Anda di halaman 1dari 15

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Didalam dunia industri sekarang ini alternatif terbaik sangat dibutuhkan
demi tercapainya proses produksi yang stabil. Dalam hal ini produktifitas
mesin diharapkan dapat berjalan dengan lancar sehingga target produksi dapat
terpenuhi dan berjalan dengan lancar. Suatu unit dengan kondisi baik dapat
bekerja secara optimal tanpa ada kendala apapun dalam proses produksi.
Demi pencapaian tersebut dibutuhkan pemeliharaan yang baik supaya mesin
selalu dalam keadaan siap pakai.
Kabupaten Sampang Madura khusunya daerah kota merupakan salah
satu daerah dengan potensi terjadinya banjir sangat tinggi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan perbaikan sistem aliran air untuk mencegah terjadinya banjir.
Dalam hal ini digunakan suatu alat berat untuk mempermudah pekerjaan pada
saat melakukan pengerukan tanah yang ada pada selokan di daerah kota. Alat
berat yang digunakan adalah excavator.
Pemeliharaan mesin alat berat meliputi pemeliharaan pada engine,
sistem hidrolik, attachment dan lain sebagainya. Pemeliharaan sistem hidrolik
merupakan pemeliharaan yang sangat penting dalam mesin alat berat, karena
sistem hidrolik adalah salat satu critical point pada alat berat. Proses
pemeliharaan sistem hidrolik excavator salah satunya adalah penggantian
seal pada hydraulic cylinder. Pada proses penggantian seal tidak dapat
dilakukan secara maksimal karena keterbatasan alat yang dimiliki, akibatnya
proses perbaikan selokan dikota menjadi terhambat. Dengan latar belakang
kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan proses
pemeliharaan yang maksimal untuk mempercepat proses perbaikan sistem
aliran air.
Adapun alat berat yang akan diteliti yaitu excavator karena alat tersebut
yang digunakan pada saat pengerukan. Berdasarkan uraian sebelumnya, alat
alternatif dalam perawatan sistem hidrolik excavator khususnya pada saat
pekerjaan penggantian seal dibutuhkan guna mempermudah pekerja pada saat
penggantian seal hydraulic cylinder sehingga pada penggantian seal pekerja

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

tidak perlu membawa hydraulic cylinder ke Surabaya untuk melakukan


disassembly hydraulic cylinder.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam membuat alat disassembly dan assembly hydraulic cylinder pada

excavator berkapasitas 7,5 ton. sebagai berikut:


1. Apa saja alat-alat (komponen) yang dibutuhkan dalam pembuatan alat
tersebut.
2. Bagaimana langkah-langkah pembuatan alat tersebut.
3. Bagaimana hasil pengujian alat secara fakta dan perencanaan.
1.3.

Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah dalam proyek akhir ini lebih terarah dan

tidak menyimpang, maka permasalahan dibatasi pada hal-hal berikut:


1. Tugas akhir ini dilakukan di daerah Sampang khususnya pada excavator
berkapasitas 7,5 ton.
2. Proyek akhir ini membahas tentang cara membuat alat disassembly dan
assembly hydraulic cylinder pada excavator berkapasitas 7,5 ton.
3. Tidak membahas tentang proses perencanaan alat tersebut disassembly dan
assembly hydraulic cylinder pada excavator berkapasitas 7,5 ton.
3.4.

Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah:
1. Mampu menentukan alat-alat (komponen) yang dibutuhkan dalam
pembuatan alat tersebut.
2. Mampu mengetahui proses langkah-langkah dalam pembuatan alat
tersebut.
3. Mampu membandingkan hasil pengujian secara fakta dan perencanaan.

3.5. Manfaat
3.5.1. Bagi penulis
Dalam tugas akhir ini penulis dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai perawatan dan proses pemeliharaan sistem
hidrolik.
3.5.2. Bagi Masyarakat
Memudahkan pekerja serta menghemat biaya dan waktu pada
saat proses penggantian seal hydraulic cylinder.

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

BAB II
DASAR TEORI
2.1.

Studi Sebelumya
Studi kasus dilakukan

penulis

dilapangan

untuk

mengetahui

permasalahan yang ada diperusahaan mengenai perawatan pada komponen


alat berat yaitu hydraulic cylinder. Perawatan pada hydraulic cylinder ini
dilakukan bertujuan untuk mencegah terjadinya kebocoran dan kerusakan
pada komponen. Dalam hal ini penulis melakukan studi kasus disalah satu
perusahaan peminjaman alat berat di Sampang. Dari hasil studi kasus yang
telah dilakukan diketahui bahwa pada saat melakukan perawatan pada
hydraulic cylinder membutuhkan waktu yang cukup lama karena komponen
harus dibawa ke Surabaya terlebih dahulu untuk dilakukan perawatan. Hal ini
mengakibatkan perusahaan merugi karena unit akan berhenti beroperasi untuk
beberapa hari.
Oleh karena itu, tugas akhir ini berusaha untuk memberikan solusi pada
perusahaan dalam melakukan perawatan hydraulic cylinder. Selain itu

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

dilakukan perancangan alat ini disertai dengan reservoir tank bertujuan untuk
menjaga lingkungan kerja dari pencemaran yang diakibatkan oleh oli sisa
yang masih terdapat di dalam hydraulic cylinder.
2.2.

Prinsip Kerja Alat


Alat disassembly dan assembly hydarulic cylinder bekerja dimulai
dengan meletakkan hydraulic cylinder diatas dudukan alat, kemudian di
clamp dan selanjutnya bagian rod piston dihubungkan dengan belt yang
terhubung dengan penggeraknya. Remove rod piston dari cylinder housing
dengan cara memutar handle penggerak berlawanan arah jarum jam sampai
rod piston keluar dari cylinder housing. Dengan bersamaan remove rood
piston fluida (oli) akan mengalir kebawah dan menuju kepenampungan oli
yang sudah disediakan. Kemudian melakukan remove piston dengan cara
membuka mur pengunci pada piston dan selanjutnya dapat dilakukan
penggantian seal pada hydraulic cylinder.
Piston yang telah dilakukan reseal maka selanjutnya dapat dilakukan
pemasangan (assembly) piston pada rod piston. Apabila piston sudah
terpasang pada rod piston maka selanjutnya melakukan assembly rod piston
dengan cylinder housing dengan cara memutar handle penggerak searah
jarum jam.

2.3.

Excavator (Backhoe)
Backhoe dan power shovel disebut alat penggali dengan sistem hidrolis
karena bucket digerakkan secara hidrolis. Sistem hidrolis ini selain
menggerakkan

bucket

juga

menggerakkan

boom

dan

arm.

Alat

penggerakknya traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja


dengan cara menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya
menuju badan alat. Sebaliknya front shovel bekerja dengan cara
menggerakkan bucket ke arah atas dan menjauhi badan alat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa backhoe menggali material yang berada di bawah
permukaan dimana alat tersebut berada, sedangkan front shovel menggali
material dipermukaan dimana alat tersebut berada.
Pengoperasian backhoe pada umumnya untuk penggalian saluran,
terowongan, atau basement. Backhoe beroda dan biasanya tidak digunakan
untuk penggalian, tetapi lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

lainnya. Bakchoe digunakan pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan


serta untuk penggalian material keras. Dengan menggunakan backhoe maka
akan didapatkan hasil galian yang rata. Pemilihan kapasitas bucket backhoe
harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan (Rostiyanti, 2008).
Gambar excavator (backhoe) ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Excavator (Solazzi, 2010)


Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas yang dapat
berputar, boom, lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur bawah.
Boom, lengan dan bucket digerakkan oleh sistem hidrolis. Struktur bawah
adalah alat penggerak utama yang dapat berupa roda ban atau roda crawler.
Ada enam gerakan dasar backhoe yang mencakup gerakan-gerakan pada
masing-masing bagian, yaitu:
1. Gerakan boom: merupakan gerakan boom yang mengarahkan bucket
menuju tanah galian.
2. Gerakan bucket menggali: merupakan gerakan bucket saat menggali
material.
3. Gerakan bucket membongkar: adalah gerakan bucket yang arahnya
berlawanan dengan saat menggali.
4. Gerakan lengan: merupakan gerakan mengangkat lengan dengan radius
sampai 1000.
5. Gerakan slewing ring: gerakan pada as yang bertujuan agar bagian atas
backhoe dapat berputar 3600.
6. Gerakan struktur bawah: dipakai untuk perpindahan tempat jika area telah
selesai digali.
Cara kerja backhoe pada saat penggalian adalah sebagai berikut:
1. Boom dan bucket bergerak maju.
2. Bucket digerakkan menuju alat.
3. Bucket melakukan penetrasi kedalam tanah.
4. Bucket yang telah penuh diangkat.
5. Struktur atas berputar.

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

6. Bucket diayun sampai material di dalamnya keluar (Rostiyanti, 2008).


2.4.

Hydraulic Cylinder
Hydraulic cylinder yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 merupakan
suatu komponen yang terdiri dari rod, piston, dan cylinder housing.
Hydraulic cylinder mempunyai port bottom (piston side) dan port head, saat
oil pressure masuk melalui port bottom, maka rod akan bergerak keluar
(extend), sebaliknya saat oil pressure masuk melalui port head maka rod akan
bergerak masuk kedalam cylinder (retract). Pergerakan retract dan extend rod
cylinder digunakan untuk menggerakkan attachment unit sehingga pada
dasarnya hydraulic cylinder berfungsi untuk merubah tenaga hidrolis menjadi
tenaga mekanis.

Gambar 2.2 Struktur Hydraulic Cylinder (Komatsu, 2007)


Pada beberapa type unit, cylinder dilengkapi dengan piston cushion
pada kedua sisinya atau hanya pada satu sisi cylinder. Cushion berfungsi
untuk mencegah terjadinya benturan secara langsung antara piston rod
dengan cylinder housing pada saat mencapai akhir langkahnya (end stroke)
dengan cara menjebak oli dan membebaskannya secara bertahap.
2.5.

Mesin Bubut
Mesin bubut standar merupakan salah satu jenis mesin yang paling
banyak digunakan pada bengkel-bengkel pemesinan baik itu di industri
manufaktur, lembaga pendidikan kejuruan dan lembaga dikat atau pelatihan.
Fungsi mesin bubut standar pada prinsipnya sama dengan mesin bubut
lainnya, yaitu untuk: membubut muka/facing, rata lurus/bertingkat, tirus, alur,

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

ulir, bentuk, mengebor, memperbesar lubang, mengkartel, memotong dll


(Kemendikbud, 2013). Mesin bubut standar dapat ditunjukan pada Gambar
2.3 dan fungsi mesin bubut dapat juga dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.3 Mesin Bubut Standar (Kemendikbud, 2013)

Gambar 2.4 Fungsi Mesin Bubut Standar (Kemendikbud, 2013)


2.3.1.

Pembubutan Ulir Pada Mesin Bubut


Proses pembubutan ulir pada mesin bubut standar, pada dasarnya

hanyalah alternatif apabila jenis ulir yang diperlukan tidak ada dipasaran
umum atau jenis ulir yan dibuat hanya untuk keperluan khusus. Mesin
bubut standar didesain tidak hanya untuk membuat ulir saja, sehingga
untuk melakukan pembubutan ulir memerlukan waktu yang relatif lama,
hasilnya kurang presisi dan banyak teknik-teknik yang harus dipahami
sebelum melakukan pembubutan ulir.
Pembuatan ulir dengan jumlah banyak atau produk masal, pada
umunya dilakukan atau diproses dengan cara diantaranya: diroll, dicetak,
dipress dan diproses pemesinan dengan mesin yang desainnya hanya
khusus digunakan untuk membauat ulir sehingga prosesnya cepat dan
hasilnya presisi. Dari berbagai cara yang telah telah disebutkan diatas,

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

pada proses pembuatannya harus tetap mengacu dan berpedoman pada


standar umum yang telah disepakati, yaitu meliputi nama-nama jenis
ulirnya, nama-nama bagiannya, ukurannya, toleransinya dan peristilahanperistilahannya

sehingga

hasilnya

dapat

digunakan

sesusai

keperuntukannya (Kemendikbud, 2013)


a. Bagian-bagian Ulir
Pada ulir terdapat beberapa bagian yang

dengan peristilahan

nama tertentu diantaranya, pada bagian lingkaran ulir terdapat gang


(pitch-P) dan kisar (lead-L). Pengertian gang adalah jarak puncak ulir
terdekat dan pengertiankisar adalah jarak puncak ulir dalalam satu
putaran penuh (Gambar 2.5). Bila dilihat dari jumlah uliranya, jenis ulir
dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir tunggal (single thread) dan
ulir ganda/majemuk (multiple thread). Disebut ulir tunggal apabila
dalam satu kali keliling benda kerja hanya terdapat satu alur ulir dan
disebut ulir ganda/majemuk jika mempunyai lebih dari satu alur ulir
dalam satu keliling lingkaran (Kemendikbud, 2013).

Gambar 2.5 Ulir Tunggal Kanan


Bila dilihat dari arah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi
dua jenis yaitu: ulir kanan (righ hand screw thread) dan ulir kiri (left
hand screw thread). Disebut ulir kanan apabila ulirannya mengarah
kekanan (Gambar 2.6), dan disebut ulir kiri apabila arah ulirannya
mengarah kekiri (Gambar 2.7) (Kemendikbud, 2013).

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

Gambar 2.6 Ulir Tunggal Kanan dan Arah Ulir (Kemendikbud, 2013)

Gambar 2.7 Ulir Tunggal Kanan dan Arah Ulir (Kemendikbud, 2013).
Selain itu ulir juga memiliki standar nama ukuran yang baku,
diantaranya diameter terbesar atau nomilal (mayor diameter), diameter
tusuk (pitch diameter) dan diameter terkecil atau diameter kaki (minor
diameter). Nama ulir bagian luar dan ulir bagian dalam dapat dilihat
pada (Gambar 2.8). Sedangkan mama-nama bagian ulir luar secara
lengkap dapat dilihat pada (Gambar 2.9) (Kemendikbud, 2013)..

Gambar 2.8 Nama-nama Bagian Ulir Luar dan Dalam (Kemendikbud,


2013).

Gambar 2.9 Nama-nama Bagian Ulir Luar (Kemendikbud, 2013).

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

b. Standar Ulir Metrik V Thread Standard


Jenis ulir metrik v thread standard atau biasa disebut ulir segitiga
metrik, adalah salah satu jenis ulir dengan satuan milimeter (mm)
dengan total sudut ulir sebesar 60 (Gambar 2.10). Selain itu ulir metrik
memiliki kedalaman ulir baut (luar) 0,61P dengan radius pada dasar
ulirnya 0,7 P dan kedalaman ulir murnya (dalam) 0,54 P dengan radius
pada dasar ulirnya 0,07 P. (Gambar 2.11) (Kemendikbud, 2013)..

Gambar 2.10 Sudut Ulir Metrik (Kemendikbud, 2013).

Gambar 2.11 Kedalaman Ulir Standar Metrik (Kemendikbud, 2013).


Untuk operasional dilapangan, penulisan ulir metrik diberi
lambang M yang disertai diameter nominal dan gang/kisar ulirnya.
Misalnya M 12x1,75 artinya: standar ulir mertrik dengan diameter
nominal 12 mm dan gang/kisarnya 1,75 mm (Kemendikbud, 2013).
2.6.

Sambungan
Sambungan yang digunakan untuk pembuatan alat assembly dan
dissasembly hydraulic cylinder pada excavator berkapasitas 7,5 ton antara
lain sebagai berikut:

2.4.1. Sambungan Las


Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik
pengelasan dengan menggunakan arus listrik yang membentuk busur arus

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

dan elektroda berselaput. Didalam pengelasan SMAW ini terjadi gas


pelindung ketika elektroda terselaput itu mencair, sehingga dalam proses
ini tidak diperlukan tekanan/pressure gas inert untuk menghilangkan
pengaruh oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau
gelembung-gelembung didalam hasil pengelasan. Proses pengelasan
terjadi karena adanya hambatan arus listrik yang mengalir diantara
elektroda dan bahan las yang menimbulkan panas mencapai 3000 oC,
sehingga membuat elektroda dan bahan yang akan dilas mencair.
Mesin las terdiri dari mesin las AC dan mesin las DC, dimana kedua
mesin las ini dapat menghasilkan dan menyediakan tegangan dan arus
listrik yang cukup untuk terjadinya proses pengelasan. Kedua jenis mesin
las tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga dalam
penggunaannya harus benar-benar diperhatikan agar sesuai dengan bahan
yang dilas ataupun teknik-teknik pengelasannya (Sukaini, Tarkina, Fandi,
2013).
1. Mesin Las Arus Bolak Balik (AC)
Mesin las arus bolak-balik sebenarnya adalah transformator
penurun tegangan. Transformator (trafo mesin las) adalah alat yang
dapat merubah tegangan yang keluar dari mesin las. Tegangan yang
diperlukan oleh mesin las bermacam-macam biasanya 110 V, 220 V,
380 V atau 420 V. Pengaturan arus pada pengelasan dapat dilakukan
dengan cara memutar tuas, menarik, atau menekan, tergantung pada
konstruksinya, sehingga kedudukan inti medan magnit bergeser naikturun pada transformator. Pada mesin las arus bolak-balik, kabel masa
dan kabel elektroda dipertukarkan tidak mempengaruhi perubahan
panas yang timbul pada busur nyala.
2. Mesin Las Arus Searah (DC)
Mesin las arus searah mendapatkan sumber tenaga listrik dari
trafo las (AC) yang kemudian diubah menjadi arus searah atau dari
generator arus searah yang digerakkan oleh motor bensin atau motor
diesel sehingga cocok untuk pekerjaan lapangan atau untuk bengkelbengkel kecil yang tidak mempunyai jaringan listrik.

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

Pemasangan kabel-kabel las (pengkutuban) pada mesin las arus


searah dapat diatur/dibolak-balik sesuai dengan keperluan pengelasan,
ialah dengan cara :
Pengkutuban langsung
DCSP/DCEN)
Pengkutuban terbalik

(Direct
(Direct

Current

Straight

Polarity/

Current

Reverce

Polarity/

DCRP/DCEP)
a. Pengkutuban langsung (DCSP/DCEN):
Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif (+) mesin
las dihubungkan dengan benda kerja dan kutub negatif (-)
dihubungkan dengan kabel elektroda. Dengan hubungan seperti ini
panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan
elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja.
b. Pengkutuban terbalik (DCRP/DCEP):
Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin las
dihubungkan dengan benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan
dengan elektroda. Pada hubungan semacam ini panas pengelasan
yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3
bagian memanaskan elektroda (Sukaini, Tarkina, Fandi, 2013) .
Pengkutuban mesin las dc dapat dilihat pada Gambar 2.12.

DCSP/DCEN

DCRP/DCEP

Gambar 2.12 Pengkutuban Mesin Las DC (Sukaini, Tarkina, Fandi,


2013)
2.5. Sambungan Mur dan Baut
Sambungan mur baut (bolt) banyak digunakan pada berbagai
komponen mesin. Sambungan mur baut bukan merupakan sambungan tetap,
melainkan dapat dibongkar pasang dengan mudah (Irawan, 2009).
2.5.1.
Tata Nama Baut
a. Diameter mayor adalah diameter luar baik untuk ulir luar maupun
dalam.

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

b. Diameter minor adalah diameter ulir terkecil atau bagian dalam dari
ulir.
c. Diameter pitch adalah diameter dari lingkaran imajiner atau diameter
efektif dari baut
d. Pitch adalah jarak yang diambil dari satu titik pada ulir ke titik
berikutnya dengan posisi yang sama.
1
Pitch=
jumlah ulir per panjang baut ............................................
(1)
e. Lead adalah jarak antara dua titik pada kemiringan yang sama atau
jarak lilitan. Bagian-bagian baut dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Bagian-Bagian Baut


Keterangan pada Gambar 2.13 sebagai berikut:
d0

: diameter mayor (nominal)

dI

: diameter minor

dp

: diameter pitch

: diameter baut

: panjang baut

: daerah dekat efektif

: lebar kunci

: diameter baut

: jarak ulir

2.5.2.
Jenis-Jenis Baut
1. Baut Tanam (Stud)

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

Stud tidak berkepala dan berdrat dari setiap ujungnya. Bisa terdiri
dari drat yang berbeda pada masing-masing ujungnya untuk
menyesuaikan dengan kegunaan stud tersebut (Firdausi, 2013). Stud
dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Baut Tanam (Firdausi, 2013)


2. Baut Berkepala Bulat (Cup Head Bold)
Baut berkepala bulat ini mempunyai sebagian dari tangkainya
yang berbentuk persegi untuk menahan baut, yang dapat digunakan
untuk mengikat lantai kayu dari bodi truk atau untuk besi bemper
(Firdausi, 2013). Baut berkepala bulat dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Baut Berkepala Bulat (Firdausi, 2013)


3. Gutter Bold
Gutter bold mempunyai ulir penuh dan sering kali digalvaniskan
(galvanised) dengan sebuah kepala berbentuk kubah dan sebuah alur
untuk obeng. Digunakan dengan sebuah mur untuk mengikat bahan
yang ringan dan logam lembaran (Firdausi, 2013). Gutter bold dapat
dilihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Gutter Bold (Firdausi, 2013)


4. Baut Batere (Battery Bold)
Sebuah baut berkepala persegi, digalvaniskan dengan kuat, yang
sering digunakan untuk mengencangkan terminal-terminal batere (accu)
pada kutub (kepala) batere (Firdausi, 2013). Baut batere dapat dilihat
pada Gambar 2.17.

Tugas Akhir D3 Teknik Mesin Alat Berat

Gambar 2.17 Baut Batere (Firdausi, 2013)

5.

2.5.3.

2.6.
2.7.

]bjhf

Anda mungkin juga menyukai