DIAJUKAN OLEH :
1. Shakanti ‘Aqilah Zafirah (20031010195)
2. Windhy Mutiara Salsabillah (20031010207)
DISUSUN OLEH:
1. SHAKANTI ‘AQILAH ZAFIRAH 20031010195
2. WINDHY MUTIARA SALSABILLAH 20031010207
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI DEPARTEMEN PRODUKSI IIIA
PT. PETROKIMIA GRESIK
Periode : 1 September – 30 September 2023
Disusun Oleh :
SHAKANTI ‘AQILAH ZAFIRAH NPM 20031010195
WINDHY MUTIARA SALSABILLAH NPM 20031010207
Menyetujui,
VP Produksi III A Pembimbing Lapangan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Praktik Kerja Lapangan ini akan penulis laksanakan di PT. Petrokimia Gresik
tanggal 01 September sampai 30 September 2023. Pelaksanaan praktik kerja
industri ini bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang penulis peroleh saat
kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang meliputi lapangan.
Selama penyusunan proposal ini, telah banyak bantuan dari berbagai pihak
yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dra. Jariyah, MP selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Sintha Soraya Santi, MT selaku Koordinator Program Studi
Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. Titi Susilowati, MT selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja
Lapangan.
4. PT. Petrokimia Gresik yang bersedia menerima laporan praktik kerja
lapangan kami.
5. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis secara moril dan materil serta doa.
6. Teman-teman yang telah mendukung penyusunan laporan praktik kerja
lapangan.
Besar harapan penulis untuk diterimanya proposal ini sehingga penulis
dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Petrokimia Gresik. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Gresik, 30 September 2023
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................vi
KATA PENGANTAR............................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB IV..................................................................................................................48
BAB V....................................................................................................................56
BAB VI..................................................................................................................64
BAB VII.................................................................................................................73
BAB VIII................................................................................................................89
IX.3 Tujuan........................................................................................................97
X.1 Kesimpulan................................................................................................113
X.2 Saran..........................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................114
LAMPIRAN.........................................................................................................115
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Petrokimia Gresik menjadi Holding Company PT. Pupuk Sriwijaya pada
tahun 1997 yang kini menjadi PT. Pupuk Indonesia Holding Company.
Pada saat ini PT. Petrokimia Gresik memiliki beberapa bidang usaha
yaitu industri pupuk, industri pestisida, industri peralatan pabrik dan jasa rancang
bangun serta perekayasaan maupun jasa-jasa lainnya yang telah mampu
beroperasi dengan baik. Dalam perkembangan selanjutnya, PT. Petrokimia Gresik
telah mengalami dua puluh satu kali perluasan. Bentuk perluasan yang telah
dilakukan adalah:
1. Perluasan pada tahun 1979 - 1989
Pada tahun 1979, dibangun pabrik pupuk TSP I oleh Spie Batignoles (Perancis)
dilengkapi dengan pembangunan prasarana pelabuhan dan unit penjernihan air
di Gunungsari serta booster pump di Kandangan untuk meningkatkan kapasitas
menjadi 720 m3/jam. Dilanjutkan dengan pembangunan pabrik TSP II,
perluasan pelabuhan dan unit penjernihan air di Babat dengan kapasitas 3000
m3/jam. Kemudian, dibangun pabrik asam phospat dan produk samping yang
meliputi pabrik asam sulfat, pabrik aluminium fluorida, pabrik ammonium
sulfat, pabrik kalium sulfat, dan unit utilitas. Perluasan ini dilakukan oleh
kontraktor Hitachi Zosen (Jepang). Pada tahun 1986, dibangun pabrik pupuk
ZA III mulai dari studi kelayakan sampai pengoperasiannya.
2. Perluasan pada tahun 1994 - 2004
Pada tahun 1994, dibangun pabrik amoniak dan pabrik urea baru dengan
teknologi proses Kellog Amerika dan ACES Jepang. Dilanjutkan dengan
pembangunan pabrik pupuk fosfat 1 yang memproduksi super phosphate-36
dengan kapasitas produksi 500.000 ton/tahun. Tahun 2000, pembangunan
pupuk NPK berkapasitas 300.000 ton/tahun dengan nama “PHONSKA”. Dan
diperluas pada tahun 2003 hingga kapasitas produksinya sebesar 60.000
ton/tahun.
3. Perluasan pada tahun 2005 - 2015
Pada tahun 2005, dibangun pabrik pupuk kalium sulfat (ZK) dengan kapasitas
10.000 ton/tahun. Pabrik ini menggunakan proses Mannheim (Eastern Tech).
Selanjutnya dibangun pabrik Phonska II yang memproduksi Super Phosfat – 36
3. Kecamatan Manyar, antara lain: Desa Pojok Pesisir, Desa Romo Meduran,
dan Desa Tepen.
Keterangan:
1. Direktur Produksi membawahi 3 kompartemen dan 1 Biro, yaitu:
a. SVP Pabrik I, II, III bertanggung jawab kepada Direktur Produksi
dalam pengaturan faktor produksi dan pemeliharaan peralatan di
Pabrik I, II, dan III agar bisa mencapai target produksi di masing-
masing unit pabrik PT. Petrokimia Gresik yang telah diterapkan oleh
manajemen.
b. SVP Teknologi bertanggung jawab kepada Direktur Produksi dalam
pengendalian proses dan pengelolaan lingkungan serta
mempersiapkan suku cadang yang akan digunakan untuk
mendukung kegiatan produksi di seluruh unit pabrik PT. Petrokimia
Gresik.
2. Kompartemen Pabrik I, II, III masing-masing membawahi Departemen
Produksi dan Pemeliharaan:
a. Departemen Produksi I, IIA/IIB, dan IIIA/IIIB bertanggung jawab
kepada SVP Pabrik I, II, dan III dalam pengaturan faktor produksi
agar bisa mencapai target produksi dari masing-masing unit pabrik
I, II, dan III.
b. Departemen Pemeliharaan I, II, dan III bertanggung jawab kepada
SVP Pabrik I, II, dan III dalam pengaturan faktor produksi agar bisa
mencapai target produksi dari masing-masing unit pabrik I, II, dan
III.
3. Kompartemen Teknologi membawahi 4 Departemen, yaitu:
a. VP Proses dan Pengelolaan Energi bertanggung jawab kepada SVP
Teknologi dalam pengendalian proses dan melakukan analisa
produksi bahan baku dan parameter operasi untuk mendukung
pencapaian target produksi dari pabrik I, II, dan III.
b. VP Lingkungan bertanggung jawab kepada SVP Teknologi dalam
hal pengelolaan lingkungan di seluruh unit pabrik PT. Petrokimia
Gresik.
berlaku di Indonesia. Di samping karyawan shift, ada juga karyawan yang bekerja
non-shift (normal day), ini biasanya berlaku untuk karyawan yang bekerja di
kantor, dengan jam kerja:
1. Hari Senin s/d Kamis : 07.00-16.00 (istirahat 12.00- 13.00)
2. Hari Jumat : 06.00-16.00 (istirahat 11.00-13.00)
3. Hari Sabtu dan Minggu : Libur
air
3. Pupuk SP-36 (02-3769- Berbentuk butiran Mempercepat panen
2005) Berwarna abu-abu Memacu
Higrokopis pembentukan bunga
Mudah larut dalam dan masaknya
air buah/biji
fosfat, dan
kaliumnya sebesar
15%
5. Pupuk Petroganik Berbentuk granul Memperbaiki
Berwarna coklat struktur dan tata
pH sekitar 4-8 udara tanah
6% tanaman
Mudah larut dalam Sangat baik
air digunakan untuk
Ramah lingkungan tanaman pangan,
palawija, perkebunan
nitrat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Phonska ton/tahun
III
Pabrik 2011 600.000
Pupuk ton/tahun
Phonska
IV
Pabrik 2005 70.000
Pupuk ton/tahun
NPK I
Pabrik Pabrik 2008 100.000
DAP, Urea, ZA,
3. Pupuk Pupuk ton/tahun
KCl dan filler
NPK NPK II
Pabrik 2009 100.000
Pupuk ton/tahun
NPK III
Pabrik 2005 10.000
Pupuk ton/tahun
ZK I
4. Pabrik ZK
Pabrik 2015 10.000
Pupuk ton/timur
ZK II
(Sumber : Petrokimia, 2019)
BAB III
PROSES PRODUKSI DEPARTEMEN III A
dengan zat penghambat kerak kalgen (senyawa Fosfat) dan zat penghambat
korosi kurin power (larutan soda) yang dipompakan dari Tangki D1103.
Air umpan boiler dalam WHB akan berubah menjadi steam jenuh
bertekanan tinggi (high pressure steam) 35 kg/cm² dengan laju 90 ton/jam. Suhu
gas SO₂ yang keluar dari WHB menjadi 480°C, sedangkan untuk keperluan
superheater, gas pemanas umpan harus sekitar 600°C sehingga ada sebagian
SO₂ keluaran furnace (B1101) untuk umpan superheater. Temperatur gas
keluaran steam superheater diatur sekitar 430°C dan siap diumpankan ke
konvertor.
Bed I : Gas SO₂ dari superheater dimasukkan ke dalam konverter pada bed I.
Temperatur masuk / keluar = 430°C /610°C, beda tekanan saat bersih/kotor =
11,8/43,4 mmHg, konversi 60%. Temperatur keluaran tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat merusak material baja yang digunakan. Outlet Bed I kemudian
didinginkan pada penukar panas E1201 dengan pendingin gas SO₂ keluaran
absorber (80°C).
Bed II : Gas yang didinginkan pada E1201 dimasukkan ke dalam konverter
pada Bed II. Suhu masuk/keluar = 440°C/521°C, beda tekanan saat bersih/kotor
= 11,0/25,7 mmHg, konversi 27%. Outlet bed ini didinginkan pada penukar
panas E1202 dengan pendingin gas SO₂ keluaran absorber I dengan temperatur
80°C.
Bed III : Gas dari E1202 kemudian dimasukkan kembali ke konverter pada bed
III. Suhu masuk/keluar = 430°C/451°C, beda tekanan saat bersih/kotor =
19,1/30,1 mmHg, konversi 7%. Outlet bed III sebelum dimasukkan ke dalam
absorber I didinginkan dahulu di dalam Economizer E1203 dengan pendingin air
umpan boiler (BFW) dari condensate collector.
Bed IV: Sisa gas SO₂ dari absorber I yang telah dilewatkan pada penukar panas
E1201 dan E1202 dimasukkan kembali ke konverter pada bed IV. Suhu
masuk/keluar = 420°C/441°C, beda tekanan saat bersih/kotor = 17,6/32,3
mmHg, konversi 5,73%. Outlet bed IV sebelum masuk kolom absorber II
didinginkan terlebih dahulu pada Economizer E1204 dengan pendingin air
umpan boiler.
4. Flourine Recovery
5. Concetration Unit
Proses pembuatan asam fosfat tediri dari beberapa tahap berikut.
Reaksi :
Ca3(PO4)2 + 3H2SO4 + 6H2O 3CaSO4.2H2O + 2H3PO4
CaSO4.1/2 H2O + 3/2H2O CaSO4.2H2O
Batuan fosfat halus dimasukkan premixer kemudian dicampur
dengan return acid dan recycle hemihydrate sambil diaduk juga dikontrol
laju return acid untuk mendapatkan produk slurry dengan kadar P 2O5 45-
46% selanjutnya masuk ke digester untuk menyempurnakan reaksi dan
supaya kristal hemihydrate tidak mengendap dilengkapi agitator.
Hemihydrate slurry masuk filter untuk memisahkan cake hemihydrate
dan hasil cairannya (first filtrate) yang selanjutnya ditampung di acid
storage tank.
Unit Konversi dan Filtrasi Dihidrat ( Conversion (hydration) and dihydrate
Filtration Unit)
Fungsi pada tahapan ini adalah mereaksikan hemihydrate dengan
asam sulfat encer sehingga menjadi dihydrate dengan proses hidrasi dan
untuk mengambil P2O5 yang tersisa dalam cake dihydrate.
Reaksi :
Ca3(PO4)2 + 3H2SO4 + 6H2O 3CaSO4.2H2O + 2H3PO4
CaSO4.1/2 H2O + 3/2H2O CaSO4.2H2O
Slurry gypsum hemihydrate dari filtrasi pertama masuk hydration tank
dicampur dengan H2SO4 98,5% dan hasilnya berupa slurry gypsum
(CaSO4.2H2O) dialirkan kebagian filtrasi kedua sedangkan lainnya
disirkulasikan ke unit reaksi dan filtrasi pertama, untuk mempercepat reaksi
hidrasi ini ditambahkan silica.
Hasil filtrasi kedua yang berupa filtrat selanjutnya ditampung untuk
digunakan sebagai cairan prewashing sedangkan cake gipsumnya setelah
dicuci dengan air panas dikirim ke pabrik ZA dan CR untuk diproses lebih
lanjut.
Flourine Recorvery
Pada tahapan ini terdiri dari unit exhaust gas treatment (pemurnian
gas) dan unit penyerapan gas fluorine (fluorine recovery) yang berfungsi
untuk membebaskan gas buang dari kandungan fluorine sebelum diemisikan
ke udara bebas.
Gas keluaran yang berupa digester, hydration tank dan filter yang
mengandung fluorine diserap dalam fume scrubber yang selanjutnya
disirkulasikan ke unit fluorine recovery.
Reaksi :
2SiF6 + 2H2O H2SiF6 + SiO2 + 2HF
Fluosilicic acid yang terbentuk dari fluorine scrubber dan
concentration unit mengandung sedikit silica dan setelah dipisahkan dari
silicanya, fluosilicic acid yang sudah bersih tersebut dikirim ke H 2SiF6 storage
tank sebagai produk.
Silica yang dihasilkan dari filter dilarutkan dengan wash water hingga
terbentuk slurry yang selanjutnya dikirim ke hydration tank untuk
mendapatkan bentuk dan pertumbuhan kristal yang baik.
Unit Konsentrasi (Concentration Unit)
Fungsi pada tahapan ini memekatkan asam fosfat dari unit filtrasi
pertama sehingga dihasilkan asam fosfat dengan kadar 52-56% dengan alat
utama vaporizer.
Asam fosfat yang telah dipanaskan pada heater selanjutnya dialirkan
kedalam vaporizer vakum, sehingga akan terbentuk asam fosfat pekat yang
sebagian hasilnya dicampur dengan umpan asam fosfat pada unit filtrasi
pertama dan sebagian lagi dialirkan ke tangki penampungan.
Sebelum dikirim ke unit pabrik pupuk fosfat, asam fosfat didinginkan
di cooler sampai dihasilkan asam fosfat temperatur +60ºC, sedangkan uap dari
vaporizer setelah dipisahkan dalam tangki pemisah didapatkan larutan yang
mengandung asam yang selanjutnya dikembalikan kedalam vaporizer dan gas
fluorine yang selanjutnya diabsorbsi dengan air sehingga terbentuk larutan
asam fluosilikat.
ammonium karbonat (NH4)2CO3 atau biasa disebut carbonat liquor (CL) yang
terjadi dalam carbonation tower. Berikut reaksi yang berlangsung :
Reaksi Utama: 2NH3+CO2+H2O → (NH4)2CO3 Q = + 22080 Kj/mol
Reaksi Samping: NH3+CO2+H2O → NH4HCO3 Q = + 14100 K/mol
Untuk mencapai produk yang diinginkan, ada beberpa hal yang perlu
diperhatikan pada seksi ini yaitu:
1. NH3 dibuat excess dengan ratio feed/ jam CO2 : NH3 = 1,3 - 1,35
Perbandingan ini sangat penting dalam pembentukan produk yang
diinginkan yaitu ammonium karbonat, karena bila terlalu banyak CO 2 akan
membentuk ammonium bikarbonat. Rasio yang tinggi akan menyebabkan
kenaikan tekanan parsial dari CO2. Naiknya tekanan parsial CO2 di dalam
carbonation tower akan mengakibatkan terjadinya foaming, seperti minuman
berkarbonasi, yang akan berimbas pada buntunya nozzle vent. Sedangkan apabila
rasionya berkurang maka akan meningkatkan tekanan parsial NH 3 yang
berimbas pada naiknya lime terlarut yang akan menyebabkan larutan akan susah
di evaporasi.
2. Tekanan operasi = atmosferik – 1,3 kg/cm.
3. Temperature operasi = 40-65°C.
Sebelum masuk ke carbonation tower, bahan baku harus mendapatkan
pretreatment lebih dahulu. Untuk bahan baku pertama yaitu NH3 (ammoniak).
Ammoniak disupply dari Department I dengan suhu 35-45°C dengan tekanan
1,2-1,3 kg/cm2, kondisi ammoniak ini dapat langsung di feeding dari bagian
bawah carbonation tower dan sisanya dialirkan menuju reaktor R-5401, R-5403,
dan R-5501. Namun, apabila ammoniak yang didapatkan berfase uap maka
harus dicairan terlebih dahulu. Biasanya ammoniak cair dengan suhu -30°C dari
TK 801 dipompa dengan P7301 AB dimasukkan ke shell side dari E 5103. LPS
(Low Pressure Steam) dengan tekanan 2 kg/cm2 dari tube side E 5103
menyebabkan ammoniak menguap menjadi gas (4°C). Gas ammoniak dari E
5103 dipanaskan lagi dengan steam di E5104 (ammoniak superheater) hingga
suhu 27°C kemudian dimasukkan ke T5101 (carbonation tower). CO2 diambil
dari ammoniak plant (Departemnet 1), karena kondisi CO2 yang sudah tidak
portal yang dipakai untuk mengatur aliran magma ke dalam filter . Pada tahap
form atau pembentukan, cake akan menempel pada cloth dari filter akibat
tekanan vakum kemudian drum diputar. Langkah selanjutnya adalah initial dry
dimana akibat adanya sistem vakum, maka filtrat akan terambil. Setelah agak
kering, cake akan disirami dengan weak liquor (hasil filtrasi pada filtrasi
sekunder) untuk mencuci sisa-sisa dari larutan ammonium sulfat yang mungkin
masih tersisa. Setelah cake terlepas dari filter cloth melalui bagian discharge,
filter cloth akan dicuci menggunakan spray washer dan kemudian berputar
kembali dan hasil filtrasi akan ditampung di filtrate receiver D-5302. Filtrat ini
merupakan filtrat strong liquor yang akan dipompa ke settler D-5309.
B. Secondary Filter
Cake yang terlepas pada primary filter akan difiltrasi kembali pada
secondary filter. Pada secondary filter ini akan menghasilkan weak liquor yang
nantinya digunakan sebagai washing pada primary filter. Slurry cake yang
terlepas akan dialirkan ke tangki penampung TK5303 kemudian dialirkan ke
secondary filter Fil.5302A/B. Prinsip kerja dari filtrasi pada secondary filter
adalah sama dengan primary filter, hanya saja penyaring yang digunakan
berbeda. Setelah cake terbentuk, pencucian dilakukan dengan kondensat yang
dipanaskan dengan steam sampai suhu 95oC untuk menghilangkan sisa
ammonium sulfat. Cake yang sudah kering, dalam hal ini CaCO 3, akan dikirim
melalui belt conveyor untuk dikemas menjadi kapur pertanian (kaptan).
Sedangkan weak liquor akan dialirkan ke primary filter sebagai washer.
C. Settler
Strongliquor dari primary filter masih mengandung solid ±2000 ppm
dengan ukuran di bawah 20 mikron. Di dalam settler ini solid mrngendap ke
dasar, digaruk dengan settlerrake sehingga mengumpul ke tengah dan dipompa
dengan ke reaktor terakhir sebagai sludge yang mengandung ±10% solid .
Overflow dari settler megandung kurang dari 200ppm solid. Produk
strongliquor ini dipompa ke strongliquor storage tank TK 5401. Ke dalam
settler ini juga dimasukkan remelt liquor dari seksi 5600 dan sebagian
motherliquor dari seksi 5500.
alam dengan tekanan 20 lbs/in2 diturunkan menjadi 1.2 lbs/in2 yang kemudian
dimasukkan ke dalam furnace. Udara pembakaran didapat dari furnace
combustion air fan C-5605. Suhu pembakaran di dalam furnace bisa mencapai
600°C. Gas panas furnace hasil pembakaran didinginkan dengan udara dari
furnace dilution air fan C-5602 sampai suhunya mencapai 162˚C. Udara panas
keluar dari furnace akan dimasukkan ke bagian drying di rotary dryer cooler
M5601.
Kristal yang berasal dari evaporator masih dalam kondisi basah, untuk itu
harus dilakukan proses pengering karena efek pengeringan. Kristal harus dingin.
Pendinginannya menggunakan udara pendingin diperoleh dari hembusan udara
cooler air feed fan C-5604. Proses pengeringan dan pendingan ini berlangsung
dalam satu alat yaitu rotary dryer cooler M-5601. Debu kristal yang halus dalam
rotary dryer cooler M-5601 terikat pada udara keluar, sedangkan produk kristal
akan diangkut oleh sistem konveyor ke bagian pengantongan. Debu kristal tadi
ditangkap dengan dryer cyclone D-5601 agar dapat di-recycle di remelt tank. Di
dalam remelt tank sisa-sisa debu diserap oleh kondensat proses.
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
B. Reaction Vessel
Fungsi : Sebagai tempat mereaksikan gypsum dengan Carbonate
Liquor
Tipe : CSTR
Ukuran : Φ ID 3632 x 7000 mm (R.5201 A-B)
Φ ID 3632 x 7000 mm (R.5201 C -D)
Kapasitas :a: R.5201 A-B : 72.5 m3 R.5201
C-D : 62.5 m3
Suhu : 70oC
Tekanan : ATM
Material : Shell, Bottom, Roof, Nozzle, Flange (304 L.SS)
C. Filter
• Primary Filter
D. Neutralizer Tank
Fungsi : Menetralkan kelebihan NH3 dalam strong liquor dengan
H2SO4
Tipe : CSTR (20 RPM)
Ukuran : Φ ID 10.000 x 10.000 m
Kapasitas : 30 m3 (maksimal)
Suhu : 95oC
Material : 316 L.SS (tebal 11-5 mm)
E. Evaporator
Fungsi : Memekatkan larutan ammonium sulfat dengan sistem pemanasan
dan penguapan.
• Evaporator I
F. Centrifuge
Fungsi : Memisahkan ZA dengan larutan utama
Kriteria : Basket
Speed : 800 RPM
G. Drying Cooler
Fungsi : Mengeringkan kristal produk ZA dengan udara panas dari
furnace dan mendinginkan kristal yang telah kering dengan
udara ambient
Tipe : Roto-Louvre type Dryer Cooler
Ukuran : Φ ID 3500 x 9150 mm (Dryer Side)
Φ ID 3500 x 7320 mm (Cooler Side)
Design : Inlet moisture : 1%
Discharge Moisture : 0.1%
Inlet temp. product : 72 oC
Outlet temp. product : 55oC
Kapasitas : Produk Inlet : 39 ton/jam
Produk Outlet : 38.84 ton/Jam
Udara Panas : 412 m3/min temp. 162oC-200oC
Udara dingin : 1000 m3/min temp. 33oC
Dust Exhaust Dryer : 346.2 m3/min temp. 82oC
Dust Exhaust Cooler : 1197 m3/min temp. 56.6oC
Material : 304 SS (Dryer Side)
CS (Cooler Side)
B. CO2 Compressor
Berfungsi untuk menyuplai gas CO2 ke carbonation tower T-5101.
Kompresor akan menaikkan tekanan CO2 dari 0,3 kg/cm2 menjadi 2,1 kg/cm2
sehingga gas CO2 dapat mengalir ke tower.
Desain : P. Discharge : 2.1 kg/cm2
P. Suction : 0.3 kg/cm2
Temperatur : 80˚C
Kapasitas : 7200 Nm3/jam
Motor speed : 3000 RPM, 6000 V, 200 KW
C. Vacuum Pump
Berfungsi untuk membuat tekanan vakum pada primary filter dan
secondary filter sehingga dapat menyedot filtrat. Spesifikasi pompa vakum yang
digunakan adalah : Tipe : Liquid Ring Rotary Vacuum Pump
Desain : P inlet : -500 mmHg
P disch : 0,1 kg/cm2
Kapasitas : 120 m3/jam
Material : Casing, impeller SCS. 13, Shaft SNCM. 447
D. Chalk Settler
Berfungsi untuk membuat tekanan vakum pada primary filter dan
secondary filter sehingga dapat menyedot filtrat. Spesifikasi pompa vakum
yang digunakan adalah : Tipe : Liquid Ring Rotary Vacuum Pump
Desain : P inlet : -500 mmHg
P disch : 0,1 kg/cm2
Kapasitas : 120 m3/jam
Material : Casing, impeller SCS. 13, Shaft SNCM. 447
dilakukan dengan mengisi tangki selagi menunggu alat yang rusak tadi
diperbaiki secepatnya. Maka dengan adanya tangki ini satu sistem pabrik tidak
berhenti total jika hanya beberapa alat yang butuh perbaikan.
Desain : Tekanan :Full Liquid
Temperatur : 120°C
Kapasitas : 700 m3
Max Kapasitas : 740 m3
Dimensi :Ф : 10.000 mm
:P : 10.000 mm
Material : Shell, Bottom Roof : 316L. SS (Tebal 11 – 5 mm)
G. Furnace
Berfungsi untuk menghasilkan udara panas dari hasil pembakaran fuel
oil/gas alam yang digunakan untuk mengeringkan kristal ZA di unit dryer
M5601.
H. Belt Conveyor
Di pabrik ZA II ada dua sistem conveyor :
• Sistem conveyor gipsum
Sistem conveyor gipsum adalah sistem conveyor yang membawa
bubuk gipsum. Mulai dari conveyor yang membawa gipsum dari
pabrik asam fosfat, lalu masuk ke storage jika tidak ingin langsung
digunakan atau langsung ke reaktor jika ingin langsung digunakan.
Selain dari pabrik asam fosfat, gipsum juga dapat berasal dari
impor.
• Sistem conveyor produk
Sistem conveyor produk adalah sistem conveyor yang membawa
butiran-butiran ZA. Mulai dari ZA basah keluaran centrifuge,
kemudian ke pewarnaan, lalu masuk unit pengering dan
pendingin, lalu langsung ke bagian pengantongan atau jika
butiran ZA tidak memenuhi spesifikasi maka akan masuk ke
storage terlebih dahulu.
BAB V
LABORATORIUM DAN PENGENDALIAN MUTU
klorida, klor sisa, besi, kekeruhan, zat padat terlarut, kurizet S-113 dan kurizat
S-611
2. Granul gypsum, dianalisa kadar P2O5 total P2O5, WS, CaO, SO3, H2O
bebas, H2O kristal, F.
3. Phosphor Gypsum, dianalisa ukuran kristal (mesh).
5. Analisa Unit Effluent Treatment
Analisa yang dilakukan :
1. Air di D6616, dianalisa meliputi pH, F, P, padatan tersuspensi, Cl -,
kesadahan Ca.
2. Overflow TK 6616, dianalisa meliputi pH, F, padatan tersuspensi,Cl-.
3. Treated water TK 6660, dianalisa meliputi pH, F, P, S, Cl- .
4. Cake dari Fil 6614, dianalisa meliputi kandungan H2O.
5. Air buangan ke laut, dianalisa meliputi pH dan F.
BAB VI
UTILITAS
b. Pre – Treatment
Tahapan proses pengolahan air di Babat dan Gunungsari secara umum adalah
sebagai berikut :
1. Penghisapan
Tahap ini menggunakan penghisapan yang dilengkapi dengan
pompa vakum untuk mengalirkan air dari sungai ke stasiun pemompa air.
Pemakaian sistem ini disebabkan ketinggian air tidak tetap.
2. Penyaringan
Tahap ini menggunakan course and fine screen yang berfungsi
untuk menyaring kotoran sungai berukuran besar yang terpompa.
3. Pengendapan
Pengendapan dilakukan dengan cara memakai settling pit untuk
mengendapkan partikel – partikel yang tersupensi dalam air. Faktor yang
mempengaruhi proses ini antara lain adalah laju alir dan waktu tinggal.
Demineralized Unit terdiri dari 2 train yang mempunyai kapasitas 2×50 m3,
dengan flow rate masing-masing 50m3/h.
Tipe yang digunakan pada Demineralized Unit ini adalah Ultra Filtration
Reverse Osmosis dan mixed bed dimana water treatment flow berlawanan arah
dengan regeneration flow. Water treatment flow dialirkan dari bawah sedangkan
regeneration flow dialirkan dari atas. Keuntungan menggunakan tipe Ultra
Filtration Reverse Osmosis dan mixed bed adalah :
1. Menghemat pemakaian bahan kimia untuk regenerasi.
2. Water Press losses kecil.
3. Menghemat pemakaian air untuk proses pencucian.
4. Waktu regenarasi relatif pendek.
Raw water dipompa masuk ke Multi Media Filter dengan tekanan 4kg/cm 2
dan laju alir 50 m3/hr. Multi Media Filter berfungsi untuk menyerap bahan
organik, klorin dan suspended solid. Air yang keluar dari Multi Media filter
ditampung di MMF Water Tank, selanjutnya dipompa masuk ke Unit Ultra
Filtration. Unit Ultra Filtration berfungsi untuk mengurangi kandungan bakteri
dan virus yang terlarut dalam air, mengurangi padatan terlarut dalam
air,mengurangi tingkat kekeruhan air, menstabilkan kualitas air, dan meringankan
beban membran semi permiable pada proses reverse osmosis. Air dari tangki ultra
filtration dipompa menuju Reverse Osmosis Package. Prinsip dari proses Reverse
Osmosis atau osmosis berbalik adalah dengan memberikan tekanan tinggi (dengan
pompa tekanan tinggi) pada larutan yang berkadar garam tinggi (Concentrated
Solution) supaya terjadi aliran molekul airmenuju larutan dengan kadar garam
rendah (Dilute solution). Pada proses ini, molekul garam tidak bisa menembus
membran semi permiable, sehingga yang bisa menembus hanya aliran molekul air
saja. Melalui proses RO ini kita mendapatkan air murni yang dihasilkan dari
larutan berkadar garam tinggi.
Dari RO Package, air masuk ke MMF Back Wash Tank dan Deaeration
Tower. Di dalam Deaeration Tower terjadi proses pelepasan CO 2 dari Asam
Karbonat (H2CO3) yang terbentuk. Air di MMF Back Wash Tank berfungsi untuk
melakukan back wash, sedangkan air yang masuk ke Deaeration Tower dihembus
b. Boiler
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
PT. PETROKIMIA GRESIK
DEPARTEMEN PRODUKSI III A
2. Temperatur 400oC
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
D. Safety Representative
Safety Representative adalah merupakan komite pelaksana K3 yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan dan menjabarkan kebijakan
K3perusahaan serta melakukan peningkatan-peningkatan K3 di unit kerja
yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. SKPTS No.
0254/08/TU.04.02/36/SK/2004 Tanggal :10 Agustus 2004 tentang SAFETY
REPRESENTATIVE, berisi sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi
Anggota Tetap : Pejabat Eselon V sampai dengan Eselon I Pembina
Manager di masing-masing Unit Kerja.
Pengawas : Kabag/Eselon III Di masing-masing Unit Kerja.
Anggota Bergilir : Karyawan Eselon IV/V/Pelaksana yang ditunjuk
masing – masing unit kerja.
2. Tugas dan tanggung jawab
1) Menjadi teladan pelaksanaan K3 di unit kerjanya.
2) Berperan aktif:
a. Menegakkan peraturan K3 di unit kerjanya
b. Memberikan teguran dan/atau saran kepada setiap orang yang
melakukan penyimpangan/pelanggaran peraturan dan prosedur K3
yang ditetapkan pimpinan perusahan.
3. Melakukan safety patrol/pemeriksaan K3 di unit kerjanya secara mandiri
atau gabungan bersama Tim Sub P2K3 yang mencakup sikap dan kondisi
yang tidak aman, pemeriksaan lingkungan kerja, estetika dan aspek K3
lainnya, secara rutin
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebersihan, keindahan,
kenyamanan dan menjaga kerapian baik di dalam maupun di luar gedung
di unit kerjanya
5. Mencatat semua temuan dan secara rutin membuat laporan kegiatan sesuai
dengan prosedur pelaporan dan pemantauanK3
6. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut setiap temuan
K3 di unit kerjanya.
7. Berperan aktif:
a. Di dalam upaya pencegahan kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat
kerja dan pencemaran lingkungan di unit kerjanya.
b. Melakukan pengawasan pemakaian sepeda static (crosstrainer) yang
ada di unit kerjanya.
3. Audit SMK3
Sistem penilaian program dan kinerja K3 di perusahaan dengan pokok
sasaran:
a. Manajemen Audit
Menilai pelaksanaan K3 di perusahaan.
b. Physical Audit
Penilaian perangkat keras di unit kerja.
Di daerah berdebu.
a. Menggerinda, memahat, mengebor, membubut, dan mem- frais.
b. Dimana terdapat bahan kimia yang berbahaya termasuk asamatau
alkali.
c. Pengelasan.
3. Alat pelindung muka
Untuk melindungi muka dari dahi sampai batas leher.
a. Pelindung muka yang tahan terhadap bahan kimia yang berbahaya
(warna kuning). Digunakan di mana terhadap atau handle bahan asam
atau alkali.
b. Pelindung muka terhadap pancaran panas (warna abu-abu)
c. Digunakan di tempat kerja di mana pancaran panas dapat
membahayakan karyawan.
d. Pelindung muka terhadap pancaran sinar ultra violet dan inframerah.
4. Alat pelindung telinga
Untuk melindungi telinga terhadap kebisingan di mana bila alat
tersebut tidak dipergunakan dapat menurunkan daya pendengaran dan
ketulian yang bersifat tetap. Digunakan:
a. Ear Plug
Digunakan di daerah bising dengan tingkat kebisingan sampaidengan
95 dB.
b. Ear Muff
Digunakan di daerah bising dengan tingkat kebisingan lebih besardari
95 dB.
5. Alat pelindung pernafasan
Untuk melindungi hidung dan mulut dari berbagai gangguan yang
dapat membahayakan karyawan. Terdiri dari :
a. Masker kain
Dipakai di tempat kerja di mana terdapat debu pada ukuran lebih
10mikron.
b. Masker dengan filter untuk debu
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan dapat
menyaring debu pada ukuran rata-rata 0,6 mikron sebanyak 98%.
d. Sarung tangan karet, digunakan bila bekerja dengan bahan kimia yang
berbahaya, korosif dan iritatif.
e. Sarung tangan listrik, digunakan bila bekerja dengan kemungkinan
terkena bahaya listrik.
8. Sepatu Pengaman
Untuk melindungi kaki terhadap gangguan yang membahayakan
karyawan di tempat kerja.
a. Sepatu keselamatan
Digunakan untuk melindungi kaki dari benda yang keras atau tajam,
luka bakar karena bahan kimia yang korosif, tertembus benda tajam dan
untuk menjaga agar seseorang tidak jatuh terpeleset oleh air/minyak.
b. Sepatu karet
Digunakan untuk melindungi kaki terhadap bahan kimia yang
berbahaya.
c. Sepatu listrik
Digunakan apabila bekerja dengan kemungkinan terdapat bahaya
listrik.
9. Baju Pelindung
Untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap berbagai gangguan
yang dapat membahayakan karyawan.
a. Baju pelindung yang tahan terhadap asam atau alkali(warna kuning)
digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan
bahan kimia yang berbahaya baik asam maupun alkali.
b. Baju pelindung terhadap percikan pasir digunakan untuk melindungi
seluruh bagian tubuh terhadap percikan pasir pada saat membersihkan
logam dengan semprotan udara.
BAB VIII
UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
otomatis akan menunjang proses penyaringan dan cake yang agak tebal
akan tertahan pada filter cloth dan ketika level cairan naik proses dehidrasi
akan dimulai. Filter cloth tidak selalu fix di peeling point, akan keluar dari
drum dan setelah pencucian dengan water sprayer akan kembali lagi ke
drum. Filter cloth akan dicuci setiap kali putar dan filter area harus selalu
bersih untuk menambah laju dehidrasi. Jumlah pencucian filter cloth
sebesar 150 liter/menit/filter atau 300 liter/menit atau 18 m 3/jam untuk dua
filter. Untuk menghemat water consumption, air cucian filter cloth akan di-
treated didalam coagulation sedimentation equipment untuk dipakai
kembali. Di dalam coagulation sedimentation equipment, suspended
solid (SS) dari waste water diambil. Jumlah pencucian filter cloth =
150/min/fil. atau 300l/min = 18 m3/j untuk 2 filter, untuk menghemat
water consumption, air cucian filter cloth akan ditreat didalam
coagulation sedimentation equipment untuk dipakai kembali.
Di dalam coagulation sedimentation equipment diambil SS-nya
dari waste water. SS didalam air bekas cucian akan diambilkira-kira 300
mg/L. sebagai koagulan dipakai alum dan polimer. flok setelah
koagulation akan dikirim ke thickener D-6645 dimana akan didiamkan
untuk dipisahkan menjadi supernatant liquor dan sludge, dengan demikian
liquor supernatant akan dipakai kembali sebagai air pencuci filter cloth.
Sludge akan dikirimkan kembali ke vacuum filter untuk dehydration dan
cake dehydration akan disimpan sementara didalam cake hopper D-6649
AB kemudian diangkut dengan dump truk ke tempat pembuangan. Dalam
operasi normal, jumlah filtrat dalam vacuum filter dan supernatant liquor
dari thickener, diharapkan 49,6 ton/j dengan flowrate water 50,2 ton/j dan
slurry yang direcycle 4,5 ton/h dari secondary effluent treatment section.
kandungan air dalam cake dehydrate diharapkan 60% cake dischargekira-
kira 5 t/h (± 3 t/h air akan terikut dalam hydrate cake ), menyaring 20,4 t/h
hasil dari 49,6 t/h akan dikirim ke Primary effluent treatment section yang
digunakan kembali dan sisa 29,2 t/h akan dikirim ke secondary effluent
section dimana N,P,F dan SS yang terkandung dalam filtrate akan diambil.
5. Cushion Pond
Cushion Pond adalah kolam penampung acidic water, pada bagian
dalam dilapisi lembaran plastik agar acidic water tidak penetrasi kedalam
tanah dengan kapasitas 30000 m3. Acidic Water inlet dari PA, CR & AlF3
Cushion Pond diisi jika proses penetralan pH air limbah di TK-6611 No.1
pH Adjusting Tank overload.
susu tiap pagi yang berguna untuk menetralisir racun. PT Petrokimia Gresik
juga menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis seminggu 3X
untuk memantau kesehatan para karyawan.
BAB IX
TUGAS KHUSUS
“Evaluasi Performa Heat Exchanger Jenis Cooler E-1303
pada Pabrik Asam Sulfat Departemen IIIA
di PT. Petrokimia Gresik”
IX.3 Tujuan
1. Mengetahui data awal, kondisi design dan aktual dari Cooler E-1303, serta
sistem proteksi anodik yang terpasang.
2. Menghitung performa kerja data design dan data aktual pada Cooler E-
1303
3. Mengetahui penyebab terjadinya kebocoran yang terjadi pada Cooler E-
1303
4. Mengetahui solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang
serupa kedepannya.
1. Shell and Tube Exchanger yaitu aliran penukaran panas yang terdiri dari
sejumlah tube yang terpasang di dalam sebuah shell yang berbentuk 9
silinder. Pada ujung tube terpasang tube sheet yang berguna untuk
memisahkan aliran fluida dalam tube dan sheet. Baffle dipasang di dalam
shell untuk mengatur aliran fluida dalam shell dan untuk memasang tube.
Tujuan pemasangan fluida dalam shell dan tube adalah memperoleh
efisiensi yang tinggi dan kemudian dalam pemeliharaan. Kemampuan
transfernya dapat lebih besar dan dapat digunakan untuk bermacam jenis
fluida.
Keterangan gambar:
1. Tabung (shell)
2. Tutup tabung (shell cover)
3. Flens sisi alur (shell flange channel end)
4. Flens sisi tutup (shell flange cover end)
5. Nosel (shell nozzle)
6. Pemegang pipa mengambang (floating tube sheet)
7. Penutup tabung mengambang (floating head cover)
8. Flens mengambang (floating head flange)
9. Peralatan dibelakang flens (floating head backing device)
10. Pemegang pipa tetap (stationary tubesheet)
11. Kanal atau tutup tetap (channel or stationary head)
12. Tutup kanal (channel cover)
( )
1/ 3
Cs . μs
Pr ¿
Ks
b. Pada tube
( )
1/ 3
Ct . μt
Pr ¿
Kt
Keterangan:
C = Kapasitas panas (Btu/lb)
µ = Viskositas (ft/hr)
K = Konduktivitas termal (Btu/hr ft2 °F/ft)
Pr = Tekanan (psi)
4. Perhitungan Rasio Viskositas
a. Rasio viskositas shell
( )
0.14
μs
φs=
μsw
b. Viskositas tube
( )
0.14
μs
φt =
μtw
Keterangan :
φ = viskositas rasio
μst = viskotas (lb/ft hr)
μw = viskositas tube well temperatur
Hal ini tidak baik untuk heat exchanger karena Rd yang besar akan
menghambat laju perpindahan panas antara hot fluid dan cold fluid. Jika
fouling tidak dapat dicegah, maka perlu pembersihan secara periodik.
Beberapa cara pembersihan yaitu secara kimia, contohnya pembersihan
endapan karbonat dan klorinasi.
Uc−Ud
Rd=
Uc−Ud
13. Perhitungan Pressure Drop (ΔP)
Penurunan tekanan di shell dan tube tidak boleh melebihi batas
pressure drop yang diizinkan. Tekanan dalam heat exchanger, merupakan
driving force bagi aliran fluida di shell dan tube, jika pressure drop lebih
besar dari yang diizinkan maka akan menyebabkan laju air massa inlet
fluida di shell dan tube jauh berbeda dengan laju alir massa outlet tiap
fluida. Hal ini akan menurunkan performance dari heat exchanger
tersebut.
Pressure drop pada shell dapat dirumuskan sebagai berikut :
2
f ∙ ( Gs ) ∙ Ds ∙ ( N + 1 )
∆ Ps=
5 ,22 ∙10 10 ∙ D ∙ Sg ∙ ∅ t
Pressure drop pada tube dapat dirumuskan sebagai berikut :
2
f ∙ ( ¿ ) ∙ Dt ∙ ( N +1 )
∆ Pt =
5 ,22 ∙10 10 ∙ D ∙ Sg ∙ ∅ t
Keterangan :
f = Fanning friction factor
Gs = Laju aliran massa per satuan luas dalam shell
Gt = Laju aliran massa per satuan luas dalam tube
N = Jumlah pass
D = Diameter dalam tube
Sg = Spesific gravity
Menurut Kern pada tahun 1965, dalam menganalisa performance
shell and tube heat exchanger diasumsikan bahwa:
1. Terdapat heating surface yang sama pada setiap pass
IX.4.3 Pembahasan
Cooler E-1303 merupakan heat exchanger jenis cooler yang bertujuan
untuk mendinginkan asam sulfat hasil proses. Heat exchanger jenis cooler ini
bertipe shell and tube dengan mengalirkan air dingin pada bagian tube-nya untuk
mendinginkan produk. Berdasarkan data design, dilakukan perhitungan panas
yang diterima oleh asam sulfat sebesar 73590039,23 BTU/jam, sedangkan
pendingin yang masuk sebesar 77227397,68 BTU/jam. Sehingga terjadi
perpindahan panas dan mengalami kehilangan panas sebesar 3637358,446
BTU/jam. Efesiensi heat exchanger jenis cooler ini didapat dari perhitungan
design sebesar 95,29% dengan nilai fouling factor (Rd) sebesar 0,057136111
BTU/jam.ft2.ºF; pressure drop pada shell (Cooling Water (CW)) sebesar 2,72 Psi;
sedangkan pressure drop pada tube (H2SO4 Acid) sebesar 5,69 Psi.
Pembahasan performa heat exchanger jenis cooler ini akan dibandingkan
antara data design dengan data aktual sebagai bahan pertimbangan efisiensi dari
kinerja. Maka didapat dari perhitungan data aktual, dimana efisiensi aktual
sebesar 81,67%. Perbandingan nilai efesiensi heat exchanger jenis cooler E-1303
dari data design dan aktual terlihat mengalami penurunan. Hal ini dapat
disebabkan karena semakin meningkatnya nilai fouling factor (Rd) dari
0,057136111 BTU/jam.ft2.ºF menjadi 0,063578389 BTU/jam.ft2.ºF. Selain itu,
juga disebabkan dalam tube pada cooler E-1303 sudah banyak mengalami
kebocoran karena korosi dan pengaruh suhu lingkungan yang tidak stabil, serta
cooler tersebut yang sudah tua, sehingga banyak tube pada cooler E-1303 harus
disumbat. Maka dari itu pada proses kerja cooler E-1303, air dingin yang masuk
menjadi sedikit dan pendinginan juga menjadi tidak maksimal, hal ini juga akan
mempengaruhi pada proses selanjutnya. Kebocoran tube yang terdapat pada
cooler E-1303 ini juga terjadi akibat terbentuknya sumuran atau pitting pada
permukaan tube yang berenetrasi ke dalam pipa. Korosi pitting ini terjadi akibat
proteksi anodik yang diaplikasikan sudah mendekati area transpassive dan
diindikasikan sebagai inisiasi awal kerusakan yang berkolaborasi dengan kondisi
laju aliran fluida dalam heat exchanger E-1303.
Untuk mencegah terjadinya kebocoran pada cooler E-1303 yang
disebabkan oleh pitting, perlu diaplikasikan perlindungan anodik atau dapat
disebut sebagai sistem proteksi anodik, yaitu sistem perlindungan yang berguna
terhadap korosinya. Sistem ini hanya bisa diaplikasikan untuk proteksi material
logam tertentu yang aktif serta kontak dengan lingkungan korosif asam sulfat.
Prinsip dasar perlindungan korosi dengan sistem proteksi anodik ini adalah
dengan membawa logam ke arah pasif menurut diagram polarisasinya. Daerah
pasif merupakan daerah dimana logam akan membentuk lapisan pasif yang
proteksi dipermukannya sehingga dapat tahan akan korosi. Secara teoritik, dapat
dilihat pada gambar 9. 10.
IX.5 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan data design, dilakukan perhitungan panas yang diterima oleh
asam sulfat sebesar 73590039,23 BTU/jam dan pendingin yang masuk
sebesar 77227397,68 BTU/jam, sedangkan untuk data aktualnya, panas
yang diterima sebesar 31538588,24 BTU/jam dan pendingin yang masuk
sebesar 38613698,84 BTU/jam.
2. Untuk efesiensi cooler E-1303, dari perhitungan design diperoleh sebesar
95,29% dengan nilai fouling factor (Rd) sebesar 0,057136111
BTU/jam.ft2.ºF. Sedangkan dari data aktual diperoleh nilai efesiensinya
sebesar 81,68% dengan nilai fouling factor (Rd) sebesar 0,063578389
BTU/ jam.ft2.ºF. Sehingga, dapat diketahui bahwa performa kerja dari
Cooler E-1303 mengalami penurunan dikarenakan pada tube sudah banyak
mengalami kebocoran.
3. Kebocoran yang terjadi pada cooler E-1303 disebabkan karena dalam tube
pada cooler E-1303 sudah banyak mengalami kebocoran karena korosi dan
pengaruh suhu lingkungan yang tidak stabil, serta cooler tersebut yang
sudah tua, sehingga banyak tube pada cooler E-1303 harus disumbat.
Maka dari itu pada proses kerja cooler E-1303, air dingin yang masuk
menjadi sedikit dan pendinginan juga menjadi tidak maksimal, hal ini juga
akan mempengaruhi pada proses selanjutnya.
4. Untuk mencegah terjadinya kebocoran pada cooler E-1303, perlu
diaplikasikan perlindungan anodik atau dapat disebut sebagai sistem
proteksi anodik, yaitu sistem perlindungan yang berguna terhadap korosi
pada cooler.
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
X.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya kerja praktek di departemenen produksi IIIA PT.
Petrokimia Gresik serta dari pemaparan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Departemen produksi IIIA PT. Petrokimia Gresik terdiri dari Unit Pabrik
Asam Sulfat, Asam Fospat, dan ZA II.
2. Pabrik asam sulfat yang terdapat pada departemen produksi III
mempunyai kapasitas produksi sebesar 1800 ton/hari. Bahan baku utama
yang digunakan dalam memproduksi asam sulfat adalah belerang yang
biasanya didapat dalam bentuk senyawa sehingga perlu dipisahkan untuk
mendapatkan belerang dengan konsentrasi dan kemurnian yang tinggi.
3. Efesiensi heat exchenger jenis cooler didapatkan dari desain sebesar
95,29% dengan fouling factor (Rd) sebesar 0,057136111 Btu/ hr.ft2.°F.
Berdasarkan perhitungan, data aktual merupakan kondisi yang diterima
alat di lapangan, diperoleh rata – rata efesiensi sebesar 81,67% dengan
fouling factor (Rd) sebesar 0,063578389 Btu/ hr.ft2.°F. Sehingga dapat
diketahui bahwa terdapat penurunan efesiensi dari perhitungan desain
dengan aktual, dimana efesiensi aktual dibawah 50%.
X.2 Saran
1. Mempertahankan perawatan dan pergantian alat atau mesin yang sudah
tua secara berkala sehingga efisiensi produksi dapat terus meningkat serta
proses produksi berjalan degan aman
2. Mengingat bahwa Gresik sudah menjadi daerah industri dengan segala
kompleksitas masalah yang dihadapi, hendaknya PT. Petrokimia Gresik
juga ikut memberikan langkah–langkah kongkretnya yang lebih besar
bagi kelestarian lingkungan didaeraah Gresik dan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Kern, D (1983), Process Heat Transfer, Mc Graw Hill Company Inc, Tokyo
Petrokimia Gresik, 2019, Petrokimia Gresik Solusi Agroindustri, diakses pada
28 September 2023, petrokimia-gresik.com
Santoso. D. A. 2017, Analisis Koefisien Perpindahan Panas Konveksi dan
Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterflow
Menggunakan Solidworks, Jurnal Ilmiah Komputasi, Vol. 16, No. 2,
September 2017.
Shahab. A. Wanghyuningsi. A. 2023, Evaluasi Kinerja Heat Exchanger – 003 di
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Gas dan Bumi (PPSDM
Migas Cepu), Journal of Innovation Research and Knowledge, Vol. 02, No. 08,
Januari 2023.
Sudrajat. J. 2017, Analisis Kinerja Heat Exchanger Shell & Tube Pada Sistem
COG
Booster di Integrated Steel Mill Krakatau, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 06,
No. 03, Juni 2017.
Septian. B. dkk. 2021, Desain dan Rancang Bangun Alat Penukar Kalor (Heat
Exchanger) Jenis Shell dan Tube, Jurnal Baut dan Manufaktur, Vol. 03,
No. 01, April 2021.
Sholahuddin 2016, ‘Pengolaan Limbah PT. Petrokimia Gresik’,
(https://id.scribd.com/doc/310258232/Pengolaan-Limbah-PT-Petrokimia
-Gresik), Diakses pada tanggal 29 September 2023
LAMPIRAN
( ) ( )
1 /3 1 /3
cp × μ cp × μ
Pr= Pr=
k k
( )( )
1 /3 1/ 3
BTU lb BTU lb
0,358 ×11,36977 0,998 ×0,36288
lb∙ ℉ ft ∙hr lb∙ ℉ ft ∙ hr
¿ ¿
BTU ∙ ft BTU ∙ ft
0,196224 2
0,998 2
hr ∙ ft ∙℉ hr ∙ ft ∙ ℉
Pr=2,747646519 Pr=1,552380273
9. Koefisien perpindahan 9. Koefisien perpindahan panas (h 0)
panas (hi 0 ) K
h 0= jH × × Pr × ∅ s
K D
hi = jH × × Pr × ∅ t
D 0,36288
¿ 40 × ×1,552380273
0,196224 0,060809
¿ 300 × × 2,747646519
0,0443156 h0 BTU
=370,5555121 2
BTU ∅s hr ∙ ft ∙℉
¿ 3649,871764 2
hr ∙ ft ∙ ℉
hi 0 10. Tube wall temperature (t w)
10. Menghitung
∅t T av =216 , 5℉
IDt = 0,65354366 in t av =149 ℉
ODt = = 0,7480319 in T av −t av=67 ,5 ℉
hi 0 hi ID
= × 370,5555121
∅t ∅t OD ¿ 149+ ×(67 ,5)
370,5555121+3649,871764
0,65354366 t w =141,9728152 ℉
¿ 3649,871764 ×
0,7480319
BTU
¿ 3188,83533 2
hr ∙ ft ∙ ℉
11. Menghitung ∅ t 11. Menghitung ∅ s
( ) ( )
0 ,14 0 , 14
μ μ
∅t = ∅s=
μw μw
∅ t =( 8,394277 )0 , 14 ∅ s =( 1,69337 )0 , 14
∅ t =20,30659549 ∅ s =1,076527828
12. Menghitung hi 0 terkoreksi 12. Menghitung h 0 terkoreksi
h i0 h0
hi 0 = ×∅t h 0= × ∅s
∅t ∅s
¿ 3649,871764 × 20,30659549 ¿ 370,5555121 ×1,076527828
BTU BTU
¿ 64754,38914 2
¿ 398,9133205 2
hr ∙ ft ∙ ℉ hr ∙ ft ∙ ℉