Anda di halaman 1dari 20

“ANALISIS LINGKUNGAN PENYEBAB E-WASTE”

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Analisis Dampak Lingkungan

Disusun Oleh:

Angelin

Jurusan Teknik Elektro

Fakultas

Universitas

Oktober 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Lingkungan Penyebab E-Waste” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Teknik Informatika dan Komputer. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah, orang tua penulis
yang telah memberi dukungan dan bantuan sehingga makalah dapat selesai tepat
waktu serta rekan-rekan kelas yang telah ikut mendukung dalam pengerjaan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan mengenai materi E-
Waste dalam dunia teknik elektro.

Jakarta, 14 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................

1.3 Tujuan............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................

2.1 E-Waste................................................................................................................................................

2.2 Kondisi E-Waste di Indonesia.............................................................................................................

2.2 Kebijakan Pengelolaan.........................................................................................................................

2.2 Pengelolaan..........................................................................................................................................

2.2 Keterkaitan E-Waste..........................................................................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari peralatan elektronik, seperti
TV, komputer, kulkas, ponsel, dan lainnya. Hal ini terjadi karena barang
elektronik lama tidak memadai untuk layanan terbaru, sehingga banyak yang
tidak digunakan lagi masih dapat digunakan dan dapat digantikan dengan barang
baru. Jadi, barang elektronik yang tidak terpakai lagi menjadi sampah, yang
disebut limbah elektronik atau E-waste, dan telah menjadi masalah yang dibahas
di seluruh dunia (Kumar et al., 2017 dan Borthakur et al., 2016).
Pola konsumtif masyarakat terhadap peralatan elektronik untuk memenuhi
kebutuhan mendorong mereka untuk mengganti peralatan elektronik mereka
seiring kemajuan teknologi. Ini berdampak pada penimbunan barang elektronik.
E-sampah adalah jenis sampah yang terus meningkat. Biasanya berasal dari
peralatan elektronik yang rusak atau yang diganti dengan generasi terbaru.
Indonesia adalah salah satu negara paling banyak menyumbang limbah
elektronik. Konsumsi elektronik pribadi dan peralatan listrik rumah tangga telah
meningkat dengan cepat selama beberapa dekade pertumbuhan industri Cina yang
pesat (Zhong, H. Dan Li Huang, 2016). Saat ini, hampir tidak ada fasilitas
pengolahan limbah elektronik; sebagian besar pembuangan limbah dilakukan di
TPA, yang membuatnya tidak terkendali. Tak terkendalinya jumlah limbah
elektronik berarti bahwa limbah elektronik harus diolah secara sistematis. Ini
berbeda dengan sampah organik yang dapat diolah menjadi pupuk.
Saat produk elektronik berkembang, masa pemakaian akan menjadi lebih
pendek. Jumlah sampah elektronik meningkat sebagai akibat dari pergeseran
barang elektronik yang begitu cepat. Karena kemajuan teknologi, perubahan gaya
hidup, dan kerusakan pada perangkat, limbah elektronik dapat dianggap sebagai
peralatan elektronik yang sudah usang. Dibandingkan dengan masalah banjir dan

1
sampah logistik lainnya, limbah elektronik bukan satu-satunya masalah
lingkungan yang menjadi perhatian utama pemerintah. Karena mengandung
limbah timbal, merkuri, kromium, baterai, dan cathode ray tube (CRT) berwarna,
sampah elektronik ini sangat berbahaya bagi lingkungan. Tergantung pada
kondisi dan massa jenis komponen, beberapa produk elektronik mengandung
bahan yang berpotensi berbahaya. Baterai, telepon, lampu, perangkat audio,
televisi baterai dan lain sebagainya jika dibuang secara sembarangan dapat
melepaskan timah dan zat kimia lainnya ke tanah maupun air. E-waste yang
mengandung zat beracun ini apabila dibuang dengan cara membakar akan
menghasilkan polutan (Zeng, X., et al, 2016). Oleh karena itu, E-waste adalah
masalah lingkungan yang muncul dan kritis, sehingga membutuhkan solusi cerdas
yang cepat dan tepat untuk meningkatkan pengolahan sumber daya daur ulang
limbah elektronik.
Sampai saat ini masih jarang ditemui fasilitas pengolahan limbah elektronik,
sehingga masyarakat masih menggunakan TPA sebagai pembuangan akhir
sehingga kondisinya semakin tidak terkendali. Tak terkendalinya jumlah limbah
elektronik di Indonesia merujuk pada perlunya pengelolaan limbah elektronik
dengan metode yang sistematis. Metode pengelolaan limbah elektronik dengan
pembakaran (combution) kurang sesuai bila diterapkan, sebab sampah yang
mengandung logam berat ini dibakar akan menimbulkan polusi udara
(pencemaran timbal) yang sangat berbahaya. Di samping itu, pengolahan limbah
elektronik berbeda dengan sampah organik yang dapat diolah oleh masyarakat
sendiri dengan menjadikannya sebagai pupuk. Oleh karena itu, kondisi tersebut
dapat dikategorikan sebagai permasalahan urgen di Indonesia sehingga
membutuhkan solusi cerdas yang cepat dan tepat dalam pengolahannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. E-Waste?
2. Bagaimana Kondisi E-Waste di Indonesia?

2
3. Bagaimana Kebijakan Pengelolaan E Waste Di Indonesia?
4. Bagaimana Pengelolaan E-Waste Di Indonesia?
5. Bagaimana Keterkaitan E-Waste dengan Teknik Elektro?

1.3 Tujuan

1. Dapat memahami definisi E-Waste


2. Dapat memahami Kondisi E-Waste di Indonesia
3. Dapat memahami Kebijakan Pengelolaan E Waste Di Indonesia
4. Dapat memahami Pengelolaan E-Waste Di Indonesia
5. Dapat memahami Keterkaitan E-Waste dengan Teknik Elektro

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 E-Waste

2.2.1 Definisi E-Waste

Limbah elektronik, juga dikenal sebagai "limbah elektronik", adalah


barang-barang yang terdiri dari peralatan elektronik yang rusak atau tidak
dikehendaki lagi. Komponen limbah elektronik terdiri dari plastik, oksida, dan
logam seperti Cu, Pd, Fe, Ni, Sn, Pb, Al, Zn, Ag, dan Au. Karena limbah
elektronik akan terus menumpuk, pengolahan yang ramah lingkungan sangat
penting. Kajian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kandungan
logam berharga dan metode pemulihannya melalui proses daur ulang. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa informasi ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk penanganan dan pengolahan limbah elektronik yang efisien dan
ramah lingkungan. disimpan kembali.

Berdasarkan hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam limbah elektronik


mengandung logam-logam yang relatif tinggi khususnya logam Cu dan
mengandung logam berharga yaitu Au dan Ag serta komponen berbahan plastik
yang dapat didaur ulang. Kandungan logam-logam yang relatif tinggi
memberikan prospek untuk pemakaian kembali (reuse) dengan cara pengambilan
kembali (recovery). Teknik recovery logam-logam dalam limbah elektronik dapat
dilakukan melalui proses daur ulang secara pemisahan mekanik, pirometalurgi,
hidrometalurgi dan elektrokimia.
Menurut volume dan efeknya terhadap lingkungan, e-waste adalah salah satu
aliran limbah tercepat di dunia. Balde et al. (2015) membagi e-waste menjadi
enam kategori yang berbeda: [1] Peralatan pengubah suhu: lemari es, freezer,
pendingin udara, pompa panas; [2] Layar dan monitor: televisi, monitor, laptop,
notebook, tablet; [3] Lampu: lampu neon, lampu LED, lampu gas discharge

4
intensitas tinggi; [4] Alat besar: mesin cuci dan pengering pakaian, kompor listrik,
mesin printer besar, mesin fotocopy, panel surya; [5] Peralatan kecil: pembersih
vakum, pemanggang.
Pada 2015, Eric Williams, seorang profesor dari Arizona State University,
mengatakan e-waste adalah peralatan listrik atau elektronik yang komponennya
telah rusak dan dibuang, atau peralatan elektronik bekas pakai yang masih
berfungsi (Sutarto, 2008). Namun, menurut Henrik Selin (2006), e-waste adalah
komponen peralatan listrik atau elektronik yang telah dibuang setelah masa pakai.
Sampah atau sampah adalah benda atau zat yang dibuang atau harus dibuang
sesuai dengan undang-undang nasional yang berlaku. Namun, peralatan elektrik
dan elektronik (EEE) adalah peralatan yang bergantung pada medan
elektromagnetik atau arus listrik (Program Perlindungan Lingkungan PBB, 2007).

2.2.2 Jenis-jenis E-Waste


E-waste merupakan sampah elektronik yang memiliki beberapa jenis, seperti
berupa komputer, telepon seluler, radio dan televisi yang tidak dapat berfungsi
lagi. Secara umum Eroupean Union mengategorikan sumber e-waste dalam 10
(sepuluh) kelompok (The United Nations Environmetal Programme, 2007)
diantaranya :

1. Alat-alat rumah tangga besar

2. Alat-alat rumah tangga kecil

3. Alat-alat teknologi informasi dan telekomunikasi

4. Alat-alat komsumsi atau hiburan elektronik

5. Peralatan listrik dan elektronik

6. Peralatan pencahayaan

7. Mainan elektronik

5
8. Peralatan medis

9. Alat control dan pemantauan

10. Dispenser otomatis

2.2 Kondisi E-Waste di Indonesia


E waste masih bukan istilah yang umum di Indonesia meskipun muncul
sebagai masalah di seluruh dunia. Peraturan yang ada di Indonesia belum
menetapkan definisi khusus untuk limbah berbahaya E, tetapi direktif UE sudah
jelas menyebutkan bahwa limbah berbahaya termasuk dalam peraturan limbah
berbahaya. Menurut peraturan tersebut, barang elektronik dan peralatan elektrik
yang sudah tidak digunakan dan atau tidak diinginkan karena sudah usang dan
harus dibuang, baik secara keseluruhan maupun sebagian, disebut sebagai E
waste. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya di Asia
Tenggara, Indonesia masih jauh dari kesadaran akan masalah sampah elektronik.
Hal ini disebabkan oleh pemahaman yang berbeda antar institusi dan publik
tentang E-waste dan prosedur pengelolaannya di tingkat pemerintahan. Selain itu,
tidak ada data akurat tentang jumlah penggunaan elektronik di Indonesia, dan
tidak ada ketentuan teknis lainnya tentang umur barang yang dapat diolah
kembali. Untuk memastikan bahwa limbah elektronik dianggap berbahaya,
seharusnya dibuang di TPA juga. Menurut penelitian Damanhuri dan Sukandar
(2006), E Waste tidak ditemukan di TPA. Seringkali, e-waste yang ditemukan
hanyalah seperpat atau bagian dari komponen elektronik atau suku cadang yang
biasanya dikirim ke pabrik perakitan.

6
Gambar 1. Aliran Barang-barang Elektronik dan Perlengkapannya (EEE)
Secondhand

Gambar 2. Aliran E-Waste

7
2.3 Kebijakan Pengelolaan E Waste Di Indonesia

Dalam regulasi peraturan atau hukum di Indonesia, pengelolaan untuk e-waste


ataupun pengelolaan untuk lingkungan di atur dalam beberapa perundang-
undanga n, keputusan presiden dan lainnya, antara lain sebagai berikut:
Landasan hukum tentang pengelolaan limbah elektronik (E Waste) antara lain
adalah:
a. Kepres 61/1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel.
b. Perpres 47/2005 tentang Ratifikasi Ban Amandement
c. UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
d. PP Nomor 18/1999 jo PP Nomor 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3
e. UU Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Dalam PP Nomor 18/1999 jo PP Nomor 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah


B3 disebutkan secara rinci sebagai berikut :
a. Limbah B3 dari sumber spesifik (Lampiran I, Tabel 2 “Daftar Limbah B3 dari
sumber Spesifik” Kode Limbah D219: Komponen Elektronik/Peralatan
Elektronik)
b. Sumber Pencemaran : Manufaktur dan Perakitan; Pengelolaan Air Limbah
c. Asal/Uraian Limbah : sludge sisa proses; coated glass (tabung CRT); pelarut
bekas; limbah pengecatan; residu solder dan fluxnya (PCB, IC, kabel); plastik
casing
d. Limbah lainnya diluar kategori limbah B3 dapat bersifat organik maupun an-
organik
Negara-negara asing, terutama dari Uni Eropa, telah mengeluarkan beberapa
himbauan, termasuk RoHS dan petunjuk WEEE, untuk mendorong desain
ekologis produk elektrik dan mengadopsi Extended Produser Responsibility
(EPR) untuk pengumpulan dan recycling WEEE. Namun, masih sulit untuk
menerapkannya secara langsung di negara berkembang. Saat ini, Peraturan

8
Menteri Negara tentang Pengelolaan Limbah Elektronik sedang disusun di
Indonesia. Peraturan ini akan mengatur hal-hal seperti definisi, sumber limbah
elektronik, jenis limbah elektronik, tanggung jawab produsen yang diperluas
(EPR), pengelolaan limbah elektronik melalui mekanisme pengelolaan limbah
B3, kerjasama antara pengelola limbah B3 dan produsen barang elektronik, dan
kompensasi dan pengawasan.

2.4 Pengelolaan E-Waste Di Indonesia

Karena bahayanya terhadap kesehatan dan lingkungan, daur ulang limbah


elektronik (E-waste) telah mendapat perhatian di seluruh dunia. Salah satu
contohnya adalah industri daur ulang atau pemulihan e-waste di Cina. Industri ini
menyebabkan polusi dan pencemaran lingkungan dan kesehatan bagi
karyawannya (He, Chun-Tao et al., 2017 dan Ruan, Jujun et al., 2016). Bisa
dibayangkan sebagai akibat dari bagian elektronik yang mengandung merkuri dan
racun, yang merupakan bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Banyak orang
meninggal karena timah mencemari lingkungan. Model penanganan ini sangat
disayangkan karena limbah elektronik seharusnya dioptimalkan untuk
menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Tidak ada nilai ekonomi dalam bagian-bagian kecil yang tidak dapat
diperbaiki, didaur ulang, atau diekspor. Akibatnya, bagian-bagian ini pada
akhirnya akan dibiarkan begitu saja dan dibuang. E-waste mengandung banyak
bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan dan kesehatan
jika diproses dengan salah. Scruggs, Caroline E. et al. (2016) menyatakan bahwa
untuk membuat produk yang memiliki dampak buruk pada lingkungan dan
kesehatan yang lebih rendah, produk harus dibuat dari limbah elektronik. E-waste
terdiri dari bahan yang dapat digunakan kembali, seperti baterai, kaca, emas,
timah, aluminium, tembaga, dan bahan lainnya (Patel, S. et al., 2017).

9
Terbukti bahwa metode pemulihan/reparasi, penjualan kembali sebagai
barang bekas, pengeksporan, dan penguburan bukanlah cara terbaik untuk
menangani limbah elektronik. Produk kesenian yang ramah lingkungan akan
dihasilkan melalui integrasi seni dalam pengolahan limbah elektronik (Syifaul
Fuada et al., 2015). Metode ini mengubah limbah menjadi karya seni dan
kerajinan. Penanganan yang cerdas untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dari limbah elektronik adalah mengubah limbah menjadi karya seni dan kerajinan.
Masih dalam Xinwen et al, (2010), dilaporkan Metode pengelolaan E waste
terpadu sektor formal dan informal yang diterpakan di China dan negara
berkembang pada umumnya ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2007 dan
ide-ide utamanya meliputi :
1. Selama proses desain dan produksi, teknik pengukuran, seperti perubahan
penelitian dan proposal desain, menyesuaikan proses teknologi, penggantian
dalam penggunaan material dan menggunakan metode yang inovatif dalam
proses produksi, dan lain-lain.
2. Selama proses desain, produksi, impor dan penjualan, langkah-langkah seperti
identifikasi nama-nama bahan beracun dan zat berbahaya dan elemen dan
tingkat kandungannya dan istilah-istilah untuk lingkungan yang digunakan
oleh produk elektronik, dan lain-lain.
3. Selama proses penjualan, harus ada pengawasan yang ketat dari saluran
pembeli, menahan penjualan barang-barang elektonik yang mengandung B3,
menemukan standart industri untuk pengawasan pencemaran oleh produk
elektronik.
4. Larangan untuk impor barang-barang elektronik yang gagal memenuhi
standar untuk pengawasan B3

10
Gambar 3. Pengelolaan E-Waste Terpadu

2.5 Keterkaitan E-Waste dengan Teknik Elektro

Aspek kesalahan pengolahan limbah elektronik, yaitu (1) minimnya informasi


mengenai limbah elektronik kepada publik, (2) minimnya pemahaman perbedaan
sampah rumah tangga dengan sampah/limbah elektronik dan tata cara
pengelolaannya, dan (3) belum tersedianya ketentuan teknis, misalnya umur
barang yang dapat diolah kembali. Mengingat bahaya tersebut, maka kita perlu
belajar
dari tiga negara di Asia Timur yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan tentang
bagaimana pengelolaan limbah elektronik secara baik dan efektif. Adapun bahaya
atau dampak yang mungkin ditimbulkan dari pengelolaan yang salah terhadap
limbah elektronik, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

11
Komponen dan senyawa berbahaya dalam limbah elektronik

Metode pengelolaan limbah elektronik


Metode yang paling penting adalah daur ulang. Pembongkaran/pembongkaran
(Disassembly/dismantling): pelepasan komponen, suku cadang, atau sekelompok
suku cadang secara sistematis atau sub-rakitan dari suatu produk dalam limbah
elektronik. Upgrading: mencakup penghancuran dan pemisahan bahan
menggunakan pemrosesan mekanis/fisik atau metalurgi. Metode untuk
memulihkan bahan termasuk insinerasi dan pemurnian. Pemulihan (recovery):
dipulihkan dengan fasilitas daur ulang. Plastik, kaca, dan logam dapat dipulihkan
dengan cara disortir sebelum dicampur dengan limbah lain.

12
Metode pengelolaan limbah saat ini
1. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
- Limbah elektronik yang berakhir di tempat pembuangan akhir
digambarkan sebagai bom waktu yang beracun, karena dapat terlepas ke
lingkungan setelah beberapa tahun dengan cara alami, dan ada
kemungkinan pencucian limbah seperti baterai melepaskan asam dan
logam berat merkuri, nikel dan kadmium, sirkuit elektronik memiliki
timbal, seng, Nikel, Tembaga, Merkuri dan kadmium.
- Hal ini dapat mencapai air tanah dan menjangkau hewan dan manusia, dan
bercampur dengan sumber air tawar lainnya seperti sungai dan aliran air.
2. Rendaman asam
- Metode rendaman asam digunakan untuk mengekstraksi Tembaga
- Papan sirkuit direndam dalam asam sulfat selama sekitar 12 jam untuk
melarutkan tembaga kemudian larutan direbus (boiled) , endapan tembaga
sulfat diambil dan larutan yang tersisa ditambahkan dengan partikel yang
dikikis (scraped), selanjutnya sisa kotoran tembaga dihilangkan.
- Perendaman asam juga digunakan untuk melarutkan timbal dan dalam
ekstraksi Emas dan perak.
3. Insinerasi
- Insinerasi juga mencakup pirolisis; zat yang dihasilkan selama insinerasi
cenderung lebih beracun daripada bentuk aslinya.
- Pirolisis memanaskan zat tanpa adanya oksigen, di sini pembakaran tidak
terjadi tetapi zat diubah menjadi asap, minyak, dan arang.
- Gasifikasi, udara diberikan untuk mengubah zat menjadi asap, abu, dan tar

13
Gambar 4. Pengelolaan limbah E-Waste

Komposisi yang terkandung dalam limbah elektronik tergantung dari tipe dan
umur alat tersebut. Sebagai contoh peralatan komputer lebih banyak mengandung
logam-logam, sedangkan peralatan rumah tangga seperti lemari pendingin lebih
dominan mengandung komponen yang berbahan plastik. Secara umum limbah
elektronik mengandung 40 % logam, 30 % plastik dan 30 % bahan oksida. Menurut
Gramatyka, Nowosielki, Sakiewicz, 2007, dalam limbah elektronik mengandung 20
% tembaga(Cu), 8 % besi(Fe), 4% timah(Sn), 2 % nikel(Ni), 2 % timbal(Pb), 1 %
seng(Zn), 0,2 % perak (Ag), 0,1 % emas (Au) dan 0,005 % palladium (Pa). Selain itu
mengandung polipropilen, polietilen, poliester dan polikarbonat yang berasal dari
komponen berbahan plastik.

Menurut Ficeriova, J., dkk, 2008, komponen utama dalam limbah elektronik
adalah 45 % logam besi, 10 % logam-logam selain besi, 22 % plastik an 9 % kaca.
Komposisi kimia khususnya kandungan logam-logam dalam limbah elektronik yang
telah dihancurkan kemudian dilarutkan dalam larutan tiourea dan dianalisis
menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry dapat dilihat pada Tabel 1

14
Tabel 1. Komposisi Kimia logam-logam dalam Limbah Elektronik(Ficeriova, J., dkk,

2008)

Menurut Langner dalam Ficeriova, J., dkk, 2008, dalam limbah elektronik
juga mengandung logam berharga yaitu emas. Sebagai contoh kandungan emas
rendah (< 100 ppm Au) terdapat pada rangkaian elektronik pada TV,kalkulator dan
monitor. Kandungan emas menengah (100 – 400 ppm Au) terdapat pada rangkaian
elektronik pada komputer, laptop dan telephon. Kandungan emas tinggi(>400 ppm
Au) terdapat pada ponsel.Berdasarkan hasil penelitian Mimi Salamah, dkk, 2009,
yang melakukan penelitian tentang kadar logam-logam dalam limbah elektronik
dengan sampel sebuah chip komputer yang dilarutkan dengan menggunakan aqua
regia dan dianalisis menggunakan Atomic Absorption

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan penggunaan alat-alat elektronik semakin lama semakin
pesat. Hal ini menimbulkanpesatnya limbah elektronik yang dihasilkan. Limbah
elektronik yang menumpuk dapat menimbulkan permasalahan sehingga
diperlukan upaya untuk proses daur ulang. Proses daur ulang dapat dilakukan
dengan meninjau komponen-komponen yang terkandung dalam limbah elektronik
yang potensial untuk digunakan kembali. Komponen-komponen yang potensial
untuk digunakan lagi antara lain logam-logam berharga seperti Cu, Pd, Fe, Ni, Sn,
Pb, Al, Zn, Ag dan Au. Logam-lgam tersebut dapat diambil kembali (recovery)
melalui proses daur ulang. Proses daur ulang dapat dilakukan secara pemisahan
mekanik, pirometalurgi, hidrometalurgi dan elektrokimia.
Limbah elektronik (E-waste) adalah peralatan elektronik atau listrik
yang sudah tidak terpakai. Peralatan elektronik bekas yang dimaksudkan untuk
digunakan ulang, dijual kembali, didaur ulang, atau dibuang juga termasuk limbah
elektronik. Pengolahan limbah elektronik secara tidak tepat di negara-negara
berkembang dapat menyebabkan efek buruk terhadap kesehatan manusia dan
polusi lingkungan. Pegubahan limbah menjadi barang kesenian dan kerajinan
merupakan sebuah penanganan yang cerdas untuk mengurangi pencemaran
lingkungan akibat dari e-waste.
3.2 Saran
Hendaknya membeli dan menggunakan produk-produk elektronik
sesuai kebutuhan dan pertimbangan juga usia pemakaiannya. Usahakan membeli
produk-produk dari produsen yang memproduksi produk ramah lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

AD, N. A., Purwasih, I., Defiani, W., Rahim, F. K., & Diniah, B. N. (2023). GAMBARAN
PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK (E-WASTE) RUMAH TANGGA DI KABUPATEN
KUNINGAN TAHUN 2022. Journal of Health Research Science, 3(1), 23-33.
Balde, C.P., Wang, F., Kuehr, R., Huisman, J. (2015). The global e-waste monitor. United
Nations University, IAS – SCYCLE, Bonn, Germany. Page : 12-13
Borthakur, Anwesha and Madhav Govind. 2016. Emerging trends in consumers’ E-waste
disposal behaviour and awareness: A world wide over view with special focus on
India. Resources, Conservation, and Recycling. http://dx.doi.org/10.1016/
j.resconrec.2016.11.011
He, Chun-Tao., Xiao-Bo Zheng, Xiao Yan, Jing Zheng, Mei-Huan Wang, Xiao Tan, Lin
Qiao, She-Jun Chen, Zhong-Yi Yang, Bi-Xian Mai. 2017. Organic contaminants and
heavy metals in indoor dust from e-waste recycling, rural, and urban areas in South
China: Spatial characteristics and implications for human exposure. Ecotoxicology and
Environmental Safety. 140 : 109 – 115
Khozinatus Sadah, Syifaul Fuada, Nurul Hidayati. 2015. Model Baru Dalam Penanganan
Limbah Elektronik di Indonesia Berbasis Integrasi Seni. Prosiding SENTIA 2015 –
Politeknik Negeri Malang. Volume 7 – ISSN: 2085-2347
Kosasih, W., Kristina, H. J., Simorangkir, K. P., Wijaya, C., Aprillita, M., & Putri, A. P. K. (2023).
KEBERLANJUTAN PROGRAM DONASI E-WASTE PRODI TEKNIK INDUSTRI UNTAR DAN
ECOSTAR GROUP SEBAGAI PRAKTIK MENDUKUNG SDG 4.7. DI KAMPUS. Jurnal Bakti
Masyarakat Indonesia, 6(1).
Kumar, Amit., Maria Holuszko, Denise Crocce Ramona Espinosa. 2017. E-waste: An over
view on generation, collection, legislation and recycling practices. Resources,
Conservation, and Recycling. 122 : 32 – 42
Liu, Ranran., Jiangyao Chen, Guiying Li, Taicheng An. 2016. Using an integrated
decontamination technique to remove VOCs and attenuate health risks from an e-waste
dismantling workshop, Chemical Engineering Journal.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cej.2016.05.004
Patel, Siddharth., R.S. Rana and Swadesh Kumar Singh. 2017. Study on mechanical
properties of environment friendly Aluminium E-waste Composite with Fly ash and E-
glass fiber. Material today: Proceeding. 4 : 3441 – 3450.

17

Anda mungkin juga menyukai