)
SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II)
Disusun oleh:
MANADO
2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
2.2 Selulosa..................................................................................................................................7
2.3 Adsorbsi.................................................................................................................................8
3.1.1 Alat..........................................................................................................................11
3.1.2 Bahan.......................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Pb sedikit demi sedikit apabila masuk kedalam tubuh manusia akan memberikan
efek buruk. Karena logam Pb tidak dibuang apabila sudah masuk ke dalam tubuh akan
terjadi akumulasi. Salah satu gangguan kesehatan pada penderita adalah penurunan pada
sistem saraf, ginjal, darah, bahkan reproduksi.
Berbagai metode untuk menghilangkan logam berat dari air limbah telah
dikembangkan, antara lain meliputi pemisahan membran, pertukaran ion, dan elektroforesis
tetapi membutuhkan biaya yang besar dan kurang efektif terutama untuk mengurangi logam
berat dalam larutan (Wang et al., 2005). Proses adsorpsi merupakan teknik pemurnian dan
pemisahan yang efektif dipakai dalam industri. Metode adsorpsi umumnya terjadi
berdasarkan interaksi antara logam dengan gugus fungsional yang ada pada permukaan
adsorben melalui interaksi pembentukan kompleks dan biasanya terjadi pada permukaan
padatan yang kaya akan gugus fungsional seperti –OH, -NH, -SH dan –COOH (Stumm dan
Morgan, 1996).
Pemanfaatan biomaterial dari limbah pertanian sebagai bahan pengganti karbon aktif
ataupun resin penukar ion untuk menyerap senyawa-senyawa beracun telah mulai diteliti.
Berbagai limbah pertanian yang telah digunakan sebagai bahan baku adsorben antara lain
kulit almon (Mehrasbi et al., 2008), kulit jeruk (Liang et al, 2009), jerami padi (Safrianti
dkk, 2012), eceng gondok (Tangio, 2013) dan batang pisang (Ogunleye et al., 2014).
Komponen dari ampas batang sorgum manis diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan penyerap (adsorben) logam berat adalah selulosa yang terdapat pada dinding sel
batang sorgum manis (Windasari, 2009). Selulosa memiliki gugus aktif OH yang mampu
mengikat logam berat. Banyak peneliti telah melakukan studi kemampuan adsorben
selulosa dalam menyerap ion gam berat. (Asrina, 2003) menggunakan adsorben selulosa
dari pelepah pisang gedah untuk menyerap ion Cd. ( Lesbani, dkk. 2013) .enggunakan
adsorben selulosa dari serbuk kayu untuk menyerap ion logam Fe. (Wulandari, 2014)
menggunakan adsorben selulosa dari kulit ketela rambat untuk menyerap ion logam Pb.
Sehingga penggunaan ampas batang sorgum sebagai adsorben merupakan alternatif
pengolahan limbah logam berat karena biayanya relatif murah dan mudah didapat.
Pada penelitian ini, Ampas batang sorgum yang merupakan limbah pertanian
digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan ion Pb (II) dalam larutan. Ampas batang
sorgum yang digunakan diaktivasi dengan menambahkan reagen asam dan basa kemudian
dikarakterisasi mengunakan spektroskopi FTIR untuk mengidentifikasi gugus fungsional
yang ada dalam ampas batang sorgum. Adsorpsi ion Pb (II) dengan ampas batang sorgum
diamati pada kondisi percobaan yang berbeda yaitu pH, waktu adsorpsi, dan konsentrasi
awal Pb (II) ion. Data eksperimen dianalisis dengan menggunakan model isoterm Langmuir
dan Freundlich. Sebagai tambahan, parameter kinetik dan kemampuan penyerapan
maksimum dihitung dan dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
a. Apakah arang ampas batang sorgum dapat digunakan untuk mengadsorpsi logam timbal?
b. Bagaimana pengaruh waktu aktivasi, pH dan waktu kontak optimum untuk mengadsorpsi
logam timbal menggunakan selulosa ampas batang sorgum?
a. Mengetahui kemampuan arang ampas batang sorgum untuk mengadsorpsi logam timbal.
b. Mengetahui waktu aktivasi adsorben, pH larutan adsorbat, dan waktu kontak optimum
untuk mengadsorpsi logam timbal menggunakan selulosa ampas batang sorgum
a. Memberikan informasi tentang daya adsorpsi Pb(II) oleh selulosa dari selulosa ampas
batang sorgum
b. Memberikan inovasi baru adsorben selulosa ampas batang sorgum untuk adsorpsi logam
berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ampas batang sorgum manis mempunyai kadar selulosa yang cukup tinggi, yaitu 36,92%.
Selulosa 36.92
Hemiselulosa 25.88
Lignin 18.53
Gula 11.74
Lainnya 6.93
2.2 Selulosa
Kadar selulosa tertinggi terdapat dalam rambut biji (kapas, kapok) dan serabut kulit
(rami, flax, henep). Selulosa terdiri dari gugus anhidroglukopiranisa yang bersambung
membentuk rantai molekul. Karena itu selulosa dapat dinyatakan sebagai polimer-linear
glukan dengan struktur rantai yang seragam. Selulosa terdiri dari 10.000 atau lebih unit D-
glukosa yang dihubungkan oleh ikatan (1-4) glikosida. Rantai selulosa memanjang, dan unit-
unit glukosa tersusun dalam satu bidang.
Selulosa pada tumbuhan terdapat di dalam dinding sel pelindung tanaman, terutama
pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Selulosa
tidak hanya merupakan polisakarida struktural ekstraseluler yang paling banyak dijumpai
pada dunia tumbuhan, tetapi juga merupakan senyawa yang paling banyak diantara semua
biomolekul pada tumbuhan atau hewan.
Stabilisasi rantai-rantai molekul panjang pada selulosa dalam sistem yang teratur,
yaitu pembentukan struktur supramolekul, ditimbulkan adanya gugus-gugus fungsional yang
dapat mengadakan interaksi satu dengan yang lainnya. Gugus-gugus fungsional tersebut
adalah gugus hidroksil, tiga dari
padanya terikat pada setiap unit
glukosa. Gugus- gugus -OH tersebut
tidak hanya menentukan struktur
supramolekul tapi juga menentukan
sifat-sifat fisika dan kimia selulosa (Fengel, 1995).
Gambar 1. Selulosa
2.3 Adsorbsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu
fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya partikel-
partikel kecil adsorben ditempatkan dalam suatu hamparan tetap dan fluida dialirkan melalui
hamparan itu sampai adsorben mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak
dapat berlangsung lagi. Peristiwa adsorpsi banyak digunakan pada industri kimia, misalnya
pada pemisahan gas, mengurangi kelembaban udara, penghilangan bau, dan penyerapan gas
yang tidak diinginkan dari suatu hasil proses.
Sedangkan pada peristiwa cairan, adsorben digunakan misalnya untuk
menghilangkan warna pada hasil minyak dan pada larutan gula, serta menghilangkan rasa
dan bau air. Adsorpsi dari fase zat cair digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
organik dari limbah zat cair, untuk memulihkan hasil-hasil reaksi yang tidak mudah
dipisahkan dengan destilasi dan kristalisasi
Isoterm adsorpsi merupakan fungsi konsentrasi zat terlarut yang terserap pada
padatan terhadap konsentrasi larutan. Persamaan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
data percobaan isoterm dikaji oleh Freundlich, Langmuir, serta Brunauer, Emmet dan Teller
(BET). Tipe isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari mekanise adsorpsi
adsorpsi fase cair-padat pada umumnya menganut tipe isoterm Freundlich dan Langmuir.
Adsorben yang baik memiliki kapasitas adsorpsi dan presentase penyerapan yang tinggi.
Kapasitas adsorspsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Q= (C1-C2/m) x V
%E = (Cawal-Cakhir/Cawal) x 100%
Keterangan :
% E = Efisiensi adsorpsi
Berdasarkan daya hantar elektrik, semua unsur kimia yang terdapat dalam sistem
periodik dapat dibagi menjadi 2 golongan (Cotton dan Wilkinson, 1986), yaitu logam dan
non logam. Logam bersifat konduktor yaitu mempunyai daya hantar panas dan elektrik yang
tinggi, sedangkan non logam bersifat isolator. Berdasarkan kerapatannya, logam dapat
dibedakan atas 2 golongan, yaitu logam ringan dan logam berat. Logam berat adalah semua
jenis logam yang mempunyai berat jenis lebih besar atau sama dengan 5 g/cm3, sedangkan
logam yang mempunyai berat jenis kurang dari 5 g/cm3 dikenal sebagai logam ringan.
Istilah logam berat secara khas mencirikan suatu unsur yang merupakan konduktor
yang baik, mudah ditempa, bersifat toksik dalam biologi, mempunyi nomor atom 22-92 dan
terletak pada periode III dan IV dalam sistem periodik unsur kimia
Logam berat adalah unsur-unsur yang umumnya digunakan dalam industri, bersifat
toksik bagi makhluk hidup dalam proses aerobik maupun anaerobik. Berdasarkan sudut
pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis yaitu logam berat esensial
dan non esensial. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co,
Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Widowati dkk., 2008).
Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat toksik dan berbahaya bagi
makhluk hidup yang dapat dihasilkan dari indutri metalurgi. Pada hewan dan manusia,
timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi serta
melalui pernapasan dan penetrasi pada kulit. Timbal dalam tubuh manusia dapat
menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat
menyebabkan penyakit anemia. Timbal juga dapat menyerang susunan saraf, mengganggu
sistem reproduksi dan kelainan ginjal. Keberadaan timbal dalam perairan dapat merusak
ekosistem perairan dan tidak dapat terbiodegradasi, timbal sangat perlu untuk dihilangkan
dari limbah industri agar diperoleh perairan yang memenuhi standar kualitas yang aman bagi
lingkungan. Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492 untuk timbal dalam air minum adalah 0,01 ppm.
Nomor atom 82
Logam berat timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara, diantaranya
dari udara yang tercemar, kontaminasi perairan, jalur rantai makanan dan wadah
makanan/minuman yang berlapis kadmium. Timbal dalam tubuh dapat merusak sistem
fisiologis tubuh antara lain sistem urinaria, sistem respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi
darah dan jantung, kerapuhan tulang dan sistem reproduksi (Widowati, 2008).
Pada tahun 1860 Kirchoff dan Bunsen menyatakan bahwa spektrum atom, baik
spektrum emisi maupun spektrum absorpsi dapat digunakan sebagai dasar teknik analisis
unsur selektif. Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika
menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada tahun
1955 (Khopkar, 2003). Spektroskopi serapan atom (SSA) merupakan metode yang
memanfaatkan fenomena penyerapan energi sinar oleh atom netral dalam bentuk gas sebagai
dasar pengukuran dan sangat tepat digunakan untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.
Atom-atom bebas bisa dihasilkan dengan cara menyemprotkan sampel yang berupa larutan
atau suspensi ke dalam nyala. Besarnya kepekatan analit ditentukan dari besarnya
penyerapan berkas sinar garis resonansi yang melewati nyala.
BAB III
METODELOGI
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri serapan atom
Analyst 700 Perkin Elmer(SSA), shaking incubation (Heidolph Inkubator 1000), ayakan
dengan ukuran partikel 212 µm Retsch, timbangan analitik, pH meter, furnace, kertas saring
whatman, blender, gelas beker, erlenmeyer, labu ukur, pipet ukur, pipet volum dan corong
gelas.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tebu (diambil dari penjual
minuman sari tebu di daerah Bintaro Regensi Tangerang) yang sudah diberikan perlakuan
sebelumnya, larutan simulasi limbah Pb(NO3)2, HNO3 0,1 N, HNO3 1 %, NaOH 10 %,
aquadest, air limbah dan larutan buffer pH 3, 4, 5, 6 dan 7.
Ampas tebu dicuci bersih dengan air yang mengalir, setelah itu dikeringanginkan
selama 1 minggu kemudian dipotong-potong dengan ukuran ± 1 cm, dihaluskan dengan
blender, kemudian diarangkan pada suhu 250°C hingga menjadi serbuk arang selama 2,5
jam. Setelah itu, diayak dengan pengayak menjadi ukuran partikel 212 µm.
Dibuat larutan campuran dari Pb(NO3)2, dengan konsentrasi 100 mg/L yang
disiapkan secara simulasi masing-masing sebanyak 10 mL.
Adsorben dengan ukuran partikel 212 µm ditimbang dengan massa 0,5 gram,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dimasukkan 10 mL larutan ion logam dengan
variasi konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 mg/L ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer
diletakkan pada shaker dengan kecepatan pengadukan 180 rpm pada temperatur ruang
(26°C) selama 30 menit. Setelah itu campuran dipisahkan dengan cara disaring dengan
menggunakan kertas saring. Filtrat hasil saringan di tempatkan pada vial dan
ditepatkan volumenya 10 mL dengan akuades pH optimum, ditambah 1 tetes asam
nitrat p.a sebagai bahan pengawet agar tidak terjadi perubahan-perubahan pada
komposisi larutan dan selanjutnya konsentrasi ion logam diukur dengan SSA.
6. Aplikasi Penggunan Arang Ampas Batang Sorgum pada ion logam Pb(II)
DAFTAR PUSTAKA
Almodares, A., & Hadi, M. R. (2009). Productionof Bioethanol from Sweet Sorghum : A
Review. African Journal of Agricultural Research
Asrina, F.E., 2003, Adsorpsi Ion Logam Cd (II) dengan Menggunakan Pelepah Pisang Gedah
(Musa paradisica, L), Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UNSRI, Palembang.
Fengel, D., and Gerd, W., 1995, Kayu, Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Gaol, L.D.L. 2001. Studi Awal Pemanfaatan Beberapa Jenis Karbon Aktif
Sebagai adsorben. Seminar. Depok: FTUI
Lesbani, A., Andriani, A., Nurlisa, H., dan Risfidian, M., 2013, Studi Adsorpsi Desorpsi Kation
Besi (II) dengan Selulosa Hasil Pemisahan dari Serbuk Kayu, Majalah Ilmiah
Sriwijaya, 24, 17.
Liang, S., Xueyi, G., Ningchuan, F., dan Qinghua, T., 2009, Application of Orange Peel
Xanthate for the Adsorption of Pb2+ from Aqueous Solution, J. Hazard. Mater., 170,
425-429.
Mahalakshmi, V. and F.R. Bidinger. 2002. Evaluation of stay-green sorghum germplasm lines at
ICRISAT. Crop Sci. 42: 965-974.
Ogunleye, O.O., Mary, A.A., Samuel, E.A., 2014, Evaluation of Biosorptive Capacity of Banana
(Musa paradisiaca) Stalk for Lead (II) Removal from Aqueous Solution, J. Envir.
Protection, 5, 1451-1465.
Safrianti, I., Nelly, W., dan Titin, A.Z., 2012, Adsorpsi Timbal (II) oleh Selulosa Limbah Jerami
Padi Teraktivasi Asam Nitrat : Pengaruh pHdan Waktu Kontak, JKK, 1, 1-7.
Stum, W., dan Morgan, J. J., 1996, Aquatic chemistry: Chemical Equilibria in Natural Water,
Third Edition, John Willey & Son, Inc., New York.
Tangio, J.S., 2013, Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dengan Menggunakan Biomassa Enceng
Gondok (Eichhorniacrassipes), Jurnal Entropi, 8, 1.
Wang, H. S., Qian-Xiu, Pan, dan Gui-Xiang., 2005, A Biosensor Based on Immobilization of
Horseradish Peroxidase in Chitosan Matrixcross-Linkedwith Glyoxal for Amperometric
Determination of Hydrogen Peroxide, Sensors, 5, 266-276.
Widowati, W., Sastiono, A dan Yusuf, R. 2008. Efek Toksik Logam.Yogyakarta : Andi.
Windasari, R., 2009, Adsorpsi Zat Warna Tekstil Direct Blue 86 oleh Kulit Kacang Tanah,
Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang.
Wulandari, U., dan Budi, E. 2015.Pengaruh Konsentrasi Larutan NaOH pada Karbon Aktif
Tempurung Kelapa untuk Adsorpsi Logam
Cu Skripsi. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta.
2+.