Disusun oleh:
Disusun oleh:
ABDULLAH
TAQIYYAN 4.21.18.0.02
Abdullah Taqiyyan
NIM. 4.21.18.0.02
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui,
Ketua Pogram Studi Sarjana Terapan
Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji,
Penguji I, Penguji II, Penguji II,
Ketua, Sekretaris,
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Mesin,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic guna Mempercepat
Waktu Proses pada Chemical Weighting di Departemen Produksi PT Elastomix
Indonesia”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
megucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Agus Slamet, M.T. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Tim
Penguji
2. Giyanto, S.T., M.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II
3. …. sebagai Sekretaris Tim Penguji
4. …. sebagai Penguji I sidang skripsi.
5. …. sebagai Penguji II sidang skripsi.
6. …. sebagai Penguji III sidang skripsi.
7. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi
dan do’a kepada penulis.
8. PT Elastomix Indonesia sebagai tempat penelitian skripsi.
9. Teman - teman Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Angkatan 2018 atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kata sempurna, hal ini
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga dapat bermanfaat bagi
Industri, Pihak Akademik, serta semua pihak maupun pembaca.
Abdulla Taqiyyan
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
SKRIPSI i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR LAMBANG xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan 5
1.5 Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Road Map Penelitian 6
2.2 Perancangan 8
2.2.1 Identification of Need 9
2.2.2 Definition of Need 10
2.2.3 Synthesis 10
2.2.4 Analysis and Optimization 11
2.2.5 Evaluation 11
2.2.6 Presentation 12
2.3 Konsep dan Pemilihan Desain 12
2.4 Baja ASTM A36 14
viii
2.6 Rotary Table 15
2.7 Motor Listrik 16
2.8 Shaft / Poros 17
2.9 Transmisi Roller Chain dan Sprocket 19
2.10 Bearing / Bantalan 23
2.11 Mur dan Baut 24
2.12 Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) 25
2.13 GX Works 27
2.14 Programmable Logic Controller 27
2.15 Kesetimbangan Sistem Gaya 28
2.16 Buckling 30
2.17 Tegangan dan Faktor Keamanan 32
2.18 Berat 33
2.19 Cycle Time/Waktu Proses dan Kapasitas Produksi 34
2.20 Uji Independent Sample T-test 35
2.21 Break Even Point (BEP) 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 38
3.2 Metode Penelitian 38
3.2.1 Identifikasi Masalah 39
3.2.1.1 Studi Lapangan 39
3.2.1.2 Wawancara 39
3.2.1.3 Analisis Masalah 40
3.2.2 Studi Pustaka 43
3.2.2.1 Dasar Teori 43
3.2.2.2 Dasar Perhitungan 43
3.2.3 Perancangan 43
3.2.3.1 Konsep Desain 44
3.2.3.2 Desain 3D 45
3.2.3.3 Analysis and Optimization 46
3.2.3.4 Evaluation (Evaluasi) 46
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. 1 (a) Rotary Table Manual (b) Raw Material Kimia 2
Gambar 1. 2 Konsep Perancangan Rotary Table Semi-Automatic 3
Gambar 2. 1 Diagram Alir Proses Perancangan 9
Gambar 2. 2 Perancangan Rotary Table Menggunakan Software Solidworks 11
Gambar 2. 3 Rotary table 16
Gambar 2. 4 Poros 19
Gambar 2. 5 Istilah yang digunakan dalam penggerak rantai 21
Gambar 2. 6 Bantalan/Bearing 24
Gambar 2. 7 Macam - macam Mur dan Baut 25
Gambar 2. 8 Pengelasan SMAW 26
Gambar 2. 9 Penampang Las 26
Gambar 2. 10 Pemrograman pada software GX Works 27
Gambar 2. 11 Programmable Logic Controller Mitsubishi 28
Gambar 2. 12 Balok Tumpuan Sederhana Menyangga Beban Terpusat 29
Gambar 2. 13 Jenis Kondisi Ujung Kolom; (a) Both the ends hinged or pin
jointed, (b) One end is fixed and the other hinged, (c) Both the end fixed, (d) One
end is fixed and the other free 31
Gambar 3. 1 Diagram Alir Proses Rancang Bangun Rotary Table 39
Gambar 3. 2 Root Cause Analysis (Vorley 2008) 40
Gambar 3. 3 Diagram Identifikasi Masalah (5M + 1E) pada Chemical Weighting
Process 42
Gambar 3. 4 Diagram Alir Proses Perancangan 44
Gambar 3. 5 Diagram Alir Pengujian Waktu Proses 50
Gambar 4. 1 Raw Material Kimia 52
Gambar 4. 2 Base Frame 56
Gambar 4. 3 (a) Rangka (b) Rotary Table 56
Gambar 4. 4 Sekat Pembatas 57
Gambar 4. 5 Shaft Driven 57
Gambar 4. 6 Bracket Signal Lamp 58
xii
Gambar 4. 7 Signal Lamp 58
Gambar 4. 8 Bracket Motor 59
Gambar 4. 9 Electromagnetic Motor Brake 60
Gambar 4. 10 Panel Box 61
Gambar 4. 11 Programmable Logic Controller 62
Gambar 4. 12 Mini Circuit Braker 1 Phase 10 A 62
Gambar 4. 13 Emergency Push Button XB7 63
Gambar 4. 14 Pilot Light 63
Gambar 4. 15 Selector Switch 64
Gambar 4. 16 Bearing UCF 210 64
Gambar 4. 17 Rotating Bearing 65
Gambar 5. 1 Alternatif Desain 1 Rotary Table Semi-Automatic 69
Gambar 5. 2 Alternatif Desain 2 Rotary Table Semi-Automatic 70
Gambar 5. 3 Alternatif Desain 3 Rotary Table Semi-Automatic 72
Gambar 5. 4 Desain Terpilih Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic 76
Gambar 5. 5 Validasi Hasil Perhitungan Massa Secara Matematis dengan Analisis
Evaluate Mass Properties 77
Gambar 5. 6 Transmisi Roller Chain dan Sprocket 80
Gambar 5. 7 Centre of Mass Rotary Table dengan Solidworks 83
Gambar 5. 8 Centre of Mass Rangka Penopang Tampak Atas 84
Gambar 5. 9 Tampak Depan Terhadap Gaya yang Bekerja pada Centre of Mass 84
Gambar 5. 10 Diagram Benda Bebas Kesetimbangan pada Centre of Mass 84
Gambar 5. 11 Ilustrasi Gaya Reaksi di Titik AB 86
Gambar 5. 12 Diagram Beban Bebas di Titik AB 86
Gambar 5. 13 Ilustrasi Gaya Reaksi di Titik CD 87
Gambar 5. 14 Diagram Beban Bebas di Titik CD 87
Gambar 5. 15 Dimensi Besi UNP Kaki Rangka Penopang 89
Gambar 5. 16 Simulasi Finite Element Analysis pada Rangka Penopang 91
Gambar 5. 17 (a) Proses Drilling, (b) Proses Wire Cut 93
Gambar 5. 18 Shaft Driven 94
Gambar 5. 19 (a) Rangkaian Kelistrikan Kendali PLC, (b) Rangkaian Kelistrikan
Motor 94
xiii
Gambar 5. 20 (a) Proses Instalasi Kelistrikan, (b) Hasil Instalasi Kelistrikan pada
Panel 95
Gambar 5. 21 Proses Pengecatan Rotary Table 95
Gambar 5. 22 Rotary Table yang Telah Dirakit 96
Gambar 5. 23 Grafik Kriteria Pembobotan Desain 103
Gambar 5. 24 Grafik Penilaian Alternatif Desain Rotary Table Semi-Automatic
104
Gambar 5. 25 Grafik Hasil Pengujian Waktu Proses pada Chemical Weighting 107
Gambar 5. 26 Grafik Perbandingan Waktu Proses pada Chemical Weighting
Sebelum dan Setelah Improvement 108
Gambar 5. 27 Grafik Data Kapasitas Penimbangan pada Chemical Weighting
Process 109
Gambar 5. 28 Grafik Perbandingan Data Kapasitas pada Chemical Weighting
Sebelum dan Setelah Improvement 109
Gambar 5. 29 Grafik BEP Rotary Table Semi-Automatic 111
Gambar 5. 30 Hasil Rancang Bangun Rotary Table Semi-Automatic 112
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Matriks Penilaian Konsep 13
Tabel 2. 2 11 Skala Batasan dan 5 Skala Batasan 14
Tabel 2. 3 Tensile Requirement 15
Tabel 2. 4 Mechanical dan Technological Properties of DIN 17100 ST 60 - 2 15
Tabel 2. 5 Jumlah Gigi pada Pinion/Smaller Sprocket untuk Rasio Kecepatan 20
Tabel 2. 6 Karakteristik rantai rol menurut IS: 2403-1991 22
Tabel 2. 7 Properties of Commonly Used Cross-Section 31
Tabel 2. 8 Values of End Fixity Coefficient (C) and Effective Length (Le) 32
Tabel 2. 9 Nilai Faktor Keamanan 33
Tabel 3. 3 Pengadaan Komponen 47
Tabel 4. 1 Tahapan Proses Chemical Weighting 53
Tabel 4. 2 Data Pengujian Waktu Proses Chemical Weighting Sebelum
Improvement 54
Tabel 4. 3 Data Kapasitas Penimbangan Sebelum Improvement 55
Tabel 4. 4 Spesifikasi Signal Lamp 58
Tabel 4. 5 Spesifikasi AC Magnetic brake Motor 59
Tabel 4. 6 Spesifikasi Limit Switch 60
Tabel 4. 7 Spesifikasi Programmable Logic Controller 61
Tabel 4. 8 Spesifikasi Mini Circuit Braker 1 Phase 62
Tabel 4. 9 Spesifikasi Emergency Push Button XB7 62
Tabel 4. 10 Spesifikasi Pilot Light XB7 63
Tabel 4. 11 Spesifikasi Selector Switch XB7 63
Tabel 4. 12 Spesifikasi Bearing UCF 210 64
Tabel 4. 13 Spesifikasi Rotating Bearing 65
Tabel 4. 14 Data Pengujian Waktu Proses Chemical Weighting Setelah
Improvement 66
Tabel 4. 15 Data Kapasitas Penimbangan Setelah Improvement 66
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan dari PT Elastomix Indonesia 120
Lampiran 2. Dokumentasi Sidang Skripsi 121
Lampiran 3. Dokumentasi Proses Fabrikasi Rotary Table Semi-Automatic 122
Lampiran 4. Dokumentasi Penggunaan Rotary Table Semi-Automatic pada
Chemical Weighting Process 123
Lampiran 5. Material Baja ASTM A36 124
Lampiran 6. Material Baja DIN 17100 ST-60 125
Lampiran 7. Bearing UCF 210 126
Lampiran 8. Rotating Bearing Osaka Taiyu 127
Lampiran 9. Elektroda Kobe Steel 128
Lampiran 10. Tsubaki Sprocket 129
Lampiran 11. Tsubaki Roller Chain 130
Lampiran 12. Gambar Kerja Rotary Table Semi-Automatic 131
xvi
DAFTAR LAMBANG
P = Daya [HP]
ω = Kecepatan sudut [rad/s]
N = Kecepatan putar [rpm]
T = Torsi [Nm]
J = Momen inersia
𝑟𝑔 = Tegangan geser terjadi [N/mm2]
𝑟𝑔̅ = Tegangan geser ijin
σy = Tegangan Yield [N/mm2]
fs = Faktor kemanan
F = Gaya [N]
r = Jarak [m]
D = Pitch circle diameter [mm]
p = Pitch [mm]
Z = Jumlah gigi
𝑢 = Kecepatan linear [m/s]
K = Jumlah sambungan rantai
Alas = Luas permukaan kampuh las [m2]
𝑙w = Panjang kampuh las [m]
𝜎𝑡 = Tegangan tarik yang terjadi [N/m2]
s = Tebal plat atau kaki kampuh las [m]
t = Tebal kampuh las [m]
ΣF = Jumlah total gaya [N]
ΣM = Jumlah total momen gaya [Nm]
LB = Panjang balok [m]
c, d, e, f = Jarak antar gaya [m]
K = Radius girasi
𝐼𝑚𝑖𝑛 = Momen inersia terkecil [m4]
𝐴𝐾 = Luas penampang kolom [m2]
Cc = Konstanta buckling
xvii
E = Modulus elastisitas [N/m2]
Fcr = Gaya maksimal yang diizinkan [N]
C = Konstanta ujung batang
Sf = Faktor keamanan
W = Berat [N]
m = Massa [kg]
g = Percepatan gravitasi [m/s2]
BEP (X) Break even point [unit]
BEP (p.X) Break even point [rupiah]
FC = Fixed cost [rupiah]
P = Price [Rp/unit]
C = Cost [Rp/unit]
X = Volume produksi [unit]
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ataupun perawatan. Rotary table yang digunakan memiliki diameter dua meter.
Fungsi rotary table yaitu sebagai alat bantu pada proses chemical weighting, yang
nantinya raw material diletakkan di atas meja guna mempermudah proses
penimbangan. Alat bantu yang digunakan masih menggunakan rotary table
manual yaitu yang diputar menggunakan tangan. Setiap satu shift, operator harus
melakukan penimbangan menggunakan 2 alat bantu manual dengan target kurang
lebih 15 ton. Raw material yang telah ditimbang kemudian akan dikirim ke line
produksi untuk dilakukan proses pengolahan hingga barang jadi. Proses
penimbangan yang dilakukan pada hari ini akan diolah di line produksi untuk hari
esoknya, jika target dari proses penimbangan belum tercapai dalam satu shift
maka perlu dilakukannya over time ataupun lembur guna memenuhi target
tersebut dalam satu shift.
(a) (b)
Gambar 1. 1 (a) Rotary Table Manual (b) Raw Material Kimia
(Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan uraian di atas, maka diambil judul skripsi “Rancang Bangun Rotary
Table Semi-Automatic guna Mempercepat Waktu Proses pada Chemical
Weighting di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia”.
Sekat
Limit pembatas
Switch
Rotary table
Tower lamp
Rangka rotary
table
Electromagnetic
motor brake Bearing
Bracket tower
lamp
Rangka
penopang
utama
1.4 Tujuan
Tujuan dari penilitian ini adalah:
a) Melakukan rancang bangun rotary table semi-automatic guna mempercepat
waktu proses pada chemical weighting dengan target efisiensi penurunan waktu
sebesar 25%.
b) Melakukan pengujian waktu proses untuk mengetahui capaian pengurangan
waktu penimbangan yang didapatkan dengan target waktu proses penimbangan
dibawah 5 detik.
c) Melakukan perbandingan hasil sebelum dan sesudah adanya improvement
rotary table di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia
1.5 Manfaat
Manfaat dari penilitian ini adalah :
a) Mempercepat waktu proses pada chemical weighting di Departemen Produksi
PT Elastomix Indonesia
b) Meningkatkan nilai safety dan kapasitas produksi pada chemical weighting
process di Departemen Produksi PT Elastomix Indonesia.
c) Perusahaan memiliki alat pendukung lebih baik berupa rotary table semi
otomatis yang akan diimplementasikan pada weighting process di Departemen
Produksi PT Elastomix Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Sheng Peng Zhang et all (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Efficiency
Estimation of Roller Chain Power Transmission System”. Penelitian tersebut
memperkirakan efisiensi sistem transmisi rantai rol berdasarkan kerugian gesekan
geser dan gaya redaman. Kerugian gesekan dihitung menurut hukum gesekan
Coulomb, dan gaya redaman bergantung pada koefisien redaman. Gaya redaman,
yang ada antara sproket penggerak dan sproket yang digerakkan dalam rentang
yang sempit, selain itu juga dipertimbangkan menurut pilihan koefisien redaman.
Eksperimen dilakukan untuk mengukur dan memverifikasi efisiensi yang
diperkirakan. Tata letak percobaan adalah sumbu driver sprocket dan sumbu
driven sprocket dihubungkan melalui rantai uji. Pada poros driver sprocket, motor
listrik memberikan tenaga penggerak dengan kecepatan putar maksimum 1700
rpm dan torsi maksimum 13 Nm. Torsi penggerak dari motor listrik yang diukur
melalui transducer torsi (akurasi 0,3%) yang memiliki kapasitas 0-100 kgf-m.
Nilai teoritis
8
efisiensi transmisi rantai rol dihitung dengan kisaran 86,3 -93,1% yang tergantung
pada kondisi mengemudi. Kerugian transmisi di setiap parameter dianalisis
dengan berbagai kondisi operasi sistem penggerak rantai, termasuk kecepatan
rotasi, torsi, sudut offset lateral, dan koefisien redaman. Pengujian dilakukan
untuk mengukur efisiensi dan dibandingkan dengan hasil teoritis dengan kisaran
perbedaan 0,23- 3,77%, sehingga menunjukkan kesesuaian yang baik dengan nilai
teoritis (Zhang & Tak, 2020). Keterkaitan jurnal tersebut dengan penelitian ini
adalah penggunaan transmisi roller chain dan sprocket yang memiliki
kemampuan untuk mentransmisikan torsi tinggi dari motor listrik sehingga dapat
menggerakkan rotary table.
2.2 Perancangan
Perancangan merupakan langkah awal dalam membuat sebuah produk.
Perancangan adalah kegiatan merumuskan rencana untuk kepuasan kebutuhan
tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu (Budynas & Nisbett, 2011).
Tahapan perancangan bertujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat
9
process yaitu selama 1 shift (7 jam kerja) hanya bisa melakukan penimbangan raw
material kimia sebesar 10 ton, sehingga dibutuhkan overtime ataupun lembur
selama 3 jam kerja untuk memenuhi target penimbangan raw material sebesar 15
ton. Penyebab permasalahan tersebut yaitu masih digunakannya alat bantu berupa
rotary table manual, yaitu yang diputar menggunakan tangan. Dampak
permasalahan tersebut yaitu akan mengakibatkan menurunnya produktivitas PT
Elastomix Indonesia. Proses ini dapat ditingkatkan dengan mengubah metode
penggunaan rotary table dari awalnya yang digunakan secara manual menjadi
semi otomatis (diputar dengan motor listrik) dengan adanya improvement rotary
table.
2.2.3 Synthesis
Tahap sintesis merupakan tahap untuk menemukan konsep atau desain konsep.
Berbagai skema harus diusulkan, diselidiki, dikuantifikasi dan dianalisis untuk
menilai apakah kinerja sistem memuaskan atau lebih baik, dan jika memuaskan,
seberapa baik kinerjanya (Budynas & Nisbett, 2011). Berdasarkan definisi
masalah yang ada, maka diperlukan tahap pembuatan desain dua dimensi dan
dilanjutkan dengan pembuatan desain 3 dimensi beserta alternatif desain rotary
table semi- automatic menggunakan software solidworks.
2.2.3.1 Solidworks
Solidworks adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh Dassault Systemes.
Solidworks merupakan suatu software CAD (Computer Aided Design) yang
memiliki kemampuan membuat model dua dimensi maupun tiga dimensi yang
berguna untuk membantu proses pembuatan desain prototype dua dimensi
maupun
11
tiga dimensi secara visual (Hendrawan et al., 2018). Banyak fitur penting yang
ada di dalam software solidworks ini diantaranya visualisasi 2 dimensi dan 3
dimensi pada desain, fitur simulasi pembebanan, simulasi aliran fuida pada desain,
dan lain- lain.
2.2.5 Evaluation
Tahap evaluasi merupakan bukti akhir dari sebuah kesuksesan desain dan
biasanya melibatkan pengujian untuk mengetahui apakah desain mampu
memenuhi
12
kebutuhan dan dapat diandalkan (Budynas & Nisbett, 2011). Pada tahap ini akan
diperoleh desain rotary table yang terbaik dan disesuaikan dengan kebutuhan
dilapangan berdasarkan hasil penilaian, pengujian dan kebutuhan di lapangan.
2.2.6 Presentation
Tahap terakhir dalam proses perancangan adalah presentasi, yaitu
mengkomunikasikan desain konsep kepada orang lain (Budynas & Nisbett, 2011).
Presentasi merupakan tahap akhir dari proses perancangan rotary table semi-
otomatic. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu menyusun hasil
perancangan dalam bentuk gambar yang lengkap atau gambar kerja, daftar
komponen, spesifikasi bahan atau material, dan informasi lainnya untuk
kebutuhan dalam proses fabrikasi atau pembuatan.
Keterangan :
n = Banyaknya kriteria
Value = Bobot x score
Angka pada score dipilih salah satu dari ketentuan: 11 point scale dan 5 point
scale.
Pengoperasian - - - - - - -
Pengerjaan - - - - - - -
Biaya Pembuatan - - - - - - -
Perawatan - - - - - - -
Jumlah - - -
Berdasarkan metode tersebut maka akan diperoleh desain terbaik yang akan
dipakai dalam proses rancang bangun rotary table berdasarkan nilai tertinggi dari
analisa tersebut.
ketebalan plat dan juga tingkat ketahanan korosinya. Beberapa produk yang
menggunakan baja jenis ini seperti konstruksi bangunan, tanki, maupun pipa.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan sifat material baja ASTM A36:
N/mm2 N/mm2
ST 60 - 2 590 - 770 570 - 710 335 325 315 305 295
listrik jenis ini akan digunakan pada perancangan modifikasi rotary table semi-
automatic sebagai sumber daya utama untuk menggerakan poros dan sprocket
yang dihubungkan dengan roller chain. Selain itu, motor listrik jenis ini lebih
mudah perawatannya, harga terjangkau, serta memberikan rasio daya terhadap
berat yang cukup tinggi. Tentunya hal ini akan mendukung putaran rotary table
yang memiliki torsi besar.
Daya pada rotary table semi-automatic harus direncanakan secara matang supaya
terjadi kesetimbangan antara faktor analisis dan faktor ekonomis daya motor.
Daya dapat dinyatakan dalam perkalian hasil dari besar torsi dikali dengan
percepatan sudut (Khurmi & Gupta, 2005). Daya yang diperlukan pada rotary
table guna melakukan rangkaian mekanisme kerja dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut: (Norton, n.d.)
P= ωxT (2. 2)
Sedangkan untuk mencari kecepatan sudut menggunakan persamaan di bawah:
(Khurmi & Gupta, 2005)
2xπxN (2. 3)
ω=
60
Keterangan :
ω = kecepatan sudut [rad/s]
P = daya [HP]
N = kecepatan putar [rpm]
T = torsi [Nm]
Daya dikirim ke poros oleh beberapa gaya tangensial dan torsi yang dihasilkan
(atau momen puntir) yang dipasang di dalam poros sehingga daya dapat
dikirimkan ke berbagai bagian rotary table yang terhubung ke poros. Untuk
mentransfer daya dari shaft driver ke shaft driven, dipasanglah elemen seperti
sprocket. Pengaruh gaya yang diberikan pada elemen tersebut menyebabkan poros
menekuk, sehingga dapat dikatakan bahwa poros digunakan untuk transmisi torsi
dan momen lentur. Ketika poros rotary table hanya dikenai momen puntir (atau
torsi), maka diameter poros dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan torsi
sebagai berikut: (Bhandari, 2016)
𝑇 𝑟𝑔 (2. 4)
= 𝑟
𝐽
𝜋
𝐽= 𝑥 𝑑4 ∗ (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙)
32
Keterangan :
𝑇 = Momen puntir atau torsi [Nmm]
𝐽 = Momen inersia
𝑟𝑔 = Tegangan geser terjadi [N/mm2]
𝑟 = Jari − jari poros [mm]
Berdasarkan pada material poros, maka tegangan geser ijin dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut: (Bhandari, 2016)
0,5 × σy (2. 5)
τ̅ g =
fs
Keterangan :
𝑟𝑔 = Tegangan geser ijin [N/mm2]
σy = Tegangan 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 [N/mm2]
Gerakan perputaran pada rotary table dipengaruhi oleh kerja torsi poros yang
terjadi. Besarnya torsi yang bekerja terhadap beban pusat rotasi dapat dihitung
dengan persamaan berikut: (Engel & Al-Maeeni, 2017)
T =F×r (2. 6)
Keterangan :
T = Torsi [Nm]
F = Gaya [N]
19
r = Jarak [m]
Berikut adalah hal - hal yang harus diperhatikan dalam perancangan poros yaitu
kekuatan material, kekakuan material, putaran kritis, dan material poros (Sularso
& Suga, 2008). Terdapat dua jenis poros berikut ini dari sudut pandang subjek:
(Khurmi & Gupta, 2005)
1. Poros Transmisi
Poros ini mentransmisikan daya antara sumber menuju komponen yang
menyerap daya, sehingga poros ini terhubung langsung dengan bagian-bagian
mesin seperti pulley, roda gigi, dll., maka dari itu poros tersebut akan
mengalami pembengkokan selain puntiran. Pada improvement rotary table
semi-automatic menggunakan poros jenis ini untuk mentransmisi daya dari
motor menuju rotary table. Poros pada improvement rotary table akan
terhubung langsung dengan rotary table serta membawa salah satu elemen
mesin yaitu sprocket.
2. Poros Mesin
Poros ini merupakan bagian integral dari mesin itu sendiri. Poros engkol adalah
contoh poros mesin.
Gambar 2. 4 Poros
(Khurmi & Gupta, 2005)
merupakan salah satu elemen mesin yang kuat dapat diandalkan untuk
mentransmisikan daya. Rantai digunakan untuk mentransmisikan daya dimana
jarak kedua poros besar dan dikehendaki tidak slip (Khurmi & Gupta, 2005).
Perbandingan kecepatan dan diameter adalah berbanding terbalik, maka pemilihan
sprocket harus dilakukan secara teliti agar mendapatkan perbandingan kecepatan
yang diinginkan. Rotary table membutuhkan elemen mesin yang mampu
mentransmisikan daya dengan torsi besar, sehingga rotary table akan
menggunakan transmisi sprocket dan roller chain. Rantai terdiri dari sejumlah
tautan kaku yang digantung bersama oleh sambungan pin secara berurutan untuk
memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk membungkus sekeliling roda
penggerak dan roda yang digerakkan (Khurmi & Gupta, 2005). Rasio kecepatan
dari rantai rotary table dapat diketahui dengan persamaan berikut ini: (Bhandari,
2016)
N1 Z2
V. R = = (2. 7)
N2 Z1
Keterangan:
V.R = Velocity ratio
N1 = Kecepatan putar smaller sprocket [rpm]
N2 = Kecepatan putar larger sprocket [rpm]
Z1 = Jumlah gigi smaller sprocket
Z2 = Jumlah gigi larger sprocket
Tabel di bawah menunjukkan jumlah gigi pada pinion/smaller sprocket untuk
rasio kecepatan rotary table.
Pitch adalah jarak antara titik pusat sambungan rantai dengan dengan titik pusat
rantai yang masih saling berhubungan, sedangkan Pitch Circle Diameter
merupakan diameter lingkaran dimana pusat pin rantai terletak, ketika rantai
dililitkan pada rantai (Khurmi & Gupta, 2005). Berikut persamaan untuk
mengetahui pitch circle diameter serta pitch dari sprocket yang akan digunakan
pada rotary table semi-automatic: (Mott, 2019)
p
D= (2. 8)
180
sin ( )
Z
360°
Keterangan: p = D x sin ( )
2Z
D = Pitch circle diameter [mm]
Z = Jumlah gigi sprocket
𝑝 = Pitch [mm]
Tabel 2. 6 Karakteristik rantai rol menurut IS: 2403-1991 (Khurmi & Gupta, 2005)
Hubungan dari nilai diameter spocket, pitch, dan jumlah gigi yang telah diketahui
akan dapat menghasilkan nilai kecepatan linier rantai (Khurmi & Gupta, 2005).
Kecepatan linier rantai rotary table dapat diketahui menggunakan persamaan:
(Bhandari, 2016)
πx𝐷xN 𝑇𝑥𝑝𝑥𝑁 (2. 9)
𝑢=
60 60
Keterangan:
=
Panjang rantai yang dibutuhkan harus sama dengan jumlah sambungan rantai dan
pitch rantai (Khurmi & Gupta, 2005). Untuk mengetahui jumlah sambungan rantai
(K) rotary table dapat mengikuti persamaan: (Khurmi & Gupta, 2005)
Z1 + Z2 2𝑥 Z2 − Z1 2 𝑝 (2. 10)
K= 2 + + [ 2𝜋 ]
𝑝 𝑥
Keterangan:
x = Jarak antar pusat 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 [mm]
𝑝 = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ [mm]
23
Panjang rantai (L) harus sama besar nilainya dengan jumlah rantai (K) dan pitch
(Khurmi & Gupta, 2005). Jarak antar pusat sprocket yang diperlukan serta
panjang rantai yang dibutuhkan dalam transmisi rantai suatu mekanisme kerja
rotary table direncanakan sebagai berikut: (Khurmi & Gupta, 2005)
𝑝 T +T
T +T T +T 2 (2. 11)
x = [𝐾 − 1 2
+ √(𝐾 − 1 2
)−8( 1 2
)]
4 2 2 2𝜋
Sehingga untuk mencari panjang rantai rotary table dapat digunakan persamaan di
bawah: (Khurmi & Gupta, 2005)
L= Kx𝑝 (2. 12)
Keterangan:
L = Panjang rantai [mm]
x = Jarak antar pusat 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 [mm]
𝑝 = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ [mm]
K = Jumlah sambungan rantai
T1 = Jumlah gigi 𝑠𝑚𝑎𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
T2 = Jumlah gigi 𝑙𝑎𝑟𝑔𝑒𝑟 𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
Gambar 2. 6 Bantalan/Bearing
(https://www.skf.com/group/products/mounted-bearings/ball-bearing-units)
2.13 GX Works
GX Works adalah sebuah perangkat lunak (software) pemrograman yang bertujuan
untuk merancang, debugging, memperbaiki suatu program pada windows
(Goeritno & Pratama, 2020). Dengan adanya software GX Works maka akan
mempermudah merancang/ memprogram suatu project kemudian nantinya akan
di-input menuju PLC (Programmable Logic Controller). Akan tetapi software
tersebut hanya bisa digunakan pada PLC Mitsubishi. Pada rotary table semi-
automatic akan menggunakan PLC Mitsubishi FX3U - 16M. PLC akan
membutuhkan input dan output (komponen kelistrikan), agar program yang telah
dirancang pada software GX Works dapat berfungsi dengan baik.
waktu dan penghitungan melalui modul input/output digital atau analog dan
aritmatika untuk mengontrol.
Keterangan:
ΣF = Jumlah total gaya [N]
ΣM = Jumlah total momen gaya [Nm]
Jenis umum dari problem yang berhubungan dengan sistem gaya sejajar adalah
menentukan dua reaksi tumpuan yang tidak diketahui pada balok atau structural.
Penetapan tanda dalam menghitung reaksi sistem gaya sejajar yaitu momen searah
jarum jam terhadap pusat momen, diangggap negatif, sedangkan momen
berlawanan jarum jam dianggap positif (Zainuri, 2008). Analisis perhitungan
kesetimbangan gaya sejajar digunakan untuk menghitung reaksi pada tumpuan
rangka mesin dalam menerima beban yang diberikan oleh komponen di atasnya.
Persamaan kesetimbangan gaya pada balok dapat dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut: (Pytel & Kiusalaas, n.d.)
2.16 Buckling
Buckling digunakan untuk menghitung kemampuan gaya tekan aksial pada kaki
penopang rangka rotary table. Buckling merupakan suatu proses dimana suatu
struktur tidak mampu mempertahankan bentuk aslinya. Buckling terjadi akibat
penekanan pada suatu batang yang mengalami gaya tekan aksial (Kezia et al.,
2017). Menurut Khurmi & Gupta (2005) digunakan dua persamaan antara
persamaan parabola Johnson dan persamaan Euler melalui titik singgung.
Persamaaan parabola Johnson digunakan saat (L/k) < Cc (konstanta buckling)
sedangkan persamaan Euler digunakan saat (L/k) > Cc. Berikut persamaan rasio
kelangsingan / slenderness ratio: (Khurmi & Gupta, 2005)
𝐿 (2. 16)
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐾
Keterangan :
L = Panjang [m]
K = Radius girasi terkecil dari penampang [m]
Radius girasi penampang untuk mencari besarnya slenderness ratio. Berikut
merupakan persamaan radius girasi (Setiawan, 2008)
(2. 17)
𝐼𝑚𝑖𝑛
𝐾=√
𝐴𝐾
Keterangan:
K = Radius girasi penampang [m]
𝐼𝑚𝑖𝑛 = Momen inersia terkecil dari penapang kolom [m4]
𝐴𝐾 = Luas penampang kolom [m2]
31
Gambar 2. 13 Jenis Kondisi Ujung Kolom; (a) Both the ends hinged or pin
jointed, (b) One end is fixed and the other hinged, (c) Both the end fixed, (d) One
end is fixed and the other free
(Mott, 2019)
32
Tabel 2. 8 Values of End Fixity Coefficient (C) and Effective Length (Le)
(Khurmi & Gupta, 2005)
Pada saat menghitung beban kritis berdasarkan metode mana yang akan
digunakan tergantung pada nilai slenderness ratio untuk kolom yang dianalisis
dalam kaitannya dengan konstanta buckling. Berikut persamaan konstanta
buckling: (Mott, 2004)
(2. 18)
2 × π2 × E
Cc =
σy
√
Keterangan :
𝐶𝑐 = Konstanta buckling
𝜎𝑦 = Tegangan yield [N/m2]
E = Modulus elastisitas [N/m2]
Slenderness ratio (L/K) yang memiliki nilai kurang dari konstanta buckling, maka
untuk mencari beban kritis menggunakan persamaan Johnson’s (Mott, 2019).
Berikut persamaan Johnson’s: (Khurmi & Gupta, 2005)
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam mendesain komponen rotary table ialah
kekuatan material, dimana dalam menentukan kekuatan material suatu komponen
tersebut perlu diketahui besarnya nilai tegangan dan faktor keamanan agar suatu
komponen dapat digunakan dengan aman pada rotary table. Adapun persamaan
tegangan sebagai berikut: (Norton, 2011)
F (2. 20)
σ=
A
Keterangan:
𝜎 = Tegangan [N/mm2]
𝐹 = Gaya [N]
A = Luas penampang [mm2]
Keterkaitan antara faktor keamanan dengan tegangan yang diijinkan adalah
sebagai berikut: (Khurmi & Gupta, 2005)
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝜎𝑖𝑗𝑖 = (2. 21)
𝑆𝑓
𝑛
Keterangan:
𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = Tegangan yang diijinkan [N/mm2]
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = Tegangan 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 material [N/mm2]
𝑆𝑓 = Faktor keamanan
Angka faktor kemanan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah yang telah
disesuaikan dengan jenis material yang akan digunakan pada rotary table.
2.18 Berat
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam merancang rotary table yaitu diperlukan
menghitung berat rotary table secara menyeluruh untuk mengetahui keamanan
jenis material yang digunakan. Berat adalah jumlah gaya tarik yang diberikan oleh
bumi pada benda tertentu (Khurmi & Gupta, 2005). Gaya tarik tersebut bervariasi
34
berdasarkan jarak dari pusat bumi, sehingga dapat disimpulkan bahwa berat
memiliki variasi berdasarkan posisi benda tersebut dari pusat bumi. Demikan
jelas, bahwa berat adalah suatu gaya (Khurmi & Gupta, 2005). Adapun persamaan
yang digunakan untuk mencari berat rotary table secara keseluruhan sebagai
berikut (Tripler & Mosca, 2008) :
𝑊=𝑚𝑥𝑔 (2. 22)
Keterangan:
𝑊 = Berat [N]
𝑚 = Massa [kg]
𝑔 = Percepatan gravitasi [m/s2]
2.19 Cycle Time/Waktu Proses dan Kapasitas Produksi
Cycle time adalah ukuran efisiensi proses produksi. Memungkinkan seseorang
untuk mengidentifikasi dan menerapkan cara-cara yang lebih efisien dalam
melakukan sesuatu. Manfaat potensial dapat mencakup : pengurangan biaya,
peningkatan hasil, proses yang disederhanakan, peningkatan komunikasi,
pengurangan variabilitas proses, integrasi jadwal, dan peningkatan pengiriman
tepat waktu (Nadarajah & Kotz, 2008). Berdasarkan data pengamatan diketahui
bahwa ada beberapa waktu siklus yang kurang efektif dan menimbulkan wasting
time terutama pada alat bantu chemical weighting process yang masih manual.
Proses chemical weighting yang menimbulkan waktu jeda ini mengurangi tingkat
efisiensi dalam produksi, sehingga guna menghilangkan wasting time tersebut
dibuatkan sebuah rotary table semi otomatis. Proses pembuatan alat bantu ini
perlu dilakukan analisa untuk membandingkan waktu siklus sebelum dan sesudah
menggunakan rotary table semi otomatis. Perhitungan tersebut dapat
menggunakan persamaan berikut (Lestari & Conoras, 2021) :
𝐶𝑇1 + 𝐶𝑇2 + 𝐶𝑇3+. . . (2. 23)
𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝐶𝑇) =
+𝐶𝑇𝑛
𝑛
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐶𝑇 = 𝐶𝑇𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 − 𝐶𝑇𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐶𝑇
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 𝑥 100%
𝐶𝑇𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒
Keterangan:
𝐶𝑇1 = Waktu siklus aktual pertama [detik]
𝐶𝑇2 = Waktu siklus aktual kedua [detik]
35
Berikut adalah persamaan untuk menentukan Break Even Point: (Wijayana et al.,
2016)
FC
BEP (X) = (2. 26)
p−c
FC
BEP (p.X) = 1−
c
p
Keterangan:
BEP (X) = Break even point [unit]
BEP (p.X) = Break even point [rupiah]
FC = Fixed cost [rupiah]
P = Price [Rp/unit]
C = Cost [Rp/unit]
X = Volume produksi [unit]
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
38
39
Dasar Perhitungan
Perakitan /
Assembly
“Rancang Bangun Rotary Table Semi- Automatic guna Meningkatkan Waktu Proses pada Chemical Weighting
ya waktu proses yang lama dan angkat loss time yang tinggi pada chemical weighting process
Fabrikasi & Pengadaan Material
Waktu Proses
Dasar Teori
3.2.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan studi lapangan yang dilaksanakan untuk
melengkapi data-data yang didapatkan dari hasil studi lapangan yang masih
40
terdapat kekurangan. Pihak terkait yang terlibat dalam proses wawancara adalah
operator, head production section, staff production section, head maintenance
section, staff maintenance section, departemen QA & QC dan manager produksi
yang memahami secara langsung kondisi proses produksi di chemical weighting
process.
nya waktu proses yang lama dan angka loss time yang tinggi pada chemical weighting process
Alat penunjang masih manual
Jenis bahan baku terlalu banyak
Membuat alat pendukung pada chemical
Ruang gerak
terlalu sempit
SOP K3
yang salah
3.2.3 Perancangan
Tahapan perancangan bertujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat
menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi kemudian diperoleh dari
perancangan tersebut yang berupa gambar serta spesifikasi yang jelas.
Perancangan merupakan proses pengambilan keputusan. Pada saat pengambilan
keputusan, dibutuhkan juga informasi yang lengkap guna mempermudah proses
pengambilan
44
keputusan itu sendiri, sehingga dilakukannya rancang bangun rotary table semi-
automatic bertujuan membantu menentukan komponen apa saja yang akan
digunakan dan mengestimasi biaya dalam proses pembuatan rotary table. Proses
perancangan rotary table semi-automatic digunakannya software Solidworks.
Berikut ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dari awal perancangan rotary
table semi-automatic hingga terbentuknya alat bantu tersebut seutuhnya beserta
penjelasan dari diagram alir di bawah:
Mulai
Konsep Desain
Desain 3D
Evaluation
Presentation
Selesai
3.2.3.2 Desain 3D
Proses selanjutnya setelah konsep desain ditentukan dan data yang diperlukan
telah lengkap adalah membuat desain visual dalam bentuk 3D menggunakan
software solidworks. Pembuat desain rancang bangun bangun rotary table semi-
automatic menyesuaikan dengan dimensi berdasarkan dengan kondisi dilapangan
dan kebutuhan pada indutri. Komponen penyusun yang digunakan menyesuaikan
ketersediaan yang ada dilapangan dengan ukuran standar yang ada dipasaran.
Pada tahap ini berisi kegiatan pembangkitan alternatif desain, pertimbangan
alternatif desain dan penilaian alternatif desain. Berikut ini adalah penjelasan dari
tahap pembangkitan alternatif desain, pertimbangan alternatif desain dan penilaian
alternatif desain:
Proses fabrikasi rancang bangun rotary table dilakukan 2 tahap, yaitu pembuatan
mekanik dan pembuatan mekanik. Proses fabrikasi ini dilakukan di workshop
49
b) Pembuatan Elektrikal
Pembuatan elektrikal merupakan tahapan yang dilaksanakan dengan cara
melakukan pemrograman untuk sistem kontrol (programmable logic
controller) rotary table semi-automatic. Sistem elektrikal yang dibuat berupa
rangkaian panel kontrol dengan mengikuti wiring diagram. Pada proses
pembuatan sistem elektrikal dibantu langsung oleh maintenance section.
3.2.5 Pengujian
Tahap pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan pada rancang bangun
rotary table semi-automatic ini meliputi pengujian waktu proses dan analisis data.
50
Mulai
Lakukan penimbangan
Selesai
Langkah pertama dalam pengujian waktu proses yaitu meletakkan raw material
kimia ke atas meja putar. Langkah kedua yaitu memutar selector button menuju
"ON" pada panel. Langkah ketiga yaitu injak foot switch maka rotary table akan
berputar 90° searah jarum jam dan berhenti berdasarkan triger yang berupa limit
51
switch. Langkah keempat yaitu masukkan raw material kimia ke plastik. Langkah
kelima yaitu lakukan penimbangan. Catat waktu proses yang terjadi dari langkah
ketiga hingga langka kelima. Ulangi langkah ketiga hingga kelima secara berulang
hingga mendapatkan waktu proses yang terbaik sesuai dengan standar industri.
BAB IV
DATA DAN HASIL PENELITIAN
52
53
dengan 3,50 3,80 3,50 3,70 3,50 3,50 3,80 3,70 3,50 3,50 3,60
tangan
Masukkan
raw material
kimia ke 1,20 1,13 1,20 1,50 1,50 1,22 1,50 1,05 1,35 1,10 1,28
plastik
Penimbangan
raw material
1,20 1,10 1,10 1,20 1,20 1,15 1,20 1,20 1,15 1,28 1,18
kimia
Total Waktu 5,90 6,03 5,80 6,40 6,20 5,87 6,50 5,95 6,00 5,88 6,05
Berdasarkan Tabel 5. 2 maka diketahui rata - rata target penimbangan per shift
sebesar 14.395 kg, sedangkan rata - rata kapasitas penimbangan aktual ataupun
yang bisa dicapai per shift sebesar 10.609 kg.
b) Rotary Table
Rotary table ataupun bisa disebut dengan meja putar yang berfungsi sebagai
pemutar serta menopangnya raw material kimia. Rotary table terbuat dari
pelat stainless steel dengan ukuran Ø1300×42 mm. Rotary table tersebut
terdapat rangka untuk menopang pelat stainless steel berupa hollow square
berukuran 40×20×2 mm. Dimensi dari rangka yang dibuat adalah Ø1300×20
mm.
(a) (b)
c) Sekat Pembatas
Sekat pembatas berfungsi sebagai pembatas antar bahan baku kimia. Sekat
pembatas terbuat dari pelat stainless steel dengan ukuran 1300×60×2.5 mm.
Pada sisi ujung sekat pembatas terdapat hollow silinder Ø15×1.5 mm yang
bertujuan untuk melindungi operator dari sisi tajam pelat stainless steel.
57
d) Shaft Driven
Shaft driven merupakan elemen mesin berbentuk silinder pejal berputar yang
digunakan untuk memutar rotary table. Daya untuk memutar shaft driven
diberikan oleh electromagnetic motor brake yang ditransmisikan melalui
transmisi roller chain dan sprocket. Shaft driven terbuat dari material baja
DIN 17100 ST 60 - 2 yang berdiameter sebesar 50 mm.
Berikut ini adalah spesifikasi dari signal lamp yang digunakan pada rancang
bangun rotary table semi-automatic:
f) Bracket Motor
Bracket motor berfungsi untuk menopang electromagnetic motor brake.
Bracket ini terbuat dari hollow square berukuran 40×20×2 mm. Bracket ini
terdapat tensioner yang bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan
59
kesetabilan sistem transmisi pada rotary table. Dimensi dari bracket motor
yang dibuat adalah 180×150×100 mm.
h) Limit Switch
Limit switch adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang mempunyai
tuas aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal (dari NO ke close),
sehingga ketika tuas aktuator bersinggungan dengan rotary table maka akan
mengakibatkan motor berhenti seketika. Berikut ini adalah spesifikasi dari
limit switch yang digunakan pada rancang bangun rotary table semi-
automatic:
i) Panel Box
Panel box sebagai tempat untuk menghubungkan rangkaian antar komponen
satu dengan yang lainnya. Pada panel box didalamnya terdapat berbagai
komponen elektrikal seperti PLC Mitsubishi FX3U, mini circuit braker
(MCB), emergency push button, selector switch, dan pilot light. Dimensi dari
panel box yaitu 384×370×182 mm.
Berikut ini merupakan spesifikasi dari komponen elektrik yang dipakai pada
rancang bangun rotary table semi-automatic antara lain:
Weight 0.045 kg
k) Rotating Bearing
Rotating Bearing berfungsi sebagai media gesekan di antara komponen yang
bergerak (rotary table) dan komponen yang diam (rangka penopang)
sehingga dapat menjaga keseimbangan putaran rotary table. Berikut ini
adalah spesifikasi dari bearing UCF 210:
1,26 1,32 1,20 1,20 1,00 1,21 1,00 1,26 1,20 1,20 1,19
plastik
Penimbangan
raw material 1,35 1,20 1,10 1,00 1,11 1,20 1,08 1,10 1,15 1,00 1,13
kimia
Total Waktu 4,46 4,32 4,02 3,98 3,96 4,26 3,88 4,18 4,10 4,00 4,12
2 14.000 13.567
1 14.850 14.158
Rabu Kamis
2 14.000 13.785
1 14.850 14.257
2 14.000 13.879
1
Jumat 14.550 13.989
2 14.000 13.674
Berdasarkan Tabel 4. 15 diketahui rata - rata kapasitas penimbangan aktual
Rata - rata 14395 13866,9
ataupun yang bisa dicapai setelah adanya rancang bangun rotary table semi-
automatic sebesar 13.866 kg/shift.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis
Analisis yang dilakukan menyangkut tentang tindakan yang telah dilaksanakan
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah pada chemical weighting process.
Kelebihan dari alternatif desain 1 ini yaitu adanya lampu indikator (signal lamp)
yang berfungsi untuk memberikan persinyalan/informasi ketika terjadinya
malfungsi atau kerusakan pada rotary table. Selain itu, terdapat sekat pembatas
meja putar dengan tinggi 60 cm guna menghindari kesalahan pengambilan jenis
raw material kimia. Penggunaan level adjuster akan memberikan kenyamanan
bagi operator, karena ketinggian meja putar dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket memiliki resiko selip yang rendah
sehingga sangat mendukung untuk mentransmisikan daya dengan torsi yang
tinggi.
Kekurangan dari alternatif desain 1 ini yaitu sekat pembatas rotary table
membutuhkan material yang lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya
pembuatan yang lebih mahal. Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket
68
69
menimbulkan getaran dan suara yang bising pada mesin. Perawatan rantai lebih
rumit karena rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan perawatan yang
hati-hati, pelumasan yang istimewa serta memperhatikan kelonggaran.
Keterangan:
1) Lampu indikator 6) Level adjuster
2) Dudukan lampu indikator 7) Panel box
3) Sekat pembatas 8) Bearing UCF 210
4) Rangka penopang 9) Cylindrical roller bearing
5) Meja putar / rotary table 10) Transmisi roller chain
70
b) Alternatif Desain 2
Prinsip kerja dari alternatif desain 2 ini menggunakan rantai rol dan sprocket
sebagai sistem transmisinya. Sistem kontrol yang digunakan yaitu PLC guna
mengontrol berbagai input dan output yang digunakan pada rotary table. Pada
alternatif desain 2 terdapat sekat pembatas meja putar dengan tinggi 30 cm serta
terdapat lampu indikator (signal lamp). Konstruksi meja putar ditopang oleh satu
jenis bearing, yaitu bearing UCF 210. Kontruksi rangka penopang terdapat level
adjuster pada kaki penopang. Alternatif desain 2 pada rancang bangun rotary
table ditunjukkan pada Gambar 5. 2 berikut ini:
Keterangan:
1) Lampu indikator 7) Foot switch / pedal injak
2) Dudukan lampu indikator 8) Panel box
3) Sekat pembatas 9) Electromagnetic motor brake
4) Meja putar / rotary table 10) Transmisi roller chain dan
5) Rangka penopang sprocket
6) Level adjuster 11) Bearing UCF 210
Kelebihan dari alternatif desain 2 ini yaitu adanya lampu indikator (signal lamp)
yang berfungsi untuk memberikan persinyalan/informasi ketika terjadinya
malfungsi atau kerusakan pada rotary table. Selain itu, terdapat sekat pembatas
meja putar dengan tinggi 30 cm sehingga membutuhkan biaya yang lebih murah
karena material yang digunakan lebih sedikit. Penggunaan level adjuster akan
memberikan kenyamanan bagi operator, karena ketinggian meja putar dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket memiliki
resiko selip yang rendah sehingga sangat mendukung untuk mentransmisikan daya
dengan torsi yang tinggi. Kekurangan dari alternatif desain 2 ini yaitu sekat
pembatas rotary table yang rendah (tinggi 30 cm) akan berdampak terhadap
kesalahan pengambilan jenis raw material kimia. Penggunaan transmisi rantai rol
dan sprocket menimbulkan getaran dan suara yang bising pada mesin. Perawatan
rantai lebih rumit karena rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan
perawatan yang hati-hati, pelumasan yang istimewa serta memperhatikan
kelonggaran. Pada alternatif desain 3 ini hanya terdapat satu jenis bearing, yaitu
bearing UCF 210, maka akan berdampak terhadap perputaran rotary table yang
kurang stabil.
c) Alternatif Desain 3
Prinsip kerja dari alternatif desain 3 ini menggunakan rantai rol dan sprocket
sebagai sistem transmisinya. Sistem kontrol yang digunakan yaitu PLC guna
mengontrol berbagai input dan output yang digunakan pada rotary table. Pada
alternatif desain 3 terdapat sekat pembatas meja putar dengan tinggi 30 cm.
Konstruksi meja putar ditopang oleh dua jenis bearing, yaitu cylindrical roller
bearing dan bearing UCF 210. Alternatif desain 3 pada rancang bangun rotary
table ditunjukkan pada Gambar 5. 3 berikut ini:
72
Kelebihan dari alternatif desain 3 ini yaitu digunakannya transmisi rantai rol dan
sprocket memiliki resiko selip yang rendah sehingga sangat mendukung untuk
mentransmisikan daya dengan torsi yang tinggi. Selain itu, terdapat sekat
pembatas meja putar dengan tinggi 30 cm sebagai pembatas tiap raw material
kimia. Kekurangan dari alternatif desain 3 ini yaitu sekat pembatas rotary
table yang
73
rendah (tinggi 30 cm) akan berdampak terhadap kesalahan pengambilan jenis raw
material kimia. Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket menimbulkan
getaran dan suara yang bising pada mesin. Perawatan rantai lebih rumit karena
rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan perawatan yang hati-hati,
pelumasan yang istimewa serta memperhatikan kelonggaran. Pada alternatif
desain 3 ini tidak terdapat level adjuster, sehingga kurang nyaman bagi operator,
karena ketinggian meja putar tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain
itu, tidak terdapat lampu indikator (signal lamp), sehingga tidak dapat
memberikan persinyalan/informasi ketika terjadinya malfungsi atau kerusakan
pada rotary table.
Keterangan :
A = Fungsi
B = Ergonomi & Safety
C = Konstruksi
D = Biaya pembuatan
74
table yang paling baik dalam melakukan handling. Handling raw material kimia
dipengaruhi oleh kestabilan perputaran rotary table maka akan semakin cepat
waktu proses penimbangannya. Kriteria ergonomi dan safety yang mempunyai
nilai paling tinggi adalah pengoperasian rotary table yang memberikan
kemudahan, kenyamanan serta keselamatan bagi operator dari segi menyalakan
mesin, menggunakan mesin dalam proses pemutaran ataupun handling raw
material kimia. Kriteria kontruksi yang mempunyai nilai paling tinggi adalah
kontruksi rotary table yang paling baik dan lengkap dalam menunjang
penimbangan seperti dengan adanya bearing UCF 210 dan cylindrical roller
bearing, sehingga perputaran rotary table dapat stabil. Kriteria biaya pembuatan
yang mempunyai nilai paling tinggi adalah biaya pembuatan rotary table yang
paling murah. Berikut ini merupakan matriks penilaian alternatif desain rotary
table:
Hasil dari penilaian alternatif desain adalah terpilihnya alternatif desain 1 karena
desain 1 memiliki nilai paling tinggi. Pada alternatif desain 1, rotary table
ditopang oleh dua jenis bearing yaitu bearing UCF 210 dan cylindrical roller
bearing, sehingga putaran rotary table menjadi lebih stabil. Selain itu, terdapat
level adjuster
76
pada kaki rangka penopang. Hal tersebut tentu akan memberikan kenyamanan
bagi operator, sehingga dapat menentukan ketinggian berdasarkan kebutuhan.
Penggunaan transmisi rantai rol dan sprocket memiliki resiko selip yang rendah
sehingga sangat mendukung untuk mentransmisikan daya dengan torsi yang
tinggi. Desain terpilih dari ketiga alternatif desain ditunjukkan pada Gambar 5. 4.
m = ( ρ × V) + ( ρ × V)
1
m = (8.000 [kg/m3] × ((πr 21t)+( π r 22t)+ ( 4π r 22)) + (8.000[kg/m3] ×
2
1
((πr 21t)+( π r 22t)+ ( 4π r 22)) [m3])
2
m = (8.000[kg/m3] × (π × (25 × 10−3) × (195 × 10−3))[m3])
kg
+ (7.850 [ ] × (π × (17,5 × 10−3) × (30 × 10−3))[m3])
m3
m = 3,232 [kg]
Berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan massa shaft driven sebesar
3,232 [kg], sehingga berat shaft driven dapat diketahui menggunakan persamaan
sebagai berikut:
F=m×g
F = 3,232 [kg] × 9,8 [m/s2]
F = 31,68 [N]
Berdasarkan perhitungan secara matematis didapatkan berat shaft driven sebesar
31,68 [N], kemudian dilakukan validasi untuk mengetahui kecocokan hasil
menggunakan sofware Solidworks dengan analisis evaluate mass properties
seperti berikut:
diketahui bahwasanya kecepatan linear yang dianjurkan untuk rotary table adalah
𝑢 = 1,5 [m/s], sehingga untuk mengetahui kecepatan putar rotary table digunakan
persamaan 2.9 sebagai berikut:
π×d×N
υ=
60
π × 1,3 m × N
1,5 m/s =
60
N = 22,036 rpm
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan kecepatan putar (N) rotary table
yaitu sebesar 22,036 [rpm].
keamanan jika beban bergerak adalah 8 (Tabel 2.9), maka tegangan geser ijin
material dapat diketahui menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
0,5 × σy
τ̅ g =
fs
0,5 × 315 [N/mm2]
τ̅ g =
8
τ̅ g = 19,6875 [N/mm2]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan tegangan geser yang diijinkan
adalah 19,6875 [N/mm2]. Shaft driven yang digunakan pada rancang bangun
rotary table mempunyai diameter 50 [mm], maka tegangan geser yang terjadi
dapat diketahui menggunakan persamaan 2. 4 sebagai berikut:
T × 16
τg =
π × d3
79,9331 × 103 [Nmm] × 16
τg =
π × 503 [mm3]
τg = 3,26 [N/mm2]
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan tegangan geser yang terjadi adalah
3,26 [N/mm2]. Berdasarkan perhitungan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
poros yang digunakan aman, karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan.
Driver
Driven
Pada tahap ini akan melakukan perhitungan jumlah gigi sprocket yang dianjurkan,
pitch circle diameter dan panjang roller chain. Electromagnetic motor brake yang
akan digunakan yaitu memiliki kecepatan putar 1300/1550 [rpm], daya 90 [watt]
81
dan rasio reducer 1:18 (motor : reducer), sehingga untuk mengetahui kecepatan
putar yang dihasilkan oleh gear reducer menggunakan persamaan sebagai
berikut:
1 N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟
18 = N𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
1 N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟
=
18 1300 [rpm]
N𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟 = 72,2 [rpm] ≈ 72 [rpm]
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui kecepatan putar yang dihasilkan oleh
reducer sebesar 72 [rpm] dan kecepatan putar rotary table sebesar 22 [rpm],
sehingga untuk mengetahui velocity ratio menggunakan persamaan 2.7 sebagai
berikut:
N
2
V. R. =
N1
72 [rpm]
= 3,27 ≈ 3
22 [rpm]
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwasanya velocity ratio adalah 3,
sehingga jumlah gigi smaller sprocket (Z1) yang digunakan yaitu berjumlah 25
(Tabel 2.5). Sistem transmisi pada rancang bangun rotary table menggunakan
roller chain dengan type 05 B (Tabel 2.6) yang memiliki pitch 8 [mm], kemudian
untuk mengetahui jumlah gigi larger sprocket menggunakan persamaan 2.7
sebagai berikut:
Z2 = Z1 N1
x N2
72 [rpm]
Z2 = 25 gigi x
22 [rpm]
Z2 = 81,81 ≈ 81 gigi
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwasanya jumlah gigi larger
sprocket (Z2) yang digunakan adalah 81, sehingga untuk mengetahui pitch circle
diameter menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
180
d1 = p cosec ( )
T1
180
d1 = 8 [mm] cosec ( )
25
𝐝𝟏 = 𝟖 [𝐦𝐦] 𝐱 𝟕, 𝟗𝟖 = 𝟔𝟑, 𝟖𝟑 [𝐦𝐦]
82
180
d2 = p cosec ( )
T2
180
d2 = 8 [mm] cosec ( )
81
𝐝𝟐 = 𝟖 [𝐦𝐦] 𝐱 𝟐𝟓, 𝟕𝟗 = 𝟐𝟎𝟔, 𝟑𝟏 [𝐦𝐦]
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diketahui pitch circle diameter untuk
smaller sprocket adalah 63,83 [mm], sedangkan untuk larger sprocket adalah
206,31 [mm]. Jarak antar sprocket (x) adalah 250 mm, sehingga untuk mengetahui
jumlah sambungan rantai rol menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
2
Z1 + Z2 2x Z2 − Z1 p
K= 2 + + [ 2π ] x
p
25 gigi + 81 gigi
2(250 [mm]) 81 gigi − 25 gigi 2 8 [mm]
+[ ]
K= 8 [mm] 2π 250 [mm]
2
+
Berdasarkan hasil pencarian pusat massa (center of mass) pada rangka penopang
menggunakan software Solidworks didapatkan titik pusat massa (center of mass)
pada sumbu x, y, z berturut-turut adalah 450.00 [mm], 450.00 [mm], 410.44 [mm]
dari titik koordinat yang telah ditentukan. Titik koordinat tersebut digunakan
untuk menentukan kesetimbangan gaya yang bekerja.
Penentuan gaya reaksi pada setiap kaki rangka penopang diawali dengan
menentukan reaksi pada titik kesetimbangan massa rangka penopang yaitu yang
berada pada titik AB dan CD sesuai pada Gambar 5. 8, sedangkan gaya aksi yang
akan diberikan terhadap rangka penopang yaitu sekat pembatas (sp), rotary table
(rt), rangka rotary table table (rrt), rotating bearing (rb) dan bahan baku kimia (c)
yang berdasarkan analisis evaluate mass properties pada Tabel 5. 5.
Ftotal = Fst + F𝑟𝑡 + Frrt + Frb + F𝑐
Ftotal = 287,950 [N] + 227,858 [N] + 102,854 [N] + 174,44 [N] +
(4 × 25 [kg] × 9,8 [m/s2])
Ftotal = 1773,102 [N]
84
B C
450 mm
Centre o Mass
f
CD
AB
450 mm
A D
450 mm 450 mm
Ilustrasi tampak depan terhadap gaya yang bekerja pada pusat massa rangka kaki
yang berada 450 mm dari sisi kanan dan kiri rangka dapat dilihat pada Gambar 5.
9
W = 1773,102 N
RAB RCD
50 mm 800 mm 50 mm
Gambar 5. 9 Tampak Depan Terhadap Gaya yang Bekerja pada Centre of Mass
Berdasarkan ilustrasi di atas ditunjukan bahwa terdapat dua tumpuan dari beban
yang akan ditopang dan disebut dengan kaki dari rangka penopang. Ilustrasi
diagram benda bebas pada rangka kaki dapat dilihat pada Gambar 5. 10.
W = 1773,102 N
RAB RCD
ABx CDx
ABy CDy
50 mm 800 mm 50 mm
Keterangan:
ABx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik AB
ABy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik AB
CDx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik CD
85
Σ MAB = 0
(CDy × l) + (−w × l) = 0
(−CDy × 0,9 [m]) + (−1773,102 N × 0,45 [m]) = 0
797,8959 [Nm]
CDy =
0,9 [m]
CDy = 886,551 N
Jumlah gaya yang terjadi terhadap sumbu y (ΣFy = 0)
Σ Fy = 0
ABy + CDy − W = 0
ABy + 886,551 [N] − 1773,102 [N] = 0
ABy = 1773,102 [N] − 886,551[N]
ABy = 886,551 [N]
Perhitungan kesetimbangan untuk menentukan gaya reaksi di atas didapatkan
gaya reaksi pada setiap titik yang berada di pusat massa rangka kaki. Penentuan
gaya reaksi pada setiap kaki rangka dapat dicari dengan menggunakan metode
kesetimbangan. Gambar 5. 11 merupakan ilustrasi tampak samping kiri dari
kesetimbangan yang berada pada titik A. ABy merupakan titik reaksi pada pusat
rangka yang berada di titik A, dikarenakan F aksi = F reaksi, maka ilustrasi gaya
reaksi ABy yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya dapat digunakan
sebagai F aksi ABy untuk menghitung F reaksi yang diberikan pada setiap kaki
rangka penopang.
ABy
RA RB
450 mm 450 mm
86
Σ MA = 0
(By × l) + (−ABy × l) = 0
(By × 0,9 [m]) + (−886,551 [N] × 0,45 [m]) = 0
398,94795 [Nm]
By =
0,9 [m]
𝐁𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 [𝐍]
Jumlah gaya yang terjadi terhadap sumbu y (ΣFy = 0)
Σ Fy = 0
Ay + By − ABy = 0
Ay + 443,2755 [N] − 886,551 [N] = 0
Ay = 886,551 [N] − 443,2755 [N]
𝐀𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 [𝐍]
87
Langkah selanjutnya adalah menentukan gaya reaksi yang terdapat pada titik
CD, seperti pada Gambar 5. 13.
CDy
RC RD
450 mm 450 mm
Berdasarkan ilustrasi di atas ditunjukan bahwa terdapat dua tumpuan dari beban
yang akan ditopang dan disebut dengan kaki dari rangka penopang. Ilustrasi
diagram benda bebas pada rangka kaki dapat dilihat pada Gambar 5. 14.
CDy
C D
Dx
Cx
CyDy
450 mm450 mm
Keterangan:
CDy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik CD
Cx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik C
Cy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik C
Dx = Gaya reaksi terhadap sumbu x di titik D
Dy = Gaya reaksi terhadap sumbu y di titik D
Σ MC = 0
(Dy × l) + (−CDy × l) = 0
(Dy × 0,9 [m]) + (−886,551 [N] × 0,45 [m]) = 0
398,94795 [Nm]
Dy =
0,9 [m]
88
𝐃𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 𝐍
Jumlah gaya yang terjadi terhadap sumbu y (ΣFy = 0)
Σ Fy = 0
Cy + Dy − CDy = 0
Cy + 443,2755 [N] − 886,551 [N] = 0
Cy = 886,551 [N] − 443,2755 [N]
𝐂𝐲 = 𝟒𝟒𝟑, 𝟐𝟕𝟓𝟓 𝐍
Apabila semua reaksi pada tiap rangka penopang kaki rotary table telah diketahui,
maka dilakukan penjumlahan seluruh nilai reaksi yang didapat untuk
membuktikan penyebaran momen yang dihitung sudah sesuai dengan momen
gaya yang diterima dengan cara sebagai berikut:
Faksi = Freaksi
W = RA + RB + RC + RD
1773,102 N = 433,2755 N + 433,2755 N + 433,2755 N + 433,2755 N
1773,102 N = 1773,102 N
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan hasil reaksi yang ditimbulkan oleh
rangka kaki rotary table sesuai dengan besarnya gaya aksi yang diberikan (Faksi)
yakni 1773,102 [N] serta diketahui bahwa gaya reaksi yang diberikan tiap kaki
rangka memiliki gaya yang sama yaitu 433,2755 [N], sehingga dapat dilakukan
perhitungan buckling pada kaki rangka penopang rotary table.
Besarnya luas permukaan rangka kaki untuk besi UNP dapat dihitung dengan
menggunakan rumus pada Tabel 2.7 sebagai berikut:
A = Bt + (H − t)a
A = (80 mm × 6 mm) + (45 mm − 6 mm) × 6,75 mm
A = 743,25 mm2
Besarnya nilai momen inersia pada rangka kaki rotary table dapat dihitung
menggunakan persamaan seperti pada Tabel 2.7 sebagai berikut:
= − b(h − t)3 +
ah3 IBh
3
1
3
K = √ 282.211,593 mm4
743,25 mm2
K = 19,486 mm
Berdasarkan Tabel 2.8 rangka kaki dengan tipe ujung both ends fixed mempunyai
effective length adalah 0,5 L dengan panjang kaki penopang 500 mm, sehingga
Slenderness Ratio kaki rangka penopang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.16 sebagai berikut:
𝐿
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐾
90
500 mm
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
19,456 mm
𝑆𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 25,66
Nilai konstanta buckling dapat diketahui menggunakan persamaan 2.18 sebagai
berikut:
2 × π2 ×
Cc = √ E
σy
Cc = √ 2 × π2 × 2 × 105 N/mm2
250 N/mm2
Cc = 125,664
Berdasarkan perhitungan slenderness ratio diketahui dengan nilai sebesar 25,66
dan konstanta buckling diketahui dengan nilai sebesar 125,664, maka bahwa nilai
slenderness ratio (SR) lebih kecil dari nilai konstanta buckling (SR < Cc). nilai
konstanta (C) adalah 4 (Tabel 2.8). Modulus elastisitas (E) material baja ASTM
A36 adalah 2×105 [MPa] (Tabel 2.3), sedangkan tegangan yield (σy) adalah 250
[N/mm2] (Tabel 2.3). Berdasarkan nilai tersebut, maka beban kritis (F cr) dapat
diketahui menggunakan persamaan 2.19 sebagai berikut:
𝐹 = A [σ 2 × σy σy
− SR√ ]
𝑐𝑟 y
3C × E
3π
𝐹𝑐𝑟 = 170.322,69 N
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kritis yang terjadi
pada kaki rangka penopang sebesar 170.322,69 N. Nilai tersebut lebih kecil dari
beban yang diberikan terhadap struktur rangka penopang yaitu 1773,102 N,
sehingga struktur rangka penopang masih aman digunakan. Selain analisis
perhitungan secara manual juga dilakukan simulasi menggunakan Finite Element
Analysis pada software Solidworks untuk memprediksikan buckling pada kaki
rangka penopang rotary table yang diberikan beban sebesar 1773,102 N
91
seperti ditunjukan pada
92
433,2755 [N]
σt =
1 × 2 [mm] × 170 [mm]
433,2755 [N]
σt =
340 [mm2]
σt = 1,27 [N/mm2]
Jenis elektroda yang digunakan yaitu Kobe Steel RB-26 AWS A5.1 E6013 yang
memiliki nilai tegangan tarik maksimal sebesar 510 [N/mm 2] (Catalog). Nilai
angka keamanan pada material baja dengan pembebanan steady adalah 4 (Tabel
2.9), sehingga tegangan yang diijinkan menurut persamaan 2.21 adalah sebagai
berikut:
σijin = σmaks
Sf
4
σijin = 127,5 [N/mm2]
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan tegangan ijin pengelasan
menggunakan elektroda Kobe Steel RB-26 AWS A5.1 E6013 sebesar [127,5 N/
mm2] yang berarti masih di atas tegangan tarik yang terjadi sehingga sambungan
pengelasan pada rotary table tersebut aman digunakan.
ASTM A36 ukuran 40×40×2 dan 40×20×2, besi UNP ASTM A36 80×45×5 dan
baja DIN 17100 ST 60.
(a) (b)
Gambar 5. 17 (a) Proses Drilling, (b) Proses Wire Cut
Salah satu proses pengerjaan komponen mekanikal yaitu shaft driven. Shaft driven
yang digunakan untuk rotary table berjumlah 1 dengan ukuran Ø 50 × 200 mm.
Material yang digunakan untuk membuat shaft driven yaitu baja DIN 17100 ST
60. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan shaft driven yaitu mesin gerinda,
mesin milling dan mesin drill. Terdapat tiga proses dalam pembuatan shaft driven,
yaitu proses pemotongan, proses milling dan proses drilling. Proses pemotongan
diawali dengan memberi tanda pada bagian yang akan dipotong sesuai dengan
ukuran, kemudian memotong benda kerja sesuai tanda dengan gerinda potong.
Proses milling diawali dengan mempersiapkan mesin milling, peralatan lainnya
dan bahan yang akan di-milling, kemudian milling dilakukan pada bagian yang
diinginkan sesuai dengan gambar kerja, setelah dilakukan proses milling periksa
kembali ukuran benda dan yang terakhir yaitu menghilangkan bagian - bagian
tajam dengan kikir. Proses drilling (bor) diawali dengan mempersiapkan mesin
bor, peralatan lainnya, dan bahan yang akan dibor dengan menandai
menggunakan penggores, kemudian memberi tanda titik awal yang akan dibor
dengan penitik, dan melakukan pengeboran berdasarkan gambar kerja.
95
b) Pembuatan Elektrikal
Pembuatan elektrikal merupakan tahapan yang dilakukan dengan cara merancang
sistem kontrol dari rotary table semi-automatic menggunakan software GX Works
dan microsoft visio. Rancangan elektrikal kemudian disimulasikan pada software
GX Works untuk melihat apakah rancangan yang dibuat sudah sesuai atau belum.
Sistem elektrikal yang dibuat berupa rangkaian panel kontrol dengan mengikuti
wiring diagram.
(a) (b)
Gambar 5. 19 (a) Rangkaian Kelistrikan Kendali PLC, (b) Rangkaian
Kelistrikan Motor
(a) (b)
Gambar 5. 20 (a) Proses Instalasi Kelistrikan, (b) Hasil Instalasi Kelistrikan pada
Panel
c) Finishing dan Assembly
Pada tahap ini dilakukan pengecatan tiap komponen sebelum dilakukan assembly.
Pada proses ini sebelum dilakukan pengecatan maka perlu dilakukan penghalusan
permukaan menggunakan gerinda amplas agar permukaan bersih dari kotoran
sehingga cat dapat menempel dengan baik. Pemilihan warna cat rotary table
disesuaikan dengan permintaan head departement produksi PT Elastomix
Indonesia yaitu light yellow.
Jika proses pengecatan telah selesai dilakukan, maka langkah berikutnya adalah
perakitan berbagai komponen sehingga mendapatkan bentuk rotary table yang
sudah direncanakan. Perakitan merupakan tahapan akhir dalam proses
penyempurnaan rotary table dengan menggabungkan komponen - komponen
yang telah dibuat menjadi sebuah rotary table yang dapat difungsikan dan
digunakan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun proses perakitan ini
menggunakan sambungan mur dan baut serta metode pengelasan Shielded Metal
Arc Welding (SMAW)
97
Hasil dari pengujian dengan menggunakan metode tersebut adalah nilai sig (2
tailed) yang berfungsi untuk menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis
yang ditolak. Berikut adalah perumusan hipotesis terhadap pengujian yang
dilakukan:
Merumuskan Hipotesis :
Ho : Rancang bangun rotary table tidak mempengaruhi waktu proses
penimbangan raw material kimia
Ha : Rancang bangun rotary table mempengaruhi waktu proses
penimbangan raw material kimia
Berdasarkan hasil uji paired sampe t-test, dengan menggunakan nilai kepercayaan
sebesar 95% dan nilai standard error sebesar 5% atau α = 0,05 maka apabila nilai
Sig. (2-tailed) yang muncul pada Tabel 5. 8 memiliki nilai < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Nilai Sig. (2-tailed) pada Tabel 5. 8 menunjukan bahwa antara
proses penimbangan menggunakan rotary table manual dibanding menggunakan
rotary table semi-automatic terjadi perubahan yang signifikan sehingga Ha
diterima yang artinya hipotesis bahwa proses penimbangan raw material kimia
menggunakan rotary table semi-automatic berpengaruh pada penurunan waktu
proses penimbangan raw material kimia.
selisih CT
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = × 100%
CT𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒
6,05 [detik] − 4,12 [detik]
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = × 100%
6,05 [detik]
𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 31,9 % ≈ 32 %
Hasil dari pengujian dengan menggunakan metode tersebut adalah nilai sig (2
tailed) yang berfungsi untuk menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis
yang ditolak. Berikut adalah perumusan hipotesis terhadap pengujian yang
dilakukan:
Merumuskan Hipotesis:
Ho : Rancang bangun rotary table tidak mempengaruhi kapasitas
penimbangan raw material kimia
Ha : Rancang bangun rotary table mempengaruhi kapasitas penimbangan
raw material kimia
Berdasarkan hasil uji paired sampe t-test, dengan menggunakan nilai kepercayaan
sebesar 95% dan nilai standard error sebesar 5% atau α = 0,05 maka apabila nilai
Sig. (2-tailed) yang muncul pada Tabel 5. 8 memiliki nilai < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Nilai Sig. (2-tailed) pada Tabel 5. 8 menunjukan bahwa antara
proses penimbangan menggunakan rotary table manual dibanding menggunakan
rotary table semi-automatic terjadi perubahan yang signifikan sehingga Ha
diterima yang artinya hipotesis bahwa proses penimbangan raw material kimia
menggunakan rotary table semi-automatic berpengaruh pada peningkatan
kapasitas penimbangan raw material kimia.
Harga jual untuk rubber masterbatch rata - rata (p) Rp. 2.000.000/batch dengan
biaya produksi (c) 95% p, maka:
FC
BEP (X) =
p−c
Rp. 12.494.790 + Rp. 750.000
BEP (X) =
Rp. 2.000.000 − (95% × Rp. 2.000.000)
BEP (X) = 132,445 ≈ 133 unit
FC
BEP (p. X) = c
1−
p
Rp. 12.494.790 + Rp.
BEP (p. X) 750.000 95% × Rp.
= 1−
2.000.000
Rp. 2.000.000
BEP (p. X) = Rp. 264.895.800
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembahasan Alternatif Desain
Pada penentuan alternatif desain terdapat lima kriteria yaitu fungsi, ergonomi &
safety, konstruksi dan biaya pembuatan. Penilaian kriteria tersebut ditunjukkan
pada Tabel 5. 3 Matrik Pembobotan Kriteria Seleksi Alternatif Desain Rotary
Table. Kriteria yang memiliki prioritas lebih tinggi diberi skor satu dan kriteria
yang prioritasnya lebih rendah diberi nilai nol, kemudian pembobotan setiap
kriteria dilakukan dengan dengan membagi skor tiap kriteria dengan jumlah total
keseluruhan skor.
104
0,40
0,35
0,35
0,30 0,29
0,25 0,24
0,20
0,15
Bobot 0,10
0,05
0,12
0,00
Hasil pembobotan setiap kriteria desain pada Tabel 5. 3 kemudian dibuat gafik
yang ditunjukkan oleh Gambar 5. 23. Berdasarkan Gambar 5. 23, kriteria fungsi
memiliki prioritas yang paling tinggi dari keenam kriteria lainnya dengan bobot
0,35. Fungsi rotary table tidak hanya bisa memutar raw material kimia tetapi
harus mampu membantu proses penimbangan dengan waktu yang cepat karena
proses penimbangan ini mempengaruhi waktu proses kapasitas penimbangan raw
material kimia. Berdasarkan Gambar 5. 23, kriteria ergonomi dan safety
menempati prioritas kedua setelah kriteria fungsi dengan bobot 0,29. Kriteria
ergonomi dan safety sangat berpengaruh pada fungsi karena ketika fungsi tersebut
dapat berjalan dengan baik maka harus memiliki kemudahan ataupun kenyamanan
dan memberikan keselaman dalam pengoperasian. Berdasarkan Gambar 5. 23,
kriteria konstruksi menempati prioritas nomor tiga setelah ergonomi dan safety
dengan bobot 0,24. Konstruksi yang baik akan menunjang fungsi handling raw
material kimia dengan maksimal. Berdasarkan Gambar 5. 23, kriteria biaya
pembuatan menempati prioritas nomor empat setelah konstruksi dengan bobot
0,12. Biaya pembuatan harus seminimal mungkin dengan cara memanfaatkan
komponen - komponen yang sudah tersedia di perusahaan dan seminimal
mungkin jika terdapat komponen yang harus dilakukan pembelian karena hal itu
mempengaruhi cost perusahaan.
105
9,008,88
8,80
8,60
8,40
8,20
Nilai
8,00
7,80 7,82
7,76
7,60
7,40
7,20
Rating setiap alternatif desain dikalikan dengan bobot kriteria dan skor seluruhnya
ditotal. Total nilai akhir ditampilkan pada Gambar 5. 24. Hasil akhir penilaian
menunjukkan bahwa alternatif desain 1 memiliki skor total 8,88, alternatif desain
2 memiliki skor total 7,82 dan alternatif desain 3 memiliki skor total 7,76. Oleh
karena alternatif desain 1 memiliki skor penilaian yang paling tinggi, maka desain
yang dipilih untuk direalisasikan menjadi rotary table semi-automatic adalah
alternatif desain 1.
dipakai tersebut berjenis Kobe Steel RB-26 AWS A5.1 E6013 yang mempunyai
tegangan tarik maksimal sebesar 550 [N/mm2]. Tegangan yang diijinkan
berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 127,5 [N/mm 2]. Berdasarkan perhitungan
kekuatan pengelasan pada rangka diketahui bahwa tegangan tarik yang terjadi
sebesar 1,27 [N/mm2] lebih kecil dari tegangan ijin pengelasan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sambungan pengelasan pada rangka penopang rotary table
tersebut aman digunakan.
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengujian ke
gafik perbandingan waktu proses pada chemical weighting sebelum dan sesudah
adanya rotary table semi-automatic seperti berikut:
7,00
6,00 6,05
5,00 32 %
4,00
Waktu (detik)
4,12
3,00
2,00
1,00
0,00
Sebelum
1 Setelah
2
Improvement Improvement
Perbandingan Waktu Proses
Berdasarkan hasil uji menggunakan metode paired sampe t-test dan Gambar 5. 26,
dapat diketahui bahwa adanya rotary table semi-automatic berpengaruh pada
penurunan waktu proses chemical weighting. Hal tersebut dapat dilihat juga
dengan membandingkan Tabel 4.3 proses chemical weighting sebelum adanya
rotary table semi-automatic dan Tabel 4.15 proses chemical weighting dengan
menggunakan rotary table semi-automatic. Proses chemical weighting sesudah
adanya rotary table semi-automatic menghilangkan proses pemutaran rotary table
menggunakan tangan, sehingga berdasarkan hal tersebut terdapat penurunan
waktu sebesar 1,93 detik per proses atau sebesar 32% dari waktu semula.
16.000
13.898 14.347 13.567 14.158 13.785 14.257 13.879 13.989 13.674
13.115
14.000
8.000
6.000
4.000
2.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0
Pengujian ke
Kapasitas Produksi Aktual Sebelum Improvement Kapasitas Produksi Aktual Setelah Improvement
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0
SebelumSetelah
ImprovementImprovement
Perbandingan
1 Data Kapasitas Penimbangan
2
Berdasarkan hasil uji menggunakan metode paired sample t-test dan Gambar 5.
28, dapat diketahui bahwa adanya rotary table semi-automatic berpengaruh pada
peningkatan kapasitas penimbangan raw material kimia. Hal tersebut dapat dilihat
juga dengan membandingkan Tabel 4.3 proses chemical weighting sebelum
adanya rotary table semi-automatic dan Tabel 4.15 proses chemical weighting
dengan menggunakan rotary table semi-automatic. Data kapasitas penimbangan
pada chemical weighting sesudah adanya rotary table semi-automatic
menghilangkan proses pemutaran rotary table menggunakan tangan, sehingga
berdasarkan hal tersebut terdapat peningkatan kapasitas penimbangan 3.257 kg
per hari atau sebesar 31% dari data kapasitas semula, tetapi hal tersebut masih
belum dapat menacapi target kapasitas per shift yakni sebesar 14.395 kg. Hal ini
disebabkan oleh alat pendukung yang dikembangkan menjadi rotary table semi-
automatic hanya 1 alat saja, sedangkan selama proses penimbangan dibutuhkan 2
alat pendukung yang setara agar dapat mencapai target kapasitas penimbangan
yang telah ditentukan.
Rp. 264.895.800
Rp. 13.244.790
133
Rp. 6.045.454
Presentase = × 100%
Rp. 19.000.000
Presentase = 31,8%
Rotary table digunakan untuk membantu chemical weighting process secara semi
otomatis serta memliki 2 mekanisme dari kinerja rotary table. Kinerja dari rotary
table yaitu berputar secara manual dan berputar secara semi otomatis. Rotary table
berputar secara manual yaitu ketika operator akan memutar rotary table maka
perlu menginjak foot switch terlebih dahulu kemudian akan berhenti ketika foot
switch itu dilepaskan, sedangkan rotary table berputar secara semi otomatis yaitu
nantinya ketika operator akan memutar rotary table maka perlu menginjak
foot switch
114
terlebih dahulu kemudian akan berhenti sesuai dengan batasan triger atau pemicu
(limit switch) yang telah ditentukan letak posisi pemberhentiannya. Arah putaran
rotary table yaitu berputar secara horizontal. Rangka penopang terdapat level
adjuster. Adanya level adjuster, maka ketinggian dari rotary table dapat diatur
sesuai dengan kenyaman operator. Prinsip kerja dari rotary table ini digerakkan
oleh motor penggerak yang terdapat brake system serta dihubungkan dengan
transmisi roller chain dan sprocket. AC magnetic motor brake adalah motor listrik
AC yang didalamnya terdapat rem elektromagnetik. Ketika arus listrik terputus,
maka motor listrik akan berhenti seketika dan menahan beban. Sistem kontrol dari
modifikasi rotary table menggunakan PLC (Programmable Logic Controller)
yang berfungsi untuk mengontrol serta mengatur dari input dan output yang akan
digunakan. Input yang akan digunakan yaitu emergency button, selector button,
foot switch, dan limit switch sedangkan output yang digunakan adalah
electromagnetic motor brake, lampu indikator dan signal lamp.
BAB VI
KESIMPULAN
Kesimpulan dari rancang bangun rotary table semi automatic adalah sebagai
berikut:
114
DAFTAR PUSTAKA
ASTM A36. (2015). Standard Specification for Carbon Structural Steel. Current,
89(Reapproved), 6–7.
Bagia, N., & Parsa, M. (2018). Motor-motor Listrik (Vol. 1, Issue 1). CV. Rasi
Terbit.
Bittnar, Z., Bartos, P. J. M., Nemecek, J., Smilauer, V., & Zeman, J. (2009).
Nanotechnology in Construction 3 : Proceedings of the NICOM3. Springer.
Bortnik, E., Trcka, N., Wijs, A. J., Luttik, B., Mortel-Fronczak, J. M. van de,
Baeten, J. C. ., Fokkink, W. J., & Rooda, J. E. (2005). Analyzing a X Model
of a Turntable System Using Spin, CADP and Uppaal. Preprint Submitted to
Elsevier Science.
Engel, B., & Al-Maeeni, S. S. H. (2017). Failure Analysis and Fatigue Life
Estimation of a Shaft of a Rotary Draw Bending Machine. International
Scholarly and Scientific Research & Innovation, 11(11), 1785–1790.
115
Penyortiran Material. Jurnal Rekayasa Elektrika, 16(3).
https://doi.org/10.17529/jre.v16i3.14905
Heizer, J., & Render, B. (2008). Operations Management (9th ed.). Pearson
Education.
Hijazi, R., Handoyo, D., Suryaningsih, F., & Kurnianto, K. (2019). Engineering
Design of Rotary Table for Digital Radiography and Gamma Ray CT
Prototype in Manufacturing Industry. The 3rd International Conference on
Nuclear Energy Technologies and Science.
Kezia, R., Handono, B. D., & Pandaleke, R. (2017). Pengaruh Bentuk Badan
Profil Baja Ringan Terhadap Kuat Tekan. Jurnal Sipil Statik, 5(5), 249–262.
Khurmi, R. S., & Gupta, J. K. (2005). A Textbook of Machine Design (Issue I).
Eurasia Publishing House. Ltd.
Lestari, A., & Conoras, W. A. . (2021). Analisa Perhitungan Cycle Time Produksi
Alat Muat Excavator Hitachi ZX 200 Dengan Wheel Loader SDLG LG938l
Pada Kegiatan Penambangan Pasir di CV . Adi Karya Mandiri Kelurahan
Sulamadaha Pulau Ternate. 2(2), 72–85.
116
Magdalena, R., & Angela Krisanti, M. (2019). Analisis Penyebab dan Solusi
Rekonsiliasi Finished Goods Menggunakan Hipotesis Statistik dengan
Metode Pengujian Independent Sample T-Test di PT.Merck, Tbk. Jurnal
Tekno, 16(2), 35–48. https://doi.org/10.33557/jtekno.v16i1.623
Nadarajah, S., & Kotz, S. (2008). The Cycle Time Distribution. International
Journal of Production Research, 46(11), 3133–3141.
https://doi.org/10.1080/00207540601186071
Pytel, A., & Kiusalaas, J. (n.d.). Engineering Mechanics Statics (3rd ed.).
Cencage Learning.
Sularso, & Suga, K. (2008). Dasar Perencanaan dan Pemelihan Elemen Mesin
(12th ed.). PT Pradnya Paramita.
Suprayogi, A., & Tjahjanti, P. H. (2017). Analisa Surface Preparation pada Plat
Baja ASTM A36. Seminar Nasional Dan Gelar Produk, 188–197.
Talabi, S. I., Owolabi, O. B., Adebisi, J. A., & Yahaya, T. (2014). Effect of
welding variables on mechanical properties of low carbon steel welded joint.
Advances in Production Engineering And Management, 9(4), 181–186.
117
https://doi.org/10.14743/apem2014.4.186
Tripler, P. A., & Mosca, G. (2008). Physiscs for Scientist and Engineers (6th ed.).
W. H. Freeman and Company.
Vorley, G. (2008). Mini Guide to Root Cause Analysis. Mini Guide To Root
Cause Analysis, 1–15.
Wadi, A. (n.d.). Pengembangan Alat Rotary Table pada Kompetensi Cetak Saring
Program Keahlian Desain dan Produksi Kriya Tekstil SMK Negeri 1
Sukasada.
Zhang, S. P., & Tak, T. O. (2020). Efficiency Estimation of Roller Chain Power
Transmission System. Applied Sciences (Switzerland), 10(21), 1–13.
https://doi.org/10.3390/app10217729
118
LAMPIRAN
119
120
Top, Front, and Right Side View Bottom, Back and Left Side View
N 4 V
22
20
Detail V ( 1 : 7 )
26
25
21
652.6
1783.6
7 24
Section Y-Y
Detail U ( 1 : 6 )
36
Y
Y 9 1 Pasak 27 Mild Steel 7 x 7 x 20 Custom
4 Plain Washer ISO 7089 - 14 26 Mild Steel ODØ14 Standard
4 Hexagon Nuts ISO 4032 25 Mild Steel M14 Standard
U
511
PTM80
10 1 Bracket Limit Switch 5 70 x 40 x 100 Custom
1321.3
1 Bracket Tower Clamp 4 144 x 40 x 820 Custom
1 Main Bracket Motor 3 230 x 180 x 220 Custom
R 1 Rotary Table 2 1323,3 x 652,6 Custom
6 1 Rangka Penopang 1 900 x 900 x 505 Custom
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
n n
11 III II Perubahan:
2
Rotary Table Semi Skala Digambar 07/08/22 Iyan
:
Automatic
27 1 : 15 Diperiks 07/08/22 Agus S.
40 820 a
Detail R ( 1 : 3 ) Auxiliary N
POLITEKNIK NEGERI SMG.DWG.SKRIPSI.2022.2/8
SEMARANG
1 Tol. ± 0,1
SMAW
1.3
1.6
SMAW SMAW
3
SMAW
3 Detail F ( 1 : 4 )
80
242.5
355
150
F
415
1.5
150
1.2
80 162.5
80 295 60 222.5
Tampak Depan, Samping Kanan dan Atas
SMAW SMAW Tampak Belakang, Samping Kiri dan
1.4 8 Square Hollow 4 1.6 Steel ASTM 30x30x2 - 162,5 ISO 10799-2
900 Bawah 900 A36
4 Square Hollow 3 1.5 Steel ASTM 30x30x2 - 355 ISO 10799-1
A36
4 Square Hollow 1 1.4 Steel ASTM 30x30x2 - 295 ISO 10799-1
4 A36
SMAW
4 4 4 Square Hollow 2 1.3 Steel ASTM 30x30x2 - 150 ISO 10799-0
SMAW A36
505
SMAW 4
0
1.1
Skala: Digambar 07/08/22 Iyan
Rangka Penopang
1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.3/8
2 Tol. ± 0,1
2.4
4
SMAW
4
4
SMAW
4
Ø 1300
2.3
21.3
Ø
2.2
2.1
2.1
661.7 3D EXPLODED VIEW
2.2 Skala 1 : 16
Steel
1 Frame Turntable 2.1 Steel ASTM 1291 x 40 x 20 Hollow
4 A36 Regtangular
SMAW
2.2 4 Jumlah Nama Bagian No.Bagian Bahan Ukuran Keterangan
42
III II Perubahan:
2.1
1323.3 Skala Digambar 07/08/22 Iyan
Rotary Table :
1 : 10 Diperiks 07/08/22 Agus S.
a
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SMG.DWG.SKRIPSI.2022.4/8
2.4 Tol. ± 0,1 2. Tol. ± 0,1
504.4 2
2
K Ø 1300
42
SMAW
Detail M ( 1 : 5 )
M
SMAW
Ø 21.3
454.4
2.3 N9
16.7
Tol. ± 0,1
Ø
T2
Detail K ( 1 : 4 )
2. Tol. ± 0,1
1
600
8 x Hollow Regtangular 40 x 20 x 2
450
1300
4
SMAW Automatic a
4 Sk : Digam
Rotary Table Semi al bar
07/08/22
Iyan
3.1
3.3
72
68
3.5
90 3.1
3.4
3D ISOMETRIC VIEW
180 3.2
3.3
3D EXPLODED VIEW
3.5
173.6
(220)
G 1 Frame Bracket Motor 3.5 Steel ASTM 230 x 180 x Hollow Square
3.2 A36 220
1 Nut 3.4 Steel, Mild M12 AS 1252
20
A36
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
3.4 n n
III II Perubahan:
12
DOWN 90° R3
47.5
95
3.2 N9 Tol. ± 0,1 Skala : 1:2
95
10
59.5
57.9
57.9 Thickness = 4 mm
Ø 12
THRU
40
40.5 69.4
57.5 86.8
55 40.5 17
(154.3) 95.5
Bentangan Motor Plate 90
95 180
Ø 12 47.5
THRU
30
119 89.5 20
3
129.5
3. N1
2 Tol. ± 0,1
5 20 40 1 Frame Bracket Motor 3.5 Steel ASTM 230 x 180 x 220 Hollow Square
J A36
1 Adjuster Plate 3.2 Stainless 180 x 40 x T4 Plate
Steel
1 Motor Plate 3.1 Steel ASTM 129,5 x 119 x T3 Plate
A36
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
220
n n
III II Perubahan:
7.3
I
40
47
27
N8 Skala 1:2
7 ( 0,1
Ø 11 -THRU N7
20
H7/h6
Bubut
H7/k6
Ø 50
Ø 35
N7
3.5
820
4
SMAW
4 30
M8x1.25 - 6H
225
27
V Ø 10 X
12
2 20
90°
272 40
100
1 Shaft Driven 7 DIN17100 Ø50 x 225 Custo
ST60 m
1 Bracket Limit Switch 5 Steel ASTM 100 x 70 x 40 Custo
A36 m
1 Bracket Tower Clamp 4 Steel ASTM 820 x 272 x 40 Custo
A36 m
Jumlah Nama Bagian No.Bagian Baha Ukura Keterangan
70
n n
III II Perubahan:
40
40