Anda di halaman 1dari 84

TUGAS AKHIR

MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN

CAMPURAN SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD

Disusun oleh :

Mochamad Eddy Sujarwo

Nim. 18513376

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KADIRI

2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN

CAMPURAN SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD

Proposal Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Studi Strata Satu dan Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik.

Kediri, ………………… 2022

Penyusun,

Mochamad Eddy Sujarwo

Nim. 18513376

Dosen Pembimbing :

1. Agata Iwan C, ST.,MT ..........................

2. Sony Susanto, ST.,MT ..........................

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Fakultas Teknik

YOSEF CAHYO SP, ST.MT.M.Eng EKO SISWANTO, ST.MT


NIK. 19990901 NIK. 201204011
HALAMAN PENGESAHAN
MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN

CAMPURAN SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD

Penyusun,

Mochamad Eddy Sujarwo

Nim. 18513376

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan lulus pada ujian
Skripsi program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kadiri

Pada tanggal : ........................................

Tim Penguji :

1. …… ..........................

2. …… ..........................

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Fakultas Teknik

YOSEF CAHYO SP, ST.MT.M.Eng EKO SISWANTO, ST.MT


NIK. 19990901 NIK. 201204011
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mochamad Eddy Sujarwo


NIM : 18513376
Alamat : Desa Mojopurno, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun

Menyatakan bahwa “Skripsi yang saya buat untuk memenuhi persyaratan


kelulusan Program Studi Teknik Sipil Universitas Kadiri dengan judul :

“MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN

CAMPURAN SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD”

Adalah hasil karya saya sendiri, bukan duplikasi dari karya orang lain.
Selanjutnya apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain bukan tanggung
jawab pembimbing dan atau Pengelola Program tetapi menjadi tanggungjawab
saya sendiri. Atas hal tersebut saya bersedia menerima sangsi, sesuai hukum atau
aturan yang berlaku di Indonesia. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya tanpa paksaan dari siapapun.

Kediri, …………………. 2022

Hormat Saya,

Mochamad Eddy Sujarwo

Nim. 18513376

ABSTRAK
Mochamad Eddy Sujarwo, 2021
“MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN CAMPURAN
SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD”
Pembimbing I : Agata Iwan C, ST.,MT ,
Pembimbing II : Sony Susanto, ST.,MT

Beton tetrapod adalah beton dengan bentuk berkaki empat yang dibangun untuk
tempat berlabuh yang aman bagi kapal. Beton tertapoda memiliki fungsi memecah ombak
sebagai tembok laut. Produksi beton tetrapoda sangat perlu diperhatikan mengingat beton
ini akan sering terhempas ombak laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kuat tekan beton tetrapod dengan penambahan superplastizer sikament
NN. Job mix design yang digunakan sesuai dengan mutu beton yaitu beton K-425 dengan
bahan material agregat dari daerah jawa tengah. Dari penelitian ini akan diketahui hasil
kuat tekan beton K-425 dengan campuran sikament NN sebesar 0,8%. Penambahan
sikament NN 0,8% dikarenakan 0,8% adalah komposisi efisiensi sesuai dengan ketentuan
Bina Marga Divisi 5 untuk campuran beton. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah eksperimen. Hasil penelitian menggunakan pengujian kuat tekan dengan sampel
berbentuk silinder berukuran 15×30 cm menunjukkan bahwa beton k425 yang pada
mulanya memiliki kuat tekan beton 367,80 Kg/cm 2 setelah penambahan sikament NN
sebesar 3,2 liter, kuat tekan beton menjadi 530,96 Kg/cm 2 pada umur yaitu 28 hari.

Kata kunci : Beton Tetrapod, Kuat Tekan, Sikament NN, Superplastizer, Zat Adiktif.

ABSTRACT
Mochamad Eddy Sujarwo, 2022
"INCREASE THE HARD PRESS OF K-425 CONCRETE WITH NN SIKAMENT
MIXTURE ON TETRAPOD PRODUCTION"
Mentor I: Agata Iwan C, ST.,MT,
Mentor II: Sony Susanto, ST., MT

Tetrapod concrete is a four-legged concrete that is built for safe berths for ships.
Tertapod concrete has the function of breaking waves as a sea wall. The production of
tetrapod concrete is very important considering that this concrete will often be hit by sea
waves. The purpose of this study was to increase the compressive strength of tetrapod
concrete with the addition of NN sikament superplastizer. The job mix design used is in
accordance with the quality of the concrete, namely K-425 concrete with aggregate
materials from the Central Java area. From this research, it will be known that the
compressive strength of K-425 concrete with NN Sikament mixture is 0.8%. The addition
of 0.8% NN sikament because 0.8% is an efficiency composition in accordance with the
provisions of Bina Marga Division 5 for concrete mixtures. The method used in this
research is experimental. The results of the study using a compressive strength test with a
cylindrical sample measuring 15×30 cm showed that the k425 concrete which initially
had a concrete compressive strength of 367.80 Kg/cm2 after the addition of NN sikament
was 3.2 liters, the compressive strength of the concrete became 530.96 Kg /cm2 at the
age of 28 days.

Keywords: Addictive Substances, Strong Press, Sikament NN, Superplastizer, Tetrapod


Concrete.
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat


AllahSWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga
penulisdapatmenyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini dengan judul :
“MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN CAMPURAN
SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD” sebagai salah satu syarat
untuk mencapai derajad sarjana strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Kadiri. Dalam penyusunan Tugas Akhir, penulis
merasa telah mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa arahan, perhatian
dan bimbingan. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. ALLAH SWT yang telah melimpahkan berkat dan hidayat-Nya.
2. Ayah, Ibu, dan keluarga yang telah memberi semangat tersendiri untuk
dapat menyelesaikan semua tugas yang telah menjadi amanah bagi saya.
3. Rektor Universitas Kadiri, Bapak Ir. Djoko Rahardjo, MP.
4. Dekan Fakultas Teknik, Bapak Yosef Cahyo SP, ST., MT.,M. Eng.
5. Ketua Jurusan Teknik Sipil, Bapak Eko Siswanto, ST., MT.
6. Dosen Pembimbing I Bapak Agata Iwan Candra, ST., MT.
7. Dosen Pembimbing II Bapak Sony Susanto, ST., MT.
8. Bapak, Ibu dosen, dan jajaran staf Fakultas Teknik Universitas Kadiri.
9. Bapak Hendry Zubair O, ST. selaku Kepala Proyek yang telah memberi
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Laboratorium Beton.

Penyusun menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengaharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kelancaran Tugas Akhir yang penyusun akan lalui.

Kediri,

Penyusun,
Mochamad Eddy Sujarwo

Nim. 18513376

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

ABSTRACT............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2

1.4 Batasan Masalah........................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................4

1.6 Sistematika Penulisan................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6


2.1 Beton.........................................................................................................6

2.2 Beton Tetrapoda........................................................................................7

2.3 Material Penyusun Beton..........................................................................7

2.3.1 Agregat.......................................................................................................8

2.3.1.1 Agregat Kasar............................................................................................8

2.3.1.2 Agregat Halus............................................................................................8

2.3.2 Sikament NN..............................................................................................8

2.3.3 Semen/Filler...............................................................................................9

2.4 Pengujian Material....................................................................................9

2.4.1. Uji Abrasi...................................................................................................9

2.4.2. Uji Berat Jenis..........................................................................................10

2.4.3. Uji Kadar Lumpur....................................................................................12

2.5 Uji slump.................................................................................................12

2.6 Curring.....................................................................................................12

2.7 Uji kuat tekan..........................................................................................13

2.8 Penelitian Terdahulu................................................................................13

2.9 Mapping Jurnal........................................................................................14

BAB III METODOLOGI....................................................................................16

3.1 Bagan Alir Penelitian..............................................................................16

3.2 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................17

3.3 Lokasi Penelitian.....................................................................................17


3.4 Alat dan Bahan Penelitian.......................................................................18

3.4.1 Alat Penelitian..........................................................................................18

3.4.2 Bahan Penelitian......................................................................................19

3.5 Teknik Analisa Data................................................................................22

3.5.1 Pengujian Agregat....................................................................................22

Sumber : SNI 03-2417-2008..................................................................................24

3.5.2 Proses Pembuatan Beton..........................................................................31

3.5.3 Proses Perawatan Beton (Curring)...........................................................34

3.5.4 Uji Kuat Tekan.........................................................................................35

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................37

4.1 Hasil Pengujian Agregat..........................................................................37

4.1.1 Hasil Uji Abrasi.......................................................................................37

4.1.2 Hasil Uji Berat Jenis................................................................................38

4.1.3 Hasil Uji Kadar Lumpur..........................................................................42

4.2 Proses Pembuatan Beton.........................................................................43

4.2.1 Job Mix Design........................................................................................43

4.2.2 Uji Slump.................................................................................................46

4.2.3 Proses Pencetakan dan Curring...............................................................48

4.3 Proses pembuatan Beton Tetrapod..........................................................50

4.4 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Normal.......................................................55

4.5 Hasil Uji Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN...............60
BAB V PENUTUP................................................................................................65

5.1 Kesimpulan............................................................................................65

5.2 Saran.......................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian.......................................................................16

Gambar 3. 2 Lokasi Penelitian Beton Tetrapod...................................................17

Gambar 3. 3 Agregat Kasar dan Agregat Halus...................................................20

Gambar 3. 4 Zak Adiktif Sikament NN................................................................20

Gambar 3. 5 Filler / Semen..................................................................................21

Gambar 3. 6 Air....................................................................................................22

Gambar 4. 1 Proses Pengujian Abrasi..................................................................38

Gambar 4. 2 Proses Uji Berat Jenis Pasir.............................................................40

Gambar 4. 3 Proses merojok adonan Beton.........................................................44

Gambar 4. 4 Proses mengukur sikament NN untuk bahan campuran Beton.......45

Gambar 4. 5 Tongkat Penusuk..............................................................................47

Gambar 4. 6 Proses merojok adonan Beton.........................................................47

Gambar 4. 7 Hasil Uji Slump...............................................................................48

Gambar 4. 8 Proses Pengeringan..........................................................................49

Gambar 4. 9 Curring............................................................................................49

Gambar 4. 10 Pekerjaan Pembesian Bekisting.....................................................51

Gambar 4. 11 Pekerjaan Pemasangan Baja ke Bekisting.....................................52

Gambar 4. 12 Pengecoran Beton Tetrapod...........................................................53

Gambar 4. 13 Ready Mix......................................................................................53

Gambar 4. 14 Proses Perojokan Beton Segar.......................................................54

Gambar 4. 15 Ilustrasi Cetakan Tetrapod.............................................................55

Gambar 4. 16 Ilustrasi pengecoran dengan portal gentry dan hoist crane............55

Gambar 4. 17 Sampel Beton.................................................................................56


Gambar 4. 18 Proses Uji Kuat Tekan...................................................................57

Gambar 4. 19 Proses Uji Kuat Tekan...................................................................58

Gambar 4. 20 Grafik Kuat Tekan Beton Normal.................................................60

Gambar 4. 21 Grafik Uji Kuat Tekan Beton Campuran Sikament NN................63

Gambar 4. 22 Grafik Uji Kuat Tekan Beton Campuran Sikament NN................64


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji...................................................24

Tabel 3. 2 Job Mix Design Beton.........................................................................31

Tabel 4. 1 Hasil Penguji Abrasi...........................................................................37

Tabel 4. 2 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Kasar Ukuran ½..................................39

Tabel 4. 3 Berat satuan kerikil Ukuran ½............................................................39

Tabel 4. 4 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Kasar Ukuran 2/3................................41

Tabel 4. 5 Berat satuan kerikil Ukuran 2/3..........................................................41

Tabel 4. 6 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Halus...................................................42

Tabel 4. 7 Berat satuan pasir................................................................................42

Tabel 4. 8 Hasil Uji Kadar Lumpur Agregat Halus.............................................43

Tabel 4. 9 Hasil Uji Kadar Lumpur Agregat Kasar.............................................43

Tabel 4. 10Komposisi Campuran Beton...............................................................46

Tabel 4. 11 Komposisi Campuran Uji Slump.......................................................47

Tabel 4. 12Hasil Tinggi dan Diameter Beton.......................................................55

Tabel 4. 13Hasil Kuat Tekan Beton Normal 7 Hari..............................................56

Tabel 4. 14Hasil Kuat Tekan Beton Normal 14 Hari............................................57

Tabel 4. 15Hasil Kuat Tekan Beton Normal 28 Hari............................................57

Tabel 4. 16Hasil Tinggi dan Diameter Beton.......................................................59

Tabel 4. 17Hasil Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN 7 Hari......59

Tabel 4. 18Hasil Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN 14 Hari....60


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Beton merupakan bahan bangunan yang paling umum dan terkenal untuk

bahan konstruksi struktur besar maupun kecil[1]. Beton mempunyai mutu beton

seperti beton mutu rendah, beton mutu sedang, dan beton mutu tinggi berdasarkan

nilai kuat tekannya[2]. Semakin tinggi mutu beton, maka semakin besar nilai kuat

tekan beton tersebut. Beton memiliki mutu tinggi dapat dipengaruhi oleh fungsi

dari beton itu sendiri, seperti contoh beton untuk pemecah gelombang laut yaitu

beton tetrapoda. Beton tetrapoda adalah beton dengan bentuk berkaki empat yang

dibangun untuk tempat berlabuh yang aman bagi kapal [3]. Beton tertrapoda

sering dijumpai saat kita berlibur dipantai dengan ombak yang besar seperti

contoh di pantai. Beton tertapoda memiliki fungsi memecah ombak sebagai

tembok laut [4]. Beton tertapoda memiliki kelebihan antara lain untuk

menghindarkan pantai dari gelombang tinggi dan melindungi aliran sungai yang

menjorok ke laut.

Produksi beton tetrapoda sangat perlu diperhatikan mengingat beton ini

akan sering terhempas ombak laut. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kuat

tekan beton dengan cara penambahan bahan pada pembuatannya. Bahan seperti

superplastizer yang sering digunakan untuk bahan campuran beton karena mampu

sangat efektif dalam mengurangi jumlah air beton menurut PT. Sika Indonesia [5]

[6]. Oleh karena itu, pengujian ini menggunakan bahan superplastizer yaitu

Sikament NN. Menurut spesifikasi bina marga 2010 divisi 5, bahwa bahan

1
tambahan kimiawi (admixture) harus sesuai dengan AASHTO M194 yang harus

mengandung calcium chloride, calcium formate, dan triethanolamine tidak boleh

digunakan [7][8]. Sikament NN telah disetujui untuk bahan penambahan

pembuatan beton sesuai dengan persetujuan tertulis oleh pengawas pekerjaan.

Penelitian ini belum pernah dilakukan dengan membahas mengenai

pengaruh penambahan sikament NN pada kuat tekan beton K-425 untuk produksi

beton tetrapoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kuat tekan

beton tetrapod dengan penambahan superplastizer sikament NN. Job mix design

yang digunakan sesuai dengan mutu beton yaitu beton K-425 dengan bahan

material agregat dari daerah jawa tengah. Dari penelitian ini akan diketahui hasil

kuat tekan beton K-425 dengan campuran sikament NN sebesar 0,8%.

Penambahan sikament NN 0,8% dikarenakan 0,8% adalah komposisi efisiensi

sesuai dengan ketentuan Bina Marga Divisi 5 untuk campuran beton.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukaan, dapat dirumuskan masalah

yang akan ditinjau ialah:

1. Berapa kuat tekan pada beton K-425 normal untuk produksi tetrapoda?

2. Berapa kuat tekan pada beton K-425 dengan campuran sikament NN

sebesar 0,8% untuk produksi tetrapoda?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kuat tekan pada beton K-425 normal untuk produksi tetrapoda?

2
2. Mengetahui kuat tekan pada beton K-425 dengan campuran sikament NN

sebesar 0,8% untuk produksi tetrapoda?

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian tidak meluas dan dapat terarah, maka diberi

batasan-batasan masalah yang meliputi hal-hal berikut :

1. Penggunaan Fly Ash Dan Abu Sekam Padi Untuk Penambah Bahan Utama

Bata Merah Terhadap Kuat Tekan Dan Penyerapan Air.

2. Agregat yang digunakan berasalh dari Pasir Eks Progo dan Split Eks Kokap.

3. Hanya melakukan pengujian abrasi, uji berat jenis, dan uji kadar lumpur

pada agregat kasar.

4. Hanya melakukan pengujian berat jenis, dan kadar lumpur pada agregat

halus.

5. Semua proses penelitian pengujian mulai dari material sampai uji kuat tekan

dilakukan di PT UMEHU BETON PERSADA Desa Gembul, Jogoresan,

Kec. Purwodadi Kab. Purworejo, Jawa Tengah.

6. Air yang digunakan menggunakan air tawar dari PT PT UMEHU BETON

PERSADA Desa Gembul, Jogoresan, Kec. Purwodadi Kab. Purworejo,

Jawa Tengah.

7. Tidak membahas unsur kimia.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui perbandingan kuat tekan beton normal dengan beton campuran

sikament NN pada mutu K-425.

3
2. Untuk inovasi terbaru mengenai beton untuk produksi tetrapoda.

4
1.6 Sistematika Penulisan

Agar penyampaian penelitian ini sistematis, maka peneliti membuat

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, sistematika penulisan,

dan lokasi penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas tentang gagasan yang dilakukannya penelitian, kerangka teori

dan konseptual yang dijadikannya landasan penelitian, hasil penelitian

yang diperoleh dari sumber referensi untuk menyusun kerangka teori dan

konseptual.

BAB III METEDOLOGI

Membahas mengenai bagan alir, ruang lingkup penelitian, tempat

penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis data.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton

Beton adalah hasil campuran antara air, semen, dana gregat yang

memiliki perbandingan tertentu yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan

pembuatan beton tersebut [9][10]. Beton banyak digunakan untuk bangunan

konstruksi [11][1]. Beton yang digunakan pada pembangunan konstruksi

bangunan adalah beton dengan mutu K200 sampai K-500. Adapun pemilihan

mutu beton untuk pembuatan konstruksi suatu bangunan itu berpengaruh dengan

beban yang telah dipertimbangkan konstruksi yang akan dibikin. Secara garis

besar bahwa beton memiliki jenis berdasarkan kelas dan mutunya, yaitu :

1. Beton Kelas I

Beton kelas I merupakan beton untuk pekerja-pekerja non struktural dan

tidak memerlukan keahlian khusus dalam pekerjaannya. Untuk pengawasan mutu

hanya dibatasi dengan pengawasan ringan kepada mutu betonnya saja. Sedangkan

untuk kuat tekannya tidak disyaratkan untuk pemeriksaannya. Mutu kelas I

dinyatakan dengan B0.

2. Beton Kelas II

Beton jenis mutu ini dapat dipakai untuk pekerjaan bersifat structural

ringan. Pada pengunaannya memerlukan keahlian yang sesuai dan harus dipakai

oleh tenaga ahli. Kualitas beton ini terdiri dari K-25-, K-225, dan K-275.

6
3. Beton Kelas III

Jenis mutu beton yang dianggap paling tinggi diantara jenis mutu beton

lainnya adalah kelas III. Proses pembuatan mutu beton ini membutuhkan

komposisi dengan nilai perbandingan khusus dan detail. Pengerjaan beton ini

wajib dilakukan oleh tenaga ahli profesional dan melalui pemeriksaan ketat.

Pengawasan pada kualitas beton ini juga dilakukan secara kontinu. Mutu beton ini

dapat meliputi, K350, K325, K375, K500 dan lainnya. Umumnya, penggunaan

jenis beton ini diperuntukkan pada area saluran air, landasan pesawat, area truk

tronton dan lain sebagainya.

2.2 Beton Tetrapoda

Beton tetrapoda adalah beton yang digunakan untuk melindungi pemecah

gelombang di pantai [12]. Beton tetrapod merupakan material lapis lindung yang

dikembangkan dengan system penyusun secara acak atau seragam dengan dua

lapisan material Tetrapod memiliki keunggulan sebagai material pengusun

Breakwater karena memiliki nilai stabilitas yang lebih baik dan nilai porositas

yang tinggi sehingga dapat mengurangi jumalh penggunaan beton [13].

2.3 Material Penyusun Beton

Material penyusun pembuatan beton yang paling utama adalah agregat

dan semen. Tetapi peneliti memiliki inovasi terbaru dengan penambahan sikament

NN untuk memperkuat hasil kuat tekan beton. Adapun definisi dari material

penyusun beton antara lain :

7
2.3.1 Agregat

Agregat adalah hasil olahan batu alam yang merupakan komponen utama

dari lapisan perkerasan jalan yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam

campuran aspal [14]. Agregat mempunyai fungsi penting sebagai bahan pengisi

dalam campuran mortar atau beton. Agregat itu sendiri sangat berperan penting

yang mana memberikan dukungan besar bagi campuran beton karena agregat

memiliki proporsi terbesar yaitu 90-95% dari berat campuran[15]. Agregat

memiliki dua jenis yang sering kita jumpai, yaitu antara lain :

2.3.1.1 Agregat Kasar

Agregat kasar merupakan agregat dengan ukuran terkecil yang tertahan

di saringan no. 8 (2,38 mm) atau partikel yang lebih besar 4,75 mm menurut

ASTM, lebih besar dari 2 mm menurut AASHTO[16]. Agregat kasar yang sering

kita jumpai yaitu koral. Koral juga memiliki jenis agregat normal dan agregat

ringan.

2.3.1.2 Agregat Halus

Agregat halus adalah agregat dengan ukuran terkecil yang tertahan di

atas saringan no. 200 (0,074 mm) dan lolos saringan no. 8 (2,36) sesuai SNI 03-

6819-2002 [17]. Agregat halus yang sering dijumpai adalah pasir. Pasir yang baik

digunakan untuk beton adalah yang memiliki butiran-butiran tajam dan kasar,

tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.

2.3.2 Sikament NN

Sikament NN adalah superplastizer dengan pengurang air dalam jumlah

besar dan mempercepat pengerasan beton [5]. Cairan superplasticizer yang efektif

8
dengan aksi ganda untuk produksi beton yang mengalir atau bahan untuk

mengurangi air beton untuk membantu menghasilkan kekuatan awal dan kekuatan

akhir tinggi sesuai ASTM C 494 [18]. Kandungan yang terdapat dari sikament

NN adalah silica, Alumina, Besi, Magnesium, Alkali, KO2, CaO[19]. Dari

kandungan tersebut diharapkan dapat menambah nilai kuat tekan dan

memperbaiki mutu beton yang diinginkan untuk beton tetrapod. Sesuai dengan

spesifikasi bina marga 2010 divisi 5, bahwa bahan tambahan kimiawi (admixture)

harus sesuai dengan AASHTO M194 yang harus mengandung calcium chloride,

calcium formate, dan triethanolamine tidak boleh digunakan [7]. Sikament NN

dapat digunakan atas persetujuan tertulis dari pengawas pekerjaan.

2.3.3 Semen/Filler

Semen / Filler adalah salah satu bahan pengisi yang terdiri atas batu

kapur, debu, dolomite, semen portland, abu terbang, dsb. Bahan pengisi biasanya

harus lolos ayakan no. 200 (0,075 mm). Fungsi filler sendiri adalah untuk

meningkatkan kekentalan pada aspal dan untuk mengurangi sifat rentan terhadap

temperature [20]. Dalam praktikum ini filler yang digunakan adalah semen

portland. Kandungan dari semen portland kalsium (II) oksida (CaO), silika (IV)

oksida (SiO2), aluminium (III), oksida (Al2O3), besi (III) oksida (Fe2O3) dan

komponen minor lainnya. Semen yang biasa digunakan adalah semen dengan

merek dagang semen Gresik.

2.4 Pengujian Material

Setiap material yang akan digunakan untuk bahan pembuatan beton akan

dilakukan pengujian yang sering dilakukan, antara lain sebagain berikut :

9
2.4.1. Uji Abrasi

Uji abrasi merupakan pengujian pada objek untuk menentukan ketahanan

agregat terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles [21].

Objek yang digunakan pada uji abrasi adalah agregat kasar dengan ukuran

maksimum 19 mm (Ayakan No.3/4) [22]. Fungsi dilakukannya uji abrasi adalah

untuk mengetahui agregat kasar yang digunakan apakah memenuhi standart SNI

2417 tahun 2008 yaitu < 40%.

2.4.2. Uji Berat Jenis

Uji berat jenis merupakan metode sebagai pegangan dalam pengujian untuk

menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis

semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar [23]. Dari

pengertian tersebut, tujuan melakukan uji berat jenis adalah untuk mengetahui

berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dan

penyerapan air. Adapun definisinya adalah sebagai berikut :

1. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat

air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam keadaaln jenuh pada

suhu 25°C [24].

2. Berat jenis kering permukaan jenuh adalaha perbandingan antara berat

agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama denga

nisi agregat dalam keadaan jenuh [25].

3. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat

air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam keadaan kering.

4. Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry

terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam persen (%).

10
Sesuai dengan spesifikasi bina marga divisi 5, bahwa berat jenis untuk agregat

kasar maupun halus harus memiliki hasil ≥ 2 [26]. Adapun rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

a. Agregat Kasar :

1. Berat jenis curah kering

A
Berat jenis Curah Kering = .....................(2.1)
( B+ D−C )

2. Berat Jenis Curah

D
Berat Jenis SSD = .............................. (2.2)
( B+ D−C )

3. Berat Jenis Semu

A
Berat Jenis Semu = .................................(2.3)
( B+ A−C)

4. Penyerapan air

D−A
Penyerapan Air = [ ] × 100%............................(2.4)
A

Keterangan : A = Berat benda uji kering oven (gram)


B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air (gram)
D = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

b. Agregat Halus

- Berat Jenis Curah Kering


A
Berat jenis Curah Kering = ..................(2.5)
( B+ D−C )
- Berat Jenis Curah (Kondisi Jenuh Kering Permukaan)
D
Berat Jenis SSD = ................................(2.6)
( B+ D−C )
- Berat Jenis Semu

11
A
Berat Jenis Semu = ...............................(2.7)
( B+ A−C)
- Penyerapan Air
D−A
Penyerapan Air = [ ] × 100%..........................(2.8)
A
Keterangan : A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air (gram)
D = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

2.4.3. Uji Kadar Lumpur

Uji kadar lumpur atau bahan lolos ayakan No.200 dalam agregat dibatasi

jumlahnya karena dapat menurunkan kuat tekan pada beton[27].

2.5 Uji slump

Slump beton adalah suatu istilah yang terdapat pada konstruksi, slump

merupakan tingkat kekentalan beton yang mempengaruhi workabilitas,

permeabilitas dan proses pengerjaan pada beton itu sendiri. Adapun beberapa hal

yang perlu diketahui tentang slump beton, nilai, dan pengujian slump beton[28].

2.6 Curring

Perawatan beton merupakan salah satu tahap yang dimana setelah beton 

sudah mengalami pengerasan, perawatan beton ini bertujuan agar beton tidak

kehilangan air dan untuk menjaga agar suhu didalam beton tetap lembab sehinnga

beton dapat mencapai mutu yang diharapkan[29].

12
2.7 Uji kuat tekan

Kuat tekan beton diperoleh dari benda uji yang berbentuk silinder dengan

diameter 15cm dan tinggi 30 cm yang ditekan pada sisi yang berbentuk lingkaran

dengan standar pengujian sesuai (SNI 1974-2011)[30]. Untuk perhitungan kuat

tekan beton digunakan rumus :

K=P×A........................................................................(2.9)

Keterangan :

K : Kuat tekan beton ( N/mm²)

P : Gaya tekan aksial, dinyatakan dalam Newton ( N )

A : Luas penampang benda uji, dinyatakan dalam mm²

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk pedoman, pertimbangan serta

mencari perbandingan dalam upaya arahan serta kerangka berpikir. Menurut

pengamatan penulis, penelitian ini tidak memiliki penelitian terdahulu. Karena

penelitian ini belum terdapat penelitian terdahulu yang membahas mengenai beton

K-425 untuk produksi tetrapoda. Penelitian ini masih langka dan jarang ada yang

membahas mengenai topik ini.

13
2.9 Mapping Jurnal

No AUTHOR TAHU KESIMPULA


JUDUL TUJUAN
. S N N
1. Pengaruh R.R. Susi 2020 Untuk Hasil penelitian
Penambahan Zat Riwayati, mendapatkan menunjukan
Aditif Sika Roby beton yang bahwa nilai kuat
Viscocrete Habibi berkualitas baik tekan beton
Terhadap Kuat dan bermutu dengan
Tekan Mutu tinggi, untuk penambahan 2%
Beton K-300 mendapatkanny Sika Viscocrete-
Umur 14 Hari a perlu 3115N umur 14
dicampur hari terhadap
dengan bahan Beton Normal
tambahan sebesar 315, 07
(Admixture) Kg/Cm2.
sebagai bahan Sedangkan pada
tambah penambahan 3%
campuran beton. Sika Viscocrete-
3115N
mendapatkan
nilai optimum
pada umur 14
hari sebesar
358,13
Kg/Cm2.
2. PENGARUH Moh. 2020 untuk Hasil penelitian
PENAMBAHA Abdul Basit mengetahui kuat menunjukkan
N ABU Minanulloh tekan beton dan bahwa
CANGKANG , Yosef kuat tekan presentase
KEMIRI Cahyo S.P., tertinggi. Kuat optimum dari
TERHADAP Ahmad tekan penambahan
KUAT TEKAN Ridwan karakteristik abu cangang
BETON K – 300 yang diperoleh Kemiri adalah
pada umur 28 sebesar15% dari
hari pada variasi berat semen
beton normal dengan kuat
304,127 kg/cm², tekan
variasi beton maksimum
normal dengan sebesar 428,210
penambahan 5% kg/cm²
abu cangkang
Kemiri 421,551
kg/cm², variasi
beton normal
dengan
penambahan10

14
% abu cangkang
Kemiri
426,863kg/cm²,
dan variasi
beton normal
dengan
penambahan
15% abu
cangkang
Kemiri 428,210
kg/cm²

15
BAB III

METODOLOGI

3.1 Bagan Alir Penelitian


Tahapan proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini digambarkan

dalam bagan alir pada Gambar 3.1 sebagai berikut :


Mulai

Persiapan Material dan Peralatan Penelitian

Proses Pengujian Agregat


1. Uji Abrasi
2. Uji Berat Jenis
3. Uji Kadar Lumpur

Tidak Memenuhi Standart ?

Sesuai
Proses Job Mix Design

Proses Pencetakan dan Slump Test

Curring selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari

Uji Kuat Tekan

Analisis Data Pengujian

Selesai

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian

Sumber: Data Diolah

16
3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini meliputi sebagai berikut :

1. Agregat halus yang digunakan berasal dari Pasir Eks Progo.

2. Agregat kasar yang digunakan berasal dari Split Eks Kokap.

3. Penambahan Sikament NN dengan prosentase 0,3% dari berat semen yang

digunakan.

4. Pembuatan sampel beton berjumlah masing-masing 3 buah.

5. Proses curring dilakukan selama 3 jenis, yaitu 7 hari, 14 hari dan 28 hari

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian sangat penting mengingat semua proses harus

dilakukan pada tempat yang sesuai, Adapun lokasinya yaitu antara lain :

1. Semua proses pengujian mulai dari pengujian agregat untuk bahan beton

sampai pengujian kuat tekan dilakukan di PT UMEHU BETON PERSADA

Desa Gembul, Jogoresan, Kec. Purwodadi Kab. Purworejo, Jawa Tengah.

Gambar 3. 2 Lokasi Penelitian Beton Tetrapod

Sumber : Google Earth

17
3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan adalah hal penting untuk melakukan sebuah penelitian

guna mendukung berjalannya penelitian tersebut. Maka dalam penelitian ini

membutuhkan alat dan bahan yang sudah direncanakan sebagai berikut :

3.4.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan, membuat, menyelidiki suatu

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Strenght Test

Strenght Test berfungsi untuk menguji dan mengukur kekuatan tekan pada

sampel beton. Alat yang digunakan bermerek PT MBT.

b. Cetakan Beton

Cetakan yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan cetakan

dengan bahan besi cor berbentuk silinder dengan ukuran 15 × 30 cm.

c. Timbangan Digital

Timbangan digital digunakan untuk menimbang massa benda uji penelitian

sesuai dengan kadar yang telah ditentukan.

d. Cetakan Kerucut Abrams

Cetakan Kerucut Abrams digunakan untuk wadah adonan untuk uji slump

test. Cetakan ini berbentuk kerucut dengan diameter atas sekitar 10 cm dan

memiliki tinggi 20 – 30 cm.

e. Tongkat Penusuk

Tongkat penusuk digunakan untuk menusuk adonan beton agar beton segar

yang dimasukkan dapat rata .

18
f. Mistar/Penggaris

Mistar digunakan untuk mengukur tinggi penyusutan beton segar saat uji

slump.

g. Ayakan

Untuk memisahkan bagian yang sesuai berdasarkan ketentuan dan

ukurannya.

h. Mesin Pengaduk Semen

Mesin pengaduk semen berfungsi untuk mengaduk semen dan agregat untuk

mendapatkan hasil adonan beton segar.

3.4.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan untuk penelitian beton adalah sebagai

berikut :

1. Agregat

Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain,

baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa

ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen [31]. Agregat mempunyai

peranan yang sangat penting dalam konstruksi [32]. Agregat juga dapat

didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan pejal

(solid). Agregat terdiri dari dua jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus.

Agregat kasar berupa koral dan agregat halus berupa pasir.

19
Gambar 3. 3 Agregat Kasar dan Agregat Halus

Sumber : Dokumentasi Penelitian

2. Sikament NN

Sikament NN merupakan superplastizer dengan pengurang air dalam jumlah

besar dan mempercepat pengerasan beton [5].

Gambar 3. 4 Zak Adiktif Sikament NN

Sumber : Dokumentasi Penelitian

20
3. Filler / Semen

Filler atau bahan pengikat berfungsi untuk untuk mengisi

rongga dalam campuran, untuk mengikatkan daya ikat aspal beton, dapat

meningkatkan stabilitas dari campuran aspal beton [33][34].

Gambar 3. 5 Filler / Semen

Sumber : Dokumentasi Penelitian

4. Air

Air yang digunakan adalah air tawar dari di PT UMEHU BETON

PERSADA Desa Gembul, Jogoresan, Kec. Purwodadi Kab. Purworejo, Jawa

Tengah. Air berfungsi Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan

pengikatan dan berlangsungnya pengerasan dan Sebagai pelincir campuran

kerikil, pasir dan semen agar memudahkan pencetakan pada campuran beton.

21
Gambar 3. 6 Air

Sumber : Dokumentasi Penelitian

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Agregat (Uji Abrasi, Uji berat Jenis, Uji kadar lumpur)

2. Proses Pembuatan Beton dan Job Mix design

3. Uji Slump

4. Proses Pencetakan dan Curring

5. Uji Kuat Tekan

3.5.1 Pengujian Agregat

Pengujian agregat yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan agregat

yang digunakan pada bahan pembuatan beton. Adapun pengujian yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

22
1. Uji Abrasi

1) Tujuan

Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui kelayakan agregat sesuai

dengan ketentuan SNI 2417:2008 [35].

2) Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Alat

 Mesin abrasi Los Angeles

 Ayakan No.12 (1,70 mm)

 Timbangan

 Bola-bola baja

 Oven

 Wadah

b. Bahan

 Agregat Kasar

3) Langkah Kerja

a. Persiapan benda uji

Persiapan benda uji terdiri atas :

1. Cuci dan keringkan agregat pada temperature 110°C ± 5°C sampai

berat berat tetap

2. Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan

cara penyaringan dan lakukan penimbangan.

23
3. Gabungkan Kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang

dikehendaki

4. Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.

b. Cara Pengujian

Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

5. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan

dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara dalam berikut:

Tabel 3. 1 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji

UKURAN GRADASI DAN BERAT UNTUK SETIAP UKURAN


AYAKAN

Lolos Tertaha A (gr)


B (gr) C (gr) D (gr) E (gr) F (gr) G (gr)
(mm) n
(mm)
37,5 25 1250 ± - - - 2500 ± - -
25 19 1250 ± - - - 2500 ± - -
19 12,5 1250 ± 2500 ± 10 - - 5000 ± 5000 ± -
12,5 9,5 1250 ± 2500 ± 10 - - - 5000 ± 5000 ±
9,5 6,3 - - 2500 ± - - - 5000 ±
6,3 4,75 - - 2500 ± - - - -
4,75 2,36 - - - 5000 ± 10 - - -
Tota 5000 ± 5000±10 5000 ± 5000 ± 10 10000 10000 ± 10000 ±
l

Jumlah Bola Baja 12 11 8 6 12 12 12

Sumber : SNI 03-2417-2008

- Benda uji dan bola baja dimasukkan kedalam mesin abrasi Bernama Los

Angeles.

24
- Putaran mesin dengan kecepatan 30rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah

putaran gradasi ayakan A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500

putaran dan untuk gradasi E, gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran.

- Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring

dengan saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan diatasnya dicuci

bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperature 110°C ± 5°C

sampai berat tetap

- Jika metrial contoh homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100

putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70

mm) tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan

500 putaran agragat tertahan atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian

tidak boleh lebih besar dari 0,20.

- Metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode

ASTM C 535-96 yaitu Standart Test Method for Resistance to Degradation

of Large-Size Ciarse aggregate by Abrasion and impact in the Los Angeles

Machine.

2. Uji Berat Jenis

A) Agregat Kasar

2) Tujuan

Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui volume dan penyerapan air

pada agregat tersebut sesuai standart SNI 1969-2008 [25].

3) Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

25
a. Alat

 Timbangan

 Wadah contoh uji

 Tangki air

 Alat penggantung (kawat)

 Saringan 4,75 mm (No.4)

b. Bahan

 Agregat Kasar

4) Langkah kerja

- Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur

(110±5)°C, dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam

untuk contoh uji dengan ukuran maksimum nominal 37,5 mm (Saringan

No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih besar sampai agregat

cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur

(kira-kira 50°C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada

temperatur kamar selama (24+4) jam.

- Apabila nilai-nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam

menentukan proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada

kondisi alaminya, maka persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat

tetap dapat dihilangkan, dan jika permukaan partikel butir contoh terjaga

secara terus-menerus dalam kondisi basah, perendaman sampai (24+4)jam

juga dapat dihilangkan. Sebagai catatan nilai-nilai untuk penyerapan dan

berat jenis curah (jenuh kering permukaan) mungkin lebih tinggi untuk

agregat yang tidak kering oven sebelum direndam dibandingkan dengan

26
agregat yang sama tetapi diperlakukan seperti pada pasal 6 butir a. Hal ini

jelas, khususnya untuk partikel butiran yang lebih besar dari 75 mm (3

inci) karena air tidak mungkin mampu masuk sampai pusat butiran dalam

waktu perendaman seperti yang disyaratkan.

- Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu

lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang.

Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang

bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan pengeringan.

Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori

agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat

benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua

berat yang sampai nilai 1,0gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat dari

berat contoh, pilihlah nilai yang lebih besar.

- Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada

dalam kondisi jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu

tentukan beratnya di dalam air, yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3

pada temperatur (23±2)°C. Hati-hatilah sewaktu berusaha menghilangkan

udara yang terperangkap sebelum menentukan berat tersebut,

menggoncangkan wadah dalam kondisi terendam. Wadah tersebut harus

terendam dengan kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama

penentuan berat. Kawat yang menggantungkan kontainer tersebut harus

memiliki ukuran praktis yang paling kecil untuk memperkecil

kemungkinan pengaruh akibat perbedaan Panjang kawat yang terendam.

27
- Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur

(110±5)°C, dinginkan pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam,

atau sampai agregat telah dingin pada suatu temperature yang dapat

dikerjakan pada temperature (kira-kira 50°C), kemudian tentukan

beratnya.

B) Agregat Halus

Hal yang membedakan berat jenis agregat kasar dan agregat halus adalah

beberapa alat dan Langkah pengujiannya. Adapun alat dan Langkah

pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Alat

 Timbangan

 Piknometer

 Cetakan kerucut

 Batang penumbuk

 Oven

 Termometer

 Ayakan No.4 (4,75 mm)

b) Langkah kerja

- Perhatikan bahwa seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1

gram.

- Isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan ke

dalam piknometer (500+10) gram agregat halus dalam kondisi jenuh

kering permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tambahkan

kembali air sampai kira-kira 90 % kapasitas piknometer. Putar dan

28
guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan gelembung

udara yang terdapat di dalam air. Cara uji lain yang dapat digunakan untuk

mempercepat pengeluaran gelembung udara dari dalam air diperbolehkan

asalkan tidak menimbulkan pemisahan dan merusak butiran agregat.

Sesuaikan temperature piknometer, air dan agregat pada (23+2)°C ,

apabila diperlukan rendam dalam air yang bersirkulasi. Penuhkan

piknometer sampai batas pembacaan pengukuran. Timbang berat total dari

piknometer, benda uji dan air. Pada umumnya dibutuhkan waktu 15

sampai 20 menit untuk menghilangkan gelembung udara dari dalam air

bila menggunakan cara manual.

- Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat

tetap pada temperatur (110+5)°C, dinginkan pada temperatur ruang selama

(1,0+0,5) jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan dan

menimbang berat benda uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh uji

dalam kondisi jenuh kering permukaan boleh digunakan untuk menimbang

berat kering ovennya. Benda uji ini harus diambil pada saat yang

bersamaan dan selisih beratnya hanya 0,2 gram. Jika labu Le Chatelier

digunakan, akan diperlukan benda uji yang terpisah untuk menetukan

penyerapan air. Timbanglah (500+10) gram benda uji dalam kondisi jenuh

kering permukaan yang terpisah, keringkan sampai berat tetap kemudian

timbanglah kembali Benda uji ini harus diambil pada saat yang bersamaan

dengan yang dimasukkan ke dalam labu Le Chatelier.

- Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas

pembacaan yang ditentukan pada (23+2)°C.

29
30
3. Uji Kadar Lumpur [36]

1. Tujuan

Pengujian ini bermaksud untuk memperoleh prosentase jumlah bahan

dalam agregat yang lolos saringan No.200 (0,75 mm), sehingga berguna bagi

perencana dan pelaksana.

2. Alat dan Bahan

a) Alat

- Timbangan

- Wadah

b) Bahan

- Agregat halus (pasir)

- Agregat Kasar (Koral)

3. Langkah Kerja

- Timbang wadah tanpa benda uji

- Timbang benda uji dan masukan ke dalam wadah

- Masukan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih ke

dalam wadah, sehingga benda uji terendam

- Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan sempurna

antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan Nomor 200

(0,075 mm). Usahakan bahan halus tersebut menjadi melayang di dalam

larutan air pencuci sehingga mempermudah memisahkannya.

- Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan Nomor 16 (1,18 mm)

yang di bawahnya dipasang saringan Nomor 200 ( 0,075 mm ) pada waktu

31
menuangkan air pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut

tertuang

- Ulangi pekerjaan butir (3), (4) dan (5), sehingga tuangan air pencuci

terlihat jernih

- Kembalikan semua benda Uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1.18 mm)

dan Nomor 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven

dengan suhu (110±5)°C, sampai mencapai berat tetap, dan timbang sampai

ketelitian maksimum 0,1 % dari berat contoh.

- Hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) dengan

rumus-rumus perhitungan seperti yang diuraikan pada Bab III, butir 3.4.

3.5.2 Proses Pembuatan Beton

A. Job Mix Design


Job mix design sangat diperlukan untuk membuat beton dan bahan

konstruksi yang lain karena tanpa adanya job mix beton yang direncakan tidak

akan terbikin sesuai dengan yang diinginkan.

Tabel 3. 2 Job Mix Design Beton

Material Perbandingan Sat Berat Satuan Kg/m3


Berat
Semen 475 Kg 1250
Pasir 897 Kg 1407,33
Kerikil 1/2 615 Kg 1311,02
Kerikil 2/3 416 Kg 1340,78
Air 214 Lt 1000

Sumber : Data diolah

32
Hal yang perlu dilakukan untuk Proses pembuatan beton adalah

menentukan job mix yang sesuai dengan K beton yang dibuat dengan langkah–

langkah sebagai berikut:

1. Siapkan semua bahan pembuat campuran beton seperti pada Tabel 3.2

2. Cuci mesin pengaduk beton dengan air

3. Masukkan semen seedikit demi sedikit

4. Masukkan air sedikit demi sedikit

5. Setelah semen dan air tercampur rata, masukkan pasir

6. Setelah rata masukan koral

7. Biarkan sampai campuran tercampur dengan rata

8. Tuangkan adonan ke bak adonan

B. Uji Slump

1) Tujuan

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai slump yang mana untuk

mengetahui kekentalan suatu beton yang kita bikin memenuhi standart SNI

1972:2008 [28].

2) Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Alat

 Kerucut Abram

 Cetakan dengan material alternatif

 Batang penusuk

a. Bahan

33
 Beton segar yang telah dituang dalam wadah

3) Langkah kerja

 Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak

menyerap air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat

selama pengisian, oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan.

 Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat.

Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap lapisan.

 Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas

cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan beton

turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap

menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan. Setelah

lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas

cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya.

Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah

vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu

5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan

pengujian dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan,

dalam waktu tidak lebih dari 2 ½ menit.

 Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera slump

dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan

bagian pusat permukaan atas beton.

34
C. Proses Pencetakan Beton

1. Tujuan

Tujuan proses pencetakan ini untuk mendapatkan hasil beton yang sesuai

dengan bentuk cetakan yaitu silinder dengan ukuran 15×30cm sesuai dengan

standart SNI 2493:2011[29].

2. Alat dan bahan

a) Alat

 Cetakan silinder beton

 Tongkat pemadat

 Sendok Beton

b) Bahan

 Beton segar

3. Langkah Kerja

 Basahi bagian dalam cetakan beton

 Adonan beton segar dimasukan kedalam cetakan yang berbentuk silinder

dalam 3 bagian. Padatkan setiap lapisan selama 25 kali rojokan

 Setelah penuh ratakan bagian atas menggunakan sendok beton agar

mendapatkan permukaan yang rata.

3.5.3 Proses Perawatan Beton (Curring)

1) Tujuan

Tujuan proses curring ini untuk mencegah pengurangan air pada proses

hidrasi semen dan kehilangan kadar air/ tetap terjaga kelembapannya sesuai

dengan standart SNI 2493:2011[29].

35
2) Alat dan bahan

a. Alat

 Bak curing dengan suhu 23±1°C.

b. Bahan

 Beton berbentuk silinder

3) Langkah Kerja

 Beton dimasukkan ke dalam bak curring setelah 24 jam keluar dari cetakan

 Diamkan beton di dalam bak curring sesuai waktu yang diinginkan yaitu

sampel A selama 7 hari, sampel B selama 14 hari dan sampel C selama 28

hari.

3.5.4 Uji Kuat Tekan

Uji Kuat Tekan Menggunakan standart SNI 1974:2011 [30] dengan

ketentuan dan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tujuan

Tujuan dilakukannya uji kuat tekan untuk mengetahui nilai kuat tekan pada

beton yang telah dibuat.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

- Mesin Penguji

b. Bahan

- Beton berbentuk silinder ukuran 15 x 30 cm

36
3. Langkah Kerja

- Bersihkan benda uji yang akan di test

- Letakan benda uji ditengah konsentrasi dari alat test nya

- Kecepatan pembebanan harus kontinu dengan kecepatan yang disyaratkan

0.14 s/d 0.34 Mpa/detik

- Lihat dan catat hasil dari kemampuan hancur dari benda uji

37
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Agregat


Hasil pengujian agregat dilakukan untuk mengetahui kelayakan agregat

yang digunakan untuk pembuatan Beton. Adapun pengujian yang dilakukan

adalah Uji Abrasi, Uji Berat Jenis, dan Uji Kadar Lumpur.

4.1.1 Hasil Uji Abrasi


Hasil uji abrasi dilakukan untuk mengetahui nilai keausan agregat kasar

yang digunakan dalam pembuatan beton. Adapun hasil pengujian abrasi adalah

sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Hasil Penguji Abrasi

Gradasi yang dikerjakan A


Berat benda uji semula (A), gr 5000,00
Berat benda uji sesudah diuji 100 Putaran (B), gr  
Bagian yang hancur [( A - B ) / A ] × 100%  
Berat benda uji sesudah diuji 500 Putaran (C), gr 3695,00
Bagian yang hancur [( A - C ) / A ] × 100% 26,10%
Kesimpulan : Nilai Kekerasan Batu Pecah Setelah diuji 26,10%
bagian yang hancur adalah
Beton kelas Beton kelas Beton kelas III
III (kekuatan III (kekuatan >
Pengujian
> 20 Mpa) (kekuatan > 20 Mpa)
20 Mpa)
Keausan Los Angeles (Max
27 27 - 30 40 - 50
bagian yang Hancur) % Berat
Sumber : Data Diolah

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui hasil bahwa agregat kasar yang digunakan

untuk campuran pembuatan beton dinyatakan layak karena kurang dari 30% untuk

Beton kelas III dengan kekuatan > 20 Mpa.

38
Gambar 4. 1 Proses Pengujian Abrasi

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Pada Gambar 4.1 merupakan proses pengujian abrasi, pada pengujian ini

mengambil material berupa agregat kasar yaitu batu koral. Kemuadia dimasukan

pada alat penguji absrasi. Lalu setelah itu menghitung berapa keausan pada

agregat kasar yang digunakan.


Gambar 4. SEQ Gambar_4. \* ARABIC 1 Gambar Uji Abrasi
4.1.2 Hasil Uji Berat Jenis
Hasil uji berat jenis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar agregat

tersebut memiliki volume dan mampu menyerap air. Dari pengujian berat jenis

yang dilakukan diperoleh hasil pada agregat kasar maupun halus sebagai berikut :

1. Berat Jenis Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan berasal dari kerikil Split Eks Kokap

dengan memiliki dua ukuran yaitu 1/2 dan 2/3.

39
Tabel 4. 2 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Kasar Ukuran ½

Sampel Rata-
Uraian Sampel I II rata
Berat Kerikil Kering mutlak, gram 3895,00 3880,00 3887,50
Berat kerikil keadaan jenuh kering muka,
gram 4000,00 4000,00 4000,00
Berat Kerikil dalam air, gram 2500,00 2485,00 3050,00
Berat jenis, 2,60 2,56 2,58
Berat jenis jenuh kering muka, 2,67 2,64 2,65
Penyerapan air (jenuh kering muka) 2,70 3,09 2,89
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Kerikil Jenuh Kering 2,65
Muka
Sumber : Data Diolah

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui hasil bahwa agregat kasar yang digunakan

memenuhi standart berat jenis yaitu lebih dari 2,5 sesuai arahan Bina Marga.

Agregat Kasar yang diuji berupa kerikil dengan ukuran agregat ½ inchi yang akan

digunakan untuk bahan pembuatan Beton. Berat satuan kerikil pada uji berat jenis

agregat kasar adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 3 Berat satuan kerikil Ukuran ½

Uraian Sampel I Sampel II


Volume Bejana (m3) 0,015 0,015
Berat Bejana (Kg) 6100 6100
Berat Pasir (Kg) 25330 25645
Berat Satuan (Kg/m3) 1300,37 1321,67
Berat Satuan Rata-rata 1311,02
Kesimpulan :

Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Pasir Jenuh 1311,02


Kering Muka

Sumber : Data Diolah

40
Gambar 4. 2 Proses Uji Berat Jenis Pasir

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Pada Tabel 4.3 merupakan hasil berat satuan kerikil dengan ukuran ½.

Berat satuan kerikil untuk mengetahui berat satuan dari agregat yang diuji seperti

halnya adalah kerikil dengan ukuran ½. Tidak hanya pengujian berat jenis untuk

kerikil ukuran ½ tetapi juga ada kerikil dengan ukuran lain yaitu ukuran 2/3

seperti pada Tabel 4.4.

Rata-
Uraian Sampel I Sampel II rata
Berat Kerikil Kering mutlak, gram 4870,00 4905,00 4887,50
Berat kerikil keadaan jenuh kering
muka, gram 5000,00 5000,00 5000,00
Berat Kerikil dalam air, gram 3105,00 3120,00 3050,00
Berat Jenis 2,57 2.61 2,59
Berat jenis jenuh kering muka, 2,64 2.66 2,65
Penyerapan air ( Kerikil jenuh kering
muka) % 2,67 1.94 2,30
       
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Pasir Jenuh 2,65
Kering Muka
Tabel 4. 4 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Kasar Ukuran 2/3
Gambar 4. SEQ Gambar_4. \* ARABIC 2 Gambar Uji Berat
Sumber : Data Diolah

41
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui hasil bahwa agregat kasar yang digunakan

memenuhi standart berat jenis yaitu lebih dari 2,5 sesuai arahan Bina Marga.

Agregat Kasar yang diuji berupa kerikil dengan ukuran ayakan no 2/3 inchi yang

akan digunakan untuk bahan pembuatan Beton. Berat satuan kerikil pada uji jenis

berat agregat kasar adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 5 Berat satuan kerikil Ukuran 2/3

Uraian Sampel I Sampel II


Volume Bejana (m3) 0,015 0,015
Berat Bejana (Kg) 6100 6100
Berat Pasir (Kg) 26075 25780
Berat Satuan (Kg/m3) 1350,75 1330,80
Berat Satuan Rata-rata 1340,78
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Pasir Jenuh 1340,78
Kering Muka
Sumber : Data Diolah

2. Berat Jenis Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan pada pengujian berat jenis pasir yang

berasal dari Kabupaten Progo. Adapun hasil uji berat jenis agregat halus adalah

sebagai berikut :

Tabel 4. 6 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Halus

Uraian Sampel I Sampel II Rata-rata


Berat Pasir Kering mutlak, gram 494,00 492,00 493,00
Berat pasir keadaan jenuh kering muka, gram 500,00 500,00 500,00
Berat Volumetrik flush berisi pasir dan air, gram 1535,00 1550,00 1542,50
Berat Volumetrik flush dan air, gram 1220,00 1236,00 1228,00
Berat Jenis 2,67 2,65 2,66
Berat jenis jenuh kering muka, 2,70 2,69 2,70
Penyerapan air ( jenuh kering muka) 1,20 1,60 1,40
Kesimpulan :
2,70
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Pasir Jenuh Kering Muka

Sumber : Data Diolah

42
Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa agregat halus yang digunakan berupa

pasir dinyatakan layak. Untuk pengujian berat jenis agregat kasar dan agregat

halus yang membedakan adalah proses pengujiannya. Berat satuan pasir pada uji

jenis berat agregat halus adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 7 Berat satuan pasir


Uraian Sampel I Sampel II
Volume Bejana (m³) 0,009 0,009
Berat Bejana (Kg) 5215 5215
Berat Pasir (Kg) 17435 18840
Berat Satuan (Kg/m³) 1330,82 14483,84
Berat Satuan Rata-rata 1407,33
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Pasir Jenuh 1407,33
Kering Muka
Sumber : Data Diolah

Pada Tabel 4.7 merupakan hasil berat satuan pasir yang berasal dari

kaupaten Progo. Berat satuan kerikil untuk mengetahui berat satuan dari agregat

yang diuji seperti halnya adalah kerikil dengan ukuran ½.

4.1.3 Hasil Uji Kadar Lumpur


Uji kadar lumpur dilakukan untuk mengetahui kadar lumpur dari agregat

yang digunakan yaitu agregat halus (pasir) maupun agregat kasar (kerikil).

Tabel 4. 8 Hasil Uji Kadar Lumpur Agregat Halus

Uraian Sampel I Sampel II


Berat pasir mula-mula, gr 500 500
Berat Pasir kering tungku setelah dicuci, gr 480 485
Kandungan Lumpur Pasir, % 4,00 3,00
Kandungan Lumpur pasir rata-rata, % 3500
Kesimpulan :
3,50%
Dari hasil pemeriksaan didapat kadar Lumpur rata-rata
Sumber : Data Diolah

43
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui hasil bahwa kandungan kadar lumpur

pada agregat halus dinyatakan memenuhi syarat dengan hasil kadar lumpur

sebesar 3,5%. Adapun hasil kadar lumpur agregat kasar diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4. 9 Hasil Uji Kadar Lumpur Agregat Kasar

Uraian Sampel I Sampel II


Berat pasir mula-mula, gr 3315 2790
Berat Pasir kering tungku setelah dicuci, gr 3290 2765
Kandungan Lumpur Pasir, % 0,75 0,90
Kandungan Lumpur pasir rata-rata, % 0,825
Kesimpulan :
0,83%
Dari hasil pemeriksaan didapat kadar Lumpur rata-rata
Sumber : Data Diolah

Pada Tabel 4.9 dapat diketahui hasil bahwa kandungan kadar lumpur

pada agregat kasar dinyatakan memenuhi syarat dengan hasil kandungan kadar

lumpur sebesar 0,83%.

4.2 Proses Pembuatan Beton

Tahapan yang perlu dilakukan untuk pembuatan beton yaitu mix Design ,

setelah mengetahui mix design selanjutnya proses pencampuran dan uji slump.

Setelah uji slump akan dilakukan pengeringan dari cetakan dan proses Curring.

4.2.1 Job Mix Design


Jobmix beton untuk sampel yaitu agregat pasir (agregat halus)

menggunakan ayakan lolos berdiameter 0,40 mm dan tertahan pada ayakan

berdiameter 0,39 kemudian pasir harus dengan keadaan kering maka pasir dioven

terlebih dahulu. Setelah pasir kemudian agregat koral (agregat kasar) yang harus

kering terlebih dahulu. Lalu setelah agregat halus dan agregat kasar campuran

44
selanjutnya yaitu semen Portland tipe I. Setelah itu di tambah air guna proses

pelarutan dan pencampuran dan ditambahan campuran beton yaitu sikament NN.

Setelah menentukan jobmix, semua agregat dicampur menggunakan mesin molen

atau mesin pengaduk beton untuk membuat benda uji. Pencetakan benda uji

dilakukan menggunakan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15

cm. × tinggi 30 cm Sebelum dimasukkan cetakan, sampel akan di uji slump

terlebih dahulu.

Gambar 4. 3 Proses merojok adonan Beton

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Proses pencampuran sikament NN pada beton dengan menggunakan

mesin pengaduk semen , sebelum itu dilakukan pengukuran sikament NN di

dalam piknometer seperti pada Gambar 4.4.

45
Gambar 4. 4 Proses mengukur sikament NN untuk bahan campuran Beton

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Berikut adalah job mix/ komposisi campuran beton yang terpapar pada

Tabel 4.10.

Tabel 4. 10 Komposisi Campuran Beton Normal

Material Perbandingan Sat Berat Satuan Kg/m3


Berat
Semen 475 Kg 1250
Pasir 897 Kg 1407,33
Kerikil 1/2 615 Kg 1311,02
Kerikil 2/3 416 Kg 1340,78
Air 214 Lt 1000
Sumber : Data Diolah

46
Tabel 4. 11 Komposisi Campuran Beton Campuran Sikament NN

Material Perbandingan Sat Berat Satuan Kg/m3


Berat
Semen 475 Kg 1250
Pasir 897 Kg 1407,33
Kerikil 1/2 615 Kg 1311,02
Kerikil 2/3 416 Kg 1340,78
Air 210,8 Ltr 1000
Sikament NN 3,2 Ltr 1,2
Sumber: Data Diolah

Tabel 4.10 dan 4.11 merupakan job mix design pada pembuatan beton

normal dan beton campuran sikament NN. Adapun keterangan yang tidak

dicantumkan adalah Komposisi Campuran Tiap 1 Zak Semen 40Kg,

Perbandingan Volume Menggunakan Dolk dengan Ukuran, dan Lebar sebesar 35

cm x 35 cm Tinggi : 25 cm

4.2.2 Uji Slump


Uji slump bertujuan untuk mengetahui kekentalan adukan beton pada

adukan beton yang masih segar. Cara uji nilai slump dengan meletakan kerucut

abrams pada tilam pelat baja. Adukan beton dimasukan ke dalam kerucut dengan

menggunakan sekop kecil sampai mengisi 1/3 dari tinggi kerucut lalu ditusuk-

tusuk menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali. Kemudian dimasukan lagi

adukan beton sampai mengisi 2/3 dari tinggi kerucut, ditusuk lagi mengunakan

tongkat besi sebanyak 25 kali, dimasukan lagi adukan beton sampai mengisi

penuh kerucut, ditusuk lagi menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali. Ratakan

permukaan atas kerucut dengan sendok semen. Setelah 30 detik, kerucut diangkat

ke atas secara perlahan. Setelah itu tentukan nilai slump dengan mengukur

47
perbedaan tinggi antara kerucut dengan adukan beton. Komposisi Campuran

beton yaitu tiap 1 m3.

Gambar 4. 5 Tongkat Penusuk


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4. 6 Proses merojok adonan Beton

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Seperti pada Gambar 4.6 merupakan proses pengujian slump, sebelum

cetakan dilepas, ada baiknya di rojok agar tidak ada rongga didalam beton. Hasil

yang didapatkan pada uji slump seperti pada Gambar 4.7 yaitu beton menyusut

sampai 10 cm.

48
Gambar 4. 7 Hasil Uji Slump

Sumber : Dokumentasi Penelitian

4.2.3 Proses Pencetakan dan Curring


Setelah mendapat hasil uji slump, selanjutnya dicetak dengan

menggunakan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm × tinggi

30 cm. Proses pencetakan didiamkan selama 24 jam agar adonan beton mengeras.

Setelah beton kering beton melakukan proses curring, yaitu beton di rendam ke

dalam air proses ini dilakukan selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

Gambar 4. SEQ Gambar_4. \* ARABIC 3 Proses Uji Slump


Gambar 4. 8 Proses Pengeringan

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Pada Gambar 4.8 yaitu proses pencetakan beton normal dan beton

campuran Sikament NN yang didimasukan pada cetakan beton. Kemudian beton

49
dibiarkan selama 24 jam atau 1 hari agar beton kering dan dilanjukan dalam

proses selanjutnya.

Gambar 4. 9 Curring

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Pada Gambar 4.9 yaitu proses curring atau proses perendaman beton

yang telah kering beton yang di rendam yaitu beton normal dan beton campuran

Sikament NN. Beton di curring selama 7 hari , 14 hari dan 28 hari dengan

menggunakan air tawar. Setelah itu beton akan melakukan proses selanjunya yaitu

uji kuat tekan.

4.3 Proses pembuatan Beton Tetrapod

Tetrapod adalah struktur beton berkaki empat yang berfungsi sebagai unit

pelindung pada pemecah gelombang. Bentuknya dirancang untuk menyerap

energy gelombang dengan cara mengalirkan gelombang melalui sela-selanya dan

bukan menahan gelombang. Tetrapod merupakan salah satu komponen utama

penyusun konstruksi groin dan jetty yang akan dibangun di Muara Sungai

Bogowonto. Terdapat empat macam tetrapod yang akan dibuat yakni tetrapod

dengan bobot 4 ton, 7 ton, 11 ton, dan 13 ton.

50
A. Metode Pelaksanaan

1) Membuat Trial Mix Beton untuk memperoleh JMF beton K 425 serta untuk

mendapatkan dimensi cetakan tetrapod yang dapat mencapai bobot 4 ton, 7

ton, 11 ton, dan 13 ton.

2) Buat fabrikasi cetakan tetrapod (Bekisting) pada workshop sesuai dengan

spesifikasi yang dibtuhkan.

3) Bekisting yang sudah jadi tersebut kemudian diangkut ke lokasi proyek.

4) Bekisting disiapkan ditempat pengecoran. Permukaan dalam bekisting

diolesi oli.

5) Cek kembali kekakuan, presisi dimensi serta baut bekisting untuk

memastikan bahwa bekisting tersebut cukup kuat dan sempurna tertutup

antar sisinya.

6) Pekerjaan pembesian dilakukan mengikuti gambar kerja. Besi dipotong dan

dibentuk menggunakan bar cutter dan bar bender.

Gambar 4. 10 Pekerjaan Pembesian Bekisting


sumber : Dokumentasi Penelitian

51
7) Besi tulangan dipasangi beton decking atau tahu beton untuk menjaga agar

tulangan sesuai dengan posisi yang diinginkan dan membentuk selimut

beton sesuai dengan design rencana.

8) Besi tulangan kemudian dipindahkan kelokasi pengecoran dan dimasukkan

kedalam bekisting. Posisi tulangan harus dipastikan lurus dan beton decking

tetap terpasang.

Gambar 4. 11 Pekerjaan Pemasangan Baja ke Bekisting


sumber : Dokumentasi Penelitian

9) Untuk pekerjaan pembuatan tetrapod, bekisting sisi atas baru dipasang

setelah tulangan diletakkan pada posisi yang benar.

10) Setting bekisting tetrapod dan blok beton dilakukan dengan menggunakan

portal gantry dan hoist crane yang dapat digerakkan diatas rel.

11) Setelah bekisiting dan pembesian dipastikan siap, dapat dilakukan proses

pengecoran.

52
Gambar 4. 12 Pengecoran Beton Tetrapod
sumber : Dokumentasi Penelitian

12) Pengecoran dilakukan menggunakan Ready mix batching plant di site

13) Sebelum pengecoran dilakukan pengujian slump terlebih dahulu. Nilai

slump harus sesuai yang disyaratkan pada spesifikasi teknis.

14) Ready mix dari truk mixer dituang ke dalam cetakkan dengan menggunakan

opritan yang lebih tinggi dari sisi atas cetakan.

Gambar 4. 13 Ready Mix


sumber : Dokumentasi Penelitian

53
15) Dalam setiap pengecoran dilakukan pengambilan sampel uji tekan beton

berupa silinder dengan diameter 15 cm tinggi 30 cm. Pengambilan sampel

dilakukan sekurang-kurangnya 1 set setiap pengecoran 100 m³/hari, 1 set

sampel terdiri dari 9 benda uji untuk diujikan pada umur 7 hari, 14 hari dan

28 hari..

Gambar 4. 14 Proses Perojokan Beton Segar


sumber : Dokumentasi Penelitian

16) Bekisting dibuka pada saat umur beton 8 jam. Kemudian dilakukan proses

curing selama 7 hari.

17) Setelah dibuka dari cetakan, tetrapod dan kubus beton dipindahkan

ke area stockyard untuk dilakukan penomoran agar memudahkan

identifikasi masing-masing unitnya.

18) Tetrapod dan blok beton yang telah dinomori kemudian menunggu

mencapai umur beton rencana (14/28 hari) di area stockyard untuk

kemudian dipasang ke tubuh groin dan jetty (Gambar 8).

54
Gambar 4. 15 Ilustrasi Cetakan Tetrapod
sumber : bumikarsa-abibraya

Gambar 4. 16 Ilustrasi pengecoran dengan portal gentry dan hoist crane


sumber : bumikarsa-abibraya

4.4 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Normal

Kuat tekan beton merupakan sifat fisik dari beton yang keras diataranya

adalah kekuatan tekan beton (compressive strength), yang didefnisikan sebagai

55
kemampuan dari beton pada struktur untuk menahan kekuatan dari luar. Pengujian

kuat tekan beton menggunakan 3 benda uji silinder untuk tiap variasi. Pengujian

dilaksanakan setelah beton berusia 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pertama – tama

setelah benda uji dicetak, lalu lalu direndam selama 7 hari 14 hari dan 28 hari.

Gambar 4. 17 Sampel Beton

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Seperti pada Gambar 4.17 merupakan sampel beton dengan ketentuan

beton normal dan beton campuran sikament NN dengan jumlah masing-masing

perendaman membuat 3 buah sampel. Dari visual tidak menampakkan perbedaan

antara beton normal dengan beton campuran sikament NN. Parameter yang

diperlukan adalah besarnya beban maksimal yang mampu diterima oleh beban.

Beton yang dibuat memiliki tinggi dan diameter yang sama pada semua variasi,

Adapun terpapar dalam Tabel 4.12 dibawah ini :

56
Tabel 4. 12 Hasil Tinggi dan Diameter Beton

No Tanda / Kode benda uji Tinggi (mm) Diameter (mm)

1 K-425 300 150


2 K-425 300 150
3 K-425 300 150
Sumber : Data Diolah

Pada Tabel 4.12 merupakan hasil tinggi dan diameter beton yang sesuai

dengan bentuk cetekan silinder beton. Beton sebelum dilakukan uji kuat tekan

akan dilakukan proses Curring yang memiliki perbedaan hari. Seperti halnya pada

Tabel 4.12 , Tabel 4.13, Tabel 4.14 yang memiliki perbedaan hari pada proses

kuat tekan.

Gambar 4. 18 Proses Uji Kuat Tekan

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Pada Gambar 4. 18 yaitu proses uji kuat tekan beton yaitu beton yang

telah dikeringkan dan di curring selama waktu yang ditentukan diambil lalu di uji

kuat tekan pada alat uji kuat tekan beton.

57
Gambar 4. 19 Proses Uji Kuat Tekan

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Pada Gambar 4.19 yaitu proses uji kuat tekan beton yaitu beton yang

telah dikeringkan dan di curring selama waktu yang ditentukan diambil lalu di uji

kuat tekan pada alat uji kuat tekan beton. Uji kuat tekan beton terdapat pada hari

ke 7, 14 dan 28 hari. Hasil kuat tekan dicatat kemudian dihitung.

Tabel 4. 13 Hasil Kuat Tekan Beton Normal 7 Hari

Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat Kuat
Berat Tekan
No Kode jenis Maks Tekan Tekan
(kg) rata
benda uji Kg/m3 (KN) (Mpa) (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1 BTN7 12,450 2,35 470 26,00 502,70 421,40
2 BTN7 12,440 2,35 502 28,41 536,90  
3 BTN7 12,430 2,34 480 27,16 513,39  
               
Sumber : Data Diolah

Dari Table 4.13 menunjukkan bahwa hasil kuat tekan beton normal

K425 dengan kode BTN7 sebanyak 3 buah sampel tanpa campuran dan umur

58
beton selama 7 hari memiliki kuat tekan rata-rata dari ketiga sampel beton sebesar

421,40 Kg/cm2.

Tabel 4. 14 Hasil Kuat Tekan Beton Normal 14 Hari

Tanda / Berat Beban Kuat Kuat Kuat


Berat
No Kode benda jenis Maks Tekan Tekan Tekan rata
(kg)
uji Kg/m3 (KN) (Mpa) (Kg/cm2) (Kg/cm2)
1 BTN14 12,4 2,34 545 30,84 430,56 349,80
2 BTN14 12,41 2,34 538 30,44 425,03  
3 BTN14 12,42 2,34 549 31,07 433,72  
               
Sumber : Data Diolah

Dari Table 4.14 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton

normal K425 dengan kode BTN14 sebanyak 3 buah sampel tanpa campuran dan

umur beton selama 14 hari memiliki kuat tekan sebesar 349,80 Kg/cm2.

Tabel 4. 15 Hasil Kuat Tekan Beton Normal 28 Hari

Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat Kuat
Berat Tekan
No Kode jenis Maks Tekan Tekan
(kg) rata
benda uji (Kg/m³) (KN) (Mpa) (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1 BTN28 12,47 2,35 630 35,65 437,99 367,80
2 BTN28 12,45 2,35 640 36,22 444,94  
3 BTN28 12,49 2,36 680 38,48 472,75  
Sumber : Data Diolah

Dari Table 4.15 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton

normal K425 dengan kode BTN28 sebanyak 3 buah sampel tanpa campuran dan

umur beton selama 28 hari memiliki kuat tekan sebesar 367,80 Kg/cm2 dan pada

sampel ke 4 sampai 6 memiliki kuat tekan sebesar 365,70 Kg/cm2.

59
Dari hasil kuat tekan Beton Normal diatas dengan sampel selama 7 hari,

14 hari dan 28 hari didapatkan grafik sebagai berikut :

Kuat Tekan Beton K-425 Normal


120.00

100.00

80.00
Nominal MPA

60.00

40.00

20.00

0.00
1 2 3

Gambar 4. 20 Grafik Kuat Tekan Beton Normal

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Seperti pada Gambar 4.20 merupakan Pengujian kuat tekan beton normal

K-425 dengan komposisi normal didapatkan hasil kuat tekan rata-rata pada masa

perendaman selama 7 hari sebesar 27,19 Mpa, masa perendaman 14 hari sebesar

30,78 Mpa, dan masa perendaman selama 28 hari sebesar 36,78 Mpa. Dari

masing-masing hasil kuat tekan, didapatkan nilai kuat tekan tertinggi pada beton

normal dengan masa perendaman 28 hari.

4.5 Hasil Uji Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN


Pengujian beton dengan campuran Sikament NN dilaksanakan setelah

beton berusia 7 hari 14 hari dan 28 hari. Pertama – tama setelah benda uji dicetak,

lalu lalu direndam selama 7 hari 14 hari dan 28 hari. Parameter yang diperlukan

adalah besarnya beban maksimal yang mampu diterima oleh beban. Beton yang

60
dibuat memiliki tinggi dan diameter yang sama pada semua variasi. Beton dengan

campuran sikament NN ditandai dengan kode BTS. Adapun terpapar dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 4. 16 Hasil Tinggi dan Diameter Beton

No Tanda / Kode benda uji Tinggi (mm) Diameter (mm)

1 K-425 300 150


2 K-425 300 150
3 K-425 300 150
Sumber : Data Diolah

Pada Tabel 4.16 merupakan hasil tinggi dan diameter beton yang sesuai

dengan bentuk cetekan silinder beton.

Tabel 4. 17 Hasil Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN 7 Hari

Kuat Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat
Berat Tekan Tekan
No Kode benda jenis Maks Tekan
(kg) (Kg/cm2 rata
uji Kg/m3 (KN) (Mpa)
) (Kg/cm2)
1 BTS7 12520 2362,82 565 31989 393002 391,84
2 BTS7 12515 2361,88 545 30856 379091  
3 BTS7 12580 2374,14 580 32838 403436  
               
Sumber : Data Diolah

Dari Table 4.17 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton

normal K425 dengan campuran Sikament NN dan umur beton selama 7 hari

memiliki kuat tekan sebesar 391,84 Kg/cm2.

61
Tabel 4. 18 Hasil Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN 14 Hari

Kuat
Berat Beban Kuat Kuat
Tanda / Kode Berat Tekan
No jenis Maks Tekan Tekan
benda uji (kg) rata
Kg/m3 (KN) (Mpa) (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1262
1 BTS14 5 2382,64 730 41331 507773 478,79
1252
2 BTS14 0 2362,82 700 39632 486905  
1254
3 BTS14 0 2366,6 635 35952 441693  
               
               
               
Sumber : Data Diolah

Dari Table 4.18 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton

normal K425 dengan campuran Sikament NN dan umur beton selama 14 hari

memiliki kuat tekan sebesar 478,79 Kg/cm2.

Tabel 4. 19 Hasil Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN 28 Hari

Kuat Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat
Berat Tekan Tekan
No Kode benda jenis Maks Tekan
(kg) (Kg/cm2 rata
uji Kg/m3 (KN) (Mpa)
) (Kg/cm2)
1 BTS28 12590 2376,03 730 41,331 507,773 530,96
2 BTS28 12645 2386,41 745 42,180 518,206  
3 BTS28 12575 2373,2 815 46,143 566,897  
             
               
Sumber : Data Diolah

Dari Table 4.19 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton

normal K425 dengan campuran Sikament NN dan umur beton selama 28 hari

memiliki kuat tekan sebesar 530,96 Kg/cm2.

62
Dari hasil kuat tekan Beton dengan campuran sikament NN diatas

dengan sampel selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari didapatkan grafik sebagai

berikut :

Kuat Tekan beton campuran Sikament NN


50
45
40
Hasil Kuat tekan (Mpa)

35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3

Gambar 4. 21 Grafik Uji Kuat Tekan Beton Campuran Sikament NN

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Seperti pada Gambar 4.21 merupakan Pengujian kuat tekan beton K-425

dengan komposisi campuran sikament NN kadar 0,8% didapatkan hasil kuat tekan

rata-rata pada masa perendaman selama 7 hari sebesar 31,89 Mpa, masa

perendaman 14 hari sebesar 38,97 Mpa, dan masa perendaman selama 28 hari

sebesar 43,22 Mpa. Dari masing-masing hasil kuat tekan, didapatkan nilai kuat

tekan tertinggi pada beton normal dengan masa perendaman 28 hari. Adapun

perbandingan antara hasil kuat tekan beton normal dengan kuat tekan beton

campuran sikament NN seperti pada Gambar 4.22.

63
Perbandingan Kuat tekan Beton Normal dan
Sikament NN
50.00
45.00
43.218
40.00 38.9716666666667
Hasil Kuat Tekan (Mpa)

36.78 BETON
35.00
31.8943333333333 30.78 NORMAL
30.00
27.19
25.00 BETON
20.00 SIKAMENT
NN
15.00
10.00
5.00
0.00
7 14 28
Umur Perendaman Beton (Hari)

Gambar 4. 22 Grafik Uji Kuat Tekan Beton Campuran Sikament NN

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Seperti yang telah terlihat pada Gambar 4.22, bahwa perbandingan

antara kuat tekan beton normal dengan beton campuran sikament NN didapatkan

hasil kuat tekan tertinggi pada beton campuran sikament NN umur 28 hari sebesar

43,218 Mpa.

64
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa dengan penambahan sikament NN sebesar 0,8% pada pembuatan beton K-

425 dapat meningkatkan kuat tekan beton yang semula hasil kuat tekan beton

normal sebesar 367,80 Kg/cm2 pada umur curring 28 hari. Setelah penambahan

sikament NN yaitu 3,2 Liter ke dalam jobmix design, kuat tekan beton menjadi

meningkat sebesar 530,96 Kg/cm2 pada umur curring yang sama yaitu 28 hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan tujuan agar

penelitian ini dapat berkembang maka penulis memberikan beberapa saran yaitu :

1. Perlu adanya penelitian kembali agar menghasilkan beton dengan campuran

sikament NN yang lebih maksimal karena dari penelitian ini beton dengan

campuran sikament NN sudah menghasilkan beton yang cukup baik.

2. Melakukan pengembangan penelitian dengan campuran bahan kimia yang

lain agar mendapatkan atau menghasilkan beton yang kuat dan lebih efisien

mulai dari kualitas dan biaya.

65
DAFTAR PUSTAKA

[1] T. P. A Guntur, Y. Cahyo, S. Winarto, and A. I. Candra, “Perbandingan

Kekuatan Beton Dengan Campuran Dramix Steel Fiber Dan Tulangan

Wiremesh Pada Rigid Pavement,” Jurmateks, vol. 1, no. 8, pp. 313–324,

2018, doi: http://dx.doi.org/10.30737/jurmateks.v1i2.419.

[2] M. A. Ansori, A. Ridwan, and Y. Cahyo, “Penelitian Uji Kuat Tekan Beton

Dengan Memanfaatkan Air Limbah Tetes Tebu Dan Zat Additive

Concrete,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 2, no. 1, p. 16, 2019, doi:

10.30737/jurmateks.v2i1.388.

[3] K. Cihan, “Deformation of breakwater armoured artificial units under

cyclic loading,” Appl. Ocean Res., vol. 42, pp. 79–86, 2013, doi:

10.1016/j.apor.2013.05.002.

[4] F. Dentale, G. Donnarumma, and E. P. Carratelli, “Numerical wave

interaction with tetrapods breakwater,” Int. J. Nav. Archit. Ocean Eng., vol.

6, no. 4, pp. 800–812, 2014, doi: 10.2478/IJNAOE-2013-0214.

[5] S. W. Megasari and W. Winayati, “Analisis Pengaruh Penambahan

Sikament-Nn Terhadap Karakteristik Beton,” SIKLUS J. Tek. Sipil, vol. 3,

no. 2, pp. 117–128, 2017, doi: 10.31849/siklus.v3i2.398.

[6] A. A. Aristo Sofian, Aziz Bayu Ramadhan, “Analisis pengaruh campuran

Fly Ash, Sikament NN dan Serbuk CaCO3 pada Beton Terhadap Nilai

Kuat Tekan Awal Beton,” J. Proy. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, pp. 31–41, 2019.

[7] Bina Marga, “Spesifikasi umum 2010,” Direktorat Jendral Bina Marga,

vol. 2010, no. Revisi 3, pp. 1–6, 2010.

[8] N. C. S. N. W, “Standard Specification for Chemical Admixtures for

66
Concrete Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete,”

vol. 13, no. April, 2017.

[9] F. A. Yusuf, A. Ridwan, and Y. C. Setianto Poernomo, “Penelitian

Penambahan Bahan Serbuk Dolomite Dan Pasir Brantas Pada Campuran

Aspal Beton,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, p. 214, 2019, doi:

10.30737/jurmateks.v2i2.513.

[10] H. Pratikto and R. Ajiono, “Penelitian kuat uji tekan beton dengan

memanfaatkan limbah beton yang tidak terpakai,” pp. 21–25.

[11] S. Wimaya, A. Ridwan, and S. Winarto, “Modifikasi Beton Fc 9,8 Mpa

Menggunakan Abu Ampas Kopi,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 3, no.

2, p. 234, 2020, doi: 10.30737/jurmateks.v3i2.1096.

[12] Y. Çelikoğlu and D. Engin, “Placement effect on the stability of tetrapod

armor unit on breakwaters in irregular waves,” China Ocean Eng., vol. 31,

no. 6, pp. 747–753, 2017, doi: 10.1007/s13344-017-0085-3.

[13] M. Yusuf, “Rancang Bangun Material Penyusun Breakwater Berbentuk

Polypod,” vol. 10, no. 1, 2021.

[14] A. L. Toruan, O. H. Kaseke, L. F. Kereh, and T. K. Sendow, “Pengaruh

Porositas Agregat Terhadap Berat Jenis Maksimum Campuran,” J. Sipil

Statik, vol. 1, no. 3, pp. 190–195, 2013.

[15] A. Topal and B. Sengoz, “Determination of fine aggregate angularity in

relation with the resistance to rutting of hot-mix asphalt,” vol. 19, pp. 155–

163, 2005, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2004.05.004.

[16] Badan Standardisasi Nasional, “SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian

Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar,” Badan Standar Nas.

67
Indones., pp. 1–5, 1990.

[17] H. Kusharto, “Terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal,” J. Tek. Sipil dan

Perenc., vol. 9, no. 1, pp. 55–63, 2007.

[18] ASTM C494-99, “C494 - 99 Standard Specification for Chemical

Admixtures for Concrete,” ASTM Int., vol. 04, pp. 1–9, 2013.

[19] D. Pedro, J. de Brito, and L. Evangelista, “Evaluation of high-performance

concrete with recycled aggregates: Use of densified silica fume as cement

replacement,” Constr. Build. Mater., vol. 147, pp. 803–814, 2017, doi:

10.1016/j.conbuildmat.2017.05.007.

[20] M. R. E. Manoppo, D. Jurusan, T. Sipil, F. Teknik, U. Sam, and R.

Manado, “Pemanfaatan Tras Sebagai Filler Dalam Campuran Aspal Panas

Hrs -Wc,” Ilm. MEDIA Eng., vol. 1, no. 2, pp. 102–107, 2011.

[21] SNI 03-2417-1991, “Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin

Abrasi Los Angeles,” Balitbang PU, vol. 12, no. 12, pp. 1–5, 1991.

[22] R. W. I. Mahardika Kamalika K, Agata Iwan C, Elsa Riski P, “Easy Way

To Determine The Feasibility of coarse Aggregate On All Pavement Layers

Using The Los Angeles Tatonas TA-700 Machine,” Ukarst Univ. Kadiri

Ris. Tek. Sipil, vol. 5, no. 2, 2021, doi: 10.1080/19648189.2019.16905.

[23] Pusjata - Balitbang PU, “Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan

Airagregat Kasar,” Sni 03-1969-1990, pp. 2–5, 1990.

[24] S. Nasional, I. Ics, and B. S. Nasional, “Cara uji berat jenis dan penyerapan

air agregat halus,” 2008.

[25] SNI 1970, “Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus,”

Badan Standar Nas. Indones., pp. 7–18, 2008, [Online]. Available:

68
http://sni.litbang.pu.go.id/index.php?r=/sni/new/sni/detail/id/195.

[26] A. F. Kariri and N. A. Affandy, “Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Bahan

Tambah Pelepah Pisang Pada Beton Mutu K-200,” Ukarst Univ. Kadiri

Ris. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, pp. 26–34, 2018.

[27] D. Achmad, “Efek Kadar Lumpur Terhadap Kekuatan Beton Geopolimer,”

J. Poli-Teknologi, vol. 14, no. 1, 2015.

[28] S. N. Indonesia and B. S. Nasional, “Cara uji slump beton,” 2008.

[29] S. N. Indonesia, “Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di

laboratorium,” 2011.

[30] S. N. Indonesia and B. S. Nasional, “Cara uji kuat tekan beton dengan

benda uji silinder,” 2011.

[31] N. Prayogo, J. C. Natakusuma, P. S. Wulandari, and H. Patmadjaja,

“Pengaruh Variasi Gradasi Agregat dari Batas Bawah Hingga Batas Tengah

Pada Campuran Aspal Emulsi Dingin,” J. Dimens. Pratama Tek. SIpil, vol.

9, no. 1, pp. 180–187, 2020.

[32] C. V. Tombeg, M. R. E. Manoppo, and T. K. Sendow, “Pemanfaatan

Sedimen Transport Abu Vulkanik (Gunung Soputan) Sebagai Bahan

Substitusi Pada Abu Batu Dalam Campuran Aspal Hrs – Wc Gradasi Semi

Senjang,” J. Sipil Statik, vol. 7, no. 3, pp. 309–318, 2019.

[33] W. Deboucha, N. Leklou, A. Khelidj, and M. N. Oudjit, “Hydration

development of mineral additives blended cement using thermogravimetric

analysis (TGA): Methodology of calculating the degree of hydration,”

Constr. Build. Mater., vol. 146, pp. 687–701, 2017, doi:

10.1016/j.conbuildmat.2017.04.132.

69
[34] D. P. Bentz, C. F. Ferraris, S. Z. Jones, D. Lootens, and F. Zunino,

“Limestone and silica powder replacements for cement: Early-age

performance,” Cem. Concr. Compos., vol. 78, pp. 43–56, 2017, doi:

10.1016/j.cemconcomp.2017.01.001.

[35] B. S. Nasional, “Sni 2417-2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin

abrasi Los Angeles,” 2008, pp. 1–9.

[36] Y. Lolos and S. No, “METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN

DALAM AGREGAT,” vol. 200, no. 200, pp. 1–6, 1996.

70

Anda mungkin juga menyukai