Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang mutlak untuk selalu
dipenuhi dan di jaga keberlangsungannya agar tercipta ketahanan pangan bagi rakyat
dan mengurangi angka terjangkit gizi buruk. Untuk memenuhi kebutuhan pangan
tersebut diperlukan sebagai aspek tinjauan agar tercipta sebuah sistem yang mampu
direncanakan, dibangun, dan diawasi secara bersama. Sistem ini bertujuan agar selalu
dapat dimanfaatkan secara menerus hingga langka waktu layan yang telah ditentukan
oleh perencana. Dalam sistem ini memerlukan berbagai bidang ilmu terkait untuk
mewujudkan. Di antaranya yaitu bidang Teknik Sipil untuk merencanakan mengenai
ketersediaan air dan meyalurkan menuju lahan pertanian. Dalam laporan tugas besar
ini akan dijelaskan mengenai tata cara penyediaan air bagi lahan pertanian yang
selanjutnya disebut sistem irigasi. Selain itu juga akan dijelaskan bangunan-bangunan
pendukung yang dibutuhkan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang


perencanaan irigasi dan bangunan air. Sedangkan tujuannya adalah untuk
mendapatkan hasil perencanaan berupa Drawing Enginering Detail terhadap irigasi
dan bangunan air.
1.3 WAKTU PELAKSANAAN

Tabel 1. 1 Waktu Pelaksanaan


Minggu
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Gambar Layout
2 Data Klimatologi
3 Perhitungan Et0
4 Perhitungan NFR
Kapasitas Saluran dan
5
Pendimensian Saluran
Primer B Kiri, Primer
A Kanan, Sekunder B
6
Kiri, dan Sekunder A
Kanan
7 Analisis Frekuensi
8 Intake dan Bendung
9 Penggambaran Autocad
10 Laporan (word)
1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
a. Sasaran kegiatan adalah perencanaan irigasi dan bangunan air sesuai dengan
KP 01 – KP 07
b. Lingkup pekerjaan pernecanaan terdiri dari:
1) Lay Out Saluran Irigasi

Hal-hal yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah:


a) Merencanakan jaringan irigasi pada peta kontur dengan skala
1:25000
b) Membuat nomenklatur, berisi tentang pemberian nama petak, nama
saluran, nama bangunan.
2) Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

Menghitung besarnya evapotranspirasi potensial yang terjadi tiap bulan


dengan metode Penman.
3) Perhitungan Hujan Efektif (Re)
Menghitung besarnya hujan efektif (Re) untuk masing-masing jenis
tanaman (padi dan palawija)
4) Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman
a) Menghitung NFR
b) Menghitung kebutuhan air irigasi pada petak tersier
5) Perhitungan Debit
a) Menghitung Debit saluran sekunder
b) Menghitung Debit saluran primer
6) Pendimensian Saluran Irigasi
a) Penggolongan saluran
b) Menentukan dimensi (profil) saluran irigasi
7) Perhitungan Analisis Frekuensi
Menghitung debit banjir dengan kala ulang 25 tahun.
8) Pendimensian Bendung
Menentukan dimensi bendung.
9) Pendimensian Terjunan
Menentukan dimensi terjunan.
10) Penggambaran detail perancanaan
a) Gambar Lay Out
b) Gambar skema jaringan irigasi
c) Gambar potongan saluran sekunder dan primer
d) Gambar potongan bending

1.5 KELUARAN (OUTPUT)


a. Layout autocad
b. Skema Jaringan
c. Potongan Saluran
d. Potongan memanjang saluran primer kanan dan kiri
e. Potongan memanjang saluran sekunder kanan dan kiri
f. Bendung
g. Rayapan
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGGAMBARAN LAYOUT


2.1.1 Jaringan Irigasi

Jaringan Irigasi adalah saluran,bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang


merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian penggunaan dan pembuangan.
Petak irigasi adalah petak tanah atau lahan yang memperoleh air irigasi, sedangkan
kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan dan mendapatkan air irigasi
melalui saluran tersier yang sama disebut petak tersier.

2.1.2 Luas Petak Sawah

Menggambar luas area persawahan antara 300-350 Ha dengan luas per petak
sawahnya 30-40 Ha pada peta kontur dengan skala 1:25000.

Skala : 1:25000

Petak sawah : 30-40 Ha

Luas sawah : 300-350 Ha

Trapisium : (a+b)/2)*t

Persegi panjang :axt

Keterangan :

a = Lebar

b = Panjang

t = Tinggi

2.1.3 Momentklatur Jaringan

Rencana momenklatur yang berisi mengenai pemberian nama petak, nama


saluran, dan nama bangunan. Daerah irigasi direncanakan sesuai dengan nama daerah
setempat atau desa penting di daerah tersebut, yang biasa nya terletak dekat jaringan
bangunan utama atau sungai yang air nya diambil untuk keperluan irigasi. Untuk
pemberian nama-nama utama berlaku peraturan yang sama.
2.2 KEBUTUHAN AIR TANAMAN

Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air yang digunakan salama musim
tanam, dimulai dari proses penyiapan lahan hingga pasca panen. Contoh perhitungan
kebutuhan air irigasi (NFR / Netto Field Water Requirement) ada beberapa macam,
yaitu:

a. Kebutuhan air bersih disawah untuk padi


NFR = Etc + P – Re + WLR (2.1)
Keterangan:
Etc = Evapotranspirasi
P = Keliling Basah
Re = Hujan Efektif
WLR = Pergantian Lapisan Air
b. Kebutuhan air untuk palawija
NFR = Etc + P – Re (2.2)
Keterangan:
Eto = Evapotranspirasi Potensial
P = Keliling Basah
Re = Hujan Efektif
c. Kebutuhan di pintu pengambilan
IR
DR = (2.3)
8 , 64
Keterangan:
IR = NFR (mm/hr)
IR dibagi 8,64 karena perubahan dari mm/hari menjadi lt/dtk/ha

2.2.1 Evapotranspirasi Potensial (Et0)

Evapotranspirasi potensial adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari


permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya
pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi.

β . En+ E
Et0 =
β +1
(2.4)
Dimana:

Et0 : Evapotranspirasi Potensial

En : Kedalaman Penguapan (mm/hr)

E : Evaporasi

Data yang dibutuhkan untuk dapat menghitung evapotranspirasi potensial adalah:

a. Data Temperatur Udara


b. Data Penyinaran Matahari
c. Data Kecepatan Angin
d. Data Kelembapan Udara
2.2.2 Curah Hujan Efektif (Re)

Dari data hujan ini kemudian dicari hujan efektif yang disesuaikan dengan
jenis tanaman (padi dan palawija). Re80 untuk hujan efektif tanaman padi dan Re50
adalah hujan efektif untuk tanaman Palawija

Re80 = n/5+1 (2.6)

Re50 = n/2+1 (2.7)

Keterangan:

n = Jumlah Data

Re Padi = (Re80/setengahbulan) × 0.7

Re Palawija = (Re50/setengahbulan) × 0.7

2.2.3 Perkolasi (P)

Perkolasi adalah pergerakan air ke bawah karena gaya gravitasi pada kondisi
tanah jenuh. Banyaknya air untuk perkolasi tergantung dari porositas tanah. Perkiraan
perkolasi dari hasil percobaan lapangan. Perhitungan perkolasi adalah :

Menurut tekstur tanah di lapangan :

Tekstur berat ( lempungan ) = 1 – 2 mm/hari

Tekstur sedang ( lempung pasiran ) = 2 – 3 mm/hari

Tekstur ringan ( pasiran ) = 3 – 6 mm/hari


2.2.4 Pergantian Lapisan Air (WLR)

Asumsi melakukan pergantian air setiap bulan adalah sama,sebanyak 2 kali


masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama setengah bulan) pada pola tanam
padi. Sedangkan pola tanam palawija 0 mm/hari.

2.2.5 Nilai Koefisien Tanaman (KC)

Nilai kofesien tanaman ditentukan dari tabel berikut:

Tabel 2. 1 Harga koefisien tanaman palawija

1/2
Kacang
Bula Jagung
Panjang
n
1 0,5 0,4
2 0,75 0,48
3 1 0,85
4 1 1,09
5 0,82 1,05
6 0,45 0,8
7 0 0

Tabel 2. 2 Harga koefisien tanaman padi

Nedeco/prosida FAO
Varieta
Bulan Varietas Varietas Varietas
s
Unggul Biasa Unggul
Biasa
0,5 1,2 1,2 1,1 1,1
1 1,2 1,27 1,1 1,1
1,5 1,32 1,33 1,1 1,05
2 1,4 1,3 1,1 1,05
2,5 1,35 1,3 1,1 0,95
3 1,24 0 1,05 0
3,5 1,12 0,95
4 0 0
2.2.6 Penyiapan Lahan (IR)

Untuk perhitungan penyiapan lahan digunakan metode yang digunakan Van


de Goor dan Zijlsha (1968)Mek

K
Me
IR = k (2.8)
e −1

Keterangan:

IR : Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)

M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan


perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan

M =1,1.Et0 + P (2.9)

Keterangan:

Et0 : Evaporasi air (mm/hari)

P : Perkolasi (mm/hari)

M .T
K= (2.10)
S

Keterangan:

T : Jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50


mm

2.3 PERENCANAAN SALURAN IRIGASI


2.3.1 Kapasitas Saluran

Untuk kapasitas masing-masing ruas pada setiap saluran, baik itu saluran
primer maupun sekunder, digunakan jumlah debit kumulatif dari jumlah ruas saluran.

2.3.1.1 Perhitungan Debit Petak dan Debit Bangunan

Bentuk persamaan dari debit efektif adalah sebagai berikut:

Qp = αβ K  A (2.11)

Keterangan :

Qp = debit petak (lt/det)


α = koefisien dengan nilai 1,00

β = koefisien bangunan, dapat dilihat ditabel.

A = luas petak tersier (ha)

2.3.1.2 Perhitungan Debit Efektif

Bentuk persamaan dari debit efektif adalah sebagai berikut:

Qeff = Qp/γ (2.12)

Keterangan:

Qeff = debit efektif (lt/detik)

Qp = debit petak (lt/detik)

γ = efisiensi bangunan, yang telah ditetapkan bernilai 0.855

2.3.2 Pendimensian Saluran

Dimensi saluran dihitung berdasarkan rumus kontinuitas persamaan strikler


digunakan untuk menghitung kecepatan aliran (standar perencanaan irigasi KP – 03,
1986). Kecepatan aliran dihitung dengan rumus:

V =K . R^(2/3) . I^(1/2) (2.13)

Menurut standar perencanaan irigasi KP-03, (1986), kecepatan maksimum yang


diizinkan untuk saluran tanah V = 0,6 m/det dan saluran pasangan batu V = 1,5 – 2,0
m/det.

Unsur geometris penampang saluran dihitung dengan menggunakan rumus seperti di


bawah ini:

R =A/P (2.14)

A = (b + m.h) × h) (2.15)

P = (b + 2h√(1 +m^2 )) (2.16)

Q =A×V (2.17)

Dimana:

Q = Debit saluran (m3/det)


V = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas tampang basah saluran (m2)

R = Jari-jari hidrolis saluran (m)

P = Keliling basah (m)

b = Lebar dasar (m)

h = Tinggi air (m)

I = Kemiringan dasar saluran

K = Koefisien stikler

m = Kemiringan talud

2.3.3 Perencanaan Terjunan

Bangunan air yang berfungsi menurunkan muka air dan tinggi energi yang
dipusatkan di satu titik atau tempat adalah bangunan terjunan. Bangunan ini
diperlukan jika kemiringan permukaan tanah asli lebih curam daripada kemiringan
maksimum saluran yang diijinkan.

Bentuk persamaan dalam perhitungan terjunan adalah sebagai berikut:

H = S×L (2.18)

Elv. Dasar sal. Maks = elv. Muka air tanah – stripping (2.19)

Elv. Muka air min = elv. Muka air tanah + ∆H + tinggi air genangan (2.20)

Elv. Dasar sal. Min = elv. Muka air min – h (2.21)

Elv. Dasar sal. Rencana = (elv.dasar sal.maks+elv.dasar sal.min)/2 (2.22)

Elv. Muka air maks = elv. Dasar sal. Maks + h (2.23)

Elv. Muka air rencana = elv. Dasar sal. Recana + h (2.24)

Elv. Muka tanggul = elv. Muka air rencana + freeboard (2.25)

Head yang hilang = elv.Dasar sal.Rencana1 – H – elv.Dasar

sal.Rencana2 (2.26)

Tinggi terjunan = (head yang hilang)/(jumlah bangunan terjunan) (2.27)


Keterangan :

H = tinggi hilang (m).


S = kemiringan saluran.

L = panjang saluran (m).

Stripping = 0.2 m.

∆H = tinggi hilang total (0.35m), didapat dari penjumlahan tinggi antar


muka air petak sawah dan saluran sekunder (0.015m) + tinggi hilang
antar saluran tersier dan sekunder (0.15m) + tinggi hilang saluran
pemberi (0.15m).

F = freeboard (m).

h = tinggi basah (m).

Tinggi air genangan = 0.1m.

2.4 MENENTUKAN DEBIT BANJIR RENCANA


2.4.1 Analisis Frekuensi

Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai. Data yang
digunakan adalah data debit tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu
tahun, yang telah terukur selama beberapa tahun.

a. Data awal
n
1
X = ∑ xi (2.28)
n i=1
Keterangan:
n = Jumlah data
b. Parameter Statik


n
1
S= ∑ (X −¿ X rt )² ¿
n−1 i−1 1
(2.29)

n
n
Cs = ∑ ( X −¿ X rt) ³ ¿
( n−1 ) ( n−2 ) s ² i−1 1
(2.30)

S
Cv = (2.31)
X rt
n
n
Cs = ∑ (X 1−¿ X rt )¿4
( n−1 ) ( n−2 ) s 4 i−1
(2.32)

Keterangan :
S = Standar deviasi
Cs = Koefisien asimetri/kemencengan
Cv = Koefisien variasi
Ck = Koefisien kurtosis

c. Penentuan Jenis Distribusi


Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data dilakukan dengan
mencocokan parameter statik dengan syarat masing-masing jenis
distribusi.

Tabel 2. 3 Parameter Statik Untuk Menentukan Jenis Distribusi

No Distribusi Persyaratan
1 Normal ( Xrt ± s) = 68,27%
( Xrt ± 2s ) = 95,44%
Cs ≈ 0
Ck ≈ 3
2 Log Cs = 𝐶𝑣3 + 3Cv
Normal Ck = 𝐶𝑣8 + 6𝐶𝑣6 + 15𝐶𝑣4 + 16𝐶𝑣2 + 3
3 Gumbel Cs = 1,14 Ck = 5,4
4 Log Person Selain dari nilai diatas

(Sumber: Sosrodarsono dan Takeda,1993)

d. Uji Chi-Kudrat
K =1 + 3,322log(n) (2.33)
DK = K − R −1 (2.34)
n
Ef = (2.35)
k
( Xmax−Xmin)
Dx = (2.36)
n−1

Xawal = (Xmin − (0,5 Dx)) (2.37)

n
(Of −Ef )²
X2 = ∑ (2.38)
i−1 Ef

Keterangan:

k = Banyaknya kelas
Log n = Banyaknya data
R = Banyaknya parameter (Untuk Uji Chi-kuadrat adalah 2)
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
n = Banyaknya data

e. Uji Smirnov Kolmogorov


Pengujian smirnov kolmogorov menggunakan metode grafis dengan
kertas Probabilitas.
Pada Distribusi Log Person III, nilai p di hitung dengan rumus :

p = arc ln yT (2.39)

dimana :
p = Probobilitas
yT = y rerata x (KT x standar deviasi)
KT = Didapat dari tabel sesuai nilai koefisien skew

2.5 PERENCANAAN BENDUNG

Perencanaan bendung dapat dianalisis dengan desain hidraulik


VlughterSitompul/Empiris, yaitu sebagai berikut:

a. Kedalaman kritis

d= 3(
√ Q
Cd x b 1 x √ g
)² (2.40)

b. Tebal air pada mercu bendung


H = 1,5d (2.41)
c. Kedalaman efektif muka air banjir
Hʺ = Elv.Mercu + H – Elv. Dasar Sungai (2.42)
d. Luas penampang basah di bendung
A = Be × Hʺ (2.43)
e. Kecepatan aliran saat banjir
Qbanjir
V= (2.44)
A
f. Tebal air di hilir bendung (hʹ)
hʹ dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
' 2
1 Bh
Q = (Bhʹ) ( '
)3 √ s
n (2 h )+ B
(2.45)
Dengan:
Q = debit banjir (𝑚3 /s)
B = lebar sungai (m)
n = koefisien kekasaran Manning
s = kemiringan dasar sungai
g. Elevasi muka air banjir di hulu bendung
(2.46)
Elv.M.A.Banjir di Hulu Bendung = Hʺ+Elv.Dasar Sungai Hulu Bendung
h. Elevasi muka air banjir di hilir bendung (2.47)
Elv.M.A.Banjir di Hilir Bendung = hʹ + Elv.Dasar Sungai Hilir Bendung
i. Kedalaman air pada hulu bendung sampai hilir bendung (2.48)
Z = Elv.M.A.Banjir di Hulu Bendung – Elv.M.A.Banjir di Hilir Bendung
j. Kedalaman tengah bendung dari mercu
D = Hʹ + 1.1Z (2.49)
Dengan:
Hʹ = H + k𝑣2

K=
2g
k. Tinggi lantai peredam


'
a = 0.2h' H (2.50)
z
l. Panjang rayapan
1
L = LV + ∆𝐻 (2.51)
3
Dengan:
L = 4 × ∆H
∆H = Z

Anda mungkin juga menyukai