Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5

Pekanbaru, 29 September 2018

MODEL KESETIMBANGAN FREUNDLICH PADA ADSORPSI ION


KADMIUM MENGGUNAKAN HIDROKSIAPATIT

Silvia Reni Yenti*, Ahmad Fadli, Nirwana, Drastinawati, Rahma Fifiyana, Mayang Sari
Fakultas Teknik, Universitas Riau

*E-mail korespondensi: silviareniyenti@yahoo.com

ABSTRACT

Cadmium ion (Cd2+) from industrial activities and waste have negative impact on the environment
and human health. This waste must be removed from the water and one of the effective method is
the adsorption process. This study aims to adsorb Cd2+ ions using hydroxyapatite (HAp) as an
adsorbent and to determine the equilibrium model using the Freundlich equation. The adsorption
process was carried out with initial concentration 20, 30 and 40 mg/l and the adsorbent dose was
1, 1.5 and 2 g/l at 30 minutes with 300 rpm stirring speed. From the Atomic Adsorption
Spectroscopy (AAS) analysis, the adsorption capacity (qe) increases with increasing the initial
concentration of Cd2+ (C0). The qe values obtained are 19.24 – 37.32, 12.81 – 25.49 and 9.62 –
19.31 mg/g for the adsorbent dose 1, 1.5 and 2 g/l with the initial concentration 20, 30 and 40 m/l
respectively. The adsorption capacity (%) also increased with increasing adsorbent doses. The
adsorption capacity are 96.51-96.93, 96.79-97.06 and 94.81-97.07% with the adsorbent dose 1,
1.5 and 2 g/l. Using the Freundlich equation, the maximum capacity value is 26.26 and the value
of 1/n is 0.592.

Keywords: Adsorption, Freundlich equation, Hydroxyapatite

ABSTRAK

Ion cadmium (Cd2+) yang dihasilkan dari aktivitas dan limbah industri mengakibatkan dampak
negative bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Limbah ini harus dibuang dari badan perairan
salah satunya dengan metode adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengadsorpsi ion Cd2+
menggunakan hidroksiapatit (HAp) sebagai adsorbent dan menentukan model kesetimbangan
menggunakan persamaan Freundlich. Proses adsorpsi dilakukan dengan variasi konsentrasi
mula-mula yaitu 20, 30 dan 40 mg/l dan dosis adsorben sebanyak 1, 1.5 dan 2 g/l pada waktu 30
menit dengan kecepatan pengadukan 300 rpm. Dari analisa Atomic Adsorption Spectroscopy
(AAS), semakin tinggi konsentrasi Cd2+ mula-mula (C0) maka semakin meningkat kapasitas
penjerapannya (qe). Didapat nilai qe 19.24 – 37.32, 12.81 – 25.49 dan 9.62 – 19.31 mg/g untuk
dosis adsorben 1, 1.5 dan 2 g/l dengan konsentrasi mula-mula 20, 30 and 40 mg/l. Persentase
penjerapan (%) juga meningkat dengan meningkatnya dosis adsorben yaitu 96.51 – 96.93, 96.79
– 97.06 dan 94.81 – 97.07% dengan dosis adsorben 1, 1.5 dan 2 g/l. Menggunakan persamaan
Freundlich didapat nilai kapasitas maksimum 26.26 dan nilai 1/n sebesar 0.592.

Kata kunci: Adsorpsi, Hidroksiapatit, Persamaan Freundlich

PENDAHULUAN menyebabkan pencemaran serius terhadap


lingkungan dan penyakit serius bagi manusia
Air merupakan aspek kehidupan yang apabila terakumulasi di dalam tubuh. Salah
sangat vital bagi kehidupan manusia. Namun satu logam berbahaya adalah kadmium (Cd).
dengan perkembangan industri yang Kadmium merupakan salah satu logam yang
semakin pesat, terjadi pencemaran air. Salah cukup banyak di industri non pangan yang
satu pencemaran berasal dari limbah industri ada di sekitar masyarakat seperti industri
berupa logam berat. Logam berat akan kabel, cat dan tekstil.

106 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

Kandungan logam berat dapat pada kondisi tertentu sehingga sebagian


dihilangkan dengan berbagai macam metode cairan terjerap di permukaan padatan dan
diantaranya presipitasi, filtrasi, ekstraksi konsentrasi cairan yang tidak terjerap
pelarut, teknik elektrokimia, ion exchange mengalami perubahan [5]. Tahap-tahap
dan adsorpsi. Namun metode adsorpsi adsorpsi adalah sebagai berikut, pertama
merupakan teknologi yang paling umum molekul-molekul zat yang diserap
digunakan untuk menghilangkan logam dipindahkan dari bagian terbesar larutan ke
berat dari perairan. Metode ini sering permukaan luar dari adsorben. Fase ini
digunakan karena harganya relatif murah, disebut sebagai difusi film atau difusi
ramah lingkungan, dan sederhana untuk eksternal. Selanjutnya, molekul-molekul zat
dilakukan. Bagian yang paling penting yang diserap dipindahkan pada kedudukan
dalam sebuah proses adsorpsi adalah jenis adsorpsi pada permukaan adsorben ke
adsorben yang akan digunakan [1]. bagian yang lebih dalam yaitu pada bagian
Hidroksiapatit (HAp) mampu memenuhi pori, fase ini disebut dengan difusi pori.
syarat sebagai adsorben, karena memiliki Tahapan selanjutnya molekul-molekul zat
ketersediaan, kemampuan sebagai media yang diadsorpsi menempel pada permukaan
ion-exchange, tidak larut dalam air serta partikel [6].
afinitas dan stabilitas yang tinggi [2]. HAp Kadmium dipergunakan secara luas pada
merupakan bahan ideal untuk menjerap berbagai industri diantaranya pelapisan
kontaminan dalam jangka panjang karena (electroplating), logam, pertambangan,
memiliki kapasitas penjerapan yang tinggi peleburan, pestisida, pupuk dan lain
untuk aktinida dan logam berat, kelarutan air sebagainya. Selain itu, cadmium juga
yang rendah, stabilitas tinggi pada saat terdapat pada produk samping dari industri
kondisi reduksi dan oksidasi, ketersediaan, timah, seng dan tembaga. Logam berat ini
dan biaya rendah [3]. jika terpapar pada manusia memiliki bahaya
Studi mengenai isoterm adsorpsi pada terutama pada ginjal dan hati. Kadmium juga
4+
Se dengan adsorben HAp diteliti oleh menyerang bagian paru-paru, tulang dan
Kongsri dkk, [2] sesuai dengan model jantung [7, 8].
isoterm kesetimbangan Freundlich. Untuk HAp dapat mengadsorb logam kadmium,
penelitian mengenai adsorpsi ion kadmium timah, kobalt, timbal, nikel, tembaga, dan
(Cd2+) telah dilakukan oleh Mobasherpour uranium dengan efisien. Namun, HAp hanya
dkk, [1] dengan menggunakan memiliki kapasitas adsorpsi yang tinggi pada
Hidroksiapatit metode solution- ion logam berat yang memiliki bilangan
precipitation. Selanjutnya oleh Hokkanen oksidasi dua [9].
dkk, [4], melakukan adsorpsi ion kadmium HAp adalah sebuah molekul kristalin
(Cd2+) dengan menggunakan selulosa yang yang intinya tersusun dari kalsium dan
dimodifikasi sesuai dengan model isoterm fosfor, dengan 39% berat Ca, 18,5% P, dan
kesetimbangan Langmuir-Freundlich. 3,38% OH. HAp memiliki kapasitas
Pada penelitian ini meninjau model penyerapan yang tinggi untuk aktinida dan
isoterm kesetimbangan pada adsorpsi ion logam berat, kelarutan air yang rendah,
Cd2+ menggunakan HAp mengikuti stabilitas tinggi pada saat kondisi reduksi
kesetimbangan Freundlich. dan oksidasi dan biaya rendah. Karakteristik
inilah yang digunakan dalam stabilisasi
TINJAUAN PUSTAKA berbagai logam. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa penyerapan berlangsung
Adsorpsi merupakan suatu peristiwa melalui reaksi pertukaran ion, kompleksasi
terkontaknya partikel padatan dan cairan permukaan dengan fosfat, kalsium dan

107 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

gugus hidroksil dan/atau co-presipitasi dari energinya [1]. Persamaan model isoterm
fase baru yang larut sebagian. HAp adsorpsi Freundlich dinyatakan pada
digunakan untuk menghilangkan logam persamaan 4 berikut:
berat dari tanah yang terkontaminasi, air
limbah dan abu terbang. (4)
Secara mekanisme, penjerapan ion oleh
partikel HAp dapat berjalan dengan dua Dimana qe adalah jumlah ion logam yang
mekanisme [10], yaitu mekanisme Co– terserap pada keadaan setimbang (mg/g).
precipitation dari gugus pospat (≡POH) Selanjutnya Ce adalah konsentrasi ion logam
sebagai situs aktif dengan ion logam pada keadaan setimbang (mg/L). KF dan 1/n
menurut persaman 1 dan persamaan 2. merupakan konstanta model Freundlich.
Nilai 1/n adalah nilai heterogeneous factor
Ca10(PO4)6(OH)2 + 14H+ → 10 Ca2+ + yang mengindikasikan intensitas adsorpsi
6H2PO4- + 2H2O (1) pada adsorben atau heterogenitas suatu
permukaan. KF adalah konstanta Freundlich
10Me2+ + 6H2PO4- + 2H2O → (mg g-1 (L mg-1)1/n) yang berhubungan
Me10(PO4)6(OH)2 + 14 H+ (2) dengan kapasitas adsorpsi. Semakin tinggi
nilai KF, maka semakin besar pula kapasitas
Gugus apatit menyediakan pospat pada penjerapan. Menurut Kongsri, dkk [2],
lingkungan asam. Kemudian pospat model Freundlich tidak dapat menunjukkan
berikatan dengan ion logam dan mengendap kapasitas maksimum suatu adsorben untuk
sebagai kristal logam pospat berkelarutan menjerap satu adsorbat. Nilai = 0
rendah dengan struktur apatit.
Mekanisme kedua yaitu ion exchange menunjukkan bahwa adsorben memiliki
pada permukaan adsorben berdasarkan heterogenitas yang lebih tinggi. Nilai < 1
persamaan 3. mengindikasikan berjalannya proses
Ca10(PO4)6(OH)2 + xM2+ → (Ca10-x) Mx adsorpsi secara kimia, dan cenderung
(PO4)6 (OH)2 + xCa2+ (3) monolayer. Nilai >1 mengindikasikan

Ion logam divalen yang terjerap ke bahwa terjadinya adsorpsi yang koorporatif
permukaan partikel apatit akan tersubstitusi [11, 12].
dengan Ca2+ yang terdapat pada apatit
melalui proses difusi. Hasil dari analisa METODE PENELITIAN
XRD adsorben HAp untuk ion Zn dan Pb
Bahan yang digunakan pada penelitian
menunjukkan bahwa tidak terjadi pergeseran
meliputi kadmium (II) klorida (CdCl2)
puncak HAp yang mengindikasikan
(Merck, Germany) dan Hidroksiapatit
terjadinya ion exchange pada struktur
(Ca10(PO4)6(OH)2). HAp ini disintesis dari
hidroksiapatit.
kulit kerang darah dengan metode
Isoterm Freundlich merupakan
hidrotermal suhu rendah oleh Muhara [13]
persamaan yang menjelaskan permukaan
yang dikalsinasi pada 900˚C.
adsorben bersifat heterogen. Dimana pada
Alat yang digunakan pada penelitian ini
permukaan adsorben memiliki tingkat energi
adalah labu ukur, magnetic stirrer, kertas
yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan
saring, termometer, beaker glass, stopwatch,
bahwa hanya ada beberapa sisi aktif saja
buret dan centrifuge serta alat AAS.
yang mampu menjerap molekul terlarut.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan
Selain itu juga menjadi representatif
sesuai dengan langkah-langkah penelitian
distribusi eksponensial sisi aktif dan
Kongsri [2]. Penelitian dimulai dengan
108 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

pembuatan larutan logam kadmium. Larutan Emmett–Teller) untuk menentukan luas


induk yang dibuat adalah larutan Cd2+ 100 permukaan adsorben. Kemudian
mg/L dari 1,791 gram CdCl2 yang ditimbang dilakukan pengujian model kesetimbangan
dan kemudian dilarutkan dengan aquadest kesetimbangan adsorpsi dengan
hingga 1000 mL dalam labu ukur. menggunakan persamaan garis lurus. Dari
Selanjutnya 20 mL dari larutan induk 1000 persamaan 4 [2] diperoleh sebagai
mg/L diencerkan dengan aquadest hingga persamaan garis lurus sebagai berikut :
1000 mL menjadi larutan Cd2+ 20 mg/L.
Kemudian 30 mL dari larutan induk 1000 (7)
mg/L diencerkan dengan aquadest hingga
1000 mL menjadi larutan Cd2+ 30 mg/L.
Dari persamaan garis lurus akan terbentuk
Selanjutnya 40 mL dari larutan induk 1000
grafik log qe vs log Ce dan diperoleh slope
mg/L diencerkan dengan aquadest hingga
(A) = 1/n serta intersep (B) = log KF.
1000 mL menjadi larutan Cd2+ 40 ppm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemudian seluruh larutan tersebut dianalisa
terlebih dahulu menggunakan AAS untuk
Luas permukaan yang besar akan
mengetahui konsentrasi Cd2+ sebenarnya.
menjadi suatu hal yang menguntungkan
Sebelum melakukan proses adsorpsi,
suatu proses adsorpsi [14]. Luas permukaan
terlebih dahulu dilakukan tahap penentuan
HAp yang digunakan sebagai adsorben
waktu kesetimbangan penjerapan Cd2+ oleh
diukur menggunakan BET (Quantachrome
HAp. Pada tahap ini 0,5 gram HAp
Instruments version 11.0). Luas permukaan
dimasukkan ke dalam larutan kadmium
adsorben untuk proses penjerapan ion Cd2+
dengan konsentrasi 20 mg/L sebanyak 500
dari analisa ini menunjukkan angka 6,68
mL, lalu diaduk dengan magnetic stirrer
m²/g.
(300 rpm) pada suhu lingkungan (±30˚C).
Selama proses adsorpsi, kecepatan
Sampel larutan diambil sesuai selang waktu
transfer masa dari adsobat menuju fasa solid
2 menit selama 10 menit. Selanjutnya
adsorben dipengaruhi oleh waktu kontak
diambil dengan selang waktu 4 menit selama
[15]. Pengujian waktu kesetimbangan
20 menit. Kemudian dilakukan sentrifugasi
penjerapan ion Cd2+ oleh HAp dilakukan
dengan alat centrifuge. Filtrate hasil proses
selama 30 menit dengan konsentrasi
sentrifugasi dimasukkan ke dalam botol
adsorbat mula-mula ~20 mg/L dan dosis
sampel untuk siap dianalisa menggunakan
adsorben 1 g/L.
AAS.
Selanjutnya dilakukan proses adsorpsi.
Sampel larutan Cd2+ sebanyak 500 mL
dengan konsentrasi 20 mg/L dimasukkan
kedalam beaker glass. Kemudian
ditambahkan HAp dengan massa yang
divariasikan (0,5 gram; 0,75 gram; 1 gram).
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 15
mL pada saat waktu kesetimbangan yang
telah diperoleh. Selanjutnya kadar Cd2+
dalam sampel dianalisa menggunakan AAS. Gambar 1. Pengujian waktu kesetimbangan
Kemudian diulangi langkah tersebut pada adsorpsi Cd2+ oleh HAp
konsentrasi 30 mg/L dan 40 mg/L.
HAp yang digunakan sebagai adsorben Dari Gambar 1 dapat terlihat jelas bahwa
dianalisa dengan metode BET (Brunauer– konsentrasi akan menurun seiring

109 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

bertambahnya waktu adsorpsi, nilai yang penjerapan. Ketika terjadi peningkatan


konstan akan dicapai ketika tidak terjadi konsentrasi mula-mula ion Cd2+ ~20 sampai
proses adsorpsi lebih lanjut [16]. Pada tahap ~40 mg/L, kapasitas penjerapan turut
awal waktu kontak memperlihatkan meningkat dari 18,26 hingga 37,73 mg/g,
penurunan konsentrasi yang sangat cepat. 12,80 hingga 25,49 mg/g dan 9,62 hingga
Terlihat pada menit ke 2, konsentrasi secara 19,31 mg/g pada dosis adsorben 1 g/L, 1,5
drastis menurun hingga menunjukkan nilai g/L dan 2 g/L.
3,4 mg/L dengan konsentrasi mula-mula ~20
mg/L. Hal ini dikarenakan besarnya
ketersediaan sisi adsorpsi oleh adsorben Hal ini dikarenakan konsentrasi mula-
pada tahap awal adsorpsi. mula yang lebih tinggi menyediakan gaya
Tahap selanjutnya memperlihatkan laju dorong yang lebih besar dalam melewati
transfer masa yang lambat. Hal ini terlihat resistansi yang ada antara fasa liquid dan
dari menit ke-4 hingga menit ke-18 fasa solid sehingga meningkatkan
konsentrasi Cd2+ turun secara perlahan dari penjerapan [17]. Hasil yang sama diperoleh
2,3 mg/L hingga 0,7 mg/L. Hal ini oleh Srivastava, dkk [18], Mobasherpour,
dikarenakan ketersediaan permukaan sisi dkk [1] dan Kongsri, dkk [2] dimana
adsorpsi yang tersedia menurun seiring semakin besar konsentrasi adsorbat, maka
berjalannya waktu adsorpsi [15]. Gambar 1 semakin besar pula kapasitas penjerapan.
menunjukkan bahwa nilai konsentrasi dari Pengaruh dosis HAp untuk berbagai
menit ke-22 hingga menit ke-30 tidak konsentrasi ion Cd2+ pada proses penjerapan
berubah lagi. Maka ditetapkan bahwa waktu penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.
setimbang untuk adsorpsi Cd2+ oleh HAp Persentase penjerapan (%) ion Cd2+
untuk tinjauan model kesetimbangan isoterm diplotkan sebagai fungsi dari dosis adsorben.
yang sesuai adalah 30 menit. Ion Cd2+ terjerap sebesar 96,51-96,93% pada
Adsorpsi ion Cd2+ pada HAp dari kulit konsentrasi ~20 mg/L, 96,79-97,06% pada
kerang darah ditinjau dengan memvariasikan konsentrasi ~30 mg/L, dan 94,81 hingga
konsentrasi mula-mula ion Cd2+ dan dosis 97,07% pada konsentrasi ~40 mg/L.
adsorben.

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi cd2+ mula- Gambar 3. Pengaruh dosis adsorben (gr/L)
mula (Co) terhadap kapasitas penjerapan (qe) terhadap persentase penjerapan (%)
Dalam studi pengaruh konsentasi mula-
Seiring meningkatnya dosis adsorben
mula ion Cd2+ (Co) terhadap kapasitas
persentase penjerapan (%) mengalami
penjerapan (qe), dilakukan tinjauan pada
peningkatan yang cukup signifikan.
dosis adsorben 1 g/L, 1,5 g/L dan 2 g/L.
Peningkatan persentase penjerapan oleh
Semakin besar konsentrasi mula-mula ion
meningkatnya dosis adsorben pada proses
Cd2+, semakin besar pula kapasitas
adsorpsi dapat dikaitkan dengan ketersedian

110 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

luas permukaan dan situs adsorpsi yang Yakout [12], semakin tinggi nilai KF, maka
lebih baik [18]. Hal yang sepadan juga semakin besar pula kapasitas penjerapan.
diperoleh dari penelitian Kongsri, dkk [2]
bahwa persentase penjerapan meningkat Tabel 1. Parameter karakteristik dan data
seiring peningkatan dosis adsorben pada koefisien eksperimen berdasarkan
proses adsorpsi. persamaan Freundlich
Analisa data kesetimbangan merupakan Dosis kF
hal yang penting untuk mengembangkan adsorben (mg g-1 (L 1/n R2
persamaan yang sesuai sehingga dapat (g/L) mg-1)1/n)
merepresentasikan hasil proses adsorpsi 1,0 26,26 0,592 0,9018
yang terjadi [19]. 1,5 18,95 0,746 0,9459
2,0 16,49 1,075 0,9993
(a)

Model Freundlich tidak dapat


menunjukkan kapasitas maksimum suatu
adsorben untuk menjerap satu adsorbat
[Kongsri, dkk, 2013]. Nilai 1/n pada dosis
adsorben 1 dan 1,5 g/L menunjukkan nilai
1/n<1 yang mengindikasikan proses adsorpsi
cenderung berjalan secara kimia [11].
(b) KESIMPULAN
Semakin tinggi konsentrasi ion Cd2+
mula-mula (Co) sebagai adsorbat, maka
semakin tinggi pula kapasitas penjerapan
(qe). Konsentrasi meningkat dari ~20 hingga
~40 mg/L, qe meningkat dari 19,24-37,32;
12,81-25,49 dan 9,62-19,31 mg/g pada dosis
adsorben 1; 1,5 dan 2 g/L berturut-turut.
(c) Semakin tinggi dosis adsorben, maka
semakin tinggi pula persentase penjerapan
(%). Dosis adsorben meningkat dari 1-2 g/L,
persentase penjerapan meningkat dari 96,51-
96,93; 96,79-97,06 dan 94,81-97,07% pada
konsentrasi ion Cd2+ mula-mula ~20, 30 dan
40 mg/L berturut-turut.

Gambar 4. Linierisasi data adsorpsi pada UCAPAN TERIMA KASIH


model kesetimbangan Freundlich dengan
dosis adsorben (a) 1 g/L (b) 1,5 g/L (c) 2 g/L Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Universitas Riau atas pembiayaan penelitian
Model Freundlich menjelaskan ini melalui dana DIPA 2018.
heterogenitas permukaan dan distribusi
eksponensial dari sisi aktif dan energinya REFERENSI
[3]. Plot log qe dengan log Ce, menghasilkan
1. Mobasherpour, I., Salahi, E., &
nilai KF dan 1/n. KF menunjukkan kapasitas
Pazouki, M. (2012). Comparative of the
maksimum adsorpsi. Menurut Shaker &
Removal of Pb2+, Cd2+ and Ni2+ by

111 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

Nano Crystallite Hydroxyapatite from on Hydroxyapatite, Journal of Colloid


Aquaeous Solutions: Adsorption and Interface Science, 317, 402-408.
Isotherm Study, Arabian Journal of 10. Stotzel, C., Muller, F.A., Reinert, F.,
Chemistry, 5, 439-446. Niederdraenk, F., Barralet, J.E., &
2. Kongsri, S., Janpradit K., Buapa., Gbureck, U. (2009). Ion Adsorption
Techawongstien S., & Chanthai S. Behaviour of Hydroxyapatite with
(2013). Nanocrystalline Hydroxyapatite Different Crystallinities, Colloids and
from Fish Scale Waste: Preparation Surfaces B: Biointerfaces (74), 91-95.
Characterization and Application for 11. Cano, C. F., Azar, C.O., & Speisky, H.
Selenium Adsorption In Aqueous (2013). Structural and Thermodynamic
Solution, Chemical Engineering Factors on The Adsorption Process of
Journal, 215-216, 522-532. Phenolic Compounds onto
3. Ghahremani, D., Mobasherpour I., Polyvinylpolypyrrolidone, Colloids and
Salahi, E., Ebrahimi M., Manafi S., & Surfaces A: Physicochemical and
Keramatpour L. (2012). Potential of Engineering Aspects, 418, 105-111.
Nano Crystalline Calcium 12. Shaker, M. A., & Yakout, A.A. (2016).
Hydroxyapatite fot Tin (II) Removal Optimization, Isotherm, Kinetic and
from Aqueous Solutions: Equilibria and Thermodynamic Studies of Pb(II) ions
Kinetic Processes. Arabian Journal of adsorption onto N-maleated Chitosan-
Chemistry. immobilized TiO2 Nanoparticles from
4. Hokkanen, S., Repo E., Westholm L. J., Aqueous Media, Spectrochimica Acta
Lou S., & Sainio T. (2014) Adsorption Part A: Molecular and Biomolecular
of Ni2+, Cd2+, PO43- and NO3- from Spectroscopy, 154, 145-156.
Aqueous Solution by Nanostructured 13. Muhara, I. (2014). Sintesis
Microfibrillated Cellulose Modified Hidroksiapatit dari Kulit Kerang Darah
with Carbonated Hydroxyapatite, dengan Metode Hidrotermal Suhu
Journal Chemical Engineering, 252, Rendah. Skripsi, Universitas Riau.
64-74. 14. Cui, L., Xu, W., Guo, X., Zhang, Y.,
5. Brown, G.G. (1950). Unit Operations, Wei, Q., Du, B. (2014). Synthesis of
John Wiley & Sons Inc., New York. Strontium Hydroxyapatite Embedding
6. Jannatin, R.D. (2011). Uji Efisiensi Ferroferric Oxide Nano-composite and
Removal Adsorpsi Arang Batok Kelapa Its Application in Pb2+ Adsorption,
Untuk Mereduksi Warna dan Journal of Molecular Liquids, 197, 40-
Permangat Value dari Limbah Cair 47.
Industri Batik. Skripsi. Institut 15. Ajifack, D. L., Ghogomu, J.N.,
Teknologi Sepuluh November. Noufame, T. D., Ndi, J.N, & Ketcha,
7. Bunce, N. (1994). Environmental J.M. (2014). Adsorption of Cu (II) Ions
Chemistry, Wuerz Publishing, Canada. from Aqueous Solution onto
8. Gad, S.C. (2014). Cadmium, di dalam Chemically Prepared Activated Carbon
Wexler, P., Encyclopedia of from Theobroma Cacoa, British Journal
Toxicology, Edisi ke 3, Elsevier, New of Applied Science and Technology, 4
Jersey, 613-616. (36), 5021-5044.
9. Corami, A, Mignardi, S, dan Ferrini, V. 16. Essomba, J. S., Nsami, J.N., Belibi
(2008). Cadmium Removal from P.D., Tagne, G. M., & Mbadcam, J.K.
Single- and Multi-Metal (2014). Adsorption of Cadmium (II)
(Cd+Pb+Zn+Cu) Solutions by Sorption Ions from Aqueous Solution onto

112 ID 3039
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau ke-3 2018 ISBN : I978-979-792-691-5
Pekanbaru, 29 September 2018

Kaolinite and Metakaolinite, Pure and


Applied Chemical Science, 2 (1), 11-30.
17. Maneerung, T., Liew, J., Dai, Y., Kawi,
S., Chong, C., & Wang, C. (2016).
Activated Carbon Derived from Carbon
Residue from Biomass Gasification and
Its Application for Dye Adsorption:
Kinetics, Isotherms and
Thermodynamic Studies, Bioresource
Technology, 200, 350-359.
18. Srivastava, V. C., Mall, I.D., & Mishra,
I.M. (2006). Characterization of
Mesoporous Rice Husk Ash (RHA) and
Adsorption Kinetics of Metal Ions From
Aqueous Aolution Onto RHA, Journal
of Hazardous Materials, B314, 257-
267.
19. Aksu, Z. (2002). Determination of the
Equilibrium Kinetic and
Thermodynamic Parameters of the
Batch Biosorption of Nickel (II) Ions
onto Chlorella Vulgaris, Process
Biochem, 38, 89-99.

113 ID 3039

Anda mungkin juga menyukai