatkan
suatu permasalahan yang selanjutnya akan dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan analisis manajemen keterlambatan pada Proyek Pembangunan Gedung
Student Center Politeknik Negeri Indramayu. Penetapan tujuan dari peneltian juga
dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada dan bagiamana analisis
dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut yang dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode Precedence Diagram Method (PDM).

4.6.2 Pengumpulan Data


Adapun tahapan dalam pengumpulan data yang dilakukan untuk
mempermudah proses analisa pada penelitian dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.
Dalam penelitian ini, informasi atau data yang diperlukan untuk penelitian
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
mendefinisikan studi kepustkaan adalah adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

35
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipecahkan.
b. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Tahapan ini adalah tahapan dimana proses data-data dikumpulan dari data
primer dan sekunder yang mana dari data-data yang telah dikumpulan
selanjutnya dilakukan analisis untuk menjawab rumusan masalah pada
penelitian. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1. Time Schedule
c. Kesimpulan
Pada tahapan kesimpulan yang merupakan langkah terakhir dari sebuah
penelitian yang dilakukan, didapatkan suatu jawaban atau pernyataan dari
proses analisis yang telah dilakukan. Kesimpulan pada umumnya menjawab
rumusan masalah dan tujuan penelitian.

36
4.6.3 Kerangka Output Penelitian

Latar Belakang
Penjadwalan merupakanKerangka
Gambar 4.2 salah satuOutput Penelitian
tolak ukur keberhasilan
proyek disamping anggaran dan mutu.
Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpastian dalam
menentukan durasi proyek.

Objek Permasalahan
Bagaimana memasukan ketidakpastian tersebut dalam
menentukan durasi proyek.
Kegiatan-kegiatan apakah yang termasuk kegiatan kritis.

Mengumpulkan
Pelaksana Data Pengawas

Gambar Kerja Jadwal Eksisting Proyek


Time Schedule

Menentukan Koefisien
Pekerjaan

Umur Rencana Proyek

Menysun Jaringan pekerjaan


Identifikasi & mengelompokan jenis pekerjaan.
Hubungan ketergantungan.
Menghitung durasi produktivitas dan durasi.
Perhitungan diagram jaringan kerja.

37
A

Penjadwalan Proyek

Gambar 4.2 Kerangka Output Penelitian

4.6.4 Flow Chart Tahapan Penelitian

Mulai

Pendahuluan
(identifikasi masalah, batasan penelitian, dll)

Kajian/Tinjauan Pustaka
(study, literature)

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Time Schedule
Kurva S
Data Volume Pekerjaan

38
A

Penjadwalan Ulang/Reschedule

Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

Gambar 4.3 Flowchart Tahapan Penelitian

39
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 ANALISIS DATA PENELITIAN


Pada studi kasus ini yang menjadi objek penelitian yang diambil adalah
Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu yang
berada di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Dengan melakukan pengumpulan data didukung dengan
literatur yang ada maka penulis akan meninjau kembali jadwal proyek yang ada
untuk mengetahui penjadwalan proyek dengan metode Precedence Diagram
Method (PDM) dan melakukan penjadwalan ulang dibantu dengan Microsoft
Project 2016 untuk mengetahui jalur kritis pada kegiatan proyek tersebut. Dalam
membuat analisa, data proyek diperoleh dari pihak PT. Arkindo berupa Time
Shedule dan jadwal rencana dalam bentuk kurva-s. Data-data tersebut digunakan
dalam pembuatan perencanaan jadwal Precedence Diagram Method (PDM)
dengan bantuan program Microsoft Project 2016. Adapun gambaran umum dari
proyek ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Data Umum Proyek


No Uraian Data/Keterangan Sumber Data

1. Nama Pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Data Sekunder


Student Center Politeknik
Negeri Indramayu

2. Lokasi Pekerjaan Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Data Sekunder


Kec. Lohbener, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat
3. Real Cost Pekerjaan Rp. 50.008.348.137,00 Data Sekunder

40
4. Pelaksana PT. Arkindo Data Sekunder

5. Perencana Data Sekunder


PT. Cahaya Semesta

No Uraian Data/Keterangan Sumber Data

6. Waktu Pelaksanaan 350 Hari Kalender Data Sekunder

7. Tahun Anggaran 2020 Data Sekunder

Sumber : Data proyek PT Arkindo, 2021

5.1.1 Time Schedule


Secara umum setiap proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan atau
schedule dalam tahapan fase perencanaan, secara singkat penjadwalan atau
schedule konstruksi merupakan suatu cara untuk menentukan dan menetapkan
waktu pelaksanaan item pekerjaan serta alokasi sumber daya yang akan
digunakan, dikenal dengan istilah “man power, material, equipment” atau dalam
Bahasa Indonesia disebut “tenaga manusia, material dan peralatan” selama proses
konstruksi.
Time schedule atau project schedule dibuat oleh project manager untuk
mengatur manusia di dalam suatu proyek dan menunjukan kepada organisasi
bagaimana pekerjaan proyek tersebut akan dilaksanakan. Setiap proyek
membutuhkan Time schedule dan ini digunakan oleh project manager/site
manager sebagai alat untuk memantau apakah proyek dan tim masih terkendali
dengan baik atau tidak.

5.2 ANALISIS DATA

Penyusunan jadwal proyek adalah merencanakan waktu suatu aktivitas yang


harus dimulai dan harus berakhir. Setelah hubungan ketergantungan antar
kegiatan tersusun selanjutnya menggambarkan jaringan kerja seluruh kegiatan.
Program Microsoft Project membantu mengolah dan mendapatkan jadwal proyek

41
dengan metode Gantt Chart beserta lintasan kritisnya. Pengoperasian Microsoft
Project memiliki beberapa tahapan, yaitu:

5.2.1 Informasi Data Awal

Memasukkan data awal proyek yaitu: nama proyek, tanggal dimulainya


proyek, lalu mengatur kalender proyek yang akan digunakan. Pada pengaturan
kalender ini, diatur hari-hari apa saja yang akan dijadikan hari libur baik hari
Minggu ataupun hari-hari raya nasional. Microsoft Project mempunyai kerja
standar, yaitu : Hari kerja adalah Senin - Jum’at. Jam kerja adalah jam 08.00 -
12.00, kemudian dilanjutkan dari jam 13.00-17.00, yang berarti dalam satu hari
ada 8 jam kerja. Tidak ada hari libur khusus.

5.2.2 Menghitung Jumlah Tenaga Kerja

Salah contoh menyebutkan, besar jumlah tenaga kerja yang diperlukan


untuk menggali 1 m3 tanah jika indeks koefisen yang ditentukan adalah 0.75
Pekerja dan 0.25 Mandor, Maka indeks (angka) tersebut mempunya pengertian
bahwa, 0.75 P bekerja bersama-sama dengan 0.025 M akan menghasilkan 1 m3
galian tanah dalam satu hari. Ibrahim (2012) Jika indeks tersebut dikalikan dengan
faktor 1.000 meter kubik galian maka Perbandingan antara pekerja dan mandor
sebagai berikut:
750 P 30 P
=
25 M 1 M

Dengan kata lain dapat disimpulkan : 1M = 30 P, M = Mandor dan P = Pekerja.

Dalam Pedoman AHSP PU 2012 menguraikan bahwa jumlah jam kerja


merupakan koefisien tenaga kerja atau kuantitas jam kerja per satuan pengukuran.
Koefisien ini adalah faktor yang menunjukan lamanya pelaksanaan dari tenaga
kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan. Faktor
yang mempengaruhi koefisien tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan
tingkat keahlian tenaga kerja. Penetapan jumlah dan keahlian tenaga kerja
mengikuti produktivitas. Jumlah tenaga kerja tersebut relatif tergantung dari

42
beban kerja utama produk yang dianalisis.
Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan menjumlahkan jumlah
tenaga kerja yang dipakai oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada hari
yang sama. Perhitungan tenaga kerja selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Contoh perhitungan tenaga kerja :
1. Pekerjaan Bekesting Plat A1 Lantai 1
Volume pekerjaan bekesting plat A1 lantai 1 (V) = 1221,58 m²
Kebutuhan tenaga kerja
Pekerja = 0,66 x 1221,58 = 806,2428 OH/ m²
Tukang Kayu = 0,33 x 1221,58 = 403,1214 OH/ m²
Kepala Tukang = 0,033 x 1221,58 = 40,3121 OH/ m²
Mandor = 0,033 x 1221,58 = 40,3121 OH/ m²

Durasi = 40,3121 hari (dibulatkan 40 hari)


Pekerja = 806,2428 / 40,3121 = 20 Orang
Tukang Kayu = 403,1214 / 40,3121 = 10 Orang
Kepala Tukang = 40,3121 / 40,3121 = 1 Orang
Mandor = 40,3121 / 40,3121 = 1 Orang

5.2.3 Menghitung Durasi Optimal

Durasi Minimum adalah waktu produktif yang paling lama untuk tenaga
kerja menyelesaikan suatu satuan pekerjaan. Durasi minimum didapatkan dari
pengertian indeks koefisen tenaga kerja dengan asumsi kelompok tenaga kerja
(Pokja) utama yang digunakan masing-masing menggunakan asumsi sesuai acuan
SNI. Dan kemudian menurunkan rumus indeks koefisen orang dari persamaan (1)
dengan menggunakan pendekatan logika matematika. Maka persamaan durasi
minimum seperti pada rumus 3.10. Perhitungan durasi selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran

Koefisien Tenaga Kerja x Volume Pekerjaan


Durasi Minimum=
JumlahTenaga Kerja

Keterangan:
a. Koefisien tenaga kerja dikalikan volume jika dibaagi dengan jumlah minum

43
tenaga kerja akan memiliki satuan hari dalam satuan volume pekerjaan,
Artinya untuk menyelesaikan satuan volume pekerjaan waktu produktif
paling lama adalah koefisen hari dari hasil perkalian rumus tersebut.

b. Nilai koefisen yang diambil untuk merepresentasikan kebutuhan penyelesain


waktu dalam perhitungan durasi adalah nilai koefisen tenaga kerja terbanyak
yang ada dalam pokja utama.
1. Pekerjaan Bekesting Plat A1 Lantai 1
Volume pekerjaan bekesting plat A1 lantai 1 (V) = 1221,58 m²
(volume pekerjaan diperoleh dari data rencana proyek)

Koefisien tenaga kerja (N) = Pekerja = 0,66


Tukang Kayu = 0,33
Kepala Tukang = 0,033
Mandor = 0,033
(nilai koefisien diperoleh dari PERMEN PU No.28 Tahun 2016)

Jumlah Pekerja (n) = Pekerja = 20 Orang


Tukang Kayu = 10 Orang
Kepala Tukang = 1 Orang
Mandor = 1 Orang

Koefisien Tenaga Kerja x Volume (V )


Durasi pekerjaan (D) =
JumlahTenaga Kerja (n)
0,66 x 1221,58
Pekerja = =40,312
20
0,33 x 1221,58
Tukang Kayu = =40,312
10
0,033 x 1221,58
Kepala Tukang = =40,312
1
0,033 x 1221,58
Mandor = =40,312
1
Diperoleh durasi pekerjaan menjadi 40,312 = 40 hari

44
5.2.4 Hubungan Ketergantungan Antar Pekerjaan
Hubungan antar pekerjaan dalam proyek ini tidak semua sama, karena ada
pekerjaan yang mulai atau selesai bersamaan. Namun ada pula pekerjaan yang
dimulai beberapa hari setelah pekerjaan lainnya selesai.sehingga hubungan
ketergantungan antar pekerjaan pada proyek ini atau hubungan predecessor, yaitu
hubungan terhadap aktifitas sebelumnya. Setelah hubungan ketergantungan
pekerjaan dimasukan, hal ini berarti bahwa kita telah selesai memasukan data
proyek ke dalam Microsoft Project 2016, namun perlu dilakukan pengontrolan
apakah durasi proyek yang di peroleh dengan menggunakan Microsoft Project
2016 adalah sama dengan durasi proyek yang diperoleh dari perencanaan awal
proyek berdasarkan perencanaan awal adalah 350 hari. Untuk membentuk suatu
diagram jaringan kerja dengan metode Precedence Diagram Method (PDM) maka
dibutuhkan hubungan ketergantungan antar pekerjaan yang satu dengan pekerjaan
yang lainnya dimana hubungan pekerjaan tersebut merupakan kendala (constrain)
yang dapat mempengaruhi kemampuan sumber daya untuk melaksanakan proyek.
Hubungan antar pekerjaan memiliki ketergantungan yang disebabkan oleh sifat
kegiatan itu sendiri. Pada Proyek Pembangunan Gedung Student Center
Politeknik Negeri Indramayu yang berada di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok,
Kec. Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sebagian besar pekerjaan
memiliki hubungan ketergantungan yang disebabkan oleh sifat kegiatan itu
sendiri. Sebagai contoh untuk memulai pekerjaan balok, pekerjaan kolom harus
sebagian telah selesai, demikian pula utuk pekerjaan kolom, pekerjaan pondasi
dan sloof harus telah selesai sebagian. Dalam mengembangkan jadwal dengan
metode PDM hubungan ketergantungan antar pekerjaan dilakukan dengan
hubungan Finish to Start, Start to Start, Finish to Start dan Start to Start dan
langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukan daftar pekerjaan pada
Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu yang
berada di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat ke dalam program Microsoft Project selanjutnya mengisi
informasi setiap pekerjaan (durasi, resource dan hubungan antar pekerjaan). Hal
pertama yang dilakukan setelah mengatur project information yaitu memasukan

45
tanggal mulai proyek ke dalam Microsoft Project yang di tunjukan pada gambar
5.1

Gambar 5.1 Mengatur Project Information


(Sumber : Data pribadi, 2021)

Setelah mengatur tanggal dimulainya proyek langkah selanjutnya yaitu


mengatur change working time yaitu mengatur hari kerja pada proyek yang
ditunjukan pada Gambar 5.2

Gambar 5.2 Mengatur Change Working Time


(Sumber : Data pribadi, 2021)

46
Setelah mengatur hari kerja pada proyek langkah selanjutnya yaitu mengatur
hari libur pada proyek yang ditunjukan pada Gambar 5.3

Gambar 5.3 Mengatur Hari Kerja Dan Hari Libur


(Sumber : Data pribadi, 2021)

Setelah mengatur hari libur pada proyek langkah selanjutnya yaitu mengatur
project options yaitu memasukan semua jenis pekerjaan yang ada dalam proyek
ke dalam MS. Project yang ditunjukan pada Gambar 5.4

Gambar 5.4 Mengatur Project Options

47
(Sumber : Data pribadi, 2021)

Setelah memasukan daftar pekerjaan proyek selesai maka hal selanjutnya


adalah memasukan durasi pekerjaan ke tiap masing-masing pekerjaan sesuai data
yang didapatkan yang ditunjukan pada Gambar 5.5

Gambar 5.5 Memasukan Durasi Pekerjaan


(Sumber : Data pribadi, 2021)

Setelah memasukan semua durasi pekerjaan maka selanjutnya adalah


membuat hubungan antar pekerjaan yang menunjukan ketergantungan antar
pekerjaan yang ditunjukan pada Gambar 5.6

48
Gambar 5.6 Membuat Hubungan Antar Pekerjaan
(Sumber : Data pribadi, 2021)

Setelah selesai membuat hubungan antar pekerjaan maka dilihat pekerjaan


yang mengalami kritis, untuk menampilkan bagian kritis pekerjaan dilakukan
dengan cara klik kanan pilih show/hide bar syles lalu pilih critical task dapat
ditunjukan pada Gambar 5.7

Gambar 5.7 Menampilkan Bagian Kritis Pekerjaan


(Sumber : Data pribadi, 202

49
5.2.5 Penentuan Jalur Kritis
Setelah hubungan antar pekerjaan tersebut selesai dimodelkan kedalam
Microsoft Project 2016, maka didapatkan beberapa item pekerjaan yang berada
pada jalur kritis dengan ciri pada bar chart ditunjukan dengan garis berwarna
merah seperti yang ditunjukan pada gambar 5.7. Durasi penjadwalan pada
Microsoft Project harus sesuai dengan barchart pekerjaan yang telah dibuat pada
proyek tersebut.
Pekerjaan yang berada pada jalur kritis (memungkinkan untuk dilakukan
percepatan) inilah yang akan dilakukan percepatan (crashing), untuk melihat
pekerjaan yang berada pada jalur kritis tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.10

Tabel 5.2 Pekerjaan yang berada pada jalur kritis 303 hari
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
I BASEMENT
A PEKERJAAN TANAH
1 GALIAN TANAH FONDASI TANGGA NON KRITIS
2 GALIAN TANAH SLOOF NON KRITIS
GALIAN TANAH TALUD NON KRITIS
3
4 GALIAN TANAH BASEMENT KRITIS
5 GALIAN TANAH PIT LIFT NON KRITIS
6 BUANG GALIAN TANAH NON KRITIS
7 URUG TANAH KEMBALI NON KRITIS
8 URUG PASIR BAWAH FONDASI NON KRITIS
9 URUG PASIR BAWAH SLOOF NON KRITIS
10 URUG PASIR BAWAH PIT LIFT NON KRITIS
11 URUG PASIR BAWAH PLAT A3 NON KRITIS
RABAT BETON / LANTAI KERJA BAWAH NON KRITIS
12 FONDASI
RABAT BETON / LANTAI KERJA BAWAH
NON KRITIS
13 SLOOF
RABAT BETON / LANTAI KERJA BAWAH PIT
14 LIFT NON KRITIS
RABAT BETON / LANTAI KERJA BAWAH NON KRITIS
15 PLAT A3
B PEKERJAAN FONDASI
1 UPAH BOR, DIAMETER 800 MM KRITIS

50
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
2 BUANG LUMPUR NON KRITIS
3 BOR PILE
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 20 Mpa KRITIS
4 TALUD BATU KALI NON KRITIS
5 FONDASI F1
Bekesting fondasi NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 FONDASI F2
Bekesting fondasi NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 FONDASI F3
Bekesting fondasi NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 FONDASI F4
Bekesting fondasi NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
9 FONDASI F5
Bekesting fondasi NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
10 FONDASI F6
Bekesting fondasi NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
C PEKERJAAN SLOOF – 3,20
1 SLOOF S1
Bekesting sloof NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 SLOOF S2
Bekesting sloof NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
D PEKERJAAN KOLOM – 3,20 s/d – 0,10
1 KOLOM K1
Bekesting kolom NON KRITIS

51
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 KOLOM K3
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 KOLOM K4
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 KOLOM K5
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 KOLOM K5
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 KOLOM K6
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 KOLOM K7
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 KOLOM K9
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
9 KOLOM K11
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
10 KOLOM K13
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
11 KOLOM KL
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS

52
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
12 KOLOM KT
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
E PEKERJAAN BALOK – 0,10
1 BALOK B2
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B5
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B6
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 BALOK B7
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
F PEKERJAAN PLAT – 3,20
1 PLAT A3
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 PLAT DINDING
Bekesting dinding NON KRITIS
Pembesian KRITIS

53
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 PLAT PIT LIFT
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
G PEKERJAAN PLAT – 0,10
1 PLAT A1
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
H PEKERJAAN TANGGA – 3,20 s/d – 0,10
1 GALIAN TANAH FONNDASI TANGGA NON KRITIS
2 URUG TANAH KEMBALI NON KRITIS
3 URUG PASIR BAWAH FONDASI NON KRITIS
RABAT BETON / LANTAI KERJA BAWAH
4 NON KRITIS
FONDASI
5 FONDASI TANGGA
Bekesting fondasi KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
6 BALOK TANGGA
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 KOLOM TANGGA
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 PLAT TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
9 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
I PEKERJAAN OVER STAGE - 3,20 s/d – 0,10
1 PLAT A3
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 SLOOF S2

54
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Bekesting sloof KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 BALOK B2
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B3
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 PLAT A1
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
II GROUND FLOOR
A PEKERJAAN SLOOF – 0,10
1 SLOOF S1
Bekesting sloof KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 SLOOF S2
Bekesting sloof KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
B PEKERJAAN KOLOM – 0,10 s/d + 3,60
1 KOLOM K1
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K3
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K4
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS

55
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
6 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 KOLOM K7
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
8 KOLOM K9
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
9 KOLOM K11
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
10 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
11 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
12 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
C PEKERJAAN BALOK + 3,60
1 BALOK B2
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS

56
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 BALOK B5
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 BALOK B6
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 BALOK B7
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 BALOK B9
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 BALOK B12
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
9 BALOK B13
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
10 BALOK BL
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
D PEKERJAAN PLAT + 3,60
1 PLAT A2 + 2,45
Bekesting plat KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 PLAT A2 + 3,60
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS

57
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT A3 + 3,60
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
E PEKERJAAN TANGGA – 0,10 s/d + 3,60
1 BALOK TANGGA
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 KOLOM TANGGA
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
F PEKERJAAN OVER STAGE + 3,60
1 PLAT A2
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 BALOK B2
Bekesting sloof KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 BALOK B6
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS

58
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
F PEKERJAAN BAJA + 3,60
ATAP KANOPI ENTRANCE DEPAN
1 KUDA KUDA C150x50x20x3.2 NON KRITIS
2 GORDING C100x50x20x3.2 NON KRITIS
3 SAGROT Ø12 mm NON KRITIS
ATAP KANOPI ENTRANCE SAMPING
4 KUDA KUDA WF250x125x6x9 NON KRITIS
5 GORDING C100x50x20x3.2 NON KRITIS
6 NON KRITIS
SELING Ø19 mm
NON KRITIS
7 ANGKUR D19

III
LANTAI 1
A
PEKERJAAN KOLOM + 3,60 s/d + 7,30
1 KOLOM K1
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K3
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K4
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
6 KOLOM K7
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 KOLOM K9

59
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
8 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
9 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
10 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
11 KOLOM KL
Bekesting kolom KRITIS
KRITIS
Pembesian
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
B PEKERJAAN BALOK + 7,30
1 BALOK B2
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B5
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa
5 BALOK B6

60
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 BALOK B9

Bekesting balok NON KRITIS

Pembesian NON KRITIS


Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 BALOK BL
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa
C PEKERJAAN PLAT + 7,30
1 PLAT A1
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 PLAT A2 + 6,15
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT A2 + 7,30
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
D PEKERJAAN TANGGA + 3,60 s/d + 7,30
1 BALOK TANGGA
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 KOLOM TANGGA
KRITIS
Bekesting kolom

Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa

61
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
4 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
E PEKERJAAN OVER STAGE + 3,60
1 PLAT A1
KRITIS
Bekesting plat
KRITIS
Pembesian
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 BALOK B2
Bekesting sloof NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B3
Bekesting sloof NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B6
Bekesting sloof NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting sloof NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
IV LANTAI 2
A PEKERJAAN KOLOM + 7,30 s/d + 11,00
1 KOLOM K1
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K3
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS

62
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
4 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM K7
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
6 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
8 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
9 KOLOM KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
B PEKERJAAN BALOK + 11,0
1 BALOK B2
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 BALOK B5
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS

63
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
5 BALOK B6
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 BALOK B9
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
8 BALOK B10
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
9 BALOK B11
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
10 BALOK B14
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
11 BALOK BL
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
C PEKERJAAN PLAT + 11,0
1 PLAT A1
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 PLAT A2 + 9,85
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT A2 + 11,00
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
D PEKERJAAN TANGGA + 7,30 s/d + 11,00
1 BALOK TANGGA
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS

64
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM TANGGA
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 PLAT TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
E PEKERJAAN OVER STAGE + 11,00
1 PLAT A1
Bekesting plat NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 PLAT A2
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 BALOK B11
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 BALOK B14
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
V LANTAI 3
A PEKERJAAN KOLOM + 11,00 s/d + 14,70
1 KOLOM K3

65
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 KOLOM K7
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 KOLOM K13
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 KOLOM KL
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
B PEKERJAAN BALOK + 14,70
1 BALOK B2
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B4

66
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B6
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 BALOK BL
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
C PEKERJAAN PLAT + 14,70
1 PLAT A1
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 PLAT A2 + 13,55
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT A2 + 14,70
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 PLAT A3
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
D PEKERJAAN TANGGA +11,00 s/d + 14,70
1 BALOK TANGGA
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 KOLOM TANGGA
Bekesting kolom NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS

67
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
3 PLAT TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
E PEKERJAAN OVER STAGE + 14,70
1 PLAT A3
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu K100 KRITIS
VI LANTAI 4
A PEKERJAAN KOLOM + 14,70 s/d + 18,40
1 KOLOM K3
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 KOLOM K7
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
6 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS

68
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
8 KOLOM KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
B PEKERJAAN BALOK + 18,40
1 BALOK B2
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B6
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 BALOK B11
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
7 BALOK B14
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
8 BALOK BL
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
C PEKERJAAN PLAT + 18,40
1 PLAT A1

69
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 PLAT A2 + 17,25
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT A2 + 18,40
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
D PEKERJAAN TANGGA + 14,70 s/d + 18,40
1 BALOK TANGGA
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 KOLOM TANGGA
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
VII LANTAI 5
A PEKERJAAN KOLOM + 18,40 s/d +22,10
1 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K7
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS

70
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 KOLOM K12
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
6 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
B PEKERJAAN BALOK +22,10
1 BALOK B2
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B6
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
C PEKERJAAN PLAT + 22,10
1 PLAT A1
Bekesting plat KRITIS

71
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
D PEKERJAAN TANGGA + 18,40 s/d +22,10
1 BALOK TANGGA
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 KOLOM TANGGA
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 PLAT TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 PLAT BORDES TANGGA
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
VIII ATAP
A PEKERJAAN KOLOM +22,10 s/d 25,90
1 KOLOM K5
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K7
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 KOLOM K12
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS

72
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
6 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
7 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
B PEKERJAAN BALOK +25,90
1 BALOK B2
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
2 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
3 BALOK B4
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
4 BALOK B6
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
5 BALOK B9
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
6 BALOK B14
Bekesting balok NON KRITIS
Pembesian NON KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa NON KRITIS
C PEKERJAAN PLAT +25,90
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
D PEKERJAAN KOLOM 25,90 s/d 29,50
1 KOLOM K6
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS

73
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 KOLOM K12
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 KOLOM K13
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 KOLOM LIFT KL
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 KOLOM LIFT KT
Bekesting kolom KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
E PEKERJAAN BALOK + 29,50
1 BALOK B3
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
2 BALOK B4
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
3 BALOK B6
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
4 BALOK B9
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
5 BALOK B10
Bekesting balok KRITIS
Pembesian KRITIS
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
F PEKERJAAN PLAT + 29,50
Bekesting plat KRITIS
Pembesian KRITIS

74
No Uraian Pekerjaan Deskripsi
Beton mutu f’c = 25 Mpa KRITIS
Sumber : Data pribadi, 2021
Dari hasil penjadwalan ulang (reschedule) dengan menggunakan Microsoft
Project 2016 maka didapat hasil seperti pada tabel diatas, untuk durasi paling
optimal diperoleh total durasi untuk pekerjaan struktur adalah 303 hari dan 401
item pekerjaan yang dinyatakan masuk kedalam jalur kritis.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis kinerja proyek dengan mengunakan metode


penjadwalan Presedence Diagram Methode (PDM) dengan menggunakan
Microsoft Project 2016 maka dapat diketahui kondisi akhir dari proyek yang
jadwal rencana pekerjaan strukturnya selesai selama 273 hari tersebut, apakah
sesuai dengan lama waktu perencanaan optimal atau tidak. Dengan menggunakan
koefisien tenaga kerja dari PERMEN PU No.28 Tahun 2016 maka di dapatkan
kondisi Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri
Indramayu yang berada di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sebagai berikut :

5.3.1 Analisis Waktu Pekerjaan Normal Dan Penjadwalan Ulang


Langkah awal analisis dengan membuat diagram jaringan kerja berupa
Precedence Diagram Method (PDM) menggunakan perhitungan durasi minimum,
pekerjaan yang dimulai pada bulan 27 Januari 2020, dan semua kegiatan
dijadwalkan kemudian dilakukan urutan logis kegiatan berdasarkan metode
pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Pembuatan jaringan PDM seperti pada
lampiran menggunakan Microsoft Project 2016, dari jaringan PDM tersebut
diperoleh waktu penyelesaian proyek dengan durasi optimal pekerjaan struktur
selama 303 hari kerja dan selesai pada bulan 27 November 2020. Dari hasil
jaringan kerja PDM pekerjaan durasi optimal juga diperoleh kegiatan-kegiatan
yang berada pada lintasan kritis. Kegiatan-kegiatan yang mendapatkan jalur kritis
dapat dilakulakukan percepetan kegiatan misal dengan penambahan tenaga kerja,
jam lembur dan kerja shift. Dari analisa optimalisasi penjadwalan pada proyek

75
tersebut maka didapat durasi yang menurut sudut pandang penulis merupakan
durasi optimal,durasi optimal merupakan durasi yang terbaik yang berdasarkan
pada perhitungan jumlah tenaga kerja menurut PERMEN PU No.28 Tahun 2016,
bahwa hasil dari penjadwalan ulang durasi optimum untuk pekerjaan struktur
didapat waktu selama 303 hari dari durasi normal 273 hari kalender dengan
berdasarkan pada koefisien tenaga kerja pada PERMEN PU No.28 Tahun 2016.

76
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis tentang optimalisasi penjadwalan pada Proyek
Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu yang berada
di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Waktu optimal untuk menyelesaikan pekerjaan (Durasi Optimal) pada
perencanaan pekerjaan struktur pada proyek pembangunan Proyek
Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri Indramayu yang
berada di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat dengan menggunakan program Microsoft Project
2016 adalah 303 hari dari durasi normal proyek 273 hari kalender, sehingga
total keseluruhan durasi proyek menjadi 388 hari kalender.
b. Dari hasil optimalisasi penjadwalan dengan menggunakan Microsoft Project
2016 pada Proyek Pembangunan Gedung Student Center Politeknik Negeri
Indramayu yang berada di Jl. Lohbener Lama No.08, Legok, Kec. Lohbener,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat diperoleh untuk durasi paling optimal
pada pekerjaan struktur adalah 303 hari dengan 401 item pekerjaan yang
dinyatakan masuk kedalam jalur kritis.

6.2 SARAN
Dari hasil analisis tentang penjadwalan ulang yang dilah dilakukan maka
dapat disarankan antara lain sebagai berikut :
a. Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk menjaga kinerja proyek agar
sesuai dengan jadwal rencana dan dapat mengantisipasi keterlambatan yang
mungkin bisa terjadi selama pengerjaan proyek.
b. Dalam menggunakan program Microsoft Project 2016 untuk pengelolaan
proyek tidaklah cukup hanya berbekal pengetahuan untuk
mengoperasikannya saja, namun perlu dibekali dengan pemahaman dalam

77
proses pengolahan data manajemen konstruksi. Penggunaan Microsoft Office
Project sebaiknya digunakan untuk proyek besar dan kompleks sehingga
manfaatnya lebih terasa.
c. Pembuatan hubungan antar pekerjaan dalam Microsoft Project hendaknya
dilakukan secara cermat dan teliti agar diperoleh hasil analisis yang akurat.
d. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya mengetahui bagaimana keadaan di
lapangan secara langsung agar pembuatan hubungan antar pekerjaan dalam
Microsoft Project dapat lebih akurat.
e. Penggunaan program Microsoft Project 2016 dalam tugas akhir ini masih
sangat sederhana, untuk itu masih perlu mempelajari lebih jauh lagi.
f. Penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi bagi proyek untuk
digunakan di lapangan.

78
DAFTAR PUSTAKA

Abma, Vendie. (2016). Jurnal Analisis Pengendalian Waktu Dengan Earned


Value Pada Proyek Pembangunan Hotel Fave Kotabaru Yogyakarta
Ervianto, Wulfram I. (2004). Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.

Andi, Jakarta
Fauzan. (2016). Optimalisasi Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan
dengan Preseden Diagram Method (PDM), Teras Jurnal, vol. 6, No.2, 132-
133.
Harsanto, Budi. (2011). Manajemen proyek menggunakan MS Project 2010,
Bandung.
Havniansyah Zidny Muhammad. (2016). Analisa Penjadwalan Ulang Waktu
Pelaksanaan Konstruksi Pada Proyek Suderan Kali Ciliwung Ke Kanal
Banjir Timur Setelah Diputuskan Amandemen III Tentang Perpanjangan
Waktu Pelaksanaan Konstruksi
Husen, A. (2009). Manajemen Proyek . Yogyakarta: Andi.

Isnaini, wirda. 2016. Analisis Penjadwalan Proyek Dengan Metode Predence


Diagram Method (PDM) Menggunakan MS. Project 2016. Padang
Lampiran Permen PUPR. (2016). Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan
(AHSP) Bidang Cipta Karya.
Manto, Junaedi. (2013). Jurnal Mengidentifikasi Durasi dan Tenaga Kerja
Berdasarkan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Pada Perencanaan
Pekerjaan Perumahan Villa Idaman Boalemo
Muliyadi. (2016). Penjadwalan Ulang Proyek Konstruksi Dengan Preseden
Diagram Method (PDM).
Nila Ulfah dan Sutikno. (2011). Jurnal Penentuan Biaya Berdasarkan
Optimalisasi Jadwal Proyek.
Rifqi Auzan N, Daniar Rizky S, Suharyanto. (2017). Jurnal Pengendalian Biaya
dan Waktu Proyek Dengan Metode Konsep Nilai Hasil (Earned Value).
Soeharto, I. (1997). Manajemen Proyek (dari konseptual sampai operasional).
Jilid satu. Jakarta : Erlangga.

79
Soeharto, I. (2001). Manajemen Proyek (dari konseptual sampai operasional).
Jilid dua. Jakarta : Erlangga.
Suherman dan Amalina Ilma. 2016. Analisa Penjadwalan Proyek
Menggunakan PDM dan PERT serta Crash Project. Vol.2, No.1.
Kupang.
Suputra, I Gusti. 2011. Penjadwalan Proyek dengan Precedence Diagram
Method (PDM) dan Ranked Position Weight Method (RPWM). Denpasar.
Syafriandi, 2005, Aplikasi Microsoft Project untuk Penjadwalan Kerja Proyek
Teknik Sipil, Andi : Yogyakarta.
Syafriandi. 2017. Manajemen Konstruksi dengan Apikasi Ms. Project. CV Andi
Offset. Yogyakarta.
Titis Oktavian. (2020). Penjadwalan Ulang (Reschedule) Dengan Evaluasi
Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept).
Universitas Teknologi Yogyakarta. (2019). Pedoman Teknis Penulisan
Laporan Kerja Praktik FST Mahasiswa Universitas Teknologi
Yogyakarta. Yogyakarta
Wijaya, G.D., 2010, Studi Kasus Penjadwalan Proyek Pada Proyek Rumah
Toko X Menggunakan Microsoft Project 2010, Penerbit Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra.

80

Anda mungkin juga menyukai