Disusun oleh :
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Bambang Widiono, MT
Oleh :
Tanggal Pengajuan :
Februari 2017
Disetujui oleh :
Pembimbing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat
racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai
bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak
lingkungan hidup dan sumberdaya (Ginting, 2007).
Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat
yang mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya
sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak
membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah yaitu air dari suatu daerah
permukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus
dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan
baik.(Muhtar., dkk,2011).
2.5 Elektrokimia
Secara umum sel elektrokimia dibagi menjadi sel galvani atau sel
elektrokimia dan sel elektrolisis. Proses yang terjadi pada sel galvani ialah
reaksi kimia berubah menjadi energi listrik, sedangkan di dalam sel
elektrolisis sebaliknya, dari energy listrik menjadi energi kimia. Pada sel
galvani elektroda positif menjadi katoda, dan elektroda negatif sebagai
anoda, sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya, yaitu elektroda negatif
sebagai katoda, dan elektroda positif sebagai anoda (Mulyono, 2009).
Menurut Riyanto (2013), Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu
kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan arus listrik.
Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti
keperluan seharihari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar
seperti industri yang memproduksi bahan-bahan kimia baik organik maupun
anorganik, farmasi, polimer, otomotiv, perhiasan, pertambangan, pengolahan
limbah dan bidang analisis. Pengunaan elektrokimia diantaranya adalah:
a) Sel galvani yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang dapat
menghasilkan arus listrik, seperti baterai, aki dan sel bahan bakar (fuel
cell).
b) Sel elektrolisis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang
memerlukan arus listrik.
Sel galvanis dan sel elektrolisis adalah inti dari suatu proses
elektrokimia. Sel galvanis menghasilkan energi yang disebabkan oleh hasil
reaksi kimia, sedangkan sel elektrolisis dibutuhkan energi listrik untuk
melangsungkan reaksi kimia. Pada sel galvanis katoda berfungsi sebagai
penghantar listrik sehingga berkutub positif. Proses aliran elektron terjadi
dari elektroda negatif ke elektroda positif dengan melewati media elektrolit
yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik sehingga rekasi yang terjadi
adalah spontan.
Pada sel elektrolisis elektroda yang berfungsi penghantar listrik adalah
anoda sehingga terjadi suatu pelarutan material anoda menghasilkan kation
logam (M+). Elektrolisis air merupakan reaksi samping yang menghasilkan
gas hidrogen pada katoda dan gas oksigen pada anoda (Purwanto, 2005).
2.5 Elektrolisis
Proses yang mana reaksi redoks yang tidak bisa berlangsung spontan,
disebut elektrolisis. Banyaknya perubahan kimia yang dihasilkan oleh
arus listrik berbanding lurus dengan kuantitas listrik yang lewat. Fakta
ini ditemukan oleh Michael Faraday tahun 1834 sebelum sifat dasar
elektron arus listrik diketahui. Kuantitas satuan standar kelistrikan yang
menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektron adalah coulomb.
1 Faraday = 1 mol elektron = 9,65 x 10 4C. Bunyi hukum Faraday dalam
elektrolisis, lewat 1 faraday pada rangkaian mengakibatkan oksidasi satu
bobot ekuivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot
ekuivalen pada elektrode yang lain (Keenan, 1992:54).
Elektrolisis merupakan suatu peristiwa dimana suatu larutan akan
diuraikan menjadi ion-ionnya, yaitu ion positif (kation) dan ion negatif
(anion), ketika arus listrik searah dialirkan kedalam larutan elektrolit
melalui elektroda. Pada peristiwa ini kation akan mengalami reduksi
karena menangkap elektron, sedangkan anion akan mengalami oksidasi
karena melepaskan elektron. Maka peristiwa reduksi terjadi di katoda dan
oksidasi terjadi di anoda, dan kation akan menuju katoda sedangkan
anion akan menuju anoda (Wiharti,2010).
Sel elektrolisis tersusun atas elektroda positif (anoda) dan elektroda
negatif (katoda). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda
terjadi reaksi reduksi. Ada dua tipe elektroda, yakni elektroda inert dan
reaktif. Bila anoda berupa elektroda inert, reaksi oksidasi sangat bergantung
pada jenis anion yang ada dalam larutan, sebaliknya bila anoda berupa
elektroda reaktif maka elektroda itu akan larut. (Isana.S.Y.L,2007)
b) Hukum Faraday II
Massa dari berbagai zat yan terbentuk pada tiap-tiap electrode
sebanding dengan massa ekuivalen zat tersebut. Maka, m = w
keterangan:
m = massa zat (gram)
w = massa ekuivalen
Ar = massa atom relatif
e = ekuivalen suatu zat (jumlah) elektrok yang berperan pada suatu
mol zat
Bila 2 hukum tersebut digabung, maka:
m= x.f
m= x
mol elektron = mol
keterangan :
1f = 1 mol elektron = 96.500
2.7 Elektroflotasi
Prinsip kerja elektrokoagulasi flotasi adalah pelarutan logam anoda (M +)
yang kemudian bereaksi dengan ion hidroksi (OH -) membentuk koagulan.
Koagulan ini akan mengadsorbsi polutan-polutan menjadi senyawa
berpartikel besar yang tidak larut yang akan terflotasi ke permukaan bak
proses.
Elektroflotasi ialah flotasi yang melibatkan elektron. Dalam hal ini
diartikan sebagai aliran elektron di dalam sirkuit listrik. Sebab, hakikatnya
listrik merupakan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif. Proses
ini juga melibatkan reaksi kimia di dalam aliran listrik, yaitu elektrokimia.
Artinya, fenomena yang terjadi adalah fisika dan kimia. Apungan merujuk
pada fenomena fisika, berkaitan dengan hukum Archimedes dan
pembentukan gas terjadi lewat reaksi kimia yang dipicu oleh aliran elektron
(listrik) dan lumrah dikenal dengan sebutan elektrolisa air. Dengan bantuan
elektroda. unit ini mampu mengubah air menjadi gas hidrogen dan oksigen
(dianalogikan sebagai "blower" atau "kompresor" pada unit flotasi).
Reaksi yang terjadi pada elektroflotasi dikenal dengan istilah reaksi
redoks atau reduksi oksidasi. Reduksi terjadi di katoda dengan reaksi:
2H2O + 2e 2(OH-) + H2.
Reaksi oksidasi terjadi di anoda dengan reaksi:
2H2O 4H+ + O2 + 4e.
Agar mudah diingat, "jembatan keledai" yang dapat digunakan ialah
KRAO. K= katoda, reaksinya reduksi. A = anoda, reaksinya oksidasi.
Berikutnya adalah KNAP: katoda = negatif, anoda = positif.
Jenis arus listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu arus DC (Direct
Current) dan AC (Alternating Current). Arus DC diterjemahkan menjadi
arus searah. Ini terjadi karena ada aliran elektron dari titik yang tinggi energi
potensialnya ke titik yang rendah energi potensialnya. Arus ini dihasilkan
oleh sumber listrik yang kutubnya tetap, seperti batere dan aki. Di sumber
listrik ini terjadi reaksi kimia lalu hasilnya berupa beda potensial antara
kutub positif dan kutub negatif. Kutub positif dan negatif tidak berubah
(tetap) selamanya. Kejadian berlawanan terjadi pada arus AC. Di sini terjadi
perubahan menerus pada arah arusnya sehingga sering disebut arus bolak-
balik, seperti listrik yang dipasok oleh PLN atau genset.
Mekanisme elektroflotasi adalah sebagai berikut. Sebuah reaktor
elektroflotasi adalah sel elektrokimia dimana anoda korban (biasanya
menggunakan aluminium atau besi) digunakan sebagai agen akoagulan
(Matteson et al., 1995; Vik et al., 1984; Holt et al., 1999; Barkley etal.,
1993; Mameri et al., 1998; Pouet and Grasmick, 1995). Secara simultan,
gas-gas elektrolit dihasilkan (hidrogen pada katoda).
Beberapa material elektroda dapat dibuat dari aluminium, besi, stainless
steel dan platina. Aluminium merupakan material anoda yang sering
digunakan. Persamaan (1) menjelaskan pelarutan anode aluminium :
Al3+ + 3e Al . (1)
Secara simultan, reaksi katodik biasanya terjadi perubahan hidrogen.
Reaksi ini terjadi pada katoda dan tergantung pada pH Pada pH netral atau
alkali, hidrogen diproduksi melalui persamaan (2) :
2H2O+ 2e OH +H2 ..(2)
ketika dalam kondisi asam, persamaan (3) dapat menjelaskan dengan baik
perubahan hidrogen pada katoda.
2H+ +2e H2 ... (3)
a) Keuntungan Elektroflotasi
Keuntungan dari penggunaan elektroflotasi adalah sebagai berikut :
1) Elektroflotasi membutuhkan peralatan yang sederhana dan mudah
dioperasikan.
2) Air limbah yang diolah dengan elektroflotasi menghasilkan
effluent yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
3) Lumpur yang dihasilkan elektroflotasi relatif lebih stabil dan mudah
dipisahkan karena terutama berasal dari oksida logam. Selain itu
jumlah lumpur yang dihasilkan sedikit.
4) Flok yang terbentuk pada elektroflotasi memiliki kesamaan dengan
flok yang berasal dari koagulasi kimia. Perbedaannya adalah flok
dari elektroflotasi berukuran lebih besar dengan kandungan air yang
sedikit, lebih stabil dan mudah dipisahkan secara cepat dengan
filtrasi.
5) Elektroflotasi menghasilkan effluent yang mengandung TDS dalam
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pengolahan kimiawi. Jika air
hasil pengolahan ini digunakan kembali,kandungan TDS yang
rendah akan mengurangi biaya recovery.
6) Proses elektroflotasi mempunyai keuntungan dalam mengolah
partikel koloid yang berukuran sangat kecil karena dengan
pemakaian arus listrik menyebabkan proses koagulasi lebih mudah
terjadi dan lebih cepat.
7) Proses elektroflotaasi tidak memerlukan pemakaian bahan kimia
sehingga tidak bermasalah dengan netralisasi kelebihan bahan kimia
dan tidak membutuhkan kemungkinan pengolahan berikutnya jika
terjadi penambahan senyawa kimia yang terlalu tinggi seperti pada
penggunaan bahan kimia.
8) Gelembung gas yang dihasilkan selama proses elektrolisis membawa
polutan yang diolah untuk naik ke permukaan (flotasi) dimana flok
tersebut dengan mudah terkonsentrasi, dikumpulkan dan dipisahkan
9) Perawatan reaktor elektroflotasi lebih mudah karena proses
elektrolisis yang terjadi cukup dikontrol dari pemakaian listrik tanpa
perlu memindahkan bagian dalamnya.
10) Teknologi elektroflotasi dapat dengan mudah diaplikasikan di daerah
yang tidak terjangkau layanan listrik yakni dengan menggunakan
panel matahari yang cukup untuk terjadinya proses pengolahan.
b) Kerugian Elektroflotasi
Sedangkan kerugian dari penggunaan elektrokoagulasi adalah :
1) Elektroda yang digunakan dalam proses ini harus diganti secara
teratur.
2) Penggunaan listrik kada kala lebih mahal pada beberapa daerah.
3) Terbentuknya lapisan di elektroda yang dapat mengurangi efisiensi
pengolahan.
4) Teknologi ini membutuhkan konduktivitas yang tinggi pada air
limbah yang diolah (Mollah, 2001).
2.8 Elektrokoagulasi
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia
dan proses koagulasi flokulasi dan elektrokimia. Proses ini diduga dapat
menjadi pilihan metode pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3
cair fase air alternatif mendamping metode pengolahan yang lain
(Retno, dkk 2008).
Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi, emulsi dan
larutan yang mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus
listrik melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan yang mudah
dipisahkan. Reaktor elektrokimia merupakan sebuah sel elektrokimia
dimana kutub anoda yang berupa logam (biasanya alumunium atau
terkadang besi) dimana ion logam yang terlepas berfungsi sebagai agen
koagulan. Dan secara simultan terjadi gelembung gas hidrogen di kutub
katoda.
Elektrokoagulasi mempunyai kemampuan untuk mengolah berbagai
macam polutan termasuk padatan tersuspensi, logam berat, tinta, bahan
organik, minyak dan lemak, ion dan radionuklida. Karakteristik fisika kimia
dari polutan mempengaruhi mekanisme pengolahan misalnya polutan
berbentuk ion akan diturunkan melalui proses presipitasi sedangkan padatan
tersuspensi yang bermuatan akan diabsorbsi ke koagulan yang bermuatan.
Kemampuan elektrokoagulasi untuk mengolah berbagai macam polutan
menarik minat industri untuk menggunakannya.
Menurut Mollah (2004) dalam penggunaan proses elektrokoagulasi
harus diberikan gambaran tentang kelebihan dan kerugian dalam
mengolah limbah cair. Adapun kelebihan dalam proses elektrokoagulasi,
yaitu:
1) Elektrokoagulasi butuh peralatan sederhana dan mudah untuk
diopeasikan.
2) Air limbah yang diolah dengan elektrokoagulasi menghasilkan
effluent yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
3) Flok yang terbentuk pada elektrokoagulasi memiliki kesamaan dengan
flok yang berasal dari koagulasi kimia. Perbedaannya adalah flok
dari elektrokoagulasi berukuran lebih besar dengan kandungan air
yang sedikit, lebih stabil dan mudah dipisahkan secara cepat dengan
filtrasi.
4) Keuntungan dari elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi kandungan
koloid yang paling kecil, hal ini disebabkan menggunakan medan
listrik dalam air sehingga mempercepat pergerakan yang demikian
rupa agar memudahkan proses koagulasi.
5) Elektrokoagulasi menghasilkan effluent yang mengandung Total
Dissolved Solid (TDS) dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pengolahan kimiawi. TDS yang rendah akan mengurangi
biaya recovery.
6) Proses elektrokoagulasi tidak memerlukan penggunaan bahan kimia
sehingga tidak bermasalah dengan netralisasi.
7) Gelembung gas yang dihasilkan pada prose elektrokoagulasi ini
dapat membawa polutan ke permukaan air sehingga mudah
dibersihkan.
8) Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk
berbagai kondisi dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.
9) Pemeliharaan lebih mudah karena menggunakan sel elektrolisis yang
tidak bergerak.
Sedangkan kelemahan dalam proses elekrokoagulasi ialah :
1) Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai
sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan
singkat antar elektroda.
2) Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh
besar kecilnya arus voltase listrik searah pada elektroda, luas
sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar elektroda.
3) Elektroda yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi harus diganti
secara teratur.
4) Terbentuknya lapisan di elektroda dapat mengurangi efisiensi
pengolahan.
Industr.i
Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter COD adalah
d) BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau
mengoksidasi bahan buangan dalam air (Fardiaz, 1992 dalam alamsyah
; 2008) atau merupakan suatu nilai empiris yang mendekati secara
global terjadinya proses penguraian bahan- bahan yang terdapat
dalam air dan sebagai hasil dari proses oksidasi tersebut akan terbentuk
CO2, air, dan NH3 (Alaert, 1987 dalam Alamsyah ; 2008). BOD
merupakan parameter utama dalam menentukan tingkat pencemaran
perairan, dan tingkat pencemaran berdasarkan nilai BOD disajikan
pada Tabel 1 berikut ini:
Adapter Motor
Listrik
Motor Lisrik
36
rpm
25
Elektroda rpm
15
rpm
Feed
Tank Analisis
(BOD, COD, TSS,
Turbidity)
Anoda
Katoda
Tampak Depan
48 cm
28 cm
44 cm
Tampak Samping
34 cm
28 cm
30 cm
12 cm
9 cm
Gambar 3.3 Elektroda
Spesifikasi Alat :
1. Tangki Penampung Limbah berbentuk trapezium terbalik dengan
ukuran:
- Tinggi = 28 cm
- Panjang bagian bawah = 44 cm
- Lebar bagian bawah = 30 cm
- Panjang bagian atas = 48 cm
- Lebar bagian atas = 34 cm
2. Elektroda dengan ukuran:
- Katoda : Panjang = 12 cm dan Diameter = 9 cm
- Anoda : Panjang = 12 cm dan Diameter = 8 cm
b) Bahan
1. Limbah Cair dari SRU (Sulfur Recovery Unit) JOB Pertamina
Petrochina
Proses Elektrokoagulasi
LAMPIRAN
I. Prosedur Analisis
A. Penentuan kadar Cr menggunakan
B. Penentuan TDS
C. Penentuan COD
D. Penentuan BOD
DAFTAR PUSTAKA