TEKNOLOGI ELEKTRO-ADSORPSI
Abstrak
Pertumbuhan manusia yang semakin pesat berhubungan dengan bertambahnya kegiatan industri dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah industri batik. Berbagai cara telah dilakukan untuk
penghilangan polutan yang terkandung dalam air limbah industri batik, contohnya dengan lumpur aktif, filtrasi,
koagulasi, fenton dan lain-lain. Namun cara-cara tersebut masih memiliki beberapa kekurangan. Maka dari itu,
perlu dilakukan alternatif pengolahan limbah dengan prinsip elektrolisis yaitu dengan metode elektro-adsorpsi.
Adsorpsi merupakan metode pemurnian yang banyak digunakan dalam industri batik. Sedangkan elektro
adsorpsi merupakan gabungan antara proses adsorpsi dan elektrokimia. Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah limbah dari industri batik sedangkan alat yang digunakan adalah rangkaian alat elektrolisis dengan
elektroda stainless steel dan polyaniline sebagai pelapisnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh
rapat arus dan jarak elektroda terhadap efisiensi proses elektro-adsorpsi serta penentuan model kesetimbangan
dan kinetika proses elektro-adsorpsi. Variabel operasi adalah pada arus 1,5; 2; 2,5 dan 3 A serta pada jarak
elektroda 2,3 dan 4 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi operasi paling optimum adalah saat arus
3A dan jarak elektroda 2 cm, dengan nilai efisiensi sebesar 82,5%. Proses elektro-adsorpsi pada penelitian ini
mengikuti model isoterm Langmuir serta model kinetika pseudo-second order.
Kata kunci: Elektro-adsorpsi, degradasi COD, limbah batik, model kesetimbangan, kinetika
Abstract
Human growth is increasing rapidly associated with the increasing of industrial activity in order to meet human
needs, one of which is the batik industry. Various methods have been undertaken to remove dyes contained in the
batik industry's waste water, for example by active sludge, filtration, coagulation, phenton and others. But they
still have some shortcomings. Therefore, it is necessary to do waste treatment alternatives containing substances
with electrolysis principle that is by electro-adsorption method. Adsorption is a purification method widely used
in the batik industry. While electro adsorption is a combination of adsorption and electrochemical processes. The
material used in this research is batik industrial waste water while the tool used is a series of electrolysis tool
with stainless steel electrode and polyaniline as coating. The purpose of the study was to determine the effect of
current density and electrode gap on the efficiency of the electro-adsorption process and the determination of the
equilibrium and kinetics model of the electro-adsorption process. The operating variable is in the current of 1,5;
2; 2,5 and 3 A as well as at the electrode gap of 2,3 and 4 cm. The results showed that the most optimum
operating conditions when the current was 3A and the electrode gap is 2 cm, with an efficiency value of 82.5%.
The electro-adsorption process in this study follows the Langmuir isotherm model and the pseudo-second order
kinetics model.
Keywords: Electro-adsorption, COD Degradation, batik waste, equilibrium isoterm, kinetics
*penulis korespondesi
1. Pendahuluan elektro-adsorpsi. Penelitian menyangkut elektro-
Pertumbuhan dan perkembangan manusia yang adsorpsi telah digunakan pada proses desalinasi (Liu
semakin pesat berhubungan dengan bertambahnya & Zhou, 2013), penanganan liquified water pada
kegiatan industri dalam rangka memenuhi kebutuhan industri besi dan baja (Yun-Hua, et al., 2011) dan
manusia tersebut. Hal yang tidak lepas dari proses adsorpsi tetracycline menggunakan elektroda
bertambahnya kegiatan industri adalah limbah. karbon sintetis dan komposit anilin dengan efisiensi
Akibatnya beban pencemaran lingkungan semakin proses 95,11% (Li, et al., 2016). Azam Pirkarami
berat, sedangkan kemampuan alam untuk menerima (2013) juga melakukan studi fotoelektro-adsorpsi pada
beban limbah terbatas. Jenis limbah industri banyak komponen pewarna azo (Acid Red 98, Acid Orange 2
macamnya, tergantung bahan baku dan proses yang and Acid Blue 92) dengan 96% zat warna teradsorpsi
digunakan masing-masing industri. Masing-masing pada permukaan elektroda. Pada penelitian ini
limbah memerlukan penanganan tersendiri agar dapat mengkaji proses elektro-adsorpsi untuk
mencapai baku mutu yang ditetapkan. menghilangkan zat warna sintetis Remazol Red pada
Sejak pewarna sintetis ditemukan, lebih dari air limbah industri batik.
100.000 jenis pewarna digunakan pada berbagai Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
industri termasuk industri tekstil, kosmetik, kertas, mengkaji pengaruh rapat arus dan jarak elektroda
makanan, dan lain-lain. Lebih dari 0,7 ton bahan terhadap efisiensi proses degradasi senyawa polutan
pewarna diproduksi setiap tahun. Zat pewarna azo pada air limbah industri batik menggunakan metode
dengan berbagai macam warna merupakan jenis elektro-adsorpsi, serta menghitung laju kinetika dan
pewarna yang paling banyak digunakan untuk kesetimbangan reaksi degradasi senyawa polutan pada
pewarnaan tekstil dan kertas. Selama proses air limbah industri batik menggunakan metode elektro-
pewarnaan, 10-15% dari penggunaan zat pewarna adsorpsi.
dibuang menjadi air limbah dan menyebabkan bahaya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bagi lingkungan dan kesehatan. Selain itu zat pewarna manfaat dalam hal suatu metode alternatif pengolahan
bersifat racun bagi flora dan fauna. Sehingga, limbah cair industri batik berbasis proses yang ramah
penghilangan warna (dekolorisasi) menjadi aspek yang lingkungan karena menggunakan bahan yang tidak
sangat penting sebelum limbah tersebut dibuang ke berbahaya bagi lingkungan serta ekonomis, dan juga
lingkungan (Asad, et al., 2007). diharapkan hasil dari limbah yang telah didegradasi
Limbah batik sebagian besar terdiri dari zat mampu memenuhi baku mutu limbah cair yang sesuai.
warna yang cukup sulit didegradasi di lingkungan Selain itu diharapkan output dari jurnal ilmiah ini dapat
tanpa pengolahan khusus. Salah satu jenis pewarna memberikan informasi dari pengembangan ilmu
yang sering digunakan pada industri batik adalah zat pengetahuan Indonesia.
warna reaktif azo (remazol red, remazol blue, remazol
black). Lebih dari 50% produksi zat pewarna di dunia 2. Bahan, Alat dan Metode
adalah pewarna azo (Pandey, et al., 2006). Hampir 2.1. Bahan
semua zat pewarna azo dapat menjadi racun bagi 1. Limbah industri batik
ekosistem di perairan (Saratale, et al., 2011). 2. Elektroda Stainless Steel
Berbagai cara telah dilakukan untuk 3. Aniline
menghilangkan senyawa polutan yang terkandung 4. Asam Klorida (HCl)
dalam air limbah industri batik, baik secara biologi, 5. NaOH
fisika maupun kimia. Pengolahan secara biologi 6. Aquadest
biasanya menggunakan mikroorganisme seperti jamur. 2.2. Alat
Pengolahan secara fisika dan kimia meliputi proses Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
koagulasi, filtrasi, adsorpsi, dan menggunakan agen rangkaian alat elektrokimia dengan reaktor batch
oksidasi kuat seperti H2O2, O3 dan reagen Fenton. seperti pada gambar:
Namun cara-cara tersebut masih memiliki beberapa
kekurangan seperti dihasilkannya lumpur dalam
kuantitas yang besar, efisiensi yang rendah dan biaya Keterangan:
operasi yang tinggi (Holkar, et al., 2014). 1. DC Power
Alternatif pengolahan limbah yang mengandung Supply
zat warna dengan prinsip elektrolisis yaitu dengan 2. Anoda
metode elektro-adsorpsi. Metode elektro-adsorpsi 3. Katoda
sendiri membutuhkan 2 logam yang berfungsi sebagai 4. Air limbah /
anoda dan katoda, dimana dalam prosesnya partikel zat Electrolytic Cell
pewarna akan terserap ke permukaan elektroda yang 5. Magnetic Bar
terpakai (Pirkarami, et al., 2013). 6. Magnetic Stirrer
Berbagai cara telah dilakukan untuk
menghilangkan zat warna sintetis yang terkandung
dalam air limbah industri batik salah satunya dengan Gambar 2.1 Rangkaian alat percobaan
2.3. Variabel Percobaan 5. Mematikan reaktor COD dan biarkan tabung
Kondisi Operasi reaksi tersebut beberapa menit hingga dingin
1. Tipe elektroda : Stainless Steel (suhu kamar) untuk mencegah terbentuknya
2. Jenis Limbah : Limbah Industri endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali
Batik tutup tabung dibuka untuk mencegah adanya
3. Luas permukaan elektroda : 5 cm x 10 cm tekanan gas.
4. Konsentrasi Anilin : 0,4 M 6. Mengukur serapan contoh uji pada
5. Volume : 0,5 L spektrofotometer dengan panjang gelombang
6. Konsentrasi HCl :1M 600 nm.
7. Tegangan : 2 Volt 7. Menghitung kadar COD berdasarkan persamaan
8. Waktu : 60 menit linier kurva kalibrasi
Variabel Operasi
1. Rapat arus : 1,5 ; 2 ; 2,5 ; dan 3 A Perhitungan Efisiensi, Kinetika Reaksi dan
2. Jarak elektroda : 2, 3 dan 4 cm Model Kesetimbangan
Perhitungan efisiensi proses elektroadsorpsi,
2.4. Prosedur Penelitian dapat dihitung dengan menggunakan salah satu
Tahap Pelapisan Elektroda persamaan berikut:
Bahan untuk elektroda dipersiapkan dengan Efisiensi (%) = (1)
ukuran yang telah ditentukan. Elektroda yang dipakai
adalah stainless steel dengan ukuran 5x10 cm. qe = (Co – Ce) x V/m (2)
Kemudian elektroda tersebut dilapisi dengan bahan Keterangan:
pelapis (coating) yang berupa anilin dengan qe = Jumlah adsorbat terserap per massa
menggunakan proses elektropolimerisasi. Proses padatan pada kesetimbangan, mg/g
coating dilakukan dengan cara mencampurkan larutan Co = Konsentrasi awal larutan, mg/L
asam klorida 1 M 38 ml, 0.4 M anilin 27 ml dan 150 ml Ce = Konsentrasi larutan pada
aquadest ke dalam beaker glass 250 ml. Setelah larutan kesetimbangan, mg/L
tercampur, elektroda dicelupkan ke dalam larutan dan m = Massa Adsorben (2,42 gram)
dialiri arus listrik 4 A selama 60 menit pada suhu V = Volume larutan pada percobaan
kamar. Proses coating selesai apabila warna elektroda (0,5 L)
telah berubah dari silver mengkilap menjadi abu-abu Penentuan kinetika adsorpsi dapat dilakukan
kehitaman serta warna larutan yang berubah menjadi dengan menggunakan metode regresi linear. Model
hijau kehitaman mengindikasikan telah terbetukya kinetika yang digunakan adalah pseudo-first order,
polianiline film yang melapisi elektroda tersebut. pseudo-second order dan difusi intrapartikel.
Persiapan Limbah Model kinetika pseudo-first order dapat
Penelitian ini menggunakan limbah industri dirumuskan: ln (qe-qt) = ln qe - k1.t
batik. Kemudian ditambahkan NaOH atau HCl untuk Model kinetika pseudo-second order dapat
mencapai pH sama dengan 7. Limbah ini juga harus dirumuskan:
dianalisa konsentrasi awal COD sebelum dilakukan Model kinetika difusi intrapartikel dapat
percobaan. dirumuskan: qt = k3.t1/2 + C
Proses Degradasi Dimana qe dan qt (mg/g) adalah jumlah COD
Mempersiapkan rangkaian alat elektrokimia teradsorpsi saat kesetimbangan dan saat waktu t
dengan katoda dan anoda. Kemudian limbah sebanyak (menit), t adalah waktu (menit), C adalah konstanta
500 ml dimasukkan ke dalam beaker glass. Setelah lapisan batas proses difusi (mg/g) serta k1 (min-1); k2
terisi, celupkan katoda dan anoda kemudian (g·mg-1.min-1); k3 (mg·g-1.min-1) adalah konstanta
disambungkan ke sumber arus DC. Proses degradasi kecepatan adsorpsi.
dilakukan selama 60 menit. Sampel diambil +15 ml Dari hasil pengaluran linear ln (qe-qt) vs. t
setiap kelipatan 15 menit untuk dianalisis. (pseudo-first order), t/qt vs. t (pseudo-second order)
2.5. Analisa Hasil dan qt vs. t1/2 (difusi interpartikel), akan diperleh nilai
Analisis COD koefisien korelasi (R2) yang menunjukkan
1. Menyalakan reaktor COD dan mengatur suhu kecenderungan pemilihan model kinetika yang sesuai
reaktor hingga 150ºC lalu tunggu 15 menit. untuk adsorpsi yang terjadi.
2. Memasukkan 2,5 ml sampel, 1,5 ml digestion Sedangkan penentuan model isoterm
solution, dan 3,5 ml larutan pereaksi asam sulfat adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode
ke dalam tabung reaksi. regresi linear terhadap persamaan isoterm Langmuir
3. Menutup tabung reagen tersebut dan dan Freundlich. Bentuk logaritmik persamaan isoterm
mengocoknya secara perlahan hingga homogen. Freundlich (Panneerselvam, 2009) dapat ditulis
4. Memasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam menjadi:
reaktor COD dan biarkan bereaksi selama 2
jam.
Menurut Panneerselvam, et al. (2009) organik yang terdapat pada limbah tekstil hingga
persamaan isoterm Langmuir dapat ditulis sebagai menghasilkan gas H2 yang akan mempengaruhi reduksi
berikut : COD (Rohayati, et al., 2017).
Berdasarkan teori double layer, penurunan COD
disebabkan flok yang terbentuk oleh ion senyawa
Dengan Qe adalah jumlah adsorbat terserap per organik berikatan dengan ion dari elektroda. Prinsip
massa padatan pada kesetimbangan (mg/g), Ce adalah kerja yang terjadi pada elektro-adsorpsi sama seperti
konsentrasi larutan pada kesetimbangan (mg/L), Kf teori double layer yaitu pembentukan flokulasi partikel
adalah kapasitas adsorpsi relatif adsorben (mg/g), 1/ bersifat adsorbsi, ion elektroda bermuatan positif akan
adalah konstanta indikatif yang menunjukkan intensitas menyerap ion negatif limbah seperti nitrit, phospat, dan
proses adsorpsi, Qo adalah kapasitas adsorpsi lapisan senyawa organik lain dan membentuk flok yang
tunggal (mg/g) dan b adalah konstanta yang membantu proses penurunan COD (Geoffrey, et al.,
berhubungan dengan energi adsorpsi adsorpsi lapisan 2006).
tunggal (mg/g) dan b adalah konstanta yang Reaksi kimia pada proses elektro-adsorpsi
berhubungan dengan energi adsorpsi. terhadap limbah batik terjadi akibat arus yang
Dari hasil pengaluran linear log qe terhadap log dialirkan, karena pada sel elektro-adsorpsi reaksi tidak
Ce (model Freundlich) dan 1/qe terhadap 1/Ce (model berlangsung spontan. Selama proses elektro-adsorpsi
Langmuir) akan diperleh nilai koefisien korelasi (R2) terdapat beberapa reaksi yang terjadi di anode, katode
yang menunjukkan kecenderungan pemilihan model maupun dalam larutannya (Cheikha, et al., 2009).
isoterm yang sesuai untuk adsorpsi yang terjadi. Dimana reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Pada permukaan elektroda positif (anoda):
3. Hasil dan Pembahasan F → F 2+ + 2e
3.1. Pengaruh Rapat Arus terhadap Efisiensi 2. Sekitar elektroda:
Proses Elektro-adsorpsi Fe2+ + 2(OH)- → F (OH)2
Percobaan elektro-adorpsi untuk penentuan 3. Pada permukaan elektroda negatif (katoda):
pengaruh rapat arus ini dilakukan dengan empat Fe2+ →F
variabel bebas yang berbeda yaitu pada kuat arus 1.5A, 2H2O → H2 + 2(OH)- + 2e
2A, 2.5A dan 3A. Kondisi operasi percobaan ini adalah
pada saat volume air limbah 500 ml dengan jarak
elektroda 2 cm dan waktu proses selama 60 menit
untuk setiap variabel dengan analisa sampel tiap 15
menit. Hasil yang didapatkan dari percobaan dapat
diketahui melalui gambar 4.1 berikut.
1750 1,5 A
2A
Konsentrasi COD (mg/L)
1250 2,5 A
750 3A
Ce/qe
qt