Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
berkembang dengan pesat, serta terciptanya teknologi-teknologi baru khususnya
dalam dunia industri. Dengan terciptanya teknologi-teknologi baru itu, tentunya
mendorong banyak orang berinovasi dalam mengembangkan berbagai macam
teknologi. Dalam praktek perindustrian, penggunaan teknologi telah mengalami
banyak peningkatan. Sedangkan dalam perkuliahan, materi teoritis yang didapat
sedikit berbeda dengan pengaplikasiannya.
Di negara maju, program on the job training bagi pelajar dari institusi
pendidikan pada suatu perusahaan atau industri menjadi pilihan yang tepat dalam
usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengaplikasian secara
langsung ilmu yang didapatkan dibangku perkuliahan. Dalam perusahaan,
program training merupakan suatu program pilihan untuk penyelesaian atau
adaptasi karyawan baru terhadap lingkungan kerjanya. Kesesuaian lingkungan
kerja akan sangat membantu peningkatan kinerja karyawan. Di Indonesia, on the
job training telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjadi jembatan dalam
rangka kesesuaian dan kesepadanan antara perguruan tinggi sebagai institusi
pendidikan penghasil tenaga kerja dengan dunia industri.
Di Indonesia, energi listrik sulit menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Energi listrik mempunyai peranan yang sangat penting karena saat ini hampir
semua usaha dan kegiatan manusia menggunakan energi listrik. Alasan pemakaian
energi listrik adalah praktis, ekonomis dan mudah dapat diubah ke energi lain
sesuai dengan kebutuhan. Salah satu industri yang vital di Indonesia adalah
industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU merupakan salah satu
objek menarik untuk dipelajari guna mengetahui dan dapat memahami proses
produksi listrik. Salah satu perusahan listrik swasta yang bergerak dibidang
Pembangkit Transmisi dan Distribusi adalah PT. Yeoh Tiong Lay (PT. YTL) yang
merupakan pembangkit listrik tenaga uap dengan saluran distribusi Jawa-Madura-
Bali dan terletak di Paiton, Probolinggo.

1
Berdasarkan penjelasan diatas, hal tersebut mendorong kami untuk
melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di instansi tersebut dengan
harapan dapat menerapkan hasil studi, mengetahui proses transformasi yang
terjadi dalam proses pengolahan serta memahami proses industri kimia yang
diterapkan. Praktek Kerja Industri sendiri merupakan kegiatan yang ada dalam
kurikulum Jurusan Teknik Kimia yang wajib dilakukan mahasiswa untuk
mendukung kurikulum 5S+1 yakni 5 semester dibangku kuliah dan 1 semester di
industri. Praktek Kerja Industri adalah kegiatan terjun langsung ke lapangan dan
mengaplikasikan hal-hal yang didapat dari teori kemudian dibandingkan dengan
praktek di lapangan.
Setelah melaksanakan PRAKERIN di PT. YTL diharapkan dapat
menerapkan studi yang ada didalam industri, melihat secara langsung proses di
dalam industri, dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di dalam industri
sehingga dapat memberikan alternativ pemecahan masalah tersebut.
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Lapangan yang kami laksanakan di PT YTL Jawa Timur
ini bertujuan untuk mempelajari seluruh seluruh kegiatan proses produksi yang
meliputi :
1. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di perusahaan
2. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga uap, yakni pengolahan air
sampai menjadi uap superheated yang digunakan untuk memutar
turbin
3. Water Treatment Plant
4. Waste Water Treatment Plant
5. Chlorination Plant
6. Siklus uap dan proses pembakaran yang ada dalam boiler
7. Pengenalan boiler dan turbin
8. Penanganan dari bahan bakar yang digunakan dan juga pada produk
samping yang dihasilkan
9. Kimia lingkungan yang membahas tentang pencemaran lingkungan
yang ditumbulkan dari proses produksi dan cara penanganannya.

2
1.3. Manfaat
Dari Praktek kerja Lapang ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan
Memperluas pengetahuan, pengalaman dan wawasan sebelum
terjun ke dunia kerja
Memperdalam dan meningkatkan kualitas, kterampilan dan
kreatifitas pribadi
Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapai situasi
dan kondisi lingkungan kerja
Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan bekerja sesuai
dengan situasi dan sistem sebuah perusahaan.
2. Politeknik Negeri Malang jurusan Teknik Kimia
Menghasilkan lulusan yang terampil dan jujur dalam
mengerjakan tugas
Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas lulusan
Politeknik Negeri Malang
Sebagai sarana pengenalan instansi pendidikan Politeknik
Negeri Malang khususnya jurusan Teknik Kimia kepada
perusahaan yang membutuhkan lulusan atau tenaga kerja yang
dihasilkan Politeknik Negeri Malang
3. Perusahaan yang bersangkutan
Memanfaatkan sumber daya manusia yang potensial
Sarana untuk menjembatani hubungan kerja sama antar
perusahaan dengan Politeknik Negeri Malang di masa yang
akan datang khususnya mengenai recruitment tenaga kerja.

1.4. Definisi Istilah


1. Primary filter : Proses filtrasi yang dilakukan terhadap
air laut yang akan diproses, mempunyai
4 media filter anthracite, sand, garnet,
dan gravel.

3
2. Polishing filter : Tahap filtrasi air laut setelah difilter
pada primary filter yang bertujuan untuk
memfilter ulang air.
3. Fly ash : Residu mineral hasil proses pembakaran
batubara yang sangat halus.
4. Bottom ash : Abu yang jatuh saat pembakaran
batubara di furnace.
5. Elektroklorinasi : Proses pembuatan natrium hipoklorit
(NaOCl) yang berfungsi sebagai
desinfektan untuk mencegah
perkembangbiakan biota laut yang
masuk bersama air laut di intake canal.
6. ESP : Electrostatic precipitator, adalah alat
yang berfungsi untuk menangkap abu
hasil proses pembakaran dengan jalan
memberi muatan listrik pada abu
tersebut.
7. Boiler : Suatu bejana atau wadah yang di
dalamnya berisi air atau fluida lain untuk
dipanaskan.
8. Decarbonator tank : Tangki yang digunakan untuk
memisahkan air demineral hasil proses
reverse osmosis dari gas-gas yang
terkandung di dalamnya dengan cara
dikontakkan.
9. FGD : Flue Gas Desulphurization, seperangkat
alat yang berfungsi untuk
menghilangkan lebih dari 90% emisi
sulfur dioksida yang dihasilkan dari
proses pembakaran batubara.
10. Degassifier tank : Tangki yang berfungsi untuk

4
menghilangkan gas H2 hasil dari proses
elektroklorinasi.
11. Intake Chamber : Kolam penampung air laut setelah
melewati bar screen yang berfungsi
untuk menampung air laut yang akan
diolah menjadi air demin.
12. Cell Generator : Kumpulan elektroda yang berfungsi
untuk memproduksi klorin dengan
proses elektrolisis.
13. Potable water : Salah satu air yang dihasilkan dari water
treatment plant yang digunakan sebagai
sanitasi dan keperluan karyawan.
14. Reverse Osmosis : Proses filtrasi dengan menggunakan
membran semipermeabel dengan
membalik proses osmosis.
15. Antiscalant : Senyawa kimia yang ditambahkan pada
air laut yang akan diproses pada reverse
osmosis dan berfungsi sebagai pencegah
terjadinya scaling.
16. Demin water : Air yang dihasilkan dari proses di water
treatment plant dan sudah tidak
mengandung mineral.
17. Water steam cycle : Siklus perubahan demin water menjadi
steam yang akan digunakan dalam
proses pembangkitan listrik.
18. Konduktivitas : Ukuran seberapa kuat suatu larutan
dapat menghantarkan listrik.
19. Membran semipermeabel : Membran atau lapisan tipis yang
memungkinkan beberapa jenis molekul
dapat melewatinya.

5
BAB II
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1. Gambaran Umum Perusahaan


2.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. YTL Jawa Timur merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) swasta terbesar kedua di Indonesia, yang merupakan salah satu anak
perusahaan dari PT. YTL Power yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia
yang bergerak dalam bidang pengoperasian dan perawatan PLTU untuk unit 5 dan
6 yang berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2 x 610 MW, total 1220 MW
untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa, Bali dan Madura melalui perjanjian
jual listrik (PPA) dengan PT. PLN Persero selama 30 tahun sejak tanggal 26 Juli
1999 untuk unit 6 dan tanggal 26 Januari 2000 untuk unit 5 yang dibangun saat
proyek Paiton Privat Power Project Phase II sedangkan kepemilikannya dimiliki
oleh PT. JAWA POWER. Untuk Private Power Phase I dibangun untuk unit 7 dan
unit 8 yang dioperasikan oleh PT. IPMOMI.
Awal sejarahnya, Paiton Private Power Project disebut sebagai
Consortium Jawa Power terdiri atas Siemens SPV (Siemens Project Venture)
yang berasal dari Jerman, PowerGen yang berasal dari UK-Inggris, serta PT Bumi
Pertiwi yang berasal dari Indonesia. Masing-masing perusahaan tersebut
mempunyai jumlah saham yang berbeda yaitu:
1. Siemens SPV : 50%
2. PowerGen : 35%
3. PT. Bumi Pertiwi : 15%
Ketiga pemegang saham tersebut kemudian membentuk PT. Jawa Power
sebagai pemilik unit 5 dan 6. Sedangkan PT. PowerGen Jawa Timur sebagai
anaknperusahaan PowerGen dari UK-Inggris pemilik saham 35% tersebut
mengoperasikan PLTU unit 5 dan 6.
Pada tanggal 13 Mei 2004, saham PT. PowerGen UK yang memiliki
saham 35% dijual kepada PT. YTL Power melalui sebuah perjanjian jual beli
(SPA). Dengan adanya perjanjian jual beli saham tersebut maka sejak tanggal 8
Desember 2004 PLTU unit 5 dan 6 diserahkan dari PT. PowerGen Jawa Timur

6
selaku anak perusahaan PT. YTL Power yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Maka mulai saat itulah PT. YTL Jawa Timur resmi menggantikan perusahaan
O&M (PT. PowerGen) yang mengoperasikan dan merawat PLTU Paiton unit 5
dan 6.
Adapun beberapa perjanjian untuk mendukung kinerja PT. YTL Jawa
Timur selaku O&M PLTU unit 5 dan 6, yaitu :
1. Perjanjian Supply batu bara dengan PT. Kideco dan PT. Berau, dalam hal :
a. Peningkatan infrastruktur pertambangan yang besar.
b. Perjanjian supply jangka panjang (30 tahun).
c. Supply batubara sesuai kebutuhan O&M.
d. Jadwal pengiriman batubara diatur oleh O&M.
2. Core Skills dengan PT. YTL Jawa Timur, yaitu : Power Station Operation
& Maintenance Service.
3. O&M Agreement, yaitu :
a. Merekrut dan melatih tim Indonesia.
b. Membangun kebijakan, prosedur dan strategi.
c. Melakukan business management sistem.
d. Mengembangkan Health & Safety System.
e. Mematuhi hukum Indonesia.
4. Perjanjian dengan PT. YTL pembangkit Jawa, Bali dan Madura sebagai
konsumen tetap (Power Purchase Agreement) dari PT. YTL Jawa Timur,
meliputi :
a. Pembelian minimum 80% dari net availability.
b. Take Pay basis.
c. Perjanijan 30 tahun.
d. Disetujui pemerintah.
5. Perjanjian pengangkutan batubara melalui jalur laut dengan Paiton
Shipping Inc.
a. Perjanjian jangka panjang (30 tahun).
b. Kapasitas pengangkutan minimal 45.000 ton.
c. Diharuskan membuat dan menyerahkan tiga buah kapal.
d. Menggunakan fasilitas pelabuhan khusus.

7
e. Jadwal pelayaran dikontrol oleh perusahaan O&M.
Untuk saat ini pengoperasiaan fasilitas pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) Paiton meliputi unit 1 dan 2 milik PJB, Paiton unit 3,7 dan 8 milik PT
IPMOMI, Paiton unit 5 dan 6 milik PT YTL Jawa Timur, dan paiton unit 9 yang
merupakan unit yang baru saja dibangun milik PJB.

Government of Indonesia

PT. PLN Persero

Siemens SPV : 50%


PowerGen : 35%
PT. Bumi Pertiwi : 15%

Utility Group Fuel Supplier


Supply Consortium
PT YTL Jawa Timur
PT Kideco
Siemens KWU
PT Berau
Turbines
I&C
Coal/Ash Handling
Flue Gas
Desulphurization
Basic Design
Steam/Water Gambar 2.1 Bagan Kerjasama Unit 5 dan 6
Civil Paiton II

Black & Veatch


BOP

ABB/CE
Boiler

8
2.2 Lokasi Perusahaan
PLTU Paiton Swasta II unit 5 dan 6 didirikan di sebuah lokasi yang
memiliki beberapa keuntungan dan manfaat yang sangat strategis. Lokasi yang
memenuhi persyaratan dan menguntungkan untuk dibangun suatu lokalisasi
pembangkit yang berada di Jl. Raya SurabayaSitubondo km 141 PO Box 36
Paiton Probolinggo, Jawa Timur Indonesia.
PLTU Paiton berada di pesisir pantai utara Jawa, tepatnya di Desa Binor,
Kec. Paiton, Kab. Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Berjarak 52 km dari
Probolinggo ke arah timur, dan 141 km dari Surabaya ke arah timur. Selain itu
berada di dekat jalur utama Pantura yang merupakan jalur utama Jawa-Bali. Total
proyek kesuruhan PLTU Paiton memiliki area sebesar 400 Ha.
Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Wilayah jauh dari keramaian sehingga kemungkinan polusi yang
ditimbulkan tidak terlalu membahayakan masyarakat di sekitarnya.
2. Pengangkutan bahan bakar utama (batu bara) menjadi mudah melewati
jalur laut karena lokasi industri yang berada di pesisir.
3. Air laut merupakan bahan utama yang dapat digunakan sebagai air
pendingin, air proses, maupun air servis untuk membantu kelengkapan
proses produksi tenaga listrik.
4. Pembangunan proyek berada di wilayah yang dekat dengan konsumen
listrik dan padat penduduk, yaitu Jawa-Bali.

2.1.3. Profil Perusahaan


Sebagai pusat pembangkit listrik tenaga uap, PT. YTL Jawa Timur dalam
operasionalnya menekankan pada tiga faktor penting yaitu:
1. Keselamatan (Safety)
Keselamatan kerja memperoleh perhatian utama pada perusahaan ini
terbukti dengan diperolehnya sertifikat bendera emas untuk penerapan SMK3
Tahun 2010 dan penghargaan dari pemerintah sebagai perusahaan dengan
kecelakaan kerja nol (zero accident) tahun 2010. Komitmen terhadap K3 juga
tercantum dalam kebijakan perusahaan yang ditandatangani oleh Presiden
Direktur YTL Power untuk menerapakan standar manajemen internasional

9
OHSAS 18001:2007 yang diintegrasikan dengan manajemen ISO 9001 (quality)
dan ISO 14001 (lingkungan).
2. Berwawasan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup juga menjadi prioritas bagi perusahaan ini terbukti
dengan dibuatnya pernyataan kebijakan lingkungan yang menyebutkan bahwa PT.
YTL Jawa Timur mendukung pandangan bahwa lingkungan adalah bagian
integral dan fundamental dari strategi dan tujuan bisnis stasiun Pembangkit Paiton
II. Pernyataan tersebut diaplikasikan dengan digunakannya fasilitas plant yang
ramah terhadap lingkungan misalnya Electrostatic Precipitator (ESP) dan Waste
Water Treatment Plant (WWTP).
3. Lingkungan Sosial
PT. YTL Jawa Timur sebagai bagian dari masyarakat memberikan
perhatian pada lingkungan sosial yang diwujudkan dengan pemberian bantuan ke
sekolah-sekolah sekitar, pondok pesantren, dan sumbangan sosial lainnya.
Oleh karena itu, dalam pengoperasiannya tiap unit memerlukan
pengolahan gas buang (flue gas) yang bertujuan dan mengurangi polusi udara
termasuk gas yang tidak diinginkan dan zat padat lain yang berbahaya selama
proses pembakaran. Limbah dan zat kimia tersebut disimpan dalam tempat
penyimpanan yang ramah lingkungan (ash lagoon). Untuk sistem pendingin
menggunakan pendinginan air laut. Siklus air untuk Make up, Service dan Potable
akan disediakan melalui desalinasi air yang dilakukan pada Water Treatment Plant
(WTP).
Bagan hubungan kerja dari PT. Jawa Power dengan beberapa perusahaan
lain sehingga proses produksi tenaga listrik dapat terus berlangsung, sebagai
berikut:

10
EPC Contractors YTL Equity Coal Supply
Siemens ABB-CE Invester Agreement
Black & Vieatch PT.
Kidecu
O&M
Contract PT.
PT Jawa Coal Supply
YTL Jawa
Timur Power Agreement
PT.
Berau
Project
Management
Contract of
Agreement PT.
Affreightment CSI
YTL
Jawa Timur Andihika

Gambar 2.2 Bagan hubungan kerja dari PT. Jawa Power dengan beberapa
perusahaan

2.1.4. Struktur Organisasi


Struktur organisasi perusahaan yang dipakai adalah sistem garis lurus.
Pada bagan di bawah ini penjelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing jabatan tidak dicantumkan, dengan alasan fleksibilitas kerja
perusahaan. Yaitu untuk menghindari pekerja yang tidak mau bekerja apabila
diluar tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.Struktur organisasi yang terdapat
di PT. YTL Jawa Timur adalah sebagai berikut:

11
Station Manager

Operation EngineeringMan Head Of


QA Manager
Manager ager Finance

Head of Material
Operation Shift Handling Head of
Manager Procurement

Head of Site Head of Turbin Head of HR &


Services Plant ER

Head of Plant Head of Boiler OHC Manager


Performance Plant

Head of Electrical C Head of General


Head of Training
&I Affair

Head of Head of Medical


Chemistry & Head of MIS Services
Enviromental

Head of Safety &


Fire Services

Gambar 2.3. Bagan Struktur Organisasi

12
2.1.5. Visi dan Misi Perusahaa
Visi
Menjadi perusahaan utama dibidang pengoperasian dan pemeliharaan
pembangkit listrik yang memberikan pelayanan kelas dunia kepada PT.
YTL Jawa Power di Indonesia.
Menjadi dikenal di Indonesia sebagai perusahaan yang paling maju
dan terkemuka.

Misi
Berkomitmen untuk terus menerus memberikan pelayanan sempurna
yang menguntungkan dalam mencapai sasaran bisnis dengan
melampaui harapan para pemilik dan pemegang saham serta peduli
terhadap karyawan.
Menjadi terkemuka dan unggul dalam manajemen kualitas,
operasional, keselematan kerja, kesahatan dan lingkungan.

2.2. Prinsip Kerja PLTU


2.2.1 Gambaran Umum Prinsip Kerja PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu instalasi atau sistem
peralatan yang bekerja secara terpadu untuk mengubah energi kimia pada bahan
bakar menjadi energi panas yang digunakan untuk mengubah air menjdi uap
dengan proses pemanasan. Up air ini digunakan sebagai tenaga penggerak turbin.
Proses perubahan energi kimia pada bahan bakar menjadi energi panas melalui
suatu proses yaitu proses pembakaran bahan bakar itu sendiri, yang dilakukan
oleh boiler. Boiler adalah bejana besar yang terdapat tube-tube atau pipa kecil
yang dilewati air dan dipanaskan dengan energi panas dari hasil pemabakaran
batubara sebagai bahan bakar boiler. Bahan bakar yang digunakan berupa
batubara dan High Speed Diesel (HSD). Uap bertekanan yang dihasilkan dari
pemanasan ini akan mengalami pemanasan berlanjut pada reheated steam
sehingga dihasilkan uap lewat jenuh atau superheated steam.

13
Uap lewat jenuh atau superheated steam memiliki tekanan yang cukup
tinggi sehingga di dalamnya terdapat energi potensial yang akan menggerakkan
sudu-sudu turbin. Dari gerakan sudu-sudu turbin in dihasilkan energi mekanis
yang akan memutar generator listrik sehingga menghasilkan energi listrik. Prinsip
dasar dari proses produksi listrik berasal dari sistem konversi enrgi yang dapat
digambarkan sebagai berikut :

Energi Kimia
(Bahan Bakar)

Energi Panas Boiler

Main steam drum dan


Energi Potensial Uap
pipa-pipa uap

Nozel dan sudu-sudu


Energi Kinetik
turbin

Poros rotor turbin dan


Energi Mekanik
generator

Energi Listrik Generator

Gambar 2.4. Bagan prinsip kerja PLTU

Dari bagan tersebut dapat diketahui bahwa dibutuhkan proses yang cukup
lama untuk mengubah energi kimia yang terdapat pada bahan bakar menjadi
energi listrik.
Desain suatu pembangkit energi pada PLTU didasarkan pada teori-teori
termodinamika, yaitu siklus Rankine. Siklus energi pada PLTU didefinisikan
sebagai aliran dari proses termodinamika dari suatu fluida yang bekerja ssecara

14
berulang-ulang bertujuan untuk membangkitkan tenaga mekanis. Siklus yang
dimaksud adalah siklus uap yang melibatkan proses-proses berikut :
a. Prosres kompresi isotermal pada pompa-pompa pengisi ketel secara
reversible.
b. Proses pemasukan panas pada tekanan tetap yang terjadi pada ketel
secara irreversible.
c. Ekspansi isentropis (ideal) yang menghasilkan tenaga mekanis pada
turbin secara reversible.
d. Proses pembuangan panas (kondensasi uap) pada kondenser secara
reversible.
Siklus dasar yang digunakan pada sebuahPLTU adalah siklus Rankine,
yaitu siklus ideal yang mengabaikan semua kondisi irreversible internal dan hanya
terdiri dari empat proses seperti gambar berikut.

Gambar 2.7. Siklus Rankine

A-B Kompresi isentropis pada pompa


B-C Pemasukan panas pada boiler dengan P=konstan
C-D Ekspansi isentropis di turbin uap
D-A Pelepasan panas di kondensor dengan P=konstan

Air menglir menuju komponen pompa pada titik A dalam keadaan


saturasi kemudian mengalami proses isentropis hingga mencapai tekanan
operasional dalam boiler. Temperatur air meningkat pada saat tertentu selama
proses kompresi isentropis, diakibatkan penurunan volume spesifik air.
Proses selanjutnya, air mengalir menuju boiler masih dalam kondisi cair
terkompresi pada titik B dan keluar dalam kondisi uap di titik C. Pda umumnya,
boiler merupakan alat penukar panas dengan ukuran besar, dimana panas hasil
pembakaran, reaktor nuklir atau sumber lainnya dipindahkan kepada air sebagai
fluida dalam kondisi tekanan konstan. Uap pada titik C kemudian mengalir
menuju turbin uap dan mengalami proses ekspansi secara isentropis. Pada
komponen turbin uap ini, terjadi proses konversi energi, dari energi potensial
menjadi energi mekanis. Daya listrik kemudian dibangkitkan dengan

15
menghubungkan shaft turbin uap dengan generator listrik. Tekanan dan temperatur
dari uap mengalami penurunan pada proses ini menuju kondisi pada titik 4, saat
uap mengalir menuju kondensor. Pada titik ini, uap biasanya berada dalam kondisi
campuran dengan kualitas uap yang tinggi. Uap campuran ini kemudian
dikondensasi pada tekanan yang tetap pada kondensor, yang merupakan alat
penukar panas berukuran besar dengan melepas panas ke media pendingin berupa
air. Uap kemudian mengalir keluar kondensor dalam kondisi cair saturasi menuju
pompa untuk menyelesaikan satu siklus.

2.2.2. Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


1. Boiler
Boiler dapat dikategorikan menjadi 2 macam berdasarkan segi
konstruksinya, yakni boiler pipa panas dan boiler pipa dingin. Jenis
boiler yang digunakan unit 5 dan 6 adalah boiler pipa air dimana fluida
airnya berada di dalam pipa sedangkan api atau gas hasil pembakaran
berada diluar pipa.

Spesifikasi teknik boiler PLTU unit 5 dan 6 :


Vendor : ABB CE.
Tipe : Out Door, Tangential Firing and Low NOx, Forced
Circulation and Balanced Draft Pulverizer Coal Fired.
Efisiensi : 92,5% pada kondisi Maximum Continous Rating (LHV Basis).
Bahan bakar utama yang digunakan boiler adalah batubara,
sedangkan solar hanya digunakan untuk pembakaran awal ketika start up
dan apabila telah memenuhi temperature yang dikehendaki maka diganti
dengan batubara. Udara pembakaran diberikan oleh FD Fan setelah
sebelumnya dipanaskan di Air Heater. Sedangkan ID Fan digunakan
untuk menghisap dan mensirkulasi gas buang dari furnace sehingga
dalam boiler adalah negatif.
Pipa-pipa penguap air dalam boiler dipasang sedemikian rupa
sehingga tersusun seperti dinding furnace. Pipa-pipa ini merupakan pipa

16
panjang dengan ketebalan bervariasi pada sepanjang pipa. Pipa-pipa
tersebut menerima panas secara radiasi.
Boiler ini dilengkapi dengan Steam Drum yang ditempatkan di
luar furnace. Air pengisi pipa-pipa dalam furnace diperoleh dengan cara
dipompa oleh Boiler Feed Pump (BFP) dimana sebelumnya telah
dipanaskan oleh High Pressure Heater dan economizer. Pada High
Pressure Heater, air dipanaskan oleh uap ekstrasi turbin tekanan sedang
(IP Turbin). Boiler Water Circulating Pump (BWCP) memompa air dari
Steam Drum menuju Evaporator sehingga menjadi uap dan masuk ke
dalam Steam Drum kembali. Dalam Steam Drum, air dipisahkan dari
uapnya, air yang telah dipisahkan akan disalurkan melalui pipa-pipa
penguap (riser) yang tersusun di sekeliling dinding furnace. Pipa-pipa
penguap yang ada pada dinding dibawah drum akan langsung bermuara
pada Steam Drum, sementara yang ada pada dinding lainya akan
bermuara pada Steam Header
Dari Steam Header ini, uap basah yang terbentuk akan masuk ke
superheater, sedangkan yang masih berupa air akan disalurkan kembali
melalui down comer dengan bantuan pipa. Uap yang dihasilkan setelah
superheater adalah uap kering yang disebut juga dengan Main Steam.
Uap kering inilah yang siap digunakan untuk menggerakkan HP Turbin.
Karena pada turbin mengalami ekspansi, maka tekanan dan
temperaturnya menurun sehingga keluaran HP Turbin tempraturnya uap
jenuh yang disebut Cold Steam. Uap jenuh ini tidak langsung disalurkan
ke IP Turbin, melainkan dipanaskan kembali ke reheater kemudian
digunakan untuk menggerakkan IP Turbin. Uap keluaran IP Turbin
dialirkan ke LP Turbin 1 dan 2.
2. Mill (Pulverizer)
Bongkahanbongkahan batubara terlebih dahulu harus dihancurkan
sampai membentuk butiranbutiran halus agar batubara mudah tercampur
dengan udara. Pulverizer atau biasa disebut juga dengan Mill adalah mesin
yang berfungsi sebagai penghancur atau penggiling batubara sehingga
menjadi halus kemudian bersama dengan udara primer akan dialirkan ke

17
furnace. Fungsi lain dari Pulverizer adalah untuk mengeringkan batubara
sehingga mudah dihaluskan dan dibakar. Mengklasifikasikan atau
menyaring batubara untuk memastikan bahwa batubara yang masuk ke
dalam boiler benarbenar halus. Cara kerja Pulverizer yaitu dengan
menggerus batubara yang disupply oleh feeder. Di dalam Pulverizer
terdapat sebuah silinder pejal yang sangat besar.
Silinder tersebut berputar statis menggilas batubara yang berada
pada lempengan dibawahnya. Lempengan tersebut juga berputar namun
putarannya pada arah horizontal. Batubara yang sudah hancur akan
diterbangkan keatas menuju furnace oleh udara dari PA Fan, taetapi yang
ukurannya belum sesuai dengan yang diinginkannya akan kembali jatuh
pada tempat pengglingan dan dihancurkan kembali.
Pulverizer juga memliki proteksi untuk mencegah agar batubara
tidak menempel pada dinding pulverizer. Proteksi yang digunakan yaitu
proteksi dari seal air. Proteksi ini konsepnya sama dengan yang ada di
feeder yaitu dengan menyemprotkan udara ke pulverizer agar batubara
yang menempel pada dindingdinding pulverizr terlepas. Proteksi yang
lain digunakan untuk mencegah terjadinya kebakaran. Proteksi ini
dilakukan dengan cara menyeimbangkan udara yang berada di dalam
pulverizer, jangan sampai udara di dalam pulverizer terlalu banyak
mengandung oksigen. Bila di dalam pulverizer terlalau banyak oksigen
akan lebih mudah memicu adanya kebakaran.
Upaya untuk menyeimbangkan udara agar tidak terlalu banyak
terdapat oksigen ialah dengan membuat jalur inert steam yang fungsinya
menyuplai inert steam. Inert steam bekerja secara otomatis bila kandungan
oksigen di dalam pulverizer terlalu banyak.

3. Furnace
Ada empat syarat pembakaran yaitu : bahan bakar, oksigen, panas
dan reaksi kimia. Awal mula pembakaran dimulai dengan bahan bakar
berupa solar. Bahan bakar tersebut dimasukkan ke furnace dari setiap
corner. Bahan bakar solar dihentikan ketika api sudah besar dan panas

18
mencukupi walau tanpa bahan bakar solar dan bahan bakar yang
digunakan hanya batubara saja, kecuali bila batubara yang digunakan
kualitasnya kurang bagus.
Batubara yang diterbangkan dari mill masuk ke dalam furnace dari
setiap corner untuk setiap elevasi ketinggian tertentu terdapat pipa
batubara pada setiap corner. Hal itu dimaksudkan agar pembakaran
batubara berjalan seimbang sehingga api tetap berada di tengah furnace.
Api yang dihasilkan seperti bola yang berputar-putar, hal itu dikarenakan
bahan bakar yang dimasukkan secara langsung diarahkan ke tengah akan
tetapi diarahkan melalui samping-samping furnace sehingga bahan bakar
terbakar dan mengelilingi furnace karena adanya putaran itulah mengapa
api tidak menyebar ke samping-samping furnace melainkan berkumpul di
tengah membentuk bola api yang sangat besar.
Batubara yang akan masuk ke furnace diatur sudut masuknya
dengan CCOFA (Close Coupled Overfire Air Compartment). CCOFA
bekerja mengatur sudut masuk batubara agar api yang dihasilkan tepat
pada posisi yang diinginkan. CCOFA ditempatkan pada masing-masing
elevasi pada setiap corner. Selain CCOFA juga ada SOFA (Sparated
Overfire Air Register). SOFA berfungsi untuk mengatur sudut elevasi
udara masuk sehingga api yang dihasilkan bisa dinaikkan dan diturunkan
sehingga pembakaran bisa berlangsung sempurna karena supply udara
diberikan pada tempat yang tepat. Udara yang digunakan untuk
pembakaran di furnace di supply dari tempat yaitu PA Fan (Primary Fan)
dan FD Fan (Forced Difuse Fan).

4. Primary Air Fan (PA Fan)


PA Fan terletak dibagian pulverizer (bagian yang berfungsi sebagai
penggerus batubara kasar yang disuplai oleh coal feeder menjadi serbuk
batubara yang sangat halus sebelum disalurkan ke burner) dan berfungsi
sebagai penghasil udara primer yang digunakan sebagai udara pengangkut
serbuk batubara dari pulverizer menuju burner untuk dibakar di furnace
boiler (ruangan yang berisi pipa-pipa boiler yang digunakan untuk tempat

19
pembakaran). Mula-mula PA Fan yang bekerja pada tekanan rendah
mengambil udara dari luar untuk dijadikan sebagai udara primer, lalu PA
Fan akan bekerja pada tekanan tinggi untuk menyalurkan serbuk batubara
dari pulverizer ke furnace boiler yang dibantu oleh seal air fan (penghasil
udara bertekanan). Sebelum masuk ke boiler, udara primer dinaikkan
suhunya terlebih dahulu oleh PA Heater yang berfungsi sebagai pemanas
awal udara primer yang dihasilkan oleh PA Fan sebelum pada Pulverizer.
Spesifikasi teknik Primary Air Fan PLTU unit 5 dan 6, adalah :
Vendor : ABB Solyvent
Tipe : Centrifugal, double inlet
Putaran : 1484 rpm
Daya/Tegangan : 1659.21 kW / 10 kV

5. Force Draft Fan (FD Fan)


FD Fan terletak pada bagian ujung saluran air intake boiler dan
digerakkan oleh motor listrik. FD Fan bekerja pada tekanan tinggi dan
berfungsi menghasilkan udara sekunder yang akan dialurkan ke dalam
boiler untuk mencampur udara dan bahan bakar, dan selanjutnya
digunakan sebagai udara pembakaran pada furnace boiler.
Spesifikasi teknik FD Fan PLTU Paiton unit 5 dan 6, adalah :
Vendor : TLT Babcock
Tipe : Axial, single stage
Mass Flow Rate : 253 kg/s
Putaran : 989 rpm
Outlet Pressure : 24.1 bar
Daya/Tegangan : 1193.14 kW / 10 kV

6. Induced Draft Fan (ID Fan)


ID Fan berfungsi untuk menarik flue gas (gas buang) dari furnace
kemudian disalurkan ke Flue Gas Desulphuration Sistem untuk
ditreatment sedemikian rupa sehingga sudah ramah lingkungan pada saat
dibuang ke udara bebas. Selain itu, ID Fan juga berfungsi untuk

20
mempertahankan pressure pada furnace boiler dan bekerja pada tekanan
atmosfir rendah karena digunakan untuk menghisap gas dan abu sisa
pembakaran pada boiler untuk selanjutnya dibuang melalui stack.
Spesifikasi teknik ID Fan PLTU Paiton unit 5 dan 6, adalah :
Vendor : TLT Babcock
Tipe : Axial, double stage
Mass Flow Rate : 480 kg/s
Putaran : 746 rpm
Daya/Tegangan : 5483 kW / 10 kV

7. Turbine
Dalam proses yang terjadi pada boiler master system telah
disinggung tentang aliran uap kering yang dihasilkan boiler. Lebih detail,
setelah uap kering mengalami proses ekspansi dalam HP Turbine, maka
tekanan dan temperatur uap akan menurun sehingga uap keluaran turbin
berupa uap jenuh. Uap ini memiliki efek negatif yang dapat menimbulkan
erosi pada sudu sudu turbin dan juga bersifat korosif. Oleh karena itu,
uap keluaran HP Turbine tidak langsung disalurkan ke IP Turbine,
melainkan dipanaskan ulang di Reheater sampai menjadi uap kering lagi,
setelah itu baru disalurkan ke First LP Turbine. Dari First LP Turbine, uap
disalurkan ke Secondary LP Turbine.Uap panas keluaran Secondary LP
Turbine akan masuk ke kondenser untuk dikondensasikan menjadi wujud
cair lagi sehingga air hasil proses kondensasi ini akan menjadi air untuk
siklus berikutnya.
Komponen komponen dari turbine master sistem Turbin yang
dipakai pada unit ini merupakan turbin satu poros dengan bagian High
Pressure (HP),Intermediate Pressure (IP)dan Low Pressure(LP)yang
terpisah masing-masing memiliki spesifikasi sesuai kegunaan dari turbin
itu sendiri.
a. High Pressure Turbine
High Pressure turbine atau HP turbin adalah turbin dengan aliran
silinder tunggal. Uap yang masuk ke HP turbin ini adalah initial steam, uap

21
yang pertama kali keluar dari boiler. Uap ini mengenai sudu-sudu turbin
dengan diatur oleh main stop dan control valves. Casing terluar dari
turbin ini berbentuk seperti tong (barrel type) tanpa flens aksial. Simetri
melingkar yang hampir sempurna memungkinkan keseragaman tebal
dinding casing pada semua bagian.
Casing bagian dalam terpisah secara aksial dan ditutup rapi
sehingga mudah bergerak untuk merespon ekpansi thermal. Casing tipe
barrel atau tong ini memungkinkan fleksibilitas dalam operasionalnya baik
ketika start up dalam waktu yang singkat maupun perubahan beban yang
besar walaupun pada initial condition yang sedang tinggi. Uap yang masuk
ke HP turbin akan menggerakkan sudu-sudu dan sebagian lagi untuk
memanasakan high pressure heater. Lalu uap akan masuk reheater untuk
dipanaskan kembali. Karena setelah melewati HP turbin, uap mengalami
ekpansi temperatur yang cukup besar. Untuk itu, dalam instalasinya, pada
jalur utama exhaust HP turbin ke reheater dipasang swing check valve
agar uap tidak mengalir masuk kembali ke HP turbin.

b. Intermediate Pressure Turbine


Intermediate Pressure turbine atau IP turbine adalah turbin yang
terdiri casing terpisah dengan aliran aksial ganda. Antara casing bagian
dalam (inner casing) dan luarnya harus ada jarak agar pergerakan inner
casing yang terjadi karena panas dapat terakomodasi, dimana pada inner
casing ini terdapat sudu-sudu tetap.
Uap yang masuk ke IP turbin ini adalah uap yang keluar dari
reheater dan masuk melalui kedua sisi samping. Konstruksi Inner casing
harus mampu mengatasi inlet uap yang mempunyai suhu dan tekanan
tinggi sedangkan casing dan sambungan flensnya cukup mampu
mengatasi exhaust IP turbine yang mempunyai suhu dan tekanan rendah.
Uap yang masuk ke IP turbin ini sebagian besar digunakan untuk memutar
poros generator dan sebagian lagi untuk memanaskan air yang akan
masuk boiler melalui low pressure heater 4.

22
c. Low Pressure Turbine
Low Pressure turbine atau LP turbine adalah turbin yang terdiri
dari dua rumah turbin dengan aliran ganda. Casing bagian luarnya
terhubung dengan kondensor sedangkan inner casing didukung oleh
lengan penyangga yang terletak pada bracket pada bantalan pedestal.
Uap yang masuk ke LP turbin ini berasal dari HP turbin dan
sebagian besar digunakan untuk memutar poros generator, sebagian lagi
untuk memanaskan air yang akan masuk boiler melalui low pressure heater
(LP heater). Karena ada dua LP turbin, masing- masing uap turbin masuk
ke low pressure heater yang berbeda, LP turbin satu (MAC 1)
memanaskan LP heater 1 dan LP turbin dua (MAC 2) memanaskan LP
heater 2 dan 3.

8. Condensor
Setelah LP Turbin diputar kemudian steam akan mengalir menuju
condenser untuk didinginkan dan berubah menjadi air. Condenser ada dua
yaitu A dan B yang letaknya dibawah LP Turbin A dan B. Proses yang
terjadi steam bersentuhan langsung dengan pipa yang didalamnya dialiri
pendingin berupa air laut. Kondensasi ini mengubah steam menjadi air
yang kemudian ditampung di Condensate Hot Well. Air laut selain
berfungsi sebagai media Heat Transfer juga berfungsi untuk mendinginkan
condenser juga mendinginkan Closed Cooling Sistem (air pendingin).
Closed Cooling Sistem ini mendinginkan berbagai peralatan yang
membutuhkan pendinginan seperti Air Compressor, Pump dan Generator
Stator Cooling dan juga penting untuk mendinginkan oli untuk pelumasan
turbin. Proses pertukaran panas antara Close Cooling dengan air laut
terjadi pada alat yang disebut Heat Excharnger. Karena adanya Blowdown
pada Steam Drum, maka untuk mengembalikan volume air ke volume
semula, pada Condenser terdapat Make-up Water untuk menambah
volume air. Make-up Water diambil dari Maku-up Demineralizing RO.

23
Condenser bekerja dalam konsi vakum, hal ini dikarenakan proses
kondensasi yang terjadi yaitu perubahan steam ke air menyebabkan
berkurangnya volume. Untuk menjaga agar condenser dalam keadaan
vakum maka gas-gas yang dilepas dari steam (ketika steam berubah
menjadi air) dipompa keluar oleh vakum pump. Alasan lain keadaan
vakum adalah efisiensi, steam yang diambil dari turbin adalah enthalpy
steam (selisih steam masuk dan keluar) sehingga tekanan diminimalkan
agar energy yang dimanfaatkan semakin besar karena enthalpinya juga
besar.

9. Generator
Generator adalah alat untuk membangkitkan listrik, generator
terdiri dari stator dan rotor. Rotor dihubungkan dengan shaft turbin
sehingga berputar bersamaan. Stator bars di dalam sebuah generator
membawa arus hubungan output pembangkit. Direct Current (DC)
dialirkan melalui Brush Gear yang langsung bersentuhan dengan slip ring
yang dipasang jadi satu denagn rotor sehingga akan timbul medan magnet
(flux). Jika rotor berputar, medan magnet tersebut memotong kumparan di
sator sehingga ujung-ujung kumparan stator timbul tegangan listrik.
Setelah sesaat generator timbul tegangan sehingga melalui eksitasi
transformer arus AC akan disearahkan oleh rectifier dan arus DC akan
kembali ke generator. Proses ini disebut dengan self excitation. Dalam
sistem tenaga, disamping generator menyuplai listrik ke jaringan ekstra
tinggi 500kV, juga dipakai untuk pemakaian sendiri dimana tegangan
output generator diturunkan melalui transformer sesuai dengan kebutuhan.
Untuk kebutuhan saat start diambil dari 150 kV line. Untuk sistem
tegangan ekstra tinggi tenaga listrik yang dihasilkan oleh power plant di
supply ke jaringan sebesar 500kV dan selanjutnya oleh beberapa
transformer tegangan diturunkan sesuai dengan kebutuhan.

24
2.2.3. Proses-Prose Pembangkit Daya Unit 5 & 6

Gambar 2.8 Sistem Keseluruhan pada PLTU Unit 5&6

Proses pembangkitan listrik di PLTU Unit 5 & 6 yang dioperasikan


oleh PT. YTL Jawa Timur, menggunakan 3 bahan utama yaitu: air, solar
dan batubara. Air adalah bahan yang dipanaskan untuk menjadi uap panas
bertekanan tinggi, yang nantinya memutar turbin uap. Sedangkan batubara
digunakan sebagai bahan bakar utama. Solar adalah bahan bakar yang
mudah terbakar serta memiliki harga yang relatif murah dibanding dengan
jenis minyak yang lainnya. Solar digunakan untuk memicu pembakaran
awal. Setelah pembakaran terjadi, maka secara perlahan batubara akan
menggantikan solar.
Terdapat banyak sekali proses yang terjadi di dalam pembangkit
listrik tenaga uap. Pada PLTU Unit 5 & 6, yang dioperasikan oleh PT. YTL
Jawa Timur sistem proses dibagi menjadi tiga, yaitu Proses Utama (Main
Plant), Sistem Auxiliary (Auxiliary System), dan Proses Penanganan
limbah (Flue Gas System dan Ash handling).

25
2.2.3.1 Proses Utama (Main Plant)
Proses Utama (Main Plant) adalah proses produksi listrik yang
diawali dari penanganan batu bara sebagai bahan bakar utama, proses
pembakaran untuk memanaskan air menjadi uap panas bertekanan tinggi,
dan proses pembangkitan listrik dimana uap panas bertekanan tinggi
digunakan untuk memutar serangkaian turbin uap. Turbin uap
dihubungkan dengan generator sehingga ketika turbin uap berputar maka
generator akan bergerak dan menghasilkan muatan listrik bertegangan
24kV. Muatan listrik ini dinaikkan tegangannya menjadi 500kV dengan
menggunakan transformator step up. Kemudian, muatan listrik ini
didistribusikn oleh PLN ke konsumen, baik sektor industri dan rumah
tangga.
Secara rinci, proses utama atau disebut juga Main Plant terdiri dari
proses penanganan batu bara (coal handling), sistem pembakaran (firing
system), siklus air-uap (water steam cycle), dan proses pembangkitan
listrik.
1. Coal Handling (Penanganan Batu Bara)
Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pada PLTU unit 5
dan 6 ini adalah berupa batubara adaro, arutmin, kideco (dengan
kandungan ash sebesar 15%). Coal Handling, terdiri dari tiga tahapan
yaitu: pemangkalan, penyimpanan dan pengangkutan batu bara.

Pemangkalan
Batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar utama di PLTU
Unit 5 & 6 didatangkan dari Kalimantan Timur, kota Berau, Kideco dan
Andaro, dengan menggunakan kapal laut kapasitas 45.000 ton dan
tongkang 12.0000 ton. Kemudian, batu bara ini dibongkar di pelabuhan
khusus batu bara milik PT. Jawa Power yang disebut Jetty.
Penyimpanan
Selanjutnya, batu bara memasuki tahap penyimpanan di area
penyimpanan yang disebut Stock Pile. Disini, batu bara disemprot dengan
air untuk mengurangi debu yang menempel dapat menimbulkan percikan
api. Penyemprotan air ini dinamakan Water Population Controller.

26
Pengangkutan
Tahap pengangkutan batu bara pertama kali terjadi di stock pile.
Batu bara diangkut oleh reclaimer untuk disalurkan ke Silo menggunakan
Belt Conveyor. Dalam proses pengiriman menggunakan belt conveyor,
terdapat sensor logam untuk mendeteksi logam yang ikut tercampur dalam
tumpukan batu bara. Jika ada logam yang tercampur dalam tumpukan batu
bara maka, belt conveyor akan otomatis berhenti dilakukan pengambilan
sampel batu bara yang mengandung logam tersebut secara manual. Logam
dan batu bara yang mengandung logam akan dipisahkan oleh magnetic
separator.
Selain itu, pada belt conveyor juga terjadi proses belt scale untuk
mengetahui jumlah tonase batu bara yang diangkut. Setelah itu, batu bara
memasuki tempat penyimpanan Silo, atau disebut juga Coal Bunker
dengan bantuan tripper yang dihubungkan dengan Belt Conveyor.
Pengisian Silo dilakukan dengan cara menjatuhkan batu bara, yang
dilakukan oleh operato di Coal Handling Control Building (CHCB).

2. Firing System (Proses Pembakaran)


Tahap pembakaran berawal ketika batu bara yang tersimpan di
dalam Silo, diumpan feeder ke dalam Pulverizer atau disebut juga Mill.
Feeder mengatur jumlah batu bara yang masuk ke dalam Mill, sesuai
dengan kebutuhan. Di dalam Mill, batu bara digerus untuk memperkecil
ukuran batu bara menjadi bubuk batu bara yang disebut Pulverizer Coal.

Kemudian, bubuk batu bara ini dikeringkan kembali menggunakan


Primary Air Fan (PA Fan), dan dijaga suhunya agar bubuk batu bara tidak
terbakar. Selain itu, PA Fan juga mendorong bubuk batubara untuk
memasuki Furnace. Oksigen untuk pembakaran juga diberikan oleh PA
Fan. Di dalam furnace udara panas tidak cukup hanya dari PA fan, Force
Draf Fan atau disebut juga Secondary Air juga berfungsi sebagai sumber
udara panas tambahan.

27
Udara dan bubuk batu bara masuk melalui sudut-sudut di dalam
furnace yang diarahkan ke bagian tengah melalui furnace puller. Namun,
pembakaran awal terjadi menggunakan solar. Kemudian pemantik
(ignitor) akan menyala dan pembakaran terjadi. Berlahan-lahan batu bara
akan menggantikan solar sebagai bahan bakar utama. Setelah itu, akan
tercipta bola api yang menghasilkan energi panas dan gas panas. Energi
panas dan gas panas akan bergerak ke atas furnace untuk memanskan air
menjadi uap panas. Uap panas ini terbentuk di dalam boiler, khususnya
bagian steam drum yang terletak di atas furnace. Disini, uap air diubah
menjadi uap lewat jenuh dengan tekanan 175 bar.

Gambar 2.9 Flow diagram sistem pembakaran

3. Proses Pembangkitan Listrik


Setelah itu, proses berlanjut ke pembngkitan listrik dengan
memanfaatkan energi panas pada uap panas lewat jenuh bertekanan tinggi.
Energi panas ini ditransformasikan menjadi energi mekanik untuk
memutar serangkaian turbin uap. Rangkaian turbin uap ini terdiri dari tiga
turbin yang dirangkai secara seri. Seri pertama adalah HP turbin (High
Pressure Turbine) yang dapat berputar karena tekanan tinggi, seri kedua IP
Turbin (Intermediet Pressure Turbine) yang tekanannya sedang seri

28
terakhir adalah LP Turbin (Low Pressure Turbine) yang tekanannya
rendah.
Pertama, uap lewat jenuh ini memasuki HP Turbin sehingga turbin
dapat berputar. Kemudian, sisa uap keluaran HP Turbin dipanaskan
kembali di reheater furnace di dalam boiler. Keluaran dari boiler, uap
panas itu menggerakkan IP Turbin, dan sisa uap keluaran dari IP Turbin
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. Ketiga turbin ini berputar
dengan kecepatan 3.000 rpm.
Turbin uap ini dihubungkan dengan shaft yang berupa silinder
elektromagnetik berukuran besar, maka ketika turbin berputar generator
ikut berputar bagian rotornya. Rotor generator tergabung dengan stator.
Stator adalah bagian dari generator yang tidak ikut berputar, berupa
gulungan dan menggunakan batang tembaga sebagai pendingin internal.
Di dalam batang tembaga stator ini, menghasilkan listrik dengan
elektrostatik di dalam rotor melalui putaran magnet. Listrik yang
dihasilkan memiliki tegangan 21 kV. Muatan listrik ini kemudian masuk ke
transformator step up untuk dinaikkan tegangannya menjadi 500 kV, dan
dialirkan melalui SUTET ke gardu induk dengan tegangan ekstra tinggi
milik PLN. Stelah itu, PLN akan mendistribusikan listrik ke konsumen
dari berbagai sektor dan kebutuhan, seperti industri dan rumah tangga.

Gambar 2.10 Proses Pembangkit Listrik


4. Siklus air-uap (Water Steam Cycle)

29
Proses awal dari produksi air demin dimulai dari air laut yang telah
disaring kotorannya kemudian dipompa oleh Sea Water Feed Pump ke
Coagulant Storage Tank, air laut diberi Coagulant untuk memadatkan
partikel yang besar besar (pasir, lumpur dll) agar mengendap. Kemudian
air dipompa ke Primary Sea Water Filter air menuju ke Polishing Filter.
Partikel partikel padat yang belum tertangkap pada Primary Sea Water
Filter diharapkan akan tertangkap di Polishing Filter. Air yang telah difilter
kemudian ditampung pada Filtered Water Storage Tank. Air dari Filtered
Water Storage Tank kemudian dipompakan menuju Catridge Filter. Tetapi
sebelumnya air diberi antiseptic, acid dan sodium bisulfit. Dalam Cartridge
Filter air disaring kembali untuk mendapatkan air yang lebih murni.
Kemudian air dijadikan air tawar melalui proses Desalination Reverse
Osmosis. Namun air tawar yang diperoleh masih mengandung banyak
carbon.
Kemudian carbon dipisahkan pada tangki Decarbonate
(Decarbonate Tank), dan dengan Decarbonate Pump dan Decarbonate
Blower, air dipindahkan menuju Permeate Storage Tank. Air dari Permeate
Storage Tank sudah bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan sehari-
hari. Namun air ini belum bisa digunakan untuk menyupali kebutuhan
boiler.
Air dari Permeate Storage Tank dengan menggunakan Permeate
Supply Pump kemudian diproses lagi dengan menggunakan reverse
osmosis yang kedua. Air yang telah mengalami reverse osmosis yang
kedua ditampung dalam Mixed Beds. Dari Mixed Beds ini air telah berupa
air demin di tampung dalam Demin Water Tank.
Air yang berasal dari WTP pertama kali disuplai ke Condensor.
Dengan menggunakan Condensor Extraction Pump air dipindahkan ke
Deaerator melalui heater A1, heater A2, heater A3 dan heater A4. Di
Deaerator, kadar oksigen dikurangi agar tidak terlalu banyak terjadi
oksidasi. Karena bila terjadi oksidasi maka pipa akan mudah korosi dan
bisa mengakibatkan kebocoran. Air yang telah dihilangi kadar oksigennya
ditampung di Feedwater Storage Tank.
Selanjutnya air yang berada pada Feedwater Storage Tank
dipindahkan ke Economizer melalui heater A6, heater A7 dan heater A8

30
denagn Boiler Feedwater Pump. Di Economizer air mendapat pemanasan
dari Furnace yang pertama kali walaupun sebelumnya telah beberapa kali
mendapat pemanasan dari heater. Keluar dari Economizer air yang sudah
bercampur dengan steam ditampung di Steam Drum. Di Steam Drum,
yang masih berupa air akan dipanaskan kembali oleh Evaporator dan yang
sudah berupa steam akan dipanaskan di Superheater. Di Superheater inilah
pemanasan yang utama karena di Superheater ini pipa-pipa boiler
bersentuhan langsung dengan api. Disini steam akan ditingkatkan suhunya
sampai sekitar 500 C. Di Superheater ini dalam bentuk uap. Uap ini
digunakan untuk memutar HP turbin. Keluar dari HP turbin, temperatur
dan tekanan uap super heater berkurang. Karena itu, uap ini masuk ke
dalam reheater untuk dipanaskan kembali.
Kemudian, uap super heater digunakan untuk memutar IP turbin.
Keluarannya, berupa uap jenuh yang dimanfaatkan untuk memutar dua
buah LP turbin. Sisa uap keluaran LP turbin, akan dimanfaatkan kembali
menjadi air, dengan masuk ke kondensor lagi.

2.2.3.2 Sistem Auxiliary (Auxiliary System)

Auxiliary System adalah sistem yang terdiri dari kumpulan proses


sampingan yang berfungsi untuk menunjang proses produksi listrik utama.
Sistem ini terdiri sistem pengolahan air (Water Treatment Plant), proses
pengolahan air limbah PLTU (Waste Water Treatment Plant), sistem air
pendingin (cooling water system), dan proses pembuatan larutan sodium
hipoklorin (NaOCl) yang disebut Electro Clorination Plant.

1. Water Treatment Plant (WTP)


Proses pengolahan air di Water Treatment Plant (WTP) dimulai dari
pengolahan air dan air laut untuk prosesklorinasi. Pada prosesklorinasi ini
menghasilkan larutan hypochlorite yang akan digunakan untuk membunuh
biota laut yang ikut dalam aliran air laut.
Proses klorinasi ini bertujuan untuk melindungi condenser dan
sistem sirkulasi air karena dengan adanya biota laut yang dapat
menghambat aliran melalui sistem dan mengurangi luas bidang kontak

31
panas pada condenser. Setelah diklorinasi, air laut itu kemudian dipompa
oleh Sea Water Feed Pump menuju Primary Sea Water Filter untuk
menghilangkan kotoran dari air laut. Sebelum masuk filter tersebut air laut
melalui Static Mixer dengan injeksi koagulan sehingga kotoran dapat
menggumpal dan tersaring di Primary SeaWater Filter. Media filter terdiri
dari lapisan Antrasit, Pasir, Garnet dan Gravel.Dari filter ini air laut di
filter lagi di Polishing Filter untuk ditampung di tangki penyimpanan
(Filtered Water Storage Tank). Di tangki ini terdapat pompa untuk
keperluan Back Wash. Back Wash bertujuan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang terendap di Filter Primer maupun di Filter Polishing.
Back Wash terdiri dari beberapa proses, antara lain sebagai berikut:
a. Drain Dow: pengeluaran air yang tersisa di tangki.
b. Air Scour : udara disemburkan difilter untuk melepaskan
kotoransehingga mudah dibersihkan.
c. Back Wash: untuk melarutkan kotoran yang sudah terlepas.
d. Step Delay: supaya media filter menempati media penyaringan sesuai
densitasnya.
e. Rinse: untuk pembilasan sehingga diperoleh media filter yangbenar-
benar bersih.
Air bekas Back Wash dialirkan menuju Seal Pit (Kolam
Pembuangan) yang selanjutnya dibuang ke laut. Selain itu, ada pompa ke
Catridge Filter. Dimana Catridge Filterini bertujuan untuk menghilangkan
suspended solid yang lebih besar dari 5 mikron. Namum sebelum melalui
filter ini, diberikan injeksi kimia sebagai berikut :
a. Antiscalan, injeksi ini bertujuan untuk mencegah timbulnya potensi
kerak(Scaling) dari silica pada sisi Reject Membrane RO (Reverse
Osmosis).
b. Hidrochlorite Acid, untuk menurunkan pH, dimana dengan penurunan
pHakan melarutkan kelarutan ion untuk meningkatkan kinerja Reverse
Osmosis.
c. Sodium Bisulphate, untuk menghilangkan klorin bebas dari air laut
danmelindungi membran RO dari kerusakan akibat klorin.

32
Setalah melalui Catridge Filter, air dipompa menuju unit
DesalinationReverse Osmosis. Desalination RO unit itu menghilangkan
98% dari zat-zatpadat terlarut (Dissolved Solid) dari air laut tersaring.
Didalam Desalination RO unit air laut dilewatkan melalui suatu Membrane
Semipermeable dengan tekanan. Air yang tersaring menuju Decarbonator,
sedangkan kotoran yang tidak tersaring akan keluar melalui Ejector pada
sisi membran.
Dalam proses dekarbonasi udara disemprot dari bawah dengan
menggunakan blower untuk mengurangi kandungan CO2 yang terlarut
dalam air. Air hasil proses dekarbonasi selanjutnya ditampung di Permeate
Water StorageTank. Air desalinasi daripermeate tank, selanjutnya akan
diproses untukmengurangi Dissolved Solid melalui Make Up Water
Treatment RO Banks. Pada proses ini prinsip kerjanya sama dengan proses
di Desalination RO, yang berbeda hanya mediannya saja. Pada Make Up
RO, air yang digunakan adalah air laut. Proses selanjutnya air laut tersebut
akan dialirkan menuju Mixed Bed Exchanger. Air laut tersebut diproses
hingga mendapatkan kualitas kemurnianair yang tinggi melalui proses
penghilangan Dissolve Solid lebih lanjut. Pada proses ini, ion positif dan
negatif dihilangkan dari air produk Make Up RO, sehingga air yang
dihasilkan mempunyai konduktivitas yang rendah sekitar 0.08s/cm
dengan pH sekitar 6,5.
Pada prinsipnya, fungsi dari Mixed Bed Exchanger adalah untuk
menghasilkan Dissolved Solid yang masih ada dengan mencampurkannya
dengan resin. Air yang telah diproses selanjutnya akan dialirkan pada
Make UpWater Tanks, dari tangki itu air dipompa oleh kondensor turbin
uap. Air deminyang dihasilkan pada Water Treatment Plant (WTP) ini
secara ideal didesain dengan pH sekitar 6,5 dengan konduktivitas sebesar
0,06 s/cm.
Pada proses Water Treatment, air laut tidak hanya diolah menjadi
airdemin, tetapi juga diolah menjadiPotable WatermaupunService Water.
Airyang berasal dari Permeate Water Tank tersebut kemudian dipompa
(PotableWater Supply Pumps) keService Water Storage TankdanPotable

33
Tank. Untuk Potable Waterakan dilewatkan padaActivated Carbon
Filteruntuk keperluanpenyaringan benda-benda organik dan zat padat yang
tidak terlarut serta penghilang klorin, namun air tersebut telah diinjeksi
dengan Sodium Hypochlorite untuk mengurangi benda organik dan
bakteri, selanjutnya air masuk pada tangki air potable.
Air tersebut kemudian dipompa ke tempat penampungan terakhir
untuk selanjutnya didistribusikan sistem air potable digunakan untuk
keperluan, yaitu:
a. Suplai untuk kebutuhan manusia dan gedung turbin uap, gedung
klorinasasi, gedungpembangkit hydrogen gedung pengolahan limbah
dan gedung yang lain.
b. Menyediakan air untuk Safety/Eye Wash Station.
c. Penyimpanan air untuk Potable Water.
Untuk sistem air servis dari Service Water Storage Tank dipompa
kemudian didistribusikan guna beberapa keperluan, yaitu:
a. Pencegahan kebakaran dan untuk keperluan plant secara umum.
b. Untuk membersihkan gedung klorinasi.
c. Untuk membersihkan gedung generator turbin uap dan gedung lain.
d. Untuk membersihkan gedung sirkulasi air.
e. Mensuplai air untuk Sea Water.
f. Mensuplai air pendingin untuk Blow Down Boiler.
g. Mensuplai Make Up Water untuk Skraper Conveyor.

34
Gambar 2.11 WTP Flow Diagram

2. Waste Water Treatment Plant (WWTP)


Waste Water Treatment Plant(WWTP) merupakan sarana
dalampengolahan limbah dari sistem pengolahan air agar tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan. Waste Water Treatment Plant (WWTP)
mengumpulkan dan mengolah limbah air untuk memperoleh kualitas air yang
sesuai dengan ketentuan pemerintah No. 41 tahun 1987 yang berlaku sebelum
dibuang ke lingkungan. Limbah air dapat berasal berbagai tempat, yaitu:
a. Effluent dariNeutralization Basinyang berasal dari fasilitas regenerasi
untuksistem air demin dan sistem Condensate Polishing.
b. Limbah dari laboratorium
c. Limbah dari plant.
d. Limbah dari sistem pengolahan abu.
e. Limbah pada pemisahan minyak (Oil Separator).
Pengolahan limbah air pada prinsipnya meliputi beberapa aktivitas untuk:
a. Menghilangkan Suspended Solid.
b. Mengurangi konsentrasi logam berat dari berbagai sumber limbah di
dalam plant.
c. Menetralisir pH limbah.
d. Mengirim olahan limbah ke tempat pembuangan.

35
Proses Pengolahan Limbah Air
Limbah dari berbagai tempat plant ditampung dikolam pengumpul
(WasteWater Collection Basin). Fungsi utama dari Waste Water Collection
Basininiadalah mencampur limbah air sehingga dihasilkan komposisi limbah
yang seragam. Kotoran yang mengendap akan dipompa ke tangki lumpur
(SludgeThickener), sedangkan kotoran yang belum mengendap dipompa
keRapid Mix Tank. Di tangki ini kotoran dicampur garam besi (Iron Salt)
danSodium Hidroksidadengan air sehingga terjadi proses awal penggumpalan
(prosespembentukan). Olahan dari Rapid Mix Tank yang tidak terbentuk
lumpur di tangki reaksi (Reaction Basin), tangki ini berfungsi sebagai reactor
oksidasi, tangki ini juga dilengkapi dengan Blower untuk menggerakkan
limbah air, mengoksidasi ion logam dan menyediakan oksigen untuk proses
pembentukan hidroksida logam.
Limbah air mengalir secara alami (pengaruh gravitasi) ke Waste
Water Solid Contact Unit untuk pengolahan selanjutnya. Di Solid Contact
Unit inidilakukan proses penambahan dan pencampuran koagulan dan
polimer untuk mereaksikan limbah air. Pada proses ini terjadilah proses
koagulasi dan flokulasi logam hidroksida sehingga limbah sebagian akan
terendap meneruskan proses pengendapan dari proses resirkulasi sebelumnya,
sedangkan limbah yang tidak mengendap (menggumpal) dialirkan ke Waste
Water Gravity Filter dimana sisi limbah berbentuk Suspended Solid (kotoran
yang melayang) disaring lagi. Olahan air selanjutnya dialirkan ke kolam
pengatur pH (pH Adjusment Basin). pH diatur sehingga tidak membahayakan
lingkungan (kisaran 6-9 pH). Limbah dari kolam ini selanjutnya dialirkan ke
Water Clear Well. Air dari Clear Well ini digunakan untuk keperluan
Backwash Gravity Filter. Air bekas membersihkan filter selanjutnya
ditampung di Waste Water Recovery Puma yang akan disirkulasikan lagi ke
Rapid Mix Basin, sedangkan limbah air hasil loan lanilla dipompa ke Sea
Water Pit.
Limbah dalam bentuk lumpur baik langsung dari Waste Water
CollectionBasin maupun hasil proses pembentukan, hasil koagulasi dan
flokulasi di Rapid Mix Basin, Reaction Tank dan Solid Contact Unit di pompa

36
ke Sludge Thickener. Sebagian limbah dengan konsentrasi tinggi dipompa ke
Sludge Dewatering Filter Press sehingga berbentuk padatan, sedang limbah
dengan konsentrasikotoran rendah (mengandung banyak air) dialirkan ke
Wash Water Recovery Puma yang selanjutnya dipompa masuk di Rapid Mix
Tankke sirkulasi pengolahan limbah lagi.

Gambar 2.12 WWTP Flow Diagram

3. Cooling Water System


Air laut sebanyak 100.000 ton/jam masuk ke dalam inler canal. Air
laut ini masuk melalui empat bundle pipa perpindahan panas yang dipasang
paralel, dan disalurkan ke kondeser untuk mendinginkan uap keluaran LP

37
Turbin. Setelah itu, air laut sebagai cooling water ini dikeluarkan kembali dan
ditampung di outlet kanal. Suhu air laut dijaga pada 40oC, setelah itu baru
dibuang ke laut.

Gambar 2.13 Potongan DCS Cooling Water System

4. Electro Chlorination Plant

Electro Chlorination Plant adalah proses untuk menghasilkan


larutan sodium hipochloride (NaOCl). Larutan ini berfungsi untuk
mengendalikan pertumbuhan microorganisme di permukaan pipa perpindahan
panas pada kondensor. Larutan hipochloride ini dibuat dari air laut, karena air
laut mengandung kadar sodium (Na) dan chloride (Cl) yang tinggi. Air laut
ini dilewatkan ke serangkaian seri sel yang mempunyai kutub searah negatif
dan positif. Arus listrik searah dengan tegangan yang sangat tinggi
menyebabkan terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi. Kedua reaksi ini
menyebabkan terbentuknya larutan hipochloride. Larutan hipochloride yang
sudah terbentuk akan dipompakan ke air laut kembali sebagai pengendali
pertumbuhan microorganisme.

2.2.3.3 Proses Pemrosesan Limbah

38
Limbah di PLTU ada tiga buah, yaitu limbah padatan, cair dan gas.
Limbah padatan berupa sisa bahan bakar berupa serbuk batu bara.
Sedangkan limbah cairan adalaha sisa air laut yang digunakan dalam
proses cooling water, dan proses penyemprotan sisa pembakaran di bagian
bawah boiler. Limbah gas adalah limbah gas pembakaran di dalam boiler
yang mengandung racun.
Limbah cairan akan dibuang ke laut, namun sebelum itu air limbah
ini diproses terlebih dahulu di WWTP. Sedangkan limbah gas akan
dibuang melalui cerobong atau disebut juga stack, sebelum itu gas
berbahaya ini diproses dalam flue gas system. Limbah padatan akan
diproses terlebih dahulu dalam ash handling system kemudian akan
dimanfaatkan oleh perusahaan lain, menjadi bahan campuran semen.
1. Electro Static Precipitator (ESP)
Udara sisa pembakaran yang berasal dari furnace tidak boleh
langsung dibuang ke udara bebas karena masih mengandung banyak debu
(dust) dan gas-gas beracun yang dapat mencemari. Disamping itu, udara
yang berasal dari furnace suhunya masih terlalu tinggi untuk dibuang
langsung ke lingkungan. Electro Static Precipitator (ESP) berfungsi untuk
menangkap debu yang berada pada udara sisa hasil pembakaran furnace.
Dalam ESP terdapat lempenganlempengan yang mengandung muatan
positif sehingga debu yang mengandung muatan negatif akan menempel
pada lempenganlempengan tersebut. Setelah debu yang menempel cukup
banyak, maka lempengan itu akan diketuk dengan alat pemukul
(Collecting Plate Rapper) untuk melepas debu yang menempel pada
lempengan tersebut. Debudebu (fly ash) yang sudah terlepas dari
lempengan ESP akan ditampung di bagian bawah ESP. Debudebu
tersebut dikumpulkan dan didorong dengan udara menuju Ash disposal
dengan meggunakan pipa. Di dalam ESP juga terdapat Hopper Heater
yang berfungsi untuk menjaga agar fly ash tetap kering sehingga mudah
untuk diterbangkan ke ash disposal.

39
Gambar 2.14 Electrostatic Precipitator (ESP)

2. Flue Gas Desulphurisation (FGD)


Flue Gas Desulphurisation (FGD) memiliki beberapa komponen
yang penting, yaitu:
a. Absorber Pump
Pump station terdiri dari tiga absorber feed pump, untuk memompa
air lautdan dua absorber sump pump. Absorber pump adalah tipe
pompa sentrifugal.
b. Absortion Zone Absorber
Absorber zone dilengkapi dengan sistem nozzle yang terdiri dari tiga
level.
c. Absorber Sump
Air bekas spray dari absortion zone absorber diakumulasikan di
absorbersump. Di absorber sump dilakukan reaksi oksidasi melewati
sebuah sistem distribusi udara selain itu juga ditambahkan air laut
untuk kontrol pH.
d. Air Drayer
Air drayer berfungsi untuk pendistribusian merata spray air pada
absorber. Air drayer terletak di sekeliling dinding absorber. Hal ini
bertujuan agar tak ada ruang bagi udara untuk melepaskan diri dari
spray air laut bisa merata ke seluruh bagian ruangan absorber.
e. Hp Plushing Pump

40
Hp plushing pump merupakan pompa yang memiliki head pealing
tinggi. Pompa ini berfungsi untuk menambah pH air laut yang
dispraykan pada absorber.
f. Oksida Blower
Udara yang telah bersih dan sesuai dengan standart lingkungan hidup
di buang melalui stack (cerobong).

Gambar 2.15 Proses Flue Gas Desulphurisation (FGD)

3. Ash Handling

Ash Handling adalah proses penanganan limbah padatan sisa


pembakaran di dalam boiler. Limbah padatan ini berupa serbuk batu bara
dan batu bara yang tidak dapat digerus mill yang tertampung di dalam
pyrates hopper. Kemudian, akan dialirkan menuju Submerged Scrapper
Chain Conveyor (SSCC) untuk digabungkan dengan padatan hasil
pembakaran di dalam boiler. Pemindahan ini menggunakan pipa-pipa
berisi air dari SSCC ini sendiri.
SSCC adalah bak penampungan berisi air. Padatan hasil
pembakaran pada boiler akan jatuh ke dalam air dan menjadi dingin.
Kemudian, limbah padatan ini akan ditarik oleh chain conveyor. Chain
conveyor adalah rantai yang bergerak yang menuju penampungan padatan.
Setelah itu, padatan ini akan dipindahkan ke ash disposal. Ash disposal
adalah tempat penampungan limbah padatan yang jauh dari lingkungan

41
hidup. Namun, sejak tahun 2003 limbah padatan sudah dimanfaatkan
kembali oleh perusahaan lain untuk menjadi bahan campuran semen.
Selain itu, limbah B3 lainnya digunakan dalam proses pembakaran boiler
untuk mengurangi gas Nox yang tercipta. Limbah B3 yang tidak bisa
dimanfaatkan lagi disimpan ke dalam drum yang nantinya akan dibuang ke
tempat pembuangan limbah B3 yang sudah dilegalkan oleh pemerintah.

Gambar 2.16 konveyor pada SSCC

42
Prinsip kerja PLTU Paiton unit 5 dan 6 secara umum adalah pembakaran
batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air tersebut menjadi
uap yang sangat panas yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan
menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan magnet di generator. Sistem
pengaturan yang digunakan pada power plant ini menggunakan sistem pengaturan
loop tertutup, dimana air yang digunakan untuk beberapa proses merupakan
putaran air yang sama, hanya perlu ditambahkan bila level air yang ada kurang
dari set pointnya. Bentuknya saja yang berubah, pada level tertentu berwujud air
tetapi level yang lain berwujud uap.
Batubara sebagai bahan bakar utama pada proses pembakaran, disamping
itu oksigen dengan konsentrasi tertentu juga diperlukan. Panas dari hasil
pembakaran digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Uap inilah yang
digunakan untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi mekanis
untuk menggerakkan generator. Sebelum batubara masuk ke tempat pembakaran
(furnace), dari tempat penampungannya, batubara tersebut dipindahkan ke Silo
dengan menggunakan conveyor. Sebelum batubara dipindahkan, batubara terlebih
dahulu di-spray dengan air agar tidak terlalu berdebu dan dilewatkan sensor
logam untuk memastikan tidak adanya logam yang ikut terbawa dalam conveyor.
Dari silo batubara dimasukkan ke dalam pulverizer melalui feeder.
Pulverizer merupakan tempat penghancuran batubara menjadi butiran
yang sangat halus sehingga menyerupai serbuk (powder). Sedangkan feeder
adalah pengatur kapasitas batubara yang memasuki pulverizer. Silo ini mampu
menampung batubara sekitar 500 ton. Dari pulverizer, powder batubara akan naik
karena dorongan udara panas dari PA (Primary Air) Fan. Selain sebagai
pendorong, udara panas ini juga berfungsi sebagai pengering serbuk batubara agar
lebih cepat dalam proses pembakaran di dalam furnace. Dan udara ini juga yang
menjadi penyeimbang proses di dalam furnace.
Proses pembakaran di dalam furnace diawali dengan bahan bakar yaitu
solar sebagai bahan bakar motor untuk melakukan start yang disemprotkan pada
alat semacam spark-plug (busi) pada kendaraan bermotor. Spark-plug ini terdapat
di setiap sudut furnace. Setelah pembakaran awal, perlahan-lahan batubara

43
menggantikan solar sebagai bahan bakar sampai akhirnya hanya digunakan
batubara saja sebagai bahan bakar.
Air dalam boiler berasal dari laut yang melewati berbagai macam proses di
Water Treatment Plant (WTP) hingga menjadi air demin. Proses awal produksi air
demin dimulai dari air laut yang telah disaring kotorannya kemudian dipompa
oleh Sea Water Feed Pump ke Coagulant Storage Tank (air laut diberi koagulan
untuk memadatkan partikel seperti pasir, lumpur, dan lain-lain agar dapat
mengendap). Kemudian air dipompa ke Primary Sea Water Filter untuk
menyaring partikel yang telah dipadatkan tadi, jika masih belum tersaring maka
akan disaring kembali pada Polishing Filter. Air yang telah difilter kemudian
ditampung pada Filtered Water Storage Tank kemudian dipompakan menuju
Catridge Filter setelah sebelumnya diberi antiseptik, acid, dan sodium bisulphite.
Dalam catridge filter air disaring kembali untuk mendapatkan air yang lebih
murni yang kemudian dijadikan air tawar melalui proses desalination reverse
osmosis, namun air ini masih mengandung banyak karbon. Kemudian karbon
dipisahkan pada Decarbonate Tank. Air dipindahkan ke Permeate Storage Tank
menggunakan Decarbonate Pump dan Decarbonate Blower. Air dari Permeate
Storage Tank ini dapat digunakan untuk menyuplai kebutuhan sehari-hari namun
belum bisa digunakan untuk menyuplai boiler.
Air dari Permeate Storage Tank dengan menggunakan Permeate Supply
Pump kemudain diproses lagi dengan reverse osmosis yang kedua kemudian (hal
17)

2.3 Masalah yang Dihadapi


2.3.1 Gambaran Umum Tugas Khusus
PT YTL Jawa Timur / PT Jawa Power adalah pembangkit listrik
tenaga uap berbahan bakar batu bara. Dalam proses produksi
menghasilkan listrik, PT YTL menggunakan laut sebagai sumber air
pendingin dan juga sebagai tempat/titik terakhir pembuangan limbah
cairnya. Karena menggunakan laut sebagai titik terakhir pembuangan
limbah cairnya, sesuai Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan

44
Kehutanan Nomor 362 Tahun 2013, maka PT YTL wajib memiliki IPLC
(Ijin Pembuangan Limbah Cair Ke Laut).
Didalam IPLC yang dimiliki PT YTL Jawa Timur wajib memantau
air buangannya dibeberapa titik, yaitu :
- Air bahan
- Air limbah WWTP
- Air limbah STP
- Air limbah Reject RO
- Air limbah FGD
Ada beberapa parameter yang harus dipantai dan dipenuhi baku
mutunya di air buangan tersebut. Salah satunya adalah Minyak dan
Lemak. Parameter minyak dan lemak ini terdapat di air limbah Waste
Water Treatment Plant (WWTP) dan air limbah Sewage Treatment Plant
(STP).
Minyak dan lemak merupakan salah satu senyawa yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran di suatu perairan sehingga
konsentrasinya harus dibatasi. Minyak mempunyai berat jenis kecil dari air
sehingga akan membentuk lapisan tipis di permukaan air. Kondisi ini
dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi
oksigen bebas menjadi terhambat. Minyak yang menutupi permukaan air
juga akan menghalangi penetrasi air sehingga mengganggu keseimbangan
rantai makanan. Minyak dan lemak merupakan bahan organik yang
bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri (Andreozzi dkk.,2000; Atlas dkk,
1992).
Baku mutu yang mengatur batasan maksimal konsentrasi minyak
dan lemak yang diperbolehkan untuk air limbah salah satunya ditetapkan
oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 362
Tahun 2013, dimana kadar maksimum minyak dan lemak untuk limbah
instalasi pengolahan air limbah atau limbah WWTP sebesar 5 ppm,
sedangkan untuk air limbah domestik atau limbah STP sebesar 10 ppm.
Berdasarkan fakta tersebut, maka ketersediaan metode uji minyak
dan lemak yang sesuai dengan batasan konsentrasi tersebut penting untuk

45
dilakukan. Saat ini terdapat beberapa metode uji standar yang telah
digunakan untuk penentuan konsentrasi minyak dan lemak menurut
Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater
(SMWW) yaitu :
1) Metode Gravimetri (SMWW 5520 B: Partition-Gravimetric Method)
Minyak dan lemak diekstrak dari air melalui kontak dengan pelarut
organik. Minyak nabati dan minyak mineral dalam sampel air yang
diasamkan pH lebih kecil dari 2 diekstraksi dengan n-heksana dalam
corong pisah. Untuk menghilangkan air yang masih tersisa digunakan
natrium sulfat anhidrat. Ekstrak minyak nabati dan minyak mineral
dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi. Residu yang tertinggal
pada labu destilasi ditimbang sebagai minyak dan lemak.
2) Metode Infrared (SMWW 5520 C: Partition-Infrared Method)
Minyak dan lemak dalam air diukur dari absorbansi ikatan C-H
dalam sinar infrared, menggunakan trichlorotrifluoroethane (1,1,2-
trichloro-1,2,2-trifluoroethane) sebagai pelarut ekstraksi.
3) Metode Ekstraksi menggunakan soklet (SMWW 5520 D: Soxhlet
Extraction Method)
Beberapa jenis minyak dan lemak (baik berupa padatan maupun
kental) dipisahkan dari sampel liquid dengan filtrasi. Setelah minyak
diekstraksi dengan pelarut dalam seperangkat alat Soxhlet, residu dari
proses ekstraksi ditimbang untuk menentukan jumlah minyak dan
lemak.
4) Metode Ekstraksi untuk sampel lumpur (SMWW 5520 E: Extraction
Method for Sludge Samples)
Sebelum proses ekstraksi, sampel lumpur diasamkan terlebih
dahulu. Magnesium sulfat monohidrat dicampur dengan 75% beratnya
dalam air agar membentuk MgSO4.7H2O dan digunakan untuk
mengeringkan lumpur. Setelah pengeringan, minyak dan lemak dapat
diekstraksi dengan pelarut organik.

5) Hidrokarbon (SMWW 5520F: Hydrocarbons)

46
Jika larutan hidrokarbon dan berlemak dalam pelarut nonpolar
dicampur dengan silika gel, asam lemak akan terpisah dari larutan.
Pelarut yang digunakan adalah n-heksana dan trichlorofluoroethane.

Maka dari itu dalam praktik kerja industri ini, kami mencoba untuk
melakukan verifikasi analisa minyak dan lemak sesuai SNI 6989.2:2011
dan SMWW 5520B, untuk mengetahui apakah peralatan yang ada dan
metode yang ada bisa dilakukan atau diterapkan di laboratorium PT YTL
Jawa Timur. Metode ini diharapkan dapat digunakan sebagai initial check
sebelum pengiriman sampel ke pihak ketiga dan cross check analisa
minyak dan lemak dari independen lab yang ditunjuk.

2.4 Penyelesaian Masalah

Prosedur penelitian ini dilakukan sesuai SNI 6989.2:2011 dan


SMWW 5520B, yaitu metode gravimetri. Minyak diekstraksi
menggunakan pelarut n-heksana murni secara batch. Setelah proses
ekstraksi dilakukan penguapan pelarut untuk memisahkan pelarut dengan
minyak. Konsentrasi minyak diukur dengan menimbang berat minyak
yang dihasilkan. Unuk memverifikasi metode analisis uji minyak dan
lemak ini, dilakukan pengulangan analisa sampel standar dengan
konsentrasi 5 ppm dilakukan sebanyak tujuh kali.

2.4.1 Alat dan Bahan

a) Alat
1. Corong pisah 2 L
2. Water bath
3. Oven
4. Desikator
5. Erlenmeyer
6. Beaker glass
7. Gelas ukur
8. Kertas saring
9. Corong
10. Neraca analitik
b) Bahan
1. Oli
2. Demin water
3. Sampel limbah (WWTP Outlet dan Oil Separator)

47
4. N-Hexane
5. HCl 1:1
6. Na2SO4

2.4.3 Metode Penelitian

1. Membuat 1 liter sampel standar dengan kadar minyak 5 ppm, dengan cara
melarutkan 5 mg oli dalam 1 liter air demin.
2. Menimbang berat erlenmeyer kosong (A gram)
3. Menambahkan HCl 1:1 ke dalam sampel hingga pH kurang dari 2 (5 ml
cukup untuk 1 liter sampel)
4. Sampel dituang ke dalam corong pisah
5. Botol sampel yang telah kosong dibilas dengan 30 ml n-heksana,
kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah
6. Campuran sampel dan pelarut n-heksana dikocok selama 5 menit, lalu
didiamkan hingga keduanya terpisah dan membentuk dua lapisan
7. Sampel dialirkan untuk dipisahkan dengan lapisan pelarut
8. Meletakkan corong di mulut erlenmeyer dengan kertas saring di dalamnya
9. Menimbang 10 gram natrium sulfat anhidrat (Na2SO4), lalu diletakkan di
atas kertas saring
10. Kertas saring dan Na2SO4 dibilas terlebih dahulu dengan pelarut n-
heksana
11. Lapisan pelarut dalam corong pisah dialirkan melewati kertas saring dan
Na2SO4 ke dalam erlenmeyer
12. Corong pisah dibilas dengan sedikit pelarut dan dialirkan ke dalam
erlenmeyer
13. Ekstrak pelarut dan minyak dalam erlenmeyer diuapkan dengan cara
dipanaskan dalam water bath pada suhu 75oC selama 2-3 jam (hingga
pelarut teruapkan seluruhnya)
14. Ekstrak minyak dikeringkan dalam oven selama 1 jam
15. Erlenmeyer didinginkan dalam desikator selama 1 jam
16. Menimbang berat erlenmeyer berisi minyak (B gram)
17. Menghitung %recovery minyak untuk mengetahui akurasi analisa
18. Mengulangi prosedur analisa untuk sampel standar sebanyak 7 kali
19. Menghitung rata-rata berat hasil, standar deviasi, dan %RSD (Relative
Standard Deviation) untuk mengetahui presisi analisa
20. Mengulang prosedur (langkah 2-16) untuk menganalisa kandungan
minyak pada sampel limbah WWTP dan oil separator.

48
2.4.4. Data Pengamatan

Sampel standar 5 ppm


Tabel 2.1 Data Pengamatan %Recovery

Pengulangan Berat minyak Berat Berat Berat %


1 awal (gr)
0,0055 Kosong
49,8463 kosong
49,8513+ hasil
0,005 recovery
90,91
2 0,0055 50,1541 50,1588 0,0047 85,45
3 0,0052 49,8463 49,8519 0,0056 107,69
4 0,005 48,7782 48,7824 0,0042 84,00
5 0,0051 50,1544 50,1596 0,0052 101,96
6 0,0052 48,6046 48,6097 0,0051 98,08
7 0,005 50,1536 50,1577 0,0041 82,00

Analisa Sampel Limbah


Tabel 2.2 Data pengamatan sampel limbah

Berat
Berat
Jenis Pengulanga Berat kosong + Konsentrasi
hasil
Limbah n Kosong isi (ppm)

1 49,8463 49,8478 0,0015 1,5


WWTP
2 49,8463 49,8495 0,0032 3,2
Oil
Separato 1 50,1528 50,172 0,0192 19,2
r

2.4.5 Analisa Data dan Pembahasan

49

Anda mungkin juga menyukai