Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

Perbandingan antara Pekerjaan Bekisting Knock Down dengan Bekisting


Climbing System Pada Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah
Demangan, Kota Surakarta

Disusun sebagai syarat meraih gelar Sarjana Terapan Teknik (S.Tr.T)


Politeknik Negeri Malang

Disusun Oleh:
Adido Adyatmaka
NIM. 1641320163

PROGRAM SARJANA TERAPAN


MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Adido Adyatmaka


NIM : 1641320163
Judul : PERBANDINGAN ANTARA PEKERJAAN BEKISTING
KNOCK DOWN DENGAN BEKISTING CLIMBING SYSTEM
PADA PEMBANGUNAN PROYEK PINTU AIR DI WILAYAH
DEMANGAN, KOTA SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil


penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah
laporan maupun kegiatan penelitian yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini.
Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini. Maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Politeknik Negeri Malang.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Malang, Juli 2020


Mahasiswa,

Adido Adyatmaka
NIM. 1641320163

i
SKRIPSI

Perbandingan antara Pekerjaan Bekisting Knock Down dengan Bekisting


Climbing System Pada Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah Demangan,
Kota Surakarta

Adido Adyatmaka
NIM. 1641320163

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


pada tanggal ……

Usulan Dosen Pembimbing:


1. ..........................................
2. ..........................................

Mengetahui,
Ketua Panitia Skripsi T.A. 2019/2020

Marjono, S.T., M. T
NIP. 196109111990031002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Perbandingan antara Pekerjaan Bekisting Knock Down dengan Bekisting


Climbing System Pada Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah Demangan,
Kota Surakarta

Adido Adyatmaka
NIM. 1641320163

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


pada tanggal 12 Agustus 2020

Dewan Penguji :

………………………….. (Dosen Penguji I)


NIP………………………

………………………….. (Dosen Penguji II)


NIP…………………….

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi Diploma
IV

Dr. Sumardi, ST., MT. Wahiddin, ST., MT.


NIP. 19660803 199003 1 002 NIP. 19731207 200312 1 001

iii
iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Perbandingan antara Pekerjaan Bekisting Knock Down dengan Bekisting


Climbing System Pada Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah Demangan,
Kota Surakarta

Adido Adyatmaka
NIM. 1641320163

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sumardi, ST., MT. Medi Efendi, ST., MMT.


NIP. 196608031990031002 NIP. 196408151988031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi Diploma


IV

Dr. Sumardi, ST., MT. Wahiddin, ST., MT.


NIP. 19660803 199003 1 002 NIP. 19731207 200312 1 001

v
RINGKASAN

Adyatmaka, Adido. 2020. Perbandingan antara Pekerjaan Bekisting Knock


Down dengan Bekisting Climbing System Pada Pembangunan Proyek Pintu Air
di Wilayah Demangan, Kota Surakarta. Skripsi. Studi Diploma IV Manajemen
Rekayasa Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang. Pembimbing :
(1) Dr. Sumardi, ST., MT. (2) Medi Efendi, ST., MMT.

Pada Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah Demangan, Kota Surakarta


tersebut dibutuhkan sebagai pengganti Pintu Air yang telah lama rusak. Ketika
proyek Pintu Air telah usai dan Pintu Air telah beroprasi, akan membuat
memperlancar arus sungai dari Sungai Pepe ke Sungai Bengawan Solo dan juga
sekaligus menjadi akses penyebrangan antar desa. Disamping itu bisa menjadi tempat
wisata masyarakat.

Skripsi ini bertujuan untuk memperbandingan mana yang lebih effisiensi


digunakan untuk pekerjaan bekisting, seperti metode penggunaan Bekisting dalam
perkerjaan tersebut, dari segi waktu, biaya, dan tingkat resiko K3L. Data yang
dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut adalah volume luasan yang akan dikerjakan,
Gambar Denah pekerjaan, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) tahun 2019
Kota Surakarta.

Pekerjaan ini menghasilkan bangunan setinggi 11 meter dan panjang hingga


46,10 meter dan lebar 25,7 meter. Dengan total biaya untuk pekerjaan bekisting
menggunakan Knock Down hingga Rp. 400,936,935.00, sedangkan dengan
menggunakan Climbing System hingga Rp. 543,110,898.00.

Kata kunci : Metode Pekerjaan, Effisiensi Waktu, Effisiensi Biaya, Tingkat


Resiko K3L.

vi
SUMMARY

Adyatmaka, Adido. 2020. Comparison between the Work of Knock Down


Formwork and the Formwork Climbing System in the Construction of the Water
Gate Project in the Demangan Region, Surakarta City. Thesis. Diploma IV study
programe of Construction Management Civil Engineering Department, Politeknik
Negeri Malang. Advisor: (1) Dr. Sumardi, ST., MT. (2) Medi Efendi, ST., MMT.

In the development of the Water Gate Project in the Demangan Region,


Surakarta City is needed as a substitute for the Water Gate that has been damaged
for a long time. When the construction of the Pintu Air has ended and the Pintu Pintu
construction has operated, it will make the river flow smoothly from the Pepe River
to the Bengawan Solo River and also at the same time be an inter-village crossing
access. Besides that it can be a tourist spot for the people.

This thesis aims to compare which is more efficient to be used for formwork
work, such as the method of using Formwork in the work, in terms of time, cost, and
the level of K3L risk. The data needed for the work is the volume of the area to be
worked on, the picture of the work plan, and the Cost of Activities (HSPK) in 2019
Surakarta.

This work resulted in a building as high as 11 meters and a length of up to


46.10 meters and a width of 25.7 meters. With a total cost for formwork work using
the Knock Down to Rp. 400,936,935.00, while using the Climbing System up to Rp.
543,110,898.00.

Key words: Work Method, Time Efficiency, Cost Efficiency, HSE Risk Level.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan
antara Pekerjaan Bekisting Knock Down dengan Bekisting Climbing System Pada
Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah Demangan, Kota Surakarta” dengan baik
dan tepat waktu. Tujuan dari penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi
persyaratan kelulusan program Sarjana Sains Terapan dalam studi Teknik Sipil
Politeknik Negeri Malang.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis tak lupa menyampaikan banyak ucapan
termakasih kepada pihak yang telah membantu baik berupa bantuan, saran dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, kasih sayang dan hidayahNya
2. Bapak Dr. Sumardi, S.T.,M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Malang
3. Bapak Wahiddin, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi D-IV Manajemen
Rekayasa Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
4. Bapak Marjono, S.T.,M.T, selaku Ketua Panitia Skripsi Tugas Akhir 2019/2020
yang telah memberikan pemahaman tentang proses pelaksanaan skripsi.
5. Bapak Dr. Sumardi, S.T.,M.T, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, ilmu dan masukan kepada penulis dalam penyusunan
dan penyelesaian skripsi.
6. Bapak Medi Efendi, ST., MMT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, tambahan ilmu dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsi.
7. Ibu beserta kakak, Ibu Tiamah, Mbak Adita Atisanta yang senantiasa
memberikan doa, dukungan moril dan materiil sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

viii
8. Seseorang yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan doa selama
proses penyelesaian skripsi.
9. Teman – teman kelas 4MRK4 yang saling support dalam perkuliahan
10. Teman – teman Angkatan 2016 Jurusan Teknik Sipil yang telah membantu dan
mendukung kelancaran pengerjaan skripsi
11. Serta semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
punya banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sehingga dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan
penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan siapapun
yang membacanya.

Malang, Juli 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL........................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................iii
RINGKASAN...............................................................................................................v
SUMMARY..................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...............................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
BAB I............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................3
1.4 Tujuan........................................................................................................4
1.5 Manfaat......................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................5
2.2 Pengertian Bekisting.................................................................................7
2.3 Metode Perkiraan Biaya.........................................................................12
2.4 Perhitungan Pemakaian Material..........................................................12
2.5 Perhitungan Jumlah Pekerja.................................................................14
2.6 Analisis Harga Material, Sewa Alat dan Upah Pekerjaaan................15
2.7 Waktu Efektif Pekerjaan........................................................................16
2.8 Perhitungan Bekisting.............................................................................16
2.9 Metode Pelaksanaan...............................................................................18
2.10 Tingkat Resiko K3L terhadap Bekisting..............................................20
2.10.1 Definisi Kecelakaan Kerja.....................................................................20
2.10.2 Definisi Risiko.........................................................................................20
2.10.3 Jenis-jenis Risiko....................................................................................20

x
BAB III.......................................................................................................................24
3.1 Deskripsi Proyek.....................................................................................24
3.2 Site Installation........................................................................................24
3.3 Data yang Diperlukan atau Data Perencanaan....................................27
3.3.1 Data Gambar........................................................................................27
3.3.2 Rancangan Anggaran Biaya...............................................................28
3.4 Langkah – langkah Pengolahan Data....................................................29
3.5 Diagram Alir............................................................................................31
BAB IV........................................................................................................................32
4.1 Perbandingan Penggunaan Bekisting Knock Down dan Bekisting
Climbing System....................................................................................................32
4.1.1 Perhitungan Bekisting Knock Down..................................................32
4.1.2 Perhitungan Bekisting Climbing System...........................................34
4.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting............................................35
4.2.1 Pelaksanaan Bekisting Knock Down.................................................35
4.2.2 Pelaksanaan Bekisting Climbing System..........................................38
4.3 Waktu penggunaan antara Bekisting Knock Down dan Bekisting
Climbing System....................................................................................................41
4.3.1 Waktu Penggunaan Bekisting Knock Down.....................................42
4.3.2 Waktu Penggunaan Bekisting Climbing System..............................43
4.4 Biaya penggunaan antara Bekisting Knock Down dan Bekisting
Climbing System....................................................................................................45
4.4.1. Bekisting Knock Down........................................................................45
4.4.2. Bekisting Climbing System.................................................................48
4.5 Pemilihan Bekisting yang lebih baik digunakan dengan tingkat resiko
K3L..........................................................................................................................51
4.5.1. Bekisting Knock Down dengan tingkat resiko K3L.............................51
4.5.2. Bekisting Climbing System dengan tingkat resiko K3L......................52
BAB V.........................................................................................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................53
5.2 Saran.........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................55

xi
xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4 Tabel Bahan Bangunan dan


Indeks..........................................................14
Tabel 2.5 Tabel Tenaga Kerja dan
Indeks................................................................15
Tabel 3.1 Rancangan Anggaran
Biaya.....................................................................29
Tabel 4.1 Tabel Analisis Harga Satuan
Pekerjaan..................................................46
Tabel 4.1 Tabel Analisis Harga Satuan
Crane.........................................................49

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bekisting Konvensional.........................................................................8


Gambar 2.2 Bekisting Knock
Down..........................................................................10
Gambar 2.3 Bekisting Climbing
System...................................................................11
Gambar 3.1 Peta
Satelit.............................................................................................26
Gambar 3.2 Peta
Lokasi.............................................................................................26
Gambar 3.3 Gambar Site Plan Pintu Air di
Surakarta...........................................27
Gambar 3.4 Diagram Alir Metode
Pelaksanaan......................................................31
Gambar 4.1 Komponen Climbing
System................................................................33
Gambar 4.2 Climbing System...................................................................................33

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I
1. Schedule Pekerjaan...............................................................................................57
Lampiran II
1. Jadwal Pelaksanaan Skripsi.................................................................................58

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstruksi Bangunan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan seluruh
tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Pekerjaan proyek konstruksi bangunan
melibatkan beberapa aspek diantaranya bahan bangunan, peralatan, tenaga kerja, dan
penerapan teknologi. Semua aspek tersebut dapat merupakan sumber kecelakaan kerja
yang bahkan dapat mengakibatkan kematian atau kerugian material. Salah satunya dalam
pekerjaan bekisting.
Dalam sebuah pelaksanaan proyek, pasti kita sering mendengar istilah bekisting.
Bekisting merupakan sarana yang digunakan untuk mencetak beton. Material bekisting
bisa berupa kayu lapis/multiplek, balok kayu, alumunium dan baja. Meskipun bekisting
memiliki banyak komponen pendukung, namun pada kondisi di lapangan sering kali
ditemukan adanya kegagalan bekisting akibat kurangnya perhatian pada saat perencanaan
dan pelaksanaan. Runtuhnya konstruksi bekisting dapat disebabkan oleh kurangnya
stabilitas, beban lebih terhadap konstruksi bekisting, kurangnya keahlian, material sudah
usang, tumbukan, hentakan dan getaran saat berlangsungnya pengecoran beton.
Runtuhnya bekisting dapat membuat pekerjaan konstruksi tertunda, kerugian materi
bahkan hilangnya nyawa.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan bekisting akibat beban – beban yang bekerja
dan faktor lainya, maka sebuah konstruksi bekisting harus memenuhi syarat kekuatan,
kekakuan dan stabilitas. Maka dari itu metode pelaksanaan, perhitungan dimensi,
effisiensi waktu, dan effisiensi biaya harus benar – benar diperhitungkan. Bekisting
dikatakan kuat apabila saat menerima beban – beban yang bekerja material bekisting tidak
patah. Kekuatan bekisting menjadi komponen utama dalam menghasilkan kualitas
dimensi struktur yang sesuai dengan rencana. Bekisting dikatakan kaku, apabila saat
menerima beban – beban yang bekerja material bekisting tidak berubah bentuk. Bekisting
juga harus stabil, agar saat menerima beban bekisting tidak runtuh. Syarat ini harus
2

dipenuhi mengingat bekisting adalah pekerjaan yang dilakukan berulang – ulang pada
bangunan bertingkat serta memerlukan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemilihan
sistem bekisting juga merupakan suatu keputusan yang penting pada proyek bangunan
bertingkat karena dapat mempengaruhi keselamatan dan kualitas konstruksi. Saat ini
bekisting semi sistem yang merupakan perkembangan dari bekisting konvensional mulai
banyak dipilih oleh kontraktor guna mendapatkan konstruksi yang berkualitas dan aman.
Pada konstruksi bekisting ini, alat berat pun ikut berperan. Salah satunya dengan
menggunakan alat berat mobile crane. Mobile Crane adalah alat pengangkat yang pada
umumnya dilengkapi dengan drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan
untuk mengangkat dan menurunkan material secara vertikal dan memindahkannya secara
horizontal. Mobile Crane dilengkapi dengan beragai peralatan untuk memudahkan
pekerjaan atau pergerakan dari crane tersebut. Crane biasanya digunakan pada industri
transportasi untuk memuat atau membongkar muatan barang, peti kemas dan lain
sebagainya. Pada industri konstruksi bangunan digunakan untuk memindahkan material
bangunan atau memasang peralatan berat diatas ketinggian tertentu.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti memiliki ketertarikan untuk
mengkaji lebih jauh dalam kegiatan penelitian skripsi yang berjudul “Perbandingan
antara Pekerjaan Bekisting Knock Down dengan Bekisting Climbing System (Studi
Kasus Pada Pembangunan Proyek Pintu Air di Wilayah Demangan, Kota
Surakarta)”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan pada latar belakang
maka penulis mambatasi lingkup yang akan dibahas dalam skripsi ini. Ada pun rumusan
masalah yang akan dibahas adalah:
1. Berapa dimensi bekisting dengan menggunakan bekisting knock down dan
bekisting climbing system pada dinding dan pilar di Proyek Pembangunan Pintu
Air di Wilayah Surakarta?
3

2. Bagaimana metode pelaksanaan antara pekerjaan bekisting knock down dan


bekisting climbing system pada dinding dan pilar di Proyek Pembangunan Pintu
Air di Wilayah Surakarta?
3. Berapa effisiensi waktu penggunaan antara pekerjaan bekisting knock down dan
bekisting climbing system pada dinding dan pilar di Proyek Pembangunan Pintu
Air di Wilayah Surakarta?
4. Berapa effesiensi biaya penggunaan antara pekerjaan bekisting knock down dan
bekisting climbing system pada dinding dan pilar di Proyek Pembangunan Pintu
Air di Wilayah Surakarta?
5. Bekisting mana yang memiliki tingkat resiko K3L terkecil antara pekerjaan
bekisting knock down dan bekisting climbing system pada dinding dan pilar di
Proyek Pembangunan Pintu Air di Wilayah Surakarta?

1.3 Batasan Masalah


Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka penulis
memberikan batasan masalah dalam skripsi ini. Adapun batasan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Menghitung dimensi dari bekisting dengan menggunakan Harga Satuan Pokok
Kegiatan Tahun 2019.
2. Metode pelaksanaan bekisting knock down dan bekisting climbing system dengan
menggunakan Peraturan Standart dari PU.
3. Menghitung effesiensi waktu antara perkerjaan bekisting knock down dan
bekisting climbing system dengan menggunakan Harga Satuan Pokok Kegiatan
Tahun 2019.
4. Menghitung effesiensi biaya antara perkerjaan bekisting knock down dan bekisting
climbing system dengan menggunakan Harga Satuan Pokok Kegiatan Tahun
2019.
4

5. Melakukan perbandingan tingkat resiko K3L antara perkerjaan bekisting knock


down dan bekisting climbing system dengan menggunakan Peraturan Standart dari
PU.

1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui dimensi dari bekisting tersebut.
2. Mengetahui metode pelaksanaan bekisting antara bekisting knock down dan
bekisting climbing system.
3. Mengetahui effesiensi waktu antara bekisting knock down dan bekisting climbing
system.
4. Mengetahui effesiensi biaya antara bekisting knock down dan bekisting climbing
system.
5. Mengetahui tingkat resiko K3L terkecil dari bekisting knock down dan bekisting
climbing system.

1.5 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang
berkaitan dengan pendidikan dan pengetahuan bagi peneliti yang melakukan
pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan suatu
perusahaan dalam mengambil kebijakan dalam metode pelaksanaan pada
pekerjaan bekisting.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Pada penelitian ini dicantumkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya yang dianggap mempunyai keterkaitan sehingga dapat dijadikan
sebagai studi Pustaka.
1. Analisis Perbandingan Biaya Bekisting Antara Multiplek dan Bekisting Tegofilm
Untuk Gedung Berlantai Banyak Penelitian yang dilakukan oleh Kelirey (2017)
tentang Analisis Perbandingan Biaya Bekisting Antara Bekisting Multiplek dan
Bekisting Tegofilm Untuk Gedung Berlantai Banyak (Studi kasus pada proyek
pembangunan RSA UII di Kabupaten Bantul). Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui jenis material bekisting dengan biaya yang murah pada proyek
pembangunan gedung berlantai banyak. Dengan penelitian tersebut memberikan
hasil berupa kesimpulan bahwa:
a. Perhitungan biaya Bekisting untuk Balok dan Pelat Lantai pada pembangunan
Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia dengan menggunakan bahan tegofilm
dan bekisting yang menggunakan bahan multiplek diperoleh tingkat efisiensi
yaitu sebesar 2,7%. Dimana hasil biaya bekisting yang menggunakan multiplek
sebesar Rp. 5.148.865.659,74 dan biaya bekisting yang menggunakan tegofilm
sebesar Rp.5.042.260.569,84 serta selisih dari kedua biaya tersebut sebesar Rp.
106.605.089,90. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tegofilm
untuk bekisting dapat menghebat biaya sebesar 2,7% atau lebih murah
dibandingkan penggunaan multiplek untuk bekisting.
b. Selain dari segi biaya, Penggunaan tegofilm sebagai bahan bekisting
menghasilkan permukaan beton yang memiliki tekstur yang baik atau lebih halus
dibandingkan penggunaan multiplek untuk bekisting.
6

2. Komparasi Biaya Pelaksanaan Penggunaan Bekisting Konvensional dan Bekisting


Sistem PERI Penelitian yang dilakukan oleh Legstyana (2012) tentang Komparasi
Biaya Pelaksanaan Penggunaan Bekisting Konvensional dan Bekisting Sistem PERI
ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui biaya terhemat antara bekisting konvensional atau bekisting sistem
PERI.
b. Mengetahui faktor apa saja dalam memilih bekisting konvensinal atau bekisting
sistem PERI untuk bekisting gedung.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :
a. Jika proyek RED DOT Hotel dikerjakan menggunakan bekisting sistem PERI
biaya pelat permeter persegi sebesar Rp 90.000,00 dengan selisih biaya Rp
24.471,66 atau sekitar 18,5% lebih murah dari perhitungan menggunakan
perancah kayu yaitu rata-rata sebesar Rp. 110.471,66. Menilai hal tersebut
merupakan salah satu alasan pelaksana menggunakan jasa sub kontraktor yang
menggunakan sistem PERI untuk pelaksanaan bekisting.
b. Selain itu dari segi biaya adapun alasan lain, yaitu hasil pekerjaan lebih rapi,
mengurangi limbah produksi, dan lebih kuat dan aman. Adapun pilihan
menggunakan bekisting konvensional antara lain : pelaksana atau kontraktor
mempunyai ide memanfaatkan limbah bekisting, proyek berada di lokasi yang
memiliki banyak kayu / kayu mudah di dapat dan murah.
3. Analisis Bekisting Metode Semi Sistem dan Metode Sistem Pada Bangunan
Gedung Penelitian yang dilakukan oleh Muis (2013) tentang Analisis Bekisting
Metode Semi Sistem dan Metode Sistem Pada Bangunan Gedung ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui biaya yang lebih murah antara bekisting metode semi sistem dan
bekisting sistem.
b. Mengetahui waktu pekerjaan yang lebih cepat antara bekisting semi sistem dan
bekisting sistem.
7

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :


a. Biaya antara pekerjaan bekisting metode sistem lebih mahal dibandingkan
dengan bekisting metode semi sistem.
b. Waktu pekerjaan bekisting metode sistem lebih cepat penyelesaiannya
dibandingkan metode semi sistem. Jadi bekisting metode sistem dipakai atau
dipilih apabila proyek konstruksi dituntut untuk lebih cepat dan perusahaan
mendapatkan proyek yang sama / berulang-ulang.

2.2 Pengertian Bekisting


Kuatnya bangunan tak hanya bergantung pada konstruksi beton yang baik, tetapi juga
dalam pembuatan bekisting saat pengerjaan bangunan. Bekisting merupakan cetakan yang
dibuat pada pengerjaan pengecoran supaya diperoleh bentuk tertentu, seperti dinding,
kolom, balok dan pelat. Meskipun bersifat sementara, pembuatan bekisting harus benar
dan tepat supaya diperoleh bangunan yang berkualitas. Saat ini dikenal ada beberapa jenis
bekisting. Jenis-jenis bekisting ini memiliki kelebihannya masing-masing, berikut macam-
macam bekisting yaitu sebagai berikut:

a. Bekisting Konvensional

Bisa jadi bekisting ini adalah jenis bekisting yang pertama kali dikenal. Bekisting
konvensional atau bekisting tradisional hanya mengandalkan triplek dan kayu atau
papan. Jenis papan yang dipakai biasanya adalah papan yang tahan kelembaban.
Papan bekisting dari kayu yang umum digunakan memiliki ketebalan 2 cm sampai 3
cm dengan lebar 15 cm sampai 20 cm. Sementara itu untuk ketebalan triplek
bekisting sekitar 3 mm sampai 9 mm.

Kayu untuk bekisting hendaknya dipilih yang tidak terlalu basah dan cukup baik
supaya tidak mudah melengkung dan pecah. Dalam proses pengerjaan, triplek dan
papan dipasang di bagian struktur bangunan. Jika beton sudah mencapai kekuatan
8

yang cukup, triplek dan papan yang dipakai dalam proses bekisting dilepas dan
dibongkar satu per satu.

Terkadang, material triplek atau papan yang dipakai untuk bekisting masih bisa
digunakan pada pekerjaan berikutnya. Tentunya jika kualitas triplek dan papan
masih bagus. Namun seringkali karena kualitas yang kurang bagus, triplek dan
papan tersebut hanya bisa dipakai untuk satu kali pekerjaan bekisting saja. Pada
proyek pembangunan gedung, jenis kayu kelapa atau glugu sering dipilih untuk
membuat bekisting balok. Sedangkan jenis kayu meranti umumnya dipakai sebagai
bahan pembuatan triplek yang dipakai pada bekisting konvensional.

Bekisting konvensional ini terbilang murah bila dibandingkan dengan pengadaan


atau penyewaan bekisting moderen. Tetapi bekisting konvensional ini tidak
disarankan untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tahapan
bekisting. Sebab proses pembongkaran triplek dan papan membutuhkan waktu yang
terbilang lama, menyisakan limbah triplek dan kayu, serta menghasilkan bentuk
yang tidak presisi.

Gambar 2.1 Bekisting Konvensional


(sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/bekisting/jenis-jenis-bekisting)
9

b. Bekisting Knock Down


Seiring perkembangan teknologi khususnya di bidang rancang bangun, berbagai
inovasi dilakukan termasuk yang berkaitan dengan pekerjaan bekisting. Salah satu
inovasi penting di dunia rancang bangun adalah munculnya sistem bekisting knock
down. Sistem bekisting knock down ini menggunakan bahan besi hollow dan plat
baja. Tentunya penggunaan material tersebut akan menghasilkan bentuk yang lebih
presisi jika dibandingkan dengan penggunaan triplek dan papan pada sistem
bekisting konvensional.
Bekisting knock down dengan bahan besi hollow dan plat baja ini juga lebih
mudah dalam hal pemasangan dan pembongkaran. Dalam proses ini pula, jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit bila dibanding penggunaan bekisting
konvensional.
Sementara itu dari segi harga, bekisting knock down memang lebih mahal
dibandingkan bekisting konvensional yang menggunakan triplek dan papan. Namun
bekisting knock down bisa dipakai berulangkali, tahan lama dan juga awet. Cara
pemakaian dan perawatan yang tepat dapat membuat bekisting knock down ini
semakin tahan lebih lama. Setelah pemakaian, elemen bekisting knock down ini
sebaiknya dibersihkan dari sisa-sisa material yang menempel agar dapat digunakan
lagi dengan kualitas yang tidak berkurang.
Jika ditotal biaya yang harus dikeluarkan sampai proyek selesai dilakukan, maka
biaya penggunaan bekisting knock down ini jauh lebih hemat dibandingkan dengan
pemakaian bekisting konvensional. Saat ini bekisting knock down semakin mudah
dipesan dan semakin menjamur pula penyewaannya. Bandingkan saja dengan
penggunaan triplek dan papan kayu yang tak bisa digunakan dalam pengerjaan
bekisting jangka panjang.
10

Ga
mbar 2.2 Bekisting Knock Down
(sumber: Dokumentasi Proyek Pintu Air Demangan, Kota Solo)

c. Bekisting Climbing System


Bekisting ini adalah salah satu jenis dari bekisting yang khusus digunakan untuk
pembangunan struktur beton arah vertikal atau bangunan bertingkat tinggi.
Penggunaan bekisting ini adalah solusi yang efektif untuk pembangunan struktur
yang sama atau berulang.
Dari segi penampilan, dengan adanya bekisting ini tampilan beton akan lebih
bagus, khususnya beton ekspos dan kualitas yang diinginkan. Dari segi ketepatan,
pada pelaksanaan beton sangat penting sehingga tidak ada kesalahan pada
pengerjaan beton. Dengan adanya bekisting ini maka dapat membuat beton dengan
ukuran, bentuk dan letak yang tepat.
11

Dari segi biaya penggunaan bekisting ini dikatakan lebih mahal dari bekisting
knock down karena bahan yang digunakan beberapa kali bahkan sampai ratusan kali
terbuat dari baja. Khusus untuk bekisting climbing system dapat menghemat waktu
sehingga tidak berulang-ulang dalam penyewaan bekisting.
Cara penggunaan bekisting climbling system ini sangat cocok untuk pengecoran
concrete shaft dan dinding pada sturktur bertingkat tinggi. Flatform dapat naik
ketingkat berikutnya secara otomatis sebagai kesatuan tanpa menggunakan crane.
Dengan menghilangkan crane, maka biaya dari sistem ini lebih hemat.

Gambar 2.3 Bekisting Climbing System


(sumber: Dokumentasi Proyek Pintu Air Demangan, Kota Solo)
12

Di dalam merancang acuan untuk pekejaan beton harus selalu menggunakan


pertimbangan-pertimbangan optimasi biaya yang mana akan melibatkan berbagai faktor
biaya, antara lain ialah:
a. Harga Bahan
b. Upah untuk membuat, memasang dan membongkar
c. Biaya alat-alat yang digunakan

2.3 Metode Perkiraan Biaya


Defenisi perkiraan biaya menurut National Estimatinng Society USA adalah seni
memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan
untuk suatu kegiatan yang didaasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.
Menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan
mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi.
Perkiraan biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah, serta biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan atau proyek
tersebut. Perkiraan biaya diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi
sehingga akan diperoleh angaran biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
proyek, anggaran biaya merupakan harga dari bangunan dihitung teliti, cermat dan
memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di
masingmasing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja,
dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bestek serta rencana kerja, daftar upah,
daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap
jenis pekerjaan. Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan
volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan.

2.4 Perhitungan Pemakaian Material


Perhitungan material dipakai sesuai dengan gambar perencanaan, dihitung secara
global dengan mengkorelasikan antara metode yang dipakai dan bentuk bangunan yang
13

akan dibuat sehingga diperoleh suatu quantity penggunaan material. Perhitungan material
berdasarkan pada volume pekerjaannya, perhitungan volume pekerjaan bekisting dengan
Persamaan dengan menggunakan SNI 7394:2008 no.6.27 Tahun 2020, sebagai berikut:
V = KL x T
Dimana,
V = Volume bekisting yang dikerjakan (m2)
KL = Keliling Atau Luasan Pekerjaan Bekisting (M)
= 2 x (Lebar + (Tebal + 0,1))
T = Tinggi (m)
Langkah selanjutnya adalah perhitungan jumlah pemakaian material berdasarkan
pada gambar kerja dan volume yang telah dibuat dan dihitung sebelumnya, dalam analisis
perhitungan material ini dilakukan secara teoritis yaitu dengan menghitung secara tepat
kebutuhan material yang diperlukan. Penggunaan satuan volume yang disepakati dalam
perhitungan volume dan jumlah material adalah sebagai berikut:
1. Material, material yang digunakan dalam pembuatan bekisting pada umumnya
adalah multiplek atau plywood dan kayu.
a. Multiplek atau plywood dihitung dalam satuan lembar dengan ukuran standar
1220 x 2440 mm setiap lembarnya. Apabila hasil perhitungan yang dilakukan
berupa bilangan desimal (tidak bulat) maka nilai yang dibelakang koma
merupakan perbandingan luas plywood yang ada dibagi luas standar 1 lembar
plywood (2,9768 m2).
b. Kayu dihitung dalam satuan m3 yang merupakan hasil pengalian jumlah kayu.
c. Paku dihitung dalam satuan kilo gram (Kg) dimana perhitungannya luasan dikali
dengan koefisien, bekisting konvensional sebesar 0,4, bekisting semi sistem
sebesar 0,3 dan bekisting climbing system sebesar 0.068.
d. Minyak bekisting dihitung dalam satuan liter (ltr) dimana setiap kali
penggunaannya luasan dikali dengan koefisien sebesar 0,1.
14

Tabel 2.4 Tabel Bahan Bangunan dan Indeks


Bahan Bangunan Indeks Satuan

Multiplex18mm (papan) 0,1280 m3

Paku 5 cm – 7 cm 0,3000 Kg

Dolken kayu galam 0,0070 m3


(kaso),  diamater (5-7) cm

Sumber: Harga Satuan Pekerjaan Kota Surakarta tahun 2019

2. Alat, yaitu alat yang digunakan dalam perkuatan bekisting, untuk menjadikan
bekisting menjadi satu kesatuan yang utuh beserta penyangganya, alat alat ini
terbuat dari baja. Satuan untuk alat adalah; unit, untuk alat yang merupakan
rangkaian atau kesatuan dari beberapa komponen; pieces (pcs), untuk alat yang
berupa satu komponen alat itu sendiri; dan set, apabila alat tersebut terdiri dari
pasangan dalam kesatuan.

2.5 Perhitungan Jumlah Pekerja


Perhitungan Jumlah pekerja didasarkan pada kapasitas pekerja dengan volume
pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. Kapasatias
pekerja bekisting metode konvensional untuk 1 hari kerja atau 8 jam kerja, kapasitas 1
orang pekerja berkisar antara 2 s/d 2,5 m2/hari/orang. Sedangkan kapasitas pekerja
bekisting metode knock down untuk 1 hari kerja atau 8 jam kerja, kapasitas 1 orang
pekerja berkisar antara 2,5 s/d 3 m2/hari/orang . Untuk bekisting metode climbing system
produktifitas tenaga kerja yaitu sebesar 0,6 m2/orang/jam jadi untuk 1 hari kerja atau 8
jam kerja, kapasitas 1 orang pekerja sebesar 4,8 m2/hari/oranng. Perhitungan kebutuhan
jumlah pekerja dengan Persamaan 2 menggunakan SNI 7394:2008 no.6.27 Tahun 2020.
15

JP = V / (Kp x t)
Dimana,
JP = Jumlah Pekerja (orang).
Kp = Kapasitas Pekerja (m2/hari).
t = Waktu Penyelesaian Pekerjaan (waktu efektif).
V = Volume bekisting yang dikerjakan (m2)

Tabel 2.5 Tabel Tenaga Kerja dan Indeks


Tenaga Kerja Indeks Satuan

Pekerja 0,3600 OH

Tukang kayu 0,3600 OH

Kepala Tukang 0,0360 OH

Mandor 0,0360 OH

(Sumber: Standart dari Pemerintah Umum (PU))

2.6 Analisis Harga Material, Sewa Alat dan Upah Pekerjaaan


Menentukan harga material dan sewa alat yang dipakai dalam analisis perhitungan
harus ditentukan terlebih dahulu patokan standar harga menurut daerah atau wilayah yang
tertentu dan juga periode waktu berlakunya harga tersebut, atau harga yang berlaku dan
diguakan pada proyek. Hal ini dikarenakan tingkat standar harga yang berbeda-beda
setiap wilayah atau daerah, sering terjadinya fluktuasi harga setiap periode waktu tertentu
disebabkan oleh berbagai faktor dan tingkat kesulitan dalam memperoleh material atau
alat tersebut. Standar upah pekerja digunakan standar upah pekerja yang berlaku dikota
dan ditahun pengerjaan proyek yang sesuai dengan standar dari badan instansi yang
16

terkait dengan ketenaga kerjaan atau badan pengelolaan daerah dimana proyek tersebut
akan dibangun atau dikerjakan perbandingan persentase jumlah tukang dan pembantu
tukang untuk pekerjaan bekisting adalah sebesar 60/40. Standart yang digunakan
menggunakan Analisa Harga Satuan Pokok Kegiatan Kota Surakarta tahun 2019.

2.7 Waktu Efektif Pekerjaan


Waktu efektif pekerjaan diperoleh dari jadwal pekejaan yang telah dibuat untuk
masingmasing model pekerjaan, dengan penetapan waktu penyelesaian pekerjaan per
lantai dengan interval waktu yang sama dari setiap lantainya sehingga akan diperoleh
waktu efektif pekerjaan untuk setiap zona dan modul yang akan dikerjakan. Terdapat
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau terlambatnya waktu penyelesaian
dari pekerjaan bekisting yaitu:
1. Faktor kondisi lapangan
Pengerjaan bekisting pada kondisi lantai bertingkat rendah tentunya berbeda
dengan kondisi pekerjaan pada lantai bertingkat tinggi. Faktor kesulitan dalam
pengerjaan bekisting ini sangat menentukan waktu penyelesaian kerja.
2. Faktor keterampilan (skill) tukang
Keterampilan setiap tukang pasti akan berbeda, banyak hal yang
mempengaruhinya; kondisi fisik, umur, pengalaman kerja dan intelegensi.
3. Faktor ketersediaan material dan alat bantu
Apabila material dan alat bantu tersedia maka pekerjaan lebih cepat selesai, hal
sebaliknya akan terjadi kendala apabila tidak ada material dan alat bantu. Dalam
analisis perhitungan yang dilakukan, diambil asumsi kondisi yang ideal dimana
tukang atau pekerja memiliki skill yang standar, kondisi lapangan menunjang dan
material atau alat bantu yang tersedia.

2.8 Perhitungan Bekisting


1. Pembebanan Pada Bekisting
17

Berbagai beban yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah


bekisting,pada prinsipnya berawal dari beban vertical dan beban horizontal serta
pengaruh khusus angin dan getaran yang ditimbulkan oleh vibrator. Dengan
demikian sebuah bekisting harus diperhitungkan terhadap kekuatan, kekakuan dan
kestabilan.
Beban yang dipikul dan harus diperhitungkan dalam perencanaan bekisting adalah
sebagai berikut :
a. Beban tetap, yaitu berat sendiri dari bekisting, beton segar serta besi tulang
b. Beban tidak tetap, adalah berat peralatan, pekerja, dan barang lainnya.
Beban ini harus mampu dipikul oleh bekisting dan hanya diperbolehkan terjadi
lendutan sebesar maksimum yang diijinkan. Perhitungan beban vertikal yang
direkomendasikan oleh Commitee ACI, sebagai dasar perhitungan adalah :      

 Beton bertulang : 2400 kg/m3


 Bekisting : 70 kg/m2
 Beban hidup : 235kg/m2
 Beban hidup min : 150-250 kg/m2

Sedangkan beban horisontal terjadi pada proses pengecoran sebagai akibat dari
tekanan hidrostatis. Jadi tekanan horisontal dipengaruhi oleh :
1. Mortal beton, berat volume, plastisitas dan kecepatan pengerasan.
2. Proses pengecoran, temperatur lapangan, kecepatan pengecoran,metode kerja
serta pemadatan.
3. Beksiting, tinggi,bentuk dan dimensi.
4. Kondisi tulangan : jarak dan besar tulangan.
Besarnya defleksi yang diperkenankan pada konstruksi beton dan dapat dipakai
pada konstruksi bekisting adalah antara 1/300 -1/360 L. Dan beberapa bagian
bekisting yang harus dikontrol defleksinya antara lain:
1. Lapis penutup
18

2. Balok pembagi
3. Pendukung joist/stud dan juga waler (klem)

2. Kestabilan dan Kekakuan Bekisting


Stabilitas merupakan suatu yang sangat penting bagi sebuah konstruksi
bekisting.Sering terjadi keruntuhan pada bekisting akibat kurang memperhatikan
kekuatan dan kestabilan bekisting, oleh sebab itu penting untuk diperhatikan dalam
perencanaan bekisting yang disertai dengan penekanan pada bracing atau
penguat .Untuk menjaga kestabilan bekisting,maka perlu penempatan skur yang
cukup dan tepat sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan terjadi
tekuk. Ketidakstabilan juga terjadi akibat cara pengecoran, kecepatan pengecoran
tidak terkendali akan mengakibatkan penumpukan beton segar sehingga akan terjadi
ketidakmampuan bekisting pada saat memikul beban . Ada  beberapa faktor yang
mempengaruhi kestabilan bekesting, diantaranya landasan untuk mendirian
perancah, kekuatan material bekisting, dimensi dan jarak beam dan staiger,
dll.Dengan memahami beban yang harus dipikul oleh bekisting atau kestabilan
bekisting, maka dapat dilakukan antisipasi dan pengendalian terhadap kualitas dari
bekisting tersebut.
Dengan demikian bekisting dan perancah harus memenuhi unsur-unsur seperti
tersebut diatas yaitu : material berkualitas, aman, awet, efesien, kekuatan dan
kestabilan. Dengan terpenuhinya unsur-unsur tersebut diatas dapat menjamin
kualitas beton yang akan dicor menjadi baik.

2.9 Metode Pelaksanaan


Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang
mengikuti prosedur dan telah dirancang sesuai dengan pengetahuan maupun standar yang
telah diujicobakan. Dalam setiap pelaksanaan konstruksi dibutuhkan inovasi teknologi,
19

agar berbagai kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efisien dan efektif, serta
diperoleh produk konstruksi yang lebih berkualitas.
Dalam pelaksanaan pembangunan yang menerapkan metode konstruksi dengan
inivasi teknologi, meliputi rangkaian kegiatan dan urutan kegiatan pembangunan yang
dipadukan dengan persyaratan kontrak (gambar, spesifikasi, jadwal penyelesaian),
ketersediaan sumberdaya (tenaga kerja, material, peralatan) dan kondisi lingkungan
seperti cuaca, kondisi tanah, dan lainnya.
Misalnya, untuk menguraikan metode konstruksi pada pekerjaan bekisting, perlu
dipertimbangkan seluruh aspek kegiatan sejak dipersiapkan sampai dengan
pemasangannya. Antara lain : kegiatan di tempat pembuatan, yang meliputi : penyiapan
lahan, peralatan, pembuatan, dan penyiapan pengangkutannya. Juga kegiatan di lokasi
pelaksanaan yang terdiri dari : penyiapan peralatan untuk penurunan, pemasangan,
penyiapan pengawasan, dan seterusnya.
1. Metode kerja pada bekisting knock down:
a) Siapkan semua alat dan bahan material yang akan digunakan dalam
pekerjaan bekesting kolom.
b) Pasang multiplek pada rangka besi hollow.
c) Beri oli dan oleskan pada multiplek agar pada saat pembongkaran mudah
dilepas.
d) Dirikan rangka besi hollow.
e) Pasang bekisting pada area yang akan di cor.
f) Beri penyangga besi untuk menahan bekisting agar bekisting kuat dan presisi.
g) Penambahan perkuatan dengan profil siku secara vertikal ditempatkan pada
bagian bawah, tengah, dan atas bekisting.
h) Pemasangan profil siku secara vertikal juga dilakukan sebagai penghubung
antar sisi bekisting. Profil siku juga diberi lubang baut untuk mengencangkan
bekisting agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran.
20

2. Metode kerja pada bekisting climbing system:


a) Pastikan Self Climber berada di kedua sisi shear wall yang akan di cor.
Posisikan Working Platform pada Self Climber agar sejajar dengan shear wall
yang siap untuk di cor, kemudian lakukan pengecoran.
b) Setelah beton mengeras, lakukan pekerjaan pembesian untuk shear wall di
elevasi berikutnya. Sementara itu, lepas wall form dengan menggunakan trolley
kemudian pasang wall bracket pada shear wall yang telah mengeras.
c) Naikkan elevasi dari Climbing Mast, lalu lepas angkur dan wall bracket pada
Recovery Platform.
d) Naikkan elevasi sistem sampai ketinggian berikutnya. Kemudian pasang
wallform dengan menggunakan trolley.
e) Lakukan pengecoran kembali.

2.10 Tingkat Resiko K3L terhadap Bekisting


2.10.1 Definisi Kecelakaan Kerja
Dalam buku Industrial Safety, Colling, mendefiniskan kecelakaan kerja sebagai
kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang disebabkan oleh faktor manusia,
situasi, atau lingkungan, yang membuat terganggunya proses kerja dengan atau tanpa
berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti kerja.

2.10.2 Definisi Risiko


Menurut Canadian Centre for Occupational Health and Safety (2009) risiko
merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan dirugikan atau mengalami
gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini juga termasuk properti atau
kehilangan peralatan.
21

2.10.3 Jenis-jenis Risiko


Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko
dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis
kegiatannya antara lain :
1. Risiko keuangan (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko financial yang berkaitan
dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko financial seperti piutang macet,
perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Risiko keuangan ini
harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau
bahkan sampai gulung tikar.
2. Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi
atau digunakan secara luas oleh masyarakat. Setiap perusahaan mempunyai
tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya. Perusahaan
wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman bagi
konsumen. Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1986 tentang Perlindungan
Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa
yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk (product safety
atau product liability).
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat
terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana
alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga
mengakibatkan kerugaian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu
pemulihan yang lama.
4. Risiko operasional
22

Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan


bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang
memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk
mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis,
bentuk dan skala bisnisnya masing-masing.
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul
dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan
lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai hal yang negatif
(negative impact) seperti:
 Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan

 Kebakaran dan peledakan

 Penyakit akibat kerja

 Kerusakan sarana produksi

 Gangguan operasi

5. Risiko keamanan (security risk)

Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau


kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi,
data keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami konflik,
gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan
perusahaan.

Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen


keamanan dengan pendekatan manajemen risiko. Manajemen keamanan
dimulai dengan melakukan semua potensi risiko keamanan yang ada dalam
kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah
pencegahan dan pengamanannya.
23

6. Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan
sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti tingkat
kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan risiko
baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli
terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi
perusahaan. (Ramli, 2010)
24

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Proyek


Proyek Pembangunan Pintu Air Demangan yang berlokasi di Jalan Beton Kec. Jebres,
Kab. Sewu, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Proyek Pembangunan Pintu Air Demangan ini
merupakan sebuah proyek yang bertujuan untuk rekontruksi bangunan pintu air lama dan
mengatasi naiknya debit banjir saat hujan turun.
Pemilik dari pembangunan pin`tu air ini sendiri adalah BALAI BESAR WILAYAH
SUNGAI BENGAWAN SOLO (BBWSBS), Kontraktornya yaitu PT. DUTA-BANGKIT
(KSO). Tanggal Kontrak pada 1 Maret 2019 dengan waktu penyelesaian 300 Hari
Kalender.

3.2 Site Installation


Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan
rencana lapangan ( perencanaan site plan / site installation ). Tujuan pokok dalam
perencanaan site plan / site installation adalah mengatur letak bangunan – bangunan dan
sarana pada proyek sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat
berjalan dengan :
1. Efisien
Penempatan dari bangunan-bangunan dan sarana pada proyek perlu diatur
menurut kebutuhan sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah
pencapaian perbandingan terbaik antara sumber tenaga / daya dengan hasil
pelaksanaan. ( Djojowirono, 1991 )
Oleh karena itu, letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana tersebut tidak
boleh saling mengganggu satu dengan yang lainnya, baik jarak maupun
ukurannya.
2. Efektif
25

Penempatan bangunan-bangunan dan sarana yang efektif pada proyek juga


dibutuhkan dalam menunjang pekerjaan konstruksi. Efektif adalah dapat
diselesaikannya suatu pekerjaan sesuai dengan rencana (schedule) kerja yang
telah disusun. ( Djojowirono, 1991 )
Perencanaan site plan / site installation yang tidak efektif dapat mengakibatkan
terjadinya keterlambatan proyek dan bertambahnya anggaran biaya proyek.
3. Lancar
Yang dimaksud dengan lancar dalam perencanaan site plan / site installation
adalah kelancaran pelaksanaan pekerjaan, terutama kelancaran transportasi /
angkutan di lokasi proyek. ( Djojowirono, 1991 )
Pembuatan jalan kerja untuk mendukung kelancaran transportasi sangat erat
hubungannya dengan perletakan bangunan-bangunan dan sarana proyek lainnya.
Terganggunya kelancaran transportasi dapat mengakibatkan timbulnya hambatan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehingga jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dapat menyimpang dari rencana kerja yang telah tersusun.
4. Aman
Salah satu tujuan dibuatnya bangunan-bangunan dan sarana pada proyek adalah
untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya
kegiatan proyek.
Yang dimaksud dengan keamanan adalah menghindarkan gangguan pencurian,
kehilangan dan kerusakan peralatan serta bahan-bahan bangunan. Sedangkan
yang dimaksud dengan keselamatan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keselamatan para tenaga kerja. (Djojowirono, 1991 )
26

Lokasi untuk proyek ini dapat dilihat dari peta wilayah Demangan yang bertanda
panah berikut ini:
Gambar 3.1 Peta Satelit

Rencana
Lokasi Proyek
27

Gambar 3.2 Peta Lokasi

3.3 Data yang Diperlukan atau Data Perencanaan


3.3.1 Data Gambar
Pengertian gambar adalah gambar teknik yang dibuat dalam pelaksanaan proyek
konstruksi bangunan sebagai acan dalam melaksanakan pekerjaan, pembuatannya
mengacu pada gambar kontrak yang dibuat oleh konsultan perencana, dalam organisasi
kontraktor yang bertugas membuat gambar ini adalah drafter. Dalam proyek berskala
besar ata infrastruktur, gambar dibuat dengan ukuran kertas A3.
Gambar yang dibutuhkan untuk penelitian ini antara lain:
a. Gambar denah
b. Gambar tampak
c. Gambar potongan
d. Harga Satuan Pekerjaan

Gambar 3.3 Gambar Site Plan Pintu Air di Surakarta


(sumber: Gambar layout pintu air demangan, Kota Solo)
28

3.3.2 Rancangan Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya adalah suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,serta biaya- biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek.
Anggaran biaya merupakan harga dari bahan bangunan yang dihitung dengan teliti,
cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-
beda di masing- masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah
tenaga kerja. Dalam menyusun Anggaran Biaya dapat dilakukan dengan 2 cara berikut:
1. Angka Biaya Kasar
Sebagai Pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga satuan
tiap meter persegi (mk2) luas lantai. Anggaran kasar dipakai sebagai pedoman
terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti.
Walaupun namanya anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m2 luas
lantai tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti. Dibawah
29

ini diberikan sekedar contoh, untuk dapat menggambarkan penyusunan anggaran


biaya kasar yaitu :
Bangunan Induk 10 X 8 = 80 m2 dikalikan harga satuan yaitu Rp 150.000 = Rp
12.000.000. Jadi dapat disimpulkan adalah harga perm2 bangunan induk tsb
adalah Rp 12.000.000 perm2 nya.
2. Angka Biaya Teliti
Yang dimaksud anggaran biaya teliti adalah Anggaran Biaya Bangunan atau
proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan dan syarat-
syarat penyusunan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar sebagaimana
diuraiakan terdahulu, harga satuan dihitung berdasarkan harga taksiran setiap luas
lantai m2. Taksiran tsb haruslah berdasarkan harga yang wajar dan tidak terlalu
jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti, didasarkan
atau didukung oleh :
a. Besteks
Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat- syarat teknis.
b. Gambar Besteks
Gunanya untuk menetukan/menghitung besarnya masing- masing volume
pekerjaan.
c. Harga Satuan Pekerjaan
Didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkan
perhitungan analisa BOW. BOW Singkatan dari Bugerlijke Openbare Werken
ialah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditentukan oleh Dir BOW
tanggal 28 Februari 1921 Nomor 5372 A Pada zaman pemerintahan Belanda.
Di Zaman sekarang BOW diganti dengan HSPK, yang tentunya tiap kota
maupun kabupaten mengeluarkan HSPK dan setiap tahun ada pergantian.

Tabel 3.1 Rancangan Anggaran Biaya


(sumber: Harga Satuan Pekerjaan Kota Surakarta)
30

3.4 Langkah – langkah Pengolahan Data


Dalam pengerjaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kegiatan dimulai dengan mengumpulkan data pendukung perhitungan, seperti
gambar perencanaan, rancangan anggaran biaya, refrensi peraturan yang berlaku
serta daftar harga bahan.
b. Setelah data terkumpul dilakukan perhitungan volume pekerjaan yang meliputi
analisa harga satuan pekerja, daftar harga material, perhitungan kebutuhan
material, dan juga rencana anggaran biaya dan Pengembangan dari hal dari hal
tersebut diantaranya adalah fungsi dari estimasi biaya anggaran, aliran kas,
pengendalian biaya, dan profit proyek tersebut.
c. Setelah itu berikutnya adalah menghitung durasi pekerjaan berdasarkan harga
satuan pekerjaan mengenai produktivitas pekerjaan bekisting.
d. Apabila semua perhitungan sudah selesai dilakukan maka dilanjutkan pada
perbandingan metode pelaksanaan nya dengan berdasarkan waktu, mutu dan juga
biaya.
31
32

3.5 Diagram Alir


Diagram alir merupakan rangkaian pembahasan atau pengolahan dari data yang telah
diperoleh. Berikut ini adalah rencana diagram alir dari penelitian ini:

MULAI

Pengumpulan Data

1. Gambar Denah
2. Gambar Tampak
3. Gambar Potongan
4. Harga Satuan Pekerjaan

Perhitungan
Dimensi Bekisting

Perhitungan Waktu
Penggunaan Bekisting

Perhitungan Biaya
Penggunaan Bekisting

Perbandingan dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 3.4 Diagram Alir Metode Pelaksanaan


33

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan Penggunaan Bekisting Knock Down dan Bekisting Climbing


System
Bekisting atau formwork adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan
beton selama beton tersebut dituang hingga mengeras sesuai bentuk yang diinginkan.
Hingga mencapai cukup umur untuk mutu betonnya dan siap untuk dilakukan
pembongkarannya. Pekerjaan bekisting merupakan proses awal suatu pekerjaan struktur,
yang harus dilakukan sesuai dengan pertimbangan waktu pelaksanaan, mutu pekerjaan
dan biaya. Untuk itu dibutuhkan suatu metode pelaksanaan bekisting yang tepat. Analisa
yang dilakukan adalah membandingkan metode bekisting sistem dan semi sistem pada
pekerjaan struktur beton (balok dan plat) Proyek pembangunan Pintu Air. Perbandingan
penggunaan bekisting sistem dan juga semi sistem sendiri bertujuan untuk
membandingkan metode mana yang lebih efesien dan lebih efektif untuk digunakan pada
Proyek tersebut berdasarkan mutu biaya dan juga waktu.

4.1.1 Perhitungan Bekisting Knock Down


Dimensi adalah cara bagaimana suatu besaran tersusun atas besaran-besaran pokok.
Dibawah ini adalah Perhitungan untuk dimensi Dinding Pintu Air dengan P = 46.10m ; L
= 1m ; T = 11m, dan Perhitungan dimensi Pintu Air dengan P = 9m ; L = 1m ; T = 11m
menggunakan Bekisting Knock Down, sebagai berikut:
34

Gambar 4.1 Dinding Pintu Air (pot y2-y2)


 Perhitungan untuk dimensi Dinding Pintu Air dengan P = 46.10m ; L = 1m ; T =
11m, sebagai berikut:
V = KL x T
= 2 x ( 46.10 m + ( 1m + 0.1 )) x 11 m (tinggi dinding pintu air)
= 1,038.4 m³
Pemasangan bekisting dikakukan secara berulang. Karena untuk pemasangan
bekisting tersebut tidak bisa dipasang keseluruhan secara langsung. Total perhitungan
untuk 1 dinding pintu air menjadi 1,038.4 m³.

Gambar 4.2 Pilar Pintu Air (pot y1-y1)

 Perhitungan untuk dimensi Pintu Air dengan P = 9m ; L = 1m ; T = 11m, sebagai


berikut:
35

V = KL x T
= 2 x ( 9 m + ( 1m + 0.1 )) x 11 m (tinggi pintu air)
= 222.2 m³

Pemasangan bekisting dikakukan secara berulang. Karena untuk pemasangan


bekisting tersebut tidak bisa dipasang keseluruhan secara langsung. Total perhitungan
untuk 1 dinding pintu air menjadi 222.2 m³.

4.1.2 Perhitungan Bekisting Climbing System


Dibawah ini adalah Perhitungan untuk dimensi Dinding Pintu Air dengan P =
46.10m ; L = 1m ; T = 11m, dan Perhitungan dimensi Pintu Air dengan P = 9m ; L = 1m ;
T = 11m menggunakan Bekisting Climbing System, sebagai berikut:
 Perhitungan untuk dimensi Pintu Air dengan P = 9m ; L = 1m ; T = 11m, sebagai
berikut:
V = KL x T
= 2 x ( 9 m + ( 1m + 0.1 )) x 11 m (tinggi pintu air)
= 222.2 m³
Sehingga, pemasangan bekisting dikakukan secara berulang. Karena untuk
pemasangan bekisting tersebut tidak bisa dipasang keseluruhan secara langsung. Total
perhitungan untuk 1 dinding pintu air menjadi 222.2 m³.

 Perhitungan untuk dimensi Dinding Pintu Air dengan P = 46.10m ; L = 1m ; T =


11m, sebagai berikut:
V = KL x T
= 2 x ( 46.10 m + ( 1m + 0.1 )) x 11 m (tinggi dinding pintu air)
= 1,038.4 m³
Sehingga, pemasangan bekisting dikakukan secara berulang. Karena untuk
pemasangan bekisting tersebut tidak bisa dipasang keseluruhan secara langsung. Total
perhitungan untuk 1 dinding pintu air menjadi 1,038.4 m³.
36

4.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting


Bekisting atau formwork adalah salah satu faktor penting yang harus direncanakan
secara matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton.
Menurut Stephens (1985), bekisting atau formwork adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk
yang diinginkan.
Bentuk tersebut dapat berupa kolom, balok, pelat, slab, D-wall, shear wall, dan
retaining wall.
Bekisting dapat dibuat dari kayu, waterproof-plywood, baja atau material lain sesuai
dengan kebutuhan, kemudahan pekerjaan dan efisiensi biaya. Bekisting sebagai cetakan
beton, harus mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memikul tekanan dan
getaran yang timbul pada saat pengecoran sehingga masih dapat memenuhi toleransi yang
disyaratkan.
Untuk mendukung kekuatan dan kekakuan bekisting maka diperlukan hollow, tierod,
support, dan sistem perancah sedemikian sehingga setiap kemungkinan pergerakan lateral
maupun vertikal tidak terjadi selama proses pengecoran.
Selain itu, bekisting juga harus kedap untuk mencegah hilang atau lolosnya adukan
beton. Semua permukaan bekisting dan material yang tertanam harus bersih dari
akumulasi mortar atau grout bekas pengecoran sebelumnya dan dari material asing
lainnya sebelum beton dicor agar kualitas beton yang dihasilkan baik.
Setelah beton selesai dicor, maka bekisting harus segera dilepas sesudah beton
dianggap cukup keras sehingga tidak rusak pada saat pembongkarannya.

4.2.1 Pelaksanaan Bekisting Knock Down


Dengan berbagai kekurangan dari bekisting konvensional tersebut maka
direncanakanlah bekisting knock down, yang terbuat dari material gabungan pelat baja
37

dan besi hollow. Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan bekisting knock
down sebagai berikut :
• Sangat kuat dan mampu menahan beban berat.
• Mudah untuk diperbaiki jika ada kerusakan.
• Seragam ukuran dan permukaan.
• Dapat digunakan untuk waktu yang lama.
• Terbatas ukuran dan bentuk.
1. Bahan Bekisting Knock Down
- Multiplex 18 mm
- Kaso 5/7 cm
- Paku 5 cm & 7 cm
- Minyak Bekisting
- Besi Hollow (50 x 50 x 3 mm)
- Penyangga / Perancah
- siku 40 x 40 x 4 mm
2. Langkah yang dilakukan untuk pemasangan bekisting pada dinding pintu
air dan pintu air :
- Pertama, siapkan semua alat dan bahan material yang akan digunakan
dalam pekerjaan bekesting kolom.
38

- Kedua, pasang multiplek pada rangka besi hollow.


- Ketiga, beri oli dan oleskan pada multiplek agar pada saat pembongkaran
mudah dilepas.

- Keempat, dirikan rangka besi hollow.


- Kelima, pasang bekisting pada area yang akan di cor.
- Keenam, beri penyangga besi untuk menahan bekisting agar bekisting kuat dan
presisi.
- Ketujuh, penambahan perkuatan dengan profil siku secara vertikal ditempatkan
pada bagian bawah, tengah, dan atas bekisting.
- Kedelapan, pemasangan profil siku secara vertikal juga dilakukan sebagai
penghubung antar sisi bekisting. Profil siku juga diberi lubang baut untuk
mengencangkan bekisting agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran.
39

4.2.2 Pelaksanaan Bekisting Climbing System


Bekisting pada shear wall juga menggunakan bekisting baja berupa Self Climber
atau bisa disebut Climbing System. Self Climber ini merupakan bekisting khusus untuk
struktur vertikal. Walaupun harganya cukup mahal, namun sistem ini dapat menjadi solusi
efektif untuk konstruksi berulang.
Pada Self Climber tidak hanya terdapat bekisting itu sendiri, namun juga
menyediakan ruang kerja untuk pada pekerja dalam pengoperasiannya.
Keunggulan dari Self Climber ini adalah dapat melakukan pengecoran shear wall
pada elevasi yang ditinjau kemudian beripindah pada elevasi berikutnya secara
continuous. Berikut adalah komponen-komponen Self Climber.
40

Gambar 4.1 Komponen Climbing System

Berikut adalah penjelasan komponen-komponen lantai kerja :


- Top Platform
Top Platform berfungsi sebagai lantai kerja untuk pemasangan shear wall. Beban
maksimum yang diizinkan adalah 3 kN/m2.
- Working Platform
Berfungsi sebagai lantai kerja untuk mengatur bekisting (wallform). Terdapat
trolley untuk mendorong atau menarik wallform dari shear wall. Ditempatkan
sejajar dengan shear wall yang akan di cor. Beban maksimum yang diizinkan adalah
1.5 kN/m2.
- Jack Platform
Berfungsi untuk menaikkan elevasi sistem Self Climber menggunakan sistem
hidrolik. Beban maksimum yang diizinkan adalah 1.5 kN/m2.
- Recovery Platform
Berfungsi sebagai tempat melepas angkur yang ditanam pada dinding. Angkur
diperkokoh dengan menggunakan wall bracket. Angkur dan wall bracket ini
berfungsi sebagai tumpuan dari sistem Self Climber. Beban maksimum yang
diizinkan adalah 1.5 kN/m2.
41

Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bekisting pada dinding pintu air dan
pilar pintu air menggunakan Climbing System.

1. Gunakan Mobile Crane untuk pemasangan bekisting ini. Pastikan Climber berada
di kedua sisi shear wall yang akan di cor. Posisikan Working Platform pada Climber
agar sejajar dengan shear wall yang siap untuk di cor, kemudian lakukan
pengecoran.

2. Setelah beton mengeras, lakukan lagi di elevasi atau di sisi berikutnya. Sementara
itu, lepas wall form dengan menggunakan trolley yang diangkat dengan Mobil
Crane.
3. Lakukan pengecoran kembali.
42

Gambar 4.2 Climbing System


(sumber: dokumentasi proyek pintu air di demangan, Kota Solo)

Walaupun harganya relatif mahal, namun metoda ini dapat lebih cepat dan efektif
karena dapat menghemat waktu dalam pemasangan dan pelepasan bekisting serta
keefektifan dalam penyediaan lantai kerja.

4.3 Waktu penggunaan antara Bekisting Knock Down dan Bekisting Climbing
System
Pelaksanaan suatu proyek konstruksi membutuhkan suatu perencanaan, penjadwalan
dan pengendalian yang baik, Selain berpengaruh pada kemajuan proyek, faktor-faktor
tersebut juga dapat menyebabkan terlambatnya penyelesaian pekerjaan suatu proyek,
sehingga durasi umur proyek menjadi bertambah dari rencana awal yang sudah
ditetapkan. Jika suatu proyek mengalami masalah, maka akan berdampak pada
pelaksanaan proyek tersebut. Bila pelaksanaan proyek tersebut mengalami kegagalan
43

berarti juga gagalnya tercapai tujuan yang diharapkan sebagaimana yang telah
direncanakan dan ini berarti pula terjadi pemborosan-pemborosan terhadap penggunaan
waktu maupun biaya.
Penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan keberhasilan pelaksanaan suatu proyek. Maka, perlu diambil tindakan-
tindakan agar proyek tersebut dapat berjalan sesuai rencana. Bila proyek dipercepat, maka
akan mengubah rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan yang berpengaruh pada biaya
pelaksanaan. Pengaruh pada biaya ini kadang kala dilupakan, sehingga sering terjadi
pembengkakan biaya dalam percepatan durasi suatu proyek. Sering juga terjadi
percepatan durasi suatu proyek tanpa mempertimbangkan jenis kegiatan dan kompleksnya
pekerjaan, sehingga sering dihasilkan suatu jadwal yang tidak efisien dan kadang-kadang
tidak realistis. Salah satu tindakan yang dapat diambil adalah dengan mengoptimasi yaitu
bagaimana kita mempercepat durasi pelaksanaan pekerjaan suatu proyek dengan tidak
mengabaikan pentingnya biaya yang akan timbul akibat percepatan durasi tersebut.

4.3.1 Waktu Penggunaan Bekisting Knock Down


Bahan, Tenaga dan Peralatan yang di butuhkan:
a. Bahan
Tiap 1 m2 Begisting Dinding Beton, membutuhkan bahan :
- Multiplex 18 mm = 0.1280 lbr
- Kaso 5/7 cm = 0.0070 m3
- Paku 5 cm & 7 cm = 0.2800 kg
- Minyak bekisting = 0.2000 ltr
b. Tenaga
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja = 0.36 Orang
- Mandor = 0.04 Orang
- Tukang kayu = 0.36 Orang
44

- Kepala tukang = 0.04 Orang

c. Peralatan
- Alat bantu = Gergaji kayu, palu dan alat bantu lainnya.

Produktivitas Kerja = Jumlah Tenaga kerja x 7 jam kerja


= 5.54 m²/hari

 Menghitung Durasi untuk Dinding Pintu Air :

¿ Volume Dinding Pintu Air ¿1,038.4


Durasi= = =187.43 hari=6 bulan
Produktivitas Kerja 5.54

Sehingga penyelesaian pekerjaan beksting dengan menggunakan bekisting Knock


Down tersebut menghabiskan 6 bulan.

 Menghitung Durasi untuk Pintu Air :

¿ Volume Pintu Air ¿ 222.2


Durasi= = =40.1 hari=1 bulan
Produktivitas Kerja 5.54

Sehingga penyelesaian pekerjaan beksting dengan menggunakan bekisting Knock


Down tersebut menghabiskan 1 bulan lebih 11 hari.

4.3.2 Waktu Penggunaan Bekisting Climbing System

Tenaga dan Peralatan yang di butuhkan:


a. Tenaga
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja = 0.36 Orang
- Mandor = 0.04 Orang
45

- Operator = 0.30 Orang


- Pembantu Operator = 0.30 Orang
- Sopir = 0.12 Orang
- Pembantu Sopir = 0.12 Orang
b. Peralatan
Alat yang dibutuhkan :
- Crane 1 (membantu pemasangan bekisting)

Produksi Kerja = Jumlah Tenaga kerja x 7 jam kerja


= 8.65 m²/hari

 Menghitung Durasi untuk Dinding Pintu Air :

¿ Volume Dinding Pintu Air ¿1,038.4


Durasi= = =120.046 hari=4 bulan
Produktivitas Kerja 8.65

Sehingga penyelesaian pekerjaan beksting dengan menggunakan bekisting Climbing


System tersebut menghabiskan 4 bulan.

 Menghitung Durasi untuk Pintu Air :

¿ Volume Pintu Air ¿ 222.2


Durasi= = =25.68 hari=1 bulan
Produktivitas Kerja 8.65

Sehingga penyelesaian pekerjaan beksting dengan menggunakan bekisting Climbing


System tersebut menghabiskan 1 bulan.
46

4.4 Biaya penggunaan antara Bekisting Knock Down dan Bekisting Climbing
System
4.4.1. Bekisting Knock Down
Dengan mengetahui nilai kuantitas / koefisien yang ditentukan oleh PU dan harga
satuan dasar yang sesuai dengan HSPK Kota Surakarta dari kebutuhan untuk pemasangan
bekisting akan menghasilkan harga setiap pekerja atau bahan yang diperlukan.
Upah/Tenaga Kerja :
- Pekerja = 0.36 Orang, dengan harga satuan = Rp. 95,000
- Mandor = 0.04 Orang, dengan harga satuan = Rp. 105,000
- Tukang kayu = 0.36 Orang, dengan harga satuan = Rp. 97,500
- Kepala tukang = 0.04 Orang, dengan harga satuan = Rp. 105,000

Bahan/Material :
- Multiplex 18 mm = 0.1280 lbr, dengan harga satuan = Rp. 187,500
- Kaso 5/7 cm = 0.0070 m3, dengan harga satuan = Rp. 3,000,000
- Paku 5cm & 7cm = 0.3000 kg, dengan harga satuan = Rp. 20,000
- Minyak bekisting = 0.2000 ltr, dengan harga satuan = Rp. 25,000
47

Tabel 4.1 Tabel Perhitungan Harga Satuan Bekisting Knock Down


Harga Satuan
Kuantitas/ Harga
No. Uraian Satuan Dasar
Koefisien (Rp.)
(Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I Upah/Tenaga Kerja
- Pekerja org/hari 0.3600 95,000.00 34,200.00
- Mandor org/hari 0.0360 105,000.00 3,780.00
- Tukang kayu org/hari 0.3600 97,500.00 35,100.00
- Kepala tukang org/hari 0.0360 105,000.00 3,780.00
Sub Jumlah I 76,860.00
II Bahan/Material
- Multiplex 18 mm lbr 0.1280 187,500.00 24,000.00
- Kaso 5/7 cm m3 0.0070 3,000,000.00 21,000.00
- Paku 5 cm & 7 cm kg 0.3000 20,000.00 6,000.00
- Minyak bekisting ltr 0.2000 25,000.00 5,000.00
Sub Jumlah II 56,000.00
III Peralatan

Sub Jumlah III -


Sub Jumlah (I+II+III) 132,860.00
IV Lain-lain
- Biaya Umum 5.00% x Sub jumlah (I+II+III) 6,643.00
- Keuntungan 5.00% x Sub jumlah (I+II+III) 6,643.00
Sub Jumlah IV 13,286.00
Jumlah Harga = I+II+III+IV 146,146.00
Harga satuan pekerjaan Begisting Dinding Beton Expose / m2 (dibulatkan) 146,146.00

(Sumber: Perhitungan excel)

Sehingga dari perhitungan diatas, harga satuan pekerjaan bekisting untuk Knock
Down senilai Rp. 146,146.00. Dan untuk mengetahui biaya yang dibutuhkan dalam
pekerjaan bekisting Dinding Pintu Air dan Pintu Air, volume dari pekerjaan tersebut harus
diketahui terlebih dahulu. Dibawah ini adalah perhitungan untuk menentukan biaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan bekisting Dinding Pintu Air dan Pintu Air:
 Biaya untuk pekerjaan Bekisting Dinding Kanan dan Kiri Pintu Air
- Volume = 1038.4 m³ (dinding kanan)
- Volume = 1038.4 m³ (dinding kiri)
- Harga Satuan Pekerjaan Bekisting/m2 = Rp. 146,146.00

Perhitungan Biaya Total pekerjaan Bekisting Dinding kanan dan kiri:


Biaya Bekisting Dinding (Ka dan Ki)
48

= Harga Satuan Bekisting/m2 x (volume kanan + volume kiri)


= Rp 146,146.00 x 2076.8 m³
= Rp 303,516,012.00

 Biaya untuk pekerjaan Bekisting 3 Pilar Pintu Air


- Volume Pilar 1 = 222.2 m³
- Volume Pilar 2 = 222.2 m³
- Volume Pilar 3 = 222.2 m³
- Harga Satuan Pekerjaan Bekisting/m2 = Rp. 146,146.00

Perhitungan Biaya Total pekerjaan Bekisting 3 Pilar Pintu Air:


Biaya 3 Pilar Pintu Air = Harga Satuan Bekisting/m2 x (Pilar 1 + Pilar 2 + Pilar 3)
= Rp 146,146.00 x 666.6 m³
= Rp 97,420,923.00

 Biaya untuk rangka besi hollow dan penyangga untuk Dinding Pintu Air
Bahan/Material
- Kaso 5/7 cm = 0.007 m³, dengan harga satuan = Rp. 3,000,000.00
- Rangka Besi Hollow 40x40 = 2.00 m1, dengan harga satuan Rp. 22,500.00
Menentukan harga = koefisien x harga satuan
= 0.007 x 3,000,000
Kaso = Rp. 21,000.00

Rangka Besi = 2.00 x 22,500


= Rp. 45,000.00
Total biaya Kaso dan Rangka Besi Hollow = Rp. 66,000.00
49

Jadi untuk Biaya Total Pekerjaan Bekisting Dinding Pintu Air dan Pintu Air dengan
menggunakan Bekisting Knock Down membutuhkan biaya Rp. 400,936,935.00
4.4.2. Bekisting Climbing System
Dengan mengetahui nilai kuantitas / koefisien yang ditentukan oleh PU dan harga
satuan dasar yang sesuai dengan HSPK Kota Surakarta dari kebutuhan untuk pemasangan
bekisting akan menghasilkan harga setiap pekerja atau bahan yang diperlukan.
Upah/Tenaga Kerja :
- Pekerja = 0.36 Orang, dengan harga satuan = Rp. 95,000
- Mandor = 0.04 Orang, dengan harga satuan = Rp. 105,000
- Operator = 0.30 Orang, dengan harga satuan = Rp. 113,000
- Pembantu Operator = 0.30 Orang, dengan harga satuan = Rp. 105,000
- Sopir = 0.12 Orang, dengan harga satuan = Rp. 113,000
- Pembantu Sopir = 0.12 Orang, dengan harga satuan = Rp.105,0000

Bahan/Material :
- Climbing System/Shear Wall = 0.048 bh, dengan harga satuan = Rp. 500,000
Alat yang dibutuhkan :
- Crane 1 ( untuk loading dari trailer )
Kapasitas Angkat, V = 1.00 bh
V = 12.00 menit
Faktor Efisiensi alat, Fa = 0.75 (ketentuan)
Waktu siklus Ts1 = menit
- Mengangkat dan memasang T1 = 10.00 menit
- Lain-lain T2 = 5.00 menit
Ts1 = T1+T2 = 15.00 menit
Sumber koefisien yang digunakan menggunakan Standart PU
50

Produksi / jam (Q) =


¿ V x Fa x 60 ¿ 12.00 x 0.75 x 60
= =36.00 menit
Ts1 15.00
Dibulatkan = 36.00 menit

Koefesiensi alat = 1.00 / 36.00 = 0.0278 jam


Alat yang diperlukan = 36.00 / 36.00 = 1.00 Unit
Tabel 4.2 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Climbing System
Harga Satuan
Kuantitas/
No. Uraian Satuan Dasar Harga(Rp.)
Koefisien
(Rp.)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


I Upah/Tenaga Kerja
- Pekerja org/hari 0.3600 Rp 95,000 Rp 34,200
- Mandor org/hari 0.0360 Rp 105,000 Rp 3,780
- Operator org/hari 0.3000 Rp 113,000 Rp 33,900
- Pembantu Operator org/hari 0.3000 Rp 105,000 Rp 31,500
- Sopir org/hari 0.1200 Rp 113,000 Rp 13,560
- Pembantu Sopir org/hari 0.1200 Rp 105,000 Rp 12,600
Sub Jumlah I Rp 129,540
II Bahan/Material
- Climbing system / shear wall bh 0.0480 Rp 500,000 Rp 24,000
Sub Jumlah II Rp 24,000
III Peralatan
- Mobile Crane unit 0.0450 Rp 587,393 Rp 26,433
Sub Jumlah III Rp 26,433
Sub Jumlah (I+II+III) Rp 179,973
IV Lain-lain
- Biaya Umum 0.05 x Sub jumlah (I+II+III) Rp 8,999
- Keuntungan 0.05 x Sub jumlah (I+II+III) Rp 8,999
Sub Jumlah IV Rp 17,997
Jumlah Harga = I+II+III+IV Rp 197,970
Harga satuan pekerjaan Bekisting / m2 (dibulatkan) Rp 197,970

(Sumber: Perhitungan excel)

Sehingga dari perhitungan diatas, harga satuan pekerjaan bekisting untuk climbing
system senilai Rp. 197,970.00. Dan untuk mengetahui biaya yang dibutuhkan dalam
pekerjaan bekisting Dinding Pintu Air dan Pintu Air, volume dari pekerjaan tersebut harus
51

diketahui terlebih dahulu. Dibawah ini adalah perhitungan untuk menentukan biaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan bekisting Dinding Pintu Air dan Pintu Air:
 Biaya untuk pekerjaan Bekisting Dinding Kanan dan Kiri Pintu Air
- Volume = 1038.4 m³ (dinding kanan)
- Volume = 1038.4 m³ (dinding kiri)
- Harga Satuan Pekerjaan Bekisting/m2 = Rp. 197,970.00

Perhitungan Biaya Total pekerjaan Bekisting Dinding kanan dan kiri:


Biaya Bekisting Dinding (Ka dan Ki)
= Harga Satuan Bekisting/m2 x (volume kanan + volume kiri)
= Rp 197,970.00 x 2076.8 m³
= Rp 411,144,096.00

 Biaya untuk pekerjaan Bekisting 3 Pilar Pintu Air


- Volume Pilar 1 = 222.2 m³
- Volume Pilar 2 = 222.2 m³
- Volume Pilar 3 = 222.2 m³
- Harga Satuan Pekerjaan Bekisting/m2 = Rp. 197,970.00

Perhitungan Biaya Total pekerjaan Bekisting 3 Pilar Pintu Air:


Biaya 3 Pilar Pintu Air = Harga Satuan Bekisting/m2 x (Pilar 1 + Pilar 2 + Pilar 3)
= Rp 197,970.00 x 666.6 m³
= Rp 131,966,802.00

Jadi untuk Biaya Total Pekerjaan Bekisting Dinding Pintu Air dan Pintu Air dengan
menggunakan Bekisting Climbing System membutuhkan biaya Rp. 543,110,898
52

4.5 Pemilihan Bekisting yang lebih baik digunakan dengan tingkat resiko K3L
4.5.1. Bekisting Knock Down dengan tingkat resiko K3L
Tingkat Resiko K3L terhadap bekisting ini termasuk dalam jenis resiko operasional.
Sehingga harus lebih diperhatikan untuk pelaksanaan nya. Oleh karena itu, pekerja harus
tetap hati- hati dan tetap memakai APD lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku
untuk menghindari kecelakaan di lapangan.
Resiko Kecelakaan yang sering terjadi pada pemasangan bekisting tersebut, salah
satu resikonya adalah sebagai berikut:
 Resiko Operasioanal
1. Dalam Persiapan
- Sering terjadinya paku-paku berserakan.
- Kabel listrik yang tidak tertata rapi.
2. Dalam Pemasangan
- Tidak menggunakan helm proyek, sehingga sering kejatuhan benda dari pekerja
yang berada diatas.
- Tidak menggunakan sepatu safety, sehingga sering terkena paku yang
berserakan.
- Tenaga Kerja yang tidak terampil dalam K3, menyebabkan pekerja tersebut
terjadi kecelekaan kerja.

Dikarenakan setiap pekerjaan pasti ada kecelakaan kerja, oleh karena itu harus ada
pencegahan atau peraturan yang diterapkan untuk mengurangi tingkat kecelekaan kerja,
salah satunya adalah sebagai berikut:
1. Gunakan Tenaga yang Kerja yang kompeten atau berpengalaman.
2. Semua yang terlibat dalam pekerjaan harus peduli terhadap keselamatan kerja.
3. Memahami standart peraturan.
4. Menggunakan APD lengkap.
53

4.5.2. Bekisting Climbing System dengan tingkat resiko K3L


Tingkat Resiko K3L terhadap bekisting ini termasuk dalam jenis resiko operasional.
Sehingga harus lebih diperhatikan untuk pelaksanaan nya. Oleh karena itu, pekerja harus
tetap hati- hati dan tetap memakai APD lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku
untuk menghindari kecelakaan di lapangan.
Resiko Kecelakaan yang sering terjadi pada pemasangan bekisting tersebut, salah
satu resikonya adalah sebagai berikut:
 Resiko Operasional
1. Dalam Persiapan
- Tidak mengecek tali / trolley yang digunakan pada mobile crane.
- Perletakan mobile crane untuk membantu proses pemasangan.
- Pengecekan bahan bakar untuk pengoperasian alat.
2. Dalam Pemasangan
- Operator yang lalai, menyebabkan kecelekaan kerja.
- Pemasangan yang tidak sesuai gambar kerja.
- Putusnya tali / trolley saat pemasangan.
- Jatuhnya bekisting saat pengangkatan yang tidak pas.

Dikarenakan setiap pekerjaan pasti ada kecelakaan kerja, oleh karena itu harus ada
pencegahan atau peraturan yang diterapkan untuk mengurangi tingkat kecelekaan kerja,
salah satunya adalah sebagai berikut:
1. Gunakan Tenaga yang Kerja yang kompeten atau berpengalaman.
2. Semua yang terlibat dalam pekerjaan harus peduli terhadap keselamatan kerja.
3. Memahami standart peraturan.
4. Menggunakan APD lengkap.
54

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam penulisan skripsi ini didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai dimensi untuk pekerjaan Bekisting. Untuk dimensi setiap Dinding Pintu Air
volume nya 1038.4 m³. Dan untuk dimensi setiap Pilar Pintu Air volume nya 222.2
m³.

2. Dari metode yang digunakan Bekisting Knock Down lebih menggunakan banyak
tenaga, sedangkan pemasangan untuk Bekisting Climbing System lebih
mengutamakan tenaga mobile crane.

3. Untuk effisiensi waktu penggunaan, untuk pekerjaan bekesting dinding pintu air
menggunakan bekisting knock down membutuhkan waktu 6 bulan dan untuk
pekerjaan bekisting pintu air membutuhkan waktu 1 bulan lebih 11 hari, sehingga
untuk total waktu yang diperlukan untuk pekerjaan bekisting dinding pintu air dan
pilar pintu air dengan menggunanakan Knock Down membutuhkan waktu 7 bulan
lebih 11 hari. Sedangkan pekerjaan bekisting dinding pintu air menggunakan
bekisting climbing system membutuhkan waktu 4 bulan dan untuk pekerjaan
bekisting pintu air membutuhkan waktu 1 bulan, sehingga untuk total waktu yang
diperlukan untuk pekerjaan bekisting dinding pintu air dan pilar pintu air dengan
menggunakan Climbing System membutuhkan waktu 5 bulan.

4. Dari segi biaya untuk pekerjaan bekisting dinding pintu air kanan dan kiri
menggunakan bekisting knock down membutuhkan biaya Rp. 303.516.012.00 dan
untuk 3 pilar pintu air membutuhkan biaya Rp. 97,420,923.00, sehingga total biaya
untuk pekerjaan bekisting dinding pintu air dan pintu air dengan menggunakan
bekisting Knock Down membutuhkan biaya Rp. 400,936,935.00. Sedangkan untuk
pekerjaan bekisting dinding pintu air kanan dan kiri menggunakan bekisting
55

climbing system membutuhkan biaya Rp. 411,144,096.00 dan untuk 3 pilar pintu
air membutuhkan biaya Rp. 131,966,802.00, sehingga total biaya untuk pekerjaan
bekisting dinding pintu air dan pintu air dengan menggunakan bekisting Climbing
System membutuhkan biaya Rp. 543,110,898.00

5. Tingkat Resiko K3L terhadap Bekisting Knock Down lebih kecil dibandingkan
dengan bekisting Climbing System yang memiliki resiko tinggi.

Sehingga diliat dari pembangunan yang luas, metode pelaksanaan, hingga waktu yang
diperlukan lebih effisiensi menggunakan bekisting Climbing System walaupun dari segi
biaya cukup mahal dan dari tingkat resiko K3L cukup tinggi.

5.2 Saran
Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa saran dari penulis sebagai berikut
1. Dalam pekerjaan bekisting pembangunan Pintu Air ini memang lebih baik
menggunakan bekisting Climbing System, dikarenakan pembangunan ini juga
pekerjaan besar dan luas.

2. Walaupun dalam biaya memerlukan biaya besar, pekerjaan bekisting Climbing


tersebut akan membutuhkan waktu yang sangat cepat.

3. Dalam pekerjaan ini pekerja harus diwajibkan memakai APD lengkap dan harus
lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaan bekisting tersebut.
56

DAFTAR PUSTAKA

F. W. Helyar, Construction Estimating and Costing. Toronto, Canada: McGraw Hill,


1978.
I. Soeharto, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), II. Jakarta,
Indonesia: Erlangga, 1999.
F. Saputra, “Optimalisasi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bekistiing Sistem PERI
Pada Gedung Bertingkat,” Universitas Indonesia, 2011.
Kelirey, J. 2017. Analisis Perbandingan Biaya Bekisting Antara Bekisting Multiplek
dan Bekisting Tegofilm Untuk Gedung Berlantai Banyak, Skripsi, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Legstyana, E. 2012. Komparasi Biaya Pelaksanaan Penggunaan Bekisting
Konvensional dan Bekisting Sistem PERI, Skripsi, Fakultas Teknik Sipil,
Uniersitas Sebelas Maret, Surakarta.
Muis, A. 2013. Analisis Bekisting Metode Semi Sistem dan Metode Sistem Pada
Bangunan Gedung. Jurnal Konstruksia vol. 4 No. 2. Jakarta.
Wigbout, F.Ing. 1992. Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga. Jakarta.

Sumber :
https://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/view/213
https://www.safetyshoe.com/kecelakaan-kerja-konstruksi-bangunan/
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas/article/view/583
https://www.ilmutekniksipil.com/bekisting/jenis-jenis-bekisting
https://projectmedias.blogspot.com/2013/11/bekisting-pengertian-dan-jenisnya.html
https://www.google.com/search?
q=tower+crane+dalam+proyek&oq=tower+crane+dalam+proyek&aqs=chrome.
.69i57j33.11998j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
57

https://www.situstekniksipil.com/2018/03/pengertian-dan-jenis-jenis-mobile-
crane.html
https://strong-indonesia.com/artikel/jenis-bekisting-pekerjaan-beton/
https://www.slideshare.net/arnasaidil/climbing-formwork
https://www.journal.uir.ac.id/index.php/saintis/article/view/3917
http://findadessi.blogspot.com/2011/11/pengertian-rencana-anggaran-biaya-rab.html
58

Lampiran I

Schedule Pekerjaan Proyek Pintu Air


JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PINTU AIR DEMANGAN DI KOTA SURAKARTA (TAHAP I)
ADDENDUM - I
LOKASI : KOTA SURAKARTA (BOBOT MC - 0 %) Waktu Pelaksanaan : 300 ( Tiga Ratus ) hari kalender
TAHUN ANGGARAN : 2019
KONTRAK MC 0 % (ADDENDUM I) MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
No. Uraian Pekerjaan Sat. Bobot Bobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 KET.
Volume Harga (Rp.) Volume Harga (Rp.)
% % 01-03 04-10 11-17 18-24 25-31 01-07 08-14 15-21 22-28 29-05 06-12 13-19 20-26 27-02 03-09 10-16 17-23 24-30 01-07 08-14 15-21 22-28 29-04 05-11 12-18 19-25 26-01 02-08 09-15 16-22 23-29 30-06 07-13 14-20 21-27 28-03 04-10 11-17 18-24 25-01 02-08 09-15 16-25
I. PEKERJAAN PERSIAPAN 3 10
1 Pengukuran Kembali/Uitzet m1 1,500.00 12,559,800.00 0.033 845.60 7,080,377.92 0.019 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 Pembuatan Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang m2 276.00 602,410,461.60 1.588 90.00 196,438,194.00 0.518 0.006 0.006 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.387 0.092 0.000
3 Perbaikan dan Pemeliharaan Jalan Ls 1.00 234,478,750.00 0.618 1.00 234,478,750.00 0.618 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014
4 Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Ls 1.00 194,400,000.00 0.512 1.00 194,400,000.00 0.512 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012
5 Keamanan, Kesehatan Kerja dan Keselamatan Konstruksi Ls 1.00 323,400,000.00 0.853 1.00 323,400,000.00 0.853 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020
I . PEKERJAAN STRUKTUR PINTU 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 Kisdam Ls 1.00 432,839,000.00 1.141 1.00 432,839,000.00 1.141 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.036 0.000 0.000 0.000 0.000 90
2 Dewatering Ls 1.00 140,794,775.00 0.371 1.00 140,794,775.00 0.371 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.000 0.000 0.000 0.000
3 Galian Tanah Biasa m3 13,980.00 500,481,204.00 1.319 5,205.41 186,352,636.92 0.491 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.041 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
4 Galian Tanah Cadas m3 3,408.00 161,365,392.00 0.425 578.38 27,385,714.62 0.072 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.010 0.010 0.010 0.010 0.010 0.010 0.010 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5 Buangan tanah dengan jarak 0,5 - 1,0 Km diratakan m3 1,300.00 52,015,340.00 0.137 173.51 6,942,447.42 0.018 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.005 0.005 0.005 0.005 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
6 Buangan tanah dengan jarak 1,0 - 2,5 Km diratakan m3 1,398.90 64,751,443.86 0.171 404.87 18,740,379.64 0.049 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.012 0.012 0.012 0.012 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
7 Buangan tanah dengan jarak 2,5 - 5,0 Km diratakan m3 3,538.00 217,052,054.40 0.572 231.35 14,193,044.88 0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.012 0.012 0.012 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
8 Buangan tanah dengan jarak 5,0 - 7,5 Km diratakan m3 4,800.00 354,720,000.00 0.935 347.03 25,645,517.00 0.068 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 80

9 Buangan tanah dengan jarak 7,5 - 10,0 Km diratakan m3 6,350.00 562,627,780.00 1.483 4,627.03 409,967,813.68 1.081 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.120 0.120 0.120 0.120 0.120 0.120 0.120 0.120 0.120 0.000 0.000
10 Timbunan Tanah Didatangkan m3 20,177.00 2,378,827,946.00 6.271 15,070.76 1,776,812,443.80 4.684 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.283 0.335 0.335 0.335 0.000 0.000
11 Pembesian kg 381,702.90 7,093,528,523.31 18.700 410,680.84 7,632,051,662.48 20.120 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.719 0.719 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 1.437 0.000 0.000 0.000
12 Begisting Lantai Beton Expose m2 898.00 116,461,620.00 0.307 1,449.08 187,931,185.20 0.495 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 Begisting Dinding Beton Expose m2 2,094.00 306,029,724.00 0.807 7,197.56 1,051,894,603.76 2.773 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.099 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.198 0.099 0.000 0.000 0.000
14 Perancah Bekisting Dinding Beton m2 2,094.00 296,217,240.00 0.781 6,412.37 907,093,860.20 2.391 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.085 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.171 0.085 0.000 0.000 0.000
70
15 Beton K-175 m3 198.00 240,340,280.40 0.634 140.57 170,629,460.69 0.450 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.090 0.090 0.000 0.090 0.000 0.090 0.090 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
16 Beton K-300 m3 4,771.30 6,210,027,782.27 16.371 5,260.81 6,847,143,599.70 18.051 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.645 0.645 0.645 0.645 1.289 1.289 1.289 1.289 1.934 1.289 1.289 1.289 1.289 1.289 0.645 0.645 0.645 0.000
17 Pengadaan Tiang Pancang Beton Bertulang 40 x 40 cm m 648.00 493,483,233.60 1.301 - - - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 Pemancangan Tiang Pancang Beton Bertulang 40 x 40 cm m 583.20 111,524,927.76 0.294 - - - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
*19 Pengangkutan SSP U - 2 m' - - 10,620.00 519,105,600.00 1.369 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.684 0.684 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
*20 Pemancangan Steel Sheet Pile type U - 2 m' - - 3,820.00 588,853,000.00 1.552 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.194 0.194 0.194 0.194 0.194 0.194 0.194 0.194 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
*21 Bor Pile Ø 60 cm m' - - 390.00 462,805,200.00 1.220 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.102 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.102 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 60
*22 Pasangan Bronjong Pabrikasi m3 - - 259.35 165,138,519.00 0.435 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.109 0.109 0.109 0.109 0.000
*23 Pencabutan Steel Sheet Pile type U - 2 m' - - 3,400.00 571,744,000.00 1.507 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.215 0.215 0.215 0.215 0.215 0.215 0.215 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
I I. PEKERJAAN REVETMENT 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 Galian Tanah Biasa m3 13,773.20 493,077,805.36 1.300 9,392.41 336,246,399.52 0.886 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.089 0.089 0.089 0.089 0.089 0.089 0.089 0.089 0.089 0.089 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 Buangan tanah dengan jarak 0,5 - 1,0 Km diratakan m3 2,169.60 86,809,601.28 0.229 - - - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
PROGRES KOMULATIF
3 Buangan tanah dengan jarak 1,0 - 2,5 Km diratakan m3 4,881.70 225,961,200.58 0.596 - - - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 RENCANA
0.000 0.000
MC - 0%0.000(ADD 0.000
I) 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 50
4 Buangan tanah dengan jarak 2,5 - 5,0 Km diratakan m3 3,796.90 232,935,258.72 0.614 - - - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5 Timbunan Tanah Kembali Dipadatkan m3 2,925.00 118,354,567.50 0.312 4,185.06 169,340,501.29 0.446 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
6 Rubber Joint Fil er, t = 10 mm m2 350.70 40,071,858.75 0.106 179.20 20,475,840.00 0.054 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
7 Beton K-100 m3 402.60 415,326,588.60 1.095 135.62 139,907,083.82 0.369 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
8 Beton K-225 m3 1,919.10 2,200,888,361.76 5.802 1,015.76 1,164,907,697.54 3.071 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.192 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
9 Pembesian kg 130,961.90 2,433,782,853.41 6.416 121,567.94 2,259,206,440.17 5.956 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.372 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
10 Bekisting Beton Biasa m2 5,419.70 553,839,143.00 1.460 3,068.48 313,567,971.20 0.827 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 40
11 Perancah/Penyokong Bekisting Sloof Beton m2 5,419.70 470,375,763.00 1.240 - - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
12 Pipa Suling-Suling dia. 2 m' 146.20 7,124,326.00 0.019 46.97 2,288,848.10 0.006 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 Bongkaran Beton dan Pembersihan m3 84.20 23,303,192.00 0.061 14.56 4,029,625.60 0.011 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.003 0.003 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 Pengadaan Flat Concrete Sheet Pile (0.32 x 0.50) m' 7,920.00 7,076,901,744.00 18.657 7,680.00 6,862,450,176.00 18.091 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.064 1.064 1.064 1.064 1.064 1.064 1.064 1.064 1.064 1.064 0.532 0.000 0.000 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 1.064 1.064 0.532 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 Pemancangan Flat Concrete Sheet Pile (0.32 x 0.50) m' 6,264.00 1,021,524,976.80 2.693 6,264.00 1,021,524,976.80 2.693 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.000 0.000 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.168 0.005 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15a Pemancangan Flat Concrete Sheet Pile (0.32 x 0.50) m' 1,160.00 131,544,000.00 0.347 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.116 0.116 0.115 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
30
16 Pengadaan Tiang Pancang Beton Bertulang 40 x 40 cm m' 1,404.00 1,069,213,672.80 2.819 1,102.97 839,964,818.15 2.214 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.170 0.085 0.085 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.085 0.085 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 Pemancangan Tiang Pancang Beton Bertulang 40 x 40 cm m' 1,263.60 241,725,795.48 0.637 1,066.21 203,965,226.65 0.538 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.134 0.134 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.134 0.134 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
*18 Bongkaran pasangan bata m3 - 20.80 3,272,256.00 0.009 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.002 0.002 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
*19 Buangan tanah dengan jarak 7,5 - 10,0 Km diratakan m3 - - - 5,119.05 453,562,163.34 1.196 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.299 0.299 0.299 0.299 0.000 0.000 0.000 0.000
IV. PEKERJAAN PARAPET 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 Galian Tanah Biasa m3 146.00 5,226,770.80 0.014 1,252.84 44,851,421.43 0.118 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.030 0.030 0.030 0.030 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 Timbunan Tanah Kembali Dipadatkan m3 85.00 3,439,363.50 0.009 908.73 36,770,032.86 0.097 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.048 0.048 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 20
3 Pengadaan & Pemancangan Square Concrete Pile 0.2 x 0.2 x 3 m m 30.00 11,196,429.00 0.030 30.00 11,196,429.00 0.030 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.015 0.015 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
3a Pengadaan & Pemancangan Square Concrete Pile 0.2 x 0.2 x 3 m m - - - 150.00 34,425,000.00 0.091 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.030 0.030 0.030 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
4 Beton K-100 m3 2.50 2,579,027.50 0.007 23.63 24,376,967.93 0.064 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.032 0.032 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5 Beton K-225 m3 40.00 45,873,344.00 0.121 354.90 407,011,244.64 1.073 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.268 0.268 0.268 0.268 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
6 Pembesian kg 1,500.00 27,875,850.00 0.073 12,111.50 225,078,904.85 0.593 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.0PROGRES
00 0.000 KOMULATIF
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.198 0.198 0.198 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
RENCANA KONTRAK
7 Bekisting Beton Biasa m2 70.00 7,153,300.00 0.019 612.92 62,634,294.80 0.165 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.041 0.041 0.041 0.041 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
8 Rubber Joint Fil er, t = 10 mm m2 3.00 342,787.50 0.001 3.00 342,787.50 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 10

8a Rubber Joint Fil er, t = 10 mm m2 - - - 38.00 3,226,200.00 0.009 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.003 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
9 PVC Water Stop m1 4.00 596,596.00 0.002 29.85 4,452,097.65 0.012 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.003 0.003 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
10* Bongkaran Beton dan Pembersihan m3 - 276,760.00 - 66.57 18,423,913.20 0.049 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.024 0.024 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
11* Bongkaran pasangan bata m3 - 157,320.00 - 107.63 16,932,351.60 0.045 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.045 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
V. PEKERJAAN LAIN-LAIN 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 Sambungan PLN titik 1.00 16,500,000.00 0.043 1.00 16,500,000.00 0.043 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.022 0.021 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
59

LAMPIRAN II

Jadwal Pelaksanaan Skirpsi


September Oktober NovemberDesember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rapat Koordinasi dan Sosialisasi ke dosen
2 Sosialisasi ke Mahasiswa
3 Perkuliahan semester VII
4 Permohonan Data
5 Pengumpulan Proposal
6 Evaluasi
7 Ujian Proposal
8 Penetapan Pembimbing
9 Pengerjaan Skripsi
10 Perkuliahan semester VIII
11 Ujian Skripsi I II III
12 Pra-Yudisium
13 Revisi
14 Pegumpulan Skripsi
60

Data yang dignunakan untuk pengerjaan Skripsi

Denah
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

NO. URA IA N SAT. HARGA

UPAH
1 Mandor Org/Hari Rp 105,000.00
2 Tukang Batu Org/Hari Rp 97,500.00
3 Tukang Kayu Org/Hari Rp 97,500.00
4 Tukang Besi Org/Hari Rp 97,500.00
5 Tukang Cat Org/Hari Rp 97,500.00
6 Tukang Las Org/Hari Rp 97,500.00
7 Kepala Tukang Org/Hari Rp 105,000.00
8 Pekerja Org/Hari Rp 95,000.00
9 Operator/Sopir Org/Hari Rp 113,000.00
10 Pembantu Operator/Pembantu Sopir Org/Hari Rp 105,000.00
11 Juru Ukur Org/Hari Rp 113,000.00
12 Pembantu Juru Ukur Org/Hari Rp 105,000.00

Daftar Harga Upah


76

NO. U RA IA N SAT. HARGA


BAHAN/MATERIAL
1 Air ltr Rp 75.00
2 Batu Split m3 Rp 335,000.00
3 Besi beton kg Rp 12,500.00
4 Bambu btg Rp 35,000.00
5 Sesek bambu m2 Rp 32,500.00
6 Karung bh Rp 3,500.00
7 Tanah setempat m3 Rp 35,000.00
8 Material AC - BC m3 Rp 2,760,000.00
9 Dinding triplek 4 mm lbr Rp 65,000.00
10 Pondasi Batu Belah m3 Rp 925,000.00
11 Plafon asbes 3 mm (1x1 m) lbr Rp 75,000.00
12 Paku kg Rp 20,000.00
13 Asbes gelombang lbr Rp 95,000.00
14 Paku asbes kg Rp 20,000.00
15 Floor lantai ( beton lantai kerja ) kg Rp 937,828.25
16 Pintu double teakwood rangka kayu m2 Rp 950,000.00
17 Jendela nako m2 Rp 125,000.00
18 Kawat beton kg Rp 2,000.00
19 Kaso 5/7 m3 Rp 3,000,000.00
20 Multiplex 18 mm lbr Rp 187,500.00
21 Climbing system / shear wall bh Rp 500,000.00
22 Minyak bekisting ltr Rp 25,000.00
23 Minyak Bakar ltr Rp 15,000.00
24 Bahan Bakar Minyak ltr Rp 10,000.00
25 Minyak Pelumas ltr Rp 40,000.00
26 Pasir beton m3 Rp 325,000.00
27 Portland Cement kg Rp 1,150.00
28 Rubber Joint Filler, t = 10 mm m2 Rp 85,000.00
29 Pipa PVC Ø 2" m1 Rp 25,000.00
30 Tiang Pancang Beton Bertulang 40 x 40 cm m1 Rp 650,000.00
31 Flat Concrete Sheet Pile (0.32 x 0.50) m1 Rp 765,000.00
32 Square Concrete Pile 0.2 x 0.2 x 3 m m1 Rp 175,000.00
33 Tanah urug m3 Rp 85,000.00
34 Waterstop PVC uk. 320 mm x 25 m m1 Rp 120,000.00
35 Ijuk kg Rp 8,000.00

Daftar Harga Bahan


77

NO. URA IA N SAT. HARGA


ALAT
1 Excavator jam Rp 465,593.00
2 Bulldozer jam Rp 521,893.00
3 Dump Truck jam Rp 208,643.00
4 Concrete Mixer jam Rp 61,843.00
5 Concrete Mixer hari Rp 432,901.00
6 Concrete Vibrator jam Rp 61,893.00
7 Stamper jam Rp 39,393.00
8 Crane jam Rp 587,392.86
9 Alat Pancang + Hammer jam Rp 762,393.00
10 Jack Hammer jam Rp 71,428.57
11 Jack Hammer hari Rp 500,000.00
12 Waterpass hari Rp 250,000.00
13 Theodolith hari Rp 250,000.00
14 Pompa air jam Rp 59,043.00
15 Vibro roller jam Rp 378,143.00
16 Water tanker jam Rp 203,143.00
17 Diesel generator jam Rp 228,143.00

Daftar Harga Alat

Anda mungkin juga menyukai