Disusun oleh:
KELOMPOK 3 D
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN TUGAS BESAR
PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN
Dosen Pengampu : Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng.
Disusun oleh:
KELOMPOK 3 D
ALWI AKBAR RAFSANJANI 5200811027
SATRIYO NUGROHO 5200811033
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN
Laporan Tugas Besar ini telah diterima salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
Kelompok 3 D
Alwi Akbar Rafsanjani 5200811027
Satriyo Nugroho 5200811033
Laporan Tugas Besar Perancangan Struktur Jembatan ini telah diperiksa dan
disetujui oleh :
Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng. Yoseph Satrio Resky A.P., S.T.
Tanggal:................................................. Tanggal:.....................................
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Besar Perancangan Struktur Jembatan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun guna memenuhi
persyaratan tugas besar jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Teknologi Yogyakarta dari mata kuliah Analisis Struktur Jembatan.
Dalam menyusun laporan ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
2. Ibu Ratna Septi Hendrasari, S.T., M.T.. selaku dosen wali.
3. Bapak Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu
mata kuliah Perancangan Struktur Jembatan.
4. Saudara/i - selaku asisten tugas besar Analisis Struktur Jembatan
5. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Teknologi Yogyakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan laporan ini.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki,
laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan untuk peningkatan
berikutnya.
Semoga laporan tugas besar Perancangan Analisis Jembatan ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penyusun
iii
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
iv
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
LEMBAR ASISTENSI.....................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi Jembatam..................................................2
1.2.1 Jenis Jembatan dari Segi Kegunaanya.......................................2
1.2.2 Jenis Jembatan dari Segi Strukturnya........................................4
1.2.3 Jenis Jembatan dari Segi Bahan Banguna..................................8
1.2.4 Jembatan menurut kelasnya.....................................................11
1.3 Jembatan Ternama.............................................................................11
BAB 2 PROSES PERENCANAAN JEMBATAN........................................15
2.1 Umum.................................................................................................15
2.2 Dasar Pemilihan Tipe Jembatan.........................................................16
2.2.1 Keadaan Struktur Tanah Pondasi.............................................16
2.2.2 Faktor Peralatan dan Tenaga Teknis........................................16
2.2.3 Faktor Bahan dan Lokasi.........................................................16
2.2.4 Faktor Lingkungan...................................................................17
2.3 Bagian Struktur Jembatan..................................................................18
2.3.1 Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structur)....19
2.3.2 Struktur Bangunan Bawah Jembatan ( Sub Structure)............19
2.4 Rangka Baja.......................................................................................19
2.4.1 Sistem Struktur.........................................................................20
2.4.2 Metode Perskitan Jembatan.....................................................20
2.4.3 Struktur Baja............................................................................21
vi
2.4.4 Alat Sambung...........................................................................21
2.4.5 Profil Baja................................................................................21
BAB 3 BAGAN ALIR PERENCANAAN......................................................24
3.1 Bagan Alir Perencanaan Jembatan Truss...........................................24
BAB 4 PERMODELAN..................................................................................25
4.1 Pemodelan dan Analisis Struktur Pada SAP 200...............................25
4.2 Output SAP 2000...............................................................................42
BAB 5 PERHITUNGAN PEMBEBANAN...................................................43
5.1 Data Umum Jembatan........................................................................43
5.2 Pembebanan.......................................................................................45
5.3 Kombinasi Pembebanan.....................................................................54
BAB 6 ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMBEBANAN......................56
6.1 Data Analisis .....................................................................................56
6.2 Perhitungan Baut Pada Jembatan.....................................................101
BAB 7 PENUTUP..........................................................................................114
7.1 Kesimpulan......................................................................................114
7.2 Saran.................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mengingat beberapa keunggulan dari material baja dibandingkan dengan
material yang lain, maka material jembatan yang akan dibuat, menggunakan
bahan baja.
Tipe rangka jembatan yang digunakan menggunakan jembatan tipe Through
howe Truss. Pemilihan tipe imi karena dengan menggunakan tipe jembatan rangka
Truss lebih mudah dalam pengerjaan di lapangan dan juga untuk mencari bahan
lebih mudah dan sudah teruji dalam pembebanannya. Jembatan Truss sangat
ekonomis ntuk membangun karena pengunaan bahan yang efisien.
2
b. Jembatan Penyeberangan (foot bridge)
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari jembatan
ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan
penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor
kecelakaan bagi penyeberang jalan.
d. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
3
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan
baru dapat berfungsi.
4
b. Jembatan Gelagar (beam bridge)
Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat
dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan
menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang
merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang
bentang 5 – 40 meter.
c. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai
lalu lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan
cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang
terpasang diatas pilar-pilar jembatan ditengah bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah
posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan
resiko gempa dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.
5
d. Jembatan Gantung (suspension bridge)
Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable)
yang memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatan
biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan
gelagar terletak pada kabel. Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi
jembatan dapat ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah
sulitnya mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi. Pemasangan gelagar
jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dan kabel
sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan ini
umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1400 meter.
6
Gambar 1.9 Jembatan Beton Prategang (prestressed concrete bridge)
(Sumber : Google, 08-04-2022)
7
tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya
rongga ditengah penampang.
Box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk
trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di tengah box
memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar penampang beton. Jenis
gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang
kemudian disatukan dengan sistem prategang post tensioning. Analisa full
prestressing suatu desain dimana pada penampang tidak diperkenankan adanya
gaya tarik, menjamin kontinuitas dari gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan
ini digunakan untuk variasi panjang bentang 20 – 40 meter.
8
Gambar 1.12 Jembatan Kayu
(Sumber : Google, 08-04-2022)
9
Gambar 1.14 Jembatan Beton Bertulang
(Sumber : Google, 08-04-2022)
d. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang
yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
e. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama
atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing-masing
bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang
lebih efisien. Jembatan ini digunakan guna memanfaatkan kelebihan mekanika
setiap bahan-bahan yang digunakan. Sehingga menghasilkan jembatan yang kuat
dan efisien.
10
Gambar 1.16 Jembatan Komposit
(Sumber : Google, 08-04-2022)
11
Barat Amerika Serikat. Meski sudah mulai dibuka pada tahun 1937, namun ia
mampu menjadi tujuan paling menarik di San Fransisco, Amerika Serikat.
Apalagi ditambah dengan pemandangan teluk yang ada di sekitarnya. Tentu
menambah alasan bagi para pengunjung untuk mendatanginya.
12
dari Pantai Utara ke pusat bisnis kota, begitupun sebaliknya. Ia jadi simbol bagi
Sydney. Keindahan kota ini makin kentara saja dengan pemandangan di sekitar
pelabuhan, serta dari bentuk Sydney Opera House-nya yang popular. Membuat
langit kota makin semarak saja.
13
sekitarnya. Dahulu, para pedagang daging yang memiliki toko-toko itu. Namun
kini berubah. Para pemiliknya mayoritas merupakan pedagang souvenir, berlian
dan juga barang kesenian. Meski demikian, “Ponte Vecchio” jadi salah-satu spot
menarik di Florence, Italia.
14
BAB 2
PROSES PERENCANAAN
JEMBATAN
BAB 2
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN
2.1. UMUM
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang
dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus
akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan
tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan terputus
maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa
jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas
darat dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan
struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus
akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar,
minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan
kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana
pemeliharaan jembatan yang baik.
Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatif besar, jembatan yang
dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume
lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan
pelebaran perlu disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga memungkinkan
pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya
yang murah dan konstruksi menjadi mudah.
15
Padasaat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan
pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi
persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan
efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah ditentukan.
16
yang bermutu tinggi. Di sana mungkin akan sangat ekonomis bila jembatan di
buat dari beton bertulang, pondasi dari pasangan batu koral dan sebagainya.
Di daerah pantai laut, dimana udara sekeliling mengandung garam, maka perlu
dipertimbangkan pemakaian konstruksi baja apakah masih sesuai mengingat
faktor perkaratan.
2.2.4.Faktor Lingkungan
Sebaiknya bentuk jembatan harmonis dengan sekitarnya, agar indah
dipandang. Ketentraman bathin menentukan dalam ruang gerak kehidupan
manusia. Bentuk dan warna alam sekitar mempengaruhi ketentraman jiwa.
Selain faktor di atas, maka perlu dipertimbangkan prinsip pemilihan
konstruksi jembatan, sebagai berikut:
1. Konstruksi Sederhana (bisa dikerjakan masyarakat)
2. Harga Murah (manfaatkan material lokal)
3. Kuat & Tahan Lama (mampu menerima beban lalin)
4. Perawatan Mudah & Murah (bisa dilakukan masyarakat)
5. Stabil & Mampu Menahan Gerusan Air
6. Bentang yang direncanakan adalah yang terpendek
7. Perencanaan abutment yang dihindari terlalu tinggi.
Tipe jembatan umumnya ditentukan oleh faktor seperti beban yang
direncanakan, kondisi geografi sekitar, jalur lintasan dan lebarnya, panjang dan
bentang jembatan, estetika, persyaratan ruang di bawah jembatan, transportasi
material konstruksi, prosedur pendirian, biaya dan masa pembangunan. Tabel 2.1
berikut menunjukkan aplikasi panjang bentang beberapa tipe jembatan.
17
Tabel 2.1 Tipe Jembatan dan Aplikasi Panjang Jembatan
Panjang
Contoh jembatan dan
No Tipe Jembatan Bentang
Panjangnya
(m)
1 Gelagar Beton Precast 10-300 Stolmasundet, Norwegia, 301 m
2 Gelagar Baja I/Kotak 15-376 Jembatan Stalassa, Itali, 376 m
3 Rangka Baja 40-550 Quebec, Canada, 549 m
4 Baja Lengkung 50-550 Shanghai Lupu, China, 550 m
Wan Xian, China, 425 m (pipa
5 Baja Lengkung 40-425
baja berisi beton)
6 Kabel Tarik 110-1100 Sutong, China, 1088 m
7 Gantung 150-2000 Akaski-Kaikyo, Jepang, 1991 m
Sumber : Perencanaan Teknik Jembatan Kementrisn Pekerjaan Umum
18
2.3.1. Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structure)
Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structure) adalah bagian
dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban yang ditimbulkan
oleh lalu lintas orang, kenderaan dan lain-lain, untuk selanjutnya disalurkan
kepada bangunan bawah jembatan bagian-bagian pada struktur bangunan atas
jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan,dan
perlengkapan lainnya seperti bangunan pengaman jembatan. Struktur utama
bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung,
jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.
19
memiliki desain sederhana yang dapat dengan mudah dianalisis oleh para
enggineer. Jembatan truss sangat ekonomis untuk membangun karena
penggunaan bahan yang efisien.
Sifat truss memungkinkan analisis struktur menggunakan beberapa asumsi
dan penerapan hukum Newton tentang gerak sesuai dengan cabang fisika yang
dikenal sebagai statika. Untuk keperluan analisis gulungan di asumsikan pin
bersendi dimana komponen lurus bertemu. Asumsi ini bahwa anggota truss
(chords, vertikal dan diagonal) akan bertindak hanya dalam ketegangan atau
kompresi. Sebuah analisa lebih kompleks diperlukan di mana sendi kaku
memaksakan beban lentur signifikan terhadap usur-unsur, seperti dalam truss
vierendeel.
20
3. Pemasangan dengan cara perlincuran, dibagi menjadi bentang
4. Tulangan dan bentang lebih dari satu
5. Kombinasi dari ketiga cara diatas.
1. Kekuatan (strength)
2. Kekakuan (stiffness)
3. Ekonomis
Macam-macam alat sambung yaitu:
1. Baut(bolt)
2. Paku keling (rivet)
3. Las (welding)
4. Paku pin
21
a. Wide Flange (WF) biasanya digunakan untuk tiang pancang, top dan
bottom chord, column, kantilever kanopi. Besi ini memiliki panjang 12
meter dengan berat yang beragam dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing.
b. UNP atau kanal U yang kurang lebih mirip dengan penggunaan wide
flange namun tidak untuk pembuatan column karena cenderung mudah
mengalami pelengkungan dengan pilihan panjang 6 dan 12 meter dan berat
yang bisa Anda pilih sesuai penggunaan.
c. H-beam digunakan untuk kolom, balok, tiang pancang, composite beam,
kantilever kanopi. Ada juga orang yang menyebutkan sebagai WF
sehingga Anda perlu memperhatikannya dengan baik.
d. Besi siku yang biasa digunakan untuk rak lemari atau sandaran buku
memiliki ukuran yang beragam mulai dari 50 mm sampai 250 mm.
e. T-beam memiliki bentuk penampang T dengan bagian atas yang berfungsi
sebagai flange untuk melawan tegangan tekan, sedangkan bagian
bawahnya berfungsi untuk melawan tegangan tarik serta menyediakan
pemisahan tekanan dari kekuatan tekuk. Biasanya baja ini diaplikasikan
pada balok lantai dan balik kantilever kanopi.
f. Lipped Channel (CNP) diaplikasikan pada balok dudukan penutup atap,
girts atau elemen yang memegang penutup dinding seperti metal sheet,
member pada truss dan rangka dalam komponen arsitektural. Baja ini juga
dikenal dengan istilah C-channel, profil-C atau kanal-C.
g. Plat hitam memiliki beragam ukuran dan tingkatan yang bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan Anda yang tentunya sudah melalui protokol
kontrol kualitas yang sangat ketat. Sehingga dapat dipastikan jika sudah
masuk ke pasaran maka kualitasnya tidak perlu diragukan lagi.
Pada permodelan jembatan kali ini menggunakan pratt truss dimana kali
menggunakan beberapa profil baja diantaranya:
a. Gelagar Memanjang Atas (GP_A) = IWF 400.400.45.70
b. Gelagar Memanjang Bawah (GP_B) = IWF 400.400.45.70
c. Gelagar Melintang (GM) = IWF 708.302.15.28
d. Gelagar Memanjang Tengah (GPT) = IWF 450.300.11.18
22
e. Batang Diagonal Miring (BD_M) = IWF 400.400.45.70
f. Batang Diagonal Tegak (BD_T) = IWF 400.400.45.70
g. Bracing atas (BA) = IWF 400.300.10.16
h. Ikatan Angin Atas (L_A) = L 200.200.20
i. Ikatan Angin Bawah (L_B) = L 200.200.20
23
BAB 3
BAGAN ALIR
PERENCANAAN
BAB 3
BAGAN ALIR PERENCANAAN
Survey Data
Desain Awal:
Penentuan:
Type struktur
Bahan struktur
Data Umum Jembatan
Data Teknis Jembatan
Hitungan awal
Penentuan Desain
Penentuan:
Desain Struktur
Penentuan Profil
Perhitungan Beban
Modifikasi
Tidak
Analisis SAP 2000
OK
Desain Akhir:
Penentuan:
Modifikasi akhir
Model struktur akhir
Hitungan akhir
Gambar
24
(Sumber : Modul Jembatan 2012 Universitas Negeri Yogyakarta)
24
BAB 4
PEMBEBANAN JEMBATAN
BAB 4
PEMBEBANAN JEMBATAN
25
Tabel 4.1 Berat isi untuk beban mati
No. Bahan Berat isi Kerapatan Massa
3 3
(kN/m ) (kg/m )
1 Lapisan permukaan beraspal 22,0 2245
(bituminous wearing surfaces)
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
26
Adapun factor beban yang digunakan untuk berat sendiri dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Faktor beban untuk berat sendiri
27
dan lain-laiinya harus ditinjau pada keadaan kosong dan penuh sehingga
keadaan yang paling membahayakan dapat diperhitungkan.
28
4.3.2 Beban Truk “T”
Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan semi-trailer yang
mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat dalam gambar 4.2. Berat
dari masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang
merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Beban
kendaraan yang diperhitungkan adalah truk Sesuai SNI 1725-2016 pasal
8.4.1 seperti ditunjukan pada gambar 4.2.
29
Gambar 4.3 Distribusi Gaya Rem
(Sumber: Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016)
30
Perencana dapat menggunakan kecepatan rencana dasar yang berbeda
untuk kombinasi pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin
yang bekerja pada kendaraan. Arah angin rencana harus diasumsikan
horizontal. Tekanan angin rencana dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
PD = PB (VDZ / VB)
Dengan, PB = tekanan angin dasar
Tabel 4.4 Tekanan Angin Dasar
31
32
c. Beban angin perjoint rangka jembatan
1. Beban angin tekan = EWs tekan . L
Jadi beban angin tekan perjoint rangka = Beban angin tekan / n
(jumlah joint)
2. Beban angin hisap = EWs hisap . L
Jadi beban angina hisap perjoint rangka = Beban angin tekan / n
(jumlah joint)
Eq = (Csm/R) x Wt
Keterangan:
EQ = gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm = koefisien respons gempa elastis
Rd = faktor modifikasi respons
Wt = berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang
sesuai (kN)
Ketentuan:
Jika T < To , maka Csm = (SDS – As) (T/To) + As
Jika To ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS
Jika T > TS, maka Csm = SD1/T
33
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan
dasar dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang
gempa rencana. Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta
gempa dikalikan dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan
tanah sampai kedalaman 30 m di bawah struktur jembatan. Ketentuan pada
standar ini berlaku untuk jembatan konvensional. Ketentuan ini tidak perlu
digunakan untuk struktur bawah tanah, kecuali ditentukan lain oleh pemilik
pekerjaan. Pengaruh gempa terhadap gorong - gorong persegi dan bangunan
bawah tanah tidak perlu diperhitungkan kecuali struktur tersebut melewati
patahan aktif. Pengaruh ketidakstabilan keadaan tanah, misalnya longsor
dan perpindahan patahan terhadap fungsi jembatan harus diperhitungkan.
Perhitungan pengaruh gempa terhadap jembatan termasuk beban gempa,
cara analisis, peta gempa, dan detail struktur mengacu pada SNI 2833:2008
Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan.
34
hidup (LL) - Beban gempa sumbu x
(EQX) + Beban gempa sumbu y (EQY)
6 1,2DL+1LL-1EQX-0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa sumbu x
(EQX) - Beban gempa sumbu y (EQY)
7 1,2DL+1LL+0,3EQX+1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban gempa sumbu x
(EQX) + Beban gempa sumbu y (EQY)
8 1,2DL+1LL+0,3EQX-1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban gempa sumbu x
(EQX) - Beban gempa sumbu y (EQY)
9 1,2DL+1LL-0,3EQX+1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa sumbu x
(EQX) + Beban gempa sumbu y (EQY)
10 1,2DL+1LL-0,3EQX-1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa sumbu x
(EQX) - Beban gempa sumbu y (EQY)
Kombinasi pembebanan sebagai berikut harus diselidiki pada keadaan
batas daya layan yaitu kombinasi antara beban mati (MS), beban mati tambahan
(MA), tekanan tanah (TA), beban arus hanyutan (EU), susut (SH), gaya akibat
pelaksanaan (PL), dan prategang (PR).
Berikut merupakan kelompok pembebanan dan simbol untuk
pembebanan dalam perencanaan jembatan:
1. Beban permanen
MS = Beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan
MA = Beban mati perkerasan dan utilitas
TA = Gaya horizontal akibat tekanan tanah
PL = Gaya-gaya yang terjadi pada struktur jembatan yang
disebabkan
oleh proses pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi
akibat perubahan statika yang terjadi pada konstruksi
segmental
35
PR = prategang
2. Beban transien
SH = gaya akibat susut/rangkak
TB = gaya akibat rem
TR = gaya sentrifugal
TC = gaya akibat tumbukan kendaraan
TV = gaya akibat tumbukan kapal
EQ = gaya gempa
BF = gaya friksi
TD = baban lajur “D”
TT = beban truk “T”
TP = beban pejalan kaki
SE = beban akibat penurunan
ET = gaya akibat temperatur gradient
EUn = gaya akibat temperatur seragam
EF = gaya apung
EWs = beban angin pada struktur
EWL = beban angin pada kendaraan
EU = beban arus dan hanyutan
36
BAB 5
PERHITUNGAN
PEMBEBANAN
BAB 5
PEMODELAN
43
2. klik kanan pada mouse lalu pilih Edit Grid Data Modify/Show System.
Kemudian pada X Grid Data isikan sesuai bentang truss persegmen
panjangnya pada kolom Ordinate. Untuk Z Grid Data diisi sesuai data
ketinggian truss tersebut pada kolom Ordinate. Sedangkan untuk Ordinate
pada Y Grid Data diisi sesuai dengan data lebar jembatan (sesuai gambar).
Kemudian pilih OK dan OK lagi.
Pilih Add New Material untuk memasukkan material yang akan dipakai
44
Gambar 5.5 Kotak dialog Define Materials
Mengisi format sesuai dengan material yang dipilih pada gambar OK
45
Gambar 4.8 Kotak dialog Add Frame Section Property
Setelah itu, mengisi section name beserta dimensi sesuai dengan profil
baja yang dipakai, lalu OK.
Gambar 4.9 Kotak dialog Frame Properties dan I/Wide Flange Section
5. Menginput data slab jembatan yang digunakan yaitu:
Pilih Define Area Sections
46
Mengisi Section Name, Type, Material dan Thickness, lalu OK.
6. Mulai menggambar model struktur jembatan truss pada grid yang telah dibuat
dengan cara pilih Draw Frame/Cable Element. Penggambaran dilakukan
sesuai denah rangka yang telah dibuat sebelumnya. Metode penggambaran
yaitu terputus tiap segmennya pada tiap – tiap joint sambungan sesuai dengan
penempatan masing – masing nama batangnya.
47
Gambar 5.13 Tampak atas
Klik kiri kemudian pilih menu xz untuk menggambar tampak samping.
Pilih Draw Frame/Cable Element lalu pilih Section sesuai dengan profil
yang dipakai.
48
8. Setelah itu dipasangi tumpuan pada masing – masing ujung dari struktur
truasnya, yaitu berupa tumpuan sendi dan rol
Klik terlebih dahulu titik yang akan dipasangi tumpuan sendi (ujung kiri
truss)
Kemudian pilih Assign Joint Restraints
49
Gambar 5.18 Kotak dialog Display Options For Active Window
50
Akan muncul nilai periode seperti gambar dibawah ini: nilai periode harus
berkisar antara 0,3 - 0,8 jika tidak lakukan modify pada material
11. Untuk memperoleh nilai berat sendiri jembatan, maka pilih Display Show
Tables. Kemudian pada Other Defenitions pilih Table ; Group 3 – masses
and weight OK. Setelah itu klik lock/unlock model untuk membatalkan
proses Running guna
Pilih Menu Load Patterns. Isikan nama beban pada Load Pattern
Name misal : LIVE, Pilih LIVE pada type untuk mendefinisikan beban
hidup. Selanjutnya Klik tombol Add New Load Pattern lalu klik OK
51
Gambar 5.23 Input tipe pembebanan
52
Gambar 5.25 Kotak dialog Area Uniform Loads
15. Memasukan beban lajur akibat beban kendaraan lalu lintas rencana pada
gelagar memanjang.
a. Beban lajur merata (Q) pada gelagar memanjang
Gelagar memanjang jembatan terlebih dahulu di blok.
Kemudian Assign Frame Load Distributed
Masukan nilai beban hidup (Live) merata = 13,1 kN/m2 OK
53
Gambar 5.27 Kotak dialog Joint Force
54
Pada kolom Force Global X masukan nilai beban hidup (Live) terpusat =
6,25 kN OK
16. Beban terpusat horisontal akibat beban angin pada joint truss jembatan
(bidang samping)
Klik joint pada truss yang akan diberikan beban horisontal akibat gaya
tekan dan hisap
Kemudian Assign Joint Loads Forces
55
Gambar 5.32 Tampak distribusi beban angin hisap dan tekan
17. Memasukan beban gempa statik ekivalen pada pusat massa (diafraghma) slab
lantai jembatan
Terlebih dahulu membuat diafraghma pada lantai jembatan dengan cara
blok seluruh gelagar dan lantai jembatan kemudian Assign Joint
Constraints
56
Gambar 5.35 Kotak dialog Assign/Define Constrains
Ulangi cara yang sama untuk EQy, Pada kolom FY di isikan nilai beban
gempa lateral arah Y sebesar 5449,2698 kN lalu OK.
18. Memasukan beban ultimit kombinasi dari semua beban yang bekerja secara
besaramaan dengan kombunasi sebagai berikut:
Comb 1 : 1,4DL
Comb 2 : 1,2DL + 1,6LL
Comb 3 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 4 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 5 : 1,2DL + 1LL – 1EQX + 0,3EQY
Comb 6 : 1,2DL + 1LL – 1EQX – 0,3EQY
Comb 7 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY
Comb 8 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX - 1EQY
Pilih Define Combinations Add New Combo
57
Masukan kombinasi beban tersebut satu persatu sesuai kode kombinasinya
lalu OK
58
Pilih Select Select Properties Frame Sections kemudian pilih
GP OK. Maka semua batang Gelagar Memanjang (GP) IWF
800.300.16.30 akan terblok secara otomatis.
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output
59
Gambar 5.41 Kotak dialog Element Forces-Frame
Kemudian di Ms. Excel data tersebut diolah untuk memproleh nilai
Momen M3 (Mu+ dan Mu-), Gaya Geser V2 (Vu+ dan Vu-), serta Gaya
Aksial P (Pu+ dan Pu-).
22. Mencari nilai lendutan (displacement) di tengah bentang (1/2 L) maupun di
seperempat bentang kiri dan kanan jembatan.
Klok joint pada gelagar ditengah bentang untuk mendapatkan nilai
lendutan ½ L
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output
Displacement OK
60
4.1 OUTPUT SAP 2000
61
BAB 6
PERHITUNGAN
BAB 6
PERHITUNGAN
56
Tabel 1. Penampang Profil Baja (GP) IWF 400.400.45.70
H= 400 mm
B= 400 mm
t1 = 45 mm
t2 = 70 mm
r= 22 mm
2
A= 770,100 mm
4
Ix = 298,000 cm
4
Iy = 94,400 cm
3
Zy = 4,370 cm
57
Tabel 5. Penampang Profil Baja (BA) IWF 400.300.10.16
H= 400 mm
B= 300 mm
t1 = 10 mm
t2 = 16 mm
r= 22 mm
2
A= 136,00 mm
4
Ix = 38,700 cm
4
Iy = 7,210 cm
3
Zy = 481 cm
58
4.6 PEMBEBANAN
59
Beban kendaraan yang berupa beban lajur (D) terdiri dari beban terbagi rata
(Uniformly Distributed Load) UDL dan beban garis (Knife Edge Load) KEL
seperti pada Gambar 6.1. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya
bergantung pada panjang bentang L yang dibebani lalu-lintas seperti Gambar 2
atau dinyatakan dengan rumus:
q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30 m
q = 9,0 (0,5 + 15/L) kPa untuk L > 30 m
61
c. Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
memanjang, dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m di atas lantai jembatan.
Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan:
H TB = 250 untuk L ≤ 80 m
H TB = 250 + 2,5 (L – 80) untuk 80 m < L < 180 m
H TB = 500 untuk L ≥ 180 m
( )
2
V DZ
P D = Pn
Vn
Dengan,
PB = tekanan angin dasar
Tabel 6.1 Tekanan angin dasar
Komponen bangunan
Angin tekan (Mpa) Angin hisap (Mpa)
atas
Rangka, kolom, dan
0,0024 0,0012
pelengkung
Balok 0,0024 N/A
Permukaan datar 0,0019 N/A
(Sumber: SNI 1725:2016 Pasal 9.6 Hal 56)
63
Tabel 6.2 Nilai Vo dan Zo untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Kondisi Lahan terbuka Sub urban Kota
Vo
13,2 17,6 19,3
(km/jam)
Zo (mm) 70 1000 2500
(Sumber: SNI 1725:2016 Pasal 9.6 Hal 56)
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
a. Tekanan angin horizontal ( VDZ)
VDZ =2,5 V o
( )
V 10
VB
Ln
Z
Zo
Vo = 13,2 km/jam
VDZ = 70 mm
( )
2
V DZ
PD = PB ×
VB
( )
2
163,74
= 0,00 7944 ×
90
= 7,944023355 kN/mm
= 4,4 kN/m > 7,94kN/m
2) Angin hisap
( )
2
V DZ
PD = PB ×
VB
64
( )
2
163,74
= 0,00 3872×
90
= 3,97011678 kN/mm
= 2,2 kN/m > 3,97 kN/m
c. Beban angin perjoint rangka jembatan
1) Beban angin tekan perjoint rangka jembatan
Beban angin tekan = EWs tekan . L
= 8 kN/m × 40 m
= 278,084082kN
Jumlah joint rangka (n) = 18 joint
317,76
Beban angin tekan perjoint rangka =
30
= 10,59 kN
2) Beban angin tekan perjoint rangka jembatan
Beban angin tekan = EWs tekan . L
= 4 kN/m × 40 m
= 139,02041 kN
Jumlah joint rangka (n) = 18 joint
158,88
Beban angin tekan perjoint rangka =
30
= 7,723356 kN
4. Beban Gempa (EQ)
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil rintuh namun
dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan
akibat gempa dengan kemungkinan terlampaui 7% dalam 75 tahun. Beban gempa
diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian antara
koefisien respon elastik (Csm) dengan berat struktur ekivalen yang kemudian
dimodofikasi dengan faktor respon (R) dengan formulasi sebagai berikut:
Eq = (Csm / R) x Wt
Dimana:
Eq : Gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respons
65
Wt : Berat total struktur (kN)
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan
jembatan terhadap beban gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa
secara statik ekivalen.
Lokasi = PEKANBARU
Jenis Tanah = Tanah KERAS
Hasil perhitungan tekanan angin rencana kurang dari 4,4 kN/m, maka beban
angin yang digunakan adalah sebesar 4,4 kN/m pada bidang tekan, dan 2,2
kN/mm pada bidang hisap.
Tabel 6.3 Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0,2 detik (FPGA/Fa)
PGA≤0,1 PGA=0, PGA=0,3 PGA=0,4 PGA≥0,5
Kelas Situs
Ss≤ 0,25 2 Ss=0,5 Ss=0,75 Ss=1,0 Ss≥1,25
Batuan keras
0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
(SA)
Batuan (SB) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Tanah Keras
1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
(SC)
Tanah Sedang
1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
(SD)
Tanah Lunak
2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
(SE)
Tanah Khusus SS SS SS SS SS
66
(SF)
Catatan: Untuk nilai-nilai antara dapat dilakukan interpolasi linier
(Sumber: SNI 1725-2019 tentang perancangan tahan beban gempa)
Tabel 6.4 Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0,2 detik (FPGA/Fa)
Kelas Situs S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5
Batuan keras
0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
(SA)
Batuan (SB) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Tanah Keras
1,7 1.6 1,5 1,4 1,3
(SC)
Tanah Sedang
2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
(SD)
Tanah Lunak
3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
(SE)
Tanah Khusus
SS SS SS SS SS
(SF)
Catatan: Untuk nilai-nilai antara dapat dilakukan interpolasi linier
(Sumber: SNI 1725-2019 tentang perancangan tahan beban gempa)
FPGA = 1,2
Fa = 1,2
Factor amplifikasi untuk periode 1 detik
Fv = 1,6
c. Gempa statik ekivalen
As = FPGA × PGA = 1,2 × 1,2 = 0,24 g
SDS = Fa × Ss = 1,2 × 0,05 = 0,36 g
SD1 = Fv × S1 = 3,5 × 0,05 = 0,32 g
Waktu getar alami struktur (T)
Ts = SD1/SDS = 0,175 / 0,125 = 0,88 s
T0 = 0,2 Ts = 0,2 × 1,4 = 0,17 s
Periode alami dari SAP 2000 (T) = 0,37388 s (To ≤ T ≤ Ts)
Ketentuan:
Jika T < To, maka Csm = (SDS – As) (T/To) + As
67
To ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS
Jika T > Ts, maka Csm = SD1/T
Koefisien respon gempa elastic (Csm)
Karena To = 0,17s ≤ T = 0,201 s ≤ Ts = 0,889, maka:
Csm = SDS = 0,36 g
Berat struktur (Wt)
Wt = 2017,666 kN
Tabel 6.5 Faktor modifikasi respon (R) untuk bangunan bawah
Kategori Kepentingan
Bangunan Bawah
Sangat Penting Penting Lainnya
Pilar tipe dinding 1,5 1,5 1,5
Tiang/kolom beton
bertulang
Tiang vertikal 1,5 2,0 3,0
Tiang miring 1,5 1,5 2,0
Kolom tunggal 1,5 1,5 3,0
68
Komponen bangunan atas Angin tekan Angin hisap
(Mpa) (Mpa)
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m
pada bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur
rangka dan pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok
atau gelagar.
Tabel 6.3 Nilai Vo dan Zo untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Kondisi Lahan Terbuka Sub Urban Kota
Vo (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Zo (mm) 70 1000 2500
Penentuan pembebenan angin dibutuhkan data sebagai berikut:
1. Tekanan Angin Horizontal (VDZ)
Vo = 13,2 km / jam
Zo = 70 mm
( )
2
V DZ
PD = PB
VB
( )
2
163,741
= 0,0024 x
90
69
= 0,007944 Kn/mm
= 7,94 Kn/m > 4,4 Kn/m
b. Angin Hisap
( )
2
V DZ
PD = PB
VB
( )
2
163,741
= 0,0012 x
90
= 0,003972 Kn/mm
= 3,97 Kn/m > 2,2 Kn/m
70
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil
rintuh namun dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan
terhadap pelayanan akibat gempa dengan kemungkinan terlampaui 7%
dalam 75 tahun. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang
ditentukan berdasarkan perkalian antara koefisien respon elastik (Csm)
dengan berat struktur ekivalen yang kemudian dimodofikasi dengan
faktor respon (R) dengan formulasi sebagai berikut:
Eq = ( )
C sm
R
W
Dimana:
EQ : Gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respon
Wt : Berat total struktur (kN)
EQ = ( CR ) x Wt
sm
= ( 0,125
1,5 )
x 4484,802
= 373,73
72
e) Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban adalah penjumlahan jenis beban kerja yang
diperkirakan dapat bekeja bersamaan dengan jenis beban lain dalam
waktu yang sama. Kombinasi beban yang digunakan untuk analisis
struktur jembatan adalah seperti pada table berikut :
Gelagar
Memanjang (GP
-1282,88 -5247,28 0,75 -0,79 2,59 -2,54
bawah)
Gelagar
Memanjang (GP
0,00 0,00 61,62 -61,62 271,90 -46,70
atas)
74
Ikatan Angin Atas 13,02 -11,79 6,10 -6,10 21,12 0,03
(IA)
75
1. Cek Kelangsingan Batang
a. Tekuk Sumbu x
KL
≤ 200 = 19,79
rx
19,79 < 200
Dipakai = 14,41
b. Tekuk Sumbu y
KL
≤ 200 = 35,13
rx
35,13 < 200
Dipakai = 35,13
76
1
= x 300 x (28)3
3
= 7953500 mm4
1
Iw = x iy x h2
4
1
= x 3776000000 x (900)2
4
= 2,551 x 1013 mm6
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
2420000 √
200000 x 80000 x 1169141 x 309800
2
= 1832,594271 mm2/N
X2 =4 ( ) Sx 2 Iw
GJ
x
Iy
= 4( )
2 13
2420000 2,551 x 10
x
80000 x 1169141 126000000
= 1,49 x 10-3 mm2/N
1
Zx = bf x tf x (d - tf) + tw (d – 2 tf)2
4
1
= 300 x 28 x (400 – 28) + x 16 (400 – 2 x 28)2
4
= 8479500 mm3
Mn = Mp = fy x Zx
= 370 x 4475456
= 3137415000 Nmm
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau
panjang.
L = 6000 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 685
√ 200000
370
= 4542,07741 mm
77
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( ) √ 1+ √1+ x2 x fl
x1
fl
= 44,3 (
300 ) √ √
42067,14
1+ 1+¿ 1,49 x 10−3 x 300 ¿
= 1,2639 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG TIDAK MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
12,5 x 2,59
= ≤ 2,3
( 2,5 x 2,59 ) + ( 3 x−2,59 ) + ( 4 x 2,59 ) +( 3 x−2,59)
= 1,92 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2420000 x (370 – 70)
= 36000000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
)
] ≤ Mp
( 5868,701−3450,742
5500−3450,742
) ≤ 165591872
= -8,75 x 107 ≤ 165591872
φ Mn = 0,9 x Mn
= 0,9 x 165591872
= 1,49 x 109 Nmm
Kontrol kekuatan penampang berdasarkan Mn
Mu ≤ φ Mn
43,5397 ≤ 2,8237E+03 Maka, AMAN
78
h
≤
√E
tw fy
8,88 ≤ 52,07 Maka, AMAN
Maka kuat Geser Nominan = 0,6 fy Aw
Aw = tw x h
= 16 x 900
= 18000 mm2
Vn = 0,6 x Fy x Aw
= 0,6 x 370 x 14400
= 3996000 N
φ Vn = 0,9 x 2073600
= 1866240 N
Vu ≤ φ Vn
29,026 ≤ 3596,4 Maka, AMAN
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
√
5500 x 0,65 370
3,14 x 685 200000
= 0,057
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 0,057
= 0,915
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 0,0572
= 0,004
Maka ω = 0,004
79
6. Tahanan Nominal Tekan
Nn = Ag x Fcr
= 309800 x 57917,3
= 984108,8689 N
φ Nn = 0,9 x 66916800
= 984108,8689
Nu = Pu < φ Nn
4779,807 N < 885697,982 Maka, AMAN
80
Tf = 28 mm
A = 273600 mm²
G = 80000 Mpa
W = 251 Kg/m
Ix = 2370000000 mm4
Iy = 129000000 mm4
Rx = 294 mm
Ry = 68,6 mm
L = 6500 mm
Sx = 6700000 mm3
Sy = 853000 mm3
L total = 6500 mm
Fr = 70
Fcr = 415,8857919
81
Jadi 𝜆𝑓 5,39≤ 12,99 sehingga termasuk penampang KOMPAK
b. Web
h 900
λw = = = 56,25
tw 16
1680 1680
λr = = = 34,57
√ ƒy √370
Jadi 𝜆𝑓 47,2> 34,57 sehingga termasuk penampang TIDAK
KOMPAK
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
2420000 √
200000 x 80000 x 1169141 x 309800
2
= 42067,14 mm2/N
( )
2
Sx Iw
X2 =4 x
GJ Iy
= 4( )
2 13
2420000 2,551 x 10
x
80000 x 1169141 126000000
= 1,49 x 10-3 mm2/N
1
Zx = bf x tf x (d - tf) + tw (d – 2 tf)2
4
82
1
= 300 x 28 x (400 – 28) + x 16 (400 – 2 x 28)2
4
= 4155940 mm3
Mn = Mp = fy x Zx
= 370 x 4475456
= 1537697800 Nmm
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau
panjang.
L = 6500 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 685
√ 200000
370
= 2807,05 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
= 44,3 (
300 ) √ √
42067,14
1+ 1+¿ 1,49 x 10−3 x 300 ¿
= 2,1608E+04 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG TIDAK MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
12,5 x 2,59
= ≤ 2,3
( 2,5 x 2,59 ) + ( 3 x−2,59 ) + ( 4 x 2,59 ) +( 3 x−2,59)
= 1,01 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2420000 x (370 – 70)
= 2010000000
83
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
)
] ≤ Mp
( 5868,701−3450,742
5500−3450,742
) ≤ 165591872
= 767408913,7 ≤ 1537697800
φ Mn = 0,9 x Mn
= 0,9 x 165591872
= 1,49 x 109 Nmm
Kontrol kekuatan penampang berdasarkan Mn
Mu ≤ φ Mn
1362,649 ≤ 1383,92802 Maka, AMAN
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
84
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
5500 x 0,65
√ 370
3,14 x 685 200000
= 0,057
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 0,057
= 0,915
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 0,0572
= 0,004
Maka ω = 0,004
85
Batas putus, Tn = ØAn x U x fu
= 0,9 x 309800 x 0,9 x 420
= 3005920 N
Pu < Tn
0 N < 9110800 Maka, AMAN
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
2420000 √
200000 x 80000 x 1637808 x 309800
2
= 21898,82 mm2/N
( )
2
Sx Iw
X2 =4 x
GJ Iy
= 4(
80000 x 1637808 ) 126000000
2
2420000 2,55 x 10 13
x
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 63,9
√ 200000
370
= 3246,55 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
88
= 63,9 ( 21898,82
300 ) √ √
1+ 1+¿ 3,94 x 10−3 x 300¿
= 2,81 x 104 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG TIDAK MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
=
12,5 x−1210,91
≤
( 2,5 x−1210,91) + ( 3 x−5,9 x 10−13 ) + ( 4 x −1210,91 )+(3 x−5,9 x 10−13 )
2,3
= 1,92 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2420000 x (370 – 70)
= 566100000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
)
] ≤ Mp
( 9500−3246,55459
4
2,81 x 10 −3246,55459 )
≤ 1372366080
89
Maka kuat Geser Nominan = 0,6 fy Aw
Aw = tw x h
= 18 x 900
= 16200 mm2
Vn = 0,6 x Fy x Aw
= 0,6 x 370 x 16200
= 2332800 N
φ Vn = 0,9 x 2332800
= 209952 N
Vu ≤ φ Vn
395,25 ≤ 2099,52 Maka, AMAN
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
9500 x 0,65
√ 370
3,14 x 63,9 200000
= 1,06
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 1,06
= 1,61
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 1,062
= 1,42
Maka ω = 1,42
90
=309800 x 199,87
= 52334548,85 N
φ Nn = 0,9 x 52334548,85
= 47101093,96
Nu = Pu < φ Nn
0N < 47101093,96 Maka, AMAN
91
W = 172 Kg/m
Ix = 561000000 mm4
Iy = 81100000 mm4
Rx = 175 mm
Ry = 101 mm
L = 5500 mm
Sx = 3330000 mm3
Sy = 985000 mm3
L total = 55000 mm
Fr = 70
Fcr = 224,62
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
3330000 √
200000 x 80000 x 190041,33 x 157400
2
= 14594,09 mm2/N
X2 =4 ( )
Sx 2 Iw
GJ
x
Iy
= 4( )
2 12
3330000 3,93 x 10
x
80000 x 190041,33 81100000
= 9,28 x 10-3 mm2/N
1
Zx = bf x tf x (d - tf) + tw (d – 2 tf)2
4
1
= 300 x 18 x (440 – 18) + x 11 (440 – 2 x 18)2
4
= 1829956 mm3
Mn = Mp = fy x Zx
= 370 x 1829956
= 1189791600 Nmm
93
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau
panjang.
L = 5500 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 101
√ 200000
370
= 5175,489 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
= 101 (
300 ) √ √
14594,09
1+ 1+¿ 9,28 x 10−3 x 300 ¿
= 36182,55 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
12,5 x 108,28
= ≤ 2,3
( 2,5 x 108,28 ) + ( 3 x−70,38 ) + ( 4 x 108,28 ) +(3 x−70,38)
= 1,2 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 3330000 x (370 – 70)
= 566100000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
) ] ≤ Mp
( 36182,55−5175,489
5500−5175,489
) ≤ 1189791600
= 8,07 x 106 ≤ 1189791600 Nmm
φ Mn = 0,9 x Mn
94
= 0,9 x 8,07 x 106
= 3,95 x 108 Nmm
Kontrol kekuatan penampang berdasarkan Mn
Mu ≤ φ Mn
108,28 ≤ 395,27 Maka, AMAN
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
Λcy =
L K fy
π ry E√
=
5500 x 0,65
√
370
3,14 x 101 200000
= 0,39
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
95
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 0,39
= 1,06
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 0,392
= 0,19
Maka ω = 1,06
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
3330000 √
200000 x 80000 x 278975,33 x 21870
2
= 6591,1 mm2/N
X2 =4 ( ) Sx 2 Iw
GJ
x
Iy
98
( )
2
3330000 8,96 x 10 12
=4 x
80000 x 278975,33 224000000
= 3,56 x 10-3 mm2/N
1
Zx = bf x tf x (d - tf) + tw (d – 2 tf)2
4
1
= 400 x 21 x (800 – 21) + x 13 (800 – 2 x 21)2
4
= 2767067 mm3
Mn = Mp = fy x Zx
= 370 x 2767067
= 664096080 Nmm
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau
panjang.
L = 8600 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 101
√ 200000
370
= 5131,48 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
= 101 (
300 ) √ √
6591,1
1+ 1+¿ 3,56 x 10−3 x 300 ¿
= 131102,27 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG TIDAK MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb =
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
≤ 2,3
12,5 x−1,52 x 10 15
= ≤ 2,3
( 2,5 x 1,52 x 10−15 ) + ( 3 x 0 ) + ( 4 x 1,52 x 10−15 ) +(3 x 0)
99
= 1,92 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 3330000 x (370 – 70)
= 566100000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
)
] ≤ Mp
= 1[664096080–(664096080–566100000) ( 3,3438600−3246,55
x 10 4−3246,55 )
≤
664096080
= 4,73 x 108 ≤ 664096080 Nmm
φ Mn = 0,9 x Mn
= 0,9 x 4,73 x 108
= 4,26 x 108 Nmm
Kontrol kekuatan penampang berdasarkan Mn
Mu ≤ φ Mn
1,52x10-15 ≤ 426,35 Maka, AMAN
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
8600 x 0,65
√ 370
3,14 x 101 200000
= 0,61
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 0,61
= 0,46
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 0,612
= 1,2
Maka ω = 1,2
101
Pu < Tn
75,527 N < 4723920 Maka, AMAN
Karena nilai b/h > 2/3 maka nilai U = 0,9
Batas putus, Tn = ØAn x U x fu
= 0,9 x 21870 x 0,9 x 420
= 6554439 N
Pu < Tn
3408,16 N < 6554439 Maka, AMAN
102
1. Cek Kelangsingan Batang
a. Tekuk Sumbu x
KL
≤ 200 = 40,62
rx
40,62 < 200
Dipakai = 40,62
b. Tekuk Sumbu y
KL
≤ 200 = 69,85
rx
69,85< 200
Dipakai = 69,85
103
1
Iw = x iy x h2
4
1
= x 28600000 x (250)2
4
= 4,46 x 1011 mm6
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
3330000 √
200000 x 80000 x 1054166,66 x 11940
2
= 13706,41 mm2/N
X2 =4 ( ) Sx 2 Iw
GJ
x
Iy
= 4( )
2
2300000 4,46 x 1011
x
80000 x 1054166,66 28600000
= 4,64 x 10-5 mm2/N
1
Zx = bf x tf x (d - tf) + tw (d – 2 tf)2
4
1
= 250 x 250 x (250 – 25) + x 25 (250 – 2 x 25)2
4
= 1156250 mm3
Mn = Mp = fy x Zx
= 370 x 1156250
= 277500000 Nmm
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau
panjang.
L = 9500 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 88,4
√ 200000
370
= 4491,32 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
104
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
= 88,4 (
300 ) √ √
13706,41
1+ 1+¿ 9,28 x 10−3 x 300 ¿
= 11338,61 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
12,5 x 21,11
= ≤ 2,3
( 2,5 x 21,11 )+ ( 3 x 0,02 ) + ( 4 x 21,11 ) +(3 x 0,02)
= 1,46 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2300000 x (370 – 70)
= 391000000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
)
] ≤ Mp
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
9500 x 0,65
√ 370
3,14 x 88,4 200000
= 0,77
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 0,77
= 1,31
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 0,772
= 0,74
Maka ω = 0,74
106
= 11940 x 323,3
= 3860239,15 N
φ Nn = 0,9 x 3860239,15
= 3474215,24 N
Nu = Pu < φ Nn
13,01 N < 3474215,24 Maka, AMAN
108
h 250
λw = = = 10
tw 25
1680 1680
λr = = = 108,444
√ ƒy √370
Jadi 𝜆𝑓 10 ≤ 108,444 sehingga termasuk penampang KOMPAK
X1 =
Sx √
π EG J A
2
=
π
2420000 √
200000 x 80000 x 1237058,33 x 11940
2
= 14111,61 mm2/N
X2 =4 ( )
Sx 2 Iw
GJ
x
Iy
= 4( )
2 11
2420000 4,47 x 10
x
80000 x 1237058,33 28600000
= 3,73 x 10-5 mm2/N
1
Zx = bf x tf x (d - tf) + tw (d – 2 tf)2
4
1
= 250 x 25 x (250 – 25) + x 25 (250 – 2 x 25)2
4
= 1156250 mm3
Mn = Mp = fy x Zx
109
= 370 x 1156250
= 277500000 Nmm
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau
panjang.
L = 10000 mm
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 60,4
√ 200000
370
= 3068,73 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
= 44,3 (
300 ) √ √
14111,61 −5
1+ 1+¿ 3,73 x 10 x 300 ¿
= 783,36 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
12,5 x 21,11
= ≤ 2,3
( 2,5 x 21,11 )+ ( 3 x 0,02 ) + ( 4 x 21,11 ) +(3 x 0,02)
= 1,92 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2420000 x (370 – 70)
= 411400000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
) ] ≤ Mp
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
10000 x 0,65
√ 370
3,14 x 60,4 200000
= 1,18
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
111
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 1,18
= 1,77
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 1,182
= 1,76
Maka ω = 1,77
112
H. Data Profil L 250.250.25.25
Kuat leleh baja (Fy) = 370 Mpa
Kuat tarik Baja (Fu) = 420 Mpa
Elastisitas Baja (E) = 200000 Mpa
Angka Poison = 0,3
H = 250 mm
Bf = 250 mm
Tw = 25 mm
Tf = 25 mm
A = 11940 mm²
G = 80000 Mpa
W = 93,75 Kg/m
Ix = 110000000 mm4
Iy = 28600000 mm4
Rx = 60,4 mm
Ry = 60,4 mm
L = 1000 mm
Sx = 2420000 mm3
Sy = 2420000 mm3
L total = 10000 mm
Fr = 70
Fcr = 135,02
X1 =
π
Sx √ EG J A
2
=
π
2420000 √
200000 x 80000 x 1237058,33 x 11940
2
= 14111,61 mm2/N
114
( )
2
Sx Iw
X2 =4 x
GJ Iy
= 4(
80000 x 1237058,33 ) 28600000
2 11
2420000 4,47 x 10
x
Lp = 1,76 ry
√ E
fy
= 1,76 x 60,4
√ 200000
370
= 3068,73 mm
FL = Fy – Fr
= 370 – 70
= 300 MPa
Lr = ry ( xfl1 ) √ 1+ √1+ x2 x fl
= 44,3 (
300 ) √ √
14111,61 −5
1+ 1+¿ 3,73 x 10 x 300 ¿
= 783,36 mm
Jadi, Lp < L < Lr, maka termasuk BENTANG MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
12,5 M max
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 Ma+ 4 Mb+ 3 Mc
115
12,5 x 21,11
= ≤ 2,3
( 2,5 x 21,11 )+ ( 3 x 0,02 ) + ( 4 x 21,11 ) +(3 x 0,02)
= 1,92 ≤ 2,3 Maka, AMAN
Mr = Sx x (fy – fr)
= 2420000 x (370 – 70)
= 411400000
Mn [
= cb Mp−( Mp−Mr ) (
L−Lp
Lr−Lp
)
] ≤ Mp
116
Vu ≤ φ Vn
6,09 ≤ 810 Maka, AMAN
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y) :
Λcy =
√
L K fy
π ry E
=
10000 x 0,65
√ 370
3,14 x 60,4 200000
= 1,18
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 =
1,6−0,67 λc
1,43
= 1,6−0,67 x 1,18
= 1,77
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
= 1,25 x 1,182
= 1,76
Maka ω = 1,77
117
= 0,9 x 11940 x 370
= 2579040 N
Pu < Tn
13,01 N < 2579040 Maka, AMAN
Karena nilai b/h > 2/3 maka nilai U = 0,9
Batas putus, Tn = ØAn x U x fu
= 0,9 x 11940 x 0,9 x 420
= 3578418 N
Pu < Tn
13,01 N < 3578418 Maka, AMAN
118
PERHITUNGAN PERENCANAAN BAUT
119
A. Step Baut GP Bawah
1) Sambungan Pada Gelagar Memanjang
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
120
Diameter lubang d' 29,7 mm
Faktor reduksi kekuatan geser baut ff 0,75
=
4) Analisis Data Baut
a. Terhadap Geser
1. Luas Penampang Baut
1
Alr = x π x d2
4
1
= x 3,14 x 272
4
= 572,78 mm2
2. Tahanan geser nominal 1 baut
Kondisi sambungan baut geser ganda,maka nilai (m) = 2
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser (r1) = 0,4
Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 0,4 x 2 x 572,78 x 825
= 189019,29
3. Tahanan geser 1 baut
Vd = ff xVn
= 0,75 x 189019,29
= 141764,46 N
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 16 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 420 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 16 x 420
= 680400 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 680400
= 510300 N
121
c. Menghitung Jumlah Baut
Pu
Jumlah baut (n) =
Vd
= 40 baut
Masing-masing sisi = 20 baut
122
B. Step Baut GP Atas
1) Sambungan Pada Gelagar Memanjang
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
123
Diameter lubang d' 29,7 mm
Faktor reduksi kekuatan geser baut ff 0,75
=
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 420 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 20 x 420
= 544320 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 544320
124
= 408240 N
125
C. Step Baut GM
1) Sambungan Pada Gelagar Melintang
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
126
Tegangan tarik baut fub 825 Mpa
Diameter baut d
= 27 mm
Diameter lubang d' 29,7 mm
Faktor reduksi kekuatan geser baut ff 0,75
=
5) Analisis Data Baut
a. Terhadap Geser
1. Luas Penampang Baut
1
Alr = x π x d2
4
1
= x 3,14 x 272
4
= 572,78 mm2
2. Tahanan geser nominal 1 baut
Kondisi sambungan baut geser tunggal,maka nilai (m) = 1
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser (r1) = 0,4
Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 0,4 x 1 x 572,78 x 825
= 189019,29
3. Tahanan geser 1 baut
Vd = ff xVn
= 0,75 x 189019,29
= 141764,46 N
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 420 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 20 x 420
= 544320 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 544320
127
= 408240 N
128
D. Step Baut GPT
1) Gaya dalam Batang Diagonal
Gaya dalam Batang Diagonal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
129
B DATA BAUT SATUAN
Jenis sambungan Abaut Tipe baut A-325
Tegangan tarik baut fub 825 Mpa
Diameter baut d
= 27 mm
Diameter lubang d' 29,7 mm
Faktor reduksi kekuatan geser baut ff 0,75
=
4) Analisis Data Baut
a. Terhadap Geser
1. Luas Penampang Baut
1
Alr = x π x d2
4
1
= x 3,14 x 312
4
= 572,7857143 mm2
2. Tahanan geser nominal 1 baut
Kondisi sambungan baut geser ganda,maka nilai (m) = 1
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser (r1) = 0,4
Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 0,4 x 1 x 572,7857143 x 825
= 189019,2857 N
3. Tahanan geser 1 baut
Vd = ff xVn
= 0,75 x 189019,2857
= 141764,4643 N
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 370 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 20 x 370
= 544320 N
130
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 544320
= 408240 N
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 420 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
133
= 2,4 x 27 x 20 x 420
= 544320 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 544320
= 408240 N
134
Cek Keamanan :
2∅Rn ≥ Pu
E. Step Baut BA
1) Sambungan Pada Batang Diagonal
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
135
Faktor reduksi kekuatan tarik atau
f 0,9
lentur plat
3) Data Tipe Baut
Data tipe baut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.9 Tipe Baut
B DATA BAUT SATUAN
Jenis sambungan Abaut Tipe baut A-325
Tegangan tarik baut fub 825 Mpa
Diameter baut d
= 27 mm
Diameter lubang d' 29,7 mm
Faktor reduksi kekuatan geser baut ff 0,75
=
4) Analisis Data Baut
a. Terhadap Geser
1. Luas Penampang Baut
1
Alr = x π x d2
4
1
= x 3,14 x 272
4
= 572,78 mm2
2. Tahanan geser nominal 1 baut
Kondisi sambungan baut geser ganda,maka nilai (m) = 1
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser (r1) = 0,4
Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 0,4 x 1 x 572,78 x 825
= 189019,28
b. Terhadap Tumpu
136
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 370 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 20 x 420
= 544320 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 544320
= 408240 N
g. Menghitung Jumlah Baut
Pu
Jumlah baut (n) =
Vd
= 8 baut
Masing-masing sisi = 8 baut
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan (SNI 1729:2015)
Tabel J3.4M hal 128
Jarak Antar AS Baut
3d ≤ S ≤ 15 tp
1,5d ≤ S1 ≤ (4tp + 100) atau 200mm
1,25d ≤ S2 ≤ 12 tp atau 150 mm
Jadi
8,1 ≤ S ≤ 30 cm
8,1 ≤ S1 ≤ 20 cm
2,6 ≤ S2 ≤ 15 cm
137
= 4740120 N
2∅Rn = 2 x 4740120
= 9480,24 kN
Cek Keamanan :
2∅Rn ≥ Pu
F. Step Baut IA
1) Sambungan Pada Batang Diagonal
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
138
Tebal plat sambung pada sayap tpf 25 mm
Faktor reduksi kekuatan tarik atau
f 0,9
lentur plat
139
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 370 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 20 x 420
= 680400 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 680400
= 510300 N
G. Step Baut IB
1) Sambungan Pada Batang Diagonal
Tabel 6.7 Beban Pada Sambungan
141
Lebar plat sambung pada sayap lp 250 mm
Tebal plat sambung pada sayap tpf 25 mm
Faktor reduksi kekuatan tarik atau
f 0,9
lentur plat
142
b. Terhadap Tumpu
1. Tahanan Tumpu Nominal Plat (Rn)
Diameter baut (d) = 27 mm
Tebal plat badan (tw) = 20 mm
Tegangan tarik putus plat (fup) = 420 MPa
Rn = 2,4 x d x tw x fup
= 2,4 x 27 x 20 x 420
= 680400 N
2. Tahanan tumpu plat
ff x R n = 0,75 x 680400
= 510300 N
143
Anv = 7600 mm2
Kuat Rencana
∅Rn = ∅ x 0,6 x Anv x fup
= 0,75 x 0,6 x 7600 x 420
= 4740120 N
2∅Rn = 2 x 4740120
= 9480,24 kN
Cek Keamanan :
2∅Rn ≥ Pu
144
BAB 7
PENUTUP
BAB 7
PENUTUP
g.1 KESIMPULAN
1. Pada tugas besar Analisis Struktur Jembatan, melaksanakan perencanaan
jembatan rangka baja atau biasa disebut dengan jembatan Warren Truss.
2. Perencanaan jembatan rangka baja diawali dengan mendesain atau
menggambar jembatan yang akan direncanakan. Setelah itu melaksanakan
perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
a. Penentuan rangka baja sesuai berdasarkan tabel profil baja.
b. Perhitungan pembebanan pada jembatan:
1. Beban mati pada jembatan.
2. Beban hidup pada jembatan.
3. Beban angina pada jembatan.
4. Beban gempa pada jembatan.
c. Perhitungan kelangsingan dan kekompakan batang.
d. Perhitungan kontrol lentur dankontrol kuat geser.
e. Perhitungan parameter kelangsingan.
f. Perhitungan tahanan nominal tekan dan tahanan nominal tarik.
g. Perhitungan baut tiap joint
3. Dari analisis perhitungan tersebut dilakukan rekapitulasi data-data pada
jembatan sebagai berikut:
A. Spesifikasi jembatan
1. Jenis jembatan : TRUSS
2. Panjang total jembatan : 35 m
3. Lebar jembatan : 6,5 m
4. Lebar lantai jembatan :5 m
5. Lebar lantai trotoar : 0,75 m
6. Lebar segmen :6 m
7. Tinggi segmen : 4,5 m
8. Tebal plat lantai : 0.2 m
114
B. Mutu bahan Baja
1. Berat jenis : BJ 37
2. Kuat leleh baja (fy) : 240 MPa
3. Kuat Tarik baja (fu) : 370 MPa
C. Jenis Profil Baja yang digunakan :
a. Gelagar Memanjang (GP) = IWF 400.400.45.70
b. Gelagar Melintang (GM) = IWF 708.302.15.28
c. Gelagar Panjang Tengah (GPT) = IWF 450.300.11.18
d. Batang Diagonal (BD) = IWF 400.400.45.70
e. Bracing atas (BA) = IWF 400.300.10.16
f. Ikatan Angin Atas (IA) = L 200.200.20
g. Ikatan Angin Bawah (IB) = L 200.200.20
D. Data hasil perhitungan pembebanan:
1. Beban Mati Tambahan (DL) = 1,7 kN/m2
2. Beban Hidup (LL)
3. Beban Lajur (D):
QTD = 10,45 kN/m
PTD = 85,75 Kn
4. Beban Kendaraan = 250 kN
5. Gaya Rem pada Joint Gelagar = 7,142857 kN
6. Beban Hidup Pejalan Kaki = 4,46375 kN/m2
7. Beban Angin (EW) :
Bidang Tekan = 7,94 kN/m
Bidang Hisap = 3,97 kN/m
Beban Angin Perjoint Rangka Jembatan:
Beban angin tekan perjoint rangka = 15,44 kN
Beban angin hisap perjoint rangka = 7,723 kN
8. Beban Gempa (EQ)
Beban gempa statik ekivalen pada sruktur (EQ) = 6614,53
Periode alami dari SAP 2000 (T) = 0,32819 s
Berat struktur (Wt) = 7906,33 kN
E. Hasil Output Gaya Dalam SAP 2000
115
KETERANGA P V2 M3
FRAME
N KN KN KN-M
MAX 0,00 29,03 43,54
a. Gelagar Memanjang
(GP)
MIN -4779,81 -29,03 0,00
b. Gelagar Melintang MAX 0,00 686,15 1362,65
(GM) MIN 0,00 -686,15 15,67
c. Gelagar Panjang MAX 0,00 7,86 18,18
Tengah (GPT) MIN 0,00 -7,86 -8,26
116
MAX 2181,56 14,48 48,67
d. Batang Diagonal (BD)
MIN -4183,55 -14,50 -51,51
MAX 5,00 7,82 18,73
e. Bracing atas (BA)
MIN -4,55 -7,82 -4,88
f. Ikatan Angin Atas MAX 1,33 2,82 4,76
(IA) MIN -5,47 -2,82 -0,20
g. Ikatan Angin Bawah MAX 0,00 29,32 18,24
(IB) MIN 0,00 -29,48 -27,58
G. Jumlah Baut
1. Joint 1 Gelagar Memanjang : 19 baut pada tiap sisi
2. Joint 2 Batang Diagonal : 13 baut pada tiap sisi
3. Joint 3 Batang Diagonal : 21 baut pada tiap sisi
4. Joint 4 Batang Diagonal : 16 baut pada tiap sisi
5. Joint 5 Batang Diagonal : 8 baut pada tiap sisi
117
6. Joint 6Batang Diagonal : 13 baut pada tiap sisi
g.2 SARAN
1. Proses pengerjaan perencanaan jembatan harus dilakukan secara teliti dan
hati-hati baik dalam mendesain, menentukan jenis rangka baja yang
digunakan, dan juga dalam perhitungannya.
2. Apabila setelah dengan teliti dan hati-hati dalam pengerjaan, namun masih
didapat bagian yang tidak aman. Maka dianjurkan untuk mengkaji ulang agar
didapatkan jembatan yang aman.
3. Penyusunnan laporan harus memperhatikan kaidah penulisan laporan serta
EYD, agar pembaca tidak kesulitan memahami.
118
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Putri Febrianty, Dwi. 2021. Tugas Besar Analisis Struktur Jembatan. Yogyakarta:
Universitas Teknologi Yogyakarta
LAMPIRAN