Anda di halaman 1dari 5

A.

Geomorfologi
Geomorfologi kompleks Lokon Empung Tua di bagian timur yang masing-
Empung dibagi menjadi empat satuan, yaitu masing mempunyai kawah di puncaknya.
satuan geomorfologi kerucut, kawah, Pola aliran sungainya adalah radier dengan
punggungan rendah dan bergelombang serta lembah berbentuk “V”, dengan tebing yang
geomorfologi daratan. Satuan geomorfologi relatif curam. Vegetasi penutupnya berupa
kerucut menempati daerah sekitar tubuh alang-alang yang cukup tebal. Satuan
Gunung Lokon dan Gunung Empung. geomorfologi kawah terdapat di Kawah
Gunung Lokon mempunyai puncak yang Tompaluan dan Kawah Empung. Kawah
datar tanpa kawah dengan kemiringan antara Tompaluan merupakan kawah paling aktif
30° - 70°. Sedangkan Gunung Empung saat ini yang terbentuk sekitar tahun 1828,
mempunyai dua buah kerucut terpancung, sedangkan Kawah Empung tidak aktif lagi.
yaitu Empung Muda di bagian barat dan

Satuan geomorfologi perbukitan rendah & geomorfologi dataran menempati sepanjang


bergelombang menempati sebagian besar pantai bagian utara, sekitar daerah Malalyang
lereng kompleks Lokon – Empung, dan dataran tinggi Kakaskasen pada elevasi
merupakan morfologi yang membentuk lebih kurang 800 m, umumnya digunakan

punggungan yang landai serta bergelombang, sebagai daerah persawahan dan perkebunan

sudut lerengnya < 30°. Batuan pembentuknya kelapa (Hidayat dkk, 2007).

berupa piroklastik dan lava.. Satuan

B. Stratigrafi

Batuan tertua yang mendasari seluruh yang dicirikan oleh banyaknya batuapung,
satuan batuan di Kompeks Lokon – Empung tufa, tufa lapili dan braksi ignimbrit sangat
adalah Vulkanik Tondano (To.V), tersingkap padat. Satuan ini diperkirakan sebagai hasil
di selatan Gunung Lokon, berupa klastika letusan hebat yang terjadi pada saat
gunungapi kasar, terutama bersifat andesitik, pembentukan Kaldera Tondano atau pada
saat Orogenesa Plio-Pleistosen. Sebagai Gunung Mahawu yang masing-masing
akibat adanya orogenesa tersebut, di daerah menghasilkan satuan batuan Vulkanik
Minahasa banyak terbentuk struktur dan zona Tatawiran (Ta.V), sebagian besar berupa lava
lemah. Pada awal Kuarter di daerah zona dan satuan Vulkanik Mahawu (M.V), juga
lemah inilah bermunculan sumber-sumber umumya berupa lava andesitik.
erupsi, diantaranya Gunung Tatawiran dan

Fase pertama adalah erupsi adalah erupsi pembentukan Gunung Empung,


pembentukan Bukit Pineleng, menghasilkan yang umumnya menghasilkan lava. Satuan
batuan Lava Pineleng (Pi.l). Fase kedua yang batuan ini sebagian tersebar ke arah Timur-
membentuk Bukit Punuk, menghasilkan Lava Timurlaut. Satuan batuan tersebut
Punuk. Lava tersebut umumnya bersifat dikelompokkan menjadi satuan Lava Empung
andesitik dengan piroksen sebagai masa dasar. Tua umumnya bersifat andesitik-andesitik
Fase ketiga basaltik.

Fase keempat pembentukan Gunung arah Timur sampai Selatan. Secara berurutan
Lokon. Pada fase ini terjadi perselingan antara satuan batuan ini terdiri dari satuan batuan
erupsi efusif yang menghasilkan satuan batuan Lava Lokon dan Jatuhan Piroklastik Lokon
lava dan erupsi eksplosif yang menghasilkan (L.jp). Satuan batuan Lava Lokon umumnya
endapan satuan batuan aliran piroklastik dan bersifat andesitik basaltik.
jatuhan yang penyebarannya sebagian besar ke

Fase kelima pusat kegiatan kembali mengambil tempat pada sadel diantara Gunung
lagi ke Gunung Empung, secara berurutan Lokon dan Gunung Empung. Pusat erupsi
menghasilkan satuan batuan Lava Empung dan tersebut kini dikenal sebagai Kawah
diakhiri dengan erupsi yang menghasilkan Tompaluan. Fase ini merupakan fase terakhir
endapan Jatuhan Piroklastik Empung (E.jp), dan masih berlangsung hingga sekarang.
penyebarannya hanya disekitar puncak. Fase Satuan batuan yang dihasilkan terdiri dari
keenam terjadi pada tahun 1829 berupa letusan satuan Aliran Piroklastik Tompaluan (T.ap)
samping (flank eruption) Gunung Lokon dan dan Jatuhan Piroklastik (T.jp).
Gunungapi Lokon merupakan bagian dari sistem Busur Kepulauan Sangihe terkait dengan Zona
Tumbukan Laut Molluca. Zona Tumbukan Laut Molluca terletak pada persimpangan lempeng Eurasia,
Australia, Pasific, dan Filipina. Antara Busur Sangihe, sebelah barat zona tumbukan, dan Busur
Halmahera di sebelah timur merupakan tumbukan aktif dan cembung menuju Laut Molluca.

Zona subduksi di Sulawesi Utara cenderung berarah ke barat-baratlaut sesuai dengan pergerakan
lempeng samudra yang berasal dari timur. Magma yang naik secara vertikal cenderung mengikuti
orientasi bidang yang lemah. Sebagai konsekuensi pada subduksi ini, banyak gunung berapi yang
mengikuti garis barat daya-timur laut (Suparman dkk, 2012).

Jika diperhatikan sebaran gunungapi aktif di daerah Minahasa, nampak ada kaitan erat antara tempat
pemunculan kerucut gunungapi dan struktur lokal maupun regional. Kecuali Gunung Klabat dan Gunung
Ambang, gunungapi lainnya muncul berkelompok dalam kelurusan (lineasi) tertentu, searah dengan
struktur regional (Baratdaya – Timurlaut) dan kelurusan yang memotong struktur regional. Dapat
dikatakan bahwa pemunculan gunungapi di sini dikendalikan oleh struktur.

Ada dua struktur sesar yang dapat dijumpai, yaitu Sesar Tatawiran dan Sesar Kinilow. Sesar tersebut
kedua-duanya merupakan sesar normal yang arahnya relatif Utara-Selatan dan mengapit komplek
Gunungapi Lokon-Empung. Pada sesar Tatawiran blok bagian Barat merupakan bagian yang relatif naik
dibandingkan dengan blok bagian Timur. Kedua sesar tersebut membentuk suatu struktur graben.
Magma yang fluid dan kental serta lebih ringan daripada batuan di sekitarnya cenderung terdorong
keatas dan merupakan kisah awal terbentuknya gunungapi. Tumbukan dan tukikan di Sulawesi Utara
miring ke arah Barat – Baratlaut sesuai arah gerakan lempeng samudera yang datang dari Timur. Oleh
karena itu, magma yang naik secara tegak akhirnya cenderung mengikuti bidang lemah tersebut. Itu
salah satu sebab di tanah Minahasa banyak dijumpai kerucut gunungapi yang berjejer Barat – Baratdaya.

Gambar 1. Stratigrafi Sulawesi Utara


KESIMPULAN

- Gunung Lokon memiliki empat bentuk lahan yaitu satuan geomorfologi kerucut, kawah,
punggungan rendah dan bergelombang serta geomorfologi daratan. Pada bagian puncak
gunung merupakan puncak yang datar tanpa adanya kawah dan memiliki slope 30-70%
sedangkan mulai turunan tekuk lereng memiliki slope <30%. Pola pengaliran yang
berkembang pada Gunung Lokon merupakan pola pengaliran Radial dengan lembah yang
berbentuk “V”.
- Stratigrafi yang terdapat di Gunung lokon terjadi setelah melalui beberapa fase. Satuan
batuan yang paling tua dijumpai klastika gunungapi kasar, terutama bersifat andesitik,
yang dicirikan oleh banyaknya batuapung, tufa, tufa lapili dan braksi ignimbrit sangat
padat. Kemudian di jumpai adanya satuan batuan lava sebagai pembentuk gunung yang
berada di sekitarnya. Pada tahap berikutnya di jumpai lava yang memiliki kandungan
berbeda yaitu Andesit-andesit basaltik. Pada saat Gunung Lokon terbentuk disusun oleh
aliran Piroklastik dan satuan batuan lava lokon yang bersifat Andesit-basaltik. Kemudian
di tutup oleh endapan alluvial

- Gunung Lokon terbentuk oleh subduksi zona tumbukan laut Molluca, pada bagian dari
sistem busur Sangihe. Zona subduksi di Sulawesi Utara cenderung berarah ke barat-
baratlaut sesuai dengan pergerakan lempeng samudra yang berasal dari timur. Sebagai
konsekuensi pada subduksi ini, banyak gunung berapi yang mengikuti garis barat daya-
timur laut. Pada sekitar Gunung lokon sendiri berkembang dua sesar, yaitu Sesar
Tatawiran dan Sesar Kinilow. Sesar tersebut kedua-duanya merupakan sesar normal yang
arahnya relatif Utara-Selatan dan mengapit komplek Gunungapi Lokon-Empung. Kedua
sesar tersebut membentuk struktur Graben

Anda mungkin juga menyukai