Disusun Oleh:
Nama Individu
5200811xxx
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PENGUKURAN TOPOGRAFI DAN SITUASI
Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Utara Magnit Metode
Tachimetri Dan Cara Polar
Dosen Pengampu : Rika Nuraini, S.T., M.Eng., Env
Disusun oleh:
Nama Individu
5200811xxx
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PENGUKURAN TOPOGRAFI DAN SITUASI
Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Utara Magnit Metode
Tachimetri Dan Cara Polar
Laporan Praktikum ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh:
Nama Individu
5200811xxx
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Laporan praktikum ini disusun guna memenuhi
persyaratan tugas besar Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng., selaku ketua Program Studi Teknik Sipil
sekaligus dosen wali Program Studi Teknik Sipil Universitas Teknologi
Yogyakarta
2. Ibu Rika Nuraini. S.T., M.Eng., Env selaku dosen mata kuliah Ilmu Ukur
Tanah.
3. Yudha Bratama selaku asisten dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.
4. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu selama praktikum dan penyusunan laporan
ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................II
DAFTAR ISI...............................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR................................................................................................VIII
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 UMUM.................................................................................................................1
BAB 2 TEORI...............................................................................................................3
2.1 POLIGON...........................................................................................................4
2.3 THEODOLITE..................................................................................................10
BAB 3 PERALATAN.................................................................................................19
3.1.2 Waterpass....................................................................................................21
3.1.5 Payung.........................................................................................................25
5.3.4 Koreksi........................................................................................................37
5.3.5 Terkoreksi....................................................................................................37
5.5.1 Terkoreksi....................................................................................................41
5.6 ELEVASI...........................................................................................................41
6.1 KESIMPULAN.................................................................................................43
6.2 SARAN..............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.9 Pengukuran Beda Tinggi Dengan Metode Menyipat Datar .............17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Laporan pengukuran ini dimaksudkan untuk melaporkan kegiatan
pekerjaan pengukuran topografi yang dimulai dari persiapan, mobilisasi peralatan,
mobilisasi personil, pemasangan patok-patok polygon, pengukuran dan metode-
metode perhitungan dan dilanjutkan dengan penggambaran hasil pengukuran.
Ilmu ukur tanah merupakan factor penunjang yang cukup penting dalam
disiplin ilmu teknik sipil. Akan tetapi mengingat batasnya waktu, waktu maka
praktikum dibatasi pada hal-hal yang paling relevan dalam penggunaan peta
situasi, demikian pula proses penyusunan, perhitungan data dan penggambaran.
Dalam petunjuk praktikum IUT ini akan dibatasi teori pengantarnya maupun
pelaksanaan praktikumnya yaitu pemetaan situasi dengan kerangka polygon
tertutup. Pengambilan detail dengan menggunakan coordinator kutub dan jarak-
jaraknya diukur secara optis, sedangkan teori yang harus dikuasai sesuai dengan
silabus yang telah ada.
Materi prsktikum IUT adalah materi yang sudah mengarah pada
penggunakan praktis IUT pada proyek-proyek teknik sipil. Karena jalur praktikum
yang memanjang, praktikum IUT ditujukan untuk keperluan situasi, desain
saluran, jalan dan lain sebagainya. Sedangkan dipraktikum pemetaan dimana era
praktikum merupakan luasan persegi, ditujukan keperluan rencana waduk dan
rencana pemukiman yang sangat banyak sekali hubungan dengan penggunaan
peta situasi.
Mengingat luasan bidang pekerjaan teknik sipil yang perlu menggunakan
peta, kiranya tidaklah cukup pengetahuan IUT dan tanah penguasaan hanya dari
materi praktikum ini yang tentunya harus ditambahkan teori yang sudah banyak
dibuktikan.
2.1 POLIGON
Titik poligon merupakan kerangka horizontal yang memiliki bentuk dan
sudut horizontal dimana setiap sudut memiliki sudut yang bermacam-macam dan
setiap titik polygon dapat dicari maupun koordinat yang sudah diketahui. Fungsi
dari titik polygon yaitu sebagai kerangka pemetaan maupun acuan dalam setiap
polygon pengukuran, selain itu juga bisa digunakan untuk pengikat titik-titik yang
dipetakan. Fungsi dari kerangka dasar pemetaan adalah sebagai referensi atau
acuan posisi dari setiap titik yang dipetakan, dan sebagai acuan dari kegiatan
setelah rekonstruksi, pembangunan, monitoring, dan lain sebagainya. Kerangka
dasar pemetaan sendiri umumnya memiliki dua, yaitu pengukuran untuk kerangka
dasar horizontal dan pengukuran untuk kerangka dasar vertical.
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya
terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak (polygon). Metode polygon
merupakan bentuk yang paling baik dilakukan pada bangunan karena
memperhitungkan bentuk kelengkungan bumi yang pada dasarnya cukup
ditinjaundari bentuk fisik dilapangan dari geometriknya. Tingkat ketelitian system
koordinat yang diinginkan dan keadaan medan lapangan pengukuran merupakan
faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan polygon kerangka
dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan
yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran
pengikat. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau
patok sebagai penanda titik dilapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang
penempatan.
1. Hitungan polygon
Polygon dihitung dengan cara sebagai berikut :
∑Sudut = (n-2) x 180
= (n+2) x 180
Koreksi :
Dimana :
Sudut : jumlah sudut dalam
N : jumlah titik polygon
2. Hitungan koordinat
Koordinat masing-masing titik polygon dihitung dengan persamaan berikut
2.3 THEODOLITE
Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut
yanng dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat
yang paling canggih diantara peralatan yang digunakan dalam survey. Pada
dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertikal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut
tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
(a)
(b)
(c)
Keterangan
1,2,3 : Nomor Titik
β,β,β : Sudut dalam dan luar poligon
α,α,α : Azimuth
3. Azimuth awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau
azimuth kompas.
2. Kerangka Vertikal
Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass
pekerjaan waterpass atau pengukuran beda tinggi yaitu:
A. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat
B. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah melintang
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih titik dalam vertikal atau
jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang
adalah tampang yang arahnya melintang. Pengukuran beda tinggi diperlukan
untuk menghitung volume galian dan timbunan tanah. Dalam pembuatan
peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian titik
detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik luar
(polygon) terdapat titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya
akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan penggambaran peta
topografi. Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
2. Metode Tachymetri
Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachimetri ini adalah
cara yang paling banyak digunakan dalam praktek terutama untuk
pemetaan daerah yang luas untuk detail-detail yang bentuknya tidak
beraturan. Untuk dapat memetakan dengan cara ini diperlukan alat yaitu
theodolit
Dengan cara tachimetri maka beda tinggi titik yang dikur dan jarak
datar dilakukan dengan cara tidak langsung, karena yang diukur adalah
sudut miring atau sudut zemith dan jarak optis.
Keterangan gambar :
DAB : Jarak horizontal dari titik A ke titik B
h : Sudut helling (90. -Sudut vertikal)
ba : Benang atas
bb : Benang bawah
bt : Benang tengah
ta : Tinggi alat
3.1.2 Waterpass
l. Nivo tabung
Berfungsi untuk mengatur nivo tabung agar sumbu I vertical maupun
horizontal.
m. Keyboard (papan tombol)
Berfungsi untuk mengatur theodolit kearah Utara dengan menekan nol set.
n. Display
Berfungsi untuk melihat hasil pembacaan rambu, baik vertikal maupun
horizontal.
o. Plot dasar
Berfungsi sebagai tempta dudukan theodolit sehingga posisi theodolit bisa
stabil.
3.1.5 Payung
Payung digunakan untuk melindungi theodolit dari sinar matahari
dan hujan. Sebaliknya paying memiliki dimensi yang lebar, agar paying
maksimal dalam melindungi alat maupun serveinya.
BAB 5
ANALISA DATA
5.3.5 Terkoreksi
1) (Brata-rata A + koreksi)
= 277°7’55,5” + 0°3’46,3”
= 271°11’41,8”
2) (B|2+2 - +2+2 B + koleksi)
= 220°24’11” + 0°3’46,3”
= 220°27’57,3”
3) (B+2+2 - +2+2 C + koreksi)
= 279°29’44” + 0°3’46,3”
= 279°33’30,3”
4) (F+2+2 - +2+2 D + koreksi)
= 257°1’46,5” + 0°3’46,3”
= 225°42’27,8”
5) (B+2+2 - +2+2 E + koreksi)
= 225°37’32,5” + 0°3’46,3”
= 225°42’27,8”
∑ dalam terkoreksi
+ 259°5’37,8” + 275°42’27,8”
5.5.1 Terkoreksi
A-B ( 0,126 + (-0,020) = 0,107
B-C ( 0,069 + (-0,033) = 0,036
C-D (-0,040 + (-0,024)) = -0,064
D-E (-0,005 + (-0,050)) = -0,035
E-A (-0,025 + (-0,013)) = -0,044
5.6 ELEVASI
Rumus : Elevasi awal - ∆h terkoreksi
T.B : 100 – (0,107) = 99,893
T.C : 99,893 – (0,036) = 99,857
T.D : 99,857 – (-0,064) = 99,927
T.E : 99,927 – (-0,035) = 99,956
T.A : 99,956 – (-0,044) = 100
GAMBAR PERALATAN
GAMBAR PROSES PRAKTIKUM
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari pelaksanaan dan haid perhitungan ilmu ukur Tanah maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk menggambar Peta situasi lokasi, terlebih dahulu membuat poligon
dan titik poligon, lagu di titik poligon tersebut dibuat titik-titik detail,
pengukuran titik titik detail titik poligon dilakukan dengan menggunakan
pesawata Theodolit.
2. Untuk menentukan ketinggian suatu tempat di lokasi dilakukan
pengukuran beda tinggi dengan Theodolit.
3. Dengan menghubungkan titik titik yang mempunyai elevasi yang sama,
maka terbentuklah garis kontur.
4. Dari perhitungan didapat koreksi sebagai berikut:
- Jumlah koreksi sudut - Titik A
-Titik B -Titik C
- Titik D -Titik E
- Jumlah koreksi absis (x) - Jumlah koreksi absis (y)
Pengamatan dilakukan juga tidak lepas dari kesalahan, hal tersebut
disebabkan oleh :
1. Faktor cuaca
2. Gangguan seperti nivo kurang stabil dan alat baca yang kurang jelas
3. Kesalahan praktikum yang kurang teliti dalam pembabacaan sudut, benang
atas benang bawah, maupun benang tengah, kurangnya pemahaman
terhadap materi pembekalan
4. Pergeseran dan patok - patok yang didirikan
5. Kedudukan rambu yang kurang tegak lurus
6. Kesalahan pembaca rambu
6.2 SARAN
Demi kesempurnaan praktikum kedepannya, saya menyarankan:
a. kelayakan alat Theodolit dan peralatan pendukung harus dikontrol
sebelum melaksanakan praktikum.
b. Penguasaan dari asisten sehingga praktikum berjalan lancar serta
pengawasan saat praktikum sehingga waktu yang digunakan dapat lebih
efisien.
c. Praktikum harus menguasai alat kerja dan materi agar pelaksanaan
praktikum berjalan lancar serta mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA