Anda di halaman 1dari 7

BAB II

METODE PENELITIAN

A. BAGAN ALIR PENELITIAN

Bagan Alir penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang menjadi


landasan untuk memperlancar langkah-langkah penelitian untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Secara skematis metode penelitian dapat dilihat pada Gambar
2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Bagan Alir Penelittian

4
B. LOKASI STUDI KASUS
Lokasi Penelitian untuk Studi Kasus ini berada di Desa Sadar Tengah, Kecamatan
Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto

Gambar 2.2 Peta Lokasi Bendung Sadar


Sumber : Maps.google.com

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Pengumpulan Data Primer
Tinjauan lapangan pendahuluan dapat dilakukan secara overlapping
dengan pengumpulan data sekunder. Agar kunjungan lebih terarah, konsultan
akan membawa peta situasi skala 1: 5.000, skema jaringan, dan skema
bangunan dan melibatkan staff teknis dari masing-masing Pengamat
Pengairan. Fokus tinjauan lapangan pendahuluan, diantaranya adalah :
Daerah layanan irigasi, termasuk diantaranya adalah pengurangan areal
pada sebagian lahan irigasi karena beralih fungsi.
 Tambahan areal layanan irigasi
 Jaringan irigasi (saluran dan bangunan) secara keseluruhan.
 Dari kegiatan ini diharapkan sudah mendapatkan gambaran untuk
menyusun program kerja meliputi: survey, desain dan mobilisasi
keseluruhan team.

5
a. Inventarisasi Fisik Saluran dan Bangunan

Survey dan inventarisasi fisik jaringan dan bangunan irigasi dilakukan


untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan. Kegiatan ini akan
dilakukan bersama-sama dengan Tim Penelusuran Bersama. Pada saat
melaksanakan kegiatan survey dan inventarisasi fisik, Team Leader, ahli
irigasi bersama-sama dengan Tim Penelusuran Bersama akan
menginventarisasi kondisi yang ada berikut permasalahan ataupun
hambatan yang mungkin terjadi saat survai lapangan dilakukan.

b. Pembuatan Skema Bangunan

Dari data-data yang diperoleh dari kantor maupun hasil inventarisasi


bangunan di lapangan, selanjutnya dikaji dan dicocokkan dengan skema
bangunan yang ada, apakah masih ditemui adanya kesalahan-kesalahan
pada peristilahan dan tata nama bangunan (nomenklatur). Apabila masih
dijumpai bangunan yang nomenklaturnya belum mengikuti standar
perencanaan irigasi, maka akan dibuatkan skema bangunan baru
menyesuaikan dengan usulan penambahan jumlah bangunan. Untuk itu
konsultan akan melakukan perubahan tata nama bangunan yang sudah
disesuaikan dengan standar perencanaan irigasi, dan nantinya nomenklatur
yang baru digunakan oleh petugas dipakai sebagai pedoman operasional.
c. Skema Jaringan Irigasi
Gambar skema jaringan irigasi akan dibuat tanpa
skala dan akan digambar pada satu lembar kalkir ukuran A3. Saluran
induk / sekunder akan digambar dengan garis lurus dengan berbagai
ketebalan sesuai Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-07).
Pembuatan skema jaringan irigasi akan mencakup beberapa ketentuan
sebagai berikut :
c. 1 Nama saluran induk / sekunder yang ada
c. 2 Bendung / bangunan utama dan semua bangunan bagi, bagi/sadap
yang ada. Masing-masing akan diberi label yang benar sesuai
nomenklatur sesuai Standar Perencanaan Irigasi
c. 3 Pada kotak petak tersier ditulis :
 Nama Petak tersier
 Debit rencana l/dt
 Luas Rencana (area potensial)
 Luas sawah irigasi sekarang / fungsional

6
c. 4 Cantumkan untuk tiap ruas saluran antara bangunan bagi/sadap :
 Jumlah areal potensial (A) di hilir;
 Debit rencana (Q) untuk ruas itu (dikosongkan untuk diisi pada
system planning):
 Panjang (L) tiap ruas saluran;
 Dimensi saluran (b = lebar dasar), h = kedalaman air dll),
(dikosongkan untuk diisi pada tahap system planning).
c. 5 Batas-batas daerah juru Juru/Mantri dan daerah Pengamatan
Pangairan dengan nama kecamatan harus diberi batas pemisah
dalam skema irigasi.
c. 6 Suatu tabel ikhtisar inventarisasi jaringan irigasi harus disediakan
dalam gambar skema irigasi dengan memberikan nama dan panjang
 Saluran induk dan sekunder;
 Saluran suplesi yang dipelihara oleh eks Dinas PU Pengairan;
 Pembuangan yang dipelihara oleh eks Dinas PU Pengairan;
 Daftar tipe dan jumlah bangunan sepanjang saluran yang
dipelihara oleh Dinas PU Pengairan;
 Areal potensial dan sawah irigasi yang sudah ada.
Untuk sistem golongan (>1 golongan) akan dibuat skema
golongan.

2. Pengumpulan Data Sekunder


2. 1Analisa Ketersediaan Air / Debit Andalan
Yang dimaksud debit andalan adalah debit minimum suatu sumber air
yang dapat dipakai untuk keperluan irigasi dengan kemungkinan 80%
terpenuhi. Untuk menentukan besarnya debit andalan diperlukan catatan debit
dalam kurun waktu yang cukup lama (minimum 15 tahun). Apabila tidak
tersedia catatan debit, maka analisa ketersediaan air (Debit Andalan) tidak
dapat diestimasi secara baik. Sehingga untuk mendapatkan debit andalan
akan dilakukan dengan cara empiris, yaitu dengan methode “Water Balance”
dari DR. F.J. Mock atau menggunakan metode lain yang sesuai seperti Nreca
atau Tank model

7
a. Data Curah Hujan

Data curah hujan yang akan dipakai untuk perhitungan ketersediaan air
adalah curah hujan efektif tengah bulanan yang berada dalam DPS. Untuk
mendapatkan curah hujan efektif digunakan Metode Poligon Thyssen,
yaitu dengan menjumlahkan perkalian antara prosentase bobot luasan DAS
menurut Tyessen dengan data hujan dari masing-masing stasiun.
b. Evapotranspirasi Terbatas

Evapotranspirasi terbatas adalah evapotraspirasi aktual dengan


mempertimbagkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta curah
hujan. Evapotranspirasi terbatas dihitung dari Evapotranspirasi potensial
metode Penman (Eto) dari Nedeco / Prosida.

c. Faktor Karakteristik Hidrologi DAS

Faktor karakteristik hidrologi DAS yang dipakai untuk menentukan


ketersediaan air di sungai yang meliputi:
 Faktor Bukaan Lahan (m)
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat.
m = 10-40% untuk lahan tererosi
m = 30-50% untuk lahan pertanian yang diolah
 Luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
Semakin besar luas suatu DPS, maka akan semakin besar pula
kemungkinan ketersediaan air pada stasiun yang ditinjau.
 Kapasitas Kelembaban Tanah / Soil Moisture Capacity (SMC)
Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan
tanah permukaan (surface soil) per m². Besarnya Soil Moisture
Capacity untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan
berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan dari DPS.
Semakin besar porositas tanah, akan semakin besar pula Soil Moisture
Capacity yang ada. Biasanya diambil antara 50 mm sampai dengan
250 mm. Kapasitas kelembaban tanah dirumuskan sebagai berikut :
SMC (n) = SMC (n - 1) + IS (n)
ws = As - IS
dimana :
SMC = Kelembaban tanah / Soil Moisture Capacity
(SMC)
diambil antara 50mm s/d 250 mm

8
SMC (n) = kelembaban tanah bulan ke n
SMC (n -1) = kelembaban tanah bulan ke n - 1
IS = Tampungan awal (Initial Storage) ...... mm
IS (n) = Tampungan awal bulan ke n
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah
d. Keseimbangan Air di Permukaan Tanah
Keseimbangan air di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
 Air hujan
 Kandungan air tanah (Soil Storage)
 Kapasitas kelembaban tanah ( Soil Moisture Capasity)
e. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah

Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan
kondisi tanahnya.
f. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah
 Aliran Dasar.
 Aliran Permuk.
 Aliran Sungai.
 Debit Andalan.

2. 2 Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh


tanaman untuk tumbuh secara normal. Kebutuhan air ini menyangkut
kebutuhan untuk pembasahan tanah, pengolahan, pertumbuhan tanaman
dan pematangan bulir. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perhitungan
kebutuhan air ini antara lain jenis tanaman, periode pertumbuhan, sifat
tanah, iklim, topografi, dan luas areal pertanaman. Perhitungan kebutuhan
air irigasi dimaksudkan untuk menentukan besarnya debit yang akan
dipakai untuk mengairi daerah irigasi. Selanjutnya debit tersebut
ditetapkan sebagai dasar dalam perencanaan (desain) jaringan Irigasinya.

2. 3 Analisa Keseimbangan Air (Water Balance)

Analisa keseimbangan air adalah suatu analisa yang akan


menggambarkan pemanfaatan suatu potensi sumber daya air yang
didasarkan pada nilai rasio antara kebutuhan dan ketersediaan air. Faktor-

9
faktor yang akan digunakan dalam perhitungan neraca air ini adalah
ketersediaan air pada suatu DAS ataupun sumber air lainnya, dan
Kebutuhan air irigasi yang dikaji.

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Kegiatan Analisa Data diawali dengan kajian dan analisa hidrologi guna
keperluan irigasi (desain bangunan utama dan jaringan pembawa) difokuskan
terutama untuk mengetahui kondisi keseimbangan air, antara ketersediaan dan
kebutuhan air irigasi pada saat ini dan dimasa mendatang. Ketersediaan air
dihitung berdasarkan ketersediaan air permukaan. Sedangkan kebutuhan air
irigasi akan dihitung berdasarkan jumlah areal irigasi yang akan dilayani.
Sedangkan untuk jaringan pembuang difokuskan pada perhitungan besarnya debit
pembuang yang masuk ke saluran pembuang. Berkaitan dengan rencana
perhitungan keseimbangan air di Daerah Irigasi, maka ditentukan beberapa
kriteria yang akan digunakan sebagai acuan dan penentuan prosedur
perhitungannya.
Ketersediaan air permukaan akan dihitung berdasarkan besarnya debit
andalan 80% pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ). Kebutuhan air irigasi akan
dihitung berdasarkan kriteria yang biasa digunakan di Direktorat Jendral Sumber
Daya Air yaitu PSA 01.

10

Anda mungkin juga menyukai