COM
Bottom hole assembly (BHA) adalah serangkaian
kombinasi peralatan bawah permukaan yang dipasang
pada rangkaian drill string sehingga diperoleh suatu
performansi yang baik dalam membentuk kemiringan atau
arah dari lintasan lubang bor.
SUDIHARTO 2 WW W.INDOCITA.COM
Prinsip ini berhubungan erat dengan pengaturan jarak
dari titik tangensial (titik sentuh peralatan dengan
dinding sumur yang terdekat dengan bit) terhadap bit.
Pengaturan itu dilakukan dengan menempatkan stabilizer
pada jarak tertentu dari bit.
SUDIHARTO 3 WW W.INDOCITA.COM
Prinsip fulcrum menunjukkan penempatan stabilizer
dekat bit akan memperkecil jarak titik tangential dari
bit. Ketika ada pembebanan, stabilizer akan menjadi
titik tumpu peralatan dan memberikan efek
menggeser pada arah bit sehingga memperbesar
sudut kemiringan, seperti terlihat pada gambar di
bawah. Pengaturan jarak penempatan dan ukuran
stabilizer dapat dilakukan untuk mengatur laju
pertambahan sudut disamping pembebanan pada bit.
SUDIHARTO 4 WW W.INDOCITA.COM
Gambar A Prinsip Fulcrum
SUDIHARTO 5 WW W.INDOCITA.COM
Sebaliknya prinsip pendulum memperlihatkan bila jarak
titik tangential diperbesar dengan menempatkan stabilizer
lebih jauh dari bit, maka gaya gravitasi cenderung menarik
bit ke arah sumbu vertikal lubang.
SUDIHARTO 6 WW W.INDOCITA.COM
Gambar B Prinsip Pendulum
SUDIHARTO 7 WW W.INDOCITA.COM
Prinsip stabilisasi digunakan untuk mempertahankan
sudut kemiringan lubang bor yang telah dicapai.
Hal ini dapat dicapai dengan pola susunan BHA yang
kekar untuk mengimbangi pembebanan dan titik
tangential, perhatikan gambar 13.
SUDIHARTO 8 WW W.INDOCITA.COM
Gambar C Prinsip Stabilisasi
SUDIHARTO 9 WW W.INDOCITA.COM
SPESIFIKASI ALAT BHA
SUDIHARTO 10 WW W.INDOCITA.COM
Susunan BHA yang ternyata berhasil baik pada sumur tertentu
belum tentu dapat digunakan di sumur yang lain, hal ini disebabkan
formasi yang ditembus belum tentu sama. Diperlukan pengalaman
dalam operasi pemboran berarah, disinilah letak seni dalam
pengeboran.
SUDIHARTO 11 WW W.INDOCITA.COM
VERTICAL HOLE ASSEMBLY
Susunan rangkaian ini umumnya digunakan untuk membor tegak lurus dari
permukaan sebelum titik belok/KOP (Kick Of Point) atau bagian setelah Drop
Off Section. Susunan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
A. WOB rendah
B. RPM tinggi
C. Output pompa diatur sehingga sirkulasi lumpur cepat
SUDIHARTO 12 WW W.INDOCITA.COM
BUILD UP ASSEMBLY
Pada rangkaian ini reamer harus selalu ditempatkan di dekat bit. Adanya
beban pada bit menyebabkan bagian drill collar di atas reamer membelok
dengan kemiringan tertentu. Rate build up ini sangat tergantung pada WOB.
Posisi reamer dan ukuran drill collar dapat dilihat di bawah ini :
1. WOB tinggi
2. Ukuran monel drill collar kecil
3. RPM dan rate pemompaan kecil apabila formasi lunak
SUDIHARTO 13 WW W.INDOCITA.COM
Untuk perubahan sudut build up yang kecil dianjurkan :
1. WOB kecil
2. Ukuran Monel drill collar besar
3. Tempatkan stabilizer pada puncak monel drill collar
4. Tambah jarak bit dengan reamer
5. Tambah RPM dan rate pemompaan pada formasi lunak
SUDIHARTO 14 WW W.INDOCITA.COM
DOP OFF ASSEMBLY
1. WOB kecil
2. RPM dan rate pemompaan besar pada formasi lunak
3. Ukuran monel besar
4. Ukuran drill collar kecil di atas reamer
SUDIHARTO 15 WW W.INDOCITA.COM
Untuk perubahan sudut drop off yang kecil dianjurkan :
1. WOB besar
2. RPM dan rate pemompaan kecil pada formasi lunak
3. Gunakan monel drill collar yang besar
4. Kurangi jarak bit reamer
SUDIHARTO 16 WW W.INDOCITA.COM
TANGENT ASSEMBLY
Pada kasus ini sangat sukar menentukan tangent assembly yang dapat
sekaligus mengatur atau mempertahankan kemiringan dan arah lubang
bor. Umumnya persoalan terbesar adalah di dalam mengontrol sudut arah,
sedangkan mengontrol sudut kemiringan lebih mudah. WOB dan RPM
diubah untuk dapat mempertahankan sudut arah, akan tetapi effek lain
akan mengubah sudut kemiringan dan sebagainya, termasuk faktor
formasi.
Karena tangent assembly digunakan agar sudut arah dan kemiringan selalu
tetap, maka rangkaiannya harus sekaku mungkin. Sangat sulit menemukan
tangent assembly yang ideal atau kombinasi yang tepat. Pada beberapa
kasus, hasil akan baik jika ditempatkan beberapa stabilizer.
SUDIHARTO 17 WW W.INDOCITA.COM
Beberapa susunan yang memberikan hasil yang baik :
SUDIHARTO 18 WW W.INDOCITA.COM
PERALATAN BHA
Downhole Drilling Motor (DHDM)
SUDIHARTO 19 WW W.INDOCITA.COM
Turbine motor, terdiri dari rangkaian sudu-sudu yang
dipasang 45 -50 derajat dari arah rotasi. Sudu-sudu
tersebut menghasilkan gaya centrifugal hasil dari energi
mekanik fluida. Karena diameter turbin cukup kecil, motor
harus berputar dengan kecepatan tinggi, se-hingga motor
ini cocok untuk digabung dengan PDC atau diamond bit.
SUDIHARTO 20 WW W.INDOCITA.COM
Positive Displacement Motor
SUDIHARTO 21 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 22 Peralatan BHA WW W.INDOCITA.COM
Steerable System
Steerable system adalah sistem pemboran yang dapat
dikontrol arah pemborannya secara langsung ketika
melakukan pemboran. Sistem ini meliputi bit, bent-housing,
DHM, MWD dan stabilizer yang sudah merupakan kombinasi
BHA.
a. Sliding mode
b. Rotary mode
SUDIHARTO 23 WW W.INDOCITA.COM
A. Sliding mode
B. Rotary mode
Rotary mode adalah mengebor dengan
menggunakan DHDM dan rotary table, untuk
menggerakkan bit. Cara ini dilakukan jika
akan membor lubang dengan arah tidak
berubah
SUDIHARTO 24 WW W.INDOCITA.COM
Steerable Sistem
SUDIHARTO 25 WW W.INDOCITA.COM
Drill Collar
SUDIHARTO 26 WW W.INDOCITA.COM
Pemilihan Konfigurasi Pembentukan
Build Up Rate (BUR)
SUDIHARTO 27 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 28 WW W.INDOCITA.COM
B' = Sudut equivalen untuk single bent-sub (derajat)
B1 = Sudut stabilizer 1 (derajat)
B2 = Sudut stabilizer 2 (derajat)
S1 = Jarak terkecil stabilizer 1 dengan lubang bor (in)
S2 = Jarak terkecil stabilizer 2 dengan lubang bor (in)
SUDIHARTO 29 WW W.INDOCITA.COM
GEOMETRI MOTOR TIPE 1
SUDIHARTO 30 WW W.INDOCITA.COM
Gambar F Geometri Motor Tipe I
SUDIHARTO 31 WW W.INDOCITA.COM
Contoh 5:
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang
dipergunakan selama pemboran mempunyai sudut 1 1/2 °.
Clearance antara lubang dan stabilizer, S1 = 1/8" dengan jarak
5' dari bit dan S2 =1/8" dengan jarak 15' dari bit. Tentukan
build up rate yang terbentuk ?
SUDIHARTO 32 WW W.INDOCITA.COM
GEOMETRI MOTOR TIPE 2
SUDIHARTO 33 WW W.INDOCITA.COM
Gambar G Geometri Motor Tipe 2
SUDIHARTO 34 WW W.INDOCITA.COM
Contoh 6:
SUDIHARTO 35 WW W.INDOCITA.COM
GEOMETRI MOTOR TIPE 3
SUDIHARTO 36 WW W.INDOCITA.COM
Gambar H Geometri Motor Tipe 3
SUDIHARTO 37 WW W.INDOCITA.COM
Contoh 7:
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing
yang dipergunakan selama pemboran mempunyai
sudut 2 1/2 ° dengan jarak bent 12' dari bit,
sedangkan bent-sub mempunyai besar sudut 3 1/2 °
dengan jarak 28' dari bit. Clearance antara lubang
dan stabilizer, S1 = 1/8" dengan jarak 5' dari bit dan
S2 =1/8" dengan jarak 36' dari bit. Tentukan build up
rate yang terbentuk ?
SUDIHARTO 38 WW W.INDOCITA.COM
GEOMETRI MOTOR TIPE 4
SUDIHARTO 39 WW W.INDOCITA.COM
Gambar I Geometri Motor Tipe 4
SUDIHARTO 40 WW W.INDOCITA.COM
Contoh 8 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", tilted drive
bushing 2 1/2 ° dengan jarak 5' dari bit, bent-housing
yang dipergunakan selama pemboran mem-punyai
sudut 3 1/2 ° dengan jarak bent 18' dari bit, sedangkan
bent-sub mempunyai besar sudut 3 ° dengan jarak 33'
dari bit. Clearance antara lubang dan stabilizer, S1 =
1/8" dengan jarak 1T dari bit dan S2 =1/8" dengan
jarak 43' dari bit. Tentukan build up rate yang
terbentuk ?
SUDIHARTO 41 WW W.INDOCITA.COM
KONFIGURASI BHA
SUDIHARTO 42 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 43 WW W.INDOCITA.COM
UKURAN PISTON
SUDIHARTO 44 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 45 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 46 WW W.INDOCITA.COM
CONTOH KONFIGURASI BHA
SUDIHARTO 47 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 48 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 49 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 50 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 51 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 52 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 53 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 54 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 55 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 56 WW W.INDOCITA.COM
SUDIHARTO 57 WW W.INDOCITA.COM
Contoh BHA Design
SUDIHARTO 58 WW W.INDOCITA.COM
ANGLE BUILDING 6-1/2"
• Component OD (inch) Length (feet)
• PDC Bit 6-1/2 0.80
• Steerable PDM 4-3/4 18.88
• Non-Magnetic Stab 6 5.25
• MWDMonel 4-3/431.11
• MWDPulser Sub 5 3.35
• Float Sub 5-3/8 1.35
• Flex. Non-Mag Collar 4-3/4 62.21
• Nipple Sub 5-1/4 1.78
• Heavy Weight DC 3-1/2 1748.51
• Drill Collar 4-3/4 448.21
• Heavy Weight DC 3-1/2 1265.32
• Drill Pipe 3-1/2 ke permukaan
SUDIHARTO 59 WW W.INDOCITA.COM
SHORT DIRECTIONAL 6-1/2"
• Component OD (inch) Length (feet)
• Bit 6-1/2 0.60
• Directional RDM 4-3/4 10.37
• 1-1/2 Degree Bent Sub 4-3/4 1.34
• MWDMonel4-3/431.11
• MWDPulserSub53.35
• Float Sub 5-3/8 1.35
• Flex. Non-Mag.Collars 4-3/4 62.21
• Nipple Sub 5-1/4 1.78
• Heavy-Weight DC 3-1/2 1748.51
• Drill collars 4-3/4 448.21
• Heavy-Weight DC 3-1/2 1265.32
• Drill pipe 3-1/2 ke permukaan
SUDIHARTO 60 WW W.INDOCITA.COM
LATERAL REACH 6-1/2"
• Component OD inch Length (feet)
• PDC Bit 6-1/2 0.80
• Steerable RDM 4-3/4 18.90
• Pony Collar 4-3/4 6.79
• Integral Blade Stabilizer 6-3/8 2.92
• MWDMonel 4-3/4 31.11
• MWD Pulser Sub 5 3.35 -
• Float Sub 5-3/8 1.35
• Flex. Non-Mag. Collars 4-3/4 62.21
• Nipple Sub 5-1/4 1.78
• Heavy-Weight DC3-1/2 2923.10
• Drill Collars 4-3/4 448.21
• Heavy-weight DC 3-1/290.73
• Drill Pipe 3-1/2 ke permukaan
SUDIHARTO 61 WW W.INDOCITA.COM
The End
SUDIHARTO 62 WW W.INDOCITA.COM