Anda di halaman 1dari 169

SKRIPSI

RANCANG BANGUN ROTARY TABLE SEMI-AUTOMATIC


GUNA MEMPERCEPAT WAKTU PROSES
PADA CHEMICAL WEIGHTING
DI DEPARTEMEN PRODUKSI PT ELASTOMIX INDONESIA

Disusun oleh:

ABDULLAH TAQIYYAN (4.21.18.0.02)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2022
SKRIPSI

RANCANG BANGUN ROTARY TABLE SEMI-AUTOMATIC


GUNA MEMPERCEPAT WAKTU PROSES
PADA CHEMICAL WEIGHTING
DI DEPARTEMEN PRODUKSI PT ELASTOMIX INDONESIA

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi


Sarjana Terapan

Disusun oleh:
ABDULLAH
TAQIYYAN 4.21.18.0.02

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2022
SKRIPSI
PERAWATAN

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Rancang


Bangun Rotary Table Semi-Automatic guna Mempercepat Waktu Proses pada
Chemical Weighting di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia” yang
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Terapan pada
Program Studi Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, sejauh yang saya ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang udah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar S.Tr / Sarjana Terapan di lingkungan
Politeknik Negeri Semarang maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun,
kecuali bagian yang bersumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Semarang, 11 Agustus 2022

Abdullah Taqiyyan
NIM. 4.21.18.0.02

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic guna


Mempercepat Waktu Proses pada Chemical Weighting di Departemen
Produksi PT Elastomix Indonesia” dibuat untuk melengkapi sebagian
persyaratan menjadi Sarjana Terapan pada Program Studi Sarjana Terapan Teknik
Mesin Produksi dan Perawatan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Semarang dan disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian skripsi.

Semarang, 6 Agustus 2022


Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Agus Slamet, M.T. Giyanto, S.T., M.T., M.Sc.


NIP 19570817.198503.1.028 NIP 19881129201703

Mengetahui,
Ketua Pogram Studi Sarjana Terapan
Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Dr. Ampala Khoryanton, S.T., M.T.


NIP 19661228.199003.1.001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic guna


Mempercepat Waktu Proses pada Chemical Weighting di Departemen
Produksi PT Elastomix Indonesia” telah dipertahankan dalam ujian wawancara
dan diterima sebagai syarat untuk menjadi Sarjana Terapan pada Program Studi
Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang pada tanggal 15 Agustus 2022.

Tim Penguji,
Penguji I, Penguji II, Penguji II,

NIP. NIP. NIP.

Ketua, Sekretaris,

Ir. Agus Slamet, M.T. Giyanto, S.T., M.T., M.Sc.


NIP.19570817.198503.1.028 NIP.19881129201703

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Mesin,

Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T.


NIP. 19700505.199903.1.002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic guna Mempercepat
Waktu Proses pada Chemical Weighting di Departemen Produksi PT Elastomix
Indonesia”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
megucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Agus Slamet, M.T. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Tim
Penguji
2. Giyanto, S.T., M.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II
3. …. sebagai Sekretaris Tim Penguji
4. …. sebagai Penguji I sidang skripsi.
5. …. sebagai Penguji II sidang skripsi.
6. …. sebagai Penguji III sidang skripsi.
7. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi
dan do’a kepada penulis.
8. PT Elastomix Indonesia sebagai tempat penelitian skripsi.
9. Teman - teman Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Angkatan 2018 atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kata sempurna, hal ini
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga dapat bermanfaat bagi
Industri, Pihak Akademik, serta semua pihak maupun pembaca.

Semarang, …. Agustus 2022

Abdulla Taqiyyan

v
ABSTRAK

PT Elastomix Indonesia merupakan perusahaan manufacture of masterbatch


compound rubber. Departemen produksi merupakan salah satu departemen di PT
Elastomix Indonesia yang bertanggungjawab jalannya proses produksi. Latar
belakang penelitian ini terjadi pada chemical weighting process di Departemen
Produksi adalah selama 1 shift (7 jam kerja) hanya bisa melakukan penimbangan
raw material kimia sebesar 10 ton, sehingga dibutuhkan overtime selama 3 jam
kerja untuk memenuhi target penimbangan sebesar 15 ton. Penyebabnya adalah
proses pemutaran rotary table yang masih manual, yaitu yang diputar
menggunakan tangan. Dampak permasalahan tersebut yaitu akan mengakibatkan
menurunnya produktivitas PT Elastomix Indonesia. Solusi pemecahan masalah
dilakukan dengan rancang bangun rotary table semi-automatic yang diputar
menggunakan motor listrik. Komponen utama dalam mesin adalah rotary table,
sekat pembatas, ac magnetic motor brake, roller chain, sprocket dan PLC.
Perancangan yang dilakukan adalah perhitungan secara matematis serta
menggunakan metode finite element analysis pada software Solidworks. Metode
penelitian ini menggunakan Root Cause Analysis, Cause and Effect Diagram,
Sighley’s Mechanical Engineering Design, dan paired sample t-tes. Parameter
pengujian yaitu massa raw material kimia terhadap waktu proses dan kapasitas
penimbangan. Hasil penelitian ini adalah rancang bangun rotary table semi-
automatic mampu menurunkan waktu proses sebesar 32%, kapasitas penimbangan
meningkat sebesar 31% serta menurunkan biaya gaji operator per bulan sebesar
31,8%.

Kata kunci: Departemen Produksi, Rotary Table, Weighting Process, Waktu


Proses

vi
ABSTRACT

PT Elastomix Indonesia is a manufacturing company on masterbatch compound


rubber. Production Department is one of departments responsible for production
process in PT Elastomix Indonesia. The main background of this study is focused
on chemical weighting process conducted in Production Department which
requires 7 work hours to weight 10 ton raw chemical substances leading to 3
work hours overtime in order to meet 15 ton weighting demand. This issue is
driven by manual rotating process of the rotary table; manually rotated by the
hand. This results in productivity declined by PT Elastomix Indonesia. The main
components of the machine include rotary table, partition, AC magnetic motor
brake, roller chain, sprocket, and PLC. The feasibility study is accomplished by
analytical calculation and Finite Element Analysis (FEA) implementation on
SolidWorks. Research method in this study is based on Root Cause Analysis,
Cause and Effect Diagram, Sighley’s Mechanical Engineering Design, and paired
sample t-test. The parameter investigated is influence of mass of raw chemical
substances on required time process and weighting capacity. As the result of this
study, semi-automatic rotary table designed is capable to reduce required time
process by 32%, increase weighting capacity by 31%, and cut down operator
monthly cost by 31.8%.

Keyword: Production Departemen, Rotary Table, Weighting Process, Time


Process

vii
DAFTAR ISI

Halaman
SKRIPSI i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR LAMBANG xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan 5
1.5 Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Road Map Penelitian 6
2.2 Perancangan 8
2.2.1 Identification of Need 9
2.2.2 Definition of Need 10
2.2.3 Synthesis 10
2.2.4 Analysis and Optimization 11
2.2.5 Evaluation 11
2.2.6 Presentation 12
2.3 Konsep dan Pemilihan Desain 12
2.4 Baja ASTM A36 14

2.5 Baja DIN 17100 ST 60 - 2 15

viii
2.6 Rotary Table 15
2.7 Motor Listrik 16
2.8 Shaft / Poros 17
2.9 Transmisi Roller Chain dan Sprocket 19
2.10 Bearing / Bantalan 23
2.11 Mur dan Baut 24
2.12 Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) 25
2.13 GX Works 27
2.14 Programmable Logic Controller 27
2.15 Kesetimbangan Sistem Gaya 28
2.16 Buckling 30
2.17 Tegangan dan Faktor Keamanan 32
2.18 Berat 33
2.19 Cycle Time/Waktu Proses dan Kapasitas Produksi 34
2.20 Uji Independent Sample T-test 35
2.21 Break Even Point (BEP) 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 38
3.2 Metode Penelitian 38
3.2.1 Identifikasi Masalah 39
3.2.1.1 Studi Lapangan 39
3.2.1.2 Wawancara 39
3.2.1.3 Analisis Masalah 40
3.2.2 Studi Pustaka 43
3.2.2.1 Dasar Teori 43
3.2.2.2 Dasar Perhitungan 43
3.2.3 Perancangan 43
3.2.3.1 Konsep Desain 44
3.2.3.2 Desain 3D 45
3.2.3.3 Analysis and Optimization 46
3.2.3.4 Evaluation (Evaluasi) 46

3.2.3.5 Presentation (Presentasi) 47


3.2.4 Pembuatan Mesin 47
3.2.5 Pengujian 49
ix
3.2.6 Analisa Data 51
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 52
4.1 Raw Material Kimia 52
4.2 Proses Chemical Weighting Sebelum Improvement 52
4.3 Pengujian Waktu Proses Sebelum Improvement 54
4.4 Data Kapasitas Penimbangan pada Chemical Weighting 54
4.5 Hasil Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic 55
4.6 Data Hasil Pengujian 65
4.6.1 Pengujian Waktu Proses Setelah Improvement 65
4.6.2 Data Kapasitas Penimbangan Setelah Improvement 66
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 68
5.1 Analisis 68
5.1.1 Analisis Pembangkitan Alternatif Desain 68
5.1.2 Analisis Pertimbangan Alternatif Desain 73
5.1.3 Analisis Penilaian Alternatif Desain 74
5.1.4 Analisis Perhitungan 76
5.1.4.1 Perhitungan Beban Rotary Table 76
5.1.4.2 Perhitungan Keliling Rotary Table 78
5.1.4.3 Perhitungan Kecepatan Putar Rotary Table 78
5.1.4.4 Perhitungan Shaft Driven 79
5.1.4.5 Perhitungan Transmisi Roller Chain dan Sprocket 80
5.1.4.6 Perhitungan Kesetimbangan Gaya 82
5.1.4.7 Perhitungan Buckling 88
5.1.4.8 Perhitungan Kekuatan Sambungan Las 91
5.1.5 Analisis Pengerjaan Rancang Bangun Rotary Table 92
5.1.6 Analisis Data Hasil Pengujian 96
5.1.6.1 Analisis Data Pengujian Waktu Proses 96
5.1.6.2 Analisis Data Kapasitas Penimbangan 98
5.1.7 Analisis Ekonomi 100

5.1.7.1 Break Even Point (BEP) 100


5.1.7.2 Cost Down 101
5.2 Pembahasan 102
5.2.1 Pembahasan Alternatif Desain 102
5.2.2 Pembahasan Analisis Perhitungan 104
x
5.2.2.1 Pembahasan Analisis Perhitungan Beban 104
5.2.2.2 Pembahasan Analisis Perhitungan Keliling 105
5.2.2.3 Pembahasan Analisis Perhitungan Kecepatan Putar 105
5.2.2.4 Pembahasan Analisis Perhitungan Shaft Driven 105
5.2.2.5 Pembahasan Analisis Perhitungan Kesetimbangan Gaya 105
5.2.2.6 Pembahasan Analisis Perhitungan Buckling 106
5.2.2.7 Pembahasan Analisis Perhitungan Sambungan Las 106
5.2.3 Pembahasan Hasil Pengujian 107
5.2.3.1 Pengujian Waktu Proses 107
5.2.3.2 Data Kapasitas Penimbangan 108
5.2.4 Pembahasan Analisis Ekonomi 110
5.2.4.1 Break Even Point (BEP) 110
5.2.4.2 Cost Down 111
5.2.5 Hasil dan Spesifikasi Mesin 111
BAB VI KESIMPULAN 114
LAMPIRAN 119

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. 1 (a) Rotary Table Manual (b) Raw Material Kimia 2
Gambar 1. 2 Konsep Perancangan Rotary Table Semi-Automatic 3
Gambar 2. 1 Diagram Alir Proses Perancangan 9
Gambar 2. 2 Perancangan Rotary Table Menggunakan Software Solidworks 11
Gambar 2. 3 Rotary table 16
Gambar 2. 4 Poros 19
Gambar 2. 5 Istilah yang digunakan dalam penggerak rantai 21
Gambar 2. 6 Bantalan/Bearing 24
Gambar 2. 7 Macam - macam Mur dan Baut 25
Gambar 2. 8 Pengelasan SMAW 26
Gambar 2. 9 Penampang Las 26
Gambar 2. 10 Pemrograman pada software GX Works 27
Gambar 2. 11 Programmable Logic Controller Mitsubishi 28
Gambar 2. 12 Balok Tumpuan Sederhana Menyangga Beban Terpusat 29
Gambar 2. 13 Jenis Kondisi Ujung Kolom; (a) Both the ends hinged or pin
jointed, (b) One end is fixed and the other hinged, (c) Both the end fixed, (d) One
end is fixed and the other free 31
Gambar 3. 1 Diagram Alir Proses Rancang Bangun Rotary Table 39
Gambar 3. 2 Root Cause Analysis (Vorley 2008) 40
Gambar 3. 3 Diagram Identifikasi Masalah (5M + 1E) pada Chemical Weighting
Process 42
Gambar 3. 4 Diagram Alir Proses Perancangan 44
Gambar 3. 5 Diagram Alir Pengujian Waktu Proses 50
Gambar 4. 1 Raw Material Kimia 52
Gambar 4. 2 Base Frame 56
Gambar 4. 3 (a) Rangka (b) Rotary Table 56
Gambar 4. 4 Sekat Pembatas 57
Gambar 4. 5 Shaft Driven 57
Gambar 4. 6 Bracket Signal Lamp 58

xii
Gambar 4. 7 Signal Lamp 58
Gambar 4. 8 Bracket Motor 59
Gambar 4. 9 Electromagnetic Motor Brake 60
Gambar 4. 10 Panel Box 61
Gambar 4. 11 Programmable Logic Controller 62
Gambar 4. 12 Mini Circuit Braker 1 Phase 10 A 62
Gambar 4. 13 Emergency Push Button XB7 63
Gambar 4. 14 Pilot Light 63
Gambar 4. 15 Selector Switch 64
Gambar 4. 16 Bearing UCF 210 64
Gambar 4. 17 Rotating Bearing 65
Gambar 5. 1 Alternatif Desain 1 Rotary Table Semi-Automatic 69
Gambar 5. 2 Alternatif Desain 2 Rotary Table Semi-Automatic 70
Gambar 5. 3 Alternatif Desain 3 Rotary Table Semi-Automatic 72
Gambar 5. 4 Desain Terpilih Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic 76
Gambar 5. 5 Validasi Hasil Perhitungan Massa Secara Matematis dengan Analisis
Evaluate Mass Properties 77
Gambar 5. 6 Transmisi Roller Chain dan Sprocket 80
Gambar 5. 7 Centre of Mass Rotary Table dengan Solidworks 83
Gambar 5. 8 Centre of Mass Rangka Penopang Tampak Atas 84
Gambar 5. 9 Tampak Depan Terhadap Gaya yang Bekerja pada Centre of Mass 84
Gambar 5. 10 Diagram Benda Bebas Kesetimbangan pada Centre of Mass 84
Gambar 5. 11 Ilustrasi Gaya Reaksi di Titik AB 86
Gambar 5. 12 Diagram Beban Bebas di Titik AB 86
Gambar 5. 13 Ilustrasi Gaya Reaksi di Titik CD 87
Gambar 5. 14 Diagram Beban Bebas di Titik CD 87
Gambar 5. 15 Dimensi Besi UNP Kaki Rangka Penopang 89
Gambar 5. 16 Simulasi Finite Element Analysis pada Rangka Penopang 91
Gambar 5. 17 (a) Proses Drilling, (b) Proses Wire Cut 93
Gambar 5. 18 Shaft Driven 94
Gambar 5. 19 (a) Rangkaian Kelistrikan Kendali PLC, (b) Rangkaian Kelistrikan
Motor 94

xiii
Gambar 5. 20 (a) Proses Instalasi Kelistrikan, (b) Hasil Instalasi Kelistrikan pada
Panel 95
Gambar 5. 21 Proses Pengecatan Rotary Table 95
Gambar 5. 22 Rotary Table yang Telah Dirakit 96
Gambar 5. 23 Grafik Kriteria Pembobotan Desain 103
Gambar 5. 24 Grafik Penilaian Alternatif Desain Rotary Table Semi-Automatic
104
Gambar 5. 25 Grafik Hasil Pengujian Waktu Proses pada Chemical Weighting 107
Gambar 5. 26 Grafik Perbandingan Waktu Proses pada Chemical Weighting
Sebelum dan Setelah Improvement 108
Gambar 5. 27 Grafik Data Kapasitas Penimbangan pada Chemical Weighting
Process 109
Gambar 5. 28 Grafik Perbandingan Data Kapasitas pada Chemical Weighting
Sebelum dan Setelah Improvement 109
Gambar 5. 29 Grafik BEP Rotary Table Semi-Automatic 111
Gambar 5. 30 Hasil Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic 112

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2. 1 Matriks Penilaian Konsep 13
Tabel 2. 2 11 Skala Batasan dan 5 Skala Batasan 14
Tabel 2. 3 Tensile Requirement 15
Tabel 2. 4 Mechanical dan Technological Properties of DIN 17100 ST 60 - 2 15
Tabel 2. 5 Jumlah Gigi pada Pinion/Smaller Sprocket untuk Rasio Kecepatan 20
Tabel 2. 6 Karakteristik rantai rol menurut IS: 2403-1991 22
Tabel 2. 7 Properties of Commonly Used Cross-Section 31
Tabel 2. 8 Values of End Fixity Coefficient (C) and Effective Length (Le) 32
Tabel 2. 9 Nilai Faktor Keamanan 33
Tabel 3. 3 Pengadaan Komponen 47
Tabel 4. 1 Tahapan Proses Chemical Weighting 53
Tabel 4. 2 Data Pengujian Waktu Proses Chemical Weighting Sebelum
Improvement 54
Tabel 4. 3 Data Kapasitas Penimbangan Sebelum Improvement 55
Tabel 4. 4 Spesifikasi Signal Lamp 58
Tabel 4. 5 Spesifikasi AC Magnetic brake Motor 59
Tabel 4. 6 Spesifikasi Limit Switch 60
Tabel 4. 7 Spesifikasi Programmable Logic Controller 61
Tabel 4. 8 Spesifikasi Mini Circuit Braker 1 Phase 62
Tabel 4. 9 Spesifikasi Emergency Push Button XB7 62
Tabel 4. 10 Spesifikasi Pilot Light XB7 63
Tabel 4. 11 Spesifikasi Selector Switch XB7 63
Tabel 4. 12 Spesifikasi Bearing UCF 210 64
Tabel 4. 13 Spesifikasi Rotating Bearing 65
Tabel 4. 14 Data Pengujian Waktu Proses Chemical Weighting Setelah
Improvement 66
Tabel 4. 15 Data Kapasitas Penimbangan Setelah Improvement 66

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan dari PT Elastomix Indonesia 120
Lampiran 2. Dokumentasi Sidang Skripsi 121
Lampiran 3. Dokumentasi Proses Fabrikasi Rotary Table Semi-Automatic 122
Lampiran 4. Dokumentasi Penggunaan Rotary Table Semi-Automatic pada
Chemical Weighting Process 123
Lampiran 5. Material Baja ASTM A36 124
Lampiran 6. Material Baja DIN 17100 ST-60 125
Lampiran 7. Bearing UCF 210 126
Lampiran 8. Rotating Bearing Osaka Taiyu 127
Lampiran 9. Elektroda Kobe Steel 128
Lampiran 10. Tsubaki Sprocket 129
Lampiran 11. Tsubaki Roller Chain 130
Lampiran 12. Gambar Kerja Rotary Table Semi-Automatic 131

xvi
DAFTAR LAMBANG

P = Daya [HP]
ω = Kecepatan sudut [rad/s]
N = Kecepatan putar [rpm]
T = Torsi [Nm]
J = Momen inersia
𝑟𝑔 = Tegangan geser terjadi [N/mm2]
𝑟𝑔̅ = Tegangan geser ijin
σy = Tegangan Yield [N/mm2]
fs = Faktor kemanan
F = Gaya [N]
r = Jarak [m]
D = Pitch circle diameter [mm]
p = Pitch [mm]
Z = Jumlah gigi
𝑢 = Kecepatan linear [m/s]
K = Jumlah sambungan rantai
Alas = Luas permukaan kampuh las [m2]
𝑙w = Panjang kampuh las [m]
𝜎𝑡 = Tegangan tarik yang terjadi [N/m2]
s = Tebal plat atau kaki kampuh las [m]
t = Tebal kampuh las [m]
ΣF = Jumlah total gaya [N]
ΣM = Jumlah total momen gaya [Nm]
LB = Panjang balok [m]
c, d, e, f = Jarak antar gaya [m]
K = Radius girasi
𝐼𝑚𝑖𝑛 = Momen inersia terkecil [m4]
𝐴𝐾 = Luas penampang kolom [m2]
Cc = Konstanta buckling

xvii
E = Modulus elastisitas [N/m2]
Fcr = Gaya maksimal yang diizinkan [N]
C = Konstanta ujung batang
Sf = Faktor keamanan
W = Berat [N]
m = Massa [kg]
g = Percepatan gravitasi [m/s2]
BEP (X) Break even point [unit]
BEP (p.X) Break even point [rupiah]
FC = Fixed cost [rupiah]
P = Price [Rp/unit]
C = Cost [Rp/unit]
X = Volume produksi [unit]

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Elastomix Indonesia merupakan salah satu industri manufaktur yang bergerak
dalam bidang manufacture of masterbatch compound rubber. Produk yang
dihasilkan oleh PT Elastomix Indonesia yaitu berupa rubber masterbatch ataupun
lembaran karet. PT Elastamix Indonesia hanyalah memproduksi rubber
masterbatch, tetapi terdapat berbagai jenis ataupun tingkatan rubber masterbatch
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan customer. Saat ini, kapasitas yang
produksi oleh PT Elastomix Indonesia mencapai 100 ton perbulannya (PT
Elastomix Indonesia, 2022).

PT Elastomix Indonesia sebagai industri manufaktur, tentunya memiliki mesin


dan peralatan penunjang (support tool) produksi yang merupakan salah satu
kekuatan utama perusahaan dalam berlangsungnya proses produksi. Dalam rangka
menghasilkan produk yang berkualitas, maka diperlukan pekerja yang
berkompeten, bahan baku berkualitas, sistem dan metode proses produksi yang
tepat serta didukung oleh teknologi terkini. Kerjasama antar departemen sangat
dibutuhkan untuk menjamin berlangsungnya proses produksi. Departemen pada
PT Elastomix Indonesia terdiri dari Departemen Produksi dan Departemen QC &
QA. Departemen Produksi terbagi menjadi dua section yang meliputi Production
Section dan Maintenance Section.

Production Section merupakan salah satu section di PT Elastomix Indonesia yang


bertanggung jawab terhadap jalannya proses produksi rubber masterbatch, mulai
dari proses pengolahan bahan baku hingga menjadi barang jadi yang siap diolah
kembali oleh customer. Proses produksi di PT Elastomix Indonesia terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu weighting process (chemical, oil, carbon dan polymer),
batch setting, mixing, under roll, sheeting roll, batch of machine dan berakhir
pada packing process (PT Elastomix Indonesia, 2022). Area chemical weighting
process memiliki 3 alat pendukung berupa rotary table, sedangkan yang
beroperasional hanya 2 rotary table dan 1 rotary table sebagai cadangan ketika
terjadi kerusakan

1
2

ataupun perawatan. Rotary table yang digunakan memiliki diameter dua meter.
Fungsi rotary table yaitu sebagai alat bantu pada proses chemical weighting, yang
nantinya raw material diletakkan di atas meja guna mempermudah proses
penimbangan. Alat bantu yang digunakan masih menggunakan rotary table
manual yaitu yang diputar menggunakan tangan. Setiap satu shift, operator harus
melakukan penimbangan menggunakan 2 alat bantu manual dengan target kurang
lebih 15 ton. Raw material yang telah ditimbang kemudian akan dikirim ke line
produksi untuk dilakukan proses pengolahan hingga barang jadi. Proses
penimbangan yang dilakukan pada hari ini akan diolah di line produksi untuk hari
esoknya, jika target dari proses penimbangan belum tercapai dalam satu shift
maka perlu dilakukannya over time ataupun lembur guna memenuhi target
tersebut dalam satu shift.

(a) (b)
Gambar 1. 1 (a) Rotary Table Manual (b) Raw Material Kimia
(Dokumentasi Pribadi)

Salah satu permasalahan yang ditemukan di Production Section yaitu lamanya


waktu proses (cycle time) pada chemical weighting dan angka over time yang
tinggi. Berdasarakan riwayat dari Production Section diketahui bahwa sepanjang
tahun 2021 yaitu selama 1 shift (7 jam kerja) hanya bisa melakukan penimbangan
raw material kimia sebesar 10 ton, sehingga dibutuhkan overtime selama 3 jam
kerja untuk memenuhi target penimbangan raw material sebesar 15 ton. Penyebab
permasalahan tersebut yaitu proses pemutaran rotary table yang masih manual
(diputar dengan tangan) sehingga berakibat terhadap produktivitas dan
profitabilitas di PT Elastomix Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
1. Dampak permasalahan tersebut yaitu akan mengakibatkan meningkatnya biaya
3

produksi PT Elastomix Indonesia. Pemecahan masalah yang dilakukan adalah


improvement rotary table semi-automatic, yaitu yang diputar menggunakan motor
listrik. Berputarnya rotary table secara otomatis (diputar menggunakan motor
listrik yang dikontrol oleh PLC) maka dapat memberikan keuntungan berupa
meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan nilai safety, menurunkan waktu
proses serta mengurangi loss time yang terjadi pada chemical weighting process di
departemen produksi PT Elastomix Indonesia

Berdasarkan uraian di atas, maka diambil judul skripsi “Rancang Bangun Rotary
Table Semi-Automatic guna Mempercepat Waktu Proses pada Chemical
Weighting di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu bagaimana merancang dan membuat
rotary table semi-automatic untuk menurunkan waktu proses, mengurangi loss
time yang terjadi, meningkatkan kapasitas produksi dan nilai safety pada chemical
weighting process di departemen produksi PT Elastomix Indonesia.

Sekat
Limit pembatas
Switch
Rotary table

Tower lamp
Rangka rotary
table

Electromagnetic
motor brake Bearing
Bracket tower
lamp

Rangka
penopang
utama

Level Transmisi roller


Panel box adjuster chain dan sprocket
Foot switch

Gambar 1. 2 Konsep Perancangan Rotary Table Semi-Automatic


4

Rotary table semi-automatic yang akan dirancang memiliki 2 mekanisme kinerja


rotary table. Kinerja dari rotary table yaitu berputar secara manual dan berputar
secara semi otomatis. Rotary table berputar secara manual yaitu nantinya ketika
operator akan memutar rotary table maka perlu menginjak foot switch terlebih
dahulu kemudian akan berhenti ketika foot switch itu dilepaskan, sedangkan
rotary table berputar secara semi otomatis yaitu nantinya ketika operator akan
memutar rotary table maka perlu menginjak foot switch terlebih dahulu kemudian
akan berhenti sesuai dengan batasan triger atau pemicu yang telah ditentukan letak
posisi pemberhentiannya. Arah putaran rotary table yaitu berputar secara
horizontal. Nantinya, rotary table akan dirancang yang memiliki diameter lebih
kecil daripada yang digunakan saat ini. Hal ini bertujuan untuk memaksimal ruang
gerak bagi operator. Perancangan modifikasi rotary table terdiri dari beberapa
bagian utama yaitu rangka penopang utama yang berfungsi untuk menopang
electromagnetic motor brake, rotary table dan bearing. Kerangka utama terbuat
dari besi kanal UNP, besi hollow dan strip plat. Motor penggerak yang digunakan
yaitu electromagnetic motor brake. Electromagnetic motor brake adalah motor
listrik AC yang didalamnya terdapat rem elektromagnetik. Putaran sumber pada
input dapat diubah menjadi putaran yang dikehendaki pada poros output dengan
transmisi roda gigi pada rasio tertentu. Daya ataupun putaran yang dihasilkan
electromagnetic motor brake kemudian akan ditransmisikan oleh roller chain dan
sprocket menuju poros rotary table. Poros rotary table akan ditopang oleh 3 buah
bearing ataupun bantalan guna menjaga keseimbangan perputaran rotary table.
Sistem kontrolnya akan menggunakan PLC (Programmable Logic Controller)
yang berfungsi untuk mengontrol serta mengatur berbagai input dan output yang
akan digunakan.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah mengenai rancang bangun rotary table
pada chemical weighting process di PT Elastomix Indonesia yang meliputi:
a) Pemecahan masalah dilakukan guna mempercepat waktu proses chemical
weighting, mengurangi loss time yang terjadi, meningkatkan kapasitas produksi
dan meningkatkan nilai safety.
5

b) Perancangan dilakukan menggunakan software solidworks yang meliputi


desain 2D dan 3D, penentuan jenis material, analisis perhitungan poros,
transmisi roller chain dan sprocket, buckling, tegangan dan perhitungan daya.
c) Proses pembuatan rotary table semi-automatic meliputi proses fabrikasi dan
proses perakitan.
d) Pengujian yang dilakukan dari hasil rancang bangun rotary table semi-automatic
yaitu pengujian waktu proses terhadap massa raw material.

1.4 Tujuan
Tujuan dari penilitian ini adalah:
a) Melakukan rancang bangun rotary table semi-automatic guna mempercepat
waktu proses pada chemical weighting dengan target efisiensi penurunan waktu
sebesar 25%.
b) Melakukan pengujian waktu proses untuk mengetahui capaian pengurangan
waktu penimbangan yang didapatkan dengan target waktu proses penimbangan
dibawah 5 detik.
c) Melakukan perbandingan hasil sebelum dan sesudah adanya improvement
rotary table di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia

1.5 Manfaat
Manfaat dari penilitian ini adalah :
a) Mempercepat waktu proses pada chemical weighting di Departemen Produksi
PT Elastomix Indonesia
b) Meningkatkan nilai safety dan kapasitas produksi pada chemical weighting
process di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia.
c) Perusahaan memiliki alat pendukung lebih baik berupa rotary table semi
otomatis yang akan diimplementasikan pada weighting process di Departemen
Produksi PT Elastomix Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Road Map Penelitian


Secara harfiah road map dapat diartikan sebagai penunjuk arah atau peta
penentu/peta jalan. Roadmap pada awalnya dikembangkan sebagai alat untuk
menemukan rute permukaan untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Namun
saat ini, ruang lingkup roadmap telah diperluas dan mencakup alat yang
digunakan sebagai tolak ukur langkah baru untuk mencapai prediksi dari suatu
pengembangan, menilai kemajuan dan menunjukkan analisis (Bittnar et al., 2009).
Berdasarkan jurnal - jurnal terkait dengan kasus yang diangkat dalam penelitian
ini dan telah diteliti sebelumnya, beberapa analisis kasus serupa telah
dilakukannya sebelumnya, diantaranya:

Rhakamerta Hijazi et all (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Engineering


Design of Rotary Table for Digital Radiography and Gamma Ray CT Prototype in
Manufacturing Industry”. Penelitian tersebut membahas mengenai tomografi
dengan metode sinar gamma membutuhkan suatu alat yang digunakan untuk
memindai secara bergiliran. Perancangan meja putar telah dilakukan, dan
diimplementasikan pada prototipe radiografi dan CT sinar gamma. Rancang
bangun meja putar terdiri dari rancangan detail dan konstruksi meja putar dengan
kapasitas beban sekitar 200 kg sebagai dasar pertimbangan utama untuk
menentukan jenis material dan kapasitas motor penggerak yang akan digunakan.
Berdasarkan hasil perancangan, material yang digunakan untuk konstruksi rangka
meja putar adalah A36/ST37/HSS. Perbandingan roda gigi besar dan kecil yaitu
7 : 1. Sementara itu, kapasitas torsi motor penggerak utama yang dibutuhkan
adalah sebesar 12,5 Nm yang ditransmisikan menggunakan sistem roda gigi,
sehingga torsi yang dihasilkan dari roda gigi penggerak utama adalah 87,5 Nm
Hasil yang didapat, desain meja putar dapat menopang beban sesuai desain dan
dapat berputar dengan baik (Hijazi et al., 2019). Keterkaitan jurnal tersebut
dengan penelitian ini adalah pada konsep dasar rancang bangun rotary table yang
diimplementasikan sebagai alat bantu pada chemical weighting process mulai dari
proses peracangan, pemilihan material dan perhitungan kapasitas motor penggerak
utama.

6
7

Andi Wadi (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Alat


Rotary Table pada Kompetensi Cetak Saring Program Keahlian Desain Dan
Produksi Kriya Tekstil SMK Negeri 1 Sukasada”. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengembangkan alat bantu pada kompetensi cetak saring, dengan
menggunakan metode Research and Development (R&D). Analisis data dan uji
coba produk melalui eksperimen model before-after. Uji signifikansi dengan
statistik komparasi paired sampel t-test dilakukan untuk mengetahui keefektifan
penggunaan alat lama dan alat hasil pengembangan. Hasil uji keefektifan
menunjukkan perbandingan alat lama dengan alat rotary table pada aspek
kecepatan 79% : 90%, aspek ketepatan 84% : 91% dan aspek kerapian 83% :
90%, rata-rata 82% : 91% dengan nilai korelasi sebesar -0,40. Hasil uji
signifikansi uji satu pihak dengan taraf kesalahan 5%, diperoleh harga t-tabel
sebesar 1,77 dan t-hitung sebesar -12,6. Berdasarkan hasil uji keefektifan
menunjukkan bahwa penggunaan alat rotary table hasil pengembangan lebih
efektif dari penggunaan alat yang lama, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan keefektifan penggunaan alat rotary table yang
baru dan lama (Wadi, n.d.). Keterkaitan jurnal tersebut dengan penelitian ini
adalah pada penggunaan metode pengujian independent sample t-test untuk
mengetahui perbandingan keefektifan rotary table manual dan rotary table hasil
pengembangan

Sheng Peng Zhang et all (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Efficiency
Estimation of Roller Chain Power Transmission System”. Penelitian tersebut
memperkirakan efisiensi sistem transmisi rantai rol berdasarkan kerugian gesekan
geser dan gaya redaman. Kerugian gesekan dihitung menurut hukum gesekan
Coulomb, dan gaya redaman bergantung pada koefisien redaman. Gaya redaman,
yang ada antara sproket penggerak dan sproket yang digerakkan dalam rentang
yang sempit, selain itu juga dipertimbangkan menurut pilihan koefisien redaman.
Eksperimen dilakukan untuk mengukur dan memverifikasi efisiensi yang
diperkirakan. Tata letak percobaan adalah sumbu driver sprocket dan sumbu
driven sprocket dihubungkan melalui rantai uji. Pada poros driver sprocket, motor
listrik memberikan tenaga penggerak dengan kecepatan putar maksimum 1700
rpm dan torsi maksimum 13 Nm. Torsi penggerak dari motor listrik yang diukur
melalui transducer torsi (akurasi 0,3%) yang memiliki kapasitas 0-100 kgf-m.
Nilai teoritis
8

efisiensi transmisi rantai rol dihitung dengan kisaran 86,3 -93,1% yang tergantung
pada kondisi mengemudi. Kerugian transmisi di setiap parameter dianalisis
dengan berbagai kondisi operasi sistem penggerak rantai, termasuk kecepatan
rotasi, torsi, sudut offset lateral, dan koefisien redaman. Pengujian dilakukan
untuk mengukur efisiensi dan dibandingkan dengan hasil teoritis dengan kisaran
perbedaan 0,23- 3,77%, sehingga menunjukkan kesesuaian yang baik dengan nilai
teoritis (Zhang & Tak, 2020). Keterkaitan jurnal tersebut dengan penelitian ini
adalah penggunaan transmisi roller chain dan sprocket yang memiliki
kemampuan untuk mentransmisikan torsi tinggi dari motor listrik sehingga dapat
menggerakkan rotary table.

Talabi, S.I. et al (2014) dalam penelitiannya yang berjudul "Effect of Welding


Variables on Mechanical Properties of Low Carbon Steel Welded Joint".
Penelitian ini membahas pengaruh variabel las terhadap sifat mekanik pelat baja
karbon rendah setebal 10 mm yang dilas dengan metode Shielded Metal Arc
Welding. Analisis penelitian tersebut menggunakan parameter arus pengelasan,
tegangan busur, kecepatan pengelasan dan diameter elektroda. Sampel yang dilas
dipotong dan dikerjakan dengan konfigurasi standar untuk uji tarik, ketangguhan
impak, dan kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter pengelasan
yang dipilih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik sampel
yang dilas. Peningkatan kecepatan pengelasan dari 40-66,67 mm/menit
menyebabkan peningkatan karakteristik kekerasan sampel yang dilas. Penurunan
awal dalam kekuatan tarik dan luluh diamati yang kemudian meningkat seiring
dengan peningkatan kecepatan pengelasan. Diameter elektroda 2,5 mm
memberikan kombinasi terbaik dari sifat mekanik bila dibandingkan dengan
sampel yang diterima (Talabi et al., 2014). Keterkaitan jurnal tersebut dengan
penelitian ini adalah pada penggunaan las SMAW untuk mengelas besi UNP yang
digunakan sebagai rangka penopang rotary table.

2.2 Perancangan
Perancangan merupakan langkah awal dalam membuat sebuah produk.
Perancangan adalah kegiatan merumuskan rencana untuk kepuasan kebutuhan
tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu (Budynas & Nisbett, 2011).
Tahapan perancangan bertujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat
9

menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi kemudian diperoleh dari


perancangan tersebut yang berupa gambar serta spesifikasi yang jelas.
Perancangan merupakan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan
keputusan, dibutuhkan juga informasi yang lengkap guna mempermudah proses
pengambilan keputusan itu sendiri, sehingga dilakukannya perancangan
modifikasi rotary table semi-automatic bertujuan membantu menentukan
komponen apa saja yang akan digunakan dan mengestimasi biaya dalam proses
pembuatan rotary table. Proses perancangan rotary table semi-automatic
digunakannya software Solidworks. Adapun tahapan yang akan dilakukan dari
awal perancangan rotary table semi- automatic hingga terbentuknya alat bantu
tersebut seutuhnya beserta penjelasan dari gambar di bawah:

Gambar 2. 1 Diagram Alir Proses


Perancangan (Budynas & Nisbett,
2011)

2.2.1 Identification of Need


Pada tahap identifikasi kebutuhan, pertama membuat pernyataan lengkap
mengenai masalah, menunjukkan kebutuhan, maksud atau tujuan mesin yang
dirancang (Budynas & Nisbett, 2011). Pada tahap ini berisi kegiatan untuk
menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi guna mendapat solusi
berupa pemecahan masalah (problem solving). Permasalahan yang terjadi pada
chemical weighting
10

process yaitu selama 1 shift (7 jam kerja) hanya bisa melakukan penimbangan raw
material kimia sebesar 10 ton, sehingga dibutuhkan overtime ataupun lembur
selama 3 jam kerja untuk memenuhi target penimbangan raw material sebesar 15
ton. Penyebab permasalahan tersebut yaitu masih digunakannya alat bantu berupa
rotary table manual, yaitu yang diputar menggunakan tangan. Dampak
permasalahan tersebut yaitu akan mengakibatkan menurunnya produktivitas PT
Elastomix Indonesia. Proses ini dapat ditingkatkan dengan mengubah metode
penggunaan rotary table dari awalnya yang digunakan secara manual menjadi
semi otomatis (diputar dengan motor listrik) dengan adanya improvement rotary
table.

2.2.2 Definition of Need


Definisi masalah bersifat spesifik dan harus mencakup semua spesifikasi meliputi
input dan output jumlah, karakteristik, dimensi ruang yang harus ditempati objek,
serta batasan jumlah (Budynas & Nisbett, 2011). Perumusan masalah mengenai
model alat bantu pada chemical weighting process akan menghasilkan arahan
perancangan. Spesifikasi alat bantu yang dirancang juga ditentukan seperti
prestasi kerja yang harus dicapai (rotary table mampu melakukan proses
penimbangan dan memenuhi target waktu proses penimbangan serta kuantitas
yang dicapai), fungsi ataupun kinerja dan dimensi, beserta komponen-komponen
yang akan digunakan.

2.2.3 Synthesis
Tahap sintesis merupakan tahap untuk menemukan konsep atau desain konsep.
Berbagai skema harus diusulkan, diselidiki, dikuantifikasi dan dianalisis untuk
menilai apakah kinerja sistem memuaskan atau lebih baik, dan jika memuaskan,
seberapa baik kinerjanya (Budynas & Nisbett, 2011). Berdasarkan definisi
masalah yang ada, maka diperlukan tahap pembuatan desain dua dimensi dan
dilanjutkan dengan pembuatan desain 3 dimensi beserta alternatif desain rotary
table semi- automatic menggunakan software solidworks.

2.2.3.1 Solidworks
Solidworks adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh Dassault Systemes.
Solidworks merupakan suatu software CAD (Computer Aided Design) yang
memiliki kemampuan membuat model dua dimensi maupun tiga dimensi yang
berguna untuk membantu proses pembuatan desain prototype dua dimensi
maupun
11

tiga dimensi secara visual (Hendrawan et al., 2018). Banyak fitur penting yang
ada di dalam software solidworks ini diantaranya visualisasi 2 dimensi dan 3
dimensi pada desain, fitur simulasi pembebanan, simulasi aliran fuida pada desain,
dan lain- lain.

Solidworks merupakan software yang digunakan dalam proses perancangan rotary


table semi-automatic. Berbagai fitur yang tersedia pada software solidworks
sehingga membantu proses perancangan baik dari pembuatan tiap part hingga
simulasi agar improvement rotary table dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Selain itu, dengan adanya fitur drawing digunakan untuk memperoleh hasil desain
2D pada setiap komponen rotary table sehingga dapat diketahui dimensi, serta
material yang digunakan sehingga nantinya akan memudahkan operator di
lapangan dalam pembuatan alat bantu tersebut.

Gambar 2. 2 Perancangan Rotary Table Menggunakan Software Solidworks

2.2.4 Analysis and Optimization


Beberapa alternatif konsep produk pada tahap sintesis kemudian dipilih untuk
dianalisis lebih lanjut. Analisis ini meliputi analisis gaya, tegangan, deformasi,
getaran, dan lain-lain (Budynas & Nisbett, 2011). Tahap ini dilakukan analisa
perhitungan terhadap rotary table semi-otomatic untuk mengetahui konsep
perancangan yang akan dibuat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Analisis perhitungan pada rancang bangun modifikasi rotary table meliputi
analisis gaya, tegangan, daya, torsi, transmisi chain roller dan sprocket, poros dan
lain-lain.

2.2.5 Evaluation
Tahap evaluasi merupakan bukti akhir dari sebuah kesuksesan desain dan
biasanya melibatkan pengujian untuk mengetahui apakah desain mampu
memenuhi
12

kebutuhan dan dapat diandalkan (Budynas & Nisbett, 2011). Pada tahap ini akan
diperoleh desain rotary table yang terbaik dan disesuaikan dengan kebutuhan
dilapangan berdasarkan hasil penilaian, pengujian dan kebutuhan di lapangan.

2.2.6 Presentation
Tahap terakhir dalam proses perancangan adalah presentasi, yaitu
mengkomunikasikan desain konsep kepada orang lain (Budynas & Nisbett, 2011).
Presentasi merupakan tahap akhir dari proses perancangan rotary table semi-
otomatic. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu menyusun hasil
perancangan dalam bentuk gambar yang lengkap atau gambar kerja, daftar
komponen, spesifikasi bahan atau material, dan informasi lainnya untuk
kebutuhan dalam proses fabrikasi atau pembuatan.

2.3 Konsep dan Pemilihan Desain


Konsep desain merupakan salah satu aspek penting dalam perancangan rotary
table. Proses pembuatan konsep desain dimulai dengan seperangkat identifikasi
kebutuhan yang diperlukan konsumen dan spesifikasi target untuk menghasilkan
sekumpulan konsep produk (Ulrich & Eppinger, 2012). Sekumpulan konsep
produk ini akan menghasilkan beberapa konsep produk alternatif yang kemudian
akan dievaluasi, dan salah satu atau lebih konsep akan dipilih untuk
dikembangkan lebih lanjut. komponen, spesifikasi bahan atau material, dan
informasi lainnya untuk kebutuhan dalam proses fabrikasi atau pembuatan.

Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana rancang bangun rotary


table dapat memenuhi penggunanya. Konsep ini diekspresikan melalui sketsa tiga
dimensi mesin dan uraian atau keterangan gambar. Pengumpulan sebanyak
mungkin informasi dari berbagai sumber mengenai produk tersebut sangat perlu
dilakukan untuk membantu dalam menggali banyak konsep produk untuk proses
perancangan. Konsep produk yang baik akan memberikan keyakinan bahwa
seluruh kemungkinan telah digali atau dianalisis.

Seleksi konsep dilakukan berdasarkan decision-matrix method atau binary


dominance matrix. Hal ini dilakukan untuk mendapat desain terbaik dari beberapa
alternatif desain dari rancang bangun rotary table. Metode binary dominance
matrix tersebut adalah sebagai berikut: (Cross, 2000)
13

a. Metode ini diawali dengan penyusunan matriks untuk mengatur peringkat


kriteria dari urutan tingkat kepentingan relatifnya (binary dominance matrix)
dan menentukan peringkat bobot relatif setiap kriteria. Kriteria bias meliputi
fungsi, pengoperasian, pengerjaan, kontruksi, biaya dan lain - lain.
b. Menyusun kembali urutan kriteria untuk menjamin bahwa kriteria memiliki
bobot lebih besar akan terlebih dahulu dipertimbangkan, hal ini penting
dilakukan jika kriteria yang terlibat dan banyak keputusan yang harus diambil.
Setiap konsep diberi nilai untuk mengetahui baik konsep - konsep tersebut
memenuhi kriteria. Nilai ini dikalikan dengan faktor bobot (weigth factor) dan
dijumlahkan, sehingga menghasilkan nilai total untuk setiap konsep produk.
Konsep produk yang mendapatkan nilai tertinggi merupakan konsep terpilih.
Konsep yang terpilih ini kemudian dijadikan sebagai acuan dalam proses
pengerjaan rancang bangun rotary table.

Pemeringkatan kriteria dilakukan dengan cara membandingkan antar kriteria dan


memberinya nilai sebagai berikut: (Cross, 2000)
Nilai 1 : Kriteria satu lebih prioritas dibandingkan kriteria lainnya.
Nilai 0 : Kriteria satu kurang prioritas dibandingkan kriteria
lainnya Nilai 0,5 : Kriteria sama prioritasnya dengan kriteria
lainnya.
n−1 (2. 1)
Jumlah = n [ ]
2

Keterangan :
n = Banyaknya kriteria
Value = Bobot x score
Angka pada score dipilih salah satu dari ketentuan: 11 point scale dan 5 point
scale.

Tabel 2. 1 Matriks Penilaian Konsep (Cross, 2000)


Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Bobot (k)
Kriteria Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
(n) (u) (n) (u) (n) (u)
Fungsi - - - - - - -
Kontruksi - - - - - - -
14

Pengoperasian - - - - - - -
Pengerjaan - - - - - - -
Biaya Pembuatan - - - - - - -
Perawatan - - - - - - -
Jumlah - - -

Tabel 2. 2 11 Skala Batasan dan 5 Skala Batasan (Cross, 2000)


11 Skala
5 Skala
Batasan Deskripsi Deskripsi
Batasan
0 Solusi sama sekali tidak berguna Tidak
0
1 Solusi yang sangat tidak memadai memadai
2 Solusi lemah

3 Solusi yang buruk 1 Lemah


4 Solusi yang dapat
diselesaikan
2 Memuaskan
5 Solusi yang memuaskan
Solusi bagus dengan beberapa
6
kekurangan 3 Bagus
7 Solusi bagus
8 Solusi sangat bagus
9 Solusi terbaik
4 Terbaik
10 Solusi ideal

Berdasarkan metode tersebut maka akan diperoleh desain terbaik yang akan
dipakai dalam proses rancang bangun rotary table berdasarkan nilai tertinggi dari
analisa tersebut.

2.4 Baja ASTM A36


Penggunaan baja ASTM A36 pada rotary table terdapat pada konstruksi yaitu
dudukan motor, dudukan bearing dan rangka penopang utama. Baja ASTM A36
adalah baja karbon rendah yang memiliki kekuatan yang baik dan juga ditambah
dengan sifat baja yang bisa dirubah bentuk menggunakan mesin dan juga
dilakukan pengelasan (Suprayogi & Tjahjanti, 2017). Pelapisan galvanish maupun
coating pada baja ASTM A36 dapat memberikan ketahanan terhadap korosi. Plat
baja ASTM A36 dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi, tergantung
pada
15

ketebalan plat dan juga tingkat ketahanan korosinya. Beberapa produk yang
menggunakan baja jenis ini seperti konstruksi bangunan, tanki, maupun pipa.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan sifat material baja ASTM A36:

Tabel 2. 3 Tensile Requirement (ASTM A36, 2015)


Tensile strength, [MPa] [400 - 550]
Yield point, [MPa] [250]
Modulus Elastisitas, [MPa] 2 x 105
Plates and Bars:
Elongation in 8 in. [200 mm], min, % 20
Elongation in 5 in. [50 mm], min, % 23

2.5 Baja DIN 17100 ST 60 - 2


Penggunaan baja DIN 17100 ST 60 pada rotary table digunakan pada poros
rotary table yang akan mentranmisikan daya dari sprocket untuk memutar rotary
table. Baja yang digunakan untuk keperluan struktural umum adalah baja murni
yang pada dasarnya dicirikan oleh tensile strength (kekuatan tarik) dan yield point
(titik leleh) pada temperature tertentu. Berikut ini merupakan tabel yang
menunjukan sifat material baja DIN 17100 ST 60 - 2:
Tabel 2. 4 Mechanical dan Technological Properties of DIN 17100 ST 60 - 2

Tensile Strength (for product Yield Point (for product


thicknesses in mm) thicknesses in mm)
Code
> 16 ≥ 40 ≥ 63 > 80
Number <3 ≥ 3 ≤ 100 ≤
16 ≤ 40 ≤ 63 ≤ 80 ≤100

N/mm2 N/mm2
ST 60 - 2 590 - 770 570 - 710 335 325 315 305 295

2.6 Rotary Table


Meja putar (rotary table) digunakan untuk menempatkan atau memutar obyek
atau produk secara presisi dalam setiap derajat tertentu (Hijazi et al., 2019).
Perbedaan dari rotary table saat ini yaitu meja hanya dapat diputar secara manual
sehingga kurang ergonomi bagi operator. Rotary table yang ada di PT Elastomix
Indonesia digunakan untuk menopang material ataupun bahan baku chemical yang
nantinya dapat berputar 360° secara horizontal. Perancangan rotary table semi-
automatic nantinya akan menggunakan electromagnetic motor brake sebagai
penggeraknya.
16

Gambar 2. 3 Rotary table


(Bortnik et al., 2005)

2.7 Motor Listrik


Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
(Bagia & Parsa, 2018). Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik
menjadi magnet yang disebut sebagai elektro magnet. Sebagaimana yang telah
kita ketahui bahwa kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak menolak dan
kutub yang tidak senama akan tarik menarik. Terjadinya proses ini maka kita
dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah
poros yang dapat berputar dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap.
Motor listrik dibedakan dalam 2 jenis yaitu motor listrik AC dan DC, berikut
adalah jenis
- jenis motor listrik (Bagia & Parsa, 2018) :
a) Motor DC
Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang
tidak langsung/ direct-undirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan
khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang
tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.
b) Motor AC
Motor arus bolak balik menggunakan arus listrik yang membalikkan arahnya
secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik memiliki dua buah
bagian dasar listrik: "stator" dan "rotor". Rotor merupakan komponen listrik
berputar untuk memutar poros motor. Keuntungan utama motor DC terhadap
motor AC adalah bahwa kecepatan motor AC lebih sulit dikendalikan. Motor
17

listrik jenis ini akan digunakan pada perancangan modifikasi rotary table semi-
automatic sebagai sumber daya utama untuk menggerakan poros dan sprocket
yang dihubungkan dengan roller chain. Selain itu, motor listrik jenis ini lebih
mudah perawatannya, harga terjangkau, serta memberikan rasio daya terhadap
berat yang cukup tinggi. Tentunya hal ini akan mendukung putaran rotary table
yang memiliki torsi besar.
Daya pada rotary table semi-automatic harus direncanakan secara matang supaya
terjadi kesetimbangan antara faktor analisis dan faktor ekonomis daya motor.
Daya dapat dinyatakan dalam perkalian hasil dari besar torsi dikali dengan
percepatan sudut (Khurmi & Gupta, 2005). Daya yang diperlukan pada rotary
table guna melakukan rangkaian mekanisme kerja dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut: (Norton, n.d.)
P= ωxT (2. 2)
Sedangkan untuk mencari kecepatan sudut menggunakan persamaan di bawah:
(Khurmi & Gupta, 2005)
2xπxN (2. 3)
ω=
60
Keterangan :
ω = kecepatan sudut [rad/s]
P = daya [HP]
N = kecepatan putar [rpm]
T = torsi [Nm]

Perancangan modifikasi rotary table semi-automatic akan menggunakan 1 buah


motor yang berjenis motor listrik AC, electromagnetic motor brake. Motor
dengan daya 90 watt yang akan digunakan untuk memutar poros rotary table
dengan sistem transmisi yang terhubung dengan rantai rol. Sistem transmisi
tersebut bersifat tidak langsung dikarenakan daya yang dikeluarkan oleh motor
listrik tersebut akan melalui gear box ataupun speed reducer terlebih dahulu.
Dengan adanya gear box, maka motor tersebut dapat menggerakan rotary table
dengan torsi yang tinggi.

2.8 Shaft / Poros


Poros adalah elemen mesin berbentuk silinder pejal berputar yang digunakan
untuk mentransmisikan daya dari satu tempat ke tempat lain (Khurmi & Gupta,
2005).
18

Daya dikirim ke poros oleh beberapa gaya tangensial dan torsi yang dihasilkan
(atau momen puntir) yang dipasang di dalam poros sehingga daya dapat
dikirimkan ke berbagai bagian rotary table yang terhubung ke poros. Untuk
mentransfer daya dari shaft driver ke shaft driven, dipasanglah elemen seperti
sprocket. Pengaruh gaya yang diberikan pada elemen tersebut menyebabkan poros
menekuk, sehingga dapat dikatakan bahwa poros digunakan untuk transmisi torsi
dan momen lentur. Ketika poros rotary table hanya dikenai momen puntir (atau
torsi), maka diameter poros dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan torsi
sebagai berikut: (Bhandari, 2016)
𝑇 𝑟𝑔 (2. 4)
= 𝑟
𝐽
𝜋
𝐽= 𝑥 𝑑4 ∗ (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙)
32
Keterangan :
𝑇 = Momen puntir atau torsi [Nmm]
𝐽 = Momen inersia
𝑟𝑔 = Tegangan geser terjadi [N/mm2]
𝑟 = Jari − jari poros [mm]

Berdasarkan pada material poros, maka tegangan geser ijin dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut: (Bhandari, 2016)
0,5 × σy (2. 5)
τ̅ g =
fs
Keterangan :
𝑟𝑔 = Tegangan geser ijin [N/mm2]
σy = Tegangan 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 [N/mm2]

Gerakan perputaran pada rotary table dipengaruhi oleh kerja torsi poros yang
terjadi. Besarnya torsi yang bekerja terhadap beban pusat rotasi dapat dihitung
dengan persamaan berikut: (Engel & Al-Maeeni, 2017)
T =F×r (2. 6)
Keterangan :
T = Torsi [Nm]
F = Gaya [N]
19

r = Jarak [m]

Berikut adalah hal - hal yang harus diperhatikan dalam perancangan poros yaitu
kekuatan material, kekakuan material, putaran kritis, dan material poros (Sularso
& Suga, 2008). Terdapat dua jenis poros berikut ini dari sudut pandang subjek:
(Khurmi & Gupta, 2005)
1. Poros Transmisi
Poros ini mentransmisikan daya antara sumber menuju komponen yang
menyerap daya, sehingga poros ini terhubung langsung dengan bagian-bagian
mesin seperti pulley, roda gigi, dll., maka dari itu poros tersebut akan
mengalami pembengkokan selain puntiran. Pada improvement rotary table
semi-automatic menggunakan poros jenis ini untuk mentransmisi daya dari
motor menuju rotary table. Poros pada improvement rotary table akan
terhubung langsung dengan rotary table serta membawa salah satu elemen
mesin yaitu sprocket.
2. Poros Mesin
Poros ini merupakan bagian integral dari mesin itu sendiri. Poros engkol adalah
contoh poros mesin.

Gambar 2. 4 Poros
(Khurmi & Gupta, 2005)

2.9 Transmisi Roller Chain dan Sprocket


Transmisi rantai dan sprocket didesain untuk mentransmisikan daya dengan torsi
yang besar dan resiko slip yang rendah. Sprocket merupakan bagian atau elemen
mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan atau meneruskan tenaga dari driver
shaft ke driven shaft menggunakan rantai (Zhang & Tak, 2020). Rantai atau chain
20

merupakan salah satu elemen mesin yang kuat dapat diandalkan untuk
mentransmisikan daya. Rantai digunakan untuk mentransmisikan daya dimana
jarak kedua poros besar dan dikehendaki tidak slip (Khurmi & Gupta, 2005).
Perbandingan kecepatan dan diameter adalah berbanding terbalik, maka pemilihan
sprocket harus dilakukan secara teliti agar mendapatkan perbandingan kecepatan
yang diinginkan. Rotary table membutuhkan elemen mesin yang mampu
mentransmisikan daya dengan torsi besar, sehingga rotary table akan
menggunakan transmisi sprocket dan roller chain. Rantai terdiri dari sejumlah
tautan kaku yang digantung bersama oleh sambungan pin secara berurutan untuk
memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk membungkus sekeliling roda
penggerak dan roda yang digerakkan (Khurmi & Gupta, 2005). Rasio kecepatan
dari rantai rotary table dapat diketahui dengan persamaan berikut ini: (Bhandari,
2016)
N1 Z2
V. R = = (2. 7)
N2 Z1
Keterangan:
V.R = Velocity ratio
N1 = Kecepatan putar smaller sprocket [rpm]
N2 = Kecepatan putar larger sprocket [rpm]
Z1 = Jumlah gigi smaller sprocket
Z2 = Jumlah gigi larger sprocket
Tabel di bawah menunjukkan jumlah gigi pada pinion/smaller sprocket untuk
rasio kecepatan rotary table.

Tabel 2. 5 Jumlah Gigi pada Pinion/Smaller Sprocket untuk Rasio Kecepatan


(Khurmi & Gupta, 2005)
21

Gambar 2. 5 Istilah yang digunakan dalam penggerak


rantai (Khurmi & Gupta, 2005)

Pitch adalah jarak antara titik pusat sambungan rantai dengan dengan titik pusat
rantai yang masih saling berhubungan, sedangkan Pitch Circle Diameter
merupakan diameter lingkaran dimana pusat pin rantai terletak, ketika rantai
dililitkan pada rantai (Khurmi & Gupta, 2005). Berikut persamaan untuk
mengetahui pitch circle diameter serta pitch dari sprocket yang akan digunakan
pada rotary table semi-automatic: (Mott, 2019)
p
D= (2. 8)
180
sin ( )
Z
360°

Keterangan: p = D x sin ( )
2Z
D = Pitch circle diameter [mm]
Z = Jumlah gigi sprocket
𝑝 = Pitch [mm]

Menurut Standar India (IS:2403-1991), variasi karakteristik seperti pitch, diameter


rol, lebar antar plat dalam, pitch transversal dan beban patah untuk rantai rol
diberikan pada tabel berikut:
22

Tabel 2. 6 Karakteristik rantai rol menurut IS: 2403-1991 (Khurmi & Gupta, 2005)

Hubungan dari nilai diameter spocket, pitch, dan jumlah gigi yang telah diketahui
akan dapat menghasilkan nilai kecepatan linier rantai (Khurmi & Gupta, 2005).
Kecepatan linier rantai rotary table dapat diketahui menggunakan persamaan:
(Bhandari, 2016)
πx𝐷xN 𝑇𝑥𝑝𝑥𝑁 (2. 9)
𝑢=
60 60
Keterangan:
=

𝑢 = kecepatan rantai [m/s]


𝑝 = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ [mm]
𝐷 = diameter 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 [mm]
𝑁 = Kecepatan putar rantai [rpm]
𝑇 = Jumlah gigi 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡

Panjang rantai yang dibutuhkan harus sama dengan jumlah sambungan rantai dan
pitch rantai (Khurmi & Gupta, 2005). Untuk mengetahui jumlah sambungan rantai
(K) rotary table dapat mengikuti persamaan: (Khurmi & Gupta, 2005)

Z1 + Z2 2𝑥 Z2 − Z1 2 𝑝 (2. 10)
K= 2 + + [ 2𝜋 ]
𝑝 𝑥
Keterangan:
x = Jarak antar pusat 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 [mm]
𝑝 = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ [mm]
23

K = Jumlah sambungan rantai


Z1 = Jumlah gigi 𝑠𝑚𝑎𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
Z2 = Jumlah gigi 𝑙𝑎𝑟𝑔𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡

Panjang rantai (L) harus sama besar nilainya dengan jumlah rantai (K) dan pitch
(Khurmi & Gupta, 2005). Jarak antar pusat sprocket yang diperlukan serta
panjang rantai yang dibutuhkan dalam transmisi rantai suatu mekanisme kerja
rotary table direncanakan sebagai berikut: (Khurmi & Gupta, 2005)
𝑝 T +T
T +T T +T 2 (2. 11)
x = [𝐾 − 1 2
+ √(𝐾 − 1 2
)−8( 1 2
)]
4 2 2 2𝜋

Sehingga untuk mencari panjang rantai rotary table dapat digunakan persamaan di
bawah: (Khurmi & Gupta, 2005)
L= Kx𝑝 (2. 12)
Keterangan:
L = Panjang rantai [mm]
x = Jarak antar pusat 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 [mm]
𝑝 = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ [mm]
K = Jumlah sambungan rantai
T1 = Jumlah gigi 𝑠𝑚𝑎𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
T2 = Jumlah gigi 𝑙𝑎𝑟𝑔𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡

2.10 Bearing / Bantalan


Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran
atau gerakan bolak – baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan berumur
panjang (Firdausi, 2013). Bantalan pada rotary table berfungsi untuk menumpu
poros berbeban, sehingga putaran rotary table secara horizontal menjadi lebih
halus, stabil, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tak dapat bekerja secara semestinya.
24

Gambar 2. 6 Bantalan/Bearing
(https://www.skf.com/group/products/mounted-bearings/ball-bearing-units)

Bantalan yang akan digunakan pada perancangan rotary table semi-automatic


adalah cylindrical bore bearing yang berjenis UCF atau square four-bolt flange.
Cylindrical bore bearing merupakan sebuah bantalan yang terdiri dari bracket
berjenis square four-bolt flange yang digunakan untuk mendukung kerja poros.

2.11 Mur dan Baut


Mur dan baut merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menyambung
dua buah elemen mesin dengan sambungan yang dapat dilepas (Lazuardi, 2018).
Baut dilengkapi dengan ulir luar dan pada ujungnya dilengkapi dengan kepala
berbentuk segi enam atau segi empat atau bundar untuk baut L dan sekrup,
sedangkan mur dilengkapi dengan ulir dalam dan pada sisi luar dibentuk segi
enam atau segi empat untuk mengencangkan. Mur dan baut merupakan suatu
elemen mesin yang akan digunakan dalam penyambungan antar komponen yang
ada pada rancang bangun rotary table semi-automatic. Seperti halnya,
menyambung panel box, bracket tower lamp, bracket limit switch, dan bearing.
Ada bermacam - macam bentuk baut dan mur yang digunakan dalam suatu
konstruksi tergantung kegunaannya. Pemilihan mur dan baut harus dilakukan
secara cermat serta disesuaikan dengan ukuran komponen rotary table yang
diikatnya.
25

Gambar 2. 7 Macam - macam Mur dan Baut


(Sularso & Suga, 2008)

2.12 Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)


Pengelasan adalah suatu pekerjaan yang paling sering digunakan dalam dunia
konstruksi dan industri sekarang ini. Pengelasan Shielded Metal Arc Welding atau
las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua keping logam
atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber
panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus (Marwanto,
2007). Pada proses las elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara
ujung elektroda dan logam induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan
panas. Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja
secara setempat. Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las. Elektroda
yang dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Adanya
pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari
elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka
terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag) sehingga berbagai komponen
rotary table akan tersambung dengan baik dan benar, seperti pada gambar di
bawah
26

Gambar 2. 8 Pengelasan SMAW


(Marwanto, 2007)

Berikut persamaan yang digunakan untuk menghitung kekuatan pengelasan pada


rotary table semi-automatic (Khurmi & Gupta, 2005):

Gambar 2. 9 Penampang Las


(Khurmi & Gupta, 2005)

Alas = t x lw (2. 13)


Ftarik = n x Alas x σt
1
t = BC sin 45° = s x √2 = 0,707
2
Keterangan:
t = Tebal kampuh las [m]
𝑠 = Tebal plat atau kaki kampuh las [m]
Alas = Luas permukaan kampuh las [m2]
𝑙w = Panjang kampuh las [m]
𝑛 = Jumlah kampuh las
𝜎𝑡 = Tegangan tarik yang terjadi [N/m2]
𝐹𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 = Gaya tarik yang terjadi [N]
27

Pengelasan SMAW ini digunakan untuk penyambungan beberapan komponen


pada rotary table, diantaranya rangka penopang utama, bracket tower lamp,
bracket limit switch, sekat stainless steel, dan turntable / rotary table.

2.13 GX Works
GX Works adalah sebuah perangkat lunak (software) pemrograman yang bertujuan
untuk merancang, debugging, memperbaiki suatu program pada windows
(Goeritno & Pratama, 2020). Dengan adanya software GX Works maka akan
mempermudah merancang/ memprogram suatu project kemudian nantinya akan
di-input menuju PLC (Programmable Logic Controller). Akan tetapi software
tersebut hanya bisa digunakan pada PLC Mitsubishi. Pada rotary table semi-
automatic akan menggunakan PLC Mitsubishi FX3U - 16M. PLC akan
membutuhkan input dan output (komponen kelistrikan), agar program yang telah
dirancang pada software GX Works dapat berfungsi dengan baik.

Gambar 2. 10 Pemrograman pada software GX Works

2.14 Programmable Logic Controller


PLC (Programmable Logic Controller) adalah komputer industri yang
digunakan untuk memantau input dan berdasarkan program atau logikanya,
untuk mengontrol (menghidupkan/mematikan) output - outputnya untuk
mengotomatisasi mesin atau proses (Bolton, 2006). Hal ini juga dapat
didefinisikan sebagai peralatan elektronik yang beroperasi secara digital yang
menggunakan memori dapat diprogram untuk penyimpanan internal instruksi
dengan menerapkan fungsi - fungsi khusus seperti pengurutan logika, pengaturan
28

waktu dan penghitungan melalui modul input/output digital atau analog dan
aritmatika untuk mengontrol.

Gambar 2. 11 Programmable Logic Controller Mitsubishi


(https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fshopee.co.id%2FJual-
PLC-Murah-Mitsubishi-FX3G-40MR-ES-A-
i.54293093.1134151693&psig=AOvVaw2XGYRarlx3brHNYEAyYDDD&ust=1
650563323566000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCPii1teZo_
cCFQAAAAAdAAAAABAD)

Pada perancangan rotary table semi-automatic, PLC digunakan sebagai


sistem kontrol yang bertujuan untuk mengontrol berbagai input dan output
(komponen kelistrikan) yang digunakan dalam mendukung otomatisasi rotary
table. Komponen kelistrikan yang akan digunakan pada rotary table semi-
automatic adalah foot switch (saklar injak), limit switch, emergency button, relay,
kapasitor dll.

2.15 Kesetimbangan Sistem Gaya


Analisis perhitungan kesetimbangan gaya akan digunakan untuk menghitung
reaksi yang terjadi pada rangka dalam menerima beban saat melakukan pemutaran
rotary table semi-automatic. Kesetimbangan gaya sejajar dalam satu bidang
(coplanar parallel force system) jumlah aljabar gaya - gaya yang bekerja pada
sistem dan momen gaya sistem terhadap suatu titik pada bidang harus sama
dengan nol (Zainuri, 2008). Persyaratan ini dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut: (Pytel & Kiusalaas, n.d.)
ΣF = 0 (2. 14)
ΣM = 0
29

Keterangan:
ΣF = Jumlah total gaya [N]
ΣM = Jumlah total momen gaya [Nm]

Jenis umum dari problem yang berhubungan dengan sistem gaya sejajar adalah
menentukan dua reaksi tumpuan yang tidak diketahui pada balok atau structural.
Penetapan tanda dalam menghitung reaksi sistem gaya sejajar yaitu momen searah
jarum jam terhadap pusat momen, diangggap negatif, sedangkan momen
berlawanan jarum jam dianggap positif (Zainuri, 2008). Analisis perhitungan
kesetimbangan gaya sejajar digunakan untuk menghitung reaksi pada tumpuan
rangka mesin dalam menerima beban yang diberikan oleh komponen di atasnya.
Persamaan kesetimbangan gaya pada balok dapat dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut: (Pytel & Kiusalaas, n.d.)

Gambar 2. 12 Balok Tumpuan Sederhana Menyangga Beban


Terpusat (Pytel & Kiusalaas, n.d.)

∑MA = +RB(LB) − F1(c + d) − F3(c + d + e) − F4(c + d + e + f) (2. 15)


∑MB = +RAH(LB) − F4(g) − F3(f + g) − F2(e + f + g) − F1(d
+e + f + g)
Keterangan:
MA = Momen gaya terhadap titik A [Nm]
MB = Momen gaya terhadap titik B [Nm]
RB = Gaya reaksi pada titik B [N]
RAH = Gaya reaksi pada titik AH [N]
F1 = Gaya aksi yang diterima daerah 1 [N]
F2 = Gaya aksi yang diterima daerah 2 [N]
F3 = Gaya aksi yang diterima daerah 3 [N]
30

F4 = Gaya aksi yang diterima daerah 4 [N]


LB = Panjang balok [m]
c, d, e, f, g = Jarak antar gaya [m]

2.16 Buckling
Buckling digunakan untuk menghitung kemampuan gaya tekan aksial pada kaki
penopang rangka rotary table. Buckling merupakan suatu proses dimana suatu
struktur tidak mampu mempertahankan bentuk aslinya. Buckling terjadi akibat
penekanan pada suatu batang yang mengalami gaya tekan aksial (Kezia et al.,
2017). Menurut Khurmi & Gupta (2005) digunakan dua persamaan antara
persamaan parabola Johnson dan persamaan Euler melalui titik singgung.
Persamaaan parabola Johnson digunakan saat (L/k) < Cc (konstanta buckling)
sedangkan persamaan Euler digunakan saat (L/k) > Cc. Berikut persamaan rasio
kelangsingan / slenderness ratio: (Khurmi & Gupta, 2005)
𝐿 (2. 16)
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐾
Keterangan :
L = Panjang [m]
K = Radius girasi terkecil dari penampang [m]
Radius girasi penampang untuk mencari besarnya slenderness ratio. Berikut
merupakan persamaan radius girasi (Setiawan, 2008)
(2. 17)
𝐼𝑚𝑖𝑛
𝐾=√
𝐴𝐾

Keterangan:
K = Radius girasi penampang [m]
𝐼𝑚𝑖𝑛 = Momen inersia terkecil dari penapang kolom [m4]
𝐴𝐾 = Luas penampang kolom [m2]
31

Tabel 2. 7 Properties of Commonly Used Cross-Section (Khurmi & Gupta, 2005)

Shape of the buckled coloumn

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2. 13 Jenis Kondisi Ujung Kolom; (a) Both the ends hinged or pin
jointed, (b) One end is fixed and the other hinged, (c) Both the end fixed, (d) One
end is fixed and the other free
(Mott, 2019)
32

Tabel 2. 8 Values of End Fixity Coefficient (C) and Effective Length (Le)
(Khurmi & Gupta, 2005)

No End Condition End Fixity Effective


Coefficient (C) Length (Le)
1 Both the ends hinged or pin jointed 1 Le = L
2 Both the ends fixed 4 Le = 0,5L
3 One end is fixed and the other hinged 2 Le = 0,7L
4 One end is fixed and the other free 0,25 Le = 2L

Pada saat menghitung beban kritis berdasarkan metode mana yang akan
digunakan tergantung pada nilai slenderness ratio untuk kolom yang dianalisis
dalam kaitannya dengan konstanta buckling. Berikut persamaan konstanta
buckling: (Mott, 2004)
(2. 18)
2 × π2 × E
Cc =
σy

Keterangan :
𝐶𝑐 = Konstanta buckling
𝜎𝑦 = Tegangan yield [N/m2]
E = Modulus elastisitas [N/m2]

Slenderness ratio (L/K) yang memiliki nilai kurang dari konstanta buckling, maka
untuk mencari beban kritis menggunakan persamaan Johnson’s (Mott, 2019).
Berikut persamaan Johnson’s: (Khurmi & Gupta, 2005)

𝐹𝑐𝑟 = A [σy (2. 19)


− 2 3π
× σy σy
SR√3C × E]
Keterangan :
𝐹𝑐𝑟 = Gaya maksimal yang diizinkan [N]
𝐴𝐾 = Luas penampang kolom [m2]
𝜎𝑦 = Tegangan yield [N/m2]
C = Konstanta tipe ujung batang
E = Modulus elastisitas [N/m2]

2.17 Tegangan dan Faktor Keamanan


33

Salah satu yang perlu diperhatikan dalam mendesain komponen rotary table ialah
kekuatan material, dimana dalam menentukan kekuatan material suatu komponen
tersebut perlu diketahui besarnya nilai tegangan dan faktor keamanan agar suatu
komponen dapat digunakan dengan aman pada rotary table. Adapun persamaan
tegangan sebagai berikut: (Norton, 2011)
F (2. 20)
σ=
A
Keterangan:
𝜎 = Tegangan [N/mm2]
𝐹 = Gaya [N]
A = Luas penampang [mm2]
Keterkaitan antara faktor keamanan dengan tegangan yang diijinkan adalah
sebagai berikut: (Khurmi & Gupta, 2005)
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝜎𝑖𝑗𝑖 = (2. 21)
𝑆𝑓
𝑛
Keterangan:
𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = Tegangan yang diijinkan [N/mm2]
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = Tegangan 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 material [N/mm2]
𝑆𝑓 = Faktor keamanan
Angka faktor kemanan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah yang telah
disesuaikan dengan jenis material yang akan digunakan pada rotary table.

Tabel 2. 9 Nilai Faktor Keamanan (Khurmi & Gupta, 2005)

Material Steady Load Live Load Shock Load


Cast Iron 5 sampai 6 8 sampai 12 16 sampai 20
Wrought Iron 4 7 10 sampai 15
Steel 4 8 12 sampai 16
Alloy 6 9 15
Leather 9 12 15

2.18 Berat
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam merancang rotary table yaitu diperlukan
menghitung berat rotary table secara menyeluruh untuk mengetahui keamanan
jenis material yang digunakan. Berat adalah jumlah gaya tarik yang diberikan oleh
bumi pada benda tertentu (Khurmi & Gupta, 2005). Gaya tarik tersebut bervariasi
34

berdasarkan jarak dari pusat bumi, sehingga dapat disimpulkan bahwa berat
memiliki variasi berdasarkan posisi benda tersebut dari pusat bumi. Demikan
jelas, bahwa berat adalah suatu gaya (Khurmi & Gupta, 2005). Adapun persamaan
yang digunakan untuk mencari berat rotary table secara keseluruhan sebagai
berikut (Tripler & Mosca, 2008) :
𝑊=𝑚𝑥𝑔 (2. 22)
Keterangan:
𝑊 = Berat [N]
𝑚 = Massa [kg]
𝑔 = Percepatan gravitasi [m/s2]
2.19 Cycle Time/Waktu Proses dan Kapasitas Produksi
Cycle time adalah ukuran efisiensi proses produksi. Memungkinkan seseorang
untuk mengidentifikasi dan menerapkan cara-cara yang lebih efisien dalam
melakukan sesuatu. Manfaat potensial dapat mencakup : pengurangan biaya,
peningkatan hasil, proses yang disederhanakan, peningkatan komunikasi,
pengurangan variabilitas proses, integrasi jadwal, dan peningkatan pengiriman
tepat waktu (Nadarajah & Kotz, 2008). Berdasarkan data pengamatan diketahui
bahwa ada beberapa waktu siklus yang kurang efektif dan menimbulkan wasting
time terutama pada alat bantu chemical weighting process yang masih manual.
Proses chemical weighting yang menimbulkan waktu jeda ini mengurangi tingkat
efisiensi dalam produksi, sehingga guna menghilangkan wasting time tersebut
dibuatkan sebuah rotary table semi otomatis. Proses pembuatan alat bantu ini
perlu dilakukan analisa untuk membandingkan waktu siklus sebelum dan sesudah
menggunakan rotary table semi otomatis. Perhitungan tersebut dapat
menggunakan persamaan berikut (Lestari & Conoras, 2021) :
𝐶𝑇1 + 𝐶𝑇2 + 𝐶𝑇3+. . . (2. 23)
𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝐶𝑇) =
+𝐶𝑇𝑛
𝑛
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐶𝑇 = 𝐶𝑇𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 − 𝐶𝑇𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐶𝑇
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 𝑥 100%
𝐶𝑇𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒
Keterangan:
𝐶𝑇1 = Waktu siklus aktual pertama [detik]
𝐶𝑇2 = Waktu siklus aktual kedua [detik]
35

𝐶𝑇3 = Waktu siklus aktual ketiga [detik]


𝐶𝑇𝑛 = Waktu siklus aktual terakhir [detik]
𝑛 = Jumlah siklus

Kapasitas adalah hasil produksi atau volume pemrosesan (throughput), atau


jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah
fasilitas pada suatu periode waktu tertentu (Heizer & Render, 2008). Perencanaan
kapasitas adalah keputusan strategis jangka panjang yang menetapkan
keseluruhan tingkat sumber daya yang dimiliki sebuah perusahaan
(Kumalaningrum et al., 2011). Perencanaan tersebut mencakup rentang waktu
yang cukup panjang untuk mendapatkan sumber daya tersebut biasanya
memerlukan waktu setahun atau lebih untuk membangun sebuah fasilitas baru
atau masuk ke dalam bisnis baru. Keputusan kapasitas memengaruhi waktu
penyediaan produk, tanggapan pelanggan, biaya operasi, dan kemampuan sebuah
perusahaan untuk bersaing. Oleh karena itu, dengan tujuan pencapaian tingkat
utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, penetapan ukuran
fasilitas sangatlah menentukan. Produktivitas merupakan usaha untuk mengukur
seberapa baik sebuah perusahaan berdasarkan penggunaan sumber dayanya.
Produktivitas parsial merupakan salah satu jenis pengukuran produktivitas.
Produktivitas parsial sering juga disebut sebagai produktivitas faktor tunggal yang
merupakan rasio dari output terhadap salah satu faktor input. Salah satu contoh
dari produktivitas parsial adalah produktivitas pekerja. Perubahan proses alat
bantu yang digunakan pada chemical weighting process yang awalnya manual dan
kemudian akan direncanakan untuk dibuat semi otomatis akan merubah waktu
siklus proses penimbangan. Perubahan ini terjadi karena ada beberapa proses yang
hilang. Peningkatan kapasitas produksi ini dapat di cari dengan persamaan sebagai
berikut (Santoso Putri et al., 2015):

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) (2. 24)


𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2.20 Uji Independent Sample T-test


Uji independent sample t-test adalah salah satu metode pengujian dari uji statistik
parametrik yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Magdalena & Angela
36

Krisanti, 2019). Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk membandingkan data


waktu proses sebelum dan sesudah improvement rotary table. Pengujian statistik t
atau t-test ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α
= 5 %). Penerimaan atau penolakan uji hipotesis ini dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikan (t) > 0.05, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis
alternatif (H1) ditolak. Hal ini berarti, secara parsial variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
b) Jika nilai signifikan (t) < 0.05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (H1) diterima. Hal ini berarti, secara parsial variabel independen
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.

Berikut adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung uji independent


sample t-test: (Wadi, n.d.)
𝑥̅1 − 𝑥̅2 (2. 25)
𝑡=
𝑆2 𝑆2 𝑆 𝑆
√ 𝑛11 + 𝑛22 − 2𝑟 ( 1 ) ( 2 )
√𝑛 √𝑛2
1
Keterangan:
𝑡 = Nilai Signifikan
𝑥̅1 = Rata − rata 1 sampel 1
𝑥̅2 = Rata − rata 1 sampel 2
𝑛1 = Jumlah sampel 1
𝑛2 = Jumlah sampel 2
𝑠1 = Simpangan baku sampel 1
𝑠2 = Simpangan baku sampel 2

2.21 Break Even Point (BEP)


Proses menentukan keuntungan dari pembuatan rancang bangun rotary table
adalah mengetahui profitabilitas perusahaan. Proses penentuan tersebut dapat
diketahui dengan melakukan analisis break even point. Break Even Point (BEP)
adalah analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan antara
biaya, volume dan penjualan agar perusahaan tidak kerugian (Wijayana et al.,
2016).
37

Berikut adalah persamaan untuk menentukan Break Even Point: (Wijayana et al.,
2016)
FC
BEP (X) = (2. 26)
p−c

FC
BEP (p.X) = 1−
c
p

Keterangan:
BEP (X) = Break even point [unit]
BEP (p.X) = Break even point [rupiah]
FC = Fixed cost [rupiah]
P = Price [Rp/unit]
C = Cost [Rp/unit]
X = Volume produksi [unit]
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat dan waktu pelaksanaan pengujian bahan skripsi adalah sebagai berikut :
a. Tempat Pengumpulan Data : PT Elastomix Indonesia
Jl. Mitra Selatan III Blok H-8, Kawasan
Industri Mitrakarawang, Parungmulya,
Ciampel, Kab Karawang 41363, Jawa
Barat – Indonesia
b. Waktu Penelitian : 29 November 2021 s.d 18 Februari 2022

3.2 Metode Penelitian


Suatu tindakan proses improvement akan lebih mudah jika akar dari suatu
permasalahan tersebut sudah ditemukan, sehingga untuk mempermudah proses
analisis penyebab permasalahan pada chemical weighting process hingga
pemecahan masalah maka metode penelitian ini dilakukan menggunakan Root
Cause Analysis. Tahapan - tahapan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan (problem solving) digambarkan menggunakan fishbone diagram.
Fishbone diagram (diagram tulang ikan) atau sering disebut dengan cause-and-
effect diagram digunakan untuk membantu mengidentifikasi serta menampilkan
berbagai kemungkinan penyebab dari permasalahan yang terjadi pada chemical
weighting process PT Elastomix Indonesia. Jenis diagram ini terkadang disebut
dengan “Ishikawa Diagram” karena ditemukan oleh Kaoru Ishikawa (Jayusman,
2018). Fishbone diagram membantu analis untuk memecahkan masalah kedalam
segmen - segmen yang lebih kecil, sehingga dengan adanya flowchart dapat
membantu untuk memberikan solusi terhadap masalah yang sedang terjadi dalam
membangun sistem. Tahapan penelitian yang digunakan untuk rancang bangun
rotary table adalah identifikasi masalah, studi pustaka, perancangan, pembuatan
mesin, pengujian dan analisa data. Berikut ini fishbone diagram rancang bangun
rotary table semi-automatic ditunjukkan oleh Gambar 3. 1.

38
39

Studi Pustaka Pembuatan Pengujian

Dasar Perhitungan
Perakitan /
Assembly
“Rancang Bangun Rotary Table Semi- Automatic guna Meningkatkan Waktu Proses pada Chemical Weighting

ya waktu proses yang lama dan angkat loss time yang tinggi pada chemical weighting process
Fabrikasi & Pengadaan Material
Waktu Proses
Dasar Teori

Presentation Analisis Masalah

Analysis dan Optimization


Studi Lapangan
Evaluation
WawancaraDesain 3D Konsep
Desain

Identifikasi Masalah Perancangan Analisa Data

Gambar 3. 1 Diagram Alir Proses Rancang Bangun Rotary Table

3.2.1 Identifikasi Masalah


Tahap identifikasi masalah merupakan proses pencarian akar suatu permasalahan
ataupun data - data permasalahan pada chemical weighting process. Tahap
identifikasi masalah meliputi Studi Lapangan, Wawancara dan Analisis Masalah.
Berikut ini merupakan penjelasan dari tiap tahapan yang dilakukan pada
identifikasi masalah:

3.2.1.1 Studi Lapangan


Studi Lapangan merupakan kegiatan identifikasi masalah yang pertama. Kegiatan
studi lapangan ini terdiri dari kegiatan pemahaman kasus yang terjadi di lapangan,
seperti observasi proses produksi produk rubber masterbatch dan pengambilan
data
- data yang tersedia di lapangan berupa ukuran dimensi rancang bangun rotary
table semi-automatic yang akan dibuat disesuaikan dengan ketersedian ruang,
dimensi dan data ketersedian material pembuatan rancang bangun rotary table
semi- automatic.

3.2.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan studi lapangan yang dilaksanakan untuk
melengkapi data-data yang didapatkan dari hasil studi lapangan yang masih
40

terdapat kekurangan. Pihak terkait yang terlibat dalam proses wawancara adalah
operator, head production section, staff production section, head maintenance
section, staff maintenance section, departemen QA & QC dan manager produksi
yang memahami secara langsung kondisi proses produksi di chemical weighting
process.

3.2.1.3 Analisis Masalah


Proses analisis masalah dilakukan dengan menggunakan metode Root Cause
Analysis. Proses analisis masalah merupakan proses pencarian akar suatu
permasalahan ataupun data - data permasalahan pada chemical weighting process.
Root Cause Analysis (RCA) adalah metode untuk menemukan sebuah masalah
atau ketidaksesuaian agar sampai ke akar penyebab masalah (Vorley, 2008). RCA
digunakan agar kita dapat memperbaiki atau menghilangkan penyebab masalah
dan mencegahnya agar tidak terulang. RCA hanyalah penerapan serangkaian
teknik yang dapat menghasilkan pendekatan sistematis, terukur dan
terdokumentasi untuk identifikasi, pemahaman dan penyelesaian penyebab yang
mendasarinya. Siklus yang terdapat pada Root Cause Analysis (RCA) terdiri dari
menentukan masalah (define the problem), perumusan masalah (understand the
problem), aksi cepat (immediate action), tindakan perbaikan (corrective action)
dan konfirmasi solusi (confirm the solution). Berikut ini Gambar 3. 1 menunjukan
siklus proses Root Cause Anlysisis beserta penjelasannya.

Gambar 3. 2 Root Cause Analysis


(Vorley, 2008)
41

c) Menentukan Masalah (Define the Problem)


Proses menentukan masalah ini dilakukan dengan melakukan konfirmasi hasil
studi lapangan, seperti observasi yang dilakukan pada chemical weighting
process, pengambilan data yang tersedia di lapangan dan wawancara kepada
pihak yang berkaitan apabila data - data yang diperlukan. Wawancara
dilakukan dengan model berdiskusi mengenai masalah - masalah yang
memiliki dampak terhadap chemical weighting process. Pihak terkait yang
dimaksud dalam proses wawancara adalah operator, head production section,
staff production section, head maintenance section, staff maintenance section,
dan departemen QA & QC.

d) Pemahaman Masalah (Understand the Problem)


Pemahaman masalah dilakukan dengan memeriksa ulang data yang didapatkan
berdasarkan data hasil studi lapangan dan wawancara serta mencari penyebab
dan efek yang ditimbulkan dengan mempelajari literatur yang telah didapat.
Pada tahap ini dapat dilakukan analisis menggunakan metode fishbone
diagram. Fishbone diagram (diagram tulang ikan) atau sering disebut dengan
cause-and- effect diagram digunakan untuk membantu mengidentifikasi serta
menampilkan berbagai kemungkinan penyebab dari permasalahan yang terjadi
pada chemical weighting process berdasarkan man, material, machine, money,
method, dan enviroment atau biasa disebut dengan 5M + 1E. Fishbone diagram
identifikasi masalah pada chemical weighting process ditunjukkan oleh
Gambar 3. 3
42

Money Machine Material

Biaya lembur operator yang tinggi


Massa bahan baku terlalu berat

nya waktu proses yang lama dan angka loss time yang tinggi pada chemical weighting process
Alat penunjang masih manual
Jenis bahan baku terlalu banyak
Membuat alat pendukung pada chemical

Tidak mengikuti SOP K3


Proses yang masih manual

Ruang gerak
terlalu sempit
SOP K3
yang salah

Man Method Environment

Gambar 3. 3 Diagram Identifikasi Masalah (5M + 1E) pada


Chemical Weighting Process

e) Aksi Cepat (Immidiate Action)


Faktor yang menyebabkan permasalahan tingginya angka lembur / overtime
pada chemical weighting process adalah masih dilakukannya permutaran
rotary table secara manual dengan menggunakan tangan. Tentunya untuk
mencapai target per shift sebanyak 15 ton akan membutuhkan waktu lembur
agar mencapai target tersebut. Proses aksi cepat yang dapat diberikan pada
permasalahan di atas adalah memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi lapangan. Solusi yang diberikan yaitu membuat rotary table semi-
automatic untuk membantu chemical weighting process dengan
menghilangkan proses pemutaran rotary table secara manual dengan tangan.

f) Tindakan Perbaikan (Corrective Action)


Proses tindakan perbaikan dari solusi yang diberikan adalah dengan
menyiapkan data pendukung untuk dapat dilakukan proses selanjutnya. Data
yang dibutuhkan untuk melakukan proses perbaikan adalah dimensi mesin
yang diinginkan, kebutuhan komponen serta material yang tersedia.
43

g) Konfirmasi Solusi (Confirm Solution)


Konfirmasi solusi bertujuan untuk mempresentasikan improvement yang
diberikan berdasarkan pertimbangan analisis permasalahan yang ada dan
kebutuhan dilapangan. Proses konfirmasi solusi yang dilakukan pada proses
chemical weighting process dimulai dengan mempresentasikan improvement
yang ingin diberikan untuk mempercepat waktu proses penimbangan di
Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia.

3.2.2 Studi Pustaka


Studi pustaka merupakan tahapan pengumpulan data dengan mengadakan
pemahaman terhadap semua literatur (buku, jurnal, catatan, dan laporan) yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Studi pustaka dibuat baik
perhitungan secara teknis maupun non teknis, serta mengumpulkan teori - teori
yang berkaitan dan berhubungan dengan pemecahan permasalahan. Studi pustaka
rancang rotary table semi-automatic meliputi dari dasar teori dan dasar
perhitungan.

3.2.2.1 Dasar Teori


Pada tahap ini dilakukan pencarian dasar teori yang merupakan materi - materi
dasar berkaitan dengan pembuatan rotary table semi-automatic. Dasar teori
didapatkan dari jurnal penelitian, buku, dan literatur lain yang berhubungan
dengan kasus terkait seperti teori mengenai transmisi roller chain, bantalan, motor
listrik, pengelasan SMAW, dan shaft.

3.2.2.2 Dasar Perhitungan


Langkah selanjutnya, setelah didapatkan dasar teori yang menunjang rancang
bangun rotary table semi-automatic, selanjutnya dilakukan analisis perhitungan
diameter shaft, transmisi roller chain, kekuatan bahan, daya motor dan torsi

3.2.3 Perancangan
Tahapan perancangan bertujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat
menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi kemudian diperoleh dari
perancangan tersebut yang berupa gambar serta spesifikasi yang jelas.
Perancangan merupakan proses pengambilan keputusan. Pada saat pengambilan
keputusan, dibutuhkan juga informasi yang lengkap guna mempermudah proses
pengambilan
44

keputusan itu sendiri, sehingga dilakukannya rancang bangun rotary table semi-
automatic bertujuan membantu menentukan komponen apa saja yang akan
digunakan dan mengestimasi biaya dalam proses pembuatan rotary table. Proses
perancangan rotary table semi-automatic digunakannya software Solidworks.
Berikut ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dari awal perancangan rotary
table semi-automatic hingga terbentuknya alat bantu tersebut seutuhnya beserta
penjelasan dari diagram alir di bawah:

Mulai

Konsep Desain

Desain 3D

Analysis dan Optimization

Evaluation

Presentation

Selesai

Gambar 3. 4 Diagram Alir Proses Perancangan

3.2.3.1 Konsep Desain


Konsep desain merupakan tahapan garis besar bentuk rencana desain rancang
bangun rotary table semi-automatic. Langkah awal dari konsep desain yang akan
dilakukan adalah mengumpulkan informasi mengenai permasalahan pada
chemical weighting process. Proses penentuan masalah ini yang akan menjadi
pedoman dalam membuat desain awal. Setelah data penyusunan konsep desain
sudah lengkap maka langkah selanjutnya adalah pembuatan sketch 2D dari solusi
yang diberikan. Pembuatan sketch 2D dilengkapi dengan data dimensi mesin
sesuai pengukuran
45

yang dilakukan secara langsung dilapangan beserta komponen yang akan


menunjang desain mesin tersebut. Spesifikasi alat bantu yang dirancang juga
ditentukan seperti prestasi kerja yang harus dicapai (rotary table mampu
membantu proses penimbangan dan memenuhi target waktu proses penimbangan
serta kuantitas yang dicapai). Dimensi alat bantu yang dirancang menyesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan. Selain itu, juga menyesuaikan dimensi komponen
yang ada di pasaran. Setelah diketahui spesifikasi kebutuhan maka dilakukan
penentuan komponen rotary table disesuaikan dengan spesifikasi yang telah
dicocokkan dengan penelitian yang ada, kebutuhan industri, serta kemudahan dan
ketersediaan material maupun komponen yang diperlukan. Pemilihan komponen
ini bertujan untuk efisiensi biaya pengadaan material dan penentuan kebutuhan
untuk menunjang kinerja alat. Mekanisme kerja harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan layout yang tersedia agar aktualisasi tidak salah perhitungan.
Kebutuhan untuk menentukan target yang diharapkan harus sesuai dengan hasil
perhitungan sebelum membeli komponen yang akan digunakan untuk membuat
rancang bangun rotary table.

3.2.3.2 Desain 3D
Proses selanjutnya setelah konsep desain ditentukan dan data yang diperlukan
telah lengkap adalah membuat desain visual dalam bentuk 3D menggunakan
software solidworks. Pembuat desain rancang bangun bangun rotary table semi-
automatic menyesuaikan dengan dimensi berdasarkan dengan kondisi dilapangan
dan kebutuhan pada indutri. Komponen penyusun yang digunakan menyesuaikan
ketersediaan yang ada dilapangan dengan ukuran standar yang ada dipasaran.
Pada tahap ini berisi kegiatan pembangkitan alternatif desain, pertimbangan
alternatif desain dan penilaian alternatif desain. Berikut ini adalah penjelasan dari
tahap pembangkitan alternatif desain, pertimbangan alternatif desain dan penilaian
alternatif desain:

1) Pembangkitan Alternatif Desain


Pembangkitan alternatif desain bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin alternatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah,
kemudian dicari alternatif yang terbaik. Pembuatan alternatif desain rancang
bangun rotary table dilakukan dengan melakukan diskusi dengan general
46

manager produksi, section head production, staff production section, dan


section head maintenance. Alternatif desain dibuat berdasarkan pada
kemudahan operasional, penghematan tempat, bentuk sederhana serta
komponen yang sudah tersedia di industri.

2) Pertimbangan Alternatif Desain


Pertimbangan alternatif desain dilakukan untuk menentukan alternatif desain
dari rancang bangun rotary table yang menyesuaikan kebutuhan industri.
Metode yang digunakan pada pertimbangan desain adalah binary dominance
matrix, seperti yang dijelaskan pada sub 2.3 tentang konsep dan pmilihan
desain. Metode ini dipilih karena pertimbangan seleksi dilakukan dengan
penilaian pembobotan tertinggi berdasarkan fungsi, ergonomi dan safety,
konstruksi, biaya pembuatan dan perawatan.

3) Penilaian Alternatif Desain


Penialaian alternatif desain merupakan tahap untuk menentukan alternatif
desain yang terbaik. Pada tahap ini, setiap alternatif desain diperlukan skala
nilai untuk menentukan berapa nilai dari setiap aspek yang ada pada alternatif
desain tersebut. Semakin tinggi nilai yang didapatkan pada alternatif desain
tersebut, maka semakin baik pula kualitas desain tersebut.

3.2.3.3 Analysis and Optimization


Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah diketahui konsep desain yang terbaik,
maka dilanjutkan untuk dilakukan analisis perhitungan terkait konstruksi beserta
komponen yang berada pada rotary table semi-automatic. Analisis perhitungan
pada rancang bangun rotary table semi-automatic meliputi analisis gaya,
tegangan, daya, torsi, transmisi roller chain dan sprocket, poros dan lain
sebagainya. Tahap ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsep perancangan
yang akan dibuat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan oleh pihak industri.

3.2.3.4 Evaluation (Evaluasi)


Tahap evaluasi merupakan bukti akhir dari sebuah kesuksesan desain dan
biasanya melibatkan pengujian pada software solidworks untuk mengetahui
apakah desain rotary table semi-automatic akan mampu memenuhi kebutuhan
perusahaan serta dapat diandalkan.
47

3.2.3.5 Presentation (Presentasi)


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu menyusun hasil perancangan dalam
bentuk gambar yang lengkap atau gambar kerja, daftar komponen, spesifikasi
bahan atau material, dan informasi lainnya untuk kebutuhan dalam proses
fabrikasi atau pembuatan, kemudian dilanjutkan mengkomunikasikan ataupun
mempresentasikan hasil perancangan kepada beberapa pihak yang terkait. Pihak
terkait yang dimaksud adalah presiden direktur, head production section, staff
production section, head maintenance section, staff maintenance section, dan
departemen QA & QC.

3.2.4 Pembuatan Mesin


Proses pembuatan rancang bangun rotary table semi-automatic dilakukan dalam
beberapa tahapan diantaranya:

3.2.4.1 Pengadaan Material dan Fabrikasi


Pengadaan material dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam pembuatan
rancang bangun rotary table seperti besi hollow ASTM A36, pelat stainless steel,
DIN 17100 ST 60, serta komponen penunjang lainnya. Pengadaan material
dilakukan pada bagian warehouse dan disesuaikan dengan ketersediaan stok pada
warehouse guna menekan biaya pembuatan. Tabel 3. 1 berikut ini merupakan
pengadaan komponen rancang bangun rotary table.

Tabel 3. 1 Pengadaan Komponen


No Komponen Pengadaan Keterangan
1 Rangka penopang utama Buat Las
2 Rangka rotary table Buat Las
3 Dudukan lampu indikator Buat Las
4 Dudukan motor listrik Buat Las
5 Dudukan limit switch Buat Las
6 Bearing UCF 210 Beli -
Cylindrical roller bearing Mawaru Ø80
7 Beli -
mm
8 Rantai rol Beli -
9 Sprocket Beli -
10 Meja putar / rotary table Buat Las
48

No Komponen Pengadaan Keterangan


11 Level adjuster Beli -
12 Sekat pembatas Buat Las
13 Shaft Buat Bubut
14 Foot switch Ewig 250V 10A Beli -
15 Lampu indikator (tower lamp) Beli -
16 Electromagnetic motor brake Beli -
17 Limit swtich Beli -
18 Mur M12 Beli -
19 Baut M12 x 80 mm Beli -
20 Mur M8 Beli -
21 Baut M8 x 60 mm Beli -
22 Mur M9 Beli -
23 Baut M9 x 60 mm Beli -
24 Mur M10 Beli -
25 Baut M10 x 90 mm Beli -
Programmable Logic Controller
26 Beli -
Mitsubishi FX3U-16M
27 Panel box 30 x 40 x 15 Beli -
28 Emergency button Beli -
29 Selector button Beli -
30 Pilot lamp 22 mm 24V Beli -
31 Relay 24V Beli -
32 MCB 1 phase 2A Beli -
33 Kapasitor 4 µF Beli -
34 Scun cable Y 0,75 Beli -
35 Kabel Nyaf red 0,75 mm Beli -
36 Kabel Nyaf blue 0,75 mm Beli -
37 Kabel Nyaf black 0,75 mm Beli -

Proses fabrikasi rancang bangun rotary table dilakukan 2 tahap, yaitu pembuatan
mekanik dan pembuatan mekanik. Proses fabrikasi ini dilakukan di workshop
49

maintenance dengan pengawasan dari pekerja PT Elastomix Indonesia. Berikut ini


adalah tahapan proses fabrikasi:
a) Pembuatan Mekanik
Keputusan akhir perancangan sudah ditentukan dan didapatkan gambar kerja
serta diketahui komponen mekanik rotary table. Pada tahap ini dilakukan
pembuatan komponen mekanik rotary table seperti halnya meja putar, sekat
pembatas, rangka penopang, bracket bearing, bracket motor listrik, shaft,
bracket tower lamp dan bracket limit switch menggunakan mesin bor, gerinda
tangan dan las SMAW.

b) Pembuatan Elektrikal
Pembuatan elektrikal merupakan tahapan yang dilaksanakan dengan cara
melakukan pemrograman untuk sistem kontrol (programmable logic
controller) rotary table semi-automatic. Sistem elektrikal yang dibuat berupa
rangkaian panel kontrol dengan mengikuti wiring diagram. Pada proses
pembuatan sistem elektrikal dibantu langsung oleh maintenance section.

3.2.4.2 Perakitan / Assembly


Perakitan rancang bangun rotary table semi-automatic dilakukan setelah dua
proses sebelumnya selesai yaitu pembuatan mekanik dan pembuatan elektrikal.
Tahap perakitan meliputi penggabungan komponen mekanik rotary table dengan
komponen elektronik sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Proses perakitan
ini menggunakan metode pengelasan SMAW serta penggunaan mur dan baut
untuk menyambung tiap - tiap komponen. Penyambungan menggunakan metode
pengelasan SMAW dilakukan pada rangka penopang, bracket bearing dan bracket
motor listrik, sedangkan perakitan yang menggunakan mur baut yaitu pemasangan
bearing, tower lamp dan panel box. Tujuan akhir perakitan yaitu agar rancang
bangun rotary table dapat segera dilakukan pengujian.

3.2.5 Pengujian
Tahap pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan pada rancang bangun
rotary table semi-automatic ini meliputi pengujian waktu proses dan analisis data.
50

3.2.5.1 Pengujian Waktu Proses


Pengujian waktu proses bertujuan untuk mengetahui lama proses penimbangan
raw material kimia dengan mengunakan rotary table semi-automatic. Pengujian
waktu proses dilakukan menggunakan parameter massa raw material kimia
sebanyak 10 kali pengujian menggunakan stopwatch sebagai alat bantu uji dengan
cara mengamati, mencatat dan menghitung waktu yang diperlukan untuk proses
penimbangan raw material kimia dengan menggunakan rotary table semi-
automatic. Berikut adalah diagram alir proses pengujian waktu proses:

Mulai

Peletakan raw material kimia ke atas meja putar

Putar selector button menuju


“ON” pada panel

Injak foot switch

Rotary table akan berputar dan berhenti 90°


Catat waktu yang terjadi pada proses tersebut
Ulangi
Masukkan raw material kimia ke plastik

Lakukan penimbangan

Selesai

Gambar 3. 5 Diagram Alir Pengujian Waktu Proses

Langkah pertama dalam pengujian waktu proses yaitu meletakkan raw material
kimia ke atas meja putar. Langkah kedua yaitu memutar selector button menuju
"ON" pada panel. Langkah ketiga yaitu injak foot switch maka rotary table akan
berputar 90° searah jarum jam dan berhenti berdasarkan triger yang berupa limit
51

switch. Langkah keempat yaitu masukkan raw material kimia ke plastik. Langkah
kelima yaitu lakukan penimbangan. Catat waktu proses yang terjadi dari langkah
ketiga hingga langka kelima. Ulangi langkah ketiga hingga kelima secara berulang
hingga mendapatkan waktu proses yang terbaik sesuai dengan standar industri.

3.2.6 Analisa Data


Analisis data hasil pengujian rancang bangun rotary table meliputi analisis
perhitungan data dan membandingkan data yang diperoleh dari pengujian waktu
proses. Salah satu data yang akan dilakukan analisis adalah peningkatan kapasitas
produksi penimbangan raw material kimia sesudah dan sebelum improvement.
Peningkatan produktivitas produksi merupakan efek dari penurunan waktu proses
pada chemical weighting setelah adanya rancang bangun rotary table semi-
automatic. Hasil akhir dari analisis ini adalah menganalisa secara statistik data
kapasitas produksi harian, bulanan dan tahunan setelah diterapkannya rancang
bangun rotary table pada chemical weighting process.
52

BAB IV
DATA DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Raw Material Kimia


Raw material kimia merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan rubber masterbatch. Sebelum diproses pada line produksi maka
dilakukan penimbangan raw material kimia terlebih dahulu pada chemical
weighting process sesuai dengan receipt yang telah ditentukan oleh planning
production. Jumlah raw material kimia yang digunakan oleh PT Elastomix
Indonesia yaitu terdapat ± 200 jenis. Setiap raw material kimia memiliki massa
sebesar 25 kg.

Gambar 4. 1 Raw Material Kimia

4.2 Proses Chemical Weighting Sebelum Improvement


Proses Chemical weighting merupakan tahapan pertama dalam proses pembuatan
rubber masterbatch. Setelah dilakukan penimbangan raw material kimia, maka
akan diolah di line produksi. Berikut ini adalah tahapan proses chemical weighting
di PT Elastomix Indonesia:

52
53

Tabel 4. 1 Tahapan Proses Chemical Weighting (PT Elastomix Indonesia, 2022)


Tahapan Proses Gambar Proses

Peletakan raw material kimia ke atas


rotary table

Pemutaran rotary table dengan tangan

Masukkan raw material kimia ke


plastik

Penimbangan raw material kimia


54

4.3 Pengujian Waktu Proses Sebelum Improvement


Proses penimbangan bahan baku kimia terdiri dari 3 tahapan proses yang dimulai
dari pemutaran rotary table secara manual menggunakan tangan, dilanjutkan
memasukan bahan baku kimia yang akan ditimbang ke dalam plastik dan diakhiri
dengan penimbangan bahan baku kimia. Data waktu proses penimbangan sebelum
improvement dapat dilihat pada Tabel 4. 2 sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Data Pengujian Waktu Proses Chemical Weighting Sebelum


Improvement (PT Elastomix Indonesia, 2022)
Data Pengujian Waktu Proses ke - (detik) Rata-
Tahapan
rata
Proses 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(detik)
Pemutaran
rotary table

dengan 3,50 3,80 3,50 3,70 3,50 3,50 3,80 3,70 3,50 3,50 3,60
tangan
Masukkan
raw material
kimia ke 1,20 1,13 1,20 1,50 1,50 1,22 1,50 1,05 1,35 1,10 1,28
plastik
Penimbangan
raw material
1,20 1,10 1,10 1,20 1,20 1,15 1,20 1,20 1,15 1,28 1,18
kimia
Total Waktu 5,90 6,03 5,80 6,40 6,20 5,87 6,50 5,95 6,00 5,88 6,05

4.4 Data Kapasitas Penimbangan pada Chemical Weighting


Planning kapasitas penimbangan bahan baku kimia dibuat oleh Planning
Production Departemen Technical & QC/QA, kemudian untuk pengawasan
terkait proses penimbangan/produksi merupakan tanggungjawab dari Departemen
Produksi. Planning production memberikan target penimbangan rata - rata sebesar
15.000 kg/shift (PT Elastomix Indoenesia, 2022). Proses penimbangan dilakukan
dengan 2 shift dan waktu kerja 7 jam setiap shift. Penimbangan bahan kimia
didukung oleh 2 rotary table manual. Tabel 5. 1 merupakan data kapasitas
55

penimbangan sebelum adanya rancang bangun rotary table semi-automatic pada


minggu kedua bulan November 2021.

Tabel 4. 3 Data Kapasitas Penimbangan Sebelum Improvement (PT Elastomix


Indoensia, 2022)
Kapasitas
Target Produksi
Hari Shift Produksi Aktual
(kg)
(kg)

Senin 1 14.850 11.250


2 14.000 10.150
Selasa 1 14.850 11.110
2 14.000 10.320
Rabu 1 14.850 11.249
2 14.000 9.955
Kamis 1 14.850 11.219
2 14.000 10.000
1 14.550 11.010
Jumat 2 14.000 9.835
Rata - rata 14.395 10.609

Berdasarkan Tabel 5. 2 maka diketahui rata - rata target penimbangan per shift
sebesar 14.395 kg, sedangkan rata - rata kapasitas penimbangan aktual ataupun
yang bisa dicapai per shift sebesar 10.609 kg.

4.5 Hasil Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic


Berikut ini adalah rancangan rotary table sebagai inovasi dalam proses chemical
weighting. Perancangan rotary table semi-automatic ini menggunakan software
solidworks. Desain rancang bangun rotary table ditunjukkan pada gambar berikut:

a) Base Frame (Kerangka Utama)


Base frame atau bisa disebut dengan kerangka utama berfungsi sebagai stand
yang menopang rotary table (meja putar) dan komponen lainnya. Base frame
terbuat dari besi hollow square ASTM A36 berukuran 40×40×2 mm dan besi
UNP ASTM A36 berukuran 80×45×4 mm. Dimensi dari base frame yang
dibuat adalah 900×900×420 mm
56

Gambar 4. 2 Base Frame

b) Rotary Table
Rotary table ataupun bisa disebut dengan meja putar yang berfungsi sebagai
pemutar serta menopangnya raw material kimia. Rotary table terbuat dari
pelat stainless steel dengan ukuran Ø1300×42 mm. Rotary table tersebut
terdapat rangka untuk menopang pelat stainless steel berupa hollow square
berukuran 40×20×2 mm. Dimensi dari rangka yang dibuat adalah Ø1300×20
mm.

(a) (b)

Gambar 4. 3 (a) Rangka (b) Rotary Table

c) Sekat Pembatas
Sekat pembatas berfungsi sebagai pembatas antar bahan baku kimia. Sekat
pembatas terbuat dari pelat stainless steel dengan ukuran 1300×60×2.5 mm.
Pada sisi ujung sekat pembatas terdapat hollow silinder Ø15×1.5 mm yang
bertujuan untuk melindungi operator dari sisi tajam pelat stainless steel.
57

Gambar 4. 4 Sekat Pembatas

d) Shaft Driven
Shaft driven merupakan elemen mesin berbentuk silinder pejal berputar yang
digunakan untuk memutar rotary table. Daya untuk memutar shaft driven
diberikan oleh electromagnetic motor brake yang ditransmisikan melalui
transmisi roller chain dan sprocket. Shaft driven terbuat dari material baja
DIN 17100 ST 60 - 2 yang berdiameter sebesar 50 mm.

Gambar 4. 5 Shaft Driven

e) Bracket Signal Lamp


Bracket signal lamp berfungsi untuk menopang signal lamp, sedangkan
fungsi dari signal lamp untuk mengisyaratkan sejumlah kode - kode tertentu
dengan menggunakan cahaya lampu. Bracket ini terbuat dari hollow square
berukuran 40×40×2 mm. Dimensi dari bracket yang dibuat adalah
820×270×40 mm. Signal lamp terdapat 3 warna, yaitu kuning, hijau dan
merah. Jika lampu hijau menyala menandakan bahwa rotar table sedang
beroperasi. Jika lampu merah menyala menandakan bahwa terdapat
trouble/kerusakan dengan rotary table.
58

Jika lampu kuning menyala menandakan bahwa rotary table siap


dioperasionalkan.

Gambar 4. 6 Bracket Signal Lamp

Berikut ini adalah spesifikasi dari signal lamp yang digunakan pada rancang
bangun rotary table semi-automatic:

Tabel 4. 4 Spesifikasi Signal Lamp (Patlite, 2008)


Merk Patlite
Type LR5 - 302LJNW
Volt 24 V
Current 0.25 A
Watt 6W
Mass 0.61 kg

Gambar 4. 7 Signal Lamp

f) Bracket Motor
Bracket motor berfungsi untuk menopang electromagnetic motor brake.
Bracket ini terbuat dari hollow square berukuran 40×20×2 mm. Bracket ini
terdapat tensioner yang bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan
59

kesetabilan sistem transmisi pada rotary table. Dimensi dari bracket motor
yang dibuat adalah 180×150×100 mm.

Gambar 4. 8 Bracket Motor

g) AC Magnetic Brake Motor


AC Magnetic brake Motor berfungsi sebagai penggerak utama dari rotary
table. Motor yang digunakan pada rancang bangun rotary berjenis motor AC
1 phase. AC Magnetic brake Motor merupakan motor AC yang didalamnya
terdapat brake system. Ketika arus listrik terputus, maka motor akan berhenti
seketika dan menahan beban. Berikut ini adalah spesifikasi dari AC Magnetic
brake Motor yang digunakan pada rancang bangun rotary table semi-
automatic:

Tabel 4. 5 Spesifikasi AC Magnetic brake Motor


Merk Oriental Motor
Seri Number of Head Gear 5GU180KBH
Seri Number of Motor 5IK90GU-SMF2
Power 90 W
Voltage 200 V
Current 0,8 A
Voltage 250 V
Rotation Speed 1300/1550 r/min
Rated Frequency 50/60 Hz
Weight 130 to 190 gr
Dimension 21×56 mm
60

Gambar 4. 9 Electromagnetic Motor Brake

h) Limit Switch
Limit switch adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang mempunyai
tuas aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal (dari NO ke close),
sehingga ketika tuas aktuator bersinggungan dengan rotary table maka akan
mengakibatkan motor berhenti seketika. Berikut ini adalah spesifikasi dari
limit switch yang digunakan pada rancang bangun rotary table semi-
automatic:

Tabel 4. 6 Spesifikasi Limit Switch


Merk Omron
Model D4V-8108SZ-N
Actuator Type Adjustable Roller Lever
Operating Force 7.84 N
Degree of protection IP65
Voltage 250 V
Rated Frequency 50/60 Hz
Weight 130 to 190 gr
Dimension of Hole Bolt 21×56 mm
61

Gambar 4. 10 Limit Switch


(https://www.tokopedia.com/tonetoshop/omron-limit-switch-d4v-8108sz-n-
tz8108 )

i) Panel Box
Panel box sebagai tempat untuk menghubungkan rangkaian antar komponen
satu dengan yang lainnya. Pada panel box didalamnya terdapat berbagai
komponen elektrikal seperti PLC Mitsubishi FX3U, mini circuit braker
(MCB), emergency push button, selector switch, dan pilot light. Dimensi dari
panel box yaitu 384×370×182 mm.

Gambar 4. 10 Panel Box

Berikut ini merupakan spesifikasi dari komponen elektrik yang dipakai pada
rancang bangun rotary table semi-automatic antara lain:

Tabel 4. 7 Spesifikasi Programmable Logic Controller (Mitsubishi, 2020)


Merk Mitsubishi
Type FX3U-16MR/ES
Power Supply 100/240 VAC
Power Consumption 30
Integrated Input 8
Integrated Output 8
Output Type Relay
Dimension 130×90×86 mm
Weight 0.6 kg
62

Gambar 4. 11 Programmable Logic Controller


(Mitsubishi, 2020)

Tabel 4. 8 Spesifikasi Mini Circuit Braker 1 Phase (Schneider, 2020)


Device short name Domae MCB
Poles description 1 Phase
Protection Number of protected poles 1
Current 10
Network frequency 50 Hz
Network type AC

Gambar 4. 12 Mini Circuit Braker 1 Phase 10 A


(Schneider, 2020)

Tabel 4. 9 Spesifikasi Emergency Push Button XB7 (Schneider, 2020)


Merk Schneider
Type XB7NS8445
Mounting Diameter 22 mm
Color of Push Red
Type of Push Turn to Release
Type of Contact 1 NO + 1 NC
Contact Operation Slow-Break
63

Weight 0.045 kg

Gambar 4. 13 Emergency Push Button XB7


(Schneider, 2020)

Tabel 4. 10 Spesifikasi Pilot Light XB7 (Schneider, 2020)


Merk Schneider
Type XB7EV08BP
Color of Lens Orange
Mounting Diameter 22 mm
Supply Voltage 24 V
Weight 0.02 kg

Gambar 4. 14 Pilot Light


(Schneider, 2020)

Tabel 4. 11 Spesifikasi Selector Switch XB7 (Schneider, 2020)


Merk Schneider
Type XB7ND25
Mounting Diameter 22 mm
Type of Operator Standard handle, black
Type of Contact 1 NO + 1 NC
Weight 0.026 kg
64

Gambar 4. 15 Selector Switch


(Schneider, 2020)

j) Bearing UCF 210


Bearing berfungsi untuk menumpu shaft driven, sehingga putaran shaft
tersebut dapat berlangsung secara halus, aman, dan berumur panjang. Bearing
yang digunakan pada rancang bangun rotary table berjenis UCF 210 atau
Square four-bolt flange type. Berikut ini adalah spesifikasi dari bearing UCF
210:

Tabel 4. 12 Spesifikasi Bearing UCF 210


Type Unit Square four-bolt flange type
Housing Number F210
Basic Load Rating Cr 35.1 kN
Basic Load Rating C0r 23.3 kN
Shaft Diameter 50 mm
Bolt Size M14
Dimension 143 143 54.6
Weight 2.5 kg

Gambar 4. 16 Bearing UCF 210


65

k) Rotating Bearing
Rotating Bearing berfungsi sebagai media gesekan di antara komponen yang
bergerak (rotary table) dan komponen yang diam (rangka penopang)
sehingga dapat menjaga keseimbangan putaran rotary table. Berikut ini
adalah spesifikasi dari bearing UCF 210:

Tabel 4. 13 Spesifikasi Rotating Bearing


Merk Osaka Taiyu
Series PTM-80
Trusco Code 500-3385
Outer Diameter 800 mm
Inner Diameter 720 mm
Overall Height 55 mm
Net Weight 17,8 kg
Load Capacity 1300 kg

Gambar 4. 17 Rotating Bearing

4.6 Data Hasil Pengujian


Data hasil pengujian diambil berdasarkan hasil penggunaan rancang bangun
rotary table semi-automatic dalam kegiatan proses penimbangan selama
pelaksanaan kuliah magang industri di PT Elastomix Indonesia.

4.6.1 Pengujian Waktu Proses Setelah Improvement


Pengujian waktu proses dilakukan secara langsung pada chemical weighting
dengan menggunakan rotary table semi-automatic sebanyak 1 kali dengan
pengambilan 10
66

data pengujian. Proses pengujian dilakukan dengan cara pengamatan secara


langsung dan perhitungan waktu proses menggunakan stopwatch. Data pengujian
waktu proses dapat dilihat pada Tabel 4. 14 berikut:

Tabel 4. 14 Data Pengujian Waktu Proses Chemical Weighting Setelah


Improvement (PT Elastomix Indonesia, 2022)
Tahapan Data Pengujian Waktu Proses ke - (detik) Rata-rata
Proses 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (detik)
Injak foot
0,70 0,65 0,60 0,70 0,65 0,65 0,70 0,70 0,65 0,65 0,67
switch Rotary table
akan berputar dan
berhenti secara 90
1,15 1,15 1,12 1,08 1,20 1,20 1,10 1,12 1,10 1,15 1,14
Masukkan raw
material kimia ke

1,26 1,32 1,20 1,20 1,00 1,21 1,00 1,26 1,20 1,20 1,19
plastik
Penimbangan
raw material 1,35 1,20 1,10 1,00 1,11 1,20 1,08 1,10 1,15 1,00 1,13
kimia
Total Waktu 4,46 4,32 4,02 3,98 3,96 4,26 3,88 4,18 4,10 4,00 4,12

4.6.2 Data Kapasitas Penimbangan Setelah Improvement


Tabel 4. 15 merupakan data kapasitas penimbangan setelah adanya rancang bangun
rotary table semi-automatic pada minggu pertama bulan Maret 2022.

Tabel 4. 15 Data Kapasitas Penimbangan Setelah Improvement (PT Elastomix


Indonesia, 2022)

Target Produksi Kapasitas


Hari Shift Produksi Aktual
(kg)
(kg)
1 14.850 13.898
Senin
2 14.000 13.115
Selasa 1 14.850 14.347
67

2 14.000 13.567
1 14.850 14.158
Rabu Kamis
2 14.000 13.785
1 14.850 14.257
2 14.000 13.879
1
Jumat 14.550 13.989
2 14.000 13.674
Berdasarkan Tabel 4. 15 diketahui rata - rata kapasitas penimbangan aktual
Rata - rata 14395 13866,9
ataupun yang bisa dicapai setelah adanya rancang bangun rotary table semi-
automatic sebesar 13.866 kg/shift.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis
Analisis yang dilakukan menyangkut tentang tindakan yang telah dilaksanakan
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah pada chemical weighting process.

5.1.1 Analisis Pembangkitan Alternatif Desain


Pembangkitan alternatif desain merupakan proses pembuatan desain 2 dimensi
dan dilanjutkan dengan pembuatan desain 3 dimensi beserta alternatif desain
rotary table semi-automatic menggunakan software solidworks. Berikut adalah
alternatif desain dari rancang bangun rotary table semi-automatic:
a) Alternatif Desain 1
Prinsip kerja dari alternatif desain 1 ini menggunakan rantai rol dan sprocket
sebagai sistem transmisinya. Sistem kontrol yang digunakan yaitu PLC guna
mengontrol berbagai input dan output yang digunakan pada rotary table. Pada
alternatif desain 1 terdapat sekat pembatas meja putar dengan tinggi 60 cm serta
terdapat lampu indikator (signal lamp). Konstruksi meja putar ditopang oleh dua
jenis bearing, yaitu cylindrical roller bearing dan bearing UCF 210. Kontruksi
rangka penopang terdapat level adjuster pada kaki penopang. Alternatif desain 1
pada rancang bangun rotary table ditunjukkan pada Gambar 5. 1.

Kelebihan dari alternatif desain 1 ini yaitu adanya lampu indikator (signal lamp)
yang berfungsi untuk memberikan persinyalan/informasi ketika terjadinya
malfungsi atau kerusakan pada rotary table. Selain itu, terdapat sekat pembatas
meja putar dengan tinggi 60 cm guna menghindari kesalahan pengambilan jenis
raw material kimia. Penggunaan level adjuster akan memberikan kenyamanan
bagi operator, karena ketinggian meja putar dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket memiliki resiko selip yang rendah
sehingga sangat mendukung untuk mentransmisikan daya dengan torsi yang
tinggi.

Kekurangan dari alternatif desain 1 ini yaitu sekat pembatas rotary table
membutuhkan material yang lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya
pembuatan yang lebih mahal. Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket

68
69

menimbulkan getaran dan suara yang bising pada mesin. Perawatan rantai lebih
rumit karena rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan perawatan yang
hati-hati, pelumasan yang istimewa serta memperhatikan kelonggaran.

Gambar 5. 1 Alternatif Desain 1 Rotary Table Semi-Automatic

Keterangan:
1) Lampu indikator 6) Level adjuster
2) Dudukan lampu indikator 7) Panel box
3) Sekat pembatas 8) Bearing UCF 210
4) Rangka penopang 9) Cylindrical roller bearing
5) Meja putar / rotary table 10) Transmisi roller chain
70

11) Electromagnetic motor brake 12) Foot switch / pedal injak

b) Alternatif Desain 2
Prinsip kerja dari alternatif desain 2 ini menggunakan rantai rol dan sprocket
sebagai sistem transmisinya. Sistem kontrol yang digunakan yaitu PLC guna
mengontrol berbagai input dan output yang digunakan pada rotary table. Pada
alternatif desain 2 terdapat sekat pembatas meja putar dengan tinggi 30 cm serta
terdapat lampu indikator (signal lamp). Konstruksi meja putar ditopang oleh satu
jenis bearing, yaitu bearing UCF 210. Kontruksi rangka penopang terdapat level
adjuster pada kaki penopang. Alternatif desain 2 pada rancang bangun rotary
table ditunjukkan pada Gambar 5. 2 berikut ini:

Gambar 5. 2 Alternatif Desain 2 Rotary Table Semi-Automatic


71

Keterangan:
1) Lampu indikator 7) Foot switch / pedal injak
2) Dudukan lampu indikator 8) Panel box
3) Sekat pembatas 9) Electromagnetic motor brake
4) Meja putar / rotary table 10) Transmisi roller chain dan
5) Rangka penopang sprocket
6) Level adjuster 11) Bearing UCF 210

Kelebihan dari alternatif desain 2 ini yaitu adanya lampu indikator (signal lamp)
yang berfungsi untuk memberikan persinyalan/informasi ketika terjadinya
malfungsi atau kerusakan pada rotary table. Selain itu, terdapat sekat pembatas
meja putar dengan tinggi 30 cm sehingga membutuhkan biaya yang lebih murah
karena material yang digunakan lebih sedikit. Penggunaan level adjuster akan
memberikan kenyamanan bagi operator, karena ketinggian meja putar dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket memiliki
resiko selip yang rendah sehingga sangat mendukung untuk mentransmisikan daya
dengan torsi yang tinggi. Kekurangan dari alternatif desain 2 ini yaitu sekat
pembatas rotary table yang rendah (tinggi 30 cm) akan berdampak terhadap
kesalahan pengambilan jenis raw material kimia. Penggunaan transmisi rantai rol
dan sprocket menimbulkan getaran dan suara yang bising pada mesin. Perawatan
rantai lebih rumit karena rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan
perawatan yang hati-hati, pelumasan yang istimewa serta memperhatikan
kelonggaran. Pada alternatif desain 3 ini hanya terdapat satu jenis bearing, yaitu
bearing UCF 210, maka akan berdampak terhadap perputaran rotary table yang
kurang stabil.

c) Alternatif Desain 3
Prinsip kerja dari alternatif desain 3 ini menggunakan rantai rol dan sprocket
sebagai sistem transmisinya. Sistem kontrol yang digunakan yaitu PLC guna
mengontrol berbagai input dan output yang digunakan pada rotary table. Pada
alternatif desain 3 terdapat sekat pembatas meja putar dengan tinggi 30 cm.
Konstruksi meja putar ditopang oleh dua jenis bearing, yaitu cylindrical roller
bearing dan bearing UCF 210. Alternatif desain 3 pada rancang bangun rotary
table ditunjukkan pada Gambar 5. 3 berikut ini:
72

Gambar 5. 3 Alternatif Desain 3 Rotary Table Semi-Automatic


Keterangan:
1) Sekat pembatas
6) Panel box
2) Meja putar / rotary table
7) Bearing UCF 210
3) Rangka penopang
8) Cylindrical roller bearing
4) Foot switch / pedal injak
9) Electromagnetic motor brake
5) Transmisi roller chain dan
sprocket

Kelebihan dari alternatif desain 3 ini yaitu digunakannya transmisi rantai rol dan
sprocket memiliki resiko selip yang rendah sehingga sangat mendukung untuk
mentransmisikan daya dengan torsi yang tinggi. Selain itu, terdapat sekat
pembatas meja putar dengan tinggi 30 cm sebagai pembatas tiap raw material
kimia. Kekurangan dari alternatif desain 3 ini yaitu sekat pembatas rotary
table yang
73

rendah (tinggi 30 cm) akan berdampak terhadap kesalahan pengambilan jenis raw
material kimia. Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket menimbulkan
getaran dan suara yang bising pada mesin. Perawatan rantai lebih rumit karena
rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan perawatan yang hati-hati,
pelumasan yang istimewa serta memperhatikan kelonggaran. Pada alternatif
desain 3 ini tidak terdapat level adjuster, sehingga kurang nyaman bagi operator,
karena ketinggian meja putar tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain
itu, tidak terdapat lampu indikator (signal lamp), sehingga tidak dapat
memberikan persinyalan/informasi ketika terjadinya malfungsi atau kerusakan
pada rotary table.

5.1.2 Analisis Pertimbangan Alternatif Desain


Pertimbangan alternatif desain dilakukan untuk menentukan alternatif desain dari
rancang bangun rotary table yang menyesuaikan kebutuhan industri. Metode yang
digunakan pada pertimbangan desain adalah binary dominance matrix. Metode ini
dipilih karena pertimbangan seleksi dilakukan dengan penilaian pembobotan
tertinggi berdasarkan fungsi, ergonomi dan safety, konstruksi dan biaya
pembuatan. Nilai 1 artinya adalah kriteria satu lebih prioritas dibandingkan
kriteria lainnya, nilai 0 artinya adalah kriteria satu kurang prioritas dibandingkan
kriteria lainnya, sedangkan nilai 0,5 kriteria sama prioritasnya dengan kriteria
lainnya. Berikut Tabel 5. 3 merupakan pertimbangan desain yang disajikan
berdasarkan kriteria:

Tabel 5. 3 Matrik Pembobotan Kriteria Seleksi Alternatif Desain Rotary Table

Kriteria A B C D Total Bobot


Fungsi - 1 1 1 3 0,35
Ergonomi & Safety 0,5 - 1 1 2,5 0,29
Konstruksi 1 0 - 1 2 0,24
Biaya Pembuatan 0 0 1 - 1 0,12
Jumlah Nilai Kriteria 8,5 1,00

Keterangan :
A = Fungsi
B = Ergonomi & Safety
C = Konstruksi
D = Biaya pembuatan
74

Kriteria fungsi lebih prioritas dibandingkan dengan ergonomi dan safety,


konstruksi dan biaya pembuatan, karena rotary table tidak hanya dilihat dari segi
dapat melakukan pemutaran saja tetapi juga harus mampu melakukan handling
raw material kimia secara cepat dan hasil tetap maksimal, sehingga pada Tabel 5.
3 penilaian diberi nilai 1 semua. Kriteria ergonomi dan safety lebih prioritas
dibandingkan dengan konstruksi, biaya pembuatan, karena ergonomi dan safety
memiliki kemudahan dan memberikan keselamatan dalam pengoperasian bagi
operator, sehingga pada Tabel 5. 3 penilaian diberi nilai 1, sedangkan kriteria
ergonomi dan safety memiliki prioritas yang sama dengan fungsi, karena ketika
fungsi rotary table dapat berjalan dengan baik maka harus disertasi dengan
ergonomi dan safety bagi operator, sehingga pada Tabel 5. 3 penilaian diberi nilai
0,5. Kriteria konstruksi lebih prioritas dibandingkan dengan biaya pembuatan
karena konstruksi rotary table harus mampu menunjang fungsi handling raw
material kimia dengan maksimal serta memiliki kemudahan bagi operator,
sehingga pada Tabel 5. 3 diberi nilai 1, sedangkan kriteria konstruksi kurang
prioritas dibanding dengan fungsi, ergonomi dan safety, sehingga pada Tabel 5. 3
diberi nilai 0. Kriteria biaya pembuatan lebih prioritas dibandingkan dengan
konstruksi karena biaya pembuatan rotary table menyangkut dengan cost
perusahaan, sehingga pada Tabel 5. 3 diberi nilai 1, sedangkan kriteria biaya
pembuatan kurang prioritas dibanding dengan fungsi, ergonomi dan safety,
sehingga pada Tabel 5. 3 diberi nilai 0.

5.1.3 Analisis Penilaian Alternatif Desain


Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah proses pembobotan masing - masing
dengan beberapa aspek yaitu penilaian pada masing - masing alternatif desain.
Pada penilaian setiap alternatif desain diperlukan skala nilai untuk menentukan
berapa nilai dari setiap aspek yang ada pada alternatif desain tersebut. Tinggi
ataupun rendahnya nilai setiap aspek kriteria merupakan dampak skor tersebut.
Perolehan skor merupakan hasil diskusi serta wawancara dengan beberapa pihak
diantaranya manager produksi, head departemen, staff produksi, human safety
environment dan operator seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. 4. Semakin
tinggi nilai yang didapatkan pada alternatif desain tersebut, maka semakin baik
pula kualitas desain tersebut. Kriteria fungsi yang mempunyai nilai paling tinggi
adalah fungsi rotary
75

table yang paling baik dalam melakukan handling. Handling raw material kimia
dipengaruhi oleh kestabilan perputaran rotary table maka akan semakin cepat
waktu proses penimbangannya. Kriteria ergonomi dan safety yang mempunyai
nilai paling tinggi adalah pengoperasian rotary table yang memberikan
kemudahan, kenyamanan serta keselamatan bagi operator dari segi menyalakan
mesin, menggunakan mesin dalam proses pemutaran ataupun handling raw
material kimia. Kriteria kontruksi yang mempunyai nilai paling tinggi adalah
kontruksi rotary table yang paling baik dan lengkap dalam menunjang
penimbangan seperti dengan adanya bearing UCF 210 dan cylindrical roller
bearing, sehingga perputaran rotary table dapat stabil. Kriteria biaya pembuatan
yang mempunyai nilai paling tinggi adalah biaya pembuatan rotary table yang
paling murah. Berikut ini merupakan matriks penilaian alternatif desain rotary
table:

Tabel 5. 4 Matriks Penilaian Konsep Desain Rotary Table


Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Kriteria Bobot Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
(n) (u) (n) (u) (n) (u)
Fungsi 0,35 9 3,18 8 2,824 8 2,824
Ergonomi & Safety 0,29 9 2,647 7 2,059 6 1,765
Konstruksi 0,24 9 2,118 8 1,882 9 2,118
Biaya Pembuatan 0,12 8 0,94 9 1,059 9 1,059
Jumlah 8,88 7,82 7,765
Keterangan :
Bobot : Presentase pembobotan setiap kriteria (Tabel 5. 3)
Skor (n) : Kualitas nilai dari setiap alternatif desain (Tabel 2.2)
Nilai (u) : Bobot x skor
Berdasarkan penilaian yang dilakukan terhadap masing-masing alternatif desain,
maka dapat disimpulkan bahwa alternatif desain 1 dipilih karena memiliki nilai
paling tinggi yaitu sebesar 8,88 lebih tinggi dibandingkan alternatif desain 2
dengan nilai 7,82 dan alternatif desain 3 dengan nilai 7,768.

Hasil dari penilaian alternatif desain adalah terpilihnya alternatif desain 1 karena
desain 1 memiliki nilai paling tinggi. Pada alternatif desain 1, rotary table
ditopang oleh dua jenis bearing yaitu bearing UCF 210 dan cylindrical roller
bearing, sehingga putaran rotary table menjadi lebih stabil. Selain itu, terdapat
level adjuster
76

pada kaki rangka penopang. Hal tersebut tentu akan memberikan kenyamanan
bagi operator, sehingga dapat menentukan ketinggian berdasarkan kebutuhan.
Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket memiliki resiko selip yang rendah
sehingga sangat mendukung untuk mentransmisikan daya dengan torsi yang
tinggi. Desain terpilih dari ketiga alternatif desain ditunjukkan pada Gambar 5. 4.

Gambar 5. 4 Desain Terpilih Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic

5.1.4 Analisis Perhitungan


5.1.4.1 Perhitungan Beban Rotary Table
Perhitungan mekanisme kerja rotary table dimulai dari menentukan nilai beban
yang akan bekerja menggunakan perhitungan matematis dan software solidworks
dengan analisis evaluate mass properties pada desain 3D komponen
menggunakan material dan dimensi yang telah disesuaikan agar mendekati
sebenarnya. Langka pertama menentukan berat komponen yang akan dihitung
dengan mengetahui volume komponen rotary table terlebih dahulu guna
mengetahui massa komponen sehingga dapat mengetahui berat komponen rotary
table. Salah satu komponen rotary table yang akan dilakukan perhitungan yaitu
shaft driven yang memiliki panjang 225 mm dengan diameter 50 mm. Baja DIN
17100 ST-60 memiliki densitas material sebesar 7.850 kg/m3, sehingga untuk
mengetahui massa shaft driven dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
77

 m = ( ρ × V) + ( ρ × V)
1
m = (8.000 [kg/m3] × ((πr 21t)+( π r 22t)+ ( 4π r 22)) + (8.000[kg/m3] ×
2
1
((πr 21t)+( π r 22t)+ ( 4π r 22)) [m3])
2
m = (8.000[kg/m3] × (π × (25 × 10−3) × (195 × 10−3))[m3])
kg
+ (7.850 [ ] × (π × (17,5 × 10−3) × (30 × 10−3))[m3])
m3
m = 3,232 [kg]
Berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan massa shaft driven sebesar
3,232 [kg], sehingga berat shaft driven dapat diketahui menggunakan persamaan
sebagai berikut:
F=m×g
F = 3,232 [kg] × 9,8 [m/s2]
F = 31,68 [N]
Berdasarkan perhitungan secara matematis didapatkan berat shaft driven sebesar
31,68 [N], kemudian dilakukan validasi untuk mengetahui kecocokan hasil
menggunakan sofware Solidworks dengan analisis evaluate mass properties
seperti berikut:

Gambar 5. 5 Validasi Hasil Perhitungan Massa Secara Matematis dengan Analisis


Evaluate Mass Properties

Berdasarkan analisis tersebut dinyatakan bahwa terdapat kecocokan antara hasil


perhitungan secara matematis dengan analisis evaluate mass properties pada
software solidworks yaitu 3223, [gr]. Massa komponen lainnya dari rotary table
dapat dapat diketahui menggunakan analisis evaluate mass properties pada
software solidworks seperti pada tabel berikut ini:
78

Tabel 5. 5 Berat Komponen Rotary Table Berdasarkan Evaluate Mass Properties


Massa Berat (N)
No Komponen Jumlah Material
(kg) *g = 9,8 m/s2
1 Sekat Pembatas 1 Stainless Steel 29,346 287,590
2 Rotary Table 1 Stainless Steel 23,251 227,858
Rangka Rotary
3 1 ASTM A36 10,495 102,854
Table
4 Rangka Penopang 1 ASTM A36 52,807 517,513
DIN 17100 ST
5 Shaft Driven 1 3,223 31,585
60
Dudukan Signal
6 1 ASTM A36 2,471 24,214
Lamp
7 Bracket Motor 1 ASTM A36 1,645 16,123
8 Bearing UCF 210 2 Steel Iron 3 29,400
Total 126,239 1237,138

Berdasarkan analisis evaluate mass properties menggunakan software solidworks


maka diketahui total beratnya yaitu 1237,138 [N].

5.1.4.2 Perhitungan Keliling Rotary Table


Perhitungan ini bertujuan mengetahui keliling dari rotary table. Langkah awal
dalam perhitungan ini yaitu diketahui diameter rotary table Ø 130 [cm] / 1,3 [m],
sehingga untuk mengtahui keliling rotary table digunakan persamaan sebagai
berikut:
K =π×d
K = π × 1,3 [m]
K = 4,08 [m]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan keliling rotary table yaitu sebesar
4,08 [m]. Hasil tersebut akan membantu dalam mengasumsikan kecepatan linear
yang dianjurkan.

5.1.4.3 Perhitungan Kecepatan Putar Rotary Table


Setelah diketahui keliling rotary table, maka dapat digunakan untuk mencari
kecepatan putar (N) dari rotary table. Langkah awal dalam perhitungan ini
79

diketahui bahwasanya kecepatan linear yang dianjurkan untuk rotary table adalah
𝑢 = 1,5 [m/s], sehingga untuk mengetahui kecepatan putar rotary table digunakan
persamaan 2.9 sebagai berikut:
π×d×N
υ=
60
π × 1,3 m × N
1,5 m/s =
60
N = 22,036 rpm
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan kecepatan putar (N) rotary table
yaitu sebesar 22,036 [rpm].

5.1.4.4 Perhitungan Shaft Driven


Langkah awal dalam perhitungan shaft driven adalah menghitungan berat
komponen yang akan bekerja terhadap shaft. Komponen yang bekerja adalah
sekat pembatas (sp), rotary table (rt), rangka rotary table table (rrt) dan massa
bahan baku kimia (c). Berat komponen tersebut telah diketahui pada Tabel 5. 5
dengan total berat sebagai berikut:
Ftotal = Fst + F𝑟𝑡 + Frrt + F𝑐
Ftotal = 287,950 [N] + 227,858 [N] + 102,854 [N]
+ (4 × 25 [kg] × 9,8 [N/m2])
Ftotal = 1598,662 [N]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan total berat komponen yang bekerja
terhadap shaft driven adalah 1598,662 [N]. Setelah diketahui berat komponen
maka melakukan perhitungan torsi yang akan bekerja dengan jarak 50 [mm] dari
titik pusat rotary table menggunakan persamaan 2.6 sebagai berikut:
T = Ftotal × r
T = 1598,662 [N] × (50 × 10−3) [m]
T = 79,9331 [Nm]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan torsi (T) yang bekerja pada shaft
driven adalah 79,9331 [Nm]. Setelah itu melakukan perhitungan diameter shaft
yang dianjurkan. Material yang akan digunakan untuk shaft driven adalah baja
DIN 17100 ST 60 yang memiliki tegangan yield sebesar 315 [N/mm2] (Tabel 2.4),
faktor
80

keamanan jika beban bergerak adalah 8 (Tabel 2.9), maka tegangan geser ijin
material dapat diketahui menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:

0,5 × σy
τ̅ g =
fs
0,5 × 315 [N/mm2]
τ̅ g =
8
τ̅ g = 19,6875 [N/mm2]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan tegangan geser yang diijinkan
adalah 19,6875 [N/mm2]. Shaft driven yang digunakan pada rancang bangun
rotary table mempunyai diameter 50 [mm], maka tegangan geser yang terjadi
dapat diketahui menggunakan persamaan 2. 4 sebagai berikut:
T × 16
τg =
π × d3
79,9331 × 103 [Nmm] × 16
τg =
π × 503 [mm3]
τg = 3,26 [N/mm2]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan tegangan geser yang terjadi adalah
3,26 [N/mm2]. Berdasarkan perhitungan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
poros yang digunakan aman, karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan.

5.1.4.5 Perhitungan Transmisi Roller Chain dan Sprocket

Driver

Driven

Gambar 5. 6 Transmisi Roller Chain dan Sprocket

Pada tahap ini akan melakukan perhitungan jumlah gigi sprocket yang dianjurkan,
pitch circle diameter dan panjang roller chain. Electromagnetic motor brake yang
akan digunakan yaitu memiliki kecepatan putar 1300/1550 [rpm], daya 90 [watt]
81

dan rasio reducer 1:18 (motor : reducer), sehingga untuk mengetahui kecepatan
putar yang dihasilkan oleh gear reducer menggunakan persamaan sebagai
berikut:
1 N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟
18 = N𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
1 N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟
=
18 1300 [rpm]
N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟 = 72,2 [rpm] ≈ 72 [rpm]
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui kecepatan putar yang dihasilkan oleh
reducer sebesar 72 [rpm] dan kecepatan putar rotary table sebesar 22 [rpm],
sehingga untuk mengetahui velocity ratio menggunakan persamaan 2.7 sebagai
berikut:
N
2
V. R. =
N1
72 [rpm]
= 3,27 ≈ 3
22 [rpm]
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwasanya velocity ratio adalah 3,
sehingga jumlah gigi smaller sprocket (Z1) yang digunakan yaitu berjumlah 25
(Tabel 2.5). Sistem transmisi pada rancang bangun rotary table menggunakan
roller chain dengan type 05 B (Tabel 2.6) yang memiliki pitch 8 [mm], kemudian
untuk mengetahui jumlah gigi larger sprocket menggunakan persamaan 2.7
sebagai berikut:

Z2 = Z1 N1
x N2
72 [rpm]
Z2 = 25 gigi x
22 [rpm]
Z2 = 81,81 ≈ 81 gigi
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwasanya jumlah gigi larger
sprocket (Z2) yang digunakan adalah 81, sehingga untuk mengetahui pitch circle
diameter menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
180
d1 = p cosec ( )
T1
180
d1 = 8 [mm] cosec ( )
25
𝐝𝟏 = 𝟖 [𝐦𝐦] 𝐱 𝟕, 𝟗𝟖 = 𝟔𝟑, 𝟖𝟑 [𝐦𝐦]
82

180
d2 = p cosec ( )
T2
180
d2 = 8 [mm] cosec ( )
81
𝐝𝟐 = 𝟖 [𝐦𝐦] 𝐱 𝟐𝟓, 𝟕𝟗 = 𝟐𝟎𝟔, 𝟑𝟏 [𝐦𝐦]
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diketahui pitch circle diameter untuk
smaller sprocket adalah 63,83 [mm], sedangkan untuk larger sprocket adalah
206,31 [mm]. Jarak antar sprocket (x) adalah 250 mm, sehingga untuk mengetahui
jumlah sambungan rantai rol menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
2
Z1 + Z2 2x Z2 − Z1 p
K= 2 + + [ 2π ] x
p
25 gigi + 81 gigi
2(250 [mm]) 81 gigi − 25 gigi 2 8 [mm]
+[ ]
K= 8 [mm] 2π 250 [mm]
2
+

𝐊 = 𝟏𝟏𝟖, 𝟎𝟒𝟐 ≈ 𝟏𝟏𝟖 𝐩𝐜𝐬


Setelah diketahui jumlah sambungan rantai rol, maka untuk mengetahui panjang
rantai rol yang dibutuhkan menggunakan persamaan 2.12 berikut:
L=Kxp
L = 118 x 8 [mm]
𝐋 = 𝟗𝟒𝟒 [𝐦𝐦]
Berdasarkan perhitungan analisis ini, maka diketahui spesifikasi rantai rol yang
digunakan pada rancang bangun rotary table semi-automatic sebagai berikut:

Tabel 5. 6 Spesifikasi Sistem Transmisi Roller Chain


Jenis Spesifikasi
ISO Chain Number 05 B
Pitch 8 mm
Jarak antar pusat sprocket 0,25 m
Jumlah gigi larger sprocket 81
Jumlah gigi smaller sprocket 25
Pitch circle diameter (larger) 206,31 mm
Pitch circle diameter (smaller) 63,83 mm

5.1.4.6 Perhitungan Kesetimbangan Gaya


Kesetimbangan gaya harus diperhitungkan dalam melakukan perancangan
kontruksi alat. Penentuan kesetimbangan dilakukan untuk mengetahui gaya reaksi
rangka kaki terhadap gaya aksi yang diberikan kepada rangka penopang.
83

Berdasarkan hasil pencarian pusat massa (center of mass) pada rangka penopang
menggunakan software Solidworks didapatkan titik pusat massa (center of mass)
pada sumbu x, y, z berturut-turut adalah 450.00 [mm], 450.00 [mm], 410.44 [mm]
dari titik koordinat yang telah ditentukan. Titik koordinat tersebut digunakan
untuk menentukan kesetimbangan gaya yang bekerja.

Gambar 5. 7 Centre of Mass Rotary Table dengan Solidworks

Penentuan gaya reaksi pada setiap kaki rangka penopang diawali dengan
menentukan reaksi pada titik kesetimbangan massa rangka penopang yaitu yang
berada pada titik AB dan CD sesuai pada Gambar 5. 8, sedangkan gaya aksi yang
akan diberikan terhadap rangka penopang yaitu sekat pembatas (sp), rotary table
(rt), rangka rotary table table (rrt), rotating bearing (rb) dan bahan baku kimia (c)
yang berdasarkan analisis evaluate mass properties pada Tabel 5. 5.
Ftotal = Fst + F𝑟𝑡 + Frrt + Frb + F𝑐
Ftotal = 287,950 [N] + 227,858 [N] + 102,854 [N] + 174,44 [N] +
(4 × 25 [kg] × 9,8 [m/s2])
Ftotal = 1773,102 [N]
84

B C

450 mm

Centre o Mass
f
CD
AB

450 mm

A D
450 mm 450 mm

Gambar 5. 8 Centre of Mass Rangka Penopang Tampak Atas

Ilustrasi tampak depan terhadap gaya yang bekerja pada pusat massa rangka kaki
yang berada 450 mm dari sisi kanan dan kiri rangka dapat dilihat pada Gambar 5.
9

W = 1773,102 N

RAB RCD
50 mm 800 mm 50 mm

Gambar 5. 9 Tampak Depan Terhadap Gaya yang Bekerja pada Centre of Mass

Berdasarkan ilustrasi di atas ditunjukan bahwa terdapat dua tumpuan dari beban
yang akan ditopang dan disebut dengan kaki dari rangka penopang. Ilustrasi
diagram benda bebas pada rangka kaki dapat dilihat pada Gambar 5. 10.

W = 1773,102 N
RAB RCD

ABx CDx
ABy CDy

50 mm 800 mm 50 mm

Gambar 5. 10 Diagram Benda Bebas Kesetimbangan pada Centre of Mass

Keterangan:
ABx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik AB
ABy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik AB
CDx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik CD
85

CDy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik CD

Penentuan kesetimbangan rangka kaki diawali dengan menentukan penyebaran


momen gaya yang terjadi pada setiap titik sehingga dapat diketahui gaya reaksi
pada setiap titik. Momen yang terjadi terhadap titik AB (ΣM AB = 0) menggunakan
persamaan 2.14 sebagai berikut:

Σ MAB = 0
(CDy × l) + (−w × l) = 0
(−CDy × 0,9 [m]) + (−1773,102 N × 0,45 [m]) = 0
797,8959 [Nm]
CDy =
0,9 [m]
CDy = 886,551 N
Jumlah gaya yang terjadi terhadap sumbu y (ΣFy = 0)
Σ Fy = 0
ABy + CDy − W = 0
ABy + 886,551 [N] − 1773,102 [N] = 0
ABy = 1773,102 [N] − 886,551[N]
ABy = 886,551 [N]
Perhitungan kesetimbangan untuk menentukan gaya reaksi di atas didapatkan
gaya reaksi pada setiap titik yang berada di pusat massa rangka kaki. Penentuan
gaya reaksi pada setiap kaki rangka dapat dicari dengan menggunakan metode
kesetimbangan. Gambar 5. 11 merupakan ilustrasi tampak samping kiri dari
kesetimbangan yang berada pada titik A. ABy merupakan titik reaksi pada pusat
rangka yang berada di titik A, dikarenakan F aksi = F reaksi, maka ilustrasi gaya
reaksi ABy yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya dapat digunakan
sebagai F aksi ABy untuk menghitung F reaksi yang diberikan pada setiap kaki
rangka penopang.
ABy
RA RB

450 mm 450 mm
86

Gambar 5. 11 Ilustrasi Gaya Reaksi di Titik AB


Berdasarkan ilustrasi di atas ditunjukan bahwa terdapat dua tumpuan dari beban
yang akan ditopang dan disebut dengan kaki dari rangka penopang. Ilustrasi
diagram benda bebas pada rangka kaki dapat dilihat pada Gambar 5. 12
ABy
A B
Bx
Ax
AyBy
450 mm450 mm

Gambar 5. 12 Diagram Beban Bebas di Titik AB


Keterangan:
ABy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik AB
Ax = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik A
Ay = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik A
Bx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik B
By = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik B

Penentuan kesetimbangan rangka kaki diawali dengan menentukan penyebaran


momen gaya yang terjadi pada setiap titik sehingga dapat diketahui gaya reaksi
pada setiap titik. Momen yang terjadi terhadap titik A (ΣMA = 0) sebagai berikut:

Σ MA = 0
(By × l) + (−ABy × l) = 0
(By × 0,9 [m]) + (−886,551 [N] × 0,45 [m]) = 0
398,94795 [Nm]
By =
0,9 [m]
𝐁𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 [𝐍]
Jumlah gaya yang terjadi terhadap sumbu y (ΣFy = 0)
Σ Fy = 0
Ay + By − ABy = 0
Ay + 443,2755 [N] − 886,551 [N] = 0
Ay = 886,551 [N] − 443,2755 [N]
𝐀𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 [𝐍]
87

Langkah selanjutnya adalah menentukan gaya reaksi yang terdapat pada titik
CD, seperti pada Gambar 5. 13.
CDy
RC RD

450 mm 450 mm

Gambar 5. 13 Ilustrasi Gaya Reaksi di Titik CD

Berdasarkan ilustrasi di atas ditunjukan bahwa terdapat dua tumpuan dari beban
yang akan ditopang dan disebut dengan kaki dari rangka penopang. Ilustrasi
diagram benda bebas pada rangka kaki dapat dilihat pada Gambar 5. 14.
CDy
C D
Dx
Cx
CyDy
450 mm450 mm

Gambar 5. 14 Diagram Beban Bebas di Titik CD

Keterangan:
CDy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik CD
Cx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik C
Cy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik C
Dx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik D
Dy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik D

Penentuan kesetimbangan rangka kaki diawali dengan menentukan penyebaran


momen gaya yang terjadi pada setiap titik sehingga dapat diketahui gaya reaksi
pada setiap titik. Momen yang terjadi terhadap titik C (ΣMC = 0) sebagai berikut:

Σ MC = 0
(Dy × l) + (−CDy × l) = 0
(Dy × 0,9 [m]) + (−886,551 [N] × 0,45 [m]) = 0
398,94795 [Nm]
Dy =
0,9 [m]
88

𝐃𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 𝐍
Jumlah gaya yang terjadi terhadap sumbu y (ΣFy = 0)
Σ Fy = 0
Cy + Dy − CDy = 0
Cy + 443,2755 [N] − 886,551 [N] = 0
Cy = 886,551 [N] − 443,2755 [N]
𝐂𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 𝐍
Apabila semua reaksi pada tiap rangka penopang kaki rotary table telah diketahui,
maka dilakukan penjumlahan seluruh nilai reaksi yang didapat untuk
membuktikan penyebaran momen yang dihitung sudah sesuai dengan momen
gaya yang diterima dengan cara sebagai berikut:
Faksi = Freaksi
W = RA + RB + RC + RD
1773,102 N = 433,2755 N + 433,2755 N + 433,2755 N + 433,2755 N
1773,102 N = 1773,102 N
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan hasil reaksi yang ditimbulkan oleh
rangka kaki rotary table sesuai dengan besarnya gaya aksi yang diberikan (Faksi)
yakni 1773,102 [N] serta diketahui bahwa gaya reaksi yang diberikan tiap kaki
rangka memiliki gaya yang sama yaitu 433,2755 [N], sehingga dapat dilakukan
perhitungan buckling pada kaki rangka penopang rotary table.

5.1.4.7 Perhitungan Buckling


Buckling merupakan proses dimana suatu struktur tidak mampu mempertahankan
bentuk aslinya, sedemikian rupa berubah bentuk dalam rangka menemukan
keseimbangan baru, sehingga untuk menghindari fenomena tersebut perlu
dilakukan analisis perhitungan buckling. Langkah yang harus dilakukan adalah
menghitung momen inersia pada rangka kaki rotary table yang mempunyai
penampang besi UNP.
89

Gambar 5. 15 Dimensi Besi UNP Kaki Rangka Penopang

Besarnya luas permukaan rangka kaki untuk besi UNP dapat dihitung dengan
menggunakan rumus pada Tabel 2.7 sebagai berikut:
A = Bt + (H − t)a
A = (80 mm × 6 mm) + (45 mm − 6 mm) × 6,75 mm
A = 743,25 mm2
Besarnya nilai momen inersia pada rangka kaki rotary table dapat dihitung
menggunakan persamaan seperti pada Tabel 2.7 sebagai berikut:

= − b(h − t)3 +
ah3 IBh
3
1
3

80 [mm]×22,53 [mm3]−31,5 [mm](22,5 [mm]−6 [mm])3+6,75 [mm]×22,53[mm3]


I= 3
I = 282211,593 mm4
Nilai momen inersia tersebut kemudian digunakan untuk mencari radius girasi (K)
sesuai persamaan 2.17 sebagai berikut:
Imin
K=√ A

K = √ 282.211,593 mm4
743,25 mm2

K = 19,486 mm
Berdasarkan Tabel 2.8 rangka kaki dengan tipe ujung both ends fixed mempunyai
effective length adalah 0,5 L dengan panjang kaki penopang 500 mm, sehingga
Slenderness Ratio kaki rangka penopang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.16 sebagai berikut:
𝐿
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐾
90

500 mm
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
19,456 mm
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 25,66
Nilai konstanta buckling dapat diketahui menggunakan persamaan 2.18 sebagai
berikut:

2 × π2 ×
Cc = √ E
σy

Cc = √ 2 × π2 × 2 × 105 N/mm2
250 N/mm2

Cc = 125,664
Berdasarkan perhitungan slenderness ratio diketahui dengan nilai sebesar 25,66
dan konstanta buckling diketahui dengan nilai sebesar 125,664, maka bahwa nilai
slenderness ratio (SR) lebih kecil dari nilai konstanta buckling (SR < Cc). nilai
konstanta (C) adalah 4 (Tabel 2.8). Modulus elastisitas (E) material baja ASTM
A36 adalah 2×105 [MPa] (Tabel 2.3), sedangkan tegangan yield (σy) adalah 250
[N/mm2] (Tabel 2.3). Berdasarkan nilai tersebut, maka beban kritis (F cr) dapat
diketahui menggunakan persamaan 2.19 sebagai berikut:

𝐹 = A [σ 2 × σy σy
− SR√ ]
𝑐𝑟 y
3C × E

𝐹𝑐𝑟 = 743,25 mm2 [250[N/mm2]

2 × 250 [N/mm2] 250 [N/mm2]


− 25,66√ ]
3π 3 × 4 × 2 × 10 5[N/mm 2]

𝐹𝑐𝑟 = 170.322,69 N
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kritis yang terjadi
pada kaki rangka penopang sebesar 170.322,69 N. Nilai tersebut lebih kecil dari
beban yang diberikan terhadap struktur rangka penopang yaitu 1773,102 N,
sehingga struktur rangka penopang masih aman digunakan. Selain analisis
perhitungan secara manual juga dilakukan simulasi menggunakan Finite Element
Analysis pada software Solidworks untuk memprediksikan buckling pada kaki
rangka penopang rotary table yang diberikan beban sebesar 1773,102 N
91
seperti ditunjukan pada
92

Gambar 5. 16. Pengujian dilakukan dengan menggunakan material ASTM A36


sesuai dengan material yang digunakan di lapangan.

Gambar 5. 16 Simulasi Finite Element Analysis pada Rangka Penopang

Berdasarkan simulasi tersebut menunjukan bahwa diketahui nilai faktor keamanan


buckling sebesar 6351,4. Sebuah struktur akan terhindar dari buckling, maka harus
memiliki nilai faktor keamanan buckling yang lebih besar dari 1, sedangkan untuk
kondisi yang berbahaya di mana terjadi buckling nilainya 0 < faktor keamanan
buckling ≤ 1. Dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan buckling lebih besar dari
1, maka rangka penopang jika diberikan beban sebesar 1773,102 N belum terjadi
buckling.

5.1.4.8 Perhitungan Kekuatan Sambungan Las


Ketebalan pengelasan pada rangaka rotary table yaitu sebesar 2 mm, dengan
panjang pengelasan 170 mm yang merupakan keliling besi UNP, sedangkan
jumlah pengelasan yang dilakukan yaitu sebanyak 1 kali, dan gaya tarik yang
digunakan berasal dari perhitungan kesetimbangan gaya terbesar yaitu sebesar
433,2755 [N]. Perhitungan kekuatan pengelasan dapat dilakukan menggunakan
persamaan 2.13 sebagai berikut:
Ftarik = n x Alas x σt
Ftarik
σt =
n × t × lw
93

433,2755 [N]
σt =
1 × 2 [mm] × 170 [mm]
433,2755 [N]
σt =
340 [mm2]
σt = 1,27 [N/mm2]
Jenis elektroda yang digunakan yaitu Kobe Steel RB-26 AWS A5.1 E6013 yang
memiliki nilai tegangan tarik maksimal sebesar 510 [N/mm 2] (Catalog). Nilai
angka keamanan pada material baja dengan pembebanan steady adalah 4 (Tabel
2.9), sehingga tegangan yang diijinkan menurut persamaan 2.21 adalah sebagai
berikut:

σijin = σmaks
Sf

σijin = 510 [N/mm ]


2

4
σijin = 127,5 [N/mm2]
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan tegangan ijin pengelasan
menggunakan elektroda Kobe Steel RB-26 AWS A5.1 E6013 sebesar [127,5 N/
mm2] yang berarti masih di atas tegangan tarik yang terjadi sehingga sambungan
pengelasan pada rotary table tersebut aman digunakan.

5.1.5 Analisis Pengerjaan Rancang Bangun Rotary Table


Tahap pengerjaan diawali dengan persiapan material yang telah diajukan ke
bagian warehouse serta penentuan komponen mekanikal dan elektrikal. Material
yang digunakan untuk membuat rancang bangun rotary table meliputi besi hollow
square ASTM A36, baja DIN 17100 ST 60, pelat stainless steel, dsb. Proses
pengerjaan rancang bangun rotary table semi-automatic dilakukan dalam
beberapa tahapan diantaranya:

a) Pembuatan Komponen Mekanik


Pembuatan komponen mekanik dilakukan melalui pemotongan material kemudian
dilanjutkan dengan proses pemesinan seperti bubut, drilling dan wire cut. Proses
bubut dilakukan untuk membuat shaft driven. Proses drilling dilakukan untuk
membuat bracket signal lamp, bracket motor, bracket limit switch dan bracket
bearing. Proses wire cut dilakukan untuk membesarkan lubang sprocket. Material
yang digunakan untuk membuat komponen mekanik yaitu besi hollow square
94

ASTM A36 ukuran 40×40×2 dan 40×20×2, besi UNP ASTM A36 80×45×5 dan
baja DIN 17100 ST 60.

(a) (b)
Gambar 5. 17 (a) Proses Drilling, (b) Proses Wire Cut

Salah satu proses pengerjaan komponen mekanikal yaitu shaft driven. Shaft driven
yang digunakan untuk rotary table berjumlah 1 dengan ukuran Ø 50 × 200 mm.
Material yang digunakan untuk membuat shaft driven yaitu baja DIN 17100 ST
60. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan shaft driven yaitu mesin gerinda,
mesin milling dan mesin drill. Terdapat tiga proses dalam pembuatan shaft driven,
yaitu proses pemotongan, proses milling dan proses drilling. Proses pemotongan
diawali dengan memberi tanda pada bagian yang akan dipotong sesuai dengan
ukuran, kemudian memotong benda kerja sesuai tanda dengan gerinda potong.
Proses milling diawali dengan mempersiapkan mesin milling, peralatan lainnya
dan bahan yang akan di-milling, kemudian milling dilakukan pada bagian yang
diinginkan sesuai dengan gambar kerja, setelah dilakukan proses milling periksa
kembali ukuran benda dan yang terakhir yaitu menghilangkan bagian - bagian
tajam dengan kikir. Proses drilling (bor) diawali dengan mempersiapkan mesin
bor, peralatan lainnya, dan bahan yang akan dibor dengan menandai
menggunakan penggores, kemudian memberi tanda titik awal yang akan dibor
dengan penitik, dan melakukan pengeboran berdasarkan gambar kerja.
95

Gambar 5. 18 Shaft Driven

b) Pembuatan Elektrikal
Pembuatan elektrikal merupakan tahapan yang dilakukan dengan cara merancang
sistem kontrol dari rotary table semi-automatic menggunakan software GX Works
dan microsoft visio. Rancangan elektrikal kemudian disimulasikan pada software
GX Works untuk melihat apakah rancangan yang dibuat sudah sesuai atau belum.
Sistem elektrikal yang dibuat berupa rangkaian panel kontrol dengan mengikuti
wiring diagram.

(a) (b)
Gambar 5. 19 (a) Rangkaian Kelistrikan Kendali PLC, (b) Rangkaian
Kelistrikan Motor

Pada proses pembuatan sistem elektrikal dibantu langsung oleh Maintenance


Section. Komponen yang digunakan pada pembuatan elektrikal yaitu scun cable,
kabel nyaf, kapasitor, MCB, relay, pilot lamp, selector button, emergency button,
panel box dan limit switch. Pada tahap ini dilakukan penyambungan antar
komponen elektrik dengan lainnya menggunakan kabel yang berdasarkan dengan
wiring diagram yang telah ditentukan
96

(a) (b)
Gambar 5. 20 (a) Proses Instalasi Kelistrikan, (b) Hasil Instalasi Kelistrikan pada
Panel
c) Finishing dan Assembly
Pada tahap ini dilakukan pengecatan tiap komponen sebelum dilakukan assembly.
Pada proses ini sebelum dilakukan pengecatan maka perlu dilakukan penghalusan
permukaan menggunakan gerinda amplas agar permukaan bersih dari kotoran
sehingga cat dapat menempel dengan baik. Pemilihan warna cat rotary table
disesuaikan dengan permintaan head departement produksi PT Elastomix
Indonesia yaitu light yellow.

Gambar 5. 21 Proses Pengecatan Rotary Table

Jika proses pengecatan telah selesai dilakukan, maka langkah berikutnya adalah
perakitan berbagai komponen sehingga mendapatkan bentuk rotary table yang
sudah direncanakan. Perakitan merupakan tahapan akhir dalam proses
penyempurnaan rotary table dengan menggabungkan komponen - komponen
yang telah dibuat menjadi sebuah rotary table yang dapat difungsikan dan
digunakan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun proses perakitan ini
menggunakan sambungan mur dan baut serta metode pengelasan Shielded Metal
Arc Welding (SMAW)
97

Gambar 5. 22 Rotary Table yang Telah Dirakit

5.1.6 Analisis Data Hasil Pengujian


5.1.6.1 Analisis Data Pengujian Waktu Proses
Data hasil pengujian waktu proses seperti yang tercantum pada Tabel 4.2 akan
dibuat analisa data statistik menggunakan data analysis t-test dengan software
IBM SPSS Statistic. Pengujian signifikansi variabel waktu menggunakan metode
paired sample t-test ini digunakan untuk mengukur tingkat signifikansi variabel
waktu yakni guna mengetahui pengaruh perbedaan hasil waktu proses
penimbangan raw material kimia sebelum improvement dan sesudah adanya
improvement rancang bangun rotary table semi-automatic (menggunakan level
kepercayaan sebesar 95% dan nilai standard error sebesar 5% atau α = 0,05).
Tabel 5. 7 adalah data hasil pengujian sebelum dan sesudah improvement yang
akan di input kedalam software IBM SPSS Statistic.

Tabel 5. 7 Waktu Proses Sebelum dan Setelah Improvement


Pengambilan Waktu Proses Sebelum Waktu Proses Setelah
Data ke - Improvement (detik) Improvement (detik)
1 5,90 4,46
2 6,03 4,32
3 5,80 4,02
4 6,40 3,98
5 6,20 3,96
6 5,87 4,26
7 6,50 3,88
8 5,95 4,18
9 6,00 4,10
10 5,88 4,00
98

Rata - rata 6,05 4,12

Hasil dari pengujian dengan menggunakan metode tersebut adalah nilai sig (2
tailed) yang berfungsi untuk menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis
yang ditolak. Berikut adalah perumusan hipotesis terhadap pengujian yang
dilakukan:

Merumuskan Hipotesis :
Ho : Rancang bangun rotary table tidak mempengaruhi waktu proses
penimbangan raw material kimia
Ha : Rancang bangun rotary table mempengaruhi waktu proses
penimbangan raw material kimia

Tabel 5. 8 Hasil Pengolahan Data Waktu Proses Menggunakan software IBM


SPSS Statistic
Paired Samples Test
Paired Differences
Sig.
95% Confidence
Std. Std. (2-
Interval of the t df
Mean Deviatio Error tailed
Difference
n Mean )
Lower Upper
Before
Improveme
Pai nt - After 1,9370 0,1180 1,6699 2,2040 16,40
0,37331 9 0,000
r1 Improveme 0 5 5 5 8
nt

Berdasarkan hasil uji paired sampe t-test, dengan menggunakan nilai kepercayaan
sebesar 95% dan nilai standard error sebesar 5% atau α = 0,05 maka apabila nilai
Sig. (2-tailed) yang muncul pada Tabel 5. 8 memiliki nilai < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Nilai Sig. (2-tailed) pada Tabel 5. 8 menunjukan bahwa antara
proses penimbangan menggunakan rotary table manual dibanding menggunakan
rotary table semi-automatic terjadi perubahan yang signifikan sehingga Ha
diterima yang artinya hipotesis bahwa proses penimbangan raw material kimia
menggunakan rotary table semi-automatic berpengaruh pada penurunan waktu
proses penimbangan raw material kimia.

Berdasarkan Tabel 5. 7 maka efisiensi penurunan waktu proses pada chemical


weighting dapat diketahui menggunakan persamaan 2.23 sebagai berikut:
99

selisih CT
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = × 100%
CT𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒
6,05 [detik] − 4,12 [detik]
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = × 100%
6,05 [detik]
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 31,9 % ≈ 32 %

5.1.6.2 Analisis Data Kapasitas Penimbangan


Data hasil pengujian waktu proses seperti yang tercantum pada Tabel 4. 3 dan Tabel
4. 15 akan dibuat analisa data statistik menggunakan data analysis t-test dengan
software IBM SPSS Statistic. Pengujian signifikansi variabel kapasitas
penimbangan menggunakan metode paired sample t-test ini digunakan untuk
mengukur tingkat signifikansi variabel kapasitas penimbangan yakni guna
mengetahui pengaruh perbedaan kapasitas penimbangan raw material kimia
sebelum improvement dan sesudah adanya improvement rancang bangun rotary
table semi-automatic (menggunakan level kepercayaan sebesar 95% dan nilai
standard error sebesar 5% atau α = 0,05). Tabel 5. 9 adalah data kapasitas
penimbangan sebelum dan sesudah improvement yang akan di input kedalam
software IBM SPSS Statistic.

Tabel 5. 9 Data Kapasitas Penimbangan Sebelum dan Setelah Improvement


Kapasitas Produksi Kapasitas Produksi
Hari Shift Aktual Sebelum Aktual Setelah
Improvement (kg) Improvement (kg)
1 11.250 13.898
1
2 10.150 13.115
1 11.110 14.347
2
2 10.320 13.567
1 11.249 14.158
3
2 9.955 13.785
1 11.219 14.257
4
2 10.000 13.879
1 11.010 13.989
5
2 9.835 13.674
Rata - rata 10.609 13.866
10
0

Hasil dari pengujian dengan menggunakan metode tersebut adalah nilai sig (2
tailed) yang berfungsi untuk menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis
yang ditolak. Berikut adalah perumusan hipotesis terhadap pengujian yang
dilakukan:

Merumuskan Hipotesis:
Ho : Rancang bangun rotary table tidak mempengaruhi kapasitas
penimbangan raw material kimia
Ha : Rancang bangun rotary table mempengaruhi kapasitas penimbangan
raw material kimia

Tabel 5. 10 Hasil Pengolahan Data Kapasitas Penimbangan Menggunakan software


IBM SPSS Statistic
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the t df
Mean Std. Sig.
Deviation Difference
Error (2-
Mean Lower Upper tailed)
Pair Sebelum - - - -
- Setelah 0,441831 0,139719 9 0,000
1 3,257100 3,573167 2,941033 23,312

Berdasarkan hasil uji paired sampe t-test, dengan menggunakan nilai kepercayaan
sebesar 95% dan nilai standard error sebesar 5% atau α = 0,05 maka apabila nilai
Sig. (2-tailed) yang muncul pada Tabel 5. 8 memiliki nilai < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Nilai Sig. (2-tailed) pada Tabel 5. 8 menunjukan bahwa antara
proses penimbangan menggunakan rotary table manual dibanding menggunakan
rotary table semi-automatic terjadi perubahan yang signifikan sehingga Ha
diterima yang artinya hipotesis bahwa proses penimbangan raw material kimia
menggunakan rotary table semi-automatic berpengaruh pada peningkatan
kapasitas penimbangan raw material kimia.

Berdasarkan Tabel 5. 9 maka efisiensi peningkatan kapasitas penimbangan pada


chemical weighting dapat diketahui menggunakan persamaan 2.23 sebagai berikut:

selisih kapasitas penimbangan


𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = × 100%
Kapasitas penimbangan𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒
101

13.866 [kg] − 10.609 [kg]


𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = × 100%
10.609 [kg]
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 30,7 % ≈ 31 %

5.1.7 Analisis Ekonomi


5.1.7.1 Break Even Point (BEP)
Analisis break even point digunakan agar perusahaan mencapai titik impas
dimana jumlah pendapatan yang harus diperlukan untuk menutupi biaya yang
sudah dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu oleh perusahaan (return of
investment). Biaya yang dibutuhkan dalam proses pembuatan rancang bangun
rotary table semi- automatic ditunjukkan pada Tabel 5. 11

Tabel 5. 11 Rincian Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic


No Komponen Jumlah Harga Satuan Total
1 Besi UNP ASTM A36
1 Rp 287.500 Rp 287.500
80x45x6
2 Besi Hollow Square ASTM
2 Rp 115.500 Rp 231.000
A36 30x30x3
3 Baja ST 60 Ø50 mm 1 Rp 100.000 Rp 100.000
4 Pelat 2B Stainless Steel 316
2 Rp 1.619.995 Rp 3.239.990
101,6 x 203,2 x 1
5 Level Adjuster 4 Rp 55.000 Rp 220.000
6 Bearing UCF 210 Ø50 mm 2 Rp 320.000 Rp 640.000
7 AC Magnetik Brake Motor 1 Rp 1.410.000 Rp 1.410.000
8 Signal Lamp Patlite 1 Rp 1.365.300 Rp 1.365.300
9 PLC Mitsubishi FX3U 1 Rp 4.500.000 Rp 4.500.000
10 Foot Switch 1 Rp 200.000 Rp 200.000
11 Limit Switch 1 Rp 251.000 Rp 251.000
12 Emergency Button
1 Rp 25.000 Rp 25.000
Schneider
13 Selector Button Schneider 1 Rp 19.500 Rp 19.500
14 Kapasitor 4 µF 1 Rp 5.500 Rp 5.500
Jumlah Rp 12.494.790
102

Kebutuhan material dan harga di atas merupakan estimasi yang didapatkan


berdasarkan data lapangan. Harga yang tercantum merupakan harga yang diambil
dari sumber - sumber website dan berdasarkan harga pasaran. Biaya proses
pemesinan yaitu sebesar Rp. 750.000. selama proses pembuatan rancang bangun
rotary table semi-automatic.

Harga jual untuk rubber masterbatch rata - rata (p) Rp. 2.000.000/batch dengan
biaya produksi (c) 95% p, maka:

FC
BEP (X) =
p−c
Rp. 12.494.790 + Rp. 750.000
BEP (X) =
Rp. 2.000.000 − (95% × Rp. 2.000.000)
BEP (X) = 132,445 ≈ 133 unit

FC
BEP (p. X) = c
1−
p
Rp. 12.494.790 + Rp.
BEP (p. X) 750.000 95% × Rp.
= 1−
2.000.000
Rp. 2.000.000
BEP (p. X) = Rp. 264.895.800

Berdasarkan perhitungan di atas maka diketahui bahwa untuk pengembalian


modal ataupun titik impas atas pengeluaran yang dikeluarkan sebesar Rp.
13.244.790 yaitu ketika PT Elastomix Indonesia telah berhasil menjual rubber
masterbatch sebanyak 133 batch ataupun setara dengan pendapatan yang harus
diperoleh sebesar Rp. 264.895.800.

5.1.7.2 Cost Down


Gaji karyawan PT Elastomix Indonesia sebesar Rp. 4.750.000/bulan (UMK
Karawang). Pada proses penimbangan operator yang dibutuhkan yaitu sebanyak 2
orang/shift. Perusahaan mendapat harus mampu melakukan penimbangan raw
material kimia sebanyak 653.620 kg/bulan, maka cost down yang dapat
diturunkan karena adanya rancang bangun rotary table semi-automatic adalah
sebagai berikut:
103

Waktu yang diperlukan jika menggunakan rotary table manual yaitu,


653.620 kg
10.610 kg/𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡 × 2 𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡/hari = 30,80 hari ≈ 31 hari

Waktu yang diperlukan karena adanya improvement yaitu,


653.620 kg
= 23,56 hari ≈ 24 hari
13.866 kg/𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡 × 2 𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡/hari

Penghematan waktu produksi,


31 hari − 24 hari = 7 hari

Cost down per bulan,


4.750.000
bulan × 4 orang
7 hari × Rp = Rp 6.045.454/bulan
22 hari

Cost down per tahun,


Rp 6.045.454/bulan × 12 bulan/tahun = Rp 72.545.454/tahun

5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembahasan Alternatif Desain
Pada penentuan alternatif desain terdapat lima kriteria yaitu fungsi, ergonomi &
safety, konstruksi dan biaya pembuatan. Penilaian kriteria tersebut ditunjukkan
pada Tabel 5. 3 Matrik Pembobotan Kriteria Seleksi Alternatif Desain Rotary
Table. Kriteria yang memiliki prioritas lebih tinggi diberi skor satu dan kriteria
yang prioritasnya lebih rendah diberi nilai nol, kemudian pembobotan setiap
kriteria dilakukan dengan dengan membagi skor tiap kriteria dengan jumlah total
keseluruhan skor.
104

0,40
0,35
0,35
0,30 0,29
0,25 0,24
0,20
0,15
Bobot 0,10
0,05
0,12
0,00

FungsiErgonomi & KonstruksiBiaya


SafetyPembuatan
Kriteria Desain

Gambar 5. 23 Grafik Kriteria Pembobotan Desain

Hasil pembobotan setiap kriteria desain pada Tabel 5. 3 kemudian dibuat gafik
yang ditunjukkan oleh Gambar 5. 23. Berdasarkan Gambar 5. 23, kriteria fungsi
memiliki prioritas yang paling tinggi dari keenam kriteria lainnya dengan bobot
0,35. Fungsi rotary table tidak hanya bisa memutar raw material kimia tetapi
harus mampu membantu proses penimbangan dengan waktu yang cepat karena
proses penimbangan ini mempengaruhi waktu proses kapasitas penimbangan raw
material kimia. Berdasarkan Gambar 5. 23, kriteria ergonomi dan safety
menempati prioritas kedua setelah kriteria fungsi dengan bobot 0,29. Kriteria
ergonomi dan safety sangat berpengaruh pada fungsi karena ketika fungsi tersebut
dapat berjalan dengan baik maka harus memiliki kemudahan ataupun kenyamanan
dan memberikan keselaman dalam pengoperasian. Berdasarkan Gambar 5. 23,
kriteria konstruksi menempati prioritas nomor tiga setelah ergonomi dan safety
dengan bobot 0,24. Konstruksi yang baik akan menunjang fungsi handling raw
material kimia dengan maksimal. Berdasarkan Gambar 5. 23, kriteria biaya
pembuatan menempati prioritas nomor empat setelah konstruksi dengan bobot
0,12. Biaya pembuatan harus seminimal mungkin dengan cara memanfaatkan
komponen - komponen yang sudah tersedia di perusahaan dan seminimal
mungkin jika terdapat komponen yang harus dilakukan pembelian karena hal itu
mempengaruhi cost perusahaan.
105

9,008,88
8,80
8,60
8,40
8,20

Nilai

8,00
7,80 7,82
7,76
7,60
7,40
7,20

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3


Kriteria Desain

Gambar 5. 24 Grafik Penilaian Alternatif Desain Rotary Table Semi-Automatic

Rating setiap alternatif desain dikalikan dengan bobot kriteria dan skor seluruhnya
ditotal. Total nilai akhir ditampilkan pada Gambar 5. 24. Hasil akhir penilaian
menunjukkan bahwa alternatif desain 1 memiliki skor total 8,88, alternatif desain
2 memiliki skor total 7,82 dan alternatif desain 3 memiliki skor total 7,76. Oleh
karena alternatif desain 1 memiliki skor penilaian yang paling tinggi, maka desain
yang dipilih untuk direalisasikan menjadi rotary table semi-automatic adalah
alternatif desain 1.

5.2.2 Pembahasan Analisis Perhitungan


5.2.2.1 Pembahasan Analisis Perhitungan Beban
Perhitungan beban rotary table dilakukan untuk mengetahui beban setiap
komponen dan beban total rotary table. Perhitungan beban dilakukan
menggunakan software Solidworks dengan analisis evaluate mass properties pada
desain 3D. Namun untuk memastikan bahwa hasil analisis evaluate mass
properties maka dilakukan perhitungan beban secara matematis terhadap salah
satu komponen rotary table yaitu shaft driven. Perhitungan secara matematis
terhadap shaft driven maka dihasilkan bahwa beban shaft driven sebesar 31,68
[N], sedangkan hasil analisis evaluate mass properties menghasilkan beban shaft
driven sebesar 31,585 [N]. Hal tersebut menunjukkan bahwa analisis evaluate
mass properties pada software solidworks sama atau mendekati nilai sebenarnya.
106

5.2.2.2 Pembahasan Analisis Perhitungan Keliling


Perhitungan keliling rotary table dilakukan guna mengetahui keliling dari rotary
table yang akan dibuat. Berdasarkan hasil perhitungan, keliling dari rotary table
adalah sebesar 4,08 [m], sehingga setalah diketahui dapat digunakan untuk
mengasumsikan kecepatan linear yang dianjurkan agar memberikan keselamatan
kepada operator ataupun pengguna. Berdasarkan perhitungan tersebut maka
kecepatan linear diasumsikan sebesar 1,5 [m/s], maka dengan keliling 4,08 [m]
dapat dilakukan selama 2,72 detik.

5.2.2.3 Pembahasan Analisis Perhitungan Kecepatan Putar


Pada analisis perhitungan kecepatan putar dilakukan untuk mengetahui kecepatan
putar rotary table. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui kecepatan putar rotary
table adalah sebesar 22,036 [rpm], sehingga nilai tersebut merupakan batasan
kecepatan putar dalam menentukan penggerak serta transmisi yang digunakan
pada rotary table

5.2.2.4 Pembahasan Analisis Perhitungan Shaft Driven


Perhitungan shaft driven bertujuan untuk mengetahui kekuatan material shaft yang
digunakan dengan membandingan antara tegangan ijin dengan tegangan yang
terjadi. Shaft yang digunakan memiliki diameter 50 [mm] dengan material baja
DIN 17100 ST-60 yang meiliki tegagan yield sebesar 325 [N/mm2]. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa poros berdiameter 50 [mm] menghasilkan
tegangan geser yang terjadi sebesar 3,26 [N/mm2] sedangkan tegangan geser yang
diizinkan bila faktor keamanan sebesar 8 yaitu 19,6875 [N/mm2]. Hal tersebut
menandakan bahwa penggunaan poros berdiameter 50 [mm] pada rancang bangun
rotary table semi-automatic aman digunakan dikarenakan tegangan yang terjadi
lebih kecil daripada tegangan yang diizinkan.

5.2.2.5 Pembahasan Analisis Perhitungan Kesetimbangan Gaya


Perhitungan kesetimbangan gaya dilakukan untuk mengetahui semua gaya reaksi
yang terjadi pada tiap kaki rangka penopang rotary table. Langkah yang
dilakukan yaitu menggambar diagam benda bebas kesetimbangan. Diagam beban
bebas dapat digambar setelah mengetahui titik pusat massa atau center of mass.
Perhitungan kesetimbangan momen yang terjadi menggunakan rumus pada
persamaan 2.44 dan
107

2.45. Berdasarkan hasil perhitungan kesetimbangan yang telah dilakukan


diketahui bahwa gaya reaksi yang terjadi pada kaki rangka penopang A, B, C dan
D memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 433,2755 [N]. Penjumlahan gaya reaksi
yang terjadi pada keempat kaki rangka penopang harus memiliki nilai yang sama
dengan gaya aksi yang diberikan yakni 1773,102 [N], maka hal tersebut jika
dijumlahkan sudah memiliki nilai yang sama (Faksi = Freaksi).

5.2.2.6 Pembahasan Analisis Perhitungan Buckling


Perhitungan buckling dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekuatan struktur
rangka penopang rotary table ketika diberikan beban sebesar 1773,102 [N]
akankah terjadi buckling atau tidak. Ketika sebuah struktur rangka diberikan
beban (P/F/W) yang sama dengan beban kritis (Fcr) maka struktur belum
menunjukkan ketidakstabilan/buckling, tetapi ketika beban (P/F/W) yang
diberikan melebihi beban kritis (P > Fcr) maka struktur mengalami fenomena
ketidakstabilan/buckling sehingga pada saat mendesain suatu struktur maka beban
yang diberikan tersebut harus di bawah beban kritis (Fcr). Berdasarkan sub bab
5.1.4.7 analisis perhitungan buckling dilakukan perhitungan secara matematis
diketahui bahwa nilai beban kritis (Fcr) sebesar 170.332,69 [N], maka dapat
disimpulkan bahwa beban yang diberikan di bawah beban kritis sehingga belum
mengakibatkan terjadinya fenomena bukling pada rangka penopang rotary table.
Demi mevalidasi analisis perhitungan buckling sehingga dilakukan simulasi pada
software Solidworks dengan metode Finite Element Analysis. Hal yang perlu
diperhatikan pada simulasi ini adalah faktor keamanan buckling guna
menampilkan seberapa aman struktur rangka penopang untuk tidak mengalami
buckling/ketidakstabilan. Suatu struktur tidak akan mengalami
ketidakstabilan/buckling jika memiliki nilai faktor keamanan buckling yang lebih
besar dari 1. Berdasarkan simulai yang telah dilakukan maka diketahui nilai faktor
keamanan buckling sebesar 6351,4. Nilai faktor kemanan tersebut lebih besar dari
1, maka dapat disimpulkan bahwa rangka penopang rotary table jika diberi beban
sebesar 1773,102 [N] tidak akan mengalami buckling.

5.2.2.7 Pembahasan Analisis Perhitungan Sambungan Las


Perhitungan kekuatan sambungan las digunakan untuk mengetahui apakah
sambungan las pada rotary table aman atau tidak. Elektroda yang dipakai untuk
pengelasan SMAW disesuaikan dengan yang ada di perusahaan. Elekroda yang
108

dipakai tersebut berjenis Kobe Steel RB-26 AWS A5.1 E6013 yang mempunyai
tegangan tarik maksimal sebesar 550 [N/mm2]. Tegangan yang diijinkan
berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 127,5 [N/mm 2]. Berdasarkan perhitungan
kekuatan pengelasan pada rangka diketahui bahwa tegangan tarik yang terjadi
sebesar 1,27 [N/mm2] lebih kecil dari tegangan ijin pengelasan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sambungan pengelasan pada rangka penopang rotary table
tersebut aman digunakan.

5.2.3 Pembahasan Hasil Pengujian


5.2.3.1 Pengujian Waktu Proses
Berdasarkan sub bab 5.1.6.1 Analisis Data Pengujian Waktu Proses diketahui
penurunan waktu proses pada chemical weighting sebesar 1,93 detik. Berikut
adalah gafik hasil pengujian waktu proses pada chemical weighting dengan
menggunakan rotary table yang ditunjukkan pada Gambar 5. 25.

7,00 6,40 6,50


6,03 6,20
5,90 5,80 5,87 5,956,00 5,88
6,00
Waktu Proses (detik)

5,004,46 4,32 4,26 4,18 4,10


4,023,98 3,96 3,88 4,00
4,00

3,00

2,00

1,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengujian ke

Waktu Proses Before (detik) Waktu Proses After (detik)

Gambar 5. 25 Grafik Hasil Pengujian Waktu Proses pada Chemical Weighting

Berdasarkan Gambar 5. 25 diketahui bahwa waktu proses pada chemical


weighting dengan menggunakan rotary table semi-automatic paling cepat sebesar
3,88 detik sedangkan yang paling lama yaitu 4,46 detik. Berdasarkan Tabel 4.3
dan Tabel 4.15 didapatkan rata - rata waktu proses pada chemical weighting dan
kemudian dibuat
109

gafik perbandingan waktu proses pada chemical weighting sebelum dan sesudah
adanya rotary table semi-automatic seperti berikut:

7,00
6,00 6,05
5,00 32 %
4,00
Waktu (detik)

4,12
3,00
2,00
1,00
0,00

Sebelum
1 Setelah
2
Improvement Improvement
Perbandingan Waktu Proses

Gambar 5. 26 Grafik Perbandingan Waktu Proses pada Chemical Weighting


Sebelum dan Setelah Improvement

Berdasarkan hasil uji menggunakan metode paired sampe t-test dan Gambar 5. 26,
dapat diketahui bahwa adanya rotary table semi-automatic berpengaruh pada
penurunan waktu proses chemical weighting. Hal tersebut dapat dilihat juga
dengan membandingkan Tabel 4.3 proses chemical weighting sebelum adanya
rotary table semi-automatic dan Tabel 4.15 proses chemical weighting dengan
menggunakan rotary table semi-automatic. Proses chemical weighting sesudah
adanya rotary table semi-automatic menghilangkan proses pemutaran rotary table
menggunakan tangan, sehingga berdasarkan hal tersebut terdapat penurunan
waktu sebesar 1,93 detik per proses atau sebesar 32% dari waktu semula.

5.2.3.2 Data Kapasitas Penimbangan


Berdasarkan sub bab 5.1.6.1 Analisis Data Pengujian Waktu Proses diketahui
penurunan waktu proses pada chemical weighting sebesar 1,93 detik. Berikut
adalah gafik hasil pengujian waktu proses pada chemical weighting dengan
menggunakan rotary table yang ditunjukkan pada Gambar 5. 27
110

16.000
13.898 14.347 13.567 14.158 13.785 14.257 13.879 13.989 13.674
13.115
14.000

12.000 11.250 11.11011.249 11.219 11.010


Kapasitas (kg) 10.150 10.320 9.955 10.000 9.835
10.000

8.000

6.000

4.000

2.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0
Pengujian ke
Kapasitas Produksi Aktual Sebelum Improvement Kapasitas Produksi Aktual Setelah Improvement

Gambar 5. 27 Grafik Data Kapasitas Penimbangan pada Chemical Weighting


Process

Berdasarkan Gambar 5. 27 diketahui bahwa data kapasitas penimbangan pada


chemical weighting dengan menggunakan rotary table semi-automatic terjadinya
peningkatan kapasitas penimbangan secara signifikan. Berdasarkan Tabel 4.3 dan
Tabel 4.15 didapatkan rata - rata data kapasitas penimbangan pada chemical
weighting dan kemudian dibuat gafik perbandingan data kapasitas pada chemical
weighting sebelum dan sesudah adanya rotary table semi-automatic seperti
berikut:
16.000
14.000 13.866
12.000 31 %
10.609
Kapasitas (kg)

10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0

SebelumSetelah
ImprovementImprovement
Perbandingan
1 Data Kapasitas Penimbangan
2

Gambar 5. 28 Grafik Perbandingan Data Kapasitas pada Chemical Weighting


Sebelum dan Setelah Improvement
111

Berdasarkan hasil uji menggunakan metode paired sample t-test dan Gambar 5.
28, dapat diketahui bahwa adanya rotary table semi-automatic berpengaruh pada
peningkatan kapasitas penimbangan raw material kimia. Hal tersebut dapat dilihat
juga dengan membandingkan Tabel 4.3 proses chemical weighting sebelum
adanya rotary table semi-automatic dan Tabel 4.15 proses chemical weighting
dengan menggunakan rotary table semi-automatic. Data kapasitas penimbangan
pada chemical weighting sesudah adanya rotary table semi-automatic
menghilangkan proses pemutaran rotary table menggunakan tangan, sehingga
berdasarkan hal tersebut terdapat peningkatan kapasitas penimbangan 3.257 kg
per hari atau sebesar 31% dari data kapasitas semula, tetapi hal tersebut masih
belum dapat menacapi target kapasitas per shift yakni sebesar 14.395 kg. Hal ini
disebabkan oleh alat pendukung yang dikembangkan menjadi rotary table semi-
automatic hanya 1 alat saja, sedangkan selama proses penimbangan dibutuhkan 2
alat pendukung yang setara agar dapat mencapai target kapasitas penimbangan
yang telah ditentukan.

5.2.4 Pembahasan Analisis Ekonomi


5.2.4.1 Break Even Point (BEP)
Break even point atau BEP merupakan titik dimana jumlah pendapatan sama
dengan jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
barang/jasa. BEP juga dapat disebut dengan titik impas, maksudnya adalah
kondisi pada perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian.
Artinya adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk operasi produksi bisa ditutupi
oleh pendapatan dari penjualan produk. Hasil analisis break even point pada
sub bab
5.1.5.1 menunjukkan bahwa pengeluaran sebesar Rp.13.244.790, maka PT
Elastomix Indonesia dapat mencapai titik impas atau break even point jika
penjualan mencapai 133 batch atau sebesar Rp 264.895.800. Grafik BEP dapat
dilihat pada gambar 5.13 di bawah ini :
112

Rp. 264.895.800

Rp. 13.244.790

133

Gambar 5. 29 Grafik BEP Rotary Table Semi-Automatic

5.2.4.2 Cost Down


Adanya improvement rotary table semi-automatic pada chemical weighting
process membantu proses handling raw material kimia menjadi semakin mudah
dan nyaman bagi operator. Berdasarkan perhitungan pada sub bab 5.1.7.2 Cost
Down diketahui bahwasanya adanya penurunan waktu proses selama 7 hari guna
mencapai target kapasitas penimbangan sebesar 653.620 kg, sehingga hal tersebut
berdampak pula pada penurunan biaya gaji operator yang sebesar Rp.
6.045.454/bulan. Presentase penurunan biaya gaji karyawan/operator yaitu:

Rp. 6.045.454
Presentase = × 100%
Rp. 19.000.000
Presentase = 31,8%

5.2.5 Hasil dan Spesifikasi Mesin


Berdasarkan hasil perancangan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dihasilkan rotary table semi-automatic untuk chemical weighting process dengan
spesifikasi sebagai berikut:

Main Dimension (L×W×H) : 1380×1300×1766


Material Rangka Penopang : ASTM A36
Material Rotary Table : Stainless Steel
113

Material Rangka Rotary : ASTM A36


Table
AC Magnetic Motor Brake : Oriental Motor 5GU180KBH
Bearing : Bearing UCF 210
Rotating Bearing Osaka Taiyu PTM-80
Shaft Material : DIN 17100 ST 60 - 2
Programmable Logic
: Mitsubishi FX3U-16MR/ES
Controller
Limit Switch : Omron D4V-8108SZ-N
Button Emergency : Schneider XB7NS8445
Mini Circuit Braker : Schneider Domae MCB 1 Phase 10 A
Selector Switch : Schneider XB7ND25
Pilot Light : Schneider XB7EV08BP

Gambar 5. 30 Hasil Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic

Rotary table digunakan untuk membantu chemical weighting process secara semi
otomatis serta memliki 2 mekanisme dari kinerja rotary table. Kinerja dari rotary
table yaitu berputar secara manual dan berputar secara semi otomatis. Rotary table
berputar secara manual yaitu ketika operator akan memutar rotary table maka
perlu menginjak foot switch terlebih dahulu kemudian akan berhenti ketika foot
switch itu dilepaskan, sedangkan rotary table berputar secara semi otomatis yaitu
nantinya ketika operator akan memutar rotary table maka perlu menginjak
foot switch
114

terlebih dahulu kemudian akan berhenti sesuai dengan batasan triger atau pemicu
(limit switch) yang telah ditentukan letak posisi pemberhentiannya. Arah putaran
rotary table yaitu berputar secara horizontal. Rangka penopang terdapat level
adjuster. Adanya level adjuster, maka ketinggian dari rotary table dapat diatur
sesuai dengan kenyaman operator. Prinsip kerja dari rotary table ini digerakkan
oleh motor penggerak yang terdapat brake system serta dihubungkan dengan
transmisi roller chain dan sprocket. AC magnetic motor brake adalah motor listrik
AC yang didalamnya terdapat rem elektromagnetik. Ketika arus listrik terputus,
maka motor listrik akan berhenti seketika dan menahan beban. Sistem kontrol dari
modifikasi rotary table menggunakan PLC (Programmable Logic Controller)
yang berfungsi untuk mengontrol serta mengatur dari input dan output yang akan
digunakan. Input yang akan digunakan yaitu emergency button, selector button,
foot switch, dan limit switch sedangkan output yang digunakan adalah
electromagnetic motor brake, lampu indikator dan signal lamp.
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari rancang bangun rotary table semi automatic adalah sebagai
berikut:

1. Rancang bangun rotary table semi-automatic adalah solusi dari pemecahan


masalah atau improvement pada chemical weighting process di Departemen
Produksi PT Elastomix Indonesia. Spesifikasi utama rancang bangun rotary
table semi-automatic meliputi main dimension 1380×1300×1766 (L×W×H),
rotary table, rangka penopang, ac magnetic motor brake, rantai rol, sprocket
dan PLC. Rancang bangun rotary table semi-automatic mampu dioperasikan
sesuai tujuan, yaitu mengurangi waktu lembur demi tercapainya kapasitas
penimbangan dan meningkatkan kapasitas penimbangan.
2. Pengujian waktu proses pada rancang bangun rotary table semi-automatic
dilakukan dengan menggunakan parameter massa raw material kimia sebanyak
10 kali pengujian. Hasil dari pengujian waktu proses setelah improvement
terhadap massa raw material kimia dihasilkan lama waktu rata-rata satu kali
proses penimbangan 4,12 detik.
3. Hasil dari rancang bangun rotary table semi-automatic pada chemical
weighting process memberikan pengaruh menurunnya waktu proses sebesar
32% dan meningkatkan kapasitas penimbangan sebesar 31%. Menurunnya
waktu proses penimbangan dikarenakan hilangnya proses pemutaran rotary
table menggunakan tangan.
4. Hasil rancang bangun rotary table semi-automatic pada chemical weighting
process mampu menurunkan biaya gaji karyawan/operator sebesar Rp.
6.045.454 per bulan atau 31,8 % per bulan. Menurunnya biaya gaji
karyawan/operator dikarenakan adanya peningkatan kapasitas penimbangan
per shift.

114
DAFTAR PUSTAKA

ASTM A36. (2015). Standard Specification for Carbon Structural Steel. Current,
89(Reapproved), 6–7.

Bagia, N., & Parsa, M. (2018). Motor-motor Listrik (Vol. 1, Issue 1). CV. Rasi
Terbit.

Bhandari, V. B. (2016). Design of Machine Elements. In Design of Machine


Elements: Vol. Third edit (3rd ed.). McGraw Hill.

Bittnar, Z., Bartos, P. J. M., Nemecek, J., Smilauer, V., & Zeman, J. (2009).
Nanotechnology in Construction 3 : Proceedings of the NICOM3. Springer.

Bolton, W. (2006). Programmable Logic Controllers. In Africa’s potential for the


ecological intensification of agriculture (4th ed., Vol. 53, Issue 9). Elsevier
Newnes.

Bortnik, E., Trcka, N., Wijs, A. J., Luttik, B., Mortel-Fronczak, J. M. van de,
Baeten, J. C. ., Fokkink, W. J., & Rooda, J. E. (2005). Analyzing a X Model
of a Turntable System Using Spin, CADP and Uppaal. Preprint Submitted to
Elsevier Science.

Budynas, R. G., & Nisbett, J. K. (2011). Shigley’s Mechanical Engineering


Design. Ninth Edition. McGraw Hill.

Cross, N. (2000). Engineering Design Methods : Strategies for Product Design


(3rd ed.). JOhn Wiley & Sons, Ltd.
http://www.lavoisier.fr/notice/fr421790.html

Engel, B., & Al-Maeeni, S. S. H. (2017). Failure Analysis and Fatigue Life
Estimation of a Shaft of a Rotary Draw Bending Machine. International
Scholarly and Scientific Research & Innovation, 11(11), 1785–1790.

Firdausi, A. (2013). Mekanika Dan Elemen Mesin. In Malang: PPPPTK BOE.

Goeritno, A., & Pratama, S. (2020). Rancang-Bangun Prototipe Sistem Kontrol


Berbasis Programmable Logic Controller untuk Pengoperasian Miniatur

115
Penyortiran Material. Jurnal Rekayasa Elektrika, 16(3).
https://doi.org/10.17529/jre.v16i3.14905

Heizer, J., & Render, B. (2008). Operations Management (9th ed.). Pearson
Education.

Hendrawan, M. A., Purboputro, P. I., Saputro, M. A., & Setiyadi, W. (2018).


Perancangan Chassis Mobil Listrik Prototype “ Ababil ” dan Simulasi
Pembebanan Statik dengan Menggunakan Solidworks Premium 2016. The
7th University Research Colloquium 2018, 96–105.

Hijazi, R., Handoyo, D., Suryaningsih, F., & Kurnianto, K. (2019). Engineering
Design of Rotary Table for Digital Radiography and Gamma Ray CT
Prototype in Manufacturing Industry. The 3rd International Conference on
Nuclear Energy Technologies and Science.

Jayusman. (2018). Analisis “Diagram Tulang Ikan” Untuk Peningkatan


Keberhasilan Perbanyakan Vegetatif Makro Surian Putih (Toona sureni
Merr). Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek III (2018), 2, 539–
543. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10547/p. 539-
543 Fullpaper_Jayusman.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Kezia, R., Handono, B. D., & Pandaleke, R. (2017). Pengaruh Bentuk Badan
Profil Baja Ringan Terhadap Kuat Tekan. Jurnal Sipil Statik, 5(5), 249–262.

Khurmi, R. S., & Gupta, J. K. (2005). A Textbook of Machine Design (Issue I).
Eurasia Publishing House. Ltd.

Kumalaningrum, M. P., Kusumawati, H., & Hardani, R. P. (2011). Manajemen


Operasi (2nd ed.). UPP STIM YKPN.

Lazuardi, A. S. (2018). Perencanaan Sambungan Mur dan Baut Pada Gerobak


Sampah Motor. Mahasiswa Teknik Mesin ITN, 01(01), 21–26.

Lestari, A., & Conoras, W. A. . (2021). Analisa Perhitungan Cycle Time Produksi
Alat Muat Excavator Hitachi ZX 200 Dengan Wheel Loader SDLG LG938l
Pada Kegiatan Penambangan Pasir di CV . Adi Karya Mandiri Kelurahan
Sulamadaha Pulau Ternate. 2(2), 72–85.

116
Magdalena, R., & Angela Krisanti, M. (2019). Analisis Penyebab dan Solusi
Rekonsiliasi Finished Goods Menggunakan Hipotesis Statistik dengan
Metode Pengujian Independent Sample T-Test di PT.Merck, Tbk. Jurnal
Tekno, 16(2), 35–48. https://doi.org/10.33557/jtekno.v16i1.623

Marwanto, A. (2007). Shield Metal Arc Welding. Jurnal Teknik Mesin


Universitas Negri Yogyakarta, 1–9.

Mott, R. L. (2004). Machine Elements In Mechanical Design. Pearson Education.

Mott, R. L. (2019). Mahine Elements in Mechanical Design (4th ed.). Pearson


Education.

Nadarajah, S., & Kotz, S. (2008). The Cycle Time Distribution. International
Journal of Production Research, 46(11), 3133–3141.
https://doi.org/10.1080/00207540601186071

Norton, R. L. (n.d.). Machine Design An Integrated Approach (4th ed.). Pearson


Eduaction.

Norton, R. L. (2011). Machine Design: An Integrated Approach. Pearson


Education.

Pytel, A., & Kiusalaas, J. (n.d.). Engineering Mechanics Statics (3rd ed.).
Cencage Learning.

Santoso Putri, K., Widyadana, I. G. A., & Palit, H. C. (2015). Peningkatan


Kapasitas Produksi pada PT. Adicitra Bhirawa. Adicitra Bhirawa / Jurnal
Titra, 3(1), 69–76.

Sularso, & Suga, K. (2008). Dasar Perencanaan dan Pemelihan Elemen Mesin
(12th ed.). PT Pradnya Paramita.

Suprayogi, A., & Tjahjanti, P. H. (2017). Analisa Surface Preparation pada Plat
Baja ASTM A36. Seminar Nasional Dan Gelar Produk, 188–197.

Talabi, S. I., Owolabi, O. B., Adebisi, J. A., & Yahaya, T. (2014). Effect of
welding variables on mechanical properties of low carbon steel welded joint.
Advances in Production Engineering And Management, 9(4), 181–186.

117
https://doi.org/10.14743/apem2014.4.186

Tripler, P. A., & Mosca, G. (2008). Physiscs for Scientist and Engineers (6th ed.).
W. H. Freeman and Company.

Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2012). Product Design and Development. In


Reliable Design of Medical Devices, Third Edition (5th ed.). McGraw Hill.
https://doi.org/10.1201/b12511-5

Vorley, G. (2008). Mini Guide to Root Cause Analysis. Mini Guide To Root
Cause Analysis, 1–15.

Wadi, A. (n.d.). Pengembangan Alat Rotary Table pada Kompetensi Cetak Saring
Program Keahlian Desain dan Produksi Kriya Tekstil SMK Negeri 1
Sukasada.

Wijayana, M., Triadi, A. A. A., & Anwar, L. S. (2016). Studi Kelayakan


Penggunaan Mesin Diesel dengan Metode Break Even Point (BEP) dan
Analisis Sensitivitas pada PLTD (Studi Kasus : PT PLN Persero Sektor
Pembangkitan Lombok PLTD Ampenan). Dinamika Teknik Mesin, 6(1).
https://doi.org/10.29303/d.v6i1.26

Zainuri, A. M. (2008). Kekuatan bahan. In E-Journal.Uajy.Ac.Id. Penerbit Andi.

Zhang, S. P., & Tak, T. O. (2020). Efficiency Estimation of Roller Chain Power
Transmission System. Applied Sciences (Switzerland), 10(21), 1–13.
https://doi.org/10.3390/app10217729

118
LAMPIRAN

119
120

Lampiran 1. Surat Keterangan dari PT Elastomix Indonesia


121

Lampiran 2. Dokumentasi Sidang Skripsi


122

Lampiran 3. Dokumentasi Proses Fabrikasi Rotary Table Semi-Automatic


123

Lampiran 4. Dokumentasi Penggunaan Rotary Table Semi-Automatic pada


Chemical Weighting Process
124

Lampiran 5. Material Baja ASTM A36


125

Lampiran 6. Material Baja DIN 17100 ST-60


126

Lampiran 7. Bearing UCF 210


127

Lampiran 8. Rotating Bearing Osaka Taiyu


128

Lampiran 9. Elektroda Kobe Steel


129

Lampiran 10. Tsubaki Sprocket


130

Lampiran 11. Tsubaki Roller Chain


131

Lampiran 12. Gambar Kerja Rotary Table Semi-Automatic (Terlampir)


3D ISOMETRIC VIEW

Top, Front, and Right Side View Bottom, Back and Left Side View

Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan


n n
III II Perubahan:

Skala Digambar 07/08/22 Iyan


Rotary Table Semi Automatic :
1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.1/8
2D Detail Drawing Main Assy 1437.7
23
14

N 4 V
22
20
Detail V ( 1 : 7 )
26
25
21
652.6

1783.6
7 24
Section Y-Y
Detail U ( 1 : 6 )
36

Y
Y 9 1 Pasak 27 Mild Steel 7 x 7 x 20 Custom
4 Plain Washer ISO 7089 - 14 26 Mild Steel ODØ14 Standard
4 Hexagon Nuts ISO 4032 25 Mild Steel M14 Standard
U
511

2 Hexagon Nut ISO 4032 24 Mild Steel M8 Standard


15 2 Hexagon Nut ISO 4032 23 Mild Steel M10 Standard
2 Hexagon Socket Head ISO 4762 22 Mild Steel M10 x 55 Standard
2 Hexagon Socket Head ISO 4762 21 Mild Steel M8 x 20 Standard
17
94.5

4 Hexagon Head Bolt ISO 4014 - 20 Mild Steel M14 x 80 Standard


4 Hexagon Head Flange Bolt AS 19 Mild Steel M4 x 12 ISO metric
1427 machine screws
4 Level Adjuster 18 Ø75 x 167 Standard
19 16 12 1 4 Cover Kaki Penopang 17 Steel ASTM 80 x 45 x 6 Standard
13 18
A36
1 Foot Switch 16 139,4 x 240 x 124,1 Standard
Detail T ( 1 : 10 )
162.8

1 Panel Box 15 370 x 384 x 186,9 Standard


P 5 1 Tower Lamp 14 Ø75 x 461,1 Standard
1 Limit Switch 13 XZ-5 108 Standard
1 Electric Motor 12 90 Watt Standard
308

Detail P ( 1 : 13 ) 2 Bearing UCF210 11 IDØ50 Standard


1 Driven Sprocket 10 Mild Steel Z81 Standard
3 1 Driver Sprocket 9 Mild Steel Z25 Standard
1 Roller Chain RS40 8 Standard
1 Shaft Driven 7 DIN 17100 Custom
T 8 ST60
1 Rotary Bearing 6 ODØ800 Standard
234

PTM80
10 1 Bracket Limit Switch 5 70 x 40 x 100 Custom

1321.3
1 Bracket Tower Clamp 4 144 x 40 x 820 Custom
1 Main Bracket Motor 3 230 x 180 x 220 Custom
R 1 Rotary Table 2 1323,3 x 652,6 Custom
6 1 Rangka Penopang 1 900 x 900 x 505 Custom
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
n n
11 III II Perubahan:

2
Rotary Table Semi Skala Digambar 07/08/22 Iyan
:
Automatic
27 1 : 15 Diperiks 07/08/22 Agus S.
40 820 a
Detail R ( 1 : 3 ) Auxiliary N
POLITEKNIK NEGERI SMG.DWG.SKRIPSI.2022.2/8
SEMARANG
1 Tol. ± 0,1
SMAW

1.3
1.6
SMAW SMAW
3
SMAW
3 Detail F ( 1 : 4 )
80

242.5
355

150
F

415
1.5
150
1.2
80 162.5

80 295 60 222.5
Tampak Depan, Samping Kanan dan Atas
SMAW SMAW Tampak Belakang, Samping Kiri dan

1.4 8 Square Hollow 4 1.6 Steel ASTM 30x30x2 - 162,5 ISO 10799-2
900 Bawah 900 A36
4 Square Hollow 3 1.5 Steel ASTM 30x30x2 - 355 ISO 10799-1
A36
4 Square Hollow 1 1.4 Steel ASTM 30x30x2 - 295 ISO 10799-1
4 A36
SMAW
4 4 4 Square Hollow 2 1.3 Steel ASTM 30x30x2 - 150 ISO 10799-0
SMAW A36
505

4 4 U-Shape 2 1.2 Steel ASTM C 80x45 - 900 PN-86/H-93403


4
4 SMAW A36
46

SMAW 4
0

4 U-Shape 1 1.1 Steel ASTM C 80x45 - 505 PN-86/H-93403


4 A36
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
n n
III II Perubahan:

1.1
Skala: Digambar 07/08/22 Iyan
Rangka Penopang
1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.3/8
2 Tol. ± 0,1
2.4
4
SMAW
4
4
SMAW
4
Ø 1300

2.3

21.3
Ø
2.2

2.1

2.1
661.7 3D EXPLODED VIEW
2.2 Skala 1 : 16

1 Frame Edge Turntable 2.4 Stainless 661,7 x Ø 21,3 Round Pipe


Steel
1 Sekat Pembatas 2.3 Stainless 1300 x 600 x T2 Plate
Steel
1 Turntable 2.2 Stainless Ø 1300 x 42 Plate
652.6

Steel
1 Frame Turntable 2.1 Steel ASTM 1291 x 40 x 20 Hollow
4 A36 Regtangular
SMAW
2.2 4 Jumlah Nama Bagian No.Bagian Bahan Ukuran Keterangan
42

III II Perubahan:

2.1
1323.3 Skala Digambar 07/08/22 Iyan
Rotary Table :
1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.4/8
2.4 Tol. ± 0,1 2. Tol. ± 0,1
504.4 2

2
K Ø 1300

42
SMAW
Detail M ( 1 : 5 )
M

SMAW

Ø 21.3
454.4

2.3 N9

16.7
Tol. ± 0,1

Ø
T2
Detail K ( 1 : 4 )

2. Tol. ± 0,1
1

600
8 x Hollow Regtangular 40 x 20 x 2

450
1300

1 Frame Edge Turntable 2.4 Stainless 661,7 x Ø 21,3 Round Pipe


Steel
1291

1 Sekat Pembatas 2.3 Stainless 1300 x 600 x T2 Plate


Steel
1 Turntable 2.2 Stainless Ø 1300 x 42 Plate
Steel
1 Frame Turntable 2.1 Steel ASTM 1291 x 40 x 20 Hollow
A36 Regtangular
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
n n
III II Perubahan:

4
SMAW Automatic a
4 Sk : Digam
Rotary Table Semi al bar
07/08/22
Iyan

1291 1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.


a
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.5/8
3 Tol. ± 0,1

3.1

3.3

72
68
3.5
90 3.1
3.4
3D ISOMETRIC VIEW
180 3.2
3.3
3D EXPLODED VIEW

3.5
173.6
(220)

G 1 Frame Bracket Motor 3.5 Steel ASTM 230 x 180 x Hollow Square
3.2 A36 220
1 Nut 3.4 Steel, Mild M12 AS 1252
20

1 Hexagon Bolt 3.3 Steel, Mild M12 x 90 AS 1110


1 Adjuster Plate 3.2 Stainless 180 x 40 x T4 Plate
Steel
1 Motor Plate 3.1 Steel ASTM 129,5 x 119 x T3 Plate
241.5
26.4

A36
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
3.4 n n
III II Perubahan:

Skala: Digambar 07/08/22 Iyan


Main Bracket Motor
1:3 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a
Detail G ( 2 : 3 )
POLITEKNIK NEGERI SMG.DWG.SKRIPSI.2022.6/8
SEMARANG
N9 General Table Tolerance
3.1 Tol. ± 0,1 Skala :
1:2
4XØ 4.8 -
THRU
95.5
41.8
TOL >0.5-3 >3-6 >6-30 >30-120 >120-400
Medium ±0.1 ±0.1 ±0.2 ±0.3 ±0.5
27.4
Ø 12 THRU
4XØ 4.8 -
PCD70 THRU PCD70

12
DOWN 90° R3

47.5
95
3.2 N9 Tol. ± 0,1 Skala : 1:2

95
10
59.5

57.9
57.9 Thickness = 4 mm
Ø 12
THRU

40
40.5 69.4
57.5 86.8
55 40.5 17
(154.3) 95.5
Bentangan Motor Plate 90
95 180
Ø 12 47.5
THRU
30

119 89.5 20
3

129.5
3. N1
2 Tol. ± 0,1
5 20 40 1 Frame Bracket Motor 3.5 Steel ASTM 230 x 180 x 220 Hollow Square
J A36
1 Adjuster Plate 3.2 Stainless 180 x 40 x T4 Plate
Steel
1 Motor Plate 3.1 Steel ASTM 129,5 x 119 x T3 Plate
A36
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
220

n n
III II Perubahan:
7.3

I
40

Skala: Digambar 07/08/22 Iyan


20 18.8 150 J Main Bracket Motor
230 1:5 Diperiks 07/08/22 Agus S.
180 a
20
Section J-J POLITEKNIK NEGERI SMG.DWG.SKRIPSI.2022.7/8
SEMARANG
General Table Tolerance
4
N12 Tol. ± 0,1 Skala 1:2
TOL >0.5-3 >3-6 >6-30 >30-120 >120-400
Medium ±0.1 ±0.1
Hoolow
±0.2
Square
±0.3 ±0.5
40 x 40 x 2 Bubut
20
) Tol. ±

47
27
N8 Skala 1:2
7 ( 0,1
Ø 11 -THRU N7

20

H7/h6
Bubut

H7/k6
Ø 50

Ø 35
N7

3.5
820

4
SMAW
4 30

M8x1.25 - 6H
225

27

V Ø 10 X
12
2 20

90°
272 40

N12 Tol. ± 0,1 Skala 1:2


5

100
1 Shaft Driven 7 DIN17100 Ø50 x 225 Custo
ST60 m
1 Bracket Limit Switch 5 Steel ASTM 100 x 70 x 40 Custo
A36 m
1 Bracket Tower Clamp 4 Steel ASTM 820 x 272 x 40 Custo
A36 m
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
70

n n
III II Perubahan:
40

40

40 Skala Digambar 07/08/22 Iyan


SMAW Rotary Table Semi :
Automatic
1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.8/8

Anda mungkin juga menyukai