Anda di halaman 1dari 32

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan air untuk irigasi, khususnya
air untuk irigasi di Indonesia, semakin tidak menentunya cuaca dan saat musim kemarau
petani banyak membutuhkan air untuk irigasi. Namun pelaksanaan penyediaan air untuk
irigasi yang dilakukan oleh Dinas Pengairan, selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mengelola masalah irgasi di Indonesia, sampai saat ini masih belum
dapat memenuhi kebutuhan Petani akan irigasi secara keseluruhan. Sebagian besar
petani menggunakan mesin pompa air diesel untuk mendapat air untuk irigasi pada saat
musim kemarau.
Selain itu, makin berkurangnya ketersediaan sumberdaya energi fosil, khususnya
minyak bumi, yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung dan komponen
utama penghasil energi mekanik untuk menggerakan pompa air di Indonesia, serta
makin meningkatnya kesadaran akan usaha untuk melestarikan lingkungan,
menyebabkan kita harus berpikir untuk mencari alternatif pembuatan teknologi tepat
guna yang memiliki karakter;
1. Dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian energi fosil, khususnya
minyak bumi.
2. Dapat menyediakan kebutuhan irigasi dalam skala lokal regional
3. Mampu memanfaatkan potensi sumberdaya energi setempat, serta
4. Cinta lingkungan, dalam artian proses produksi dan pembuangan hasil
produksinya tidak merusak lingkungan hidup disekitarnya.
Sistem pembuatan teknologi tepat guna yang dapat memenuhi kriteria di atas
adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumberdaya energi terbarukan,
seperti: matahari, angin, air, biomasa dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
kecenderungan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber-sumberdaya
energi terbarukan dewasa ini telah meningkat dengan pesat, khususnya di negara–
negara sudah berkembang, yang telah menguasai rekayasa dan teknologinya, serta
mempunyai dukungan finansial yang kuat. Oleh sebab itu, merupakan hal yang menarik
untuk disimak lebih lanjut, bagaimana peluang dan kendala pemanfaatan sumber –

5
6

sumber daya energi terbarukan ini di negara – negara sedang berkembang, khususnya di
Indonesia.
Salah satu sumber energi yang dapat menggantikan minyak bumi adalah angin.
Potensi tenaga angin ini dapat digunakan sebagai penggerak pompa air. Pemanfaatan
tenaga angin sebagai penggerak pompa air ini sudah dilakukan oleh manusia sejak
ditemukannya kincir angin atau windmill. Kincir angin ini berkembang sampai pada
jenis turbin angin, dimana perkembangan ini berusaha untuk mendapatkan efisiensi
yang lebih tinggi agar pemanfaatan tenaga angin yang ada memberikan hasil yang
seoptimal mungkin.

2.2. Debit Andalan


Debit andalan hasil survei dan analisisa pada sumur bor di Desa Yosomulyo,
Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi pada saat musim hujan permukaan air
sama dengan permukaan tanah pada sawah. Ketika musim kemarau permukaan air ± 3
meter dibawah permukaan tanah pada sawah. Kegiatan yang pernah dilakukan pada saat
pemompaan air menggunakan mesin diesel pada sumur bor untuk mengairi sawah debit
yang keluar ± 3 liter per detik selama ± 2 jam. Selama pemompaan berlangsung
ketinggian muka air hanya berkurang 0.3 m.

2.3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk
membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan air
untuk irigasi adalah kebutuhan air tanaman dikurangi hujan efektif. Hujan efektif adalah
bagian dari hujan total yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, setelah beberapa hilang
akibat intersepsi, limpasan dan perkolasi. Gray (1961) dalam Seyhan (1990)
menyatakan intersepsi adalah bagian dari presipitasi yang tetap berada pada permukaan
vegetasi, sebagian air yang diintersepsi ini menguap dan sebagian mencapai tanah
secara langsung.
Menurut Anonim/KP-01 (1986) menghitung besarnya kebutuhan air irigasi padi
ditentukan oleh faktor-faktor pengolahan tanah, penggunaan konsumtif tanaman,
perkolasi, pergantian lapisan air dan hujan efektif. Dalam menentukan kebutuhan bersih
air di sawah (Net Field Water Requirement) harus memperhitungkan faktor kebutuhan
konsumtif tanaman dan hujan efektif. Kebutuhan total air di sawah (Gross Water Field
Requirement) harus memperhitungkan tingkat efisiensi irigasi. Kebutuhan air di sawah
7

dinyatakan dalam mm/hari atau liter/det/ha.


Kebutuhan air untuk pengolahan tanah pada umumnya menentukan kebutuhan
air minimum pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor yang menentukan besarnya
kebutuhan air untuk pengolahan tanah adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
pengolahan tanah dan jumlah air yang diperlukan untuk pengolahan tanah. Untuk
daerah-daerah proyek baru, diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan masa
pengolahan tanah. Bila menggunakan peralatan mesin secara luas, maka waktu yang
dibutuhkan untuk pengolahan tanah adalah 1 bulan. Dalam menentukan kebutuhan air
irigasi padi didasarkan pada Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi (KP-01) yang
mengacu pada ketetapan Kementerian Pekerjaan Umum (1986).

2.3.1. Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah


Kebutuhan air untuk pengolahan tanah menentukan kebutuhan minimum air
irigasi. Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air, yaitu besarnya air untuk
penjenuhan, pelumpuran, genangan air, lamanya pengolahan tanah, evaporasi dan
perkolasi yang terjadi.
Dalam KP-01 waktu untuk pekerjaan pengolahan tanah adalah selama satu
bulan. Kebutuhan air yang diperlukan untuk pengolahan tanah bertekstur berat
(lempung) adalah 200 mm, setelah selesai lapisan genangan air di sawah ditambah 50
mm. Hal ini dilakukan sebagai cadangan air yang akan dipakai akibat kehilangan air
karena perkolasi dan evaporasi. Jadi kebutuhan air yang diperlukan untuk pengolahan
tanah dan lapisan air awal seluruhnya menjadi 250 mm. Air yang dibutuhkan untuk
pengolahan tanah setelah dibiarkan bera atau kering lebih dari 2.5 bulan adalah 300
mm. Metode yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan irigasi selama pengolahan
tanah yang diterapkan dalam KP-01 dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra
(1968).

M . ek
IR = k (2-1)
e −1

Keterangan:
IR : Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah, mm/hari
M : Mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi: M = Eo + P, mm/hari
Eo : Evaporasi air terbuka Eo = 1,1 . ETo mm/hari (Allen et al., 1998)
P : Perkolasi, mm/hari
8

k : (M . T) / S
T : Jangka waktu pengolahan tanah, hari
S : Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah lapisan air 50 mm
e : bilangan ekspotensial (2,71828)
Untuk memudahkan perhitungan pengolahan tanah, digunakan tabel Van de
Goor dan Zijlstra pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan
ETo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8 13,0 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11 15,0 16,5 12,8 13,6

Sumber: Anonim KP-01, 1986: 164

2.3.2. Penggunaan Konsumtif Tanaman


Pada KP-01 besarnya ETo dihitung dengan menggunakan metode Penman yang
dimodifikasi oleh Food and Agriculture Organization (FAO). ETo dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus teoritis empiris dengan memperhatikan faktor-faktor
meteorologi, yaitu suhu maksimum, suhu minimum, kelembaban udara, kecepatan
angin dan penyinaran matahari.
Etc = Kc x ETc

Keterangan:
9

ETc : Evapotranspirasi tanaman, mm/hari


ETo : Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari
Kc : Koefisien tanaman

Besarnya koefisien tanaman tergantung dari jenis tanaman dan fase


pertumbuhan tanaman. Nilai ETo dari rumus Penman menunjuk pada tanaman acuan
apabila digunakan albedo (koefisien pemantulan) 0.25 (rerumputan pendek). Koefisien
yang digunakan dalam perhitungan ETc harus didasarkan pada ETo dengan albedo 0.25.
Rumus Penman dimodifikasi dengan metode Nedeco/Prosida dan metode FAO dapat
dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Harga-harga koefisien tanaman padi


Nedeco/Prosida FAO
Bulan
Varietas biasa Varietas Unggul Varietas biasa Varietas Unggul
0.5 1.20 1.20 1.10 1.10
1 1.20 1.27 1.10 1.10
1.5 1.32 1.33 1.10 1.05
2 1.40 1.30 1.10 1.05
2.5 1.35 1.30 1.10 0.95
3 1.24 0.00 1.05 0.00
3.5 1.12   0.95  
4 0.00   0.00  
Sumber: Anonim KP-01, 1986: 167

2.3.3. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air dalam tanah dengan arah vertikal ke bawah
(Anonim/KP-01, 1986). Besarnya perkolasi dipengaruhi sifat-sifat tanah, tekstur tanah,
struktur tanah, kedalaman air dan sistem perakaran. Perkolasi dibedakan berdasarkan
kemiringan dan tekstur tanah. Berdasarkan kemiringan, lahan dibedakan menjadi lahan
datar dengan perkolasi 1 mm/hari dan lahan miring > 5% dengan perkolasi 2-5 mm/hari.
Berdasarkan tekstur, tanah dibedakan menjadi tanah berat (lempung) perkolasi 1-2
mm/hari, tanah sedang (lempung berpasir) perkolasi 2-3 mm/hari dan tanah ringan
dengan perkolasi 3-6 mm/hari.
10

2.3.4. Pergantian Lapisan Air


Pergantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (3.3
mm/hari) selama sebulan dan 2 bulan setelah penanaman bibit. Pergantian lapisan air
dilakukan untuk menggenangi lapisan tanah yang berfungsi sebagai cadangan air untuk
perkolasi dan evapotranspirasi tanaman. Tujuan lain adanya genangan tersebut, yaitu
untuk menekan pertumbuhan gulma.

2.3.5. Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan total yang digunakan oleh
tanaman selama masa pertumbuhan. Besarnya curah hujan efektif dipengaruhi oleh cara
pemberian air irigasi, laju pengurangan air genangan, kedalaman lapisan air yang
dipertahankan, jenis tanaman dan tingkat ketahanan tanaman terhadap kekurangan air.
Pada KP-01 untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif diambil 80% kemungkinan
curah hujan terlewati (Anonim/KP-01 1986).
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari
curah hujan merata 10 harian dengan kemungkinan kegagalan 20% atau curah hujan R 80.
Curah hujan efektif diperoleh dari 70% nilai R80 per periode waktu pengamatan dengan
persamaan (anonim/KP-01, 1986) sebagai berikut:

Repadi = R80 x 70% / 10 (2-2)

dengan :

Repadi = curah hujan untuk tanaman padi di sawah (mm/hari)


R80 = tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 80% (mm)

2.3.6. Kebutuhan Bersih Air Di Sawah (NFR)

Dalam menentukan kebutuhan bersih air di sawah harus memperhitungkan hujan


efektif yang terjadi. Kebutuhan bersih air di sawah adalah jumlah air yang dibutuhkan
setelah kebutuhan total air di sawah dikurangi dengan hujan efektif yang terjadi di
daerah tersebut.

2.3.7. Kebutuhan Total Air Di Sawah (GFR)


Kebutuhan total air di sawah adalah jumlah air total yang dibutuhkan dari tahap
pengolahan tanah hingga akhir dengan memperhitungkan efisiensi irigasi. Kebutuhan
11

air ini meliputi kebutuhan komsumtif tanaman, pengolahan tanah dan perkolasi. Jika
lebih dari satu golongan maka jumlah air yang dibutuhkan dirata-ratakan tiap tahap
pertumbuhannya.

2.3.8. Kebutuhan Pengambilan Air (DR)


Kebutuhan pengambilan air irigasi padi adalah kebutuhan air irigasi dalam
l/det/ha, sehingga dapat ditentukan kebutuhan air dalam berapa kali penanaman dalam
setahun dan penetapan golongan yang telah dipilih. Kebutuhan pengambilan air
ditentukan untuk mengetahui besarnya air yang diambil dari sumber air (inlet) setelah
memperhitungkan efisiensi irigasi.

2.4. Analisis Data Iklim


Tidak semua presipitasi yang mencapai permukaan secara langsung terinfiltrasi
ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan. Sebagian secara langsung atau setelah
penyimpanan bawah permukaan hilang dalam bentuk evaporasi, yaitu proses dimana air
menjadi uap, transpirasi, yaitu proses dimana air menjadi uap melalui metabolisme
tanaman (Seyhan, 1990). Analisis data iklim diperlukan untuk menghitung besarnya
nilai evapotranspirasi. Faktor-faktor lingkungan yang mengendalikan evapotranspirasi
adalah radiasi, pasokan air, karakteristik tanaman, defisit penjenuhan di udara dan
gerakan udara horizontal dan vertikal. Karakteristik tanaman yang berperan penting,
yaitu albedo permukaan tanaman, perkembangan akar, struktur tegakan dan struktur
fisiologi tanaman. Evapotranspirasi tanaman acuan adalah kebutuhan konsumtif
tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanam
dengan kondisi air mencukupi, tinggi tanaman sekitar 12 cm dan tanaman tumbuh
dengan baik. Iklim memiliki peran penting dalam penentuan karakteristik tersebut. Data
iklim yang dibutuhkan untuk menentukan besarnya ETo, yaitu suhu maksimum, suhu
minimum, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari.
Menurut Evaporation Symposium (1959) dalam Seyhan (1990) rumus yang
paling sering digunakan dalam menentukan evapotranspirasi tanaman acuan adalah
yang diajukan oleh Penman. Pendekatan Penman merupakan suatu kombinasi metode-
metode transfer massa dan neraca energi.

Dalam KP-01 penetapan ETo digunakan metode Penman Modifikasi. Nilai ETo
yang dihasilkan dari metode Penman Modifikasi menghasilkan nilai perkiraan yang
12

terlalu tinggi sehingga pada akhirnya dikembangkan metode Penman-Monteith yang


hasilnya mendekati nilai setempat.

Untuk mebandingkan perhitungan ETo dengan kondisi eksisting perlu dilakukan


perhitungan dengan metode perhitungan ETo yang lain seperti, metode Blaney-Criddle
dan Metode Radiasi

Evapotranspirasi tanaman acuan yang diterapkan dalam KP-01 dapat dihitung


menggunakan persamaan Penman Modifikasi FAO:

ETo = c { W.Rn + (1 – W). f(u). (ea-ed) (2-3)

Keterangan:

c : Faktor pergantian kondisi cuaca akibat siang dan malam


W : Faktor berat yang mempengaruhi penyinaran matahari
(1-W) : Faktor berat sebagai pengaruh angin dan kelembaban
ed : Tekanan uap nyata, mbar ed = ea x RH
ea : Tekanan uap jenuh, mbar
(ea-ed) : Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap nyata, mbar
RH : Kelembaban relatif, %
Rn : Radiasi penyinaran matahari, Rns-Rnl, mm/hari
Rns : Radiasi netto gelombang pendek, Rs(1-α), mm/hari
Rnl : Radiasi netto gelombang panjang
2.01 109.T4 (0.34-0.44ed0.5) (0.1+0.9n/N), mm/hari
Rs : Radiasi gelombang pendek, (0.25+0.5(n/N)) Ra, mm/hari
α : Koefisien pemantulan (albedo), 0.25
n/N : Lamanya penyinaran relatif
Ra : Radiasi extraterestrial, mm/hari
f(u) : Fungsi pengaruh angin, 0.27 (1+U2/100), km/hari
U2 : Kecepatan angin di ketinggian 2 meter, km/jam
Penetapan ETo menggunakan metode Penman-Monteith. Rumus yang
menjelaskan ETo secara teliti adalah rumus Penman-Monteith, yang pada tahun 1990
oleh FAO dimodifikasi dan dikembangkan menjadi rumus FAO Penman-Monteith
(Allen et al.,1998) yang diuraikan dengan persamaan:
13

900
T +273 2 ( s a )
0. 408 Δ ( Rn−G )+γ u e −e

Δ+γ ( 1+0 . 34 u2 )
ETo = (2-4)

Keterangan:
ET0 : Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari
Rn : Radiasi netto pada permukaan tanaman, MJ/m2/hari
G : Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (fluks panas tanah),
MJ/m2/hari
T : Suhu harian rata-rata pada ketinggian 2 meter, 0C
U2 : Kecepatan angin pada ketinggian 2 meter, m/det
es : Tekanan uap jenuh, kPa
ea : Tekanan uap aktual, kPa
Δ : Kurva kemiringan tekanan uap, kPa/0C
γ : Konstanta psycrometric, kPa/0C
Dalam penyelesaian persamaan tersebut, terlebih dahulu didapatkan nilai-nilai
dari beberapa variable dan konstanta yang berkaitan:

a. Kontanta psychrometric (γ)


Konstanta psychrometric diberikan oleh panas spesifik pada tekanan konstan,
yaitu energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu satu derajat pada tekanan
konstan. Konstanta psychrometric dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
cp P
γ= =0 . 665 x 10−3 P
ελ (2-5)

( )
5 . 26
293−0.0065 z
P=101.3
293 (2-6)

dimana:

γ = konstanta psychrometric (kPa/oC),


P = tekanan atmospher (kPa),
λ = ‘laten heat of vaporization’ = 2.45 (MJ/kg),
cp = pemanasan spesifik pada tekanan konstan = 1.013x10-3 (MJ/kg/oC),
ε = perbandingan berat molekul uap air/ udara kering = 0.622.
b. Suhu rata-rata (Tmean)
14

Temperatur rata-rata dihitung dengan Persamaan (2-7) berikut ini:

T max −T min
T mean=
2 (2-7)

dimana:

Tmean = temperatur udara harian rata-rata (oC),


Tmax = temperatur udara harian maksimum (oC),
Tmin = temperatur udara harian minimum (oC).
c. Kelembaban relatif (RH)
Kelembaban relatif (RH) yang digunakan adalah nilai rata-rata dari kelembaban
relatif maksimum (RHmax) dan minimum (RHmin) yang dinyatakan sebagai kelembaban
relatif rata-rata RHmean (Allen et al., 1998).
ea
RH=100
eo (T ) (2-8)

e o ( T )=0 . 6108 exp


[ 17 .27 T
T +237 .3 ] (2-9)

dimana:

RH = kelembaban relatif (%)


ea = tekanan uap aktual (kPa)
eo(T) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa)
T = temperatur udara (oC)

d. Tekanan uap jenuh (es)


Tekanan uap jenuh dapat dihitung menggunakan Persamaan (2-10) berikut ini:
eo (T max )+e o (T min )
es=
2 (2-10)
dimana:
es = tekanan uap jenuh (kPa),
eo(Tmax) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara maksimum (kPa),
eo(Tmin) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara minimum (kPa).
15

Tekanan uap jenuh (es) yang ditentukan berdasarkan nilai eo(Tmean) akan
memberikan hasil yang lebih kecil untuk nilai es, sehingga dapat mempengaruhi nilai
perhitungan selanjutnya (Allen et al., 1998).

e. Tekanan uap aktual (ea)


Tekanan uap aktual dapat dihitung dengan beberapa rumus berdasarkan data
yang tersedia, diantaranya melalui data temperatur titik embun (Tdew), data
psychrometric, dan data kelembaban relatif (RH). Rumus berikut merupakan
perhitungan tekanan uap aktual (ea) berdasarkan kelembaban relatif.
RH max o RH min
eo (T min ) +e (T max )
100 100
ea=
2 (2-11)
atau
RH max
e a =e o (T min )
100 (2-12)
atau

e a=
100 [
RH mean eo (T max )+e o (T min )
2 ] (2-13)
dengan:
ea = tekanan uap aktual (kPa),
e°(Tmin) = tekanan uap jenuh pada temperatur harian minimum (kPa),
e°(Tmax) = tekanan uap jenuh pada temperatur harian maksimum (kPa),
RHmax = kelembababn relatif maksimum (%),
RHmin = kelembababn relatif minimum (%),
RHmean = kelembababn relatif rata-rata (%).
Menurut FAO (1999), apabila data kelembaban relatif tidak tersedia atau
kualitas datanya diragukan, maka pendekatan lain yang dapat diambil adalah ea =
eo(Tmin).
f. Kurva kemiringan tekanan uap (Δ)

Kurva kemiringan tekanan uap dapat dihitung menggunakan Persamaan (2-14)


berikut ini:

Δ=
[
4098 0. 6108 exp (17T +. 27237T.3 )]
( T +237 . 3 )2 (2-14)
16

dengan:
 = kurva kemiringan tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa),
T = temperatur udara (oC).

g. Radiasi netto (Rn)


Radiasi netto dapat dihitung menggunakan Persamaan (2-15) berikut ini:
Rn =Rns - R nl (2-15)
Rns=(1−α )R s (2-16)

(
Rs = a s +b s
n
R
N a ) (2-17)
24
N= ω
π s (2-18)
Bila nilai n tidak tersedia pada data klimatologi, maka rumusnya dapat diganti
dengan:


Rs = K Rs ( T max − T min ) Ra
(2-19)
Rso = (0.75 + 2 l0-5z)Ra (2-20)
24 (60)
Ra = Gsc d r [ ωs sin ( ϕ ) sin ( δ )+cos ( ϕ ) cos ( δ ) sin ( ω s ) ]
π (2-21)

d r =1+0 . 033 cos ( )



365
J
(2-22)

δ=0 . 409 sin ( 2π


365
J −1. 39 ) (2-23)
ω s =arccos [− tan ( ϕ ) tan ( δ ) ] (2-24)

Rnl =σ [
T max K 4 + T min K 4
2 ( ] R
(
0 . 34−0 .14 √ e a ) 1 .35 s −0 . 35
Rso ) (2-25)
keterangan:
Rn = radiasi netto (MJ/m2/hari),
Rns = radiasi matahari netto (MJ/m2/hari),
 = koefisien albedo,
Rs = radiasi matahari yang datang (MJ/m2/hari),
Rso = radiasi matahari (clear-sky) (MJ/m2/hari),
n = durasi aktual penyinaran matahari (jam),
17

N = durasi maksimum yang memungkinkan penyinaran matahari (jam),


as+bs = fraksi radiasi ektrateresterial yang mencapai bumi pada hari yang cerah (n
= N),
KRs = Koefisien tetapan = 0.16 untuk daerah tertutup dan 0.19 untuk daerah
pantai (oC-0.5),
z = elevasi stasiun di atas permukaan laut (m),
Ra = radiasi ekstrateresterial (MJ/m2/hari),
Gsc = konstanta matahari = 0.0820 (MJ/m2/min),
dr = inverse jarak relatif bumi-matahari (pers.3.22),
s = sudut jam matahari terbenam (pers. 3.24),
  garis lintang (rad),
 = deklinasi matahari (rad),
J = nomor hari dalam tahun antara 1 (1 Januari) sampai 365 atau 366 (31
Desember),
Rnl = radiasi netto gelombang panjang yang pergi (MJ/m2/hari),
 = konstanta Stefan-Boltzmann (4.903 10-9 MJ/K4/m2/hari),
Tmax, K = temperatur absolut maksimum selama periode 24 jam (K = °C + 273.16),
Tmin, K = temperatur absolut minimum selama periode 24 jam (K = °C + 273.16),

h. Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (G)


Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (G) dihitung menggunakan
Persamaan (2-26) berikut ini:
T i−T i −1
G=c s Δz
Δt
(2-26)

dimana:
G = kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
cs = kapasitas pemanasan tanah (MJ/m3/°C),
Ti = temperatur udara pada waktu i (°C),
Ti-1 = temperatur udara pada waktu i-1 (°C),
t = panjang interval waktu (hari),
z = kedalaman tanah efektif (m).
18

Untuk periode harian atau 10-harian, nilai G sangat kecil (mendekati nol),
sehingga nilai G tidak perlu di perhitungkan (Allen et al., 1998).

i. Kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (U2)

Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (u2) dihitung menggunakan Persamaan (2-


27) berikut ini:

4 . 87
u2 =u z
ln(67 . 8 z−5 .42) (2-27)
dimana:
u2 = kecepatan angin 2 m di atas permukaan tanah (m/s),
uz = kecepatan angin terukur z m di atas permukaan tanah (m/s),
z = ketinggian pengukuran di atas permukaan tanah (m).

Metode perhitungan lain yang digunakan untuk menghitung evapotranspirasi


(ETo) adalah dengan menggunakan metode Blaney-Criddle dan metode Radiasi.

Metode Blaney-Criddle, data terukur yang diperlukan antara lain:

- Letak lintang

- Suhu udara

- Angka koreksi

Rumus:

ETo = c . ETo* (2-28)

ETo* = P . (0,457 t + 8,13) (2-29)

Dengan:

P = prosentase rata-rata jam siang malam, yang besarnya bergantung pada letak
lintang (LL)

T = suhu udara (oC)

Tabel 2.3 Hubungan P dan Letak Lintang (LL) (Untuk Indonesia : 5o s/d 10o LS)
Lintang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
19

0,2
5,0 Utara
0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 7 0,27 0,27
0,2
2,5 Utara
0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 7 0,27 0,27
0,2
0
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 7 0,27 0,27
0,2
2,5 Selatan
0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 8 0,28 0,28
0,2
5 Selatan
0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 8 0,28 0,28
0,2
7,5 Selatan
0,29 0,28 0,28 0,28 0,27 0,27 0,27 0,27 0,28 8 0,28 0,29
0,2
10 Selatan
0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,26 0,26 0,26 0,27 8 0,28 0,29
Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 39

Tabel 2.4 Angka Koreksi (C) Menurut Blaney Criddle


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
0,7 0,7
(C) 0,80 0,80 0,70 0,70 0,70 0,75 0,80 0,80 0,80 0,80
5 0
Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 39

Metode Radiasi, data terukur yang diperlukan adalah:


- Letak Lintang
- Suhu udara
- Kecerahan matahari

Rumus:

ETo = C . ETo*

ETo* = w . Rs

Dengan:

w = faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah.


20

Rs = radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hr)

n
Rs = (0,25 + 0,54 ) Rγ
N

Rγ = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer


(bergantung letak lintang)

n
= Kecerahan matahari (%)
N

Tabel 2.5 Hubungan t dan w (untuk Indonesia, Elv. 0-500 m)


Suhu (t) W suhu (t) w
24 0.735 27 0.765
24.2 0.737 27.2 0.767
24.4 0.739 27.4 0.769
24.6 0.741 27.6 0.771
24.8 0.743 27.8 0.773
25 0.745 28 0.775
25.2 0.747 28.2 0.777
25.4 0.749 28.4 0.779
25.6 0.751 28.6 0.781
25.8 0.753 28.8 0.783
26 0.755 29 0.785
26.2 0.757 29.2 0.787
26.4 0.759 29.4 0.789
26.6 0.761 29.6 0.791
21

26.8 0.763 29.8 0.793


Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 42

Tabel 2.6 Angka koreksi (C) untuk Metode Radiasi


BULA
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
N
0.8 0.8
(C) 0 0.80 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.80 0 0.80 0.80 0.80
Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 43

Tabel 2.7 Harga Rγ untuk Indonesia (5o LU s/d 10o LS)

Lintang Utara Lintang Selatan


Bulan
5 4 2 0 2 4 6 8 10
Januari 13 14.3 14.7 15 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1
Februari 14 15 15.3 15.5 15.7 15.8 16 16.1 16
Maret 15 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3
April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14
Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6
Juni 15 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6
Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8
Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14 13.7 12.2
September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15 14.9 13.3
Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6
November 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16 15.6
22

Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16 16


Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 43

Tabel 2.8 Hubungan t dengan εγ, w, f (t)


suhu εγ suhu εγ
w f (t) w f (t)
o
C mbar o
C mbar
24 29.85 0.735 15.4 26.6 34.83 0.761 16.02
24.2 30.21 0.737 15.45 26.8 35.25 0.763 16.06
24.4 30.57 0.739 15.5 27 35.66 0.765 16.1
24.6 30.94 0.741 15.55 27.2 36.09 0.767 16.14
24.8 31.31 0.743 15.6 27.4 36.5 0.769 16.18
25 31.69 0.745 15.65 27.6 36.94 0.771 16.22
25.2 32.06 0.747 15.7 27.8 37.37 0.773 16.26
25.4 32.45 0.749 15.75 28 37.81 0.775 16.3
25.6 32.83 0.751 15.8 28.2 38.25 0.777 16.34
25.8 33.22 0.753 15.85 28.4 38.7 0.779 16.38
26 33.62 0.755 15.9 28.6 39.14 0.781 16.42
26.2 34.02 0.757 15.94 28.8 39.61 0.783 16.46
23

26.4 34.42 0.759 15.98 29 40.06 0.785 16.5


Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 49

2.5. Pengertian Pompa Air


Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang digerakkan oleh tenaga mesin yang
digunakan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat lain, dimana
cairan tersebut hanya mengalir apabila terdapat perbedaan tekanan. Pompa juga dapat
diartikan sebagai alat untuk memindahkan energi dari pemutar atau penggerak ke cairan
ke bejana yang bertekanan yang lebih tinggi. Selain dapat memindahkan cairan pompa
juga berfungsi untuk meningkatkan kecepatan, tekanan dan ketinggian cairan. Adapun
bentuk pompa bermacam-macam, dengan demikian maka pompa dalam pelayanannya
dapat diklasifikasikan menurut : (sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31515/3/Chapter%20II.pdf) (diakses
11 Agustus 2013)
1. Pemakaiannya
2. Prinsip kerjanya
3. Cairan yang dialirkan
4. Material atau bahan konstruksinya
2.6. Sumber Energi
Energi berarti kemampuan untuk melakukan usaha/kerja. Sesuai dengan hukum
kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat
diubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Jadi pada dasarnya
energi tidak akan habis karena telah dipakai. Energi tidak hanya dipergunakan oleh
manusia saja, semua makhluk yang hidup pada dasarnya memerlukan energi. Dilihat
dari sisi manusia yang terus berkembang dan bertambah banyak, maka kebutuhan energi
juga akan meningkat dari waktu ke waktu.
Manusia selalu berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk dapat memanfaatkan sumber daya energi secara optimal melalui proses konversi
dari sumber daya energi primer menjadi energi sekunder dan energi guna. Di dunia ini
banyak sekali sumber-sumber energi yang belum termanfaatkan secara maksimum,
terutama sumber-sumber energi alternatif yang terbarukan diantaranya air, sinar
matahari dan angin.
Sumber daya energi primer pada dasarnya semua berasal dari proses alamiah
yang terjadi sebagai akibat dari pancaran radiasi energi dari matahari. Sumber daya
24

energi primer dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis energi, yaitu: [Wibawa, U,
2001:1-13]
1. Energi Tak Terbarukan (unrenewable energy), yang dikenal pula dengan istilah
energi fosil, adalah jenis sumber daya energi primer yang habis dipakai, dan
tidak dapat diperbaharui lagi, baik secara alamiah maupun dengan bantuan
teknologi. Termasuk di sini antara lain: minyak bumi, batubara, dan gas alam.
2. Energi Terbarukan (renewable energy), yang dikenal pula dengan istilah energi
regeneratif, adalah jenis sumber daya energi primer yang tidak habis dipakai,
dalam artian dapat diperbaharui lagi, baik secara alamiah maupun dengan
bantuan teknologi (regenerasi). Termasuk disini antara lain: matahari, air, angin,
geothermal, biomassa, dan biogas.

2.7. Konversi Energi


Konversi energi dipahami sebagai proses perubahan energi dari bentuk yang satu
ke bentuk lainnya, misalnya dari energi primer berubah menjadi energi sekunder.
Bentuk energi primer seperti: kayu bakar, batu bara, minyak bumi, gas alam, matahari,
angin, air, biomassa, sampai dengan biogas akan diubah menjadi bentuk energi
sekunder, agar lebih dapat dimanfaatkan atau lebih mudah diangkut/dibawa, misalnya:
bensin dari minyak bumi, atau elektrik dari batubara. Energi primer juga dapat langsung
dimanfaatkan sebagai energi guna, untuk memenuhi kebutuhan manusia, misalnya
energi gerak, energi panas dan energi cahaya. Bentuk energi sekunder yang paling
sering ditemui dan dimanfaatkan oleh manusia adalah: energi panas, energi mekanik
dan energi elektrik.

2.8. Tenaga Angin


Pada prinsipnya, sistem konversi energi angin memanfaatkan potensi sumber
daya energi dari angin, dengan cara menempatkan sebuah kincir pada ketinggian
tertentu. Dengan demikian akan terjadi proses konversi atau perubahan dari energi angin
menjadi suatu putaran pada kincir (energi mekanik). Tingkat kecepatan angin 10 m
diatas permukaan laut ditunjukkan pada tabel 2.1. Energi mekanik yang dihasilkan
selanjutnya digunakan antara lain :
a. Secara langsung untuk mengoperasikan mesin-mesin produksi, seperti mesin
penggiling, mesin pengepres minyak atau pompa air.
25

b. Melalui sebuah generator diubah bentuknya menjadi energi elektrik. Energi


elektrik tersebut selanjutnya dimanfaatkan dengan cara diubah kembali menjadi
energi cahaya, energi mekanik, dan bahkan energi panas.

Tabel 2.9 Tingkat Kecepatan Angin 10 m di atas Permukaan Tanah

Kelas Kecepatan
Angin Angin (m/s) Kondisi Alam didarat

1 0,00–0,02 -
2 0,2–1,5 Angin tenang asap lurus keatas
3 1,6–3,3 Asap bergerak mengikuti arah angin

4 3,4–5,4 Wajah terasa ada angin, daun bergoyang pelan, petunjuk arah
angin bergerak
5 5,6–7,9 Debu jalan, kertas berterbangan, ranting pohon bergoyang
6 8,0–107 Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar
7 10,8–12,1 Ranting pohon besar bergoyang, air kolam berombak kecil
8 13,9–17,1 Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa ditelinga
9 17,2–20,7 Dapat merubuhkan pohon, jalan berat melawan arah angin
10 20,8–24,4 Dapat merubuhkan pohon, rumah rubuh
26

11 24,8–28,4 Dapat menumbangkan pohon, menimbulkan kerusakan


12 28,6–32,6 Menimbulkan kerusakan parah
13 32,7–36,0 Tornado
Sumber : Laporan penelitian dana hibah bersaing (2010)

Gambar 2.1 Ilustrasi pada Kincir Angin


Sumber :www.ironmanwindmill.com (diakses 11 Agustus 2013)

2.9. Pompa Air Tenaga Angin


Kincir angin adalah sistem konversi energi angin untuk mengubah energi
angin menjadi putaran rotor dengan tujuan akhir sebagai penggerak mekanik
melalui unit transmisi mekanik. Penggunaan yang paling umum adalah untuk
pemompaan air secara mekanik dengan menggunakan pompa piston yang dimasukkan
ke dalam sumur atau sumber air. Kincir angin ini umumnya disebut kincir angin sudu
banyak/majemuk (multi blade) yang terdiri dari 6 - 36 sudu bergantung pada
kapasitas pemompaan. Penggunaan banyak sudu adalah karena kincir ini
memerlukan torsi yang besar dengan putaran rendah untuk memompakan air secara
mekanik. Tipe kincir angin yang paling banyak digunakan adalah untuk
menggerakkan pompa piston melalui transmisi mekanik. Kecepatan operasional
sebuah kincir angin berkisar antara 2,5–15 m/detik dengan kecepatan angin cut
in.

2.9.1. Prinsip Kerja Pompa Air Tenaga Angin


Pompa air tenaga kincir angin pada prinsipnya memanfaatkan kecepatan angin.
Kecepatan angin ini akan memutar poros kincir sehingga menghasilkan energi mekanik.
Energi ini selanjutnya menggerakkan pompa air dan menghasilkan debit. Pembangunan
27

pompa air tenaga kincir angin perlu diawali dengan pembangunan sumur bor atau
menggunakan sumur bor yang telah ada sebagai sumber air yang digunakan. Contoh
pompa air tenaga angin bisa dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.2 Ilustrasi Pompa Air Tenaga Angin


Sumber :www.ironmanwindmill.com (diakses 20 Agustus 2013)

2.9.2. Komponen Pompa Air Tenaga Angin


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sumber daya energi angin dapat
diubah menjadi energi mekanik, dengan memanfaatkan energi mekanik yang dihasilkan
oleh kincir angin. Energi angin tersebut akan diubah menjadi energi mekanik oleh
28

perangkat gear box. Ada beberapa hal yang sangat penting dalam proses pembuatan
pompa air tenaga angin mulai dari kincir angin, gear box, tower, pompa air, dan sumber
air.
2.10. Pompa Piston
Sebuah pompa piston adalah konstruksi sederhana. Ini terdiri dari silinder pipa
dengan piston di dalam dan dua katup non-return ditempatkan berlawanan satu sama
lainnya. Bila kerja mekanik yang diberikan pada batang penghubung piston bergerak
naik dan turun, mengisap air ke pipa dan kemudian memompa keluar. Seperti piston
ditarik ke atas, air memasuki pipa melalui salah satu katup karena tekanan rendah yang
telah muncul dalam pipa. ketika piston ini kemudian didorong ke bawah, air dipaksa
keluar melalui kedua valve karena valve pertama ditutup. Dengan mengulangi air
gerakan ini diangkut. Torsi yang dibutuhkan untuk memulai sebuah pompa piston relatif
tinggi, karena itu perlu untuk mengatasi kedua berat batang pompa dan air diangkat.
Setelah rotor berputar, kecepatan angin dapat turun menjadi sekitar 2/3 dibandingkan
dengan kecepatan awal. Kapasitas pompa piston relatif rendah dan aliran air tidak akan
konstan, tetapi murah untuk memproduksi dan mudah digunakan. Sebuah pompa piston
dapat menghasilkan gesekan besar bahkan dengan kecepatan putaran rendah.
Spesifikasi Pompa Piston:
A = 0.25 π d² (2-30)
A : luas pompa piston (cm²)
d : diameter pompa piston (cm)
Q pompa =Axb (2-31)
Q pompa : kapasitas pompa piston (cm³)
: kapasitas pompa piston (liter)
A : luas pompa piston (cm²)
b : langkah tuas pompa piston (cm)
d

b
29

Gambar 2.3 Pompa Piston


Sumber : Anomim windmill driven water pump for small-scale irrigation and domestic
use in lake victoria basin, 2010 : 19
2.11. Gaya dan Momen yang Dibutuhkan untuk Memompa Air
Karena energi potensial, Ep = m g h, adalah sama pada posisi awal seperti ketika
conrod telah diputar satu putaran penuh, massa conrod yang dihilangkan dari
perhitungan ini. Berat ekstra dari conrod di jalan sampai dikompensasi oleh bantuan
dari gaya gravitasi dalam perjalanan ke bawah.
Faktor kekasaran Manning (n) dan faktor gesekan Hazen-Williams C diperoleh
pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Koefisien dari Gesekan Pipa Untuk Perencanaan

Sumber : Anomim sanks, 1998 : 11


Gaya F yang dibutuhkan untuk mengangkat air dalam pompa adalah:
30

ρ g A( h+hL)
F= (2-32)
cos Θ
Dimana :
F : gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat air (N)
ρ : densitas air (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
h : kedalam pompa sampai permukaan tanah (m)
hL : kerugian head loose (m)
A : luas dari pompa di (m2)
sin θ : sudut (o)
Sin θ dapat dihitung dengan:
b
sin θ= (2-33)
l
Dimana :
b : panjang tuas gear (m)
l : panjang conrod (m)
Saat maksimum yang diperlukan terjadi ketika tuas berada dalam sudut 90 °
dalam kaitannya dengan pompa, dan dihitung dengan:
Mpump = F b (2-34)
Dimana :
Mpump : momen Pompa (Nm)
F : gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat air (N)
b : panjang tuas gear (m)

2.12. Kerja yang Diperlukan untuk Memompa Air


Pekerjaan yang diperlukan untuk memompa air dihitung sebagai:
W=Fs (2-35)
Dimana :
W : Pekerjaan yang diperlukan untuk memompa air (J)
F : gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat air (N)
S : jarak air akan bergerak dalam pompa (m)
Agar kincir angin berputar, angin harus cukup kuat untuk menghasilkan momen yang
lebih besar dari nilai untuk setiap jangka tertentu tuas.
31

Gambar 2.4 Pompa Piston


Sumber : Anomim windmill driven water pump for small-scale irrigation and domestic
use in lake victoria basin, 2010 : 15

2.13. Energi Kinetik Tersedia Dalam Sistem Kincir Angin


Persamaan berikut menjelaskan berapa banyak energi yang secara teoritis
tersedia di kincir angin ketika pompa terputus. Kerugian akibat gesekan atau panas yang
built-in dalam perhitungan ini dan karena itu tidak akan muncul dalam perbandingan
nanti. Roda dengan blade, layar, kawat dan tali diperlakukan sebagai disc di mana
massa yang sama dibagi. Ini berarti bahwa hasilnya adalah perkiraan nilai sebenarnya.
32

vtip
ω= (rad/s)
? = Vtip (rad/s)
rwheel
rwheel

r wheel (m)

V angin = (Vtip) (m/s)


(data)

r axis
2p
t= (m/s)
?
t = (2 π)/ω

Gambar 2.5 Gaya – Gaya Yang Bekerja Pada Kincir Angin


Sumber : Anomim windmill driven water pump for small-scale irrigation and
domestic use in lake victoria basin, 2010
Energi kinetik dalam sistem dapat dihitung sebagai:
Ek = 0.5 . I . ω2 (2-36)
Dimana :
Ek : Energi kinetik (J)
I : Momen inersia (kg/m2)
ω : Kecepatan putaran (rad/s)
Momen inersia, I, untuk roda dan sumbu dihitung sebagai:
I = 0.5 mwheel . rwheel2 + maxis . raxis2 (2-37)
Dimana :
mwheel : masa yang menyapu kincir angin (kg)
rwheel : jari-jari kincir angin (m)
maxis : massa dari sumbu (kg)
raxis : jari-jari dari sumbu (m)
Kecepatan putaran, ω, dapat dihitung sebagai :
vtip
ω= (2-38)
rwheel
Dimana :
ω : Kecepatan putaran (rad/s)
vtip : kecepatan berputar kincir angin (m/s)
rwheel : jari-jari kincir angin (m)
33

Meskipun tidak penting untuk menghitung energi kinetik, waktu selama 1 rotasi
dihitung sebagai:
t = (2 π)/ω (2-39)
Dimana :
t : waktu selama 1 rotasi (s)
ω : Kecepatan putaran (rad/s)

2.14. Kecepatan Angin Dalam Kaitannya Dengan Ujung Kecepatan


Hal ini relevan untuk mengetahui apa kecepatan angin yang diperlukan untuk
mencapai kecepatan ujung yang diperlukan dalam rangka mengevaluasi sistem.
Kecepatan di luar paling ujung sayap berkaitan dengan kecepatan angin seperti:
vtip
λ= (2-40)
vwind
Dimana :
λ : rasio kecepatan ujung (grafik Betz)
vtip : kecepatan ujung (m/s)
vwind : kecepatan angin (m/s)
34

Gambar 2.6 Grafik Betz


Sumber : Anomim windmill driven water pump for small-scale irrigation and domestic
use in lake victoria basin, 2010 : lampiran 7

2.15. Kontrol Perhitungan


Kontrol perhitungan dilakukan untuk melihat apakah pompa air tenaga angin
benar – benar bekerja dengan baik dari perhitungan (2-30) sampai perhitungan (2-40)
yang nantinya hasilnya sama dipersamaan (2-41). Kontrol perhitungan sebagai berikut:
35

2π r
vtip = (2-41)
t
dimana:
vtip : kecepatan berputar kincir angin (m/s)
r : jari-jari kincir (m)
t : waktu selama 1 rotasi (s)

2.16. Perhitungan Pompa Air Tenaga Angin


Pompa air tenaga kincir angin pada prinsipnya memanfaatkan kecepatan angin.
Kecepatan angin ini akan memutar poros kincir sehingga menghasilkan energi mekanik.
Energi ini selanjutnya menggerakkan pompa air dan menghasilkan debit.
Q out = (Ek / F) x (Q pompa / t) (2-42)
Q out : debit yang dihasilkan pompa air tenaga angin (l/s)
Ek : Energi kinetik (J)
F : gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat air (N)
Q pompa : kapasitas pompa piston (liter)
t : waktu selama 1 rotasi (s)

2.17. Tower
Tower adalah menara yang berfungsi untuk menyangga dan mempertinggi letak
suatu benda. Pada tower ini direncanakan dengan tinggi 5 meter menyangga kincir
angin untuk mendapatkan tangkapan angin yang efektif.
Perhitungan tower ini menggunakan software STAAD PRO yang berasal dari
kata Structural Analysis And Design, atau dalam bahasa Indonesia : Analisis dan
Perencanaan Struktur. Program ini dibuat berdasarkan penelitian dari Tim Research
Engineers Inc. (REI) California USA, yang pemodelan struktur dan perhitungan
digunakan Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) yang didasarkan pada suatu
konsep di mana suatu kontinum dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang
disebut elemen hingga Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan satu atau lebih titik
simpul (node/joint) dan membentuk sebuah geometri struktur. Proses pembagian elemen
tersebut dinamakan dengan deskretisasi.
Langkah selanjutnya, dimulai dari menganalisa elemen yang telah terbagi
sebagai elemen yang lebih kecil dan sederhana.Kemudian dilakukan penyusunan dan
penggabungan elemen tersebut untuk mendapatkan sifat dari strucktur secara
36

keseluruhan.Metode ini sangat fleksibel dan tersstruktur serta sangat akrab dengan
computer.Selain itu tingkat ketepatan hitungan (presisi) sangat mendakti nilai eksak
yang tentunya tergantung seberapa banyak kita mendeskretisasi suatu bidang menjadi
bagian yang lebih kecil.

Gambar 2.7 Ilustrasi Tower


Sumber :www.ironmanwindmill.com (diakses 11 Agustus 2013)

Anda mungkin juga menyukai