Anda di halaman 1dari 11

TANDA TERJADI KICK

SRI HARYONO, ST., M.Eng.


UP’45 YK
20 NOV 2019
Tanda-tanda Terjadinya Well-kick
• Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa well-kick adalah peristiwa
masuknya fluida formasi kedalam sumur pemboran yang disebabkan
karena tekanan hidrostatik lumpur pemboran tidak bisa menanggulangi
lagi tekanan cairan formasi.

• Oleh karena itu, perlu diketahui tanda-tanda yang menunjukkan adanya


well-kick sehingga bisa dilakukan penanggulangan sedini mungkin.

• Tanda-tanda terjadi well-kick dalam operasi pemboran bisa diketahui dari


beberapa parameter yang satu sama lain saling mendukung, antara lain :
• Laju Penembusan Tiba-Tiba Naik.
• Dengan mengecilnya tekanan diferensial di dasar sumur (DP = Plumpur -
Pformasi, lihat Gambar 5.9) maka laju penembusan akan relatif semakin
besar (lihat Gambar 5.10) karena tekanan formasi akan membantu proses
pemecahan batuan dan tekanan lumpur sebaliknya.
Gambar 5.10. Laju Penembusan Vs Tekanan Differensial 5)

Gambar Tekanan Diferensial


Gambar Laju Penembusan Vs Tekanan Differensial
.
2. Volume Lumpur Di Tangki Lumpur Naik
• Fluida formasi yang masuk ke dalam sumur akan
terangkat kepermukaan dan bercampur dengan lumpur
sehingga akan menambah jumlah total volume lumpur
yang terukur pada tangki lumpur.
3. Di Flow-line, Laju Alir dan Temperatur Naik serta Berat
Jenis Lumpur Turun.Pada saat laju alir dari pompa
konstan dan fluida formasi masuk kedalam sumur maka
akan menambah volume pada anulus sedangkan luasnya
sendiri tetap. Akibatnya, laju alir di anulus begitu pula
yang di flow- line relatif lebih cepat dari laju alir kalau
tidak ada cairan formasi yang masuk kedalam sumur.
Ketika pemboran akan memasuki daerah abnormal,
gradien temperatur ditunjukkan pada Gambar dibawah.

Gambar Kedalaman Vs Temperatur


.
• Begitu pula berat jenis lumpur yang terukur di flow-line akan relatif
lebih kecil. Pada saat akan masuk daerah abnormal, biasanya pahat
menembus dulu daerah shale yang banyak mengandung
gelembung-gelembung gas. Apabila gas bercampur dengan lumpur
pemboran, maka akan menurunkan berat jenis lumpur. Penurunan
berat jenis ini dapat pula dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
• m
• mc    1

• dimana :
• ρmc = Berat jenis lumpur setelah tercampur gas.
• α = Perbandingan antara volume lumpur dan gas di permukaan.
• Tekanan Pompa untuk Sirkulasi Turun dengan Kecepatan Pompa Naik
• Pada saat lumpur di anulus tercampur fluida formasi yang menyebabkan turunnya berat jenis
lumpur di anulus, maka kesetimbangan antara tekanan hidrostatik dalam pipa dengan tekanan
hidrostatik annulus terganggu dimana tekanan hidrostatis di annulus lebih kecil daripada tekanan
hidrostatis dalam pipa bor. Hal ini menyebabkan tekanan hidrostatis lumpur dalam pipa bor seolah-
olah ikut membantu mendorong lumpur di annulus sehingga tekanan pompa yang diperlukan
relatif turun dan lumpur di dalam pipa relatif lebih cepat dari kondisi sebelumnya.

• 5. Berat Pahat Bor Turun Dan Putaran Naik
• Ketika pahat bor menembus formasi relatif lebih cepat karena tekanan differensial yang turun,
maka berat pahat bor (Weight on bit) relatif cepat untuk mengecil. Selain itu, putaran pun akan
relatif lebih cepat karena laju penembusan yang naik tersebut.

• 6. Hadirnya Gelembung-gelembung Gas Pada Lumpur
• Proses kejadian ini terjadi pada saat akan memasuki daerah abnormal dimana sebelumnya pahat
bor menembus lapisan shale yang banyak mengandung gelembung-gelembung gas pada pori-pori
yang impermeabel.

.
7. Berat Jenis Shale relatif Turun Pada kondisi normal, berat
jenis shale akan semakin meningkat jika kedalaman
semakin bertambah karena semakin terkompaksi. Tetapi
ketika akan memasuki daerah abnormal, pahat bor
memasuki daerah shale impermeabel dan berporositas
tinggi yang terisi gelembung-gelembung gas sehingga berat
jenis relatif turun dari sebelumnya, seperti terlihat pada
Gambar dibawah.

Gambar Kedalaman Vs Berat Jenis Shale



.
8. d-Eksponen relatif turun Metoda d-Eksponen ini adalah salah satu cara untuk melihat kondisi pemboran walaupun
besarnya putaran, laju penembusan dan berat pahat bor berubah-ubah besarnya selama operasi pemboran
berlangsung.
• Dari prinsip ini diharapkan dapat dihitung sebuah parameter penunjuk adanya suatu perubahan jenis formasi. Prinsip
dasar dalam metode ini adalah :

•  W 2
R  a N 
 dpa 
• dikembangkan menjadi persamaan d-Eksponent Sbb:


 R 
log  
 60 N 
d
 12 w 
• dimana : log  6 


R
N
= laju penembusan (feet/hour)
= putaran (RPM)
10 dpa 
• W = berat pahat bor (lbs)
• dpa = diameter pahat (in)

• Karena pada saat pemboran berlangsung berat jenis lumpur berubah, apalagi ketika masuk daerah abnormal, maka harga ”d” harus dikoreksi terhadap
perubahan berat jenis lumpur sebagai berikut :

 
d cs  d  mn 
  ma 
• dimana :
• dcs = d-Eksponent yang sudah dikoreksi
• mn = berat jenis lumpur normal (ppg)
• ma = berat jenis lumpur nyata (ppg)

• Lihat Gambar ini

Gambar Kedalaman Vs "dcs


Pompa dihentikan (round-trip), maka tanda-tandanya adalah
sebagai berikut :
• Aliran tetap ada walaupun pompa dihentikan
• Setelah pompa berhenti tetap terlihat ada aliran di lubang bor. Ini
menunjukkan adanya aliran fluida formasi yang masuk kedalam sumur
karena pada kondisi normal hal ini tidak boleh terjadi
• Volume lumpur di tangki lumpur bertambah
• Kondisi dan karakteristiknya sama seperti pada tanda selama pemboran
berlangsung. Umumnya terlihat setelah penyambungan selesai dan dimulai
lagi pemboran.
• Tekanan pompa untuk sirkulasi makin turun dengan bertambahnya pipa
• Tekanan pompa untuk sirkulasi turun karena kolom lumpur di annulus yang
telah tercampur kick lebih ringan dari pada kolom lumpur yang ada di dalam
pipa bor. Semakin bertambah pipa yang disambung, tekanan pompa untuk
sirkulasi semakin turun.
• Berat jenis lumpur di flow-line turun
• Kondisinya sama persis seperti ketika berlangsung pemboran.

• Dari tanda-tanda yang telah diketahui di atas, yang satu sama lain saling
mendukung, maka dapat disimpulkan terjadi kick.
Contoh Soal Casing Setting Depth Selection

Pelajarilah Tabel Berikut ini :


Fracture
Depth ROP WOB Densitas
(ft) (ft/hr) (1000 lbs) . RPM
(ppg)
Gradien
(ppg)
5000 110.1 25 120 9 13
6000 93.2 25 120 9 13.5
6500 90.9 30 100 9 13.8
7000 84.0 30 90 9 14.5
7200 73.3 30 90 9 14.8
7400 40.7 20 110 9 14.9
7600 48.0 20 120 9 15.3
7800 50.6 20 130 9 15.6
8000 54.2 19 150 10.3 15.7
8200 55.8 18 140 10.7 15.9
8400 57.9 20 140 11.3 16.4
8600 65.4 20 120 11.9 16.5
9000 57.1 21 120 12.8 16.7
9500 48.0 21 100 14 16.9
10000 24.8 20 100 12 16.5
10500 27.1 22 100 10.2 16
11000 17.3 22 100 10 15.7
Tugas
• Buat grafik
• 1. ROP Vs Depth
• 2. Dexp Vs Depth
• 3. Depth Vs Tekanan formasi
• 4. Depth Vs Tekanan hydrostatis
• 3. Depth Vs Fracture Pressure
• 4. Depth Vs Mw.
• 4.Tentukan setting Casing shoe

Anda mungkin juga menyukai