BANGUNAN AIR
Kebutuhan Air Irigasi
Fakultas : FTI
Tatap Muka
4
Kode Matakuliah : 52233304 – Irigasi dan Bangunan Air
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan kebutuhan air untuk tanaman, kehilangan air dan
penetapan debit rencana pengambilan air dari sungai / intak.
1
A. KEBUTUHAN AIR
1. Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu
proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan
lahan adalah:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah:
a. Tersedianya tenaga kerja dan temak penghela atau traktor untuk menggarap tanah
b. Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi
sawah atau padi ladang kedua.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, kondisi sosial, budaya yang ada di daerah penanaman
padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah
irigasi baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku
didaerah-daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk
menyelesaikan penyiapan lahan diseluruh petak tersier.
Jika untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara luas, maka jangka
waktu penyiapan lahan akan diambil 1 bulan. Perlu diingat bahwa transplantasi (perpindahan bibit
ke sawah) mungkin sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier
dimana pengolahan sudah selesai.
2
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Untuk tanah berteksturberat tanpa retak-retak, kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil
200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.
2. Penggunaan Konsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses fotosintesis
dari tanaman tersebut. Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut:
3
𝐸𝑡𝑐 = 𝐾𝑐 . 𝐸𝑡𝑜
Dengan:
𝐸𝑡𝑐 = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
𝐸𝑡𝑜 = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
𝐾𝑐 = koefisien tanaman
3. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan
karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai I - 3 mm/hari. Pada tanah-tanah
yang lebih ringan, lalu perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian
dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk
pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju
perkolasi, tinggi muka air tanah juga harns diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya
air melalui tanggul sawah.
4
irigasi didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman, jenis tanah, cara pemberian air, cara
pengelolaan tanah, banyaknya turun hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan
saluran/bangunan dan eksploitasi. Banyaknya air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Ir = S + Et + P – Re
dengan :
Ir = Kebutuhan air untuk irigasi
S = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan
Et = Evapotranspirasi: Crop Consumptive Use
Re = Curah hujan efektif
5
b. Penggunaan Konsumtif
Seperti halnya untuk padi, dianjurkan bahwa untuk indeks evapotranspirasi dipakai rumus
evapotranspirasi Penman yang dimodifikasi, sedangkan cara perhitungannya bisa menurut cara
FAG atau cara Nedeco/Prosida.
Dalam penjabaran harga-harga koefisien ini untuk dipakai secara umum di Indonesia, asumsi
harga-harga berikut:
a. Evapotranspirasi harian 5 mm
b. Kecepatan angin antara 0 dan 5 m/dt
c. Kelembaban relatif minimum 70%
d. Frekuensi irigasi/curah hujan per 7 hari.
Apabila harga-harga kisaran tersebut dirasa terlalu penyimpang atau tidak sesuai dengan
keadaan daerah lapangan, maka dianjurkan agar harga-harga koefisien dijabarkan langsung dari
FAG Guideline.
Jika harga-harga jangka waktu pertumbuhan berbeda dari harga-harga yang ditunjukkan, maka
dianjurkan agar harga-harga koefisien dihitung dari histogram-histogram tersebut dengan skala
waktu yang dikonversi.
c. Perkolasi
Pada tanaman ladang, perkolasi air ke dalam lapisan tanah bawah hanya akan terjadi setelah
pemberian air irigasi. Dalam mempertimbangkan efisiensi irigasi, perkolasi hendaknya
diperhitungkan.
6
Curah hujan rencana = 187,14 mm
Pola tanam = Padi Dalam - Padi Ganjah
Awal Tanam adalah bulan September
Koefisien pada bulan kedua = 1,2
Perkolasi pada bulan kedua = 155mm
Pengolahan tanah = 170mm
Curah hujan efektif = 0,7 x 187,14 = 131mm
Pemakaian konsumtif = 1,2 x 153,45 = 171,86
Kebutuhan air untuk tanaman = 171,86 + 155 = 326,86mm
Kebutuhan air di sawah = 326,86 + 170 – 131 = 365,86 mm
Kebutuhan air di sawah = 365,86 x 1 ha x (10000 x 31 x 24 x 3600)/1000 = 1,37
lt/dt.ha
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Daftar Pustaka
Ansori, Mohamad Bagus. Edijatno. Soesanto, Soekibat Roedy. 2018. Irigasi dan Bangunan Air:
Modul Kuliah. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
Tim Penyusun. Irigasi dan Bangunan Air. Universitas Gunadarma. Jakarta.
Tim Penyusun. 2013. Standar Perencanaan Irigasi: Kriteria Perencaaan Bagian Jaringan Irigasi
KP – 01. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta
21