Disusun Oleh:
KELOMPOK 5 A
AHMAD FAQIH 5220811005
ZULI RAHMAWATI 5220811154
YOGYAKARTA
2024
LAPORAN TUGAS BESAR
BAHAN PERKERASAN DAN PERANCANGAN JALAN
Perancanngan Tebal Perkerasan Jalan menggunakan Metode AASHTO dan
Metode Binamarga
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5 A
AHMAD FAQIH 5220811005
ZULI RAHMAWATI 5220811154
YOGYAKARTA
2024
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
BAHAN PERKERASAN DAN PERANCANGAN JALAN
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
KELOMPOK 5 A
AHMAD FAQIH 5220811005
ZULI RAHMAWATI 5220811154
Laporan Tugas Besar Manajemen Proyek ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Mengetahui/Menyetujui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Besar ini. Penulisan
laporan Tugas Besar ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Bahan Perkerasan dan Perancangan Jalan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Sains dan Teknologi Yogyakarta..
Penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan bimbingan telah penulis terima
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan penyusunan laporan
Kerja Praktik ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Abul Fida Ismaili, S.T. M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah
Bahan Dan Perancangan Perkerasan Jalan.
2. Saudara/i Ahmad Raihan Baihaqi, Dean Ariwanda Putra, Haura Farhah
Hazimah, Yolanda Fedra Ausia Sitorus, selaku asisten dosen Bahan dan
Perancangan Perkerasan Jalan Teknik Sipil.
3. Semua pihak yang telah membantu selama pengerjaan dan penyusunan
laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan Tugas Besar ini
membawa manfaat baik.
1
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
1
2.3.2 Metode Bina Marga......................................................................... 11
2.3.3 Dasar Perencanaan Tebal perkerasan Metode AASHTO ............... 16
2.3.4 Dasar Perencanaan Tebal Perkerasan Metode Binamarga .............. 18
2.4 DASAR PERANCANGAN ................................................................... 20
2.4.1 Perancangan Tebal Perkerasan Metode AASHTO ......................... 20
2.4.2 Perancangan Tebal Perkerasan Metode Binamarga ........................ 22
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 28
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 MAKSUD
Membuat dan menyelesaikan laporan tugas besar perancangan tebal perkerasan
jalan mata kuliah Bahan dan Perencanaan Perkerasan Jalan serta dapat
merencanakan tebal perkerasan jalan baik rigid maupun flexible berfungsi untuk
menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang
berarti pada jalan itu sendiri. Dengan demikian memberikan kenyamanan kepada
pengemudi selama masa pelayanan jalan tersebut.
1
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan tugas besar Bahan Perancangan dan Perkerasan jalan ,antara
lain:
2
1.5 LOKASI STUDI KASUS
Nama jalan : Jl. Raya Sukowati-Sragen
Status jalan : Arteri
Kelas jalan :I
Tipe jalan : 4/2 TT
Jenis perkerasan : flexible pavement (aspal)
Panjang segment : 1 km (1000 m)
3
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2.2.2 Lapis Fondasi Atas
Lapisan ini terletak di antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah.
Material yang digunakan pada lapisan ini haruslah material yang cukup kuat.
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat dapat menggunakan material
dengan CBR > 50% dan Plastisitas Indeks (PI) < 4%. Bahan yang digunakan
dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan
kapur.
6
beberapa metode seperti metode perencanaan perkerasan berdasarkan kekuatan
geser tanah dasar (Schwartz, Charles W. & Carvalho Regis L.2007).
c. Menentukan DD dan DL
Tabel 2.1 Faktor Distribusi Lajur (DL)
9
Gambar 2.1 Grafik Buku Silvia Sukirman hal.135
Untuk menentukan nilai a2, a3 dan psi menggunakan table pada Alternatif 1.
c. Menentukan Parameter Perencanaan
SN = (𝑎1 𝑥 𝐷1 ) + (𝑎2 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑀2 ) +
( 𝑎3 𝑥 𝐷3 𝑥 𝑀3 )
Lapisan Surface Course (AC)
MR = Modulus Resilient
SN = (𝑎1 𝑥 𝐷1 )
𝑆𝑁
D1 =
𝑎1
Lapisan Base Course
MR = Modulus Resilient
SN = (𝑎1 𝑥 𝐷1 ) + (𝑎2 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑀2 )
𝑆𝑁− (𝑎1 𝑥 𝐷1 )
D2 =
𝑎2
Lapisan Base Course
MR = Modulus Resilient
SN = (𝑎1 𝑥 𝐷1 ) + (𝑎2 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑀2 ) +
( 𝑎3 𝑥 𝐷3 𝑥 𝑀3 )
𝑆𝑁−((𝑎1 𝑥 𝐷1 )+(𝑎2 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑀2 ))
D3 =
𝑎3
10
Acuan untuk menentukan parameter perencanaan ialah E AC atau bisa
menggunakan nilai CBR hasil dari praktikum bahan dan perancangan perkerasan
jalan. Mengambil garis dari nilai E AC lalu titik temu dengan garis lengkung Tarik
menuju kiri untuk menentukan nilai a1.
11
terkait. Standar ini mencakup spesifikasi material, metode konstruksi, dan
ukuran-ukuran geometris jalan.
4. Ketahanan Terhadap Iklim dan Lingkungan: Mempertimbangkan kondisi
iklim dan lingkungan setempat untuk memastikan bahwa jalan dapat
bertahan terhadap pengaruh cuaca, suhu, dan faktor lingkungan lainnya
tanpa mengalami degradasi yang signifikan.
5. Optimalisasi Biaya: Memastikan bahwa perencanaan tebal jalan
memberikan keseimbangan yang baik antara kekuatan dan daya tahan jalan
dengan biaya konstruksi. Tujuannya adalah untuk mencapai efisiensi dan
keberlanjutan dalam pengelolaan infrastruktur jalan.
a. Menentukan umur rencana (UR)
Umur rencana jalan adalah waktu yang ditentukan dari jalan mulai
dibuka (mulai digunakan) sampai jalan perlu dilakukan perbaikan
(overlay). Dalam perencanaan jalan umumnya UR yang digunakan
umumnya adalah 10 tahun.
b. Menentukan nilai-nilai ESA4 dan ESA5
1) Menentukan R
(1+0,01)𝑈𝑅 −1
R = 0,01.𝑖
Keterangan:
R = Faktor Pengali Pertumbuhan Lalu Lintas
UR = Umur Rencana
i = Faktor Pertumbuhan Rencana
2) CESA 24-44
a) R
(1+0,001.𝑖)𝑈𝑅 −1
R = 0,01.𝑖
b) Klasifikasi
Klasifikasi didapatkan berdasarkan ketentuan tentukan pada
data.
c) Jenis Kendaraan
Jenis Kendaraan didapatkan berdasarkan ketentuan pada data.
12
d) LHR REAL
Data ini diperoleh berdasarkan data.
e) LHR 2
LHR 2 = 𝐿𝐻𝑅 𝑅𝑒𝑎𝑙 𝑥 (( 1 + 𝑖 )3 )
Keterangan:
LHR 2 = Lalu lintas harian rata-rata 3 tahun
setelahnya
LHR Real = Lalu lintas harian rata-rata
i = Faktor Pertumbuhan rencana
f) LHR 3
LHR 3 = 𝐿𝐻𝑅 𝑅𝑒𝑎𝑙 𝑥 (( 1 + 𝑖 )5 )
Keterangan:
LHR 3 = Lalu lintas harian rata-rata 6 tahun
setelahnya.
LHR Real = Lalu lintas harian rata-rata
i = Faktor Pertumbuhan Rencana
g) VDF
Nilai ini didapatkan berdasarkan table berikut:
14
f. Menentukan struktur perkerasan yang memenuhi syarat dari bagan
desain
g. Tentukan standar drainase bawah permukaan
(𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
Lapis pondasi agregat = 𝑚 (𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖)
2) Dukungan Median
Parameter yang dibutuhkan :
a) AC WC
b) AC BC
c) AC BASE
d) LAPIS POND AGREGAT A
i. Tentukan Kebutuhan Pelapisan (Sealing) bahu jalan
Pelapisan (Sealing) bahu jalan diperoleh berdasarkan total
penjumlahan dari nilai parameter dukungan median.
Pelapisan (Sealing) Bahu Jalan = AC WC + AC BC + AC BASE +
CTB + LFA KELAS A
j. Altematif
Hasil dari analisa prosedur desain yang telah di rencanakan dapat
dilihat pada table berikut:
1) Altematif 1
15
Perkerasan bahu jalan perkerasan lajur utama
lapisan tebal (mm) lapisan tebal (mm)
AC WC 40
LFA kelas S 200
AC BC 80
AC Base 80
LFA kelas A 340 CTB 150
LFA Kelas A 300
Lapis penopang 1250 Lapis penopang 1100
2) Altematif 2
Hasil dari Altematif 2 didapatkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Seperti altematif 1 tetapi tebal lapis 2 dikurangi 150 mm
menjadi 255 mm
b) Lapis penopang ditambah 150 mm
Penambahan tebal lapis penopang berpotensi menghalangi
aliran keluar bagi air yang meresap ke perkerasan. Untuk
mengatasinya disediakan subdrain.
e. Reliabilitas
Adanya kemungkinan jika tingkat pelayanan tercapai di tingkat tertentu dari
sisi pandang para pengguna jalan sepanjang umur rencana (UR).
f. Serviceability
Nilai penentu pada tingkat pelayanan fungsional pada salah satu sistem
perkerasan jalan. Pada perkerasan baru dibuka (open traffic) serviceability
bernilai sebesar 4.0 – 4.2.
g. Drainase
Merencanakan tabel perkerasan jalan, pengaruh kualitas drainase dinyatakan
menggunakan koefisien drainase tabel berikut :
17
Tabel 2.2 Koefisien Drainase (m)
Persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh
Kulitas kadar air mendekati jenuh
Drainase
<1% 1 – 5% 5 – 25% >25%
18
Tabel 2.3 Umur rencana perkerasan jalan baru
Umur
Jenis
Elemen Perkerasan Rencana
Perkerasan
(tahun)
Lapisan aspal dan lapisan berbutir 20
Pondasi jalan
Semua perkerasan untuk daerah yang tidak
Perkerasan
dimungkinkan pelapisan ulang (overlay),
Lentur
jalan perkotaan, underpass, jembatan,
40
terowongan
Cemen Treated Based (CTB)
Perkerasan Lapisan Pondasi atas, lapis Pondasi bawah,
Kaku lapis beton semen, dan pondasi jalan
Jalan tanpa Minimum
Semua elemen (termasuk pondasi jalan)
penutup 10
(Sumber: Bina Marga (2017, p.2-1))
b. Faktor pertumbuhan lalu lintas
Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung dengan faktor
pertumbuhan kumulatif :
(1 + 0,01𝑖)𝑈𝑅 − 1
𝑅=
0,01𝑖
Keterangan :
R = faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif
i = laju pertumbuhan lalu lintas tahunan
UR = umur rencana (tahun)
19
LHRJK = lintas hari rata-rata tiap jenis kendaraan niaga (satuan
kendaraan perhari)
VDFJK = faktor ekivalen beban tiap jenis kendaraan
DD = faktor distribusi arah
DL = faktor distribusi lajur
CESAL = kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana
R = faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif
365 = jumlah hari dalam 1 tahun
20
Jumlah beban ekivalen yang dihitung menunjukkan jumlah beban untuk
semua lajur dan kedua arah. Untuk perancangan, jumlah beban ini harus di
distribusikan menurut arah dan lajur rencana. Faktor distribusi arah biasanya 50%
atau ditetapkan secara lain.
Tabel 2.4 Faktor Distribusi Lajur
Jumlah Lajur untuk Kedua Arah Persen Wt18 pada Lajur Rencana
2 100
4 80-100
6 60-80
Sumber: AASHTO 1981, Tabel C 2-5 hal 67
c. Perhitungan Tebal Perkerasan
Prosedur 1:
Perhitungan dimulai dengan penentuan nilai Pt (terminal serviceability
index). Pemilihan nilai Pt didasarkan pada pelayanan terendah yang masih dapat
diterima sebelum pelapisan ulang. Untuk jalan utama Pt = 2,5 dan jalan sekunder
Pt = 2,0. Setelah nilai Pt (terminal serviceability index) ditetapkan maka pilihlah
nomogram yang sesuai dan selanjutnya perhitungan tebal perkerasan akan
mengikuti prosedur penggunaan nomogram sebagai berikut:
1) Tetapkan daya dukung tanah dari tanah dasar
2) Asumsikan nilai SN
3) Tentukan EAL total atau harian untuk lajur rencana sesuai.
4) Tentukan faktor regional yang sesuai
5) Pakai nomogram untuk menentukan SN
6) Bandingkan SN yang diperoleh dengan SN asumsi, jika belum sama,
ulangi prosedur 2 hingga 5 sampai SN yang diperoleh sama dengan SN
asumsi.
7) Pilih material surface, base, dan sub base yang akan dipakai sehingga
koefisien kekuatan relatif masing-masing lapisan dapat diperoleh dari
tabel.
8) Dengan mempertimbangkan masalah peleksanaan dan operasi
pemeliharaan maka perancangan perlu memperhatikan tebal minimum
masing-masing lapisan sebagai berikut :
21
- Lapisan permukaan: 50 mm
- Lapisan pondasi: 100 mm
- Lapisan pondasi: 100 mm
9) Hitung masing- masing tebal lapisan dengan rumus :
SN =𝑎1 𝐷1 +𝑎2 𝐷2 +𝑎3 𝐷3
Prosedur 2 :
Dalam prosedur ini nilai daya dukung tanah (soil support) representatif
ditentukan untuk sub base dan base. Dengan kondisi yang sama soil support
untuk tanah dasar dipakai untuk menentukan SN total. Untuk mendapatkan SN
minimum bagi kombinasi base dan subbase, dipakai nomogram dengan nilai S
subbase.
22
Perhitungan EAL masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan)
ditentukan menurut rumus dibawah ini :
- Angka Ekivalen Sumbu Tunggal
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑔. 4
(E/EAL) = ( )
8160
LEA = LEP(1+r)n
LET = 1/2 (LEP + LEA)
LER = LET x FP
Keterangan :
LEP = Lintas Ekivalen Permulaan.
• = Jumlah kendaraan untuk satu jenis kendaraan, dinyatakan
beban sumbu untuk satu jenis kendaraan.
Ci = Koefisien distribusi kendaraan pada Iajur rencana dalam
kendaraan/hari/2 arah untuk jalan tanpa median dan
kendaraan/hari/l arah untuk jalan dengan median.
Ei = Angka ekivalen.
A Faktor pertumbuhan lalulintas tahunan dari survey
lalulintas dilakukan sampai saatjalan tersebut dibuka.
n' = Jumlah tahun dari saat diadakan pengamatan sampai
jalan tersebut dibuka.
LEA = Lintas Ekivalen Akhir.
r = Faktor pertumbuhan lalulintas selama umur rencana.
n = umur rencana jalan tersebut.
LET = Litas Ekivalen Tengah.
FP = Faktor penyesuaian (FP) = UR/10
UR = Umur rencana.
6) Menentukan Indeks Permukaan Awal (IPo)
24
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo),
perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/ kehalusan serta
kekokohan) pada awal umur rencana, menurut tabel dibawah ini:
Tabel 2.6 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
25
Klasifikasi Jalan
LER
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
(Sumber : Metode Analisa Komponen, Bina Marga, 1987)
Keterangan :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif
D1, D2, D3 = tebal masing - masing perkerasan
26
Tabel 2.8 Ketentuan sifat-sifat Campuran Laston (AC)
Untuk campuran beraspal terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan adiktif dan
aspal. Dimana persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran yang
ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana
tertuang daam rencana campuran kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan
agregat yang digunakan.
27
BAB III
METODOLOGI
Lebar Jalan 2 x 7m
Nilai CBR 4%
28
Lokasi Jalan Kawasan wisata
Truk 3 as = 19 kendaraan/jam
29
dengan menggunakan perkerasan lentur, kapasitas jalan untuk Umur Rencana
(UR) 10 tahun dan dimensi saluran drainase.
Tujuan dari adanya penyusunan metodologi untuk :
1. Memberikan arahan dalam melaksanakan perencanan jalan.
2. Mendapatkan gambaran awal mengenai tahapan analisa secara sistematis.
3. Memperkecil dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan
analisa dan perencanaan.
30
merapihkan data sesuai dengan
kebutuhan analisis
31
4 Desain Struktural Perkerasan
Pilih jenis perkerasan yang sesuai berdasarkan analisis dan perhitungan,
misalnya, perkerasan lentur atau perkerasan kaku. Desain detail komponen
perkerasan seperti lapisan dasar, subbase, dan perkerasan aspal atau beton.
5 Penyusunan Rencana Konstruksi
Buat rencana konstruksi yang mencakup spesifikasi teknis, metode
konstruksi, dan peralatan yang akan digunakan. Sertakan detail tentang bahan
material yang akan digunakan dan prosedur konstruksi.
6 Perhitungan Drainase
Pastikan sistem drainase yang memadai untuk mencegah genangan air di
permukaan perkerasan. Sesuaikan desain drainase berdasarkan kondisi
lingkungan setempat.
7 Dokumentasi dan Laporan
Susun laporan teknis yang mencakup semua hasil analisis, perhitungan, dan
desain. Sertakan grafik, tabel, dan diagram yang mendukung penjelasan.
8 Pemantauan dan Evaluasi
Tetap lakukan pemantauan selama pembangunan dan pemeliharaan
perkerasan untuk memastikan kinerja yang baik. Evaluasi kondisi perkerasan
secara berkala untuk mengidentifikasi tanda-tanda keausan dan potensi
perbaikan.
9 Pembaruan dan Revisi
Perbarui laporan tebal perkerasan jika ada perubahan dalam kondisi
lingkungan, lalu lintas, atau jika ada pembaruan dalam teknologi dan standar
desain.
32
3.2 METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
33
Tabel 3.3 Faktor Distribusi Lajur (DL)
1 100
2 80
3 60
4 50
34
Gambar 3. 2Menentukan Nilai M
35
Menghitung nilai D1 dengan menggunakan rumus SN
SN = (𝑎1 𝑥 𝐷1 )
𝑆𝑁
D1 =
𝑎1
➢ Lapisan Base Course
MR = Modulus Resilient
Menentukan SN dengan cara Trial and Error dan dimasukan ke
dalam rumus sehingga hasil dari bagan kiri dan kanan sama.
Menghitung nilai D2 dengan menggunakan rumus SN
➢ Lapisan Base Course
MR = Modulus Resilient
Menentukan SN dengan cara Trial and Error dan dimasukan ke dalam
rumus sehingga hasil dari bagan kiri dan kanan sama.
Menghitung nilai D3 dengan menggunakan rumus SN
Sehingga didapatkan Tebal per Lapisan yang kemudian di konversi ke dalam
cm.
36
Menentukan nilai-nilai ESA4 dan ESA5
Menentukan R
CESA 24-44
1. R
(1+0,001.𝑖)𝑈𝑅 −1
R = 0,01.𝑖
2. Klasifikasi
Klasifikasi didapatkan berdasarkan ketentuan tentukan pada data.
3. Jenis Kendaraan
Jenis Kendaraan didapatkan berdasarkan ketentuan pada data.
4. LHR REAL
Data ini diperoleh berdasarkan data.
5. LHR 2
LHR 2 = 𝐿𝐻𝑅 𝑅𝑒𝑎𝑙 𝑥 (( 1 + 𝑖 )3 )
Keterangan:
LHR 2 = Lalu lintas harian rata-rata 3 tahun setelahnya
LHR Real = Lalu lintas harian rata-rata
i = Faktor Pertumbuhan rencana
6. LHR 3
LHR 3 = 𝐿𝐻𝑅 𝑅𝑒𝑎𝑙 𝑥 (( 1 + 𝑖 )5 )
Keterangan:
LHR 3 = Lalu lintas harian rata-rata 6 tahun setelahnya.
LHR Real = Lalu lintas harian rata-rata
i = Faktor Pertumbuhan Rencana
7. VDF
Nilai VDF4 dan VDF 5 actual dan normal sesuai dengan jenis
kendaraan pada soal didapatkan berdasarkan table berikut:
37
Gambar 3.5 Menetukan Nilai VDF4 dan VDF5
8. ESA ( Equivalent Standart Axle )
9. CESA ( Cumulative Equivalent standart Axle )
38
Gambar 3.6 Pemilihan Jenis Perkerasan
Menentukan segmen tanah dasar dengan daya dukung yang seragam
Didapatkan dari ketentuan SNI
39
Gambar 3.7 Desain Jalan Fondasi Maximum
2. Tinggi Minimum Permukaan
Tinggi minimum permukaan dapat diperoleh dalam tabel berikut:
40
Gambar 3.9 Desain Perkerasan Lentur
Tentukan standar drainase bawah permukaan
Menetapkan kebutuhan daya dukung tepi perkerasan
1) Dukungan Tepi Perkerasan
2) Dukungan Median
Tentukan Kebutuhan Pelapisan (Sealing) bahu jalan
Pelapisan (Sealing) bahu jalan diperoleh berdasarkan total
penjumlahan dari nilai parameter dukungan median.
Pelapisan (Sealing) Bahu Jalan = AC WC + AC BC + AC BASE +
CTB + LFA KELAS A
41
(Sumber : Jumal Tugas Akhir, Diyaq Ulhaq, 2015 )
42
1.1.2 Metode Binamarga
Parameter perencanaan Metode Bina Marga terdiri dari lalu lintas, nilai indeks
permukaan, faktor regional dan nilai daya dukung tanah (DDT) sebesar 4,9. Metode
Analisa Komponen SNI 1732- 1989-F merupakan metode yang
bersumber dari AASHTO 1972 yang disesuaikan dengan kondisi jalan di Indonesia.
Selain itu, metode ini juga merupakan penyempurnaan dari Pedoman Penentuan
Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya no. 01/PD/B/1983. Rumus dasar metode
Analisa Komponen diambil dari AASHTO 1972 revisi 1981 dengan beberapa
penyesuaian. Metode Analisa Komponen merupakan metode empirik yang dibuat
berdasarkan penelitian terhadap jalan yang sudah ada. Faktor – faktor yang
dipertimbangkan pada metode empirik juga sangat bervariatif.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI, ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
44
a. Bagian utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan
ketinggian antara 500 – 1.000 meter dari permukaan laut. Bagian ini
meliputi 11,37% dari luas wilayah Kabupaten Kulon Progo. Wilayah ini
terdiri dari Kecamatan :Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan
Samigaluh.
b. Bagian tengah, merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100
- 500 meter dari permukaan air laut. Bagian ini meliputi 33,0% dari luas
Kabupaten Kulon Progo. Wilayah ini terdiri dari kecamatan : Sentolo,
Pengasih, dan Kokap.
c. Bagian selatan, merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 meter
dari permukaan air laut. Bagian ini meliputi 55,63% dari luas wilayah
Kabupaten Kulon Progo. Wilayah ini terdiri dari kecamatan : Temon,
Wates, Panjatan, Galur, dan Lendah.
Distribusi wilayah Kabupaten Kulon Progo menurut kemiringannya, sebagai
berikut:
a. 40,11 % wilayah di Kabupaten Kulon Progo berada pada kemiringan < 2o.
wilayah ini cocok digunakan untuk pemukiman dan kegiatan pertanian
b. 18,70 % wilayah di Kabupaten Kulon Progo berada pada kemiringan 2o –
15o. wilayah ini masih sesuai digunakan untuk pemukiman dan pertanian.
c. 22,46 % wilayah di Kabupaten Kulon Progo berada pada kemiringan 16o –
40o. Wilayah dengan kemiringan ini digunakan untuk kegiatan pertanian
tanaman tahunan keatas
d. 18,73 % wilayah di Kabupaten Kulon Progo berada pada kemiringan > 40o.
Wilayah ini sebaiknya dimanfaatkan sebagai hutan alam yang berfungsi
sebagai wilayah penyangga air dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Wilayah di Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi,
perbedaan keadaan topografi ini berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo dibedakan berdasarkan lahan
pertanian, lahan bukan sawah dan lahan bukan pertanian.
45
4.2 ANALISIS PERHITUNGAN AASHTO
1. Analisis
A. Data Lalu Lintas
Jenis Kendaraan LHR Beban
i Mobil Penumpang = 7560 Kend/hari 20 kN
ii Bus = 1576 Kend/hari 90 kN
iii Truck 2 as kecil = 147 Kend/hari 83 kN
iv Truck 2 as besar = 65 Kend/hari 182 kN
v Truck 3 as = 19 Kend/hari 250 kN
iv Truck gandeng = 3 Kend/hari 314 kN
B. Data Tanah
- CBR desain =4%
D. Data jalan
- Fungsi jalan = Arteri
- Tipe jalan = 4/2
46
Sumber :Ditjen bina marga no. 01/MN/BM/1983
A. Mobil Penumpang
Depan = 50 %
Belakang = 50 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Depan = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,00127 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Belakang = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,00127 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Total = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 19,16233 %
B. Bus
Depan = 34 %
Belakang = 66 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Depan = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,111 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Belakang = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,304 %
E Total = (E depan + E belakang) x LHR
= 654,1282897 %
C. Truck 2 As Kecil
Depan = 34 %
Belakang = 66 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Depan = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,080 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Belakang = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,220 %
47
E Total = (E depan + E belakang) x LHR
= 44,133%
D. Truck 2 As Besar
Depan = 34 %
Belakang = 66 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Depan = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 1,858 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Belakang = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 5,083 %
E Total = (E depan + E belakang) x LHR
= 451,17 %
E. Truck 3 As
Depan = 25 %
Belakang = 75 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Depan = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 1,934 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Belakang = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 3,721 %
E Total = (E depan + E belakang) x LHR
= 107,4 %
F. Truck Gandeng
Depan = 18 %
Tengah 1 = 28 %
Tengah 2 = 27 %
Belakang = 27 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Depan = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 1,293 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Tengah 1 = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
48
= 0,180 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Tengah 2 = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,156 %
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
E Belakang = E =[ ]⁴
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 0,049 %
E Total = (E depan + E tengah 1 + E tengah 2 + E belakang) x LHR
E Harian = 1281,07
3. Nilai Faktor Pertumbuhan
i = 4,75 %
n = 40 th
(1+𝑖)²−1
R = 𝑖
= 199,64
4. Menentukan nilai DD dan DL
Tipe jalan = 4/2 UD
49
6. Perhitungan Kualitas Drainase
Diketahui data hujan harian sebagai berikut.
Tahun Hujan Tahun Hujan Tahun Hujan Tahun Hujan
Harian Harian Harian Harian
Kualitas = Baik
Drainase sekali
𝑇𝑑 𝑇ℎ
P = 24 𝑥 𝑥 𝑊𝐿 𝑥 100
365
= 11,29
50
Maka, didapat nilai m = 1,3 – 1,2
Kita ambil = 1,3
51
Lapisan surface course (AC)
MR = 28.000 PSI 2,33
Sn = 3,32
7,12 = 5,28392787- 0,2 + -0,21135005+2
7,12 = 7,12
3,2 = 0,42 x D1
D1 = 7,9 in
SF E = 300.000 PSI | 20 cm
BC CBR = 80 % | 18 cm
SB CBR = 50 % | 38 cm
52
4.3 ANALISIS PERHITUNGAN BINAMARGA
1. Analisis
A. Tentukan umur rencana
Umur rencana = 40 tahun (2024 – 2064)
B. Tentukan nilai-nilai ESA5 sesuai umur rencana yang dipilih
I = 4,75 %
R = 43,721
R 26 = 18,07286 UR| = 18
DD = 0,5
DL = 50 %
1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS LHR VDF
Klasifikasi KEND REAL LHR2 LHR3 VDF 4 5
2021 2024 2027 Aktual Normal Aktual
Mobil
3 7560 8689,28 9534,37
penumpang
5b Bus 1576 1811,42 1987,59 1 1 1
Truk 2 as
6a 147 168,958 185,391 0,55 0,55 0,5
kecil
Truck 2 as
6b 65 74,7094 81,9754 5,3 4 9,2
besar
7a1 Truck 3 as 19 21,8381 23,962 10,2 4,3 19
Truck
7c1 3 3,44813 3,44813 11 7,4 19,8
gandeng
9 10 11 12 13
ESA4 ESA4 ESA5 ESA5
Normal 24 - '26 27 - '44 24 - '26 27 - '44
53
JUMLAH 467490 4202836 559755 4401981
CESA 24 - 44 4670326,656 4961734,679
54
AC BC = 60 mm
AC BASE = 80 mm
55
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.2 KESIMPULAN
Merencanakan tebal perkerasan jalan baik rigid maupun flexible berfungsi
untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan
yang berarti pada jalan itu sendiri. Dengan demikian memberikan kenyamanan
kepada pengemudi selama masa pelayanan jalan tersebut.
Adapun hasil dari perhitungan perkerasan lentur kedua metode dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Metode AASHTO 1993 adalah sebagai berikut: Lapis Permukaan
(Surface Course): 16 cm; Lapis Pondasi Atas (Base Course): 14 cm;
Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course): 12 cm. (dengan hasil yang
diperoleh, maka memenuhi syarat)
2. Metode Bina Marga adalah sebagai berikut.
Alternatif 1
Tabel 5.1 Alternatif 1
Alternatif 1
Tabel 5.2 Alternatif 2
56
5.3 REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan berikut:
1. Berdasarkan tujuan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut: Penelitian mengenai perencanaan perkerasan jalan raya dengan
Metode AASHTO 1993 perlu dilanjutkan untuk kesesuaiannya di
Indonesia.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap parameter desain modulus
resilient tanah dasar pada Metode AASHTO 1993 dalam fungsinya
sebagai salah satu parameter desain dalam merencanakan tebal
perkerasan khususnya untuk melihat kondisi tanah dasar.
3. Perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan Metode AASHTO
1993 menghabisakan waktu lebih singkat dalam menyelesaikannya,
akan tetapi metode ini sulit dipahami. Sedangkan dengan menggunakan
Metode Bina Marga menghabiskan waktu lebih lama dalam
menyelesaikannya, akan tetapi metode ini lebih mudah dipahami.
57
DAFTAR PUSTAKA
58
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI,