Anda di halaman 1dari 128

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN AIR INTAKE & EXHAUST

SYSTEM
PADA ENGINE C7.1 CATERPILLAR

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:

M. AKBAR ARSAD TANJUNG


NIM : 15 610 092

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT
SAMARINDA
2017
ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN AIR INTAKE & EXHAUST
SYSTEM
PADA ENGINE C7.1 CATERPILLAR

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (A.Md) pada
Program Teknik Alat Berat
Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Samarinda

Disusun Oleh:

M. AKBAR ARSAD TANJUNG


NIM : 15 610 092

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT
SAMARINDA
2017

ii
HALAMAN PENGESAHAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : M. Akbar Arsad Tanjung

NIM : 15 610 092

Jurusan : Teknik Mesin

Program Study : Teknik Alat Berat

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas Akhir : Analisa Kerusakan Komponen Air Intake & Exhaust System

Pada Engine C7 Caterpillar

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya

sendiri dan semua sumber baik di kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan

benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam laporan Tugas

Akhir ini, maka saya bersedia menerima saknsi sesuai peraturan perundang undangan

yang berlaku.

Samarinda, 21 Agustus 2017

M. Akbar Arsad Tanjung

15 610 092

iii
iv
v
ABSTRAK

M. Akbar Arsad Tanjung, 15 610 092. Tugas Akhir. “ANALISA


KERUSAKAN KOMPONEN AIR INTAKE DAN EXHAUST SYSTEM PADA
ENGINE C7 CATERPILLAR”. Dibawah bimbingan Faisyal Umar. ST., MT dan
Muh. Taufik, ST,.M.Si, program studi Teknik Alat Berat, jurusan teknik Mesin,
Politeknik Negeri Samarinda. Latar belakang, Air Intake dan Exhaust System bertujuan
untuk mensuplai udara masuk, Menjaga pensuplaian udara bersih serta cukup untuk
proses pembakaran dan membuang sisa gas pembakaran, Memastikan komponen-
komponen Air Intake dan Exhaust System bekerja dengan baik. Udara yang tersumbat
atau terjadinya kebocoran di system udara akan mengakibatkan proses pembakaran
menjadi tidak sempurna serta mengakibatkan konsumsi bahan bakar meningkat dan jika
udara gas buang terhambat maka temperature kerja engine akan tinggi. Hasil
pemeriksaan visual dan pengukuran pada komponen Air Intake dan Exhaust System
dilakukan untuk membantu menemukan apakah komponen tersebut masih dapat
digunakan kembali atau tidak. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian
ditemukan adanya kotoran yang berwarna hitam pada intake system dikarenakan
adanya kebocoran oli pada komponen turbocharger akibat keausan dari bearing
journal dan Center Housing yang mengalami material abrasive dari oli pelumas,
Dengan bantuan pada literature SIS Caterpillar. Serta solusi yang tepat untuk mengatasi
kerusakan pada komponen Air Intake dan Exhaust System agar kinerja engine dalam
kondisi baik dan tidak mengalami kerusakan dini pada komponen Air Intake dan
Exhaust System.

Kata Kunci : Exhast Manifold, Intake Manifold, pemeriksaan dan pengukuran,

Turbocharger.

vi
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISA KERUSAKAN KOMPONENT AIR INTAKE DAN EXHAUST


SISTEM PADA ENGINE C7 CATERPILLAR

Nama : M. Akbar Arsad Tanjung


Nim : 15 610 092
Jurusn : Teknik Mesin
Program Studi : Alat Berat
Jenjang Studi : Diploma III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, 2017
Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II

Faisyal Umar, ST.,MT Muhammad Taufik, ST., M.Si


NIP. 19690217 199802 1 001 NIP. 19710106 199702 1 001

Mengesahkan :
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002

vii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

ANALISA KERUSAKAN KOMPONENTAIR INTAKE DAN


EXHAUST SYSTEM PADA ENGINE C7 CATERPILLAR

Nama : M. Akbar Arsad Tanjung


Nim : 15 610 092
Jurusn : Teknik Mesin
Program Studi : Alat Berat
Jenjang Studi : Diploma III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, 2017
Penguji I,
Nama : H. Baso Cante, ST., MT
NIP : 19691231 199512 1 001
Penguji II,
Nama : Ir. Abdul Muis
NIP : 19640622 199303 1 003

Penguji III,
Nama : Desy Erawati Indah, S. Psi.
NIP : 11. 141275. 01

Mengetahui :

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Ketua Program Studi


Teknik Alat Berat

Baso Cante, ST., MT Faisyal Umar,ST.,MT


NIP. 19691231 199512 1 001 NIP. 19690217 199802 1 001

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir

yang berjudul Analisa Kerusakan Komponen Air Intake & Exhaust System Engine

C7 Caterpillar dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan Diploma III (D3) di jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini, tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan berupa motivasi,

inspirasi serta materil dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Ibayasid, Msc selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.

3. Bapak Baso Cante, ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Negeri Samarinda.

4. Bapak Faisyal Umar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Alat Berat

Politeknik Negeri Samarinda.

5. Bapak Faisyal Umar. ST., MT selaku pembimbing I yang telah bersedia

memberikan waktunya untuk membimbing, memeriksa serta memberikan

masukan kepada saya guna menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Muhammad Taufik, ST., M.Si selaku pembimbing II yang telah bersedia

memberikan waktunya untuk membimbing, memeriksa serta memberikan

masukan kepada saya guna menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

ix
7. Seluruh dosen jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Samarinda khususnya

Prodi Alat Berat yang turut membantu dalam pembuatan tugas akhir.

8. Orang tua tercinta dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa

dan bantuan baik moral maupun materi kepada saya.

9. M. Arief Rosadi, A.Md dan Richie Feriyanto, A.Md yag turut membantu dalam

menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

10. Rekan-rekan Alat Berat Angkatan 2014 khususnya kelas A dan Alih Jenjang

yang seperjuangan selalu senasib sepenanggungan dalam menjalani Kuliah

selama 3 tahun di Teknik Alat Berat Politeknik Negeri Samarinda.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun secara tidak

langsung.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat

kekurangan, dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulisan yang akan datang lebih

baik lagi. Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi saya khususnya dan

pembaca pada umumya.

Samarinda, 21 Agustus 2017

M. Akbar Arsad Tanjung

NIM. 15 610 092

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .............................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR TABEL................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ............................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ............................................................. 3
1.4.Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 4
1.6 Metode Penelitian ............................................................ 4
1.6.1 Studi Perpustakaan ................................................... 4
1.6.2 Penelitian langsung ke Komponen ............................. 4
1.6.3 Eksplorasi Internet .................................................... 4
1.6.4 Interview .................................................................. 5
1.7 Sistematika Penulisan ...................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................... 7


2.1 Dasar – dasar engine ........................................................ 7
2.2 Dasar-dasar air intake & exhaust system ........................... 11
2.3 Sistem Pemasukan Udara dan Gas buang .......................... 12
2.4 Jenis-jenis System Pemasukan Udara ............................... 14
2.5 Komponen-komponen Air Intake & Exhaust System ......... 15
2.5.1 Pre Cleaner .............................................................. 16
2.5.2 Air Cleaner .............................................................. 18

xi
2.5.3 Turbocharger............................................................ 20
2.5.4 Intake Manifold ........................................................ 48
2.5.5 Aftercooler ............................................................... 49
2.5.6 Exhaust Manifold ..................................................... 51
2.5.7 Muffler ..................................................................... 52
2.5.8 Exhaust Stack ........................................................... 55
2.6 Prinsip Kerja Air Intake & Exhaust System ....................... 56
2.7 Macam – macam Keausan ................................................ 57
2.7.1 Abrasive Wear .......................................................... 57
2.7.2 Adhesive Wear .......................................................... 59
2.7.3 Erosion..................................................................... 60
2.7.4 Cavitation Erosion .................................................... 61
2.7.5 Contact Stress Fatique .............................................. 62
2.7.6 Corrosion ................................................................. 64
2.7.7 Freetting Corrosion .................................................. 64

BAB III DATA LAPANGAN ............................................................. 66


3.1 Metode Penelitian ........................................................... 66
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................ 66
3.3 Data Engine Electronic Caterpillar C7 .............................. 67
3.4 Spesifikasi Turbocharger ................................................. 68
3.5 Komponen- komponen ..................................................... 68
3.6 Spesifikasi Intake Manifold .............................................. 70
3.7 Spesifikasi Exhaust Manifold ........................................... 71
3.8 Buku Referensi dan Literature .......................................... 72
3.9 Alat dan Bahan Yang Digunakan ...................................... 72
3.10 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhhir ........................... 75

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................. 76


4.1 Remove dan Disassembly Procedure ................................. 76
4.2 Analisa Kerusakan Intake Manifold .................................. 82
4.2.1 Pemeriksaan Elbow dan Intake Manifold ................... 82
4.3 Analisa Kerusakan Turbocharger ..................................... 84
4.3.1 Pemeriksaan Turbocharger ....................................... 84
xii
4.3.2 Pemeriksaan Compressor dan Compressor Housinng . 84
4.3.3 Pemeriksaan Turbine Wheel dan Turbine Housing...... 86
4.4 Pemeriksaan Visual Turbocharger Engine C7 ................... 87
4.4.1 Pemeriksaan pada Compressor Housing .................... 88
4.4.2 Pemeriksaan pada Turbine Housing ........................... 89
4.4.3 Pemeriksan Inlet Flange Turbine Housing ................. 90
4.4.4 Pemeriksaan Visual Compressor Wheel ..................... 91
4.4.5 Pemeriksaan Visual Turbine Wheel dan Shaft ............. 94
4.4.6 Pemeriksaan Visual pada Center Housing Turbocharger 100
4.4.7 Pemeriksaan Visual pada Center Housing Bore .......... 101
4.4.8 Pemeriksaan Visual pada Wheel Shourd Turbocharger 102
4.4.9 Pemeriksaan Visual pada Jurnal Bearing Turbocharger 102
4.5 Data Pengukuran Turbocharger C7 .................................. 103
4.5.1 Pengukuran Turbine Wheel Shaft Assembly ................ 103
4.6 Analisa Kerusakan Exhaust Manifold ............................... 105
4.7 Install & Assembly Procedure .......................................... 106

BAB V PENUTUP ......................................................................... 110


5.1 Kesimpulan ...................................................................... 110
5.2 Saran ............................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 113

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Engine Diesel Caterpillar ...................................................... 7


Gambar 2.2 Siklus Empat Langkah Pembakaran ....................................... 8
Gambar 2.3 Air Intake dan Exhaust System .............................................. 12
Gambar 2.4 Jenis-jenis System Pemasukan Udara..................................... 14
Gambar 2.5 Komponen-komponen Air Intake dan Exhaust System ........... 15
Gambar 2.6 Pre Cleaner .......................................................................... 16
Gambar 2.7 Donaspin Pre-Cleaner type .................................................... 16
Gambar 2.8 Cyclone Tube Exhaust Dust Ejected type ............................... 17
Gambar 2.9 donaldson Fin Cyclopac type ................................................. 18
Gambar 2.10 Air Cleaner ......................................................................... 19
Gambar 2.11 Turbocharger ...................................................................... 20
Gambar 2.12 Bagian-bagian Turbocharger ................................................ 22
Gambar 2.13 Komponen-komponen Turbocharger .................................... 23
Gambar 2.14 Compressor Wheel .............................................................. 24
Gambar 2.15 Journal Bearing ................................................................... 25
Gambar 2.16 Retaining Ring .................................................................... 26
Gambar 2.17 Thrust Bearing .................................................................... 26
Gambar 2.18 Seal Ring ............................................................................ 27
Gambar 2.19 Housing Turbocharger ......................................................... 28
Gambar 2.20 Backing Plate ...................................................................... 29
Gambar 2.21 Pulse type ........................................................................... 29
Gambar 2.22 Split Pulse........................................................................... 30
Gambar 2.23 Turbocharger Compressor Housing ...................................... 31
Gambar 2.24 Cara Kerja Turbocharger ..................................................... 32
Gambar 2.25 Skema Kerja Wastegate Turbocharger .................................. 33
Gambar 2.26 Komponen Westegate .......................................................... 33
Gambar 2.27 Kebocoran Pada Turbocharger ............................................. 39
Gambar 2.28 Center Shaft dan Thrust Bearing .......................................... 40
Gambar 2.29 Patahan Pada Center Sahft ................................................... 41
Gambar 2.30 Center Shaft dan Heat Shield ............................................... 41
Gambar 2.31 Ring Seal Groove ................................................................ 42

xiv
Gambar 2.32 Catridge Turbocharger ......................................................... 43
Gambar 2.33 Turbine Wheel .................................................................... 44
Gambar 2.34 Compressor Wheel .............................................................. 45
Gambar 2.35 Bulatan Quench Pada Shaft ................................................. 45
Gambar 2.36 Shaft dan Turbine Wheel sebelum Pengelasan ...................... 46
Gambar 2.37 Patahan Pada Shaft .............................................................. 46
Gambar 2.38 Wheel Pecah ....................................................................... 47
Gambar 2.39 Kerusakan Turbiine Wheel .................................................. 48
Gambar 2.40 Intake Manifold .................................................................. 48
Gambar 2.41 Aftercooler.......................................................................... 49
Gambar 2.42 Air To Air Aftercooler (ATAAC) .......................................... 49
Gambar 2.43 Jacket Water Aftercooler (JWAC) ........................................ 50
Gambar 2.44 Separate Circuit Aftercooler (SCAC) ................................... 51
Gambar 2.45 Exhaust Manifold ................................................................ 52
Gambar 2.46 Muffler ............................................................................... 52
Gambar 2.47 Straight Trought Muffler type .............................................. 53
Gambar 2.48 Reverse Flow Muffler ......................................................... 54
Gambar 2.49 Spark Errester Muffler......................................................... 54
Gambar 2.50 Exhaust Stack ..................................................................... 55
Gambar 2.51 Alir Air Intake & Exhaust System ........................................ 56
Gambar 2.52 Abrasive Wear ..................................................................... 57
Gambar 2.53 Partikel Abrasive Wear ........................................................ 58
Gambar 2.54 Adhesive Wear .................................................................... 59
Gambar 2.55 Tanda Adhesive Wear .......................................................... 59
Gambar 2.56 Erosion............................................................................... 60
Gambar 2.57 Cavitation Erosion .............................................................. 61
Gambar 2.58 Contact Stress Fatigue ......................................................... 62
Gambar 2.59 Kontak Sliding .................................................................... 63
Gambar 2.60 Kontak Rolling ................................................................... 63
Gambar 2.61 Corrosion ............................................................................ 64
Gambar 2.62 Freeting .............................................................................. 64
Gambar 3.1 Spesifikasi Engine Electronic Diesel C7 Caterpillar ............... 67
Gambar 3.2 Turbocharger With Wastegate C7 ........................................... 68
Gambar 3.3 Kompinen Luar Turbocharger Setelah Dibongkar ................... 68
xv
Gambar 3.4 Komponen Dalam Turbocharger Setelah Dibongkar ............... 69
Gambar 3.5 Elbow Intake Manifold.......................................................... 70
Gambar 3.6 Cover Intake Manifold Engine C7 ......................................... 71
Gambar 3.7 Exhaust Manifold Engine 7 ................................................... 71
Gambar 3.8 Literature .............................................................................. 72
Gambar 4.1 Elbow ................................................................................ 82
Gambar 4.2 Elbow Surface ...................................................................... 83
Gambar 4.3 Cover Intake Manifold .......................................................... 83
Gambar 4.4 TurbineWheel and Shaft Assembly ........................................ 94
Gambar 4.5 Center Housing Turbocharger C7........................................... 100
Gambar 4.6 Pemeriksaan Visual dengan Mistar Penggris .......................... 103
Gambar 4.7 Pengukuran Menggunakan Fixture Group .............................. 104
Gambar 4.8 Exhaust Manifold.................................................................. 105

xvi
DAFTAR TABEL

Table 3.1 Keterangan KomponenLuar Turbocharger ................................. 69


Tabel 3.2 Keterangan Komponen Dalam Turbocharger ............................. 70
Tabel 3.3 Peralatan Yang Digunakan ........................................................ 72
Tabel 4.1 Remove Procedure Air Intake & Exhaust Manifold .................... 76
Tabel 4.2 Disassembly Procedure Turbocharger Engine C7 ....................... 77
Tabel 4.3 Pemeriksaan Pada Compressor Housing .................................... 88
Tabel 4.4 Pemeriksaan Visual Pada Turbine Housing ................................ 89
Tabel 4.5 Pemeriksaan Visual Pada Inlet Flange Turbine Housing ............. 90
Tabel 4.6 Pemeriksaa Visual Pada Blade Compressor Wheel ..................... 91
Tabel 4.7 Pemeriksaan Visual Pada Nut face Compressor Wheel ............... 92
Tabel 4.8 Pemeriksaan Visual Pada Back face Compressor Wheel ............. 93
Tabel 4.9 Pemeriksaan Visual Pada Blade Turbine Wheel.......................... 94
Tabel 4.10 Pemeriksaan Visual Pada Back Face Blade Turbine Wheel ....... 95
Tabel 4.11 Pemeriksaan Visual Pada Seal Ring Groove ............................. 96
Tabel 4.12 Pemeriksaan visual Pada Bearing Journal Shaft........................ 96
Tabel 4.13 Pemeriksheel Visual Pada Shaft area Turbine Wheel ................ 97
Tabel 4.14 Pemeriksaan Visual pada ThreadArea Nut................................ 98
Tabel 4.15 Pemeriksaan Visual pada Hub Area ......................................... 99
Tabel 4.16 Pemeriksaan Visual pada Center Housing ................................ 101
Tabel 4.17 Pemeriksaan Visual pada Wheel Shourd .................................. 102
Tabel 4.18 Pemeriksaan Visual pada Journal Bearing ................................ 102
Tabel 4.19 Hasil Pengukuran Kebengkokan Shaft ..................................... 104
Tabel 4.20 Assembly Procedure Turbocharger Engine C7.......................... 106
Tabel 4.21 Instal Procedure Intake & Exhaust Manifold Engine C7 ........... 109

xvii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada Elektronik, power engine haruslah selalu dijaga dengan memastikan semua sistem

pada engine dapat berkerja sesuai dengan fungsinya, Sistem yang ada pada sebuah

engine adalah sistem masuk udara & keluar gas buang (Air intake & Exhaust system),

sistem pelumasan (Lubrication system), sistem bahan bakar (Fuel system), sistem

pendinginan (Cooling system), dan sistem Elektrikal (Electrical system).

Air intake & Exhaust system berfungsi untuk menyalurkan udara segar atau bersih ke

dalam ruang bakar engine dan mengeluarkan gas hasil pembakaran ke udara bebas.

Sistem ini memiliki beberapa komponen seperti: pre cleaner, air cleaner, turbo charge,

intake & exhaust manifold, muffler , after cooler, dust indicator, dan lain-lain

Sistem Air intake & Exhaust adalah suatu rangkaian untuk menyediakan udara yang

cukup untuk proses pembakaran dan membuang gas hasil pembakaran ke atmosfer

sehingga engine bekerja secara optimal.

Kerja sebuah engine diesel sangat dipengaruhi oleh sistem pemasukan udara,

khususnya pada engine electronic, tenaga yang dihasilkan oleh engine berasal dari

proses pembakaran didalam ruang bakar, pembakaran akan terjadi apabila ketiga unsur

tersebut dipenuhui dengan baik, Jadi selain panas dan bahan bakar. Udara sangat

berperan penting dalam terjadinya pembakaran.

Sehingga apabila rangkaian komponen yang ada pada sistem Air intake & exhaust

mengalami kerusakan maka tidak bekerjanya secara maksimal, sehingga suplaian udara

akan terganggu dan gas buang mengalami hambatan, ini akan berpengaruh terhadap

proses pembakaran sehingga tenaga yang di hasilkan oleh engine tidak optimal.
2

menyebabakan low power pada engine, usia engine akan lebih pendek, konsumsi bahan

bakar akan lebih banyak atau boros. Hasilnya akan membuat kerugian pada pihak

pemilik engine itu sendiri

Kasus terjadi pada engine C7 caterpillar, engine tersebut mengeluarkan asap hitam

(Black smoke) yang disebabkan campuran udara dan bahan bakar tidak tepat sehingga

pembakaran tidak sempurna, penyebab utamanya yang mempengaruhi karena adanya

hambatan pada sistem pemasukan udara, terjadinya kerusakan pada sistem tersebut

dimana filter udara dan intake manifold mengalami kebocoran atau kebuntuan serta

gangguan pada turbocharger sehingga menyebabkan aliran suplaian udara berkurang.

Melihat hal diatas yang melatarbelakangi penulis dalam memilih untuk judul tugas

akhir ini yaitu :

“Analisa Kerusakan Komponen pada Air intake & Exhaust System Engine tipe C7

Caterpillar”

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apa saja penyebab yang dapat menjadi faktor kerusakan komponen Air intake &

Exhaust system sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya”

1.3 Batasan Masalah

Didalam penganalisaan ini penulis membatasi permasalahan agar tujuan

penelitian lebih khusus, maka penulisan hanya menitik beratkan masalah sebagai

berikut :

1. Menjelaskan sistem kerja Air intake & Exhaust system pada Engine C7

Caterpillar
3

2. Melakukan visual inspection, pengukuran pada komponen Air intake & Exhaust

system pada Engine C7 Caterpillar

3. Membahas penyebab kerusakan komponen Air intake & Exhaust system pada

Engine C7 Caterpillar

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam pengerjaan tugas akhir ini

adalah, sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui kerusakan terhadap komponen Intake manifold pada engine

C7 Caterpillar dengan cara melakukan visual inspection, dan pengetesan pada

Air intake & Exhaust system.

2. Dapat mengetahui kerusakan terhadap komponen Turbocharger pada engine C7

Caterpillar dengan cara melakukan visual inspection, pada Air intake & Exhaust

system.

3. Dapat mengetahui kerusakan terhadap komponen Exhaust manifold pada engine

C7 Caterpillar dengan cara melakukan visual inspection, dan pengetesan pada

Air intake & Exhaust system.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan yang ingin dicapai dalam pengerjaan tugas akhir

ini adalah, sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan pemahaman tentang kerusakan pada komponen Air intake

& Exhaust pada engine C7 Caterpillar.


4

2. Dapat dijadikan referensi mekanik dalam proses perawatan atau perbaikan

komponen Air intake & Exhaust system dan referensi dalam proses

pembelajaran dalam bidang perguruan tinggi.

3. Dapat mengetahui dan mengambil langkah jika terjadi kerusakaan pada

komponen di Air intake & Exhaust system engine C7 caterpillar.

1.6 Metode Penulisan

Metode penulisan dalam laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1.6.1 Studi perpustakaan

Yaitu mencari literature yang berasal dari buku-buku pendukung yang memuat

berbagai informasi maupun keterangan lainnya tentang analisa yang direncanakan.

1.6.2 Penelitian dilakukan dengan menguji coba alat langsung ke komponen.

1.6.3 Eksplorasi Internet

Penelitian dilakukan dengan menguji coba alat langsung ke komponen. Yaitu mencari

data-data referensi melalui data internet karena data-data yang bisa ditemukan sangat

beragam dan mudah untuk didapat.

1.6.4 Interview

Yaitu mengadakan serangkaian wawancara tanya jawab langsung pada dosen

pembimbing dan pihak-pihak yang berkompeten dibidang Air intake & Exhaust system.

1.7 Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir

ini adalah sebagai berikut:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
5

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang : Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan

Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan,

Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang : Dasar-dasar engine, Dasar-dasar Air intake &

Exhaust system, Sistem pemasukan udara dan pengeluaran gas buang, Jenis-

jenis sistem pemasukan udara, Komponen Air intake & Exhaust system,

Prinsip kerja Air intake & Exhaust system, macam-macam keausan

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang : Metode Penelitian, Waktu dan Lokasi Penelitian,

Spesifikasi Engine, Spesifikasi turbocharger, Komponen turbocharger,

Spesifikasi Intake manifold, Spesifikasi Exhaust manifold, Buku refrensi dan

literature, Alat dan Bahan Penelitian, Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang : Proses Remove, Dissasemble Komponen,

Proses Visual Inspection Intake manifold, Proses Visual Inspection

Turbocharger, proses Visual Inspection Exhaust manifold.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang : Kesimpulan dari hasil analisa dan saran yang sifatnya

membangun agar ke depannya hasil dari analisa tugas akhir ini dapat lebih

baik.

DAFTAR PUSTAKA
6

Berisi daftar referensi rujukan yang penulis ambil dari beberapa buku

dan artikel lainnya yang terdapat di dalam tugas akhir ini. Yaitu terdiri dari

nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit dan tahun terbit.

LAMPIRAN DATA SIS

Berisi referensi rujukan yang penulis ambil dari Service Information System penerbit

Caterpillar Inc.
7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Dasar-dasar Engine

Engine adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk merubah energi panas

yang dimiliki oleh bahan bakar menjadi gerak. Berdasarkan definisi dari engine maka

dapat dikatakan bahwa engine adalah sumber tenaga untuk menggerakan unit atau

mesin. Pada produk caterpillar, aplikasi engine terbagi dalam beberapa kategori antara

lain pada sector industrial, marine, generator, pertanian, dan berbagai macam aplikasi

industrial lainnya;

Pada produk caterpillar terdapat berbagai bentuk dan ukuran yang disesuaikan

berdasarkan aplikasi dan dikelompokan berdasarkan jenis dan model. Seperti contoh

dibawah ini :

Gambar 2.1 Engine Diesel

Seluruh engine Caterpillar menggunakan sistem pembakaran dalam (Internal

Combustion system) dengan menggunakan prinsip empat langkah. Adapun pengertian

dari prinsip empat langkah yaitu proses untuk menghasilkan tenaga atau kerja

dibutuhkan dua kali putaran crankshaft dan empat kali langkah piston (naik turun).
8

Adapun proses empat langkah yaitu: langkah pemasukan (Intake stroke), langkah

kompresi (Compression stroke), langkah tenaga (Power stroke), dan langkah

pembuangan (Exhaust stroke).

Gambar. 2.2 Siklus empat langkah pembakaran


1. Langkah pemasukan

2. Langkah kompresi

3. Langkah kerja

4. Langkah pembuangan
9

1. Langkah Pemasukan (Intake Stroke)

Siklus engine dimulai dari intake stroke. Mula mula, intake valve terbuka.

Bersamaan dengan itu, piston bergerak menuju Titik Mati Bawah atau TMB yaitu

merupakan titik terbawah yang mampu dicapai piston dan akan menyedot udara ke

dalam ruang pembakaran. Crankshaft berputar 1800 atau setengah putaran, sementara

exhaust valve tetap tertutup.

2. Langkah Kompressi/Tekan (Compression Stroke)

Pada langkah kompresi (compression stroke) intake valve menutup, menyekat

ruang pembakaran. Piston bergerak naik sampai posisi teratas pada cylinder liner.

Posisi ini disebut Titik Mati Atas atau TMA. Udara yang terperangkap akan tertekan

dan menjadi sangat panas. Perbandingan antara volume udara sebelum dan sesudah

ditekan disebut perbandingan kompresi (compression ratio).

3. Langkah Tenaga (Power Stroke)

Bahan bakar diesel disemprotkan menjelang akhir compression stroke. Ini

menghasilkan pembakaran dan dimulainya langkah tenaga (power stroke). Intake dan

exhaust valve tetap tertutup untuk mennyekat ruang pembakaran. Gaya dari hasil

pembakaran mendorong piston turun dan menyebabkan connecting rod memutar

crankshaft 1800 lagi. Pada saat ini crankshaft telah mela- kukan satu setengah putaran

sejak siklus pertama dimulai.


10

4. Langkah Pembuangan (Exhaust Stroke)

Exhaust stroke adalah langkah terakhir dari Siklus 4 Langkah. Pada langkah

buang (exhaust stroke), exhaust valve terbuka, piston bergerak naik dan mendorong gas

hasil pembakaran keluar dari cylinder. Pada posisi TMA, exhaust valve menutup, intake

valve membuka, dan siklus dimulai dari awal lagi. Saat ini connecting rod telah

memutar crankshaft 1800 lagi.

Exhaust stroke mengakhiri proses Siklus 4-Langkah. Dan selama proses tersebut,

crankshaft telah menyelesaikan 2 x 3600. Secara berurutan adalah sebagai berikut :

Intake, Compression, Power dan Exhaust stroke, dan dinamai "Siklus 4-Langkah".

Engine Caterpillar menggunakan Siklus 4-Langkah dan berlangsung terus menerus

selama engine hidup. Urutan terjadinya pembakaran pada masing-masing cylinder

disebut urutan pengapian (firing order).

Pada engine diesel, siklus empat langkah tersebut akan terus menerus berulang dan

menghasilkan tenaga.

Selain siklus empat langkah tersebut, engine diesel didukung oleh beberapa

sistem yang membantu engine dalam menigkatkan performa engine menjadi lebih

maksimal antara lain: sistem pemasukan udara dan pengeluaran gas buang (Air intake

& Exhaust system), sistem bahan bakar (Fuel system), sistem pelumasan (Lubrication

system), sistem pendingin (Cooling system), dan sistem kelistrikan (Electrical system).
11

2.2. Dasar-dasar air intake & exhaust system.

Pada dasarnya air intake and exhaust system berfungsi untuk menyalurkan udara

kedalam ruang bakar dan membuang gas hasil pembakaran. System ini sangat vital

terrhadap baik tidaknya performance engine dan besar kecilnya tenaga yang di

hasilkan. Tenaga yang dihasilkan oleh engine berasal dari peroses pembakaran didalam

ruang bakar, sempurna atau tidaknya pembakaran yang terjadi akan berpengaruh

terhadap tenaga yang di hasilkan oleh engine.

Ada tiga factor yang diperlukan dalam pembakaran yaitu:

Panas + Udara + Bahan Bakar = Pembakaran


Jadi selain panas dan bahan bakar udara sangat berperan penting dalam

terjadinya pembakaran, pada diesel engine diperlukan banyak udara untuk pembakaran

karena compression ratio pada engine diesel juga besar yaitu sekitar 13 : 1 sampai 20 :

1, Udara dan bahan bakar yang dipanaskan akan menghasilkan pembakaran , sehingga

menghasilkan gaya yang diperlukan untuk memutarkan engine.

Udara yang mengandung bahan Oksigen diperlukan untuk membakar bahan

bakar. Sementara bahan bakar menghasilkan gaya, ketika bahan bakar dikabutkan di

ruang bakar maka bahan bakar akan sangat mudah untuk dinyalakan dan akan terbakar

dengan efisien.

Pembakaran dapat terjadi ketika campuran bahan bakar dan udara dikompresikan

sampai dihasilkan panas yang cukup (±1000ºF) sehingga dapat menyala tanpa bantuan

percikan bunga api. Berbeda dengan motor bensin yang memiliki kompresi hanya

sekitar 8 : 1 sampai 11 : 1 sehingga dalam proses pembakarannya memerlukan percikan

bunga api. Sistem udara masuk harus menyediakan udara yang cukup bersih untuk

pembakaran, untuk itu diperlukan sistem pemasukan udara dan pembuangan gas sisa

pembakaran, agar engine dapat beroprasi dengan baik.


12

2.3. Sistem pemasukan udara dan pengeluaran gas buang

Pada engine diesel, sangat diperlukan jumlah udara yang tepat pada ruang

pembakaran serta pengaturan yang lancar atau seminimal mungkin mendapatkan

hambatan pada saat proses pengeluaran gas buang. Dikatakan efisien jika ke dua proses

tersebut terpenuhi dan juga suhu udara masuk dan gas buang yang keluar juga

merupakan hal penting pada performa dan usia pakai engine. Sistem air intake &

exhaust berfungsi untuk menyalurkan suplaian udara yang cukup pada ruang

pembakaran untuk proses pembakaran dan membuang gas buang dari hasil pembakaran

menuju atmosfir.

Gambar. 2.3 Air intake & Exhaust system


13

Pada sistem air intake dan exhaust dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Intake System : pada sistem intake bertugas sebagai menyediakan udara yang

bersih, kering, dan cukup untuk melakukan proses pembakaran melalui

komponen air cleaner, aftercooler, dan intake manifold

b. Exhaust System : pada sistem exhaust bertugas sebagai membuang gas buang

dari hasil proses pembakaran dari engine keluar menuju atmosfir melalui

komponen exhaust manifold, muffler, dan exhaust stack, serta memberikan

kerja pada komponen turbocharge dengan memanfaatkan gas buang.

Pada kedua bagian rancangan Air intake & Exhaust harus memadai atau memastikan

bahwa tidak terjadinya kebocoran udara dan meminimalkan hambatan

a. rancangan sistem intake : memastikan kebocoran tidak terjadi dan memastikan

hambatan minimum terhadap aliran udara

b. rancangan sistem exhaust : memastikan hambatan terhadap aliran gas minimum

dan memastikan bahwa tingkat kebisingan dikurangi dengan memenuhi standar

yang tepat.
14

2.4. Jenis-jenis sistem pemasukan udara

Gambar. 2.4 jenis sistem pemasukan udara

Terdapat 3 jenis dari sistem pemasukan udara yaitu :

1. Natural Aspirated merupakan system pemasukan udara kedalam ruang bakar

secara alamiah. Hisapan piston saat langkah intake mengakibatkan udara luar

mengalir melewati precleaner, air cleaner , intake manifold karena terjadi

kevakuman diruang bakar. Apabila terjadi hambatan pada air cleaner dan system

intake, kerapatan udara yang dihisap menjadi sangat rendah dibanding kerapatan

udara atmosphere. Karena jumlah udara terbatas maka bahan bakar yang

diinjeksikan juga terbatas sehingga tenaga yang dihasilkan juga terbatas.

2. Turbocharger engine dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan dan

efisiensi engine. Turbocharger berputar menghisap udara luar melewati

precleaner dan air cleaner kemudian menekannya menuju ruang pembakaran

melewati intake manifold. Tekanan udara yang bisa dihasilkan dengan

menggunakan turbocharger sebesar 10-25 Psi diatas tekanan atmosphir.

3. Turbocharge with Aftercooler, Pada saat turbocharger mengkompresikan udara,

temperature pun tentunya naik, udara yang bertemperature tinggi memiliki


15

kerapatan dan jumlah oksigen rendah, kondisi ini tentunya mengakibatkan

turbocharger tidak maksimal dalam meningkatkan efisiensi. Untuk itu

dipergunakanlah aftercooler untuk menurunkan temperature udara yang berasal

dari turbocharger sebelum masuk kedalam silinder. Penurunan temperature ini

meningkatkan kerapatan udara sehingga jumlah oksigen yang masuk kedalam

silinderpun meningkat. Peningkatan jumlah oksigen didalam silinder dapat

menghasilkan tenaga yang lebih besar dan efisiensi bahan bakar.

2.5. Komponen - komponen Air intake & Exhaust system

Gambar. 2.5 Komponen-komponen Air intake & Exhaust system


Air intake & Exhaust system terdapat komopnen-komponen sebagai berikut :

1. Pre-cleaner 2. Air cleaner

3. Turbocharger 4. Intake manifold

5. After cooler 6. Exhaust manifold

7. Exhaust stack 8. Muffler

2.5.1 Pre Cleaner


Pre-cleaner terletak pada lokasi sebelum udara memasuki air cleaner. Tujuan

penggunaan precleaner adalah untuk menyaring partikel debu atau kotoran yang lebih

besar sebelum memasuki air cleaner. Hal ini akan meningkatkan usia pakai air cleaner.
16

Gambar. 2.6 Pre cleaner

Pada produk caterpillar pre-cleaner terdapat beberapa jenis, yaitu :

1. Donaspin pre-cleaner

Gambar. 2.7 Donaspin pre-cleaner type

Pada jenis Donaspin pre-cleaner, dirancang untuk membuang partikel kotoran

besar dari udara yang masuk, partikel kotoran tersebut kemudian akan bergulung keluar

oleh gaya sentrifugal, sehingga menabrak clear cover dan jatuh ke dasar, dimana

partikel kotoran tersebut menumpuk, sehingga perlu petugas penyervisan atau operator

untuk membersihkan nya.

2. Cyclone tube exhaust dust ejected pre-cleaner


17

Gambar. 2.8 cyclone tube exhaust dust ejected type

Pada jenis cyclone tube exhaust dust ejected, memiliki keunggulan dibandingkan

jenis pre-cleaner konvensional dimana partikel kotoran yang tersaring dibuang

langsung ke muffler, Saat udara akan masuk ke dalam ruang bakar akan diputar oleh

komponen tersebut. Udara yang diputar tersebut akan mengakibatkan kotoran-kotoran

yang ada akan terlempar ke luar dan tertampung di bagian bawah dari pada pre-cleaner,

Pre-cleaner dihubungkan dengan muffler melalui sebuah pipa penghisap, pada saat

engine mengeluarkan gas buang melalui muffler, partikel debu-debu tersebut akan ikut

keluar bersama gas buang.

3. Donaldson fin cyclopac


18

Gambar. 2.9 Donaldson fin Cyclopac type

Pada jenis Donaldson fin cyclopac, udara yang diinduksi didorong bergerak di

seputar rangka baja (steel casing) filter assembly oleh plastic fin (sirip plastik) filter

element. Ini menimbulkan gerakan berputar, yang mendorong partikel-partikel berat

keluar oleh gaya sentrifugal. Partikel-partikel berat tersebut didorong keluar ke steel

casing dimana partikel-partikel tersebut jatuh ke dasar unit dan dikeluarkan melalui

lower flap sedangkan udara bersih akan menuju sistem.

2.5.2 Air Cleaner


Air cleaner adalah sebagai saringan kedua sesudah pre-cleaner, yang berfungsi

sebagai Alat pembersih udara, sehingga debu, pasir, dan kotoran yang berukuran sangat

kecil dapat dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk keruang bakar, kotoran , debu

dan pasir yang ada diatmosfir merupakan substansi keras yang menyebabkan kerusakan

pada selinder dan piston pada engine dimana debu tersebut terhisap bersama dengan

udara. Air cleaner terdapat sebuah filter element yang membuang partikel kotoran halus

dari udara sebelum masuk kedalam engine serta dilengkapi dengan Elemen Kedua

(Secondary Filter) yang disebut sebagai Safety Elemen.


19

Gambar. 2.10 Air cleaner

Pada Air cleaner dilengkapi dengan service indicator atau restriction indicator,

komponen tersebut akan mendeteksi besarnya hambatan melalui air cleaner sehingga

dapat diketahui apabila filter tersumbat, service indicator ini juga merupakan metode

yang paling akurat kapan air cleaner harus dibersihkan.

Pada saringan udara terdapat dua jenis, yaitu :

1. Dry Element (tipe kering)

Dry element air cleaner merupakan jenis paling umum digunakan pada engine,

saringan jenis ini dibuat dari lipatan kertas yang digunakan untuk menyaring debu pada

udara yang akan masuk ke engine, pada jenis ini memerlukan pembersihan secara rutin

dan penggantian pada interval waktu yang ditentukan

2. Wet Element (tipe basah)

Wet element merupakan saringan yang mengandung oli (oli melekat pada permukaan

kertas) digunakan sebagai elemen penyaring pada air cleaner, partikel kotoran akan

menempel pada dinding-dinding kertas filter yang mengandung oli, jumlah kotoran

yang dapat disaring lebih banyak dibandingkan saringan filter kering, pada jenis wet

element air cleaner tidak perlu dilakukan pembersihan seperti pada air cleaner tipe

kering akan tetapi jangka waktu tertentu harus dilakukan penggantian.


20

2.5.3 Turbo charger


Turbocharger adalah sebuah kompresor sentrifugal yang mendapat daya dari

turbin yang sumber tenaganya berasal dari asap gas buang engine. Biasanya digunakan

dalam pembakaran mesin untuk meningkatkan tenaga dan efisiensi mesin dengan

meningkatkan tekanan udara yang memasuki mesin. Keuntungan dari turbocharger

adalah memberi udara yang lebih sehingga menghasilkan peningkatan yang cukup

banyak dalam power atau tenaga mesin serta meningkatnya efisiensi ahan bakar,

pembakaran menjadi lebih sempurna, hingga emisi gas buang menjadi lebih bersih.

Gambar. 2.11 Turbo charger

1. Sejarah turbocharger

Turbocharger ditemukan oleh seorang insinyur Swiss Alfred Buchi. Patennya

untuk turbocharger diaplikasikan untuk dipakai tahun 1905. Lokomotif dan kapal

bermesin diesel dengan turbocharger mulai terlihat tahun 1920. Hanya dalam dekade

terakhir ini Turbocharger telah dikembangkan hingga memiliki tingkat ketahanan dan

performa tinggi dan dipasang dalam banyak aplikasi Engine untuk meningkatkan

efisiensi Diesel Engine.

2. Fungsi turbocharger

Dalam sistem pemasukan udara dan pengeluaran gas buang, Turbocharger berfungsi:
21

a. Menormalkan suplaian udara

Menormalkan artinya mempertahankan pasokan udara agar selalu sama, seperti

pada Engine Naturally Aspirated (tidak menggunakan Turbocharger) yang beroperasi

didaerah sejajar dengan permukaan laut. Saat Engine beroperasi didataran tinggi akan

didapatkan kondisi kepadatan udara semakin berkurang. Pada kondisi ini engine

membutuhkan Turbocharger untuk mengumpulkan dan memasukkan udara dalam

jumlah yang lebih banyak. Jika fungsi menormalkan suplai udara tidak dipertahankan,

maka saat kepadatan udara berkurang, jumlah bahan bakar harus dikurangi pula agar

tidak terjadi kelebihan bahan bakar. OIeh karena itu fungsi menormalkan

memungkinkan Engine menghasilkan daya atau Horse Power normal diketinggian

daerah operasi yang beragam.

b. Menigkatkan suplai udara

Fungsi kedua dari Turbocharger adalah mendorong atau menambahkan pasokan

udara agar engine mendapatkan jumlah oksigen yang lebih banyak dalam kondisi

normal. Hal ini memberi efek penghematan bahan bakar, kualitas pembakaran yang

lebih baik, dan suara gas buang yang lebih rendah. Kualitas pembakaran yang lebih

baik tidak hanya berakibat kepada peningkatan efisiensi bahan bakar namun juga kadar

emisi gas buang yang lebih rendah.

3. Bagian-bagian turbocharger
22

Compressor Housing

Turbine Housing
Rotor Assembly

Gambar. 2.12 Bagian-bagian Turbocharger

Turbocharger terdiri atas tiga bagian, rotor assembly, turbine housing

(digerakan oleh exhaust) dan compressor housing (sisi intake). Rotor assembly

mengandung dua plain bearing, piston ring tipe seal ,retainer Thrust bearing, dan

turbine dan compressor wheel, juga terdapat jalur untuk suplai dan pembuangan oli dan

dari housing.

Saat terangkai compressor wheel, center shaft, dan turbine wheel, menjadi satu

kesatuan utuh yang berputar di journal bearing free-floating. Sebuah thrust bearing

yang diam terletak didekat compressor wheel mengatur end play. Turbocharger yang

lebih besar mempunyai dua journal bearing yang terpisah, sementara beberapa unit

yang lebih kecil mempunya bearing cardtridge tunggal. Thrust washer diposisikan

disetiap sisi thrust bearing dengan spacer ditengah. Saat compressor wheel terpasang,

retaining nut menekan wheel, thrust washer dan spacer melawan shoulder di center

shaft, menyebabkan semua komponen menjadi sebuah rangkaian berputar. Semua

bearing berputar diatas bantalan oli selama beroprasi.

Turbine back plate, atau heat shield, dan air space dibelakangnya berfungsi

sebagai penyekat untuk mencegah suhu panas exhaust memasuki center housing, oil
23

pelumasan membuang panas yang merambat ke center shaft, turbine wheel, dan

bearing.

Walaupun suhu pada turbine wheel dapat setinggi 760ºC (1400ºF) suhu normal di

journal bearing di bawah 150ºC (300ºF) karena efek pendinginan dari oli pelumas.

4. Komponen-komponen pada Turbocharger

Gambar. 2.13 Komponen-komponen turbocharger

a) Centershaft dan turbine wheel

Bagian-bagian turbo yang di buat untuk tahan terhadap panas dan beban yang

diberikan selama operasi. Shaft dan turbine wheel dapat di satukan bersama secara

inertial (spin) weld dan electron beam weld, Center shaft dan turbine wheel dibuat

terpisah dan kemudian disatukan bersama dengan salah satu dari dua proses: friction

atau electron beam weld. Center shaft dan turbine wheel yang ditunjukan di gambar

disatukan dengan inertia weld kemudian dikeraskan dan diseimbangkan.

Center shaft dibuat dari baja berkekuatan tinggi yang sangat magnetik. Setelah

disatukan dengan interval weld ke wheel, shaft dikeraskan secara induksi, shaft ini

tidak dirancang untuk tahan panas dan tidak boleh terpapar ke suhu tinggi dimana

bearing terpasang, untuk mencapai kekerasan sekitar Rockwell C-55.


24

Turbine wheel terbuat dari logam tuang campuran nikel yang mengandung lebih

dari 100% krom dan kurang dari 1% besi tulang. Logam ini pada dasarnya nonmagnetic

dan dapat tahan lama terhadap suhu tinggi tanpa mengalami penurunan kualitas.

b) Compressor wheel

Compressor wheel di buat dari logam campuran alumunium yang bermutu dan

berkekuatan tinggi. Perlakuan khusus diberikan dalam proses logam campuran ini

untuk menghindari pengelupasan dan masuknya material asing yang dapat

melemahakan dan menyebabkan keretakan. Logam ini tidak dirancang untuk tahan

terhadap panas dan tidak boleh terpapar suhu tinggi.

Gambar. 2.14 Compressor wheel

Rancangan dari blade compressor wheel dapat berupa staight atau back curvet.

Cara termudah untuk melihat perbedaannya adalah dengan membandingkan keduanya.

Perhatikan bahawa kemiringan blade dari wheel yang dibawah lebih besar

dibandingkan dengan wheel yang di atas. Rancangan wheel dibawah adalah back curve.

Saat rpm meningkat, gaya sentrifugal mencoba untuk meluruskan blade. Jadi, seiring

dengan naik atau trunnya rpm, beban tekuk yang terjadi karena adanya putaran (cylic

bending load) ditempatkan pada blade, dan beban yang terjadi karena adanya putaran

(cylic load) dari gaya sentrifugal lebih besar dibandingkan dengan cyclic bending load

dari udara yang bertekanan. Adalah cyclic load yang menyebabkan patahan akibat
25

kelemahan pada logam (fatigue farcture). Blade dirancang untuk tahan terhadap cyclic

bending load yang besar, sebagaimana juga dengan pembebanan yang lebih ringan

akibat udara yang bertekanan.

c) Journal bearing

Gambar. 2.15 Journal bearing

Jornal bearing yang mengembang secara bebas (free-floating) dapat dibuat dari

logam campran/tembaga/timah atau alumunium, tergantng dari rancangan turbonya.

Pada turbocharger lama, banyak bearing yang dibuat dari timah secara keseluruhan,

sementara pada rancangan bearingnya yang lebih baru memiliki kandungan timah yang

lebih rendah. Timah bertindak sebagai pelumas selama periode pelumasan yang

sebentar (seperti saat startup).

Beberapa bearing memiliki lapisan timah tipis pada permukaan logam

campuran/tembaga/timah-nya untuk meningkatkan pelumasan saat stratup. Diameter

luar dan dalam dari bearing dibuat secara teliti untuk memastikan clearance dan

ketebalan lapisan oli yang tepat. Beberapa bearing memiliki lubang-lubang oli yang

ditiruskan (champered) untk menhilangkan ketidakteraturan akibat pengeboran dan

memberikan aliran oli. Yang bebas saat bearing berputar. Beberapa bearing lain

memiliki alr oli pada sisi-sisinya.

d) Retaining ring (Gelang penahan)


26

Gambar.2.16 Retaining ring

Retaining snap ring journal bearing di stamp dari baja dengan tingkat kekuatan

dari daya renggang tinggi. Proses stamp menyebabkan satu sisi bertepi bndar dan satu

sisi bertepi tajam. Bagian yang halus yang bertepi bulat harus selalu terpasang

mengarah ke bearing untuk meminimalkan pengikisan akibat persentuhan.

e) Thrust bearing

Gambar. 2.17 Thrust bearing

Thrust bearing di buat dari tembaga/timah dan logam campuran alumunium

berkekuatan tinggi. Beberapa bearing berlapis timah tipis untuk meningkatkan

pelumasan saat star-up. Thrust bearing tidak bergerak sementara thrust washer yang

bersebelahan dengannya berputar dengan rpm shaft penuh. Karena ini, thrust bearing

menyerap lebih banyak energy dibandingkan bearing turbo yang lain dan oleh
27

karenanya lebih sensitive terhadap pelumas yang sekilas, material asing, pembebanan

akhir yang abnormal. Beberapa thrust bearing memiliki jalur oli yang dibor, untuk

memberikan pelumasan langsung ke permukaan kontak thrust.

f) Seal ring

Gambar. 2.18 Seal ring

Seal ring pada sisi panas dibuat dari logam campuran besi ber-krom tinggi dan

dirancang untuk menahan suhu tinggi. Seal ring pada sisi dingin dibuat dari besi tuang

dan tidak boleh terpapar dengan suhu tinggi. Keduanya dibuat dengan teliti untuk

memastikan kebundaran, kehalusan permukaan, dan daya pegas yang memadai. Aspek-

aspek ini menahan seal ring dari berputar di dalam bore dan dari kebocoran. Saat seal

ring terpasang, celah pada ujungnya harus sekitar 0,250 mm (0,010”) (mengacu pada

service manual untuk sepesifikasi yang tepat).

g) Housing Turbocharger
28

Gambar. 2.19 Housing turbocharger

Turbocharger housing terdiri atas compressor housing, center housing dan turbine

housing.

Compressor housing dibuat dari logam campuran tuang alumunium.

Ketegaklurusan dan kesejajaran bore diatur dengan teliti untuk memastikan clearance

compressor wheel yang seragam (biasanya kurang dari 0,025 mm (0,010”)). Housing

ini dirancang untuk tahan terhadap gaya separasi berkecepatan tinggi dari compressor

wheel.

Center housing dibuat dari besi tuang dan normalnya tidak ditunjukan untuk suhu

tinggi atau beban tinggi. Ketegaklurusan dan kesejajaran bore diatur dengan teliti,

sebagaimana diameter dalam dan permukaan dimana journal bushingnya masuk.

Turbine housing dibuat dari besi logam campuran nikel. Housing ini harus

menahan beban dari tiap attachement pada suhu hingga 760ºC (1400ºC) tanpa berubah

ukuran atau bentuk secara permanent ( creeping ). Housing dibentuk secara teliti untk

memastikan kesejajaran dan ketegaklurusan bore dan menjaga clearenc turbine wheel

yang sejajar.

h) Backing plate
29

Gambar. 2.20 Backing plate

Turbine backing plate, atau heat shield, atau shroud, betindak sebagai penyekat

untuk melindungi center housing dari suhu exhaust yang tinggi. Shield ini terbuaat dari

besi dan menghasilkan penyekat dengan menciptakan jarak udara (air space) antara

turbine wheel dan center housing

5. Tipe-tipe turbocharger

a. Pulse type

Gambar. 2.21 Pulse type

Turbocharger pulse type membutuhkan exhaust manifold yang dirancang khusus

untuk mengirimkan energy pulse dari exhaust ke turbine turbocharger. Rancangan ini,

dengan cabang masing-masing , mencegah ganguan di antara gas exhaust yang keluar

dari cylinder terpisah sehingga menghasilkan aliran pulse yang sangat tinggi yang tidak

bisa dicapai dengan rancangan lain.


30

b. Split pulse

Gambar. 2.22 Split pulse

Pada beberapa aplikasi, turbine housing split-pulse dapat digunakan untuk

bantuan lebih jauh dalam akselerasi dari rangkaian yang berputar. Rancangan ini

memiliki dua volute chamber. Istilah ‘volute chamber’ digunakan sebagai acuan untuk

turbine housing berbentuk spiral, yang berkurang di volume yang mengarah ke tengah

housing dalam bentuk cankang keong.

Setiap chamber menerima setengah aliran exhaust engine: sebagai contoh, pada

engine empat cylinder dua cylinder di depan diumpamakan ke chamber pertama

sementara dua yang dibelakang ke chamber ke dua.

c. Constant pressure type

Pada turbocharger constant pressure type, gas exhaust dari semua cylinder

mengalir ke common manifold, dimana pulse diperhalus menghasilkan gas exhaust

yang masuk keturbine housing berada pada tekanan yang sama, Gas exhaust kemudian

masuk ke volute-shaped annular ring di turbine housing, yang percepatannya secara

radial menuju ke dalam pada tekanan yang berkurang dan kecepatan meningkat pada

turbine blade. Blade dirancang sedemikian rupa sehingga gaya gas yang sangat tinggi

menggerkkan turbine dan shaft.


31

Gambar. 2.23 Turbocharger compressor housing

Compressor assembly pada turbocharger pulse dan constant pressure sama dalam

rancangan dan konstruksinya. Compressor terdiri atas wheel dan housing yang

tergabung di dalam sebuah volute camber tunggal ( terkadang disebut diffuser). Udara

di dalam compressor chamber berada di antara blade compressor wheel dan terlempar

keluar secara radial oleh gaya setrifugal memasuki volute chamber selama perputaran

wheel. Pada titik ini kecepatan udara berkurang dan menghasilkan peningkatan tekanan

udara . seiring dengan masuknya udara di sekitar volute, kecepatanya berkurang lebih

jauh lagi dan tekanan meningkat seiring dengan diameter penampang chamber yang

mengecil.
32

6. Cara kerja turbocharger

Gambar. 2.24 Cara kerja Turbocharger

Gas sisa hasil dari pembakaran, bahan bakar keluar dari ruang bakar melewati

Exaust Manifold kemudian masuk ke dalam Turbine Housing dari Turbocharger,

dimana hal ini membuat tekanan yang besar terjadi pada sisi Turbine Blade.

Menyebabkan Turbine Wheel, Shaft, dan Impeller Wheel untuk berputar menambah

pasokan udara pada Intake Manifold

Turbine wheel terhubung oleh sebuah Shaft ke Impeller Wheel. Gas sisa hasil

pembakaran memutar Turbine Wheel dan Impeller Wheel hingga 30.000-130.000 RPM

(tergantung rancangan Turbocharger). Hal ini akan memberikan lebih banyak udara

dan juga bertekanan yang akan masuk kedalam ruang bakar.

Saat beban Engine meningkat, akan lebih banyak bahan bakar akan diinjeksi

kedalam ruang bakar. pembakaran yang meningkat akan menghasilkan lebih banyak

gas sisa hasil dari pembakaran. Menyebabkan Turbine Wheel dan Impeller Wheel

berputar lebih cepat, menekan lebih banyak udara yang masuk ke dalam ruang bakar.
33

7. Turbocharger with wastegate

Gambar. 2.25 skema kerja wastegate turbocharge

Wastegate berfungsi untuk memebatasi boost pressure pada sisi intake manifold

disaat engine mendapat beban maximum maupun beban minimum dan pada engine rpm

tinggi maupun engine rpm rendah, tekanan pada sisi intake manifold dibatasi dengan

cara membuka menutup valve wastegate, wastegate mengatur aliran gas buang yang

menuju ke turbine wheel. Wastegate dapat memungkinkan gas untuk langsung ke

turbine dan sebagian ke exhaust outlet. Dengan melakukan ini, kecepatan turbine dapat

diatur, akibatnya blower pada sisi intake dapat terkontrol juga.

1. Valve
2. Water-cooled base assembly
with valve guide
3. Supply for inlet air
4. Diaphragm
5. Spring
6. Washer or spacer
7. Valve stop
8. Fitting
Gambar. 2.26 komponen wastegate
9. Breather

Wastegate utamanya terdiri atas valve dan base assembly yang diinginkan oleh

coolant engine dari sebuah cooler ke turbocharger. Base assembly ini mengandung

valve guide. Saat valve tertarik ke base assembly, wastegate terbuka, kemungkinan gas
34

untuk mem-bypass turbocharger. Saat valve memanjang ke posisi normal, wastegate

terbuka, mencegah exhaust gas dari mem-bypass turbocharger,

Gaya dari dua spring memanjangkan wastegate valve. Dua gaya mencoba untuk

membuka valve. Satu gaya berdasarkan jumlah tekanan udara di belakang diaphragm,

dan yang kedua adalah tekanan spring.

Rusaknya wastegate dapat mengurangi daya tahan suatu engine akibat dari

naiknya tekanan didalam cylinder dan terjadinya panas yang berlebihan yang akibatnya

tekanan pada intake manifold maupun exhaust manifold yang tidak benar

Tabel. 2.1 performa turbocharger standar dengan turbocharger wastegate

Grafik diatas adalah perbandingan performa yang umum antara turbocharger standar

dan turbocharger yang dipasangi wastegate.

wastegate normalnya dilaporkan sebagai keluhan low power, hal ini terjadi saat

wastegate stick open. Jika diaphragm wastegate gagal atau wastegate sangkut di posisi

tertutup, akan terjadi over boosting dan suhu exhaust yang tinggi.

Turbocharger dengan wastegate memiliki kapasitas output yang lebih tinggi dan

mampu menyuplai udara masuk yang cukup untuk melengkapi pembakaran fuel selama

akselerasi sebagaimana juga pada situasi torque tinggi. Saat kecepatan engine dan

energi gas exhaust meningkat, begitu juga kecepatan turbocharger akan meningkat dan
35

tekanan terhadap udara naik. Tanpa wastegate, tekanan akan terus naik dengan beresiko

sekali terhadap perubahan engine dan turbocharger.

Bagaimanapun, peningkatan tekanan udara yang terjadi pada diaphragm di

wastegate hingga pada tekanan yang sudah ditentukan gaya, yang dihasilkan mampu

menekan spring dan membuka jalur bypass exhaust, hal ini memungkinkan sejumlah

gas exhaust bypass dari turbine, mencegah kenaikan kecepatan turbocharger lebih

tinggi dan tekanan udaara masuk lebih banyak.

Turbocharger dengan wastegate secara umum dipasang pada peralatan earth

moving yang lebih cepat, sebagai contoh: motor greader. Turbocharger deangan

wastegate juga dipasang ke kendaraan untuk mencapai kemampuan pada dataran

rendah atau tinggi tanpa di-rating.

Wastegate diatur secara electronic.

Udara disuplai ke solenoid wastegate. Jika boost pressure melebihi nilai yang

dintentukan sebuah sensor akan mengirim sinyal ke ECM dan ECM akan membuka

solenoid wastegate. Solenoid wastegate yang terbuka akan memungkinkan tekanan

udara untuk membuka bypass valve exhaust. Bypass valve exhaust terbuka 100% atau

tertutup 100%. Saat bypass valve exhaust terbuka, exhaust dari sisi turbine dialihkan ke

muffler. Saat exhaust disisi turbine turbocharger dialihkan melalui muffler, kecepatan

turbocharger akan berkurang. Hal ini akan menurunkan boost pressure ke cylinder.

8. Operasi turbocharger

Turbocharger adalah komponen yang berputar dengan bebas, yang berputar

melebihi 80.000 rpm. Pada rpm puncak, kecepatan permukaan journal bearing dapat

lebih besar 30 meter (100 kaki) per detik, dan energi yang tersimpan di komponen yang
36

berputar dapat sama dengan horsepower engine. Kondisi ini mempunya sifat kecepatan

yang sama dalam setiap bagian yang bergerak, sebagai mana turbocharger dapat

menyebabkan kerusakan biasanya masalah sederhana di lingkungan kerja, seperti

hambatan udara masuk, menyebabkan lebih banyak komponen yang cepat rusak.

Dalam istilah umum, terdapat dua tipe turbocharger-pulse type dan constant

pressure type masing-masing dengan karakteristik oprasi masing-masing. Namun ,

keduanya beroprasi deangn cara dasar kerja yang sama. Gas exhaust dan engine

melewati manifold dan memasuki turbine housing turbocharger, dimana hal ini

menciptakan tekanan di turbine blade, menyebabkan turbine, shaft dan compressor

wheel assembly untuk berputar.

Turbine wheel terhubung oleh shaft ke compressor wheel dan gas exhaust

mendorong turbine dan compressor wheel hingga sekitar 80.000- 130.000rpm,

tergantung dari rancangan turbo. Hal ini menekan udara intake. Saat beban engine

meningkat, lebih banyak fuel diinjeksikan ke dalam cylinder. Pembakaran yang

meningkat menghasilkan lebih banyak gas exhaust, menyebabkan turbine dan

compressor wheel berputar lebih cepat, mendorong lebih banyak udara memasuki

engine. RPM maksimum turbocharger diatur oleh fuel setting, setting kecepatan high

idle, ketinggian di atas permukaan laut dan oleh wastegate, jika digunakan.

Saat compressor berputar, udara menjadi bertekanan oleh gaya sentrifugal dan

melewati compressor housing ke dalam inlet manifold engine melalui after cooler.

Jumlah dan tekanan udara sesuai dengan kecepatan putaran turbocharger.

Masalah system udara inlet dan exhaust dilaporkan terjadi pada banyak kegagalan,

sebagai contoh, saat hambatan udara inlet terlalu tinggi, hal ini akan menyebabkan

beban akhir yang berlebihan, sehingga mempercepat keausan thrust bearing. Suhu

exhaust yang tinggi di luar normal dapat menyebabkan masalah pelmasan yang terbatas
37

dan kerusakan metalurgi. Material asing dapat masuk ke dalam turbocharger dari

system inlet atau exhaust. Teknisi harus selalu mengmpulkan informasi dasar tentang

system udara inlet dan exhaust saat mengidentifikasi kegagalan turbocharger.

8.1 Boost pressure

Boost Pressure Didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi di inlet manifold saat engine

beroperasi pada power output nominal atau rated. Boost pressure di spesifikasikan

untuk tiap model engine.

Boost pressure diukur pada lokasi di inlet manifold yang ditentukan oleh pabrik

pembuat dan unit yang digunakan untuk pengukuran boost pressure adalah mm atau

Hg. Jika menggunakan mercury manometer, atau kPa jika menggunakan gauge.

Boost pressure harus selalu dibandingkan dengan kondisi inlet dan fuel standar dari :

• 99 kPa tekanan barometer kering


• 29C
• 35 API rated fuel

8.2 Pengaruh ketinggian pada engine diesel Turbocharger

Saat engine internal combustion dioprasikan pada dataran tinggi dimana udara

kurang padat dibandingkan di permukaan laut, jumlah udara (dan oksigen) yang masuk

ke cylinder engine pada langkah hisap kurang mencukupi untuk pembakaran pada

pemsukan fuel normal. Sebagai hasilnya, performa engine tidak proporsional akibat

ketinggian dimana engine dioprasikan.

Engine turbocharger tidak terpengaruh dengan cara yang sama. Saat kepadatan

udara berkurang akibat ketinggian, turbocharger berputar lebih cepat akibat

pengurangan beban pemompaan, menghasilkan pengaruh yang mengimbangi. Namun,


38

tetap ada pengurangan performa engine, walaupun tidak seperti pada engine naturally

aspirated.

Pada engine turbocharger,tenaga yang keluar berkurang sekitar 1% per 300m

kenaikan ketinggian di atas permukaan laut. Jika ketinggian oprasi sekitar 2000m , fuel

delivery ke engine de-rating harus dikurangi berdasarkan spesifikasi engine untuk

mencegah kerusakan turbocharger akibat overspeed.

9. Mengidentifikasikan penyebab kerusakan Turbo charger

Turbocharger gagal dalam bermacam cara yang berbeda beda. Beberapa penyebab

kegagalan disebutkan dibawah ini.

- Kebocoran antara sambungan exhaust dan intake:

Gambar 2.27 kebocoran pada turbocharger

kebocoran antara sambungan exhaust dan intake dapat disebabkan oleh breather

crankcase yang terhambat atau tersumbat atau saluran oli retrun turbocharger.

Terkadang kebocoran yang cukup buruk untuk terlihat di sisi luar turbocharger.

Kebocoran minor akan terlihat di exhaust sebagai asap hitam yang berlebih.

• Hot Shutdown

Hot Shutdown yang dilakukan secar berulang akan mengakibatkan kerusakan

bearing dan kerusakan turbo groub akibat kurangnya pelumasan.

• Air Cleaner yang terhambat


39

Suhu exhaust yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan turbocharger karena

terlalu overspeed dan berkibat kevakuman dari sisi inlet.

• Kebocoran Udara Intake

Hal ini dapat menyebabkan debu yang besar masuk ke turbo.

• Kebocoran Exhaust

Kebocoran turbocharger di upstream turbo akan menyebabkan kurangnya tenaga

output . seal ring yang rusak atau aus atau gasket yang gagal berfungsi, bolt yang

hilang atau kendor akan menyebabkan system tergangu.

• Overfuel

Saat terjadinya overfuel turbocharger akan overspeed

• Pengoprasian di dataran tinggi

Udara pada dataran tinggi akan berkurang kepadatanya maka dari ituu fuel seting

fuel harus dilakukan agar turbo tidak overspeed. Jika turbo dilenkapi dengan wastegate

, system ini terkadang perlu untuk pengoprasian didataran tinggi sehingga tidak

melakukan seting ulang.

• Kegagalan Prelube

Pelumasan awal turbocharger harus dilakukan setelah service penggantian filter oli

dan setelah engine dimatikan dalam waktu yg cukup lama.

10. Kegagalan-kegagalan terjadi pada Turbocharger

10.1 Kurangnya pelumasan

Kurangnya pelumasan tidak hanya menyebabkan berkurangnya perpindahan

panas yang diserap oleh oli tetapi juga meningkatkan gesekan material yang panas

seperti bearing dan shaft sehingga menimbulkan keausan.


40

Gambar 2.28 Center Shaft dan Thrust Bearing

Indikasi awal kurangnya pelumasan terlihat bahwa terjadi perubahan warna

akibat panas dan kerak oli hitam, pada oprasi yang berkelanjutan tanpa suplai oli yang

cukup kemunkinan keausan yang terjadi pada busing dapat merusak center shaft.

Gambar 2.29 Patahan Pada Center Shaft

Pada akhirnya shaft dapat patah akibat tidak adanya pelumasan.

10.2 Abrasif dipelumasan

Saat abrasive partikel mask kedalam oli pelumas. Journal dan thrust bearing

mengalami keausan lebih awal, menyebabkan gerak shaft yang berlebihan dan

menyebabkan kerusakan total.


41

Gambar 2.30 Center Shaft dan Heat Shield

Heat dan center bearing dari turbo pada gambar diatas tertutupi dengan sludge

dan varnish, terlihat adanya perubahan warna pada bearing journal, oli yang telah

terlihat terkontaminasi dengan karbon dan debu yang tidak tersaring lainnya. Hal ini

menunjukan kebutuhan untuk mendapatakan fakta tentang mut oli, seperti interval

schedule , filter dan jumlah blowby.

Gambar 2.31 Ring Seal Groove

Pemeriksaan yang lebih dekat pada gambar diatas menunjukan bahwa ring seal

keluar dari groove-nya selama pemasangan, ini dapat menjadi akar penyebab yang

memungkinkan exhaust yang panas dan karbon untuk masuk dan menyebabkan

keausan abrasive.

Material asing yang besar dapat masuk selama proses perakitan engine atau

turbocharger. Selam proses penaikan saat lubrication system terbuka, atau selama
42

oprasi perawatan karena RPM turbocharger sangat tinggi, hanya diperlukan waktu yang

singkat untuk menghasilkan kerusakan serius, pada pergerakan shaft dan memunkinkan

persentuhn wheel ke housing. Kerusakan abrasive yang lebih buruk lagi dipermukaan

luar bearing journal dibandingkan permukaan bagian dalam karena clearance yang

sempit dan gaya sentrifugal.

Karena mengenali debris sering terjadi kunci untuk menemukan akar penyebab

keauasan abrasive. Kapanpun memungkinkan, area yang berlubang harus diperiksa

deangan teliti akan adanya partikel debris yang terperangkap. Lepaskan komponen

secara hati hati dan bersihkan lal periksa dengan penchayaan dan perbesaran yang baik.

10.3 Suhu exhaust yang tinggi

Suhu Exhaust yang tingi dan mendesak panas memasuki center housing dari

turbocharger dan merusak bagian-bagian yang berputar.

Panas juga menyebabkan part seperti turbine, housing dan center housing untuk

teroksidasi dan mengalami perubahan bentuk.

Penunjuk adanya exhaust yang tinggi adalah :

- Oli berkerak dan hangus

- Oksidasi / scale dari paart logam

- Perubahan warna

- Lepasnya ring seal turbine

- Keausan bearing

- Wheel bersentuhan dengan housing

- Terkadang terpisahnya wheel dengan center shaft


43

Gambar 2.32 Catridge Turbocharger

Pemeriksaan secara visual dari bagian luar turbocharger menunjukan pada suhu yang

sangat parah dari semua logam sebagai mana persentuhan wheel dengan housing.

10.4 Kerusakan akibat benda asing

Saat benda asing masuk kedalam turbocharger, turbo akan rusak dengan cepat

dan fatal. Ketidak seimbangan dapat lebih merusak dibandingkan perubahan bentuk

secara fisik yang dihasilkan oleh material asing.

Petunjuk bahwa kerusakan terjadi akibat benda asing adalah:

- Wheel blade yang bengkok atau tergesek, dimana biasanya semua blade rusak

- Centre shaft bengkok

- Keausan dan warna normal pada bearing.

- Terkadang terpisahnya wheel dari shaft jika material asing terlalu besar.
44

Gambar 2.33 Turbine Wheel

Saat blade asing masuk ke turbine wheel. Tepi terluar blade terpuntir dan tergesek

terlihat seperti gambar diatas. Saat blade berkecepatan tinggi menghantam benda diam

(bahkan material yang kecil dan ringan terasa berat oleh blade berkecepatan tinggi).

Gambar 2.34 Compressor Wheel

Jika material asing yang besar masuk ke wheel compressor, bagian pinggir atau tepi

bagian dalam dari blade terpuntir dan tergesek.

10.5 Kerusakan hot shutdown

Setelah pengoprasian dengan beban penuh turbocharger memiliki suhu

maksimum dan membutuhkan beberapa menit oprasi tanpa beban. Pada low idle

memungkinkan oli membuang panas yang berlebihan. Saat hot shutdown terjadi, panas

dibiarkan menembus centre housing menhanguskan sisa oli, dan pada saat yang sama

menrunkan kekuatan part.

Gambar 2.35 Bulatan Quench Pada Shaft


45

Saat bearing dilepas dari center shaft setelah hot shutdown sering dijumpai

bulatan dan lingkaran quench dimana sisa oli menetes ke shaft yang panas melalui jalur

oli dan sekeliling bearing. Hot shutdown yang berulang sering menghasilkan beberapa

bulatan quench. Bulatan yang baru akan terlihat lebih terang dan bulatan yang lama

akan pudar oleh keausan.

10.6 kegagalan inertia weld

Gambar 2.36 Shaft dan Turbine Wheel Sebelum Pengelasan

Turbine wheel dilas dengan friksi ata tembkan electron ke center shaft jika

melakukan kesalahan dalam proses ini, pelelehan dan pelekatan yang tepat kemunkinan

tidak terjadi, karena turbine wheel bersifat non-magnetik dan shaft bersifat magnetic.

Sebuah magnet bisa digunakan untuk memeriksa kegagalan pengelasan.

Gambar 2.37 Patahan Pada Shaft


Pada gambar diatas kegagalan pengelasan terlihat halus dan rata dengan sedikit logam

tersisa dipermukaan patahan di turbine wheel


46

10.7 Masalah rancangan dan material

Kesalahan dalam rancangan material dapat menyebabkan compressor wheel

patah pda kecepatan tinggi. Kegagalan ini disebut wheel brust, karena kerusakan

parahnya terjadi saat wheel terpisah pada kecepatan tinggi. Pencetakan wheel dapat

menyebabkan masuknya benda asing yang dapat merusak komponen dan berakibat

komponen tersebut patah.

Gambar 2.38 Wheel Pecah

10.8 Masuknya material saat pencetakan

Walau tidak umum, mungkin terjadi masuknya material saat pencetakan, gas

yang terperangkap, atau masalah pencetakan lain yang menyebabkan umur

turbocharger pendek dan kelemahan pada bagian logam, karena ketegangan yang besar

pada bagian yang berputar sering disebabkan oleh gaya sentrifugal dan RPM tinggi,

harus diperkirakan bahawa kerusakan dapat tercipta jika terjadi cacat saat pencetakan.
47

Gambar 2.39 Kerusakan Turbine Wheel

Pemeriksaan sepintas pada turbine diatas adalah rusak karena wheel ini mengalami

benturan. Tetapi jika diteliti lebih lanjut adalah turbine ini rusak karena cacat dari

pencetakan. Saat dilakukan percetakan material asing ikut masuk dan tercetak sehingga

material asing tersebut merusak bahan-bahan pencetak wheel.

2.5.4 Intake manifold


Pada air intake & exhaust system, intake manifold berfungsi sebagai saluran

masuk udara dari turbocharger ke tiap-tiap silinder ruang bakar pada engine. intake

manifold tersebut terbuat bahan light alloy casting dan telah didesain dengan hambatan

aliran udara sekecil mungkin.

Gambar. 2.40 Intake manifold


48

2.5.5 Aftercooler

Aftercooler digunakan bersama dengan turbocharger untuk menurunkan suhu

udara yang akan memasuki ruang bakar, ini menyebabkan kerapatan udara menjadi

meningkat, sehingga jumlah udara menjadi lebih banyak dan effisiensi dan tenaga yang

dihasilkan engine meningkat.

Gambar. 2.41 Aftercooler


Pada saat turbocharger menekan udara (menaikan tekanan udara pada intake),
suhu udara akan naik, bila suhu udara naik, maka density (kerapatan udara) akan
menurun sehingga jumlah oksigennya tidak maksimal, bila udara bertekanan ini dialir
menuju engine, maka effisiensi yang dihasilkan oleh udara bertekanan akan hilang, hal
inilah menyebabakan mengapa aftercooler diperlukan
Pada aftercooler terdapat tiga jenis yang digunakan pada engine caterpillar, yaitu :
1. Air to air aftercooler (ATAAC)

Gambar. 2.42 Air to air aftercooler

pada jenis Air to air aftercooler, inti pendingin (cooler core) yang terpisah

dipasang dibagian depan radiator engine, udara dengan suhu luar yang dihembuskan
49

oleh fan engine akan mengalir melintasi aftercooler core, udara bertekanan dari

turbocharger didinginkan oleh air to air aftercooler sebelum memasuki intake

manifold, ini merupakan metode paling efektif untuk mendinginkan udara bertekanan

karena volume udara yang tersedia untuk mendinginkan sangat banyak. Sistem ini

sering sekali dijumpai pada on highway truck, wheel loader, motor greader serta

Genset.

2. Jacket water aftercooler (JWAC)

Gambar. 2.43 Jacket water aftercooler

Sistem jacket water aftercooler memiliki core assembly yang berisi coolant.

Coolant yang digunakan adalah coolant yang sama yang digunakan untuk

mendinginkan engine. Coolant ini digunakan untuk mendinginkan udara yang akan

memasuki ruang bakar. Coolant dari water pump mengalir melalui aftercooler core.

Udara bertekanan dari turbocharger didinginkan oleh aftercooler ini sebelum

memasuki intake manifold.


50

3. Separate circuit aftercooler (SCAC)

Gambar. 2.44 Separate circuit aftercooler

Sistem aftercooler rangkaian terpisah (separate circuit aftercooler) Mirip dengan

sistem jacket water aftercooler dengan beberapa perbedaan yang kecil. Jacket water

bekerja untuk mendinginkan engine head, engine block, oli transmissi dan lain-lain.

Sistem separate circuit aftercooler memiliki pompa khusus, saluran air dan pemindah

panas tersendiri. Sistem ini umumnya digunakan pada aplikasi dimana proses

pendinginan udara yang maksimum diperlukan. Beberapa aplikasi marine

menggunakan sistem ini dengan pemindah panas (heat exchanger) yang dirancang

untuk menggunakan air laut untuk sirkuit pendingin. Pada truck besar yang digunakan

pada pertambangan juga menggunakan aftercooler jenis ini.

2.5.6 Exhaust manifold

Pada exhaust manifold berfungsi sebagai menyalurkan gas sisa hasil pembakaran

menuju ke muffler dan juga menyalurkan gas sisa pembakaran ke turbine wheel pada

turbocharger untuk memberikan energi sehingga turbocharger dapat bekerja sesuai

fungsi nya .

Bahan exhaust manifold terbuat dari cast iron, dengan mempertimbangkan efek

pemuaian komponen tersebut sebab perbedaan temperaturnya dengan cylinder head

cukup besar, bisa mencapai ratusan derajat (ºC).


51

Gambar. 2.45 Exhaust manifold

2.5.7 Muffler

Gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran pada ruang bakar engine

memilki temperature 600-800ºC dan tekanan yang tinggi sekitar 3-5 kg/cm². Jika gas

buang dengan tekanan yang tinggi tersebut langsung dibuang ke udara luar, maka gas

akan langsung mengembang dan menyebabkan timbulnya ledakan.

Gambar. 2.46 Muffler


Muffler atau silencer digunakan untuk mengurangi tingkat kebisingan exhaust

dengan menggunakan peredaman dalam (internal buffling). Setiap kali gas mengalir

melalui sebuah muffler, kecepatannya berkurang dan pressurenya meningkat, semakin

efektif peredaman, semakin besar tekanan balik di dalam sistem, oleh karena itu,
52

pemilihan muffler bagi pembuat engine merupakan kompromi antara pengurangan

kebisingan atau peredam suara dan peningkatan tekanan balik. Selain itu, muffler

berfungsi sebagai menghilangkan percikan api dan menurunkan temperatur gas buang.

Pada muffler memiliki beberapa jenis yang digunakan, yaitu :

1. Straight trought muffler

Gambar. 2.47 Straight trought muffler type

Rancangan straight-through muffler, mengangkut gas buang langsung melalui

muffler melalui sebuah tabung berlubang yang dikelilingi oleh bahan peredam bunyi,

gas buang bergetar mengalir melalui lubang-lubang di dalam tabung berlubang dan

menembus masuk ke dalam bahan peredam bunyi umumnya potongan-potongan logam

atau wol kaca (glass wool),

proses ini mengurangi frekuensi getaran gas yang menurunkan puncak bunyi

exhaust, di dalam rancangan muffler ini, hanya ada sangat sedikit tekanan balik, yang

membuatnya cocok untuk digunakan pada diesel engine dua langkah (two stroke diesel

engine) yang beroperasi berdasarkan prinsip Kadency pembilasan exhaust.

2. Reverse flow muffler


53

Gambar. 2.48 Reverse flow muffler

Reverse-flow muffler membantu mengurangi tingkat bunyi dengan menyalurkan

gas buang bolak-balik melalui expansion chamber di dalam muffler, efek ini adalah

untuk mengurangi tekanan dan temperatur gas pada saat mengalir melalui baffle dan

tabung dimana turbulensinya mati dan tingkat bunyi berkurang. Tingkat pengurangan

bunyi di dalam reverse-flow muffler dapat ditentukan oleh ukuran expansion chamber

di dalam muffler. Bila membandingkan kedua rancangan muffler tersebut, jenis

reverse-flow dapat mencapai tingkat kebisingan paling rendah.

3. Spark errester muffler

Gambar. 2.49 Spark errester muffler

Reverse-flow muffler dapat memiliki berbagai macam rancangan untuk berfungsi

sebagai penahan percikan (spark arrester) untuk engine-engine yang bekerja di dekat

bahan yang mudah terbakar. Oleh karena itu, muffler jenis ini memiliki dua fungsi,

yaitu berfungsi sebagai alat penekan bunyi dan memadamkan potongan-potongan


54

karbon yang terbakar yang mungkin ada di dalam gas buang, spark arrester insert

disebut “Lip screens” ketika gas buang mengalir melalui screen-screen ini, gas buang

tersebut dapat menyebabkan screen berputar/berotasi sehingga mendorong setiap

percikan ke arah jaket luar muffler, dimana percikan tersebut akan dipadamkan .

2.5.8 Exhaust stack


Exhaust stack berhubungan langsung dengan muffler dan membawa gas sisa

pembakaran menuju atmosfir (udara luar). Beberapa model menggunakan exhaust stack

yang dilengkapi dengan sebuah rain trap (perangkap air hujan). Rain trap ini mencegah

masuknya air hujan ke dalam engine melalui muffler dan turbocharger pada saat engine

mati. Tekanan exhaust mendorong trap membuka ketika mesin sedang dioperasikan.

Gambar. 2.50 Exhaust stack


55

2.6. Prinsip kerja Air intake & Exhaust system

Gambar. 2.51 Aliran air intake & Exhaust system


Pada saat piston bergerak ke bawah guna melakukan langkah hisap (intake

stroke), udara masuk kedalam ruang bakar dengan terlebih dahulu disaring oleh pre

cleaner dan air cleaner guna memisahkan atau menyaring partikel kotoran seperti debu

dan lainnya, gara mendapatkan udara yang bersih, untuk menambah jumlah udara yang

masuk ke ruang bakar, maka pada sistem pemasukan udara dan pembuangan gas buang

dilengkapi dengan turbocharger dan aftercooler. Turbocharger berkerja menghisap

udara yang cukup masuk kedalam ruang bakar, turbocharger bekerja dengan

memanfaatkan gas sisa pembakaran pada saat piston langkah buang (exhaust stroke)

setelah itu gas buang akan menggerakan turbine wheel sehingga blower wheel akan ikut

bergerak karena satu shaft. Sehingga turbocharger berkerja, setelah udara terhisap oleh

turbocharger udara akan didinginkan dahulu oleh aftercooler agar suhu udara menurun

dan kerapatan udara nya meningkat atau kadar oksigennya bertambah, intake manifold

akan menyalurkan udara tersebut ke tiap-tiap selinder ruang bakar (combustion

chamber) guna melakukan proses pembakaran. Setelah terjadi pembakaran di dalam

ruang bakar, maka akan timbul gas hasil pembakaran. Piston bergerak menuju keatas

pada langkah buang, gas hasil pembakaran tersebut dikeluarkan ke udara bebas melalui

saluran pembuangan gas (exhasut manifold) dan muffler.


56

2.7. Macam-macam keausan

Sering ditemukan keausan abnormal pada komponen-komponen engine, terjadi

karena lingkungan yang kurang kondusif. Pada sistem seperti cooling system, hydraulic

system, lubrication system, Air intake & exhaust system akan berinteraksi dengan

permukaan logam, selain itu juga contaminant juga sangat berpengaruh besar dalam

proses terjadinya keausan pada komponen engine

Factor-faktor yang mempengaruhi keausan pada komponen yaitu :

1. Material / bahan yang digunakan dari kompoen

2. Temperature dari pada komponen saat bekerja atau digunakan

3. Pressure yang melewati komponen atau bersinggungan dengan komponen

4. Kualitas dan kuantitas dari pelumasan

5. Beban,posisi dimana komponen itu ditempatkan

6. Adanya contaminant dalam system

Macam-macam tipe keausan yang terjadi pada komponen-komponen engine :

2.7.1 Abrasive wear

Gambar. 2.52 Abrasive wear


Abrasive wear adalah kerusakan yang terjadi pada sebagian besar dari komponen

engine. Abrasive wear terjadi karena adanya partikel keras dalam sistem lebih besar

ukurannya dari lapisan oil film. Sehingga mengakibatkan partikel akan terjepit antara

dua permukaan yang terus bergerak, pada permukaan yang lemah partikel akan
57

menghasilkan goresan-goresan dan puing-puing yang akan menyebabkan kerusakan

secara berkelanjutan pada komponen yang lainnya.

Karena puing-puing akan ikut bersirkulasi oleh oli, sementara jika partikel

bergesakan dengan permukaan yang keras partikel tidak mudah tergores tetapi akan

menghasilkan panas. Panas akan menyebabkan hilangnya fungsi dari oli karena panas

dapat memepengaruhi kekentalan dari oli, dengan memberikan suplai pelumasan yang

baik panas yang dihasilkan akan dipindahkan atau berkurang, sehingga hanya sedikit

panas yang timbul pada permukaan komponen.

Gambar. 2.53 partikel abrasive wear

Beberapa jenis partikel yang menyebabkan terjadinya abrasive adalah: pasir, baja,

almunium, cat, debu, dan benda asing lainnya. Masukanya partikel abrasive dapat

terjadi saat pembuatan, penyimpanan dan pada saat pengoperasian.


2.7.2 Adhesive wear

Gambar. 2.54 Adhesive wear


Adhesive wear (Keausan adhesive) adalah keusan yang paling cepat

mengernbang. Di dalam adhesive wear dua permukaan yang bergerak membuat kontak

tanpa pelumasan atau pendingin yang cukup. Permukaan yang bergerak ini

menghasilkan friksi, menaikkan temperatur permukaan sampai titik-lebur, dan

menyebabkan permukaan menempel satu sama lain.

Gambar. 2.55 Tanda adhesive wear

Tanda pertama keausan adhesive adalah polishing (gosokan) atau smearing

(tergesek) pada permukaan yang lebih lemah. Ketika smearing terjadi, maka melting

temperature (temperature leleh) terjadi pada permukaan. Walaupun temperature akan

turun dengan cepat melalui konduksi panas tapi menyisakan tanda-tanda lelehan pada

permukaan metal dan menempel pada permukaa komponen di dekatnya, mengikis

metal dengan permukaanyang lebih lunak. Apabila komponen teus beroperasi pada

66
67

kondisi adhesive wear dapat menimbulkan temperature komponen naik sampai

temperature leleh. Komponen kehilangan kekuatan dan bercerai berai.

2.7.3 Erosion

Gambar. 2.56 Erosion

Erosi terjadi ketika partikel kecil yang keras yang terdapat di dalam fluida

mengalir menghantam komponen yang dilaluinya dengan kecepatan tinggi dan

menimbulkan impact (benturan) dan kerusakan yang abrasive. Permukaan yang aus

sering memperlihatkan tanda-tanda benturan-benturan partikel kecil atau bintik-bintik

kasar.

Erosive wear (keausan erosi) terjadi dalam semua sistem engine. Sehingga pada

engine terpasang beberapa filter interval, penggantian filter dirancang untuk

mengontrol erosive wear dan abrasive wear masih dalam batasan-batasan yang

diijinkan. Apabila pelanggan menggunakan filter yang tidak tepat, fungsi kontrol

masuknya kotoran tidak akan bekerja sehingga erosive wear dan abrasive wear terjadi

pada tingkatan yang tidak diijinkan. Jika parts pecah atau longgar atau lepas di dalam

suatu produk, keausan erosive dapat dengan cepat terjadi.

Contoh erosi yang terjadi pada bearing journal pada turbocharger


68

2.7.4 Cavitation Erosion

Gambar. 2.57 Cavitation erosion

Cavitation erosi terjadi ketika gelembung udara atau gelembung uap air

bersentuhan dengan permukaan lalu pecah dan menghasilkan kerusakan pada

permukaan metal. Jika didalam cairan mengandung udara, saat terjadi panas udara akan

menguap dan membentuk gelembung-gelembung udara. Jika gelembung mengalir pada

daerah yang memiliki tekanan tinggi maka gelembung-gelembung udara tersebut akan

meledak. Ledakan tersebut menimbulkan pecahan-pecahan dengan kecepatan

supersonic membentur pada permukaan komponen, terkadang ditemukan keretakan

yang dikarenakan partikel kecil yang hancur dan meninggalkan bekas lubang.

Gelembung udara dapat terbentuk karena kondisi-kondisi dibawah ini:

• Ketika cairan mencapai titik didihnya

• Ketika cairan bergerak terlalu cepat melewati suatu celah (prinsip/hukum

Bernoullis)

• Ketika komponen bergerak pada daerah cairan yang bertekanan rendah (seperti

getaran liner)

• Ketika tekanan system statis rendah (radiator cap yang jelek, operasi pada

daerah yang tinggi

• Ketika terjadi tahanan pada bagian inlet sehingga menimbulkan fluid pump

cavitation
69

• Ketika bocor pada suction line memicu timbulnya gelembung udara

• Ketika level fluida menyebabkan fluid aeration

2.7.5 Contact stress fatigue

Gambar. 2.58 Contact stress fatigue


Contact stress fatigue terjadi ketika dua permukaan saling bergesekan atau saling

menekan terhadap bagian yang lain, menghasilkan tekanan yang tinggi, pergerakan

permukaan, dan retak fatik di salah satu atau kedua permukaan. Tekanan tinggi dapat

terjadi jika:

• Beban terlalu besar.

• Keausan permukaan karena misaligment (pemasangan yang tidak benar)

tekanan normal yang terkonsentrasi.

• Kualitas atau kwantitas pelumas yang tidak tepat menyebabkan tidak cukup

pelumasan.

Pergerakan permukaan dapat terjadi jika tekanan yang diberikan terlalu besar,

atau jika part itu sendiri yang terlalu lemah dan tidak tahan tehadap tekanan normal.

Pergerakan permukaan yang terjadi terus menerus dapat rnernicu terjadinya crack,

pitting dan rnengelupas pada permukaan yang disebut contact stress fatique.
70

Gambar. 2.59 kontak sliding

Jika sliding (kontak sliding) terjadi, beban adalah kearah luncuran, menciptakan

suatu pergerakan’ push-pull” pada permukaan. Jika pergerakan adalah terlalu besar,

akan terjadi crack (retak-retak) kecil pada permukaan dan terus berkembang sampai

terjadi pitting.

Permukaan yang berlubang kecil tersebut meyebabkan tekanan tinggi, sehingga

menghasilkan pitting permukaan yang lebih besar. Material yang terkelupas ini dapat

masuk ke dalam sistem pelumasan dan menimbulakan abrasive wear.

Gambar. 2.60 Kontak rolling


Jika kontak rolling terjadi, beban tegak lurus pada permukaan, dan perputaran

komponen tersebut menyebabkan bagian luar komponen yang keras menekan bagian

yang lebih lunak di tengah komponen. Pergerakan permukaan menyebabkan fatigue

cracks terjadi antara permukaan dan inti komponen. Retakan-retakan ini akan saling

berhubungan dan berkembang naik kepermukaan, menyebabkan material pecah dalarn

potongan-potongan besar, dan menghasilkan spalling.


71

2.7.6 Corrosion

Gambar 2.61 Corrosion

Corrosion adalah perubahan kimia dan yang menghasilkan kerusakan pada

permukaan logam.Senyawa bijih logam akan teroksidasi selama proses produksi. Bijih

logam akan menghasilkan senyawa bijih logam yang kurang stabil. Senyawa logam

memiliki kecenderungan kembali teroksidasi lebih stabil. Proses perubahan kembali

kekondisi lebih stabil itu disebut Corrosion.

2.7.7 Fretting Corrosion

Gambar. 2.62 Fretting


Fretting Corrosion terjadi bila dua parts yang seharusnya diikat dengan ketat

mengalami pergerakan/getaran sehingga membuat masing-masing part saling menekan,

mengakibatkan benturan-benturan kecil di permukaan. Pergerakan yang berlanjut

menyebabkan potongan potongan kecil terlepas dan masing-masing permukaan.


72

Potongan-potongan kecil ini berkarat dan membentuk oksida coklat kemerah-merahan

(butiran karat).

Adakalanya oksida akan bertumpuk dan mengeras pada satu permukaan, dan

polanya tidak beraturan. Tumpukan deposit ini akan menyebabkan clearence lebih

besar dan menyebabkan pitted pada area tersebut


73

BAB III

DATA LAPANGAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian tang digunakan oleh penulis adalah deskriftif, yaitu studi yang

terlebih dahulu diadakan terhadap suatu keadaan. Penelitian diadakan terhadap suatu

permasalahan yang ada dengan tujuan untuk memperoleh hasil lebih baik dari

penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan dalam rangka untuk mencari dan

mengumpulkan data guna mendapatkan suatu gambaran fakta – fakta yang jelas tentang

kerusakan pada komponen Air intake & exhaust system engine C7 caterpillar.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Workshop Teknik Alat Berat Politeknik Negeri

Samarinda. Komponen Air intake & exhaust system yang digunakan untuk

pengambilan data penelitian ini adalah komponenAir intake & exhaust system engine

C7 caterpillar. Penelitian dilakukan pada bulan mei – juli 2017.


74

3.3 Data Engine Electronic Caterpillar C.7

Gambar 3.1, Spesifikasi Engine Electronic Diesel C.7 Caterpillar


1. Model Engine Electronic : C.7 Caterpillar

2. Tipe Ruang Bakar : Direct Injection

3. Serial Number Engine : KHX35184

4. Arrangement Number : 312-0255

5. Jumlah Cylinder : 6 Cylinder

6. Tipe Cylinder Block : In-Line

7. Firing Order :1-5–3–6–2-4

8. High Idle : 2150 rpm

9. Low Idle : 800 rpm

10. Bahan bakar : Solar

11. Sistem pengapian : Hydraulic electric unit injector


68

3.4 Spesifikasi Turbocharger

Gambar. 3.2 Turbocahrger with wastegate C7

Pada gambar diatas pada engine C.7 Turbocharger dilengkapi dengan wastegate yang

terpasang pada housing turbine.

1. Part Number Turbocharger : 352-2396

2. Remanufacture Number : 20R-2947

3. Weight Turbocharger : 18.64 kg

3.5 Komponen-komponen Turbocharger

a. KomponenTurbocharger Bagian luar

1 6 5 4

Gambar.3.3 Komponen luar Turbocharger setelah dibongkar


69

Tabel 3.1 Keterangan komponen luar turbocharger


NO NAMA KOMPONEN JUMLAH
1
Clamp as (Turbine) 1
2
Clamp as (Compressor) 1
3
Wastegate 1
4
Compressor Housing 1
5
Center Housing 1
6
Turbine Housing 1

b. Komponen Turbocharger bagian dalam

11 12
1

10 9 8
2
6
5 13
7 14
3 4

Gambar. 3.4 komponen dalam turbocharger setelah dibongkar

Tabel 3.2 Keterangan komponen dalam turbocharger


N JUMLAH
NAMA KOMPONEN
O
1 Wheel Shourd 1
70

2 Sleeve Bearing 2

3 Snap Ring 1

4 Thrust plate 1

5 Small Snap Ring (wastegate) 1

6 Bushing 1

7 Thrust 1

8 Bolt 3

9 Spacer 1

1 1
Thrust Bearings
0
1 1
Turbine Wheel and Shaft Assembly
1
1 1
Compressor Wheel
2
1 1
O-ring
3
1 1
Gasket
4

3.6 Spesifikasi Intake manifold

Gambar. 3.5 Elbow Intake Manifold

1. Part Number Elbow intake manifold : 197-0416

2. Weight Elbow intake manifold : 4 Lbs (1,67 Kg)


71

Gambar. 3.6 Cover intake manifold Engine C7

1. Part Number : 203-3769

2. Weight intake manifold : 3Lbs (1.20kg)

3. Inlet air temperature : Min. 50F , Max. 122F

4. Inlet manifold temperature : 120F

5. Inlet air pressure : Min. 13psi , Max. 15psi

3.7 Spesifikasi Exhaust Manifold

Gambar. 3.7 Exhaust manifold Engine C7

1. Part Number Exhaust manifold : 183-6845

2. Exhaust Manifold Temperature : 1200°F/648°C


72

3.8 Buku Referensi dan Literature

Gambar. 3.8 Literature


Buku catatan, SIS, dan buku panduan lainnya yang digunakan sebagai panduan

untuk mengetahui tata cara pembongkaran, pengukuran dan pemasangan dan juga

untuk mencari referensi lainnya. Serta menggali informasi dari sumber yang ahli di

bidangnya.

3.9 Alat dan Bahan Yang Digunakan

Adapun peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan data tugas akhir

mulai dari remove dan install komponen sampai melakukan proses disassemble dan

assemble komponen Air intake & exhaust system adalah sebagai berikut

Tabel 3.3 Peralatan yang digunakan

No Gambar Alat Nama Alat Keterangan


Untuk
Tool Box membongkar dan

1. memasang
komponen
73

Untuk
Combination Set membongkar dan
2.
Wrench memasang
komponen

Untuk
membongkar dan
3. Socket Set Wrench
memasang
komponen

Untuk

mengencangkan

4. Torque Wrench baut sesuai torsi

yang telah

ditentukan

Untuk
mengkur
5. Fixture Group
kebengkokan shaft
Spec : 0,01”

Digunakan untuk
melepas dan
6. Hydraulic press
memasang
komponen.
74

Box yang untuk


tambahan pada saat
7 Consumable box
melakukan
pekerjaan

Melumasi tread
pada baut pada saat
Anti size thread
pemasangan dan
8 compound &
juga sebagai
Lockteat tread
perekat antara baut
dan benda kerja
3.10Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir

Mulai
Data Lapangan
Observasi lapangan & study pustaka:
- Buku referensi/Literature
- Wawancara/interview

Persiapan alat dan bahan:


- Persiapan area kerja
- Alat pelindung diri
- JSA,Contaminant control,Main step
- JSA, Safety, Contamination Control
Pemeriksaan Komponen Air intake & Exhaust SystemJSA,
Safety, Contamination Control
Disassembly

Melihat standar
Visual Inspection
pada GRPTS
Pengukuran

Assembly

Tidak
Analisa dan
Pembahasan

Ya

Kesimpulan dan
pembuatan laporan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir

76
77

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Remove & Disassembly Procedure

4.1.1 Tool Required


1. Socket Set 5. Fixture Group
2. Tool Box 3. Hydraulic press
4. Consumable Box
Table 4.1 Remove Procedure Intake manifold & Exhaust manifold Engine C7

1. Lepas bolt mounting pada Elbow


manifold, menggunakan tool
Breaker bar + socket

2. Lepas Elbow dari engine


- Hati-hati saat melepas
komponen tersebut

3. Lepas bolt mounting pada Intake


manifold, menggunakan tool
Breaker bar + socket

4. Lepas bolt mounting pada Exhaust


manifold, menggunakan tool
Breaker bar + socket
- Hati-hati saat melepas
komponen tersebut

Table 4.2 Disassembly Procedure Turbocharger Engine C7


78

KETERANGAN
NO GAMBAR AKTUAL PEMBONGKARAN

Lepas hose wastegate

menggunakan tool long nose


1
pliers

Lepas bolt maounting wastegate

menggunakan tool T-handle,


2
extension + socket

Lepas bolt mounting wastegate

menggunakan tool ratchet +


3
socket
79

Lepas bolt clamp housing

compressor pada turbocharger


4
menggunakan tool combination

wrench

Beri tanda (mark) menggunakan

spidol pada benda kerja pada saat

ingin melepas agar


5
mempermudah pada saat

pemasangan

Lepas bolt clamp housing turbine

pada turbocharger menggunakan


6
tool combination wrench

`
80

Beri tanda (mark) menggunakan

spidol pada benda kerja pada saat

ingin melepas agar


7
mempermudah pada saat

pemasangan

lepas center housing dengan

housing turbine tersebut dan hati-


8
hati saat melakukan tersebut

- Lepas bolt pada compressor

wheel, gunakan 2 tool

socket+breakerbar pada saat

melepas
9
- Hati-hati saat melakukan

pelepasan tersebut
81

Gunakan hydraulic press pada

saat melepas turbine wheel shaft

assy dari center housing

10
Hati-hati saat melakukan proses

pekerjaan ini

Lepas sleeve bearing yang


11
terdapat pada shaft turbine wheel

Lepas snapring yang terdapat

pada center housing

menggunakan tool retaining ring

pliers
12

Hati-hati saat melakukan proses

pelepasan tersebut
82

Lepas O-ring yang terdapat pada


13
thrust plate

Lepas thrust bearing yang


14
terdapat pada center housing

Lepas washer, sleeve bearing dan

snap ring yang terdapat pada


15
center housing turbocharger
83

4.2 Analisa Kerusakan Intake Manifold

Inspeksi Visual adalah mengamati kondisi fisik pada komponen kemudian

dibandingkan dengan referensi yang ada. Indikasi kerusakan dapat dilihat dengan

adanya perubahan fisik komponen, goresan atau gesekan, ataupun perubahan warna

dari komponen tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses inspeksi visual antara

lain :

1. Membersihkan komponen sebelum melakukan inspeksi visual agar kerusakan

dapat terlihat jelas.

2. Mengamati setiap detail komponen dengan teliti.

3. Menyediakan referensi yang berhubungan dengan proses inspeksi visual untuk

memudahkan dalam memahami setiap indikasi yang ditemukan.

4.2.1 Pemeriksaan Elbow dan Intake manifold

Gambar 4.1 Elbow


Pada saat proses pembongkaran dibagian dalam elbow terdapat debu yang

berwarna hitam. Kotoran debu hitam disebabkan oleh terdapatnya kotoran yang

bercampur dengan udara dikarenakan saringan udara kurang perawatan dan indikasi

lain terjadi keausan pada sleeve bearing pada Turbocharger sehingga terjadi kebocoran

menyebabkan oli tercampur dengan udara menimbulkan kotoran berwarna hitam pada

permukaan Intake manifold dan Elbow. Elbow yang telah dibersihkan dan tidak ada

debu atau kotoran udara didalam elbow bisa digunakan kembali.


84

Gambar 4.2 Elbow Surface


Elbow surface tidak terdapat crack maupun sratch sehingga udara intake tidak

mengalami kebocoran.

Gambar 4.3 Cover Intake Manifold

Kondisi Visual Cover Intake manifold dalam keadaan normal tidak ada crack

hanya saja terdapat debu berwarna hitam menempel pada dinding cover intake

manifold. Bersihkan cover intake manifold dari kotoran udara dan dapat digunakan

kembali. Cover Intake Manifold yang kami amati bisa dipasang dengan heater maupun

tidak karena menyesuaikan kondisi lingkungan disekitar engine beroperasi

Dari hasil Analisa terhadap komponen Intake manifold dan Elbow. Analist

menyatakan pada komponen pada Intake manifold Engine C7 Caterpillar Tidak


85

mengalami kerusakan berat dan dapat digunakan lagi. Setelah dilakukan proses

pembersihan

4.3 Analisa kerusakan Turbocharger

Pemeriksaan visual dan juga pengukuran yang telah dilakukan terhadap beberapa

komponen Turbocharger berpedoman pada buku panduan Guidelene for Reusability

Parts (GRPTS) untuk Turbocharger dengan nomor media (SEBF8018), dan juga

beberapa buku panduan lainnya yang masih ada hubungannya dengan proses

pengerjaan tugas akhir ini.

Buku pedoman tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan baik

secara visual, maupun pengukuran dari beberapa komponen Turbocharger yang dapat

digunakan kembali selama proses Recondition. Pemeriksaan secara visual dan juga

pengukuran terhadap beberapa komponen Turbocharger dalam buku pedoman tersebut

dilakukan, adalah untuk membantu para analis dalam menentukan apakah komponen-

komponen tersebut dapat digunakan kembali atau tidak, atau dapat digunakan kembali

setelah mengalami perlakuan perbaikan terhadap komponen tersebut.

4.3.1 Pemeriksaan Turbocharger


Sebelum memulai pemeriksaan turbocharger, pastikan bahwa hambatan udara

inlet masuk dalam spesifikasi engine. Pastikan bahwa hambatan inlet dan exhaust

masuk dalam sepesifikasi engine. Mengacu ke system operation/ testing adjusting, air

inlet dan exhaust system.

Kondisi turbocharger akan memberi pengaruh yang pasti terhadap performa


engine. Gunakan pemeriksaan dan prosedur berikut untuk menentukan kondisi
turbocharger.
 Pemeriksaan compressor dan compressor housing
 Pemeriksaan turbine wheel dan turbine housing
4.3.2 Pemeriksaan Compressor dan Compressor Housing
Langkah 1 lepaskan pipa udara dan inlet compressor
86

1. Periksa hambatan elemen air cleaner, jika terjadi hambatan perbaiki

masalahnya.

2. Bersihkan compressor wheel dan housing dari material asing yang

menempel. Periksa compressor wheel dan housing dari kerusakan akibat

benda asing, jika terdapat kerusakan pastikan sumber contaminant masuk

dari bagian mana. Perbaiki dan bersihkan system inlet, ganti turbocharger

bila perlu, jika tidak ada kerusakan lanjut kelangkah 2.

Langkah 2. Putar rangkaian turbo dengan tangan, sambil memutar tekan kesamping,

pastikan rangkaian turbo berputar dengan bebas. Compressor wheel tidak boleh

bergesekan dengan compressor housing, jika tidak ada gesekan lanjutkan ke langkah 3.

Langakah 3 Periksa compressor dan compressor wheel housing terhadap kebocoran oli

agar tidak menumpuk di after cooler, keringkan dan bersihkan after-cooler jika

ditemukan oli di after cooler, maka lakukan lah langkah-langkah berikut :

a. Periksa Level oli di crankcase, jika oli terlalu penuh maka drain oli kebatas

yang normal.

b. Periksa engine crankcase brether, bersihkan breather atau ganti jika

tersumbat.

c. Lepaskan jalur drain oli turbocharger dan buang oli yang tidak perlu,dan

periksa rangkaian bearing shaft yang berputar. Bila perlu cek tempat drain

oli apakah terdapat endapan oli apa bila ada lakukan pembersihan agar tidak

menggangu pada saat melakukan drain oli.

d. Jika langkah 3a dan 3c tidak mengungkap sumber kebocoran oli maka

kemungkinan turbocharger rusak dibagian dalam atau rusak dari pabrikan,

maka turbo harus diganti.


87

4.3.3 Pemeriksaan Turbine Wheel dan Turbine Housing


Langkah 1, Periksa Turbine Terhadap Kerusakan Oleh benda asing. Jika terdapat

kerusakan pastikan sumbernya , dan keputusan terakhir apabila tidak memungkinkan

turbo diatasi lagi maka harus diganti baru.

Bersihkan turbine wheel dan turbine housing dari tumpukan karbon dan material asing.

Langkah 2, Putar rangkaian turbo dengan tangan anda, sambil diputar tekan kesamping,

rangkaian harus berputar dengan bebas atau tidak tersangkut. Turbine wheel tidak boleh

bergesakan dengan turbine housing jika tidak ada gesekan lanjut ke langkah 3.

Langkah 3, Periksa turbine dan turbine wheel housing terhadap kebocoran oli dan

kerak oli. Sebagian kerak oli dapat dibersihkan, kerak oli yang tebal memungkinkan

perggantian turbo yang baru. Jika oli keluar dari center housing turbocharger lanjutkan

kelangkah 3a jika tidak lanjutkan ke pemeriksaan wastegate.

a. Lepaskan jalur oli ke turbocharger, periksa bagian yang terbuka dan area

antara bearing dan shaft rangkaian berputar, perhatikan terhadap

endapan oli di lubang dan jalur drain oli, jika perlu bersihkan shaft

rangkaian berputar pada turbo.

b. Jika tekanan crankcase tinggi atau jika drain oli terhambat, tekanan di

center housing dapat lebih besar dibandingkan tekanan di turbine

housing , oli dapat terdorong kearah yang salah dan oli bisa tidak keluar,

periksa tekanan crankcase dan perbaiki setiap msalahnya step or step.

c. Jika tempat drain oli rusak maka ganti tempat drain oli dengan

mengganti komponen yang membuat tersumbat.

d. Periksa rute jalur drain oli dan pastikan jalur drain oli tidak tertekuk,

bengkok atau tersumbat. Periksa kembali bahwa jalur drain oli pada

turbo tidak terlalu dekat dengan exhaust manifold.


88

e. Jika langkah 3a dan 3d tidak mengungkap sumber kebocoran oli di

turbocharger , maka keputusan terakhir adalah mengganti turbocharger

dengan yang baru namun sistemnya pemasukan oli sudah berjalan

dengan normal.

4.4 Pemeriksaan visual Turbocharger engine C7

Inspeksi visual adalah menganalisa dengan cara melihat dengan kasat mata

terhadap komponen, kemudian memandingkannya dengan data yang ada pada GRPTS

(Guidline for Reusability Parts) untuk menentukan kelayakan penggunaan kembali

sebuah komponen dan aspek visual.


89

4.4.1 Pemeriksaan pada Compressor Housing


Table 4.3 Pemeriksaan visual pada Compressor Housing

GRPTS AKTUAL KETERANGAN

Pada pemeriksaan

disamping, Bore of

a. Nampak bagian luar inlet and contour

pada Compressor

Housing mengalami

erosion dan light

rubbing pada sisi

contour

b. Nampak bagian dalam

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Compressor Housing mengalami Erosions dan Light rubbing pada sisi contour terjadi

akibat adanya foreign materials yang ikut masuk ke dalam sistem, ditambah dengan

adanya kebocoran pada sisi compressor terhadap oli dan panas hal ini mengakibatkan

permukaan pada bore dan contour mengalami peningkatan erosi dan light rubbing.

Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media

search SEBF8018 – visual inspection, illustration 50 dan 52 Compressor Housing

dapat digunakan kembali

4.4.2 Pemeriksaan pada Turbine Housing


Table 4.4 Pemeriksaan visual pada Turbine Housing
90

GRPTS AKTUAL KETERANGAN

Pada pemeriksaan

disamping, Turbin
a. Nampak bagian luar
Housing mengalami

corrosions dan

erosions tetapi tidak

memiliki crack pada

sisi manapun

b. Nampak bagian dalam

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Turbine Housing tidak ditemukan adanya kerusakan parah hanya terjadi Corrosions

pada bagian luar yang disebabkan panas yang terjadi pada turbin housing sangatlah

tinggi dan lokasi turbin housing yang berada pada ruang bebas memungkinkan turbin

housing terkena paparan hujan secara langsung dan hanya sedikit mengalami Erosion

pada sisi contour bore akibat adanya material karbon hasil dari pembakaran yang

melalui sisi countor bore . Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar

(GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 – visual inspection, Turbine Housing

dapat digunakan kembali


91

4.4.3 Pemeriksaan Inlet flange turbine housing


Table 4.5 Pemeriksaan visual pada Inlet flange turbine housing

GRPTS AKTUAL KETERANGAN


Pada pemeriksaan

disamping, Inlet

flange Turbin

Housing

mengalami

corrosions tetapi

tidak memiliki

crack pada sisi

manapun

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap Inlet

Flange Turbine Housing tidak ditemukan adanya kerusakan atau crack hanya terjadi

Corrosions yang disebabkan panas yang tinggi pada Turbine housing. Dengan mengacu

pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 –

visual inspection, Inlet Flange Turbine Housing dapat digunakan kembali

Dari hasil Analisa terhadap komponen Compressor Housing, Turbine Housing

dan Inlet flange turbine housing dengan mengacu pada Literature atau panduan dasar

(GRPTS) Visual Inspection Media Number -SEBF8018. Analist menyatakan pada

komponen Compressor housing, Turbine housing dan Inlet flange turbine housing

pada Turbocharger Engine C7 Caterpillar Tidak mengalami kerusakan berat dan

dapat digunakan lagi. Setelah dilakukan proses pembersihan


92

4.4.4 Pemeriksaan visual Compressor wheel


Table 4.6 Pemeriksaan visual pada Blade Compressor Wheel
GRPTS AKTUAL KETERANGAN

Pada pemeriksaan

disamping, Blade

compressor dalam

keadaan normal

Dalam menganalisa Compressor wheel dapat digunakan lagi jika blade hanya

mengalami bengkok kecil dan Compressor wheel dengan bengkok besar tidak dapat

digunakan lagi.

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Compressor Wheel tidak ditemukan adanya kebengkokan ataupun Crack pada daerah

Blade Compressor Wheel, Pastikan Blade tidak mengalami crack, gunakan

Zyglofluorescent penetrant atau Spot Check untuk memastikan blade dan shaft tidak

mengalami crack. Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS)

dengan nomer media search SEBF8018 – visual inspection, menyatakan bahwa

Compressor wheel dapat digunakan kembali

Table 4.7 Pemeriksaan visual pada Nut Face Compressor Wheel

GRPTS AKTUAL KETERANGAN


Pada pemeriksaan

disamping, tidak

ditemukan

kerusakan pada

Nut face
93

compressor wheel

Compressor wheel nut yang di kencangkan berlebihan dapat menyebabkan

kerusakan pada bagian nut face, jika ini terjadi dan compressor wheel digunakan

kembali, kegagalan dalam penggunaan turbocharger kemungkinan besar akan terjadi.

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Compressor Wheel tidak ditemukan adanya Goresan ataupun Crack yang disebabakan

kontak antara nut dan permukaan atas wheel compressor. Dengan mengacu pada

literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 – visual

inspection, Ilustration 45 menyatakan bahwa Nut face Compressor wheel dapat

digunakan kembali.

Table 4.8 Pemeriksaan visual pada Back Face Compressor Wheel


GRPTS AKTUAL KETERANGAN
Pada pemeriksaan

disamping, tidak

ditemukan

goresan pada

Back face

compressor wheel

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Compressor Wheel tidak ditemukan adanya Goresan pada Back face wheel compressor.
94

Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media

search SEBF8018 – visual inspection, Ilustration 46 menyatakan bahwa Back face

Compressor wheel dapat digunakan kembali.

Dari hasil Analisa terhadap komponen Compressor wheel dengan mengacu pada

Literature atau panduan dasar (GRPTS) Visual Inspection Media Number -SEBF8018.

Analist menyatakan pada komponen Compressor wheel pada Turbocharger Engine

C7 Caterpillar Tidak mengalami kerusakan berat dan dapat digunakan lagi.

Setelah dilakukan proses pembersihan

4.4.5 Pemeriksaan visual Turbine wheel dan shaft

Gambar. 4.4 Turbine wheel and Shaft assembly

Keterangan :
1. Turbine wheel 4. Bearings journal

2. Hub area 5. Thread area Nut


3. Seal ring groove

Table 4.9 Pemeriksaan visual pada Blade Turbine Wheel

GRPTS AKTUAL KETERANGAN


95

Pada pemeriksaan

disamping, blade

tidak mengalami

bent, rubbing,

maupun crack

Dalam menganalisa Turbine wheel dapat digunakan lagi jika blade hanya

mengalami bengkok kecil dan Compressor wheel dengan bengkok besar tidak dapat

digunakan lagi.

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Turbine Wheel tidak ditemukan adanya kebengkokan ataupun Crack pada daerah Blade

Turbine Wheel Pastikan Blade tidak mengalami crack, gunakan Zyglofluorescent

penetrant atau Spot Check untuk memastikan blade dan shaft tidak mengalami crack..

Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media

search SEBF8018 – visual inspection, Ilustration 16 menyatakan bahwa Turbine wheel

dapat digunakan kembali

Table 4.10 Pemeriksaan visual pada Back Face Blade Turbine Wheel
GRPTS AKTUAL KETERANGAN

Pada pemeriksaan

disamping, back

face sedikit

mengalami rubbing

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Turbine Wheel ditemukan pada bagian Back face Blade Turbine Wheel sedikit
96

mengalami Rubbing yang disebabkan kontak antara turbine wheel pada sisi belakang

dengan shourd wheel indikasi lain disebabkan oleh material asing yang ikut berputar

didalam turbine wheel. Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS)

dengan nomer media search SEBF8018 – visual inspection, menyatakan bahwa Back

face Turbine wheel dapat digunakan kembali dengan procedure Rebalanced

Table 4.11 Pemeriksaan visual pada Seal Ring Groove


GRPTS AKTUAL KETERANGAN
Pada pemeriksaan

disamping, Seal

ring groove

mengalami

penumpukan

carbon deposit

Carbon deposits merupakan hal yang wajar terjadi, tetapi jika penumpukan

berlebihan terjadi maka dapat mengakibatkan kerusakan pada turbocharger.

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual tidak ditemukan adanya kerusakan

pada seal ring groove hanya terdapat carbon deposit yang menempel. Dengan mengacu

pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 –
97

visual inspection, menyatakan bahwa Seal ring groove dapat digunakan kembali setelah

dibersihkan.

Table 4.12 Pemeriksaan visual pada Bearing journal shaft area Turbine Wheel.
GRPTS AKTUAL KETERANGAN
Pada pemeriksaan

disamping, tidak

ditemukan

kerusakan pada

Bearing journal

shaft area Turbine

wheel

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Turbine Wheel tidak ditemukan adanya kerusakan pada Bearing journal shaft area

Turbine wheel hanya ditemukan goresan pada area tersebut dikarenakan kontak yang

terjadi antara shaft dan bearing journal mengalami kekurangan pelumasan. Dengan

mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search

SEBF8018 – visual inspection, menyatakan bahwa bearing journal shaft area Turbine

wheel dapat digunakan kembali dengan procedure Polishing

Table 4.13 Pemeriksaan visual pada shaft area Turbine Wheel & Compressor wheel.
GRPTS AKTUAL KETERANGAN
98

Pada pemeriksaan

disamping,shaft

area Turbine

wheel mengalami

Discoloration

Shaft mengalami

keausan pada sisi

compressor wheel

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap Shaft

Area Turbine Wheel & Compressor wheel. Ditemukan adanya perubahan warna pada

area shaft atau terjadinya Discoloration yang disebabkan panas yang berlebih pada

sisi shaft dan keausan yang terjadi pada shaft sisi Compressor wheel kemungkinan

disebabkan oleh torque pada nut yang tidak sesuai sehingga membuat compressor

wheel berputar dan menghasilkan gesekan. Dengan mengacu pada literature atau

panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 – visual inspection,

analist menyimpulkan bahwa shaft area Turbine wheel & Compressor wheel dapat

digunakan kembali setelah dibersihkan atau di Polishing

Table 4.14 Pemeriksaan visual pada Thread area nut


99

GRPTS AKTUAL KETERANGAN

Threaded masih

dalam kondisi

normal

Pada pengamatan Threaded Area maka perhatikanlah crash to crash pada wheel

and shaft assembly. Jika terjadi kerusakan yang berlebih pada Threaded Area jangan

gunakan wheel and shaft assemblies. karena dapat memungkinkan timbulnya kerusakan

yang baru pada turbocharger. Jika kerusakan yang terjadi tidak signifikan maka dapat

dilakukan rethreading dengan menggunakan rethreading die yang tepat. seperti

ilustrasi 33 pada Media Search -SEBF8018.

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap

Thread area tidak ditemukan kerusakan pada area thread yang berlebih. Dengan

mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search

SEBF8018 – visual inspection, menyatakan bahwa Thread area nut dapat digunakan

kembali

Table 4.15 Pemeriksaan visual pada Hub Area


GRPTS AKTUAL KETERANGAN
100

Pada

pemeriksaan

disamping, Hub

area tidak

mengalami

kerusakan

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap Hub

area tidak mengalami kerusakan. Dengan mengacu pada literature atau panduan dasar

(GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 – visual inspection, menyatakan

bahwa Hub area dapat digunakan kembali.

Dari hasil Analisa terhadap komponen Turbine wheel Shaft Assembly dengan

mengacu pada Literature atau panduan dasar (GRPTS) Visual Inspection Media

Number -SEBF8018. Analist menyatakan pada komponen Turbine wheel Shaft

Assembly pada Turbocharger Engine C7 Caterpillar Tidak mengalami kerusakan

berat dan dapat digunakan lagi. Setelah dilakukan proses pembersihan

4.4.6 Pemeriksaan visual pada Center Housing Turbocharger

1 2

Gambar. 4.5 Center Housing Turbocharger C7


101

Pada hasil proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap Center

Housing ditemukan adanya karbon sisa pembakaran yang telah mengalami kekerasan

pada gambar no.1 ditandai dengan panah pada bagian center housing turbine wheel.

Karbon yang terdapat pada permukaan center housing mengindikasikan terjadinya

kebocoran gas buang, indikasi kedua adanya oli di tempat yang tidak semestinya dan

dalam jumlah banyak di permukaan Centre Housing pada sisi Turbine yang disebabkan

oleh kebocoran sistem pelumas. Pada gambar no.2 terlihat adanya partikel asing atau

kotoran yang masuk didalam bore center housing yang disebabkan oleh kerak pada sisi

permukaan center housing terlepas karena geteran pada turbo. Mengacu pada literature

atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 – visual

inspection, setelah dibersihkan dengan menggunakan cairan pembersih, gunakan

Glassbleed dengan tekanan tertentu (sesuai prosedur) bila perlu. Dengan catatan hanya

bagian luar dari Centre Housing yang di-Glassbleed, tutup bagian dalam Centre

Housing dengan menggunakan Cap atau Plug. Center housing dapat digunakan

kembali

4.4.7 Pemeriksaan visual pada Center Housing Bore


Turbocharger
Table 4.16 Pemeriksaan visual pada Center housing
GRPTS AKTUAL KETERANGAN
102

Pada pemeriksaan
disamping, Center
Housing terdapat
goresan pada
dudukan Bearing
Journal

Pada proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap Center

Housing ditemukan adanya goresan pada daerah dudukan Bearing Journal Center

Housing disebabkan adanya partikel kotoran yang bercampur dengan oli. Mengacu

pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search SEBF8018 –

visual inspection, bahwa komponen Center Housing tidak dapat digunakan kembali.
4.4.8 Pemeriksaan visual pada Wheel Shourd Turbocharger
Table 4.17 Pemeriksaan visual pada Wheel Shourd
GRPTS AKTUAL KETERANGAN

Pada pemeriksaan

disamping, tidak

ditemukan

kerusakan pada

wheel shourd

Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan secara visual pada komponen wheel

shourd ditemukan adanya karat pada permukaan Wheel Shround bagian depan maupun

belakang. Karat tersebut berasal dari sisa gas buang dan tidak mengalami pengikisan

yang berlebihan. Mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer

media search SEBF8018 – visual inspection, bahwa komponen wheel shourd masih

dapat digunakan kembali setelah dibersihkan.

4.4.9 Pemeriksaan visual pada Journal Bearing Turbocharger


Table 4.18 Pemeriksaan visual pada Journal bearing
GRPTS AKTUAL KETERANGAN
Pada

pemeriksaan

disamping,

Bearing journal

mengalami

goresan

Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan secara visual pada komponen Journal

Bearing ditemukan adanya Goresan pada permukaan luar Journal bearing hal ini

1
2

membuktikan bahwa terdapat material abrasive di oli pelumas yang menyebabkan

bergesekan terhadap bearing dan lama kelamaan bearing kalah dan mengalami keausan

yang tidak normal. Mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan

nomer media search SEBF8018 – visual inspection, bahwa komponen tidak dapat

digunakan kembali

4.5 Data pengukuran Turbocharger C7

Proses pengukuruan adalah menganalisa dengan cara melakukan pengukuran

dengan menggunakan alat measuring tool terhadap komponen, kemudian

memandingkannya dengan data yang ada pada Specifications dan GRPTS (Guidline

for Reusability Parts) untuk menentukan kelayakan penggunaan kembali sebuah

komponen.

4.5.1 Pengukuran Turbine wheel shaft assembly

Gambar. 4.6 pemeriksaan visual dengan mistar penggaris

Pada gambar diatas adalah proses pemeriksaan pada Turbine wheel shaft

aseembly dengan menggunakan penggaris. Jangan menggunakan mistar baja untuk

memeriksa suatu Shaft yang bengkok, ilustrasi di atas hanya gambaran untuk

memastikan apakah pada Shaft tersebut telah terjadi kebengkokan. Pemeriksaan secara

visual terhadap Shaft Assembly dilanjutkan dengan proses pengukuran, untuk

memastikan apakah Shaft Assembly telah mengalami kebengkokan juga keausan


3

Gambar. 4.7 Pengukuran menggunakan Fixture Group

Pada hasil proses pengukuran kebengkokan pada Turbine wheel shaft assembly

menggunakan alat measuring tidak terjadi perubahan angka pada Dial indicator, dengan

mengacu pada literature atau panduan dasar (GRPTS) dengan nomer media search

SEBF8018 menyatakan bahwa tidak terjadi kebengkokan pada shaft assembly

Table 4.19 Hasil pengukuran kebengkokan Shaft


Sepesifikasi Actual Keterangan
Max 0,05 mm 0,00 mm Gunakan Kembali
Sumber : Service information system/ Reuse And Salvage Guidelines

Gunakan buku panduan dengan nomor media 5P-6518 tentang tata cara penggunaan

alat Fixture Group dan juga prosedur pengukuran kebengkokan Turbine Wheel Shaft

Assembly.

1. Pasang Turbine Wheel Shaft Assembly pada Fixture Group sehingga Journal
Bearing berada pada " V " blok.
2. Pasang Dial Indicator di daerah paling dekat dengan bagian ulir untuk Impeller
Nut pada Shaft Assembly, kalibrasi Dial Indicator ke angka nol.
3. Putar Turbine Wheel Shaft Assembly di " V " blok pada Turbine Wheelnya.
4. Pada saat Turbine Wheel Shaft Assembly berputar, lihat Dial Indicator untuk
mendapatkan pembacaan pada TIR (Total Indicator Reading).
5. Jika pembacaan Dial pada TIR adalah 0,05mm (0.002 in) atau kurang, Turbine
Wheel Shaft Assembly dapat digunakan lagi .
4

4.6 Analisa Kerusakan Exhaust Manifold

Masalah utama yang sering terjadi pada komponen exhaust manifold salah satunya

adalah keretakan. Hal ini karena exhaust manifold bekerja di suhu tinggi hingga 900ºC.

Tingginya temperatur operasi berdampak pada ketahanan exhaust manifold.

Untuk menganalisis retak pada exhaust manifold, inspeksi visual adalah metode yang

tepat untuk digunakan. Retak pada exhaust manifold disebabkan oleh kelelahan karena

suhu tinggi (thermal fatigue). Penyebab lainnya adalah pendinginan cepat pada exhaust

manifold. Hal ini membuat karakteristik material mengalami perubahan. Retak terjadi pada

permukaan exhaust manifold yang terdapat oksidasi (korosi). Kerusakan pada exhaust

manifold dapat dianalisa tanpa harus merusak komponen. Dengan metode visual dapat

terlihat jelas kerusakan berupa retaknya permukaan exhaust manifold.

Gambar 4.8 Exhaust Manifold


Pada proses pemeriksaan secara visual yang telah dilakukan terhadap Exhaust

Manifold, tidak ditemukan adanya pengikisan maupun karat yang berlebih. Namun

hanya ada kerak hasil sisa gas buang. Bersihkan Exhaust manifold dengan

menggunakan cairan pembersih dan bisa digunakan kembali.

Dari hasil Analisa terhadap komponen Exhuast manifold. Analist menyatakan

pada komponen pada Exhaust manifold Engine C7 Caterpillar Tidak mengalami

kerusakan berat dan dapat digunakan lagi. Setelah dilakukan proses pembersihan

4.7 Install & Assembly Procedure

4.7.1 Tool Required


1. Socket Set 5. Fixture Group
2. Tool Box 3. Hydraulic press
5

4. Consumable Box

Table 4.20 Assembly Procedure Turbocharger Engine C7

1. Pasang washer yang terdapat pada


center housing turbocharger

2. Pasang thrust bearing yang terdapat


pada center housing

3. Pasang O-ring yang terdapat pada


thrust plate

4. Pasang snapring yang terdapat pada


center housing menggunakan tool
retaining ring pliers
- Hati-hati saat melakukan proses
pelepasan tersebut

5. Pasang sleeve bearing dan


Bushing pada shaft turbine wheel
6

6. pasang bolt pada compressor wheel,


` gunakan 2 tool socket+breakerbar
pada saat memasang
- hati-hati saat melakukan pelepasan
tersebut

7. Pasang center housing


dengan housing turbine
tersebut dan hati-hati saat
melakukan tersebut

8. Pasang bolt clamp housing turbine


pada turbocharger menggunakan tool
combination wrench
7

9. pasang bolt clamp housing


compressor pada turbocharger
menggunakan tool combination
wrench

10. Pasang bolt maounting wastegate


menggunakan tool ratchet + socket

11. Pasang bolt maounting wastegate


menggunakan tool T-handle, extension +
socket

12. pasang hose wastegate menggunakan


tool long nose pliers
8

Table 4.21 Install Procedure Intake manifold & Exhaust manifold Engine C7

5. Pasang Elbow dari engine


- Hati-hati saat memasang
komponen tersebut

6. Pasang bolt mounting pada Elbow


manifold, menggunakan tool
Breaker bar + socket

7. Pasang bolt mounting pada Intake


manifold, menggunakan tool
Breaker bar + socket

8. Pasang bolt mounting pada Exhaust


manifold, menggunakan tool
Breaker bar + socket
- Hati-hati saat melepas
komponen tersebut
9

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisa terhadap data-data kerusakan yang terjadi pada

komponen Air intake & Exhaust system dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam melakukan proses analisa secara visual pada komponen Air intake dan

Elbow, hasil dari analisa komponen tersebut tidak terjadi kerusakan yang parah,

hanya saja sistem Air intake terdapat debu atau udara kotor yang menimbulkan

kerak berwarna hitam, penumpukan debu pada air intake yang jika dibiarkan

terus-menerus akan mengakibatkan asap hitam. Akibat dari kurangnya

perawatan pada komponen air cleaner.

2. Dalam melakukan proses analisa secara visual pada komponen Turbocharger,

hasil dari analisa komponen tersebut tidak ditemukan bahwa Turbocharger

mengalami kerusakan yang parah. Namun pada Bearing journal dan center

housing pada bagian dudukan bearing journal terdapat goresan akibat dari

material abrasive yang berada pada oli pelumas


10

Table 5.1 Hasil Visual Inspection Pada Turbocharger


NO Nama Komponen Tipe Keausan Rekomendasi
1 Compressor Housing Erosion Pakai
2 Turbine Housing Corrosions Pakai
3 Inlet flange Turbine Housing Corrosions Pakai
4 Compressor Wheel Normal Pakai
5 Turbine wheel Normal Pakai
6 Seal Ring Groove Normal Pakai
Shaft area Turbine wheel
7 Adhesive Wear Pakai
Dan Compressor wheel
8 Thread Area Nut Normal Pakai
9 Hub Area Normal Pakai
10 Center Housing Abrasive Wear Ganti
11 Wheel shourd Corrosions Pakai
12 Bearing Journal Abrasive Wear Ganti

3. Dalam melakukan proses analisa secara visual pada komponen Exhaust

manifold, hasil dari analisa komponen tersebut tidak mengalami kerusakan yang

parah, hanya saja terdapat kerak dari sisa gas buang.

5.2 Saran

Setelah melakukan apa yang dikerjakan oleh penulis Tugas Akhir ini ada

beberapa saran yang ingin penulis sampaikan :

1. Selalu utamakan safety dan Contaminant control dalam melakukan proses

Remove, Instal dan Disassemble, Assesmble komponen Air intake & Exhaust

system Engine C7 Caterpillar

2. Melakukan pembersihan secara rutin pada Air filter agar mengurangi dan

meminimalisir kotoran luar masuk ke sistem engine khususnya pada Air intake

& Exhaust system

3. Pada komponen Turbocharger Engine C7 Caterpillar tidak dapat digunakan

kembali dikarenakan adanya kerusakan pada komponen didalam turbocharger,

segera lakukan penggantian part pada turbocharger sesuai dengan standar

Caterpillar
11

DAFTAR PUSTAKA

Basic Engine Diesel, Jakarta, Trainning Center PT. TRAKINDO UTAMA

Caterpillar. 2006. Multimedia Information system (MIM) 2006 – 2009 Trainning


Center PT. TRAKINDO UTAMA

Caterpillar Service Technician Module, 2003. Air Induction and Exhaust System,
APLTCLO01, Caterpillar of Australia Pty Ltd Melbourne, Australia

Iksan, Farizqu. (2016). Analisa kerusakan pada exhaust manifold caterpillar 785B dan
Perbaikan. Universitas Gajah Mada.2016.
http://etd.repository.ugm.ac.id/inde.php?act=view&buku
id=9430&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=htm

Service Information System (SIS) 2011

Soesanto (2014). Intake & Exhaust System. 13 November 2014.


http://blandong.com/intake-exhaust-system/

Anda mungkin juga menyukai