PADA STRUKTUR M
SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN
BIAYA PENGEBORAN
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan
Profesional Sarjana Terapan Pada Program Diploma IV Program Studi Teknik
Produksi Minyak dan Gas
Oleh :
i
ABSTRAK
Selama empat tahun terakhir ini, industri migas dalam kondisi yang tidak
sehat. Turun nya harga minyak dari US$100 per barrel menjadi dibawah US$50 per
barrel mengakibatkan banyak kegiatan hulu minyak dan gas yang ditunda. Banyak
perusahaan-perusahaan minyak dan gas yang menunda melakukan kegiatan
pegeboran dan hanya fokus memproduksikan minyak dan gas yang sudah ada.
Beberapa perusahaan yang memutuskan untuk tetap melaksanakan kegiatan
pengeboran akhirnya melakukan berbagai cara agar biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan kegiatan pengeboran mejadi lebih efisien tanpa melupakan aspek
keselamatan dan keamanan.
Sumur XX3 adalah sumur pengembangan yang terletak di struktur M,
Sumatera. Pada awalnya, sumur ini memiliki tiga macam trayek, akan tetapi
dikarenakan turun nya harga minyak dari US$100/bbl menjadi US$50/bbl,
pengeboran sumur ini menjadi tidak ekonomis. Pada akhirnya, drilling engineer
melakukan optimasi pada sumur ini dengan mengurangi jumlah trayek yang ada di
sumur menjadi 2.
Trayek pertama dibor hingga kedalaman 100 m, casing yang digunakan
adalah 9-5/8” OD, K-55, 36 ppf, BTC, R-3. Trayek kedua dibor hingga kedalaman
650 m yang merupakan total depth. Casing yang digunakan adalah 7” OD, K-55,
23 ppf, BTC, R-3. Setelah dievaluasi, kedua trayek tersebut menggunakan casing
yang over-specification. Trayek pertama dapat diganti dengan casing dengan grade
yang lebih rendah, yaitu 9-5/8” OD, H-40, 32.3 ppf, ST&C, R-3. Sedangkan, trayek
kedua dapat diganti dengan 7”OD, H-40, 20 ppf, ST&C, R-3.
Sumur XX3 dibor dengan investasi $1,904,000. Setelah dihitung
keekonomiannya, sumur dikatakan layak untuk dibor karena memiliki NPV
US$1,340,362, ROR 22.5%, POT 4.21, dan PIR 1.39.
Kata kunci: optimasi, evaluasi, desain casing, keekonomian pengeboran
ii
ABSTRACT
For this last four years, oil and gas industry has suffered from the
‘unhealthy’ condition. The falling of oil price from US$100/bbl to under US$50/bbl
caused oil companies to halt much activities. The companies postponed drilling
activities and focused on producing the oil and gas which has existed instead. Some
of it, who decided to continue the drilling activity, try to find any other way to
decrease the drilling cost without overlook the safety and security aspect.
In this case, the company decided to optimize the casing design in depleted
reservoir from three trajectory into just two trajectory. XX3 well is a development
well which located on M structure, Sumatra.
The first trajectory was drilled into 100 m depth. It used 9-5/8” OD, K-55,
36 ppf, BTC, R-3 casing. the second trajectory was drilled into 650 m depth. It used
7” OD, K-55, 23 ppf, BTC, R-3 casing. After the evaluation, both of the trajectory
are using the over-specification casing and can be changed into a lower grade
casing. The first trajectory could be changed to 9-5/8” OD, H-40, 32.3 ppf, ST&C,
R-3 casing. The second trajectory could be changed to 7” OD, H-40, 20 ppf, BTC,
R-3 casing.
XX3 well was drilled with $1,904,000 investment. After calculated the
economy aspect, the well is categorized as a decent project. This project has
US$1,340,362 NPV, 22.5% ROR, 4.21 year POT, and 1.39 PIR.
Keyword: optimization, evaluation, casing design, drilling economy.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2 Stratigrafi Struktur M ............................................................................. 56
3.3 Analisa Masalah ..................................................................................... 57
3.4 Profil Sumur ........................................................................................... 60
3.5 Pore Pressure dan Fracture Pressure ..................................................... 61
3.6 Casing Setting Depth ............................................................................. 63
3.7 Hole Geometry ....................................................................................... 63
3.8 Casing Design ........................................................................................ 64
3.9 Kesimpulan Evaluasi .............................................................................. 87
3.10 Keekonomian Sumur XX3 ..................................................................... 87
3.11 Evaluasi Parameter Keekonomian Sumur XX3 ..................................... 89
IV. PENUTUP .................................................................................................. 92
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 95
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3.13 Ilustrasi Cementing setelah Plug-bump........................................... 76
Gambar 3.14 Ilustrasi pada saat terjadinya Lost Circulation ................................ 77
Gambar 3.15 Anticipated Collapse Load trayek 8.5” ........................................... 77
Gambar 3.16 Ilustrasi Float Tersumbat ................................................................. 79
Gambar 3.17 Anticipated burst load pada trayek 8.5” .......................................... 80
Gambar 3.18 Anticipated Pressure Load Trayek 8.5” dengan design factor ....... 81
Gambar 3.19 Collapse Pressure Load dengan Casing 7” ..................................... 82
Gambar 3.20 Burst Load Pressure dengan Casing 7” .......................................... 83
Gambar 3.21 Axial Load pada Trayek 8.5”........................................................... 85
Gambar 3.22 Axial Load pada Trayek 8.5” dengan casing 7” .............................. 86
Gambar 3.23 Beban Terkombinasi pada Casing 7” .............................................. 86
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 3.24 Beban terkombinasi yang terjadi pada casing ..................................... 85
Tabel 3.25 Kesimpulan desain casing ................................................................... 87
Tabel 3.26 Asumsi Cash Flow XX3 ..................................................................... 88
Tabel 3.27 Net Present Value pada rate 7.5% ...................................................... 89
Tabel 3.28 Rate of return sumur XX3 .................................................................. 90
Tabel 3.29 Cumulative discounted cash flow ........................................................ 90
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
I. PENDAHULUAN
Industri minyak dan gas adalah salah satu industri dimana proses eksplorasi
dan eksploitasi merupakan salah satu langkah terpenting dalam industri hulu
minyak dan gas. High cost, high risk, high technology adalah istilah yang tepat
dikarenakan biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini sangat besar. Investasi
ratusan juta dollar harus dikeluarkan sebuah perusahaan jika ingin melakukan
menghasilkan minyak dan gas walaupun sudah didukung data-data hasil survei.
Beberapa sumur yang dibor bahkan disebut dry-hole atau dianggap tidak
ini sangat tinggi. Jika terjadi kegagalan dalam kegiatan eksplorasi dan produksi,
perusahaan harus menanggung kerugian yang sangat besar, belum lagi jika terjadi
kecelakaan kerja di lapangan yang dapat menyebabkan korban jiwa. Disebut high
melakukan proses eksplorasi dan eksploitasi. Dibutuhkan orang yang sudah ahli
dan bersertifikat sehingga proses eksplorasi dan produksi berjalan dengan lancar.
Pada tahun 2014 sampai 2017 terjadi penurunan harga minyak dunia, dari
1
mengharuskan perusahaan minyak dan gas melakukan pembenahan dengan cara
menjadi tidak ekonomis akibat penurunan harga minyak. Maka dari itu, diperlukan
usaha untuk menurunkan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemboran agar
biaya pemboran. Salah satu aspek tersebut adalah dengan melakukan optimasi pada
e. Seperti apa desain casing yang diharapkan agar biaya pemboran pada
2
1.3 Tujuan dan Manfaat
mengenai:
casing
Dalam evaluasi hasi optimasi desain casing, banyak aspek yang perlu
ditinjau, oleh karena itu batasan permasalahan akan dibatasi sebagai berikut:
1. Pemboran di Struktur M
Berikut ini adalah uraian dari metode yang digunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian:
3
Gambar 1.1 Flowchart metodologi penelitian
1.5.1 Studi Literatur
perencanaan desain casing. Referensi literatur dapat dilihat pada daftar pustaka
teknis pemboran, adalah menentukan karakteristik dan masalah yang akan dihadapi
b. Sumber data
4
1.5.3 Pengolahan Data
tekanan rekah yang berguna untuk penentuan casing setting depth dan
hole-geometry
pemboran
digunakan meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Pay-Out
Time (POT), dan Profit to Investment Ratio (PIR) untuk menilai apakah proyek
5
I. Pendahuluan
III. Pembahasan
maupun pengamatan.
IV. Penutup
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Well planning adalah salah satu aspek terpenting dalam teknik pemboran.
cara dalam membuat perencanaan sumur, tujuan akhir dari semua itu adalah
bagaimana caranya dapat membuat sumur secara aman dan berbiaya rendah
Tujuan dari well planning adalah merumuskan dari banyak variable sebuah
program pemboran suatu sumur yang memiliki karakteristik: aman, biaya serendah
mungkin, dan dapat digunakan. Sayangnya, ini tidak selalu dapat dilakukan karena
pesonil harus menjadi hal utama dibandingkan aspek lain. Pada suatu kasus,
harus didesain untuk meminimalisasi resiko terjadinya blowout dan faktor lain yang
segala aspek.
7
Meminimalisasi biaya tanpa meninggalkan aspek keselamatan juga
merupakan tujuan dari well planning. Pada banyak kasus, biaya dapat diturunkan
hingga ke titik tertentu pada saat penambahan upaya dilakukan. Bukanlah hal yang
tepat untuk membangun “monument besi” dengan menyebut bahwa hal tersebut
Sumur yang dibor tentulah harus dapat digunakan. Membuat sumur sampai
ke kedalaman target akan sia-sia jika konfigurasi akhir dari sumur tidak dapat
8
Tabel 2.1 Tipe dan Karakteristik Sumur
Tipe Sumur Karakteristik
Tidak ada atau sedikit sekali informasi
Wildcat
geologi untuk pemilihan tempat
Pemilihan tempat berdasarkan data
Exploratory seismik, survei satelit, dll. tidak ada data
pemboran di daerah tersebut
Mencari batas-atas dari reservoir, dibor
setelah pemboran exploratory,
Step-out pemilihan tempat berdasarkan data
seismik. Bisa disebut juga sumur
deliniasi
Membor bagian-bagian produktif dari
reservoir. Pemilihan tempat
Infill
berdasarkan dari pola, radius
pengurasan, dll
Sumur yang sudah ada diperdalam,
bermacam-macam perencanaan
Re-entry
dibutuhkan tergantung dari tujuan re-
entry
tersebut bisa saja normal, abnormal (tinggi), atau subnormal (rendah). Tekanan
berlangsung. Berat jenis lumpur bervariasi diantara 8.5 hingga 9.5 ppg.
menutup lapisan yang lemah. Formasi yang rendah dapat diakibatkan oleh batuan
9
atau tektonik, atau dapat saja diakibatkan oleh formasi produktif yang depleted.
komponen, seperti: desain casing dan tubing, berat jenis dan tipe lumpur, pemilihan
yan gdapat terjadi pada formasi tinggi adalah: kick, blowout, differential-pressure
eksplorasi dengan tekanan tinggi, banyak kriteria desain, publikasi, dan studi
parameter perencanaan yang dapat di ubah saat mengebor sumur dengan tekanan
biaya untuk mengebor. Dalam beberapa kasus, kurang dari U.S. $1,000 dikeluarkan
dalam merencakan sebuah sumur seharga U.S. $1 juta. Atau hanya 1/10 dari 1%
biaya sumur.
Walaupun data yang baik dapat diambil dari jumlah yang sedikit, banyak sumur
Hal ini lah yang dapat mempengaruhi biaya yang telah ditetapkan sebelumnya.
10
Gambar 2.2 Kurva formation pressure dan fracture mud weight
beberapa aspek sebelum melanjutkan untuk mendesain hal yang lain. Contohnya,
Program bit dapat dilakukan kapan saja pada saat perencanaan seetelah data
sejarah telah dianalisa. Hal ini biasanya tergantung dari parameter pemboran dari
production casing. Kriteria desain untuk diameter tubing harus sesuai dengan
production casing.
11
Gambar 2.3 Diagram alir proses perencanaan pengeboran
Dalam karya tulis ini, penulis hanya membatasi permasalahan yang akan
dibahas menjadi tiga pokok bahasan. Yaitu penentuan letak casing, pemilihan hole-
dalam sumur. Sebuah sumur tidak dapat direncanakan dengan baik jika hal ini tidak
diketahui. Berikut ini beberapa data yang dapat dikumpulkan dalam perencanaan
sumur:
12
Sumur offset dibutuhkan untuk mengetahui jenis formasi yang akan di
bor.
2. Sumber data
yang panjang dan memiliki suatu ukuran tertentu dari atas sampai bawah. Ukuran-
ukuran tersebut telah ditentukan secara pasti sehingga proses desain pada umunya
perencanaan casing. Bagian tersebut dapat dilakukan bukan oleh drilling engineer
13
dan tidak berhubungan dengan perencanaan yang sesungguhnya. Tapi bukan berarti
seorang drilling engineer tidak perlu memahami hal seperti ini, akan lebih baik jika
Pada Tahap ke-3, drilling engineer memilih skenario terburuk dari tahap
ketidakpastian dalam kekuatan dan beban pada casing. Dari plot tersebut, drilling
engineer membuat pemilihan awal casing yang sesuai dengan desain beban.
Pada Tahap ke-4 dan ke-5, drilling engineer menentukan beban aksial (berat)
dari rangkaian casing tersebut. Beban tersebut kemudian diberikan design factor
dan kemudian dicocokan dengan pemilihan awal apakah pemilihan awal tersebut
beban axial dan collapse, yang biasa disebut beban biaxial. Ini adalah tahapan
kedalaman casing yang akan dipasang dan disemen. Drilling engineer harus
14
permasalahan yang akan ditemui, peraturan internal perusahaan, dan dalam banyak
menghasilkan sumur yang aman untuk dibor tanpa harus membangun sebuah
program casing yang ditentukan terlalu dalam atau terlalu dangkal. Menerapkan
suatu daerah dapat membantu menentukan dimana letak dudukan casing sehingga
Pada saat penentuan kedalaman casing untuk berbagai jenis casing, ada
2. Tekanan rekah
3. Pengalaman di lapangan
5. Zona korosif
6. Pertimbangan lingkungan
7. Peraturan
8. Kebijakan perusahaan
15
2.4.2 Kedalaman Conductor Casing
lubang pada saat membor trayek surface casing, dikarenakan lapisan atas lebih
dahulu, atau dimasukkan dengan alat diesel-pile driving hammer. Pada banyak
sumur dangkal dengan permukaan tanah yang keras, conductor casing dipasang
hingga kedalaman 50 - 100 ft. Pada permukaan yang lunak, conductor casing
dipasang pada kedalaman 200 - 500 ft dari permukaan tanah (dasar laut).
casing. Salah satu panduan yang dapat digunakan dengan tidak adanya uji kekuatan
tanah (soil bearing test) yang biasanya dilakukan pada saat pembangunan gedung
pencakar langit, atau infrastruktur umum, adalah dengan menggunakan data yang
sudah terbukti berhasil di daerah setempat. Atau dengan kata lain, ‘lakukan apa
lain:
1. Tekanan formasi
2. Tekanan rekah
16
Diantara beberapa faktor tersebut, yang dipilih paling utama adalah yang
paling pertama sangat penting untuk menjaga kestabilan lubang bor. Sedangkan
kedua faktor lainnya, melindungi zona air tanah sangat penting pada lokasi yang
terdapat banyak penduduk. Merusak zona air tanah adalah hal yang sangat tabu,
pada beberapa tempat di dunia, bahkan merusak air tanah dapat menyebabkan
Disamping peraturan yang ada, surface casing harus dapat menahan tekanan
formasi hingga casing point selanjutnya dengan densitas lumpur yang telah
membutuhkan densitas lumpur yang lebih tinggi (atau kadang lebih rendah) untuk
formasi diantara kedalaman total dan kedalaman surface casing. Lumpur dengan
berat jenis yang tinggi dapat merekahkan zona formasi yang lemah. Sedangkan jika
terlalu rendah, maka fluida formasi dapat masuk ke dalam lubang, dan jika tidak
casing harus dipasang adalah, adanya zona yang tidak stabil atau korosif. Zona yang
tidak stabil, biasanya shale, akan membuat lubang sulit sampai di kedalaman total
tanpa mengisolasi zona tersebut. Sedangkan pada zona yang korosif, harus diisolasi
17
2.4.5 Penentuan Kedalaman dengan Tekanan Formasi dan Tekanan Rekah
kedalaman casing biasanya ditentukan dengan tekanan formasi dan tekanan rekah.
Cara termudah untuk memahami bagaimana dua parameter ini digunakan adalah
Pada Gambar 2.5 dapat dilihat terdapat penambahan dua safety margin,
yaitu mud density dan fracture margin. Pada kedalaman 12.000 ft, berat lumpur
adalah 1,4 SG, akan tetapi pada kedalaman 1.700 ft, berat lumpur mulai melebihi
dari tekanan rekah sehingga perlu dipasang casing terlebih dahulu. Untuk gambar
Pertama, dimulai dari berat jenis lumpur pada kedalaman 12.000 ft (titik a)
dan buat garis vertical hingga memotong garis fracture margin (titik b) kemudian
18
2.5 Penentuan Hole-Geometry
Ukuran bit and casing dapat menandakan perbedaan antara sumur yang
harus ditinggalkan sebelum komplesi dan sumur yang berhasil. Ukuran yang tidak
Akan tetapi, sumur yang berhasil belum tentu efektif. Sebagai contoh,
desain sumur yang memuaskan, bebas dari permasalahan pemboran dan komplesi
mungkin saja mahal karena biaya pemboran menjadi lebih besar dari return of
19
2.5.1 Prosedur Penentuan Secara Umum
program hole-geometry. Program ini berdasarkan dari ketersediaan ukuran bit dan
Sumur yang bertekanan tinggi dan dalam sering menyimpang dari geometri
pemboran eksplorasi utuk investigasi geologi, sumur yang besar diperlukan untuk
dengan baik untuk potensi alirannya dan permasalahan pemboran yang akan terjadi
fluida reservoir dari bawah menuju ke permukaan pada laju yang ekonomis. Tubing
denga ukuran kecil dapat menghambat laju alir dikarenakan tekanan gesek yang
tinggi.
20
Permasalahan pada saat komplesi dapat lebih rumit pada tubing dan casing
yang kecil. Clearance yang kecil dapat menyulitkan penempatan peralatan dan
operasi menjadi lebih sulit, dan pekerjaan workover jadi lebih rumit.
liner, dimana casing intermediate dibutuhkan jika patahan tersebut tidak ada.
berukuran 13 3/8-in dan surface casing 20-in. Akan tetapi, desain ini sulit digunakan
Tension design menjadi sangat kritikal jika in-air-hook load sangat besar.
Ditambah lagi dengan safety factor sebesar 1.5, hal ini akan membuat hook load
kecil. Perbedaan yang kecil di sekeliling casing dan coupling akan menyebabkan
21
perbedaan annulus diantara 0.375 hingga 0.5 in di setiap sisi casing, lebih baik lagi
Luas antara drillstring dan lubang akan menibulkan masalah jika terlalu
besar atau terlalu kecil. Hole cleaning yang tidak baik akan terjadi jika lubang
terlalu besar. Sedangkan, tekanan yang besar dan erosif akan terjadi jika lubang
terlalu kecil. Lubang yang besar biasanya ada di permukaan yang dangkal dan
dalam annulus. Faktor yang penting adalah viskositas, cutting settling velocity, dan
laju alir lumpur. Kecepatan lumpur di annular dapat dihitung dengan persamaan:
24.50 𝑄
𝑣= (2.1)
𝑑𝐻 2 𝑑𝐷𝑆 2
𝑣 = 100𝑄/𝑉𝑎 (2.2)
Dimana 𝑉𝑎 adalah
𝑉𝑎 = 𝑑𝐻 2 𝑑𝐷𝑆 2 (2.3)
Dimana:
𝑄 = laju alir lumpur
𝑑𝐻 = Diameter luar lubang (in)
𝑑𝐷𝑆 = Diameter luar drillstring (in)
𝑉𝑎 = kecepatan aliran di annulus
Walaupun sebuah pompa dapat mencapai 3000 psi, tetapi laju alir maksimum akan
tercapai sebelum tekanan mencapai 3000 psi. Tekanan yang biasanya digunakan
22
berkisar antara 600 hingga 1500 psi bahkan ketika menggunakan dua buah pompa.
Jika pompa tidak sanggup untuk membersihkan annulus, perencanaan sumur harus
annulus.
permasalahan yang ada di section sebelumnya ditambah karakteristik casing dan bit
sesungguhnya. Termasuk diameter dalam dan luar casing, diameter drift dan
23
Diameter luar casing (OD) memiliki berbagai macam ukuran. Drift diameter
mengatur ukuran bit yang digunakan untuk lubang dibawah casing. Casing yang
memiliki bobot lebih berat akan memiliki drift diameter yang lebih kecil.
kriteria. Seperti:
burst, collapse, tension, dan sealing. Akan tetapi, diameter coupling mungkin dapat
Bit program tergantung pada ukuran casing yang akan dipakai. Bit pada
umumnya memiliki berbagai macam ukuran. Akan tetapi, bit yang memiliki ukuran
tidak umum kemungkinan tidak memiliki fitur-fitur yang diinginkan, seperti center-
Ukuran standar bit dan casing dapat ditentukan untuk memenuhi program
pemboran. Untuk pemilihan ukuran bit dan casing yang dapat dimasukkan dapat
dilihat pada gambar berikut. Chart tersebut mengindikasikan ukuran lubang yang
nya tersendiri, terutama untuk ukuran casing dan lubang yang kecil. Pada ukuran
casing dan lubang yang besar, mayoritas perusahaaan memiliki knfigurasi yang
24
sama. Kombinasi standar bit dan casing dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan Gambar
2.9
Gambar 2.8 Kombinasi Standar Bit dan Casing pada Formasi Keras
Gambar 2.9 Kombinasi Standar Bit dan Casing pada Formasi Lunak
25
2.6 Tipe Casing
Tidak semua jenis casing digunakan. Kondisi yang aka dijumpai di tiap
sumur harus dianalisa untuk menentukan tipe dan jumlah casing yang akan
d. Mengontrol tekanan
alat produksi.
formasi yang lunak, pipa ini biasanya ditumbuk ke dalam tanah. Pada
26
Tujuan utama dari pemasangan casing ini adalah untuk memberikan
rawan untuk terjadi wash out dan harus dilindungi dengan casing.
harus diminimalisasi.
2) Structural Casing
diantara 600 sampai 1.000 ft. tujuan dari dipasangnya casing ini adalah
3) Surface Casing
beberapa feet saja. Sedangkan untuk formasi yang lunak, surface casing
caving
27
d) Menopang seluruh berat casing (kecuali liner) dibawah surface
casing.
4) Intermediate Casing
digunakan. Akan tetapi untuk sumur yang dalam, terutama yang banyak
5) Liners
28
pemasangan liner terlihat seperti casing yang menggantung. Biasanya,
perbedaan anatara kedua casing ini antara 300 sampai 500 ft.
6) Production Casing
fluida yang tak diinginkan seperti air atau gas yang berlebiha agar
b) Ada daerah yang mempunya lapisan produksi lebih dari satu, casing
29
2.6.1 Dimensi Casing
tersebut, casing dapat digunakan sesuai karakteristik nya, berikut ini adalah macam-
macam dimensi casing yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mendesain
casing.
ukuran tersebut adalah yang didesain atau diameter luar pipa secara
teoritis. Seluruh acuan spesifikasi dari diameter luar casing ini mengacu
30
b. Diameter dalam (Inside Diameter) dan Ketebalan
angka pasti dalam penentuan diameter dalam casing, akan tetapi API
dan ISO telah menentukan angka pasti mengenai toleransi dari ketebalan
c. Panjang Casing
d. Berat Casing
Berat dari casing mengacu pada berat spesifik dari casing yang biasanya
disebut sebagai berat per panjang casing (seperti kg/m atau lb/ft).
e. Grade Casing
31
Tabel 2.6 Spesifikasi Casing sesuai dengan Grade
Yield
Minimum Tensile
strength Hardness
Grade Strength H2 S
(ksi)
(ksi)
Min Max HRC HBW/HBS
H-40 40 80 60 Yes
J-55 55 80 75 Yes
K-55 55 80 95 Yes
N-80 80 110 100 No
M-65 65 85 85 22 235 Yes
L-80 80 95 95 23 241 Yes
C-90 90 105 100 25.4 255 Yes
C-95 95 110 105 No
T-95 95 110 105 25.4 255 Yes
P-110 110 140 125 Yes
Q-125 125 150 135 Yes
sumur dengan H2S, akan tetapi API merekomendasikan dua jenis grade,
f. Koneksi
Ada beberapa tipe koneksi pada casing, dan 3 jenis dasar adalah:
tipe koneksi yang paling umum adalah API 8-rd Connection, dimana 8-
rd berarti 8-round atau 8 ulir per inci dan memiliki profil yang sedikit
bundar. Terdapat dua macam API 8-rd connections, yaitu ST&C (Short
Thread & Coupling) dan LT&C (Long Thread & Coupling). Perbedaan
dari kedua jenis tersebut terletak pada ukuran panjang dan banyaknya
32
Jenis Lainnya
Ada beberapa jenis koneksi yang memiliki profil yang berbeda dari API
8-rd. daripada memiliki ulir yang seperti segitiga, banyak yang memiliki
tensile dan bending yang lebih besar. Salah satu contoh dari ulir dengan
jenis ini adalah Buttress. Ulir jenis ini digunakan jika memerlukan
kekuatan tensile yang besar. Ulir ini tahan terhadap kebocoran pada
menentukan juga tipe dan kekuatan yang akan diterima oleh casing. Beberapa
33
pertimbangan akan menentukan jenis casing yang akan dipakai. Pada kondisi
normal, jenis casing yang digunakan akan bersifat biasa saja. Akan tetapi pada
kondisi khusus tertentu, jenis casing yang digunakan akan juga berbeda. Tiga jenis
1) Beban Collapse
(Kempis)
2) Beban Burst
3) Beban Axial
Beban axial adalah tekanan atau beban kompresi yang diakibatkan oleh
minimal yang ada di dalam casing, dan beban maksimal yang ada di dalam casing.
Untuk beban collapse, biasanya menggunakan gradient fluida statis yang ada di
dalam dan di luar casing. Pada saat penentuan, kita menentukan beban internal
sehingga tekanan di dalam casing sama seperti yang ada di permukaan. Ini bisa
terjadi pada surface casing dan intermediate casing, jika terjadi lost circulation yang
34
bersifat severe atau total pada saat membor trayek di bawah casing. Hal ini juga
dapat terjadi pada saat underbalanced drilling, dimana menggunakan udara atau gas
sebagai fluida pemboran. Collapse bahkan dapat terjadi pada production casing
dengan artificial lift gas lift atau pompa atau jika casing “blown dry” setelah
dilakukannya stimulasi.
buruk dan tekanan di luar casing sama dengan tekanan lumpur dimana casing
dipasang (dimana lebih tinggi dari tekanan formasi dimana casing dipasang). Berat
jenis semen biasanya lebih besar dari berat jenis lumpur, maka terdapat fluida
pendorong didalam casing pada saat casing diletakkan. Namun, pada beberapa
kasus, perbedaan tekanan diantara semen yang diluar dan fluida pendorong di
terjadinya casing kosong sangat tidak mungkin. Akan tetapi, adanya zona yang
Pada sumur yang bertekanan rendah atau sumur yang tidak mengalir, burst
tekanan tinggi.
menahan burst, walaupun pada akhirnya akan. Permasalahannya adalah, kita harus
35
mendesain string sebelum sumur disemen. Jika penyemenan berhasil, maka anggap
saja itu adalah tambahan untuk membantu menahan beban pada bagian yang
tersemen. Akan tetapi, jika ada bagian yang tidak tersemen karena penyemenan
yang buruk, makan tidak ada bantuan untuk menahan beban pada bagian tersebut.
loading berasa dari tekanan gas, walaupun tidak selalu. Banyak juga sumur yang
memperkirakan internal loading berasal dari minyak atau air. Akan mudah
memperkirakan jika burst berasal dari cairan, dan menjadi lebih sulit jika berasal
dari gas.
5. Hitung tekanan pada casing shoe, dimana merupakan tekanan rekah pada
formasi
36
ℎ𝑠ℎ𝑜𝑒 (2.7)
𝑇𝑠ℎ𝑜𝑒 = 𝑇𝑠𝑢𝑟𝑓 + (𝑇 − 𝑇𝑠𝑢𝑟𝑓 )
ℎ𝑡𝑑𝑛𝑐 𝑡𝑑𝑛𝑐
16(ℎ1 − ℎ2 ) (2.9)
𝑃𝑠𝑢𝑟𝑓 = 𝑃𝑓𝑟𝑎𝑐 𝑒 [ ]
1544(𝑇𝑎𝑣𝑔 )
Dimana:
∆𝑃𝑠ℎ𝑜𝑒 = tekanan diferensial di casing shoe (psi)
𝛾𝑚𝑢𝑑 = specific gravity lumpur
𝛾𝑓𝑟𝑎𝑐 = specific gravity tekanan rekah
𝛾𝑤𝑡𝑟 = specific gravity air
ℎ = kedalaman sumur (ft)
ℎ1 = kedalaman pada titik pertama (ft)
ℎ2 = kedalaman pada titik kedua (ft)
𝑃𝑓𝑟𝑎𝑐 = tekanan rekah (psi)
𝑃𝑤𝑡𝑟 = tekanan hidrostatis air (psi)
37
𝑃𝑠𝑢𝑟𝑓 = tekanan di permukaan (psi)
𝑇𝑠ℎ𝑜𝑒 = temperature di casing shoe (℉)
𝑇𝑠𝑢𝑟𝑓 = temperature di permukaan (℉)
𝑇𝑡𝑑𝑛𝑐 = temperature sumur pada bottom hole (℉)
𝑇𝑎𝑣𝑔 = temperature rata-rata (°𝑅)
ℎ𝑠ℎ𝑜𝑒 = kedalaman TVD pada casing shoe (ft)
ℎ𝑡𝑑𝑛𝑐 = kedalaman TVD sumur (ft)
Design factor ditambahkan pada casing design untuk memberikan kekuatan dari
load.
dengan yang lain. Maka dari itu, design factor tidak memiliki besaran yang pasti.
38
Tabel 2.7 Design Factor
Collapse Burst Tension
1.0 - 1.125 1.0 - 1.25 1.6 - 2.0
menambahkan Design factor kedalam collapse dan burst load. Hasil dari
penambahan itu desebut Design load. Hasil dari Design load tersebut diplot ke
berikut:
2. Subtitusikan design factor tersebut pada hasil collapse dan burst load
39
2.10 Pemilihan Awal Casing
desain casing tahap awal. Ada beberapa variable yang harus diperhatikan dalam
Pada penentuan casing, sering kali diberikan pilihan mengenai jenis dan
berat casing yang akan digunakan. Misalnya, para drilling engineer akan
dihadapkan pemilihan casing 7 in 23lb/ft N-80 dan 7 in 26 lb/ft K-55, yang sesuai
dengan desain. Pilihan tersebut tentunya akan dipengaruhi oleh biaya dan
ketersediaan barang. Pipa yang lebih tebal tentunya akan memberikan kekuatan dan
durabilitas yang lebih, sehingga akan lebih memilih 26 lb/ft K-55. Akan tetapi pada
sumur directional yang memiliki inklinasi, semakin berat sebuah casing, maka
semakin besar pula gaya yang diperlukan untuk memasukkan nya ke dalam lubang.
Sehingga pada kasus tersebut, casing 23lb/ft N-80 akan lebih cocok digunakan.
2.10.2 Koneksi
koneksi yang ada. Pada sumur dengan tekanan normal, penggunaan API ST&C atau
LT&C sudah mencukupi. Akan tetapi pada sumur dengan tekanan yang tinggi atau
Dalam memilih casing yang sesuai dengan desain, kita bergantung pada
nilai kekuatan untuk berbagai macam ukuran dan tipe casing. Sumber dari kekuatan
desain casing tersebut adalah API 5C2, yang berisi mengenai kumpulan tabel
40
tentang dimensi dan kekuatan dari berbagai macam ukuran dan jenis casing.
API 5C3.
collapse dan kekuatan burst yang digunakan pada proses pendesainan casing, akan
berbeda pada bulletin API. Yang disebut sebagai collapse strength ditulis sebagai
“Collapse Resistance” pada API. Burst strength ditulis sebagai “Internal Yield
Pressure”.
2.10.4 Kesederhanaan
sedikit jenis dan tipe casing yang digunakan, akan semakin baik. Semakin banyak
tipe yang digunakan, semakin mudah untuk bermasalah saat penurunan casing.
Pada setiap perubahan jenis casing, dieperlukan crossover sub. Jika crossover sub
tersebut mengalami kerusakan, dan casing sudah diturunkan pada kedalaman yang
cukup dalam, akan memakan waktu yang banyak untuk mengganti crossover
tersebut akan merambat pada biaya drilling cost yang bertambah dikarenakan
41
Gambar 2.16 Contoh Collapse Pressure Load dengan Design factor
Terdapat empat sumber dari axial load (tegangan atau kompresi) pada
casing string:
3) Pembengkokan
4) Perubahan temperatur
Axial load pada casing disetiap titik dari gravitasi atau berat adalah fungsi
dari gaya apung lumpur dan inklinasi lubang. Gaya gesek adalah fungsi dari
gravitasi, gaya apung, inklinasi lubang, dan kelengkungan, dan juga axial load pada
pipa. Pada sumur yang berarah, axial load berasal dari gaya gesek, tetapi gesekan
tersebut juga berasal dari axial load. Dengan kata lain, mereka bekerja secara
bersamaan.
42
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan kriteria desain untuk axial
2) Gaya gesek
tegangan pada string. Pengukuran apa yang digunakan pada berat? Apakah
(dalam hal ini lumpur)? Sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti,
banyak yang memilih berat casing di udara karena memberikan margin yang
lebih. Banyak juga yang memilih berat di cairan karena lebih realistik.
Pada saat pipa bergerak di dalam lubang, gaya gesek menambah dan
mengurangi axial load pada casing. Pada sumur berarah, terdapat software
yang dapat memprediksi gaya gesek dengan keakuratan yang rasional pada
saat proses mendesain. Untuk sumur vertical, terdapat beberapa gaya gesek,
dihitung pada saat member sumur, entah itu sumur vertical atau sumur
Kemudian, gaya gesek yang dihitung dengan drillstring juga tidak sama
43
dengan gaya gesek yang diterima oleh casing. Untuk sumur yang nyaris
vertical, gaya gesek tersebut mungkin tidak terlalu berpengaruh, akan tetapi
Ada dua macam perbedaan dalam design factor axial load, ada yang
menyebutkan design factor sebesar 1.6, dan ada yang menyebutkan angka
100,000 lbf. Penggunaan design factor untuk axial load tergantung dari
besaran angka tersebut. Jika design factor 1.6 lebih besar dari over-pull
100,000 lbf, maka desain overpull tersebut yang dipakai, dan berlaku
sebaliknya.
berat di cairan, tetapi tidak memberikan informasi mengenai axial load pada
casing tersebut.
3) True axial load ditentukan dari gaya gravitasi hidrostatik di dalam selubung
proses pendesain-an akan menjadi cukup mudah. Kekurangan dari hal ini adalah
44
desain casing akan menjadi berlebihan dikarenakan casing tidak seutuhnya berada
di udara.
𝑤 = 𝑔𝜌𝐿 (2.10)
Dimana:
𝑤 = beban
𝑔 = percepatan gravitasi
𝜌 = berat jenis
𝐿 = panjang
dimana gaya apung sama dengan berat fluida yang berpindah akibat bagian yang
𝜌𝑚𝑢𝑑 (2.11)
𝑘𝑏 = 1 −
𝜌𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙
Dimana:
𝜌𝑚𝑢𝑑 = berat jenis lumpur
𝜌𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙 = berat jenis besi
menggunakan rumus
𝑗 (2.12)
̂𝑗 = 𝑔 𝑘𝑏 ∑ 𝜌𝑙𝑖 𝐿𝑖
𝐹
𝑖=1
Dimana kita menjumlahkan berat yang terapung dari setiap bagian sampai ke titik
tertentu, j, dan untuk total berat dari buoyed dengan n section dan dijumlahkan
45
True Axial Load
True axial load adalah axial load sesungguhnya pada pipa yang mengapung.
Lebih tepatnya adalah komponen axial dari berat pipa dikurangi gaya dari tekanan
hidrostatis yang bekerja pada luasan cross-sectional dari pipa yang tegak lurus
dengan axis longitudinal pipa. Dual hal yang harus diperhatikan pada saat
perhitungan adalah:
depth
area berubah.
True axial load dihitung dengan cara menentukan gaya apung dari tekanan yang
berkerja pada area cross-sectional pada casing dimana gaya apung bekerja pada
berat yang tidak dipengaruhi pada casing. Rumus dan prosedur perhitungan true
𝑗 𝑗−1
(2.13)
𝐹𝑗↓ = −𝑝0 𝐴0 + 𝑝1 𝐴1 + ∑ 𝑝𝑖 (𝐴𝑖 − 𝐴𝑖−1 ) + ∑ 𝑤𝑖 𝐿𝑖 , 𝑗 = 1, … , 𝑛
𝑖=2 𝑖=1
𝑗 𝑗−1
(2.14)
𝐹𝑗↑ = −𝑝0 𝐴0 + 𝑝1 𝐴1 + ∑ 𝑝𝑖 (𝐴𝑖 − 𝐴𝑖−1 ) + ∑ 𝑤𝑖 𝐿𝑖 , 𝑗 = 1, … , 𝑛
𝑖=2 𝑖=1
Dimana:
𝐹𝑗↓ = gaya yang bekerja ke bawah
𝐹𝑗↑ = gaya yang bekerja ke atas
𝑝0 = tekanan di titik awal
𝑝1 = tekanan di titik 1
𝑝𝑖 = tekanan di suatu titik tertentu
𝐴0 = luas area di titik awal
𝐴𝑖 = luas area di titik tertentu
46
𝑤𝑖 = berat satuan rangkaian
𝐿𝑖 = panjang rangkaian
4. Dimulai dari bawah, hitung gaya dari bawah section 1, 𝐹1↓ , kemudian atas
Setelah menghitung axial load, makan akan dimulai membuat design load.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, design factor untuk axial load adalah 1.6
47
Pada axial loading, design factor berbeda dari collapse dan burst loading.
Collapse dan burst diasumsikan pada keadaan statis dimana kejadian terburuk
diperkirakan terjadi. Axial design factor memiliki margin yang berkurang dengan
seiring bertambahnya kedalaman dan nyaris tidak memiliki margin pada bagian
terbawah.
Seluruh casing dibebani oleh berbagai macam jenis beban, seperti tegangan,
tekanan dalam, dan tekanan luar. Yang menjadi perhatian adalah, pada beban yang
terkombinasi, tabel nilai yang dipakai untuk collapse, burst, dan tegangan menjadi
tidak valid. Sebagai contoh, nilai collapse untuk casing 13-3/8 in. 54.5 lb/ft K-55
ditulis sebesar 1130 psi. akan tetapi nilai tersebut hanya valid jika tidak ada nilai
tegangan (tension) atau kompresi pada casing. Jika terdapat tegangan, nilai collapse
menjadi lebih rendah, dan jika terdapat kompresi, nilai collapse bisa menjadi lebih
besar.
Beban yang terkombinasi dari tegangan dan collapse disebut biaxial loading
(beban biaxial). Seluruh casing di dalam lubang selalu dibebani dengan tiga macam
arah: radial, tangensial, dan longitudinal. Pengaplikasian pada desain casing disebut
desain biaxial.
terkombinasi, dan banyak operator yang tidak mengalami masalah karena hal
tersebut. Ada dua alasan mengapa hal tersebut jarang terjadi, pertama karena design
factor sudah cukup besar sehingga beban terkombinasi tidak terlihat. Kedua, karena
48
beban actual pada casing lebih rendah dibanding kemungkinan terburuk casing.
Akan tetapi, kegagalan casing dari beban terkombinasi bisa saja terjadi. Dan pada
saat hal tersebut terjadi, konsekuensinya serius bahkan bisa menyebabkan sumur
3 𝐹 2 1 𝐹 (2.15)
𝑘𝑐𝑙𝑝𝑠 = √1 − ( ) − ( )
4 𝐴𝑡 𝑌 2 𝐴𝑡 𝑌
axial tension, 𝐴𝑡 adalah cross-sectional area dari pipa, dan Y adalah yield strength
dari pipa.
menentukan keekonomian suatu sumur yaitu, net present value (NPV), rate of
return (ROR), pay out time (POT), dan profit to investment ratio (PIR).
NPV adalah perbedaan antara nilai uang masuk pada waktu sekarang dan
nilai uang keluar pada waktu sekarang pada suatu periode waktu. Net present value
proyek.
49
𝑛
𝑅𝑡 (2.16)
𝑁𝑃𝑉 = −𝐶 + ∑ ( )
(1 + 𝑖)𝑡
𝑡=0
Dimana:
𝑅𝑡 = perbedaan net cash inflow-netcash outflow pada suatu waktu
C = investasi awal
𝑖 = besaran discount yang bisa didapatkan
𝑡 = banyaknya periode
tersebut, menggunakan metoda trial and error atau secara coba-coba dengan
beberapa tingkat diskonto sampai mendapatkan nilai NPV negatif dan positif.
Kemudian dilakukan interpolasi untuk mendapatkan hasil NPV sama dengan nol.
Suatu proyek dianggap layak apabila ROR lebih besar dari bunga bank.
𝑎 (2.17)
𝑅𝑂𝑅 = 𝑖1 + (𝑖2 − 𝑖1 ) ( )
𝑎+𝑏
Dimana:
a = NPV pada faktor diskonto x
b = NPV pada faktor diskonto y
𝑖1 = rate diskonto ke-1
𝑖2 = rate diskonto ke-1
Pay out time adalah suatu metode penilaian terhadap investasi yang
mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali (balik modal). Dalam proses
50
cummulative cash flow. Besarnya pay-out time dapat dicari dengan cara interpolasi
𝐶𝐹 𝑘𝑢𝑚1 (2.18)
𝑃𝑂𝑇 = 𝑛1 + (𝑛2 − 𝑛1 ) ( )
𝐶𝐹 𝑘𝑢𝑚1 + 𝐶𝐹 𝑘𝑢𝑚2
Dimana:
CF kum1 = cash flow kumulatif ke-1
CF kum2 = cash flow kumulatif ke-2
N1 = tahun pada saat CF kum negative (-)
N2 = tahun pada saat CF kum positif (+)
flow proyek dapat menutup semua nilai investasi awal. Jika nika PIR ini lebih besar
dari satu, maka investasi ini menguntungkan. Jika sebaliknya, maka proyek ini tidak
berikut.
Cash flow sumur dapat dihitung dengan cara menghitung laju produksi
sampai batas limit sumur X, gross profit, operating cost, cash earnings, depresiasi,
taxable income perusahaan, tax payment, profit after taxes, kemudian menghitung
cash flow.
−(𝑡 − 𝑡0 ) (2.20)
𝑄1 = 𝑄0 𝑒
𝑘
51
Dimana:
𝑄1 = laju produksi pada waktu t ≥ t0
𝑄0 = laju produksi awal
t0 = tahun pertama produksi
Metode depresiasi yang digunakan pada perhitungan ini adalah Sum of The Year
Digit Depreciation.
𝑁−𝑡+1 (2.24)
𝑑𝑡 = (𝐵 − 𝑆)
𝑆𝑂𝑌𝐷
𝑁(𝑁 + 1)
𝑆𝑂𝑌𝐷 = (2.25)
2
Dimana:
𝑑𝑡 = Nilai depresiasi pada tahun t
N = banyaknya tahun pada depresiasi
SOYD = sum of year digit
B = harga asset pada saat telah digunakan
S = perkiraan nilai salvage setelah depresiasi
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 = 𝑇𝑎𝑥𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 (𝑈𝑆$) − 𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡 (𝑈𝑆$) (2.27)
52
Cashflow perusahaan dapat dihitung dengan persamaan
53
III. PEMBAHASAN
di Provinsi Sumatera Utara, kurang lebih 130 km sebelah barat laut Kota Palembang.
Lapangan ini telah mulai beroperasi sejak tahun 1934. Pada saat pertama kali
lapangan ini adalah pada tahun 1968 oleh Asamera, tahun 1986 JOA Asamera &
Bow Valley Exploration Ltd, tahun 1989 Asamera (South Sumatra) Ltd, tahun 1995
Gulf mengakuisisi Asamera (South Sumatra) Ltd, tahun 2001 Conoco Phillips,
tahun 2007 TAC ETRL Ramba Ltd dan terakhir tahun 2011 oleh Pertamina.
Lapisan batu pasir dari Struktur M terdiri dari 7 lapisan dari formasi
Palembang sand, yaitu lapisan sand A, sand B, sand C, sand D, sand E, sand F, dan
sand G. Jumlah sumur yang berproduksi dan atau pernah berproduksi untuk setiap
lapisan reservoir adalah sebagai berikut : Lapisan sand A sebanyak 116 sumur,
Lapisan sand B sebanyak 116 sumur, Lapisan sand C sebanyak 103 sumur, Lapisan
tengah (Formasi Muara enim). Pada lapangan ini dijumpai sumur yang dalam yang
mungkin menembus hingga Gumai namun sumur ini tidak lengkap dimana data log
54
Gambar 3.1 Lokasi Struktur M
sand B (Palembang Sand) pada sumur MJ-001 dengan data test produksi awal 81
September 2001 dengan produksi sebesar 1316.97 stb/d. Data produksi bulan
Desember 2007 menunjukan bahwa lapangan ini masih berproduksi pada rate
memiliki GOR yang rendah dan berkisar sekitar 150 scf/bbl. Struktur M memiliki
kedalaman formasi antara 200 - 700 mSS. Ketebalan rata-rata lapisannya bervariasi
antara 7.53 hingga 119.11 meter. Data core untuk Struktur M sangat minim
sedangkan harga porositas mengacu pada data yang digunakan oleh Conoco
55
Phillips dengan rata-rata harga porositas dan saturasi air batuan adalah 29% dan
42%.
Formasi Palembang
Karakteristik litologi dari reservoir Formasi Palembang yang diwakili oleh lapisan
A, B dan F tersusun oleh fine grained, extremely soft dan unconsolidated marin
sand, diselingi dengan soft grey shale dan terkadang coal. Lapisan batupasir
batupasir ini berkisar antara 200 ~ 700 mSS. Dengan ketebalan rata-rata antara 10
56
3.3 Analisa Masalah
Pada tahun 2014 hingga 2018, terjadi penurunan harga minyak yang
signifikan, dari kisaran $100/bbl menjadi dibawah $50/bbl. Hal ini berdampak luas
pada industry minyak dan gas di seluruh dunia. Banyak rencana pengeboran atau
keuntungan dari kegiatan pengeboran menurun drastis. Maka dari itu, diperlukan
Pada pengeboran sumur XX1 dan XX2 di tahun 2014, keekonomian disusun
berdasarkan ICP (Indonesian Crude Price) sebesar $90/bbl. Sumur dapat dibor
sumur lama (tahun 2014) dan ICP $50/bbl, nilai NPV, IRR, POT, dan PI turun
situasi harga minyak dunia yang kurang bersahabat bagi industri migas, diperlukan
2014, adalah:
biaya total
57
c. Biaya lainnya menghabiskan ±10% dari biaya total
Berikut ini beberapa faktor dalam drilling cost yang mengakibatkan pemboran
Dari beberapa faktor tersebut, terdapat dua alternatif solusi yang dapat
struktur M
58
Tabel 3.4 Analisa Solusi untuk Pengeboran di Struktur M
Alternatif Solusi
Parameter Alternatif-1 Alternatif-2
Percepatan ROP Pemboran Pengurangan Desain Trayek
Besar
Trajectory lubang tidak
terkendali
Sedang
Lubang washout sehingga
Validasi data subsurface
Risiko menambah volume semen dan
Optimasi drilling
berpotensi menimbulkan
software Landmark
masalah logging.
GPM sirkulasi yang tinggi dapat
meningkatkan ECD.
Mobilisasi, sewa alat & personel
Biaya Rp0
directional drilling ± Rp 1 Milyar
Persiapan dan mobilisasi
Waktu ±14 hari
peralatan ±14 hari
Mobilisasi peralatan Directional Validasi data pore
Drilling (DD)-Mesurement pressure dan fract
While Drilling (MWD) gradient
Penambahan waktu make up Simulasi dan optimasi
Operasi
Bottom Hole Assembly (BHA) desain casing dengan
Rate of Penetration (ROP) bisa Software Landmark
lebih cepat dibandingkan Penyusunan drilling
dengan BHA Rotary program
TIDAK DIPILIH DIPILIH
Kesimpulan Menambah biaya dan adanya Risiko kegagalan sedang
risiko trajectory lubang dan biaya kecil.
khusus.
59
3.4 Profil Sumur
Sumur XX1 dan XX2 merupakan sumur referensi yang digunakan oleh
penulis untuk dievalusi. Sumur ini terletak di Struktur M dengan target utama
lapisan Palembang A dan B. Sumur XX1 dan XX2 adalah sumur pengembangan
dengan jenis vertikal yang dibor pada tahun 2014. Sumur ini memiliki 3 trayek.
ini dibor pada tahun 2018 dengan target utama lapisan Air Benakat. Pada awal
perencanaan, sumur ini memiliki 3 trayek. Akan tetapi, dikarenakan turunnya harga
sumur ini dioptimasi hingga hanya memiliki 2 trayek. Sumur ini berjenis vertikal
dengan fluida produki minyak. Berikut ini adalah ringkasan mengenai sumur XX3.
60
Tabel 3.6 Ringkasan litologi sumur XX3
Diameter Pore Fracture
Kedalaman
Lubang Formasi Litologi Pressure Gradient
(m)
(in) (psi/ft) (psi/ft)
Batu
lempung,
12.25 100 batupasir 0.42 0.606
Palembang
serta lapisan
Equi.
batubara.
Air
dominan
Bekanat
batu lanau
8.5 650 0.3 0.65
dan serpih,
batupasir
1934. Dikarenakan sudah beroperasi sejak zaman colonial, tekanan formasi sudah
menurun cukup jauh. Bahkan, dari data sumur offset, tekanan formasi sudah
dibawah tekanan gradien air. Akibat dari hal tersebut, dikhawatirkan terjadinya loss
circulation dan differential pipe sticking pada saat pengeboran. Berikut data tekanan
formasi dan tekanan rekah dari beberapa kedalaman. Untuk data lebih lengkap
61
Tabel 3.8 Tekanan Formasi pada Struktur M
True Vertical Depth Pore Presure Equivalent Mud Weight
m ft psi SG ppg
5.6 18.4 0 0 0
218 715.2 300 0.968 8.06
328 1076.1 300 0.643 5.36
413 1355.0 400 0.681 5.67
Gambar 3.3 Tekanan Formasi dan Gradien Rekah Formasi pada Struktur M
62
Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa tekanan formasi di struktur
kedalaman 328 m, gradien tekanan formasi berada dikisaran 0.643 psi/ft. Gradien
Sedangkan, gradient rekah formasi, berada dikisaran SG 1.4 - 1.5 dari permukaan
Berdasarkan profil sumur XX1 dan XX2 yang telah dijelaskan sebelumnya,
kedua sumur memiliki 3 buah trayek. Dari data tekanan yang telah dijelaskan di
dikeluarkan.
Secara teori, sumur ini (XX3) dapat dipasang hanya dengan satu trayek.
tersebut adalah adanya zona air tawar, sehingga diperlukan conductor casing untuk
melindungi zona air tawar tersebut. Pertimbangan lain adalah perbedaan pore
Sumur XX1 dan XX2 adalah sumur vertical dengan tiga trayek. Trayek
pertama adalah lubang berukuran 17.5” dan dipasang casing berukuran 13 3/8”.
Trayek kedua adalah lubang berukuran 12.25” dan dipasang casing berukuran 9
63
5/8”. Dan trayek terakhir adalah lubang berukuran 8.5” dan dipasang casing
berukuran 7”.
Pada sumur XX3, dikarenakan produksi yang dikeluarkan sumur XX3 tidak
besar (rata-rata 80 bbl/hari), maka tubing produksi yang dibutuhkan juga tidak besar.
Pada penentuan hole geometry terbaru ini, konfigurasi sumur yang digunakan hanya
2 trayek, yaitu trayek 12.25” dengan casing 9 5/8” dan trayek 8.5” dengan casing
7”.
Berdasarkan penentuan casing setting depth dan hole geometry diatas, maka
penentuan jenis casing yang akan digunakan akan dijelaskan dibawah ini
Casing yang akan dipasang pada sumur adalah berukuran 9 5/8 in. sehingga
Berdasarkan drilling program yang diberikan, berikut ini adalah berat jenis
64
Collapse Load
tekanan formasi dan pada saat penyemenan. Kedalaman trayek pertama hanya
hingga kedalaman 328.1 ft. Tekanan formasi diasumsikan dengan berat lumpur
∆𝑝0 = 𝑝1 − 𝑝0 = 0 − 0 = 0 psi
∆𝑝328.1 = 0 − 0.052(8.7)(328.1) = 0 − 148.43 = −148.43 𝑝𝑠𝑖
Karena akan menggunakan penyemenan dengan metode poor boy, maka
diasumsikan 1.9 SG semen di luar dan 1.04 SG lumpur di dalam drill pipe.
∆𝑝0 = 𝑝1 − 𝑝0 = 0 − 0 = 0
Tekanan (psi)
0 20 40 60 80 100 120 140 160
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
65
Burst Load
tekanan yang dapat diterima diverter (dalam hal ini 500 psi). Sehingga tekanan
terkuat yang mungkin saja dapat terjadi sama kuatnya dengan tekanan rekah pada
casing shoe.
perlu diantisipasi akan terjadinya kick. Pertama, tentukan jika gas dari formasi pada
kedalaman 2321 ft akan merekahkan formasi pada casing shoe. Jika tidak, perlu
maksimum pada kedalaman 2321 ft adalah 1.16 SG ekivalen, dan tekanan rekah
tekanan diferensial tersebut. Dalam kasus terburuk, fluida tersebut adalah air tawar.
16(328.1 − 2321.5)
𝑝328.1 = 1166.5 𝑒𝑥𝑝 [ ] ≈ 1125 𝑝𝑠𝑖
85 + 112
1545 + (460 + 2 )
66
Tekanan gas pada casing shoe melebihi tekanan rekah dengan perbedaan margin
yang cukup besar, sehingga formasi pada casing shoe akan rekah dan diasumsikan
Diketahui tekanan gas adalah 200 psi pada 328.1 ft, tekanan gas pada permukaan
adalah:
16(0 − 328.1)
𝑝0 = 200 𝑒𝑥𝑝 [ ] ≈ 199 𝑝𝑠𝑖
80 + 85
1545 (460 + )
2
Jika didalam annulus terdapat channeling, maka perlu diperhatikan back-up tekanan
diferensial tersebut. Dalam kasus terburuk, fluida tersebut adalah air tawar. Burst
pressure adalah:
Berdasarkan hasil collapse dan burst yang telah dihitung sebelumnya, subtitusikan
hasil tersebut ke dalam design load. Design load yang digunakan penulis adalah
Collapse, 𝑘𝐷 = 1.125
Burst, 𝑘𝐷 = 1.125
Collapse dan burst load terbesar yang diterima oleh conductor casing adalah:
67
Tabel 3.12 Design Load untuk Collapse dan Burst
Kedalaman Tekanan (psi) Design Tekanan (psi)
(ft) Collapse Burst Load Collapse Burst
0 0 199 1.125 0 224
328.1 -148.43 200 1.125 -167 225
Tekanan (psi)
0 50 100 150 200 250
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
Gradien rekah Gas Kick Channeling
Tekanan (psi)
0 50 100 150 200 250
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
Gambar 3.6 Anticipated Pressure Load Trayek 12.25” dengan design factor
68
3.8.1.2 Pemilihan Casing 9-5/8”
Setelah ditentukan burst dan collapse load yang mungkin terjadi, maka
sesuaikan degan spesifikasi casing yang digunakan. Casing yang digunakan pada
Dari tabel tersebut, lalu masukkan harga-harga collapse pressure ke dalam grafik
collapse pressure load, dan harga-harga internal yield ke dalam grafik burst
pressure load.
Tekanan (psi)
0 500 1000 1500 2000 2500
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
Design Load K-55, 36# H-40, 36# H-40, 32.3
69
Dari gambar 3.7, dapat dilihat bahwa casing H-40 dengan pounder 32.3 lb/ft masih
jauh dari tekanan collapse dengan design load yang sudah diberikan. Casing yang
digunakan di lapangan adalah K-55, 36 lb/ft, BTC yang memiliki collapse 2020 psi
Tekanan (psi)
0 1000 2000 3000 4000
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
Burst Load Design Load K-55, 32.3#
H-40, 36# H-40, 32.3#
Dari gambar 3.8, dapat dilihat bahwa casing H-40 pounder 32.3 lb/ft masih jauh
dari tekanan burst yang sudah diberikan. Casing yang digunakan di lapangan adalah
K-55, 36 lb/ft, BTC yang memiliki collapse 3520 psi masih terlampau over-
specification.
dan pounder 36 lb/ft. Dikarenakan berat jenis fluida di dalam sumur diasumsikan
8.7 ppg, maka buoyancy factor di sumur 0.867. Maka Axial load yang dibebankan
70
Luas dari cross-sectional
𝜋
𝐴0 = ( ) (9.625)2 = 72.76 in2
4
𝜋
𝐴1 = ( ) (8.921)2 = 62.5 in2
4
Berat dari rangkaian
𝑊1 = 36(328.1) = 11811.6 ≈ 11812 lbf
Tekanan pada titik
𝑝0 = 0.052(8.7)(328.1) = 148.43 psi
𝑝1 = 0.052(8.7)(328.1) = 148.43 psi
Hitung true axial load
𝐹1↓ = −𝑝0 𝐴0 + 𝑝1 𝐴1 = 148.43(−72.76 + 62.5) ≈ −1523 lbf
𝐹1↑ = 𝐹1↓ + 𝑊1 = −1523 + 11812 = 10289 lbf
Jika perhitungan menggunakan metode effective axial load, maka axial load
menjadi
𝜌𝑚𝑢𝑑 8.7
𝑘𝑏 = 1 − = 1− = 0.867
𝜌𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙 65.5
𝐹328.1 = 0 lbf
𝐹0 = 0.867(36)(328.1) = 10241 lbf
Gambar 3.9 Ilustrasi Tekanan dan Gaya yang Bekerja pada Casing
71
Tabel 3.15 True Axial Load pada trayek 8.5”
Kedalaman True Axial Design Load
True Axial Load (lbf)
(ft) Load (lbf) kD Overpull
0 36400 1.6 100 klbf 58,240 136,400
2132 0 1.6 100 klbf 0 100,000
Beban (klbf)
0 5 10 15
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
True Axial Load Effective Axial Load
Beban (klbf)
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
72
Dari gambar 3.11, dapat dilihat bahwa beban terberat adalah beban aksial dengan
overpull 100,000 lbf. Beban tersebut masih dibawah batas joint strength dari casing
H-40, 32.3 lb/ft, sehingga casing tersebut masih masuk dalam kriteria. Casing yang
digunakan di lapangan adalah K-55, 36 lb/ft, BTC dengan joint strength 755,000
casing yang dipengaruhi oleh tension pada kedalaman 328.1 ft untuk casing grade
H-40 pounder 32 lb/ft, dan K-55 pounder 36 lb/ft ukuran OD 9.625” adalah:
Tekanan (psi)
0 500 1000 1500 2000 2500
0
50
100
Kedalaman (ft)
150
200
250
300
350
73
Karena margin masih diatas 1.00, maka casing dianggap layak untuk
digunakan. Casing yang digunakan pada sumur adalah K-55, 36 ppf, BTC, R-3
dengan joint strength mencapai 755 klbf. Sehingga casing yang digunakan termasuk
over-specification dan dapat diganti dengan grade casing yang lebih rendah, seperti
dipasang casing 7”. Production casing berfungsi sebagai pelindung dari tubing dan
ada pengeboran yang dilakukan setelah production casing. Akan tetapi, terdapat
Ukuran = 7 in.
Kedalaman = 2132.5 ft
Tekanan formasi pada shoe = 400 psi ≈ 5.67 ppg EMW pada 2132.5 ft
Berat jenis lumpur = 1.16 SG ≈ 9.7 ppg pada 2132.5 ft
Tekanan rekah pada shoe = 1386.77 psi ≈ 12.50 ppg EMW pada 2132.5 ft
Temperatur = 80℉ di permukaan, 112℉ di shoe
Produksi = minyak
Cementing Data
dengan SG 1.65 dari kedalaman 400 m hingga ke permukaan. Sedangkan Tail slurry
74
Perhitungan Awal
Dengan excess 50% untuk lead dan tail slurry. Dikarenakan semen memiliki
berat jenis yang lebih besar, maka perlu diperhitungkan kolom semen terpanjang
yang dapat terjadi. Maka, kemungkinan panjang yang dapat terjadi adalah
1.5(2132.5) ≈ 3200 ft
Dikarenakan 𝑝𝑐𝑚𝑡 >𝑝𝑓𝑟𝑎𝑐 , maka diperlukan pemompaan semen yang lambat agar
Collapse Load
cementing adalah semen yang digunakan memiliki densitas yang besar sesaat
setelah plug duduk diatas float collar. Float berfungsi sebagai check valve untuk
75
semen yang belum kering tersebut dengan fluida pendorong (displacement fluid)
∆𝑝0 = 𝑝1 − 𝑝0 = 0 − 0 = 0 psi
∆𝑝1313 = (1.07 − 1.65)1313 ≈ −762 psi
∆𝑝2132 = (1.07 − 1.9)820.2 + (−762) ≈ −1443 psi
berjalan dengan baik sehingga tidak diketahui dimana letak kerusakan. Asumsi
terbaik adalah memperkirakan bahwa tekanan hidrostatis yang berada di luar casing
berasal dari tekanan formasi atau tekanan dari lumpur pada saat casing diturunkan.
Pada biasanya adalah tekanan formasi, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya
channeling lumpur yang panjang yang terjebak di dalam bubur semen dan masih
Diasumsikan terjadi severe lost circulation sehingga lubang bor kosong, tidak berisi
fluida pemboran. Perhitungan collapse load untuk severe lost circulation dengan
∆𝑝0 = 𝑝1 − 𝑝0 = 0 − 0 = 0 psi
∆𝑝2132 = 0 − 0.463(2132.5) ≈ −988 psi
76
Tabel 3.17 Anticipated collapse load trayek 8.5”
Tekanan (psi)
Kedalaman (ft)
Cementing Lost circulation
0 0 0
1313 -762 -
2132 -1443 -988
Tekanan (psi)
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
0
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
Cementing Lost circulation
Burst Load
walaupun kecil, float akan tersumbat pada saat semen masih di dalam casing.
77
Asumsikan jika hal tersebut terjadi, Tekanan permukaan akan ditambah sebelum
pompa dihentikan. Rasio antara panjang kolom di luar dan di dalam adalah
2
𝑑𝑏𝑖𝑡 − 𝑑𝑜2 8.52 − 72
𝑘𝑖 = = = 0.574
𝑜 𝑑𝑖2 6.3662
excess pada lead slurry agar semen dipastikan sampai permukaan. Diasumsikan
𝛾𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒𝑟 = 0.546
Lebihan dari semen lead akan mengisi casing dan hal terburuk yang akan terjadi
adalah semen lead berada di dalam casing dan lumpur di luar atau semen tail dan
semen lead berada di dalam casing dan lumpur dan sebagian semen lead di luar.
Dengan semen lead di dalam, lumpur di luar dan pompa bertekanan 1000 Psi, maka
fluida penghantar. Perlu diketahui kedalaman dari lumpur dan semen lead di luar
78
∆𝑝458 = 1000 + (0.823 − 0.502)(458) ≈ 1150 psi
≈ 1127 psi
Saat top wiper plug duduk di float collar, tekanan pompa naik untuk
memastikan plug benar-benar duduk di float collar. Pada kasus ini, tambahan 500
psi digunakan sebagai plug-bump pressure. Pada titik ini, seluruh semen telah
berada di annulus dan casing dipenuhi oleh fluida pendorong (dalam hal ini
hidrostatik annulus.
Spacer, 1.26 SG
Pada shoe, tekanan diferensial adalah tekanan permukaan akhir di permukaan tanpa
79
∆𝑝2321 = ∆𝑝0 + 𝑝𝑑𝑠𝑝𝑙−2132 − 𝑝𝑐𝑚𝑡−2132
= 1045 + 0.502(2132) − [0.715(400)(3.281) + 0.823(250)(3.281)]
≈ 501 psi
Tekanan (psi)
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
0
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
subtitusikan hasil tersebut ke dalam design load. Design load yang digunakan
penulis adalah
Collapse, 𝑘𝐷 = 1.125
80
Burst, 𝑘𝐷 = 1.125
Collapse load dan burst load terbesar yang diterima oleh production casing adalah:
Tekanan (psi)
0 500 1000 1500 2000
0
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
Collapse Load Collapse Load with kD
Burst Load Burst Load with kD
Gambar 3.18 Anticipated Pressure Load Trayek 8.5” dengan design factor
81
3.8.2.4 Pemilihan Awal Surface Casing
Setelah ditentukan burst dan collapse load yang mungkin terjadi, pemilihan
awal casing dimulai. Pada trayek 8.5” ini, casing yang digunakan adalah 7” OD, K-
Dari tabel tersebut, lalu masukkan harga-harga collapse pressure ke dalam grafik
collapse pressure load, dan harga-harga internal yield ke dalam grafik burst
pressure load
Tekanan (psi)
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
0
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
Collapse Load with kD K-55, 20#
K-55, 23# H-40, 17#
H-40, 20#
82
Dari gambar 3.19, dapat terlihat bahwa casing H-40, 17lb/ft memotong garis
collapse load dengan design factor pada kedalaman dikisaran 1930 ft. Hal ini
menunjukkan bahwa casing tidak sanggup menahan tekanan collapse dari sumur
pada kedalaman 1930 ft hingga total depth. Maka dari itu, casing yang digunakan
adalah H-40, 20 lb/ft yang memiliki collapse resistance lebih besar. Casing yang
digunakan di lapangan adalah K-55, 23 lb/ft, BTC yang terlampau jauh dari design
Tekanan (psi)
0 1000 2000 3000 4000 5000
0
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
Dari gambar 3.20, dapat dilihat bahwa casing H-40, 20 lb/ft masih melampaui burst
load pressure dengan design factor, sehingga layak untuk digunakan. Casing yang
digunakan di lapangan adalah K-55, 23 lb/ft, BTC yang terlampau jauh dari design
83
3.8.2.5 Penentuan Axial Load
menggunakan casing H-40, 20 lb/ft dengan OD 7” dan ID 6.456” hingga total depth.
Dikarenakan berat jenis fluida di dalam sumur diasumsikan 9.7 ppg, maka
buoyancy factor di sumur 0.852. Maka Axial load yang dibebankan pada casing
adalah:
𝜋
𝐴0 = ( 4 ) (7)2 ≈ 38.5 in2
𝜋
𝐴1 = ( 4 ) (6.456)2 ≈ 32.7 in2
𝐹2132 = 0 lbf
𝐹0 = 0.852(20)(2132) = 36330 lbf
Tabel 3.22 Axial load pada casing 7”
Kedalaman (ft) True Axial Load (lbf) Effective Axial load (lbf)
0 36400 36330
2132 0 0
84
Dikarenakan beban aksial sesungguhnya adalah true axial load, maka beban aksial
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
True Axial Load Effective Axial load
Design Factor 1.6 Overpull 100 klbf
casing yang dipengaruhi oleh tension pada kedalaman 2132 ft untuk casing grade
85
Karena margin masih diatas 1.00, maka casing dianggap layak untuk
digunakan, casing H-40, 20 lb/ft, STC memiliki tekanan collapse yang paling dekat
dengan collapse load terkombinasi, tetapi masih memiliki margin 0.1. Casing H-40
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
True Axial Load Overpull 100 klbs Design Factor 1.6
H-40, 17# H-40, 20# K-55, 23#
Load (psi)
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
0
500
Kedalaman (ft)
1000
1500
2000
2500
Collapse Load with kD K-55, 20# Corrected
K-55, 23# Corrected H-40, 20# corrected
Gambar 3.23 Beban Terkombinasi pada Casing 7”
86
3.9 Kesimpulan Evaluasi
kesimpulan dari evaluasi hasil optimasi desain casing pada sumur XX3.
discount rate yang digunakan adalah 7.5%, split untuk perusahaan yaitu 67%, split
pemerintah 33%, pajak pemerintah sebesar 40.5%, dan biaya operasi yang
digunakan yaitu 18%, serta escalation rate sebesar 7%. Sehingga cash flow yang
didapatkan dengan harga minyak sebesar $50/bbl dapat dilihat pada tabel 3.21
87
Tabel 3.26 Asumsi Cash Flow XX3
Investasi Price
Gross Operating OC After Cash Taxable Tax Profit Cash
Produksi Escalation After Depresiasi Profit BT
Tahun Tangible Intangible Profit Cost Escalation Earning Income Payment AT Flow
(bbl/thn) Factor Escalation (US$) (US$)
(US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$)
(US$)
-
0 266,000 1,638,000
1,904,000
1 29,200 1.0000 50 1,460,000 438,000 438,000 1,022,000 47,454.55 974,545 652,945 264,443 388,503 435,957
2 32,850 1.0500 53 1,724,625 517,388 543,257 1,181,368 42,709.09 1,138,659 762,902 308,975 453,926 496,636
3 36,500 1.1025 55 2,012,063 603,619 665,490 1,346,573 37,963.64 1,308,609 876,768 355,091 521,677 559,641
4 43,800 1.1576 58 2,535,199 760,560 880,443 1,654,756 33,218.18 1,621,538 1,086,430 440,004 646,426 679,644
5 36,500 1.2155 61 2,218,299 665,490 808,907 1,409,392 28,472.73 1,380,919 925,216 374,712 550,503 578,976
6 29,200 1.2763 64 1,863,371 559,011 713,456 1,149,915 23,727.27 1,126,188 754,546 305,591 448,955 472,682
7 29,200 1.3401 67 1,956,540 586,962 786,585 1,169,955 18,981.82 1,150,973 771,152 312,316 458,835 477,817
8 21,900 1.4071 70 1,540,775 462,232 650,408 890,367 14,236.36 876,131 587,008 237,738 349,270 363,506
9 18,250 1.4775 74 1,348,178 404,453 597,562 750,616 9,490.91 741,125 496,554 201,104 295,450 304,940
10 10,950 1.5513 78 849,352 254,806 395,287 454,065 4,745.45 449,320 301,044 121,923 179,121 183,867
Total 2,649,666
88
3.11 Evaluasi Parameter Keekonomian Sumur XX3
3.11.1 Net Present Value dengan Discount Rate 7.5%
7.5%, dapat dilihat pada tabel 3.22. Besarnya Net Present Value sebesar
pemboran sumur XX3 dianggap layak untuk dilakukan pemboran karena bersifat
ekonomis
pemboran sumur XX3 layak untuk dilakukan karena nilai ROR tersebut lebih besar
dari discount rate yang digunakan, yaitu 7.5%. Perhitungan ROR dapat dilihat pada
tabel 3.23
89
3.11.3 Pay Out Time (POT)
Nilai POT berdasarkan persamaan (2.18) adalah 4.21. Berdasarkan hasil ini,
proyek akan mendapatkan keuntungan pada tahun kelima. Usulan sumur pemboran
dianggap layak karena waktu pengembalian modal lebih cepat daripada umur
proyek. Perhitungan cumulative discounted cash flow dapat dilihat pada tabel 3.24
90
3.11.4 Profit to Investment Ratio (PIR)
Pada penelitian ini nilai PIR adalah 1.39. Berdasarkan hasil ini, proyek
91
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimmpulan dari evaaluasi yang dilakukan penulis pada
bab sebelumnya:
1. Trayek pertama sumur XX3 berdiameter 12.25 inci. Casing yang digunakan
di lapangan adalah 9-5/8” OD, 8.921” ID, K-55, 36 ppf, BTC. Casing ini
2. Trayek kedua sumur XX3 berdiameter 8.5 inci. Casing yang digunakan
pada sumur adalah 7” OD, 6.366” ID, K-55, 23 ppf, BTC. Casing ini
4. NPV proyek adalah US$1,340,362, ROR proyek 22.5%, POT proyek 4.21
tahun, dan PIR adalah 1.39. Dari hasil ini, disimpulkan bahwa proyek
4.2 Saran
1. Disarankan untuk mengambil data formasi dan data tekanan paling baru
selengkap mungkin.
92
3. Disarankan untuk menyediakan casing dengan grade rendah (seperti H-40)
93
DAFTAR PUSTAKA
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 2. Well profile sumur XX3
96