Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semakin meningkatnya pemenuhan kebutuhan air, ketersediaan air dapat
mengalami kondisi kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Pada musim
kemarau jumlah air yang tersedia cenderung mengalami defisit, namun sebaliknya
musim penghujan jumlah air yang tersedia semakin meningkat. Kondisi ketersediaan air
yang mengalami defisit maupun surplus memerlukan adanya penanganan.
Neraca air adalah keseimbangan antara kebutuhan air dengan jumlah air yang
tersedia. Dengan memahami neraca air pada suatu wilayah sungai, maka dapat
diidentifikasikan seberapa kritis kondisi kekurangan air yang dapat terjadi, atau seberapa
rawan terhadap kekeringan pada wilayah sungai yang bersangkutan. Pada prinsipnya
neraca air terbagi atas tiga bagian, yaitu ketersediaan air yang biasa dinyatakan dalam
bentuk ketersediaan rata-rata dan ketersediaan yang dapat diandalkan dengan
kemungkinan sukses 80%, kebutuhan air untuk berbagai keperluan, dan neraca
keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Adapaun manfaat neraca air diantaranya mengetahui kondisi penggunaan air
atau kebutuhan air dibandingkan dengan jumlah air yang tersedia, untuk penyusunan
pola dan rencana pengelolaan sumber daya air, untuk penyusunan alokasi air, dan untuk
penyusunan rekomtek penggunaan air.
Neraca air pada Wilayah Sungai di Jawa Timur ini merupakan hasil studi Bidang
Perencanaan Sumber Daya Air. Ketersediaan air dihitung menggunakan model
Dr.Mock. Metode Mock memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan
karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Kebutuhan air yang dikaji meliputi
kebutuhan air untuk rumah tangga, perkotaan dan industri, irigasi, dan aliran
pemeliharaan sungai. Neraca air dihitung dalam tiga jenis, yaitu indeks klasifikasi

1
neraca air, neraca air surplus dan defisit bulanan dan tahunan, volume bulanan, serta
Indeks Penggunaan Air (IPA).

2
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, yang menyatakan tingkat
kekritisan sumber daya air di Indonesia.
Tersedianya informasi Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan pada Wilayah
Sungai di Jawa Timur diharapkan dapat membantu memperkirakan, merencanakan dan
mengelola sumber daya air di wilayah sungai.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah Neraca Air Wilayah Sungai di Jawa Timur dijelaskan sebagai
berikut.
1. Bagaimana hasil perhitungan neraca air global masing-masing wilayah sungai di
Jawa Timur?
2. Bagaimana indeks klasifikasi neraca air di Jawa Timur?

1.3. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dari Neraca Air Wilayah Sungai di Jawa Timur di Jawa
Timur ini diantaranya sebagai berikut.
1. Analisis ketersediaan air
2. Analisis kebutuhan air

1.4. Tujuan
Perhitungan neraca air wilayah sungai di Jawa Timur dimaksudkan untuk
memberikan informasi mengenai neraca ketersediaan air permukaan dan kebutuhan air
rumah-tangga, perkotaan dan industri, irigasi, dan aliran pemeliharaan sungai pada
seluruh wilayah sungai di Jawa Timur. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran
bagi para pengguna informasi, mengenai kondisi ketersediaan air permukaan dan
kebutuhan air pada wilayah sungai di Jawa Timur, sebagai masukan dalam penyusunan
strategi pendayagunaan sumber daya air, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun
tingkat wilayah sungai.

3
1.5. Manfaat
Manfaat dari perhitungan neraca air wilayah sungai di Jawa Timur di Jawa
Timur sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi penggunaan air atau kebutuhan air dibandingkan dengan


jumlah air yang tersedia.
2. Untuk penyusunan Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Untuk penyusunan alokasi air.
4. Untuk penyusunan rekomtek penggunaan air.

4
BAB II
METODE

2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Kajian

Untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan metodologi yang terdiri dari


kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Diagram Alir


Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Rencana Alokasi Sumber Daya Air Tahunan, 2022

5
2.2.1. Pengumpulan Data
Data statis yang dikumpulkan antara lain:
a. Informasi Geospasial Dasar;
b. Peta dan luas daerah aliran sungai (DAS) dan wilayah sungai (WS);
c. Skematisasi sistem aliran sungai yang menunjukkan penggunaan air;
d. Peta lokasi prasarana sumber daya air.
Data dinamis yang harus dikumpulkan antara lain:
a. Peta lokasi titik pengambilan air;
b. Data debit runtut waktu (time series) rata - rata harian, 10 harian, tengah -
bulanan, atau bulanan minimal 10 tahun atau melalui kajian khusus pada
kondisi dan lokasi tertentu;
c. Data hujan rata - rata harian minimum 10 tahun atau melalui kajian khusus
pada kondisi dan lokasi tertentu;
d. Data statistik meliputi data kependudukan, peternakan, perikanan,
perindustrian
e. Data penggunaan air, yang terdiri dari:
Data irigasi, meliputi:
1) Luas daerah irigasi;
2) Pola dan jadwal tanam dan kebutuhan air persatuan waktu.
Data non irigasi (pengguna lainnya), meliputi:
1) Lokasi titik pengambilan;
2) Jenis penggunaan air (Air baku, Industri, PLTA, Peternakan,
perikanan/kolam, pariwisata/pelayaran, debit minimum untuk
kebutuhan pemeliharaan lingkungan);
3) Bagi perusahaan pemanfaat air perlu dilengkapi dengan surat
perijinan, masa berlaku surat tersebut, dan debit air yang diijinkan.

2.2. Analisis Ketersediaan Air

Debit andalan yang digunakan adalah debit andalan Q80%, yaitu debit
dengan kemungkinan terlampaui 80%. Pada metode debit andalan, ketersediaan
air diperhitungkan berdasarkan analisis data aliran dengan tingkat resiko
kegagalan tertentu. Tingkat resiko kegagalan tergantung dari besarnya resiko yang

6
dapat diterima. Untuk menentukan debit andalan digunakan metode lengkung
kekerapan/ranking.
Metode lengkung kekerapan/ranking menghitung debit andalan dengan cara
menyusun data debit dari kecil ke besar. Debit andalan dengan probabilitas 80%
ditentukan berdasarkan urutan data sesuai dengan rumus penetapan ranking
sebagai berikut:
P = R/(N + 1)
Keterangan
R = ranking
N = jumlah data
P = peluang
Metode ini digunakan dalam perhitungan debit andalan, yang kemungkinan
terlampaui sebesar 80% dan kegagalan yang mungkin terjadi adalah sebesar 20%,
atau nilai P adalah sebesar 0,8. Estimasi debit pada suatu lokasi berdasarkan atas
perbandingan luas DAS dari pos duga air dengan lokasi yang akan dihitung dan
dengan atau tidak mempertimbangkan faktor curah hujan.
Metode F.J. Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran
permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan
neraca air bawah tanah.
Neraca air di atas permukaan tanah, meliputi daya serap (soil storage)
terhadap hujan netto (hujan setelah dikurangi evapotranspirasi aktual) yang akan
mempengaruhi kondisi kelembaban tanah (soil moisture contents). Neraca air ini
akan menyumbangkan (atau bisa juga tidak) aliran langsung (direct run off) yang
merupakan kelebihan air setelah dikurangi dengan laju infiltrasi berdasarkan
koefisien infiltrasi yang ditetapkan.
Neraca air di bawah permukaan sangat dipengaruhi oleh laju infiltrasi dan
perkolasi yang mencapai muka air tanah. Neraca air akan mempengaruhi kondisi
kandungan air tanah (storage volume) yang berubah dari waktu ke waktu
sehingga pada akhirnya akan memberikan sumbangan (bisa juga tidak) berupa
aliran dasar yang dapat menuju ke dalam sungai.
Prosedur perhitungan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Evaporasi aktual (Eta) Eta = Etp - E

Dengan E = Etp. (Nd/N).m

7
Nd = N-Nr
Sehingga Eta = Etp – (Etp.(N-Nr)/N.m)
2. Neraca air di permukaan Rnet = (R-Eta)

3. Daya serap tanah atas air (SS), diawali simulasi jika Rnet > SMC, maka SS = 0

Selanjutnya SS = SMt – SMT-1


4. Kelembaban tanah (SM) SM = SMT-1 + SSt, dengan 0 < SM < SMC

5. Kelebihan air (WS) WS = Rnet – SS, dengan WS > 0

6. Infiltrasi (I) I = Ci. WS

7. Kandungan air tanah (V) Vt = 0,5 (1+k).I +k. Vt-1

8. Beda kandungan air tanah Dv = Vt – Vt-1

9. Aliran Dasar (BF) BF = I – Dv


10. Limpasan Langsung (DRO) DRO = WS – 1
11. Limpasan Permukaan (RO) RO = BF + DRO

precipitation limited
base flow
evapotranspiration

soil storage water surplus direct runoff river flow

infiltrattion interflow

ground
water

Gambar 2.2 Metode FJ Mock


Sumber: Standart Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01, 2015:199

2.3. Analisis Kebutuhan Air


2.3.1. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi dihitung menggunakan data areal tanam, jadwal
tanam, evapotranspirasi acuan, hujan efektif, jenis tanah, dan efisiensi saluran

8
irigasi. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi ini selanjutnya dibandingkan
dengan data pengambilan air untuk irigasi dari bendung-bendung yang
datanya tersedia.
Kebutuhan air irigasi ini meliputi pemenuhan kebutuhan air untuk
keperluan pertanian secara umum. Selain untuk memenuhi kebutuhan air di
areal persawahan juga untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan
peternakan dan perikanan. Kebutuhan air untuk irigasi diperkirakan dari
perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhannya persatuan luas.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan
untuk penyiapan air (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc),
perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan
efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A). Besarnya
kebutuhan air irigasi di hitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

Keterangan
IG = kebutuhan air irigasi (m3)
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi
(mm/hari)
ER = hujan
efektif (mm/hari)
IE = efisiensi
irigasi (-)
A = luas areal irigasi (m2)

Metode Penman Modifikasi


Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode Penman
Modifikasi data yang diperlukan lebih banyak dibandingkan metode-
metode sebelumnya. Untuk metode ini, data yang diperlukan adalah
suhu rerata bulanan (t), kelembaban relatif bulanan rerata (RH),

9
n
kecerahan matahari bulanan ( ), kecepatan angin bulanan rerata (u),
N
letak lintang daerah (LL), angka koreksi (c). Nilai angka koreksi untuk
metode Penman dapat dicari pada Tabel 5.1 berikut ini
Tabel 2.1 Angka Koreksi (c) Bulanan Untuk Rumus Penman Modifikasi
Bul Ja Fe M A M Ju Ju A Se O N De
an n b ar pr ei n l gs p kt ov s
1, 1, 1,1 0, 0, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1,
C
10 10 0 90 90 90 90 00 00 00 00 00
Sumber: Limantara, 2010:30
Nilai εγ , w,dan f(t) pada metode Penman Modifikasi dapat dicari pada
Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Hubungan t dengan εγ , w, f(t)


t εγ t Εγ t εγ
(ºC (mb w f (t) (ºC (mb w f (t) (ºC (mb w f (t)
) ar) ) ar) ) ar)
29,8 0,73 15,40 26, 34,2 0,75 15,96 28, 39,1 0,78 16,42
24
5 5 0 3 2 8 0 6 4 1 0
24, 30,0 0,73 15,42 26, 34,4 0,75 15,98 28, 39,3 0,78 16,44
1 3 6 5 4 2 9 0 7 8 2 0
24, 30,2 0,73 15,45 26, 34,6 0,76 16,00 28, 39,6 0,78 16,46
2 1 7 0 5 3 0 0 8 1 3 0
24, 30,3 0,73 15,47 26, 34,8 0,76 16,02 28, 39,8 0,78 16,48
3 9 8 5 6 3 1 0 9 4 4 0
24, 30,5 0,73 15,50 26, 35,0 0,76 16,04 40,0 0,78 16,50
29
4 7 9 0 7 4 2 0 6 5 0
24, 30,7 0,74 15,52 26, 35,2 0,76 16,06 29, 40,2 0,78 16,52
5 6 0 5 8 5 3 0 1 9 6 0
24, 30,9 0,74 15,55 26, 35,4 0,76 16,08 29, 40,5 0,78 16,54
6 4 1 0 9 6 4 0 2 1 7 0
24, 31,1 0,74 15,57 27, 35,6 0,76 16,10 29, 40,7 0,78 16,56
7 3 2 5 0 6 5 0 3 4 8 0

10
t εγ t Εγ t εγ
(ºC (mb w f (t) (ºC (mb w f (t) (ºC (mb w f (t)

) ar) ) ar) ) ar)


24, 31,3 0,74 15,60 27, 35,8 0,76 16,12 29, 40,9 0,78 16,58
8 1 3 0 1 8 6 0 4 6 9 0
24, 31,5 0,74 15,62 27, 36,0 0,76 16,14 29, 41,1 0,79 16,60
9 0 4 5 2 9 7 0 5 9 0 0
31,6 0,74 15,65 27, 36,3 0,76 16,16 29, 41,4 0,79 16,62
25
9 5 0 3 0 8 0 6 1 1 0
25, 31,8 0,74 15,67 27, 36,5 0,76 16,18 29, 41,6 0,79 16,64
1 8 6 5 4 0 9 0 7 4 2 0
25, 32,0 0,74 15,70 27, 36,7 0,77 16,20 29, 41,8 0,79 16,66
2 6 7 0 5 2 0 0 8 6 3 0
25, 32,2 0,74 15,72 27, 36,9 0,77 16,22 29, 42,0 0,79 16,68
3 6 8 5 6 4 1 0 9 9 4 0
25, 32,4 0,74 15,75 27, 37,1 0,77 16,24 42,3 0,79 16,70
30
4 5 9 0 7 6 2 0 1 5 0
25, 32,6 0,75 15,77 27, 37,3 0,77 16,26 30, 42,5 0,79 16,72
5 4 0 5 8 7 3 0 1 4 6 0
25, 32,8 0,75 15,80 27, 37,5 0,77 16,28 30, 42,7 0,79 16,74
6 3 1 0 9 9 4 0 2 6 7 0
25, 33,0 0,75 15,82 37,8 0,77 16,30 30, 42,9 0,79 16,76
28
7 3 2 5 1 5 0 3 9 8 0
25, 33,2 0,75 15,85 28, 38,0 0,77 16,32 30, 43,2 0,79 16,78
8 2 3 0 1 3 6 0 4 1 9 0
25, 33,4 0,75 15,87 28, 38,2 0,77 16,34 30, 43,4 0,80 16,80
9 2 4 5 2 5 7 0 5 4 0 0
33,6 0,75 15,90 28, 38,4 0,77 16,36 30, 43,6 0,80 16,82
26
2 5 0 3 8 8 0 6 6 1 0
26, 33,8 0,75 15,92 28, 38,7 0,77 16,38 30, 43,8 0,80 16,84
1 2 6 0 4 0 9 0 7 9 2 0
26, 34,0 0,75 15,94 28, 38,9 0,78 16,40 30, 44,1 0,80 16,86
2 2 7 0 5 2 0 0 8 1 3 0
Sumber: Limantara, 2010:31

11
Nilai Rγ untuk metode Penman Modifikasi dapat dicari pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 2.3 Harga Rγ Untuk Indonesia


(UntukIndonesia : 50 s/d 100 LS)
Bul LU (º) LS (º)
0
an 5 4 2 2 4 6 8 10
Jan 13,0 14,3 14,7 15,0 15,3 15,5 15,8 16,1 16,1
Feb 14,0 15,0 15,3 15,5 15,7 15,8 16,0 16,1 16,0
Mar 15,0 15,5 15,6 15,7 15,7 15,6 15,6 15,1 15,3
Apr 15,1 15,5 15,3 15,3 15,1 14,9 14,7 14,1 14,0
Mei 15,3 14,9 14,6 14,4 14,1 13,8 13,4 13,1 12,6
Jun 15,0 14,4 14,2 13,9 13,9 13,2 12,8 12,4 12,6
Jul 15,1 14,6 14,3 14,1 14,1 13,4 13,1 12,7 11,8
Ags 15,3 15,1 14,9 14,8 14,8 14,3 14,0 13,7 12,2
Sep 15,1 15,3 15,3 15,3 15,3 15,1 15,0 14,9 13,1
Okt 15,7 15,1 15,3 15,4 15,4 15,6 15,7 15,8 14,6
Nov 14,8 14,5 14,8 15,1 15,1 15,5 15,8 16,0 15,6
Des 14,6 14,1 14,4 14,8 14,8 15,4 15,7 16,0 16,0
Sumber: Limantara, 2010:27

12
13
Kebutuhan Air Konsumtif (Etc)
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air konsumtif
dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (Kc). Persamaan umum yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
Etc = Eto × Kc
Keterangan :
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
Eto = evapotranspirasi (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman (-)
Evapotranspirasi dapat di hitung dengan metode Penman dan nilai Kc
mengikuti cara FAO.
Tabel 2.4 Harga-harga Koefisien Tanaman Periode 10 Harian
Hari Kc
Ke- Padi Kacang Tanah Jagung Kedelai Buncis Tebu
10 1,2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,55
20 1,2 0,503 0,53 0,6 0,5 0,88
30 1,2 0,51 0,59 0,75 0,64 0,90
40 1,28 0,61 0,837 1 0,89 1
50 1,347 0,723 0,99 1 0,9 1,05
60 1,4 0,85 1,05 1 0,95 0,8
70 1,367 0,917 1,03 0,88 0,95 0,6
80 1,313 0,95 0,997 0,67 0,91
90 1,24 0,95 0,95 0,45 0,88
100 1,16 0,95
110 0,747 0,95
120 0 0,55
Sumber: Standart Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01, 1986:164

Kebutuhan Air Penyiapan Lahan (IR)


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sangat menentukan kebutuhan maksimum
air irigasi. Faktor - faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air
untuk penyiapan air adalah :

14
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan;
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air penyiapan lahan yang didasarkan pada lajuan air konstan dalam
liter/detik selama periode penyiapan air dihitung dengan metode yang
dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra.

k
Me MT
IR = k M = Eo + P K=
e −1 S
Keterangan :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di
sawah yang sudah jenuh
Eo = Evapotranspirasi didaerah terbuka yang diambil 1,1 Eto selama
penyiapan lahan
(mm/hari)
P = Perkolasi
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)
e = Bilangan dasar (2,718)
Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan, diberikan oleh Dirjen Pengairan Dep.
PU seperti Tabel 2.5 berikut ini.

15
Tabel 2.5 Kebutuhan Air Irigasi Selama Penyiapan Lahan (IR)
M Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13 8,8 9,8
6 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12 13,6 9,4 10,4
7 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8 13 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14 15,5 11,6 12,5
10 14,3 15,8 12 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11 15 16,5 12,8 13,6
Sumber: Standart Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 Lampiran II, 2013:165
Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan air digunakan T = 30 hari dan S
= 250 mm. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk penggenangan setelah
transplantasi, yaitu sebesar 50 mm serta kebutuhan untuk persemaian.

Kebutuhan Air Untuk Mengganti Lapisan Air (WLR/RW)


Penggantian lapisan air dilakukan dua kali, masing - masing ketebalan 50 mm
(atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah
transplantasi.

Perkolasi (P)

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah daerah tinjauan yang
dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan lahannya.
Pada tanah lempung berat dengan pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Untuk jenis tanah pasir, laju perkolasi dapat mencapai
4-6 mm/hari.

16
Tabel 2.6 Perkolasi (P)

Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Rencana Alokasi Sumber Daya Air Tahunan, 2022

Curah Hujan Efektif (ER/Re)

1. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi


Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari curah
hujan dengan kemungkinan kegagalan 20% atau curah hujan R80 , sedangkan
besarnya R80 diperoleh menggunakan metode basic year. Curah hujan efektif
diperoleh dari 70% x R80 per periode waktu pengamatan, sehingga persamaannnya
adalah sebagai berikut (KP-01,2013:186):
Re = R80 x 70%
Re = Curah hujan efektif tanaman padi (mm)
R80 = Curah hujan dengan probabilitas 80% (mm)
2. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Palawija
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman palawija ditentukan berdasarkan pada
70% dari curah hujan andalan 50%. Perhitungan curah hujan efektif untuk tanaman
palawija dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut (KP-01,2013:186):
Re = R50x 70%
Re = Curah hujan efektif tanaman palawija (mm)
R50 = Curah hujan dengan probabilitas 50% (mm)

Efisiensi irigasi (IE)

17
Efisiensi irigasi merupakan indikator utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan
irigasi. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil
akan hilang, baik di saluran maupun di petak sawah.
Tabel 2.7 Efisiensi Irigasi (IE)

Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Rencana Alokasi Sumber Daya Air Tahunan, 2022

Luas areal irigasi (A)


Proyeksi luas areal irigasi dapat diperkirakan dengan cara mempertimbangkan
potensi daerah irigasi yang masih dapat dikembangkan, ketersediaan airnya, dan
perkembangan jumlah penduduk.

2.3.2. Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan, Dan Industri (RKI)


Kebutuhan Air Rumah - Tangga, Perkotaan Dan Industri Dihitung Dengan
Menggunakan Data Statistik Kependudukan. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air
Bersih Dibandingkan Dengan Data Pengambilan Air Baku Oleh PDAM Terkait.
Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga (Domestik)
Kebutuhan air bersih rumah tangga adalah air yang diperlukan untuk rumah tangga
yang diperoleh secara individu dari sumber air yang dibuat oleh masing masing
rumah tangga seperti sumur dangkal, perpipaan atau hidran umum atau dapat
diperoleh dari layanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) PDAM.
Sumber air baku yang dipakai oleh PDAM terdiri dari air tanah, air permukaan
atau gabungan dari keduanya. Pemakaian air yang dipergunakan dipengaruhi oleh:
 jenis sumber air (sambungan ke rumah atau hidran umum);
 jenis pemakaian (toilet, mandi dll.);
 peralatan per rumah-tangga;
 penggunaan air di luar rumah (taman, cuci mobil dsb.);
 tingkat pendapatan.
Kebutuhan air bersih rumah tangga, dinyatakan dalam satuan Liter/Orang/Hari

18
(L/O/H), besar kebutuhan tergantung dari kategori kota berdasarkan jumlah
penduduk, yaitu :
Tabel 2.8 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Per Orang Per Hari Menurut
Kategori Kota
No Kategori Kota Jumlah penduduk Kebutuhan air bersih
(Jiwa) (L/O/H)
1. Semi urban (ibu kota 3 000 – 20 000 60 - 90
kecamatan/desa)
2. Kota kecil 20 000 – 100 000 90 - 110
3. Kota sedang 100 000 – 500 000 100- 125
4. Kota besar 500 000 – 1 000 000 120 - 150
5. Metropolitan > 1 000 000 150 - 200
Sumber: SNI 6728.1 : 2015

Kebutuhan Air Perkotaan (Komersial Dan Sosial) – Non Domestik


Kebutuhan air perkotaan yaitu untuk komersial dan sosial seperti toko, gudang,
bengkel, sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya diasumsikan antara 15%
sampai dengan 30% dari total air pemakaian air bersih rumah tangga. Semakin besar
dan padat penduduk akan cenderung lebih banyak memilki daerah komersial dan
sosial, sehingga kebutuhan airnya akan lebih tinggi.
Dalam perencanaan studi kebutuhan air Indonesia untuk perkotaan diasumsi sebesar
30 % dari kebutuhan air bersih rumah tangga, dengan nilai konstan dari setiap
tahapan perencanaan, sehingga sampai proyeksi kebutuhan air untuk tahun 2029
nilainya sama sebesar 30 %.
Kebutuhan Air Industri
Kebutuhan air industri umumnya relatif konstan terhadap waktu. Dengan
meningkatnya industri, maka meningkat pula kebutuhan air industri. Survei
kebutuhan air industri diperlukan untuk menentukan rata-rata penggunaan air pada
berbagai jenis industri tertentu. Angka indeks ini kemudian dapat dikaitkan dengan
ukuran besarnya industri tersebut misalnya melalui banyaknya produk yang
dihasilkan, atau banyaknya tenaga kerja.
Perhitungan kebutuhan air industri dapat diperhitungkan berdasarkan atas:
 jumlah karyawan;

19
 luas air industri;
 jenis/tipe industri.

2.3.3. Kebutuhan Air Perikanan


Kebutuhan air untuk perikanan diperkirakan berdasarkan luas kolam, tipe
kolam serta kedalaman air yang diperlukan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
untuk mengisi kolam pada saat awal tanam dan penggantian air. Kebutuhan air
untuk perikanan, Nippon Koei (1993) menyarankan penggunaan indeks
kebutuhan air 7 mm/hari, yang berada sedikit dibawah kebutuhan rata-rata untuk
irigasi yang 8,64 mm/hari atau 1 liter/s/ha.

2.3.4. Kebutuhan Air Peternakan


Perhitungan kebutuhan air rata – rata untuk peternakan tergantung pada
populasi/jumlah ternak dan jenis ternak. Secara umum kebutuhan air untuk
ternak dapat diestimasikan dengan cara mengalikan jumlah ternak dengan tingkat
kebutuhan air berdasarkan persamaan berikut ini:
QE = (q(1) × P(1) + q(2) × P(2) + q(3) × P(3))

Keterangan:
Qe = kebutuhan air untuk ternak (l/hari)
q(1) = kebutuhan air untuk sapi, kerbau, dan kuda (t/ekor/hari)
q(2) = kebutuhan air untuk kambing dan domba (l/ekor/hari)
q(3) = kebutuhan air untuk unggas(l/ekor/hari)

20
P(1) = jumlah sapi, kerbau, dan kuda (ekor)
P(2) = jumlah kambing dan domba (ekor)
P(3) = jumlah unggas (ekor)
Besar kebutuhan air untuk ternak dijabarkan pada Tabel 2.
Table 2.9 Kebutuhan air untuk ternak
Jenis ternak Kebutuhan air (l/ekor/hari)
Sapi/kerbau/kuda 40
Kambing/domba 5
Babi 6
Unggas 0,6
Sumber: SNI 6728.1 : 2015
2.3.5. Kebutuhan Air Pemeliharaan Sungai
Perlindungan aliran pemeliharaan sungai dilakukan dengan

mengendalikan ketersediaan debit andalan 95%, yaitu aliran air (m3/detik) yang
selalu tersedia dalam 95% waktu pengamatan, atau hanya paling banyak 5%
kemungkinannya aliran tersebut tidak tercapai. Dalam hal debit andalan 95%
tidak tercapai, pengelola sumber daya air harus mengendalikan pemakaian air di
hulu.
Dengan demikian besarnya kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai
dihitung berdasarkan debit andalan Q 95% dari data ketersediaan air yang ada.

2.4. Gambaran Umum Lokasi Studi


Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
04 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, pengelolaan
sumber daya air di Jawa Timur didasarkan pada wilayah sungai termasuk
pengendalian dan penanggulangan banjir terdapat 2 (dua) kewenangan yaitu
Kewenangan Pemerintah Pusat dan kewenangan Pemerintah Provinsi, dibagi
menjadi :

1. WS Brantas (Strategis Nasional)


2. WS Bengawan Solo (Lintas Provinsi)
3. WS Welang - Rejoso
4. WS Bondoyudo - Bedadung
5. WS Pekalen - Sampean

21
6. WS Baru - Bajulmati
7. WS Madura – Bawean
Pengelolaan Sumber Daya Air di Jawa Timur yang didasarkan pada
Wilayah Sungai termasuk di dalamnya Pelaksanaan Pengendalian dan
Penanggulangan Bencana Banjir terdapat 2 (dua) kewenangan yaitu Kewenangan
Pemerintah Pusat dan kewenangan Pemerintah Provinsi. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 04 Tahun 2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, yang menjadi Kewenangan
Pemerintah Provinsi dibagi menjadi :
1. WS. Welang Rejoso
2. WS. Pekalen Sampean
3. WS. Bondoyudo Bedadung
4. WS. Baru Bajulmati
5. WS. Madura Bawean
Yang dikelola oleh Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.3. Wilayah Sungai Jawa Timur


Sumber: Hasil Analisis, 2022

22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1. Perhitungan Neraca Air WS Bengawan Solo


Bulan (m3/det)
No Nama DAS/DP Kondisi
Nov I Nov II Des I Des II Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II Jul I Jul II Agst I Agst II Sept I Sept II Okt I Okt II
Sungai Bengawan Solo
a. Ketersediaan Air
Ruas Kajangan - Tempuran - Napel a1 Prakiraan Q andalan 49.677 98.110 105.754 191.501 224.421 357.379 393.070 472.958 496.430 301.316 386.359 221.284 111.975 94.331 77.171 73.071 58.125 54.511 50.266 42.855 41.218 40.638 35.825 29.563
Ruas Sekayu - Bendung Jati 9.189 9.668 7.055 12.170 20.600 26.890 29.639 41.993 54.439 23.855 25.675 12.726 3.658 1.931 2.568 1.526 1.843 0.821 0.936 0.435 0.158 0.172 1.066 1.126
Ruas Bendung Jati - Ahmad Yani 10.620 11.816 12.868 16.689 33.772 42.613 34.642 48.935 58.597 29.779 34.826 15.510 5.102 4.271 4.061 3.659 3.249 2.487 2.241 1.810 1.609 1.400 1.728 1.816
Ruas Ahmad Yani - Ketonggo 38.611 58.490 63.649 72.299 62.988 86.639 120.004 103.768 102.659 81.350 100.347 82.387 57.430 41.340 23.844 24.197 9.885 11.646 29.736 15.655 8.069 25.500 24.348 24.791
Ruas Napel - Cepu 20.607 98.626 123.486 185.717 236.109 330.881 413.951 497.959 499.603 327.493 378.227 233.112 106.926 59.870 41.104 40.293 26.730 20.314 17.269 14.607 12.241 10.942 9.696 7.533
Ruas Cepu - Bendung Gerak Bojonegoro 23.486 127.472 112.601 210.001 308.946 402.484 539.692 611.271 589.505 414.685 470.398 250.196 125.199 72.303 56.165 44.329 32.049 25.811 24.914 18.850 16.698 15.506 9.081 5.567
Ruas Bendung Gerak Bojonegoro - Bendung Gerak Babat 10.986 35.387 150.158 251.218 121.630 240.130 481.750 542.660 474.356 260.104 323.518 179.051 102.740 55.755 38.975 37.339 26.854 19.851 17.502 16.622 12.903 11.719 12.698 6.479
Ruas Bendung Gerak Babat - Bendung Gerak Sembayat 7.004 45.635 72.673 115.856 192.442 452.403 628.457 809.990 846.991 485.551 557.788 211.542 96.249 65.117 35.142 34.902 23.600 16.511 9.903 11.143 5.656 4.357 3.731 2.182
Ruas Bendung Gerak Sembayat-Laut 5.594 42.293 67.979 109.003 181.759 428.723 595.974 768.431 803.581 460.213 524.339 195.404 80.787 51.212 25.850 25.622 16.860 10.125 2.863 4.041 0.283 0.218 0.187 0.109

b. Kebutuhan Air
Rencana kebutuhan air
Ruas Kajangan - Tempuran - Napel 2.484 4.906 5.288 9.575 11.221 17.869 19.654 23.648 24.822 15.066 19.318 11.064 5.599 4.717 3.859 3.654 2.906 2.726 2.513 2.143 2.061 2.032 1.791 1.478
Ruas Sekayu - Bendung Jati 1.515 1.542 1.612 2.318 4.053 4.557 4.788 5.441 5.745 4.768 4.039 4.462 3.595 1.808 2.687 1.566 1.625 1.103 1.305 0.981 1.266 0.968 0.705 0.568
Ruas Bendung Jati - Ahmad Yani 0.681 0.741 0.793 0.984 1.839 2.281 1.882 2.597 3.080 1.639 1.891 0.926 0.405 0.364 0.353 0.333 0.312 0.274 0.262 0.241 0.230 0.220 0.236 0.241
Ruas Ahmad Yani - Ketonggo 1.931 2.924 3.182 3.615 3.149 4.332 6.000 5.188 5.133 4.068 5.017 4.119 2.871 2.067 1.192 1.210 0.494 0.582 1.487 0.783 0.403 1.275 1.217 1.240
Ruas Napel - Cepu 1.180 5.081 6.324 9.436 11.955 16.694 20.848 25.048 25.130 16.525 19.491 12.236 5.926 3.573 2.635 2.595 1.917 1.596 1.443 1.310 1.192 1.127 0.825 0.717
Ruas Cepu - Bendung Gerak Bojonegoro 1.942 7.142 6.398 11.268 16.515 21.192 28.053 31.632 30.243 21.502 26.400 15.390 9.140 6.495 5.688 5.096 4.482 4.171 4.126 3.823 3.715 3.655 2.994 2.818
Ruas Bendung Gerak Bojonegoro - Bendung Gerak Babat 3.701 4.908 9.696 14.749 11.264 20.934 31.229 32.292 28.140 18.401 24.618 16.388 15.569 17.923 16.211 14.269 14.505 14.066 13.127 10.358 8.454 9.128 9.720 10.627
Ruas Bendung Gerak Babat - Bendung Gerak Sembayat 1.714 3.646 4.998 7.157 10.814 23.875 32.694 41.746 43.596 25.524 33.636 16.324 15.571 14.375 9.857 9.705 7.165 6.810 7.464 7.526 7.739 7.493 5.002 4.843
Ruas Bendung Gerak Sembayat-Laut 0.280 2.115 3.399 5.450 9.393 21.742 29.799 38.422 40.179 23.011 26.754 10.307 5.626 4.148 2.519 2.508 1.380 1.043 0.680 0.739 1.120 1.117 0.861 0.857

Ruas Kajangan - Tempuran - Napel 47.193 93.205 100.466 181.926 213.200 339.510 373.417 449.310 471.609 286.250 367.041 210.220 106.376 89.615 73.313 69.418 55.219 51.785 47.753 40.712 39.157 38.606 34.034 28.085
Ruas Sekayu - Bendung Jati 7.674 8.126 5.443 9.852 16.547 22.332 24.850 36.553 48.694 19.087 21.637 8.264 0.063 0.123 -0.120 -0.041 0.218 -0.282 -0.370 -0.546 -1.109 -0.796 0.361 0.557
Ruas Bendung Jati - Ahmad Yani 9.939 11.076 12.074 15.705 31.934 40.333 32.760 46.338 55.517 28.140 32.934 14.585 4.697 3.907 3.708 3.326 2.937 2.213 1.979 1.570 1.378 1.180 1.491 1.575
Ruas Ahmad Yani - Ketonggo 36.681 55.565 60.467 68.684 59.839 82.307 114.004 98.580 97.526 77.283 95.329 78.267 54.558 39.273 22.652 22.987 9.390 11.063 28.250 14.872 7.666 24.225 23.131 23.552
Ruas Napel - Cepu 19.426 93.545 117.162 176.281 224.154 314.187 393.103 472.911 474.472 310.968 358.735 220.876 101.000 56.296 38.469 37.698 24.814 18.719 15.826 13.296 11.049 9.815 8.871 6.816
Ruas Cepu - Bendung Gerak Bojonegoro 21.544 120.331 106.203 198.733 292.430 381.292 511.639 579.639 559.262 393.183 443.999 234.806 116.059 65.808 50.476 39.232 27.566 21.641 20.788 15.028 12.984 11.851 6.087 2.748
Ruas Bendung Gerak Bojonegoro - Bendung Gerak Babat 7.284 30.479 140.461 236.468 110.366 219.196 450.520 510.368 446.217 241.703 298.900 162.663 87.171 37.833 22.764 23.070 12.349 5.785 4.375 6.264 4.449 2.591 2.978 -4.148
Ruas Bendung Gerak Babat - Bendung Gerak Sembayat 5.290 41.989 67.675 108.699 181.627 428.528 595.763 768.244 803.394 460.026 524.152 195.218 80.677 50.741 25.285 25.197 16.435 9.700 2.439 3.617 -2.083 -3.136 -1.271 -2.661
Ruas Bendung Gerak Sembayat-Laut 5.314 40.178 64.580 103.553 172.366 406.981 566.175 730.009 763.402 437.202 497.585 185.097 75.161 47.064 23.330 23.114 15.480 9.082 2.183 3.302 -0.837 -0.899 -0.675 -0.748

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Gambar 3.1. Grafik Neraca Air WS. Bengawan Solo


Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3.2. Perhitungan Neraca Air WS Brantas


Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
KOTA BATU a. Ketersediaan Air
KOTA MALANG Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 484.59 639.98 676.76 623.42 454.65 398.61 319.59 268.20 238.46 198.75 215.02 325.53 403.63
KAB.MALANG 1. Q 80 (hujan aliran) : 462.91 618.31 655.08 601.74 432.98 376.94 297.91 246.52 216.78 177.08 193.35 303.86 381.95
KAB. BLITAR 2. Q Sumber : 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68 21.68
KOTA BLITAR b. Kebutuhan Air
KAB. TULUNGAGUNG Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 424.18 431.95 363.12 360.45 352.02 349.21 253.58 251.01 249.52 247.54 410.70 416.23 342.46
KAB. TRENGGALEK 1. Keb. Air Domestik : 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37 11.37
1 WS BRANTAS KAB. KEDIRI 2. Keb. Air Non Domestik : 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71
KOTA KEDIRI 3. Keb. Air Industri : 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20 41.20
KAB. NGANJUK 4. Keb. Air Irigasi : 332.91 332.91 262.24 262.24 262.24 262.24 170.55 170.55 170.55 170.55 332.91 332.91 255.23
KAB. JOMBANG 5. Keb. Air Perikanan : 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24 11.24
KAB. MOJOKERTO 6. Keb. Air Peternakan : 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52 1.52
KOTA MOJOKERTO 7. Pemeliharaan sungai : 24.23 32.00 33.84 31.17 22.73 19.93 15.98 13.41 11.92 9.94 10.75 16.28 20.18
KOTA SURABAYA c. Neraca Air : 60.41 208.03 313.63 262.96 102.64 49.40 66.01 17.19 -11.06 -48.78 -195.68 -90.70 61.17
Status Neraca Air : S S S S S S S S D D D D S

Sumber: Hasil Analisis, 2023

23
Gambar 3.2. Grafik Neraca Air WS. Brantas
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3.3. Perhitungan Neraca Air WS Madura Bawean


Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
1 Madura Bawean Bangkalan, Sampang a. Ketersediaan Air
Sumenep, Pamekasan Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 86.53 136.58 116.40 140.61 83.27 46.68 22.21 12.00 6.14 3.12 8.04 17.78 56.61
1. Q 80 (hujan aliran) : 86.53 136.58 116.40 140.61 83.27 46.68 22.21 12.00 6.14 3.12 8.04 17.78 56.61
b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 41.96 42.87 26.09 43.83 40.96 39.13 26.69 35.21 34.92 16.70 41.20 41.69 35.94
1. Keb. Air Domestik : 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85 4.85
2. Keb. Air Non Domestik : 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73
3. Keb. Air Industri : 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46
4. Keb. Air Irigasi : 30.12 28.54 12.77 29.29 29.29 29.29 18.07 27.10 27.10 9.03 33.29 33.29 25.60
5. Keb. Air Perikanan : 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15
6. Keb. Air Peternakan : 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
7. Pemeliharaan sungai : 4.33 6.83 5.82 7.03 4.16 2.33 1.11 0.60 0.31 0.16 0.40 0.89 2.83
c. Neraca Air : 44.58 93.70 90.31 96.78 42.31 7.55 -4.48 -23.21 -28.78 -13.58 -33.16 -23.91 20.68
Status Neraca Air : S S S S S S D D D D D D S

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Grafik Neraca Air WS Madura Bawean


160.00
Tahun 2021 Keb. Air Perikanan
Keb. Air Industri
140.00
Pemeliharaan sungai
120.00 Keb. Air Peternakan
Keb. Air Irigasi
100.00
Q (m3/dtk)

Keb. Air Non Domestik


80.00 Keb. Air Domestik

60.00 Ketersediaan Air

40.00

20.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Gambar 3.3. Grafik Neraca Air WS. Madura Bawean
Sumber: Hasil Analisis, 2023

24
Tabel 3.4. Perhitungan Neraca Air WS Pekalen Sampean
Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
1 WS Pekalen Bondowoso - a. Ketersediaan Air
Sampean Situbondo - Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 82.18 112.68 96.49 94.75 76.66 64.69 53.06 46.64 41.48 40.92 42.27 55.49 67.28
Probolinggo 1. Q 80 (hujan aliran) : 82.18 112.68 96.49 94.75 76.66 64.69 53.06 46.64 41.48 40.92 42.27 55.49 67.28
b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 83.74 72.62 64.96 67.15 68.54 44.92 43.14 42.82 47.03 84.60 89.67 98.26 67.29
1. Keb. Air Domestik : 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61 1.61
2. Keb. Air Non Domestik : 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24
3. Keb. Air Industri : 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.36 0.64 0.64 0.64 0.64 0.36 0.36 0.45
4. Keb. Air Irigasi : 76.66 64.02 57.16 59.45 61.74 38.72 37.23 37.23 41.70 79.31 84.59 92.52 60.86
5. Keb. Air Perikanan : 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76
6. Pemeliharaan sungai : 4.11 5.63 4.82 4.74 3.83 3.23 2.65 2.33 2.07 2.05 2.11 2.77 3.36
c. Neraca Air : -1.55 40.05 31.53 27.59 8.12 19.77 9.92 3.83 -5.55 -43.68 -47.40 -42.78 -0.01
Status Neraca Air : D S S S S S S S D D D D D

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Gambar 3.4. Grafik Neraca Air WS. Pekalen Sampean


Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3.5. Perhitungan Neraca Air WS Baru Bajulmati


Nama Bulan (m 3/detik)
Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
WS Baru Bajulmati a. Ketersediaan Air
Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 76.51 142.41 141.58 127.27 103.43 95.88 78.00 63.56 55.68 44.51 42.57 65.90 86.44
1. Q 80 (hujan aliran) : 76.51 142.41 141.58 127.27 103.43 95.88 78.00 63.56 55.68 44.51 42.57 65.90 86.44

b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 69.22 62.75 70.53 56.18 96.92 43.47 75.80 49.99 46.76 30.11 34.75 40.65 56.43
1. Keb. Air Domestik : 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68
2. Keb. Air Non Domestik : 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
3. Keb. Air Industri : 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62
4. Keb. Air Irigasi : 61.17 51.41 59.23 45.59 87.52 34.45 67.67 42.59 39.75 23.66 28.39 33.12 47.88
5. Keb. Air Perikanan : 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58
6. Keb. Air Peternakan : 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
7. Pemeliharaan sungai : 3.83 7.12 7.08 6.36 5.17 4.79 3.90 3.18 2.78 2.23 2.13 3.29 4.32
c. Neraca Air : 7.29 79.65 71.05 71.09 6.51 52.41 2.20 13.57 8.92 14.39 7.82 25.25 30.01
Status Neraca Air : S S S S S S S S S S S S S

Sumber: Hasil Analisis, 2023

25
Gambar 3.5. Grafik Neraca Air WS. Baru Bajulmati
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3.6. Perhitungan Neraca Air WS Welang Rejoso


Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
1 WS Welang Kab Malang a. Ketersediaan Air
Rejoso Kota Pasuruan Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 179.93 335.02 323.06 269.67 159.66 88.93 43.63 21.91 11.40 7.32 10.04 57.46 125.67
Kab Pasuruan 1. Q 80 (hujan aliran) : 179.93 335.02 323.06 269.67 159.66 88.93 43.63 21.91 11.40 7.32 10.04 57.46 125.67
Kab Probolinggo b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 45.92 56.51 51.18 51.12 39.45 37.46 37.51 29.29 25.31 24.11 27.21 41.68 38.90
1. Keb. Air Domestik : 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15 4.15
2. Keb. Air Non Domestik : 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62
3. Keb. Air Industri : 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72 2.72
4. Keb. Air Irigasi : 25.51 28.35 23.62 26.23 20.06 21.60 23.92 16.78 13.33 12.34 15.30 27.40 21.21
5. Keb. Air Perikanan : 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78 3.78
6. Keb. Air Peternakan : 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
7. Pemeliharaan sungai : 9.00 16.75 16.15 13.48 7.98 4.45 2.18 1.10 0.57 0.37 0.50 2.87 6.28
c. Neraca Air : 134.01 278.51 271.88 218.54 120.20 51.47 6.12 -7.38 -13.91 -16.80 -17.18 15.78 86.77
Status Neraca Air : S S S S S S S D D D D S S

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Gambar 3.6. Grafik Neraca Air WS. Welang Rejoso


Sumber: Hasil Analisis, 2023

26
Tabel 3.7. Perhitungan Neraca Air WS Bondoyudo Bedadung
Nama Administrasi Bulan (m3/detik)
No. Kab/Kota Item Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata - Rata Keterangan
WS
(m3/detik)
a. Ketersediaan Air
Total Q Ketersediaan (m3/dtk) : 306.21 476.92 425.43 422.46 361.27 302.61 264.58 218.92 190.94 160.91 187.27 305.14 301.89
1. Q 80 (hujan aliran) : 306.21 476.92 425.43 422.46 361.27 302.61 264.58 218.92 190.94 160.91 187.27 305.14 301.89
b. Kebutuhan Air
Total Kebutuhan air (m3/dtk) : 161.20 160.92 149.16 158.64 155.58 149.44 99.16 96.88 95.48 93.98 172.90 222.90 143.02
Kabupaten 1. Keb. Air Domestik : 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82 2.82
WS Bondoyudo Lumajang dan 2. Keb. Air Non Domestik : 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42
1
Bedadung Kabupaten 3. Keb. Air Industri : 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24 1.24
Jember 4. Keb. Air Irigasi : 139.07 130.25 121.07 130.69 130.69 127.48 79.11 79.11 79.11 79.11 156.71 200.82 121.10
5. Keb. Air Perikanan : 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05 1.05
6. Keb. Air Peternakan : 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30 1.30
5. Pemeliharaan sungai : 15.31 23.85 21.27 21.12 18.06 15.13 13.23 10.95 9.55 8.05 9.36 15.26 15.09
c. Neraca Air : 145.00 316.00 276.27 263.82 205.69 153.17 165.42 122.04 95.46 66.93 14.38 82.25 158.87
Status Neraca Air : S S S S S S S S S S S S S

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Gambar 3.7. Grafik Neraca Air WS. Bondoyudo Bedadung


Sumber: Hasil Analisis, 2023

Dari hasil analisa dan perhitungan neraca air di Jawa Timur Tahun 2022/2023
didapatkan total ketersediaan air sebesar 35.093,68 juta m3/tahun, sedangkan
total kebutuhan airnya sebesar 25.008,65 juta m3/tahun. Berdasarkan
ketersediaan air dan kebutuhan air dalam 1 tahun dinyatakan surplus sebesar
10. 085,03 juta m3/tahun. Rekapitulasi hasil analisa dan perhitungan neraca air
di Jawa Timur Tahun 2022 bisa dilihat pada Tabel 3.8.

27
Tabel 3.8. Neraca Tahunan
Ketersediaan Air Kebutuhan Air Neraca Air
No Wilayah Sungai Kab Kota Total Domestik Non Domestik Industri Pertanian Perikanan Peternakan Pemeliharaan Total Selisih Status NA
Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta Juta
m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun m3/Tahun
Malang Pasuruan
1 Welang Rejoso 1996.43 178.07 26.71 220.21 642.98 147.57 8.91 91.40 1315.85 680.58 S
Probolinggo
Probolinggo, Situbondo,
2 Pekalen Sampean 2611.47 34.76 5.21 20.22 2097.02 2.04 119.71 2278.96 332.51 S
Bondowoso

3 Bondoyudo Bedadung Lumajang, Jember 4648.92 75.02 11.25 39.11 3012.46 224.71 3362.55 1286.37 S

Bangkalan, Sampang,
4 Madura Bawean Sumenep, Pamekasan, P. 1601.06 99.50 14.94 14.35 495.28 44.87 10.15 77.69 756.78 844.28 S
Bawean

5 Baru Bajulmati Banyuwangi 2623.32 39.98 6.00 19.42 1043.42 49.73 3.87 110.90 1273.32 1350.00 S

Batu, Kab Kota Malang, Kab


Kota Blitar, Tulungagung,
6 Brantas Kediri, Nganjuk, Trenggalek, 12566.83 358.7 53.8 1299.32 8028.22 354.59 47.99 628.34 10770.96 1795.87 S
Jombang, Mojokerto, Sidoarjo,
Surabaya

Gresik, Lamongan, Tuban,


Bojonegoro, Kab Kota Madiun,
7 Bengawan Solo (Hilir) 9045.65 166.66 49.96 129.97 4184.07 587.38 28.46 103.72 5250.23 3795.42 S
Magetan, Ponorogo, Ngawi,
Pacitan

Total 35093.68 952.69 167.87 1742.60 19503.45 1186.18 99.38 1356.48 25008.65 10085.03 S

Sumber: Hasil Analisis, 2023

28
Tabel 3.9. Indeks Klasifikasi Neraca Air
No Wilayah Sungai Kab Kota Indeks Klasifikasi Neraca Air
Klasifikasi IPA Klasifikasi
NSA IPA

Malang Pasuruan
1 Welang Rejoso III 0.66 I
Probolinggo
Probolinggo, Situbondo,
2 Pekalen Sampean IV 0.87 I
Bondowoso

Bondoyudo Bedadung Lumajang, Jember II 0.72 I


3
Bangkalan, Sampang,
4 Madura Bawean Sumenep, Pamekasan, P. III 0.47 I
Bawean

Baru Bajulmati Banyuwangi II 0.49 I


5
Batu, Kab Kota Malang, Kab
Kota Blitar, Tulungagung,
6 Brantas Kediri, Nganjuk, Trenggalek, I 0.86 I
Jombang, Mojokerto, Sidoarjo,
Surabaya

Gresik, Lamongan, Tuban,


Bojonegoro, Kab Kota Madiun,
Bengawan Solo (Hilir) I 0.58 I
Magetan, Ponorogo, Ngawi,
Pacitan
7
Total I 0.71 I

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Dari hasil analisa dan perhitungan neraca air di Jawa Timur Tahun 2022/2023
didapatkan Indeks Klasifikasi Neraca Air 0,71.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa dan perhitungan neraca air di Jawa Timur Tahun
2022/2023 didapatkan total ketersediaan air sebesar 35.093,68 juta m3/tahun,
sedangkan total kebutuhan airnya sebesar 25.008,65 juta m3/tahun. Berdasarkan
ketersediaan air dan kebutuhan air dalam 1 tahun dinyatakan surplus sebesar 10.
085,03 juta m3/tahun dengan Indeks Klasifikasi Neraca Air 0,71.
4.2. Saran
Analisis selanjutnya diharapkan dapat memperhitungkan neraca air DAS
Prioritas beserta kalibrasinya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2023, Sensus Penduduk 2022


Puslitbang Sumber Daya Air, 2010. Penelitian Ketersediaan Air Penggunaan dan
Pendayagunaan Air Tanah Pada Wilayah Sungai di Indonesia.
Puslitbang Sumber Daya Air, 2011. Penelitian Kebutuhan Air pada Wilayah Sungai
di Indonesia.
Puslitbang Sumber Daya Air, (dari berbagai tahun). Publikasi Data Debit Aliran
Sungai.
Nippon Koei, 1993. The Study for Formulation of Irrigation Development Program
in the Republic of Indonesia (FIDEP), Bappenas, Ministry of Public Works, JICA
SNI 6728.1.2015. Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam

31

Anda mungkin juga menyukai