BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan air untuk irigasi, khususnya
air untuk irigasi di Indonesia, semakin tidak menentunya cuaca dan saat musim kemarau
petani banyak membutuhkan air untuk irigasi. Namun pelaksanaan penyediaan air untuk
irigasi yang dilakukan oleh Dinas Pengairan, selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mengelola masalah irgasi di Indonesia, sampai saat ini masih belum
dapat memenuhi kebutuhan Petani akan irigasi secara keseluruhan. Sebagian besar
petani menggunakan mesin pompa air diesel untuk mendapat air untuk irigasi pada saat
musim kemarau.
Selain itu, makin berkurangnya ketersediaan sumberdaya energi fosil, khususnya
minyak bumi, yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung dan komponen
utama penghasil energi mekanik untuk menggerakan pompa air di Indonesia, serta
makin meningkatnya kesadaran akan usaha untuk melestarikan lingkungan,
menyebabkan kita harus berpikir untuk mencari alternatif pembuatan teknologi tepat
guna yang memiliki karakter;
1. Dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian energi fosil, khususnya
minyak bumi.
2. Dapat menyediakan kebutuhan irigasi dalam skala lokal regional
3. Mampu memanfaatkan potensi sumberdaya energi setempat, serta
4. Cinta lingkungan, dalam artian proses produksi dan pembuangan hasil
produksinya tidak merusak lingkungan hidup disekitarnya.
Sistem pembuatan teknologi tepat guna yang dapat memenuhi kriteria di atas
adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumberdaya energi terbarukan,
seperti: matahari, angin, air, biomasa dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
kecenderungan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber-sumberdaya
energi terbarukan dewasa ini telah meningkat dengan pesat, khususnya di negara–
negara sudah berkembang, yang telah menguasai rekayasa dan teknologinya, serta
mempunyai dukungan finansial yang kuat. Oleh sebab itu, merupakan hal yang menarik
untuk disimak lebih lanjut, bagaimana peluang dan kendala pemanfaatan sumber –
5
6
sumber daya energi terbarukan ini di negara – negara sedang berkembang, khususnya di
Indonesia.
Salah satu sumber energi yang dapat menggantikan minyak bumi adalah angin.
Potensi tenaga angin ini dapat digunakan sebagai penggerak pompa air. Pemanfaatan
tenaga angin sebagai penggerak pompa air ini sudah dilakukan oleh manusia sejak
ditemukannya kincir angin atau windmill. Kincir angin ini berkembang sampai pada
jenis turbin angin, dimana perkembangan ini berusaha untuk mendapatkan efisiensi
yang lebih tinggi agar pemanfaatan tenaga angin yang ada memberikan hasil yang
seoptimal mungkin.
M . ek
IR = k (2-1)
e −1
Keterangan:
IR : Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah, mm/hari
M : Mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi: M = Eo + P, mm/hari
Eo : Evaporasi air terbuka Eo = 1,1 . ETo mm/hari (Allen et al., 1998)
P : Perkolasi, mm/hari
8
k : (M . T) / S
T : Jangka waktu pengolahan tanah, hari
S : Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah lapisan air 50 mm
e : bilangan ekspotensial (2,71828)
Untuk memudahkan perhitungan pengolahan tanah, digunakan tabel Van de
Goor dan Zijlstra pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan
ETo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8 13,0 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11 15,0 16,5 12,8 13,6
Keterangan:
9
2.3.3. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air dalam tanah dengan arah vertikal ke bawah
(Anonim/KP-01, 1986). Besarnya perkolasi dipengaruhi sifat-sifat tanah, tekstur tanah,
struktur tanah, kedalaman air dan sistem perakaran. Perkolasi dibedakan berdasarkan
kemiringan dan tekstur tanah. Berdasarkan kemiringan, lahan dibedakan menjadi lahan
datar dengan perkolasi 1 mm/hari dan lahan miring > 5% dengan perkolasi 2-5 mm/hari.
Berdasarkan tekstur, tanah dibedakan menjadi tanah berat (lempung) perkolasi 1-2
mm/hari, tanah sedang (lempung berpasir) perkolasi 2-3 mm/hari dan tanah ringan
dengan perkolasi 3-6 mm/hari.
10
dengan :
air ini meliputi kebutuhan komsumtif tanaman, pengolahan tanah dan perkolasi. Jika
lebih dari satu golongan maka jumlah air yang dibutuhkan dirata-ratakan tiap tahap
pertumbuhannya.
Dalam KP-01 penetapan ETo digunakan metode Penman Modifikasi. Nilai ETo
yang dihasilkan dari metode Penman Modifikasi menghasilkan nilai perkiraan yang
12
Keterangan:
900
T +273 2 ( s a )
0. 408 Δ ( Rn−G )+γ u e −e
Δ+γ ( 1+0 . 34 u2 )
ETo = (2-4)
Keterangan:
ET0 : Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari
Rn : Radiasi netto pada permukaan tanaman, MJ/m2/hari
G : Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (fluks panas tanah),
MJ/m2/hari
T : Suhu harian rata-rata pada ketinggian 2 meter, 0C
U2 : Kecepatan angin pada ketinggian 2 meter, m/det
es : Tekanan uap jenuh, kPa
ea : Tekanan uap aktual, kPa
Δ : Kurva kemiringan tekanan uap, kPa/0C
γ : Konstanta psycrometric, kPa/0C
Dalam penyelesaian persamaan tersebut, terlebih dahulu didapatkan nilai-nilai
dari beberapa variable dan konstanta yang berkaitan:
( )
5 . 26
293−0.0065 z
P=101.3
293 (2-6)
dimana:
T max −T min
T mean=
2 (2-7)
dimana:
dimana:
Tekanan uap jenuh (es) yang ditentukan berdasarkan nilai eo(Tmean) akan
memberikan hasil yang lebih kecil untuk nilai es, sehingga dapat mempengaruhi nilai
perhitungan selanjutnya (Allen et al., 1998).
e a=
100 [
RH mean eo (T max )+e o (T min )
2 ] (2-13)
dengan:
ea = tekanan uap aktual (kPa),
e°(Tmin) = tekanan uap jenuh pada temperatur harian minimum (kPa),
e°(Tmax) = tekanan uap jenuh pada temperatur harian maksimum (kPa),
RHmax = kelembababn relatif maksimum (%),
RHmin = kelembababn relatif minimum (%),
RHmean = kelembababn relatif rata-rata (%).
Menurut FAO (1999), apabila data kelembaban relatif tidak tersedia atau
kualitas datanya diragukan, maka pendekatan lain yang dapat diambil adalah ea =
eo(Tmin).
f. Kurva kemiringan tekanan uap (Δ)
Δ=
[
4098 0. 6108 exp (17T +. 27237T.3 )]
( T +237 . 3 )2 (2-14)
16
dengan:
= kurva kemiringan tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa),
T = temperatur udara (oC).
(
Rs = a s +b s
n
R
N a ) (2-17)
24
N= ω
π s (2-18)
Bila nilai n tidak tersedia pada data klimatologi, maka rumusnya dapat diganti
dengan:
√
Rs = K Rs ( T max − T min ) Ra
(2-19)
Rso = (0.75 + 2 l0-5z)Ra (2-20)
24 (60)
Ra = Gsc d r [ ωs sin ( ϕ ) sin ( δ )+cos ( ϕ ) cos ( δ ) sin ( ω s ) ]
π (2-21)
Rnl =σ [
T max K 4 + T min K 4
2 ( ] R
(
0 . 34−0 .14 √ e a ) 1 .35 s −0 . 35
Rso ) (2-25)
keterangan:
Rn = radiasi netto (MJ/m2/hari),
Rns = radiasi matahari netto (MJ/m2/hari),
= koefisien albedo,
Rs = radiasi matahari yang datang (MJ/m2/hari),
Rso = radiasi matahari (clear-sky) (MJ/m2/hari),
n = durasi aktual penyinaran matahari (jam),
17
dimana:
G = kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
cs = kapasitas pemanasan tanah (MJ/m3/°C),
Ti = temperatur udara pada waktu i (°C),
Ti-1 = temperatur udara pada waktu i-1 (°C),
t = panjang interval waktu (hari),
z = kedalaman tanah efektif (m).
18
Untuk periode harian atau 10-harian, nilai G sangat kecil (mendekati nol),
sehingga nilai G tidak perlu di perhitungkan (Allen et al., 1998).
4 . 87
u2 =u z
ln(67 . 8 z−5 .42) (2-27)
dimana:
u2 = kecepatan angin 2 m di atas permukaan tanah (m/s),
uz = kecepatan angin terukur z m di atas permukaan tanah (m/s),
z = ketinggian pengukuran di atas permukaan tanah (m).
- Letak lintang
- Suhu udara
- Angka koreksi
Rumus:
Dengan:
P = prosentase rata-rata jam siang malam, yang besarnya bergantung pada letak
lintang (LL)
Tabel 2.3 Hubungan P dan Letak Lintang (LL) (Untuk Indonesia : 5o s/d 10o LS)
Lintang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
19
0,2
5,0 Utara
0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 7 0,27 0,27
0,2
2,5 Utara
0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 7 0,27 0,27
0,2
0
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 7 0,27 0,27
0,2
2,5 Selatan
0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 8 0,28 0,28
0,2
5 Selatan
0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 8 0,28 0,28
0,2
7,5 Selatan
0,29 0,28 0,28 0,28 0,27 0,27 0,27 0,27 0,28 8 0,28 0,29
0,2
10 Selatan
0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,26 0,26 0,26 0,27 8 0,28 0,29
Sumber: Montarcih L, Hidrologi Dasar, 2008: 39
Rumus:
ETo = C . ETo*
ETo* = w . Rs
Dengan:
n
Rs = (0,25 + 0,54 ) Rγ
N
n
= Kecerahan matahari (%)
N
energi primer dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis energi, yaitu: [Wibawa, U,
2001:1-13]
1. Energi Tak Terbarukan (unrenewable energy), yang dikenal pula dengan istilah
energi fosil, adalah jenis sumber daya energi primer yang habis dipakai, dan
tidak dapat diperbaharui lagi, baik secara alamiah maupun dengan bantuan
teknologi. Termasuk di sini antara lain: minyak bumi, batubara, dan gas alam.
2. Energi Terbarukan (renewable energy), yang dikenal pula dengan istilah energi
regeneratif, adalah jenis sumber daya energi primer yang tidak habis dipakai,
dalam artian dapat diperbaharui lagi, baik secara alamiah maupun dengan
bantuan teknologi (regenerasi). Termasuk disini antara lain: matahari, air, angin,
geothermal, biomassa, dan biogas.
Kelas Kecepatan
Angin Angin (m/s) Kondisi Alam didarat
1 0,00–0,02 -
2 0,2–1,5 Angin tenang asap lurus keatas
3 1,6–3,3 Asap bergerak mengikuti arah angin
4 3,4–5,4 Wajah terasa ada angin, daun bergoyang pelan, petunjuk arah
angin bergerak
5 5,6–7,9 Debu jalan, kertas berterbangan, ranting pohon bergoyang
6 8,0–107 Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar
7 10,8–12,1 Ranting pohon besar bergoyang, air kolam berombak kecil
8 13,9–17,1 Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa ditelinga
9 17,2–20,7 Dapat merubuhkan pohon, jalan berat melawan arah angin
10 20,8–24,4 Dapat merubuhkan pohon, rumah rubuh
26
pompa air tenaga kincir angin perlu diawali dengan pembangunan sumur bor atau
menggunakan sumur bor yang telah ada sebagai sumber air yang digunakan. Contoh
pompa air tenaga angin bisa dilihat pada gambar 2.9.
perangkat gear box. Ada beberapa hal yang sangat penting dalam proses pembuatan
pompa air tenaga angin mulai dari kincir angin, gear box, tower, pompa air, dan sumber
air.
2.10. Pompa Piston
Sebuah pompa piston adalah konstruksi sederhana. Ini terdiri dari silinder pipa
dengan piston di dalam dan dua katup non-return ditempatkan berlawanan satu sama
lainnya. Bila kerja mekanik yang diberikan pada batang penghubung piston bergerak
naik dan turun, mengisap air ke pipa dan kemudian memompa keluar. Seperti piston
ditarik ke atas, air memasuki pipa melalui salah satu katup karena tekanan rendah yang
telah muncul dalam pipa. ketika piston ini kemudian didorong ke bawah, air dipaksa
keluar melalui kedua valve karena valve pertama ditutup. Dengan mengulangi air
gerakan ini diangkut. Torsi yang dibutuhkan untuk memulai sebuah pompa piston relatif
tinggi, karena itu perlu untuk mengatasi kedua berat batang pompa dan air diangkat.
Setelah rotor berputar, kecepatan angin dapat turun menjadi sekitar 2/3 dibandingkan
dengan kecepatan awal. Kapasitas pompa piston relatif rendah dan aliran air tidak akan
konstan, tetapi murah untuk memproduksi dan mudah digunakan. Sebuah pompa piston
dapat menghasilkan gesekan besar bahkan dengan kecepatan putaran rendah.
Spesifikasi Pompa Piston:
A = 0.25 π d² (2-30)
A : luas pompa piston (cm²)
d : diameter pompa piston (cm)
Q pompa =Axb (2-31)
Q pompa : kapasitas pompa piston (cm³)
: kapasitas pompa piston (liter)
A : luas pompa piston (cm²)
b : langkah tuas pompa piston (cm)
d
b
29
ρ g A( h+hL)
F= (2-32)
cos Θ
Dimana :
F : gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat air (N)
ρ : densitas air (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
h : kedalam pompa sampai permukaan tanah (m)
hL : kerugian head loose (m)
A : luas dari pompa di (m2)
sin θ : sudut (o)
Sin θ dapat dihitung dengan:
b
sin θ= (2-33)
l
Dimana :
b : panjang tuas gear (m)
l : panjang conrod (m)
Saat maksimum yang diperlukan terjadi ketika tuas berada dalam sudut 90 °
dalam kaitannya dengan pompa, dan dihitung dengan:
Mpump = F b (2-34)
Dimana :
Mpump : momen Pompa (Nm)
F : gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat air (N)
b : panjang tuas gear (m)
vtip
ω= (rad/s)
? = Vtip (rad/s)
rwheel
rwheel
r wheel (m)
r axis
2p
t= (m/s)
?
t = (2 π)/ω
Meskipun tidak penting untuk menghitung energi kinetik, waktu selama 1 rotasi
dihitung sebagai:
t = (2 π)/ω (2-39)
Dimana :
t : waktu selama 1 rotasi (s)
ω : Kecepatan putaran (rad/s)
2π r
vtip = (2-41)
t
dimana:
vtip : kecepatan berputar kincir angin (m/s)
r : jari-jari kincir (m)
t : waktu selama 1 rotasi (s)
2.17. Tower
Tower adalah menara yang berfungsi untuk menyangga dan mempertinggi letak
suatu benda. Pada tower ini direncanakan dengan tinggi 5 meter menyangga kincir
angin untuk mendapatkan tangkapan angin yang efektif.
Perhitungan tower ini menggunakan software STAAD PRO yang berasal dari
kata Structural Analysis And Design, atau dalam bahasa Indonesia : Analisis dan
Perencanaan Struktur. Program ini dibuat berdasarkan penelitian dari Tim Research
Engineers Inc. (REI) California USA, yang pemodelan struktur dan perhitungan
digunakan Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) yang didasarkan pada suatu
konsep di mana suatu kontinum dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang
disebut elemen hingga Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan satu atau lebih titik
simpul (node/joint) dan membentuk sebuah geometri struktur. Proses pembagian elemen
tersebut dinamakan dengan deskretisasi.
Langkah selanjutnya, dimulai dari menganalisa elemen yang telah terbagi
sebagai elemen yang lebih kecil dan sederhana.Kemudian dilakukan penyusunan dan
penggabungan elemen tersebut untuk mendapatkan sifat dari strucktur secara
36
keseluruhan.Metode ini sangat fleksibel dan tersstruktur serta sangat akrab dengan
computer.Selain itu tingkat ketepatan hitungan (presisi) sangat mendakti nilai eksak
yang tentunya tergantung seberapa banyak kita mendeskretisasi suatu bidang menjadi
bagian yang lebih kecil.