Anda di halaman 1dari 13

ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No.

2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

KONTRAK BUILD OPERATE TRANSFER SEBAGAI SARANA


MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Hari Sutra Disemadi


“Prodi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro,
Semarang”
E-mail: haridisemadi@gmail.com

Kholis Roisah
“Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang”
“Jalan Imam Bardjo, S.H. No.1-3, Kampus Pleburan, Semarang 50241”

ABSTRAK
Pembangunan fasilitas dengan menggunakan sistem kontrak Build Operate
and Transfer (BOT) mulai marak digunakan di Indonesia. Pembangan
infrastruktur oleh pemerintah tersebut membutuhkan anggaran yang
sangat besar sehingga membutuhkan kerjasama dengan swasta. Kerjasama
melalui kontrak BOT merupakan model baru pembiayaan proyek, yang
tidak hanya menguntungkan para pihak dalam kontrak tetapi juga
kepentingan publik. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran penyelenggaraan kontrak BOT di Indonesia dan untuk
mengetahui bagaimana kontrak BOT menjadi sarana mewujudkan
kesejahtraan rakyat. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini
bersifat doktrinal yaitu menggunakan metode penelitian hukum normatif
(normative legal research). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
kontrak BOT merupakan kontrak antara pihak pemerintah dan sektor
swasta untuk membangun proyek infrastruktur beskala besar yang
memiliki dampak postif bagi rakyat. Prinsip kebebasan berkontrak yang
diterapkan dalam kontrak BOT merupakan implementasi dari Hak Asasi
Manusia (HAM) sebagai sarana mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Kata Kunci: Kontrak; Build Operate Transfer (BOT); Kesejahteraan Rakyat

ABSTRACT
Facilities construction using the Build Operate and Transfer (BOT) contract
system began to be widely used in Indonesia. Infrastructure development by the
government requires a very large budget, so it requires cooperation with the private
sector. Collaboration through BOT contracts is a new model of project financing,
which not only benefits the parties in the contract but also the public interest. The
purpose of this study is to provide an overview of the implementation of BOT
contracts in Indonesia and to find out how BOT contracts become a means for
people’s welfare . The research method used in this study is doctrinal in that it uses
normative legal research methods. The results of this study show that the BOT
contract is a contract between the government and the private sector to build a
large-scale infrastructure project that has a positive impact on the people. The
principle of freedom of contract that is applied in the BOT contract is the
implementation of Human Rights (HAM) as a means to realize people's welfare.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 126


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

Keywords: Contract; Build Operate Transfer (BOT); Welfare of the people

Pendahuluan diberikan kewenangan untuk memberi


Transaksi bisnis semulanya sanksi kepada mereka yang ingkar
hanya dilakukan oleh orang akan sumpah mereka, karena sumpah
perorangan, namun dewasa ini, merupakan bagian dari agama.
transaksi bisnis sudah dilakukan oleh Kontrak yang merupakan
korporasi (swasta) ataupun sumpah dan bagian dari agama pada
pemerintah (negara) baik di dalam masa Romawi terus berkembang,
negeri ataupun lintas batas negara hingga digunakan saat ini pada
(transnasional). Berkembangnya transaksi bisnis. Pada dasarnya kontrak
transaksi bisnis dipicu berkembangnya melahirkan hubungan hukum kepada
ilmu pengetahuan serta teknologi dan para pihak yang berkontrak, baik itu
informasi (Jaya, 2018). Perkembangan secara lisan maupun tulisan. Kontrak
tersebut tidak hanya dilihat dari pelaku yang telah disepakati tersebut akan
selaku aktor bisnis melainkan juga menjadi hukum bagi mereka yang
dapat dilihat dari sarana melakukan mengikatkan diri sejak kontrak itu
transaksi bisnis. Sarana dalam disepakati. Terlihat penerapan asas
melakukan trasnsaksi bisnis tidak pacta sunt servanda berkenaan dengan
hanya melalui interaksi fisik melainkan kontrak dimana, asas pacta sunt
telah bekembang melalui sarana media servanda ini menyatakan semua
elektronik atau transaksi elektronik. kontrak yang dibuat dan disepakati
Situasi ini tentu saja secara sah berlaku sebagai hukum bagi
menghendaki adanya kemudahan mereka yang membuatnya (Khoiriyah
dalam setiap transaski bisnis. Untuk & Santoso, 2017).
itu, pelaku bisnis kemudian Pada hakekatnya, kontrak
mempraktikan kontrak atau perjanjian merupakan suatu kesepakatan yang
pada banyak bidang transaksi, kontrak didasarkan pada kehendak sukarela,
tersebut dimaksudkan untuk untuk mencapai suatu tujuan yang
meningkatkan efektifitas dan efisiensi menguntungkan (economic prospective)
dalam transaksi bisnis. Perkembangan yang dirasa adil oleh para pihak.
transaksi binis juga mengakibatkan Kontrak tidak lahir karena hanya ada
munculnya jenis kontrak baru yang kesepakatan semata, kontrak tidak bisa
memiliki karakter serta sifat mengabaikan aturan hukum yang
keperdataan yang beragam (Wagian, berlaku di mana kontrak itu dibuat
2015). (Priyono, 2018)
Perkembangannya hukum Pemerintah, pengusaha dan
kontrak diketahui berkembang di masa masyarakat merupakan tiga sektor
Romawi. Latar belakang munculnya yang memiliki keterkaitan di dalam
hukum kontrak adalah adanya sumpah kehidupan sosial. Ketiga sektor tersebut
yang diucapkan seseorang pada masa selalu akan membutuhkan kontrak
itu. Sumpah kala itu dianggap sebagai dimana saat ini menjadi sarana penting
janji yang tidak hanya kepada manusia sendi kehidupan manusia. Dewasa ini,
saja melainkan kepada Tuhannya. dengan adanya kontrak manusia baik
Secara tidak langsung pengingkaran secara individual maupun kelompok
akan sumpah, merupakan pelanggaran akan dapat mengembankan kualitas
terhadap ajaran agama Romawi. hidupnya kearah yang lebih sejahtera.
Pendeta-pendeta Romawi kala itu

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 127


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

Dewasa ini, Pembangunan Upaya pemerintah dalam


Nasional dilakukan pemerintahan memfasilitasi adanya barang dan
Jokowi-Jusuf Kalla, bertujuan untuk pelayanan yang baik untuk masyarakat
mewujudkan cita-cita nasional merupakan tanggungjawabnya. Selain
masyarakat yang adil dan makmur kewajiban pemerintah dalam
pada segala aspek kehidupan. Sebagai pembangunan infrastruktur,
bentuk implementasi dari tujuan pemerintah juga memiliki kepentingan
tersebut Pemerintah Indonesia terhadap pembangunan infrastruktur.
melaksanakan pembangunan pada Kepentingan pemerintah tersebut
berbagai aspek, salah satunya pada adalah sebagai public goods serta
aspek ekonomi. Pemerintah tengah economic goods (Abbas, 2018).
gencar-gencarnya dalam melakukan Perkembangan ekonomi suatu
pembangunan infrastruktur berupa negara menuntut ketersediaan adanya
sarana dan prasarana demi memenuhi infrastruktur yang memadai.
kewajibannya dalam memenuhi Infrastruktur tersenut akan
kebutuhan masyarakat. Namun hal ini memberikan kontribusi terhadap
terhalangi karena keterbatasan modal pelaksanaan pembanguan nasional
dana yang dimiliki oleh pemerintah, dalam rangka meningkatkan
sehingga membutuhkan investor untuk kesejahteraan rakyat. Maka dari itu,
membangun serta mengembangkan dalam mencapai tujuan di atas,
infrastruktur sebagai tindakan nyata pemerintah melalui kontrak BOT
dari pemerintah dalam memenuhi menjalin hubungan serta kerjasama
kebutuhan masyarakat yang semakin dengan sektor swasta. Dalam hal ini,
beragam. pemerintah terlihat meningkatkan
Demi terwujudnya pembanguan peran serta masyarakat dan swasta
infrastruktur serta pelayanan yang untuk memberikan kontribusinya
tujuannya untuk mensejahterakan dalam pembangunan nasional.
masyarakat maka munculah konsep Masyarakat dan sektor swasta di sini
Public Private Partnerhip (PPP). PPP terlihat sebagai mitra yang sangat
merupakan konsep kerjasama strategis yang mampu diandalkan
pemerintah dengan sektor swasta dalam menejemen kebijakan publik
dalam memenuhi kebutuhan (Algabili, Santoso & Saptono, 2016).
masyarakat. Kontrak Build Operate Dewasa ini, kontrak BOT sangat
Transfer (BOT) adalah salah satu diminati oleh pihak pemerintah di
cerminan dari konsep PPP. BOT adalah mana kontrak ini dapat memberikan
mekanisme pembiayaan alternatif banyak mamfaat, baik bagi pemilik
dalam proses pengadaan infrastruktur lahan (pemerintah) maupun bagi sektor
untuk pelayanan publik dan telah swasta. Pembangunan infrastruktur
digunakan secara luas di berbagai dengan menggunakan kontrak BOT di
negara, terutama di Indonesia. Di Indonesia paling banyak di sektor hard
Indonesia, kontrak BOT merupakan infrastructurs seperti pembangkit listrik,
kesepakatan yang harus tertulis, di transportasi baik darat, laut dan udara
mana perjumpaan kehendak harus kemudian rumah sakit serta tempat
dituangkan dalam bentuk tulisan yang perbelanjaan umum.
mana akan menciptakan kekuatan Berkaitan dengan kepentingan
mengikat bagi pemerintah dan sektor para pihak dalam kontrak BOT di atas,
swasta (Cindawati, 2016). pemerintah dalam hal ini memiliki
kepentingan yang lebih condong

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 128


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

kepada terwujudnya bangunan resiko proyek, di mana terdapat 28


infrastruktur demi memenuhi delapan faktor resiko kritis yang
kewajibannya dalam mensejahterakan diklasifikasikan ke 5 (lima) kategori (Al-
rakyat. Kepentingan sektor swasta lebih Azemi, Bhamra, & Salman, 2014); dan
cenderung kepada mendapatkan (5). Ayed Muh. Algarni, David Arditi
keuntungan dan pengembalian nilai dan Gulpat, menyebutkan di Amerika
atas investasi. Selain demi dua Serikat sebagian besar instansi
kepentingan tersebut, kontrak BOT pemerintahan tidak menggunakan BOT
tersebut juga menyangkut kepentingan dengan alasan pemerintahan memiliki
masyarakat luas. Untuk itu, kontrak cukup dana dan adanya hambatan
BOT yang dirancang oleh para pihak politik dalam proyek pembangunan
harus meperhatikan kepentingan infrastruktur sehingga tidak
publik dan ketentuan yang berlaku. memerlukan kerja sama dengan sektor
Mengingat penelitian mengenai swasta (Algarni, Arditi, & Polat, 2007).
kontrak BOT telah banyak dilakukan Berdasarkan penelitian
sebelumnya seperti: (1) Selfiana sebelumnya, terdapat perbedaan fokus
Kuahaty, menyebutkan penelitian yang akan dilakukan oleh
penyelenggaran kontrak BOT penulis dengan penelitian yang sudah
merupakan perwujudan pemenuhan ada. Walaupun sama-sama mengambil
Hak Asasi Manusia (HAM) yang tema tentang perjanjian Bangun Guna
didasarkan pada pasal 28H ayat (1) Serah atau Build Operate Transfer (BOT),
yang menyebutkan bahwa setiap orang namun penulis lebih menekankan pada
berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, sisi tujuan kebijakan pemerintah
bertempat tinggal dan mendapatkan terhadap penggunan kontrak BOT
lingkungan hidup baik dan sehat serta dalam pembangunan infrastruktur
berhak memperoleh pelayanan sebagai upaya mensejahterkan rakyat,
kesehatan. (Kuahaty, 2017); (2). Ikka sehingga membuat pembahasan
Puspitasari dan Budi Santoso, mengenai hal ini menjadi hal yang
menyebutkan pembanguan selalu penting dan aktual untuk
infrastruktur jalan tol Semarang-Solo dilakukan pengkajian lebih lanjut.
menggunakan kontrak BOT. Proyek ini Tujuan penelitian ini merupakan
melibatkan Badan Usaha Pengusahaan cerminan terhadap masalah yang
Jalan Tol yang mewakili pemerintah muncul dalam penulisan diatas, maka
serta PT. Trans Marga Jateng sebagai tujuan yang ingin dicapai adalah:
pihak swasta. Kontrak BOT, memiliki pertama untuk mengerti
masa konsensi dari pemerintah selama penyelenggaraan kontrak Build Operate
45 tahun (Puspitasari & Santoso, 2018); Transfer (BOT) oleh pemerintah dan
(3). Budi Santoso, Muh, Zea Algabili sektor swasta di Indonesia; dan yang
dan Hendro Saptono, menyebutkan kedua, untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan kontrak BOT dalam kontrak Build Operate Transfer (BOT)
pembangunan dan pengelolaan Pasar menjadi sarana pemerintah dalam
Turi Kota Surabaya merupakan kerja mewujudkan kesejahtraan rakyat.
sama yang saling menguntungkan
dengan konsensi selama 25 tahun Perumusan Masalah
(Santoso, Algabili, & Saptono, 2016); (4). Berdasarkan uraian yang
Khalid F. AL-Azem, Ran Bhamira dan dikemukakan diatas, dapat
Ahmed F. Salman, menyebutkan dirumuskan permasalahan yang perlu
proyek BOT di Negara Kuwait memiliki dikaji, yaitu bagaimana

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 129


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

penyelenggaraan kontrak Build Operate subtansi dapat berupa kontrak


Transfer (BOT) oleh pemerintah dan pengadaan dan kontrak nonpengadaan.
sektor swasta di Indonesia?; dan Kontrak pengadaan merupakan
apakah kebijakan pemerintah kontrak yang dilakukandalam rangka
mengenai kontrak Build Operate pengadaan barang dan/atau jasa,
Transfer (BOT) menjadi sarana sementara kontrak nonpengadaan
pemerintah dalam mewujudkan berkaitan dengan pelayanan publik.
kesejahtraan rakyat ?. Berdasarkan hal tersebut, terlihat
perbedaan subtansi kontrak pada sisi
Metode Penelitian tujuan pembuatan kontrak. Perbedaan
Metode penelitian yang dipakai lain terlihat dari sisi anggaran, kontrak
dalam penelitian ini bersifat doktrinal pengadaan akan menimbulkan beban
yaitu menggunakan metode penelitian pembiayaan terhadap pemerintah itu
hukum normatif (normative legal sendiri, sementara kontrak
research). Data yang dipergunakan nonpengadaan malah sebaliknya, di
adalah data sekunder, yaitu data yang mana akan menghasilkan pemasukan
diperoleh secara tidak langsung bagi pemerintah.
sumbernya atau objek penelitiannya Kontrak nonpengadaan terdiri
berupa bahan hukum primer, sekunder beberapa jenis yang timbul melalui
dan tersier (Suteki & Taufany, 2018). adanya asas kebebasan berkontrak.
Pengumpulkn data didalam Dengan adanya asas ini pemerintah
memecahkan permasalahan ini, dalam hal membuat kesepakatan dapat
dilakukan dengan studi dokumenter mengikatkan diri kedalam kontrak
atau studi kepustakaan (library apapun, baik kontrak yang tergolong
research), yang kemudian dianalisis sebagai perjanjian bernama, perjanjian
secara kualitatif. Teknik analisis ini yang tidak bernama maupun perjanjian
merupakan teknik yang mana bahan- campuran (Asnawi, 2018).
bahan atau literatur-literatur hukum Skema Build Operate Transfer
tersebut akan dipelajari sehingga dapat (BOT) salah satu kontrak perjanjian
memberikan gambaran-gambaran tidak bernama. Kontrak BOT ini juga
tentang topik penelitian sehingga tergolong kontrak non-pengadaan,
membantu penulis membuat suatu yang dewasa ini semakin banyak
kesimpulan yang benar. digunakan sebagai cara yang inovatif
untuk membiayai pembangunan
Pembahasan proyek infrstruktur di Indonesia (Xu,
Penyelenggaraan Kontrak BOT Di Chen, Wong, & Cheng, 2015). BOT
Indonesia adalah istilah yang digunakan untuk
Kontrak atau perikatan keterlibatan keuangan sektor swasta
(oerenkomst) menitik beratkan adanya dalam berbagi proyek infrastruktur (Al-
persetujuan atau kesepatakan antara Azemi et al., 2014). BOT tidak boleh
para pihak. Kesepakatan disini secara dianggap sebagai istilah hukum, tetapi
tidak langsung akan membawa akibat lebih sebagi konsep ekonomi dan
hukum pada saat kontrak dibuat, keuangan. BOT adalah model kontrak
dirubah atau berakhirnya suatu yang megalihkan proyek milik
hubungan hukum atas kontrak pemerintah ke sektor privat dengan
(Asnawi, 2018). ketentuan jangka waktu yang
Pelaksanaan kontrak oleh disepakati. BOT merupakan salah satu
pemerintah di Indonesia secara bentuk model kerjasama Public Private

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 130


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

Partnership (PPP). PPP adalah usaha perikatan, jika memenuhi ketentuan


kerjasama antara publik dan sektor yang ditentetukan oleh undang-
swasta yang dibangun atas keahlian undang. Undang-undang dalam hal ini
masing-masing dalam pelayanan salah satunya diatur dalam Pasal 1320
publik, rekonstruksi kota dan KUH Perdata mengenai syarat sahnya
sebagainya (Tang, Shen, & Cheng, perjanjian termasuk perjanjian atau
2010). PPP adalah kontrak antara sektor kontrak BOT, yaitu syarat (1) Sepakat
pemerintah dengan sektor privat mereka mengikatkan dirinya; (2)
(swasta) yang memiliki ketentuan Kecakapan untuk membuat suatu
sebagai berikut: (1) sektor privat perikatan; (3) Memenuhi suatu hal
(swasta) mengambilalih fungsi tertentu; serta (4) Memiliki suatu sebab
pemerintah selama periode waktu yang yang halal.
diperjanjikan, (2) sektor swasta Apabila syarat sahnya perjanjian
menerima kompensasi dari diatas telah dipenuhi, maka
pelaksanaan fungsi tersebut, (3) sektor berdasarkan Pasal Ayat (1) 1338 KUH
swasta bertanggungjawab atas resiko Perdata, kontrak BOT telah memiliki
yang timbul dari penyelenggaraan kekuatan hukum yang sama dengan
fungsi tersebut (Abbas, 2018). ketentuan undang-undang. Terlepas
Secara normatif dalam mengkaji dari hal tersebut, meskipun kontrak
ketentuan kontrak BOT titik tolak BOT merupakan perikatan yang
analisisnya berada pada konsep negara bersumber dari perjanjian, jika terjadi
hukum. Konsep ini tercantum dalam pelanggaran atas kontrak BOT tersebut,
Undang-Undang Dasar 1945 yang sanksinya tetap diberikan oleh undang-
menyebutkan bahwa Negara Indonesia undang. Sebagai contoh, ketika salah
adalah negara hukum. dimana konsep satu pihak tidak melaksanakan kontrak
ini menjungjung tinggi adanya BOT yang kemudian menyebabkan
kepastian hukum dan perlindungan kerugian bagi pihak lainnya, maka
hak-hak rakyat. Konsep negara hukun sesuai dengan ketentuan Pasal 1239
yang di anut Indonesia merupakan KUH Perdata, pihak tersebut
konsep hukum modern atau negara diwajibkan membayar ganti rugi.
kesejahteraan (welfare state) dimana Berdasarkan asas kebebesan
pemerintah memiliki campur tangan berkontrak, maka lahirlah kontrak BOT,
dalam mewujudkan masyarakat yang yang sebenarnya dikenal sebagai
adil dan makmur baik spiritual maupun kontrak atau perjajian tidak bernama
materil berdasarkan Pancasila. (onbenoemde overeekomst). Perjanjian ini
Di Indonesia, BOT merupakan tidak diatur secara khusus di dalam
suatu kontrak, sehingga memiliki undang-undang, namun tumbuh dan
hubungan dengan Buku III KUH berkembang mengikuti perkembangan
Perdata tentang Perikatan. Perikatan kegiatan ekonomi Indonesia. Dewasa
merupakan hubungan anatara sejumlah ini, perjanjian tidak bernama ini belum
atau beberapa orang subjek-subjek ada definisi dan pengaturan secara
hukum, sehubungan dengan itu subjek- khusus mengenai pembangunan suatu
subjek hukum tersebut mengikatkan proyek milik pemerintah ataupun
dirinya satu sama lain untuk bersikap swasta yang dilaksanakan melalui
menurut cara-cara tertentu yang telah sistem Bangun Guna Serah (Build
diperjanjikan. Kontrak BOT yang Operate and Transfer /BOT).
dilakukan oleh para pihak tersebut Sebagai pelaku hukum
akan memiliki kekuatan sebagai keperdataan (civil actor) pemerintah

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 131


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

dalam melaksanakan perbuatan hukum yaitu pemerintah, setelah berakhirnya


keperdataan nampak dalam berbagai konsesnsi (Abbas, 2018).
hubungan kontraktual (Kuahaty, 2017). Pelaksanaan kontrak BOT, pada
Contohnya di dalam kontrak BOT yang umumnya terdapat pihak-pihak yang
terlihat jelas pemerintah bekerjasama terlibat yaitu Pemerintah,
melibatkan pihak swasta (pivate) Sharehorlders/Project Sponsor,
sebagai ide yang timbul untuk Developer/Project Company, Contractor,
membangun infrastruktur. Kontrak Equipment Supplier, Plan Operator,
BOT lahir karena beberapa hal yang Lenders/Invesment Bankers, Purchasers,
saling berkaitan yaitu kurangnya Insurance, Escrow Agent dan Legal
infrastruktur yang dibutuhkan Counsel.
masyarakat, kekurangan dana Pemerintah merupakan pihak
pemerintah dalam mebangun pemegang monopoli pembangunan
infrastruktur dan keenganan infrastruktur, sebagai host government
pemerintah mendanai infrastruktur dan sebagai pemberi konsensi
tersebut melalui pinj aman dari (concenssion agreement); Shareholders
organisasi-organisasi keuangan. yang biasa sering disebut dengan
Kontrak BOT yang dilakukan sponsor merupakan pihak yang
oleh pemerintah dengan pihak swasta berinisiatif, menanamkan dana, dan
(special purpose company) untuk investasi bersama kontraktor dengan
membangun infrastuktur publik membentuk konsorsium kontraktor;
bertujuan untuk untuk meningkatkan Developer/Projet Company adalah pihak
infrastruktur tanpa harus swasta yang memperoleh hak konsensi
mengeluarkan anggaran dari dari pemerintah untuk membangun,
pemerintah. Di sini, pihak swasta memiliki, mengoprasikan, mentransfer
berupa badan usaha memiliki tanggung infrastruktur pada pemerintah. Pihak
jawab terhadap desain infrastruktur, ini merupakan pihak sentral dari
pembiayaan, konstruksi, operasi serta kontrak BOT di mana pihak ini
pemeliharaannya yang kemudian merupakan penanda tangan project;
transfer asset pada akhir masa kontrak. Kontraktor merupakan pihak pelaksana
Kontrak BOT, sebagai kontrak yang teknis pembangunan konstruksi dan
berada dalam ranah hukum publik dan sebagai pihak yang menyerahkan hasil
hukum privat harus memperhatikan pekerjaan pada developer berdasarkan
variabel penting yaitu variabel syarat yang tertuang dalam construction
kemamfaatan bagi masyarakat. contract; Equipment Supplier merupakan
Tahapan kontrak BOT dibagi pihak yang memasok peralatan
dalam 3 tahap: pertama, tahap kontruksi, dapat berfungsi sebagai
pembangunan di mana pihak pertama subkontraktor bagi kontraktor
dalam hal ini pemerintah memberi kontruksi dengan dibuat nya
tanah ke sektor swasta untuk dibangun subcontracting agreement dan dapat
infrastruktur; kedua, tahap operasional fungsi sebagai supplier bagi
dimana berfungsi mendapatkan developer/project company dalam
penggantian biaya atas pembangunan kegiatan pemeliharaan infrastruktur
dalam konsensi waktu yang telah dengan membuat spareparts contract;
disepakati; dan ketiga, tahap transfer Plan Operator adalah pihak yang
dimana pada tahap ini sektor swasta bertugas mengoprasikan infrastruktur
menyerahkan kepemilikan yang telah selesai dibangun
infrastruktur kepada pemilik tanah berdasarkan operating agreement ant plan

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 132


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

operator dengan developer, pihak ini fasilitasnya setelah berakhirnya jangka


harus dilibatkan sejak awal project agar waktu. Dari segi pemamfaatannya
desain proyek dapat dikembangkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah tersebut
secara sempurna; Lenders/Bankers mengklasifikasikan bentuk-bentuk
merupakan pihak yang membantu jika pemamfaatannya berupa pinjam pakai,
kemungkinan kemampuan dana sewa, kerjasama pemamfaatan, bangun
shareholder tidak terlampau besar dan guna serah dan bagun serah guna atau
kadang pihak lenders dibutuhkan kerja sama dalam penyediaan
dengan memakai konsorsium bank; infrastruktur.
Purchasers adalah user, penggunan, Undang-Undang No. 9 Tahun
pemakai produk atau jasa infrastruktur, 2015 Tentang Pemerintahan Daerah
bisa konsumen langsung ataupun juga menyebutkan pemerintah dapat
melalui perantara; Insurance adalah mengadakan kerjasama dengan pihak
pihak yang menanggung beberapa lain dalam rangka meningkatkan
resiko kegagalan project kesejahteraan rakyat dengan
infrastructure/insurable risk, pihak ini pertimbangan efisiensi dan efektifitas
menanggung resiko kecelakaan yang pelayan publik serta saling
menimpa prasarana fisik /casual ties; menguntungkan. UU tentang
Escrow Agent merupakan pihak yang Pemerintahan Daerah ini juga secara
menjembatani kepentingan project gamblang menyebutkan kerjasama
cpmpany, lenders, inverstors, contractors meliputi kerjasama dalam penyediaan
dalam mempertanggungjawabkan pelayanan publik, pengelolaan asset
penerimaan pendapatan dari sebagai peningkatan nilai tambah
penggunaan produk atau jasa dari dalam pendapatan bagi pemerintahan
infrastruktur yang selesai dibangun; daerah, investasi dan kerjasama lainnya
dan pihak Legal Counsel adalah pihak yang tidak bertentangan dengan
yang membantu dalam negosiasi serta undang-undang.
dalam pembuatan kontrak BOT Berkaitan dengan pembangunan
(drafting contract). dan pengoprasian infrastruktur jalan
Kontrak BOT secara normatif tol, PT. Jasa Marga bertindak sebagai
tidak diatur secara khusus oleh undang- pemerintah diberikan hak untuk
undang, namun pelaksanaan kontrak menjalin kerja sama dengan sektor
kerjasama oleh pemerintah ini dapat swasta dengan mengaplikasikan
kita jumpai dalam Peraturan kontrak BOT. Hak ini diatur dalam
Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1990
Pengelolaan Barang Milik Negara / tentang Jalan Tol.
Daerah, di mana Pasal 1 (14) dijelaskan Proyek-proyek infrastruktur
bahwa BOT adalah pemamfaatan tanah pemerintah Indonesia berskala besar
milik negara/daerah oleh sektor swasta saat ini dilaksanakan dengan
dengan melakukan pendirian menggunakan kontrak BOT dengan
banguanan infrastruktur beserta sektor swasta. Pelakasanaan kontrak
fasilitasnya, yang kemudian BOT salah satunya adalah
didayagunakan oleh sektor swasta pembangunan jalan tol Medan-
sesuai jangka waktu yang telah Kualanamu-Tebing Tinggi dengan
disepakati. Setelah jangka waktu menerapkan Perjanjian Pengusahaan
berakhir, maka sektor swasta Jalan Tol (PPJT) dengan jangka waktu
menyerahkan kembali tanah beserta 40 tahun (Sitanggang, Santoso &
bangunan infrastruktur berikut Njatrijani, 2017). Selain pembangunan

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 133


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing bagi hukum kontrak pada umumnya


Tinggi, kontrak BOT juga digunakan dan kontrak BOT khususnya adalah
dalam pembangunan jalan tol prinsip kebebasan berkontrak yang
Semarang-Solo. Dalam proyek ini intinya menyangkut dengan kontrak
pemerintah yang diwakili oleh Badan sebagai perwujudan kebebasan
Usaha Pengusahaan Jalan Tol manusia dan kontrak sebagai sarana
bekerjasama dengan PT. Trans Marga mewujudkan kesejahteraan ekonomi
Jateng. Berdasarkan PPJT, pemerintah manusia baik individual maupun
berkewajiban menyediakan fasilitas kelompok.
berupa lahan, sedangkan PT. Trans Kontrak BOT sebagai
Marga Jateng berkewajiban berupa perwujudan kebebasan manusia
pembangunan (build) dan melakukan dikarenakan kontrak merupakan salah
Perencanaan Pendanaan, Perencanaan satu implementasi HAM. Manusia
Teknik, Pelaksanaan Teknik, dengan akalnya dapat melakukan
Pelaksanaan Konstruksi, Pengoprasian penilaian, penjelasan, dan pilihan.
dan Pemeliharaan agar bernilai Berkaitan dengan hal itu, manusia
ekonomi (operate). Masa konsensi secara alamiah memiliki hak
selama empat puluh lima (45) tahun, fundamental yaitu kebebasan, salah
maka selanjutnya tanah dan gedung satunya dalam wujud kontrak. Hak
diberikan kembali kepada pemerintah fundamental tersebut dapat dilihat dari
(Puspitasari & Santoso, 2018). sisi formal dan subtansi. Secara formal
Penggunaan kontrak BOT untuk hak fundamental manusia adalah hak
pembangunan asset milik pemerintah, yang telah ditentukan dalam ketentuan
terlihat juga pada proyek konstitusi, sedangkan secara subtansi,
pembangunan infrastruktur dan hak adalah norma yang bertujuan
pengelolaan Pasar Turi di Kota untuk menjamin martabat manusia atau
Surabaya, di mana proyek hak yang mendasar bagi otonomi
pembangunan kembali Pasar Turi pribadi.
bekerja sama dengan PT. Gala Kontrak BOT sebagai sarana
Bumiperkasa dalam melakukan mengimplementasikan HAM, terlihat
pembangunan gedung (build) dan pada : (1) kontrak dibangun atas dasar
dimamfaatkan selama duapuluh lima kebebasan yang dimiliki oleh manusia,
(25) tahun (operate) yang kemudian kebebasan disini dikenal juga dengan
setelah jangka waktu berakhir, gedung istilah freedom of contract; (2) kontrak
dan pengelolaanya akan diserahkan dibangun sebagai bentuk pertukaran
kepada Pemerintah Kota Surabaya kekakyaan, dimana kontrak merupakan
(transfer) (Algabili, Santoso & Saptono, bentuk pertukaran yang saling
2016). menguntungkan ataupun pertukaran
kewajiban; dan (3) kontrak dilahirkan
Kontrak BOT Sebagai Sarana untuk membangun kualitas hidup
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat manusia (Zulfirman, 2017).
Kontrak pada dasarnya Ketiga hal di atas,
melahirkan hubungan hukum yang menyimpulkan adanya hubungan
mampu mengikat para pihak yang kebebasan berkontrak dengan
bersepakat, dimana kontrak tersebut kesejahteraan manusia. Kebebasan
akan menjadi hukum atau undang- berkontrak sebagai prinsip dasar
undang bagi keduanya (Khoiriyah & kontrak BOT bersumber dari kebebasan
Santoso, 2017).Prinsip yang berlaku para pihak, yang operasionalisasinya

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 134


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

berimplikasi sebagai norma hukum. Dapat dipahami landasan norma


Kebebasan berkontrak mengisyaratkan hukum sehubungan dengan
para pihak bebas membangun setiap pengoprasionalisasi prinsip kebebasan
hubungan hukum di mana dalam berkontrak pada umumnya,
kontrak BOT harus memenuhi aspek memandang kontrak harus
moral yaitu keadilan sehingga sesuai berorientasikan pada ekonomi atau
dengan pencapain kepentingan para kesejahteraan masyarakat. Dari sudut
pihak yaitu kepentingan ekonomi. pandang ini maka kontrak dipandang
Kebebasan berkontrak sejatinya sebagai sarana untuk menumbuhkan
berkaitan dengan keberadaan manusia suatu negara kesejahteraan (welfare
yang memiliki hak fundamental yaitu state) sesuai apa yang dikemukakan
kebebasan yang menyangkut dengan dalam UUD 1946 yang mengharuskan
kualitas hidup. Jadi, kontrak BOT terwujudnya demokrasi ekonomi di
adalah sarana hukum yang digunakan Indonesia (Aswandi & Roisah, 2019).
untuk mengejar kesejahteraan, baik itu Maka dari itu, kebebasan
kesejahteraan individual maupun berkontrak pada prinsipnya ditujukan
kesejahteraan kelompok. untuk melindungi, memenuhi dan
Bagi Negara Indonesia, arti menghormati hak fundamental
kebebasan dan ekonomi (kesejahteraan) manusia sebagai cerminan HAM dan
menjadi dasar perjuangan sebagai usaha untuk mengatur prilaku
kemerdekaan Indonesia. Fakta sejarah bisnis untuk mewujudkan
menyebutkan penjajah bangsa telah kesejahteraan rakyat. Tujuanannya
mengeksploitasi manusia dan sumber untuk menjaga kehidupan berjalan
daya alam (ekonomi) Indonesia sampai sebagaimana mestinya. Kontrol
pada titik nadir terendah. Fakta ini terhadap daya laku kebebasan
tergambar jelas dalam Pembukaan berkontrak adalah memberi
UUD 1945, dari sinilah digai nilai-nilai kesempatan kepada semua pihak untuk
ideologi bangsa yang terwujud dalam dapat mengembangkan dirinya secara
Pancasila. patut dan pantas dalam kehidupan
Pancasila sebagai ideologi masyarakat. Dititik inilah kesejahteraan
Bangsa Indonesia adalah sumber dari rakyat menampakan dirinya, bahwa
segala sumber hukum. Pancasila pada manusia secara individu maupun
hakekatnya berbicara tentang manusi, berkelompok (makhluk sosial) sangat
di mana manusi merupakan makhluk membutuhkan adanya kontrak pada
religius, makhluk sosial dan makhluk umumnya dan kontrak BOT pada
posesif. Inti yang paling mendasar dari khsusnya.
Pancasila adalah tekad untuk menjaga, Pemenuhan hak asasi manusia
merwat, melindungi dan untuk meraih lingkungan hidup yang
memperjuangkan kehidupan. Dari situ layak sangat berkaitan dengan Pasal
makna hukum dalam pandangan 28H (1) UUD 1945 yang merupakan
Pancasila adalah suatu cita-cita bangsa komponen HAM yang berkaitan
yang tumbuh dan hidup bersama di dengan pemamfaatan infrastruktur.
tengah masyarakat, yang mana Kebutuhan ini merupakan wujud
mengatur cara memperlakukan pelayanan publik yang dilakukan oleh
manusia sebagai manusia dalam pemerintah dalam tujuan untuk
kapasitasnya sebagai makhluk religius, memajukan kesejahteraan rakyat.
sosial dan posesif (Zulfirman, 2017) Tetapi kadang pemerintah kekurangan
dana dalam membangun dan

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 135


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

menyediakan infrastruktur beserta dibutuhkan masyarakat dan


fasilitasnya. terciptanya lapangan kerja baru,
Pemerintah sebagai pelayan dimana dalam penyususnan kontrak
masyarakat berkewajiban memenuhi BOT para pihak wajib
kebutuhan tersebut. Untuk itu, mempertimbangkan kepentingan
pemerintah mengundang sektor swasta rakyat nantinya, sehingga dalam
untuk bekerjasama dalam proyek kontrak BOT harus memuat mengenai
pembangunan infrastruktur. Proses tanggung jawab sosial.
pelaksanaan kerjasama tersebut asalah
satunya melalui kontrak BOT. Seperti Simpulan
telah dijelaskan sebelumnya bahwa Terhadap pembahasan yang
kontrak BOT merupakan perjanjian telah diuraikan diatas, maka dapat
antara pihak pemerintah dan sektor disimpulkan bahwa: pertama, Kontrak
swasta. Pihak pemerintah Build Operate Transfer yang dilakukan
menyerahkan tanah miliknya yang oleh pihak pemerintah dan sektor
merupakan aset negara untuk di swasta adalah untuk membangun
bangunan infrastruktur yang sifatnya proyek infrastruktur beskala besar yang
komersial oleh sektor swasta. memiliki dampak postif bagi rakyat,
Kemudian sektor swasta dimaksud seperti pembanguan jalan tol, bandara,
memilki hak dalam mengelola pelabuhan dan infrastruktur publik
infrastruktur dalam jangka waktu yang lainya yang memiliki nilai komersil.
telah ditentukan dengan memberikan Kontrak ini digunakan oleh pihak
keuntungan (fee) atau tanpa fee kepada pemerintah semata-mata untuk
pemerintah. Pada saat waktu mengalihkan proyek ke sektor privat
ditentukan berakhir, pihak swasta (swasta) dengan jangka waktu tertentu,
mengembalikan tanah dan bangunaan di mana pihak swasta adalah pihak
komersial di atasnya untuk dikelola yang menyediakan modal, sebagai
oleh pemerintah (Kuahaty, 2017). pihak yang dapat membangun dan
Bagunan ini merupakan fasilitas mengoprasikan infrastruktur beserta
publik yang dimana masyarakat berhak fasilitas yang telah dibangun, yang
atas jaminan kualitas bangunan, kemudia diserahkan kembali kepada
sehingga pemerintah wajib pemerintah; kedua, Kontrak BOT
memberikan jaminan keamanan, merupakan implementasi HAM
keselamatan dan kesehatan berkaitan hak fundamental yaitu hak
masyarakat. Pemerintah kebebasan dan hak hidup antar sesama
bertanggungjawab untuk manusia yang diwujudkan kedalam
meningkatkan kualitas bangunan hukum guna menghormati, melindungi
gedung dimaksud untuk kepentingan dan memenuhinya sebagai HAM; dan
masyarakat demi tercapainya suatu ketiga, Prinsip kebebasan manusia
kesejahteraan rakyat. Maka dari itu, menyangkut harkat dan martabat
penggunaan kontrak BOT merupakan manusia itu sendiri berhubungan
kebijakan yang dilakukan oleh pihak dengan kualitas hidup atau
pemerintah dengan sektor swasta kesejahteraan manusia individu
dalam melaksanakan fungsinya untuk maupun kelompok. Dimana prinsip ini
pencapaian suatu tujuan negara yaitu ditekankan pada daya laku prinsip
kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan kebebasan berkontrak untuk mengejar
rakyat disini dicerminkan oleh kesejahteraan masyarakat (sosial).
tersedianya sarana prasarana yang

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 136


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

Adapun saran dari penulis yaitu, Asnawi, M.N. (2018). Perlindungan


dalam penafsiran daya laku prinsip Hukum Kontrak Dalam
kebebasan berkontrak secara umum Perspektif Hukum Kontrak
oleh praktisi hukum dan praktisi Kontenporer. Jurnal Masalah-
ekonomi diharuskan berdasarkan Masalah Hukum, Vol. 46 (No.1),
ideologi bangsa Indonesia agar kontrak pp. 55-68.
khususnya kontrak BOT digunakan Aswandi, B., & Roisah, K. (2019).
sebagai sarana mengimplementasikan Negara Hukum Dan Demokrasi
Hak Asasi Manusia untuk mewujudkan Pancasila Dalam Kaitannya
dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Dengan Hak Asasi Manusia
Indonesia.” (HAM). Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, Vol. 1 (No. 1),
Daftar Pustaka pp. 128-145.
Buku Cindawati. (2016). Prinsip Good Faith
Jaya, N.S.P. (2018). Hukum Dan Hukum (Itikad Baik) Dalam Hukum
Pidana Di Bidang Ekonomi. Kontrak Bisnis Internasional.
Semarang : Badan Penerbit Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 26
Universitas Diponegoro. (No. 2), pp.181-193.
Kuahaty, S.S. (2017). Pemenuhan Hak
Suteki & Taufani, G. (2018). Metodologi Asasi Manusia Atas Bangunan
Penelitian Hukum (Filsafat, Teori Dengan Kontrak Build Operate
Dan Praktik). Depok : PT And Transfer, Jurnal SASI, Vol.
RajaGrafindo Persada. 23 (No. 2), pp.108-117.
Jurnal Khoriyah, N., & Santoso, L. (2017).
Abbas, M.Y. (2016). Public Private Batasan Kebebasan Berkontrak
Partnership Dalam Dalam Kontrak Konvensional
Pembangunan Dan Pengelolaan Dan Kontrak Syariah, Jurnal
Suncity Plaza Sidoarjo (Model AHKAM, Vol. 5 (No. 1), pp.41-
Perjanjian Build Operate 59.
Transfer (BOT) Antara Algabili, M.Z., Santoso, B., & Saptono,
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo H. (2016). Pelaksanaan
Dengan PT. Indraco). Jurnal Perjanjian Build Operate
Kebijakan Dan Manajemen Publik, Transfer (BOT) Dalam
Vol. 6 (No. 3), pp.1-9. Pembangunan Aset Milik
Algami, A.M., Arditi, D., & Polat, G. Pemerintah Daerah (Studi Pada
(2007). Build Operate Transfer In Proyek Pembangunan Dan
Infrastruckture Projects In The Pengelolaan Pasar Turi Kota
United States. Journal Of Surabay), Diponegoro Law
Construcktion Engineering And Journal, Vol. 5 (No. 4), pp.1-18.
Management, Vol.133 (No. 10), Priyono, E.A. (2018). Aspek Keadilan
pp. 728-735. Dalam Kontrak Bisnis Di
Al-Azemi, K.F., Bhamra, R., & Salman, Indonesia (Kajian Pada
A.F.M. (2014). Risk Management Perjanjian Waralaba), Jurnal Law
Framework For Build Operate Reform, Vol. 14 (No. 1), pp.15-28.
Transfer (BOT) Projects In Puspitasari, I., & Santoso, B. (2018).
Kuwait. Journal Of Civil Perjanjian Kerja Sama
Engineering And Management, Pemerintah Den Swasta Dengan
Vol. 20 (No. 3), pp. 415-433. Pola (BOT) Build Operate

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 137


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 5 No. 2, Agustus 2019 ISSN : 2407-4276 (Online)

Transfer Dalam Pembangunan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015


Jalan Tol (Studi Pembangunan Tentang Pemerintahan Daerah.
Jalan Tol Semarang-Solo), Jurnal Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
Law Reform, Vol. 14 (No. 2), 2014 tentang Pengelolaan
pp.57-73. Barang Milik Negara / Daerah.
Sitanggang, P.A., Santoso, B., & Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
Njatrijani, R. (2017). 1990 Tentang Jalan Tol.
Pelaksanaan Kontrak Kerja
Sama Dengan Sistem Bangun
Guna Serah/ Build Operate
Transfer (BOT) Dalam
Pembangunan Infrastruktur
Jalan Tol Medan- Kualanamu-
Bukit Tinggi, Diponegoro Law
Journal, Vol. 6 (No. 38), pp.1-16.
Tang, L.Y., Shen, Q., & Cheng, E.W.L.
(2010). A Review Of Studies On
Public Private Partnership
Projects In The Construction
Industry, International Journal Of
Project Management, Vol. 25, pp.
683-694.
Wagian, D. (2015). The Aspect Of
Contract Law Reform Within
The Regulation Of Indonesian,
Jurnal IUS : Kajian Hukum Dan
Keadilan, Vol. 3 (No. 7), pp.172-
189.
Xu, X., Chen, A., Wong, S.C., & Cheng,
L. (2015). Selection Bias In Build
Operate Transfer Transportation
Project Appraisals, Journal
Transportation Researh Part A:
Police And Practice, Vol. 75,
pp.245-251.
Zulfirman. (2017). Kontrak Sebagai
Sarana Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial. Jurnal
Rechts Vinding, Vol. 6 (No. 3), pp.
403-422.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945
Kitap Undang-Undang Hukum
Perdata

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 138

Anda mungkin juga menyukai