PENDAHULUAN
1
neraca air, neraca air surplus dan defisit bulanan dan tahunan, volume bulanan, serta
Indeks Penggunaan Air (IPA).
2
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, yang menyatakan tingkat
kekritisan sumber daya air di Indonesia.
Tersedianya informasi Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan pada Wilayah
Sungai di Jawa Timur diharapkan dapat membantu memperkirakan, merencanakan dan
mengelola sumber daya air di wilayah sungai.
Rumusan masalah Neraca Air Wilayah Sungai di Jawa Timur dijelaskan sebagai
berikut.
1. Bagaimana hasil perhitungan neraca air global masing-masing wilayah sungai di
Jawa Timur?
2. Bagaimana indeks klasifikasi neraca air di Jawa Timur?
Lingkup pembahasan dari Neraca Air Wilayah Sungai di Jawa Timur di Jawa
Timur ini diantaranya sebagai berikut.
1. Analisis ketersediaan air
2. Analisis kebutuhan air
1.4. Tujuan
Perhitungan neraca air wilayah sungai di Jawa Timur dimaksudkan untuk
memberikan informasi mengenai neraca ketersediaan air permukaan dan kebutuhan air
rumah-tangga, perkotaan dan industri, irigasi, dan aliran pemeliharaan sungai pada
seluruh wilayah sungai di Jawa Timur. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran
bagi para pengguna informasi, mengenai kondisi ketersediaan air permukaan dan
kebutuhan air pada wilayah sungai di Jawa Timur, sebagai masukan dalam penyusunan
strategi pendayagunaan sumber daya air, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun
tingkat wilayah sungai.
3
1.5. Manfaat
Manfaat dari perhitungan neraca air wilayah sungai di Jawa Timur di Jawa
Timur sebagai berikut :
4
BAB II
METODE
5
2.2.1. Pengumpulan Data
Data statis yang dikumpulkan antara lain:
a. Informasi Geospasial Dasar;
b. Peta dan luas daerah aliran sungai (DAS) dan wilayah sungai (WS);
c. Skematisasi sistem aliran sungai yang menunjukkan penggunaan air;
d. Peta lokasi prasarana sumber daya air.
Data dinamis yang harus dikumpulkan antara lain:
a. Peta lokasi titik pengambilan air;
b. Data debit runtut waktu (time series) rata - rata harian, 10 harian, tengah -
bulanan, atau bulanan minimal 10 tahun atau melalui kajian khusus pada
kondisi dan lokasi tertentu;
c. Data hujan rata - rata harian minimum 10 tahun atau melalui kajian khusus
pada kondisi dan lokasi tertentu;
d. Data statistik meliputi data kependudukan, peternakan, perikanan,
perindustrian
e. Data penggunaan air, yang terdiri dari:
Data irigasi, meliputi:
1) Luas daerah irigasi;
2) Pola dan jadwal tanam dan kebutuhan air persatuan waktu.
Data non irigasi (pengguna lainnya), meliputi:
1) Lokasi titik pengambilan;
2) Jenis penggunaan air (Air baku, Industri, PLTA, Peternakan,
perikanan/kolam, pariwisata/pelayaran, debit minimum untuk
kebutuhan pemeliharaan lingkungan);
3) Bagi perusahaan pemanfaat air perlu dilengkapi dengan surat
perijinan, masa berlaku surat tersebut, dan debit air yang diijinkan.
Debit andalan yang digunakan adalah debit andalan Q80%, yaitu debit
dengan kemungkinan terlampaui 80%. Pada metode debit andalan, ketersediaan
air diperhitungkan berdasarkan analisis data aliran dengan tingkat resiko
kegagalan tertentu. Tingkat resiko kegagalan tergantung dari besarnya resiko yang
6
dapat diterima. Untuk menentukan debit andalan digunakan metode lengkung
kekerapan/ranking.
Metode lengkung kekerapan/ranking menghitung debit andalan dengan cara
menyusun data debit dari kecil ke besar. Debit andalan dengan probabilitas 80%
ditentukan berdasarkan urutan data sesuai dengan rumus penetapan ranking
sebagai berikut:
P = R/(N + 1)
Keterangan
R = ranking
N = jumlah data
P = peluang
Metode ini digunakan dalam perhitungan debit andalan, yang kemungkinan
terlampaui sebesar 80% dan kegagalan yang mungkin terjadi adalah sebesar 20%,
atau nilai P adalah sebesar 0,8. Estimasi debit pada suatu lokasi berdasarkan atas
perbandingan luas DAS dari pos duga air dengan lokasi yang akan dihitung dan
dengan atau tidak mempertimbangkan faktor curah hujan.
Metode F.J. Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran
permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan
neraca air bawah tanah.
Neraca air di atas permukaan tanah, meliputi daya serap (soil storage)
terhadap hujan netto (hujan setelah dikurangi evapotranspirasi aktual) yang akan
mempengaruhi kondisi kelembaban tanah (soil moisture contents). Neraca air ini
akan menyumbangkan (atau bisa juga tidak) aliran langsung (direct run off) yang
merupakan kelebihan air setelah dikurangi dengan laju infiltrasi berdasarkan
koefisien infiltrasi yang ditetapkan.
Neraca air di bawah permukaan sangat dipengaruhi oleh laju infiltrasi dan
perkolasi yang mencapai muka air tanah. Neraca air akan mempengaruhi kondisi
kandungan air tanah (storage volume) yang berubah dari waktu ke waktu
sehingga pada akhirnya akan memberikan sumbangan (bisa juga tidak) berupa
aliran dasar yang dapat menuju ke dalam sungai.
Prosedur perhitungan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Evaporasi aktual (Eta) Eta = Etp - E
7
Nd = N-Nr
Sehingga Eta = Etp – (Etp.(N-Nr)/N.m)
2. Neraca air di permukaan Rnet = (R-Eta)
3. Daya serap tanah atas air (SS), diawali simulasi jika Rnet > SMC, maka SS = 0
precipitation limited
base flow
evapotranspiration
infiltrattion interflow
ground
water
8
irigasi. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi ini selanjutnya dibandingkan
dengan data pengambilan air untuk irigasi dari bendung-bendung yang
datanya tersedia.
Kebutuhan air irigasi ini meliputi pemenuhan kebutuhan air untuk
keperluan pertanian secara umum. Selain untuk memenuhi kebutuhan air di
areal persawahan juga untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan
peternakan dan perikanan. Kebutuhan air untuk irigasi diperkirakan dari
perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhannya persatuan luas.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan
untuk penyiapan air (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc),
perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan
efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A). Besarnya
kebutuhan air irigasi di hitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:
Keterangan
IG = kebutuhan air irigasi (m3)
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi
(mm/hari)
ER = hujan
efektif (mm/hari)
IE = efisiensi
irigasi (-)
A = luas areal irigasi (m2)
9
n
kecerahan matahari bulanan ( ), kecepatan angin bulanan rerata (u),
N
letak lintang daerah (LL), angka koreksi (c). Nilai angka koreksi untuk
metode Penman dapat dicari pada Tabel 5.1 berikut ini
Tabel 2.1 Angka Koreksi (c) Bulanan Untuk Rumus Penman Modifikasi
Bul Ja Fe M A M Ju Ju A Se O N De
an n b ar pr ei n l gs p kt ov s
1, 1, 1,1 0, 0, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1,
C
10 10 0 90 90 90 90 00 00 00 00 00
Sumber: Limantara, 2010:30
Nilai εγ , w,dan f(t) pada metode Penman Modifikasi dapat dicari pada
Tabel 2.2 berikut ini.
10
t εγ t Εγ t εγ
(ºC (mb w f (t) (ºC (mb w f (t) (ºC (mb w f (t)
11
Nilai Rγ untuk metode Penman Modifikasi dapat dicari pada Tabel 5.3 berikut.
12
13
Kebutuhan Air Konsumtif (Etc)
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air konsumtif
dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (Kc). Persamaan umum yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
Etc = Eto × Kc
Keterangan :
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
Eto = evapotranspirasi (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman (-)
Evapotranspirasi dapat di hitung dengan metode Penman dan nilai Kc
mengikuti cara FAO.
Tabel 2.4 Harga-harga Koefisien Tanaman Periode 10 Harian
Hari Kc
Ke- Padi Kacang Tanah Jagung Kedelai Buncis Tebu
10 1,2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,55
20 1,2 0,503 0,53 0,6 0,5 0,88
30 1,2 0,51 0,59 0,75 0,64 0,90
40 1,28 0,61 0,837 1 0,89 1
50 1,347 0,723 0,99 1 0,9 1,05
60 1,4 0,85 1,05 1 0,95 0,8
70 1,367 0,917 1,03 0,88 0,95 0,6
80 1,313 0,95 0,997 0,67 0,91
90 1,24 0,95 0,95 0,45 0,88
100 1,16 0,95
110 0,747 0,95
120 0 0,55
Sumber: Standart Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01, 1986:164
14
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan;
Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air penyiapan lahan yang didasarkan pada lajuan air konstan dalam
liter/detik selama periode penyiapan air dihitung dengan metode yang
dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra.
k
Me MT
IR = k M = Eo + P K=
e −1 S
Keterangan :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di
sawah yang sudah jenuh
Eo = Evapotranspirasi didaerah terbuka yang diambil 1,1 Eto selama
penyiapan lahan
(mm/hari)
P = Perkolasi
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)
e = Bilangan dasar (2,718)
Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan, diberikan oleh Dirjen Pengairan Dep.
PU seperti Tabel 2.5 berikut ini.
15
Tabel 2.5 Kebutuhan Air Irigasi Selama Penyiapan Lahan (IR)
M Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13 8,8 9,8
6 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12 13,6 9,4 10,4
7 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8 13 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14 15,5 11,6 12,5
10 14,3 15,8 12 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11 15 16,5 12,8 13,6
Sumber: Standart Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 Lampiran II, 2013:165
Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan air digunakan T = 30 hari dan S
= 250 mm. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk penggenangan setelah
transplantasi, yaitu sebesar 50 mm serta kebutuhan untuk persemaian.
Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah daerah tinjauan yang
dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan lahannya.
Pada tanah lempung berat dengan pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Untuk jenis tanah pasir, laju perkolasi dapat mencapai
4-6 mm/hari.
16
Tabel 2.6 Perkolasi (P)
Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Rencana Alokasi Sumber Daya Air Tahunan, 2022
17
Efisiensi irigasi merupakan indikator utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan
irigasi. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil
akan hilang, baik di saluran maupun di petak sawah.
Tabel 2.7 Efisiensi Irigasi (IE)
Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Rencana Alokasi Sumber Daya Air Tahunan, 2022
18
(L/O/H), besar kebutuhan tergantung dari kategori kota berdasarkan jumlah
penduduk, yaitu :
Tabel 2.8 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Per Orang Per Hari Menurut
Kategori Kota
No Kategori Kota Jumlah penduduk Kebutuhan air bersih
(Jiwa) (L/O/H)
1. Semi urban (ibu kota 3 000 – 20 000 60 - 90
kecamatan/desa)
2. Kota kecil 20 000 – 100 000 90 - 110
3. Kota sedang 100 000 – 500 000 100- 125
4. Kota besar 500 000 – 1 000 000 120 - 150
5. Metropolitan > 1 000 000 150 - 200
Sumber: SNI 6728.1 : 2015
19
luas air industri;
jenis/tipe industri.
Keterangan:
Qe = kebutuhan air untuk ternak (l/hari)
q(1) = kebutuhan air untuk sapi, kerbau, dan kuda (t/ekor/hari)
q(2) = kebutuhan air untuk kambing dan domba (l/ekor/hari)
q(3) = kebutuhan air untuk unggas(l/ekor/hari)
20
P(1) = jumlah sapi, kerbau, dan kuda (ekor)
P(2) = jumlah kambing dan domba (ekor)
P(3) = jumlah unggas (ekor)
Besar kebutuhan air untuk ternak dijabarkan pada Tabel 2.
Table 2.9 Kebutuhan air untuk ternak
Jenis ternak Kebutuhan air (l/ekor/hari)
Sapi/kerbau/kuda 40
Kambing/domba 5
Babi 6
Unggas 0,6
Sumber: SNI 6728.1 : 2015
2.3.5. Kebutuhan Air Pemeliharaan Sungai
Perlindungan aliran pemeliharaan sungai dilakukan dengan
mengendalikan ketersediaan debit andalan 95%, yaitu aliran air (m3/detik) yang
selalu tersedia dalam 95% waktu pengamatan, atau hanya paling banyak 5%
kemungkinannya aliran tersebut tidak tercapai. Dalam hal debit andalan 95%
tidak tercapai, pengelola sumber daya air harus mengendalikan pemakaian air di
hulu.
Dengan demikian besarnya kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai
dihitung berdasarkan debit andalan Q 95% dari data ketersediaan air yang ada.
21
6. WS Baru - Bajulmati
7. WS Madura – Bawean
Pengelolaan Sumber Daya Air di Jawa Timur yang didasarkan pada
Wilayah Sungai termasuk di dalamnya Pelaksanaan Pengendalian dan
Penanggulangan Bencana Banjir terdapat 2 (dua) kewenangan yaitu Kewenangan
Pemerintah Pusat dan kewenangan Pemerintah Provinsi. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 04 Tahun 2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, yang menjadi Kewenangan
Pemerintah Provinsi dibagi menjadi :
1. WS. Welang Rejoso
2. WS. Pekalen Sampean
3. WS. Bondoyudo Bedadung
4. WS. Baru Bajulmati
5. WS. Madura Bawean
Yang dikelola oleh Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur.
22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Kebutuhan Air
Rencana kebutuhan air
Ruas Kajangan - Tempuran - Napel 2.484 4.906 5.288 9.575 11.221 17.869 19.654 23.648 24.822 15.066 19.318 11.064 5.599 4.717 3.859 3.654 2.906 2.726 2.513 2.143 2.061 2.032 1.791 1.478
Ruas Sekayu - Bendung Jati 1.515 1.542 1.612 2.318 4.053 4.557 4.788 5.441 5.745 4.768 4.039 4.462 3.595 1.808 2.687 1.566 1.625 1.103 1.305 0.981 1.266 0.968 0.705 0.568
Ruas Bendung Jati - Ahmad Yani 0.681 0.741 0.793 0.984 1.839 2.281 1.882 2.597 3.080 1.639 1.891 0.926 0.405 0.364 0.353 0.333 0.312 0.274 0.262 0.241 0.230 0.220 0.236 0.241
Ruas Ahmad Yani - Ketonggo 1.931 2.924 3.182 3.615 3.149 4.332 6.000 5.188 5.133 4.068 5.017 4.119 2.871 2.067 1.192 1.210 0.494 0.582 1.487 0.783 0.403 1.275 1.217 1.240
Ruas Napel - Cepu 1.180 5.081 6.324 9.436 11.955 16.694 20.848 25.048 25.130 16.525 19.491 12.236 5.926 3.573 2.635 2.595 1.917 1.596 1.443 1.310 1.192 1.127 0.825 0.717
Ruas Cepu - Bendung Gerak Bojonegoro 1.942 7.142 6.398 11.268 16.515 21.192 28.053 31.632 30.243 21.502 26.400 15.390 9.140 6.495 5.688 5.096 4.482 4.171 4.126 3.823 3.715 3.655 2.994 2.818
Ruas Bendung Gerak Bojonegoro - Bendung Gerak Babat 3.701 4.908 9.696 14.749 11.264 20.934 31.229 32.292 28.140 18.401 24.618 16.388 15.569 17.923 16.211 14.269 14.505 14.066 13.127 10.358 8.454 9.128 9.720 10.627
Ruas Bendung Gerak Babat - Bendung Gerak Sembayat 1.714 3.646 4.998 7.157 10.814 23.875 32.694 41.746 43.596 25.524 33.636 16.324 15.571 14.375 9.857 9.705 7.165 6.810 7.464 7.526 7.739 7.493 5.002 4.843
Ruas Bendung Gerak Sembayat-Laut 0.280 2.115 3.399 5.450 9.393 21.742 29.799 38.422 40.179 23.011 26.754 10.307 5.626 4.148 2.519 2.508 1.380 1.043 0.680 0.739 1.120 1.117 0.861 0.857
Ruas Kajangan - Tempuran - Napel 47.193 93.205 100.466 181.926 213.200 339.510 373.417 449.310 471.609 286.250 367.041 210.220 106.376 89.615 73.313 69.418 55.219 51.785 47.753 40.712 39.157 38.606 34.034 28.085
Ruas Sekayu - Bendung Jati 7.674 8.126 5.443 9.852 16.547 22.332 24.850 36.553 48.694 19.087 21.637 8.264 0.063 0.123 -0.120 -0.041 0.218 -0.282 -0.370 -0.546 -1.109 -0.796 0.361 0.557
Ruas Bendung Jati - Ahmad Yani 9.939 11.076 12.074 15.705 31.934 40.333 32.760 46.338 55.517 28.140 32.934 14.585 4.697 3.907 3.708 3.326 2.937 2.213 1.979 1.570 1.378 1.180 1.491 1.575
Ruas Ahmad Yani - Ketonggo 36.681 55.565 60.467 68.684 59.839 82.307 114.004 98.580 97.526 77.283 95.329 78.267 54.558 39.273 22.652 22.987 9.390 11.063 28.250 14.872 7.666 24.225 23.131 23.552
Ruas Napel - Cepu 19.426 93.545 117.162 176.281 224.154 314.187 393.103 472.911 474.472 310.968 358.735 220.876 101.000 56.296 38.469 37.698 24.814 18.719 15.826 13.296 11.049 9.815 8.871 6.816
Ruas Cepu - Bendung Gerak Bojonegoro 21.544 120.331 106.203 198.733 292.430 381.292 511.639 579.639 559.262 393.183 443.999 234.806 116.059 65.808 50.476 39.232 27.566 21.641 20.788 15.028 12.984 11.851 6.087 2.748
Ruas Bendung Gerak Bojonegoro - Bendung Gerak Babat 7.284 30.479 140.461 236.468 110.366 219.196 450.520 510.368 446.217 241.703 298.900 162.663 87.171 37.833 22.764 23.070 12.349 5.785 4.375 6.264 4.449 2.591 2.978 -4.148
Ruas Bendung Gerak Babat - Bendung Gerak Sembayat 5.290 41.989 67.675 108.699 181.627 428.528 595.763 768.244 803.394 460.026 524.152 195.218 80.677 50.741 25.285 25.197 16.435 9.700 2.439 3.617 -2.083 -3.136 -1.271 -2.661
Ruas Bendung Gerak Sembayat-Laut 5.314 40.178 64.580 103.553 172.366 406.981 566.175 730.009 763.402 437.202 497.585 185.097 75.161 47.064 23.330 23.114 15.480 9.082 2.183 3.302 -0.837 -0.899 -0.675 -0.748
23
Gambar 3.2. Grafik Neraca Air WS. Brantas
Sumber: Hasil Analisis, 2023
40.00
20.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Gambar 3.3. Grafik Neraca Air WS. Madura Bawean
Sumber: Hasil Analisis, 2023
24
Tabel 3.4. Perhitungan Neraca Air WS Pekalen Sampean
Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
1 WS Pekalen Bondowoso - a. Ketersediaan Air
Sampean Situbondo - Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 82.18 112.68 96.49 94.75 76.66 64.69 53.06 46.64 41.48 40.92 42.27 55.49 67.28
Probolinggo 1. Q 80 (hujan aliran) : 82.18 112.68 96.49 94.75 76.66 64.69 53.06 46.64 41.48 40.92 42.27 55.49 67.28
b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 83.74 72.62 64.96 67.15 68.54 44.92 43.14 42.82 47.03 84.60 89.67 98.26 67.29
1. Keb. Air Domestik : 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61
2. Keb. Air Non Domestik : 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24
3. Keb. Air Industri : 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.64 0.64 0.64 0.64 0.36 0.36 0.45
4. Keb. Air Irigasi : 76.66 64.02 57.16 59.45 61.74 38.72 37.23 37.23 41.70 79.31 84.59 92.52 60.86
5. Keb. Air Perikanan : 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76
6. Pemeliharaan sungai : 4.11 5.63 4.82 4.74 3.83 3.23 2.65 2.33 2.07 2.05 2.11 2.77 3.36
c. Neraca Air : -1.55 40.05 31.53 27.59 8.12 19.77 9.92 3.83 -5.55 -43.68 -47.40 -42.78 -0.01
Status Neraca Air : D S S S S S S S D D D D D
b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 69.22 62.75 70.53 56.18 96.92 43.47 75.80 49.99 46.76 30.11 34.75 40.65 56.43
1. Keb. Air Domestik : 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68
2. Keb. Air Non Domestik : 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
3. Keb. Air Industri : 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62
4. Keb. Air Irigasi : 61.17 51.41 59.23 45.59 87.52 34.45 67.67 42.59 39.75 23.66 28.39 33.12 47.88
5. Keb. Air Perikanan : 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58
6. Keb. Air Peternakan : 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
7. Pemeliharaan sungai : 3.83 7.12 7.08 6.36 5.17 4.79 3.90 3.18 2.78 2.23 2.13 3.29 4.32
c. Neraca Air : 7.29 79.65 71.05 71.09 6.51 52.41 2.20 13.57 8.92 14.39 7.82 25.25 30.01
Status Neraca Air : S S S S S S S S S S S S S
25
Gambar 3.5. Grafik Neraca Air WS. Baru Bajulmati
Sumber: Hasil Analisis, 2023
26
Tabel 3.7. Perhitungan Neraca Air WS Bondoyudo Bedadung
Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
a. Ketersediaan Air
Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 306.21 476.92 425.43 422.46 361.27 302.61 264.58 218.92 190.94 160.91 187.27 305.14 301.89
1. Q 80 (hujan aliran) : 306.21 476.92 425.43 422.46 361.27 302.61 264.58 218.92 190.94 160.91 187.27 305.14 301.89
b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 161.20 160.92 149.16 158.64 155.58 149.44 99.16 96.88 95.48 93.98 172.90 222.90 143.02
Kabupaten 1. Keb. Air Domestik : 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82
WS Bondoyudo Lumajang dan 2. Keb. Air Non Domestik : 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42
1
Bedadung Kabupaten 3. Keb. Air Industri : 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24
Jember 4. Keb. Air Irigasi : 139.07 130.25 121.07 130.69 130.69 127.48 79.11 79.11 79.11 79.11 156.71 200.82 121.10
5. Keb. Air Perikanan : 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05
6. Keb. Air Peternakan : 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30
5. Pemeliharaan sungai : 15.31 23.85 21.27 21.12 18.06 15.13 13.23 10.95 9.55 8.05 9.36 15.26 15.09
c. Neraca Air : 145.00 316.00 276.27 263.82 205.69 153.17 165.42 122.04 95.46 66.93 14.38 82.25 158.87
Status Neraca Air : S S S S S S S S S S S S S
Dari hasil analisa dan perhitungan neraca air di Jawa Timur Tahun 2022/2023
didapatkan total ketersediaan air sebesar 35.093,68 juta m3/tahun, sedangkan
total kebutuhan airnya sebesar 25.008,65 juta m3/tahun. Berdasarkan
ketersediaan air dan kebutuhan air dalam 1 tahun dinyatakan surplus sebesar
10. 085,03 juta m3/tahun. Rekapitulasi hasil analisa dan perhitungan neraca air
di Jawa Timur Tahun 2022 bisa dilihat pada Tabel 3.8.
27
Tabel 3.8. Neraca Tahunan
Ketersediaan Air Kebutuhan Air Neraca Air
No Wilayah Sungai Kab Kota Total Domestik Non Domestik Industri Pertanian Perikanan Peternakan Pemeliharaan Total Selisih Status NA
Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta
m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun
Malang Pasuruan
1 Welang Rejoso 1996.43 178.07 26.71 220.21 642.98 147.57 8.91 91.40 1315.85 680.58 S
Probolinggo
Probolinggo, Situbondo,
2 Pekalen Sampean 2611.47 34.76 5.21 20.22 2097.02 2.04 119.71 2278.96 332.51 S
Bondowoso
3 Bondoyudo Bedadung Lumajang, Jember 4648.92 75.02 11.25 39.11 3012.46 224.71 3362.55 1286.37 S
Bangkalan, Sampang,
4 Madura Bawean Sumenep, Pamekasan, P. 1601.06 99.50 14.94 14.35 495.28 44.87 10.15 77.69 756.78 844.28 S
Bawean
5 Baru Bajulmati Banyuwangi 2623.32 39.98 6.00 19.42 1043.42 49.73 3.87 110.90 1273.32 1350.00 S
Total 35093.68 952.69 167.87 1742.60 19503.45 1186.18 99.38 1356.48 25008.65 10085.03 S
28
Tabel 3.9. Indeks Klasifikasi Neraca Air
No Wilayah Sungai Kab Kota Indeks Klasifikasi Neraca Air
Klasifikasi IPA Klasifikasi
NSA IPA
Malang Pasuruan
1 Welang Rejoso III 0.66 I
Probolinggo
Probolinggo, Situbondo,
2 Pekalen Sampean IV 0.87 I
Bondowoso
Dari hasil analisa dan perhitungan neraca air di Jawa Timur Tahun 2022/2023
didapatkan Indeks Klasifikasi Neraca Air 0,71.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa dan perhitungan neraca air di Jawa Timur Tahun
2022/2023 didapatkan total ketersediaan air sebesar 35.093,68 juta m3/tahun,
sedangkan total kebutuhan airnya sebesar 25.008,65 juta m3/tahun. Berdasarkan
ketersediaan air dan kebutuhan air dalam 1 tahun dinyatakan surplus sebesar 10.
085,03 juta m3/tahun dengan Indeks Klasifikasi Neraca Air 0,71.
4.2. Saran
Analisis selanjutnya diharapkan dapat memperhitungkan neraca air DAS
Prioritas beserta kalibrasinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
31