Disusun Oleh:
Kelompok 6A
Andika Tri Saputra (5170811006)
Farika Maulidiana (5170811085)
Bimo Sakti Saputro (5170811275)
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
ANALISIS STRUKTUR
JEMBATAN
Laporan Tugas Besar ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Laporan resmi Analisis Struktur Jembatan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Segala puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Laporan Tugas
Besar Analisis Struktur Jembatan. Laporan ini disusun guna memenuhi derajat S-
1 Program Studi Teknik Sipil. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta.
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.
2. Bapak Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu
Analisis Struktur Jembatan.
3. Saudara Soeleman Victor Kaka, selaku asisten dosen Analisis Struktur
Jembatan.
4. Rekan – rekan Jurusan Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu selama pengerjaan Laporan
Tugas Besar dan dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
sebagaimana mestinya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
LEMBAR ASISTENSI...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2. JENIS-JENIS JEMBATAN......................................................................2
1.2.1. Jenis Jembatan dari Segi Kegunaanya...............................................2
1.2.2. Jenis Jembatan dari Segi Strukturnya................................................3
1.2.3. Jenis Jembatan dari Segi Bahan Bangunan........................................7
1.3. JEMBATAN TERNAMA.........................................................................8
BAB 2 PROSES PERENCANAAN JEMBATAN................................................12
2.1. UMUM....................................................................................................12
2.2. DASAR PEMILIHAN TIPE JEMBATAN.............................................13
2.2.1. Keadaan Struktur Tanah Pondasi.....................................................13
2.2.2. Faktor Peralatan dan Tenaga Teknis................................................13
2.2.3. Faktor Bahan dan Lokasi.................................................................13
2.2.4. Faktor Lingkungan...........................................................................14
2.3. BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.....................................................15
2.4. RANGKA BAJA.....................................................................................16
BAB 3 BAGAN ALIR...........................................................................................20
BAB 4 PEMBEBANAN JEMBATAN..................................................................21
4.1. Pembebanan Pada Jembatan....................................................................21
4.2. Beban Mati Tambahan (DL)...................................................................21
4.3. Beban Hidup (LL)...................................................................................22
4.3.1. Beban Lajur (D)...............................................................................22
4.3.2. Beban Kendaraan.............................................................................23
4.3.3. Gaya Rem.........................................................................................24
4.3.4. Beban Hidup Pejalan Kaki...............................................................24
4.4. Beban Angin (ew)...................................................................................25
3. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen
pemikul lantai lalu lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu
oleh tower. Jembatan cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan
tower satu atau lebih yang terpasang diatas pilar – pilar jembatan
ditengah bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif
rendah posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada
daerah dengan resiko gempa dan digunakan untuk variasi panjang
bentang 100 - 600 meter.
2. Tower Bridge
Jembatan popular lainnya ada di London, Inggris. Jembatan ini
mulai dibangun dari tahun 1886 sampai dengan 1894. Ia terbentang
dan tergantung di bawah Sungai Thames. Lokasinya berdekatan
dengan Tower of London, karenanya jembatan ini dinamai “Tower
Bridge”. Baik jembatan ini maupun sebuah kastil yang ada di dekatnya
jadi dua diantara monumen yang sering jadi destinasi wisata, baik itu
di Eropa maupun dunia.
4. Jembatan Brooklyn
Jembatan gantung ini termasuk salah-satu yang tertua di
Amerika Serikat, mengingat ia selesai terbentuk pada tahun 1883.
Jembatan ini menghubungkan Manhattan dan Brooklyn di atas East
River. Rentang utamanya mencapai 1.595,5 kaki atau sekitar 486,3
meter. Dari mulai dibuka pada tahun 1903, jembatan ini pun selalu
masuk dalam daftar jembatan terpanjang di dunia. Berbagai
keistimewaannya membuat jembatan ini masuk jadi salah-satu ikon
kota New York. Banyak para pengunjung yang terkagum-kagum,
apalagi ketika mampu menikmati bagaimana meriahnya langit
Manhattan.
Gambar 1.10 Jembatan Broklyn, Amerika Serikat
Sumber: 14 April 2019.http://www.ngasih.com/2015/07/06/10-nama-
jembatan- terkenal-di-dunia/
2.1. UMUM
Banyak beberapa faktor yang menentukan tipe dari jembatan yang akan
dibangun agar bangunan yang akan dibangun efisien dan ekononis. Adapun faktor
tersebut antara lain
Untuk tanah pondasi lunak adalah kurang cocok bila dibuat suatu jembatan
pelengkung, mengingat gaya horizontal yang besar dan memerlukan pondasi tiang
pancang miring, yang sulit dilaksanakan. Untuk tanah keras atau batu cadas yang
menghubungkan jurang yang dalam, sangat cocok bila dibangun jembatan
pelengkung. Selain itu juga sangat cocok di bangun di pegunungan yang memiliki
tanah pendasar atau pondasi yang curam. Dengan adanya gaya horizontal pada
pondasi, maka gaya geser vertikal pada tanah pondasi bisa diimbangi oleh gaya
horizontal, sehingga bahaya longsoran dapat dikurangi.
Rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang-
batang baja yang di hubungkn satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang di
pikul oleh struktur ini akan di uraikan dan disalurkan kepada batang-batang baja
struktur tersebut, sebagai gaya-gaya tekan dan tarik, melalui titik-titik pertemuan
batang (titik buhul). Garis netral tiap-tiap batang yang bertemu pada titik buhul
harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya titik
sekunder (Asiyanto,2008).
Rangka Jembatan yang beban suprastruktur terdiri dari truss dinamakan
jembatan truss. Truss ini adalah struktur elemen terbuhung membentuk unit
segitiga. Unsur-unsur yang terhubung (biasanya lurus) dapat ditekankan dari
ketegangan, kompresi, atau baik respon terhadap beban dinamis. Jembatan truss
adalah salah satu jenis tertua dari jembatan modern. Jenis dasar jembatan truss
memiliki desain sederhana yang dapat dengan mudah dianalisis oleh para
enggineer. Jembatan truss sangat ekonomis untuk membangun karena
penggunaan bahan yang efisien.
Sifat truss memungkinkan analisis struktur menggunakan beberapa asumsi dan
penerapan hukum Newton tentang gerak sesuai dengan cabang fisika yang dikenal
sebagai statika. Untuk keperluan analisis gulungan di asumsikan pin bersendi
dimana komponen lurus bertemu. Asumsi ini bahwa anggota truss (chords,
vertikal dan diagonal) akan bertindak hanya dalam ketegangan atau kompresi.
Sebuah analisa lebih kompleks diperlukan di mana sendi kaku memaksakan beban
lentur signifikan terhadap usur-unsur, seperti dalam truss vierendeel.
a. Wide Flange (WF) biasanya digunakan untuk tiang pancang, top dan
bottom chord, column, kantilever kanopi. Besi ini memiliki panjang 12
meter dengan berat yang beragam dan bisa disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing. UNP atau kanal U yang kurang lebih mirip
dengan penggunaan wide flange namun tidak untuk pembuatan column
karena cenderung mudah mengalami pelengkungan. Dengan pilihan
panjang 6 dan 12 meter dan berat yang bisa Anda pilih sesuai
penggunaan.
b. H-beam digunakan untuk kolom, balok, tiang pancang, composite
beam, kantilever kanopi. Ada juga orang yang menyebutkan sebagai
WF sehingga Anda perlu memperhatikannya dengan baik.
c. Besi siku yang biasa digunakan untuk rak lemari atau sandaran buku
memiliki ukuran yang beragam mulai dari 50 mm sampai 250 mm.
d. T-beam memiliki bentuk penampang T dengan bagian atas yang
berfungsi sebagai flange untuk melawan tegangan tekan, sedangkan
bagian bawahnya berfungsi untuk melawan tegangan tarik serta
menyediakan pemisahan tekanan dari kekuatan tekuk. Biasanya baja
ini diaplikasikan pada balok lantai dan balik kantilever kanopi.
e. Lipped Channel (CNP) diaplikasikan pada balok dudukan penutup
atap, girts atau elemen yang memegang penutup dinding seperti metal
sheet, member pada truss dan rangka dalam komponen arsitektural.
Baja ini juga dikenal dengan istilah C-channel, profil-C atau kanal-C.
f. Plat hitam memiliki beragam ukuran dan tingkatan yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan Anda yang tentunya sudah
melalui protokol kontrol kualitas yang sangat ketat. Sehingga dapat
dipastikan jika sudah masuk ke pasaran maka kualitasnya tidak perlu
diragukan lagi.
Pada permodelan jembatan kali ini menggunakan pratt truss dimana kali
menggunakan beberapa profil baja diantaranya:
a. Profil IWF 700.300.24.13 gelagar melintang (GM)
b. Profil IWF 400.400.50.30 gelagar memanjang (GP)
c. Profil IWF 400.400.50.30 gelagar memanjang tengah (GPT)
d. Profil IWF 400.400.50.30 batang diagonal (BD)
e. Profil IWF 300.300.10.15 gelagar melintang (BA)
f. Profil L 200.200.20.20 ikatan angin (IA)
Permodelan dengan menggunakan tipe pratt truss dengan menggunakan
spesifikasi profil diatas dan berdasarkan SNI 2833:2016 dan SNI 1725-2016
dengan keadaan tanah di Padang sudah cukup aman.
Survey Data
Kompilasi
Tidak
Evaluasi Data
OK!
Desain Awal:
Penentuan:
Type struktur
Bahan struktur
Model struktur
Dimensi model struktur
Hitungan awal
Modifikasi
Evaluasi
Desain awal
OK! Tidak
Desain Akhir:
Modifikasi akhir
Model struktur akhir
Hitungan akhir
Beban mati adalah beban yang terdiri dari berat masing – masing bagian
struktural dan elemen– elemen non-strukturalnya. Beban mati yang berasal dari
bagian jembatan yang sifatnya tetap disebut beban mati berat sendiri, sedangkan
beban mati yang berasal dari bagian jembatan yang sifatnya bisa dihilangkan atau
sementara disebut beban mati tambahan.
Pada program SAP2000, berat sendiri struktur sudah diperhitungkan secara
otomatis, sehingga tidak perlu melakukan input beban ke SAP. Beban mati
tambahan, nilainya ditentukan tergantung dari jenis material yang digunakan dan
nilai beban mati tambahan harus diinput secara manual ke dalam program
SAP2000. Perhitungan beban mati tambahan jembatan dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut:
Tabel 4.1 Perhitungan Beban Mati Tambahan
Beban hidup adalah semua berat benda yang melintas pada jembatan, yaitu
berat kendaraan. Trailer yang melewati jembatan dan juga berat pejalan kaki yang
melewati jembatan.
Beban kendaraan yang berupa beban lajur (D) terdiri dari beban terbagi
rata (Uniformly Distributed Load) UDL dan beban garis (Knife Edge Load) KEL
seperti pada Gambar 4.1. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya
bergantung pada panjang bentang L yang dibebani lalu-lintas seperti Gambar 2
atau dinyatakan dengan rumus:
q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30 m
Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban pejalan kaki dan beban
bergerak (kendaraan). Beban kendaraan yang diperhitungkan adalah truk Sesuai
SNI 1725-2016 pasal 8.4.1 seperti ditunjukan pada gambar 4.3.
250
= 6
= 41,67 kN
Jumlah joint pada gelagar = 40 joint
Gaya Rem
Maka gaya rem yang bekerja pada joint gelagar =
Jumlah Joint
41,67
= 40
= 1,04 kN
persamaan 1.1
PD = PB ( )2....................................................................
Dengan,
PB = tekanan angin dasar
Tabel 4.2 Tekanan Angin Dasar
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
Tabel 4.3 Nilai V0 dan Z0 untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Kondisi Lahan Terbuka Sub Urban Kota
V0 (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Z0 (mm) 70 1000 2500
= 66,8887029 km/jam
3.4.2. Beban Angin
1. Angin Tekan
PD = ( )
= 0,0024 x ( )
Dimana :
Eq : Gaya gempahorizontal statis (kN)
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respon
Wt : Berat total struktur (kN)
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan
jembatan terhadap beban gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa
secara statik ekivalen.
Lokasi = Lampung
Jenis Tanah = Tanah Keras (SC)
1. Menentukan parameter percepatan gempa
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
Gambar 4.6 Peta Respon Spektra Percepatan 0,2 detik di batuan dasar
ntuk probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun
Ss = 0,7 g
Respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar ( S1 )
Gambar 4.7 Peta Respon Spekta percepatan 1 detik di batuan dasar untuk
ptobabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun
S1 = 0,5 g
Menentukan Faktor Situs
Faktor amplifikasi untuk PGA dan periode 0,2 detik
Table 4.4 Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0,3 detik (FPGA/Fa)
PGA ≤ 0,1 PGA ≤ 0,2 PGA ≤ 0,3 PGA ≤ 0,4 PGA ≤ 0,5
Kelas situs Ss ≤ 0.25 Ss = 0. 5 Ss = 0.75 Ss = 1.0 Ss ≥ 1.25
Batuan keras (SA) 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
Batuan (SB) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Tanah Keras (SC) 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
Tanah Sedang (SD) 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
Tanah Lunak (SE) 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9
Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS
Fv = 1,3
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa
rencana. Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan
dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan tanah sampai kedalaman
30 m di bawah struktur jembatan. Ketentuan pada standar ini berlaku untuk
jembatan konvensional. Pemilik pekerjaan harus menentukan dan menyetujui
ketentuan yang sesuai untuk jembatan nonkonvensional. Ketentuan ini tidak perlu
digunakan untuk struktur bawah tanah, kecuali ditentukan lain oleh pemilik
pekerjaan. Pengaruh gempa terhadap gorong-gorong persegi dan bangunan bawah
tanah tidak perlu diperhitungkan kecuali struktur tersebut melewati patahan aktif.
Pengaruh ketidakstabilan keadaan tanah (misalnya: likuifbeban, longsor, dan
perpindahan patahan) terhadap fungsi jembatan harus diperhitungkan. Perhitungan
pengaruh gempa terhadap jembatan termasuk beban gempa, cara analisis, peta
gempa, dan detail struktur mengacu pada SNI 2833:2008 Standar perencanaan
ketahanan gempa untuk jembatan.
1. Beban permanen
MS = beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan
MA = beban mati perkerasan dan utilitas
TA = gaya horizontal akibat tekanan tanah
PL = gaya-gaya yang terjadi pada struktur jembatan yang disebabkan
oleh proses pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi
akibat perubahan statika yang terjadi pada konstruksi segmental
PR = prategang
2. Beban transien
SH = gaya akibat susut/rangkak
TB = gaya akibat rem
TR = gaya sentrifugal
TC = gaya akibat tumbukan kendaraan
TV = gaya akibat tumbukan kapal
EQ = gaya gempa
BF = gaya friksi
TD = baban lajur “D”
TT = beban truk “T”
TP = beban pejalan kaki
SE = beban akibat penurunan
ET = gaya akibat temperatur gradient
EUn = gaya akibat temperatur seragam
EF = gaya apung
EWs = beban angin pada struktur
EWL = beban angin pada kendaraan
EU = beban arus dan hanyutan
Tabel 4.6 Kombinasi Beban
No. Kombinasi Beban Keterangan
1 1,4DL Beban mati berat sendiri (DL)
2 1,2DL + 1,6LL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)
3 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) + Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
4 1,2DL + 1LL + 1EQX - 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) - Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
5 1,2DL + 1LL - 1EQX + 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) + Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
6 1,2DL + 1LL - 1EQX - 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) - Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
7 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) + Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
8 1,2DL + 1LL + 0,3EQX – 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) - Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
9 1,2DL + 1LL – 0,3EQX + 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) + Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
10 1,2DL + 1LL – 0,3EQX - 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban gempa arah sumbu
-x (EQX) - Beban gempa arah sumbu -
y (EQY)
11 1,2DL + 1LL + 1,6WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) + Beban angina (WL)
12 1,2DL + 1LL – 1,6WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL) - Beban angina (WL)
Ulangi cara yang sama untuk EQy, Pada kolom FY di isikan nilai
beban gempa lateral arah Y sebesar 1203,99 kN lalu OK.
5.1.19. Beban Kombinasi
Memasukan beban ultimit kombinasi dari semua beban yang bekerja
secara besaramaan dengan kombunasi sebagai berikut:
Comb 1 : 1,4DL
Comb 2 : 1,2DL + 1,6LL
Comb 3 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 4 : 1,2DL + 1LL – 1EQX – 0,3EQY
Comb 5 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY
Comb 6 : 1,2DL + 1LL – 0,3EQX – 1EQY
Comb 7 : 1,2DL + 1LL + 1,6WL
Comb 8 : 1,2DL + 1LL – 1,6WL
Comb 9 : 1,2DL + 1LL – 0,3EQX + 1EQY
Comb 10 : 1,2DL + 1LL – 0,3EQX - 1EQY
Comb 11 : 1,2DL + 1LL + 1,6WL
Comb 12 : 1,2DL + 1LL – 1,6WL
Perhitungan batang tarik dan batang tekan pada sturktur baja dilakukan
perfarame yang digunakan. Sebelum melakukan perhitungan batang Tarik dan
tekan kita harus mengetahui data-data berikut:
Tabel 6.1 Hasil SAP Nilai Pu, Vu, dan Mu
Pu Vu Mu
Ket
Max Min Max Min Max Min
GM 0 0 404,935 -421,28 982,432 -336,9929
GP 0 0 70,42 -71,185 112,216 -55,5914
GPT 0 0 67,304 -67,566 92,1617 -58,7215
BD 1998,363 -5321 40,186 -39,39 82,765 -72,2643
BA 457,334 60,964 6,047 -5,99 0,034 -0,051
A 0 0 75,822 -76,219 120,538 -64,4986
h= 400 mm BJ 55
tw= 30 mm rx = 188 mm
tf = 50 mm ry = 107 mm
r= 22 mm fu = 550 Mpa
A= 52860 mm2
Ix = 1870000000 mm4
Iy = 605000000 mm4
Sy = 2900 mm3
1. Cek Kelangsingan Batang
a. Sumbu X (λx)
b. Sumbu Y (λy)
Lkx = Kc x L = 0,65 x 3500 = 2275 mm
𝐾𝐿
𝑟𝑥 =
= 21,26168224 Aman
Karena λy > λx, maka perhitungan dilakukan di sumbu Y
a. Flens
𝑏𝑓
𝜆𝑓 = = =4
𝑡𝑓
5
𝜆𝑟 = = = 12,34661996
𝑓𝑦 √
Jadi sehingga termasuk penampang kompak
b. Web
ℎ
= Kontrol= = 13,33333333
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤
665 = = 32,84200909
𝜆𝑟 =
𝑓𝑦 √
Jadi sehingga termasuk penampang kompak
3. Kontrol Lentur
= 2,42E+13 mm6
XI = 𝜋 𝑥 √𝐸 𝐺 𝐽 𝐴 = x√
𝑆𝑦
= 387989985,9
MPa
X2 =4x 2
x
= 2,28505E-15 MPa
zx = 𝑏𝑥𝑡𝑓 𝑥 𝑑 𝑡𝑓 𝑡𝑤 𝑑 𝑡𝑓 ²
= (400 x 50) x (400–50) + x 30 x (400 –2 x 50)2
= 7675000 Nmm
MP = Z x fy = 7675000 x 410
= 3146750000 Nmm = 314,675 Tm
= 4159,293 mm
fl = fy - fr = 410 – 70 = 340 MPa
87989985 9
Lr= 𝑟𝑦 𝑥 𝑋𝐼 x √ 𝑋 𝑥 𝑓𝑙 = 70 x ( ) x √ 85 5 5
= 112967791,20 mm
b. Bentang pendek
Menentukan kuat lentur plastis Mp
Mr = Sy (fy-70) = 2900 x (410-70)
= 986000 Nmm
Ma = Mc = -55,5914 x -1
= 55,5914 Nmm
Cb =
=
= 1,319624509 OK
Mn = Cb p x ( )
= 96 5 9 986 675 986 x ( )
Kn = 5 + =5+
( 𝑎) = 5,065306122
ℎ
ℎ 𝐾𝑛𝑥𝐸
𝑡𝑤 = 1,1x√
𝑓𝑦
= 13,333 54,376 Ok
Aw = (h-2 x tf) x tw = ( 400 – 2 x 50 ) x 30 = 9000 mm2
𝐿𝑘𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = x√ = 0,307
𝜋𝑟𝑦𝐸=
Nn = Ag x = 52860 x = 21135951,36 N
b. Batas putus
Nilai b/h > 2/3
Makan nilai reduksi, U = 0.9
Batas putus, Tn =ØAn x U x fu = (0,9 x 52860) x 550 = 23549130 N
Karena nilai = 9
Pu Tn
0 23549,13 Aman
B. Data Profil IWF Gelagar Memanjang Tengah (GPT)
h= 400 mm BJ 55
tw= 13 mm rx = 175 mm
tf = 21 mm ry = 101 mm
r= 22 mm fu = 550 Mpa
A= 21870 mm2
Ix = 666000000 mm4
Iy = 224000000 mm4
Sy = 1120 mm3
b. Sumbu Y (λy)
Lkx = Kc x L = 0,65 x 3500 = 2275 mm
𝐾𝐿
𝑟𝑥 =
= 22,52475248 Aman
Karena λy > λx, maka perhitungan dilakukan di sumbu Y
b. Web
ℎ
Kontrol = 30,76923077
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤 =
665 =
𝜆𝑟 =
= 32,84200909
√
𝑓𝑦
Jadi sehingga termasuk penampang kompak
= 201294685,3 mm4
2
Iw= 𝑥 Iy x h = x 224000000 x 400 2
= 8,96E + 12 mm6
XI = 𝜋 𝑥 √𝐸 𝐺 𝐽 𝐴 = x√
𝑆𝑦
= 526401828,7 MPa
X2 =4x x2
= 7,73947E-165 MPa
zx = 𝑏𝑥𝑡𝑓 𝑥 𝑑 𝑡𝑓 𝑡𝑤 𝑑 𝑡𝑓 ²
= (400 x 21) x (400–21) + x 13 x (400 –2 x 21)2
= 3600133 Nmm
MP = Z x fy = 3600133 x 410
= 1476054570 Nmm = 147,605 Tm
= 3926,062 mm
fl = fy - fr = 410 – 70 = 340 MPa
5 6 8 87
Lr= 𝑟𝑦 𝑥 𝑋𝐼 x √ 𝑋 𝑥 𝑓𝑙 = 70 x ( ) x √ 7 7 9 7 65
= 153268007,002 mm
b. Bentang pendek
Menentukan kuat lentur plastis Mp
Mr = Sy (fy-70) = 1120 x (410-70)
= 380800 Nmm
Ma = Mc = -58,7215 x -1
= 58,7215 Nmm
Cb =
= 58 7 5 58 7 5
= 1,210894899 OK
Mn = Cb p x ( )
= 89 899 88 76 5 5 88 x( )
Kn = 5 + (𝑎) =5+ =5
ℎ
ℎ 𝐾𝑛𝑥𝐸
𝑡𝑤 𝑓𝑦
= 1,1x√
= 30,769 54,679 Ok
Aw = (h-2 x tf) x tw = ( 400 – 2 x 21 ) x 13 = 4654 mm2
b. Kuat geser nominal
5. Parameter Kelangsingan
𝐿𝑘𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = x√ = 0,325
𝜋𝑟𝑦𝐸=
Nn = Ag x = 21870 x = 8668155,07 N
h= 400 mm BJ 55
tw= 30 mm rx = 188 Mm
tf = 50 mm ry = 107 Mm
r= 22 mm fu = 550 Mpa
A= 52860 mm2
Ix = 1870000000 mm4
Iy = 605000000 mm4
Sy = 2900 mm3
b. Web
ℎ
= = 40
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤
665
= = 32,84200909
𝜆𝑟 = √
𝑓𝑦
Jadi ≥ sehingga termasuk penampang kompak
3 Kontrol Lentur
a. Menentukan batasan momen plastic (Mp)
= 303333333,3 mm4
2
Iw= 𝑥 Iy x h = x 605000000 x 400 2
= 2,42E+13 mm6
XI = 𝜋 𝑥 √𝐸 𝐺 𝐽 𝐴 =
𝑆𝑦 x√
= 387989985,9
MPa
X2 =4x 2
x
= 2,28505E-15 MPa
zx = 𝑏𝑥𝑡𝑓 𝑥 𝑑 𝑡𝑓 𝑡𝑤 𝑑 𝑡𝑓 ²
= (400 x 50) x (400–50) + x 30 x (400 –2 x 50)2
= 7675000 Nmm
MP = Z x fy = 7675000 x 410
= 3146750000 Nmm = 314,675 Tm
= 4159,293 mm
fl = fy - fr = 410 – 70 = 340 MPa
87989985 9
Lr= 𝑟𝑦 𝑥 𝑋𝐼 x √ 𝑋 𝑥 𝑓𝑙 = 70 x ( ) x √ 85 5 5
= 112967791,20 mm
Cb =
= 58 7 5 58 7 5
= 1,064848605 OK
Mn = Cb p x ( )
= 6 8 86 5 986 675 8 8 x( )
Kn = 5 + ( 𝑎) =5+ = 13,333
ℎ
ℎ 𝐾𝑛𝑥𝐸
𝑡𝑤 = 1,1x√
𝑓𝑦
= 13,333 54,376 Ok
Aw = (h-2 x tf) x tw = ( 400 – 2 x 50 ) x 30 = 9000 mm2
Cek keamanan :
Vu Vn
40,186 1660,5 Aman
5 Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu terlemah (Y)
𝐿𝑘𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 =
𝜋𝑟𝑦𝐸=
x√
= 0,806
b. Batas putus
Nilai b/h > 2/3
Makan nilai reduksi, U = 0.9
Batas putus, Tn =ØAn x U x fu = (0,9 x 52860) x 550 = 23549130 N
Karena nilai = 9
Pu Tn
5320,55 23549130 Aman
D. Data Profil IWF Gelagar Melintang (GM)
b. Web
ℎ
= = 53,84615385
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤
665
= = 32,84200909
𝜆𝑟 = √
𝑓𝑦
3 Kontrol Lentur
a. Menentukan batasan momen plastic (Mp)
= 1203825301 mm4
2
Iw= 𝑥 Iy x h = x 1080000000 x 700 2
= 1,323E+14 mm6
XI = 𝜋 𝑥 √𝐸 𝐺 𝐽 𝐴 = x√
85
𝑆𝑦
= 2072215,213 MPa
X2 =4x 8 5 2
x
= 2,754E-11 MPa
zx = 𝑏𝑥𝑡𝑓 𝑥 𝑑 𝑡𝑓 𝑡𝑤 𝑑 𝑡𝑓 ²
= (300 x 24) x (700 – 24) + x 24 x (700 – 2 x 24)2
= 6248788 Nmm
MP = Z x fy = 722000 x 410
= 2562003080 Nmm = 256,200 Tm
= 2635,515 mm
fl = fy - fr = 410 – 70 = 340 MPa
7 5
Lr= 𝑟𝑦 𝑥 𝑋𝐼 x √ 𝑋 𝑥 𝑓𝑙 = 70 x ( ) x √ 75
= 603349,770 mm
Cb =
= 7 6 8 765 7 6
= 1,064848605 OK
Mn = Cb p x ( )
= 6 8 86 5 5 8 56 8 5 8 x ( )
Kn = 5 + =5+
( 𝑎) = 5,736842105
ℎ
ℎ 𝐾𝑛𝑥𝐸
𝑡𝑤 = 1,1x√
𝑓𝑦
= 53,846 58,510 Ok
Aw = (h-2 x tf) x tw = (700 – 2 x 24) x 13 = 8476 mm2
Cek keamanan :
Vu Vn
40,186 1563,822 Aman
5 Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu terlemah (Y)
𝐿𝑘𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = x√ = 1,313
𝜋𝑟𝑦𝐸=
Pu Tn
5320,55 10491525 Aman
E. Data Profil L Batang Atas (BA)
b. Sumbu Y (λy)
Lkx = Kc x L = 0,65 x 3500 = 2275 mm
𝐾𝐿
𝑟𝑥 =
= 82,22370173 Aman
Karena λy > λx, maka perhitungan dilakukan di sumbu Y
ℎ
= Kontrol= = 30
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤
665 =
𝜆𝑟 =
= 32,84200909
√
𝑓𝑦
Jadi sehingga termasuk penampang kompak
= 66285000 mm4
2
Iw= 𝑥 Iy x h = x 67500000 x 300 2
= 1,51875E+12 mm6
XI = 𝜋 𝑥 √𝐸 𝐺 𝐽 𝐴 = x√
𝑆𝑦
= 556440,0638 MPa
X2 =4x x2 5 875
66 85
= 6,48122E-10 MPa
zx = 𝑏𝑥𝑡𝑓 𝑥 𝑑 𝑡𝑓 𝑡𝑤 𝑑 𝑡𝑓 ²
= (300 x 15) x (300–15) + x 10 x (300 –2 x 15)2
= 1464750 Nmm
MP = Z x fy = 1464750 x 410
= 600547500 Nmm = 60,055 Tm
= 2919,279 mm
fl = fy - fr = 410 – 70 = 340 MPa
556 68
Lr= 𝑟𝑦 𝑥 𝑋𝐼 x √ 𝑋 𝑥 𝑓𝑙
= 70 x ( ) x √6 8
= 162015,505 mm
Cb =
=
= 1,064848605 OK
Mn = Cb p x ( )
= 6 8 86 5 5 6 5 75 5 x ( )
Kn = 5 + =5+
( 𝑎) = 5,00498615
ℎ
ℎ 𝐾𝑛𝑥𝐸
𝑡𝑤 𝑓𝑦 = 1,1x√
= 30,000 54,679 Ok
Aw = (h-2 x tf) x tw = ( 300 – 2 x 15 ) x 10 = 2700 mm2
b. Kuat geser nominal
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu terlemah (Y)
𝐿𝑘𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = x√ = 1,186
𝜋𝑟𝑦𝐸=
b. Batas putus
Nilai b/h > 2/3
Makan nilai reduksi, U = 0.9
Batas putus, Tn =ØAn x U x fu = (0,9 x 11980) x 550 = 5337090 N
Karena nilai = 9
Pu Tn
5320,55 5337090 Aman
F. Data Profil L Ikatan Angin (IA)
b. Sumbu Y (λy)
Lkx = Kc x L = 0,65 x 11800 = 7670,000 mm
𝐾𝐿
𝑟𝑥 =
= 196,667 Aman
Karena λy > λx, maka perhitungan dilakukan di sumbu Y
ℎ
= Kontrol= = 10,000
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤
665 =
𝜆𝑟 =
= 32,842
√
𝑓𝑦
Jadi sehingga termasuk penampang kompak
= 39413333,33 mm4
2
Iw= 𝑥 Iy x h = x 11600000 x 200 2
= 1,16E+10 mm6
XI = 𝜋 𝑥 √𝐸 𝐺 𝐽 𝐴 = x√
𝑆𝑦
= 78065,11779 MPa
X2 =4x x2 6
= 1,561E-08 MPa
zx = 𝑏𝑥𝑡𝑓 𝑥 𝑑 𝑡𝑓 𝑡𝑤 𝑑 𝑡𝑓 ²
= (200 x 20) x (200–20) + x 20 x (200 –2 x 20)2
= 848000 Nmm
MP = Z x fy = 848000 x 410
= 347680000 Nmm = 34,768 Tm
Lp= 76 √ = 1,76 x 39 x √
= 1516,00399 mm
fl = fy - fr = 410 – 70 = 340 MPa
78 65 779
Lr= 𝑟𝑦 𝑥 𝑋𝐼 x √ 𝑋 𝑥 𝑓𝑙
= 70 x ( ) x √ 56 8
= 22734,69138 mm
Cb =
=
= 1,287260164 OK
Mn = Cb p x ( )
=1,287260164 5 768 5 x ( )
Kn = 5 + =5+
( 𝑎) =5,001436369
ℎ
ℎ 𝐾𝑛𝑥𝐸
𝑡𝑤 𝑓𝑦 = 1,1x√
= 10,000 54,679 Ok
Aw = (h-2 x tf) x tw = ( 200 – 2 x 200 ) x 20 = 3200 mm2
b. Kuat geser nominal
5. Parameter Kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu terlemah (Y)
𝐿𝑘𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = x√ = 2,836
𝜋𝑟𝑦𝐸=
Nn = Ag x = 7600 x = -653699,0593 N
b. Batas putus
Nilai b/h > 2/3
Makan nilai reduksi, U = 0.9
Batas putus, Tn =ØAn x U x fu = (0,9 x 11980) x 550 = 5337090 N
Karena nilai = 9
Pu Tn
0 3385800 Aman
6.2 PERHITUNGAN SAMBUNGAN BAUT
1. Terhadap Geser
Kondisi sambungan baut geser ganda, m =4
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0.4
Luas penampang baut Alr = ¼ x η x d2
= ¼ x 3,14 x 24²
= 452,3893421 mm²
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fulr
= 0,4 x 4 x 452 x 825
= 597153,9316 N
Tahanan geser 1 baut fr x Vn = 0,75 x 597153,931
= 447865,4487 N
2. Terhadap Tumpu
Diameter baut d = 24 mm
Tebal plat badan tw = 25 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn = 2,4 x d x tw x fu
= 2,4 x 25 x 20 x 550
= 792000 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 0,75 x 792000
= 594000 N
= 4,461971795
= 5 Baut
= 10 Baut
1 sisi = 5 Baut
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan (SNI 1729:2015)
7.1. Kesimpulan
Pu Vu Mu
Penampang
Max Min Max Min Max Min
7.2. Saran
1. Pada saat melakukan input data pada program SAP2000 harus dengan
teliti sesuai dengan data yang telah direncanakan.
2. Pada saat melakukan perancangan elemen-elemen struktur hendaknya
mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan
dari segi ekonomisnya.
3. Penyusunan laporan harus memperhatikan kaidah penulisan laporan serta
EYD, agar pembaca tidak kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA