Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN

TEKNOLOGI PENGELOLAHAN BUANGAN INDUSTRI


Direct Electrochemical Oxidation
(Oksidasi Elektrokimia Secara Langsung)
DOSEN PEMBIMBING : Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D, IPM

Disusun Oleh :

Azis Purnama Ginting : 170405176

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A. 2019/2020

i
DAFTAR ISI

HalamanJudul........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB1. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................1

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................3


2.1 Oksidasi Elektrokimia.........................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Oksidasi Elektrokimia ......................................................3
2.3 Faktor yang memperngaruhi Oksidasi Elektrokimia .........................4
2.4 Proses Oksidasi Elektrokimia .............................................................4
2.5 Ilustrasi Rangkaian Alat Oksidasi Elektrokimia .................................7
2.6 Aplikasi Oksidasi Elektrokimia dalan Industri ..................................7
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Oksidasi Elektrokimia ............................9

BAB 3.PENUTUP .................................................................................................10


3.1 Kesimpulan .......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 menyatakan bahwa


setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan
berbahaya dan beracun (B3) dan/atau menghasilkan limbah B3 wajib mengelola
limbahnya mulai dari sumber penghasil hingga pemusnahannya.
Limbah B3 merupakan limbah yang harus diperhatikan dengan serius
karena memiliki sifat dan karakteristik yang sangat membahayakan
keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem lingkunganlainnya. Disamping itu
keberadaan limbah B3 dari tahun ketahun terus meningkat baik dari
jumlahmaupun jenisnya. Limbah B3 ini dihasilkan beriringan dengan semakin
meningkatnya teknologi danperadaban manusia. Semakin beraneka ragam produk
yang dihasilkan semakin bervariasi pula limbahB3 yang dihasilkan. Semakin
tingginya jumlah dan jenis limbah B3 yang dihasilkan akan
menyebabkankerusakan dan pencemaran yang berdampak buruk terhadap
kehidupan (Suyudi, 2014).
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan
pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam
rangkaian tersebut terkait beberapa pihak masing-masing merupakan mata rantai
dalam pengolahan limbah B3. Limbah padat B3 tidak diperbolehkan membuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik dan harus melalui proses
pengolahan (Nugroho, 2014).
Teknik pengolahan limbah pencemar air yang berkembang saat ini adalah
melalui proses elektrokimia. Teknik tersebut telah berhasil mengurangi limbah
organik beracun di air. Teknik elektrokimia dapat mengolah jenis limbah cair
yang berbeda dengan memvariasikan jenis elektroda di anoda dan di
katoda(Wiratin dan Ngadiran, 2016).

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan proses oksidasi elektrokimia?
2. Apa saja jenis-jenis dari proses oksidasi elektrokimia?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan proses
oksidasi elektrokimia?
4. Bagaimana deskripsi proses oksidasi elektrokimia?
5. Bagaimana ilustrasi alat yang digunakan atau flow diagram dalam
proses oksidasi elektrokimia?
6. Bagaimana aplikasi oksidasi elektrokimia untuk pengolahan limbah
B3 dalam industri?
7. Apa kelebihan dan kelemahan dari pengelolahan limbah dengan
proses oksidasi elektrokimia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses oksidasi
elektrokimia
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari proses oksidasi elektrokimia
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
proses elektrokimia
4. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi proses oksidasi elektrokimia
5. Untuk mengetahui bagaimana ilustrasi alat yang digunakan atau flow
diagram dalam proses oksidasi elektrokimia
6. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi oksidasi elektrokimia untuk
pengelolahan limbah B3 dalam industri
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari pengelolahan limbah
dengan proses oksidasi elektrokimia

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oksidasi Elektrokimia


Teknik pengolahan limbah pencemar air yang berkembang saat ini adalah
melalui proses elektrokimia. Teknik tersebut telah berhasil mengurangi limbah
organik beracun di air. Teknik elektrokimia dapat mengolah jenis limbah cair
yang berbeda dengan memvariasikan jenis elektroda di anoda dan di katoda. Jenis
elektroda yang telah digunakan dalam elektrokimia adalah Pt, elektroda PbO2/Ti,
SnO2/Ti, Sn-Pd-Ru dilapisi titanium (SPR), Ru-Ti, Al-C, Fe-Fe, Fe-C, Al-Al dan
elektroda karbon (Wiratin dan Ngadiran, 2016). Oksidasi elektrokimia
merupakan suatu proses yang melibatkan mediator redoks untuk mengoksidasi
dan menguraikan senyawa organik. Elektrode yang digunakan dengan adanya arus
listrik searah akan mengalami proses elektro-oksidasi yang berguna untuk
menjernihkan air keruh diakibatkan adanya suspensi padat, emulsi, ataupun
partikel koloid (L, dkk. 2017). Teknik elektrokimia yang berkembang saat ini
adalah elektrooksidasi dan elektrokoagulasi. Jenis elektroda yang digunakan
dalam elektrooksidasi adalah elektroda inert, seperti Pt dan karbon. (Wiratin dan
Ngadiran, 2016).

2.2 Jenis-Jenis Proses Oksidasi Elektrokimia


Di dalam elektrooksidasi terjadi 2 (dua) jenis proses oksidasi. Adapun
jenis-jenis dari proses oksidasi elektrokimia adalah sebagai berikut:
1. Oksidasi Secara Langsung
Oksidasi secara langsung atau penanganan anodik terjadi melalui
mekanisme adsorpsi polutan ke permukaan anoda. Berbagai bahan anoda
dapat digunakan dengan Pt, PbO2, SnO2, IrO2, dan BDD (boron-doped
diamond) menjadi yang paling dipelajari. Parameter seperti rapat arus, pH,
bahan anoda, dan elektrolit yang digunakan mempengaruhi efisiensi
penanganan. Degradasi senyawa yang akan dihilangkan mengikuti
mekanisme kinetika orde satu dan efektivitas proses dipengaruhi oleh
efisiensi arus, indeks oksidasi elektrokimia, atau efisiensi arus sesaat.

3
2. Oksidasi Secara Tidak Langsung
Oksidasi secara tidak langsung memiliki keuntungan dari reagen
redoks antara untuk mempengaruhi transfer elektron antara elektroda dan
polutan, sehingga mencegah fouling pada elektroda oleh kontaminan.
Kehadiran ion klorida meningkatkan penyisihan senyawa fenolik melalui
pembentukan Cl2 atau ClO- dalam proses yang disebut oksidasi
elektrokimia klorin aktif (Aufa, 2019).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Oksidasi


Elektokimia
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses oksidasi
elektrokimia adalah sebagai berikut:
1. Material elektroda yang digunakan.
2. Sifat elektroda yang lebih dominan menghantarkan arus.
3. Sifat elektroda yang tahan dengan korosi.
4. Sifat elektroda yang memiliki resistensi terhadap kondisi asam
maupun basa.
5. Sifat elektroda yang bersifat inert (Suyata, 2015).

2.4 Proses Oksidasi Elektrokimia


Adapun langkah-langkah proses oksidasi elektrokimia dalam mereduksi
limbah adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan Anode Gel Elektrokimia
Anode gel elektrokimia harus dari bahan yang mempunyai
overvoltage yang tinggi untuk evolusi oksigen karena potensial tinggi
diperlukan untuk membentuk Ag(II). Sebagai anode digunakan Pt, dengan
potensial arlode terhadap elektrode hidrogen standar 2,1 Volt pada
densitas arus 0,5 A/cm2 dan anolit 4 M HNO3/1 M AgNO3 pada 50°C.
2. Pemilihan Katode Gel Elektrokimia
Sebagai katode juga digunakan pt yang menunjukkan overvoltage
terendah untuk reaksi reduksi asam nitrat. Antara anode dan katode gel

4
elektrokimia dipisahkan oleh membran Du Pont Nation 324 Sulphonated
Fluoropolymer Cation Exchange Membrane

3. Membran yang digunakan


Nation 324 Sulphonated Fluoropolymer Cation Exchange
Membranemempunyai ketahanan kimia yang tinggi. Membran digunakan
untuk mencegah bercampurnya anolit dengan spesi yang dibentuk pada
katode. Hanya H+ yang dapat melewati membran. Nation 324
Sulphonated Fluoropblymer selektif permiabel untuk kation yang
membawa arus dalam gel elektrolisis dan mencegah pencampuran
senyawa-senyawa dalam ruang anode dan katode. Hal ini penting karena
spesi hasil reduksi yang dibentuk pada katode tidak bereaksi dengan Ag2+
yang dibentuk pada anode, sehingga tidak mengurangi efisiensi gel.
4. Elektrolit yang digunakan
Elektrolit terdiri dari campuran AgNO3 dan HNO3 dipompa ke ruang
anode dan katode dan tegangan dihidupkan. Pada anode Ag(l) dioksidasi
menjadi Ag(II), sesuai reaksi berikut :

Ag+ → Ag2+ + e- (1)

Kemungkinan radikal N03 diserap oleh Ag2+ untuk membentuk


kompleks AgN03+ yang berwarna coklat. Dalam anolit Ag(ll) bereaksi
dengan air untuk membentuk spesi radikal CH, yang disajikan sebagai (O).
Reaksi yang terjadi, sebagai berikut :

2Ag2+ + H2 → 2 Ag+ + 2 H++ (O) (2)

Radikal bereaksi dengan limbah organik yang diumpankan ke anolit,


akhirnya mengoksidasi limbah organik menjadi karbon dioksida, karbon
monoksida, air, dan produk anorganik yang timbul dari halogen, nitrogen,
fosfor, sulfur, dan sebagainya. Reaksi yang terjadi dapat dinyatakan
sebagai berikut :

5
Organik + (O) → CO2 + CO + H2O + pa (3)

dimana pa adalah produk anorganik. Proses selanjutnya Ag+ kembali


ke anode untuk oksidasi kembali. Ion H berupa H+ migrasi melewati
membran ke ruang katode karena pengaruh tegangan yang digunakan.
Pada katode, H+ bereaksi dengan NO3-, membentuk asam nitrit sesuai
reaksi berikut :

NO3- + 3H+ + 2e- → HNO2 + H2O (4)

Asam nitrit dapat direduksi lebih lanjut menjadi gas nitrogen oksida,
jika konsentrasi dalam katolit bertambah. Katolit secara kontinu
dilewatkan malalui ragenerator dimana campuran 8sam nitrit dan nitrat
yang berasal dari gel dipanaskan dan udara atau oksigen dilewatkan
kedalam cairan panas untuk mengoksidasi asam nitrit menjadi nitrat
kembali dengan reaksi :

2HNO2 + O2 → 2HNO3

Secara keseluruhan, tidak ada konsumsi Ag dan asam nitrat. Ion


hidrogen (H+) dibentuk dalam anolit, tetapi dikonsumsi dalam katolit.
Konsumsi yang diperlukan adalah tenaga listrik dan oksigen yang
digunakan dalam regenerator katolit. Reaksi keseluruhan adalah :

Organik + O2 → CO2 + CO + H2O + pa

dimana pa adalah produk anorganik. Suhu reaksi yang diperlukan


dapat bervariasi tergantung bahan organik yang dioksidasi. Suhu tertinggi
95°C, masih dibawah titik didih asam nitrat, sehingga suhu proses sangat
rendah jika dibandingkan suhu insenerasi 900°C (Martono, 2000).

6
2.5 Ilustrasi Rangkaian Alat yang digunakan dalam Proses Elektrokimia
Adapun raingkaian alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
(Irmanto, dkk. 2017).

1
3

Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Elektrokimia

Keterangan gambar :

1. Adaptor, 2. Katoda Pb, 3. Reaktor, 4. Anoda PbO2, 5. Larutan sampel

2.6 Aplikasi Elektokimia dalam pengolahan Limbah B3 didalam


Industri
Industri batik menghasilkan limbah cair dalam proses pewarnaan dan
finishing. Limbah cair tersebut mengandung zat warna yang bersifat toksik dan
non- biodegradable sehingga sulit diolah dengan metode konvensional. Teknologi
elektrokimia merupakan teknologi yang tepat untuk dekolorisasi limbah cair zat
warna. Keunggulan teknologi elektrokimia dibandingkan teknologi lain adalah :
peralatan sederhana, mudah dioperasikan, produk hasil pengolahan limbah yang
ramah lingkungan yaitu CO2 dan H2O, tidak menghasilkan limbah sekunder,
berlangsung pada suhu rendah, lebih ekonomis karena membutuhkan listrik hanya
beberapa volt, dan efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, telah dilakukan penelitian
penggunaan teknologi elektrokimia untuk dekolorisasi limbah cair industri
batik. Dekolorisasi dilakukan dengan cara mengelektrolisis limbah cair industri
batik dalam reaktor elektrokimia. Elektrolisis dilakukan pada berbagai variasi

7
voltase dan jarak elektroda untuk menentukan voltase dan jarak elektroda yang
terbaik dalam proses dekolorisasi limbah cair industri batik sehingga warna
limbah cair tersebut menjadi jernih.
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, reaktor pengolahan
limbah secara elektrokimia, adaptor, PbO2/Pb sebagai elektroda. Bahan yang
diperlukan adalah limbah cair industri batik dari Kabupaten Pekalongan,
Na2SO4, NaOH, H2SO4, kertas saring, akuades. Rangkaian alat dapat dilihat
pada Gambar 1.
Pada penelitian ini dilakukan variasi jarak elektroda yaitu 0,5; 1; 1,5;
dan 2 cm. Elektrolisis dilakukan pada pH, voltase, dan waktu tetap yaitu pH 1,
voltase 12 Volt, dengan waktu elektrolisis 4 jam. Hasil penelitian seperti terlihat
pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Spektra absorbsi limbah cair batik setelah dielektrolisis selama 4


jam pada berbagai variasi voltase

8
Gambar 3. Spektra absorbsi limbah cair batik setelah dielektrolisis selama 4
jam pada berbagai variasi jarak elektroda

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak elektroda


mempengaruhi dekolorisasi limbah cair industri batik. Jarak elektroda terbaik
untuk dekolorisasi adalah 1 cm. Hal ini disebabkan karena pada jarak elektroda
1cm, jumlah radikal hidroksil yang dihasilkan selama proses elektrolisis pada
permukaan anoda lebih banyak dan merata sehingga dapat mempercepat proses
oksidasi senyawa organik. Absorbansi limbah cair batik lebih besar pada jarak
elektroda 1,5 dan 2 cm.Hal ini dikarenakan semakin jauh jarak elektroda maka
semakin besar hambatan pergerakan elektron sehingga kuat arus yang
dihasilkan semakin kecil, akibatnya pembentukan radikal hidroksil semakin
sulit, yang menyebabkan nilai absorbansi lebih besar (Irmanto, dkk. 2017).

2.7 Kelebihan dan Kelemahan Pengolahan Limbah B3 dengan


Menggunakan Oksidasi Elektokimia
2.7.1 Kelebihan
Adapun kelebihan dari oksidasi elektrokimia adalah sebagai
berikut : (Suyata, 2015).
1. Biaya operasional yang rendah.
2. Menghasilkan produk yang ramah lingkungan yaitu berupa
CO2 dan H2O.
3. Tidak menghasilkan limbah baru.
4. Berlangsung pada suhu rendah.
5. Lebih sederhana dan efektif.

2.7.2 Kekurangan
Adapun kekurangan dari oksidasi elektrokimia adalah sebagai
berikut : (Suyanta, 2013).
1. Sel elektrolit akan terus bereaksi walaupun tidak digunakan.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Oksidasi elektrokimia merupakan suatu proses yang melibatkan
mediator redoks untuk mengoksidasi dan menguraikan senyawa
organik. Elektrode yang digunakan dengan adanya arus listrik searah
akan mengalami proses elektro-oksidasi yang berguna untuk
menjernihkan air keruh diakibatkan adanya suspensi padat, emulsi,
ataupun partikel koloid.
2. Pada elektrooksidasi terjadi 2 (dua) jenis proses oksidasi adalah
oksidasi secara langsung dan oksidasi secara tidak langsung.
3. Faktor yang mempengaruhi proses oksidasi elektrokimia adalah
material elektroda yang digunakan, sifat elektroda yang lebih dominan
menghantarkan arus, sifat elektroda yang tahan dengan korosi, sifat
elektroda yang memiliki resistensi terhadap kondisi asam maupun basa
dan sifat elektroda yang bersifat inert.
4. Proses dari oksidasi elektrokimia diawali dengan pemilihan anode dan
katode dan dilanjutkan dengan pemilihan sel elektrolit yang akan
digunakan.
5. Proses oksidasi elektrokimia dapat digunakan sebagai cara untuk
mengdegradasi limbah yang dihasilkan oleh industri batik. Industri
batik menghasilkan limbah cair dalam proses pewarnaan dan finishing.
Limbah cair tersebut mengandung zat warna yang bersifat toksik dan
non- biodegradable sehingga sulit diolah dengan metode konvensional.
6. Kelebihan dari proses oksidasi elektrokimia adalah biaya operasional
yang rendah, menghasilkan produk yang ramah lingkungan yaitu
berupa CO2 dan H2O, tidak menghasilkan limbah baru, berlangsung
pada suhu rendah dan lebih sederhana dan efektif. Sedangkan
kelemahan dari proses oksidasi elektokimia adalah Sel elektrolit akan
terus bereaksi walaupun tidak digunakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aufa, Rifqi. 2019. Teknik Penyisihan Fenol Dari Air Limbah. Teknik Kimia :
ITB.
Irmanto, Suyata, dan Puji Lestari. 2017. Penentuan Voltase Dan Jarak Elektroda
Untuk Dekolorisasi Limbah Cair Industri Batik Dengan Teknik
Elektrokimia. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan VII.
L, Christi. Natanael, Yati B. Yuliyati. 2017. Penggunaan Air Olahan Limbah
Kantin Hasil Perendaman Batang Pisang dan Ampas Teh untuk
Pertumbuhan Tanaman Mangkokan dan Puring, Serta Peningkatan Mutu
Air Olahan dengan Elektrokimia Termediasi. Chimica et Natura Acta.
Vol. 5 No. 3: 140-145.
Martono, Herlan, Aisyah. 2000. Studi Pengolahan Limbah Organik Secara
Elektrokimia : Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Nugroho, Sigit Sapto. 2013. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Perspektif Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan Limbah Bahan Ber
61. Volume 14 Nomor 2 September 2013.
Suyanta. 2013. Modul Kimia Redoks Dan Elektrokimia : Konsorsium Sertifikasi
Guru.
Suyata. Irmanto, dan Undri Rastuti. 2015. Penerapan Metode Elektrokimia Untuk
Penurunan Chemical Oxygen Demand (Cod) Dan Total Suspended Solid
(Tss) Limbah Cair Industri Tahu. Molekul. Vol. 10. No. 1. 74 – 81.
Suyudi, Yudi. 2014. Rawannya Pelanggaran dalam Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Jurnal Lingkar Widyaiswara. Edisi 1 No.
4, Oktober – Desember 2014, p.41-46.
Wiratini, Ni Made. Ngadiran Kartowasono. 2016. Dampak Rangkaian Sel
Elektroda Al-C dalam Elektrokimia untuk Mendegradasi Limbah Tekstil.
Reaktor, Vol. 16 No. 2,, Hal. 65-71 e-ISSN 2407 – 5973.

11

Anda mungkin juga menyukai