TUGAS AKHIR
Oleh :
AKHMAD PELANI
0220150004
PROGRAM STUDI
TEKNIK PRODUKSI DAN PROSES MANUFAKTUR
POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
AKHMAD PELANI
0220150004
Program Studi Teknik Produksi Dan Proses Manufaktur
Mengetahui,
i
POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
Jl.Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta 14330
Telp. (021) 651 9555 ext. 2880 Fax. (021) 651 9821
Isi Tugas :
1. Pendefinisian masalah, bertujuan untuk membuat suatu pernyataan masalah yang
mendeskripsikan permasalahan yang akan dihadapi dalam perancangan.
2. Pengumpulan informasi, meliputi pengumpulan informasi mengenai tuntuta n,
keinginan dan data lain yang berhubungan dengan perancangan.
3. Perancangan konsep, yaitu kegiatan bertujuan untuk mendapatkan solusi untuk
setiap permasalahan yang berkaitan dengan perancangan.
4. Perancangan wujud, pada tahap ini dilakukan pengembangan struktur pada
konsep rancangan.
4. Perancangan rinci, Pada tahap ini rancangan dibawa ketahap deskripsi teknik
yang lengkap mengenai bagaimana rancangan dapat diproduksi/dibuat.
6. Evaluasi hasil
Jakarta, Agustus 2018
Pembimbing Akademik
ii
ABSTRAK
Politeknik Manufaktur Astra
Disusun oleh :
Akhmad Pelani
0220150004
Kata Kunci:
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dilimpahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul “Perancangan Positioner Unit Pada Automation Forging Line 8 di PT.
Astra Otoparts Tbk. Divisi WINTEQ”. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, yaitu kepada :
1. Yth. Bapak Heri Sudarmaji, S.T, M.T selaku pembimbing akademik yang
telah membimbing baik dalam konsep, metode, maupun penulisan tugas akhir.
2. Yth. Bapak Deon Muharam, ST selaku pembimbing industri yang telah
menaungi dan meluangkan waktu serta pikiran dalam memberikan saran dan
nasehat.
3. Yth. Bapak Lukman Hakim Tejosaputro, ST selaku pembimbing industri yang
memberikan banyak ilmu dan pengalaman berharga.
4. Seluruh karyawan, karyawati, dan teman magang di PT Astra Otoparts Tbk
Divisi WINTEQ khususnya departemen Engineering Mechanical Design, atas
segala bantuan dan dukungannya.
5. Keluarga besar Teknik Produksi dan Proses Manufaktur angkatan 2015 yang
saling memberikan dukungan dalam keadaan suka maupun duka.
Penulis sadar bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan tugas akhir
ini.
Akhmad Pelani
02201400004
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
2.1. Perancangan.................................................................................................... 5
v
2.5. GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan) .................................................... 12
2.8. Tumbukan..................................................................................................... 15
2.8.2. Tumbukan Antara Lenting Sempurna dan Tidak Le nting Sempurna ... 16
vi
4.3.2. Part List.................................................................................................. 65
5.2. Evaluasi......................................................................................................... 73
BAB VI KESIMPULAN............................................................................................... 74
6.2. Saran............................................................................................................. 75
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.18 Positioner unit dan chutter pipe ...................................................................47
Gambar 4.19 Free body diagram gerakan bidang pada miring............................................48
Gambar 4.20 Free body diagram chutter & billet..............................................................49
Gambar 4.21 Free body diagram chutter & billet A - B.....................................................50
Gambar 4.22 Free body diagram chutter & billet B - C .....................................................51
Gambar 4.23 Free body diagram chutter & billet C – D ....................................................52
Gambar 4.24 Speed reducer.............................................................................................53
Gambar 4.25 Free Body diagram Speed Reducer ..............................................................53
Gambar 4.26 Dimensi bagian stopper v block jig ..............................................................55
Gambar 4.27 Ilustrasi stopper dan billet ...........................................................................58
Gambar 4.29 Drawing assy total 1 ...................................................................................60
Gambar 4.30 Drawing assy total 2 ...................................................................................61
Gambar 4.31 Drawing assy Frame Unit 1.........................................................................61
Gambar 4.32 Drawing assy frame unit 2...........................................................................62
Gambar 4.33 Drawing assy jig unit ..................................................................................62
Gambar 4.34 Drawing Conical Chutter Unit 1 ..................................................................63
Gambar 4.35 Drawing Conical Chutter Unit 2 ..................................................................63
Gambar 4.36 Drawing speed reducer ...............................................................................64
Gambar 5.1 Dimensi positioner unit.................................................................................67
Gambar 5.2 Perakitan positioner unit ...............................................................................68
Gambar 5.3 Simulasi fungsi mengurangi kecepatan...........................................................69
Gambar 5.4 Simulasi mekanisme positioning billet ...........................................................70
Gambar 5.5 Simulasi ruang gerak robot ............................................................................70
Gambar 5.6 Bracket sensor..............................................................................................71
Gambar 5.7 Hasil pengelasan pada positioner unit ............................................................72
x
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Astra Otoparts Tbk. Divisi WINTEQ merupakan salah satu divis i
dari PT. Astra Otoparts Tbk. yang berfokus pada bidang Engineering Special
Purpose Machine & Equipment, System Integration & Robotic untuk
mendukung penerapan sistem otomasi pada pabrik. PT. Astra Otoparts Tbk.
Divisi WINTEQ memiliki beberapa departemen antara lain Departemen
Engineering dan Departemen Supporting. Departemen Engineering Design
tepatnya adalah sub Departemen Engineering merupakan bagian yang secara
khusus menangani perancangan mekanik, elektrik, dan robotic dari project
yang sedang dikerjakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan customer.
Pada kondisi saat ini, billet ditransfer dari heater (pada ketinggian 3
meter) menggunakan chutter berbentuk pipa dengan sudut kemiringan ± 50 º.
Sudut Kemiringan pipa tersebut mengakibatkan aliran billet menjadi cepat,
sehingga akan berpengaruh terhadap beban impact yang besar pada bagian
stopper pada positioner saat berbenturan dengan billet. Oleh karena itu, untuk
1
2
meminimalisir dampak dari beban impact billet maka kecepatan aliran billet
harus dikurangi sebelum billet dihentikan.
Selain itu, suhu raw material saat akan diforging adalah 900 – 1300 ºC
agar kualitas produk baik. Untuk memastikan bahwa raw material yang
diproses forging berada pada suhu 900 - 1300ºC, dilakukan proses inspeksi
terhadap suhu raw material sebelum diproses forging sehingga raw material
yang diproses forging suhunya standar.
Agar penulisan tidak menyimpang dari masalah yang akan dibahas dan
lebih terarah ke tujuan yang telah ditetapkan, maka penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas antara lain :
1.4.1. Tujuan
1.4.1. Manfaat
a) Bagi Perusahaan:
• Menghasilkan desain positioner unit yang dapat memenuhi
customer requirements.
• Mendapatkan positioner unit yang dapat memenuhi customer
requirements.
b) Bagi Mahasiswa:
• Menambah wawasan dan pengalaman kerja terutama dalam bidang
perancangan mekanik.
• Melatih analisa.
• Melatih semangat kerja.
1.5. Metodologi Penelitian
2.1. Perancangan1
Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses
pembuatan produk. Dalam perancangan, dilakukan penentuan solusi untuk mengatas i
struktur masalah yang belum terpecahkan atau solusi baru untuk masalah yang ada
sebelumnya telah dipecahkan dengan cara yang berbeda. Kemampuan untuk
mendesain adalah ilmu sekaligus sebuah seni. Ilmu pengetahuan dapat dipelajar i
melalui teknik dan metode dari buku atau referensi lainnya, tetapi seni sebaiknya
dipelajari dengan melakukan desain. Karena alasan inilah pengalaman merancang
harus melibatkan beberapa pengalaman proyek yang realistis.
2.2. Langkah – Langkah Perancangan2
Berdasarkan metode dieter, terdapat tiga tahap dalam aktivitas
perancangan yaitu : conseptual design, embodiment design, & detail design.
1 Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt Engineering Design 4th Edition (New York : McGraw-Hill,2009),
Hal. 1.
2 Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt. Engineering Design 4th Edition (New York : McGraw-Hill,2009),
Hal. 19-22.
5
6
3 Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt. Engineering Design 4th Edition (New York : McGraw-Hill,2009),
Hal. 233-237.
7
a) Pembagian fungsi
Metode morfologi pada perancangan mekanik dimulai dengan
pembagian fungsi pada rancangan menjadi struktur fungsi detail. Sebagai
ilustrasi, lihat gambar 2.2. Struktur fungsi untuk disposable syringe .
4 Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt. Engineering Design 4th Edition (New York : McGraw-Hill,2009),
Hal. 282-284.
9
Pada tahap ini rancangan dibawa ketahap deskripsi teknik yang lengkap
mengenai bagaimana rancangan dapat diproduksi/dibuat. Informasi mengena i
produk seperti : bentuk, dimensi, toleransi, nilai kekasaran permukaan,
material, dan proses manufaktur ditambahkan pada tahap ini. Hasil dari
kegiatan ini antara lain :
• Engneering drawing untuk proses manufaktur
• Assembly drawing dan intruksi perakitan
• Spesifikasi komponen pada rancangan
• Daftar komponen yang dibuat/dimanufaktur dan daftar kompoen standar
2.3. Triz Effect Database7
Triz adalah salah satu alat pemecah masalah yang dapat digunakan untuk
menemukan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah,
menemukan konsep – konsep baru, dan menemukan rute untuk pengembanga n
produk baru. Triz memiliki daftar umum sederhana tentang bagaimana
memecahkan masalah apa pun. Pernyataan solusi yang disediakan oleh Triz
merupakan kesimpulan dari analisa kesuksesan engineering yang sudah
dilakukan sebelumnya. Dengan menggunakan triz dapat mempercepat
5 Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt Engineering Design 4th Edition (New York : McGraw-Hill,2009),
Hal. 20-21.
6 Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt. Engineering Design 4th Edition (New York : McGraw-Hill,2009),
Hal. 21-22
7 Oxford Creativity, “Triz Effect Database”, https://www.triz.co.uk/how/triz-effects-database (diakses
ΣF = 0
Dengan,
ΣF = Resultan gaya ( kg. m/𝑠 2 )
Berdasarkan hukum newton II, dapat dipahami bahwa suatu gaya benda
akan semakin bertambah besar jika diberikan dorongan daya yang searah
dengan laju arah gaya benda tersebut. Namun, jika diberikan gaya tolak atau
berlawanan arah dari gaya benda tersebut.
F = ma
Dengan,
F = Resultan gaya (kg. m/𝑠 2 )
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan (m/𝑠 2 )
8
Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas X, Jilid 1 (Jakarta : Pusat
Hukum newton III ini menjelaskan bahwa sebuah gaya selalu bekerja
pada sepasang benda, dan tidak pernah hanya pada sebuah benda. Secara
matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan vektor satu dimensi, yang bisa
dituliskan sebagai berikut. Asumsikan benda A dan benda B memberikan gaya
terhadap satu sama lain.
ΣFab = - ΣFba
Dengan,
Fab adalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan
Fba adalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A.
2.5. GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan)9
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda yang
lintasannya berupa garis lurus dengan kecepatan yang berubah-ubah secara
teratur. Kecepatan gerak benda pada GLBB dapat berubah secara teratur karena
benda mengalami percepatan atau perlambatan yang konstan atau tetap.
Beberapa rumus yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan GLBB, antara lain:
vt = v0 + at
1
s = v0.t + 2 a𝑡 2
𝑣𝑡 2 = 𝑣02 + 2𝑎𝑠
Dengan,
vt = kecepatan akhir (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
a = percepatan (m/s2 )
t = Waktu (s)
s = Jarak (m)
9Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas X, Jilid 1 (Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Perndidikan Nasional,2009), hal. 42-45
13
Ff = μ N
Dengan,
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
gerakannya. Energi kinetik dinyatakan dengan persamaan:
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2
2
Dengan,
𝐸𝑘 = Energi kinetik (𝑘𝑔𝑚2 /𝑠 2 )
m = massa (kg)
11
Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas XI Jilid 2 (Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Perndidikan Nasional,2009), hal. 122-123
12
Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas XI Jilid 2 (Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Perndidikan Nasional,2009), hal. 90
15
2.8. Tumbukan13
Dari ilustrasi pada gambar 2.6 dua benda bermassa m1 dan m2 yang
sedang bergerak saling mendekat dengan kecepatan v 1 dan v 2 sepanjang suatu
garis lurus. Keduanya bertumbukan lenting sempurna dan kecepatan masing-
masing sesudah tumbukan adalah v 1 ’ dan v 2 ’. Karena pada tumbukan lenting
sempurna berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi
kinetik maka persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑝1 + 𝑝2 = 𝑝1 ′ + 𝑝2 ′
𝑚 1 𝑣1 + 𝑚 2 𝑣2 = 𝑚 1 𝑣1 ′ + 𝑚 2 𝑣2 ′ (1)
dan
13Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas XI Jilid 2 (Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Perndidikan Nasional,2009), hal. 131-139
16
Karena pada tumbukan tak lenting sama sekali kedua benda bersatu
sesudah tumbukan, maka berlaku hubungan kecepatan sesudah tumbukan yaitu:
𝑣1 ′ = 𝑣2 ′ = 𝑣′ (6)
Persamaan (6) dimasukkan dalam persamaan hukum kekekalan momentum:
𝑚 1 𝑣1 + 𝑚 2 𝑣2 = 𝑚 1 𝑣1 ′ + 𝑚 2 𝑣2 ′
sehingga persamaannya menjadi:
𝑚 1 𝑣1 + 𝑚 2 𝑣2 = (𝑚 1 + 𝑚 2 )𝑣′
Apabila benda bermassa m 1 mula-mula bergerak dengan kecepatan v 1 dan
benda bermassa m 2 mula-mula diam, maka persamaannya menjadi:
𝑚 1 𝑣1 + 𝑚 2 . 0 = (𝑚1 + 𝑚 2 )𝑣′
atau
𝑚1
𝑣′ = 𝑣
𝑚1 + 𝑚2 1
Jadi, dengan mengetahui massa dan kecepatan mula-mula, dapat dihitung
kecepatan benda setelah tumbukan.
18
𝜎𝑎 1⁄
𝑁𝑓 = ( ) 𝐵 𝐴 = 2𝐵 𝜎′𝑓
𝐴
Keterangan,
𝑁𝑓 = Siklus untuk gagal (Cycle)
15
Dowling, N.E, Mechanical Behavior Of Material, 4th Edition (United States : Pearson Education,
2009), hal.418-428
20
Lenturan murni adalah keadaan yang terjadi pada suatu balok karena
adanya momen perlawanan dalam (internal resisting moment) pada irisan balok
untuk menghadapi momen timbul karena gaya – gaya yang bekerja dari luar.
momen perlawanan dalam (internal resisting moment) tersebut bekerja dalam
arah yang berlawanan dengan arah momen luar untuk mencapai suatu
keseimbangan balok ( ΣM = 0).
Rumus lenturan untuk beban tetap (steady) dapat dijabarkan sebagai berikut :
𝑀𝑐
σmax =
𝐼
Keterangan :
16Popov, E.P, Mekanika Teknik, Edisi Kedua. Terjemahan oleh Zainul Astamar Tanisan. (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 1983), hal. 131-146
21
C = jarak antara sumbu netral dengan titik pada irisan dimana terdapat tegangan
lentur yang tegak lurus diukur terhadap sumbu netral (m)
Jika beban yang bekerja berupa beban kejut atau tabrakan, maka
tegangan lentur yang terjadi dikalkulasi dengan menggunakan rumus energi
regangan elastis dalam lenturan murni. Berikut rumus energi regangan elastis
dalam lenturan murni :17
𝜎 2 𝑚𝑎𝑥 𝑉
𝑈= ( )
2𝐸 3
𝑎𝑡𝑎𝑢
6𝑈𝐸
𝜎𝑚𝑎𝑥 = √
𝑉
Keterangan :
17Popov, E.P, Mekanika Teknik, Edisi Kedua. Terjemahan oleh Zainul Astamar Tanisan. (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 1983), hal. 573-575
BAB III
PENGUMPULAN DATA PERANCANGAN
22
23
D = Demand (tuntutan)
W = Wishes (keinginan)
a) Billet
b) Chutter pipe
c) Gripper robot
27
28
Berdasarkan diagram blok sub fungsi diatas, dapat diketahui bahwa sub
fungsi pada positioner unit sebagai berikut :
a) Sumber energi
b) Mengubah energi menjadi energi gerak (1)
c) Mengubah energi menjadi energi gerak (2)
d) Mengurangi kecepatan billet
e) Menghentikan gerakan billet/menahan billet
f) Memastikan billet tidak terlempar/terjatuh
29
g) Merotasi billet
h) Inspeksi billet berdasarkan suhu
Dari seluruh saran solusi tersebut kemudian dipilih beberapa saran solusi
yang mungkin untuk diaplikasikan. Berikut ini merupakan solusi yang dipilih
untuk diaplikasikan:
Untuk solusi seluruh sub fungsi akan disajikan dengan tabel morfologi.
Tabel morfologi digunakan untuk mengorganisir solusi dari setiap sub fungs i.
Tabel morfologi untuk sub fungsi positioner unit dapat dilihat pada table 4.1.
Keterangan :
Varian konsep 1 (A2+B1+C1+D2+E1+F1+G2+H1)
Varian konsep 2 (A2+B1+C1+D1+E1+F1+G2+H1)
Varian konsep 3 (A2+B1+C1+D1+E2+F2+G2+H1)
Varian konsep 4 (A2+B1+C1+D1+E1+F1+G1+H1)
Varian konsep 5 (A2+B1+C1+D3+E2+F2+G2+H1)
Dari table 4.3. dapat diketahui bahwa ada 5 varian konsep yang akan
dikembangkan, antara lain :
a) Varian konsep 1
positioner unit maka digunakan penutup atas dengan sistem sliding (ditunjuk
oleh nomor 4 pada gambar 4.3) yang digerakan menggunakan cylinder
pneumatic (ditunjuk oleh nomor 3 pada gambar 4.3). Penutup atas akan terbuka
saat billet mencapai stopper, setelah itu billet akan dirotasikan dan diposisika n
dengan menggunakan hinge (ditunjuk oleh nomor 5 pada gambar 4.3) yang
didorong oleh cylinder pneumatic (ditunjuk oleh nomor 6 pada gambar 4.3).
Kemudian suhu billet diinspeksi menggunakan sensor suhu (ditunjuk oleh
nomor 7 pada gambar 4.3). jika suhu billet standar maka billet akan diambil
robot gripper untuk diproses forging, dan jika suhu billet tidak standar maka
billet akan diambil oleh robot gripper untuk ditempatkan ke box material NG.
b) Varian Konsep 2
yang digunakan pada Forging Line lain di PT. XYZ. Billet selanjutnya akan
dihentikan dan ditahan menggunakan stopper dan gripper (ditunjuk oleh nomor
2 pada gambar 4.4). Untuk memastikan billet tidak tidak keluar/terjatuh dari
positioner unit maka digunakan penutup atas dengan sistem sliding (ditunjuk
oleh nomor 4 pada gambar 4.4) yang digerakan menggunakan cylinder
pneumatic (ditunjuk oleh nomor 3 pada gambar 4.4). Penutup atas akan terbuka
saat billet mencapai stopper, setelah itu billet akan dirotasikan dan diposisika n
dengan menggunakan hinge (ditunjuk oleh nomor 5 pada gambar 4.4) yang
didorong oleh cylinder pneumatic (ditunjuk oleh nomor 6 pada gambar 4.4).
Kemudian suhu billet diinspeksi menggunakan sensor suhu (ditunjuk oleh
nomor 7 pada gambar 4.4). jika suhu billet standar maka billet akan diambil
robot gripper untuk diproses forging, dan jika suhu billet tidak standar maka
billet akan diambil oleh robot gripper untuk ditempatkan ke box material NG.
c) Varian Konsep 3
d) Varian Konsep 4
menggunakan sensor suhu (ditunjuk oleh nomor 7 pada gambar 4.4). jika suhu
billet standar maka billet akan diambil robot gripper untuk diproses forging,
dan jika suhu billet tidak standar maka billet akan diambil oleh robot gripper
untuk ditempatkan ke box material NG.
e) Varian Konsep 5
pneumatic (ditunjuk oleh nomor 6 pada gambar 4.7). Kemudian suhu billet
diinspeksi menggunakan sensor suhu (ditunjuk oleh nomor 7 pada gambar
4.7). jika suhu billet standar maka billet akan diambil robot gripper untuk
diproses forging, dan jika suhu billet tidak standar maka billet akan diambil
oleh robot gripper untuk ditempatkan ke box material NG.
Scoring
Description
Scale
0 Useless solution
1 Very inadequate solution
2 Weak solution
3 Poor solution
4 Tolerable solution
5 Satisfactory solution
6 Good solution with a few drawback
7 Good solution
8 Very good solution
9 Excellent solution
10 Ideal solution
18
Ashby, M.F, Materias Selections In Mechanical Design, 4th Edition (United States
: Elsevier, 2009), hal. 497
43
Pada saat billet dari chutter pipe akan masuk ke conical chutter
unit, billet mengalami kontak dengan speed reducer plate sehingga
speed reducer plate akan bergerak dan kecepatan pergerakan billet akan
berkurang.
Fcosθ - N = ma
Fcosθ - N = m(0)
Fcosθ = N …… ( persamaan 1)
Fsinθ - ƒ = ma
Fsinθ – μk .N = ma
Fsinθ – μk .(Fcosθ) = ma
a = g sinα – μk . g cosα
VtAB = √1.56 𝑚2 /𝑠 2
VtAB = 1,25 m/s
51
a = g sinβ – μk . g cosβ
a = g sinγ – μk . g cosγ
Jawab:
Dalam kasus ini, berlaku hukum kekekalan momentum sehingga
diperoleh :
54
𝑚 1 𝑣1 + 𝑚 2 𝑣2 = 𝑚 1 𝑣1 ′ + 𝑚 2 𝑣2 ′
(3 𝑘𝑔)(5,58 𝑚𝑠 −1 ) + (2 𝑘𝑔)(0 𝑚𝑠 −1 ) = (3 𝑘𝑔)𝑣1′ + (2 𝑘𝑔)𝑣2 ′
(16,74 𝑘𝑔 𝑚𝑠 −1 ) = (3 𝑘𝑔)𝑣1′ + (2 𝑘𝑔)𝑣2 ′
16,74 𝑚𝑠 −1 = 3𝑣1 ′ + 2𝑣2 ′ (Persamaan1)
Dalam tumbukan lenting sempurna berlaku:
𝑣1 − 𝑣2 = −(𝑣1′ − 𝑣2 ′ )
5,58 𝑚𝑠 −1 − 0 𝑚𝑠 −1 = −𝑣1 ′ + 𝑣2 ′
𝑣2 ′ = 𝑣1′ + 5,58𝑚𝑠 −1 (Persamaan 2)
Persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1):
16,74 𝑚𝑠 −1 = 3𝑣1 ′ + 2 (𝑣1 ′ + 5,58𝑚𝑠 −1 )
16,74 𝑚𝑠 −1 = 3𝑣1 ′ + 2𝑣1 ′ + 11,16 𝑚𝑠 −1
16,74 𝑚𝑠 −1 = 5𝑣1 ′ + 11,16 𝑚𝑠 −1
16,74 𝑚𝑠 −1 − 11,16 𝑚𝑠 −1
𝑣1 ′ = = 1,12 𝑚𝑠 −1
5
Diketahui :
• Massa = 3 kg
• Kecepatan = 1,12 m/s
Ditanyakan : Energi kinetik yang diterima oleh stopper v-bolck jig?
Jawab :
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2
2
1 𝑚
𝐸𝑘 = (3 𝑘𝑔)(1.12 )2
2 𝑠
Diketahui :
• EK = 1.88 Joule
• Lebar kontak (l) = 48 mm = 0,048 m
• Tebal stopper v block jig (h) = 20 mm = 0,02 m
• Luas penampang = l x h
Ditanyakan :
• beban impact yang diterima material (K)
Jawab :
𝐸𝐾
𝐾=
𝐴
1.88 Joule
𝐾=
lxh
Factor Of
Application
Safety
For use with highly reliable materials where loading and
environmental conditions are not severe and where 1.3 - 1.5
weight is an important consideration
For use with reliable materials where loading and
1.5 - 2
environmental conditions are not severe
For use with ordinary materials where loading and
2 - 2.5
environmental conditions are not severe
For use with less tried and for brittle materials where
2.5 - 3
loading and environmental conditions are not severe
For use with materials where properties are not reliable
and where loading and environmental conditions are not
3-4
severe, or where reliable materials are used under
difficult and environmental conditions
Diketahui :
• Beban impact yang bekerja (K) = 2 𝐾𝐽/𝑚2
• Material stopper v block jig = S45 C atau C45
• Energi yang diserap material S45 C pada pengujian izod/charpy
(EK) = 25 joule (lihat lampiran material data sheet C45)
• Luas penampang untuk spesimen uji impact standar
A=lxh
A = 0,01 m x 0,008 m = 0,00008 𝑚2
• Kekuatan impact material S45C atau C45
𝐸𝐾
𝐾=
𝐴
25 Joule
𝐾=
0,00008 𝑚2
𝐾 = 312500 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑚2
𝐾 = 312,5 𝐾𝐽/𝑚2
• Safety factor (SF) = 4
• Kekuatan impact material yang diizinkan :
𝐾
Kallow =
𝑆𝐹
312,5 𝐾𝐽/𝑚2
Kallow =
4
Ditanyakan :
• Apakah stopper v block jig dapat menahan beban impact akibat
tumbukan ?
Jawab :
Kallow = 78,1 𝐾𝐽/𝑚2
𝐾 = 2 𝐾𝐽/𝑚2
Kallow > 𝐾
Diketahui :
- Energi kinetik billet (m) = 1,88 Joule
- Material stopper = S45C
- Dimensi stopper = 20 mm x 60 mm x 100 mm
- Safety factor (SF) = 4 (lihat tabel 4.7)
Ditanyakan :
- Dengan beban yang bekerja, berapa siklus kerja (Nf) yang mampu
ditahan oleh stopper sebelum mengalami kegagalan fatigue ?
Jawab :
6𝑈𝐸
𝜎𝑚𝑎𝑥 = √
𝑉
6𝑈𝐸
σmax = √
𝑉
𝜎𝑎 1⁄
𝑁𝑓 = ( ) 𝐵
𝐴
140 MPa 1⁄
𝑁𝑓 = ( ) − 0,092
889 Mpa
1⁄
𝑁𝑓 = (0,2 𝑀𝑃𝑎) − 0,092
Nf allow = Nf / Sf
Nf allow =39,6𝑥 106 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 / 4
Nf allow = 9.9 𝑥 106 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒
b) Standard parts
Tabel 5.2. standard part list
a) Tinggi posisi billet saat akan diambil oleh gripper robot sama dengan tinggi
dies pada mesin press forging (1180 mm)
b) Kemiringan posisi billet saat akan diambil oleh robot adalah 0°
c) Dimensi terluar positioner unit 645 mm x 828 mm x 1704 mm
d) Komponen – komponen pada positioner unit dapat dirakit sesuai dengan
drawing
67
68
Jadi, untuk saat ini seberapa besar pengurangan kecepatan yang terjadi
serta kuat atau tidaknya stopper v block dalam menahan beban impact akibat
tumbukan, hanya bisa dibuktikan melalui perhitungan teoritis yang telah
dilakukan sebelumnya.
70
b) Memposisikan benda kerja (billet) agar dapat diambil oleh robot gripper
Dari simulasi yang dilakukan dapat diketahui beberapaa hal antara lain :
• Mekanisme untuk merotasikan v block jig dan mekanisme untuk
membuka/menutup billet cover (pelindung billet) dapat bekerja
a) Bagian part standar yang berpotensi terkena billet apabila billet terjatuh sudah
diproteksi.
b) Positioner unit dan unit lainnya akan diposisikan didalam safety fence (pagar
pengaman) sehingga pada saat proses forging berlangsung tidak
membahayakan operator.
a) Positioner unit sebagian besar menggunakan part – part standar yang tersedia
dipasaran sehingga jika ada part standar yang rusak dapat diganti dengan
mudah.
b) Sebagian besar komponen dirakit dengan sambungan baut sehingga mudah
untuk dibongkar pasang
72
c) Untuk bagian sistem rotasi pada v block jig, cover billet, dan speed reducer
menggunakan oil free bushing sehingga tidak memerlukan pelumasan pada
bagian shaft dan lubangnya.
5.2. Evaluasi
Berdasarkan hasil dari pengujian dengan simulasi, berikut tabel evaluasi
untuk positioner unit :
Tabel 5.1 Tabel evaluasi positioner unit
D/
No Aspek W
Keterangan Status Ket.
Masih
Dapat mengurangi kecepatan billet yang berdasarkan
1 D OK
meluncur dari heater melalui chutter perhitungan
teoritis
Fungsi Dapat memposisikan benda kerja (billet)
2 D OK -
agar dapat diambil oleh robot gripper
Melakukan inspeksi benda kerja (billet)
3 D OK -
berdasarkan suhu
Tinggi posisi billet saat akan diambil oleh
6.1. Kesimpulan
Pada positioner unit Terdapat 47 manufacturing parts dan 162 standard parts.
Sebagian besar part yang digunakan adalah part - part standar sehingga dapat
mempermudah penggantian komponen apabila terjadi kerusakan. Untuk
manufacturing parts dirancang dengan bentuk yang tidak terlalu rumit dan
menggunakan material yang umum digunakan (SS400/S45C) sehingga part mudah
untuk dibuat. Komponen – komponen pada positioner unit sebagian besar dirakit
menggunakan sambungan baut sehingga dapat dibongkar dan dipasang ulang.
Positioner unit akan ditempatkan didalam safety fence sehingga tidak akan
membahayakan operator/karyawan saat dioperasikan. Selain itu, standard parts
tertentu yang berpotensi terkena billet apabila billet terjatuh dari positioner unit sudah
diproteksi sehingga part tersebut aman dari billet jika terjatuh dari positioner unit.
74
75
6.2. Saran
Dieter, G.E, & Linda C. Schmidt, 2009, Engineering Design, 4th Edition. New York :
McGraw-Hill
Ashby, M.F, 2011, Materias Selections In Mechanical Design, 4th Edition. United
States : Elsevier
Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, 2009, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas X
Jilid 1. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Perndidikan Nasional
Karyono, Dwi S Palupi & Suharyanto, 2009, Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas XI
Jilid 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Perndidikan Nasional
Dowling, N.E, 2013, Mechanical Behavior Of Material, 4th Edition. United States :
Pearson Education
Popov, E.P, 1983, Mekanika Teknik, Edisi Kedua. Terjemahan oleh Zainul Astamar
Tanisan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Oxford Creativity. (2015) Triz Effect Database. Diakses pada tanggal 27 April 2018,
dari https://www.triz.co.uk/how/triz-effects-database
Engineering Toolbox. (2010) Factors Of Safety. Diakses pada tanggal 14 April 2018,
dari https://www.engineeringtoolbox.com/factors-safety-fos-d_1624.html
Ariefian Yudhistira. (2014) Impact Test. Diakses pada tanggal 20 Mei 2018, dari
https://www.academia.edu/9144813/IMPACT_TEST
xi