Anda di halaman 1dari 112

TUGAS AKHIR (607408A)

DESAIN TANGKI EXTERNAL FLOATING ROOF PENYIMPANAN


CONDENSATE BERDASARKAN API 650 DAN DIVERIFIKASI
DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

KEVIN SATRIA NUGRAHA


0715040043

DOSEN PEMBIMBING :
MUHAMAD ARI, ST., MT.
MOCHAMMAD KARIM AL AMIN, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGELASAN


JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

1
TUGAS AKHIR (607408A)

DESAIN TANGKI EXTERNAL FLOATING ROOF


PENYIMPANAN CONDENSATE BERDASARKAN API 650 DAN
DIVERIFIKASI DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

KEVIN SATRIA NUGRAHA


0715040043

DOSEN PEMBIMBING:
MUHAMAD ARI, ST., MT.
MOCHAMMAD KARIM AL AMIN, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGELASAN


JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

i
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, ridho, dan hidayah-Nya yang tiada henti sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Desain Tangki External Floating
Roof Penyimpanan Condensate Berdasarkan Api 650 Dan Diverifikasi
Dengan Metode Elemen Hingga” ini dengan baik dan lancar. Tugas Akhir ini
merupakan salah satu syarat kelulusan dalam pendidikan Diploma 4 (D4) pada
Program Studi Teknik Pengelasan, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan Tugas Akhir ini
diantaranya kepada:
1. Papa dan Mama yang telah memberikan dukungan yang sangat luar
biasa dalam menyelasaikan pendidikan saya hingga selesai.
2. Bapak Ir. Eko Julianto M.Sc., FRINA., selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ruddianto, S.T., M.T., MRINA selaku Ketua Program Jurusan
Teknik Bangunan Kapal.
4. Bapak Muhamad Ari, S.T., M.T., selaku Koordinator Program Studi
Teknik Pengelasan sekaligus Dosen Pembimbing 1 yang telah sabar
membantu, membimbing, dan mengarahkan selama pengerjaan Tugas
Akhir ini.
5. Bapak Mukhlis, S.T., M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir.
6. Bapak Mochammad Karim Al Amin, S.S.T., M.T., selaku Dosen
Pembimbing 2 yang telah sabar membantu, membimbing, dan
mengarahkan selama pengerjaan Tugas Akhir ini.
7. Bapak Endrik, selaku Engineer PT TPPI Tuban yang telah membantu
dan membimbing pengerjaan Tugas Akhir ini.
8. Rekan-rekan saya TL 8-B, yang telah sabar dan menerima saya apa
adanya.
9. Rekan-rekan saya keluarga teknik pengelasan angkatan 2015 yang
selalu mensupport saya.

vii
10. Amanda Putri Sikumbang yang telah memberi semangat dan motivasi.
11. Kontrakan taubat Bumi marina emas blok E 108 yang selalu memberi
saya support yang luar biasa.
14. Seluruh pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan Tugas Akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga
buku Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat serta dapat digunakan sebagai
salah satu referensi untuk pengembangan Tugas Akhir selanjutnya di
kemudian hari dan dapat menjadi nilai tambah khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi pembaca.

Surabaya, 23 Juli 2019


Penulis

viii
DESAIN TANGKI EXTERNAL FLOATING ROOF PENYIMPANAN
CONDENSATE BERDASARKAN API 650 DAN DIVERIFIKASI
DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
Kevin Satria Nugraha

ABSTRAK

PT. TPPI adalah perusahaan refinery yang mengolah kondensat sebagai bahan
baku menjadi bahan jadi seperti BBM, gas, dan produk aromatik seperti benzene,
paraxylene. Rencana jangka panjang PT. TPPI yaitu menambah 3 berth baru,
yaitu berth 2, berth 6 dan berth 7. Dimana, statistik rencana PT. TPPI jangka
panjang yaitu dari tahun 2018 – 2037 mengalami kenaikan permintaan bahan baku
kondensat, dari 2.857.719,20 MT/tahun ke 6.839.218,90 MT/tahun. Maka
dibutuhkannya sebuah desain tangki baru untuk menunjang penambahan kapasitas
penyimpanan kondensat. Tangki timbun yang ada pada PT. TPPI memiliki jenis
external floating roof. Tangki timbun memiliki diameter 65,5 m yang akan di
redesign menjadi tangki berdiameter 80 m. Tahap desain dilakukan dengan
perhitungan manual desain ketebalan shell, annular bottom, roof, wind girder,
dengan menggunakan metode variable design point untuk perhitungan shellnya.
Setelah dilakukan perhitungan manual, maka dilakukan penginputan variabel
kedalam software AMETANK 7.7 untuk tahap pendesainan dan drawing tangki.
Hasil desain akan diverifikasi dengan menggunakan software Ansys, untuk
mengetahui tegangan maksimum yang terjadi pada shell, roof, dan bottom. Dari
hasil desain kontruksi external floating roof tank yang mengacu standart API 650
Twelft Edition didapatkan tebal plat shell minimum yang digunakan 10 mm. Untuk
bottom plate ditemukan tebal 8 mm. Dari hasil simulasi tegangan maksimum pada
shell, shell to bottom, dan roof berturut-turut didapatkan nilai 1,937 MPa, 7,122
MPa, 0,216 MPa. Semua tegangan masih di bawah tegangan allowable material.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kontruksi tangki masih aman.

Kata kunci : External floating roof tank, wind load, hydrostatic pressure,
allowable stress, Finite element methode

ix
x
EXTERNAL FLOATING ROOF TANK DESIGN CONDENSATE
STORAGE BASED ON API 650 AND VERIFIED WITH FINITE
ELEMENT METHODS
Kevin Satria Nugraha

ABSTRACT

PT. TPPI is a refinery company that converts condensate as raw material into
finished materials such as fuel, gas, and aromatic products such as benzene,
paraxylene. Long-term plan of PT. TPPI is adding 3 new berths, namely 2nd berth,
6th berth and 7th. Where, The long-term TPPI, from 2018 - 2037, experienced an
increase in demand for condensate raw materials, from 2.857.719,20 MT / year to
6.839.218,90 MT / year. So a new tank design is needed to support the addition of
condensate capacity. The storage tank at PT. TPPI has an external floating roof type.
The storage tank has a diameter of 65,5 m which will be redesigned to be a 80 m
diameter tank.The design phase is carried out by manually calculating the design of
the thickness of the shell, annular bottom, roof, wind girder, using the variable design
point method for the calculation of the shell. After a manual calculation, inputting the
variable into the AMETANK 7.7 software is done for the design and drawing of the
tank. The design results will be verified using Ansys software, to determine the
maximum stress that occurs in the shell, roof, and bottom.From the results of the
external floating roof tank construction design that refers to the API 650 Twelft
Edition standard, the minimum shell plate thickness used is 10 mm. For the bottom
plate found 8 mm thick. From the results of the simulation of the maximum stress on
the shell, shell to bottom, and the roof respectively obtained values of 1,937 MPa,
7,122 MPa, 0.216 MPa. All stresses are still below the allowable material stress. So
it can be concluded that the construction of the tank is still safe.

Keywords : External floating roof tank, wind load, hydrostatic pressure,


allowable stress, finite element method

xi
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

PERNYATAANBEBAS PLAGIAT.....................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSTRACT .......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1


1.2 Perumusan masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
1.5 Batasan masalah ....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Definisi Tangki Timbun ........................................................................... 5


2.2 Klasifikasi Tangki Timbun ....................................................................... 6
2.2.1 Menurut internal pressurenya ........................................................... 7
2.2.2 Menurut type kontruksinya ............................................................... 7
2.3 Design dan Code Standard ..................................................................... 11
2.4 Komponen Tangki Timbun .................................................................... 12
2.4.1 Shell Course .................................................................................... 12
2.4.2 Top angle......................................................................................... 15
2.4.3 Wind Girder .................................................................................... 15
2.4.4 Bottom ............................................................................................. 17
2.4.5 Roof ................................................................................................. 19
2.4.6 Nozzle .............................................................................................. 20

xiii
2.5 Floating Roof Tank ................................................................................. 21
2.5.1 Sejarah ............................................................................................. 21
2.5.2 Prinsip dari Floating roof ................................................................ 21
2.5.3 Keuntungan dari Floating roof ........................................................ 21
2.6 Pembebanan ............................................................................................ 22
2.6.1 Beban angin ..................................................................................... 22
2.6.2 Beban gempa ................................................................................... 23
2.7 Teori Kegagalan ...................................................................................... 24
2.8 Metode Elemen Hingga .......................................................................... 25
2.9 Software AMETANK .............................................................................. 28
2.10 Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 29
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 31

3.1 Diagram Alir ........................................................................................... 31


3.2 Observasi Lapangan ................................................................................ 32
3.3 Studi literatur .......................................................................................... 32
3.4 Pengumpulan data ................................................................................... 32
3.5 Proses perhitungan .................................................................................. 33
3.6 Pemodelan dengan Software AMETANK 7.7.........................................34
3.7 Simulasi dengan Software Ansys Workbench 19.2 ................................ 36
3.8 Analisis ................................................................................................... 38
3.9 Kesimpulan ............................................................................................. 38
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39

4.1 Desain Data ............................................................................................. 39


4.2 Design calculation ................................................................................... 40
4.2.1 Shell Course ...................................................................................... 40
4.2.2 Bottom .............................................................................................. 42
4.2.3 Wind Girder ...................................................................................... 43
4.2.4 Roof Design ...................................................................................... 46
4.2.4.1 Pontoon dan center deck design ................................................... 46
4.2.4.2 Roof drain ..................................................................................... 47
4.2.4.3 Support leg ................................................................................... 48

xiv
4.2.5 Perhitungan berat shell ..................................................................... 50
4.3 Wind load ............................................................................................... 50
4.4 Hydrostatic load...................................................................................... 53
4.5 Pemodelan ............................................................................................... 53
4.6 Analisa ..................................................................................................... 57
4.6.1 Wind load analysis .......................................................................... 57
4.6.2 Hydrostatic analysis........................................................................ 58
4.6.3 Rainfall analysis.............................................................................. 60
4.6.4 Support leg analysis ........................................................................ 61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 63

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 63


5.2 Saran ........................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

LAMPIRAN ......................................................................................................... 67

BIODATA PENULIS...........................................................................................91

xv
xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Ketebalan shell plates (API 650, 2013) .............................................. 15


Tabel 2. 2 Annular bottom plate (API 650, 2013) ................................................ 19
Tabel 2.3 Detail Rujukan Referensi.......................................................................31
Tabel 4.1 Hasil perhitungan tebal shell..................................................................41
Tabel4.2 Perhitungan tinggi transformed shell......................................................45
Tabel 4.3 Hasil perbandingan provided bouyancy terhadap weight on roof..........47
Tabel4.4 Hasil perhitungan beban yang terjadi pada support leg..........................49
Tabel4.5 Hasil stress yang terjadi pada setiap support leg....................................49
Tabel 4.6 Perhitungan berat shell...........................................................................50
Tabel 4.7 Hasil perhitungan tekanan hidrostatis....................................................53
Tabel4.8 Masukan nilai pressure untuk setiap course...........................................59

xvii
( Halaman dikosongkan)

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Ledakan pada tangki timbun (Long, 2014) ........................................ 6


Gambar 2. 2 Klasifikasi Tangki (Pullarcot, 2015) .................................................. 7
Gambar 2. 3 Jenis-jenis fixed roof tank (Myers, 1997) ........................................... 9
Gambar 2. 4 Tangki Ekternal floating roof berjenis pontoon roof (Sumber :
EEMUA 159, 2014) .............................................................................................. 10
Gambar 2. 5 Tangki eksternal floating roof berjenis double deck (Sumber:
EEMUA 159,2014) ............................................................................................... 10
Gambar 2. 6 Tangki internal floating roof (Sumber : www.sandbornroofs.com). 11
Gambar 2. 7 Stiffening ring (API 650, 2013) ........................................................ 15
Gambar 2. 8 Section modulus stiffener (American Petroleum Institute, 2013) .... 17
Gambar 2. 9 Denah plat dasar tangki (Sari, 2010) ................................................ 18
Gambar 2. 10 Overturning check for unanchored tanks (American Petroleum
Institute, 2013).......................................................................................................22
Gambar 3. 1 Diagram alir perancangan ................................................................ 32
Gambar 3. 2 Grafik proyeksi bongkar muat kargo curah cair PT. TPPI (Rencana
Induk Terminal Khusus PT. TPPI) ....................................................................... 33
Gambar 3. 3 Pemilihan standard yang digunakan dalam desian tangki ............... 34
Gambar 3. 4 Penginputan variabel tangki ............................................................. 35
Gambar 3. 5 Pemodelan 3D pada software AMETANK 7.7 ................................ 35
Gambar 3. 6 General arrangement desain tangki ................................................. 36
Gambar4.1 Pembagian shell course.......................................................................40
Gambar4.2 Sketsa hasil perhitungan tebal plat......................................................42
Gambar 4.3 Desain bottom plate............................................................................42
Gambar4.4 Annular bottom plate thickness...........................................................43
Gambar4.5 Desain stiffener untuk top wind girder................................................44

xix
Gambar 4.6 Desain intermediete wind girder.....................................................45
Gambar 4.7 Desain floating roof........................................................................46
Gambar 4.8 Momen pada tangki akibat windload..............................................50
Gambar 4.9 Desain data pada AMETANK 7.7..................................................54
Gambar 4.10 Hasil pemodelan shell pada AMETANK 7.7...............................54
Gambar 4.11 Hasil pemodelan bottom pada AMETANK 7.7...........................55
Gambar 4.12 Hasil pemodelan floating roof pada AMETANK 7.7 ..................55
Gambar 4.13 Pembagian dan peletakan support leg pada AMETANK 7.7.......56
Gambar 4.14 Hasil pemodelan 3 dimensi tangki eksternal floating roof...........56
Gambar 4.15 Hasil simulasi pembebanan angin terhadap shell tanpa girder.....57
Gambar 4.16 Hasil simulasi pembebanan angin terhadap shell dengan girder..58
Gambar 4.17 Hasil simulasi pembebanan hydrostatic pada shell & bottom.......59
Gambar 4.18 Hasil simulasi pembebanan akibat air hujan pada roof.................61
Gambar 4.19 Hasil simulasi pembebanan pada support leg................................62

xx
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


PT. TPPI adalah perusahaan refinery yang mengolah kondensat sebagai
bahan baku menjadi bahan jadi seperti pertalite, pertamax, produk aromatik, dan
gas LPG. kondensat dari PT. TPPI didapatkan dari Australia bernama NWS
kondensat. Dalam melakukan proses produksi tersebut, dibutuhkan suatu tangki
timbun untuk menyimpan produk bahan baku dan produk jadi. Di PT. TPPI
terdapat 5 tangki timbun yang digunakan untuk menyimpan kondensat.
PT. TPPI memiliki rencana jangka panjang yaitu menambah 3 berth baru,
yaitu berth 2, berth 6 dan berth 7. Dimana, statistik rencana PT. TPPI jangka
panjang yaitu dari tahun 2018 – 2037 mengalami kenaikan di permintaan bahan
baku kondensat, dari 2.857.719,20 MT/tahun ke 6.839.218,90 MT/tahun. Maka
dibutuhkannya sebuah desain tangki baru untuk menunjang penambahan kapasitas
kondensat. Tangki timbun yang ada pada PT. TPPI memiliki jenis external
floating roof. Jenis roof ini dapat meminimalkan pengurangan produk akibat
penguapan dibandingkan dengan tipe fixed roof (Pullarcot, 2015). Tangki timbun
memiliki diameter 65.5 m yang akan di desain ulang menjadi tangki berdiameter
80 m (Pullarcot, 2015).
Perencanaan pemodelan dan desain tangki timbun yang tepat, pastinya akan
dapat mengurangi kegagalan dalam proses pembuatan dan kontruksinya. Desain
tangki timbun tentunya juga mengacu pada standard pembuatan yang telah ada,
yaitu API 650. Dimana, terdapat desain ketebalan shell, annular bottom, roof,
wind girder, dengan menggunakan variable design methods. Untuk design
external floating roof, telah diatur pada API 650 annex C. Selain itu, juga
memperhitungkan stabilitas tangki terhadap angin dan tekanan hidrostatis pada
tangki. Setelah pemodelan manual selesai, maka akan dilakukan pemodelan
menggunakan software AMETANK. Tangki timbun hasil perancangan akan di
analisis kekuatannya terhadap beban angin, dan tekanan hidrostatis yang terjadi
pada tangki dengan menggunakan software Ansys.

1
1.2 Perumusan masalah
Permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana desain external floating roof tank menggunakan perhitungan
manual tangki timbun menurut API 650?
2. Bagaimana desain external floating roof menurut API 650 annex C?
3. Bagaimana hasil analisis kekuatan tangki timbun dengan menggunakan
software Ansys dan faktor keamanannya?

1.3 Tujuan penelitian


Adapan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang external floating roof tank menggunakan perhitungan manual
tangki timbun sesuai standard API 650.
2. Merancang eksternal floating roof sesuai standard API 650 annex C.
3. Untuk mengetahui kekuatan dan ketahanan desain tangki timbun yang
simulasikan dengan software ansys dan faktor keamaanannya.

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Penerapan teori yang pernah didapatkan selama perkuliahan mengenai
design tangki timbun API 650.
2. Sebagai referensi PT. TPPI dalam melakukan design tangki timbun
external floating roof.
3. Sebagai tambahan dan informasi kepada pihak-pihak akademik tentang
design tangki timbun external floating roof.

1.5 Batasan masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data diperoleh dari bagian document control PT. TPPI Tuban.
2. Pemilihan material sama dengan material tangki 910-T-003 A/B pada
PT. TPPI.
3. Standar utama perancangan tangki yang digunakan adalah API 650 edisi
12 tahun 2013.
4. Design external floating roof berdasarkan API 650 annex C.

2
5. Desain kapasitas tangki timbun adalah 98520 m³
6. Perhitungan storage tank meliputi : desain shell ( course ), desain bottom,
desain wind girder, desain roof , dan perhitungan tekanan hidrostatis
7. Perhitungan stabilitas angin (wind load ) terhadap dinding, alas, dan atap
tangki.
8. Desain bentuk tangki timbun menggunakan software AMETANK 7.7.
9. Analisa tegangan dengan metode elemen hingga menggunakan bantuan
software Ansys 19.2.
10. Analisa tegangan dilakukan pada shell, roof, dan bottom.
11. Sambungan pengelasan pada proses simulasi diabaikan.

3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tangki Timbun


Tangki adalah alat yang berguna untuk menyimpan liquid, vapor, bahkan
padatan dalam jumlah besar yang digunakan untuk berbagai aplikasi proses
(Pullarcot, 2015). Tangki sendiri juga memiliki fungsi dari segi aplikasi proses
seperti :
1. Settling
2. Mixxing
3. Crystallization
4. Phase separation
5. Heat exchanging
6. Reactors
Tangki timbun, umumnya digunakan untuk menyimpan liquid dan kadang
kalanya juga digunakan untuk menyimpan gas. Tangki timbun dioperasikan
dengan tidak adanya/ sedikit internal pressure, yang membedakannya dengan
pressure vessels (Pullarcot, 2015).
Tangki timbun telah banyak digunakan pada bidang perindustrian,
umumnya di processing plant yang meliputi oil refinery dan petrochemical
industries. Tangki timbun sendiri berguna untuk kelancaran ketersediaan produk
dalam proses produksi suatu industri, baik produk mentah seperti kondensat
maupun produk jadi seperti BBM dan aromatic product seperti benzene,
paraxylene, dan sebagainya. Untuk penyimpanan poduk jadi, tangki timbun
berguna untuk menyimpan produk minyak sebelum didistribusikan kepada
konsumen. Tangki timbun biasanya memiliki ukuran yang cukup besar dan
digunakan untuk tekanan rendah.
Ada beberapa jenis tangki timbun, dilihat dari letaknya ada yang di atas
tanah (above ground tank), di bawah tanah (under ground tank), dan setengah
terpendam (semi buried tank). Menurut bentuknya, ada tangki dengan bentuk
vertical cylindrical, horizontal cylindrical, spherical atau rectangular, tetapi

5
vertical cylndrical adalah yang sering digunakan (Yeng, 2009). Sebagai
kebutuhan saat ini, eksistensi tangki timbun semakin lama semakin banyak,
karena adanya peningkatan konsumsi.
Pemilihan tipe tangki timbun yang digunakan untuk menyimpan produk
tertentu, utamanya ditentukan menurut keamanan, faktor lingkungan, dan biaya.
Maka dari itu desain dan faktor keselamatan adalah hal terpenting dalam proses
pembuatan suatu tangki timbun. Karena, bahaya kebakaran dan ledakan untuk
tangki timbun dari tahun ke tahun meningkat dan menyebabkan korban luka
maupun kematian (Yeng, 2009). Contoh ledakan pada tangki timbun dapat dilihat
pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2. 1 Ledakan pada Tangki Timbun (Long, 2004)

2.2 Klasifikasi Tangki Timbun


Salah satu hal yang penting dalam pengklasifikasian tangki timbun itu
berdasarkan dari lokasinya yaitu ada yang di atas tanah dan di bawah tanah.
Dimana desain dan pembuatannya berbeda antara satu dan yang lain. Jumlah
tangki timbun yang berada di atas tanah jauh lebih banyak dari pada jumlah tangki
yang berada di bawah tanah. Karena pada dasarnya, proses pembangunan tangki
timbun yang berada diatas tanah lebih mudah daripada tangki timbun yang berada
di bawah tanah. Untuk aspek ukuran, tangki timbun diatas tanah juga
memungkinkan untuk dibangun dengan kapasitas yang besar.
Tangki timbun yang berada di bawah tanah biasanya di desain untuk
kapasitas tangki dengan ukuran antara range 23 m³ to 91 m³ (5,000 gallons–

6
20,000 gallons) (Pullarcot, 2015). Klasifikikasi tangki dapat dilihat pada Gambar
2.2 di bawah ini.

Gambar 2. 2 Klasifikasi Tangki (Pullarcot, 2015)

2.2.1 Menurut internal pressurenya


Tangki timbun diklasifikasikan menurut besar internal pressurenya dapat
dibedakan menjadi :
1. Atmospheric pressure tank, merupakan tangki yang dirancang untuk beroperasi
dengan tekanan internal yang mendekati atau sama dengan tekanan atmosfer
yaitu tekanan sampai 0.5 psig.. Tangki penyimpanan atmosferik pada
umumnya dibuat dengan dilas, namun, ada juga beberapa tangki berivet
berbaut.
2. Low pressure tank, yaitu tangki yang dioperasikan dengan tekanan di atas
atmospheric pressure tank. Tekanannya yaitu sampai 15 psig.
3. Pressure tank, yaitu tangki yang beroperasi dengan tekanan diatas 15 psig, atau
biasa disebut sebagai pressure vessel. Untuk code dan standard yang
digunakan berbeda dengan yang digunakan untuk atmospheric pressure tank
dan low pressure tank (Myers, 1997)

7
2.2.2 Menurut type kontruksinya
Pengklasifikasian tangki berdasarkan dari tipe kontruksinya dapat dibedakan
menjadi fixed roof tank dan floating roof tank.
a. Fixed roof tank
Adalah jenis tangki yang memiliki atap fixed atau tidak berubah ubah
lokasi atapnya. Jenis tangki ini digunakan untuk menimbun atau menyimpan
berbagai jenis fluida dengan tekanan uap rendah atau atmosferik. Pada fixed roof
tank terdapat vapor space antara ketinggian cairan dengan atap. Jika vapor space
berada pada keadaan mudah terbakar, maka akan terjadi ledakan. Oleh karena itu
fixed roof tank dilengkapi dengan vent untuk mengatur tekanan dalam tangki
sehingga mendekati tekanan atmosfer. Tangki ini digunakan untuk fluida yang
tidak mudah menguap (Sari, 2010). Untuk jenis dari fixed roof tank dapat
dibedakan menjadi ;
1. Flat roof, adalah tangki yang digunakan untuk diameter kecil dan tanpa adanya
support di kontruksinya.
2. Self-supported cone roof, adalah tangki yang memiliki atap berbentuk kerucut
dan penompangnya adalah dinding tangki itu sendiri.
3. Center-supported cone roof, adalah tangki yang memiliki atap berbentuk
kerucut dan penompangnya berada di tengah dan biasanya digunakan untuk
tangki ukuran menengah.
4. Supported cone roof, adalah tangki timbun yang memiliki banyak support di
point tertentu yang bertujuan untuk menahan beban atap semaksimal mungkin.
5. Dome or umbrella roof, tangki jenis ini sama kegunaannya sama dengan fixed
cone roof, bedanya adalah bentuk roofnya. bentuk tutupnya yang melengkung
dengan titik pusat meridian di pucuk seperti payung untuk tipe umbrella, dan
atap yang dibentuk dengan segmen melengkung seperti setengah lingkaran
yang bergabung menjadi self-supporting untuk tipe dome.

8
Jenis tangki fixed roof tank ditunjukan Gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2. 3 Jenis-Jenis Fixed Roof Tank : (a) Self Supported Cone Roof, (b) Center
Supported Cone Roof, (c) Supported Cone Roof, (d) Externally Supported Cone Roof
(Myers, 1997)

b. Floating roof tank


Semua tangki floating roof memiliki dinding tangki yang sama seperti
tangki fixed cone roof . Tipe floating roof tank merupakan tangki penyimpanan
yang atapnya bisa bergerak naik-turun sesuai dengan level liquid yang tersedia,
ditunjukan untuk menyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar atau mudah
menguap, misalnya untuk menyimpan kondensat dan minyak tanah.
Keuntungannya yaitu tidak terdapat vapour space sehingga mengurangi
kehilangan akibat penguapan dan mengurangi risiko kebakaran (Sari, 2010).
Design floating roof sendiri harus bisa memperhitungkan daya apungnya terhadap
segala kondisi yang terjadi pada atapnya, baik itu karena air hujan dan angin.
Untuk jenisnya, floating roof dapat dibedakan menjadi :
1. Eksternal floating roof
Adalah jenis floating roof tank yang memiliki atap terbuka, dimana
atapnya dapat naik turun mengandalkan daya apungnya, tergantung level dari
liquidnya. Eksternal floating roof dapat diklasifikasikan lagi menjadi 2 jenis, yaitu

9
a. Pontoon roof, adalah jenis tangki eksternal floating roof yang menggunakan
pontoon sebagai alat pengapungnya. Jenis ini biasa digunakan untuk tangki
berdiameter 10-30 m (Pullarcot, 2015). Untuk contoh tangki eksternal
floating roof berjenis pontoon roof dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah
ini.

Gambar 2. 4 Tangki Ekternal Floating Roof Berjenis Pontoon Roof (EEMUA 159, 2014)

b. Double deck roof, adalah jenis tangki eksternal floating roof yang memiliki
dek ganda sebagai struktur roofnya. Tangki ini digunakan untuk diamater
diatas 30 m. Karena double decknya yang memiliki kekuatan dan ketahanan
yang baik. Untuk contoh tangki eksternal floating roof berjenis double deck
dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2. 5 Tangki Eksternal Floating Roof Berjenis Double Deck (EEMUA 159, 2014)

10
2. Internal floating roof
Adalah jenis floating roof tank dan memiliki atap yang dapat bergerak naik
turun sesuai dengan level liquid yang tersedia, sama seperti eksternal floating roof
tetapi yang membedakan adalah tangki ini memiliki cover fixed roof diatasnya.
Cover ini bertujuan untuk mengurangi evaporasi dan polusi udara. Catatan, fixed
roof tank dapat dengan mudah diubah menjadi internal floating roof tank dengan
menambah floating roof kedalam tangkinya, dan juga ekternal floating roof dapat
menjadi internal floating roof dengan menambah fixed roof diatasnya (Myers,
1997). Untuk contoh gambar tangki internal floating roof dapat dilihat pada
Gambar 2.6 di bawah ini.

Gambar 2. 6 Tangki Internal Floating Roof (www.sandbornroofs.com)

2.3 Design dan Code Standard


Desain dan Kontruksi dari tangki timbun telah diatur oleh beberapa
standard (Yeng, 2009), yang dapat dilihat dibawah ini:
• American Standards API 650 (Welded Steel Tanks for Oil Storage)
• British Standards BS 2654 (Manufacture of Vertical Storage Tanks with
Buttwelded Shells for the Petroleum Industry)
• The European Standards
- German Code Din 4119 – Part 1 and 2 (Above Ground Cylindrical Flat
Bottomed Storage Tanks of Metallic Materials)
- The French Code, Codres – (Code Francais de construction des reservoirs
cylindriques verticauz en acier U.C.S.I.P. et S.N.C.T.)
• The EEMUA Standards (The Engineering Equipments and Materials Users
Association)
• Standar perusahaan seperti (DEP) dan Petronas (PTS)

11
Standard untuk mengcover desain tangki ini adalah menggunakan API 650
tahun 2013, sedangkan untuk floating roofmya menggunakan API 650 annex C.
Standar ini mengcover minimum requierement untuk material, desain, dan
inspeksi untuk tangki vertical, cylindrical, above ground, closed dan open-top
untuk berbagai ukuran dan kapasitas tangki yang memiliki tekanan internal
mendekati tekanan atmospheric. Tetapi juga mengcover tangki yang memiliki
internal pressure diatasnya (API 650, 2013). Standar ini hanya mensupport tangki
non-refrigerated service yang memiliki maximum design temperatur sebesar 93
°C.

2.4 Komponen Tangki Timbun


Komponen utama tangki timbun yang paling dominan dan selalu ada pada
setiap desain tangki, komponen – komponen ini antara lain seperti : Shell/Course,
Girder, roof, dan juga bottom.

2.4.1 Shell Course


Dalam perencanaan suatu tangki, ketebalan shell yang digunakan sebaiknya
lebih besar dari plat shell rencana/perhitungan, termasuk penambahan faktor
korosi ( corrosion allowance ) atau ketebalan berdasarkan tes hidrostatis. Ada dua
metode untuk menetukan ketebalan shell course yaitu 1-foot methode dan
variable design point methode, 1 – foot methode digunakan untuk diameter tangki
tidak lebih dari 61 m, sedangkan untuk selebihnya menggunakan varible design
point methode. Untuk variable design point methode digunakan apabila purchaser
tidak menyebutkan untuk menggunakan 1-foot methods (API 650, 2013). Adapun
perhitungan ketebalan minimum yang digunakan untuk 1-foot methode (S.I unit)
ditunjukan oleh Persamaan 2.1 dan 2.2 di bawah ini :

4,9D(H-0,3)G
𝑡d= + CA (2.1)
d

4,9D(H-0,3)
𝑡t= + CA (2.2)
t

Dimana :

td = Tebal shell design (mm)

12
tt = Tebal shell hydrostatic test (mm)
D = Diameter shell (mm)
H = Design liquid level (mm)
G = Design specific gravity liquid
CA = Corrosion allowance (mm)
Sd = Allowable stress untuk kondisi design (MPa)
St = Allowable stress untuk kondisi hidrotest (MPa)
Sedangkan untuk perhitungaan ketebalan minimum yang digunakan untuk
variable design point methode (S.I unit) ditunjukan oleh Persamaan 2.3 hingga
2.14 di bawah ini :
Cek apakah telah memenuhi syarat dibawah ini

≤ ................................................................................ (2.3)

Dimana
L = (500 Dt)0.5, in mm;
D = Diameter tangki, in m;
t = Bottom course dalam keadaan coroded, in mm;
H = Maksimum desain liquid, in m.
Untuk course pertama lakukan perhitungan ketebalan seperti Persamaan 2.1
dan 2.2, setelah itu lakukan perhitungan 𝑡 dan 𝑡 seperti dibawah ini.
. .
𝑡 = ( 1.06 − ) + 𝐶𝐴 ................................................ ..(2.4)

. .
𝑡 = ( 1.06 − ) .................................................................(2.5)

Untuk course kedua lakukan perhitungan ratio untuk menentukan ketebalan


coursenya, seperti di bawah ini

...............................................................................................................(2.6)
( ) .

Dimana :
h1 = Tinggi dari bottom shell course, in mm
r = Radius dari tangki, in mm
t1 = Ketebalan bottom shell course dalam keadaan coroded, in mm
jika hasil dari rasio kurang dari atau sama dengan 1.375, maka :

13
t2 = t1..................................................................................................................(2.7)
jika hasil dari rasio lebih besar atau sama dengan 2.626, maka :
t2 = t2a .............................................................................................................. (2.8)
jika hasil dari rasio lebih besar dari 1.375 tetapi kurang dari 2.625, maka :

t2 = 𝑡2𝑎 + (𝑡1 − 𝑡2𝑎) 2.1 − . ( ) .


............................. ........... .(2.9)
Dimana :
t2 = ketebalan desain minimum dari shell pada course kedua, in mm
t2a = ketebalan dari shell pada course kedua dalam keadaan coroded
Untuk course selanjutnya dan seterusnya, dilakukan perhitungan tu dari
persamaan 2.1 dan 2.2, setelah itu tentukan nilai x, diambil mana yang terkecil
dari tiga Persamaan di bawah ini.
.
X1 = 0.61(𝑟𝑡𝑢) + 320 CH .....................................................................(2.10)
X2 = 1000 CH ....................................................................................... ...(2.11)
.
X3 = 1.22 (𝑟𝑡𝑢) .....................................................................................(2.12)
Dimana :
tu = ketebalan course diatasnya dalam keadaan coroded, in mm
. .
C = didapat dari [𝐾 (𝐾 − 1)]/(1 + 𝐾 )
K = didapat dari tL / tu
tL = ketebalan course dibawahnya dalam keadaan coroded, in mm
H = liquid design level, in mm

Setelah nilai x didapat, maka digunakan untuk menghitung thickness


coursenya (tx), dimana Persamaan perhitungannya ada di bawah ini.
.
tdx = + 𝐶𝐴 ....................................................... .... (2.13)

.
ttx = ...................................................................... .(2.14)

Persyaratan tebal shell yang harus dipenuhi harus sesuai antara tebal shell
design dengan tebal shell dari uji hidrostatis dipilih yang terbesar tetapi ketebalan

14
shell tidak boleh kurang dari yang ditunjukkan Tabel 2.1. Untuk contoh
perhitungan menggunakan variable design point methode dapat dilihat pada
Annex K di API 650, 2013.
Tabel 2. 1 Ketebalan shell plates (API 650, 2013)

Nominal tank diameter Nominal plate thckness


(m) (ft) (mm) (in)
< 15 < 50 5 3/16
15 to < 36 50 to < 120 6 1/4
36 to 60 120 to 200 8 5/16
> 60 > 200 10 3/8

Sumber : API 650, 2013

2.4.2 Top angle


Top angle terbuat dari profil siku yang menempel pada sisi sebelah atas
course shell plate teratas. Kegunaan top angle adalah untuk memperkaku shell
plates. Untuk tangki dengan atap tertutup, ukuran top angle tidak berdasarkan
beban angin tetapi berdasarkan jenis atap yang direncanakan. Dimana atap
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu supported dan self supported.
Berdasarkan API 650 paragraf 5.1.5.9-c.

2.4.3 Wind Girder


Wind girder diperlukan untuk menjaga bentuk dari tangki penimbun
terutama pada saat menahan bebab angin. Wind girder sangat diperlukan untuk
jenis tangki penimbun dengan atap terbuka atau open top seperti yang ditujukkan
Gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Stiffening Ring (API 650, 2013)

15
Untuk menentukan wind girder diperlukan atau tidak untuk jenis atap selain
open top tank maka harus dilakukan pemeriksaan dengan cara mengubah lebar
aktual dari setiap shell course menjadi lebar tranposed lebih besar dari tinggi
maksimum maka wajib memasang wind girder dan sebaliknya apabila tinggi
transformed shell lebih kecil maka tidak dibutuhkan wind girder (API 650, 2013).
Wind girder terbagi menjadi dua yaitu Top girder dan intermediate wind
girder, Top Angle terbuat dari profil siku yang menempel pada sisi sebelah atas
course shell plate teratas. Kegunaan top angle (top girder) adalah untuk
memperkaku shell plates. Untuk tangki dengan atap tertutup, ukuran top angle
tidak berdasarkan beban angin tetapi berdasarkan jenis atap yang direncanakan.
Dimana atap diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu supported dan self
supported. Top girder selalu ada pada setiap tangki dan letaknya pada ujung shell
course bagian atas, adapun rumus untuk menghitung wind girder seperti
Persamaan berikut :
2
𝑍= ( )² (2.15)

Dimana : Z : Section modulus (cm³)


D : Nominal tank diameter (m)
H2 : Tinggi shell course (m)
V : Kecepatan angin (km/h)
Perhitungan section modulus dan tebal course bagian atas digunakan untuk
mencari jenis profil, dimensi profil yang akan digunakan sebagai wind girder pada
Table 5.20a API 650. Seperti yang ditunjukkan Gambar 2.8.
Intermediate wind girder merupakan girder tambahan dimana posisi
letaknya dibawah top girder atau lebih rendah, intermediate wind girder tidak
selalu di perlukan, oleh karena itu untuk mengetahui suatu tanki membutuhkan
intermediate wind girder dihitung berdasarkan Persamaan sebagai berikut :

𝐻1 = 9,47𝑡 ( )³ ( )² (2.16)

Dimana : t : Tebal nominal, tebal nominal shell course terkecil (mm)


D : Diameter tanki (m)
H1 : Jarak vertikal, antara intermediate wind girder dan top girder. (m)

16
Section modulus (Z)

Gambar 2. 8 Section Modulus stiffener ( America Petroleum Institute, 2013)

Setelah H1 diketahui, kemudian menentukan tinggi transformed shell dari


Persamaan berikut :
t
𝑊𝑡𝑟 = 𝑊 ( )5 (2.17)

Dimana :
Wtr : Lebar shell course transpose (mm)
W : Lebar actual shell
tuniform : Nominal thickness, tebal shell course paling tipis (mm)
tactual : Nominal thickness, berdasarkan hasil perhitungan (mm)
Jika tinggi shell transpose lebih besar dibandingkan dengan H1 maka intermediate
wind girder tidak disyaratkan.

2.4.4 Bottom
Merupakan bagian utama dari tangki timbun, ada dua jenis plat dasar tangki
yaitu annuluar plate dan bottom plate.
a. Annular plate memiliki lebar radial minimal 24 inch ( 600 mm ) dan
proyeksi dibagian luar 2 inch ( 50 mm ).

17
b. Bottom plate sesuai dengan API 650, semua bottom plate memiliki
ketebalan minimum yaitu ¼ inch (6,35mm) dengan lebar minimum 72 inch,
contoh plat dasar tangki seperti yang ditunjukkan Gambar 2.9 .

Gambar 2. 9 Denah Plat Dasar Tangki (Sari, 2010)

Untuk menentukan ketebalan plat dasar tangki ( Annulaar bottom )


digunakan persamaan maksimum stress pada shell course pertama seperti berikut:
Product stress = (td – CA/tcorroded)Sd (2.18)
Hydro test stress= (tt / tnominal) St (2.19)
Dimana :
td : Tebal shell course pertama desain (mm)
tt : Tebal shell course pertama berdasarkan hydrostatic test (mm)
CA : Corrosion allowance (mm)
tcorroded : ( tused – CA )
tnominal : tused
tused : Tebal plate pasaran
Setelah ditentukan besarnya produk stress dan hydro static test dipilih tegangan
terbesar antara keduanya yang nantinya dimasukkan pada Table 5.1a pada API
650 untuk mengetahui tebal annular bottom seperti yang ditunjukkan Tabel 2.2
berikut.

18
Tabel 2. 2 Annular bottom plate (API 650, 2013)
Plate thickness of first Stress in first shell course ( MPa )
shell course
≤ 190 ≤ 210 ≤ 220 ≤ 190
(mm)
t ≤ 19 6 6 7 9
19 < t ≤ 25 6 7 10 11
25 < t ≤ 32 6 9 12 14
32 < t ≤ 40 6 11 14 17
40 < t ≤ 45 6 13 16 19
Sumber : API 650, 2013

Untuk tangki yang memiliki diameter kurang dari 6 m, sesuai dengan


ANNEX J menjelaskan mengenai persyaratan plat bottom :
1. Semua plat dasar tangki harus mempunyai minimum tebal nominal 6 mm, lihat
paragraf 4.2.1.2 dan 5.4.1
2. Bottom harus dibangun dengan jumlah minimum potongan, untuk lebih
memudahkan dibangun dengan 1 potong
3. Bottom bisa jadi datar, flat–bottom harus mempunyai proyeksi luar kurang dari
25 mm ( 1 in ).

2.4.5 Roof
Dalam pembuatan tanki dikenal beberapa jenis atap ( roof ) diantaranya
yaitu :
1. Supported cone roof adalah atap dengan bentuk kerucut dimana sekitar
permukaan didukung oleh balok dan kolom.
2. Self supporting cone roof adalah atap dengan bentuk kerucut yang didukung
hanya tepiannya.
3. Self supporting dome roof adalah atap dibentuk dengan permukaan seperti bola
yang didukung hanya pada pinggiran.
4. Self supporting umbrella roof adalah atap kubah yang dimodifikasi dibentuk
sehingga setiap bagian horizontal adala poligon beraturan dengan banyak sisi
karena ada pelat atap yang didukung hanya di pinngirannya
Untuk perhitungan tebal minimum pada roof plate minimum tidak boleh kurang
dari 5 mm, peraturan ini terdapat pada API 650 2013 pada paragraf 5.10.2.2.

19
2.4.6 Nozzle
Nozzle pada umumnya terdiri atas potongan pendek sebuah pipa yang dilas
didinding tangki atau bagian roof yang dihubungkan dengan sebuah flange
sebagai penghubung akhir ke pipa dengan menggunakan baut. Nozzle ini
berfungsi sebagai penghubung antara tanki tersebut dengan sistem perpipaan guna
menyalurkan liquid berupa minyak maupun air. nozzle terdiri atas neck dan flange.
Persyaratan untuk sambungan yang menempel dan perlengkapan lain pada tanki
dengan diameter tanki kurang dari 6 m ( 20 ft ) sesuai dengan ANNEX J adalah
sebagai berikut :
1. Manholes, nozzle, dan koneksi lainnya di shell harus dibangun dan melekat
sebagaimana ditentukan dalam paragraf 5.7 (API 650), tetapi tidak mungkin
bahwa reinforcing plate akan diperlukan untuk manholes dan nozel di shell
tanki. Kebutuhan untuk reinforcement harus diperiksa sesuai dengan prosedur
yang diberikan dalam paragraf 5.7.2 API 650. Karena ketebalan shell-plate
nominal yang disyaratkan pada J.3.3 biasanya akan melebihi ketebalan
dihitung, material yang melebihi pada shell harus memenuhi persyaratan
reinforcement hampir dalam semua kasus.
2. Persyaratan 5.7.3 untuk jarak lasan tidak berlaku kecuali untuk persyaratan
bahwa jarak antara jari-jari kaki lasan di sekitar sambungan tidak kurang dari
2,5 kali ketebalan shell di sambungan .
3. Atap tangki dibangun sesuai dengan ANNEX ini akan inheren kuat karena
keterbatasan diameter diperlukan untuk izin pengiriman. Dengan demikian
,penguatan roof manholes dan nozel tidak diperlukan kecuali secara khusus
diminta oleh Pembeli atau kecuali beban atap melebihi 1,2 kPa ( 25 lbf / ft² ) ,
dalam hal ini jumlah dan jenis reinforcement harus disepakati oleh pembeli dan
produsen.
4. Untuk manholes shell dan nozel persyaratan radiografi 5.7.3.4 tidak berlaku.
5. Untuk flush-type cleanout fittings, ketentuan untuk stress relief ditentukan
dalam paragraf 5.7.4 dan 5.7.8.3 tudaj diperlukan kecuali beberapa plat yang di
assembly itu memiliki ketebalan lebih besar dari 16 mm (5/8 in)

20
2.5 Floating Roof Tank
Floating roof tank adalah jenis tangki yang atapnya bergerak naik turun
sesuai dengan volume liquid yang tersedia didalamnya.

2.5.1 Sejarah
Floating roof tank dikembangkan tidak lama setelah Perang Dunia I oleh
perusahaan Chicago Bridge & Iron (CB & I). Penguapan produk pada jenis tangki
fixed roof menyebabkan kerugian besar terhadap uang. Hal ini menyebabkan
dilakukannya penelitian untuk mengembangkan atap yang dapat mengapung
langsung di permukaan produk, mengurangi kerugian penguapan (Yeng, 2009).

2.5.2 Prinsip dari Floating roof


Floating roof adalah struktur baja melingkar yang dilengkapi dan dipasangi
dengan daya apung, yang memungkinkannya untuk mengapung di atas produk
liquid pada atap tertutup ataupun atap terbuka. Memiliki diameter atap lebih kecil
400 mm dari diameter dinding tangkinya, yang memungkinkan adanya 200 mm
jarak di setiap sisi antara atap dan dinding tangki dalam (Myers, 1997). Utnuk
melindungi product di dalam tangki karena dari evaporasi dan tercampurnya
produk karena air hujan disebabkan adanya jarak gap, maka diberikan penutup/
seal yang bersifat flexibel. Pada tangki floating roof ada tipe yang memiliki
pontoon sebagai alat pengapungnya, seperti pada Gambar 2.4. Dan juga ada tipe
yang kontruksinya memiliki deck ganda yang di tengah-tengahnya terdapat ruang
kosong seperti pada Gambar 2.5.

2.5.3 Keuntungan dari Floating roof


Dengan mengapungnya atap secara langsung terhadap productnya, maka
tidak adanya vapour space yang secara otomatis mengeliminsi segala macam
kemungkinan kebakaran yang disebabkan oleh atmosfir disekitarnya. Tipe tangki
ini juga mengurangi terjadinya evaporasi dan polusi udara. Salah satu sumber
polusi udara adalah dari jenis dan macam seal yang digunakan (Yeng, 2009).

21
2.6 Pembebanan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam design dan pembuatan
storage tank diantaranya adalah pembebanan yang mungkin terjadi pada tanki
seperti beban angin dan beban gempa.

2.6.1 Beban angin


Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat pengaruh
struktur yang memblok aliran angin, sehingga energi kinetic angin akan
dikonversi menjadi tekanan energi potensial , yang menyebabkan beban terjadinya
beban angin. Efek beban angin pada suatu strukur bergantung pada berat jenis dan
kecepatan udara, bentuk dan kekakuan struktur, dan faktor – fakor lain.

Gambar 2. 10 Overturning Check for Unanchored Tanks ( American Petroleum Institute, 2013)

Pada Gambar 2.10 suatu tangki dikatakan stabil tanpa anchor bolt jika
memenhi kondisi sebagai berikut :
1) 0.6Mw + MPi < MDL /1.5 + MDLR (2.20)
2) Mw + Fp(MPi) < (MDL + MF)/2 + MDLR (2.21)
3) Mws + Fp (MPi) < MDL /1.5 + MDLR (2.22)

Dimana :
Fp : Perbedaan antara tekanan operasi dengan tekanan desain. (min. 0,4)
Mw : Momen jungkir pada shell – bottom joint dari tekanan angin horizontal
dan vertikal
Mw = Fs.Ls+Fr(D/2) (2.23)
Tekanan angin pada shell, luas yang terkena adalah proyeksi tangki

22
Fs = Pws x area (2.24)
Ls = H/2 (2.25)
Tekanan vertikal
Fr = 1,44KPa (V/190)2x(πD²/4) (2.26)
Mpi : Momen pada shell – bottom joint akibat tekanan internal

Mpi = (𝑃𝑖 )𝑥 (2.27)

Mws : Momen akibat tekanan angin horizontal


Mws = Fs.Ls (2.28)
MDL : Momen akibat shell
MDL = WDL.(D/2) (2.29)
MDLR : Momen akibat berat roof
Mf : Momen akibat berat liquid
WLπD
Mf = 𝑥 (2.30)
WL = 59tr 𝐹𝑏𝑦𝐻 (2.31)
tr : Tebal bottom plate
Fby : Tegangan yield pada plate bottom

2.6.2 Beban gempa


Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang diperlukan karena adanya gempa bumi baik itu gempa
tektonik atau vulkanik yang mempengaruhi struktur tersebut. Gempa
mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan struktur dan
karakteristik respon struktur. Beban gempa adalah beban yang merupakan fungsi
dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada suatu struktur juga tergantung dari
riwayat waktu pembebanan tersebut.
Beban gempa adalah beban percepatan tanah yang berupa suatu rekaman
percepatan tanah untuk suatu gempa tertentu, sehingga untuk setiap waktu tertentu
akan mempunyai harga percepatan tanah tertentu (Mujib, 2016).

23
2.7 Teori Kegagalan
Pada perancangan teknik, sangat penting untuk diketahui batas tegangan
yang menyebabkan kegagalan dari suatu produk. Ada tiga teori kegagalan
yang bisa dipakai (Nugraha, 2018).
1. Teori tegangan normal maksimum
Teori tegangan normal maksimum dikemukakan oleh seorang insinyur
Inggris, W. J. M. Rankine. Pada teori ini dijelaskan bahwa kegagalan
terjadi apabila salah satu dari tiga tegangan utama (principal stress) sama
dengan atau lebih dari tegangan puncak material. Jika tegangan utama
disusun secara umum dalam bentuk σ, maka kegagalan diprediksi akan
terjadi pada kondisi apabila tegangan utama lebih besar dari tegangan
puncak material (Budynas & Nisbett, 2015). Ditunjukan Persamaan berikut
σ≥𝑆 (2.32)

Dimana Su adalah tegangan puncak material. tegangan puncak material

digunakan untuk material getas, sedangkan untuk material ulet dapat


digunakan tegangan luluh, sehingga kegagalan diperkirakan akan terjadi
pada kondisi apabila tegangan utama lebih besar dari tegangan luluh
material (Budynas & Nisbett, 2015), seperti pada Persamaan berikut;
σ≥𝑆 (2.33)
Jika n adalah faktor keamanan, maka tegangan maksimal berdasarkan teori
ini dapat dinyatakan oleh Persamaan berikut;

σ max = (2.34)

σ max = (2.35)

Dimana :
σ : Tegangan utama (MPa)

σ max : Tegangan maksimal (MPa)


𝑆 : Tegangan luluh material (MPa)

𝑆 : Tegangan maksimal material (MPa)

24
2. Teori tegangan geser maksimum
Teori tegangan geser maksimum dikemukakan oleh Tresca. Pada teori ini
dijelaskan bahwa suatu material yang menerima tegangan biaksial atau
tegangan triaksial dinyatakan gagal bila tegangan geser maksimum yang
terjadi pada setiap titik mencapai tegangan geser luluh dari material
tersebut. Tegangan geser luluh adalah setengah dari tegangan luluh
material tersebut. Seperti ditunjukan oleh Persamaan 2.36. Sedangkan
untuk tegangan geser maksimal berdasarkan teori ini dapat dicari dengan
Persamaan 2.37 berikut (Budynas & Nisbett, 2015) :

𝑆 = (2.36)

𝜏 = (2.37)

Dimana :
𝑆 : Tegangan geser luluh (MPa)

𝜏 : Tegangan geser maksimum (MPa)


3. Teori energi distorsi maksimum
Teori energi distorsi maksimum dikemukakan oleh Hencky dan von Mises.
Pada teori ini dijelaskan bahwa kegagalan terjadi bila energi regangan
distorsi (energi regangan geser) per satuan volume pada tegangan biaksial
atau triaksial sama dengan atau lebih besar dari pada energi regangan
distorsi per satuan volume pada material yang diperoleh melalui uji tarik
(Budynas & Nisbett, 2015).

2.8 Metode Elemen Hingga


Konsep dasar metode elemen hingga (finite element analysis) adalah
mendiskretisasi atau membagi suatu struktur menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil yang jumlahnya berhingga, kemudian melakukan analisis gabungan terhadap
elemen – elemen kecil tersebut. Tujuan dari finite element analysis adalah untuk
memperoleh nilai pendekatan numerik sehingga dapat diselesaikan dengan
bantuan komputer, maka finite element analysis (FEA) dikatakan bersifat
computer oriented Saat ini penggunaan finite element analysis untuk menghitung

25
dan mensimulasikan model dengan bantuan komputer mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan perkembangan hardware komputer yang
sangat pesat pula sehingga mendukung proses perhitungan dengan metode
numerik. Program FEA yang berkembang pesat serta banyak digunakan untuk
melakukan analisis struktur adalah software ANSYS. ANSYS dapat melakukan
beberapa macam tipe simulasi yang berbeda seperti struktural, termal, mekanika
fluida, analisis elektromagnetik, dll. atau bahkan gabungan analisis seperti termal
dengan struktur atau lainnya sehingga lebih sering dikenal dengan finite element
multyphisic.
Ansys Workbench bersama dengan project lain dirancang untuk menyediakan
ruang kerja yang lebih lengkap guna mengembangkan dan mengatur berbagai
jenis program komputer dengan dasar Computer Aided Engineering ( CAE ) dan
membuatnya menjadi lebih mudah untuk digunakan, beberapa hal yang dapat
dilakukan dengan Ansys Workbench antara lain (Brawijaya, 2014):
1. Model yang digambar dari beberapa software CAD dapat langsung diimport
ke Ansys Workbench.
2. Model yang telah dibuat dapat dikondisikan sesuai dengan jenis simulasi
dengan menggunakan Design Modeler.
3. Simulasi FEA dapat dilakukan dengan baik.
4. Pengimplementasian design yang dipilih dapat dilakukan untuk kondisi
sebenarnya.

Didalam Workbench sendiri terdapat beberapa modul yang disajikan antara lain :
1. Data – data engineering, misalnya data seperti material yang digunakan
berbagai aplikasi.
2. FE Modeler misalnya dapat mengimport model dari software lain seperti
NASTRAN, ABAQUS dan dapat divisualisasikan dengan metode finite
element.
3. Memiliki fitur CFX-Mesh yaitu dapat melakukan meshing yang tepat
terhadap model dengan basic Computational Fluid Dynamic ( CFD ).
Untuk pemodelan dan analisis kekuatan menggunakan software ansys workbench.
Ansys Workbench menyediakan beberapa fasilitas yang dapat digunakan untuk

26
mensimulasikan beberapa project dengan geometri yang dibuat pada langkah
sebelumnya (Brawijaya, 2014). Terdapat beberapa tipe simulasi yang dapat
dilaksanakan dengan Ansys Workbench, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Struktural
Simulasi tipe struktural ini dapat dilakukan terhadap struktur baik dalam
bentuk 2 Dimensi atau 3 Dimensi, secara spesifik tipe simulasi ini dapat dibagi
lagi menjadi beberapa macam yaitu :
a) Static, digunakan apabila beban yang diberikan terhadap struktur adalah
beban statis, parameter yang dapat dihasilkan dalam simulasi ini antara
lain tegangan dan deformasi yang terjadi pada sebuah struktur akibat
beban yang diberikan kepadanya.
b) Sequenced, digunakan apabila beban yang dikenakkan pada struktur
bervariasi atau dengan pengulangan beban.
c) Harmonic, digunakan apabila beban yang diberikan adalah beban
harmonik atau beban siklus yang dapat menyebabkan respon dinamik pada
struktur.
d) Fatigue, digunakan untuk mendapatkan performa dari suatu struktur yang
bekerja dalam kondisi terkena beban siklus sampai pada waktu tertentu.
e) Buckling, digunakan untu mengetahui karakteristik benda yang bekerja
dengan deformasi yang besar akibat peningkatan beban yang tinggi.
f) Frequency, digunakan untuk mendapatkan frekuensi natural yang dimiliki
oleh sebuah struktur yang telah dibuat.
g) Shape Optimation, melalui simulasi ini diharapkan pada akhirnya nanti
didapatkan cara yang tepat dan efisien dalam usaha untuk mengurangi
beban struktur yang telah dibuat.
2. Thermal
Tipe simulasi yang digunakan untuk mendapatkan karakteristik thermal pada
sebuah struktur yang bekerja pada kondisi lingkungan thermal. Simulasi ini juga
dapat digunakan untuk model 2D ataupun 3D. Terdapat dua tipe simulasi yang
dapat dilaksanakan dengan program ini, yaitu :
a) Static, digunakan jika beban thermal yang diberikan pada struktur adalah
konstan dan tidak berubah menurut waktu. Simulasi ini dapat digunakan

27
untuk mendapatkan distribusi temperatur dan flux panas yang terjadi
pada struktur.
b) Transient, digunakan apabila beban suhu yang diberikan bervariasi.
3. Elektromagnetik
Simulasi ini digunakan untuk mendapatkan karakteristik kemagnetan yang
dimiliki oleh sebuah model setelah diberika beban elektromagnet. Simulasi ini
hanya dapat digunakan untuk model 3 Dimensi.

2.9 Software AMETANK


Software AMETANK adalah suatu program buatan techno soft yang
mempunyai fitur dalam pendesainan tangki timbun dalam 3 dimensi. Software
ini dapat digunakan pembuatan tangki menurut standard API 650 edisi 12, API
620 edisi 11, dan AWWA D100-11. AMETANK mempunyai fitur-fitur basis
dalam pembuatan tangki timbun seperti desain ketebalan shell, roof, dan bottom
pada tangki timbun, beserta tambahan-tambahannya, seperti desain nozzle,
ladder, wind girder. Output dari software ini yaitu mendapatkan desain tangki
secara 3 dimensi beserta drawing dari tangki yang telah dibuat. Menurut
AMEtank reference manual (2014) Secara general software AMEtank dapat
dijelaskan melalui 2 fungsi, yaitu fungsi pemodelan 3D dan fungsi drawing.
Seperti dijelaskan oleh deskripsi berikut.
1. Pemodelan 3D
Pada tahap ini menghasilkan output berupa model tangki yang telah kita
desain secara 3D. Adapun tipe-tipe penginputan pemodelannya yaitu :
a. General
Pada menu ini menjelaskan inputan yang dibutuhkan secara umum,
seperti customer data, design parameter dari tangki yang akan
dibuat, serta jenis coating dan testing yang dilakukan nantinya.
b. Shell
Pada menu ini, dibutuhkan data berapa course tangki yang kita
desain, material apa yang kita gunakan, serta berapa ukuran plat
setiap coursenya.

28
c. Roof
Pada menu ini, terdapat menu berupa jenis roof tangki apa yang akan
dibuat. Tipe tangki yang terdapat di software ini yaitu tipe tangki
fixed roof dan floating roof.
d. Bottom
Berisikan menu mengenai desain bottom yang digunakan seperti flat,
slope, shovel, pie.
e. Structure
Berisikan menu mengenai desain struktur yang digunakan pada
struktur suatu tangki timbun.
f. Stairway
Berisikan menu mengenai tangga yang di desain pada tangki timbun.
Baik berupa tangga vertikal ataupun tangga spiral.
g. Floating roof
Berisikan menu untuk mendesain suatu floating roof pada tangki
timbun.
h. Shell, roof, bottom appurtenances
2. Drawing
Pada tahap ini menghasilkan output berupa drawing general dari tangki
yang telah kita desain. Output yang dihasilkan berupa:
a. General-Arrangement
b. Bottom layout
c. Shell layout
d. Roof layout
e. Tank structure

2.10 Penelitian Sebelumnya


Mujib (2016), meneliti tentang analisa desain fasilitas penerimaan darat
(onshore receiving facilities) diesel storage tank sebagai tempat penyimpanan
minyak. Dimana dalam penelitiannya, menghasilkan suatu drawing dan
perhitungan kekuatan tangki terhadap tekanan hidrostatis dan wind load dengan
pendekatan metode elemen hingga, dan didapatkan bahwa tegangan maksimum

29
yang terjadi akibat wind load sebesar 1,937 Mpa yang terletak pada nozzle.
Tegangan maksimum yang terjadi akibat tekanan hidrostatis sebesar 22,354 Mpa
yang terletak pada dinding nozzle bagian bawah tangki.
Winarno (2017), melakukan desain dan pemodelan pada storage tank
kapasitas 50.000 Kl (studi kasus PT. PERTAMINA region v TBBM Tuban).
Dimana dilakukan perhitungan manual terhadap ketebalan shell, annular bottom,
roof, stabilitas angin dan gempa. lalu dimodelkan dengan software AMEtank
untuk bentuk dari tangki yang didesain.
Untuk mengetahui lebih detail rujukan referensi diatas dapat dilihat pada
Tabel 2.3 di bawah ini.
Table 2.3 Detail Rujukan Referensi
Refernsi Objek Pendesainan Metode Hasil

Terjadi tegangan
maksimum akibat beban
Melakukan perhitungan angin sebesar 1,937 Mpa
manual sesuai API 650, yang terletak pada
Diesel storage tank lalu dilakukan analisa nozzle. Terjadi tegangan
Mujib (2016) sebagai tempat beban tangki terhadap maksimum akibat
penyimpanan minyak beban angin dan tekanan tekanan hidrostatis
hidrostatis dengan sebesar 22,354 Mpa yang
software ansys terletak pada dinding
nozzle bagian bawah
tangki

Melakukan perhitungan Menghasilkan


manual sesuai API 650, perhitungan desain
Storage tank lalu dilakukan tangki sesuai API 650
Winarno (2017)
kapasitas 50.000 kL pemodelan desain tangki dengan 1 foot methode
dengan software dan memodelkan dengan
AMEtank software AMEtank

30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan metodologi seperti yang di jelaskan
pada Gambar 3.1 di bawah ini :

Mulai

Observasi Lapangan

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Perhitungan manual
1. Shell Course
2. Wind Girder
3. Bottom
4. Floating Roof
5. Wind Load
6. Tekanan Hidrostatis

Pemodelan software
AMETANK

Simulasi software
ANSYS

Tidak
𝜎 < 𝜎

Ya

A
31
A

Analisa Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram alir perancangan

3.2 Observasi Lapangan


Observasi lapangan yang dilakukan yaitu meninjau kondisi dari tangki
ekternal floating roof yang telah ada. Yang nantinya akan dilakukan desain tangki
baru dengan kapasitas 98520 m³.

3.3 Studi literatur


Mencari sumber referensi dan data-data yang berkaitan dengan masalah
yang akan di ajukan sebagai tugas akhir, referensi tersebut guna menyelesaikan
masalah yang ada, adapun literatur yang digunakan berupa handbook tentang
pembuatan tangki timbun, standart API 650 , journal dan literatur lain yang
berhubungan dengan perancangan tangki timbun berjenis external floating roof
with pontoon, dan lain sebagainya.

3.4 Pengumpulan data


Pengumpulan data di perusahaan OJT meliputi gambar dan design tangki
existing, produk yang diolah, serta rencana PT. TPPI jangka panjang dalam
pembangunan berth-berth baru, yang nantinya permintaan akan kondensat
semakin lama semakin naik. Untuk data-data yang didapatkan yaitu :
1. Proyeksi bongkar muat kargo curah cair PT. TPPI dari tahun 2017-2037
dapat dilihat pada Gambar 3.2

32
Gambar 3. 2 Grafik proyeksi bongkar muat kargo curah cair PT. TPPI
(Rencana Induk Terminal Khusus PT. TPPI)

2. Jumlah kondensat yang diolah perharinya sebesar 101.000 BPSD


(presentasi unit 201 PT. TPPI).
3. Data desain tangki external floating roof :
Diameter (internal diameter) : 80000 mm
Design maximum liquid : 19600 mm
Tinggi tangki : 20710 mm
Material (shell) : A573-70 / A36
(roof, bottom) : A36
Specific gravity (G) : 0.737
Corrosion allowance : 1.5 mm
Kecepatan angin : 39 m/s
Cairan yang disimpan : NWS condensate
Jenis roof : External floating roof
Joint effeciency : 0.85
Design metal temperature : 20 °C

3.5 Proses perhitungan


Setelah semua data yang sudah diperlukan sudah terkumpul , maka pada
tahap ini dilakukan perhitungan, proses perhitungan dilakukan secara manual
sesuai dengan standart API ( American Photreleum Institue ) 650 twelft edition
2013, namun untuk komponen lain yang yang tidak disebutkan dalam batasan
masalah tidak dilakukan. Proses perhitungan meliputi :
1. Perhitungan tebal shell dengan menggunakan variable design point
methode.

33
2. Perhitungan wind girder.
3. Perhitungan bottom plate.
4. Perhitungan tebal roof dan pemilihan tipe external floating roof.
5. Perhitungan wind load .

3.6 Pemodelan dengan Software AMETANK 7.7


Pemodelan dilakukan untuk mengetahui bentuk dari tangki yang telah
dihitung manual. Dari software ini akan menghasilkan output drawing tangki
external floating roof. Tahap-tahap desain dalam pembuatan tangki extrenal
floating roof dengan menggunakan software AMETANK 7.7 dengan variabel
yang di input didapat dari perhitungan manual dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Proses pemilihan standar tangki yang akan digunakan untuk pemodelan
tangki, ditunjukan oleh Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3. 3 Pemilihan Standar yang Digunakan Dalam Desain Tangki (Dokumen pribadi)

34
2. Masukan variabel yang didapat dari perhitungan manual untuk tebal shell,
jenis roof, dan tebal bottom. Seperti yang ditunjukan oleh Gambar 3.4 di
bawah ini.

Gambar 3. 4 Penginputan Variabel Tangki (Dokumen pribadi)

3. Setelah proses pengiputan telah jadi, lalu pilih 3D model untuk hasil
pemodelan, seperti ditunjukan oleh Gambar 3.5 di bawah ini.

Gambar 3. 5 Pemodelan 3D pada Software AMETANK 7.7 (Dokumen pribadi)

35
4. Gunakan menu Drawing lalu pilih tank general arrangement untuk
mengeluarkan drawing dari software AMETANK 7.7, seperti yang
ditunjukan pada Gambar 3.6 di bawah ini.

Gambar 3. 6 General Arrangement Desain Tangki (Dokumen pribadi)

3.7 Simulasi dengan Software Ansys Workbench 19.2


Simulasi kekuatan desain tangki pada dinding, atap, dan alas untuk
mengetahui besar pembebanan akibat wind load dan tekanan hidrostatis yang
terjadi pada tangki. proses yang dilakukan dapat dibagi menjadi 3 tahapan.
Tahap pertama yaitu mengimport desain geometri dari autocad ke software
ansys. Ditunjukan oleh Gambar 3.7 di bawah ini.

Gambar 3. 7 Desain geometri dari ansys ( Dokumen pribadi)

36
Geometri shell nantinya digunakan untuk menganalisa tegangan yang
terjadi pada shell dan bottom akibat windload dan tekanan hidrostatis.
Sedangkan geometri floating roof untuk menganalisa tegangan yang terjadi
pada roof akibat beban air hujan.
Tahap kedua yaitu proses meshing, pemberian fixed support, dan
pemberian beban. Untuk proses meshing dilakukan secara otomatis oleh
software ansys. Sehingga didapatkan hasil meshing seperti ditunjukan oleh
Gambar 3.8 di bawah ini.

Gambar 3. 8 Hasil meshing pada shell dan roof oleh ansys (Dokumen pribadi)

Setelah proses meshing selesai, maka dilakukan pemberian fixed support


dan beban. Seperti ditunjukan oleh Gambar 3.9 di bawah ini.

Gambar 3. 9 Proses pemberian fixed support dan pemberian beban oleh ansys (Dokumen pribadi)

37
3.8 Analisis
Setelah data dari simulasi pembebanan tangki didapat, maka dilakukan
analisa data, apakah material tangki yang digunakan mampu menahan beban
dari angin, dari air hujan, dan tekanan hidrostatis yang terjadi. Beban yang
terjadi harus dibawah dari allowable stress & yield stress material yang
dipakai.

3.9 Kesimpulan
Penarikan kesimpulan didapatkan setelah analisis data dari hasil simulasi
kekuatan tangki terhadap windload dan tekanan hidrostatis. Saran diberikan
oleh peneliti atau penulis apabila dalam penelitiannya terdapat kekurangan
dan keterbatasan yang menyebabkan hasil tidak sesuai dengan yang
diinginkan.

38
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Desain Data


Dalam proses perancangan suatu tangki timbun, diperlukan data yang
menunjang untuk tahap perancangan. Beberapa data yang diperlukan sesuai
dengan lampiran data berikut ini :
Diameter tangki : 80.000 mm
Tinggi tangki : 20710 mm
Spesific gravity liquid : 0,766
Desain max liquid : 19600 mm
Course plate : W= 2959 mm, L= 6000 mm
Corrosion allowance : 1,5 mm
Kecepatan angin : 140,4 km/h
Produk yang disimpan : kondensat
Jenis roof : External floating roof, single deck with poonton
Desain metal temp : min 20 C
max 65 C
Normal capacity : 98520,345 m³
Material : Shell course : A573 Gr 70
Bottom : A36
Roof : A36
Sd untuk shell course : 193 MPa
St untuk shell course : 208 MPa
Ukuran plat shell course : panjang : 6000 mm
lebar : 2959 mm
Perhitungan jumlah course yang dibutuhkan dapat dilihat seperti di
bawah ini.
Tinggi tangki / lebar plat
20710 / 2959 = 6,998 ~ 7 course

39
Untuk perencanaan pembagian tinggi plat pada shell course tangki yang
di desain, dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4. 1 Pembagian shell course (Dokumen pribadi)

4.2 Design calculation


Perencanaan perhitungan dalam proses pembuatan tangki harus dapat
dipertimbangkan dan diharapkan nantinya dapat menjaga tingkat keamanan
tangki pada saat beroperasi, dalam hal ini proses perhitungan berdasarkan API
650 meliputi : penentuan ketebalan shell course, desain bottom dan annular
bottom plate, desain wind girder, desain roof dan berat tangki.
4.2.1 Shell Course
Untuk desain ketebalan shell course menggunakan standar API 650 edisi
12. Dan untuk desain perhitungan telah ditunjukkan pada sub bab 2.4.1, dimana
menggunakan variabel design point method untuk tangki ukuran lebih dari 61 m

40
dan apabila purchaser tidak menyebut untuk menggunakan 1-foot method sebagai
perhitungan tebalnya (API 650, 2013).
Adapun untuk menghitung ketebalan yang dibutuhkan dari setiap shell
course dapat dilihat dengan rumus seperti ditunjukkan pada sub bab 2.4.1 dan
untuk detail perhitungannya dapat dilihat pada lampiran A-2. Hasil desain
perhitungan ketebalan shell setiap coursenya dapat dilihat pada tabel 4.1 .

Tabel 4. 1 Hasil perhitungan tebal shell


Shell tused
H(m) tdx-CA (mm) ttx (mm) tmin (mm) material
Course (mm)
1 19,6 30,31961229 35,93356451 35,93356451 36 SA 573 Gr 70
2 16,641 25,61610292 29,70850306 29,70850306 30 SA 573 Gr 70
3 13,682 20,39316233 23,63792384 23,63792384 24 SA 573 Gr 70
4 10,723 16,15324414 18,30395266 18,30395266 19 SA 573 Gr 70
5 7,764 12,97569159 12,97569159 13 SA 573 Gr 70
11,9417835
6 4,805 7,777549138 7,773507261 7,777549138 10 SA 573 Gr 70
7 1,846 4,238967183 2,716034174 4,238967183 10 SA 573 Gr 70
Sumber : Dokumen pribadi
Dimana :
H : ketinggian tangki dari bottom sampai design liquid level
tdx-CA : minimum required thickness terhadap design condition
ttx : minimum required thickness terhadap hydrostatic test
𝑡 : nilai terbesar yang diambil antara tdx-CA dan ttx
𝑡 : actual thickness plat yang digunakan
Dari tabel 4.1 didapatkan thickness yang digunakan atau 𝑡 dalam
satuan mm untuk setiap shell coursenya. Untuk gambar sketsa hasil perhitungan
tebal plat dapat dilihat pada Gambar 4.2.

41
Gambar 4. 2 Sketsa hasil perhitungan tebal plat (Dokumen pribadi)

4.2.2 Bottom
Untuk desain bottom plate dan annular bottom plate telah diatur pada API
650 edisi 12 paragraf 5.4 dan 5.5. Tebal minimum yang dibutuhkan untuk bottom
plate dalam coroded condition menurut API 650 adalah 6 mm. Sehingga untuk
menghitung desain ketebalan pada bottom plate yaitu dengan menambah tebal
minimum dengan corrosion allowancenya. Tebal bottom yang digunakan adalah
sebagai berikut :
tbottom = tminimum req. + CA
tbottom = 6 + 1,5 = 7,5 mm
tbottom = 8 mm ( untuk plat yang digunakan)
Maka tebal plat yang digunakan untuk bottom plate adalah 8 mm, dengan
outside projection 50 mm ditunjukan oleh point c. Seperti ditunjukkan oleh
Gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4. 3 Desain bottom plate (Dokumen pribadi)

42
Untuk rumus perhitungan desain ketebalan annular bottom plate dan
minimum anual width dapat dilihat pada sub bab 2.4.4 dan lampiran A-3.
Ditemukan perhitungan product stress dan hydro stress seperti dibawah ini.
Product stress : 157,0661183 MPa
Hydro stress : 204,4756757 MPa
Maka nantinya nilai terbesar dari product stress dan hydro stress akan
dikorelasikan dengan tabel ukuran pada API 650, seperti Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4. 4 Annular bottom plate thickness (API 650,2013)

Sehingga didapatkan desain tebal annular bottom plate 11 mm. Untuk


tebal plat yang digunakan adalah 13 mm. Annular bottom plate juga harus
memiliki radial width tidak boleh kurang dari 600 mm (API 650, 2013) dan hasil
perhitungan radial widthnya adalah 742,503 mm. Perhitungan radial width dapat
dilihat pada lampiran A-3.

4.2.3 Wind Girder


Top wind girder dibutuhkan oleh tangki yang memiliki desain open top,
untuk menjaga bentuk dari pada tangki apabila terkena beban angin. Desain top
wind girder nantinya akan digunakan sebagai walkways. Untuk rumus
perhitungan wind girder di jelaskan pada sub bab 2.4.3. Syarat yang dijelaskan
pada API 650 bahwasanya apabila top wind girder terletak lebih dari 0,6 m dari

43
shell teratas, maka dibutuhkan top curb angel dengan ukuran 65x65x6 mm
apabila tebal shell teratasnya 5 mm. Sedangkan untuk ketebalan shell course
teratas lebih dari 5 mm maka ukuran top angelnya 75x75x6 mm. Maka desain top
curb angel adalah 75x75x6 mm.
Untuk perhitungan desain modulus wind girder di tunjukan di bawah ini.

Z= ( )

Maka nilai modulus (Z) yang dibutuhkan adalah 4257,338333 cm³.


Sedangkan hasil pendesainan stiffening ring yang tercantum pada lampiran A-4
didapatkan hasil modulus (Z) sebesar 4527,492151 cm³. Maka desain top wind
girder dikatakan sufficient karena tidak kurang dari nilai modulus yang
dibutuhkan. Untuk tangki lebih dari 61 m, an additional check untuk minimum
momen inersia pada top stiffening ring dibutuhkan. Hal ini diatur pada API 650
paragraf 5.9.5.4. didapatkan nilai minimum momen inersia yang memenuhi
syarat. Detail perhitungan dapat dilihat pada lampiran A-4. Maka desain bisa di
katakan sufficient.
Desain stiffening ring di tunjukan oleh Gambar 4.5 di bawah ini.

Gambar 4. 5 Desain stiffener untuk top wind girder (dokumen pribadi)

Top wind girder digunakan sebagai walkways, di atur pada API 650
paragraf 5.9.5.6. Adapun untuk lokasi pemasangan top wind girder yang
digunakan untuk walkway diletakkan 1100 mm di bawah top angel dan harus
diberikan standard railing sepanjang bagian yang digunakan untuk walkway.

44
Selanjutnya, perhitungan tinggi unstiffened shell (H1) akan dibandingkan
dengan tinggi transformed shell. Seperti ditunjukan oleh perhitungan di bawah ini.
𝑡 190
𝐻 = 9.47𝑡 ( ) ( )
𝐷 𝑉
Didapatkan tinggi unstiffened shell (H1) sebesar 7,664 m. Lalu untuk
perhitungan tinggi transformed shell dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Perhitungan tinggi transformed shell


Course h course (mm) t use (mm) Wtr ∑ Wtr
1 2959 36 120,3341 120,3341
2 2959 30 189,8199 310,154
3 2959 24 331,6018 641,7558
4 2959 19 594,6494 1236,405
5 2959 13 1535,63 2772,035
6 2959 10 2959 5731,035 Lokasi
7 2959 10 2959 8690,035 mm
8,690035 m
Sumber : Dokumen pribadi

Didapatkan nilai tinggi unstiffened shell kurang dari tinggi transformed


shell. Maka dibutuhkan desain intermediate wind girder, dimana perhitungan
modulus ditunjukkan oleh lampiran A-4. Untuk desain intermediete girder
menurut API 650 ditunjukan oleh Gambar 4.6 di bawah ini.

Gambar 4. 6 Desain intermediate wind girder (API 650,2013)


Untuk lokasi pemasangannya telah diatur oleh API 650 paragraf
5.9.6.3.1, sehingga didapatkan lokasi pemasangan intermediate wind girder
pada course shell nomer 6.

45
4.2.4 Roof Design
Desain external floating roof tank telah di atur pada API 650 Annex C.
Dimana terdapat aturan dalam mendesain pontoon, center deck, roof drain, dan
support leg untuk floating roof deck.

4.2.4.1 Pontoon dan center deck design


Pada tahap desain pontoon dan center deck diatur oleh API 650 Annex C
paragraf 3.4.1, bahwa floating roof harus memiliki bouyancy yang tepat agar
tetap terapung pada liquid yang disimpan dengan specific gravity 0,7 atau
kurang terhadap beban floating roof itu sendiri serta air hujan.
Untuk tebal minimum deck pada floating roof memiliki ketebalan 4,8 mm
(API 650, 2013). Desain floating roof ditunjukkan oleh Gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4. 7 Desain floating roof (Dokumen pribadi)

Dimana ketebalannya :
Deck plate (Pd) : 6,4 mm
Pontoon outer rim plate (Por) : 10 mm
Pontoon inner rim plate (Pir) : 12 mm
Pontoon top plate (Ptp) : 4,8 mm
Pontoon bottom plate (Pbp) : 6,3 mm
Untuk detail perhitungan berat roof , bouyancy yang dihasilkan, dan
beban air hujan dapat dilihat pada lampiran A-5. Setelah melakukan
perhitungan-perhitungan tersebut, maka dilakukan check pada bouyancy yang
dihasilkan dengan berat roof ditambah beban air hujan. Ditemukan hasil seperti
yang ditunjukkan Tabel 4.3 .

46
Tabel 4. 3 Hasil perbandingan provided bouyancy terhadap weight on roof
Provided Bouyancy (N) Weight on roof (N)
5811701,882 > 3486882,397
Ratio 1,666732978
Sumber : Dokumen pribadi

Dari hasil pada tabel 4.3, provided bouyancy atau bouyancy yang
dihasilkan dari desain roof lebih besar dari pada beban yang terjadi pada roof.
Maka desain floating roof dikatakan sufficient untuk menahan beban roof dan
air hujan yang terjadi.

4.2.4.2 Roof drain


Desain roof drain meggunakan persamaan kontinuitas Q=A x V untuk
mendapatkan ukuran yang tepat pada roof drain yang akan digunakan. Pada
API 650 Annex C paragraf 3.8.1 telah diatur ukuran minimal pipa roof drain
untuk tangki lebih dari 36 m, yaitu menggunakan pipa dengan ukuran NPS 4.
Tetapi, tahap pendesainan tetap dilakukan untuk memastikan bahwa ukuran
minimum roof drain telah masuk dalam range minimum yang telah ditentukan
oleh standar. Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung ukuran roof drain
sebagai berikut.
Desain rainfall (RH) = 14,213 mm/hr
Desain drainase required = 57,994 m³/hr
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s²
Desain liquid maximum (h1) = 19,6 m
Desain liquid minimum (h2) = 1,83 m
Tahap pertama yang dilakukan yaitu menghitung debit air per detik (Q),
dengan cara membagi desain drainase required dengan 3600, sehingga
didapatkan hasil 0,0161 m³/s.
Tahap kedua yaitu menghitung kecepatan aliran fluida (V) dengan
rumus pada asas bernouli yaitu 2𝑔ℎ . sehingga ditemukan hasil kecepatan
aliran fluida pada ketinggian minimum yaitu 5,989 m/s.
Tahap ketiga yaitu menghitung luas penampang dari pipa roof drain,
dengan menggunakan persamaan kontinuitas Q = AxV. sehingga didapatkan

47
desain roof drain yang mampu menahan curah air hujan yang terjadi dengan
ukuran pipa NPS 2 inchi sch 40. Maka untuk pemilihan desain roof drain,
digunakan ukuran yang telah diatur pada API 650 annex c paragraf 3.8.1, yaitu
pipa ukuran 4 inchi. Untuk detail perhitungan dapat dilihat pada lampiran A-6.

4.2.4.3 Support leg


Desain support leg pada floating roof berguna untuk menahan roof agar
tidak bersentuhan langsung dengan bottom dari pada tangki. Dimana desain
support leg harus mampu menahan beban roof tersebut. Untuk metode yang
digunakan dalam menghitung kekuatan support leg menggunakan teori
allowable strength design methodology yang tercantum pada AISC 360. Seperti
yang dijelaskan pada API 650 paragraf 5.10.3.1 bahwa allowable strength pada
component roof harus merefer pada AISC 360. Dengan maximum slenderness
ratio pada column yaitu 180. Dan ukuran leg harus mempunyai schedule 80.
Untuk tahapan yang dilakukan dalam mendesain support leg ditunjukan di
bawah ini.
Tahap pertama yaitu menentukan jumlah support leg yang dibutuhkan.
Untuk tangki lebih dari 60 m menggunakan 1 leg per 26 m² dari center deck
areanya (Yeng, 2009). Maka perhitungannya ditunjukkan seperti di bawah ini.
𝐴𝑟
𝑛=
26𝑚²
Dimana :
N = jumlah support leg yang dibutuhkan
Ar = luasan roof (m²)
Ditemukan jumlah support leg yang dibutuhkan sebesar 157 buah.
Tahap kedua yaitu menghitung pembebanan yang terjadi pada setiap
support leg. Pada API 650 annex c paragraf 3.10.2 dijelaskan bahwa leg dan
attachment harus di desain mampu menahan live load sebesar 25 lb/ft² dan
beban roof itu sendiri. Untuk hasil perhitungan live load dan beban roof yang
diterima support leg ditunjukkan Tabel 4.4.

48
Tabel 4. 4 Hasil perhitungan beban yang terjadi pada support leg
Loading Data
Weight per support from dead weight (WD1) 1995,532008 kg
Live load (see C 3.10.2) 25 lb/ft²
weight from live load 607425,389 kg
Weight per support from live load (WL1) 3868,951522 kg
Jadi ditemukan design load
WDL 5864,48353 kg
Sumber : Dokumen pribadi
Dimana :
WD1 = berat roof yang diterima setiap support leg (kg)
WL1 = berat live load yang diterima setiap support leg (kg)
WDL = total berat yang diterima setiap support leg (kg)
Tahap ketiga yaitu menghitung allowable stress untuk support leg.
Menggunakan rumus pada AISC 360, dan ditemukan hasil allowable stressnya
yaitu 86,725 MPa. Detail perhitungan dapat dilihat pada lampiran A-7.
Tahap keempat menghitung stress yang terjadi (Fa) pada setiap support
leg. dengan menggunakan rumus tegangan 𝜎 = . Untuk perhitungan stress

ditunjukkan oleh Tabel 4.5 di bawah ini.


Tabel 4. 5 Hasil stress yang terjadi pada setiap support leg
Axial stress occured (Fa) OD 88,9 mm
Luasan Support (A) 1941,127269 mm² ID 73,7 mm
19,41127269 cm²
Stress yang terjadi pada support (Fa) 302,1174152 kg/cm²
29,6275975 MPa
Sumber : Dokumen pribadi
Dimana :
A = luasan support leg (mm²)
Fa = stress yang terjadi pada setiap support leg (MPa)
Maka stress yang terjadi pada setiap support leg adalah 29,627 MPa.
Tahap kelima yaitu membandingkan allowable stress support leg
dengan stress yang terjadi pada support leg. Didapatkan hasil 86,725 MPa >
29,627 MPa. Maka desain support leg sufficient. Untuk detail perhitungan,
dapat dilihat pada lampiran A-7.

49
4.2.5 Perhitungan berat shell
Perhitungan berat shell (WDL) dilakukan karena nantinya digunakan
dalam perhitungan stabilitas tangki terhadap beban angin. Untuk perhitungan
berat shell di tunjukkan oleh Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Perhitungan berat shell
Berat Shell
Course tebal (m) Keliling W V
1 0,036 251,2 2,959 26,7588288
2 0,03 251,2 2,959 22,299024
3 0,024 251,2 2,959 17,8392192
4 0,019 251,2 2,959 14,1227152
5 0,013 251,2 2,959 9,6629104
6 0,01 251,2 2,959 7,433008
7 0,01 251,2 2,959 7,433008
total V 105,5487136 m³
massa 828557,4018 kg
Weight 8119862,537 N
Sumber : Dokumen pribadi

4.3 Wind load


Overturning stability pada tangki harus dianalisa terhadap tekanan angin,
dan untuk mengetahui stabilitas tangki dengan atau tanpa anchorbolt (Yeng,
2009). Desain wind pressure pada shell yaitu 0,86 KPa (V/190)² pada vertical
projected area dari pada cylindrical surfaces. Desain wind uplift pressure
pada roof yaitu 1,44 Kpa (V/190)² pada horizontal projected area pada
conical surfaces (API 650,2013). Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Momen pada tangki akibat windload (API 650, 2013)


50
Suatu tangki dikatakan stabil tanpa anchored bolt apabila memenuhi kondisi
seperti yang dijelaskan pada paragraf 5.11.2.1 API 650.
1. 0,6 MW + MPi < MDL /1,5 + MDLR
2. MW + FP (MPi) < ( MDL + MF )/2 + MDLR
3. MWS + FP (MPi) < MDL /1,5 + MDLR

Tekanan angin pada shell


FS = PWS x Area
V
= 0,86 kPa ( )² x ( DH )
190
140 km/h
= 0,86 kPa ( )² x ( 80 m x 20,710 m )
190
= 0,469 kPa x 1656,8 m²
= 778028,580 N

Ls = H/2
= 20710 mm / 2 = 10355 mm

Tekanan angin pada roof (Fr)


Karena tipe roofnya adalah floating roof, maka tekanan angin pada roof adalah 0
(Yeng, 2009).

Momen jungkir pada shell – bottom joint dari tekanan angin horizontal dan
vertikal

MW = Fs x Ls + Fr x

= (778028,580 N x 10355 mm) + (0 )


= 8056485950 Nmm

Momen pada shell bottom joint akibat tekanan internal.


Karena tekanan internal (pi) di desain 0, maka momen pada shell bottom joint
akibat tekanan internal (Mpi) adalah 0.

51
Momen akibat tekanan angin horizontal
Mws = Fs x Ls
= 778028,580 N x 10355 mm
= 8056485950 Nmm
Momen akibat berat shell
MDL = WDL x D/2
= 8119862,537 N x 80000mm/2
= 324794501490 Nmm
Momen akibat berat roof
Dikarenakan roof dari tipe tangki external floating roof mengapung pada
liquidnya, maka momen akibat roof adalah 0.
Jika material yang digunakan pada bottom plate A 36 , maka nilai yield minimum
berdasar API 650 adalah 250 MPa. Maka berat liquid adalah
WL = 59(tb-CA) 𝐹𝑏𝑦𝐻

= 59 x (8-1,5 mm) 250 𝑀𝑝𝑎 𝑥 19,6 𝑚


= 26845 N/m ~ 26,845 N/mm

Maka, momen akibat berat liquid


WLπD
Mf = 𝑥
26,845 N/mm x 3,14 x 80000 mm
= 𝑥
= 269875375 Nmm

1. 0,6 MW + MPi < MDL /1,5 + MDLR


0,6 x 8056485950 + 0 < 324794501490 /1,5 + 0
4833891570 < 216529667660 OK
2. MW + FP (MPi) < ( MDL + MF )/2 + MDLR
8056485950+ 0 < (324794501490+ 269875375)/2 + 0
8056485950 < 162532188433 OK
3. MWS + FP (MPi) < MDL /1,5 + MDLR
8056485950 + 0 <324794501490 /1,5 + 0
8056485950 < 216529667660 OK

52
Jadi kesimpulan dari hasil perhitungan, tangki masih stabil meski tanpa
anchorage karena semua perhitungan memenuhi persyaratan.

4.4 Hydrostatic load


Perhitungan tekanan hidrostatic pada tangki di hitung, yang nantinya akan
di analisa stress dan deformasi yang terjadi menggunakan software ansys.
Untuk rumus tekanan hidrostatis adalah ρ x g x h. Untuk hasil perhitungan,
dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4. 7 Hasil perhitungan tekanan hidrostatis
Shell Course h (m) Pressure (N/m²)
1 19,6 147133,28
2 16,641 124920,6588
3 13,682 102708,0376
4 10,723 80495,4164
5 7,764 58282,7952
6 4,805 36070,174
7 1,846 13857,5528
Sumber : Dokumen pribadi

Dimana :
Kecepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s²
Massa jenis liquid condensate (ρ) = 766 kg/m³

4.5 Pemodelan
Pemodelan desain tangki yang telah dibuat, digunakan software
AMETANK 7.7 untuk mengetahui bentuk dari desain tangki yang telah dibuat.
Dibutuhkan data yang telah didapatkan dari perhitungan manual untuk
penginputan manual. Di bawah ini akan ditunjukkan langkah penginputan dan
hasil pemodelan.
Langkah pertama yaitu penginputan desain data berupa diameter tangki,
tinggi tangki, corrosion allowance, seismic data dsb. Seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 4.9.

53
Gambar 4. 9 Desain data pada AMETANK 7.7 (Dokumen pribadi)

Langkah kedua yaitu penginputan variabel pada shell, seperti desain,


courses, windgirder. Sehingga didapatkan hasil pemodelan pada shell seperti
ditunjukkan oleh Gambar 4.10 di bawah ini.

TOP ANGLE TOP WIND GIRDER

INTERMEDIETE GIRDER

Gambar 4. 10 Hasil pemodelan shell pada AMETANK 7.7 (Dokumen pribadi)

54
Langkah ketiga yaitu penginputan variabel pada bottom, seperti desain
bottom plate dan annular bottom plate. Sehingga didapatkan hasil pemodelan
pada bottom seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.11 di bawah ini.

BOTTOM
PLATE

ANNULAR
BOTTOM

Gambar 4. 11 Hasil pemodelan bottom pada AMETANK 7.7 (Dokumen pribadi)

Langkah keempat yaitu penginputan variabel pada external floating


roofnya, seperti desain floating roof, poonton, support leg, penambahan rolling
ladder dsb. Sehingga didapatkan hasil pemodelan pada external floating roof
seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.12 di bawah ini.

ROLLING LADDER

PONTOON SUPPORT LEG

Gambar 4. 12 Hasil pemodelan floating roof pada AMETANK 7.7 tampak atas (Dokumen pribadi)

55
Lokasi peletakan dari pada support leg pada external floating roof di
dapat secara otomatis dari software AMETANK. Untuk detail peletakan
support leg dapat dilihat pada Gambar 4.13 di bawah ini.

Gambar 4. 13 Pembagian dan peletakan support leg pada AMETANK 7.7 (Dokumen pribadi)

Dari langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas, maka didapatkan


hasil pemodelan utuh dari desain tangki yang dibuat secara 3 dimensi. Seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 4.14 di bawah ini.

WIND
FLOATING
GIRDER
ROOF

SHELL
COURSE
BOTTOM

Gambar 4. 14 Hasil pemodelan 3 dimensi tangki eksternal floating roof (Dokumen pribadi)

56
4.6 Analisis
Data yang didapatkan pada perhitungan wind load, hydrostatic, dan beban
air hujan akan digunakan sebagai input beban pada analisa shell, bottom, dan
roof pada software ansys 19.2.
4.6.1 Wind load analysis
Analisa wind load dilakukan dengan menggunakan 2 jenis analisa.
Untuk analisa yang pertama yaitu untuk mengetahui stress dan deformasi
yang terjadi akibat wind load tanpa adanya wind girder . untuk analisa yang
kedua yaitu utuk mengetahui stress dan deformasi yang terjadi akibat wind
load dengan adanya wind girder. Hasil dari 2 analisa nantinya akan
dibandingkan. Data pembeban yang terjadi akibat wind load didapatkan
masukan nilai dari perhitungan manual wind load seperti yang ditunjukan
pada sub bab 4.3. didapatkan masukan beban akibat angin sebesar
778028,580 N. Adapun hasil simulasi terhadap beban angin tanpa wind girder
dapat dilihat pada Gambar 4.15 di bawah ini.

Gambar 4. 15 Hasil simulasi pembebanan angin terhadap shell tanpa wind girder (Dokumen pribadi)

57
Dari hasil simulasi didapatkan nilai deformasi terbesar yang terjadi pada
shell course teratas dengan nilai 0,341 mm. Di dapatkan pula nilai maksimum
equivalent stress yang terjadi pada shell course teratas sebesar 1,339 MPa.
Adapun selanjutnya yaitu analisa dengan menggunakan wind girder. Hasil
simulasi terhadap beban angin dengan wind girder dapat dilihat pada Gambar 4.16
di bawah ini.

Gambar 4. 16 Hasil simulasi pembebanan angin terhadap shell dengan girder (Dokumen pribadi)

Dari hasil simulasi didapatkan nilai deformasi terbesar yang terjadi pada
course keempat dengan nilai 0,073 mm. Di dapatkan pula nilai maksimum
equivalent stress yang terjadi pada intermediete girder sebesar 0,880 MPa.
Nilai tegangan tersebut dianggap masih aman karena jauh dibawah nilai alowable
stress material sebesar 193 MPa dan tegangan yield material 290 MPa.
4.6.2 Hydrostatic analysis
Data analisa tegangan yang terjadi akibat pembebanan tekanan
hidrostatis di dapatkan pada hasil perhitungan di sub bab 4.4. Dimana nilai
pressure setiap course dimasukan dengan ditambah pressure akibat beban

58
roof dan air hujan. Didapatkan nilai pressure setiap course seperti Tabel 4.8
di bawah ini.
Tabel 4. 8 Masukan nilai pressure untuk setiap course
Shell Hydro pressure Roof dan air Total pressure
H (m)
Course (N/mm²) hujan (N/mm²) (N/mm²)
1 19,6 0,14713328 0,000693693 0,147826973
2 16,641 0,124920659 0,000693693 0,125614352
3 13,682 0,102708038 0,000693693 0,103401731
4 10,723 0,080495416 0,000693693 0,08118911
5 7,764 0,058282795 0,000693693 0,058976488
6 4,805 0,036070174 0,000693693 0,036763867
7 1,846 0,013857553 0,000693693 0,014551246

Nilai dari total pressure seperti Tabel 4.8 dijadikan sebagai inputan
pressure pada setiap coursenya, sehingga didapatkan hasil simulasi seperti
Gambar 4.17 di bawah ini.

Gambar 4. 17 Hasil simulasi pembebanan hydrostatic pressure pada shell dan bottom
(Dokumen pribadi)
Dari hasil simulasi didapatkan nilai deformasi terbesar yang terjadi pada
shell course terbawah dengan nilai 0,048 mm. Di dapatkan pula nilai maks
equivalent stress yang terjadi pada shell course terbawah sebesar 7,122 MPa.
Nilai tegangan tersebut dianggap masih aman karena jauh dibawah nilai alowable

59
stress material sebesar 193 MPa dan tegangan yield material 290 MPa. Untuk
mengevaluasi tingkat keamanan kontruksi tangki tersebut diperlukan faktor
keamanan. Menurut API 650 paragraf 5.6.2 untuk hydrostatic stress memiliki
safety factor minimal 2,5. adapun faktor keamanan dari storage tank sebagai
berikut :

Faktor Keamanan (N) = ≥ 2,5

=
,
= 27,099
Jadi kontruksi tangki yang didesain masih aman karena mimiliki nilai faktor
keamanan melebihi 2,5 yaitu 27,099.

4.6.3 Rainfall analysis


Rainfall analysis bertujuan untuk melihat ketahanan floating roof
apabila terkena curah hujan yang terjadi pada suatu daerah. Pada API 650
annex c paragraf 3.4.2 menyatakan bahwa roof tipe single deck pontoon harus
di desain untuk memiliki kekuatan yang memadai untuk mencegah permanen
distorsi apabila center deck dibebani dengan air hujan. Beban air hujan yang
diterima oleh floating roof disimulasikan dengan mengambil data perhitungan
manual dari beban maksimal akibat air hujan. Dimana di dapatkan nilai beban
dari perhitungan pada lampiran A-5 sebesar 416556,849 N. Nilai tersebut
digunakan sebagai masukan beban yang terjadi pada deck. Dimana
menggunakan support leg sebagai fixed supportnya. Hasil simulasi terhadap
beban air hujan dapat dilihat pada Gambar 4.18.

60
Gambar 4. 18 Hasil simulasi pembebanan akibat air hujan pada roof (Dokumen pribadi)

Dari hasil simulasi pembebanan floating roof akibat air hujan didapatkan
nilai deformasi terbesar yang terjadi pada floating roof dengan nilai 0,006 mm.
Di dapatkan pula nilai maks equivalent stress yang terjadi pada floating roof
sebesar 0,216 MPa. Nilai tegangan tersebut dianggap masih aman karena jauh
dibawah nilai alowable stress material sebesar 166,66 MPa dan tegangan yield
material 250 MPa. Maka desain floating roof dalam menerima beban air hujan di
anggap sufficient.

4.6.4 Support leg analysis


Support leg analysis bertujuan untuk melihat ketahanan pada support leg
dalam menahan beban roof dan live load. Pada API 650 annex c paragraf 3.10.2
menyatakan bahwa leg dan attachmentnya harus di desain untuk mensupport
roof dan live load kurang lebih 1,2 Kpa. Untuk beban yang diterima setiap
support leg telah di tunjukkan oleh tabel 4.4. Dengan nilai beban yang diterima
setiap support leg sebesar 5864,483 kg. Dari beban tersebut, akan di convert
menjadi 57471,938 N untuk di masukkan kedalam nilai pembebanan pada ansys.

61
Hasil simulasi terhadap pembebanan yang terjadi pada supprot leg dapat dilihat
pada Gambar 4.19 di bawah ini.

Gambar 4. 19 Hasil simulasi pembebanan pada support leg (Dokumen pribadi)

Dari hasil simulasi pembebanan pada support leg didapatkan nilai


deformasi terbesar yang terjadi pada support leg dengan nilai 0,135 mm. Di
dapatkan pula nilai maksimum equivalent stress yang terjadi pada support leg
sebesar 34,984 MPa. Pada API 650 paragraf 5.10.3 menyatakan bahwa
allowable stress untuk roof component harus didapatkan dari perhitungan
dengan AISC 360. Seperti yang telah ditunjukkan pada sub bab 4.2.4.3
didapatkan nilai allowable stressnya adalah 86,725 MPa. Nilai tegangan yang
terjadi dianggap masih aman karena jauh dibawah nilai allowable stress. Maka
desain support leg dikatakan sufficient.

62
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan serta analisis yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perancangan tangki yang dilakukan menurut standar API 650,
didapatkan nilai tebal shell course teratas tangki adalah 10 mm dan nilai
tebal shell course terbawah tangki adalah 36 mm. Didapatkan pula
ketebalan bottom plate yang digunakan adalah 8 mm, dan ketebalan
annular bottom plate yang digunakan adalah 13 mm. Untuk desain wind
girder telah didapatkan nilai momen inersia dan modulus yang
mencukupi. Tangki yang dirancang juga stabil tanpa adanya anchorage
untuk menerima beban angin. Untuk detail gambar dan general
arrangement hasil pemodelan AMETANK 7.7 terlampir pada lampiran B.
2. Dari hasil perancangan tangki external floating roof yang dilakukan
menurut standar API 650 annex C, didapatkan nilai bouyancy yang lebih
besar dari beban yang diterima pada external floating roof yaitu
5811701,882 N > 3486882,397 N. Sehingga perancangan external
floating roof mampu mengapung di atas liquid yang disimpan. Untuk
perancangan support leg pada external floating roof, didapatkan bahwa
support leg mampu menahan berat external floating roof, air hujan, dan
live load. Dimana didapatkan nilai stress yang terjadi pada setiap support
leg yaitu 29,627 MPa dengan tegangan yang diperbolehkan yaitu 86,725
MPa. Untuk desain roof drain yang mampu menahan curah air hujan yang
terjadi adalah pipa dengan ukuran 4 inchi sch 40.
3. Hasil simulasi dengan beban angin 778028,580 N pada shell. Didapatkan
nilai tegangan maksimum pada intermediete girder sebesar 0,880 MPa.
Tegangan tersebut masih jauh di bawah allowable stress of material (A
573 gr 70) sebesar 193 MPa dan yield stress 290 MPa.
Begitu juga hasil simulasi dengan tekanan hidrostatis ditambah berat roof
dan air hujan untuk mengetahui tegangan pada shell dan bottom pada saat

63
tangki berisi fluida berupa condensate. Didapatkan nilai tegangan maksimum
7,122 MPa, yang terjadi pada shell course paling bawah. Namun tegangan
tersebut masih jauh di bawah allowable stress of material (A 573 gr 70) sebesar
193 MPa dan yield stress 290 MPa. Selain itu hasil dari analisa storage tank
tersebut didapatkan nilai safety factor sebesar 27,099 dimana kontruksi storage
tank tersebut masih aman dikarenakan nilai safety factor tersebut lebih besar dari
minimum safety factor yang diperbolehkan API 650 pada hydrotest yaitu 2,5.
Hasil simulasi dengan beban air hujan 416556,849 N pada floating roof.
Didapatkan nilai tegangan maksimum 0,216 MPa. Tegangan tersebut masih
jauh di bawah allowable stress of material (A 36) sebesar 166,66 MPa dan
yield stress 250 MPa. Maka desain aman dalam menerima beban air hujan.
Hasil simulasi pada setiap support leg akibat beban floating roof, air hujan, dan
live load sebesar 57471,938 N. Didapatkan nilai tegangan maksimum 34,984
MPa. Tegangan tersebut masih jauh di bawah allowable stress material (A 53 gr
B) yang dihitung dengan rumus pada AISC 360 sebesar 86,875 MPa. Maka desain
support leg aman dalam menerima beban yang terjadi.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada perancang pressure vessel,
perusahaan,maupun pembaca dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Dalam perancangan external floating roof tank harus mengacu dan memenuhi
standart untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan untuk menjaga
tingkat keamanan tangki yang telah di desain, selain itu pemilihan tebal
material juga harus dipertimbangkan sesuai dengan tebal minimum yang
disyaratkan.
2. Berdasarkan hasil perancangan yang telah dilakukan, penulis menyarankan
perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai design gempa ( seismic design )
dan simulasinya. Serta penambahan noozle dan analisa tegangan yang terjadi.

64
DAFTAR PUSTAKA

AMEtank reference manual (2014). Technosoft inc, Cincinnati.

American Petroleum Institute. (2013). API 650 Standart Welded Tanks for Oil
Storage Tank (Vol. Twelft). API Publishing Service. Washington D.C.

Budynas, Richard G dan J. Keith Nisbett (2015). Shigley’s Mechanical


Engineering Design. McGraw-Hill Education, New York.

Brawijaya, U. (2014). Modul Training Ansys Workbench PT. BOMA BISMA


INDRA. Pasuruan.

Long, Bob dan Bob Garner (2004). Guide to Storage Tanks and Equipment.
John Wiley and Sons Ltd, United Kingdom.

Mujib, A (2016). Analisa Desain Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving


Facilities ) Diesel Storage Tank Sebagai Tempat Penyimpanan Minyak.
Tugas Akhir. Teknik Pengelasan PPNS, Surabaya.

Meyer, Philip E. (1997). Aboveground Storage Tanks. McGraw-Hill, New


York.

Nugraha, Nurcahya (2018). Perilaku Nonlinier Pipa Elbow Bertekanan Yang


Diberi Beban Termal Dan In-Plane Bending. Skripsi. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.

Pullarcot, Sunil. (2015). Above Ground Storage Tanks Practical Guide to


Construction, Inspection, and Testing. US. Taylor & Francis Group,
Florida.

Rencana Induk Terminal Khusus (2017). Dokumen PT. TPPI. Tuban, Jawa
Timur.

Sari, G. N. (2010). Atmospheric Storage Tank.

The Engineering Equipment and Materials Users Association (2014). Above


Ground Flat Bottomed Storage Tanks A Guide To Inspection,
Maintenance, And Repair. IHS, London.

Yeng, Kuan Siew. (2009). Design, Construction and Operation of the Floating
Roof Tank. Research Project of University of Southern Queensland,
Australia.

65
66
LAMPIRAN A
Detail Perhitungan Based on API 650

Data sheet Lampiran A-1


1. Dimension and Type
Normal capacity 98520,345 m³
Tank Diameter ( D ) 80 m
Tank Height ( H ) 20,71 m
Type of Tank Above Ground Welded steel tank
Roof type External floating roof Single Deck with Pontoon
Bottom type

2. Design Condition
Applicable standard API 650 12th edition, add 3 with applicable Annex C
Spesific Gravity 0,737
Design max Liquid Level 19,6 m
Design metal temp min 20 °C
max 65 °C
wind speed 39 m/s
seismic data ground acceleration 0,15
soil type S2
seismic zone 2A
Corrosion Allowance 1,5

3. Material of
Construction
Bottom A36
Annular Bottom Plate A36
Group
Shell Plate A 573 Gr 70 IV
Floating Roof A36

67
Shell Calculation Lampiran A-2
1. Information Data
Tank Diameter ( D ) 80 m
Tank Height 20,71 m
Design Liquid Level ( H ) 19,6 m
Nominal Capacity 98520,345 m³
Design Metal Temperature 20 °C
Corrosion Allowance 1,5

2. Material Specification
A 573 Gr
Material 70 A 36
Yield Strength 290 250
Tensile Strength 485 400
Width 2959 mm
Sd 193 MPa
St 208 MPa
Specific Gravity ( G ) 0,737
Wind Velocity 39 m/s

Shell Course 1
design hydrostatis
tpd 30,3904 tpt 36,37307692
t1d 30,3196123 tit 35,93356451
note for the design condition, t1d need not be greater than tpd OK
note for the hydrostatic test condition, t1t need not be greater than tpt OK
t1d = minimum of above thickneses = 30,31961
t1t = minimum of above thickneses = 35,93356
tmin = nominal thicknes required the greater between t1d and t1t = 35,93356
t use = 36 mm

Check 𝐿 1000

𝐻 6
61,2244898 ≤ 166,67 OK

68
Shell Course 2

) ,
=
ratio design ( 2,51886807 ,ratio hydro = 2,465833333

tl= 34,5
Design condition
tu k C x1 x2 x3 x tdx-CA
1 24,4610376 1,410406235 0,182205433 1573,65463 3032,080615 1206,777667 1206,778 23,10367134
2 23,1036713 1,493269164 0,213388279 1722,726791 3550,994353 1172,817197 1172,817 23,15450717
3 23,1545072 1,489990685 0,212188353 1716,981834 3531,026383 1174,106784 1174,107 23,15257678
4 23,1525768 1,490114916 0,212233872 1717,199755 3531,783861 1174,05784 1174,058 23,15265004
td2 25,61610292 tused 26
tl= 34,5
Hydro test condition

tu k C x1 x2 x3 x ttx
1 30,7965 1,120257172 0,05823423 987,1383125 969,0758177 1354,068102 969,0758 29,53554942
2 29,5355494 1,168083908 0,080294521 1090,606706 1336,181125 1326,057491 1090,607 29,30651044
3 29,3065104 1,177212827 0,084432229 1110,0647 1405,036715 1320,905903 1110,065 29,2698396
4 29,2698396 1,178687703 0,085098514 1113,199416 1416,124379 1320,079229 1113,199 29,26393187
tt2 29,70850306 t used 30

Shell Course 3
tl= 26
Design condition
tu k C x1 x2 x3 x tdx-CA
1 20,03167527 1,297944363 0,136942053 1145,597639 1873,641163 1092,064934 1092,065 18,84602384
2 18,84602384 1,379601354 0,170149982 1274,583947 2327,992054 1059,25298 1059,253 18,89514044
3 18,89514044 1,376015176 0,168729909 1269,056236 2308,562616 1060,632397 1060,632 18,89307558
4 18,89307558 1,376165564 0,16878953 1269,288295 2309,378355 1060,574442 1060,574 18,89316233
td2 20,39316233 tused 21
tl= 30
Hydro test condition

tu k C x1 x2 x3 x ttx
1 25,21992308 1,189535746 0,089980329 1006,632664 1231,110867 1225,354373 1006,633 23,88819229
2 23,88819229 1,255850574 0,119100427 1117,731942 1629,532038 1192,56338 1117,732 23,67881288
3 23,67881288 1,266955407 0,123855524 1135,931953 1694,591284 1187,325483 1135,932 23,64451286
4 23,64451286 1,268793321 0,124639177 1138,932842 1705,313226 1186,46522 1138,933 23,63885734
5 23,63885734 1,269096876 0,124768516 1139,428167 1707,082841 1186,323316 1139,428 23,63792384
tt2 23,63792384 t used 24

69
Shell Course 4
tl= 21
Design condition
tu k C x1 x2 x3 x tdx-CA
1 15,60231291 1,34595429 0,156688598 1019,5521 1680,17184 963,7942216 963,7942 14,60867143
2 14,60867143 1,437502383 0,192600023 1127,179775 2065,25005 932,5995187 932,5995 14,65536715
3 14,65536715 1,432922136 0,190856601 1121,94212 2046,555332 934,0888281 934,0888 14,65313779
4 14,65313779 1,433140144 0,190939709 1122,191769 2047,446498 934,0177789 934,0178 14,65324414
td2 16,15324414 tused 17
tl= 24
Hydro test condition

tu k C x1 x2 x3 x ttx
1 19,64334615 1,221787765 0,104297945 898,5977347 1118,386861 1081,427879 898,5977 18,51521965
2 18,51521965 1,296230909 0,136225481 992,3963132 1460,745837 1049,915291 992,3963 18,33844541
3 18,33844541 1,308725983 0,141432186 1007,750362 1516,577332 1044,891232 1007,75 18,30950893
4 18,30950893 1,310794303 0,142289864 1010,281016 1525,774217 1044,066532 1010,281 18,30473962
5 18,30473962 1,311135831 0,142431373 1010,698587 1527,291612 1043,930543 1010,699 18,30395266
tt2 18,30395266 t used 19

Shell Course 5
tl= 17
Design condition

tu k C x1 x2 x3 x tdx-CA
1 11,17295055 1,521531839 0,223619334 963,37452 1736,180506 815,5935163 815,5935 10,40115247
2 10,40115247 1,634434266 0,262528345 1045,706399 2038,270071 786,9199537 786,92 10,44407427
3 10,44407427 1,627717265 0,260298694 1040,977875 2020,959064 788,5419492 788,5419 10,44164628
4 10,44164628 1,628095756 0,260424611 1041,24488 2021,936679 788,4502858 788,4503 10,4417835
td2 11,9417835 tused 12

tl= 19
Hydro test condition

tu k C x1 x2 x3 x ttx
1 14,06676923 1,350701052 0,158606398 851,6238652 1231,420076 915,1388818 851,6239 13,02717041
2 13,02717041 1,458490171 0,200518388 938,52062 1556,824768 880,6733886 880,6734 12,97242323
3 12,97242323 1,464645399 0,202818864 943,3098644 1574,685656 878,8209086 878,8209 12,97591444
4 12,97591444 1,464251332 0,202671878 943,0038064 1573,544462 878,9391573 878,9392 12,97569159
tt2 12,97569159 t used 13

70
Shell Course 6
tl= 12
Design condition

tu k C x1 x2 x3 x tdx-CA
1 6,743588187 1,779468091 0,308198354 790,7005082 1480,893089 633,6294392 633,6294 6,244174303
2 6,244174303 1,921791324 0,34874822 841,0930828 1675,735197 609,7156397 609,7156 6,279971155
3 6,279971155 1,910836802 0,345766644 837,3812126 1661,408722 611,4608431 611,4608 6,277358739
4 6,277358739 1,911632025 0,345983841 837,6515784 1662,452357 611,3336486 611,3336 6,277549138
td2 7,777549138 tused 10

tl= 13
Hydro test condition
tu k C x1 x2 x3 x ttx
1 8,490192308 1,531178509 0,227065405 704,6185683 1091,049271 710,9656034 704,6186 7,727641929
2 7,727641929 1,682272564 0,278107634 766,7616631 1336,307179 678,2867313 678,2867 7,777267314
3 7,777267314 1,671538276 0,274657179 762,5434578 1319,727747 680,4611575 680,4612 7,773169357
4 7,773169357 1,672419499 0,274941421 762,8908593 1321,093527 680,2818613 680,2819 7,773507261
tt2 7,773507261 t used 10

Shell Course 7
tl= 10
Design condition
tu k C x1 x2 x3 x tdx-CA
1 2,314225824 4,321099478 0,691584009 416,8324983 1276,664081 371,1869457 371,1869 2,207665236
2 2,207665236 4,529672269 0,706000782 425,1554324 1303,277444 362,5404219 362,5404 2,220608321
3 2,220608321 4,503270525 0,704245216 597,812543 1300,036668 363,6016185 363,6016 2,219019803
4 2,219019803 4,506494258 0,704460613 424,2664443 1300,434292 16,25494159 16,25494 2,738967183
td2 4,238967183 tused 10

tl= 10
Hydro test condition

tu k C x1 x2 x3 x ttx
1 2,913615385 3,432161998 0,612335859 569,96469 1130,371995 416,4913031 416,4913 2,694074083
2 2,694074083 3,711850414 0,640963753 578,8764529 1183,219087 400,4926898 400,4927 2,724225315
3 2,724225315 3,670768326 0,63700296 385,2956502 1175,907464 402,7275486 385,2957 2,75286589
4 2,75286589 3,632577975 0,633249009 576,4923592 1168,97767 404,8390095 404,839 2,716034174
tt2 2,716034174 t used 10

71
Summary
Shell Course H(m) tdx-CA (mm) ttx (mm) tmin (mm) tused (mm) material
1 19,6 30,31961229 35,93356451 35,93356451 36 SA 573 Gr 70
2 16,641 25,61610292 29,70850306 29,70850306 30 SA 573 Gr 70
3 13,682 20,39316233 23,63792384 23,63792384 24 SA 573 Gr 70
4 10,723 16,15324414 18,30395266 18,30395266 19 SA 573 Gr 70
5 7,764 11,9417835 12,97569159 12,97569159 13 SA 573 Gr 70
6 4,805 7,777549138 7,773507261 7,777549138 10 SA 573 Gr 70
7 1,846 4,238967183 2,716034174 4,238967183 10 SA 573 Gr 70

72
Bottom Calculation Lampiran A-3
a. Bottom Plate
Minimum Nominal Thickness excluding corrosion allowance 6 mm
Corrosion allowance 1,5 mm
Minimum Nominal Thickness including corrosion allowance 7,5 mm
Used bottom thickness 8 mm
Minimum nominal width 1800 mm

b. Annular Bottom Plate


td 30,3904 mm
tt 36,37307692 mm
nominal t 37 mm
CA 1,5 mm
Sd 193 MPa
St 208 MPa
Product stress 157,0661183
Hydro test stress 204,4756757
tb+CA 12,5 mm
tb 11
see
Minimum anual width 742,5038876 mm 5.5.2
5.1.5.7
742,5038876 > 600
Fy 250 MPa
H 19,6 m
G 0,737
ϓ 0,00981 MPa per m

73
Wind Girder Lampiran A-4
1. Information Data
Diameter (D) 80 m
Height (H2) 20,71 m
Wind Speed (V) 140,4 km/h
Thinnest Shell (t) 10 mm
Material A36
E 200000 MPa

a. Top Windgirder, see API 650 paragraf 5.9.5

Z= ( ) = 4257,338333 mm³

Syarat API 650 paragraf 5.9.5.4

= 103727,4941 𝑚𝑚

detail perhitungan momen inersia top wind girder

Horizontal plate (2) d 915 mm


b (tebal) 8 mm
Vertical plate (3) b 515 mm
d ( tebal) 16 mm
Shell teratas (1) b 320 mm
91 d (tebal) 10 mm
Center of Gravity
(C) 593,0714286

74
No A(mm2) Y (mm) AY (mm³) h (mm) h² (mm²) Ah² (mm4) Iz = (bXd³)/12
1 3200 5 16000 588,0714286 345828,005 1106649616 26666,66667
2 7320 467,5 3422100 125,5714286 15768,1837 115423104,5 510707250
3 8240 933 7687920 339,9285714 115551,434 952143813,5 175786,6667
∑ 18760 11126020 2174216534 510909703,3

Ih=∑Ah² + ∑ Iz 2685126238 mm4


modulus (Z)= I/C 4527492,151 mm³ Convert >>> 4527,492151 cm3

Keberterimaan dari desain minimum momen inersia


2685126238 𝑚𝑚 > 103727,4941 𝑚𝑚 OK
Keberterimaan dari desain minimum modulus
4527,492 mm³ > 4257,338333 mm³ OK

b. Intermediete Girder, see API 650 paragraf 5.9.6

𝑡 190
𝐻 = 9.47𝑡 ( ) ( ) = 7,664573 m
𝐷 𝑉

Perhitungan transformed shell menurut API 650 paragraf 5.9.6.2

Course h course (mm) t use (mm) Wtr ∑ Wtr


1 2959 36 120,3341 120,3341
2 2959 30 189,8199 310,154
3 2959 24 331,6018 641,7558
4 2959 19 594,6494 1236,405
5 2959 13 1535,63 2772,035
6 2959 10 2959 5731,035 lokasi
7 2959 10 2959 8690,035 mm
∑ 8,690035 m

H1 < ∑ Wtr , maka dibutuhkan intermediete girder. Untuk desain perhitungannya


seperti dibawah ini.
Z= ( ) = 1575,600 mm³

75
Maka didapatkan desain intermediete girder sesuai pada tabel 5.20a API 650 seperti
dibawah ini.

b=750

76
ROOF DESAIN Lampiran A-5
Information Data
Diameter Tank (D) 80 m
Tank Height (H) 20,71 m
Desain Liquid Level 19,6 m
Plate Density 7850 kg/m3
Condensate Density 766 kg/m3
Design Data
Lp 3760 mm
X 200 mm
Hp (Outerrim) 990 mm
R(outsiderim) 39800 mm
R(Insiderim) 36040 mm
H4 485 mm
H3 355 mm
H5 124 mm
H2/H1 25 mm
H of sink floating roof 381 mm
Hp (Innerrim) 510 mm
Jumlah pontoon 36
Q3 (5 degree) 3776,72 mm
Q5 (2 degree) 3762,04 mm

Panjang per pontoon (outside) 6946,41 mm


Panjang per pontoon (inside) 6290,16 mm
Tinggi trapesium Top 3747,7 mm
Tinggi trapesium bottom 3762,43 mm

Calculation of floating roof dead weight


Part Plate Thickness (mm) Area (mm2) Volume (mm3) Volume (m3) Massa (Kg)
Pd(Deck Plate) 6,4 4080556892 26115564112 26,11556411 205007,1783
Por(Outer rim plate) 10 247570052,4 2475700524 2,475700524 19434,24911
Pir(Inner rim plate) 12 115487337,6 1385848051 1,385848051 10878,9072
Ptp(Pontoon Top plate) 4,8 892920481 4286018309 4,286018309 33645,24372
Ptb(Pontoon Bottom plate) 6,3 896430025,2 5647509159 5,647509159 44332,94689
accecories 31329,85252
Total Dead Weight 313298,5252
Weight 3070325,547 N

convert 313298,5 kgf

77
Calculation for bouyancy

Section no Volume (mm3) Volume (m3) Bouyancy (N) Bouyancy (kgf)


V1 102013922311,07 102,0139223 765798,112 78142,66449
V2 22396276440 22,39627644 168124,368 17155,54775
V3 1,59721E+11 159,7207274 1198991,556 122346,0772
V4 4,34488E+11 434,4877629 3261612,739 332817,6264
V5 55572961428 55,57296143 417175,1068 42568,88845
Volume Pontoon (V2+V3+V4+V5) 672,1777282 514888,1398 kgf
Total Volume 774,1916505 593030,8043 kgf

bouyancy
(N)= volume*ro liquid*gravity
ini untuk spesific gravity 766 kg/m3 atau 0,766 g/m3

Check the strength of floating roof

C.3.4.1 sg = 0,7 0,7 g/ml


rainfall in 24 hour 250 mm
raifall per hour 10,41666667 mm
SG rainfall 1000 kg/m3
Weight of rainfall per
hour (kgf) luas deck plate * rainfall per hour * SG raifall
42505,80096 kg 416556,8494 N
42505,80096 kgf

Provided Bouyancy > Dead weight + Weight of rainfall


per hour
Provided Bouyancy = (V1+V2+V3+V4+V5)*g*ro condensate 9,8 m/s2
5811701,882 N
Jadi
Provided Bouyancy Weight on
(N) roof (N)
5811701,882 > 3486882,397 OK
ratio 1,666732978

78
ROOF DRAIN DESAIN Lampiran A-6
Design Data
Design liquid Height 19,6 m
Design rainfall (RH) 14,213 mm/hr
design drainage req RH x Deck area 57,9949148 m3/hr
Percepatan Gravitasi (g) 9,8 m/s2
Minimum design liquid 1,83 m

debit air per detik 0,016109699 m3/s


Perhitungan kecepatan aliran (v) 19,6 m/s

Q=A.v
Luas penampang (A) 0,000821923 m2
radius pipe 0,016178969 m >> 16,17897 mm
diameter pipe 32,35793834 mm
untuk tinggi maksimum

perhitungan kecepatan aliran (v) 5,988989898 m/s

Q=A.v
Luas penampang (A) 0,002689886 m2
radius pipe 0,02926861 m >> 29,26861 mm
diameter pipe 58,53721933 mm
untuk tinggi minimum

Pipe size 2 in sch


maka menggunakan desain 40

79
Pemilihan ukuran pipa roof drain sch 40

80
ROOF SUPPORT LEG DESAIN Lampiran A-7
Geometric Data
see C
Support legs size 3" sch 80 material A53 gr B 3.10.4
Pipe OD 88,9 mm
Pipe thickness 7,62 mm
Pipe area 1948 mm2
Radius of gyration (r) 28,84872926
moment inertia 1.621.221 mm4
pipe length 2927 mm
Material Properties
Type material A53 gr B
minimum yield stregth 240 MPa
Modulus Elasticity (E) 200000 MPa
Density 7850 kg/m3
Jumlah Support deck
156,9444959 dibulatkan 157 support

81
Pemilihan leg support sch 80

82
WIND LOAD Lampiran A-8
Wind Design Calculation
Internal design pressure (Pi) 0 N/mm2
Tank Diameter (D) 80000 mm
Tank Height (Hs) 20710 mm
Roof Height (Hr) 0 mm
Height from bottom to shell centre (Ls) 10355 mm
Height from bottom to roof centre (Lr) 20710 mm
Weight of shell (Wdl) 8119862,537 N
Kecepatan Angin 140,4 km/h
Wind Force Calculation
Wind Pressure on conical surfaces (wr) 0,000786302 N/mm2
Wind Pressure on cylindrical surfaces (ws) 0,000469597 N/mm2

Projected Area of roof (Ar) 0 mm2


Projected Area of shell (As) 1656800000 mm2

Total wind load exerted on roof (Fr) 0 N


Total wind load exerted on shell (Fs) 778028,5804 N
Total Wind moment of tank (Mw) 8056485950 Nmm

see
0,4
Pressure combination Factor 5.2.2

83
84
LAMPIRAN B
Detail Drawing & General Arrangement AMETANK 7.7

85
86
LAMPIRAN C
Drawing Tangki Existing

87
88
LAMPIRAN D
Report AMETAMK 7.7

89
90

Anda mungkin juga menyukai