Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

RIGID PAVEMENT ( PERKERASAN KAKU )

Disusun Oleh :
MOCHAMAD RIZKI CAHYEKA
5170811346

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan


daerah yang lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.
(Wirahadikusumah, 2007). Lapis perkerasan jalan berfungsi untuk menerima
beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapis dibawahnya kemudian diteruskan
ke tamah dasar. Berdasarkan bahan pengikatnya, lapis perkerasan jalan dibagi
menjadi dua kategori yaitu lapis perkerasan lentur dan lapis perkerasan kaku.
Perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat.(Sukirman, S, 1992). Perkerasan kaku (rigid
pavement) adalah perkerasan yang menggunakan semen (Portland cement)
sebagai bahan pengikat. (Sukirman, S, 1992). Kombinasi antara dua jenis
perkerasan diatas disebut perkerasan komposit (composite pavement) dimana
sebagai lapis bawah digunakan struktur beton sedangkan sebagai lapis
permukaan digunakan aspal.
Perkerasan kaku mempunyai beberapa keuntungan antara lain, cocok untuk
lalu lintas berat, lebih tahan terhadapt cuaca panas, tidak terjadi deformasi dan
tahan terhadap pengaruh air. Kelemahan pada perkerasn kaku antara lain pada
masa pelaksanaan, karena setelah pengecoran siperlukan waktu sekitar 30 hari
untuk mencapai kekuatan rencana sebelum dibuka untuk lalu lintas. Hal ini
dapat mengganggu kelancaran lalu lintas terutama pada jalan dengan lalu lintas
padat.(Dachlan,2009)

B. RUMUSAN MASALAH
a. Banyaknya Jalan yang kurang layak pakai serta banyaknya
permasalahan yang ada di lalu lintas yang sehingga menyebabkan
korban jiwa.
b. Kurangnya pemahaman tentang perkerasan kaku ( Rigid Pavement )
yang sering terjadi akibatnya jalan mengalami banyak gangguan.
c. Metode yang dilakukan kurang efisien serta pemeliharaan jalan yang
kurang diperhatikan.

C. TUJUAN PEMBAHASAN
a. Agar menambah wawasan pemahaman tentang perkerasan kaku (
Rigid Pavement )
b. Lebih cekatan dalam memahami serta nantinya dapat
mengaplikasikan dengan baik.
c. Supaya pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
dengan ketentuan - ketentuan yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah
satu jenis perkerasan jalan yang digunakn selain dari perkerasan lentur
(asphalt). Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi
lalu lintas yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti
pada jalan-jalan lintas antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol,
maupun pada persimpangan bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya
menggunakan beton sebagai bahan perkerasannya, namun untuk meningkatkan
kenyamanan biasanya diatas permukaan perkerasan dilapisi asphalt.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur (asphalt)
adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan kaku
karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan beban pada
daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yangg
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.

Gambar Pengaruh Joint Pada Perkerasan Akibat Beban

Ada tiga dasar jenis joint yang digunakan pada perkerasan beton yaitu,
constraction, construction dan isolasi jaoint, disain yang diperlukan untuk
setiap jenis tergantung pada orientasi joint terhadap arah jalan (melintang atau
memanjang). Faktor yg penting pada joint adalah berarti secara mekanis
menyambungkan plat, kecuali pada isolasi joint, dengnn penyambungan
membantu penyebaran beban pada satu plat kepada plat lainnya.
Dengan menurunnya tegangan didalam beton akan meningkatkan masa layan
pada join dan plat.

1. Constraction Joint

Contraction joint diperlukan untuk mengendalikan retak alamiah akibat


beton mengkerut, kontraksi termal dan kadar air dalam beton. Contraction
joint umumnya melintang tegak lurus as jalan, tetapi ada juga yg
menggunakan menyudut terhadap as jalan untuk mengurangi beban dinamis
melintas tidak satu garis.

Gambar Contraction joint


2. Construction Joint

Construction joint adalah bila perkerasan beton dilakukan dalam waktu


yang berbeda, transfer construction joint diperlukan pada akhir segmen
pengecoran, atau pada saat pengecoran terganggu, atau melintas jalan dan
jembatan. Longitudinal contruction joint adalah pelaksanaan pengecoran yang
dilakukan pada waktu yang berbeda atau joint pada curb, gutter atau lajur
berdekatan.
Gambar Construction joint
3. Isolation Joint

Isolation joint adalah memisahkan perkerasan dari objek atau struktur dan
menjadikannya bergerak secara independen. Isolation joint digunakan bila
perkerasan berbatasan dengan manholes, drainase, trotoar bangunan
intersection perkerasan lain atau jembatan. Isolation joint yang dipakai untuk
jembatan harus memakai dowel sebagai load transfer, harus dilengkapi dengan
close-end expansion cap supaya joint bisa mengembang dan menyusut,
panjang cap 50 mm, dengan kebebasan ujung 6 mm. Setengah dari dowel
dengan cap harus diminyaki untuk mencegah ikatan supaya bisa bergerak
secara horizontal. Isolasi joint pada intersection atau ramp tidak perlu diberi
dowel sehingga pergerakan horizontal dapat terjadi tanpa merusak perkerasan.
Untuk mengurangi tekanan yang terjadi pada dasar plat, kedua ujung
perkerasan ditebalkan 20 %^ sepanjang 150 mm dari joint. Isolation joint pada
inlet drainase, manholes dan struktur penerangan tidak perlu ditebalkan dan
diberi dowel.

Gambar Isolation joint


Berdasarkan sistem joint yang digunakan, perkerasan kaku dibagi menjadi
3 yaitu :
1. Jointed Plain Concrete Pavement (JPCP)
2. Jointed Reinforced Concrete Pavement (JRCP)
3. Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP)

1. Jointed Plain Concrete Pavement (JPCP)

Perkeraan JPCP mempunyai cukup joint untuk mengendalikan lokasi


semua retak secara alamiah yg diperkirakan, retak diarahkan pada joint
sehingga tidak terjadi di sembarang tempat pada perkerasan.
JPCP tidak mempunyai tulangan, tetapi mempunyai tulangan polos pada
sambungan melintangnya yang berfungsi sebagai load transfer dan tulangan
berulir pada sambungan memanjang.

Gambar Jointed Plain Concrete Pavement

2. Jointed Reinforced Concrete Pavement (JRCP)

Jointed Reinforced Concrete Pavement (JRCP) mempunyai penulangan


anyaman baja yang biasa disebut distributed steel, jarak joint bartambah
panjang dan dengan adanya penulangan, retak diikat bersama didalam plat.
Jarak antara joint biasanya 10 m (30 feet) atau lebih bahkan bisa 100 feet.
Jointed Reinforced Concrete Pavement
3. Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP)

Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP), tidak memerlukan


transferse contraction joint, retak diharapkan terjadi pada plat biasanya dengn
interval 3-5 ft. CRCP didisain dengan penulangan 0,6-0,7 % dari penampang
plat, sehingga retak dipegang bersama. CRCP lebih mahal dari perkerasan
yang lainnya, namun dapat tahan lama dan biasanya dipakai untuk heavy
urban traffic.

Gambar Continuously Reinforced Concrete Pavement


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkerasan kaku mempunyai beberapa keuntungan antara lain, cocok untuk


lalu lintas berat, lebih tahan terhadapt cuaca panas, tidak terjadi deformasi dan
tahan terhadap pengaruh air. Kelemahan pada perkerasn kaku antara lain pada
masa pelaksanaan, karena setelah pengecoran siperlukan waktu sekitar 30 hari
untuk mencapai kekuatan rencana sebelum dibuka untuk lalu lintas. Hal ini
dapat mengganggu kelancaran lalu lintas terutama pada jalan dengan lalu lintas
padat.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur
(asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan
kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan beban
pada daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yangg
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.

B. SARAN

Makalah ini dibuat semaksimal mungkin agar pembaca bisa


mengaplikasikan atau menambah wawasan supaya lebih cekatan dan lebih
teliti serta lebih memahami untuk kedepannya jika melakukan suatu pekerjaan
yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Jika makalah ini ada kurangnya
mohon ditambahkan dan jika ada lebihnya mohon dikurangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dachlan,2009
Sukirman, S, 1992
Wirahadikusumah, 2007

WEBTOGRAFI
azanurfauzi.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai