Anda di halaman 1dari 31

Pengaruh Logam Berat Seng (Zn) Dan Timbal

(Pb) Dalam Lingkungan Hidup Manusia

Disusun Oleh :

Tri Sandi Kusuma S. (11330005)

PROGRAM STUDI FARMASI


FALKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayat-

NYA yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah mata

kuliah Kimia Analisis yang berjudul “Pengaruh Logam Berat Seng (Zn) Dan Timbal (Pb) Dalam

Lingkungan Hidup Manusia” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analisis. Dalam

penyusunan dan penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak

yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini kami

menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan

dan menyelesaikan makalah ini, kepada :

1. Drs. Wahidin M,Si. Selaku dosen Kimia Analis.

2. Pihak-pihak yang membantu kami dalam pengerjaan makalah ini yang tak mungkin

ditulis satu persatu sehingga makalah ini bisa selesai.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekuranganya.

Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun. Namun,

besar harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Seng (Zn) .................................................................................................... 3
2.1.1 Sejarah dan Definisi Seng (Zn) ........................................................ 3

2.1.2 Karakteristik dan Sifat-Sifat Seng (Zn) ............................................ 5

2.1.3 Sifat Fisika Seng (Zn) ...................................................................... 8

2.1.4 Sifat Kimia Seng (Zn) ...................................................................... 9

2.1.5 Sumber Seng (Zn) .......................................................................... 11

2.1.6 Identifikasi Seng (Zn) .................................................................... 13

2.1.7 Manfaat Seng (Zn) Bagi Manusia .................................................. 13

2.1.8 Manfaat Seng (Zn) Bagi Industri ................................................... 14

2.2 Timbal (Pb) .............................................................................................. 15

2.2.1 Sejarah dan Definisi Timbal (Pb) ................................................... 15

2.2.2 Karakteristik Timbal (Pb) .............................................................. 16

2.2.3 Sifat Fisika Timbal (Pb) ................................................................. 17

2.2.4 Sifat Kimia Timbal (Pb) ................................................................. 17

2.2.5 Sumber Timbal (Pb) ....................................................................... 18


2.2.6 Identifikasi Timbal (Pb) ................................................................. 20

2.2.7 Dampak Merugikan Timbal (Pb) Bagi Manusia ............................ 20

2.2.8 Dampak Merugikan Timbal (Pb) Bagi Lingkungan ...................... 23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................... 26

3.2 Saran ......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 27


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang
beratnya lebih dari 5g untuk setiap cm3-nya. Beberapa jenis logam berat bersifat esensial
tetapi dapat menjadi toksik bila berlebihan, misalnya besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn) yang
merupakan logam yang terikat sistem enzim untuk metabolisme tubuh. Beberapa jenis logam
berat lainnya bersifat nonesensial dan bersifat toksik dalam jumlah yang sangat sedikit,
misalnya arsen (As), timbel (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg).

Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat
ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun.

Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan
dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan
dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb
segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik
diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb
utama di dalam tubuh.

Seng (Zn) mempunyai dampak negatif bagi kesehatan terutama jika kadarnya sudah
melebihi ambang batas. Walaupun pada konsentrasi rendah, efek ion logam berat dapat
berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Seperti halnya sumber-
sumber polusi lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkuan
yang sangat jauh di lingkungan. Akan tetapi, logam tersebut sebenarnya sangat dibutuhkan
oleh makhluk hidup baik itu organisme laut maupun manusia. Dari pertnyataan tersebut
maka penulisa akan membahas pengaruh logam berat yang menguntungkan yaitu Seng (Zn)
dan logam berat yang merugikan Timbal (Pb) dalam lingkungan hidup manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana sejarah dan definisi Seng (Zn) dan Timbal (Pb)?


2. Bagaimana karakteristik, sifat fisika dan kimia dari Seng (Zn) dan Timbal (Pb)?
3. Darimana sumber Seng (Zn) dan Timbal (Pb) berasal?
4. Bagaimana cara identifikasi Seng (Zn) dan Timbal (Pb)
5. Apa saja manfaat Seng (Zn) bagi manusia dan industri?
6. Apa saja dampak merugikan seng bagi kesehatan dan lingkungan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah dan definisi dari Seng (Zn) dan Timbal (Pb).
2. Untuk mengetahui karakteristik, sifat fisika dan sifat kimia Seng (Zn) dan Timbal (Pb).
3. Untuk mengetahui sumber dari Seng (Zn) dan Timbal (Pb).
4. Untuk memahami cara identifikasi Seng (Zn) dan Timbal (Pb.
5. Untuk mengetahui manfaat menguntungkan dan merugikan dari Seng (Zn) dan Timbal
(Pb).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seng (Zn)

2.1.1 Sejarah dan Definisi Seng (Zn)

Sejarah seng dapat ditelusuri kembali sejauh 2500 tahun yang lalu. Para
arkeolog telah menemukan peninggalan kuno dan ornamen kuningan dengan
konsentrasi seng yang tinggi, bersama dengan unsur-unsur gabungan lainnya seperti
timah dan antimon. Seng ternyata juga digunakan untuk obat. Marco Polo, seorang
penjelajah terkenal, mereferensikan penggunaan seng untuk penyembuhan luka pada
mata.
Pada awal tahun 1300-an, koin uang yang terbuat dari seng
merupakan alat penukar utama pada Dinasti Ming di Cina. Hingga abad ke-
18, seng belum memiliki nama resmi. Seng mendapatkan namanya yang sekarang
setelah Antoine Laurent Lavoisier, seorang ahli kimia dari Perancis, membuat daftar
dari semua unsur yang dikenal.

Seng diambil dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia dengan
lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Seng (Zn)
merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi
seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran
hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng
merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop
stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Kuningan, yang merupakan campuran aloi tembaga dan seng, telah lama
digunakan paling tidak sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni mulai
diproduksi secara besar-besaran pada abad ke-13 di India, manakala logam ini masih
belum di kenal oleh bangsa Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Para alkimiawan
membakar seng untuk menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai "salju putih"
ataupun "wol filsuf". Kimiawan Jerman Andreas Sigismund Marggraf umumnya
dianggap sebagai penemu logam seng murni pada tahun 1746. Karya Luigi Galvani
dan Alessandro Volta berhasil menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun
1800. Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi
utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi.
Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti seng
karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada deodoran), seng
pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida (pada cat berpendar), dan seng metil
ataupun seng dietil di laboratorium organik. Seng merupakan zat mineral esensial
yang sangat penting bagi tubuh. Terdapat sekitar dua milyar orang di negara-negara
berkembang yang kekurangan asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan
banyak penyakit. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan
setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia.
Konsumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan
defisiensi tembaga. Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai pelat
seng yang digunakan sebagai bahan bangunan.
2.1.2 Karakteristik dan Sifat-Sifat Seng

Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan


bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa
antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini kembali menjadi rapuh
dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya.

Keterangan Umum Unsur


Nama, Lambang, Nomor atom seng, Zn, 30
Deret kimia logam transisi
Golongan, Periode, Blok 12, 4, d
Penampilan abu-abu muda kebiruan
Massa atom 65,409(4) g/mol
Konfigurasi elektron [Ar] 3d10 4s2
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 2
Ciri-ciri fisik
Fase padat
Massa jenis (sekitar suhu 7,14 g/cm³
kamar)
Massa jenis cair pada titik lebur 6,57 g/cm³
Titik lebur 692,68 K
(419,53 °C, 787,15 °F)
Titik didih 1180 K
(907 °C, 1665 °F)
Kalor peleburan 7,32 kJ/mol
Kalor penguapan 123,6 kJ/mol
Kapasitas kalor (25 °C) 25,390 J/(mol·K)

Tekanan uap
P/Pa 1 10 100 1k 10 k 100 k

pada T/K 610 670 750 852 990 (1185)

Ciri-ciri atom
Struktur kristal Heksagonal
Bilangan oksidasi 2 (Oksida amfoter)
Elektronegativitas 1,65 (skala Pauling)
Energi ionisasi pertama: 906,4 kJ/mol
ke-2: 1733,3 kJ/mol
ke-3: 3833 kJ/mol
Jari-jari atom 135 pm
Jari-jari atom (terhitung) 142 pm
Jari-jari kovalen 131 pm
Jari-jari Van der Waals 139 pm
Lain-lain
Sifat magnetik diamagnetik
Resistivitas listrik (20 °C) 59,0 nΩ·m
Konduktivitas termal (300 K) 116 W/(m·K)
Ekspansi termal (25 °C) 30,2 µm/(m·K)
Kecepatan suara (suhu kamar)
(pada wujud kawat) (kawat tergulung) 3850
m/s
Modulus Young 108 Gpa
Modulus geser 43 Gpa
Modulus ruah 70 Gpa
Nisbah Poisson 0,25
Skala kekerasan Mohs 2,5
Kekerasan Brinell 412 Mpa
Isotop

iso NA waktu paruh DM DE (MeV) DP


64
Zn 48,6% Zn stabil dengan 34 neutron

65
ε - Cu
65
Zn syn 244,26 hari
γ 1,1155 -

66
Zn 27,9% Zn stabil dengan 36 neutron

67
Zn 4,1% Zn stabil dengan 37 neutron

68
Zn 18,8% Zn stabil dengan 38 neutron

70
Zn 0,6% Zn stabil dengan 40 neutron

Kadar komposisi unsur seng di kerakbumi adalah sekitar 75 ppm


(0,007%). Hal ini menjadikan seng sebagai unsur ke-24 palingmelimpah di kerak
bumi. Tanah mengandung sekitar 5±770 ppm seng dengan rata-ratanya 64 ppm.
Sedangkan pada air laut kadar sengnya adalah 30 ppb dan pada atmosfer
kadarnyahanya 0,1±4 µg/m3. Logam Zn umumnya tidak bereaksi dengan molekul
air. Ion pelindungtidak akan melarutkan lapisan Seng Hidroksida (Zn(OH)2) dengan
ion OH terlarut. Reaksi inidapat dituliskan :

Zn2 + 2OH → Zn(OH)2 (s)

Seng akan bereaksi dengan ion H+, sesuai reaksi

Zn(s) + 2H+ →Zn2+ (aq) + H2(g)

Reaksi ini melepaskan hydrogen, dimana terjadi letupan oksigen

Garam Zn dapat menyebabkan tingginya kekeruhan bila konsentrasinya


terlalu tinggi. Akumulasi Zn dapat membuat air menjadi berasa tidak enak umumnya
sekitar 2 mg Zn2+/L.Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau,
dan bersifat diamagnetik.Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun
menjadi dapat ditempa antara 100°C sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam
ini kembali menjadi rapuh dan dapatdihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-
mukulnya. Seng juga mampu menghantarkanlistrik. Dibandingkan dengan logam-
logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420 °C) dan tidikdidih (900 °C) yang relatif
rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara
semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.

2.1.3 Sifat Fisika Seng (Zn)

Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan


bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal.
Lehto 1968, p. 826 Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun
menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini
kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-
mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-
logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang
relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di
antara semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.

Terdapat banyak sekali aloi yang mengandung seng. Salah satu contohnya
adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang juga diketahui
dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon, bismut, emas, besi,
timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel, telurium, dan natrium.
Walaupun seng maupun zirkonium tidak bersifat feromagnetik, aloi ZrZn2
memperlihatkan feromagnetisme di bawah suhu 35 K.

NO. KLASIFIKASI SIFAT ZINK

1 Penampilan Abu-abu muda kebiruan


2 Fase Padat
3 Massa Jenis 7,14 g/cm3
4 Titik Lebur 692,68 K
5 Titik Didih 1.180 K
6 Kalor Peleburan 7,32 kJ/mol
7 Kalor Penguapan 123,6 kJ/mol
8 Kapasitas Kalor 25,390 J/(mol.K)
9 Elektronegativitas 1,65
Energi Ionisasi (1) 906,4 kJ/mol
10 (2) 1.733,3 kJ/mol
(3) 3.833 kJ/mol
11 Jari-jari atom 135 pm
12 Jari-jari kovalen 131 pm
13 Jari-jari Van Der Waals 139

2.1.4 Sifat Kimia Seng (Zn)

Reaktivitas seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan


merupakan unsur golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan merupakan
reduktor kuat.. Permukaan logam seng murni akan dengan cepat mengusam,
membentuk lapisan seng karbonat, Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak dengan karbon
dioksida. Lapisan ini membantu mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air.
Seng yang dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan
dan mengeluarkan asap seng oksida. Seng bereaksi dengan asam, basa, dan non-
logam lainnya Seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara lambat dengan
asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida maupun asam sulfat dapat
menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat dan reaksi seng dengan air yang ada
akan melepaskan gas hidrogen.
Seng secara umum memiliki keadaan oksidasi +2. Ketika senyawa
dengan keadaan oksidasi +2 terbentuk, elektron pada kelopak elektron terluar s akan
terlepas, dan ion seng yang terbentuk akan memiliki konfigurasi [Ar]3d10. Hal ini
mengijinkan pembentukan empat ikatan kovalen dengan menerima empat pasangan
elektron dan mematuhi kaidah oktet. Stereokimia senyawa yang dibentuk ini adalah
tetrahedral dan ikatan yang terbentuk dapat dikatakan sebagai sp3. Pada larutan
akuatik, kompleks oktaherdal, [Zn(H2O)6]2+, merupakan spesi yang dominan.
Penguapan seng yang dikombinasikan dengan seng klorida pada temperatur di atas
285 °C mengindikasikan adanya Zn2Cl2 yang terbentuk, yakni senyawa seng yang
berkeadaan oksidasi +1. Tiada senyawa seng berkeadaan oksidasi selain +1 dan +2
yang diketahui. Perhitungan teoritis mengindikasikan bahwa senyawa seng dengan
keadaan oksidasi +4 sangatlah tidak memungkinkan terbentuk.
Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode pertama
seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir tak berwarna. Jari-jari
ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh karenanya, garam kedua senyawa
ini akan memiliki struktur kristal yang sama. Pada kasus di mana jari-jari ion
merupakan faktor penentu, sifat-sifat kimiawi keduanya akan sangat mirip. Seng
cenderung membentuk ikatan kovalen berderajat tinggi. Ia juga akan membentuk
senyawa kompleks dengan pendonor N- dan S-. Senyawa kompleks seng kebanyakan
berkoordinasi 4 ataupun 6 walaupun koordinasi 5 juga diketahui ada.
Zn tidak dapat ditarik oleh magnet (diamagnetik) sebab semua
elektronnya telah berpasangan dengan struktur kristal heksagonal.
a. Reaksi dengan udara
Seng terkorosi pada udara yang lembab. Logam seng dibakar untuk membentuk
seng (II) oksida yang berwarna putih dan apabila dipanaskan lagi, maka warna
akan berubah menjadi kuning.
2 Zn (s) + O2 (g) → 2 ZnO(s)
b. Reaksi dengan halogen
Seng bereaksi dengan bromine dan iodine untuk membentuk seng (II) dihalida.

Zn (s) + Br2 (g) → ZnBr2 (s) Zn (s) + I2 (g) → ZnI2 (s)

c. Reaksi dengan asam


Seng larut perlahan dalam asam sulfat encer untuk membentuk gas hidrogen.

Zn (s) + H2SO4 (aq) → Zn2+ (aq) + SO42- (aq) + H2 (g)

Reaksi seng dengan asam pengoksidasi seperti asam nitrit dan HNO3 sangat
kompleks dan bergantung pada kondisi yang tepat.
d. Reaksi dengan basa
Seng larut dalam larutan alkali seperti potassium hidroksida dan KOH untuk
membentuk zinkat.

2.1.5 Sumber Seng (Zn)

Sumber logam Seng (Zn) dapat berasal dari proses alamiah maupun adisi
dari limbah industri dan pertanian. Pada lahan pertanian, seng sangat diperlukan
untuk kesuburan tanah. Seng (Zn) adalah unsur hara mikro esensial bagi manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Kandungan Zn total rataan pada litosfir
sekitar 80 mg/kg .Mineral-mineral sebagai sumber utama yang kaya Zn dalam tanah
adalah sphalerite dan wurtzite (ZnS), dan sumber yang sangat kecil dari mineral-
mineral smithsonites (ZnCO3), willemite (Zn2SiO4), zincite (ZnO), zinkosite
(ZnSO4), franklinite (ZnFe2O4), dan hopeite (Zn3(PO4)2.4H2O).
Pada batuan magmatik Zn terdistribusi merata, dan kandungannya
berbeda pada batuan asam dan basik yaitu dari 40 mg/kg dalam batuan granit dan
100 mg/kg dalam batuan basaltik. Pelarutan mineral-mineral tersebut di atas dapat
terjadi secara alami sehingga unsur-unsur yang terkandung di dalamnya terbebas
dalam bentuk ion. Ion Zn2+ yang terbebas mengalami proses lebih lanjut, terikat
dengan matriks tanah atau bereaksi dengan unsur-unsur lain. Sehingga Zn dalam
tanah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kelompok mudah tersedia sampai tidak
tersedia bagi tanaman, yaitu bentuk terlarut dalam air, dapat dipertukarkan (terikat
pada koloid-koloid bermuatan listrik), teradsorpsi dalam bentuk khelat atau bentuk
senyawa kompleks (ikatan logam pada ligand organik), liat mineral sekunder dan
oksida metalik tidak larut, serta dalam bentuk mineral primer.
Endapan Zn dapat terbentuk dengan senyawa-senyawa hidroksida,
karbonat, fosfat, sulfida, molibdat, dan asam-asam organik yang terdiri dari humat,
fulvat, dan ligand organik. Asam-asam organik berasal dari dekomposisi senyawa-
senyawa organik yang terdapat dalam bahan organik. Adsorpsi Zn2+ yang kuat dalam
tanah dapat terjadi dengan adanya bagan organik dan mineral liat, dan hal ini
berhubungan dengan kapasitas kation tanah dan keasaman tanah.
Kelarutan atau kestabilan setiap bahan dalam tanah dapat diramalkan
dengan menggunakan reaksi keseimbangan kimia dengan nilai K sebagai
parameternya, dan disebut juga hasil kali kelarutan. Reaksi kimia unsur Zn sangat
bervariasi, seperti juga dengan unsur-unsur lain, tergantung dari bentuk ikatannya.
Kelarutan Zn tanah atau mineral-mineral Zn dalam tanah meningkat
dengan meningkatnya aktivitas ion H+ dalam larutan tanah atau sebaliknya. Dengan
kata lain kestabilan atau kelarutan senyawa Zn sangat dipengaruhi oleh keasaman
tanah, makin tinggi keasaman tanah makin tinggi kelarutan Zn, sebaliknya makin
rendah keasaman tanah makin rendah kelarutan Zn. Sebaliknya reaksi hidrolisis dan
kompleks dengan ion-ion lain bereaksi lamban untuk membentuk senyawa
kompleks. Nilai konstanta Ko yang besar menunjukkan hasil reaksi lebih besar
dibanding bahan pereaksi, sehingga reaksi lebih kuat ke arah kanan, sebaliknya
apabila nilai Ko sangat kecil reaksi ke kanan agak lamban.
Penambahan unsur logam pada tanah dapat terjadi dengan berbagai cara
yaitu melalui polusi, penggunaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan
fungisida, sehingga terjadi kontaminasi logam-logam pada tanah dan tumbuh-
tumbuhan. Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di
daerah – daerah industri peleburan bahan tambang seng.
Kadar komposisi unsur seng di kerak bumi adalah sekitar 75 ppm
(0,007%). Hal ini menjadikan seng sebagai unsur ke-24 paling melimpah di kerak
bumi. Tanah mengandung sekitar 5–770 ppm seng dengan rata-ratanya 64 ppm.
Sedangkan pada air laut kadar sengnya adalah 30 ppb dan pada atmosfer kadarnya
hanya 0,1–4 µg/m3.
Unsur ini biasanya ditemukan bersama dengan logam-logam lain seperti
tembaga dan timbal dalam bijih logam. Sfalerit, yang merupakan salah satu bentuk
kristal seng sulfida, merupakan bijih logam yang paling banyak ditambang untuk
mendapatkan seng karena ia mengandung sekitar 60-62% seng.
2.1.6 Identifikasi Seng (Zn)

(Larutan uji ZnCl2 0,25 M)

a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan gelatin
putih Zn(OH)2 yang larut dalam pereaksi berlebih, amonia dan asam.
b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam suasana netral atau alkalis), maka
akan terbentuk endapan putih dari ZnS.

 Setelah larutan uji ZnCl2 ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan


putih Zn(OH)2. Endapan putih ini larut dalam amonia dan H2SO4. Endapan
putih Zn(OH)2
 Terbentuk endapan endapan putih ZnS dan tidak terjadi perubahan warna
pada kertas saring.

2.1.7 Manfaat Seng (Zn) Bagi Manusia

Ada beberapa manfaat Seng (Zn) bagi manusia, diantaranya yaitu :

a. Membantu sintesis protein dan pembentukan kolagen sehingga dapat membantu


mempercepat penyembuhan luka.
b. Membantu meningkatkan sistim imunitas tubuh dan mencegah radikal bebas.
c. Menjaga kesehatan telinga,mata,otot,kuku,rambut (membantu mencegah
kerontokan dan timbulnya uban),paru-paru dan membantu mencegah jerawat
dengan mengatur kerja kelenjar minyak – membantu kerja hati dalam
mengeluarkan sisa metabolisme / toksin di tubuh
d. Membantu fungsi normal pankreas untuk produksi insulin) dan membantu
mengatasi rasa terbakar di ulu hati
e. Bagi pria, Zink dapat membantu mencegah pembesaran prostat.
f. Seng ( Zn ) berfungsi sebagai tempat penampung dan terdapat sekitar 2 lusin
metaloenzim seng antara lain karbonat anhidrase, laktat dehi-drogenase, glutamat
dehidrogenase, alkali fosfatase, dan tumidin kinase.
2.1.8 Manfaat Seng (Zn) Bagi Industri

a. Digunakan untuk bahan baterai.


b. Seng (Zn) dan alinasenya digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik
dan metalurgi bubuk.
c. Seng (Zn) dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik (mencegah
kulit agar tidak kering dan tidak terbakar sinar matahari), plastik, karet, sabun,
pigmen warna putih dalam cat dan tinta (ZnO).
d. Seng (Zn) dalam bentuk sulfida digunakan sebagai pigmen fosfor serta untuk
industri tabung televisi dan lampu pendar.
e. Seng (Zn) dalam bentuk klorida digunakan sebagai deodoran dan untuk
pengawetan kayu.
f. Seng (Zn) sulfat untuk mordan (pewarnaan), stiptik (untuk mencegah
pendarahan), sebagai supply seng dalam makanan hewan serta pupuk.
g. Pelapisan cat khususnya dalm industri automobil.
h. Zn-oksida untuk pembuatan pigmen putih cat air atau cat, sebagai aktifator pada
industri karet; melapisi kulit guna mencegah dehidrasi kulit, melindungi kulit dari
sengatan sinar matahari, sebagai bahan diaper pada bayi guna mencegah kulit
luka/kemerahan, industry karet dan untuk opaque sunscreen.
i. Bahan dinding-lantai logam untuk bahan insektisida dapur.
j. Zn-metil (Zn(CH₃)₂) untuk pembuatan berbagai senyawa organic; Zn-Stearat
digunakan sebagai aditif penghalus plastic.
k. Sebagai anode bahan bakarzinc-air-battery.
l. Zn-hidroksi-karbonat dan silikat untuk pembuatan lotion pencegah kulit
luka/alergi/kemerahan.
m. Sebagai bahan suplemen vitamin atau mineral yang memiliki aktivitas
antioksidan guna mencegah penuaan dini serta mempercepat proses
penyembuhan.
2.2 Timbal (Pb)

2.2.1 Sejarah dan Definisi Timbal (Pb)

Timbal dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat


secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui
proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Logam timbal
telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 BC) hal
ini disebabkan logam timbal terdapat di berbagai belahan bumi, selain itu timbal
mudah diekstraksi dan mudah dikelola. Keberadaan timbal bisa juga berasal dari
hasil aktivitas manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan
Pb alami yang terdapat pada kerak bumi. Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih
logam. Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai “lead” dengan symbol kimia
“Pb”. Simbol ini berasal dari nama latin timbal yaitu “Plumbum” yang artinya logam
lunak. Timbal memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong
akan tetapi warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap
ketika logam Pb yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara.

Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena


sifatnya yang toksik (beracun) terhadap man Timbal atau dalam keseharian lebih
dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum,
dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok
logam-logam golongan IV-A pada table periodik unsure kimia. Mempunyai nomor
atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2.
Penyebaran logam timbal di Bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang
terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0.0002 % dari jumlah seluruh kerak bumi.
Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat
lainnya yang ada di bumi.

2.2.2 Karakteristik Timbal (Pb)

Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam


lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah
dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi
logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk
logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta


mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik
didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat
atom 207,20. Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel
periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom
(BA) 207,2. Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat
jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke
dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan
terbuang bersama bahan sisa metabolisme.

Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang


khusus seperti berikut :

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan


pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam,
kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan pengantar listrik yang baik.

2.2.3 Sifat Fisika Timbal (Pb)

 Fasa pada suhu kamar : padatan


 Densitas : 11,34 g/cm3
 Titik leleh : 327,5 0C
 Titik didih : 17490C
 Panas Fusi : 4,77 kJ/mol
 Panas Penguapan : 179,5 kJ/mol
 Kalor jenis : 26,650 J/molK

2.2.4 Sifat Kimia Timbal (Pb)

 Bilangan oksidasi : 4,2,-4


 Elektronegatifitas : 2,33 (skala pauli)
 Energi ionisasi 1 : 715,6 kJ/mol
 Energi ionisasi 2 : 1450,5 kJ/mol
 Energi ionisasi 3 : 3081,5 kJ/mol
 Jari-jari atom : 175 pm
 Radius ikatan kovalen : 146 pm
 Jari-jari Van Der Waals : 202 pm
 Struktur Krista l : kubik berpusat muka
 Sifat kemagnetan : diamagnetik
 Resistifitas termal : 208 nohm.m
 Konduktifitas termal : 35,3 W/mK
2.2.5 Sumber Timbal (Pb)

1. Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan
sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan
terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.
Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air
bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb)
juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai
adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari
dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran
mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di
USA berkisar antara 1-10 μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara
0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian
dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara
0,1 -1,0 μg/kg berat kering.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS
(golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan
sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari
tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan
Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.

2. Sumber dari Industri


Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua
industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong,
misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal
konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan
logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama
lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead
banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal
(Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel.
Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun
masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga
membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali
dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.

3. Sumber dari Transportasi


Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar
terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan,
sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar
semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar.
Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak
sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain
meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup
mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih
awet, dan tahan lama.
Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan
bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap
0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan
angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk
meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya.
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan
bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam
berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur
dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan
keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya.

2.2.6 Identifikasi Timbal (Pb)

Identifikasi kandungan Pb dalam air dapat dilakukan dengan mereaksikan suatu


sampel air dengan pereaksi HCl yang akan membentuk endapan putih timbal klorida
dengan pereaksi:

Pb2- +2 Cl -PbCl

Jika direaksikan dengan KOH akan membentuk endapan putih timbale hidroksida
dengan reaksi berikut:
Pb2++OH-Pb(OH)2
Endapan kuning timbal iodida akan dihasilkan apaila ion Pb2+ direaksikan dengan KI
yang akan membentuk reaksi :
Pb2++2I-PbI2
Ion Pb2+ direaksikan dengan K2CrO4 akan membentuk endapan kuning timbal kromat
dengan reaksi:
Pb2++CrO42PbCrO4

2.2.7 Dampak Merugikan Timbal (Pb) Bagi Manusia

Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan


kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan
diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan
faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb
organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan
membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan
pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang
terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 %
dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30
% dari jumlah yang terhisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran
pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-
partikelnya.

Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya


bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan
belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi
perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf,
dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak.
Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpapar timbal akan
mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.

Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang.
Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+
(kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Di samping itu pada wanita hamil,
logam Pb dapat dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem
peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama
air susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam
Pb ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan
efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh.

Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang


dibentuk oleh laogam Fe dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks
tersebut melibatkan dua macam enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau
asam amino levulinat dehidrase dan enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi
secara aktif pada tahap awal sintesis dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung.
Adapun enzim ferrokhelatase termasuk pada golongan enzim mitokondria. Enzim
ferrokhelatase ini akan berfungsi pada akhir proses sintesis.
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai
macam hal :

 Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine


 Meningkatkan kadar protopporhin dalam sel darah merah
 Memperpendek umur sel darah merah
 Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih
muda
 Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah

Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit


diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan Pb dalam partikel juga harus
dipertimbangkan biasanya kadar Pb di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi 30%
mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 g/per hari. Mungkin
perhitungan ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari
kendaraan bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari
yang diperkirakan walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di
alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada dalam
bentuk yang sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira
90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam
darah dipengaruhi oleh asupan yang baru (dalam 24 jam terakhir).
Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Sistem syaraf dan kecerdasan
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi
kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan
menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah
lupa, dan pusing. Pada tingkat paparan yang lebih rendah, terjadi penurunan
kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata, dan menurunnya
kecepatan konduksi syaraf.
Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi
menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat paparan
rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl hingga 20 µg/dl
dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa
kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat mengakibatkan
penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
b. Efek sistemik
Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah
dengan BLL paling banyak ditemukan pada kasus paparan terhadap laki-laki
dewasa. Schwartz (1995) dalam laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan
BLL sebesar 10 µg/dl to 5 µg/dl menyebabkan penurunan tekanan darah sebsar
1.25 mmHg. Pada wanita dewasa, hubungan antara BLL dengan tekanan darah
tidak terlalu kuat dan jarang ditemukan. Efek sistemik lainnya adalah gejala
gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram,
mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
c. Efek timbal terhadap reproduksi
Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan
telah diketahui sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan
untuk menggugurkan kandungan. Paparan timbal pada wanita di masa kehamilan
telah dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam
kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain
menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.

2.2.8 Dampak Merugikan Timbal (Pb) Bagi Lingkungan

Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran


bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO.
Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang
sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18%
etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti
ketok adalah timbal oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang
bakar bensin . Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau
lemak (Fardiaz, 1992). Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat
oktan yang lebih tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada
proses pembakaran mesin, senyawa ini dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap
gas buang kendaraan bermotor ke udara, dimana sebagian besar mengandung partikel
Pb berdiameter dibawah 1 mikron. Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas
ukuran partikel yang dapat diserap melalui pernafasan.

Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar bensin,


dihasilkan gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan pada mesin, sehingga
mengakibatkan menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi hal tersebut
ditambahkan bahan berupa TEL atau TML. Tujuannya adalah untuk mengikat radikal
bebas yang terbentuk selama proses pembakaran.

Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan menghalangi
terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen
dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui system pembuangan
dalam bentuk partikel. Partikel yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam
lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran udara oleh Pb.

Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb terlepas ke


udara. Sebagian di antaranya akan membentuk partikulat di udara bebas dengan
unsur–unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan diserap oleh daun
tumbuh – tumbuhan yang ada di sepanjang jalan.

Timbal yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran
udara dilakukan penelitian beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di suatu
kota. Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam –
logam berat, salah satunya adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya
tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur
kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman.
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang,
akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar
dibuktikan oleh Kohar (2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung.
Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak
3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar
2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman kangkung yang berumur 3 minggu,
kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari
tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan Pb pada tanaman
kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb dalam
tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak
melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen
kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.

Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah,


serta KTK (Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat
kondisi kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada
Keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang
bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat
keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Menurut Supardi
dalam Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu
masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran. Pengapuran
tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh tanaman. Timbal akan
diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing dengan
timbal untuk menempati tempat - tempat petukaran pada akar dan permukaan tanah.

Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula
disebabkan dari air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya
tidak melampaui konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seng diambil dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia dengan lambang
kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Sumber logam Seng (Zn) dapat
berasal dari proses alamiah maupun adisi dari limbah industri dan pertanian. Identifikasi
Seng (Zn) dengan (Larutan uji ZnCl2 0,25 M) ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan
uji, maka terbentuk endapan gelatin putih Zn(OH)2 yang larut dalam pereaksi berlebih,
amonia dan asam atau dengan di ialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam suasana netral
atau alkalis), maka akan terbentuk endapan putih dari ZnS. Ada beberapa manfaat Seng (Zn)
bagi manusia, diantaranya yaitu : Membantu sintesis protein dan pembentukan kolagen
sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan luka dan menjaga kesehatan telinga,
mata, otot, kuku dan rambut.
Timbal (Pb) termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada table
periodik unsure kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA)
207,2. Sumber Timbal (Pb) dapat berasal dari sumber alami, industri dan transportasi.
Identifikasi kandungan Pb dalam air dapat dilakukan dengan mereaksikan suatu sampel air
dengan pereaksi HCl yang akan membentuk endapan putih timbal klorida dengan pereaksi:
Pb2- +2 Cl -PbCl. Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai
macam hal: meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine, meningkatkan kadar
protopporhin dalam sel darah merah dan memperpendek umur sel darah merah.

3.2 Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan pembaca
tentang pengaruhb logam berat Seng (Zn) dan Timbal (Pb) bagi lingkungan hidup manusia
dapat bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

 Underwood, R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kualitatif. Penerbit PT. KalmanMedia
Pustaka. Jakarta.
 Cahyanasuhenda, 2009. Logam Seng.(online)
http://wismaputih.wordpress.com/2009/12/23/logam-seng/.
 Fasdilahali. 2012. Unsur Zn. (online) (http://fasdilahali.blogspot.com/2012/05/unsur-
zn.html.

 Anonimus. 2009. Pencemaran Pb (Timbal).


 http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-
pencemaran/168-pencemaran-pb-timbal?start=3
 Anonimus. 2011. Timbal. http://id.wikipedia.org/wiki/Timbal.

Anda mungkin juga menyukai