Disusun oleh :
Nim. 18513376
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KADIRI
2022
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Studi Strata Satu dan Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik.
Penyusun,
Nim. 18513376
Dosen Pembimbing :
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Fakultas Teknik
Penyusun,
Nim. 18513376
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan lulus pada ujian
Skripsi program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kadiri
Tim Penguji :
1. …… ..........................
2. …… ..........................
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Fakultas Teknik
Adalah hasil karya saya sendiri, bukan duplikasi dari karya orang lain.
Selanjutnya apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain bukan tanggung
jawab pembimbing dan atau Pengelola Program tetapi menjadi tanggungjawab
saya sendiri. Atas hal tersebut saya bersedia menerima sangsi, sesuai hukum atau
aturan yang berlaku di Indonesia. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya tanpa paksaan dari siapapun.
Hormat Saya,
Nim. 18513376
ABSTRAK
Mochamad Eddy Sujarwo, 2021
“MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON K-425 DENGAN CAMPURAN
SIKAMENT NN PADA PRODUKSI TETRAPOD”
Pembimbing I : Agata Iwan C, ST.,MT ,
Pembimbing II : Sony Susanto, ST.,MT
Beton tetrapod adalah beton dengan bentuk berkaki empat yang dibangun untuk
tempat berlabuh yang aman bagi kapal. Beton tertapoda memiliki fungsi memecah ombak
sebagai tembok laut. Produksi beton tetrapoda sangat perlu diperhatikan mengingat beton
ini akan sering terhempas ombak laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kuat tekan beton tetrapod dengan penambahan superplastizer sikament
NN. Job mix design yang digunakan sesuai dengan mutu beton yaitu beton K-425 dengan
bahan material agregat dari daerah jawa tengah. Dari penelitian ini akan diketahui hasil
kuat tekan beton K-425 dengan campuran sikament NN sebesar 0,8%. Penambahan
sikament NN 0,8% dikarenakan 0,8% adalah komposisi efisiensi sesuai dengan ketentuan
Bina Marga Divisi 5 untuk campuran beton. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah eksperimen. Hasil penelitian menggunakan pengujian kuat tekan dengan sampel
berbentuk silinder berukuran 15×30 cm menunjukkan bahwa beton k425 yang pada
mulanya memiliki kuat tekan beton 367,80 Kg/cm 2 setelah penambahan sikament NN
sebesar 3,2 liter, kuat tekan beton menjadi 530,96 Kg/cm 2 pada umur yaitu 28 hari.
Kata kunci : Beton Tetrapod, Kuat Tekan, Sikament NN, Superplastizer, Zat Adiktif.
ABSTRACT
Mochamad Eddy Sujarwo, 2022
"INCREASE THE HARD PRESS OF K-425 CONCRETE WITH NN SIKAMENT
MIXTURE ON TETRAPOD PRODUCTION"
Mentor I: Agata Iwan C, ST.,MT,
Mentor II: Sony Susanto, ST., MT
Tetrapod concrete is a four-legged concrete that is built for safe berths for ships.
Tertapod concrete has the function of breaking waves as a sea wall. The production of
tetrapod concrete is very important considering that this concrete will often be hit by sea
waves. The purpose of this study was to increase the compressive strength of tetrapod
concrete with the addition of NN sikament superplastizer. The job mix design used is in
accordance with the quality of the concrete, namely K-425 concrete with aggregate
materials from the Central Java area. From this research, it will be known that the
compressive strength of K-425 concrete with NN Sikament mixture is 0.8%. The addition
of 0.8% NN sikament because 0.8% is an efficiency composition in accordance with the
provisions of Bina Marga Division 5 for concrete mixtures. The method used in this
research is experimental. The results of the study using a compressive strength test with a
cylindrical sample measuring 15×30 cm showed that the k425 concrete which initially
had a concrete compressive strength of 367.80 Kg/cm2 after the addition of NN sikament
was 3.2 liters, the compressive strength of the concrete became 530.96 Kg /cm2 at the
age of 28 days.
Kediri,
Penyusun,
Mochamad Eddy Sujarwo
Nim. 18513376
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.3.1 Agregat.......................................................................................................8
2.3.3 Semen/Filler...............................................................................................9
2.6 Curring.....................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................37
4.5 Hasil Uji Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN...............60
BAB V PENUTUP................................................................................................65
5.1 Kesimpulan............................................................................................65
5.2 Saran.......................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 6 Air....................................................................................................22
Gambar 4. 9 Curring............................................................................................49
PENDAHULUAN
Beton merupakan bahan bangunan yang paling umum dan terkenal untuk
bahan konstruksi struktur besar maupun kecil[1]. Beton mempunyai mutu beton
seperti beton mutu rendah, beton mutu sedang, dan beton mutu tinggi berdasarkan
nilai kuat tekannya[2]. Semakin tinggi mutu beton, maka semakin besar nilai kuat
tekan beton tersebut. Beton memiliki mutu tinggi dapat dipengaruhi oleh fungsi
dari beton itu sendiri, seperti contoh beton untuk pemecah gelombang laut yaitu
beton tetrapoda. Beton tetrapoda adalah beton dengan bentuk berkaki empat yang
dibangun untuk tempat berlabuh yang aman bagi kapal [3]. Beton tertrapoda
sering dijumpai saat kita berlibur dipantai dengan ombak yang besar seperti
tembok laut [4]. Beton tertapoda memiliki kelebihan antara lain untuk
menghindarkan pantai dari gelombang tinggi dan melindungi aliran sungai yang
menjorok ke laut.
akan sering terhempas ombak laut. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kuat
tekan beton dengan cara penambahan bahan pada pembuatannya. Bahan seperti
superplastizer yang sering digunakan untuk bahan campuran beton karena mampu
sangat efektif dalam mengurangi jumlah air beton menurut PT. Sika Indonesia [5]
[6]. Oleh karena itu, pengujian ini menggunakan bahan superplastizer yaitu
Sikament NN. Menurut spesifikasi bina marga 2010 divisi 5, bahwa bahan
1
tambahan kimiawi (admixture) harus sesuai dengan AASHTO M194 yang harus
pengaruh penambahan sikament NN pada kuat tekan beton K-425 untuk produksi
beton tetrapoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kuat tekan
beton tetrapod dengan penambahan superplastizer sikament NN. Job mix design
yang digunakan sesuai dengan mutu beton yaitu beton K-425 dengan bahan
material agregat dari daerah jawa tengah. Dari penelitian ini akan diketahui hasil
1. Berapa kuat tekan pada beton K-425 normal untuk produksi tetrapoda?
1. Mengetahui kuat tekan pada beton K-425 normal untuk produksi tetrapoda?
2
2. Mengetahui kuat tekan pada beton K-425 dengan campuran sikament NN
Agar pembahasan penelitian tidak meluas dan dapat terarah, maka diberi
1. Penggunaan Fly Ash Dan Abu Sekam Padi Untuk Penambah Bahan Utama
2. Agregat yang digunakan berasalh dari Pasir Eks Progo dan Split Eks Kokap.
3. Hanya melakukan pengujian abrasi, uji berat jenis, dan uji kadar lumpur
4. Hanya melakukan pengujian berat jenis, dan kadar lumpur pada agregat
halus.
5. Semua proses penelitian pengujian mulai dari material sampai uji kuat tekan
Jawa Tengah.
3
2. Untuk inovasi terbaru mengenai beton untuk produksi tetrapoda.
4
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
yang diperoleh dari sumber referensi untuk menyusun kerangka teori dan
konseptual.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton adalah hasil campuran antara air, semen, dana gregat yang
bangunan adalah beton dengan mutu K200 sampai K-500. Adapun pemilihan
mutu beton untuk pembuatan konstruksi suatu bangunan itu berpengaruh dengan
beban yang telah dipertimbangkan konstruksi yang akan dibikin. Secara garis
besar bahwa beton memiliki jenis berdasarkan kelas dan mutunya, yaitu :
1. Beton Kelas I
hanya dibatasi dengan pengawasan ringan kepada mutu betonnya saja. Sedangkan
2. Beton Kelas II
Beton jenis mutu ini dapat dipakai untuk pekerjaan bersifat structural
ringan. Pada pengunaannya memerlukan keahlian yang sesuai dan harus dipakai
oleh tenaga ahli. Kualitas beton ini terdiri dari K-25-, K-225, dan K-275.
6
3. Beton Kelas III
Jenis mutu beton yang dianggap paling tinggi diantara jenis mutu beton
lainnya adalah kelas III. Proses pembuatan mutu beton ini membutuhkan
komposisi dengan nilai perbandingan khusus dan detail. Pengerjaan beton ini
wajib dilakukan oleh tenaga ahli profesional dan melalui pemeriksaan ketat.
Pengawasan pada kualitas beton ini juga dilakukan secara kontinu. Mutu beton ini
dapat meliputi, K350, K325, K375, K500 dan lainnya. Umumnya, penggunaan
jenis beton ini diperuntukkan pada area saluran air, landasan pesawat, area truk
gelombang di pantai [12]. Beton tetrapod merupakan material lapis lindung yang
dikembangkan dengan system penyusun secara acak atau seragam dengan dua
Breakwater karena memiliki nilai stabilitas yang lebih baik dan nilai porositas
dan semen. Tetapi peneliti memiliki inovasi terbaru dengan penambahan sikament
NN untuk memperkuat hasil kuat tekan beton. Adapun definisi dari material
7
2.3.1 Agregat
Agregat adalah hasil olahan batu alam yang merupakan komponen utama
dari lapisan perkerasan jalan yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran aspal [14]. Agregat mempunyai fungsi penting sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat itu sendiri sangat berperan penting
yang mana memberikan dukungan besar bagi campuran beton karena agregat
memiliki dua jenis yang sering kita jumpai, yaitu antara lain :
di saringan no. 8 (2,38 mm) atau partikel yang lebih besar 4,75 mm menurut
ASTM, lebih besar dari 2 mm menurut AASHTO[16]. Agregat kasar yang sering
kita jumpai yaitu koral. Koral juga memiliki jenis agregat normal dan agregat
ringan.
atas saringan no. 200 (0,074 mm) dan lolos saringan no. 8 (2,36) sesuai SNI 03-
6819-2002 [17]. Agregat halus yang sering dijumpai adalah pasir. Pasir yang baik
digunakan untuk beton adalah yang memiliki butiran-butiran tajam dan kasar,
2.3.2 Sikament NN
besar dan mempercepat pengerasan beton [5]. Cairan superplasticizer yang efektif
8
dengan aksi ganda untuk produksi beton yang mengalir atau bahan untuk
mengurangi air beton untuk membantu menghasilkan kekuatan awal dan kekuatan
akhir tinggi sesuai ASTM C 494 [18]. Kandungan yang terdapat dari sikament
memperbaiki mutu beton yang diinginkan untuk beton tetrapod. Sesuai dengan
spesifikasi bina marga 2010 divisi 5, bahwa bahan tambahan kimiawi (admixture)
harus sesuai dengan AASHTO M194 yang harus mengandung calcium chloride,
2.3.3 Semen/Filler
Semen / Filler adalah salah satu bahan pengisi yang terdiri atas batu
kapur, debu, dolomite, semen portland, abu terbang, dsb. Bahan pengisi biasanya
harus lolos ayakan no. 200 (0,075 mm). Fungsi filler sendiri adalah untuk
meningkatkan kekentalan pada aspal dan untuk mengurangi sifat rentan terhadap
temperature [20]. Dalam praktikum ini filler yang digunakan adalah semen
portland. Kandungan dari semen portland kalsium (II) oksida (CaO), silika (IV)
oksida (SiO2), aluminium (III), oksida (Al2O3), besi (III) oksida (Fe2O3) dan
komponen minor lainnya. Semen yang biasa digunakan adalah semen dengan
Setiap material yang akan digunakan untuk bahan pembuatan beton akan
9
2.4.1. Uji Abrasi
agregat terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles [21].
Objek yang digunakan pada uji abrasi adalah agregat kasar dengan ukuran
untuk mengetahui agregat kasar yang digunakan apakah memenuhi standart SNI
Uji berat jenis merupakan metode sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis
semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar [23]. Dari
pengertian tersebut, tujuan melakukan uji berat jenis adalah untuk mengetahui
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dan
1. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam keadaaln jenuh pada
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama denga
3. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam keadaan kering.
10
Sesuai dengan spesifikasi bina marga divisi 5, bahwa berat jenis untuk agregat
kasar maupun halus harus memiliki hasil ≥ 2 [26]. Adapun rumus yang digunakan
a. Agregat Kasar :
A
Berat jenis Curah Kering = .....................(2.1)
( B+ D−C )
D
Berat Jenis SSD = .............................. (2.2)
( B+ D−C )
A
Berat Jenis Semu = .................................(2.3)
( B+ A−C)
4. Penyerapan air
D−A
Penyerapan Air = [ ] × 100%............................(2.4)
A
b. Agregat Halus
11
A
Berat Jenis Semu = ...............................(2.7)
( B+ A−C)
- Penyerapan Air
D−A
Penyerapan Air = [ ] × 100%..........................(2.8)
A
Keterangan : A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air (gram)
D = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
Uji kadar lumpur atau bahan lolos ayakan No.200 dalam agregat dibatasi
Slump beton adalah suatu istilah yang terdapat pada konstruksi, slump
permeabilitas dan proses pengerjaan pada beton itu sendiri. Adapun beberapa hal
yang perlu diketahui tentang slump beton, nilai, dan pengujian slump beton[28].
2.6 Curring
Perawatan beton merupakan salah satu tahap yang dimana setelah beton
sudah mengalami pengerasan, perawatan beton ini bertujuan agar beton tidak
kehilangan air dan untuk menjaga agar suhu didalam beton tetap lembab sehinnga
12
2.7 Uji kuat tekan
Kuat tekan beton diperoleh dari benda uji yang berbentuk silinder dengan
diameter 15cm dan tinggi 30 cm yang ditekan pada sisi yang berbentuk lingkaran
K=P×A........................................................................(2.9)
Keterangan :
penelitian ini belum terdapat penelitian terdahulu yang membahas mengenai beton
K-425 untuk produksi tetrapoda. Penelitian ini masih langka dan jarang ada yang
13
2.9 Mapping Jurnal
14
% abu cangkang
Kemiri
426,863kg/cm²,
dan variasi
beton normal
dengan
penambahan
15% abu
cangkang
Kemiri 428,210
kg/cm²
15
BAB III
METODOLOGI
Sesuai
Proses Job Mix Design
Selesai
16
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
digunakan.
5. Proses curring dilakukan selama 3 jenis, yaitu 7 hari, 14 hari dan 28 hari
dilakukan pada tempat yang sesuai, Adapun lokasinya yaitu antara lain :
1. Semua proses pengujian mulai dari pengujian agregat untuk bahan beton
17
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan adalah hal penting untuk melakukan sebuah penelitian
a. Strenght Test
Strenght Test berfungsi untuk menguji dan mengukur kekuatan tekan pada
b. Cetakan Beton
c. Timbangan Digital
Cetakan Kerucut Abrams digunakan untuk wadah adonan untuk uji slump
test. Cetakan ini berbentuk kerucut dengan diameter atas sekitar 10 cm dan
e. Tongkat Penusuk
Tongkat penusuk digunakan untuk menusuk adonan beton agar beton segar
18
f. Mistar/Penggaris
Mistar digunakan untuk mengukur tinggi penyusutan beton segar saat uji
slump.
g. Ayakan
ukurannya.
Mesin pengaduk semen berfungsi untuk mengaduk semen dan agregat untuk
berikut :
1. Agregat
Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain,
baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa
peranan yang sangat penting dalam konstruksi [32]. Agregat juga dapat
didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan pejal
(solid). Agregat terdiri dari dua jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus.
19
Gambar 3. 3 Agregat Kasar dan Agregat Halus
2. Sikament NN
20
3. Filler / Semen
4. Air
kerikil, pasir dan semen agar memudahkan pencetakan pada campuran beton.
21
Gambar 3. 6 Air
1. Pengujian Agregat (Uji Abrasi, Uji berat Jenis, Uji kadar lumpur)
3. Uji Slump
yang digunakan pada bahan pembuatan beton. Adapun pengujian yang dilakukan
22
1. Uji Abrasi
1) Tujuan
a. Alat
Timbangan
Bola-bola baja
Oven
Wadah
b. Bahan
Agregat Kasar
3) Langkah Kerja
23
3. Gabungkan Kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang
dikehendaki
b. Cara Pengujian
- Benda uji dan bola baja dimasukkan kedalam mesin abrasi Bernama Los
Angeles.
24
- Putaran mesin dengan kecepatan 30rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah
putaran dan untuk gradasi E, gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran.
- Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan diatasnya dicuci
putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70
mm) tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan
500 putaran agragat tertahan atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian
- Metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode
Machine.
A) Agregat Kasar
2) Tujuan
25
a. Alat
Timbangan
Tangki air
b. Bahan
Agregat Kasar
4) Langkah kerja
(110±5)°C, dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam
No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih besar sampai agregat
(kira-kira 50°C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada
tetap dapat dihilangkan, dan jika permukaan partikel butir contoh terjaga
berat jenis curah (jenuh kering permukaan) mungkin lebih tinggi untuk
26
agregat yang sama tetapi diperlakukan seperti pada pasal 6 butir a. Hal ini
inci) karena air tidak mungkin mampu masuk sampai pusat butiran dalam
- Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu
lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang.
Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua
berat yang sampai nilai 1,0gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat dari
terendam dengan kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama
27
- Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur
atau sampai agregat telah dingin pada suatu temperature yang dapat
beratnya.
B) Agregat Halus
Hal yang membedakan berat jenis agregat kasar dan agregat halus adalah
a) Alat
Timbangan
Piknometer
Cetakan kerucut
Batang penumbuk
Oven
Termometer
b) Langkah kerja
gram.
- Isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan ke
28
guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan gelembung
udara yang terdapat di dalam air. Cara uji lain yang dapat digunakan untuk
menimbang berat benda uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh uji
berat kering ovennya. Benda uji ini harus diambil pada saat yang
bersamaan dan selisih beratnya hanya 0,2 gram. Jika labu Le Chatelier
penyerapan air. Timbanglah (500+10) gram benda uji dalam kondisi jenuh
timbanglah kembali Benda uji ini harus diambil pada saat yang bersamaan
- Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas
29
30
3. Uji Kadar Lumpur [36]
1. Tujuan
dalam agregat yang lolos saringan No.200 (0,75 mm), sehingga berguna bagi
a) Alat
- Timbangan
- Wadah
b) Bahan
3. Langkah Kerja
antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan Nomor 200
- Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan Nomor 16 (1,18 mm)
31
menuangkan air pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut
tertuang
- Ulangi pekerjaan butir (3), (4) dan (5), sehingga tuangan air pencuci
terlihat jernih
- Kembalikan semua benda Uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1.18 mm)
dan Nomor 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven
dengan suhu (110±5)°C, sampai mencapai berat tetap, dan timbang sampai
- Hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) dengan
rumus-rumus perhitungan seperti yang diuraikan pada Bab III, butir 3.4.
konstruksi yang lain karena tanpa adanya job mix beton yang direncakan tidak
32
Hal yang perlu dilakukan untuk Proses pembuatan beton adalah
menentukan job mix yang sesuai dengan K beton yang dibuat dengan langkah–
1. Siapkan semua bahan pembuat campuran beton seperti pada Tabel 3.2
B. Uji Slump
1) Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai slump yang mana untuk
mengetahui kekentalan suatu beton yang kita bikin memenuhi standart SNI
1972:2008 [28].
a. Alat
Kerucut Abram
Batang penusuk
a. Bahan
33
Beton segar yang telah dituang dalam wadah
3) Langkah kerja
menyerap air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat
Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas
turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap
menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan. Setelah
lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas
Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah
34
C. Proses Pencetakan Beton
1. Tujuan
Tujuan proses pencetakan ini untuk mendapatkan hasil beton yang sesuai
dengan bentuk cetakan yaitu silinder dengan ukuran 15×30cm sesuai dengan
a) Alat
Tongkat pemadat
Sendok Beton
b) Bahan
Beton segar
3. Langkah Kerja
1) Tujuan
Tujuan proses curring ini untuk mencegah pengurangan air pada proses
hidrasi semen dan kehilangan kadar air/ tetap terjaga kelembapannya sesuai
35
2) Alat dan bahan
a. Alat
b. Bahan
3) Langkah Kerja
Beton dimasukkan ke dalam bak curring setelah 24 jam keluar dari cetakan
Diamkan beton di dalam bak curring sesuai waktu yang diinginkan yaitu
hari.
1. Tujuan
Tujuan dilakukannya uji kuat tekan untuk mengetahui nilai kuat tekan pada
a. Alat
- Mesin Penguji
b. Bahan
36
3. Langkah Kerja
- Lihat dan catat hasil dari kemampuan hancur dari benda uji
37
BAB IV
PEMBAHASAN
adalah Uji Abrasi, Uji Berat Jenis, dan Uji Kadar Lumpur.
yang digunakan dalam pembuatan beton. Adapun hasil pengujian abrasi adalah
sebagai berikut :
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui hasil bahwa agregat kasar yang digunakan
untuk campuran pembuatan beton dinyatakan layak karena kurang dari 30% untuk
38
Gambar 4. 1 Proses Pengujian Abrasi
Pada Gambar 4.1 merupakan proses pengujian abrasi, pada pengujian ini
mengambil material berupa agregat kasar yaitu batu koral. Kemuadia dimasukan
pada alat penguji absrasi. Lalu setelah itu menghitung berapa keausan pada
tersebut memiliki volume dan mampu menyerap air. Dari pengujian berat jenis
yang dilakukan diperoleh hasil pada agregat kasar maupun halus sebagai berikut :
Agregat kasar yang digunakan berasal dari kerikil Split Eks Kokap
39
Tabel 4. 2 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Kasar Ukuran ½
Sampel Rata-
Uraian Sampel I II rata
Berat Kerikil Kering mutlak, gram 3895,00 3880,00 3887,50
Berat kerikil keadaan jenuh kering muka,
gram 4000,00 4000,00 4000,00
Berat Kerikil dalam air, gram 2500,00 2485,00 3050,00
Berat jenis, 2,60 2,56 2,58
Berat jenis jenuh kering muka, 2,67 2,64 2,65
Penyerapan air (jenuh kering muka) 2,70 3,09 2,89
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Kerikil Jenuh Kering 2,65
Muka
Sumber : Data Diolah
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui hasil bahwa agregat kasar yang digunakan
memenuhi standart berat jenis yaitu lebih dari 2,5 sesuai arahan Bina Marga.
Agregat Kasar yang diuji berupa kerikil dengan ukuran agregat ½ inchi yang akan
digunakan untuk bahan pembuatan Beton. Berat satuan kerikil pada uji berat jenis
40
Gambar 4. 2 Proses Uji Berat Jenis Pasir
Pada Tabel 4.3 merupakan hasil berat satuan kerikil dengan ukuran ½.
Berat satuan kerikil untuk mengetahui berat satuan dari agregat yang diuji seperti
halnya adalah kerikil dengan ukuran ½. Tidak hanya pengujian berat jenis untuk
kerikil ukuran ½ tetapi juga ada kerikil dengan ukuran lain yaitu ukuran 2/3
Rata-
Uraian Sampel I Sampel II rata
Berat Kerikil Kering mutlak, gram 4870,00 4905,00 4887,50
Berat kerikil keadaan jenuh kering
muka, gram 5000,00 5000,00 5000,00
Berat Kerikil dalam air, gram 3105,00 3120,00 3050,00
Berat Jenis 2,57 2.61 2,59
Berat jenis jenuh kering muka, 2,64 2.66 2,65
Penyerapan air ( Kerikil jenuh kering
muka) % 2,67 1.94 2,30
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan didapat Berat Jenis Pasir Jenuh 2,65
Kering Muka
Tabel 4. 4 Hasil Uji Berat Jenis Agregat Kasar Ukuran 2/3
Gambar 4. SEQ Gambar_4. \* ARABIC 2 Gambar Uji Berat
Sumber : Data Diolah
41
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui hasil bahwa agregat kasar yang digunakan
memenuhi standart berat jenis yaitu lebih dari 2,5 sesuai arahan Bina Marga.
Agregat Kasar yang diuji berupa kerikil dengan ukuran ayakan no 2/3 inchi yang
akan digunakan untuk bahan pembuatan Beton. Berat satuan kerikil pada uji jenis
Agregat halus yang digunakan pada pengujian berat jenis pasir yang
berasal dari Kabupaten Progo. Adapun hasil uji berat jenis agregat halus adalah
sebagai berikut :
42
Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa agregat halus yang digunakan berupa
pasir dinyatakan layak. Untuk pengujian berat jenis agregat kasar dan agregat
halus yang membedakan adalah proses pengujiannya. Berat satuan pasir pada uji
Pada Tabel 4.7 merupakan hasil berat satuan pasir yang berasal dari
kaupaten Progo. Berat satuan kerikil untuk mengetahui berat satuan dari agregat
yang digunakan yaitu agregat halus (pasir) maupun agregat kasar (kerikil).
43
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui hasil bahwa kandungan kadar lumpur
pada agregat halus dinyatakan memenuhi syarat dengan hasil kadar lumpur
sebesar 3,5%. Adapun hasil kadar lumpur agregat kasar diperoleh hasil sebagai
berikut :
Pada Tabel 4.9 dapat diketahui hasil bahwa kandungan kadar lumpur
pada agregat kasar dinyatakan memenuhi syarat dengan hasil kandungan kadar
Tahapan yang perlu dilakukan untuk pembuatan beton yaitu mix Design ,
setelah mengetahui mix design selanjutnya proses pencampuran dan uji slump.
Setelah uji slump akan dilakukan pengeringan dari cetakan dan proses Curring.
berdiameter 0,39 kemudian pasir harus dengan keadaan kering maka pasir dioven
terlebih dahulu. Setelah pasir kemudian agregat koral (agregat kasar) yang harus
kering terlebih dahulu. Lalu setelah agregat halus dan agregat kasar campuran
44
selanjutnya yaitu semen Portland tipe I. Setelah itu di tambah air guna proses
pelarutan dan pencampuran dan ditambahan campuran beton yaitu sikament NN.
atau mesin pengaduk beton untuk membuat benda uji. Pencetakan benda uji
terlebih dahulu.
45
Gambar 4. 4 Proses mengukur sikament NN untuk bahan campuran Beton
Berikut adalah job mix/ komposisi campuran beton yang terpapar pada
Tabel 4.10.
46
Tabel 4. 11 Komposisi Campuran Beton Campuran Sikament NN
Tabel 4.10 dan 4.11 merupakan job mix design pada pembuatan beton
normal dan beton campuran sikament NN. Adapun keterangan yang tidak
cm x 35 cm Tinggi : 25 cm
adukan beton yang masih segar. Cara uji nilai slump dengan meletakan kerucut
abrams pada tilam pelat baja. Adukan beton dimasukan ke dalam kerucut dengan
menggunakan sekop kecil sampai mengisi 1/3 dari tinggi kerucut lalu ditusuk-
adukan beton sampai mengisi 2/3 dari tinggi kerucut, ditusuk lagi mengunakan
tongkat besi sebanyak 25 kali, dimasukan lagi adukan beton sampai mengisi
penuh kerucut, ditusuk lagi menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali. Ratakan
permukaan atas kerucut dengan sendok semen. Setelah 30 detik, kerucut diangkat
ke atas secara perlahan. Setelah itu tentukan nilai slump dengan mengukur
47
perbedaan tinggi antara kerucut dengan adukan beton. Komposisi Campuran
cetakan dilepas, ada baiknya di rojok agar tidak ada rongga didalam beton. Hasil
yang didapatkan pada uji slump seperti pada Gambar 4.7 yaitu beton menyusut
sampai 10 cm.
48
Gambar 4. 7 Hasil Uji Slump
30 cm. Proses pencetakan didiamkan selama 24 jam agar adonan beton mengeras.
Setelah beton kering beton melakukan proses curring, yaitu beton di rendam ke
dalam air proses ini dilakukan selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Pada Gambar 4.8 yaitu proses pencetakan beton normal dan beton
49
dibiarkan selama 24 jam atau 1 hari agar beton kering dan dilanjukan dalam
proses selanjutnya.
Gambar 4. 9 Curring
Pada Gambar 4.9 yaitu proses curring atau proses perendaman beton
yang telah kering beton yang di rendam yaitu beton normal dan beton campuran
Sikament NN. Beton di curring selama 7 hari , 14 hari dan 28 hari dengan
menggunakan air tawar. Setelah itu beton akan melakukan proses selanjunya yaitu
Tetrapod adalah struktur beton berkaki empat yang berfungsi sebagai unit
penyusun konstruksi groin dan jetty yang akan dibangun di Muara Sungai
Bogowonto. Terdapat empat macam tetrapod yang akan dibuat yakni tetrapod
50
A. Metode Pelaksanaan
1) Membuat Trial Mix Beton untuk memperoleh JMF beton K 425 serta untuk
diolesi oli.
antar sisinya.
51
7) Besi tulangan dipasangi beton decking atau tahu beton untuk menjaga agar
kedalam bekisting. Posisi tulangan harus dipastikan lurus dan beton decking
tetap terpasang.
10) Setting bekisting tetrapod dan blok beton dilakukan dengan menggunakan
portal gantry dan hoist crane yang dapat digerakkan diatas rel.
11) Setelah bekisiting dan pembesian dipastikan siap, dapat dilakukan proses
pengecoran.
52
Gambar 4. 12 Pengecoran Beton Tetrapod
sumber : Dokumentasi Penelitian
14) Ready mix dari truk mixer dituang ke dalam cetakkan dengan menggunakan
53
15) Dalam setiap pengecoran dilakukan pengambilan sampel uji tekan beton
sampel terdiri dari 9 benda uji untuk diujikan pada umur 7 hari, 14 hari dan
28 hari..
16) Bekisting dibuka pada saat umur beton 8 jam. Kemudian dilakukan proses
17) Setelah dibuka dari cetakan, tetrapod dan kubus beton dipindahkan
18) Tetrapod dan blok beton yang telah dinomori kemudian menunggu
54
Gambar 4. 15 Ilustrasi Cetakan Tetrapod
sumber : bumikarsa-abibraya
Kuat tekan beton merupakan sifat fisik dari beton yang keras diataranya
55
kemampuan dari beton pada struktur untuk menahan kekuatan dari luar. Pengujian
kuat tekan beton menggunakan 3 benda uji silinder untuk tiap variasi. Pengujian
dilaksanakan setelah beton berusia 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pertama – tama
setelah benda uji dicetak, lalu lalu direndam selama 7 hari 14 hari dan 28 hari.
antara beton normal dengan beton campuran sikament NN. Parameter yang
diperlukan adalah besarnya beban maksimal yang mampu diterima oleh beban.
Beton yang dibuat memiliki tinggi dan diameter yang sama pada semua variasi,
56
Tabel 4. 12 Hasil Tinggi dan Diameter Beton
Pada Tabel 4.12 merupakan hasil tinggi dan diameter beton yang sesuai
dengan bentuk cetekan silinder beton. Beton sebelum dilakukan uji kuat tekan
akan dilakukan proses Curring yang memiliki perbedaan hari. Seperti halnya pada
Tabel 4.12 , Tabel 4.13, Tabel 4.14 yang memiliki perbedaan hari pada proses
kuat tekan.
Pada Gambar 4. 18 yaitu proses uji kuat tekan beton yaitu beton yang
telah dikeringkan dan di curring selama waktu yang ditentukan diambil lalu di uji
57
Gambar 4. 19 Proses Uji Kuat Tekan
Pada Gambar 4.19 yaitu proses uji kuat tekan beton yaitu beton yang
telah dikeringkan dan di curring selama waktu yang ditentukan diambil lalu di uji
kuat tekan pada alat uji kuat tekan beton. Uji kuat tekan beton terdapat pada hari
Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat Kuat
Berat Tekan
No Kode jenis Maks Tekan Tekan
(kg) rata
benda uji Kg/m3 (KN) (Mpa) (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1 BTN7 12,450 2,35 470 26,00 502,70 421,40
2 BTN7 12,440 2,35 502 28,41 536,90
3 BTN7 12,430 2,34 480 27,16 513,39
Sumber : Data Diolah
Dari Table 4.13 menunjukkan bahwa hasil kuat tekan beton normal
K425 dengan kode BTN7 sebanyak 3 buah sampel tanpa campuran dan umur
58
beton selama 7 hari memiliki kuat tekan rata-rata dari ketiga sampel beton sebesar
421,40 Kg/cm2.
Dari Table 4.14 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton
normal K425 dengan kode BTN14 sebanyak 3 buah sampel tanpa campuran dan
umur beton selama 14 hari memiliki kuat tekan sebesar 349,80 Kg/cm2.
Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat Kuat
Berat Tekan
No Kode jenis Maks Tekan Tekan
(kg) rata
benda uji (Kg/m³) (KN) (Mpa) (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1 BTN28 12,47 2,35 630 35,65 437,99 367,80
2 BTN28 12,45 2,35 640 36,22 444,94
3 BTN28 12,49 2,36 680 38,48 472,75
Sumber : Data Diolah
Dari Table 4.15 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton
normal K425 dengan kode BTN28 sebanyak 3 buah sampel tanpa campuran dan
umur beton selama 28 hari memiliki kuat tekan sebesar 367,80 Kg/cm2 dan pada
59
Dari hasil kuat tekan Beton Normal diatas dengan sampel selama 7 hari,
100.00
80.00
Nominal MPA
60.00
40.00
20.00
0.00
1 2 3
Seperti pada Gambar 4.20 merupakan Pengujian kuat tekan beton normal
K-425 dengan komposisi normal didapatkan hasil kuat tekan rata-rata pada masa
perendaman selama 7 hari sebesar 27,19 Mpa, masa perendaman 14 hari sebesar
30,78 Mpa, dan masa perendaman selama 28 hari sebesar 36,78 Mpa. Dari
masing-masing hasil kuat tekan, didapatkan nilai kuat tekan tertinggi pada beton
beton berusia 7 hari 14 hari dan 28 hari. Pertama – tama setelah benda uji dicetak,
lalu lalu direndam selama 7 hari 14 hari dan 28 hari. Parameter yang diperlukan
adalah besarnya beban maksimal yang mampu diterima oleh beban. Beton yang
60
dibuat memiliki tinggi dan diameter yang sama pada semua variasi. Beton dengan
campuran sikament NN ditandai dengan kode BTS. Adapun terpapar dalam tabel
dibawah ini :
Pada Tabel 4.16 merupakan hasil tinggi dan diameter beton yang sesuai
Kuat Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat
Berat Tekan Tekan
No Kode benda jenis Maks Tekan
(kg) (Kg/cm2 rata
uji Kg/m3 (KN) (Mpa)
) (Kg/cm2)
1 BTS7 12520 2362,82 565 31989 393002 391,84
2 BTS7 12515 2361,88 545 30856 379091
3 BTS7 12580 2374,14 580 32838 403436
Sumber : Data Diolah
Dari Table 4.17 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton
normal K425 dengan campuran Sikament NN dan umur beton selama 7 hari
61
Tabel 4. 18 Hasil Kuat Tekan Beton dengan Campuran Sikament NN 14 Hari
Kuat
Berat Beban Kuat Kuat
Tanda / Kode Berat Tekan
No jenis Maks Tekan Tekan
benda uji (kg) rata
Kg/m3 (KN) (Mpa) (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1262
1 BTS14 5 2382,64 730 41331 507773 478,79
1252
2 BTS14 0 2362,82 700 39632 486905
1254
3 BTS14 0 2366,6 635 35952 441693
Sumber : Data Diolah
Dari Table 4.18 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton
normal K425 dengan campuran Sikament NN dan umur beton selama 14 hari
Kuat Kuat
Tanda / Berat Beban Kuat
Berat Tekan Tekan
No Kode benda jenis Maks Tekan
(kg) (Kg/cm2 rata
uji Kg/m3 (KN) (Mpa)
) (Kg/cm2)
1 BTS28 12590 2376,03 730 41,331 507,773 530,96
2 BTS28 12645 2386,41 745 42,180 518,206
3 BTS28 12575 2373,2 815 46,143 566,897
Sumber : Data Diolah
Dari Table 4.19 diatas menunjukkan bahwasannya hasil kuat tekan beton
normal K425 dengan campuran Sikament NN dan umur beton selama 28 hari
62
Dari hasil kuat tekan Beton dengan campuran sikament NN diatas
dengan sampel selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari didapatkan grafik sebagai
berikut :
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3
Seperti pada Gambar 4.21 merupakan Pengujian kuat tekan beton K-425
dengan komposisi campuran sikament NN kadar 0,8% didapatkan hasil kuat tekan
rata-rata pada masa perendaman selama 7 hari sebesar 31,89 Mpa, masa
perendaman 14 hari sebesar 38,97 Mpa, dan masa perendaman selama 28 hari
sebesar 43,22 Mpa. Dari masing-masing hasil kuat tekan, didapatkan nilai kuat
tekan tertinggi pada beton normal dengan masa perendaman 28 hari. Adapun
perbandingan antara hasil kuat tekan beton normal dengan kuat tekan beton
63
Perbandingan Kuat tekan Beton Normal dan
Sikament NN
50.00
45.00
43.218
40.00 38.9716666666667
Hasil Kuat Tekan (Mpa)
36.78 BETON
35.00
31.8943333333333 30.78 NORMAL
30.00
27.19
25.00 BETON
20.00 SIKAMENT
NN
15.00
10.00
5.00
0.00
7 14 28
Umur Perendaman Beton (Hari)
antara kuat tekan beton normal dengan beton campuran sikament NN didapatkan
hasil kuat tekan tertinggi pada beton campuran sikament NN umur 28 hari sebesar
43,218 Mpa.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
425 dapat meningkatkan kuat tekan beton yang semula hasil kuat tekan beton
normal sebesar 367,80 Kg/cm2 pada umur curring 28 hari. Setelah penambahan
sikament NN yaitu 3,2 Liter ke dalam jobmix design, kuat tekan beton menjadi
meningkat sebesar 530,96 Kg/cm2 pada umur curring yang sama yaitu 28 hari.
5.2 Saran
penelitian ini dapat berkembang maka penulis memberikan beberapa saran yaitu :
sikament NN yang lebih maksimal karena dari penelitian ini beton dengan
lain agar mendapatkan atau menghasilkan beton yang kuat dan lebih efisien
65
DAFTAR PUSTAKA
[2] M. A. Ansori, A. Ridwan, and Y. Cahyo, “Penelitian Uji Kuat Tekan Beton
Concrete,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 2, no. 1, p. 16, 2019, doi:
10.30737/jurmateks.v2i1.388.
cyclic loading,” Appl. Ocean Res., vol. 42, pp. 79–86, 2013, doi:
10.1016/j.apor.2013.05.002.
interaction with tetrapods breakwater,” Int. J. Nav. Archit. Ocean Eng., vol.
Fly Ash, Sikament NN dan Serbuk CaCO3 pada Beton Terhadap Nilai
Kuat Tekan Awal Beton,” J. Proy. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, pp. 31–41, 2019.
[7] Bina Marga, “Spesifikasi umum 2010,” Direktorat Jendral Bina Marga,
66
Concrete Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete,”
Aspal Beton,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, p. 214, 2019, doi:
10.30737/jurmateks.v2i2.513.
[10] H. Pratikto and R. Ajiono, “Penelitian kuat uji tekan beton dengan
Menggunakan Abu Ampas Kopi,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 3, no.
armor unit on breakwaters in irregular waves,” China Ocean Eng., vol. 31,
relation with the resistance to rutting of hot-mix asphalt,” vol. 19, pp. 155–
Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar,” Badan Standar Nas.
67
Indones., pp. 1–5, 1990.
[17] H. Kusharto, “Terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal,” J. Tek. Sipil dan
Admixtures for Concrete,” ASTM Int., vol. 04, pp. 1–9, 2013.
replacement,” Constr. Build. Mater., vol. 147, pp. 803–814, 2017, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2017.05.007.
Hrs -Wc,” Ilm. MEDIA Eng., vol. 1, no. 2, pp. 102–107, 2011.
Abrasi Los Angeles,” Balitbang PU, vol. 12, no. 12, pp. 1–5, 1991.
Using The Los Angeles Tatonas TA-700 Machine,” Ukarst Univ. Kadiri
[23] Pusjata - Balitbang PU, “Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan
[24] S. Nasional, I. Ics, and B. S. Nasional, “Cara uji berat jenis dan penyerapan
[25] SNI 1970, “Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus,”
68
http://sni.litbang.pu.go.id/index.php?r=/sni/new/sni/detail/id/195.
[26] A. F. Kariri and N. A. Affandy, “Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Bahan
Tambah Pelepah Pisang Pada Beton Mutu K-200,” Ukarst Univ. Kadiri
[29] S. N. Indonesia, “Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium,” 2011.
[30] S. N. Indonesia and B. S. Nasional, “Cara uji kuat tekan beton dengan
“Pengaruh Variasi Gradasi Agregat dari Batas Bawah Hingga Batas Tengah
Pada Campuran Aspal Emulsi Dingin,” J. Dimens. Pratama Tek. SIpil, vol.
Substitusi Pada Abu Batu Dalam Campuran Aspal Hrs – Wc Gradasi Semi
10.1016/j.conbuildmat.2017.04.132.
69
[34] D. P. Bentz, C. F. Ferraris, S. Z. Jones, D. Lootens, and F. Zunino,
performance,” Cem. Concr. Compos., vol. 78, pp. 43–56, 2017, doi:
10.1016/j.cemconcomp.2017.01.001.
[35] B. S. Nasional, “Sni 2417-2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin
70