BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
H 2 O2 hv 2 OH
20
Salah satu cara pembentukan molekul OH* radikal adalah dengan menggunakan
ozone (O3). Sistem UV/O3 digunakan dalam proses oksidasi senyawa organik dalam air.
Pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan cara menembakkan sinar UV dengan panjang
gelombang 253.7 nm kedalam larutan berisis campuran O3. (Kamboj 2009)
Reaksi yang terjadi dalam sistem fotokatalis UV/O3 adalah sebagai berikut:
H 2 O2 +O3 hv 2 OH +O2
2OH H 2 O2
2.2.3. UV / Semikonduktor
AOP berbasiskan UV dengan semikonduktor dikenal juga sebagai fotokatalisis.
Fotokatalitik dalam bahasa inggris berasal dari dua kata, yaitu photo dan catalyst. Photo
dapat diartikan sebagai energi cahaya dan catalyst diartikan sebagai katalis. Oleh karena
itu, secara sederhana fotokatalisis dapat diartikan sebagai reaksi yang memanfaatkan energi
cahaya sebagai katalis. (Kondarides 2000)
Penggunaan semikonduktor sebagai fotokatalis telah banyak digunakan dalam
industri saat ini. Penggunaan semikonduktor didasarkan akan efisiensi dan biaya yang
diperlukan dalam penggunaan, serta memiliki band gap yang kecil dibaandingkan katalis
lain. Band gap adalah perbedaan energi antara valence band dan conduction band.
Fotokatalisis dapat terjadi jika semikonduktor mengabsorb energi sama dengan atau lebih
dari energi band gap.
Proses degradasi dengan fotokatalis memiliki mekanisme yang sama dengan
mekanisme pada proses katalis heterogen biasa. Secara sederhana, mekanisme katalis
heterogen dapat dituliskan sebgai berikut:
a. Pergerakan reaktan menuju katalis
b. Adsorpsi reaktan kedalam katalis
c. Reaksi di fotokatalis
d. Desorpsi produk
e. Pelepasan produk dari permukaan katalis(Hill 1977)
Selain proses yang telah disebutkan diatas, perlu diperhatikan pula adanya proses
absorpsi cahaya oleh katalis. Setiap fotokatalis memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam mengabsorb energi cahaya.
Skema proses fotoakatalisis ditampilkan dalam gambar 2.1 sebagai berikut
21
Reaksi di dalam fotokatalis dimulai dengan pelepasan elektron pada valence band.
Elektron terlepas / tereksitasi diakibatkan oleh energi yang didapatkan dari sinar photon
(seringkali digunakan sinar UV). Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron
setidaknya senilai dengan energi band-gap. Elektron dari valence band akan berpindah
menuju conduction band, sehingga pada valence band tercipta sebuah lubang. (Tarr 2003)
Pada lubang valence band terjadi adsorpsi reaktan dan reaksi oksidasi. Sedangkan
pada conduction band terjadi adsorpsi reaktan dan reaksi reduksi. Hasil reaksi redoks akan
memberikan donor elektron kepada valence band dan mengambil elektron dari conduction
band, sehingga katalis kembali pada keadaan awal. Proses ini terus berlangsung dalam
katalis, sehingga tidak ada elektron yang menghilang selama proses fotokatalitik
berlangsung. (Tarr 2003)
Proses reduksi dan oksidasi yang dapat terjadi pada sistem UV/semikonduktor
adalah :
1. Oksidasi molekul air dan ion hidroksil yang teradsorb oleh valence band untuk
menghasilkan hidroksil radikal:
OH
++OH
h
+
++ H 2 O OH + H
h
22
2. Reduksi oksigen yang akan menghasilkan H2O2 melalui serangkaian reaksi redoks
oleh valnce band :
O 2
O 2 +e
+ HO 2
+ H
O 2
HO2 + HO 2 H 2 O2+O2
+O2
+ HO2 HO 2
O 2
+ H 2 O2
+ H
HO2
3. Pemecahan kembali hidrogen peroxida untuk menghasilkan hidroksil radikal:
2OH +O2
H 2 O2+O2
2OH
H 2 O 2 +e
4. Partisipasi langsung lubang-lubang dalam reaksi oksidasi ataupun reduksi
Contoh:
3+
Cr
6++ 3 e
Cr
(Kamboj 2009)
Pada proses fotokatalis reduksi Cr6+ terjadi secara langsung pada lubang-lubang
conduction band sedangkan reaksi oksidasi terjadi dengan bantuan OH* radikal hasil
valence band.. Seluruh mekanisme ini tidak dapat terlepas dari energy cahaya yang
menjadi sumber energi reaksi.
2.3 Sinar UV
Foitokalais tidak dapat terlepas dengan penggunaan sinar UV sebagai sumber
energi. Sinar UV merupakan sinar elektromagnetik yang berada pada panjang gelombang
100nm-400nm. Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV dapat dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu sinar UV-A, sinar UV-B, dan sinar UV-C.
23
Gambar 2.2 Energi band gap dari berbagai semikonduktor (Dozzi 2011)
TiO2 merupakan semikonduktor yang paling sering digunakan. Hal ini didasarkan
pada sifat TiO2 yang memiliki stabilitas thermal, inert, tidak beracun, mudah didapat, dan
relatif murah.
24
25
ini dapat mengatasi permasalahan pada poin pertama dan kedua. Hal ini akan sangat
membantu aplikasi dari semikonduktor TiO2.
Doping dan modifikasi TiO2 dapat dilakukan dengan 3 metode doping yaitu:
Doping dengan menggunakan logam, seperti Cr, V, W, Mo, Ru, Cu
Doping dengan menggunakan ion non-logam, seperti N, S, C, P
Doping dengan menggunakan molekul photosensinitizer, seperti Poly(florene-cothiphene) , ertyhrosin B, thionine. (Zaleska 2008)
2.6.1.
Doping TiO2 dengan ion logam
Pada doping TiO2 dengan ion logam, rekombinasi elektron dan kecepatan transfer
elektron secara signifikan dapat dikendalikan. Pengaruh terhadap laju rekasi fotokatalisis
berbeda-beda pada setiap kasus. Hal ini disebabkan rekasi fotokatalisis pada TiO 2 dengan
doping ion logam dipengaruhi oleh:
Konsentrasi doping
Karaktersistik energi level doping terhadap TiO2
Intensitas cahaya(Zaleska 2008)
Pada doping TiO2 dengan ion logam, rekombinasi elektron dapat dikendalikan
dengan mengendalikan elektron yang telah tereksitasi di conduction band. Elektron pada
conduction band ditangkap oleh ion logam, sehingga mencegah rekombinasi elektron.
Elektron yang terdapat pada ion logam kemudian ditangkap oleh aseptor. (Dozzi 2011)
Mekanisme rekasi TiO2 dengan doping ion logam ditunjukkan pada gambar 2.5
26
27
28
Tabel 2.1 Perbandingan Reaktor Tersuspensi dan Reaktor Unggun Tetap(de Lasa,
Serrano et al. 2005)
Keuntungan :
Reaktor Tersuspensi
Kerugian :
Memerlukan pemisahan
penggantian katalis
Pencamputan yang lebih
sempurna
Pressure drop yang kecil
Reaktor Unggun
Tetap
rendah
Tidak diperlukan proses pemisahan Keterbatasan pengolahan
katalis lagi
Efisiensi pencahayaan
karena keterbatasan
perpindahan massa
Terdapat kemungkinan
deaktivasi katalis dan
katalis yang terbuang
Pada reaktor dengan katalis tidak bergerak, dibuat unggun katalis. Unggun katalis
dapat memberikan hilang tekan yang tinggi, akan tetapi jenis reaktor ini dapat memberikan
residence time yang baik. Secara sederhana, terdapat kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing jenis reaktor. Pada sluury reaktor, efisisensi katalis berjalan dengan baik
dan terjadi secara batch.
Reaktor yang termasuk kedalam sllury reactor diantaranya adalah bubble column
reactor, sllury batch reactor, dan fischer tropsch reactor. Pada proses redusi Cr6+ dengan
fotokatalis TiO2 dapat digunakan bubble column reactor.
Bubble column reactor memberikan beberapa kelebihan, seperti laju perpindahan
massa dan panas yang tinggi, serta biaya perawatan dan operasi yang murah (Kantarcia,
Borakb et al. 2004). Selain itu adanya bubble dapat membantu agar kontak terjadi secara
dinamis sehingga meminimalkan hambatan pada permukaan katalis (Paramita and Marsha
2011)
29
Laju adsropsi
kA
kA
3+ +4 H 2 O
Cr O42 +7 H
30
3+
k1
2
TiO 2Cr O 4
k2
Ti O 2Cr
Laju desorpsi
kP
3+
TiO2Cr O2+Cr
k P
kA
k A
AS
k1
AS PS
k2
PS
A dan B
AS
P
PS
kP
k P
P+S
: Reaktan
: Reaktan A yang terikat pada katalis
: Produk
: Produk yang terikat pada katalis
31
1
(2.5)
1+ K A C A + K P C P
Selanjutnya persamaan 2.5 dapat dimasukkan kedalam persamaan 2.3 sehingga diperoleh
K A C A
A =
(2.6)
1+ K A C A + K P C P
Dengan mensubtitusi persamaan (2.6) ke dalam persamaan (2.1) diperoleh
k K A C A k 2 K P C P
r= 1
(2.7)
1+ K A C A + K P C P
r
: laju reaksi [mol/(L s)]
A
: fraksi permukaan aktif yang diikat oleh A
P
: fraksi permukaan aktif yang diikat oleh P
V
: fraksi permukaan aktif yang tidak terikat
CA
: konsentrasi molar A [mol/L]
CP
: konsentrasi molar P [mol/L]
k1
: konstanta reaksi permukaan kearah produk
k2
: konstanta reaksi permukaan kearah reaktan
KA
: konstanta kesetimbangan adsorpsi
KP
: konstanta kesetimbangan desorpsi
V =
1+ K P C P
Dengan mensubtitusi persamaan (2.12) ke dalam persamaan (2.8) diperoleh
k CA
r= A
1+ K P C P
(2.12)
(2.13)
32
(2.14)
(2.15)
(2.16)
)(
(2.17)
K=
CA
CP
Ksp
ksp
KA
KP
kP
K A K sp
KP
: konsentrasi molar A [mol/L]
: konsentrasi molar P [mol/L]
: konstanta kesetimbangan reaksi
: konstanta laju reaki
: konstanta kesetimbangan adsorpsi
: konstanta kesetimbangan desorpsi
: konstanta laju desorpsi
33
rj
: kecepatan molekul
Jj
(2.18)
(2.19)
Nilai rj dapat diperoleh dengan mengguanakan model pseudo orde-n, atau dapat
dituliskan sebagai berikut
r j =k C j
(2.20)
34
Persamaan model kinetik reaktor mengikuti jenis reaktor yang digunakan. Pada
reaksi fotokatalisis digunakan reaktor terfluidakan, sehingga dalam hal ini akan dibahas
mengenai persamaan model kinetik reaktor terfluidakan. Model reaktor terfluidakan dapat
dianalogikan dalam model dua fasa, yaitu fasa bubble dan fasa emulsi.
Fasa bubble
f bub
CA
k I ( C AbC Ae ) +r A e f b=0
z
(2.21)
Fasa emulsi
2
f e ue
CA
C Ae
k I ( C AbC Ae ) f e De
+r A e ( 1f b ) =0
2
z
z
fe
fb
ue
De
kI
CAb
CAe
: jarak [m]
(2.22)
Pada model kinetika yang akan diujikan digunakan beberapa asumsi yang akan
digunakan. Asumsi pertama adalah bahwa tidak terdapat konsentrasi katalis maupun
senyawa yang ikut dalam fasa bubble. Dengan demikian persamaan 2.21 dapat diabaikan.
Selain itu, jika terdapat konsentrasi pada fasa bubble, maka C Ab, dan fraksi volume yang
ditempati fasa bubble bernilai sama dengan nol. Maka rumus setelah asusmsi pertama
digunakan menjadi:
35
CA
C Ae
ue
D e
=0
2
z
z
(2.23)
Asumsi kedua adalah bahwa tidak ada halangan pada difusifitas senyawa menuju
permukaan aktif katalis, atau dengan kata lain De bernilai sama dengan satu. Asumsi ketiga
adalah katalis terdispersi secara sempurna, sehingga tidak ada gradient konsentrasi pada
reaktor, dan perubahan konsentrasi hanya terjadi terhadap waktu. Dengan demikian
persamaan 2.23 dapat dituliskan menjadi
r=
CA
=0
t
(2.24)
36
( )
xi
x
+(r i )/2
n
n
xi
x
+( xn +1 i )/2
n
n
v i=x 1 + ( x ix 1 ) /2
Hitung f(vi), i= 2,,n+1 sebagai simplex iterasi berikutnya
37
DAFTAR PUSTAKA
38