KOLANG-KALING
Oleh:
Denny Azhary
D31176060
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik TEDC Bandung
Agus Saleh, S.Kom., S.ST., M.T. Agus Saleh, S.Kom., S.ST., M.T.
NIDN. 0407087804 NIDN. 0407087804
Mengetahui
Wakil Direktur I,
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Denny Azhary
ii
ABSTRAK
Rancang Bangun Mesin Pemipih Buah Kolang-Kaling
Agus Saleh, Denny Azhary.
Di Indonesia, tanaman aren tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara,
khususnya daerah – daerah perbukitan yang lembab. Pengembangan tanaman
aren di Indonesia sangat prospektif. Dapat meningkatkan pendapatan petani dari
usaha tani tanaman aren, serta untuk mlestarikan sumber daya alam serta
lingkungan hidup. Penerapan teknologi pascapanen buah aren yang belum
optimal menyebabkan produksi kolangkaling sangat rendah. Sehingga peneliti
tertatrik untuk merancang bangun alat Pemipih untuk kolang kaling. Tujuan
umum penelitian ini untuk merancang bangun pemipih pada mesin pembuat
kolang – kaling. Tujuan khusus penelitian ini untuk menganalisi pemipih pada
mesin pembuat kolang – kaling, untuk merancang pemipih pada mesin pembuat
kolang – kaling, untuk membuat pemipih pada mesin pembuat kolang – kaling
dan untuk menguji pemipih pada mesin pembuat kolang – kaling. Metode
penelitian ini menggunakan Metode Exsperimen dengan pendekatan kombinasi
antara kualitatif dan kuantitatif, adapun teknik amalisi data yang digunakan
menggunakan tehnik kuantitatif. Hasil pengukuran menunjukan bahwa lama
waktu pengupasan, pemipihan, dan pemisahan biji aren yang dibutuhkan oleh
mesin hasil rancangangan lebih cepat dibandingkan dengan manual. Waktu yang
dibutuhkan oleh mesin hasil rancangan pengupas 10kg buah aren rata – rata
selama38,6 detik, sedangakan manual membutuhkan 470 detik.Simpulannya
mesin pemipih buah aren hasil rancangan dapat memipih buah aren tanpa
memakan waktu yang lama. Waktu yang dibutuhkan dalam pengupasan buah
aren mengggunakan mesin hasil rancangan lebih dua belas kali lipat
dibandingkan dengan cara manual.
iii
ABSTRACT
Design And Build Sugar Palm Fruit Slipper Machine
Agus Saleh, Denny Azhary
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita semua, dan tidak lupa salam serta
shalawat semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Alhamdulillah, laporan Tugas Akhir “Rancang Bangun Pengupas
Pada Mesin Pembuat Kolang-Kaling” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan doplima empat (D4) Mekanik Industri dan
Desain, Politeknik TEDC Bandung.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Gerinata Ginting, M.M., Selaku Direktur Politeknik TEDC Bandung.
2. Castaka Agus S., M.Kom. MCS, Selaku Koordinator Tugas Akhir
Politeknik TEDC Bandung
3. Agus Saleh, S.Kom., S.ST., M.T., Selaku Ketua Program Studi Mekanik
Industri dan Desain sekaligus dosen pembimbing Tugas Akhir
4. Dosen-dosen dan staff pengajar D IV Politeknik TEDC Bandung.
5. Seluruh staff dan karyawan/karyawati secretariat dan tata usaha Politeknik
TEDC Bandung
6. Bapak, Ibu, dan Kaka tercinta, yang selalu memberikan do’a dan
dukungan moril maupun materil
7. Gita Dwi Gunawan Amd.,Keb, yang selalu memberikan do’a dan
dukungan selama pengerjaan Tugas Akhir
8. Semua pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir.
Penulis menyadari penulisan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini di kemudian hari.
v
DAFTAR ISI
vi
2.10 Bearing .....................................................................................................21
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan minuman dengan rasanya yang kenyal. Bila dilihat dari habitat asli dan
penampilannya, buah ini tentu saja tidak dapat dinikmati secara langsung,
sehingga diperlukan beberapa proses pengolahan hingga menjadi kolang-
kaling.
Penerapan teknologi pasca panen buah aren yang belum optimal
menyebabkan produksi kolang-kaling sangat rendah. Buah aren muda yang
memiliki kulit yang keras dan biji yang melekat sangat erat pada untaian
buahnya. Selain itu daging buah aren yang masih muda mengandung lendir
yang sangat gatal jika mengenai kulit, karena mengandung asam oksalat
(H2C2O4) (Soeseno, 2002). Oleh karena itu, perlu dirancang alat untuk
memecah buah aren untuk mempercepat proses pengupasan buah aren dan
meningkatkan keamanan dalam proses pengolahan buah aren sehingga dapat
meningkatkan produksi kolang-kaling.
Untuk membuat kolang-kaling, para pengusaha kolang kaling biasanya
membakar buah aren sampai hangus, kemudian diambil bijinya untuk direbus
selama beberapa jam. Biji yang sudah direbus tersebut kemudian direndam
dengan larutan air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan.
Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengonsumsi kolang kaling juga
membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia. Kolang-kaling
merupakan salah satu buah khas dalam bulan Ramadhan yang di sajikan
dalam bentuk kolak dan es buah. Pada saat ini pembuatan kolang-kaling masih
sangat sederhana yaitu dengan cara di kupas satu per satu menggunakan pisau,
adapun yang mengupas dengan cara di gencet dengan dua buah kayu yang di
beri engsel sehingga dengan tekanannya kulit kolang-kaling dapat terbuka
untuk dikupas. Setelah itu prose pemipihannya pun masih sangan sederhana
yaitu dengan cara di pukul dengan alat seperti palu yang dibuat khusus.
Metode seperti itu membutuhkan proses yang sangat lama sehingga apabila
pesanan melojak maka pembuat kolang-kaling akan keteteran untuk
memenuhi semua pesanannya. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membuat
mesin yang dapat mengupas dan memipihkan kolang kaling dengan jumlah
yang banyak dan dalam waktu yang singkat.
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling?
2. Bagaimana merancang pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling?
3. Bagaimana membuat pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling?
4. Bagaimana menguji pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling?
1.3. Batasan Masalah
1. Penulis tidak membahas tentang bagian pengupas pada mesin pembuat
kolang-kaling.
2. Penulis tidak membahas konstruksi secara keseluruhan pada mesin
pengupas kolang-kaling.
3. Penulis tidak membahas gaya-gaya yang bekerja pada rangka pemipih
4. Penulis hanya membahas tentang perancangan, cara kerja, daya, dan
kapasitas pemipih pada mesin pemipih kolang-kaling.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk merancang bangun pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling.
2. Untuk merancang pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling.
3. Untuk membuat pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling.
4. Untuk menguji pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Terciptanya sebuah teknologi baru dalam penerapan teknologi tepat
guna.
2. Memberikan manfaat ekonomis dalam pembuatan kolang-kaling.
3. Memberikan solusi terhadap masalah kapasitas produksi kolang-kaling.
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam membuat dan
terlibat dalam proyek ilmiah.
1.6 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
3
1.6.1 Metode Penyusunan Akademis
1. Metode Bimbingan
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan pengarahan dari Dosen
Pembimbing dalam penyusunan sistematik laporan tugas akhir dan
bentuk yang baik serta koreksi dan masukan materi selama proses
pembuatan dan penyusunan tugas akhir.
2. Studi Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan topik Tugas Akhir yang dapat diambil dari literatur dan
digunakan sebagai referensi.
3. Metode Pelaksanaan Program
Dalam “Rancang bangun pemipih pada mesin pembuat kolang-
kaling” penulis menerapkan beberapa metode pelaksanaan penelitian,
yaitu:
4. Rancangan Konseptual
Rancangan konseptual adalah suatu rancangan awal yang berupa
gambar sketsa dasar perancangan yang didasarkan pada pemahaman
konsep-konsep mekanik kincir angin untuk memecahkan masalah. Tahap
ini didahului dengan identifikasi masalah yang dihadapi, kemudian
menumbuhkan struktur fungsi dari masing-masing blok komponennya
dan akhirnya menentukan cara yang paling tepat dan efektif.
5. Rancangan Tata Letak
Gambar-gambar sketsa rangka dan rangkaian mekanik yang
sudah jadi kemudian dianalisa untuk menentukan tata letak yang terbaik
agar alat tersebut dapat bekerja dengan efektif.
6. Rancangan Detail
Tahap pembuatan rancangan detail yang sebelumnya dilakukan
optimalisasi konsep dasar, tata letak dan bentuk, penyiapan daftar
komponen dan dokumen produksi. Dan terakhir yaitu penyiapan gambar
kerja disertai dengan bahan komponen yang sudah diperhitungkan
keamanannya berdasarkan kekuatan bahan.
4
7. Persiapan Alat dan Bahan
Proses ini dimulai setelah selesainya rancangan detail. Alat-alat
dan bahan yang diperlukan disiapkan secara keseluruhan, sehingga
proses pembuatan prototipe terlaksana secara sempurna.
8. Pembuatan Alat
Persiapan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai rancangan
yang dibuat, kemudian membuat rangka komponen, merakit semua
komponen lalu diuji kinerja. Bila dalam proses ini ada suatu kesalahan
atau kekurangan pada alat, maka akan dilakukan perbaikan sampai alat
ini dapat berfungsi dengan baik. Kemudian langkah terakhir adalah
penyempurnaan alat.
9. Pengujian Alat
Rancang bangun pemipih pada mesin pembuat kolang-kaling di
uji dengan menggunakan kayu terlebih dahulu untuk mengetahui kinerja
pemipihan sebelum di pasangkan motor pada mesin. Setelah dipasang
motor barulah di uji kembali untuk mengetahui hasil pengupasan dan
kapasitas pengupasan.
10. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran tentang isi dari tugas akhir ini maka
akan dikemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi, sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang akan menjadi dasar dari
topik penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang objek penelitian, penetapan variabel penelitian, metode
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data
5
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis, perancangan, pembuatan, pengujian dari alat yang
dibuat dan dilakukan penelitian pada tugas akhir.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini membahas kesimpulan yang dapat diambil dan saran-saran
yang bermanfaat.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
7
kesuburan tanahnya, tinggi pohon dapat mencapai 20 m dengan diameter
batang mencapai 65-77 cm. Daun aren panjang seperti pohon kelapa
bertulang sejajar, berwarna hijau tua. Jumlah daun bersusun sekitar 150-250
anak daun yang tersusun dalam dua spiral. Setelah tanaman aren berumur 8
tahun maka akan muncul karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang
berada di pucuk pohon, sedikit di bawah dari tempat tumbuh daun muda.
Bunga puncak ini disebut bunga betina, kira-kira 2 bulan kemudian
tumbuhlah tandan bunga jantan. Buah aren terbentuk setelah terjadinya
penyerbukan dengan perantara angin atau binatang dan serangga. Buah yang
dihasilkan berupa buah buni yaitu buah yang berair tanpa dinding dalam
keras, bentunya bulat lonjong, berdiameter 4 cm (Apandi, 2008).
2.2 Buah Aren
8
4. Endosperm berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan
lunak pada saat buah masih muda dan berwarna putih padat dan agak keras
pada saat buah sudah masak.
Buah yang masih muda keras dan melekat sangat erat pada untaian
buahnya. Tiap untaian buah memiliki panjang mencapai 1,5-1,8 meter dan
tiap tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah dan beratnya
mencapai 100-250 kg dalam 1 tandan buah. Pada satu pohon aren sering
didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya serempak (Sunanto, 2003).
Buah aren yang terlalu muda akan menghasilkan kolang-kaling yang
sangat lunak sedangkan yang terlalu tua akan menghasilkan kolang-kaling
yang terlalu keras dan berserat. Buah aren yang siap dijadikan kolang kaling
ditunjukan pada Gambar 1. Untuk membuat kolang-kaling, para pengusaha
kolang-kaling merebus buah aren untuk menghilangkan kandungan kristal
oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal apabila terkena kulit kemudian
diambil bijinya dan direndam dengan larutan air kapur selama beberapa hari
sehingga terfermentasikan (Sunanto, 1993).
2.3 Kolang-kaling
9
karbohidrat,serta kadar abu sekitar satu gram dan serat kasar 0,95
gram(Lutony,1993).
Dari segi komposisi kimia,kolang-kaling memiliki nilai gizi sangat
rendah, akan tetapi serat kolang-kaling baik sekali untuk kesehatan. Serat
kolangkaling dan serat dari dari bahan makanan lain yang masuk ke dalam
tubuh menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga mencegah
kegemukan(obesitas),penyakit jantung koroner,kanker usus, dan penyakit
kencing manis (Lutony,1993).
2.4 Pembuatan Kolang-kaling
Menurut Sunanto-1993, Proses pengolahan kolang kaling diawali
dengan pemilihan bahan (buah aren) yang masih setengah masak yang
ditandai dengan warna kulit buah yang masih hijau segar. Buah-buah aren
dilepas satu persatu dari untaiannya dan dimasukan kedalam bakul.
Proses kedua yaitu pembakaran atau perebusan buah aren. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan lendir buah yang menyebabkan rasa gatal
apabila menyentuh kulit kita. Proses pembakaran dilakukan dengan cara
menumpukan buah aren di atas bara api sehingga daging buah menjadi agak
hangus namun bijinya tidak hangus. Proses perebusan dilakukan dengan cara
merebus buah aren didalam kuali besar selama 1-2 jam kemudian didiamkan
sampai airnya dingin.
Proses ketiga yaitu pengambilan biji aren dengan cara mengupas buah
aren yang telah direbus atau dibakar. Buah aren tersebut dikupas secara
manual menggunakan pisau. Pada proses ini para pengrajin harus berhati-hati
dalam melakukan pengupasan buah aren agar kemungkinan tergores pisau
dapat dihindari.
Proses keempat yaitu memukul biji aren sebelum merendamnya di
dalam air selama beberapa hari dengan tujuan melunakan tekstur kolang
kaling tersebut serta dapat menyerap air secara maksimal pada proses
perendaman.
Proses kelima yaitu perendaman biji aren menggunakan air kapur
selama 2-3 hari. Air kapur berfungsi untuk mengendapkan segala kotoran dan
10
dapat megenyalkan biji buah aren. Setelah selesai perendaman tampaklah
biji-biji buah aren yang berwarna putih bersih atau bening yang disebut
kolang-kaling. Setelah itu biji dicuci bersih jika akan dipasarkan biji tersebut
harus dalam keadaan direndam dalam air.
2.5 Metode Pembuatan Kolang –kaling
2.5.1 Manual
Buah aren yang telah di rebus dan di belah lalu di masukan atau di
simpan di kayu untuk di pukul atau di geprek menggunakan palu
Dalam penelitian pendahulu bahwa hasil pemipihan yang
dilakukan secara manual rata-rata buah aren yang terpipih sebanyak 0,5
Kg dalam waktu rata-rata 15 menit. Jadi kapasitas pemipihan buah aren
secara manual dapat menghasilkan kolang kaling rata-rata sebanyak 15
menit/Kg
2.5.2 Mekanis
Pemipihan buah aren di kupas dengan menggunakan mesin
pemipih dengan menggunakan daya mesin 3600 rpm. Dengan
menggunakan mesin pemipih buah aren di pipih dengan sistem di gencet
dengan roll pemipih yang berbentuk roll dengan ada gigi – gigi yang
menempel pada roll tersebut maka kolang – kaling yang terpipih
menghasilkan 1 kg / 1 menit
11
2.6 Motor Penggerak
2.6.1 Motor Bakar
12
2.6.2 Motor Listrik
13
Gambar 2.6 Transmisi Poros Langsung
Transmisi langsung menggunakan poros atau as merupakan
transmisi yang paling sederhana dan digunakan unutk menyalurkan tenaga
pada jarak yang dekat dan posisi yang segaris antara poros motor
penggerak dengan poros mesin yang digerakkan.
2.7.2 Transmisi sabuk-puli (belt and pulley)
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsung. Dalam hal demikian, cara transmisi putaran atau daya
yang lain dapat diterapkan, di mana sebuah sabuk luwes dibelitkan
sekeliling puli pada poros.
Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena
mudah penanganannya dan harganyapun murah. Kecepatan sabuk
direncanakan untuk 10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum
sampai 25 (m/s). Daya maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih
sampai 500 (kW).
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk
membawa tarikan yang besar (Gambar 5.1). Sabuk-V dibelitkan di keliling
alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada
puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan
bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh
bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada
tegangan yang relatif rendah.
14
Puli
dimana :
n1 = putaran motor
n2 = n3 = putaran piringan
D1 = diameter puli motor
D2 = diameter puli penggerak
D3 = diameter gerinda
(Smith dan Wilkes, 2000)
15
Sabuk V
16
Transmisi rantai-sproket digunakan untuk transmisi tenaga pada
jarak sedang. Kelebihan dari transmisi ini dibanding dengan transmisi
sabuk-puli adalah dapat digunakan unutk menyalurkan daya yang lebih
besar. Sprocket berupa roda yang memiliki banyak gigi. Rantai merupakan
kumpulan banyak roller yang saling terhubung. Paling tidak membutuhkan
satu rantai untuk menghubungkan dua sprocket supaya transmisi ini dapat
bekerja.
Kelebihan Rantai dan Sprocket
Berikut beberapa keunggulan transmisi rantai dan sprocket:
Dibandingkan dengan pulley dan sabuk, transmisi ini tidak selip.
Cocok digunakan pada suhu tinggi.
Lebih mudah dipasang daripada pulley dan sabuk.
Dapat bertahan pada kondisi abrasif.
Dapat beroperasi pada kondisi basah.
Relatif murah.
Efisiensi tinggi.
Daya yang dapat ditransmisikan tinggi.
Kelemahan Rantai dan Sprocket
Berikut beberapa kekurangan transmisi rantai dan sprocket:
Pelumasan yang benar harus dilakukan untuk mencegah aus.
Pelumas membuat kotoran mudah menempel sehingga menyebabkan aus.
Perawatan diperlukan akibat aus dan melar.
Pemasangan harus lurus, yang berdampak pada usia pakai dan stabilitas.
Suara bising.
Backlash penting untuk diperhatikan.
17
2.7.4 Transmisi roda gigi (gears)
18
beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu
dengan lainnya.
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga
bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti
cakara tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan
roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau
dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis yaitu : poros transmisi (line shaft), spindel (spindle), gandar (axle),
poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Macam - Macam Poros Berdasarkan Pembebanannya
1. Poros Transmisi (Transmission Shafts)
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan
mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-
duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley,
sprocket rantai, dll.
2. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur.
3. Poros Spindel
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek,
misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga
menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat digunakan
secara efektif apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah
poros antara lain:
1. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur. Kelelahan, tumbukan atau
19
pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila
poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus
direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di
atasnya.
2. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi
jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena
itu, di samping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini
disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian lainnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan
pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula
untuk poros-poros yang terancam akvitasi, dan poros-poros mesin yang
berhenti lama sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan
perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dengan poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran
tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan kulit
yang sangat tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel, baja
khrom nikel molibden, baja khrom dan baja khrom molibden (Sularso
dan Suga, 2004).
Daya dari motor agar dapat ditransmisikan dengan baik dan sesai
dengan kebutuhan daya yang akan digunaan dipengaruhi oleh beberapa
20
hal, salah satunya yaitu diameter poros yang sesuai, perencanaan
diameter poros yang dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan :
D = {( ) × Kt × Cb × T1 }1/3 ( Rumus Poros)
dimana :
D= diameter poros (mm)
T1 = momen yang direncanakan (kg.mm)
Kt = beban tumbukan bahan
Cb =kelenturan bahan (Achmad, 2006).
2.9 Hopper
Merupakan bagian dari alat yang berfungsi untuk penampang bahan
yang akan diproses dalam mesin. Hopper disesuaikan ukuran dan bentuknya
sesuai dengan model dan kebutuhan dari alat yang akan digunakan. Hopper
biasanya terbuat dari plat besi yang dirangkai sedemikian rupa (Sariffudin,
2015).
21
Bantalan (bearing) merupakan salah satu bagian dari elemen
mesin yang memegang peranan cukup penting,fungsi dari bantalan
adalahuntuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa
mengalami gesekan yang berlebihan.Dalam sistem kinerja pompa,
bantalan sangat dibutuhkan peranannya dikarenakan salah satu
elemen komponen penting sebagai tumpuan perputaran poros pompa.
Bantalan (bearing) harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.Bantalan (bearing) sebagai
pendukung gerak poros, sangat besar peranannya dalam operasi kerja
pompa. Setiap desain pompa memiliki spesifikasi dalam bentuk dan
posisi masing-masing komponen. Demikian juga halnya dengan
bantalan (bearing), banyak sekali desain pompa yang meletakan
bantalan pada berbagai posisi, hal ini disesuaikan dengan fungsi
utamanya yaitu mendukung gerakan relatif poros.
Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978: 103) bantalan adalah
elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
panjang umur.Pada umumnya bantalan (bearing) dapat diklasifikasikan
menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur pada bantalan (bearing) ini terjadi gesekan
luncur antara poros dan bantalan(bearing)karena permukaan
poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraanlapisan pelumas.
b. BantalangelindingPada bantalan (bearing) ini terjadi gesekan
gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam
melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
22
(bearing) ini adalah tegak lurus sumbu poros, bantalan
(bearing) ini untuk mendukung gaya radial dari batang poros
saat berputar.
b. Bantalan aksial Bantalan (bearing) aksial atau disebut trust
bearing, dimana arahbebanyang ditumpu bantalan (bearing) ini
sejajar dengan sumbu poros. Bantalan (bearing) aksial memilik
gaya yang sama dengan bantalan (bearing) radial.
c. Bantalan gelinding khusus Bantalan (bearing) ini dapat
menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu
poros.Meskipun bantalan (bearing) gelinding menguntungkan,
Banyak konsumen memilih bantalan (bearing) luncur dalam
hal tertentu, contohnya bila kebisingan bantalan menggangu,
pada kejutan yang kuat dalam putaran bebas.Pada bantalan
(bearing) ini, terjadi gesekan putaran antara bagian yang
berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding
seperti bola (peluru), rol, rol jarum dan rol bulat.
Bantalan (bearing) ini adalah elemen yang memperbolehkan
dua benda terpasang menjadi satukemudianbergerak terhadap yang
lain. Bantalan bola (ball bearing)mengurangi gesekan dengan
memanfaatkan benda gelinding (bentuk bola atau bentuk
silinder). Bantalan bola (ball bearing) menerima tekanan radial
(tegak lurus sumbu poros) tetapi tidak dapat menerima tekanan
aksial (sejajar sumbu poros)
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24
Untuk variabel kendali digunakan timbangan digital.
3.5. Teknik Pengolahan Data
Dalam pembuatan mesin pemipih kolang-kaling ini teknik pengolahan
data yang digunakan adalah teknik pengolahan data kuantitatif yaitu sebagai
berikut:
1. Mengelompokan data
Agar data dapat dikelompokan secara baik, perlu dilakukan
kegiatan awal sebagai berikut:
a. Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah terkumpul, meliputi
kelengkapan isian, keterbacaan tulisan, kejelasan jawaban,
keseragaman suatu data yang digunakan, dan sebagainya.
b. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang
terkumpul di setiap instrument penelitian.Kegiatan ini bertujuan untuk
memudahkan dalam penganalisisan dan penafsiran data.
c. Tabulating, yaitu memasukan data yang sudah dikelompokan kedalam
tabel-tabel agar mudah dipahami.
2. Pengolahan Statistik Sederhana
Pengolahan statistik adalah cara mengolah data kuantitatif sehingga
data mempunyai arti. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa
macam teknik, misalnya distribusi frekuensi dan ukuran memusat.
25
3.6. Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Kesimpulan
Selesai
26
Metodologi yang digunakan dalam penyelesaian masalah, terdiri dari tiga
tahapan yaitu:
Tahapan pertama konsep design (Conceptual Design)
1. Menetapkan Masalah (Define Problem)
Bagian ini mencakup pada proses identifikasi kebutuhan dimana
kegiatan yang membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi, “background
research” sangat diperlukan untuk memberikan informasi dalam memahami
kemudian mendefinisikan masalah secara lengkap dan detail.
2. Mengumpulkan Informasi (Gathering Information)
Hal ini melibatkan semua spesifikasi (Literatur) yang berhubungan
dengan “sistem” yang di desain
3. Pengembangan Konsep (Concept Generaion)
Pengembangan konsep dengan menciptakan konsep yang lebih luas,
semua kemungkinan alternatif solusi di eksplor dan dipertimbangkan
4. Evaluasi dari Konsep ( Evaluation of Concept)
5. Evaluasi konsep desain, memodifikasi dan berkembang kedalam konsep yang
paling utama dalam bagian ini biasanya memerlukan beberapa literasi,
selanjutnya dilakukan perbaikan dari spesifikasi desain produk dimana
meninjau kembali setelah konsep dipilih, kemudian kaji ulang design sebalum
melangkah ketahap berikutnya. Hal ini diperlukan untuk mengurangi waktu
siklus produk, mempersiapkan sumber daya manusia, peralatan dan biaya
yang dibutuhkan untuk penyelesaian produk tersebut.
Tahap kedua, perwujudan design (Embodiment Design)
1. Arsitektur produk (Product Architektur)
Diputuskan bagaimana komponen dari desain yang akan disusun dan
digabungkan
2. Konfigurasi komponen dari design (Cinfiguration Design)
Konfigurasi bermaksud untuk menentukan fitur apa yang akan
digunakan dan bagaimana penempatan fitur tersebut. Pemodelan, simulasi,
pemilihan material dan proses produksi dapat dilakukan dalam tahap ini.
3. Design Parametik dan komponen (Parametic Design)
27
Bertujuan untuk menetapkan ukuran dan toleransi. Aspek penting
dalam design parametik adalah untuk memeriksa cara perakitan dan ketahanan.
Selain itu berkaitan dengan penentuan aspek yang dapat menyebabkan
kegagalan (FMEA)
Tahap ketiga desain detail
1. Design Detail
Desain dilanjutkan ke tahap engineering detail dengan produk yang
akan di uji dan dibuat. Informasi yang kurang dapat ditambahkan pada
pengaturan, bentuk, ukuran, toleransi, material, dan proses manufaktur dari
setiap bagian. Gambar tiga dimensi dengan komputer, gambar perakitan dan
petunjuknya harus sudah disiapkan. Detail design harus di review ulang
sebelum diberikan ke bagian manufaktur.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Sumber daya alam merupakan aspek penting yang tidak pernah bias
lepas dari kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu Negara yang
memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur.
Dengan iklim, suhu dan kelembapan yang cocok untuk kebutuhan
pertumbuhan tanaman. Khususnya pada tanaman Aren
(Arengapinnata),Tanaman aren (Arengapinnata) merupakan tanaman dari
suku Palmae dan memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius,
karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang,
ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia.
Pada saat buah aren sudah tua dengan kulit luarnya berwarna hijau tua,di
dalam buah aren mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening atau
yang sering dinamakan kolang-kaling, kulitnya berwarna kuning dan tipis,
bentuk bijinya lonjong. Nilai kekerasan awal kolang kaling sebesar 6
N dan pada akhir penyimpanan berkisar 3-3,7 N. Penurunan nilai
kekerasan ditandai dengan tekstur kolang kaling yang lebih lembek
dan sedikit berair. Pada akhir penyimpanan, nilai kekerasan kolang
kaling pada perlakuan K2B2 (vakum berbahan PE+nylon) lebih baik
dibanding perlakuan lainnya dengan nilai kekerasan sebesar 3,7 N.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ada et.al (2000) yang menyatakan
bahwa kemasan vakum lebih baik dalam mempertahankan jaringan atau
tekstur selama penyimpanan. Kekerasan kolang kaling sangat
dipengaruhi oleh kadar air. Pada pembahasan kadar air dinyatakan
bahwa peningkatan kadar air kolang kaling yang dikemas menggunakan
teknologi vakum lebih rendah dibanding dengan teknologi
kemasan non vakum. Barret et al. (2002) menyatakan bahwa kadar air
bahan pangan akan mempengaruhui proporsi padatan dan
29
kekompakan struktur bahan pangan sehingga mengakibatkan tekstur
menjadi lembek.
4.2 Perancangan
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis
,menilai , memperbaiki dan menyusun suatu sistem,baik sistem fisik
maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan
memanfaatkan informasi yang ada. Hasil rancangan yang dibuat dituntut
dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pemakai. Oleh karena
itu rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan factor manusia
sebagai pemakai. Proses perancangan terdiri dari seorang perancangan yang
menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan. Sehubungan dengan alat atau
produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan ide-ide yang
akan dilahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi suatu kebutuhan dan
penganalisaan berbagai alternatif yang ada.
Perencanaan Kapasitas Pengupasan
Kapasitas perencanaan hasil pengupasan : 150 kg/jam
Putaran motor : 3600 rpm
Diameter puli motor d1 : 60 mm
Diameter puli yang di gerakan d2 : 300 mm
Jarak pusat poros ke pengupas (R) : 55 mm
30
4.2.1 Menentukan putaran pemipih
Target rencana pemipihan yaitu: 300 kg per jam. Dalam satu
putaran pempihan yang efektif berjumlah 20 buah . Dalam 1 kg berjumlah
kurang lebih 960 buah kolang-kaling sehingga rpm yang dibutuhkan
sebagai berikut:
putaran
Jadi
= 300
= 14.400 putaran/jam
= 240 rpm
31
4.2.3 Perhitungan transmisi sabuk dan puli
Direncanakan:
Kecepatan putar pada motor = 3600 rpm
Jarak sumbu poros = 422 mm
Puli 1 (D1) = 60 mm
Puli 2 (D2) = 300 mm
Puli 3 ( D3) = 60 mm
Puli 4 ( D4) = 150 mm
a. Menghitung kecepatan putar pada poros pemipih (rpm)
32
N3 = Putaran poros pengupas
D1 = Diameter puli motor
D2 = Diameter puli pengubung
D3 = Diameter puli penghubung
D4 = Diameter puli pemipih
Diketahui :
Torsi 1 = … ?
Torsi 2 = Torsi 3 = 6,6 Nm
N1 = 3600 rpm
N3 = 288 rpm
Besarnya torsi pada T 1 adalah :
= 0,528 Nm
Maka besar daya motor adalah:
= 199 watt
= 0.199 kw
= 0,267 Hp
Jadi dengan perhitungan diatas maka motor bakar yang digunakan
adalah 5,5 hp karena motor bakar ini juga digunakan untuk penggerak puli
pengupas sekaligus dan sesuai dengan motor bakar yang ada di pasaran yaitu
dengan kapasitas 5,5 hp.
33
b. Perhitungan panjang sabuk
( )( )
( ) { }
c. Sudut kontak
Sin a =
= 0,81 mm
= 0,0140
Θ=( )
=( )
= 3,139 rad
34
d. Kecepatan sabuk
V1 =
= 2.260,8 mm/s
= 2,26 m/s
V2 =
= 904,32 mm/s
= 0,904 m/s
e. Tarikan sisi kencang dan kendor sabuk (T1 dan T2)
Diketahui 2 adalah 380
35
f. Luas penampang sabuk
Tan 19º =
x = 8 x 0,34
x = 2,75 mm
c = b - 2x
= 13 – 2. 2,75
= 7,5 mm
A=
= 82 mm2
= 0,000082 m2
g. Massa sabuk per meter
Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area × panjang ×
density
= 0,000082 m2 × 1,442 m × 1m x 1140 kg/m3
h. Gaya sentrifugal sabuk
TC = M x (v)2
= 0,135 kg.m x (2,26)2
= 0,305 N
i. Tegangan maksimum sabuk
Tegangan maksimum sabuk dihitung dengan:
T = stress x area
=xa
= 2 Mpa x 82 mm
= 164 N
36
T1 = T - TC
= 164 N – 0,305 N
= 163, 695 N
Dimana : TC = Tegangan maksimal sabuk
T = Sisi kencang sabuk
T = Sisi kendor sabuk
Dimana : maka ,
= 15,89 N
j. Daya yang ditransmisikan sabuk
Daya yang ditransmisikan sabuk dapat dihitung dengan rumus:
P = (T1 – T2) V
= (163,695 – 15,89) 2,712 m/s
= 400, 85 watt
4.2.4 Kerangka pemipih
Kerangka pemipih terbuat dari besi siku ukuran mm dengan
ketebalan 2 mm dan dimensi 500mm x 600mm x 400mm yang dibuat
dengan ukuran meyesuaikan dengan postur tubuh manusia agar tidak
memakan tempat yang terlalu besar maka di buat rangka sebagai berikut :
37
Gambar 4.5 Rangka pemipih
38
Roda gigi ini digunakan untuk menggerakan roll yang memiliki
sumber tenaga dari motor. Roda gigi ini memiliki ukuran berdiameter
105, ketebalan 15 dan T ( jarak pitch) 33.
4.2.7 Pulley
39
Panjang poros = 700mm
Bahan poros = S30C dengan kekuatan Tarik = 48 kg/mm2
Faktor keamanan = Sf1 = 6,0 , Sf2 = 2,0
Daya yang di transmisikan = 5,5 HP
= 4,1 Kw
Putaran poros 1, N1 = 720 rpm
Putaran poros 2, N2 = 144 rpm
Faktor koreksi fe = 1,2
Pd = 4,1 . 1,2
= 4,92
b. Momen puntir rencana
T1 = 9,74 . 105 .
= 9,74 . 105 .
= 6.655 kg.mm
T2 = 9,74 . 105 .
= 9,74 . 105 .
= 16.558 kg.mm
c. Tegangan geser
Sf1 faktor keaamanan diambil sebesar 5,6 untuk jenis bahan SF (
dengan kekuatan yang dijamin) dan 6,0 untuk jenis bahan S-C
(dengan pengaruhmasa, dan baja paduan) dan Sf2 digunakan untuk
meninjau bagian poros, akan diberi alur pasak atau bentuk bertangga,
dipilih harga antar 1,3 –3,0 bertujuan untuk memperolah tegangan
geser yang diizinkan.Pada perancangan ini poros mengunakan baja
karbon konstruksi mesin JIS G 4501 dangan lambing S30C dangan
kekutan Tarik 48 kg/mm2 sehingga dapat ditentukan Sf1= 6,0 dan Sf2= 2
karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang didifinisi dingin
untuk poros.
40
Standar dan Lambang Perlakuan panas Kekuatan Ket.
macam Tarik
(kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormalan 48
konstruksi S35C - 52
mesin S40C - 55
(JIS.G.4501) S45C - 58
S50C - 62
S55C - 66
Batang baja Ditarik
yang difinisi S35C-D - 53 dingin,digeri
dingin S45C-D - 60 nda, dibubut,
S55C-D - 72 atau
gabungan
antara hal
lain.
Tabel 4.2 Kekuatan Tarik bahan
= 4 kg/mm2
d. Diameter poros
Faktor koreksi diambil dengan jenis pembebanan poros yang
berputar sehingga momen puntir ( Kt ) didapat sebesar 1.5 dan faktor
koreksi beban lentur jika diperkirakan tidak terjadi pembebanan lentur
maka (Cb) didapat sebesar 1.0. Menentukan diameter poros dapat
diperoleh dengan rumus (Sumber:
Sularso,2004)
Menentukan faktor koreksi momen punter ( Kt ) dan faktor koreksi
beban lentur ( Cb ) perlu ditinjau diperkirakan akan terjadi beban lentur di
41
masa mendatang maka perlu d pertimbangkan sesuai yang dianjurkan oleh
ASEM dinyatakan pada tabel berikut :
Jenis Pembebana Cb Kt
1. Poros Tetap
a. Beban Perlahan 1.0 1.0
b. Beban tiba – tiba 1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
2. Poros yang berputar
a. Beban tumbukan secara halus 1.2 1.0
b. Beban tumbukan / kejutan ringan 1.2 – 1.75 1.0 – 1.5
c. Beban tumbukan / Kejutan berat 1.75 – 2.3 1.5 – 3.0
Tabel 4.3 Faktor koreksi
Dimana: Faktor koreksi untuk momen puntir (Kt)= 1,5
Faktor lenturan (Cb) = 2
Ds1 = ( . Kt . Cb . T)1/3
.
= ( 1,5 . 2 . 6.655)1/3
= (25.455,375)1/3
= 29,35 mm = 30mm
=( . 1,5 . 2 . 16,558)1/3
= (63.334)1/3
= 190,002 mm
e. Pemeriksaan kekuatan poros
Poros yang dirancang harus dianalisis pengujian kekuatannya.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang
terjadi pada poros. Jika tegangan geser yang actual atau timbul () lebih
besar dari tegangan geser yang diizinkan ( ta ), maka perancangan dapat
dinyatakan dengan kondisi tidak layak digunakan. Sehingga besar
tegangan geser yang timbul pada poros bila yang terjadi adalah
42
= 1,33 kg/mm2
= 1,33 kg/mm2
Sehingga menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, baha
tegangan geser yang timbul lebih keci dari pada tegangan geser yang diizinkan
4 kg/mm2. Dapat disimpulkan poros tersebut dalam keadaan layak dan aman
digunakan pada alat pengisian bejana yang dirancang untuk memindahkan
daya dan putaran yang telah ditendtukan.
f. Gaya Tangensial Pada Poros
Gaya tangensial yang terjadi pada poros adalah:
F1 =
= 443,6 kg
Dimana: F = gaya tangensial (kg)
T = momen rencana dari poros (kg.mm)
Ds = diameter poros (mm)
4.2.8 Pasak
Perhitungan Pasak
Lebar pasak b = 6 mm
Tinggi pasak h = 6 mm
Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 3 mm
Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 3 mm
Bahan pasak S30C dengan kekuatan dengan kekuatan tariknya adalah b = 48
kg/mm2 dengan factor keamanan diambil Sf1 = 6 dan Sf2 = 2.
Maka tegangan geser yang diijinkan adalah:
43
( )
44
Diperoleh perbandingan antara lebar pasak dengan diameter poros
adalah 0,166. Artinya lebar pasak 16,6 % dari diameter poros dan juga
berarti aman.
lk / ds = 24 / 30 = 0,8
Diperoleh perbandingan antara panjang pasak dengan diameter
poros adalah 0,8. Artinya panjang pasak 80 % dari diameter poros dan
juga berarti aman.
Tegangan geser yang terjadi pada pasak
45
13. Kunci L
14. Kunci ring
15. Palu
16. Tang
17. Obeng
18. Amplas
19. Perlengkapan cat
2. Bahan yang akan di kerjakan
1. Besi siku 4 x 4 cm dengan ketebalan 2 mm
2. Besi as 20 mm
3. Plat stainless 1 mm
4. Pipa berukuran ½ in
5. Besi roll berdiameter 110 panjang 400
6. Besi roda gigi
7. Besi pejal diameter 20 mm
8. Besi pejal diameter 110 mm
9. Besi pipa diameter 90 mm
10. Besi pipa diameter 28 mm
11. Pilow blok diameter as 30 mm
12. Pillow blok diameter as 20 mm
13. Puli diameter 300 mm
14. Puli diameter 60 mm
15. Belt
16. Motor bakar
17. Baut dan mur
18. Engsel
4.4 Langkah Pengerjaan
4.4.1 Pengerjaan Rangka
1. Bentuk rangka yang akan dibuat
Rangka pemipih terbuat dari besi siku ukuran mm dengan
ketebalan 2 mm dan dimensi 500mm x 600mm x 400mm yang dibuat
46
dengan ukuran meyesuaikan dengan postur tubuh manusia agar tidak
memakan tempat yang terlalu besar maka di buat rangka tersebut.
Langkah Pengerjaan :
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan,seperti gerinda
potong, gerinda tangan, las lisrik, palu, rol meter, penggaris siku
Memotong besi siku L sesuai dengan ukuran yang telah di tentukan
untuk rusuk-rusuk dari rangka
Menghaluskan setiap ujung bekas potongan agar pas saat di ukur
untuk proses pengelasan
Melakukan proses pengelasan titik untuk merangkai rangka
Setelah ukuran dan posisi penyambungan pas maka dilakukan
pengelasan penuh
Menghilangkan kerak sisa pengelasan dan menghaluskan dengan
mesin gerinda tangan
3. Pengerjaan Roll Pemipih
Roll pemipih dibuat untuk dapat memipih atau
menumbukan buah aren yang sudah di kupas agar menjadi pipih.
dengan Ukuran alat roll pemipih di dengan ukuran diameter 110
dan panjang 400 mm dan diameter as yang digunakan 20 mm
disesuaikan dengan rata-rata buah aren yang sudah di kupas.
47
Langkah Pengerjaan
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan,seperti gerinda
potong, gerinda tangan, las lisrik, palu, rol meter, mesin bubut
dan perlengkapannya, mesin frais dan perlengkapannya.
Memotong as dengan ukuran yang telah ditentukan.
Membagi 2 pipa ½ inc menggunakan gurinda tangan.
Melubangi rol untuk memasukan as dengan cara di bubut.
Membuat alur spi dengan menggunakan mesin frais
Melakukan pengelasan titik untuk merangkai posisi roll
Setelah ukuran dan posisinya sudah sesui dilakukan
pengelasan penuh
Menghilangkan kerak sisa pengelasan dan menghaluskan
dengan mesin gerinda tangan.
4. Pengerjaan Roda Gigi
Roda gigi ini digunakan untuk menggerakan roll yang
memiliki sumber tenaga dari motor. Roda gigi ini dibuatukuran
berdiameter 105, ketebalan 15 dan T ( jarak pitch) 33.
48
Langkah Pengerjaan
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan,seperti gerinda
potong, gerinda tangan, las lisrik, palu, rol meter, penggaris
siku.
Memotong plat besi
Menghaluskan setiap ujung bekas potongan agar pas saat di
ukur untuk proses pembuatan roda gigi
5. Pengerjaan Hopper
Bentuk hopper yang akan dibuat
Hopper dibuat menyesuaikan rangka dan berbentuk
membuka atau melebar ke bagian atas agar memudahkan proses
pemasukan buah aren dengan banyak dan terus menerus pada saat
pengupasan. Hopper dibuat dengan dimensi lubang bawah 30 cm x
60 cm lubang atas 50 cm x 50 cm dengan tinggi 40 cm.
1. Langkah Pengerjaan
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan,seperti gerinda potong,
gerinda tangan, las lisrik, palu, rol meter, penggaris siku.
Memotong besi plat sesuai dengan ukuran yang telah di tentukan.
Melakukan pengelasan titik untuk merangkai hopper dan menyesuaikan
dengan rangka serta landasan
Setelah semuanya sesuai dilakukan pengelasan penuh pada setiap sisi
sambungannya
49
Menghilangkan kerak sisa pengelasan dan menghaluskan dengan mesin
gerinda tangan.
Memasang engsel pada bagian bawah agar hopper dapat dibuka untuk
pembersihan bagian pemipih
Membuat lubang atau celah untuk jalur poros
Perakitan
Proses perakitan merupakan suatu proses penggabungan antara
komponen-komponen mesin atau bahan menjadi suatu kesatuan dengan
memperhatikan urutan yang telah ditentukan, sehingga menjadi sebuah mesin
yang siap digunakan sesuai yang diperhitungkan dan tujuan yang telah
direncanakan.
Langkah awal untuk melakukan perakitan adalah melakukan
pengecekan komponen-komponen yang hendak dirakit, menyiapkan alat bantu
dalam perakitan komponen-komponen serta mempersiapkan langkah-langkah
perakitan. Dengan langkah perakitan yang tepat akan mempermudah dan
mempercepat proses perakitan itu sendiri serta menjamin keberhasilan
rancangan.
Berikut ini adalah tahapan proses perakitan mesin pemipih kolang-kaling:
1. Pasangkan landasan pada bagian rangka dan di las secara permanen
2. Pasangkan bantalan / bearing pada kedua ujung poros pisau
3. Pasangkan bearing pada rangka dan di kencangkan dengan baut dan mur
4. Cek putaran pisau apakah ada yang mengganjal atau menggores bagian
celah landasan
5. Pasangkan hopper dengan menggunakan engsel yang terpasang pada
rangka
6. Pasangkan puli besar pada poros dan tambahkan spi pada alur yang telah
dibuat
7. Pasangkan motor pada dudukan yang telah ada pada rangka
8. Pasangkan puli kecil pasa poros motor dan tambahkan spi pada alur yang
telah dibuat
9. Pasangkan bearing untuk transmisi penghubung
50
10. Pasangkan poros untuk transmisi penghubung pada bearing
11. Pasangkan puli kecil dan puli besar pada poros penghubung
12. Pasangkan belt di semua puli.
4.5. Pengujian
a. Pengujian Kapasitas dan hasil
Proses selanjutnya adalah pengujian kinerja mesin yang dilakukan
di ruang praktek politeknik TEDC Bandung. Mesin ini diuji menggunakan
buah aren yang setengah masak dan sudah direbus sebelumnya. Data yang
diambil adalah waktu pemipihan dan hasil pengupasannya yang akan
dibandingkan dengan cara manual. Mesin ini diujikan sebanyak tiga kali
ulangan menggunakan 10 kg buah aren yang telah direbus pada setiap
ulangannya untuk mendapatkan akurasi data terutama pada lamanya waktu
pemipihan dan hasil pemipihannya. Hal yang sama dilakukan pada cara
manual. Pengujian pemipihan buah aren secara manual di lakukan oleh
pengrajin kolang kaling di Desa Pasir Munjul Kabupaten Purwakarta,
Jawa Barat. Pengujian antara mesin hasil rancangan dengan cara manual
menunjukan hasil yang berbeda yang dapat dilihat pada Tabel
51
1 3 15 3 100 0 95 5
2 3 15 3 100 0 95 5
3 3 15 3 100 0 95 5
4.4 Tabel Perbandingan pengujian mesin pemipih buah aren dengan cara manual
83%
82%
81%
80%
79%
78%
77%
4.5 Grafik perbandingan waktu pemipihan buah aren antara mesin dengan manual
Banyaknya buah aren yang terpipih antara mesin hasil rancangan dengan
cara manual juga menunjukan hasil yang berbeda. Hasil buah aren yang terpipih
52
menggunakan mesin hasil rancangan lebih kecil dibandingkan cara manual seperti
yang ditunjukan pada Gambar. Buah aren yang terpipih menggunakan mesin hasil
rancangan rata-rata dapat memipih dengan persentase 80%, sementara
menggunakan cara manual dengan persentase 100 %. Hasil pemipihan buah ini
dipengaruhi oleh ukuran dan ketebalan buah aren serta lamanya perebusan buah
aren. Buah aren yang tidak dapat terpipih secara sempurna oleh mesin hasil
rancangan adalah buah aren yang tidak terpipih dan menyangkut atau keluar
mesin pemipih.
120%
100%
80%
20%
0%
Category 1 Category 2 Category 3
53
54
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Banyaknya pohon aren di suatu daerah membuat petani kewalahan jika
hanya menggunakan metode manual dengan cara di tumbuk maka dari
itu penulis membuatkan rancang bangun mesin pemipih bertujuan
untuk memudahkan petani dalam pengolahan buah aren tersebut.
2. Desain alat pemipih buah aren memiliki dimensi alat 500mm x
600mm x 400mm menggunakan tenaga motor bakar 3600 rpm dengan
daya 5,5 HP.
3. Mesin pemipih buah aren hasil rancangan dapat memipih buah aren
tanpa memakan waktu yang lama. Namun tidak semua dapat terpipih
secara utuh. Hasil pemipihan ini dipengaruhi oleh tingkat rendaman
dan bentuk dari buah aren. Hasil pemipihan menggunakan mesin hasil
rancangan lebih kecil persentasenya dibandingkan dengan cara
manual. Mesin hasil rancangan dapat mengupas buah aren dengan
hasil kolang-kaling 80 %, sement ara menggunakan cara manual
persentasenya 100 %.
4. Waktu yang sudah di ujikan pada mesin pemipih yaitu 2 kg kolang
kaling memerlukan waktu 2 menit untuk pemipihan.
5.2. Saran
1. Untuk mengoptimalkan kinerja mesin pengupas buah aren ini perlu
perendaman di air yang maksimal agar buah kolang kaling tidak terlalu
keras.
2. Untuk memaksimalkan hasil pemipihan di butuhkan tutup atas hopper
agar buah kolang kaling tidak loncat loncat keluar
3. Perawatan mesin harus dilakukan setiap hari untuk membersihkan sisa
sisa buah kolang kaling yang masih menempel pada pemipih karena jika
dibiarkan akan terjadi kemacetan atau keruksakan pada mesin roll
pemipihnya karna terhalang oleh kolang kaling yang tidak sempurna
terpipih.
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Y. 2008. Aren/Enau Tanaman Pemanis Alami. Intimedia, Bandung
Astawan M, Astawan MY. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat
Guna. Jakarta (ID): CV. Akademi Pressindo.
Daywin, F.D., Radja., G.S., dan Imam, H. 2008. Mesin-Mesin Budidaya
Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Harsokoesoma, H.Darmawan. 2004. Pengantar Perancangan Teknik
(Perancangan Produk). ITB : Bandung.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2003. Aren Budidaya dan
Prospeknya. Jakarta (ID): LIPI.
Lutony TL. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Shigley, Josheph E., Larry D. Mitchell.1999. Perencanaan Teknik Mesin. Jakarta :
Erlangga.
Soeseno S. 2000. Bertanam Aren. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sularso, Suga K. 1978. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta
(ID) : Pradnya Paramita.
Sularso, dan Kiyokatsu Suga. 1987. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta: PT. PRANDNYA PARAMITA. Khurmi, R.S dan Kiyokatsu.
Wardono, H. 2004. Modul Pembelajaran Motor Bakar 4 Langkah. Jurusan Teknik
Mesin. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Achmad Dzulqornaini, Priyo Heru Adiwibowo. (2015). “Rancang Bangun Mesin
Misar, Sudarsono, Samhuddin. (2018). “Perencanaan dan Simulasi Poros Roda
Traktor Tangan”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin. 3 (4): 2502-8944.
Nofriadi. 2007. Rancang bangun mesin penggiling padi skala kecil. Jurnal Teknik
Mesin. 4(2): 83-90.
Patma U, Agustina L, Lutfi AM. (2013). “Respon media tanam dan pemberian
auksin asam asetat naftalen pada pembibitan aren (Arenga pinnata Merr)”.
Jurnal Agroekoteknologi. 1(2): 286-295.
Purwati, Nugrahini, T. (2018). “Pemanfaatan buah kolang kalingdari hasil
perkebunan sebagai pangan fungsional”. Jurnal AbdimasMahakam 24 (2)
:24–33.
Riki Effendi, Muhammad Khumaidi. (2018). “Perancangan Mesin Perajang
Bawang Serbaguna”. Jurnal Polimesin. 16 (2): 34-72
Rindengan Barlina, Suzanne Liwu, Engelbert Manaroinsong. (2020). “Potensi dan
Teknologi Pengolahan Komoditas Aren Sebagai Produk Pangan dan Non
Pangan”. Jurnal Litbang Pertanian. 39 (1): 35-47.
Widodo, (2008). “Perhitungan kekuatan rangka pada konstruksi mesin pembuatan
pelet (pakan ikan) dengan penggerak motor listrik”. Jurnal Teknik Mesin. 30
(2): 115-124
Admin. (2018). Informasi Tanaman Aren [online]
http://dishutbun.jogjaprov.go.id/arsip/pilihartikel/460 [ 13 Agustus].
Setiawan, Syabam. (2017). PERANCANGAN POROS ELEMEN MESIN
[online]
tersedia:https://www.academia.edu/26551954/PERANCANGAN_POROS_EL
EMEN_MESIN_docx. [12 Juli].
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
I. DATA PRIBADI
II. PENDIDIKAN
SD Negeri 3 Ngamprah` 2003-2009
SMP Krida Utama Padalarang 2009-2012
SMK TI CIMAHI (Jurusan Tehnik Komputer Jaringan )
2012-2015
III. KETERAMPILAN
Pemesinan : Mengoperasikan mesin perkakas pemesinan dan software design
Komputer : Mengoperasikan Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point