Nur Rokhati1,2*, Aji Prasetyaningrum1, Nur ‘Aini Hamada2, Adi Lamda Cahyo Utomo1,
Hery Budiarto Kurniawan1, Imam Husnan Nugroho1
1
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang, Indonesia
2
Membrane Research Center (Mer-C), Laboratorium Terpadu, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang
*
Email: nur.rokhati@che.undip.ac.id
Abstrak
Logam berat adalah istilah untuk logam-logam seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, dan Zn yang
sering berhubungan dengan polusi dan toksisitas. Adsorpsi merupakan metode yang paling
sering digunakan untuk menghilangkan ion logam. Tongkol jagung berpotensi menjadi
adsorben karena kadar selulosanya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
performa tongkol jagung sebagai adsorben ion Cr(VI) dan Cd(II). Penelitian dimulai dengan
perlakuan awal adsorben dan dilanjutkan dengan proses adsorbsi. Kadar logam berat
dihitung dengan metode spektrofotometri. Nilai efisiensi penyerapan Cd(II) meningkat dengan
adanya perlakuan awal menggunakan suhu tinggi. Jumlah logam yang terserap semakin
banyak seiring dengan lamanya waktu adsorpsi dengan efisiensi penyerapan sebesar 94,76%
untuk Cr(VI) dan 83,96% untuk Cd(II). Penambahan jumlah adsorben tongkol jagung juga
meningkatkan efisiensi penyerapan logam kromium hingga 82,33% dan kadmium sebesar
83,98%. Sedangkan jumlah ion Cr(VI) yang terserap tidak linear dengan penambahan
kecepatan pengadukan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tongkol
jagung berpotensi digunakan sebagai adsorben ion logam berat dengan efisiensi di atas 80%.
Abstract
Heavy metal is a term for metals such as Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, and Zn, often associated with
pollution and toxicity. Adsorption is the most commonly used method to remove metal ions.
Corncob have the potential to be an adsorbent because of their high cellulose content. This
study aimed to examine the performance of corncob as an adsorbent of Cr(VI) and Cd(II) ions.
The study began with the pretreatment of the adsorbent and continued with the adsorption
process. Heavy metal concentration was calculated by the spectrophotometric method. The
value of the absorption efficiency of Cd(II) increased with the pretreatment using high
temperature. The amount of metal adsorbed increased with the length of adsorption time with
the absorption efficiency of 94.76% for Cr(VI) and 83.96% for Cd(II). The addition of corncob
adsorbent also increased the efficiency of chromium metal absorption up to 82.33% and
cadmium by 83.98%. Meanwhile, the amount of Cr(VI) ion adsorbed was not linear with
increasing stirring speed. Based on the results, it can be concluded that corncob could be used
as heavy metal ion adsorbents with an efficiency above 80%.
1. PENDAHULUAN logam seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, dan Zn
Logam berat merupakan salah satu jenis yang sering berhubungan dengan polusi dan
polutan yang mungkin terdapat dalam larutan. toksisitas. Kromium dapat menyebabkan kanker
Hal ini berisiko tinggi bagi lingkungan dan pernapasan, sedangkan kadmium sering
kesehatan manusia karena bersifat toksik dan dikaitkan dengan efek nefrotoksik dan
mudah terakumulasi pada rantai makanan (Li et kerusakan tulang pada tingkat paparan yang
al., 2018). tinggi (O’Connell et al., 2008).
Logam berat adalah istilah yang digunakan Upaya untuk menghilangkan ion logam
untuk kelompok logam dan metaloid yang berat dari limbah industri telah banyak
memiliki berat jenis atom lebih dari 6 g/cm3. dilakukan seperti dengan pertukaran ion,
Umumnya, istilah ini berlaku untuk logam- pemisahan dengan teknologi membran,
koagulasi, dan adsorpsi fisik. Di antara semua sitrat digunakan sebagai sorben kationik untuk
metode tersebut, adsorpsi merupakan metode menghilangkan ion Cu2+.
yang paling sering digunakan karena biaya Tongkol jagung (Zea mays) merupakan
operasinya yang rendah dan prosesnya yang produk samping dari jagung yang jarang
terhitung efisien (Wang et al., 2019). dimanfaatkan. Menurut Wang et al. (2011),
Secara umum, adsorpsi melibatkan transfer tongkol jagung mengandung 40-44% selulosa,
polutan dari larutan ke permukaan luar 31-33% hemiselulosa, 16-18% lignin, dan 3-5%
adsorben, transfer massa internal dari abu. Kadar selulosa yang tinggi ini membuat
permukaan luar ke pori-pori adsorben dan tongkol jagung berpotensi menjadi salah satu
adsorpsi partikel polutan ke pori aktif adsorben. sumber adsorben.
Laju reaksi secara keseluruhan ditentukan oleh Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
pembentukan film atau difusi intrapartikel atau mengkaji efisiensi performa tongkol jagung
keduanya. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh sebagai adsorben ion logam berat berdasarkan
beberapa hal seperti ukuran partikel, pH, durasi proses adsorpsi, jumlah adsorben, dan
konsentrasi logam, konsentrasi ligan, dan ion kecepatan pengadukan.
lain yang terdapat dalam senyawa tersebut
(Ahmad et al., 2015). 2. METODOLOGI
Adsorben yang ideal untuk adsorpsi polutan 2.1 Bahan dan Alat
harus memiliki integritas mekanik dan Pada penelitian ini digunakan bahan-bahan
struktural yang baik untuk aliran dalam waktu utama berupa tongkol jagung (Zea mays),
yang lama, kapasitas adsorpsi yang tinggi NaOH, H2SO4, 1,5-diphenylcarbazide (DPC),
dengan kecepatan tinggi, memiliki luas 5,7-dibromo-8-hydroxyquinoline (DBHQ),
permukaan yang besar, dan memiliki etanol, methanol, dan limbah industri pelapisan
kemampuan regenerasi menggunakan logam yang mengandung Cr(VI), dan
pendekatan hemat biaya. Cd(NO3)2.
Jenis bahan yang kerap digunakan sebagai Adapun alat yang digunakan untuk analisis
adsorben antara lain karbon aktif, zeolit, pada penelitian ini adalah spektrofotometer
nanotube karbon, dan polimer. Selain itu, salah (Spectronic 20).
satu jenis adsorben yang kerap digunakan
adalah selulosa. 2.2 Analisa Kadar Logam Awal Limbah
Selulosa adalah biopolimer alami Pengukuran kadar logam mengacu pada
terbarukan yang mudah terurai dan tidak penelitian yang dilakukan oleh Onchoke dan
beracun. Selulosa bersifat hidrofilik namun Sasu (2016), Podgaiskyte dan Vaitiekunas
tidak larut dalam air, mudah didapat di pasaran (2009), dan Wiryawan et al. (2018). Kadar
dengan kemurnian yang tinggi, serta berharga logam dihitung dengan kurva standar.
lebih murah dari kitosan. Pada tanaman, Larutan standar dibuat dengan konsentrasi
selulosa berada bersama-sama dengan logam 0, 1, 2, 3, dan 4 ppm. Untuk larutan
lignoselulosa, hemiselulosa dan lignin. Salah standar Cr(VI), digunakan larutan DPC yang
satu aplikasi dari lignoselulosa adalah sebagai dibuat dengan melarutkan 250 mg DPC dalam
adsorben untuk pengolahan air limbah. 50 ml metanol. Larutan DPC dan 0,2 N H2SO4
Berbagai sumber selulosa yang digunakan ditambahkan pada sampel standar hingga terjadi
sebagai adsorben, antara lain serat, daun, akar, perubahan warna.
cangkang, kulit kayu, sekam, batang, dan biji Larutan DBHQ 0,0033 M dibuat dengan
(Aka et al., 2019; Varghese et al., 2019). melarutkan DBHQ bubuk dalam etanol. Satu ml
Mayangsari et al. (2019) dalam dari larutan tersebut kemudian ditambahkan
penelitiannya menggunakan limbah daun nanas dengan sampel 1 ml Cd(II) dan 0.5 ml H2SO4
(Ananas cosmosus) untuk proses penjerapan 0.0005 M. Setelah 1 menit, 5 ml etanol
logam Cu dengan waktu proses optimum 90 ditambahkan ke dalam larutan.
menit. Ampas tebu juga menjadi salah satu Absorbansi larutan kemudian diukur
biomassa yang efektif untuk mengurangi kadar menggunakan spektrofotometer pada panjang
Ni2+ pada air limbah (Alomá et al., 2012). gelombang 540 nm untuk logam kromium dan
Jerami barley merupakan limbah pertanian yang 396 nm untuk logam kadmium. Kurva standar
mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin. dibuat dari data absorbansi menggunakan
Dalam penelitian yang dilakukan Pehlivan et persamaan regresi.
al., (2012), jerami barley teresterifikasi asam
90
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 6, No.2, Oktober 2021, Hal 89-94 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891
92
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 6, No.2, Oktober 2021, Hal 89-94 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891
Sehingga laju adsorpsi meningkat akibat optimum untuk mencapai efisiensi di atas 80%
bertambahnya sisi aktif dari adsorben tongkol adalah dengan melakukan perlakuan awal pada
jagung dan efisiensi penyerapan Cr(VI) dan suhu 90°C serta proses adsorpsi yang dilakukan
Cd(II) akan semakin tinggi (Guiza, 2017; Liu et selama 55 menit dengan jumlah tongkol jagung
al., 2015). sebanyak 5gr/100ml dengan kecepatan
Adsorpsi pada adsorben berbasis selulosa pengadukan 500 rpm.
dikendalikan oleh beberapa hal seperti gaya van
der Waals, hidrofobisitas, ikatan hidrogen, UCAPAN TERIMA KASIH
polaritas, dan interaksi sterik. Dalam adsorpsi Penulis mengucapkan terima kasih kepada
fisik, adsorbat (logam berat) terakumulasi pada Departemen Teknik Kimia, Universitas
permukaan adsorben oleh interaksi yang Diponegoro yang telah memfasilitasi penelitian
disebutkan di atas (Hokkanen et al., 2016) ini.
94