Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENELITIAN

LIMBAH ELEKTRONIK

DI SUSUN OLEH : NAMA NRI : FESLLY B. POAE : 13021106195

PROGRAM STUDI : TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Praktikum tentang E-Waste ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat penilaian prak. Pengantar teknologi informasi yang diselengarakan Fakultas Teknik Unsrat tahun akademik 2013/2014. Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1. Stanley Davis Sualang Karouw, ST.,MTI. selaku dosen pengajar mata kuliah Prak. Pengantar teknologi informasi 2. Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya Kegiatan Prak. Pengantar Teknologi Informasi. 3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Manado, 11 September 2013

Penyusun

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hingga saat ini satu hal yang masih menjadi pemikiran kita adalah terkait dengan isu bobroknya manajemen penanganan Limbah elektronik di seluruh dunia adalah karena sikap konsumtif kita terhadap produk-produk yang limbahnya tidak ramah lingkungan hidup. Sikap konsumtif dalam gaya hidup yang lebih mengedepankan nikmat dan nyamannya memiliki alat elektronik seperti Komputer, VCR, stereo, TV, Handphone, Mesin Cuci, Kulkas, AC, mesin fotokopi, dan fax produk elektronik umum.

Berbeda dengan jenis limbah lainnya, limbah dari produk elektronik bekas kerap dianggap tidak berguna dan sulit untuk didaur ulang. Namun, lain halnya di beberapa negara limbah jenis ini masih memiliki potensi untuk kembali dimanfaatkan. Contohnya Negara Jepang, Sejak 2001 telah mewajibkan perusahaan elektronika yang ada di negaranya ini untuk mendaur ulang produk lama mereka. Produk-produk rumahan seperti televisi, kulkas dan mesin cuci yang sudah tidak terpakai disarankan untuk didaur-ulang demi kehidupan yang ramah lingkungan.

Secara ekonomis, daur ulang sampah elektronik memang tidak murah. Hal ini harus didukung oleh semua kalangan, misalnya dukungan yang kuat dari pemerintah dan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap lingkungan sistem seperti ini mampu untuk terus berjalan. Dari penjelasan di atas menimbulkan sebuah pemikiran yang perlu ditindak lanjuti dalam hal menangani limbah elektronik. Dalam makalah yang berjudul: Limbah Elektronik pada TV, Handphone, Mesin Cuci, computer, Kulkas dan AC ini, penulis bermaksud memberikan kontribusi pemikiran masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut: Masalah apa yang ditimbulkan oleh Limbah alat elektronik televisi, kulkas, AC, Handphone, dan mesin cuci? Bagaimana cara menangani masalah yang ditimbulkan oleh limbah alat elektronik televisi, kulkas, AC, Handphone, dan mesin cuci? C. Tujuan Untuk mengetahui masalah apa yang ditimbulkan oleh limbah alat elektronik televisi, kulkas, AC, Handphone, dan mesin cuci? Untuk mengetahui cara menangani masalah yang ditimbulkan oleh limbah alat elektronik televisi, kulkas, AC, Handphone, dan mesin cuci?

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian E-waste Pertanyaan konvensionalnya, apa itu e-waste? Sederhananya, artikan saja dari namanya. Awalan huruf e diikuti strip pastinya sudah Anda ketahui lazim digunakan untuk mengacu kata electronic. Sementara, waste berarti sampah atau limbah. Jadi, terjemahan bebasnya, e-waste = limbah elektronik. Istilah e-waste mungkin saja masih terasa asing bagi kita. Wajar saja mengingat bukanlah hal yang biasa bagi kita melihat seseorang membuang, katakanlah, ponsel mereka yang sudah tua ke tempat sampah seperti mereka membuang bungkus makanan atau sampah lainnya. Mungkin itulah mengapa sampah jenis ini tidak terlalu mengusik pikiran kita. Saya bahkan baru menyadari keberadaannya setelah membaca artikel tadi Limbah Elektronik ( e-waste ) adalah Limbah yang berasal dari Peralatan elektronik yang telah rusak, bekas dan tidak dipakai lagi oleh pemliknya. Sampah elektronik merupakan jenis limbah yang pertumbuhannya paling tinggi tiap tahunnya. Dalam setiap sampah elektronik terkandung material dan logam berharga disamping juga mengandung bahaya dan beracun yag dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan jika sampah elektronik tidak dikelola dengan baik.

B. Pengelolaan E-waste Pengelolaan e-waste ini adalah merupakan suatu bentuk pengelolaan dimana pihak produser tidak hanya memikirkan sektor produksi barang-barang elektroniknya saja, tetapi juga punya perhatian terhadap limbah dan barang-barang bekas yang tidak bisa dipakai lagi. Karena bagaimanapun, pihak produser pasti akan memahami dan mengenal dengan baik barang barang yang diproduksinya, sehingga akan memudahkan pengelolaannya.

Dianggap mudah untuk menyingkirkan limbah adalah landfill. Dikarenakan belum adanya peraturan yang jelas dan spesifik mengenai ewaste ini, landfilling masih menjadi salah satu pilihan bagi pengelolaan e-waste. Apabila sistem landfilling ini tidak di rencanakan dengan baik, hal ini dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Oleh karena itu, pemilahan menjadi penting sebelum dilakukan landfilling. Limbah yang masuk dalam kategori B3 mmg butuh penanganan yg khusus, terlebih bila dimaksudkan untuk mendaur ulang material berharga di dalamnya. Di Indonesia sendiri, perusahaan yg bergerak di bidang pengumpulan sampah elektronik memang banyak, namun biasanya tidak sampai tahap daur ulang.Di perusahaan-perusahaan tersebut, sampah elektronik yg baru tiba akan dibongkar dan dipilih secara manual, untik selanjutnya dipak dan diekspor ke negara tujuan pengolahan. Di tempat pengolahan ini, sampah elektronik akan disortir sesuai tujuan daur ulang, kemudian dihancurkan sampai jadi material kecil-kecil. Material yg sudah dalam bentuk kecil inilah yang kemudian dilebur dan dibentuk kembali menjadi material asli seperti tembaga, emas, timah, plastik,dsb. Berikutnya, limbah tersebut telah dapat digunakan lagi. Yang itdak dapat digunakan pun akan ditimbun dengan cara yang aman lingkungan. Sebenarnya, mendaur ulang seperti ini, asalkan dilakukan dengan benar serta mendapat pasokan yang cukup, akan jauh lebihmenguntungkan daripada mengekspornya. Apalagi, dalam sampah elektronik juga terkandung sejumlah logam yang jarang dan bernilai tinggi seperti Rhodium, Paladium, dan lain lain. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada perusahaan di Indonesia yg memiliki fasilitas untuk melakukan daur ulang seperti itu. Bila fasilitas daur ulang telah tersedia, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah merancang sistem yang baik untuk mengumpulkan semua sampah elektronik dari rumah tangga. Konsumen tidak mungkin mengantarkan sendiri sampah elektronik mereka karena fasilitas ini bekerja dalam skala industri. Lantas, siapa yang harus melakukannya?

1. A. PENGOLAHAN EMAS PADA LIMBAH ELEKTRONIK Contoh Limbah Elektronik Yang Mempunyai Kandungan Emas :

Gambar di atas ini merupakan beberapa contoh dari rangkaian limbah elektronik bekas yang terdapat pada peralatan elektronik komputer maupun Handphone yang memiliki kandungan lapisan emas. Seperti pada PCB komputer , PCB Handphone, Prosesor, Ram, Mother board/main board, hard disk , Soket soket pada komputer, IC , kartu chip, memori dan masih banyak komponen lainnya yang memiliki kandungan emas, seperti pada panel panel listrik, peralatan telekomunikasi dan beberapa perangkat elektronik lainnya. Emas dan perak memiliki sifat penghantar listrik yang sangat baik sehingga banyak dipakai untuk melapisi konektor-konektor pada perangkat elektronik. Emas seringkali digunakan untuk melapisi bagian-bagian tertentu dari komponen elektronika seperti processor, finger, konektor, relay dan lain sebagainya. Beberapa komponen yang disebutkan diatas beberapa bagiannya memang harus terbuat dari emas karena hanya emaslah yang mampu menghantarkan arus listrik nyaris tanpa hambatan atau disebut juga zero resistensi 1. Motherboard Komputer 2. Pcb HandPhone 3. Kartu Pin Hand phone 4. Soket / Pin pada motherboard Komputer 5. Processor Komputer 6. Ic Komputer Dan Handphone 7. RAM Komputer 8. Soket komputer Limbah Elektronik dapat didefinisikan sebagai semua komputer bekas, perangkat hiburanelektronik, handphone, dan barang lainnya sepertitelevisi dan kulkas, yang dijual, disumbangkan, atau dibuang oleh pemilik aslinya. Definisi ini mencakup alat elektronik yang digunakan yang dimaks udkan untuk digunakan kembali, dijual kembali, penyelamatan, daur ulang, atau pembuangan. C. Peraturan-peraturan Tentang E-waste 1. LANDASANPERATURAN UNTUK E-WASTE PP Nomor 18/1999 jo PP Nomor 85/1999 tentangPengelolaanLimbahB3: LimbahB3 dari sumber spesifik (Lampiran 1, Tabel 2 Daftar Limbah B3 dari sumber Spesifik Kode Limbah D219: Komponen Elektronik/Peralatan Elektronik) :

Sumber Pencemaran : Manufaktur dan Perakitan; Pengelolaan Air Limbah Asal/Uraian Limbah : sludge sisa proses, coated glass (tabung CRT), pelarut bekas, limbah pengecatan, residu solder dan fluxnya (PCB, IC, kabel), plastik casing UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Limbah lainnya diluar kategori limbah B3 dapat bersifat organik maupun an-organik Definisi limbah B3 adalah limbah adalah sisa dari suatu usaha dan kegiatan dan dikatakan limbah B3 karena mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasi dan ataujumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila akan dibuang kelingkungan, pengelolaannya harus mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan peraturan limbah B3 dan tata cara perizinannya sesuai dengan prosedur perizinan limbah B3 agar pencemaran lingkungan sertagangguan kesehatan terhadap manusia dapat dihindari. 2. LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

Undang-undangRI No. 32/ 2009ttgPerlindungan dan PengelolaanLingkunganHidup. PP RI No. 18 / 1999 Jo. PP No. 85 / 1999 ttgPengelolaanLimbah B3 PP RI No. 27 /1999 ttg Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. PP 38 Tahun2007 ttgPembagianUrusanPemerintahanAntaraPemerintah, PemerintahanDaerah Provinsi, danPemerintahanDaerah Kabupaten/Kota Permen LH No. 18/2009 ttg Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3 Permen LH No. 30/2009 ttg Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 oleh Pemerintah Daerah Permen LH No. 33 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3. Permen LH No. 05/2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan. Permen LH No. 02/2008 ttg Pemanfaatan Limbah B3 Kepdal01/BAPEDAL/09/1995 ttg Tata Cara & PersyaratanTeknikPenyimpanan& PengumpulanLimbahB3 Kepdal02/BAPEDAL/09/1995 ttgDokumenLimbahB3. Kepdal03/BAPEDAL/09/1995 ttgPersyaratanteknispengolahanLimbah B3 Kepdal04/BAPEDAL/09/1995 ttgTata Cara PenimbunanHasilPengolahanLimbah B3. Kepdal05/BAPEDAL/09/1995 ttgSimboldanLabelLimbah B3.

3. TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3 (UU 32/2009)

Definisi Pengelolaan Limbah B3 didalam UU 32/2009 Pasal 1 Butir 23: Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 UU 32/2009 Pasal 1 s/d 6: 1.Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan. 2.Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3. 3.Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain. 4.Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. 5.Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dlm izin. 6.Keputusan pemberian izin wajib diumumkan 4. KETENTUAN LARANGAN DALAM LIMBAH B3 (UU 32/2009)

Pasal 69 Ayat 1: 1)SetiaporangyangmenghasilkanlimbahB3wajibmelakukanpengelolaanlimbahB3yangdihasilkan. 2)DalamhalB3yangtelahkadaluarsa,pengelolaannyamengikutiketentuanpengelolaanlimbahB3. 3)DalamhalsetiaporangtidakmampumelakukansendiripengelolaanlimbahB3,pengelolaannyadiserahkan kepadapihaklain. 4)PengelolaanlimbahB3wajibmendapatizindariMenteri,Gubernur,atauBupati/Walikotasesuaidenganke wenangannya. 5)Menteri,Gubernur,atauBupati/Walikotawajibmencantumkanpersyaratanlingkunganhidupyangharusdi penuhidankewajibanyangharusdipatuhipengelolalimbahB3dlmizin. 6)Keputusanpemberianizinwajibdiumumkan

BAB III : KESIMPULAN

Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelunya mengenai limbah elektronik yang menjadi permasalah dalam penanggulangannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Masalah yang timbul dari penggunaan alat-alat elektronik seperti televisi, kulkas, AC, Handphone, dan mesin cuci adalah: Timbulnya limbah yang susah direduksi Menghasilkan unsur-unsur kimia yang membahayakan seperti cadmium, banyaknya limbah yang susah mereduksinya, penipisan lapisan ozon, Global Warming

2) Penggunaan alat-alat elektronik menimbulkan masalah limbah yang sangat membahayakan manusia dan lingkungan hidupnya. Hal ini diharuskan adanya penanganan masalah agar tidak berkelanjutan, yaitu: Menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan telah dilakukan IZM Fraunhofer Institute di Berlin Harus ada layanan yang melakukan jasa pembuangan limbah elektronik secara baik dan terstruktur, sehingga meski tak mungkin dapat mereduksi 100 persen pembuangan limbahnya tapi setidaknya faktor perusakannya diminimalkan. Ada upaya terhadap alat-alat elektronik tersebut harus dibedah untuk setiap bagian dapat digunakan kembali agar menjadi permintaan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai